bahan makalah (manusia, nilai, moral & hukum)

17
BAB VI MANUSIA, NILAI, MORAL, DAN HUKUM A. HAKIKAT; FUNGSI; DAN PERWUJUDAN NILAI, MORAL, DAN HUKUM ` Terdapat beberapa bidang filsafat yang ada hubungannya dengan cara manusia mencari hakikat sesuatu, satu di antaranya adalah aksiologi (filsafat nilai) yang mempunyai dua kajian utama yakni estetika dan etika. Keduanya berbeda karena estetika berhubungan dengan keindahan sedangkan etika berhubungan dengan baik dan salah, namun karena manusia selalu berhubungan dengan masalah keindahan, baik, dan buruk bahkan dengan persoalan-persoalan layak atau tidaknya sesuatu, maka pembahasan etika dan estetika jauh melangkah ke depan meningkatkan kemampuannya untuk mengkaji persoalan nilai dan moral tersebut sebagaimana mestinya. Menurut Bartens ada tiga jenis makna etika, yaitu: 1. Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma- norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. 2. Etika berarti juga kumpulan asas atau nilai moral (kode etik). 3. Etika mempunyai arti ilmu tentang yang baik dan yang buruk (filsafat moral). Dalam bidang pendidikan, ketiga pengertian di atas menjadi materi bahasannya, oleh karena itu bukan hanya nilai moral individu yang dikaji, tetapi juga membahas kode-kode etik yang menjadi patokan individu dalam kehidupan sosisalnya, yang tentu saja karena manusia adalah makhluk sosial. Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu . Norma akan berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan. Nilai Moral di Antara Pandangan Objektif dan Subjektif Manusia

Upload: malik-rino

Post on 29-Nov-2015

772 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan Makalah (Manusia, Nilai, Moral & Hukum)

BAB VI MANUSIA, NILAI, MORAL, DAN HUKUM

A. HAKIKAT; FUNGSI; DAN PERWUJUDAN NILAI, MORAL, DAN HUKUM`           Terdapat beberapa bidang filsafat yang ada hubungannya dengan cara manusia mencari hakikat sesuatu, satu di antaranya adalah aksiologi (filsafat nilai) yang mempunyai dua kajian utama yakni estetika dan etika. Keduanya berbeda karena estetika berhubungan dengan keindahan sedangkan etika berhubungan dengan baik dan salah, namun karena manusia selalu berhubungan dengan masalah keindahan, baik, dan buruk bahkan dengan persoalan-persoalan layak atau tidaknya sesuatu, maka pembahasan etika dan estetika jauh melangkah ke depan meningkatkan kemampuannya untuk mengkaji persoalan nilai dan moral tersebut sebagaimana mestinya.

Menurut Bartens ada tiga jenis makna etika, yaitu:1. Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

2. Etika berarti juga kumpulan asas atau nilai moral (kode etik).

3. Etika mempunyai arti ilmu tentang yang baik dan yang buruk (filsafat moral).

Dalam bidang pendidikan, ketiga pengertian di atas menjadi materi bahasannya, oleh karena itu bukan hanya nilai moral individu yang dikaji, tetapi juga membahas kode-kode etik yang menjadi patokan individu dalam kehidupan sosisalnya, yang tentu saja karena manusia adalah makhluk sosial.

   Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan. Nilai Moral di Antara Pandangan Objektif dan Subjektif Manusia

Nilai erat hubungannya dengan manusia, dalam hal etika maupun estetika. Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai dalam dua konteks, pertama akan memandang nilai sebagai sesuatu yang objektif, apabila dia memandang nilai itu ada meskipun tanpa ada yang menilainya.

Page 2: Bahan Makalah (Manusia, Nilai, Moral & Hukum)

Kedua, memandang nilai sebagai sesuatu yang subjektif, artinya nilai sangat tergantung pada subjek yang menilainya.

Dua kategori nilai itu subjektif atau objektif:

Pertama, apakah objek itu memiliki nilai karena kita mendambakannya, atau kita mendambakannya karena objek itu memiliki nilai

Kedua, apakah hasrat, kenikmatan, perhatian yang memberikan nilai pada objek, atau kita mengalami preferensi karena kenyataan bahwa objek tersebut memiliki nilai mendahului dan asing bagi reaksi psikologis badan organis kita (Frondizi, 2001, hlm. 19-24).

Nilai di Antara Kualitas Primer dan Kualitas Sekunder

Kualitas primer yaitu kualitas dasar yang tanpanya objek tidak dapat menjadi ada, sama seperi kebutuhan primer yang harus ada sebagai syarat hidup manusia, sedangkan kualitas sekunder merupakan kualitas yang dapat ditangkap oleh pancaindera seperti warna, rasa, bau, dan sebagainya, jadi kualitas sekunder seperti halnya kualitas sampingan yang memberikan nilai lebih terhadap sesuatu yang dijadikan objek penilaian kualitasnya.

