bagian ilmu kesehatan masyarakat skripsi fakultas...
TRANSCRIPT
1
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN JANUARI 2014
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TINJAUAN SANITASI LINGKUNGAN DI KELURAHAN LALOMBAA
KECAMATAN KOLAKA KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2013
Disusun Oleh :
Eka Budi Prasetya
C 111 08 130
Pembimbing :
dr. Sri Asriyani, Sp.Rad
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
2
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK
Skripsi dengan judul :
“Tinjauan Sanitasi Lingkungan Di Kelurahan Lalombaa Kecamatan Kolaka Kabupaten
Kolaka Tahun 2013”
Makassar, 15 Januari 2014
Pembimbing,
dr. Sri Asriyani, Sp.Rad
3
PANITIA SIDANG UJIAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
Skripsi dengan judul “Tinjauan Sanitasi Lingkungan Di Kelurahan Lalombaa
Kecamatan Kolaka Kabupaten Kolaka Tahun 2013”, telah diperiksa, disetujui untuk
dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin pada:
Hari/Tanggal : Rabu / 15 Januari 2014
Waktu : 10.00 WITA
Tempat : Ruang Seminar IKM-IKK FKUH PB.622
Ketua Tim Penguji :
(dr. Sri Asriyani, Sp. Rad)
Anggota Tim Penguji :
Anggota I
(Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes)
Anggota II
( dr. Muh. Rum Rahim, M.Kes)
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang, atas segala berkat dan rahmat-Nya, sehingga sesuatu yang
berkaitan dengan persiapan, pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini dapat
terlaksana dengan baik dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
dan Ilmu Kedokteran Komunitas. Skripsi yang berjudul :
“TINJAUAN SANITASI LINGKUNGAN DI KELURAHAN LALOMBAA
KECAMATAN KOLAKA KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2013”
Dan pada kesempatan ini juga tidak lupa saya haturkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang membantu atas bimbingan dan bantuannya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun diantaranya yaitu:
1. Pembimbing dr. Sri Asriyani, Sp.Rad.
2. dr. Sri Ramadhany, M.Kes selaku KPM di Bagian IKM-KK dan
seluruh staf pengajar di Bagian IKM-KK Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.
3. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
4. Bapak kepala Kecamatan Kolaka beserta staf.
5. Bapak kepala Kelurahan Lalombaa besrta staf.
6. Kedua orang tua saya serta saudara-saudara yang telah memberikan
doa restu serta bantuan moril dan material selama menempuh
pendidikan.
5
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah rela
membantu dalam bentuk apapun demi selesainya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan dan mungkin kesalahan, untuk itu penulis mohon saran dan
kritikan sebagai bahan masukan yang berguna demi kesempurnaan skripsi ini.
Harapan penulis semoga dengan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pribadi pada khususnya.
Makassar, 12 Januari 2014
Penulis
6
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................. iii
Daftar Tabel ............................................................................................................. v
Daftar Lampiran .................................................................................................... vii
Abstrak ................................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 9
BAB II TIJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 10
BAB III KERANGKA KONSEP ........................................................................ 29
A. Dasar Variabel Yang Diteliti ................................................................ 29
B. Defenisi Operasional ............................................................................ 30
C. Kerangka Konsep Variabel .................................................................. 33
BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................... 34
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 34
B. Lokasi Penelitian .................................................................................. 34
C. Waktu Penelitian .................................................................................. 34
D. Populasi dan Sampel ............................................................................ 34
E. Cara Pengumpulan Data ....................................................................... 35
F. Pengolahan dan Penyajian Data ........................................................... 35
G. Etika Penelitian .................................................................................... 35
BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .................................. 36
A. Geografi................................................................................................ 36
B. Demografi ............................................................................................ 36
7
C. Mata Pencaharian ................................................................................. 37
D. Sarana Sanitasi Dasar ........................................................................... 37
BAB VI HASIL PENELITIAN .......................................................................... 40
A. Identifikasi Responden ......................................................................... 40
B. Keadaan Sanitasi Lingkungan .............................................................. 41
BAB VII PEMBAHASAN ................................................................................... 46
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 49
A. Kesimpulan .......................................................................................... 49
B. Saran ..................................................................................................... 50
Daftar Pustaka
Lampiran
8
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Komposisi Penduduk Menurut Umur Dan Jenis Kelamin Di Kelurahan 36
Lalombaa, Tahun 2012
Tabel 2. Mata Pencaharian Penduduk Di Kelurahan Lalombaa Tahun 2012 37
Tabel 3. Sumber Air Bersih Yang Digunakan Di Kelurahan Lalombaa, 38
Kecamatan Kolaka Tahun 2012
Tabel 4. Jenis Jamban Yang Digunakan Di Kelurahan Lalombaa, Tahun 2012 38
Tabel 5. Jenis Rumah Tinggal Di Kelurahan Lalombaa Kec. Kolaka 39
Tahun 2012
Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Di Kelurahan Lalombaa 40
Kec. Kolaka Tahun 2013
Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Di Kelurahan Lalombaa 40
Kec. Kolaka Tahun 2013
Tabel 8. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Di Kelurahan Lalombaa 41
Kab. Kolaka, Tahun 2013
Tabel 9. Distribusi Jenis Rumah Responden Di Kelurahan Lalombaa 42
Kab. Kolaka, Tahun 2013
Tabel 10. Keadaan Ventilasi Rumah Responden Di Kelurahan Lalombaa 42
Kab. Kolaka, Tahun 2013
Tabel 11. Keadaan Pencahayaan Rumah Responden Di Kelurahan Lalombaa 43
Kab. Kolaka, Tahun 2013
Tabel 12. Luas Rumah Responden Di Kelurahan Lalombaa Kec. Kolaka, Kab 43
Tahun 2013
Tabel 13. Distribusi Penyediaan Air Minum Responden Di Kelurahan 44
Lalombaa Kab. Kolaka, Tahun 2013
9
Tabel 14. Distribusi Jenis Rumah Responden Di Kelurahan Lalombaa, 44
Kab. Kolaka, Tahun 2013
Tabel 15. Distribusi Jamban Keluarga Responden Di Kelurahan Lalombaa, 44
Kab. Kolaka, Tahun 2013
Tabel 16. Distribusi Sarana Pembuangan Limbah Responden Di Kelurahan 45
Lalombaa Kab. Kolaka, Tahun 2013
Tabel 17. Distribusi Pemilikan Tempat Sampah Responden Di Kelurahan 45
Lalombaa, Kab. Kolaka, Tahun 2013
10
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar kuisioner penelitian
Lampiran 2 : Peta lokasi pnelitian
Lampiran 3 : Lembar Undangan Seminar Proposal
Lampiran 4 : Lembar Undangan Seminar Hasil Penelitian
Lampiran 5 : Lembar Surat Ijin Penelitian Oleh Camat Kab. Kolaka
Lampiran 6 : Lembar Surat Keterangan Selesai Penelitian
11
ABSTRAK
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Dan Ilmu kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
Skripsi, Januari 2014
Eka Budi Prasetya
“Tinjauan Sanitasi Lingkungan Di Kelurahan Lalombaa Kecamatan Kolaka
Kabupaten Kolaka Tahun 2013”
( xiii + 52 Halaman + 17 Tabel + 6 Lampiran)
Masalah utama dalam kesehatan lingkungan pada masyarakat Indonesia
pada umumnya masih berfokus pada pengadaan air bersih, perumahan yang layak,
jamban keluarga, sarana pembuangan air limbah dan sampah. Semua faktor
tersebut merupakan masalah lingkungan hidup yang mempengaruhi kesehatan
mayarakat disamping penyebab tidak langsungnya yaitu pendidikan dan
penghasilan yang rendah, kesehatan lingkungan merupakan upaya untuk
memperbaiki lingkungan hidup manusia agar menjadi media yang baik untuk
mewujudkan kesehatan yang optimum bagi manusia didalamnya.
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran
dan informasi mengenai sanitasi lingkungan di Kelurahan Lalombaa Kecamatan
Kolaka Kabupaten Kolaka. Pada penelitian ini, variabel yang diteliti meliputi data
demografi, status sosial ekonomi dan lingkungan yaitu penyediaan air bersih,
jamban keluarga, sarana pembuangan air limbah dan sampah serta jenis tempat
tinggal. Metode penelitian yang digunakan adalah survey deskriptif. Adapun data
yang dikumpulkan adalah data primer, yang diperoleh dari wawancara langsung
dari responden yang dijadikan sampel di Kelurahan Lalombaa Kecamatan Kolaka
Kabupaten Kolaka tahun 2013 dengan menggunakan daftar pertanyaan dalam
bentuk kuisioner dan juga dengan menggunakan observasi langsung.
