prospek pengembangan usaha tambak polikultur...
TRANSCRIPT
-
i
PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA TAMBAK POLIKULTUR UDANG WINDU (Penaeus monodon) DAN IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI
PULAU MANGKUDULIS KECAMATAN SESAYAP HILIR KABUPATEN TANA TIDUNG KALIMANTAN UTARA.
SKRIPSI
OLEH :
ALVIA DINA AMSARI L24113504
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
DEPATEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANDDIN
MAKASSAR
2017
-
ii
PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA TAMBAK POLIKULTUR UDANG WINDU (Penaeus monodon) DAN IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI
PULAU MANGKUDULIS KECAMATAN SESAYAP HILIR KABUPATEN TANA TIDUNG KALIMANTAN UTARA.
SKRIPSI
OLEH :
ALVIA DINA AMSARI L24113504
Skripsi Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi pada Departemen Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin Makassar
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
DEPATEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANDDIN
MAKASSAR
2017
-
iii
-
iv
RIWAYAT HIDUP
ALVIA DINA AMSARI dilahirkan di Tarakan pada tanggal 30
Agustus 1994 anak kedua dari enam bersaudara pasangan H.
Muh. Amir dan Hj. Sari Bulan. Penulis memulai pendidikan di
SDN 002 Tarakan pada tahun 2001 dan lulus pada tahun
2006, kemudian melanjutkan pendidikan di Al-zaytun
Internasional School Indramayu Jawa Barat dan lulus pada tahun 2010.
Selanjutkan pendidikan di MAN Tarakan dan berhasil lulus pada tahun 2013
sebagai siswi jurusan IPS. Pada tahun 2013 diterima sebagai mahasiswi
Universitas Hasanuddin Makassar, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Jurusan Perikanan, Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan, melalui jalur
mandiri.
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi pengurus dalam
organisasi sebagai anggota humas UKM Fotografi Unhas (Periode 2016-2017)
dan pengurus organisasi dalam UKM Sepak Bola Unhas (Periode 2016-2017).
Penulis juga pernah menjadi asisten untuk matakuliah Kewirausahaan Perikanan,
Ekonomi Produksi Perikanan dan Manajemen Industri Perikanan.
-
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan hasil dari penelitian ini dengan judul “Prospek Pengembangan
Usaha Tambak Polikultur Udang Windu (Penaeus monodon) dan Ikan Bandeng
(Chanos chanos) di Pulau Mangkudulis Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten
Tana Tidung Kalimantan Utara” Ini dapat di rampungkan.
Segala upaya dan kemampuan yang telah penulis curahkan
sepenuhnya hingga dapat terselesaikan. Penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat dan
banyak memberikan bantuannya dalam perencanaan, persiapan,
pelaksanaan, dan penyusunan laporan ini. Terima kasih yang
sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada :
1. Orang tua tercinta H. Muh. Amir dan Hj. Sari Bulan atas doa, kasih sayang,
dan dukungan yang telah di berikan.
2. Ibu Dr. Ir. St. Aisjah Farhum, M. Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Hasanuddin.
3. Dr. Ir. Gunarto Latama, M.Sc selaku ketua jurusan Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.
4. Bapak Dr. A.Adri Arief S.Pi, M.Si selaku ketua Program Studi Sosial Ekonomi
Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan danPerikanan, Universitas Hasanuddin.
5. Prof. Dr. Ir. Sutinah Made, M.Si selaku pembimbing utama dalam penelitian
ini, yang telah memberikan motivasi besar dan bimbingan serta menjadi
panutan bagi penulis.
-
vi
6. Ibu Sri Suro Adhawati SE, M.Si selaku pembimbing kedua serta pembimbing
akademik yang telah banyak membimbing dan memberikan motivasi kepada
penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Dr. Hamzah, S.Pi, M.Si, Ibu Dr. Sitti Fakhriyyah, S,Pi, M.Si dan
Bapak M. Chasyim Hasani, S.Pi, M, Si selaku penguji yang telah memberikan
pengetahuan baru dan masukan serta kritik yang membangun.
8. Saudaraku Ulva Y. Amsari, Elvi D. Amsari, Alvina A. Amsari, Wahyullah R.
Amsari dan Nur. A Amsari terima kasih atas doa dan dukungannya yang
selalu memberikan semangat serta dorongan untuk menyelesaikan kuliah.
9. Keluargaku Ir.H.A.Makbal Ashari, Prof.Hj.Sutinah Made, Wahyuni Fatimah
Ashari S.H, Muh.Cahyo Ashari S.T, A.Ahmad P.Ashari S.H dan Siti Bulkis
Ashari yang selalu setia dan mendukung penulis selama berada di makassar.