Perbedaan antara kedua kualitas ini adalah pada keniscayaannya, kualitas primer harus ada dan tidak bisa ditawar lagi, sedangkan kualitas sekunder bagian eksistesi objek tetapi kehadirannya tergantung subjek penilai. Nilai bukan kualitas primer maupun sekunder sebab nilai tidak menambah atau memberi eksistensi objek. Nilai bukan sebuah keniscayaan bagi esensi objek. Nilai bukan benda atau unsur benda, melainkan sifat, kualitas, yang dimiliki objek tertentu yang dikatakan “baik”. Nilai milik semua objek, nilai tidaklah independen yakni tidak memiliki kesubstantifan. Metode Menemukan dan Hierarki Nilai dalam Pendidikan

Menilai berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, yang selanjutnya diambil sebuah keputusan, nilai memiliki polaritas dan hierarki, yaitu:1. Nilai menampilkan diri dalam aspek positif dan aspek negatif yang sesuai (polaritas) seperti baik dan buruk, keindahan dan kejelekan.

2. Nilai tersusun secara hierarkis, yaitu hierarki urutan pentingnya.

Ada beberapa klasifikasi nilai yaitu klasifikasi nilai yang didasarkan atas pengakuan, objek yang dipermasalahkan, keuntungan yang diperoleh, tujuan yang akan dicapai, hubungan antara pengembangan nilai dengan keuntungan, dan hubungan yang dihasilkan nilai itu sendiri dengan hal lain yang lebih baik. Sedangkan Max Scheller berpendapat bahwa hierarki terdiri dari, nilai kenikmatan, kehidupan, kejiwaan, dan nilai kerohanian. Dan masih banyak lagi klasifikasi lainnya dari para pakar, namun adapula

Page 3: Bahan Makalah (Manusia, Nilai, Moral & Hukum)

pembagian hierarki di Indonesia (khususnya pada masa dekade Penataran P4), yakni, nilai dasar, nilai instrumental, dan yang terakhir nilai praksis.

Pengertian Nilai

Nilai Sosial adalah nilai yang tertanam dalam kehidupan bermasyarakat, diantaranya: kesetiakawanan, kepedulian terhadap sesama, menyukai kerjasama,  aktif bermusyawarah, aktif bergotongroyong, cepat tanggap terhadap apa yang menimpa tetangga, dan seterusnya. Sayangnya, saat ini nilai sosial di masyarakat Indonesia sebagian banyaknya mengalami penurunan drastis antara tetangga mulai berjarak, kebersamaan mulai menjemukan lebih senang sendiri-sendiri pada akhirnya banyak kasus jika menengok orang meninggal karna hanya ingin dapatkan bingkisan nasi bukan berniat meringankan beban atau menghiburnya, rumah pun dipagari dengan setinggi-tingginya bermaksud tidak menyelinap secara diam-diam (ada kecurigaan sosial yang tidak jelas alasannya), bekerja bakti pun terkadang harus diiming-iming dengan upah yang akan didapatkannya sehingga segala sesuatu itu sekarang ditentukan oleh nominal uang, mungkin tidaklah aneh semua itu terjadi disebabkan susahnya mencari uang akhirnya beberapa jalan yang sekiranya tidak pantas pun sering dilakukan oleh masyarakat sekarang.

Walaupun begitu banyaknya pakar yang mengemukakan pengertian nilai, namun ada yang telah disepakati dari semua pengertian itu bahwa nilai berhubungan dengan manusia, dan selanjutnya nilai itu penting.Pengertian nilai yang telah dikemukakan oleh setiap pakar pada dasarnya upaya memberikan pengertian secara holistik terhadap nilai, akan tetapi setiap orang tertarik pada bagian bagian yang “relatif belum tersentuh” oleh pemikir lain.

Definisi yang mengarah pada pereduksian nilai oleh status benda, terlihat pada pengertian nilai yang dikemukakan oleh John Dewney yakni, Value Is Object Of Social Interest, karena ia melihat nilai dari sudut kepentingannya.

Makna Nilai bagi Manusia

Nilai itu penting bagi manusia, apakah nilai itu dipandang dapat mendorong manusia karena dianggap berada dalam diri manusia atau nilai itu menarik manusia karena ada di luar manusia yaitu terdapat pada objek, sehingga nilai lebih dipandang sebagai kegiatan menilai. Nilai itu harus

Page 4: Bahan Makalah (Manusia, Nilai, Moral & Hukum)

jelas, harus semakin diyakini oleh individu dan harus diaplikasikan dalam perbuatan. Pengaruh Kehidupan Keluarga dalam Pembinaan Nilai Moral

Persoalan merosotnya intensitas interaksi dalam keluarga, serta terputusnya komunikasi yang harmonis antara orang tua dengan anak, mengakibatkan merosotnya fungsi keluarga dalam pembinaan nilai moral anak. Keluarga bisa jadi tidak lagi menjadi tempat untuk memperjelas nilai yang harus dipegang bahkan sebaliknya menambah kebingungan nilai bagi si anak.

Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Pembinaan Nilai Moral

Setiap orang yang menjadi teman anak akan menampilkan kebiasaan yang dimilikinya, pengaruh pertemanan ini akan berdampak positif jika isu dan kebiasaan teman itu positif juga, sebaliknya akan berpengaruh negatif jika sikap dan tabiat yang ditampikan memang buruk, jadi diperlukan pula pendampingan orang tua dalam tindakan anak-anaknya, terutama bagi para orang tua yang memiliki anak yang masih di bawah umur.