Secara keseluruhan, jumlah penduduk Kelurahan Lalombaa adalah 5.522
jiwa, dengan tingkat pendidikan masyarakat yang tergolong rata-rata SMA
sederajat. Dari seluruh sampel, mayoritas menempati rumah permanen (42%)
dengan ventilasi cukup (70%). Sumber air minum memenuhi syarat fisik (94%)
karena mayoritas berasal dari air PDAM (46%). Mayoritas rumah tangga juga
memiliki jamban keluarga (63%), membuang air limbah ke belakang rumah
(62%), dan yang tidak mempunyai tempat pembuangan sampah sebesar (82%).
Melalui penelitian ini, penulis berharap adanya suatu upaya utuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lingkungan, peran aktif
12
masyarakat dalam melaksanakan program kesehatan, serta bantuan dan
pembinaan dari pemerintah.
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan menjadi salah satu pilar dan upaya kesehatan sebab
lingkungan memainkan peranan penting dalam kesehatan manusia. Semenjak
umat manusia menghuni planet bumi ini, sebenarnya mereka sudah seringkali
menghadapi masalah-masalah kesehatan serta bahaya kematian yang disebabkan
oleh faktor-faktor lingkungan hidup yang ada di sekeliling mereka seperti benda
mati, makhluk hidup, adat istiadat kebiasaan, dan lain-lain. Namun karena
keterbatasan ilmu pengetahuan mereka saat itu, setiap kejadian selalu
diasosiasikan dengan hal-hal yang bersifat mistik. Contoh, wabah penyakit
Sampar yang terjangkit di suatu tempat dianggap sebagai kutukan dan kemarahan
dewa.(1)
Masa silih berganti, pada abad ke-19 terjadi Revolusi Industri di Inggris.
Era industrialisasi ini menyebabkan masalah baru berupa munculnya daerah
pemukiman kumuh, akumulasi buangan dan kotoran manusia, masalah sosial dan
kesehatan, yang terutama terjadi di kota-kota besar. Sampai akhirnya, John Snow
(1854) melakukan penelitian epidemiologi terhadap wabah kolera yang terjadi di
Broad Street, London, dan membuktikan bahwa penularan penyakit kolera
disebabkan oleh pencemaran Vibrio cholera pada sumber air bersih yang
dikonsumsi oleh masyarakat. Maka sejak saat itu, konsep pemikiran mengenai
14
faktor-faktor lingkungan hidup eksternal manusia mempunyai pengaruh baik
secara langsung maupun tidak langsung terhadap masalah kesehatan.(1)
Menurut Hendrik L Bloom (1974), status kesehatan manusia dipengaruhi
oleh empat faktor yakni genetik, lingkungan, pelayanan kesehatan dan perilaku.
Menurut Sumengen Sutomo (1991), kesehatan lingkungan adalah upaya untuk
melindungi kesehatan manusia melalui pengelolaan, pengawasan dan pencegahan
faktor-faktor lingkungan yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Sedangkan
menurut WHO Expert Committee (1972), kesehatan lingkungan adalah suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dengan lingkungannya agar
dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.(2)
Lebih dari 100 ahli menyimpulkan bahwa lingkungan memberikan
kontribusi besar terhadap beban penyakit dari lebih dari 85 jenis penyakit.
Laporan ini bersifat global, dari 14 kawasan di seluruh dunia. Evidence yang ada
menunjukkan bahwa faktor resiko lingkungan memainkan peranan lebih dari 80%
dari penyakit sebagaimana yang dilaporkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO). Secara global, hampir satu seperempat dari semua kematian melibatkan
peran lingkungan. Pada anak-anak, bagaimanapun, resiko faktor lingkungan dapat
dihitung lebih dari sepertiga dari beban penyakit.(3)
Ilmu kesehatan lingkungan merupakan ilmu yang mempelajari hubungan
timbal balik antara faktor kesehatan dan faktor lingkungan. Untuk dapat
mempelajari ilmu kesehatan lingkungan, diperlukan beberapa pengertian termasuk
pengertian ekologi, ekosistem, pencemaran lingkungan, AMDAL dan dasar-dasar
15
pengelolaan lingkungan. Kesehatan lingkungan menyangkut semua segi
kehidupan yang lingkup jangkauannya adalah angka kesakitan, yang
menunjukkan rasio penyakit di masyarakat. Usaha kesehatan yang semula berupa
penyembuhan penderita, secara berangsur-angsur berkembang kearah kesatuan
usaha kesehatan untuk seluruh masyarakat dengan mengikutsertakan masyarakat
tersebut. Dalam hal ini termasuk usaha-usaha peningkatan (promotif), pencegahan
(preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang bersifat
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.(4)
Banyak faktor yang mempengaruhi usaha kesehatan tersebut diatas. Faktor
yang mempengaruhi usaha kesehatan tersebut dapat berupa faktor lingkungan
fisik/kimia, lingkungan biologic maupun lingkungan sosial-ekonomi-budaya yang
bersifat dinamis dan kompleks. Faktor tersebut diatas dapat mempengaruhi
kondisi fisiologis manusia dan dapat menimbulkan penyakit, akibat ekspansi dan
ulah manusia yang tidak bertanggung jawab dapat menyebabkan timbulnya suatu
ketimpangan ekologis, dan ketimpangan ini dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan dan akhirnya dapat menimbulkan gangguan fisiologis dan psikologis
pada manusia.(4,5)
Pengertian kesehatan lingkungan adalah merupakan salah satu aspek dari
kesehatan masyarakat yang menitikberatkan kepada lingkungan kehidupan di
sekitar manusia yang mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Istilah
kesehatan itu sendiri dalam Undang-undang no. 9 tahun 1960 tentang pokok-
pokok, Bab I pasal 2 didefenisikan “ kesehatan ialah keadaan yang meliputi
16
kesehatan badan, rohani (mental) dan sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas
dari penyakit, cacat, dan kelemahan”. Menurut undang-undang Republik
Indonesia no.23 tahun 1997 tentang pengolahan lingkungan hidup. “Lingkungan
hidup adalah kesatuan ruangan dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk
hidup, termasuk didalamnya manusia dan prilakunya, yang mempengaruhi
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya” (4,5)
.
Sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari
200 juta jiwa, masalah kesehatan lingkungan di Indonesia menjadi sangat
kompleks terutama di kota-kota besar. Hal tersebut disebabkan oleh karena di
Indonesia terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari desa ke kota.
Lahan pertanian yang semakin berkurang terutama di pulau Jawa dan terbatasnya
lapangan pekerjaan mengakibatkan penduduk desa bermigrasi datang ke kota
besar mencari pekerjaan sebagai pekerja kasar seperti pembantu rumah tangga,
kuli bagunan dan pelabuhan, pemulung bahkan menjadi pengemis dan pengamen
jalanan yang secara tidak langsung membawa dampak sosial dan dampak
kesehatan lingkungan, seperti munculnya permukiman kumuh dimana-dimana.
Selain itu dihampir setiap tempat di Indonesia, sistem pembuangan sampah
dilakukan secara dumping tanpa adanya pengelolaan lebih lanjut. Sistem
pembuangan semacam itu selain memerlukan lahan yang cukup luas juga
menyebabkan pencemaran pada udara, tanah, dan air selain lahannya juga dapat
menjadi tempat berkembangbiaknya agen dan vektor penyakit menular. (6)
17
Berdasarkan survei yang pernah dilakukan, hanya sekitar 60% penduduk
Indonesia mendapatkan air bersih dari PDAM, terutama untuk penduduk
perkotaan, selebihnya mempergunakan sumur atau sumber air lainnya. (6)
Berdasarkan laporan Direktorat Penyehatan Lingkungan Departemen
Kesehatan seperti yang dikutip Kantor Berita Antara menyebutkan, di Indonesia
terdapat empat dampak besar kesehatan yang disebabkan pengelolaan air dan
sanitasi yang buruk, yakni diare, tifoid, polio, dan cacingan. Hasil survei pada
tahun 2006 menunjukkan bahwa kejadian diare pada semua usia di Indonesia
adalah 423 dari tiap 1.000 orang, dan terjadi 1-2 kali per tahun pada anak-anak
berusia dibawah 5 tahun. Pada tahun 2001, angka kematian rata-rata yang
diakibatkan oleh diare adalah 23 di tiap 100.000 orang penduduk, sedangkan
angka yang lebih tinggi terjadi pada kelompok anak berusia dibawah 5 tahun,
yaitu 75 per 100.000 orang penduduk. (6)
Saat sekarang ini telah disadari bahwa aspek kesehatan akibat perubahan
lingkungan dalam proses pembangunan tidak hanya terbatas pada pencemaran
lingkungan secara langsung, tetapi harus diingat pula pencemaran lingkungan
secara tidak langsung. Untuk memahami hubungan antara kesehatan dan
lingkungan, kiranya perlu ditelaah terlebih dahulu tentang sejarah terjadinya
penyakit dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya.(5,6)
Penelitian merupakan bidang yang sangat penting, hal ini terlihat dengan
makin banyaknya perhatian yang diberikan pada bidang ini. Penelitian sangat
dibutuhkan karena merupakan langkah yang sangat diperlukan dalam
18
perencanaan, proses, dan penilaian suatu kegiatan, sehingga kita dapat melukakan
perbaikan-perbaikan yang mengarah kepada kemajuan dan pembangunan.(7)
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang
saling berkaitan dengan masalah-masalah lainnya diluar kesehatan itu sendiri.
Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari
segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari seluruh yang ada pengaruhnya
terhadap masalah “sehat-sakit” atau kesehatan. Perkembangan epidemiologi
menggambarkan secara spesifik peran lingkungan dalam terjadinya penyakit dan
wabah, bahwasanya lingkungan hidupnya merupakan suatu yang wajar dan
terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal, hal ini disebabkan
karena manusia memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk
kelangsungan hidupnya.(7,8,9)
Hubungan antara manusia dengan lingkungannya selanjutnya dapat
meningkatkan kualitas lingkungan dapat pula menghasilkan sesuatu yang
merugikan lingkungan, sesuatu yang merugikan lingkungan disebut sebagai
“environmental hazards” dan hal tersebut dapat mempengaruhi aktifitas manusia.
Segala aktifitas manusia, dapat saling timbal balik dengan system penunjang
kehidupan dan sumber daya serta sisa-sisa aktifitas manusia dan lingkungan, maka
perlu dilakukan penelitian kesehatan lingkungan. Dengan melakukan peneliian
kesehatan lingkungan, diharapkan dapat ditemukan hal-hal baru yang sangat
bermanfaat untuk kemajuan dan teknologi, khususnya yang berhubungan erat
dengan kesehatan lingkungan.(10)
19
Dalam Buku Laporan Studi Environmental Health Risk Assessment
(EHRA) Kabupaten Kolaka tahun 2012 mengungkapkan beberapa hasil salah
satunya yaitu, masih tingginya angka persentase yang tidak memadai dari
pengelolaan sampah rumah tangga yaitu sebesar 60%. Hal ini mengindikasikan
tentang adanya pelayanan sektor persampahan yang masih sangat kurang dan
masih adanya sebagian masyarakat yang belum memiliki kepedulian dan
partisipasi dalam hal pengelolaan sampah rumah tangga. Dengan demikian, maka
penelitian mengenai Tinjauan Sanitasi Lingkungan di Kelurahan Lalombaa
Kecamatan Kolaka menjadi sangat penting untuk dilakukan karena hasil
penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka
meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan sehingga tercipta peningkatan status
kesehatan masyarakat di wilayah kabupaten ini.
B. Rumusan Masalah
Sanitasi lingkungan mempunyai ruang lingkup yang cukup luas, meliputi
penyediaan air bersih, pembuangan air limbah, penyediaan sarana pengawasan
penyehatan makanan, penyediaan sarana penanggulangan pencemaran udara.
Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan pada parameter sanitasi lingkungan
dasar yaitu perumahan, penyediaan air bersih, jamban keluarga, pembuangan air
limbah, serta sampah.
20
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum:
Untuk memperoleh gambaran dan informasi mengenai sanitasi lingkungan di
Kelurahan Lalombaa Kecamtan Kolaka Kabupaten Kolaka.
Tujuan khusus:
1. Untuk mengetahui gambaran jenis-jenis rumah yang ada di Kelurahan
Lalombaa Kecamatan Kolaka Kabupaten Kolaka.
2. Untuk mengetahui gambaran luas rumah yang ada di Kelurahan Lalombaa
Kecamatan Kolaka Kabupaten Kolaka.
3. Untuk mengetahui gambaran keadaan ventilasi perumahan di Kelurahan
Lalombaa Kecamatan Kolaka Kabupaten Kolaka.
4. Untuk mengetahui gambaran keadaan kepemilikan jamban keluarga di
kelurahan Lalombaa Kecamatan Kolaka Kabupaten Kolaka.
5. Untuk mengetahui gambaran keadaan penyediaan air bersih di Kelurahan
Lalombaa Kecamatan Kolaka Kabupaten Kolaka
6. Untuk mengetahui gambaran keadaan pembuangan air limbah di kelurahan
Lalombaa Kecamatan Kolaka Kabupaten Kolaka.
7. Untuk mengetahui gambaran keadaan pembuangan sampah di Kelurahan
Lalombaa Kecamatan Kolaka Kabupaten Kolaka.
21
D. Manfaat Penelitian
Manfaat praktisi:
1. Sumber informasi bagi para masyarakat sehingga diharapkan timbul
kepedulian untuk bekerja sama dalam upaya-upaya peningkatan kesehatan
lingkungan.
Manfaat teoritis:
1. Bahan masukan bagi instansi yang berwenang sebagai dasar pertimbangan
pengambilan keputusan dan kebijakan kesehatan dalam upaya peningkatan
program kesehatan lingkungan.
2. Sebagai tambahan ilmu, kompetensi dan pengalaman berharga bagi peneliti
3. Sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan
kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan
termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses
membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara
kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal
yang mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.(1,2)
Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para
koleganya yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi
pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela
terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan. Data terakhir menunjukkan
bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu mendapat
jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan
kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek. Golongan masyarakat yang
dianggap 'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari
golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam pelayanan kesehatan, masalah
ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak
saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari
pelayanan kesehatan itu sendiri.(1,2)
23
Pengertian kesehatan Menurut WHO adalah keadaan yg meliputi
kesehatan fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya berarti suatu keadaan yang
bebas dari penyakit dan kecacatan.(3)
Menurut UU No 23 / 1992 tentang kesehatan merupakan keadaan sejahtera
dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.(4)
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan kesehatan adalah :(4)
1. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.
2. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan
atau masyarakat.
3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan.
4. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
24
Tujuan kesehatan dalam segala aspek adalah memajukan kesejahteraan
bangsa, yang berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu, sandang, pangan,
pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup. Tujuan
pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap penduduk, jadi tanggungjawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang
optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta
bersama-sama.(4)
Pengertian lingkungan Menurut A.L. Slamet Riyadi (1976) adalah tempat
pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organismenya hidup beserta segala
keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak dapat diduga ikut
mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme itu. Menurut
Encyclopaedia of Science & Technology (1960), Lingkungan merupakan
sejumlah kondisi di luar dan mempengaruhi kehidupan dan perkembangan
organisme. Menurut Encyclopaedia Americana (1974), Lingkungan merupakan
pengaruh yang ada di atas/sekeliling organism.(2)
Pengertian sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu
penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi
merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan
terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan.(3)
Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan, yaitu
perilaku yang disengaja untuk membudayakan hidup bersih untuk mencegah
manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya
25
lainnya, dengan harapan dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.
Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi Negara - negara
berkembang. Karena menurut WHO, penyakit diare membunuh satu anak di dunia
ini setiap 15 detik, karena akses pada sanitasi masih terlalu rendah. Hal ini
menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan
pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada skala nasional.(12)
Kondisi seperti ini dapat dikendalikan melalui intervensi terpadu melalui
pendekatan sanitasi total. Hal ini dibuktikan melalui hasil studi WHO tahun 2007,
yaitu kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan akses masyarakat
terhadap sanitasi dasar, 45% dengan perilaku mencuci tangan pakai sabun, 39%
perilaku pengelolaan air minum yang aman di rumah tangga. Sedangkan dengan
mengintegrasikan ketiga perilaku intervensi tersebut, kejadian diare menurun
sebesar 94%.(13)
Pentingnya lingkungan sehat ini telah dibuktikan WHO dengan
penyelidikan-pnyelidikan diseluruh dunia dimana didapatkan hasil bahwa angka
kematian (mortalitas), angka perbandingan orang sakit (morbiditas) yang tinggi
serta seringnya terjadi epidemi, terdapat di tempat-tempat dimana terdapat banyak
lalat, nyamuk, pembuangan kotoran dan sampah yang tidak teratur, air rumah
tangga yang buruk, perumahan yang teralalu sesak dan keadaan sosial ekonomi
yang jelek. Ternyata pula bahwa di tempat-tempat dimana hygiene dan sanitasi
lingkungan diperbaiki, mortalitas, morbiditas menrun dan wabah berkurang
dengan sendirinya.(13,14)
26
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia diperlukan tingkatan kesehatan manusia dalam segi kesehatan.