10. Teruntuk sahabat seperjuanganku Mukhlisa S.Pi, Nur Indah S.Pi, Hadyanti
S.Pi, Sandra S.Pi, Hasrianti, Dina, Maida, Rahel, A.Arif.P, Asyari, Arfah
atas canda dan tawanya, dukungan, serta perjuangan selama masa kuliah.
11. Kanda-kanda Dalvi Mustova S.Pi, M.Sc dan Saiful S.Pi, M.Sc atas bantuan
dan bimbingannya selama ini, terimakasih kandaku
12. My Team Work Adrian, Ishak, Wandi yang menemani dalam duka,
menghibur dan segala bantuannya selama menyelesaikan skripsi.
13. Teman-teman angkatan 2013 REVOLUSI terima kasih untuk kalian atas
perjuangan, kerja sama, dukungan, doa, canda tawa selama masa kuliah kita.
14. Keluarga Besar KKN 94 INTERNASIONAL MALAYSIA-THAILAND
15. Teruntuk teman-teman yang ada di Ukm Fotografi dan Ukm Sepak Bola
terima kasih untuk dukungan serta doanya dan kebersamaannya selama
kuliah.
-
vii
16. Dan Untuk Teman teman ku Sosek, Psp, Bdp dan Msp terima kasih banyak
atas doa dan dukungannya.
17. Serta kakak, teman-teman, dan adik adikku di GreenFish terima kasih
banyak atas doa, dukungan dan banyak pengalaman yang sudah diberikan
kepada saya selama masa kuliah, terimakasih, salam lestari.
Penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan dan semangat
yang di berikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa sebagai manusia biasa
yang memiliki banyak keterbatasan, tidak tertutup kemungkinan terjadinya
kekeliruan baik menyangkut teknik penulisan maupun isi laporan ini sendiri.
Oleh karena itu, penulis dengan segala rendah hati senantiasa mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari pembaca.
Akhirnya penulis mengucapkan semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca sekalian terutama kepada diri pribadi penulis.
Makassar, 24 November 2017
ALVIA DINA AMSARI
-
viii
ABSTRAK
ALVIA DINA AMSARI (L241 13 504), Prospek Pengembangan Usaha Tambak Polikultur Udang Windu (Penaeus monodon) dan Ikan Bandeng (Chanos chanos) di Pulau Mangkudulis Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung Kalimantan Utara. Dibimbing oleh Sutinah Made dan Sri Suro Adhawati
Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha tambak polikultur (2) Untuk mendesain prospek pengembangan usaha tambak polikultur.
Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Mangkudulis Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung Kalimantan Utara pada bulan Agustus-Oktober 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah pembudidaya tambak polikultur yang ada di pulau mangkudulis. Sumber data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Analisis data yang digunakan berupa analisis keuntungan yaitu untuk mengetahui tingkat keuntungan yang didapatkan berdasarkan luas lahan yang dimiliki dan analisis SWOT untuk mendesain prospek pengembangan pada usaha tambak polikultur.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keuntungan rata-rata yang diperoleh berdasarkan luas lahan dalam setiap tahun, rata-rata keuntungan yang tertinggi berada pada luas lahan 6 Ha yaitu Rp. 42.428.406/Ha dan menyusul pada lahan seluas 12 Ha nilai keuntungan yaitu sebesar Rp.41.461.814/Ha. Dari hasil analisis SWOT mengungkapkan empat strategi alternatif yang diambil berdasarkan hasil penilaian bobot pada faktor internal dan eksternal usaha polikultur, yaitu Mengoptimalkan kerja sama pembudidaya dengan melibatkan aparat untuk menjaga keamanan, mengoptimalkan keterampilan pembudidaya dengan memanfaatkan teknogi untuk meningkatkan produksi untuk menangkap pangsa pasar yang tinggi, mengoptimalkan keterampilan budidaya dengan melakukan pergantian air yang rutin untuk menjaga kualitas air, mengoptimalkan peran pemerintah dalam membantu modal usaha pembudidaya.
Kata Kunci : Prospek Pengembangan, Budidaya Polikultur, Udang Windu, Ikan
Bandeng
-
ix
ABSTRACK
ALVIA DINA AMSARI (L241 13 504), Prospect Development Of Polyculture Farming Business Of Shrimp (Penaeus monodon) And Milk Fish (Chanos chanos) In Mangkudulis Island, Sesayap Hilir Districts, Tana Tidung Regency, North Borneo. Supervised By Sutinah Made and Sri Suro Adhawati
This study aims to (1) To know the profit level of polyculture brackfish business. (2)To design the prospects development of polyculture brackfish business.