Pengaruh Figur Otoritas Terhadap Perkembangan Nilai Moral Individu

Orang dewasa mempunyai pemikiran bahwa fungsi utama dalam menjalin hubungan dengan anak-anak adalah memberi tahu sesuatu kepada mereka: memberi tahu apa yang harus mereka lakukan, kapan waktu yang tepat untuk melakukannya, di mana harus dilakukan, seberapa sering harus melakukan, dan juga kapan harus mengakhirinya. Itulah sebabnya seorang figur otoritas (bisa juga seorang public figure) sangat berpengaruh dalam perkembangan nilai moral.

Pengaruh Media Komunikasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral

Setiap orang berharap pentingnya memerhatikan perkembangan nilai anak-anak. Oleh karena itu dalam media komunikasi mutakhir tentu akan mengembangkan suatu pandangan hidup yang terfokus sehingga memberikan stabilitas nilai pada anak. Namun ketika anak dipenuhi oleh kebingungan nilai, maka institusi pendidikan perlu mengupayakan jalan keluar bagi peserta didiknya dengan pendekatan klarifikasi nilai.

Pengaruh Otak atau Berpikir Terhadap Perkembangan Nilai Moral

Pendidikan tentang nilai moral yang menggunakan pendekatan berpikir dan lebih berorientasi pada upaya-upaya untuk mengklarifikasi nilai moral sangat dimungkinkan bila melihat eratnya hubungan antara berpikir dengan nilai itu sendiri, meskipun diakui bahwa ada pendekatan lain dalam pendidikan nilai yang memiliki orientasi yang berbeda.

Page 5: Bahan Makalah (Manusia, Nilai, Moral & Hukum)

Pengaruh Informasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral

Munculnya berbagai informasi, apalagi bila informasi itu sama kuatnya maka akan mempengaruhi disonansi kognitif yang sama, misalnya saja pengaruh tuntutan teman sebaya dengan tuntutan aturan keluarga dan aturan agama akan menjadi konflik internal pada individu yang akhirnya akan menimbulkan kebingungan nilai bagi individu tersebut. Manusia Dan Hukum

Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita tidak mungkin menggambarkan hidupnya manusia tanpa atau di luar masyarakat. Maka manusia, masyarakat, dan hukum merupakan pengertian yang tidak bisa dipisahkan. Untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat, diperlukan adanya kepastian dalam pergaulan antar-manusia dalam masyarakat. Kepastian ini bukan saja agar kehidupan masyarakat menjadi teratur akan tetapi akan mempertegas lembaga-lembaga hukum mana yang melaksanakannya.

Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law) dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut.

Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan dalam ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi: “Ubi societas ibi jus” (di mana ada masyarakat di situ ada hukumnya). Artinya bahwa dalam setiap pembentukan suatu bangunan struktur sosial yang bernama masyarakat, maka selalu akan dibutuhkan bahan yang bersifat sebagai “semen perekat” atas berbagai komponen pembentuk dari masyarakat itu, dan yang berfungsi sebagai “semen perekat” tersebut adalah hukum.

Untuk mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia membentuk suatu struktur tatanan (organisasi) di antara dirinya yang dikenal dengan istilah tatanan sosial (social order) yang bernama: m a s y a r a k a t. Guna membangun dan mempertahankan tatanan sosial masyarakat yang teratur ini, maka manusia membutuhkan pranata pengatur yang terdiri dari dua hal: aturan (hukum) dan si pengatur(kekuasaan).

        Hubungan Hukum Dan MoralHukum tidak akan berarti tanpa dijiwai moralitas, hukum akan kosong

tanpa moralitas. Oleh karena itu kualitas hukum harus selalu diukur dengan norma moral dan perundang-undangan yang immoral harus diganti.

Meskipun hubungan hukum dan moral begitu erat, namun hukum dan moral tetap berbeda, sebab dalam kenyataannya mungkin ada hukum yang bertentangan dengan moral atau ada undang-undang yang immoral, yang berarti terdapat ketidakcocokan antara hukum dengan moral.

Page 6: Bahan Makalah (Manusia, Nilai, Moral & Hukum)

K. Bertens menyatakan ada setidaknya empat perbedaan antara hukum dan moral, pertama, hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas (hukum lebih dibukukan daripada moral), kedua, meski hukum dan moral mengatur tingkah laku manusia, namun hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja, sedangkan moral menyangkut juga sikap bathin seseorang, ketiga, sanksi yang berkaitan dengan hukum berbeda dengan sanksi yang berkaitan dengan moralitas, keempat, hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara sedangkan moralitas didasarkan pada norma-norma moral yang melebihi para individu dan masyarakat.

B. KEADILAN, KETERTIBAN, DAN KESEJAHTERAANDalam upaya memanusiakan manusia (homohumanus = manusia yang

bersikap manusia, berbudaya dan halus). Manusia harus memahami dan menghayati konsep keadilan, penderitaan, cinta kasih, tanggung jawab, pengabdian, pandangan hidup, keindahan dan kegelisahan.

