prospek pengembangan usaha tambak polikultur...

113
 PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA TAMBAK POLIKULTUR UDANG WINDU (Penaeus monodon) DAN IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI PULAU MANGKUDULIS KECAMATAN SESAYAP HILIR KABUPATEN TANA TIDUNG KALIMANTAN UTARA. SKRIPSI OLEH : ALVIA DINA AMSARI L24113504 PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DEPATEMEN PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANDDIN MAKASSAR 2017

Upload: others

Post on 04-Feb-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  •  

    PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA TAMBAK POLIKULTUR UDANG WINDU (Penaeus monodon) DAN IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI

    PULAU MANGKUDULIS KECAMATAN SESAYAP HILIR KABUPATEN TANA TIDUNG KALIMANTAN UTARA.

    SKRIPSI

    OLEH :

    ALVIA DINA AMSARI L24113504

    PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN

    DEPATEMEN PERIKANAN

    FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

    UNIVERSITAS HASANDDIN

    MAKASSAR

    2017

  • ii 

     

    PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA TAMBAK POLIKULTUR UDANG WINDU (Penaeus monodon) DAN IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI

    PULAU MANGKUDULIS KECAMATAN SESAYAP HILIR KABUPATEN TANA TIDUNG KALIMANTAN UTARA.

    SKRIPSI

    OLEH :

    ALVIA DINA AMSARI L24113504

    Skripsi Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi pada Departemen Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

    Universitas Hasanuddin Makassar

    PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN

    DEPATEMEN PERIKANAN

    FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

    UNIVERSITAS HASANDDIN

    MAKASSAR

    2017

  • iii 

     

  • iv 

     

    RIWAYAT HIDUP

    ALVIA DINA AMSARI dilahirkan di Tarakan pada tanggal 30

    Agustus 1994 anak kedua dari enam bersaudara pasangan H.

    Muh. Amir dan Hj. Sari Bulan. Penulis memulai pendidikan di

    SDN 002 Tarakan pada tahun 2001 dan lulus pada tahun

    2006, kemudian melanjutkan pendidikan di Al-zaytun

    Internasional School Indramayu Jawa Barat dan lulus pada tahun 2010.

    Selanjutkan pendidikan di MAN Tarakan dan berhasil lulus pada tahun 2013

    sebagai siswi jurusan IPS. Pada tahun 2013 diterima sebagai mahasiswi

    Universitas Hasanuddin Makassar, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,

    Jurusan Perikanan, Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan, melalui jalur

    mandiri.

    Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi pengurus dalam

    organisasi sebagai anggota humas UKM Fotografi Unhas (Periode 2016-2017)

    dan pengurus organisasi dalam UKM Sepak Bola Unhas (Periode 2016-2017).

    Penulis juga pernah menjadi asisten untuk matakuliah Kewirausahaan Perikanan,

    Ekonomi Produksi Perikanan dan Manajemen Industri Perikanan.

  •  

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

    senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan hasil dari penelitian ini dengan judul “Prospek Pengembangan

    Usaha Tambak Polikultur Udang Windu (Penaeus monodon) dan Ikan Bandeng

    (Chanos chanos) di Pulau Mangkudulis Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten

    Tana Tidung Kalimantan Utara” Ini dapat di rampungkan.

    Segala upaya dan kemampuan yang telah penulis curahkan

    sepenuhnya hingga dapat terselesaikan. Penulis mengucapkan terima

    kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat dan

    banyak memberikan bantuannya dalam perencanaan, persiapan,

    pelaksanaan, dan penyusunan laporan ini. Terima kasih yang

    sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada :

    1. Orang tua tercinta H. Muh. Amir dan Hj. Sari Bulan atas doa, kasih sayang,

    dan dukungan yang telah di berikan.

    2. Ibu Dr. Ir. St. Aisjah Farhum, M. Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan

    Perikanan, Universitas Hasanuddin.

    3. Dr. Ir. Gunarto Latama, M.Sc selaku ketua jurusan Fakultas Ilmu Kelautan

    dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.

    4. Bapak Dr. A.Adri Arief S.Pi, M.Si selaku ketua Program Studi Sosial Ekonomi

    Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan danPerikanan, Universitas Hasanuddin.

    5. Prof. Dr. Ir. Sutinah Made, M.Si selaku pembimbing utama dalam penelitian

    ini, yang telah memberikan motivasi besar dan bimbingan serta menjadi

    panutan bagi penulis.

  • vi 

     

    6. Ibu Sri Suro Adhawati SE, M.Si selaku pembimbing kedua serta pembimbing

    akademik yang telah banyak membimbing dan memberikan motivasi kepada

    penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

    7. Bapak Dr. Hamzah, S.Pi, M.Si, Ibu Dr. Sitti Fakhriyyah, S,Pi, M.Si dan

    Bapak M. Chasyim Hasani, S.Pi, M, Si selaku penguji yang telah memberikan

    pengetahuan baru dan masukan serta kritik yang membangun.

    8. Saudaraku Ulva Y. Amsari, Elvi D. Amsari, Alvina A. Amsari, Wahyullah R.

    Amsari dan Nur. A Amsari terima kasih atas doa dan dukungannya yang

    selalu memberikan semangat serta dorongan untuk menyelesaikan kuliah.

    9. Keluargaku Ir.H.A.Makbal Ashari, Prof.Hj.Sutinah Made, Wahyuni Fatimah

    Ashari S.H, Muh.Cahyo Ashari S.T, A.Ahmad P.Ashari S.H dan Siti Bulkis

    Ashari yang selalu setia dan mendukung penulis selama berada di makassar.

    10. Teruntuk sahabat seperjuanganku Mukhlisa S.Pi, Nur Indah S.Pi, Hadyanti

    S.Pi, Sandra S.Pi, Hasrianti, Dina, Maida, Rahel, A.Arif.P, Asyari, Arfah

    atas canda dan tawanya, dukungan, serta perjuangan selama masa kuliah.

    11. Kanda-kanda Dalvi Mustova S.Pi, M.Sc dan Saiful S.Pi, M.Sc atas bantuan

    dan bimbingannya selama ini, terimakasih kandaku

    12. My Team Work Adrian, Ishak, Wandi yang menemani dalam duka,

    menghibur dan segala bantuannya selama menyelesaikan skripsi.

    13. Teman-teman angkatan 2013 REVOLUSI terima kasih untuk kalian atas

    perjuangan, kerja sama, dukungan, doa, canda tawa selama masa kuliah kita.

    14. Keluarga Besar KKN 94 INTERNASIONAL MALAYSIA-THAILAND

    15. Teruntuk teman-teman yang ada di Ukm Fotografi dan Ukm Sepak Bola

    terima kasih untuk dukungan serta doanya dan kebersamaannya selama

    kuliah.

  • vii 

     

    16. Dan Untuk Teman teman ku Sosek, Psp, Bdp dan Msp terima kasih banyak

    atas doa dan dukungannya.

    17. Serta kakak, teman-teman, dan adik adikku di GreenFish terima kasih

    banyak atas doa, dukungan dan banyak pengalaman yang sudah diberikan

    kepada saya selama masa kuliah, terimakasih, salam lestari.

    Penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan dan semangat

    yang di berikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa sebagai manusia biasa

    yang memiliki banyak keterbatasan, tidak tertutup kemungkinan terjadinya

    kekeliruan baik menyangkut teknik penulisan maupun isi laporan ini sendiri.

    Oleh karena itu, penulis dengan segala rendah hati senantiasa mengharapkan

    saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari pembaca.

    Akhirnya penulis mengucapkan semoga laporan ini dapat memberikan

    manfaat bagi pembaca sekalian terutama kepada diri pribadi penulis.

    Makassar, 24 November 2017

    ALVIA DINA AMSARI

  • viii 

     

    ABSTRAK

    ALVIA DINA AMSARI  (L241 13 504), Prospek Pengembangan Usaha Tambak Polikultur Udang Windu (Penaeus monodon) dan Ikan Bandeng (Chanos chanos) di Pulau Mangkudulis Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung Kalimantan Utara. Dibimbing oleh Sutinah Made dan Sri Suro Adhawati 

    Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha tambak polikultur (2) Untuk mendesain prospek pengembangan usaha tambak polikultur.

    Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Mangkudulis Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung Kalimantan Utara pada bulan Agustus-Oktober 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah pembudidaya tambak polikultur yang ada di pulau mangkudulis. Sumber data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Analisis data yang digunakan berupa analisis keuntungan yaitu untuk mengetahui tingkat keuntungan yang didapatkan berdasarkan luas lahan yang dimiliki dan analisis SWOT untuk mendesain prospek pengembangan pada usaha tambak polikultur.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keuntungan rata-rata yang diperoleh berdasarkan luas lahan dalam setiap tahun, rata-rata keuntungan yang tertinggi berada pada luas lahan 6 Ha yaitu Rp. 42.428.406/Ha dan menyusul pada lahan seluas 12 Ha nilai keuntungan yaitu sebesar Rp.41.461.814/Ha. Dari hasil analisis SWOT mengungkapkan empat strategi alternatif yang diambil berdasarkan hasil penilaian bobot pada faktor internal dan eksternal usaha polikultur, yaitu Mengoptimalkan kerja sama pembudidaya dengan melibatkan aparat untuk menjaga keamanan, mengoptimalkan keterampilan pembudidaya dengan memanfaatkan teknogi untuk meningkatkan produksi untuk menangkap pangsa pasar yang tinggi, mengoptimalkan keterampilan budidaya dengan melakukan pergantian air yang rutin untuk menjaga kualitas air, mengoptimalkan peran pemerintah dalam membantu modal usaha pembudidaya.

    Kata Kunci : Prospek Pengembangan, Budidaya Polikultur, Udang Windu, Ikan

    Bandeng

  • ix 

     

    ABSTRACK

    ALVIA DINA AMSARI  (L241 13 504),  Prospect Development Of Polyculture Farming Business Of Shrimp (Penaeus monodon) And Milk Fish (Chanos chanos) In Mangkudulis Island, Sesayap Hilir Districts, Tana Tidung Regency, North Borneo. Supervised By Sutinah Made and Sri Suro Adhawati 

    This study aims to (1) To know the profit level of polyculture brackfish business. (2)To design the prospects development of polyculture brackfish business.

    The research was conducted in Mangkudulis Island, Sesayap Hilir Districts, Tana Tidung Regency, North Borneo on August-October 2017. The population of this research is the polyculture pond of farmer business in Mangkudulis island. Sources of data and secondary data. Analysis of data use in the profit analysis, to know the profit level that it get based on the land area and the analysis SWOT had to design the prospect development of polyculture brackfish business.