The research was conducted in Mangkudulis Island, Sesayap Hilir Districts, Tana Tidung Regency, North Borneo on August-October 2017. The population of this research is the polyculture pond of farmer business in Mangkudulis island. Sources of data and secondary data. Analysis of data use in the profit analysis, to know the profit level that it get based on the land area and the analysis SWOT had to design the prospect development of polyculture brackfish business.
The result of this reaserch, show that the provit average based on the land area peryear ,the highest profit average is 6 Ha Rp. 42.428.406/Ha and following land area is 12 Ha Rp. 41.461.814/Ha. Analysis data of SWOT, it state that there are four alternative strategy that it takes based on weight assessment in internal factors and eksternal factors polyculture farming business, is optimalisize the cultivators team work with apparatus involve for the security, optimalisize cultivators skills to use a thecnology to increasing the production to catch request high market, to optimalisize the goverment role to help the cultivators business capital.
Keywords : Prospect Development, Cultuvation of polyculture, Tiger Prawn, milk fish
-
x
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i
HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
ABSTRAK ................................................................................................ viii
ABSTRACT ............................................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan dan kegunaan Penelitian .................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Budidaya Tambak Sistem Polikultur ............................................... 6
B. Udang Windu (Panaeus Monodon) dan Ikan Bandeng (Chanos
Chanos) .......................................................................................... 7
1. Udang Windu (Panaeus Monodon) .......................................... 7
2. Ikan Bandeng (Chanos Chanos) .............................................. 9
C. Analisis Keuntungan ....................................................................... 11
D. Pendekatan Analisis SWOT ........................................................... 13
E. Kerangka Pikir ................................................................................ 18
-
xi
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian .......................................................... 20
B. Jenis Penelitian .............................................................................. 20
C. Metode Pengambilan Sampel ........................................................ 20
D. Sumber Data ................................................................................ 21
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 21
F. Analisis Data ................................................................................. 21
G. Konsep Operasioal ....................................................................... 26
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Kondisi Geografis ........................................................................... 29
B. Iklim ................................................................................................ 30
C. Kondisi Demografi .......................................................................... 31
D. Karakteristik Responden ................................................................ 32
1. Umur Responden ..................................................................... 33
2. Tingkat Pendidikan ................................................................... 34
3. Tanggungan Keluarga .............................................................. 35
4. Luas Lahan Budidaya Tambak ................................................. 36
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Proses Usaha Budidaya Tambak di Tana Tidung Pulau Mangkudulis 37
B. Analisis Keuntungan ....................................................................... 42
1. Investasi Usaha Tambak Polikultur ............................................ 42
2. Biaya Usaha Tambak Polikultur ................................................. 44
3. Penerimaan Usaha Budidaya Tambak Polikultur ...................... 51
4. Keuntungan Usaha Budidaya Tambak Polikultur ...................... 52
C. Analisis SWOT ............................................................................... 54
1. Identifikasi Faktor Internal .......................................................... 55
-
xii
a. Kekuatan (Strenghts) ........................................................... 55
b. Kelemahan (Weakness) ....................................................... 57
2. Identifikasi Faktor Eksternal ....................................................... 58
a. Peluang (Opportunity) .......................................................... 58
b. Ancaman .............................................................................. 59
3. Matriks Analisis SWOT .............................................................. 61
4. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT .................................... 67
VI . PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 73
B. Saran .............................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 75
LAMPIRAN ................................................................................................ 76
-
xiii
DAFTAR TABEL
1. Matriks SWOT ................................................................................ 16
2. Matriks Faktor Strategi Internal ...................................................... 24
3. Matriks Faktor Strategi Eksternal ................................................... 25
4. Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan Sesayap Hilir ............. 31
5. Jumlah Penduduk dan Jenis Kelamin Menurut Desa di Kecamatan
Sesayap Hilir ................................................................................ 32
6. Kepadatan Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Sesayap Hilir 33
7. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia ...................... 34
8. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........... 35
9. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan. ........ 36
10. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan Budidaya Tambak 37
11. Rata-rata Nilai Investasi pada Usaha Tambak Polikultur ............... 44
12. Rata-rata Biaya Penyusutan/tahun pada Investasi Usaha Budidaya Tambak Polikultur ........................................................................... 47
13. Rata-rata Biaya Variabel/tahun pada Usaha Budidaya Tambak Polikultur
....................................................................................................... 50
14. Rata-rata Total Biaya/tahun pada Usaha Budidaya Tambak Polikultur ....................................................................................................... 51
15. Rata-rata Total Penerimaan/tahun pada Usaha Budidaya Tambak
Polikultur. ........................................................................................ 52
16. Rata-rata Keuntungan/tahun pada Usaha Budidaya Tambak Polikultur. ....................................................................................................... 54
17. IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) usaha budidaya tambak polikultur di Kecamatan Sesayap Hilir. ....................................................................................................... 60
18. EFAS (Eksternal Strategic Factors Analysis Summary) usaha budidaya
tambak polikultur di Kecamatan Sesayap Hilir. ....................................................................................................... 64
19. Matriks Analisis SWOT . ............................................................... 65
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
1. Udang Windu (Panaeus Monodon) .............................................. 8
2. Ikan Bandeng (Chanos Chanos). ................................................. 10
3. Diagram Analisis SWOT. ............................................................. 15 4. Skema Kerangka Pemikiran ........................................................ 20 5. Rata-rata Total Biaya/tahun Berdasarkan Luas Lahan ................ 52 6. Rata-rata Total Penerimaan/tahun Berdasarkan Luas Lahan ..... 53 7. Rata-rata Keuntungan/tahun Berdasarkan Luas Lahan .............. 54
-
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Peta Lokasi Penelitian .............................................................. 77
2. Tabel Data Responden ............................................................. 78
3. Tabel Nilai Investasi Pada Usaha Tambak Polikultur ............... 79
4. Tabel Nilai Penyusutan Pada Usaha Tambak Polikultur .......... 83
5. Tabel Biaya Variabel Pada Usaha Tambak Polikultur .............. 87
6. Tabel Jumlah Penerimaan Pada Usaha Tambak Polikultur ..... 91
7. Dokumentasi Penelitian ............................................................ 95
-
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Provinsi Kalimantan Utara adalah sebuah provinsi di Indonesia yang
terletak di bagian utara Pulau Kalimantan. Provinsi ini berbatasan langsung
dengan negara tetangga, yaitu negara Bagian Sabah dan Serawak dan Malaysia
Timur. Kalimantan Utara merupakan pemekaran dari salah satu Provinsi di Pulau
Kalimantan yaitu Provinsi Kalimantan Timur. Provinsi Kalimantan Utara dengan
luas wilayah sekitar 72.567.49 km2 terdiri dari beberapa pulau dan garis pantai
yang cukup panjang. Provinsi Kalimantan Utara yang berbatasan langsung
dengan Selat Malaka di sebelah utara menciptakan kondisi wilayah yang memiliki
potensi sumber daya perikanan laut.
Kalimantan Utara didukung dengan topografi kontur wilayah darat dimana
di dominasi oleh lahan gambut dan masih banyaknya lahan yang belum
dimanfaatkan memiliki potensi besar dalam proses budidaya air tawar dan payau.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016
luas wilayah lahan yang dimanfaatkan sebagai budidaya air tawar 82.149, 42 Ha
dimana luas daratan yang dimanfaatkan sebagai lahan tambak adalah kurang
lebih sebesar 81.836 Ha (BPS, 2016).
Jenis budidaya tambak yang ada di Kalimantan Utara rata-rata
menggunakan sistem polikultur. Polikultur merupakan metode budidaya yang
digunakan untuk memelihara banyak produk dalam satu lahan. Dengan sistem ini,
diperoleh manfaat yaitu tingkat produktivitas lahan yang tinggi. Polikultur organik
merupakan sistem budidaya yang mengandalkan bahan alami dalam siklus
produktivitasnya. Teknik ini juga memperhitungkan karakteristik produk sehingga
ketersediaan bahan alami akan terus mencukupi kebutuhan produk yang
dipelihara. Simbolis mutualisme atau hubungan yang saling menguntungkan
-
2
antara udang windu dan ikan bandeng dimaksimalkan sehingga tidak dibutuhkan
faktor dari luar seperti pemberian pakan buatan maupun pestisida yang berbahaya.
Petani tambak yang ada di provinsi Kalimantan Utara pada umumnya
mengupayakan dan membudidayakan udang windu dan ikan bandeng karena
tambak yang ada di provinsi tersebut merupakan tambak tradisional. Udang windu
dan ikan bandeng memiliki hubungan yang saling menguntungkan karena ikan
bandeng dapat memberikan siklus oksigen atau sebagai kincir alami didalam
kolam. Selain itu, komoditi udang windu dan ikan bandeng tersebut memiliki nilai
yang tinggi pertama di pasaran.
Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP, 2016) mencatat bahwa
produksi udang windu Kalimantan Utara dalam lima tahun terakhir berkisar 7.000–
10.000 ton per tahun. Dari jumlah tersebut, hampir 70% di antaranya diekspor ke
Jepang dan sisanya ke Eropa, Amerika dan negara-negara Asia (Taiwan,
Hongkong, Cina, dan Korea). Diperkirakan kebutuhan udang windu negara-negara
tersebut akan semakin meningkat seiring dengan naiknya tren konsumsi produk
seafood di dunia.
Selain udang, tambak di Kalimantan Utara memiliki potensi ikan bandeng
yang juga merupakan salah satu potensi sumberdaya perairan yang sangat
diminati oleh masyarakat, baik itu di Indonesia, maupun di beberapa negara lain
seperti Malaysia dan Timur Tengah. Berdasarkan data bidang usaha Perikanan
dan Kelautan di Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), Negara tujuan ekspor
bandeng Kalimantan Utara terbesar yaitu Malaysia dan Timur Tengah. Ekspor ikan
bandeng ke Malaysia sebesar 1.553 ton, rata-rata perbulannya sekitar 200 an ton.
Untuk Timur Tengah, sekitar 922 ton pertahun dengan rata-rata 80-90 ton perbulan
(DKP, 2016).
Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara produsen ikan dan udang
dunia dengan potensi produksi yang cukup besar, akan tetapi belum dapat
-
3
memanfaatkan potensi pasar internasional yang ada, bahkan berada dibawah
Thailand dan Vietnam, yang masing-masing menempati peringkat 3 dan 5. Hal ini
disebabkan karena produk perikanan Indonesia memiliki daya saing yang lebih
rendah dibandingkan dengan produk dari kedua negara tersebut, khususnya
produk-produk perikanan udang windu. Sedangkan untuk bahan baku Indonesia
memiliki daya saing yang cukup kuat. Bahan baku perikanan yang berkualitas
tinggi disatu sisi dan produk perikanan yang berdaya saing rendah disisi lain jelas
merupakan permasalahan yang sangat penting.
Struktural agribisnis menurut Sumastuti (2011) adalah kumpulan unit
usaha atau basis yang melaksanakan fungsi-fungsi dari masing-masing
subsistem. Agribisnis tidak hanya mencakup bisnis pertanian yang besar, tetapi
juga skala kecil dan lemah (pertanian rakyat). Prospek usaha di bidang perikanan
khususnya pada usaha tambak merupakan salah satu bisnis yang memiliki
keterjaminan keuntungan yang sangat besar. Kondisi komoditi udang dan
bandeng sebagai salah satu komoditi yang dibudidayakan di kebanyakan wilayah
Kabupaten Tana Tidung Kalimantan Utara memiliki potensi yang sangat besar
untuk ditingkatkan. Prospek harga maupun pasar yang cukup luas baik di wilayah
Pulau Kalimantan maupun di Indonesia pada umumnya.
Secara teknis, tambak polikultur dapat didirikan di hampir semua jenis
lahan apabila supply air payau cukup tersedia, tetapi dari segi ekonomi perlu
diperhitungkan secara cermat agar biaya pembangunan dan operasional tambak
polikultur dapat tertutupi oleh hasil penjualannya. Menurut Mujiman dan Suyanto
dalam Agustina (2006) daerah tambak polikultur yang baik adalah suatu daerah
yang terjangkau oleh pasang surut air laut, dengan kata lain usaha tambak
polikultur sebaiknya pada areal sekitar atau dekat pantai.
Pulau Mangkudulis merupakan salah satu daerah di Kecamatan Sesayap
Hilir Kabupaten Tana Tidung Provinsi Kalimantan Utara yang memiliki potensi
-
4
perikanan yang cukup besar khususnya perikanan budidaya tambak poikultur
udang windu dan ikan bandeng. Disamping itu, pulau Mangkudulis merupakan
salah satu pemasok udang dan ikan bandeng terbesar.
Usaha dan budidaya tambak polikultur di Kabupaten Tana Tidung
Kalimantan Utara adalah tambak polikultur jenis tradisional yang tidak
menggunakan teknologi apapun ataupun pemberian pakan tambahan, sehingga
hasil produksinya relatif sedikit, dan keuntungan yang diperoleh tidak terlalu
memuaskan. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka peneliti
tertarik untuk meneliti mengenai “Prospek Pengembangan Usaha Tambak
Polikultur Udang Windu (Penaeus monodon) dan Ikan Bandeng (Chanos
chanos) di Pulau Mangkudulis Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana
Tidung Kalimantan Utara”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka perumusan masalah dapat disusun
sebagai berikut:
1. Berapakah tingkat keuntungan usaha tambak polikultur udang windu (Penaeus
monodon) dan ikan bandeng (Chanos chanos) di Pulau Mangkudulis Kecamatan
Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung Kalimantan Utara?