Keadilan adalah pengakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Pengakuan atas hak hidup individu harus diimbangi melalui kerja keras tanpa merugikan pihak lain, karena orang lain punya hak hidup seperti kita. Jadi kita harus member kesempatan pada orang lain untuk mempertahankan hidupnya. Prinsipnya keadilan terletak apada keseimbangan atau keharmonisan antara menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Tindakan-tindakan yang menuntut hak dan lupa pada kewajiban merupakan pemerasan. Sedangkan tindakan yang hanya menjalankan kewajiban tanpa menuntut hak berakibat pada mudah diperbudak atau dipengaruhi orang lain.Pengertian Keadilan:Keadilan oleh Plato diproyeLsikan pada diri manusia schingga yang dikatakan adil adalah orang yang mengendalikan diri, dan pcrasaannya dikendalikan oleh akal.Menurut Socrates, keadilan tercipta bilamana warga negara sudah merasakan bahwa pihak pemerintah sudah melaksanakan tugasnya dengan baik. Mengapa diproycksikan pada pemerintah, schab pemerintah adalah pimpinan pokok yang mencntukan dinamika masyarakat.Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakandiartikan sebagai titik tengah diantara ke dua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem itu menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang terschut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang harus memperoleh benda atau hasil yang sama. kalau tidak sama, maka masing-masing orang akan

Page 7: Bahan Makalah (Manusia, Nilai, Moral & Hukum)

menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelanggaran terhadap proporsi tersebut berarti ketidak adilan.Keadilan dan ketidak adilan tidak dapat dipisahkan dalarn kehidupan manusia karena dalam ludupnya manusia menghadapi keadilan / ketidakadilan setiap hari. Oleh sebab itu keadilan dan ketidakadilan, menimbulkan daya kreativitas manusia. Banyak hasil seni lahir dari imajinasi ketidakadilan, seperti drama, puisi, novel, musik dan lain-lain.

Jadi keadilan bila disimpulkan adalah :1. Kesadaran adanya hak yang sama bagi setiap warga Negara2. Kesadaran adanya kewajiban yang sama bagi setiap warga Negara3. Hak dan kewajiban untuk menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran yang

merata.Ciri-ciri keadilan adalah :

1. Tidak memihak2. Sama hak3. Sah menurut hokum4. Layak dan wajar5. Benar secara moral

Sedangkan akibat dari ketidakadilan adalah :1. Kehancuran : diri, keluarga, perusahaan, masyarakat, bangsa dan Negara2. Kezaliman yaitu keadaan yang tidak lagi menghargai, menghormati hak-hak

orang lain, sewenang-wenang merampas hak orang lain demi keserakahan dan kepuasan nafsu.

Macam-macam Keadilan :1. Keadilan Legal (keadilan moral)

Dalam suatu komunitas yang adil, setiap orang menjalankan pekerjaan menurut sifat dasar yang paling cocok baginya (the man behind the gun). Rasa keadilan akan terwujud bila setiap individu melakukan fungsinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, keadilan tidak akan terjadi bila ada intervensi pada pihak lain dalam melaksanakan tugas kemasyarakatan dan hal ini dapat memicu pertentangan, konflik dan ketidakserasian.

2. Keadilan DistributiveKeadilan akan terlaksana bila hal yang sama diperlukan secara sama dan

hal yang tidak sama diperlakukan secara tidak sama diperlakukan secara tidak sama (justice is done when equals are treated equally). Contoh : gaji pegawai lulusan smu dan sarjana harus dibedakan.

Fungsi hukum dalam perkembangan masyarakat sebagai berikut:a. Sebagai pengatur tata tertib hubungan masyarkat. Sebagai pengatur tata

tertib, hukum memberi petunjuk kepada kehidupan bermasyarakat, mana yang baik dan mana yang tidak, mana yang harus diperbuat dan mana yang tidak boleh diperbuat. Dengan demikian, segala sesuatunya dapat berjalan

Page 8: Bahan Makalah (Manusia, Nilai, Moral & Hukum)

tertib dan teratur. Disamping itu, karena hukum mempunyai sifat memaksa, yang melanggar peraturan akan dikenai sanksi hukuman.

b. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadaan sosial lahir dan batin. Hal itu dikarenakan hukum mempunyai:1) Ciri memerintah dan melarang.2) Mempunyai sifat memaksa.3) Mempunyai daya yang mengikat fisik dan psikologis.

Dengan demikian, hukum dapat memberi keadilan yaitu menentukan siapa yang salah dan siapa yang benar serta memaksa agar peraturan itu ditaati sehingga terwujud keadilan sosial lahir dan batin.c. Sebagai fungsi kritis.Yang dimaksud dengan fungsi kritis hukum ialah daya kerja hukum yang dapat melakukan pengawasan tidak hanya terbatas pada aparatur pengawas saja tetapi juga termasuk aparatur penegak hukum.

a.       Sebagai penggerak pembangunan, daya mengikat dan memaksa dari hukum dapat dipergunakan atau didayagunakan untuk menggerakan pembangunan.