    The result of this reaserch, show that the provit average based on the land area peryear ,the highest profit average is 6 Ha Rp. 42.428.406/Ha and following land area is 12 Ha Rp. 41.461.814/Ha. Analysis data of SWOT, it state that there are four alternative strategy that it takes based on weight assessment in internal factors and eksternal factors polyculture farming business, is optimalisize the cultivators team work with apparatus involve for the security, optimalisize cultivators skills to use a thecnology to increasing the production to catch request high market, to optimalisize the goverment role to help the cultivators business capital.

    Keywords : Prospect Development, Cultuvation of polyculture, Tiger Prawn, milk fish

  •  

    DAFTAR ISI

    HALAMAN

    HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i

    HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii

    LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii

    RIWAYAT HIDUP .................................................................................... iv

    KATA PENGANTAR ................................................................................ vii

    ABSTRAK ................................................................................................ viii

    ABSTRACT ............................................................................................... ix

    DAFTAR ISI ............................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ............................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4

    C. Tujuan dan kegunaan Penelitian .................................................... 4

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Budidaya Tambak Sistem Polikultur ............................................... 6

    B. Udang Windu (Panaeus Monodon) dan Ikan Bandeng (Chanos

    Chanos) .......................................................................................... 7

    1. Udang Windu (Panaeus Monodon) .......................................... 7

    2. Ikan Bandeng (Chanos Chanos) .............................................. 9

    C. Analisis Keuntungan ....................................................................... 11

    D. Pendekatan Analisis SWOT ........................................................... 13

    E. Kerangka Pikir ................................................................................ 18

  • xi 

     

    III. METODOLOGI PENELITIAN

    A. Waktu dan Lokasi Penelitian .......................................................... 20

    B. Jenis Penelitian .............................................................................. 20

    C. Metode Pengambilan Sampel ........................................................ 20

    D. Sumber Data ................................................................................ 21

    E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 21

    F. Analisis Data ................................................................................. 21

    G. Konsep Operasioal ....................................................................... 26

    IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    A. Kondisi Geografis ........................................................................... 29

    B. Iklim ................................................................................................ 30

    C. Kondisi Demografi .......................................................................... 31

    D. Karakteristik Responden ................................................................ 32

    1. Umur Responden ..................................................................... 33

    2. Tingkat Pendidikan ................................................................... 34

    3. Tanggungan Keluarga .............................................................. 35

    4. Luas Lahan Budidaya Tambak ................................................. 36

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Proses Usaha Budidaya Tambak di Tana Tidung Pulau Mangkudulis 37

    B. Analisis Keuntungan ....................................................................... 42

    1. Investasi Usaha Tambak Polikultur ............................................ 42

    2. Biaya Usaha Tambak Polikultur ................................................. 44

    3. Penerimaan Usaha Budidaya Tambak Polikultur ...................... 51

    4. Keuntungan Usaha Budidaya Tambak Polikultur ...................... 52

    C. Analisis SWOT ............................................................................... 54

    1. Identifikasi Faktor Internal .......................................................... 55

  • xii 

     

    a. Kekuatan (Strenghts) ........................................................... 55

    b. Kelemahan (Weakness) ....................................................... 57

    2. Identifikasi Faktor Eksternal ....................................................... 58

    a. Peluang (Opportunity) .......................................................... 58

    b. Ancaman .............................................................................. 59

    3. Matriks Analisis SWOT .............................................................. 61

    4. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT .................................... 67

    VI . PENUTUP

    A. Kesimpulan ..................................................................................... 73

    B. Saran .............................................................................................. 74

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 75

    LAMPIRAN ................................................................................................ 76

  • xiii 

     

    DAFTAR TABEL

    1. Matriks SWOT ................................................................................ 16

    2. Matriks Faktor Strategi Internal ...................................................... 24

    3. Matriks Faktor Strategi Eksternal ................................................... 25

    4. Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan Sesayap Hilir ............. 31

    5. Jumlah Penduduk dan Jenis Kelamin Menurut Desa di Kecamatan

    Sesayap Hilir ................................................................................ 32

    6. Kepadatan Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Sesayap Hilir 33

    7. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia ...................... 34

    8. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........... 35

    9. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan. ........ 36

    10. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan Budidaya Tambak 37

    11. Rata-rata Nilai Investasi pada Usaha Tambak Polikultur ............... 44

    12. Rata-rata Biaya Penyusutan/tahun pada Investasi Usaha Budidaya Tambak Polikultur ........................................................................... 47

    13. Rata-rata Biaya Variabel/tahun pada Usaha Budidaya Tambak Polikultur

    ....................................................................................................... 50

    14. Rata-rata Total Biaya/tahun pada Usaha Budidaya Tambak Polikultur ....................................................................................................... 51

    15. Rata-rata Total Penerimaan/tahun pada Usaha Budidaya Tambak

    Polikultur. ........................................................................................ 52

    16. Rata-rata Keuntungan/tahun pada Usaha Budidaya Tambak Polikultur. ....................................................................................................... 54

    17. IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) usaha budidaya tambak polikultur di Kecamatan Sesayap Hilir. ....................................................................................................... 60

    18. EFAS (Eksternal Strategic Factors Analysis Summary) usaha budidaya

    tambak polikultur di Kecamatan Sesayap Hilir. ....................................................................................................... 64

    19. Matriks Analisis SWOT . ............................................................... 65

  • xiv 

     

    DAFTAR GAMBAR

    1. Udang Windu (Panaeus Monodon) .............................................. 8

    2. Ikan Bandeng (Chanos Chanos). ................................................. 10

    3. Diagram Analisis SWOT. ............................................................. 15 4. Skema Kerangka Pemikiran ........................................................ 20 5. Rata-rata Total Biaya/tahun Berdasarkan Luas Lahan ................ 52 6. Rata-rata Total Penerimaan/tahun Berdasarkan Luas Lahan ..... 53 7. Rata-rata Keuntungan/tahun Berdasarkan Luas Lahan .............. 54

  • xv 

     

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Peta Lokasi Penelitian .............................................................. 77

    2. Tabel Data Responden ............................................................. 78

    3. Tabel Nilai Investasi Pada Usaha Tambak Polikultur ............... 79

    4. Tabel Nilai Penyusutan Pada Usaha Tambak Polikultur .......... 83

    5. Tabel Biaya Variabel Pada Usaha Tambak Polikultur .............. 87

    6. Tabel Jumlah Penerimaan Pada Usaha Tambak Polikultur ..... 91

    7. Dokumentasi Penelitian ............................................................ 95

     

  • I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Provinsi Kalimantan Utara adalah sebuah provinsi di Indonesia yang

    terletak di bagian utara Pulau Kalimantan. Provinsi ini berbatasan langsung

    dengan negara tetangga, yaitu negara Bagian Sabah dan Serawak dan Malaysia

    Timur. Kalimantan Utara merupakan pemekaran dari salah satu Provinsi di Pulau

    Kalimantan yaitu Provinsi Kalimantan Timur. Provinsi Kalimantan Utara dengan

    luas wilayah sekitar 72.567.49 km2 terdiri dari beberapa pulau dan garis pantai

    yang cukup panjang. Provinsi Kalimantan Utara yang berbatasan langsung

    dengan Selat Malaka di sebelah utara menciptakan kondisi wilayah yang memiliki

    potensi sumber daya perikanan laut.

    Kalimantan Utara didukung dengan topografi kontur wilayah darat dimana

    di dominasi oleh lahan gambut dan masih banyaknya lahan yang belum

    dimanfaatkan memiliki potensi besar dalam proses budidaya air tawar dan payau.

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016

    luas wilayah lahan yang dimanfaatkan sebagai budidaya air tawar 82.149, 42 Ha

    dimana luas daratan yang dimanfaatkan sebagai lahan tambak adalah kurang

    lebih sebesar 81.836 Ha (BPS, 2016).

    Jenis budidaya tambak yang ada di Kalimantan Utara rata-rata

    menggunakan sistem polikultur. Polikultur merupakan metode budidaya yang

    digunakan untuk memelihara banyak produk dalam satu lahan. Dengan sistem ini,

    diperoleh manfaat yaitu tingkat produktivitas lahan yang tinggi. Polikultur organik

    merupakan sistem budidaya yang mengandalkan bahan alami dalam siklus

    produktivitasnya. Teknik ini juga memperhitungkan karakteristik produk sehingga

    ketersediaan bahan alami akan terus mencukupi kebutuhan produk yang

    dipelihara. Simbolis mutualisme atau hubungan yang saling menguntungkan

  • 2  

     

    antara udang windu dan ikan bandeng dimaksimalkan sehingga tidak dibutuhkan

    faktor dari luar seperti pemberian pakan buatan maupun pestisida yang berbahaya.

    Petani tambak yang ada di provinsi Kalimantan Utara pada umumnya

    mengupayakan dan membudidayakan udang windu dan ikan bandeng karena

    tambak yang ada di provinsi tersebut merupakan tambak tradisional. Udang windu

    dan ikan bandeng memiliki hubungan yang saling menguntungkan karena ikan

    bandeng dapat memberikan siklus oksigen atau sebagai kincir alami didalam

    kolam. Selain itu, komoditi udang windu dan ikan bandeng tersebut memiliki nilai

    yang tinggi pertama di pasaran.

    Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP, 2016) mencatat bahwa

    produksi udang windu Kalimantan Utara dalam lima tahun terakhir berkisar 7.000–

    10.000 ton per tahun. Dari jumlah tersebut, hampir 70% di antaranya diekspor ke

    Jepang dan sisanya ke Eropa, Amerika dan negara-negara Asia (Taiwan,

    Hongkong, Cina, dan Korea). Diperkirakan kebutuhan udang windu negara-negara

    tersebut akan semakin meningkat seiring dengan naiknya tren konsumsi produk

    seafood di dunia.

    Selain udang, tambak di Kalimantan Utara memiliki potensi ikan bandeng

    yang juga merupakan salah satu potensi sumberdaya perairan yang sangat

    diminati oleh masyarakat, baik itu di Indonesia, maupun di beberapa negara lain

    seperti Malaysia dan Timur Tengah. Berdasarkan data bidang usaha Perikanan

    dan Kelautan di Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), Negara tujuan ekspor

    bandeng Kalimantan Utara terbesar yaitu Malaysia dan Timur Tengah. Ekspor ikan

    bandeng ke Malaysia sebesar 1.553 ton, rata-rata perbulannya sekitar 200 an ton.

    Untuk Timur Tengah, sekitar 922 ton pertahun dengan rata-rata 80-90 ton perbulan

    (DKP, 2016).

    Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara produsen ikan dan udang

    dunia dengan potensi produksi yang cukup besar, akan tetapi belum dapat

  • 3  

     

    memanfaatkan potensi pasar internasional yang ada, bahkan berada dibawah

    Thailand dan Vietnam, yang masing-masing menempati peringkat 3 dan 5. Hal ini

    disebabkan karena produk perikanan Indonesia memiliki daya saing yang lebih

    rendah dibandingkan dengan produk dari kedua negara tersebut, khususnya

    produk-produk perikanan udang windu. Sedangkan untuk bahan baku Indonesia

    memiliki daya saing yang cukup kuat. Bahan baku perikanan yang berkualitas

    tinggi disatu sisi dan produk perikanan yang berdaya saing rendah disisi lain jelas

    merupakan permasalahan yang sangat penting.

    Struktural agribisnis menurut Sumastuti (2011) adalah kumpulan unit

    usaha atau basis yang melaksanakan fungsi-fungsi dari masing-masing

    subsistem. Agribisnis tidak hanya mencakup bisnis pertanian yang besar, tetapi

    juga skala kecil dan lemah (pertanian rakyat). Prospek usaha di bidang perikanan

    khususnya pada usaha tambak merupakan salah satu bisnis yang memiliki

    keterjaminan keuntungan yang sangat besar. Kondisi komoditi udang dan

    bandeng sebagai salah satu komoditi yang dibudidayakan di kebanyakan wilayah

    Kabupaten Tana Tidung Kalimantan Utara memiliki potensi yang sangat besar

    untuk ditingkatkan. Prospek harga maupun pasar yang cukup luas baik di wilayah

    Pulau Kalimantan maupun di Indonesia pada umumnya.

    Secara teknis, tambak polikultur dapat didirikan di hampir semua jenis

    lahan apabila supply air payau cukup tersedia, tetapi dari segi ekonomi perlu

    diperhitungkan secara cermat agar biaya pembangunan dan operasional tambak

    polikultur dapat tertutupi oleh hasil penjualannya. Menurut Mujiman dan Suyanto

    dalam Agustina (2006) daerah tambak polikultur yang baik adalah suatu daerah

    yang terjangkau oleh pasang surut air laut, dengan kata lain usaha tambak

    polikultur sebaiknya pada areal sekitar atau dekat pantai.

    Pulau Mangkudulis merupakan salah satu daerah di Kecamatan Sesayap

    Hilir Kabupaten Tana Tidung Provinsi Kalimantan Utara yang memiliki potensi

  • 4  

     

    perikanan yang cukup besar khususnya perikanan budidaya tambak poikultur

    udang windu dan ikan bandeng. Disamping itu, pulau Mangkudulis merupakan

    salah satu pemasok udang dan ikan bandeng terbesar.

    Usaha dan budidaya tambak polikultur di Kabupaten Tana Tidung

    Kalimantan Utara adalah tambak polikultur jenis tradisional yang tidak

    menggunakan teknologi apapun ataupun pemberian pakan tambahan, sehingga

    hasil produksinya relatif sedikit, dan keuntungan yang diperoleh tidak terlalu

    memuaskan. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka peneliti

    tertarik untuk meneliti mengenai “Prospek Pengembangan Usaha Tambak

    Polikultur Udang Windu (Penaeus monodon) dan Ikan Bandeng (Chanos

    chanos) di Pulau Mangkudulis Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana

    Tidung Kalimantan Utara”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang maka perumusan masalah dapat disusun

    sebagai berikut:

    1. Berapakah tingkat keuntungan usaha tambak polikultur udang windu (Penaeus

    monodon) dan ikan bandeng (Chanos chanos) di Pulau Mangkudulis Kecamatan

    Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung Kalimantan Utara?

    2. Bagaimana prospek pengembangan usaha tambak polikultur udang windu

    (Penaeus monodon) dan ikan bandeng (Chanos chanos) di Pulau Mangkudulis

    Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung Kalimantan Utara?

    C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    Penelitian yang dilakukan tidak lepas dari tujuan dan manfaat. Adapun

    tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk menganalisis keuntungan pada usaha tambak polikultur udang windu

    (Penaeus monodon) dan ikan bandeng (Chanos chanos) di Pulau Mangkudulis

    Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung Kalimantan Utara

  • 5  

     

    2. Untuk mendesain prospek pengembangan usaha tambak polikultur udang

    windu (Penaeus monodon) dan ikan bandeng (Chanos chanos) di Pulau

    Mangkudulis Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung Kalimantan Utara

    Adapun kegunaan yang diharapkan penulis dari penelitian ini yaitu

    penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan pengembangan

    pengetahuan lebih lanjut serta memberikan informasi dan masukan untuk para

    petani tambak dalam mengembangkan usaha tambak polikultur udang windu

    (Penaeus monodon) dan ikan bandeng (Chanos chanos) di Pulau Mangkudulis

    Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung Kalimantan Utara.

  • 6  

     

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Budidaya Tambak Sistem Polikultur

    Perikanan didefinisikan sebagai suatu kegiatan ekonomi dalam bidang

    penangkapan atau budidaya hewan atau tanaman air yang hidup bebas dilaut atau

    perairan umum. Secara umum, perikanan dibagi atas perikanan tangkap dan

    perikanan budidaya. Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup

    penangkapan pengumpulan hewan dan tanaman air yang hidup di laut atau

    perairan umum (Suryanto, dkk 2010).

    Dikalangan pertanian, istilah jawa budidaya digunakan bagi kegiatan

    usaha produksi suatu komoditi. Dan istilah tambak diambil dari bahasa jawa

    nambak (membendung air dengan pematang sehingga terkumpul pada suatu

    tempat). Jadi budidaya tambak adalah kegiatan usaha pemeliharaan atau

    pembesaran ditambak dimulai dari ukuran benih sampai menjadi ukuran yang

    layak dikonsumsi (Suryanto, dkk 2010).

    Polikultur merupakan metode budidaya yang digunakan untuk

    memelihara banyak produk dalam satu lahan. Dengan sistem ini diperoleh manfaat

    yaitu tingkat produktivitas lahan yang tinggi. Polikultur organik merupakan sistem

    budidaya yang mengandalkan bahan alami dalam siklus produktivitasnya. Namun,

    tidak sekedar memanfaatkan bahan alami. Teknik ini juga memperhitungkan

    karakteristik produk sehingga ketersediaan bahan alami akan terus mencukupi

    kebutuhan produk yang dipelihara. Simbolis mutualisme atau hubungan yang

    saling menguntungkan antara udang windu dan ikan bandeng dimaksimalkan

    sehingga tidak dibutuhkan faktor dari luar seperti pemberian pakan buatan

    maupun pestisida yang berbahaya (Tancung, 2005).

    Pembudidayaan ikan merupakan kegiatan memelihara, membesarkan

    dan memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol. Pembudidayaan ikan

  • 7  

     

    dapat dilakukan secara polikultur yaitu pembudidayaan ikan lebih dari satu jenis

    secara terpadu. Budidaya polikultur terpadu dan sinergis saat ini banyak diteliti dan

    dikaji karena dapat meningkatkan kulitas air. Diintegrasikannya kegiatan polikultur

    udang windu (Penaeus monodon Fabrisius) dan ikan bandeng (Chanos-chanos

    Forskal) secara terpadu. Pada umumnya pembudidayaan secara tradisional selalu

    mengedepankan luas lahan, pasang surut, intercrop dan tanpa pemberian

    makanan tambahan sehingga makanan bagi komoditas yang dibudidayakan harus

    tersedia secara alami dalam jumlah yang cukup. Udang windu dan ikan bandeng

    secara biologis memiliki sifat–sifat yang dapat bersinergi sehingga budidaya

    polikultur semacam ini dapat dikembangkan karena merupakan salah satu bentuk

    budidaya polikultur yang ramah terhadap lingkungan. Ikan bandeng sebagai

    pemakan plankton merupakan pengendali terhadap kelebihan plankton dalam

    perairan. Hubungan yang seperti ini dapat menyeimbangkan ekosistem perairan

    (Murachman, et al., 2010).

    B. Udang Windu (Penaeus monodon) dan Ikan Bandeng (Chanos chanos)

    a. Udang Windu (Penaeus monodon)

    Udang yang diprioritaskan untuk dibudidayakan dalam tambak adalah

    udang windu (Penaeus monodon) oleh karena itu dalam program Intam, udang

    yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi sebagai komoditas ekspor dan dapat

    tumbuh besar hingga mencapai 20 cm ini dianjurkan untuk dipilih. Habitat udang

    windu (Penaeus monodon) usia muda adalah air payau, seperti muara sungai dan

    pantai. Semakin dewasa uang jenis ini semakin suka hidup dilaut. Udang-udang

    yang sudah dewasa akan berbondong-bondong ke laut yang dalam. Mereka

    biasanya berkelompok dan melakukan perkawinan, setelah udang betina berganti

    cangkang (Agustina, 2010).

    Udang yang dibudidayakan dalam tambak adalah udang laut yang

    umumnya seluruh tubuhnya terbungkus kulit yang keras dari bahan chitin, disebut

  • 8  

     

    exoskeleton, kecuali sambungan antar ruas sehingga udang tetap mudah

    bergerak dan membungkuk. Udang jenis ini merupakan udang laut yang populer

    sebagai udang windu loreng. Udang ini bisa mencapai ukuran besar, sehingga

    dalam pasaran ekspor udang ini lebih dikenal dengan nama tiger prawn. Berikut

    gambar serta klasifikasi udang windu (Penaeus monodon) (khairul amri, 2003) :

     

    Gambar 1. Udang windu Peneaus monodon

    Phylum : Arthropoda

    Classis : Crustacea

    Ordo : Decapoda

    Familia : Penaeidae

    Genus : Penaeus

    Cpesies : Penaeus monodon

    Udang ini memiliki kulit badan keras, berwarna hijau kebiru-biruan dan

    berloreng-loreng besar. Namun anehnya udang yang mengalami dewasa usia

    dilaut memiliki warna kulit merah muda kekunig-kuningan, dengan ujung kaki

    renang berwarna merah. Adapun yang masih muda memiliki kulit dengan ciri khas

    totol-totol hijau. Kerucut kepala bagian atas memiliki 7 buah gerigi dan bagian

    bawah 3 buah gerigi (Agustina, 2010).

    Penaeus monodon yang hidup di laut, panjang tubuhnya bisa mencapai

    35 cm dengan berat sekitar 260 gram. Sedangkan yang dipelihara dalam tambak

    panjang tubuhnya hanya bisa mencapai 20 cm dengan berat sekitar 140 gram.

  • 9  

     

    Meski demikian udang ini cukup ekonomis dan potensial untuk dipelihara dalam

    tambak, terutama karena udang jenis ini memiliki daya tahan yang tinggi untuk

    hidup di dalam air payau yang berkadar keasinan 3-35 promil. Udang windu

    (Penaeus monodon) biasa hidup di perairan pantai yang berlumpur atau berpasir.