Perlindungan terhadap lingkungan hidup dari rencana usaha kegiatan ditetapkan
melalui UU No. 23 tahun 1977 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini
tercermin bahwa setiap rencana usaha / kegiatan yang mempunyai dampak besar
dan penting wajib dilengkapi dengan suatu analisa dampak kesehatan
lingkungan.(9)
Ilmu lingkungan merupakan resultante dari bermacam-macam ilmu antara
lain: biologi, sosial / ekonomi, politik dan kedokteran. Dari masing-masing bidang
ilmu tersebut antara lain akan muncul ilmu ekologi dan makro ekonomi. Konsep
ekologi kesehatan, pada dasarnya memuat segala sesuatu mengenai interaksi
antara lingkungan alam dan kondisi kesehatan mayarakat. Faktor alam antara lain
sinar matahari, kondis atmosfer, air dan tanah akan mempengaruhi lingkungan
tempat masyarakat berada. Sedangkan lingkungan sendiri teridir lingkungan
buatan dan lingkungan alamiah.(15)
Telah diketahui bahwa derajat kesehatan individu / masyarakat tergantung
kepada kondis “host” (individu), “agenti” (penyebab penyakit), ”environment”
(lingkungan). Faktor lingkungan merupakan unsure penentu terjadinya sakit /
sehat pada masyarakat. Dengan demikian apabila terjadi perubahan lingkungan
menjadi jelas disekitar manusia makan akan terjadi pula perubahan pada kondisi
kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan.(15)
27
Teori perubahan perilaku menyatakan bahwa perubahan dapat terjadi
apabila terjadi motivasi untuk berubah. Salah satu cara untuk menimbulkan
motivasi pada seseorang ialah dengan melibatkannya kedalam suatu aktifitas,
stimulasi, sehingga terjadi anteseden. Keadaan ini dapt memberikan timbulnya
interaksi antara anggota masyarakat sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan pada
dirinya menyebabkan timbulnya kesadaran tentang keadaan dirinya tersebut, atau
terajdi realisasi. Kesadaran atau realisasi inilah yang kemudian menimbulkan
keinginan ataupun dorongan untuk berubah, yakni yang kemudian menimbulkan
keinginan ataupun dorongan untuk berubah, yakni mengubah keadaanya yang
jelek menjadi baik.(15)
Sanitasi lingkungan adalah usaha mengendalikan semua faktor-faktor fisik
manusia yang mungkin menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan
fisik kesehatan dan daya tahan hidup manusia. Kesehatan lingkungan pada
hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga
berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula.
Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain: perumahan, penyediaan
air bersih, pembuangan kotoran manusia (tinja), pembuangan sampah,
pembuangan air kotor (limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya.
Usaha memperbaiki atau kondisi lingkungan ini dari masa ke masa, dan dari
masyarakat satu ke masyarakat lainnya bervariasi dan bertingkat dari paling
sederhana (primitive) sampai paling mutakhir (modern).(16)
28
Pengetahuan tentang hubungan antara jenis lingkungan ini sangat penting
agar dapat menanggulangi permasalahan lingkungan secara terpadu dan tuntas.
Sebagai contoh, apabila terdapat permasalahan menumpuknya sampah di kota-
kota, diselesaikan dengan mengangkut dan membuangnya di suatu lembah yang
jauh dari pusat kota, maka permasalahan tidak diselesaikan, tetapi hanya
dipindahkan dan timbul masalah lainnya seperti pencemaran udara, bertambahnya
jumlah lalat, tikus, bau, pemandangan yang tidak nyaman. Hal ini terjadi karena
orang tidak memahami bahwa ada hubungan antara sampah, air, udara, dan benda
hidup. Sebagai akibat masyarakat akan menderita kerugian besar dalam bentuk
gangguan kesehatan.(16)
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, serta aplikasi dalam
perkembangan Negara, pemanfaatan sumber daya alam akan meningkat.
Demikian pula dengan buangan yang berbahaya sehingga kualitas lingkungan
hidup akan terus berubah secara dinamis, beban lingkungan dalam menunjang
pembangunan akan semakin berat. Perubahan kualitas lingkungan yang cepat ini
merupakan tantangan manusia untuk dapat menjaga fungsi lingkungan hidup agar
tetap normal sehingga daya dukung kelangsungan hidup manusia di bumi ini tetap
lestari, dan kesehatan masyarakat tetap terjmin. Oleh karena itu ditumbuhkan
strategi baru untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan lingkungan yakni:
setiap aktifitas harus didasarkan atas kebutuhan manusia, ditunjukkan pada
kehendak manusia, direncanakan oleh semua pihak yang berkepentingan,
didasarkan atas prinsip-prinsip ilmiah dan dilaksanakan secara manusiawi.(17)
29
Dengan kata lain bahwa teknologi dibidang kesehatan lingkungan sangat
bervariasi, dari teknologi primitive, teknologi menengah (teknologi tepat guna)
sampai dengan teknologi mutakhir. Mengingat bahwa masalah kesehatan
lingkunga di Negara-negara berkembang adalah berjisar pada perumahan
(housing), penyediaan air minum, sanitasi (jamban), pembuangan air kotor
(limbah), pembuangan sampah, maka hanya dibahas kelima masalah tersebut.(17)
a. Perumahan
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia, rumah
atau tempat tinggal manusia dari zaman ke zaman mengalami perkembangan.
Sejak zaman dahulu manusia sudah mencoba mendesain rumahnya dengan ide
mereka masing-masing yang dengan sendirinya berdasarkan kebudayaan dan
dengan bahan yang ada setempat. Perumahan merupakan unsure yang paling
kompleks dari kesehatan, karena perumahan sangat erat kaitannya dengan
ekonomi, kondisi sosial, pendidikan, adat istiadat dan kebijakan pemerintah.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pembangunan suatu rumah:
1. Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan
sosial. Maksudnya membangun suatu rumah harus memperbaiki tempat
dimana rumah didirikan.
2. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat.
3. Teknologi yang dimiliki oleh masyarakat.
4. Kebijaksananaan (peratuaran-peraturan) pemerintah yang menyangkut tata
guna tanah.
30
Syarat-syarat rumah yang sehat antara lain:
1. Bahan bangunan yang terdiri dari lantai yang terbuat dari ubin, semen atau
kayu yang penting adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak
basah saat musim hujan. Dinding bisa dari tembok ataupun papan, atap
genteng adalah umum dipakai namun atau daun rumbia atau daun kelapa
juga baik. Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di
pedesaan dan bahan-bahan ini juga tahan lama.
2. Ventilasi, berfungsi untuk menjaga agar aliran udara didalam rumah
tersebut tetap segar dan untuk membebaskan udara ruangan dan bakteri-
bakteri terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi aliran udara
yang terus menerus. Adapun ukuran ventilasi sehat yaitu sekitar 1/10 dari
luas lantai ruangan.
Ventilasi ada 2 macam yaitu:
a. Ventilasi alamiah, dimanan aliran udara didalam ruangan tersebut
terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-
lubang pada dinding dan sebagainya.
b. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk
mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas dan mesin penghisap udara.
3. Cahaya rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang
dan tidak terlalu banyak. Ukuran jendela untuk jalan masuk cahaya atau
sinar matahari adalah 15% - 20% dari luas lantai ruangan. Dengan posisi
31
jendela sedemikian rupa agar cahaya matahari pagi dapat langsung masuk
kedalam rumah.
4. Luas bangunan rumah, luas lantai bangunan rumah yang sehat harus cukup
untuk penghuni didalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus
disesuaikan dengan jumlah penghuninya, yakni 7-9 m2
per penghuni.
5. Fasilitas-fasilitas didalam rumah sehat, antara lain penyediaan air bersih
yang cukup, pembuangan tinja, pembuangan air limbah, pembuangan
sampah, fasilitas dapur dan sebagainya.(15)
b. Penyediaan air bersih
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok kehidupan bagi mahluk hidup
yang ada di bumi untuk berlangsungnya proses metabolisme tubuh, baik bagi
manusia atau bagi mahluk hidup lainnya. Secara teoritis di bumi terdapat tiga
jenis sumber air yaitu air hujan, air permukaan dan air tanah. Sumber-sumber
tersebut tidak selamanya cocok semua untuk kebutuhan manusia, karena harus
memenuhi syarat baik secara kimia maupun secara fisika.
Yang dimaksud dengan air bersih menurut permenkes RI No.
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas, air
bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Air adalah zat utama pada setiap mahluk hidup dibumi. Manusia
tergantung pada air bukan hanya memenuhi kebutuhan minumnya melainkan
juga untuk pembangkit tenaga, rekreasi, pengangkutan dan pengairan. Karena
32
teknologi modern menuntut makin banyak air, maka orang harus terus
berusaha merencanakan cara-cara baru untuk menyadap sumber-sumber dan
mengusahakan agar air yang sudah dicemarkan oleh manusia dapat
dimanfaatkan kembali.