B.     PROBLEMATIKA NILAI, MORAL, DAN HUKUM DALAM MASYARAKAT DAN NEGARA

Terbentuknya nilai dari hubungan yang bersifat ketergantungan sikap manusia terhadap nilai dari suatu maka manusia akan berbuat sesuatu yang merupakan modal dasar dalam menjalin kehidupan manusia. Dengan menilai dapat menentukan moral seseorang, apakah baik buruknya sepanjang niali itu dalam arti positif berarti perubahan bermoral , begitu juga sebaliknya jika nilai itu dalam arti negatif berarti perbuatan yang amoral. Perbuatan yang bersifat amoral inilah yang dijadikan problema dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Tujuan hukum mengatur pergaulan hidup secara damai, ditinjau dari aspek lahiriah yaitu untuk mencapai ketertiban atau kedamaian, dan jika di tinjau dari aspek batiniah yaitu untuk mencapai ketenangan atau ketentraman. Statu contoh adalah masalah perkawinan. Semua orang tahu bahwa tujuan dari perkawinan adalah untuk menciptakan keluarga sakinah mawadah warahmah, akan tetapi kenyataan-kenyataan yang ada banyak problem yang terjadi dalam keluarga, misalnya: terjadi kekerasan dalam rumah tangga, seorang suami tidak bertanggung jawab pada anak dan istri dan lain sebagainya. Dengan nilai dari perkawinan tidak terwujud sebagaimana yang kita dambakan. Secara hukum suatu perkawinan itu dapat diakui oleh negara apanila dilakukan dihadapan catatan sipil (untuk penduduk non Islam) dan tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA, untuk penduduk Islam), namur kenyataannya masih banyak istilah kawin sirih

Page 9: Bahan Makalah (Manusia, Nilai, Moral & Hukum)

(kawin di bawah tangan), bahkan ada juga yang dikenal dengan “kawin kontrak”. Problema yang demikian harus diperhatikan dan perlu dipikirkan secara arif dan bijaksana baik oleh kalangan masyarakat awam maupun oleh pemerintah, karena sifat perkawinan yang demikian ini sangat merugikan bagi kaum perempuan dan nasib anak-anak. Karena dengan perkawinan sirih dan perkawinan sirih dan perkawinan kontrak ini, dengan begitu mudah kaum laki-laki untuk meninggalkannya, bahkan ingin terlepas dari tanggung jawabnya.            Perkawinan itu apabila dilakukan menurut prosedur atau menurut aturan-aturan yang ada dalam suatu masyarakat, maka orang yang melaksanakan perkawinan demikian dikatakan yang bermoral. Juga sebaliknya jika perkawinan yang dilakukan tidak melalui prosedur atau tidak dilakukan sesuai dengan aturan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu maka perkawinan itu dikenal dengan cara tidak bermoral. Maka yang perlu kita ketahui dalam hal ini di samping hukum dasar yang tertulis ada hukum yang tidak tertulis, yaitu misalnya “hukum adat perkawinan” yang setiap daerah mempunyai adat masing-masing. Manusia sebagai makhluk yang hidup bermasyarakat untuk terwujudnya apa yang dikatakan ketertiban atau keamanan, dan ketenangan atau ketentraman maka harus patuh lepada hukum yanng berlaku dan mennjalani nilai-nilai yang ada di masyarakat dengan baik dan sempurna.

Sumber: http://pendidikan-emaagustina.blogspot.com/2011/05/bab-vi-manusia-nilai-moral-dan-hukum.html

Contoh Saran

Penegakan hukum harus memperhatikan keselarasan antara keadilan dan kepastian hukum. Karena, tujuan hukum antara lain adalah untuk menjamin terciptanya keadilan (justice), kepastian hukum (certainty of law), dan kesebandingan hukum (equality before the law).

Penegakan hukum-pun harus dilakukan dalam proporsi yang baik dengan penegakan hak asasi manusia. Dalam arti, jangan lagi ada penegakan hukum yang bersifat diskriminatif, menyuguhkan kekerasan dan tidak sensitif jender. Penegakan hukum jangan dipertentangkan dengan penegakan HAM. Karena, sesungguhnya keduanya dapat berjalan seiring ketika para penegak hukum memahami betul hak-hak warga negara dalam konteks hubungan antara negara hukum dengan masyarakat sipil.

Page 10: Bahan Makalah (Manusia, Nilai, Moral & Hukum)

Sumber: http://efriawan.wordpress.com/2012/02/02/makalah-isbd-manusia-nilai-moral-dan-hukum/

Mengkaji Perilaku Politisi Dari Contoh Kasus Korupsi di Indonesia

Ilustrasi contoh kasus korupsi di indonesia [klik untuk memperbesar]

Banyak sekali contoh kasus korupsi di Indonesia, sudah diberitakan di mana-mana. Bahkan kuping ini sudah kebal dan kabar burungnya terdengar lalu memantul, misalnya kasus Gayus di dewan perpajakan, sudah gaji dua belas juta sebulan, yang bagi Pegawai Negeri Sipil muda itu sungguh gaji yang sangat besar, namun ia masih korupsi.