    Penyebaran habitatnya sampai di perairan laut Jepang, dan antara Pakistan barat,

    Australia bagian barat dan Afrika Selatan (Agustina, 2010).

    Sampai saat ini udang windu masih menjadi komoditas perikanan yang

    memiliki peluang usaha cukup baik karena sangat digemari konsumen lokal

    (domestik) dan konsumen luar negeri. Hal ini disebabkan oleh daging udang windu

    yang enak dan gurih serta kandungan gizinya yang sangat tinggi. Daging udang

    windu diperkirakan mengandung 90% protein (Agustina, 2010).

    Udang windu merupakan komoditas ekspor andalan pemerintah untuk

    menggaet devisa negara sehingga perkembangan ekspornya menjadi perhatian

    utama. Hal ini terbukti dengan dicanangkannya PROTEKAN 2003 dengan target

    nilai ekspor sebesar 7.6 milyar dollar Amerika yang sekitar 6.78 milyar dollar

    Amerika (70%) berasal dari penjualan udang (Khairul amri, 2003).

    b. Ikan Bandeng (Chanos chanos)

    Ikan laut yang memiliki potensi untuk dipelihara dalam tambak adalah

    ikan bandeng (Chanos chanos). Ikan ini memiliki karakteristik berbadan langsing,

    sirip bercabang serta lincah didalam air, memiliki sisik seperti kaca dan berdaging

    putih. Sebagai komoditas, bandeng memperoleh julukan milk fish, mungkin karena

    dagingnya seputih susu dan rasanya pulen (Kordi, 2011).

    Bila dipelihara dalam tambak, ikan bandeng sangat potensial dan cepat

    pertumbuhannya. Lebih baik lagi bila dipelihara bersama udang, karena

    kelincahannya dapat berfungsi sebagai aerator. Namun demikian, ikan bandeng

    tidak dapat berkembang biak dengan baik dalam tambak. Ikan ini dapat hidup di

  • 10  

     

    air dengan kadar keasinan tinggi maupun rendah, bahkan bisa dipelihara di kolam

    air tawar (Kordi, 2011).

    Ikan bandeng (Chanos chanos) adalah bangsa ikan laut yang tersebar

    luas mulai dari pantai Afrika sampai Kepulauan Tuamoti, sebelah Timur Tahiti.

    Pertumbuhannya bisa mencapai ukuran panjang 100 cm, namun bila dipelihara

    dalam tambak, panjang tubuh optimal yang dapat dicapai adalah 50 cm (Kordi,

    2011). Berikut gambar serta klasifikasi ikan bandeng (Chanos chanos) :

    Gambar 2. Ikan Bandeng Chanos chanos

    Phylum : Chordata

    Class : Actinopterygii

    Order : Gonorynchiformes

    Family : Chanidae

    Genus : Chanos

    Spesies : Chanos chanos

    Ikan bandeng merupakan sejenis ikan laut yang mempunyai bentuk tubuh

    yang langsing mirip terpedo, dengan moncong agak runcing, ekor bercabang dan

    sisiknya halus. Warna ikan bandeng putih gemerlapan seperti perak pada tubuh

    bagian bawah dan agak gelap pada punggungnya (Anggriandika, 2011).

    Ikan bandeng mempunyai penampilan yang umumnya simetris dan

    berbadan ramping, dengan sirip ekor yang bercabang dua. Ikan bandeng bisa

    bertambah besar menjadi 1,7 m, tetapi yang paling sering sekitar 1 meter

    panjangnya. Ikan bandeng tidak memiliki gigi, Seluruh permukaan tubuhnya

  • 11  

     

    tertutup oleh sisik yang bertipe lingkaran yang berwarna keperakan, pada bagian

    tengah tubuh terdapat garis memanjang dari bagian penutup insang hingga ke

    ekor. Sirip dada dan sirip perut dilengkapi dengan sisik tambahan yang besar, sirip

    anus menghadap kebelakang. Selaput bening menutupi mata, mulutnya kecil dan

    tidak bergigi, terletak pada bagian depan kepala dan simetris, Sirip ekor

    homocercal (Kordi, 2011).

    Bandeng mempunyai sirip punggung yang jauh dibelakang tutup insang,

    dengan 14 sampai 16 jari-jari pada sirip punggung, 16 sampai 17 jari-jari pada sirip

    dada, 11 sampai 12 jari-jari pada sirip perut, 10 sampai 11 jari-jari pada sirip anus

    dan pada sirip ekor berlekuk simetris dengan 19 jari-jari. Sisik pada garis susuk

    berjumlah 75 sampai 80 sisik (Kordi, 2011).

    Ikan bandeng dapat di bedakan dengan jantan dan betina. Bandeng jantan

    dapat diiketahui dari lubang anusnya yang hanya dua buah dan ukuran badan

    agak kecil. Bandeng betina memiliki lubang anus tiga buah dan ukuran badan lebih

    besar dari ikan bandeng jantan (Kordi, 2011).

    C. Analisis Keuntungan

    Keuntungan dari suatu usaha tergantung pada hubungan antara biaya

    produksi yang dikeluarkan dengan jumlah penerimaan dari hasil penjualan dengan

    pusat perhatian ditujukan bagaimana cara menekan biaya sewajarnya supaya

    dapat memperoleh keuntungan sesuai yang diinginkan, adapun biaya yang

    dikeluarkan adalah biaya tetap dan biaya variabel. Keuntungan adalah jumlah

    yang diperoleh dari penerimaan hasil penjualan produksi setelah dikurangi dengan

    total biaya produksi pada periode tertentu, sehingga untuk menghitung jumlah

    keuntungan maka perlu diketahui jumlah penerimaan dan biaya yang dikeluarkan

    (Bangun, 2010):

  • 12  

     

    1. Keuntungan

    Keuntungan merupakan selisih antara Total penerimaan dengan Total

    biaya yang persamaannya sebagai berikut (Bangun,2010) :

    = TR-TC

    Dimana : = Keuntungan bersih (Rp)

    TR = Total Revenue (Total Penerimaan) (Rp)

    TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp)

    2. Penerimaan

    Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan

    harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif dengan harga, artinya

    harga akan turun ketika produksi berlebihan. Secara metematis dapat ditulis

    sebagai berikut (Bangun,2010) :

    TR = Q x P

    Dimana : TR = Total Revenue (Total Penerimaan) (Rp)

    P = Price (Harga) (Rp)

    Q = Quantity (Jumlah) (Kg)

    Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun semakin tinggi

    harga per unit produksi yang bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima

    produsen akan semakin besar. Sebaliknya jika produk yang dihasilkan sedikit dan

    harganya rendah maka penerimaan total yang diterima produsen semakin kecil

    (Bangun, 2010).

    3. Biaya

    Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu

    proses produksi yang dinyatakan dengan satuan uang, menurut harga pasar yang

    berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Adapun dua komponen

    biaya yaitu (Bangun, 2010) :

  • 13  

     

    a. Biaya Tetap (Fixed Cost)

    Biaya tetap adalah biaya yang timbul akibat penggunaan sumber daya

    tetap dalam proses produksi. Sifat utama biaya tetap adalah jumlahnya tidak

    berubah walaupun jumlah produksi mengalami perubahan (naik atau turun).

    Keseluruhan biaya tetap disebut Biaya Total (Total Fixed Cost, TFC).

    b. Biaya Variabel (Variable Cost)

    Biaya veriabel adalah jumlah biaya produksi yang berubah menurut tinggi

    rendahnya jumlah output yang akan dihasilkan. Semakin besar output atau barang

    yang akan dihasilkan, maka akan semakin besar pula biaya variabel yang akan

    dikeluarkan.

    Prinsip analisis biaya yang sangat penting untuk diketahui para nelayan

    karena mereka hanya dapat menguasai pengaturan produksi dalam usaha taninya,

    tanpa mampu mengatur harga dan memberikan nilai pada komoditas yang

    dijualnya. Keuntungan maksimum dapat ditingkatkan dengan cara

    meminimumkan biaya untuk penerimaan yang tetap atau dengan meningkatkan

    penerimaan pada biaya yang tetap (Bangun, 2010).

    Biaya Total merupakan keseluruhan jumlah biaya produksi yang

    dikeluarkan, yaitu merupakan penjumlahan dari Biaya Tetap dengan Biaya

    Variabel. Bentuk persamaan biaya total pada tingkat harga tertentu ialah (Bangun,

    2010) :

    TC = FC + VC

    Dimana : TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp)

    VC = Variable Cost (Biaya Variabel) (Rp)

    FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) (Rp)

    D. Pendekatan Analisis SWOT

    Dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan terutama

    dilihat dari segi pendapatan, perlu dilakukan analisis secara menyeluruh. Alat yang

  • 14  

     

    akan dipakai adalah analisis SWOT secara sistematis untuk merumuskan strategi

    yang tepat. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan

    kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan

    dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Dengan

    demikian perencanaan strategis harus menganalisis faktor-faktor pengembangan

    usaha (kekuatan, peluang, kelemahan dan ancaman) (Rangkuti, 2015).

    Analisis SWOT membatu para pengambil keputusan untuk

    mengembangkan strategi dalam suatu organisasi berdasarkan atas informasi

    yang dikumpulkan. Analisis ini juga membantu organisasi untuk mencapai

    kesuksesan strategi dengan cara meningkatkan aspek-aspek kelemahan dan

    tantangannya. Strategi yang telah ditetapkan dan dilaksanakan harus dinilai

    kembali apakah relevan dengan keadaan dan kodisi saat penilaian dan evaluasi

    ini diketahui dengan menggunakan analisis SWOT. Hasil analisis tersebut

    digunakan sebagai dasar untuk menyusun dan menetapkan strategi yang akan

    dijalankan dimasa yang akan datang (Rangkuti, 2015).

    Analisis SWOT membandingkan antara faktor internal (kekuatan dan

    kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Analisis SWOT

    digunakan untuk membandingkan faktor eksternal dan internal. Gambar berikut

    menunjukkan diagram analisis SWOT (Rangkuti, 2015) :

  • 15  

     

    Gambar 3. Diagram Analisis SWOT

    Kuadran I (positif, positif) :

    Ini merupakan situasi yang menguntungkan. Perusahaan tersebut

    memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.

    Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan

    pertumbuhan yang agresif.

    Kuadran II (positif, negatif) :

    Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki

    kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan

    kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan strategi

    diversifikasi (produk/pasar).

    Kuadran III (negatif, positif) :

    Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain

    pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi ini yaitu

    meminimalkan masalah internal perusahaan sehingga dapat membuat pasar yang

    lebih baik (turn arround).

  • 16  

     

    Kuadran IV (negatif, negatif) :

    Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan

    tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Fokus strategi

    yaitu melakukan tidakan penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang leih besar

    (defensive).