2. Bagaimana prospek pengembangan usaha tambak polikultur udang windu
(Penaeus monodon) dan ikan bandeng (Chanos chanos) di Pulau Mangkudulis
Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung Kalimantan Utara?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian yang dilakukan tidak lepas dari tujuan dan manfaat. Adapun
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis keuntungan pada usaha tambak polikultur udang windu
(Penaeus monodon) dan ikan bandeng (Chanos chanos) di Pulau Mangkudulis
Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung Kalimantan Utara
-
5
2. Untuk mendesain prospek pengembangan usaha tambak polikultur udang
windu (Penaeus monodon) dan ikan bandeng (Chanos chanos) di Pulau
Mangkudulis Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung Kalimantan Utara
Adapun kegunaan yang diharapkan penulis dari penelitian ini yaitu
penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan pengembangan
pengetahuan lebih lanjut serta memberikan informasi dan masukan untuk para
petani tambak dalam mengembangkan usaha tambak polikultur udang windu
(Penaeus monodon) dan ikan bandeng (Chanos chanos) di Pulau Mangkudulis
Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung Kalimantan Utara.
-
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Budidaya Tambak Sistem Polikultur
Perikanan didefinisikan sebagai suatu kegiatan ekonomi dalam bidang
penangkapan atau budidaya hewan atau tanaman air yang hidup bebas dilaut atau
perairan umum. Secara umum, perikanan dibagi atas perikanan tangkap dan
perikanan budidaya. Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup
penangkapan pengumpulan hewan dan tanaman air yang hidup di laut atau
perairan umum (Suryanto, dkk 2010).
Dikalangan pertanian, istilah jawa budidaya digunakan bagi kegiatan
usaha produksi suatu komoditi. Dan istilah tambak diambil dari bahasa jawa
nambak (membendung air dengan pematang sehingga terkumpul pada suatu
tempat). Jadi budidaya tambak adalah kegiatan usaha pemeliharaan atau
pembesaran ditambak dimulai dari ukuran benih sampai menjadi ukuran yang
layak dikonsumsi (Suryanto, dkk 2010).
Polikultur merupakan metode budidaya yang digunakan untuk
memelihara banyak produk dalam satu lahan. Dengan sistem ini diperoleh manfaat
yaitu tingkat produktivitas lahan yang tinggi. Polikultur organik merupakan sistem
budidaya yang mengandalkan bahan alami dalam siklus produktivitasnya. Namun,
tidak sekedar memanfaatkan bahan alami. Teknik ini juga memperhitungkan
karakteristik produk sehingga ketersediaan bahan alami akan terus mencukupi
kebutuhan produk yang dipelihara. Simbolis mutualisme atau hubungan yang
saling menguntungkan antara udang windu dan ikan bandeng dimaksimalkan
sehingga tidak dibutuhkan faktor dari luar seperti pemberian pakan buatan
maupun pestisida yang berbahaya (Tancung, 2005).
Pembudidayaan ikan merupakan kegiatan memelihara, membesarkan
dan memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol. Pembudidayaan ikan
-
7
dapat dilakukan secara polikultur yaitu pembudidayaan ikan lebih dari satu jenis
secara terpadu. Budidaya polikultur terpadu dan sinergis saat ini banyak diteliti dan
dikaji karena dapat meningkatkan kulitas air. Diintegrasikannya kegiatan polikultur
udang windu (Penaeus monodon Fabrisius) dan ikan bandeng (Chanos-chanos
Forskal) secara terpadu. Pada umumnya pembudidayaan secara tradisional selalu
mengedepankan luas lahan, pasang surut, intercrop dan tanpa pemberian
makanan tambahan sehingga makanan bagi komoditas yang dibudidayakan harus
tersedia secara alami dalam jumlah yang cukup. Udang windu dan ikan bandeng
secara biologis memiliki sifat–sifat yang dapat bersinergi sehingga budidaya
polikultur semacam ini dapat dikembangkan karena merupakan salah satu bentuk
budidaya polikultur yang ramah terhadap lingkungan. Ikan bandeng sebagai
pemakan plankton merupakan pengendali terhadap kelebihan plankton dalam
perairan. Hubungan yang seperti ini dapat menyeimbangkan ekosistem perairan
(Murachman, et al., 2010).