Memang manusia itu tidak pernah puas. Bila dapat sedikit, ingin banyak. Jika dapat banyak, ingin lebih banyak lagi.  Selain kasus korupsi Gayus Tambunan, masih banyak lagi contoh-contoh kasus korupsi di Indonesia, misalnya kasus Nazaruddin, kasus Abdullah Puteh, kasus Al Amin, kasus Artalita, kasus cicak buaya, kasus sogok-menyogok ala masuk Pegawai Negeri Sipil (PNS), bahkan saat masuk sekolah atau kuliah saja juga menyogok, dan lain-lain.  Sungguh ironis negeri ini, banyak sekali contoh kasus korupsi di Indonesia.

Page 11: Bahan Makalah (Manusia, Nilai, Moral & Hukum)

Apa Manfaat Contoh Kasus Korupsi Bagi Kita

Hampir setiap hari ada pemberitaan tentang penyidikan kasus korupsi. Tentu saja, kasus tersebut membuat kesal. Pasalnya, kasus demi kasus diwartakan tetap saja hukumannya tak sebegitu berat. Sehingga layak ditanyakan kepada kita apa manfaat contoh kasus korupsi dipublikasikan di media.

Penulis menilai, kasus-kasus korupsi yang diberitakan media adalah bagian dari contoh. Contoh perilaku para politisi, contoh orang yang tamak dengan harta dan contoh orang yang ingin kaya dengan cara yang tak pantas. Dari sekian banyak contoh kasus korupsi yang ada di indonesia, hemat penulis, ada tiga manfaat terkecil yang didapat.

Awalnya Kawan Bakal Jadi Lawan

Hampir di setiap kasus korupsi yang menyeret anggota partai politik, tak sedikit rekan se-partainya. Bahkan aksi membela kawan tersebut begitu getol dilakukan. Seakan-akan rekan separtainya tersebut memang manusia yang tak melakukan korupsi. Kejadian ini berkali-kali kita saksikan.

Lihatlah salah satu contoh kasus korupsi di Indonesia yang dilakukan Nazaruddin! Seluruh rekan separtainya di Demokrat kala itu membelanya habis-habisam. Anda pasti ingat wajah Ruhut Sitompul yang berdiri di samping Nazarudin sebelum melarikan diri ke luar negeri untuk memberikan klarifikasi bahwa Nazar tidak melakukan korupsi. Anda pasti ingat muka Sutan Batoegana di dalam beberapa kali wawancaranya di Televisi mengatakan, bahwa ia selalu membujuk Nazaruddin untuk kembali ke Indonesia saat Nazaruddin melarikan diri keluar negeri.

Setelah benar-benar terbukti Nazaruddin melakukan korupsi tak lagi muncul pembelaan dari Ruhut Sitompul dan Sutan Bhatoegana. Malah kini, mereka pun berubah menjadi lawan Nazaruddin dengan terbukti membenci perbuatannya. Inilah salah satu perilaku politisi yang kerap kita saksikan dalam contoh kasus korupsi di Indonesia.

Tak sampai situ saja. Ketika Anas Urbaningrum dan Andi Maalarangeng diindikasikan terkait korupsi dalam kasus Hambalang, Ruhut Sitompul meminta keduanya untuk keluar dari Partai Demokrat. Padahal, dulunya Ruhut dengan kedua pengurus Partai Demokrat tersebut begitu dekat.

Maka tepat sekali apa yang Ann Richards, ‘Aku selalu bilang bahwa dalam politik, musuh-musuhmu tak bisa melukaimu, tapi teman-temanmu akan membunuhmu.’ Inilah kenyataan yang kita saksikan. Partai lain tak bisa melukai anggota Partai Demokrat, tetapi sesama anggota Partai Demokrat saling ‘bunuh membunuh’. Inilah wajah politisi yang tampak dari contoh korupsi di Indonesia terjadi.  

Ada Nazaruddin yang menyerat Anas Urbaningrum dan Andi Maalarangen. Dulunya menjadi rekan se-partai dan bersahabat karib, namun kini berubah jadi musuh. Ada Ruhut Sitompul yang juga dulu menjadi tim sukses Anas Urbaningrum saat ingin menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, kini malah memintanya untuk keluar dari Partai Demokrakat demi nama baik Partai.

Page 12: Bahan Makalah (Manusia, Nilai, Moral & Hukum)

Sekali Bisa Berbohong, Tapi Berkali-Kali Tidak Akan Mungkin

Melihat lincahnya para politisi melakukan korupsi, tentunya kasus korupsi yang menimpanya masih satu kasus saja. Belum kasus-kasus yang lain. Ibarat pepatah mengatakan ‘sepandai-pandai tupai melompat pasti sekali waktu bakal terjatuh juga’. Inilah barangkali yang dialami Nazaruddin, Al-Amin Nasution dan para koruptor lainnya yang memberikan contoh korupsi di Indonesia cukup marak.

Sejatinya, ada manfaat yang layak dipetik dari perilaku para politisi yang masuk dalam contoh korupsi di Indonesia yang dilakukan oleh mereka yang konon katanya berniat memperjuang suara rakyat. Yaitu, mereka kerap berbohong. Suatu saat, kebohongan yang dilakukannya bakal ketahuan.