Macam-macam Sumber Air
Dialam ini banyak sekali sumber air minum, sumber-sumber tersebut
dapat dibedakan dari macam, letaknya dan kemurniannya. Dari segi letaknya
air minum dibagi menjadi:
1. Air hujan
Air hujan adalah air angkasa sebelum jatuh ke permukaan tanah.
2. Air permukaan
Air permukaan meliputi air sungai, danau, telaga, waduk, rawa, dll.
3. Air tanah
Air tanah adalah air permukaan yang meresap kedalam tanah dan
dapat menjadi air tanah tertekan. Air tanah tertekan dan air tanah
tidak tertekan. Air tanah tertekan adalah lapisan air tanah yang
dibatasi oleh dua lapisan kedap air dan karenanya mempunyai
tekanan seperti halnya air mengalir melalui pipa yang penuh
terletak miring. Sedangkan air tanah tidak tertekan adalah air yang
berasal dari rembesan melalui permukaan tanah yang mengisi pori-
33
pori tanah. Apabila digali atau dibor air tanah ini akan menuju pada
lobang-lobang pengeboran.
Penggunaan air bersih oleh masyarakat dapat dipakai sebagai salah satu
indikator usaha kesehatan karena:
1. Air merupakan kebutuhan primer yang berguna untuk kelangsungan hidup,
keperluan sehari-hari.
2. Air dapat merupakan sumber penularan penyakit.
3. Penggunaan air bersih dapat memberikan gambaran tentang pengertian
masyarakat akan arti sehat.
Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No. 461/Menkes/PER/IK/90 tentang
air minum yang memenuhi syarat kesehatan anak adalah:
a. Syarat-syarat kualitas.
Fisik : Jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau.
Kimiawi : Tidak mengandung zat-zat yang beracun dan berbahaya
bagi kesehatan.
Mikrobiogi : Tidak mengandung bibit penyakit, tidak mengandung
saprofit atau E coli lebih dari 100/ml air
34
b. Syarat-syarat kuantitas.
Kebutuhan air untuk daerah perkotaan 150-300 L/orang/hari. Untuk daerah
pedesaan 100-150 L/orang/hari. Lebih dari 45% penduduk mengambil air
dari sumur sebagai sumber air bersih. Secara teknis sumur dibagi menjadi 2
jenis, yaitu:
Sumur dangkal (shallow well)
Sumur dangkal mempunyai pasokan air yang berasal dari resapan
air hujan, terutama pada daerah dataran rendah. Sumur dangkal ini dimiliki
oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, dengan kelemahan utama pada
mudahnya jenis sumur ini terkontaminasi oleh air limbah yang berasal dari
kegitan mandi, cuci, dan kakus. Tingkat kalaman sumur dangkal ini
biasanya berkisar antara 5 s/d 15 meter dari permukaan tanah.(14)
Sumur Dalam (Deep Well)
Sumber air Sumur Dalam berasal dari proses purifikasi alami air
hujan oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah. Kondisi ini menyebabkan
sumber airnya tidak terkontaminasi serta secara umum telah memenuhi
persyaratan sanitasi. Air dari sumur dalam ini berasal dari lapisan air
kedua di dalam tanah, dengan kedalaman di atas 15 meter dari permukaan
tanah.(14)
35
Sumur merupakan jenis sarana air bersih yang banyak dipergunakan
masyarakat, karena ± 45% masyarakat mempergunakan jenis sarana air
bersih ini. Sumur sanitasi adalah jenis sumur yang telah memenuhi
persyaratan sanitasi dan terlindung dari kontaminasi air kotor. Sumur sehat
minimal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Syarat Lokasi atau Jarak
Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah
jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah dan sumber-
sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta
kemiringan tanah.
a. Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir.
b. Jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber
pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah dan
sebagainya.
2. Syarat kontruksi
- Dinding sumur 3 meter dari permukaan tanah dibuat dari bahan yang
tidak tembus air.
- Kedalaman cukup mengandung air walaupun musim kemarau.
- Diatas tanah dibuat dinding tembok setinggi 70 cm.
- Lantai sumur minimal satu meter dari dinding sumur, agak mering
dan ditinggikan 20 cm dari permukaan tanah.
36
- Dasar sumur diberi kerikil.
- Permukaan tanah sekitar bangunan dibuat miring.
- Saluran pembuangan air limbah kedap air dan minimal 10 meter
panjangnya.(15)
c. Penydiaan Jamban Keluarga
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher
angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit
penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya.
1. Jamban cemplung: Adalah jamban yang penampungannya berupa lubang
yang berfungsi menyimpan dan meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam
tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung
diharuskan ada penutup agar tidak berbau.
2. Jamban tangki septik/leher angsa: Adalah jamban berbentuk leher angsa
yang penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi
sebagai wadah proses penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang
dilengkapi dengan resapannya. Pilihan leher angsa yang terbuat dari
keramik, porselin atau kaca serat (fiber glass). Tempat air perapat harus
terbuat dari kaca serat atau keramik karena permukaanya licin dan cukup
37
kuat sehingga mudah dibersihkan. Juga tidak berbau dan tidak mengundang
serangga. Tinggi air perapat harus paling sedikit 2 cm. (12,13)
Jamban yang lebih dikenal dengan WC atau kakus menjadi sumber
penyebaran penyakit baik secara langsung maupun tidak langsung bila tidak
memenuhi syarat kesehatan, jamban yang dibuat hendaknya memenuhi syarat
kesehatan, jamban yang dibuat hendaknya memenuhi syarat kesehatan, konstruksi
dan sosial. Jamban yang memebuhi syarat kesehatan menurut Ehlers dan Steel:
Tidak mengotori permukaan tanah
Tidak mengotori air permukaan
Tidak mengotori air dalam tanah
Kotoran tidak boleh terbuka
d. Pembuangan Air Limbah
Air limbah atau air sisa buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari
rumah tangga, industry maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada
umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan
bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain
mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair
yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industry,
bersama-sama dengan air tanah, air pemukiman dan air hujan yang mungkin ada.
Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan akibat
air limbah antara lain:
- Menjadi transmisi atau media penyebaran penyakit.
38
- Menjadi media berkembang biaknya mikroorganisme pathogen.
- Menjadi tempat-tempat berkembangbiaknya nyamuk atau tempat larva
nyamuk.
- Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap.
- Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah dan lingkungan hidup
lainnya.
- Mengurangi produktifitas manusia, karena orang bekerja dengan tidak
nyaman dan sebagainya.
Air limbah adalah air yang tidak dipergunakan oleh manusia dan dimaksud
untuk dibuang. Sumber air limbah yang lazim dikenal adalah:
1. Pengenceran (dilution) yaitu air limbah diencerkan sampai konsentrasi
yang cukup rendah kemudian baru dibuang ke badan-badan air.
2. Kolam oksidasi yaitu pemanfaatan sinar matahari, ganggang, bakteri dan
oksigen dalam proses pembersihan alamiah.
3. Irigasi yaitu air limbah dialirkan kedalam parit-parit terbuka yang digali
dan air akan merembes masuk dalam tanah melalui dasar dan dinding
parit-parit tersebut.
e. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah adalah meliputi penyimpanan, pengumpulan dan
pemusnahan sampah yang dilakukan sedemikian rupa sehingga sampah tidak
mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup.(15)
39
- Penyimpanan sampah
Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara sebelum sampah
tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta dibuang (dimusnahkan)
dan untuk ini perlu disediakan tempat yang berbeda untuk macam dan jenis
sampah tertentu. Maksud dari pemisahan dan penyimpanan disini ialah untuk
memudahkan pemusnahannya.
Syarat-syarat tempat sampah antara lain : (i) konstruksinya kuat agar tidak
mudah bocor, untuk mencegah berseraknya sampah, (ii) mempunyai tutup,
mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat dianjurkan afar
tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan, (iii) ukuran
tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu orang.
- Pengumpulan sampah
Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah
tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu setiap rumah
tangga harus mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah.
Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus
diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) sampah, dan selanjutnya
ke Tempat Penampungan Akhir (TPA).
- Pemusnahan sampah
Pemusnahan atau pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui berbagai cara,
antara lain :
40
(1) Ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang
diatas tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan sampah;
(2) Dibakar (incenerator) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar
di dalam tungku pembakaran;
(3) Dijadikan pupuk (composting) yaitu pengelolaan sampah menjadikan
pupuk, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan dan
sampah lain yang dapat membusuk.