B. Udang Windu (Penaeus monodon) dan Ikan Bandeng (Chanos chanos)
a. Udang Windu (Penaeus monodon)
Udang yang diprioritaskan untuk dibudidayakan dalam tambak adalah
udang windu (Penaeus monodon) oleh karena itu dalam program Intam, udang
yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi sebagai komoditas ekspor dan dapat
tumbuh besar hingga mencapai 20 cm ini dianjurkan untuk dipilih. Habitat udang
windu (Penaeus monodon) usia muda adalah air payau, seperti muara sungai dan
pantai. Semakin dewasa uang jenis ini semakin suka hidup dilaut. Udang-udang
yang sudah dewasa akan berbondong-bondong ke laut yang dalam. Mereka
biasanya berkelompok dan melakukan perkawinan, setelah udang betina berganti
cangkang (Agustina, 2010).
Udang yang dibudidayakan dalam tambak adalah udang laut yang
umumnya seluruh tubuhnya terbungkus kulit yang keras dari bahan chitin, disebut
-
8
exoskeleton, kecuali sambungan antar ruas sehingga udang tetap mudah
bergerak dan membungkuk. Udang jenis ini merupakan udang laut yang populer
sebagai udang windu loreng. Udang ini bisa mencapai ukuran besar, sehingga
dalam pasaran ekspor udang ini lebih dikenal dengan nama tiger prawn. Berikut
gambar serta klasifikasi udang windu (Penaeus monodon) (khairul amri, 2003) :
Gambar 1. Udang windu Peneaus monodon
Phylum : Arthropoda
Classis : Crustacea
Ordo : Decapoda
Familia : Penaeidae
Genus : Penaeus
Cpesies : Penaeus monodon
Udang ini memiliki kulit badan keras, berwarna hijau kebiru-biruan dan
berloreng-loreng besar. Namun anehnya udang yang mengalami dewasa usia
dilaut memiliki warna kulit merah muda kekunig-kuningan, dengan ujung kaki
renang berwarna merah. Adapun yang masih muda memiliki kulit dengan ciri khas
totol-totol hijau. Kerucut kepala bagian atas memiliki 7 buah gerigi dan bagian
bawah 3 buah gerigi (Agustina, 2010).
Penaeus monodon yang hidup di laut, panjang tubuhnya bisa mencapai
35 cm dengan berat sekitar 260 gram. Sedangkan yang dipelihara dalam tambak
panjang tubuhnya hanya bisa mencapai 20 cm dengan berat sekitar 140 gram.
-
9
Meski demikian udang ini cukup ekonomis dan potensial untuk dipelihara dalam
tambak, terutama karena udang jenis ini memiliki daya tahan yang tinggi untuk
hidup di dalam air payau yang berkadar keasinan 3-35 promil. Udang windu
(Penaeus monodon) biasa hidup di perairan pantai yang berlumpur atau berpasir.
Penyebaran habitatnya sampai di perairan laut Jepang, dan antara Pakistan barat,
Australia bagian barat dan Afrika Selatan (Agustina, 2010).
Sampai saat ini udang windu masih menjadi komoditas perikanan yang
memiliki peluang usaha cukup baik karena sangat digemari konsumen lokal
(domestik) dan konsumen luar negeri. Hal ini disebabkan oleh daging udang windu
yang enak dan gurih serta kandungan gizinya yang sangat tinggi. Daging udang
windu diperkirakan mengandung 90% protein (Agustina, 2010).
Udang windu merupakan komoditas ekspor andalan pemerintah untuk
menggaet devisa negara sehingga perkembangan ekspornya menjadi perhatian
utama. Hal ini terbukti dengan dicanangkannya PROTEKAN 2003 dengan target
nilai ekspor sebesar 7.6 milyar dollar Amerika yang sekitar 6.78 milyar dollar
Amerika (70%) berasal dari penjualan udang (Khairul amri, 2003).
b. Ikan Bandeng (Chanos chanos)
Ikan laut yang memiliki potensi untuk dipelihara dalam tambak adalah
ikan bandeng (Chanos chanos). Ikan ini memiliki karakteristik berbadan langsing,
sirip bercabang serta lincah didalam air, memiliki sisik seperti kaca dan berdaging
putih. Sebagai komoditas, bandeng memperoleh julukan milk fish, mungkin karena
dagingnya seputih susu dan rasanya pulen (Kordi, 2011).
Bila dipelihara dalam tambak, ikan bandeng sangat potensial dan cepat
pertumbuhannya. Lebih baik lagi bila dipelihara bersama udang, karena
kelincahannya dapat berfungsi sebagai aerator. Namun demikian, ikan bandeng
tidak dapat berkembang biak dengan baik dalam tambak. Ikan ini dapat hidup di
-
10
air dengan kadar keasinan tinggi maupun rendah, bahkan bisa dipelihara di kolam
air tawar (Kordi, 2011).