Jika sudah ketahuan, maka yang terjadi seperti apa yang dikatakan Abraham Lincoln, “Sekali kau mengkhianati kepercayaan saudara-saudara sebangsamu, kau tak akan pernah lagi bisa mendapatkan rasa hormat dan rasa percaya mereka. Mungkin kau bisa mendustai semua orang sekali waktu, bahkan mungkin kau bisa mendustai beberapa orang setiap waktu, tapi kau tak bisa mendustai semua orang di setiap waktu.”

Benarkan Politisi Pengkhianat?

Melihat contoh kasus korupsi di Indonesia yang lebih banyak menyeret para politisi, menjadi pertanyaan penting. Benarkan politisi bakal jadi pengkhianat bila sudah duduk di kursi parlemen? Pertanyaan ini tak bisa dijawab dengan pasti. Namun, berdasarkan fakta yang ada, memang kebanyakan para politis berubah jadi pengkhianat. Mereka melupakan amanat rakyat demi mendapatkan harta yang berlipat-lipat.

Kalau sudah demikian, tepat sekali apa yang dikatakan Oscar Levant, “Politisi adalah orang yang berkhianat begitu mereka menyeberangi jembatan.”

Apa yang dicari Politisi?

Melihat contoh korupsi di Indonesia yang kebanyakan dilakukan oleh politisi menjadi muncul di benak kita, apa sebenarnya yang ingin dicari politisi? Yang dicari para polisi bukanlah kebahagian, tapi kesenangan. Karena kebahagian tidak bisa disandingkan dengan keburukan. Korupsi adalah perilaku yang buruk, maka tak pantas ia disandingkan dengan kebahagian.

Kenapa dikatakan yang dicari politisi adalah kesenangan. Pasalnya, yang mereka rasakan adalah kenikmatan sesaat. Setelah nikmat itu hilang, mereka sibuk mencari nikmat yang lain. Lihatlah perilaku politisi yang korupsi. Sudah melakukan korupsi di satu sisi, lalu ia melakukan korupsi di sisi yang lain.

Menurut Arvan Pradiansyah, ada dua kebahagiaan dalam berpolitik:

Susah bila melihat lawan potik senang Senang bila melihat lawan potik susah

Page 13: Bahan Makalah (Manusia, Nilai, Moral & Hukum)

Ini sering kita saksikan dalam perilaku para politisi. Ketika ada politisi parpol terlibat dalam kasus korupsi, maka para politisi dari parpol lain untuk menuduh dan meminta pihak yang berwajib untuk mengusutnya dengan tuntas.

Tiga Penyakit Politisi

Dari aneka contoh kasus korupsi di Indonesia, kita bisa menilai ada empat penyakit yang selalu mewarnai kehidupan politisi. Apalagi, bila sudah ditetapkan menjadi koruptor

1. Arogan

Politisi kerap kali arogan, baik dalam berbicara maupun berperilaku. Arogansi politisi ini sering kali kita lihat. Dalam contoh kasus korupsi di Indonesia ini. Bila sudah dinyatakan terlibat melakukan korupsi tetap saja arogan dengan menyatakan tidak melakukan. Persis apa yang dilakukannya dalam hal penolakan tersebur seperti apa yang dilakukan iblis ketika diminta Tuhan untuk sujud kepada Adam sebagai penghormatan kepadanya.

Cukup banyak kasus korupsi di Indonesia yang awalnya para politisi tidak mau mengakui bahwa dirinya terlebat dalam praktek korupsi. Ia bahkan rela bersumpah dan menjanjikan dirinya siap digantung bila melakukan korupsi. Nyatanya, memang terlibat. Bukankah ini termasuk arogansi?

2. Iri dan Dengki

Iri kerap kali menjadi bagian dari penyakit yang diidap sebagian politisi. Demi menaikkan namanya, ia tega menyudut-nyudutkan teman sepertainya Sehingga iri yang tampak pada politisi adalah ketika ia susah melihat orang lain senang dan senag melihat orang lain susah. Sedangkan dengkinya tampak ketika ia berusaha mewujudkan rasa irinya dengan melakukan tindakan yang mencelakan temannya.

Dalam banyak kasus korupsi di Indonesia, penyakit politisi iri dan dengki kerap kali kita saksikan. Dalam kasus Nazaruddin dan turunnya elaktabilitas Partai Demokrat misalnya, cukup tampak iri dan dengki yang terjadi. Hingga akhirnya, di dalam Partai tersebut akan berubah kawan menjadi lawan.

3. Serakah

Bila melihat contoh kasus korupsi di Indonesia umumnya terjadi karena keserakahan. Baik politisi atau bukan yang melakukan korupsi, tetap formula utamanya faktor serakah. Mereka selalu merasa tak cukup dengan gaji yang dimiliki. Mereka kerap melihat pendapatan yang didapat dibandingkan dengan pendapatan orang lain yang berada di atasnya.

Juga sudah penyakit serakah yang menghinggap, tak ada lagi janji ingin membela rakyat. Yang ada malah, rasa ingin menyengsarakan rakyat. Korupsi yang dilakukan tentunya untuk kepentingan sesaat dan tak ada bermanfaat bagi rakyat.