41
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar pemikiran Variabel yang Diteliti
Dalam pembangunan yang berwawasan lingkungan, kesehatan dan sanitasi
lingkungan merupakan faktor dominan yang sangat mempengaruhi sehat dan
tidaknya lingkungan dan pembanguna yang dilaksanakan. Dengan demikian perlu
diperhatikan sanitasi lingkungan dari setiap masyarakat / daerah sehingga secara
optimal masyarakat dapat menjadi pendukung utama dalam pembangunan bangsa
dan Negara.(18)
Pada penelitian ini variable yang akan diteliti, antara lain:
1. Perumahan
Ialah tempat tinggal keluarga yang memenuhi syarat kesehatan.
2. Penyediaan air bersih
Ialah air untuk keperluan rumah tangga yang digunakan untuk minum,
memasak, mandi, mencuci, membersihkan dan untuk keperluan lainnya yang
memenuhi syarat kesehatan yang baik kuantitas maupun kualitas.
3. Jamban keluarga
Ialah tempat pembuangan kotoran (faeces dan urine) yang digunakan oleh
keluarga, yang memenuhi syarat kesehatan, syarat konstruksi dan sosial.
4. Pembuangan air limbah
Ialah tempat pengaliran air rumah tangga yang telah dipergunakan,
bermaksud untuk dibuang dan tidak mengakibatkan genangan.
42
5. Pembuangan sampah
Ialah tempat dimana sampah padat yang berasal dari pembangunan rumah
tangga yang memenuhi syarat kesehatan.
B. Defenisi Operasional Variabel
Sanitasi lingkungan pada penelitian ini adalah perumahan, penyedaiaan air
bersih, jamban keluarga, pembuangan air limbah, dan pembuangan sampah. Yang
berdasarakan pada syarat yang telah ditetapkan sebagai berikut:
a. Perumahan
Yang dimaksud perumahan pada penelitian ini adalah yang ditempati oleh
resposnden dan keluarganya yang memiliki syarat rumah sehat yaitu ada
kamarisasi yang pada penelitian ini dibedakan berdasarkan fungsi ruangan
yaitu minimal ada pemisahan ruangan antara kamar tidur, ruang tamu, dan
dapur. Hal ini sesuai dengan pembagian ruangan pada rumah di Indonesia
pada umumnya, ventilasi yang luasnya sekitar 1/10 dari luas lantai ruangan,
luas rumah 7-9 m2
per penghuni. Kriteria objektif perumahan meliputi:
1) Luas rumah.
Memenuhi : 7-9 m2
per penghuni
Tidak memenuhi : Kurang dari 7 m2
per penghuni
2) Ventilasi.
Memenuhi : Luas ventilasi 1/10 dari luas ruangan
Tidak memenuhi : Tidak sesuai dengan criteria diatas.
43
3) Pencahayaan yang cukup.
Memenuhi : Pencahayaan cukup.
Tidak memenuhi : Pencahayaan tidak cukup.
b. Penyediaan air bersih
Yang dimaksud penyediaan air bersih pada penelitian ini adalah air yang
digunakan sebagai air minum oleh responden beserta keluarganya, yang
memenuhi syarat fisik yaitu jernih, tidak berasa, tidak berbau dan tidak
berwarna. Adapun sumber-sumber air yaitu:
1) Air ledeng
2) Air sumur
3) Air sungai
4) Air tadah hujan
c. Pemilikan jamban keluarga
Yang dimaksud dengan jamban keluarga pada penelitian ini adalah ada atau
tidaknya sarana tempat pembuangan tinja yang diperlukan oleh responden
beserta keluarga. Jenis-jenis jamban yang digunakan:
1) Jamban cemplung
2) Jamban leher angsa
d. Pemilikan tempat pembuangan limbah.
Yang dimaksud dengan pemilikan tempat pembuangan air limbah pada
penelitian ini adalah ada atau tidaknya saluran tempat pembuangan air limbah
44
rumah tangga responden yang tidak menyebabkan air tergenang. Kriteria
sebagai berikut:
1) Memiliki saluran dan tidak tergenang
2) Tidak memiliki atau memilik saluran tapi tergenang
e. Pemilikan tempat pembuangan sampah
Yang dimaksud dengan pemilikan tempat pembuangan sampah pada
penelitian ini adalah ada atau tidaknya tempat pembuangan sampah pada
rumah tangga responden dan bagaimana cara pengelolaanya. Adapun yang
termasuk yaitu:
1) Ditanam.
2) Dibakar.
3) Dijadikan pupuk.
45
C. Kerangka Konsep Variabel yang Diteliti
SANITASI
LINGKUNGAN
PERUMAHAN
PENYEDIAAN
SARANA AIR BERSIH
JAMBAN KELUARGA
PEMBUANGAN AIR
LIMBAH
PEMBUANGAN
SAMPAH
46
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dengan menggunakan rancangan
deskriptif.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Kelurahan Lalombaa Kecamatan Kolaka Kabupaten
Kolaka.
C. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu tanggal 23-29 Juni 2013
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah semua masyarakat yang bermukim di Kelurahan Lalombaa
Kecamatan Kolaka Kabupaten Kolaka. Sampel adalah rumah tangga yang berada
di lokasi penelitian. Penarikan sampel dilakukan dengan cara simple random
sampling. Responden adalah kepala keluarga atau salah seorang keluarga yang
dewasa dan sadar.
47
E. Cara Pengumpulan Data
Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (deep interview)
dengan menggunakan pedoman wawancara, sedangkan untuk data sekunder
diperoleh dari kantor kecamatan maupun kelurahan.
F. Pengolahan dan Penyajian Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dengan mengelompokkan hasil
wawancara, kemudian data diolah secara komputerisasi, disusun dan disajikan
dalam bentuk tabel disertai penjelasan-penjelasannya.
G. Etika Penelitian
1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pemerintah setempat
sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.
2. Subyek penelitian memberikan persetujuan secara lisan untuk dijadikan
subyek dalam penelitian.
3. Berusaha untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek penelitian yang
terdapat pada hasil wawancara yang diperoleh, sehingga tidak ada pihak yang
merasa dirugikan atas penelitian yang dilakukan.
4. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak
yang terkait.
48
BAB V
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Geografi
Kelurahan Lalombaa merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Kolaka
dengan luas wilayah 125 H, dimana Kelurahan Lalombaa terdiri dari 4
lingkungan.
Batas-batas kelurahan lalombaa:
- Sebelah utara : Kecamatan Mowewe
- Sebelah timur : Kelurahan Sabilambo
- Sebelah selatan : Kelurahan Tahoa
- Sebelah barat : Kelurahan Balandete
B. Demografi
Jumlah penduduk Kelurahan Lalombaa sesuai dengan data tahun 2012 sebanyak
5.522 jiwa, dengan 865 kepala keluarga. Adapun jumlah wanita sebanyak 2.650
(48 %) dan laki-laki 2.872 (52 %).
Tabel 1. Komposisi Penduduk Menurut Umur Dan Jenis Kelamin Di Kelurahan
Lalombaa, Tahun 2012.
Umur
Laki-laki Perempuan Total
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
< 1 tahun
1-4 tahun
5-13 tahun
14-44 tahun
45-65 tahun
> 65 tahun
60
423
704
998
595
92
2,1
14,7
24,5
34,7
20,7
3,2
52
393
681
978
459
87
1,9
14,8
25,7
36,9
17,3
3,2
112
816
1.385
1.976
1.054
179
2,02
14,7
25,1
35,8
19,1
3,2
Jumlah 2.872 100 2.650 100 5.522 100
Sumber : Data sekunder Kantor Kelurahan Lalombaa Tahun 2012
49
Dari data yang diperoleh dari Kelurahan Lalombaa menurut komposisi
penduduk terbanyak terdapat pada rentang usia produktif antara 14-44 tahun.
C. Mata Pencaharian
Jenis mata pencaharian penduduk di Kelurahan Lalombaa dapat dilihat dalam
tabel berikut ini:
Tabel 2. Mata Pencaharian Penduduk Di Kelurahan Lalombaa Kec. Kolaka Kab.
Kolaka, Tahun 2012
Jenis Pekerjaan Jumlah Persen
Pedagang
Nelayan
Wiraswasta
TNI/POLRI
PNS
Tukang Batu
Petani
Lain-lain
19
4
231
14
466
19
102
10
2,2
0,5
26,7
1,6
53,9
2,2
11,8
1,12
Jumlah 865 100
Sumber : Data sekunder Kantor Kelurahan Lalombaa Tahun 2012
Dari data di Kelurahan Lalombaa diperoleh data jenis pekerjaan terbanyak
penduduk adalah Pegawai Negeri Sipil.
D. Sarana Sanitasi Dasar
1. Sarana Penyediaan Air Bersih
Sarana penyediaan air bersih di Kelurahan Lalombaa berdasarkan data tahun
2012 dapat dilihat dalam tabel berikut:
50
Tabel 3. Sumber Air Bersih Yang Digunakan Di Kelurahan Lalombaa Kec.
Kolaka Kab. Kolaka, Tahun 2012.