    Matrik SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang

    dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan

    kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik SWOT sebagai alat pencocokan

    yang mengembangkan empat tipe strategi yaitu SO, WO, ST dan WT.

    Perencanaan usaha yang baik dengan metode SWOT dirangkum dalam matrik

    SWOT yang dikembangkan oleh Freddy Rangkuti sebagai berikut (Rangkuti,

    2015) :

    Tabel 1. Matriks SWOT

    SW

    OT

    STRENGTHS (S)

    Tentukan faktor-faktor kekuatan eksternal

    WEAKNESSES (W)

    Tentukan faktor- faktor kelemahan eksternal

    OPPORTUNIES (O)

    Tentukan faktor- faktor peluang

    eksternal

    STRATEGI SO

    Ciptakan strategi yang

    menggunakan kekuatan untuk

    memanfaatkan peluang

    STRATEGI WO

    Ciptakan strategi yang

    meminimalkan kelemahan untuk

    memanfaatkan peluang

    TREATHS (T)

    Tentukan faktor- faktor ancaman

    eksternal

    STRATEGI ST

    Ciptakan strategi yang

    menggunakan kekuatan untuk

    mengatasi ancaman

    STRATEGI WT

    Ciptakan strategi yang

    meminimalkan kelemahan dan

    menghindari ancaman

    Sumber : Rangkuti (2015)

    Berdasarkan matriks SWOT diatas maka didapatkan 4 langkah strategi

    yaitu sebagai berikut :

  • 17  

     

    1. Strategi SO

    Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

    memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang

    sebesar-besarnya. Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk

    memanfaatkan peluang eksternal.

    2. Strategi ST

    Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk

    mengatasi ancaman. Strategi ST menggunakan kekuatan internal perusahaan

    untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.

    3. Strategi WO

    Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada

    dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan untuk

    memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.

    4. Strategi WT

    Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

    meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi WT bertjuan

    untuk mengurangi kelemahan dengan menghindari ancaman eksternal.

    Dalam kondisi dan iklim persaingan suatu perusahaan perlu melakukan

    analisis tentang kedudukannya dengan tepat, para perumus kebijakan strategis

    diharapkan dapat mengambil langkah-langkah strategis yang memungkinkannya

    memanfaatkan peluang yang timbul dalam kondisi yang dihadapi (Siagian, 2011).

    Faktor kekuatan dan kelemahan terdapat dalam suatu organisasi (internal)

    termaksud satuan bisnis tertentu sedangkan peluang dan ancaman merupakan

    bisnis yang bersangkutan instrument yang ampuh dalam melakukan analisis

    strategik, keampuhan tersebut terletak pada kemampuan para penentu strategi

    perusahaan untuk memaksimalkan peran faktor kekuatan dan pemanfaatan

    peluang sehingga sekaligus berperan sebagai alat untuk meminimalisasi

  • 18  

     

    kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan dampak ancaman

    yang timbul dan harus dihadapi.

    Jika para penentu strategi perusahaan mampu melakukan kedua hal

    tersebut dengan tepat, biasanya upaya untuk memilih dan menentukan strategi

    yang efektif memberikan hasil yang diharapkan (Siagian, 2011).

    E. Kerangka Pikir

    Potensi sumberdaya perikanan khususnya budidaya tambak yang ada di

    provinsi Kalimantan Utara memiliki prospek yang sangat menjanjikan untuk

    dikembangkan demi tercapainya tingkat pendapatan dan kesejahteraan bagi

    masyarakat. Provinsi Kalimantan Utara memiliki banyak pulau yang berpotensi

    besar untuk dijadikan lahan tambak oleh masyarakat setempat. Tambak yang

    digarap oleh masyarakat merupakan jenis tambak tradisional dengan metode

    polikultur yang menggabungkan dua komoditi yaitu udang windu dan ikan bandeng.

    Luas tambak rata-rata yang dimiliki oleh petani tambak sekitar 6-25 Ha bahkan

    ada petani tambak yang memiliki luas lahan tambak hingga 100 Ha. 1 petak

    tambak biasanya memiliki luas paling kecil 6 Ha.

    Hasil produksi tambak di Kalimantan utara bisa menghasilkan 7000-

    10.000 ton udang windu pertahunnya. Sedangkan produksi ikan bandeng

    mencapai sekitar 8000 ton pertahunnya. Udang windu (Penaeus monodon) yang

    ada di Kalimantan Utara ini kemudian di ekspor ke luar negri seperti Jepang,

    Amerika Serikat dan Uni Eropa, sedangkan Ikan bandeng (Chanos chanos)

    beberapa masuk pasar lokal dan negara tujuan ekspor terbesarnya adalah

    Malaysia dan Timur Tengah.

    Untuk mengetahui apakah petani tambak menguntungkan melakukan

    usaha budidaya sistem polikultur ini, maka perlu dilakukan analisis keuntungan

    dan kelayakan usaha dan menghitung biaya total penerimaan yang diperoleh

  • 19  

     

    PEMBUDIDAYA POLIKULTUR

    UDANG WINDU (Penaeus monodon)

    selama siklus pemeliharaan. Biaya yang dihitung adalah biaya tetap dan biaya

    variabel sedangkan keuntungan berupa hasil yang diperoleh.

    Analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan adalah analisis

    SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang maupun ancaman yang

    dihadapi oleh para petani tambak dalam menajalankan usahanya. Dengan analisis

    SWOT memungkinkan para petani tambak untuk meningkatkan prospek usahanya.

    Kerangka pikir penelitian digambarkan secara skematis pada gambar 4

    sebagai berikut :

     

     

     

     

     

     

     

     

     

    Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian

    BUDIDAYA PERIKANAN

    KEUNTUNGAN

    IKAN BANDENG (Chanos chanos)

    PROSPEK PENGEMBANGAN

  • 20  

     

    III. METODOLOGI PENELITIAN

    A. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2017 yang

    berlokasi di pulau Mangkudulis besar, Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tana

    Tidung, Provinsi Kalimantan Utara. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive)

    dengan pertimbangan bahwa lokasi ini merupakan daerah yang dijadikan sebagai

    lahan tambak polikultur oleh para petani tambak serta merupakan lokasi terbesar

    dan produsen terbesar penghasil udang windu (Penaeus monodon) dan ikan

    bandeng (Chanos-chanos) yang ada di Kalimantan Utara.

    B. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Survei. Penelitian

    survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan

    menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun,

    2004). Untuk menjawab tujuan penelitian maka peneliti menggunakan analisis

    Kualitatif dan Kuantitatif. Kualitatif adalah data yang diperoleh dalam bentuk

    informasi baik secara lisan maupun tulisan yang antara lain berupa penjelasan lain

    yang diperlukan dalam penulisan. Kuantitatif adalah jenis penelitian yang

    berbentuk angka-angka dan meliputi kelayakan usaha, biaya tetap dan variabel,

    serta keuntungan yang diperoleh oleh petani tambak.

    C. Metode Pengambilan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah pembudidaya tambak polikultur di

    pulau Mangkudulis Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tana Tidung,

    Kalimantan Utara. Sedangkan penetapan responden yang dijadikan sampel yaitu

    dengan menggunakan metode pengambilan secara simple random sampling.

    Menurut Sugiono (2014) dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan

    anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata

  • 21  

     

    yang ada dalam populasi itu. Jumlah petani tambak yang ada di pulau Mangkudulis

    sekitar 250 orang. Menurut Masri singarimbun (2014) bahwa dalam pengambilan

    sampel jika populasinya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%

    tergantung besar kecilnya resiko yang di tanggung peneliti. Jumlah sampel yang

    akan diambil oleh peneliti yaitu 25 orang petani tambak.

    D. Sumber Data

    Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

    1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung di lapangan dengan

    cara observasi, wawancara dengan responden yakni pembudidaya dengan

    menggunakan kuisioner.

    2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari berbagai sumber atau instansi

    terkait dengan penelitian ini, yaitu lembaga/kantor pemerintah setempat.

    E. Teknik Pengambilan Data

    Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

    1. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap berbagai kegiatan dan

    keadaan di lokasi penelitian yang terkait dengan tujuan penelitian.

    2. Wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan melakukan tanya jawab dengan

    menggunakan kuesioner kepada responden yang berkaitan dengan penelitian.

    3. Kuesioner, yaitu pengumpulan data dengan melakukan selebaran kertas yang

    berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian.

    4. Studi Pustaka, yaitu pengambilan data yang didapatkan dengan membaca

    literatur uatau hasil-hasil penelitian yang relevan dengan tema penelitian.

    F. Analisis Data

    Adapun analisis yang digunakan adalah untuk menjawab permasalahan

    agar tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai sebagai berikut:

    1. Penelitian yang pertama dianalisis dengan menggunakan analisis keuntungan,

    sebagai berikut :

  • 22  

     

    Analisis keuntungan dalam usaha tambak polikultur digunakan

    persamaan sebagai berikut (Bangun, 2010) :

    = TR-TC

    Dimana : = Keuntungan bersih (Rp)

    TR = Total Revenue (Total Penerimaan) (Rp)

    TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp)

    Untuk mencari Total Penerimaan dapat digunakan rumus (Bangun, 2010 ):

    TR = Q x P

    Dimana : TR = Total Revenue (Total Penerimaan) (Rp)

    P = Price (Harga) (Rp)

    Q = Quantity (Jumlah) (Kg)

    Sedangkan untuk mencari Total Biaya dapat digunakan rumus (Bangun, 2010) :

    TC = FC + VC

    Dimana : TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp)

    VC = Variable Cost (Biaya Variabel) (Rp)

    FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) (Rp)

    2. Penelitian yang kedua dianalis dengan menggunakan analisis SWOT

    digunakan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam

    pengembangan usaha tambak polikultur. Sebelum membuat matriks faktor SWOT,

    kita perlu mengetahui terlebih dahulu faktor strategi internal (IFAS) dan faktor

    strategi eksternal (EFAS) dengan cara pemberian nilai dan bobot.

  • 23  

     

    Tabel 2. Matriks Faktor Strategi Internal

    Faktor-faktor Strategis Internal Bobot Rating

    Skor Pembobotan

    (Bobot x Rating)

    Kekuatan

    kekuatan 1 Bobot kekuatan 1 Rating kekuatan 1

    kekuatan 2 Bobot kekuatan 2 Rating kekuatan 2

    Jumlah A B

    Kelemahan

    kelemahan 1 Bobot kelemahan 1 Rating kelemahan 1

    kelemahan 2 Bobot kelemahan 2 Rating kelemahan 2

    Jumlah C

    D

    Total (a+c) = 1 (b+d)

    Sumber : Rangkuti, 2015

    Adapun tahapan pembuatan matriks strategis internal (EFAS) adalah

    sebagai berikut :

    Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan pada usaha

    tambak dalam kolom 1.

    Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling

    penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor

    tersebut terhadap posisi strategis usaha tambak. Semua bobot tersebut

    jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,0. jumlah seluruh bobot harus

    sebesar 1 dengan keterangan sebagai berikut :

    0,05 = dibawah rata-rata

    0,10 = rata-rata

    0,15 = diatas rata-rata

    0,20 = sangat kuat

  • 24  

     

    Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

    memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),

    berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi usaha tambak.

    Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan)

    diberi nilai +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkannya

    dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel

    yang bersifat negatif, kebalikannya. Contohnya, jika kelemahan usaha tambak

    besar sekali dibandingkan dengan rata-rata industri, nilainya adalah 1,

    sedangkan jika kelemahan usaha tambak dibawah rata-rata industri, nilainya

    adalah 4. Dengan keterangan sebagai berikut :

    1 = dibawah rata--rata

    2 = rata-rata

    3 = diatas rata-rata

    4 = sangat bagus

    Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh

    faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk

    masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding)

    sampai 1,0 (poor).

    Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

    pembobotan bagi usaha tambak. Nilai total ini menunjukkan bagaimana usaha

    tambak bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya.

  • 25  

     

    Tabel 3. Matriks Faktor Strategi Eksternal

    Faktor-faktor Strategis Eksternal Bobot Rating

    Skor Pembobotan (Bobot x Rating)

    Peluang

    peluang 1 Bobot peluang 1 Rating peluang 1

    peluang 2 Bobot peluang 2 Rating peluang 2

    Jumlah A B

    Ancaman

    Ancaman 1 Bobot ancaman 1 Rating ancaman 1

    Ancaman 2 Bobot ancaman 2 Rating ancaman 2

    Jumlah C

    D

    Total (a+c) = 1 (b+d)

    Sumber : Rangkuti, 2015 Adapun tahapan pembuatan matriks strategis eksternal (IFAS) adalah

    sebagai berikut :

    Tentukan faktor-faktor yang menjadi peluang serta ancaman pada usaha

    tambak dalam kolom 1.

    Beri bobot masing-masing faktor tersebut dalam kolom 2, dengan skala mulai

    dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh

    faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis usaha tambak. Semua bobot

    tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,0. jumlah seluruh bobot

    harus sebesar 1 dengan keterangan sebagai berikut :

    0,05 = dibawah rata-rata

    0,10 = rata-rata

    0,15 = diatas rata-rata

    0,20 = sangat kuat

  • 26  

     

    Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

    memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),

    berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi usaha tambak.

    Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan)

    diberi nilai +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkannya

    dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel

    yang bersifat negatif, kebalikannya. Dengan keterangan sebagai berikut :

    1 = dibawah rata--rata

    2 = rata-rata

    3 = diatas rata-rata

    4 = sangat bagus

    Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh

    faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk

    masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding)

    sampai 1,0 (poor).

    Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

    pembobotan bagi usaha tambak. Nilai total ini menunjukkan bagaimana usaha

    tambak bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya.

    G. Konsep Operasional

    Dalam operasional ini dibuat dengan maksud memberikan batasan yang

    jelas tentang tema yang akan dikaji untuk menyamakan persepsi terhadap konsep-

    konsep pembahasan dalam penelitian.

    1. Prospek adalah peluang yang terjadi karena adanya usaha seseorang

    dalam memenuhi kebutuhan hidupnya juga untuk mendapatkan profit atau

    keuntungan.

  • 27  

     

    2. Keuntungan adalah jumlah yang diperoleh dari penerimaan hasil penjualan

    produksi setelah dikurangi dengan total biaya produksi pada satu kali periode. (Rp).

    3. Biaya total adalah jumlah dari biaya tetap ditambah dengan biaya variabel

    dalam satu periode kegiatan usaha budidaya tambak polikultur. (Rp).

    4. Biaya Tetap (Fixed Cost) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk

    memperoleh faktor-faktor produksi yang sifatnya tetap, misalnya membayar pajak

    pbb dan biaya penyusutan. (Rp).

    5. Biaya Variabel (Variable Cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan

    produksi usaha budidaya tambak polikultur yang sifatnya berubah-ubah sesuai

    dengan kebutuhan pembudidaya. (Rp).

    6. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

    merumuskan strategi suatu usaha dengan menganalisis lingkungan internal dan

    eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha tersebut.

    7. Lingkungan internal adalah menggambarkan kuantitas dan kualitas

    sumberdaya manusia, fisik, finansial suatu usaha dan dapat memperkirakan

    kekuatan dan kelemahan pada usaha tersebut.

    8. Lingkungan eksternal meliputi faktor-faktor luar suatu yang dapat menimbulkan

    peluang dan ancaman pada usaha tersebut.

    9. Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keunggulan-keunggulan lain

    relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh

    pengusaha.

    10. Kelemahan adalah kekurangan atau keterbatasan dalam hal sumber daya

    yang ada pada suatu usaha baik itu keterampilan atau kemampuan yang menjadi

    penghalang bagi kinerja.

    11. Peluang adalah berbagai hal dan situasi yang menguntungkan bagi usaha

    serta kecenderungan-kecenderungan yang merupakan salah satu sumber

    peluang.

  • 28  

     

    12. Ancaman adalah gejala-gejala yang merupakan dampak negatif atas

    keberhasilan usaha, namun umumnya berada diluar kendali usaha.

    13. Tambak dalam perikanan adalah kolam buatan, biasanya terdapat di daerah

    pantai yang diisi air dan dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan

    (akuakultur).

    14. Polikultur adalah jenis tambak yang menggabungkan dua komoditi atau lebih.

  • 29  

     

    IV. KEADAAN UMUM LOKASI

    A. Kondisi Geografis

    Kabupaten Tana Tidung adalah salah satu kabupaten di Provinsi

    Kalimantan Utara, Indonesia, yang disetujui pembentukannya pada Sidang

    Paripurna DPR RI pada tanggal 17 Juli 2007. Kabupaten ini merupakan

    pemekaran dari 3 wilayah kecamatan di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur,

    yakni Kecamatan Sesayap, Sesayap Hilir dan Tanah Lia. Sejak tahun 2012,

    kabupaten ini merupakan bagian dari Provinsi Kalimantan Utara, seiring dengan

    pemekaran provinsi baru tersebut dari Provinsi Kalimantan Timur.

    Kabupaten Tana Tidung terletak di 3°12"02"-3°46"41" Lintang Utara dan

    116°42"50"-117°49"50" Bujur Timur dengan luas wilayah 4 828,58 Km 2. Pada

    Kabupaten Tana Tidung terdapat 5 kecamatan antara lain kecamatan Sesayap,

    Sesayap Hilir, Tana Lia, muruk Rian dan Betayau.

    Kecamatan Sesayap Hilir terletak di 3.4933667- 3.6384667 Lintang Utara

    dan 116.9985667 -117.1930167 Bujur Timur dengan luas wilayah 1.317,53 km2.

    Berikut batas-batas wilayah yang berada didaerah Kecamatan Sesayap Hilir :

    Sebelah Utara : Kabupaten Nunukan

    Sebelah Timur : Kecamatan Bunyu dan Kota Tarakan

    Sebelah Selatan : Kecamatan Sesayap, Kecamatan Betayau

    dan Kecamatan Sekatak

    Sebelah Barat : Kecamatan Sesayap

    Kecamatan Sesayap Hilir memiliki 8 desa yang tersebar di beberapa

    pulau bagian kecamatan Sesayap Hilir. Adapun desa beserta luasnya dapat dilihat

    pada tabel berikut :

  • 30  

     

    Tabel 4. Luas wilayah menurut desa di Kecamatan Sesayap Hilir

    No. Desa Luas Wilayah Km² Persentase (%)

    1 Sesayap 362,17 27,49

    2 Sengkong 118,39 8,99

    3 Bebatu 276,62 21

    4 Bandan Bikis 171,89 13,05

    5 Sepala Dalung 168,79 12,81

    6 Seludau 121,26 9,2

    7 Menjelutung 98,41 7,46

    8 Sesayap Selor - -

    Jumlah 1317,53 100 Sumber: Kecamatan Sesayap Hilir dalam angka, 2017

    Berdasarkan tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa Desa Sesayap

    merupakan desa terluas diantara desa lainnya yang terdapat di Kecamatan

    Sesayap Hilir dengan luas 362, 17 Km² dengan persentase 27,49 %. Sedangkan

    Desa Menjeletung termasuk desa yang paling kecil jika dilihat dari luas daratannya

    yakni hanya 98,41 Km² dengan persentase 7,46 % dari luas daratan Kecamatan

    Sesayap Hilir.

    Kecamatan Sesayap Hilir terdiri dari 23 pulau, salah satu pulau yang

    terdapat di Kecamatan Sesayap Hilir adalah Pulau Mangkudulis. Dari 23 pulau

    yang terdapat di Kecamatan Sesayap Hilir, pulau Mangkudulis merupakan pulau

    terbesar dengan luas 6 444,4760 Ha.

    B. Iklim

    Kabupaten Tana Tidung yang beriklim tropisme mepunyai musim yang

    hampir sama dengan wilayah Indonesia pada umumnya, yaitu musim penghujan

    dan musim kemarau. Musim penghujan biasanya terjadi pada bulan Oktober

    sampai dengan bulan April sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April

    sampai dengan bulan Oktober. Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun yang

    diselingi dengan musim peralihan pada bulan-bulan tertentu.

  • 31  

     

    Namun dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan musim di Kalimantan

    Utara termasuk Kabupeten Tana Tidung, Kecamatan Sesayap Hilir kadang tidak

    menentu. Pada bulan-bulan yang seharusnya turun hujan dalam kenyataannya

    tidak turun hujan samasekali, begitu juga sebaliknya.

    Suhu udara pada suatu tempat ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat

    tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Secara umum

    Kecamatan Sesayap Hilir beriklim dengan suhu udara berkisar 20°- 30° C . Antara

    musim penghujan dan musim kemarau tidak menunjukkan perbedaan indikasi

    yang jelas. Selain itu, sebagai daerah beriklim tropis, Kecamatan Sesayap Hilir

    mempunyai curah hujan dengan rata-rata volumenya 12 ml.

    C. Kondisi Demografi

    Jumlah penduduk Kecamatan Sesayap Hilir tahun 2016 menurut hasil

    Proyeksi Penduduk 2016 BPS Kabupaten Tana Tidung adalah 6.536 jiwa. Apabila

    dilihat dari perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan, jumlah penduduk

    laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan, yaitu sebanyak 3.852 jiwa.

    Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

    Tabel 5. Jumlah penduduk dan jenis kelamin menurut desa di Kecamatan Sesayap Hilir

    No. Desa Penduduk Ratio Jenis

    Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah

    1 Sesayap 983 862 1845 114,04

    2 Sengkong 183 161 344 113,66

    3 Bebatu 356 279 635 127,60

    4 Bandan Bikis 647 454 1101 142,51

    5 Sepala Dalung 611 517 1128 118,18

    6 Seludau 147 157 304 93,63

    7 Menjelutung 925 227 1152 419,38

    8 Sesayap Selor - - - -

    Jumlah 3852 2657 6509 145,99

    Sumber: BPS Kabupaten Tana Tidung Tahun 2016

     Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa penyebaran penduduk di

    Kecamatan Sesayap Hilir yang terdistribusi dalam 8 Desa dapat dikatakan masih

  • 32  

     

    belum merata dan masih berpusat di Desa Sesayap dengan jumlah penduduk

    terbesar yaitu 1845 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah berada di Desa

    Seludau yaitu sebanyak 304 jiwa.

    Selain itu, dilihat dari pengolahan Proyeksi Penduduk 2016 untuk

    kepadatan penduduk pada Kecamatan Sesayap Hilir, dapat dilihat pada table

    berikut :

    Tabel 6. Kepadatan penduduk menurut desa di Kecamatan Sesayap Hilir No. Desa Luas Wilayah (Km²)

    Jumlah Penduduk

    Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km²)

    1 Sesayap 362,17 1845 5,09 2 Sengkong 118,39 344 2,91 3 Bebatu 276,62 635 2,29 4 Bandan Bikis 171,89 1101 6,41 5 Sepala Dalung 168,79 1128 6,68 6 Seludau 121,26 304 2,51 7 Menjelutung 98,41 1152 11,98 8 Sesayap Selor - - -

    Jumlah 1317,53 6509 4,96 Sumber: BPS Kabupaten Tana Tidung Tahun 2016

    Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa Desa Menjeletung mempunyai

    kepadatan paling tinggi yaitu 11,98 jiwa per km2 kemudian diikuti Desa Sepala

    dengan kepadatan penduduk sebesar 6,68 jiwa per km2, Desa Bandan Bikis

    dengan kepadatan sebesar 6,41 jiwa per km2, Desa Sesayap dengan kepadatan

    penduduk sebesar 5,09 jiwa per km2, Desa Sengkong dengan kepadatan

    penduduk sebesar 2,91 jiwa per km2, dan Desa Seludau dengan kepadatan

    penduduk sebesar 2,51 jiwa per km2, serta Desa Bebatu dengan kepadatan

    penduduk yang paling rendah yaitu hanya 2,29 jiwa per km2.

    D. Karakteristik Responden

    Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah

    masyrakat sebagai pembudidaya tambak polikultur udang windu (Penaeus

    monodon) dan ikan bandeng (Chanos chanos). Responden ini menjadi sumber

    informasi mulai dari proses pembudidaya beserta dengan teknik budidayanya.

  • 33  

     

    Berikut dijelasakan identitas diri responden seperti tingkat umur, pendidikan dan

    jumlah tanggungan.

    1. Umur Responden

    Umur merupakan salah satu factor yang menentukan dan mempengaruhi

    tingkat produktivitas seseorang sebagai factor produksi. Secara fisik kemampuan

    seseorang untuk bekerja dapat diukur dari usianya. Umumnya seseorang yang

    masih muda dan sehat memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat dibandingkan

    dengan yang berumur tua. Seseorang yang lebih muda lebih cepat menerima hal-

    hal yang baru, lebih berani mengambil resiko dan lebih dinamis. Sedangkan

    seseorang yang relatif tua, mempunyai kapasitas pengelolaan yang matang dan

    memiliki banyak pengalaman dalam mengelola usahanya, sehingga ia sangat

    berhati-hati dalam bertindak, mengambil keputusan dan cenderung bertindak

    dengan hal-hal yang bersifat tradisional, disamping itu kemampuan fisiknya sudah

    mulai berkurang (Fachri, 2014). Berikut klasifikasi tingkat umur responden dapat

    dilihat pada tabel di bawah ini :

    Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia No. Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 24-35 6 24 2 36-46 5 20 3 47-58 7 28 4 59-70 7 28

    Jumlah 25 100 Sumber: Data primer setelah diolah, 2017.  

    Berdasarkan tabel 7 terlihat persamaan jumlah responden pada kisaran

    usia 47-58 hingga 59-70 sebanyak 14 orang dengan jumlah persentase 48%.

    Sedangkan jumlah responden terkecil berada pada kisaran usia 36-46 tahun

    sebanyak 5 orang dengan persentase 20%. Hal ini menunjukkan bahwa

    responden yang diwawancarai pada umumnya berada pada usia produktif hingga

    lansia yang tetap memiliki semangat dan produktivitas yang tinggi. Responden

  • 34  

     

    menuturkan bahwa pengetahuan mengenai teknik budidaya maupun berdagang

    diperoleh secara turun-temurun dari orang tua ataupun dari rekan sesama

    pembudidaya dan pedagang. Sehingga teknik mengenai cara budidaya maupun

    berdagang lebih banyak diperoleh dari informal.

    2. Tingkat Pendidikan

    Pendidikan merupakan salah satu faktor penting khususnya dalam

    mengadopsi teknologi dan keterampilan berusaha. Tingkat pendidikan juga

    mempengaruhi pola pikir dalam mengambil suatu keputusan. Pendidikan juga

    merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

    Hal ini sesuai dengan pernyataan Ananta (2000), bahwa pendidikan berfungsi

    menyiapkan salah satu input dalam proses produksi yaitu tenaga kerja agar

    dapat bekerja dengan produktif karena kualitasnya. Melalui pendidikan

    diharapkan pula dapat mengatasi keterbelakangan ekonomi lewat pengaruh

    peningkatan kemampuan manusia dan motivasi manusia untuk berprestasi.

    Responden yang lebih berpendidikan akan lebih dinamis dan aktif dalam

    mencari informasi yang berhubungan dengan jenis usahanya.

    Dalam penelitian ini tingkat pendidikan diklasifikasikan menjadi empat

    bagian yaitu : SD, SMP, SMA dan S1. Adapun karakteristik responden

    berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :

    Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

    No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 SD 5 20 2 SMP 3 12 3 SMA 12 48 4 S1 5 20

    Jumlah 25 100 Sumber: Data primer setelah diolah, 2017.

    Berdasarkan tabel 8 terlihat bahwa pendidikan formal yang diselesaikan

    paling tinggi sampai pada tingkat Strata 1 (S1). Jumlah responden terbesar pada

  • 35  

     

    tingat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan persentase 48%.

    Sedangkan jumlah responden terkecil pada tingkat pendidikan Sekolah

    Menengah Pertama (SMP) dengan persentase 12%. Hal ini menunjukkan bahwa

    tingkat pendidikan yang dimiliki responden semakin mengalami peningkatan.

    Dengan adanya peningkatan pendidikan untuk pembudidaya maka akan

    menambah wawasan lebih kepada mereka dalam proses membudidayakan

    tambak walaupun masih menggunakan sistem tradisional.

    3. Tanggungan Keluarga

    Aspek yang cukup berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan

    adalah besarnya tanggungan setiap kepala keluarga dalam mencukupi kebutuhan

    sehari-harinya. Jumlah tanggungan keluarga menandakan tingkat kemampuan

    penggunaan resiko usaha dan merupakan tanggung jawab terhadap pemenuhan

    kebutuhan dan kesejahteraan bagi seluruh anggota keluarganya. Adapun jumlah

    tanggungan keluarga pada responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

    Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan No. Jumlah Tanggungan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 2 - 4 16 64 2 5 - 7 5 20 3 8 - 9 4 16 Jumlah 25 100

    Sumber: Data primer setelah diolah, 2017.

     Berdasarkan tabel 9 terlihat bahwa responden yang memiliki jumlah

    tanggungan terbesar adalah kisaran 2-4 orang yaitu sebanyak 16 orang dengan

    persentase 64%. Sedangkan responden yang memiliki jumlah tanggungan terkecil

    yaitu kisaran 8-9 orang sebanyak 4 orang dengan persentase 16%.

    4. Luas Lahan Budidaya Tambak

    Lahan tambak ialah area yang digunakan untuk menjalankan usaha

    pembudidayaan. Lahan baru dapat digunakan jika telah memenuhi syarat-syarat

  • 36  

     

    tertentu. Lahan yang dimiliki oleh responden memiliki ukuran yang luas karena

    system budidaya yang digunakan yakni system budidaya tradisonal. Luas lahan

    yang digunakan akan berpengaruh terhadap volume produksi. Selain itu, luas

    lahan juga akan berpengaruh terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan, seperti

    biaya pupuk, biaya perbaikan dan lain-lain.

    Pembudidaya umumnya memiliki luas tambak mulai dari 5 Ha sampai

    dengan 40 Ha pertpetak. Luas tambak dari 25 responden penelitian berkisar mulai

    dari 6-25 Ha. Untuk mengetahui luas lahan yang dimiliki pembudidaya dapat dilihat

    pada tabel berikut ini :

    Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan Budidaya Tambak No. Luas Tambak (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 6 2 8 2 10 6 24 3 12 3 12 4 14 1 4 5 15 8 32 6 20 4 16 7 25 1 4 Jumlah 25 100

    Sumber: Data primer setelah diolah, 2017.

    Pada tabel 10 menunjukkan bahwa luas lahan yang paling banyak

    digunakan oleh pembudidaya berada pada kisaran 15 Ha, yakni 8 orang dengan

    jumlah persentase sebesar 32%. Sedangkan lahan pada kisaran 25 Ha

    merupakan luas lahan yang paling sedikit, yaitu hanya 1 orang dengan persentase

    sebesar 4%.

    5. Pengalaman Budidaya

    Budidaya yang baik didasarkan pada pengalaman, berdasarkan hasil

    wawancara terhadap responden pembudaya mulai membuka usaha tambak yang

    dimiliki mulai dari tahun 1992 sampai dengan tahun 2007. Untuk mengetahui

    berapa lama pembudidaya memulai usahanya sampai sekarang dapat dilihat pada

    table dibawah ini :

  • 37  

     

    Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Budidaya No. Pengalaman (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 5-9 4 16 2 10-15 6 24 3 16-20 7 28 4 21-25 8 32

    Jumlah 25 100 Sumber: Data primer setelah diolah, 2017.  

    Pada tabel 11 menunjukkan bahwa pengalaman budidaya terlama

    paling banyak pada kisaran 21 sampai dengan 25 tahun dengan jumlah responden

    8 orang dan persentase sebesar 32%. Sedangkan pengalaman budidaya terendah

    ada pada kisaran 5 sampai dengan 9 tahun dengan jumlah responden 4 orang dan

    persentase sebesar 16%.