Page 14: Bahan Makalah (Manusia, Nilai, Moral & Hukum)

Nasib rakyat hanyalah tinggal menunggu dan menanti berita korupsinya yang dilakukannya dimuat surat kabar setempat. Inilah perbedaan hidup rakyat dengan pejabat. Rakyat selalu menanti kabar tentang pejabat, tapi pejabat tak pernah ingat rakyat. Cukup sudah contoh kasus korupsi di Indonesia yang begitu meningkat. Semoga hukuman terhadap para pelaku koruptor pun tak begitu singkat.

Sumber: http://www.anneahira.com/contoh-kasus-korupsi-di-indonesia.htm

Perkara Korupsi di Indonesia Mencapai 1.018 Kasus

REPUBLIKA.CO.ID,KUDUS--Jumlah perkara tindak pidana korupsi di Tanah Air yang memasuki tahap

penyidikan dari Januari hingga Agustus 2011 mencapai 1.018 kasus. "Perkara tersebut, merupakan perkara

yang ditangani oleh Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi Negeri, Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan

Negeri se-Indonesia pada tahun ini," kata Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus D Andhi Nirwanto ketika

melakukan sosialisasi upaya pemberantasan tindak pidana korupsi di daerah, di Kudus, Senin.

 

Sedangkan perkara tindak pidana korupsi yang memasuki tahap penyelidikan, kata dia, sebanyak 357 kasus,

sedangkan jumlah perkara yang memasuki tahap penyidikan sebanyak 1.018 kasus. Dari seribuan perkara

korupsi tersebut, terdapat 825 perkara tindak pidana korupsi memasuki tahap penuntutan.

Adapun jumlah uang negara yang berhasil diselamatkan dari ratusan kasus tersebut, dalam bentuk rupiah

sebesar Rp68,46 miliar dan dalam bentuk dolar sebanyak 2.920,56 dolar AS. Berdasarkan data rekapitulasi data

perkara tindak pidana korupsi se-Indonesia untuk tahap penyelidikan periode Januari-Agustus 2011 yang

berjumlah 357 kasus, sebanyak 80 kasus di antaranya ditangani oleh Kejaksaan Agung, sedangkan Kejati Jawa

Timur dan Sumatera Utara masing-masing menangani 36 kasus.

Untuk Kejati yang lainnya, jumlah kasus yang ditangani berkisar antara satu hingga 18 kasus, kecuali Kejati DKI

Jakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Gorontalo untuk tingkat penyelidikan tindak pidana korupsi

masih nihil. Pada tahap penyidikan pada periode yang sama, semua kejati di Tanah Air menangani kasus

korupsi dengan jumlah bervariasi.

Adapun peringkat tiga besar yang menangani kasus korupsi pada tahap penyidikan, yakni Kejati Jawa Timur

sebanyak 119 kasus, disusul Kejati Papua sebanyak 114 kasus, dan Kejati Jateng sebanyak 79 kasus.

Sementara pada tingkat penuntutan selama periode Januari-Agustus 2011, paling banyak dari Kejati Jatim

sebanyak 91 kasus, disusul Sumatera Utara sebanyak 51 kasus, dan Sulawesi Utara sebanyak 50 kasus.

Sedangkan jumlah perkara tindak pidana korupsi pada tahun 2010, pada tahap penyidikan sebanyak 2.315

kasus dan pada tahap penuntutan sebanyak 1.715 kasus dengan jumlah uang negara yang berhasil

diselamatkan sebanyak 354,52 miliar.

Andhi menambahkan, dalam rangka pencegahan dan pemberantasan korupsi ke depan terdapat empat hal yang

bisa dijadikan bahan renungan dan pemikiran. Keempat hal tersebut, yakni harmonisasi peraturan perundang-

undangan dalam rangka pencegahan dan pemberantasan korupsi, revitalisasi dan reaktualisasi peran dan fungsi

aparatur penegak hukum yang menangani perakara korupsi, reformulasi fungsi lembaga legislatif, dan

pemberantasan tindak pidana korupsi harus dimulai dari diri sendiri dari hal-hal yang kecil dan mulai hari ini agar

setiap daerah terbebas dari korupsi.

Page 15: Bahan Makalah (Manusia, Nilai, Moral & Hukum)

"Pasalnya, tindak pidana korupsi yang terjadi di daerah akan memberikan andil bagi indeks persepsi korupsi

secara nasional," ujarnya. Berdasarkan lembaga survei internasional dan penggiat antikorupsi, senantiasa

menempatkan Indonesia dalam posisi sebagai negara terkorup.

Dalam dua tahun terakhir, indeks persepsi korupsi Indonesia versi Transparency International (TI) berada pada

angka 2,8 dengan rangking 110 dari 178 negara pada tahun 2009 dan angka 2,8 dengan rangking 110 dari 180

negara terkorup pada tahun 2010.

Sedangkan versi Political and Economic Risk Consultantcy Ltd (PERC), Indonesia memiliki indeks persepsi

korupsi 8,32 pada tahun 2009 dan 9,10 pada tahun 2010, serta menempatkannya sebagai negara terkorup di

Asia yang berada di bawah Vietnam dan Filipina.

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/09/12/lrevtp-perkara-korupsi-di-indonesia-mencapai-1018-kasus