Sumber Air Bersih Jumlah Persen
Air PAM
Sumur Gali
Sumur Pompa
Lain-lain
765
82
10
5
88,4
9,5
1,2
0,6
Jumlah 865 100
Sumber : Data sekunder Kantor Kelurahan Lalombaa Tahun 2012
2. Sarana Penyediaan Jamban
Penyediaan jamban keluarga di Kelurahan Lalombaa berdasarkan data tahun
2012 dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4. Jenis Jamban Yang Digunakan Di Kelurahan Lalombaa Kec. Kolaka
Kab. Kolaka, Tahun 2012
Jenis Jamban Keluarga Jumlah Persen
Leher angsa
Cemplung
Lain-lain
Tidak Memiliki Jamban
768
23
30
44
88,8
2,7
3,5
5,1
Jumlah 865 100
Sumber : Data sekunder Kantor Kelurahan Lalombaa Tahun 2012
Dari data di atas bahwa Kelurahan Lalombaa mayoritas memiliki jamban
keluarga.
3. Sarana Perumahan
Sarana perumahan di Kelurahan Lalombaa berdasarkan data tahun 2012 adalah
sebagai berikut:
51
Tabel 5. Jenis Rumah Tinggal Di Kelurahan Lalombaa Kec. Kolaka Kab.
Kolaka, Tahun 2012
Jenis Rumah Tinggal Jumlah Persen
Permanen
Semi permanen
Rumah panggung
Lain-lain
387
350
30
98
44,7
40,1
3,5
11,3
Jumlah 865 100
Sumber : Data sekunder Kantor Kelurahan Lalombaa Tahun 2012
Dari data yang diperoleh mayoritas penduduk di Kelurahan Lalombaa sudah
memiliki rumah jenis permanen.
52
BAB VI
HASIL PENELITIAN
A. Identifikasi Responden
Dari hasil penelitian, telah dilakukan identifikasi responden berdasarkan jenis
kelamin, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan.
1. Jenis Kelamin
Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Di Kelurahan Lalombaa
Kec. Kolaka Kab. Kolaka, Tahun 2013
Jenis kelamin Jumlah Persen (%)
Laki-laki
Perempuan
74
26
74
26
Jumlah 100 100
Sumber : Data primer
Tabel ini menunjukkan bahwa jumlah responden berdasarkan jenis kelamin
mayoritas laki-laki sebanyak 74 orang sedangkan perempuan sebanyak 26
orang.
2. Tingkat pendidikan
Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Di Kelurahan Lalombaa
Kec. Kolaka Kab. Kolaka, Tahun 2013
Tingkat Pendidikan Jumlah Persen (%)
Tidak pernah sekolah
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat perguruan tinggi
10
25
19
43
3
10
25
19
43
3
Jumlah 100 100
Sumber : Data primer
53
Dari data tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mayoritas
responden adalah Tamat Sekolah Menengah Atas dengan angka 43 %.
3. Jenis pekerjaan responden
Tabel 8. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Di Kelurahan Lalombaa
Kec. Kolaka Kab. Kolaka, Tahun 2013
Jenis Pekerjaan Jumlah Persen (%)
Petani
Wiraswasta/ Pedagang
Buruh
Sopir
PNS
Lain-lain
28
41
8
5
13
5
28
41
8
5
13
5
Jumlah 100 100
Sumber: Data primer
Tabel ini menunjukkan jenis pekerjaan responden di kelurahan Lalombaa di
dominasi oleh wiraswasta yaitu sebanyak 41 %.
B. Keadaan Sanitasi Lingkungan
Dari hasil penelitian, keadaan sanitasi lingkungan di kelurahan Lalombaa
berdasarkan Perumahan, Penyediaan Air bersih, Penyediaan Jamban Keluarga,
Pembuangan Air Limbah, dan Pembuangan Sampah, diperoleh gambaran
sebagai berikut:
54
1. Perumahan
a. Jenis rumah.
Tabel 9. Distribusi Jenis Rumah Responden Di Kelurahan Lalombaa Kec.
Kolaka, Kab. Kolaka, Tahun 2013
Jenis Rumah Tinggal Jumlah Persen (%)
Rumah Panggung
Permanen
Semi permanen
Rumah papan
8
42
16
34
8
42
16
34
Jumlah 100 100
Sumber : Data primer
Dari tabel di atas menunjukkan mayoritas tempat tinggal responden adalah
rumah permanen dengan 42 %, diikuti rumah papan 34 %, semi permanen 16
% dan rumah panggung 8 %.
b. Keadaan ventilasi
Keadaan ventilasi rumah responden di kelurahan Lalombaa digambarkan
dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 10. Keadaan Ventilasi Rumah Responden Di Kelurahan Lalombaa Kec.
Kolaka, Kab. Kolaka, Tahun 2013
Keadaan Ventilasi Jumlah Persen
Cukup
Tidak Cukup
70
30
70
30
Jumlah 100 100
Sumber : Data primer
Dari tabel di atas menunjukkan mayoritas rumah responden memiliki ventilasi
yang cukup yaitu sebesar 70 %, sedangkan ventilasi yang tidak cukup 30%.
55
c. Pencahayaan
Keadaan pencahayaan rumah responden di Kelurahan Lalombaa digambarkan
dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 11. Keadaan Pencahayaan Rumah Responden Di Kelurahan Lalombaa
Kec. Kolaka, Kab. Kolaka, Tahun 2013
Pencahayaan Jumlah Persen
Cukup
Tidak Cukup
70
30
70
30
Jumlah 100 100
Sumber : Data primer
Dari tabel di atas menunjukkan mayoritas rumah responden memiliki
pencahayaan yang cukup, yakni sebesar 70%.
d. Luas Rumah
Tabel berikut menunjukkan gambaran luas rumah responden per penghuni di
Kelurahan Lalombaa.
Tabel 12. Luas Rumah Responden Di Kelurahan Lalombaa Kec. Kolaka, Kab.
Kolaka, Tahun 2013
Luas Per penghuni Jumlah Persen
< 7 m2
>7 m2
46
54
46
56
Jumlah 100 100
Sumber : Data primer
Dari tabel diatas menunjukkan sebagian besar responden memiliki ukuran luas
rumah >7 m2
yaitu sebesar 54%, sedangkan yang memiliki ukuran luas rumah
< 7 m2
adalah 46%.
56
2. Penyediaan Air Minum
Tabel 13. Distribusi Penyediaan Air Minum Responden Di Kelurahan
Lalombaa Kec. Kolaka, Kab. Kolaka, Tahun 2013
Sumber air minum Jumlah Persen
Air PAM
Sumur Gali
Sumur Bor
Air Sungai
46
30
16
6
46
30
16
6
Jumlah 100 100
Sumber : Data primer
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sumber air minum di Kelurahan
Lalombaa mayoritas berasal dari air PAM dan minoritas dari air sungai.
Tabel 14. Distribusi Penyediaan Air minum Berdasarkan Syarat Fisik Di
Kelurahan Lalombaa Kec. Kolaka, Kab. Kolaka, Tahun 2013
Sumber air minum berdasarkan syarat fisik Jumlah Persen
Memenuhi syarat fisik
Tidak memenuhi syarat fisik
94
6
94
6
Jumlah 100 100
Sumber : Data primer
Tabel di atas menunjukkan bahwa air minum di Kelurahan Lalombaa yang
memenuhi syarat fisik berjumlah 94 %, sedangkan yang tidak memenuhi syarat
fisik sebanyak 6%.
3. Penyediaan Jamban Keluarga
Tabel 15. Distribusi Jamban Keluarga Responden Di Kelurahan Lalombaa Kec.
Kolaka, Kab. Kolaka, Tahun 2013
Jamban Keluarga Jumlah Persen
Ada
Tidak ada
63
37
63
37
Jumlah 100 100
Sumber : Data primer
57
Tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden di Kelurahan Lalombaa
memiliki jamban keluarga, namun masih ada 37 responden yang tidak
memiliki jamban.
4. Pembuangan Limbah
Tabel 16. Distribusi Sarana Pembuangan Limbah Responden Di Kelurahan
Lalombaa Kec. Kolaka, Kab. Kolaka, Tahun 2013
Pembuangan Air Limbah Jumlah Persen (%)
Ke kolong rumah
Ke belakang rumah
Ke selokan
8
62
40
8
62
40
Jumlah 100 100
Sumber : Data primer
Tabel di atas menunjukkan bahwa di Kelurahan Lalombaa mayoritas
membuang air limbahnya ke belakang rumah, sedangkan sisanya ada yang
membuang di selokan, dan sebagian ke kolong rumah. Dan mayoritas air
limbah tidak tergenang.