     

  • 38  

     

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Proses Usaha Budidaya Tambak di Tana Tidung Pulau Mangkudulis

    Usaha budidaya tambak yang ada di Kabupaten Tana Tidung dijalankan

    menggunakan system budidaya yang secara keseluruhan sama, yaitu

    menggunakan system budidaya ekstensif atau system budidaya secara tradisional,

    sehingga pakan yang digunakan selama proses budidaya masih mengandalkan

    pakan alami seperti lumut. Selain itu, lahan yang digunakan dalam system

    budidaya ekstensif cukup luas. Luas lahan yang digunakan bervariasi mulai dari 6

    ha hingga 25 Ha.

    Usaha pembudidayaan dilakukan secara polikultur, dalam hal ini

    membudidayakan udang windu dengan ikan bandeng secara bersamaan. Periode

    penebaran hingga waktu siap penen untuk udang windu sekitar 2.5 bulan,

    sedangkan untuk ikan bandeng membutuhkan waktu 6 bulan. Hasil pengamatan

    dan wawancara dengan responden pembudidaya mengenai jumlah siklus

    budidaya dalam satu tahun, pembudidaya melakukan 4 kali siklus budidaya udang

    windu dan 1-2 kali untuk siklus budidaya ikan bandeng.

    Lokasi budidaya tambak berada dibeberapa kabupaten yang tersebar di

    provinsi Kalimantan Utara. Salah satu tempat yang dijadikan untuk lahan budidaya

    tambak polikultur yaitu pulau Mangkudulis yang terdapat di Kabupaten Tana

    Tidung. Pulau Mangkudulis ini termaksud pulau terbesar yang ada di Kabupaten

    Tana Tidung yang dimanfaatkan para petani tambak untuk dijadikan sebagai lahan

    tambaknya.

    Setiap petak tambak yang dikelola memiliki satu penjaga tambak. Penjaga

    tambak dibutuhkan mengingat lokasi tambak yang jauh. Selain faktor jarak, setiap

    petambak umumnya memiliki lebih dari satu petak tambak dengan ukuran yang

    luas. Oleh karena itu, untuk setiap petak, ditempatkan satu orang penjaga tambak.

  • 39  

     

    Penjaga tambak yang dipekerjakan harus benar-benar orang yang dipercaya.

    Biasanya penjaga tambak masih memiliki hubungan keluarga dengan pemilik

    tambak atau berasal dari daerah/kampung yang sama dengan pemilik tambak

    (Kitta, 2016).

    Penjaga tambak bekerja sepanjang proses pembudidayaan, mulai dari

    penebaran hingga tiba masa panen. Sehingga penjaga tambak tinggal di tambak

    selama proses tersebut yaitu 2.5 bulan dan baru akan keluar dari tambak pada

    saat menjual hasil panen (Kitta, 2016).

    Berdasarkan temuan di lapangan, dalam proses pembudidayaan terdapat

    beberapa kegiatan yang dilakukan oleh pembudidaya. Kegiatan tersebut terbagi

    dalam enam tahap yang terdiri atas proses pembuatan dan pembenahan lahan

    tambak, penebaran benih, pemeliharaan, panen, penanganan pasca panen, dan

    pemasaran.

    1. Proses pembuatan dan pembenahan lahan

    Sebelum mebuat lahan tambak, pembudidaya terlebih dahulu

    menyiapkan lahan yang akan digarap menjadi tambak, dengan membeli lahan

    seharga Rp.12.000.000 perhektar. Lahan yang dibeli masih berupa hutan

    mangrove, kemudian pembudidaya memanfaatkan jasa rintis lahan dengan biaya

    rintis Rp.2.000.000 perhektar. Lahan yang sudah dirintis kemudian digarap

    membentuk kolam dengan menggunakan jasa beko seharga Rp. 65.000 per Meter.

    Pembenahan tambak meliputi kegiatan mempersiapkan tambak sebaik

    mungkin sebelum dilakukan penebaran benih. Pada tahap ini dilakukan

    pembenahan terhadap bagian-bagian tambak seperti pematang dan pintu air.

    pada tahap ini pembudidaya juga melakukan pengapuran dan pemupukan. Lokasi

    tambak yang digunakan ialah lokasi yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

    Hal ini agar dapat dilakukan pergantian air, selain itu proses pemanenan juga

    memanfaatkan proses pasang surut air laut (Kitta, 2010).

  • 40  

     

    Pengapuran bertujuan untuk menurunkan keasaman tanah atau

    menaikkan pH tanah dan menjaga kestabilan kualitas air. Pengapuran

    menggunakan kapur dolomit minimal 2 kgha-1–100 kgha-1 atau rata–rata sebanyak

    31,65 kgha-1. Pengapuran dilakukan sekali dalam satu musim tanam. Pengapuran

    dilakukan setelah pengeringan (Muhrachman, 2010).

    Pengeringan dilakukan setelah 3–5 hari setelah pemberian saponin.

    Pengeringan bertujuan untuk meningkatkan pH yang turun pada pemeliharaan

    sebelumnya, selain itu pengeringan juga berfungsi sebagai pengendali kompetitor

    dan hama. Pemberian saponin bertujuan untuk membasmi hama tambak

    berupa ikan liar, ular dan lainnya. Pemberian saponin dilakukan setelah panen

    terakhir. Pemberian saponin sebanyak 2-4 karung untuk 1 petak, tergantung pada

    luas lahan tambak.

    Pemupukan bertujuan untuk menumbuhkan fitoplankton. Fitoplankton

    selain dapat memberikan tambahan oksigen terlarut kedalam air, juga berfungsi

    sebagai makanan alami bagi udang dan ikan bandeng. Pemupukan menggunakan

    pupuk kandang dan pupuk tiodan.

    Setelah pemupukan dilakukan pemasukan air secara bertahap, setelah

    itu tambak siap di tebar benih udang dan nener dengan ketinggian air sekitar 1.5

    hingga 3 meter.

    2. Penebaran benih

    Proses penebaran benih dilakukan ketika proses persiapan lahan tambak

    yang meliputi proses pengeringan, pembersihan, pengapuran, pemupukan dan

    memasukkan air kedalam tambak telah selesai. Untuk melakukan penebaran,

    terlebih dahulu dilakukan proses adaptasi benih dengan cara memasukkan nener

    kedalam wadah yang berisi air dari tambak. Setelah itu bibit udang dan nener

    kemudian ditebar secara merata kedalam lahan tambak.

  • 41  

     

    Waktu penebaran benih dilakukan pada pagi hari. Penebaran benih udang

    windu dilakukan sebanyak 4 kali dalam setahun, kemudian untuk ikan bandeng

    penebaran nener dilakukan sebanyak 2 kali. Adapun jenis bibit yang digunakan

    yaitu bibit Surabaya dan bibit local.

    3. Pemeliharaan

    Proses pemeliharaan udang windu selama 2.5 bulan dan untuk ikan

    bandeng selama 6 bulan. Pada pemeliharaan yang dilakukan yaitu pergantian air

    dan menjaga keamanan tambak. Tidak ada perbedaan dalam proses

    pemeliharaan kedua komoditi tersebut. Pergantian air dilakukan sebanyak 2 kali

    dalam 1 bulan, yaitu pada saat pasang air. Keamanan harus tetap terjaga sebelum

    tiba masa panen.

    4. Panen

    Udang windu di budidayakan selama 2.5 bulan, berdasarkan hasil

    wawancara, proses panen udang windu biasanya dilakukan dengan 2 tahap.

    Ketika umur udang sudah memasuki umur 2 bulan, mereka mulai melakukan

    proses panen tetapi tidak secara keseluruhan, tahap selanjutnya responden

    menyebutnya panen total atau secara keseluruhan. Panen total yang dimaksud ini

    yaitu panen sekaligus pengeringan lahan tambak, biasanya panen total dilakukan

    1 minggu pasca panen sebelumnya. Udang yang dipanen sesuai dengan umurnya

    biasanya berukuran sekitar size 15-40. Proses pemanenan ikan bandeng

    biasanya dilakukan bersamaan pada saat panen udang tahap panen total. Ikan

    bandeng yang di panen bisa mencapai 3-4 ekor/2Kg.

    5. Penanganan pasca panen

    Udang windu yang sudah di panen kemudian dimasukkan kedalam peti

    yang berisi es sampai dengan berakhirnya proses panen. Sebelum dijual, udang

    terlebih dahulu dipisahkan kepalanya karena udang yang dijual yaitu tanpa kepala.

  • 42  

     

    Kemudian udang hasil panen di bawa ke pos-pos pembelian udang yang ada di

    kota Tarakan untuk dijual.

    Proses pasca panen ikan bandeng ada dua cara, cara yang pertama dan

    paling sering dilakukan yaitu pembeli mendatangi lokasi tambak, dan cara yang

    kedua yaitu hasil panen dibawah ke tempat pembelian ikan bandeng. Pada cara

    yang pertama, pembudidaya terlebih dahulu menghubungi pembeli ikan yang akan

    mendatangi lokasi tambak. Ikan yang dipanen kemudian langsung diangkut oleh

    perahu/kapal milik pembeli yang sudah standby di depan pintu air sehingga

    dengan cara tersebut, pembudidaya tidak lagi repot malakukan penanganan

    pasca panen. Untuk cara yang kedua, pembudidaya terlebih dahulu perlu

    menyiapkan peti yang berisi es balok untuk menyimpan ikan setelah di panen. Ikan

    bandeng yang dipanen melalui pintu air segera dimasukkan kedalam peti yang

    berisi es balok tersebut dan kemudian diangkut ketempat pos pembelian ikan

    bandeng yang ada di kota Tarakan.

    6. Pemasaran

    Pemasaran udang windu dan ikan bandeng dari pulau mangkudulis ke

    Tarakan umumnya dilakukan dalam bentuk segar sampai ke tingkat konsumen.

    Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, pemasaran udang windu ada 2

    versi. Beberapa pembudidaya ada yang langsung menjual hasil panennya ke PT.

    Mustika Aurora dan sebagian besar pembudidaya menjual hasil panennya ke pos-

    pos pembelian (pedagang pengumpul).

    Pada proses pemasaran ikan bandeng ada 2 cara, Cara yang pertama,

    yaitu Ikan Bandeng dijual ke tempat pembelian ikan. Ikan yang telah dipanen

    kemudian dibawah ke pos pembelian milik perorangan atau ke pasar khusus

    pembelian Ikan Bandeng. Pasar pembelian Ikan Bandeng tersebut seperti

    tempat pelelangan ikan, bedanya di pasar tersebut khusus membeli dan menjual

    Ikan Bandeng (Kitta, 2010).

  • 43  

     

    Cara kedua yaitu pemasaran yang dilakukan dengan cara pembeli

    mendatangi tamba