5. Pembuangan Sampah
Tabel 17. Distribusi Pemilikan Tempat Sampah Responden Di Kelurahan
Lalombaa Kec. Kolaka, Kab. Kolaka, Tahun 2013
Tempat Pembuangan Sampah Jumlah Persen
Ada
Tidak ada
18
82
18
82
Jumlah 100 100
Sumber : Data primer
Dari tabel di atas menunjukkan mayoritas warga Kelurahan Lalombaa tidak
mempunyai tempat sampah, warga biasa membuang sampah di pinggir sungai
atau di halaman rumah mereka, dan hanya sebagian kecil yang mempunyai
tempat sampah.
58
BAB VII
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan penelitian dan pendataan tentang sanitasi lingkungan di
Kelurahan Lalombaa, Kecamatan Kolaka, Kabupaten Kolaka tahun 2013 dan
setelah dilakukan peninjauan langsung ke lokasi penelitian, didapatkan jumlah
penduduk di kelurahan ini adalah 5.522 jiwa dengan jumlah 865 kepala keluarga
yang terdiri dari laki-laki 2.872 jiwa dan perempuan 2.650 jiwa.
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 keluarga,
dimana jumlah responden laki-laki sebanyak 74 orang (74%) dan perempuan
sebanyak 26 orang (26%) dengan jumlah anggota seluruhnya 457 orang, laki-
laki 199 orang dan perempuan 258 orang.
Pada penelitian, tingkat pendidikan responden yang terbanyak adalah
Sekolah Menengah Atas sebanyak 43 responden sedangkan jenis pekerjaan
mayoritas adalah wiraswasta. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
masyarakat pada lokasi penelitian tergolong cukup.
Sebagaimana indikator rumah sehat yaitu terdapatnya ventilasi yang
cukup, yang luasnya 1/10 dari luas lantai ruangan, luas rumah per penghuni 7-9
m2 dan konstruksi rumah yang tidak mudah hancur. Jenis rumah penduduk di
Kelurahan Lalombaa terdiri dari 4 macam: rumah panggung, rumah semi
permanen, rumah permanen, dan rumah papan. Sebagian besar penduduk di
Kelurahan Lalombaa menempati rumah permanen. Rumah permanen ini
merupakan rumah yang dindingnya terdiri dari campuran batu bata dengan
59
semen. Bahan untuk membangun rumah ini mudah didapat, dengan biaya
pembangunannya relatif besar. Dimana hal ini tergambarkan oleh pendapatan
penduduk Kelurahan Lalombaa yang tergolong cukup.(11,20)
Pada Kelurahan Lalombaa penyediaan air minum yang memenuhi syarat
fisik yaitu jernih, tidak berasa, tidak berwarna dan tidak berbau belum terpenuhi
100 %, hal ini dikarenakan masih ada beberapa warga sekitar yang
menggunakan air sungai sebagai air minum yang secara fisik kurang memenuhi.
Di Kelurahan ini kebutuhan air minum sebagian besar menggunakan air PDAM,
sisanya menggunakan sumur gali, sumur bor, dan minoritas menggunakan air
sungai. Hal ini sesuai dengan laporan studi EHRA (Environmental Health Risk
Assesment) Kabupaten Kolaka tahun 2012 yang mengatakan bahwa masyarakat
Kabupaten Kolaka mayoritas menggunakan air PDAM sebagai sumber
penyediaan air minum.(20)
Pada Kelurahan Lalombaa didaptkan mayoritas memiliki jamban keluarga,
namun masih ada sebagian kecil juga yang tidak memiliki jamban keluarga. Hal
ini sesuai dengan laporan studi EHRA Kabupaten Kolaka tahun 2012 yang
mengatakan bahwa kesadaran masyarakat Kabupaten Kolaka tentang pentingnya
akan kepemilikan jamban keluarga sudah baik.(20)
Pembuangan air limbah di Kelurahan Lalombaa dilakukan dengan
berbagai cara, mayoritas mengalirkan ke belakang rumah dan tidak
menyebabkan genangan. Hal ini sesuai dengan laporan studi EHRA Kabupaten
Kolaka tahun 2012 yang mengatakan bahwa kesadaran masyarakat Kabupaten
60
Kolaka tentang pentingnya akan kepemilikan Saluran Pembuangan Air Limbah
(SPAL) sudah baik.(20)
Dalam hal pembuangan sampah di lokasi penelitian ini didapatkan
mayoritas keluarga responden tidak memiliki tempat sampah keluarga. Mereka
mengaku membuang sampah di pinggir sungai, di halaman rumah dan beberapa
responden mengaku sering mengolah sampah yang ada di halaman dengan cara
dibakar. Adapun beberapa responden yang memiliki tempat sampah umumnya
berupa tempat penampungan sementara dan selanjutnya dibuang ke tempat-
tempat tertentu yang telah ditentukan. Data ini menunjukkan bahwa
pembuangan sampah pada Kelurahan Lalombaa sebagian besar belum
memenuhi syarat kesehatan. Hal ini didukung dengan laporan studi EHRA
Kabupaten Kolaka tahun 2012 yang mengatakan bahwa masih terdapatnya cara
pengelolaan sampah dan prilaku masyarakat yang kurang baik dalam hal
mengolah sampah rumah tangga.(20)
61
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Untuk perumahan di Kelurahan Lalombaa mayoritas memenuhi syarat
sebagai rumah sehat.
2. Penyediaan air bersih secara mayoritas memenuhi syarat kesehatan fisik
yaitu jernih, tidak berasa, tidak berbau dan tidak berwarna.
3. Mayoritas keluarga di Kelurahan Lalombaa memiliki jamban keluarga.
4. Mayoritas masyarakat setempat telah memiliki Sistem Pembuangan Air
Limbah (SPAL) dan tidak menyebabkan genangan air.
5. Pembuangan sampah di Kelurahan Lalombaa belum memenuhi syarat
kesehatan, dimana mayoritas warganya membuang sampah belum pada
tempatnya.
62
B. SARAN
1. Perlu kerja sama berbagai pihak dalam hal ini pemerintah daerah, instansi-
instansi terkait dan seluruh masyarakat dalam meningkatkan keadaan
sanitasi lingkungan.
2. Kegiatan penyuluhan yang disertai dengan praktek dan pembinaan langsung
dilapangan perlu ditekankan secara khusus pada masalah sanitasi
lingkungan.
3. Dibutuhkan pentingnya kesadaran semua pihak di tempat penelitian akan
pentingnya kesehatan lingkungan masyarakat sekitar.
63
DAFTAR PUSTAKA
1. Chandra Budiman . 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.Hal 1-14
2. Soeprapto As. R. & Sarudji, D. Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan
Kerja. [Cited 2013 May 29rd
]. Available from: http://www. kesehatan-
lingkungan.com
3. WHO. Environmental Health. [Cited 2013 May 29rd
] Last Update :
February, 2010. Available from: http://www. WHO-Indonesia.com
4. Notoatmojo, S, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta, PT Rieneka Cipta,
2000.
5. Mukono, H.J, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, edisi II,
Universitas Airlangga, Surabaya, 2006.
6. Entjang, I, Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2000.
7. Muninjaya, G.A, Manajemen Kesehatan, edisi II, EGC, Jakarta, 2004.
8. Direktorat Jenderal Pariwisata, Kebijakan Pengembangan
Kepariwisataan dan Keterkaitan Sektor Kesehatan, Majalah
Kesehatan Masyarakat Indonesia, Jakarta, 2000.
9. Departemen Kesehatan RI, Rencana Pengembangan Jangka Panjang
Kesehatan Lingkungan 1998-1999, DepKes RI, 1983.
64
10. Dainur, Sanitasi Lingkungan Dalam Materi-Materi Pokok IKM, Edisi
II, Widya Medika, Jakarta, 1993.
11. Survei Kesehatan Rumah Tangga, DepKes RI, Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan, 1997.
12. Entjang, I, Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Dalam Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Edisi XI, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993.
13. Slamet, S, Kesehatan Lingkungan, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta, 2004.
14. Aswar, A, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, PT Mutiara Sumber
Widya, Jakarta, 1990.
15. Kusnotoputranto, H, Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, UI, Jakarta, 1986.
16. Sri, S.S, Sehatkan Perkembangan Perumahan Kota-Kota Besar di
Indonesia. Majalah Kesehatan Lingkungan, YKI, Jakarta, 1997.
17. Notoatmojo, S, Sudarsono,S, Metode Penelitian Kesehatan, Edisi V,
PT Rieneka Cipta, Jakarta, 1999.
18. Tatang, M.A, Menyusun Rencana Penelitian, CV Rajawali, Jakarta,
1986.
19. Budiarto, E, Metodologi Penelitian Kedokteran, EGC, Jakarta, 2003.
20. Kelompok Kerja Pembangunan AMPL Kab. Kolaka. Laporan Studi
EHRA (Environmental Health Risk Assesment). Kolaka, 2012.
65