Ikan bandeng (Chanos chanos) adalah bangsa ikan laut yang tersebar
luas mulai dari pantai Afrika sampai Kepulauan Tuamoti, sebelah Timur Tahiti.
Pertumbuhannya bisa mencapai ukuran panjang 100 cm, namun bila dipelihara
dalam tambak, panjang tubuh optimal yang dapat dicapai adalah 50 cm (Kordi,
2011). Berikut gambar serta klasifikasi ikan bandeng (Chanos chanos) :
Gambar 2. Ikan Bandeng Chanos chanos
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Order : Gonorynchiformes
Family : Chanidae
Genus : Chanos
Spesies : Chanos chanos
Ikan bandeng merupakan sejenis ikan laut yang mempunyai bentuk tubuh
yang langsing mirip terpedo, dengan moncong agak runcing, ekor bercabang dan
sisiknya halus. Warna ikan bandeng putih gemerlapan seperti perak pada tubuh
bagian bawah dan agak gelap pada punggungnya (Anggriandika, 2011).
Ikan bandeng mempunyai penampilan yang umumnya simetris dan
berbadan ramping, dengan sirip ekor yang bercabang dua. Ikan bandeng bisa
bertambah besar menjadi 1,7 m, tetapi yang paling sering sekitar 1 meter
panjangnya. Ikan bandeng tidak memiliki gigi, Seluruh permukaan tubuhnya
-
11
tertutup oleh sisik yang bertipe lingkaran yang berwarna keperakan, pada bagian
tengah tubuh terdapat garis memanjang dari bagian penutup insang hingga ke
ekor. Sirip dada dan sirip perut dilengkapi dengan sisik tambahan yang besar, sirip
anus menghadap kebelakang. Selaput bening menutupi mata, mulutnya kecil dan
tidak bergigi, terletak pada bagian depan kepala dan simetris, Sirip ekor
homocercal (Kordi, 2011).
Bandeng mempunyai sirip punggung yang jauh dibelakang tutup insang,
dengan 14 sampai 16 jari-jari pada sirip punggung, 16 sampai 17 jari-jari pada sirip
dada, 11 sampai 12 jari-jari pada sirip perut, 10 sampai 11 jari-jari pada sirip anus
dan pada sirip ekor berlekuk simetris dengan 19 jari-jari. Sisik pada garis susuk
berjumlah 75 sampai 80 sisik (Kordi, 2011).
Ikan bandeng dapat di bedakan dengan jantan dan betina. Bandeng jantan
dapat diiketahui dari lubang anusnya yang hanya dua buah dan ukuran badan
agak kecil. Bandeng betina memiliki lubang anus tiga buah dan ukuran badan lebih
besar dari ikan bandeng jantan (Kordi, 2011).
C. Analisis Keuntungan
Keuntungan dari suatu usaha tergantung pada hubungan antara biaya
produksi yang dikeluarkan dengan jumlah penerimaan dari hasil penjualan dengan
pusat perhatian ditujukan bagaimana cara menekan biaya sewajarnya supaya
dapat memperoleh keuntungan sesuai yang diinginkan, adapun biaya yang
dikeluarkan adalah biaya tetap dan biaya variabel. Keuntungan adalah jumlah
yang diperoleh dari penerimaan hasil penjualan produksi setelah dikurangi dengan
total biaya produksi pada periode tertentu, sehingga untuk menghitung jumlah
keuntungan maka perlu diketahui jumlah penerimaan dan biaya yang dikeluarkan
(Bangun, 2010):
-
12
1. Keuntungan
Keuntungan merupakan selisih antara Total penerimaan dengan Total
biaya yang persamaannya sebagai berikut (Bangun,2010) :
= TR-TC
Dimana : = Keuntungan bersih (Rp)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan) (Rp)
TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp)
2. Penerimaan
Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan
harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif dengan harga, artinya
harga akan turun ketika produksi berlebihan. Secara metematis dapat ditulis
sebagai berikut (Bangun,2010) :
TR = Q x P
Dimana : TR = Total Revenue (Total Penerimaan) (Rp)
P = Price (Harga) (Rp)
Q = Quantity (Jumlah) (Kg)
Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun semakin tinggi
harga per unit produksi yang bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima
produsen akan semakin besar. Sebaliknya jika produk yang dihasilkan sedikit dan
harganya rendah maka penerimaan total yang diterima produsen semakin kecil
(Bangun, 2010).
3. Biaya
Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu
proses produksi yang dinyatakan dengan satuan uang, menurut harga pasar yang
berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Adapun dua komponen
biaya yaitu (Bangun, 2010) :
-
13
a. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap adalah biaya yang timbul akibat penggunaan sumber daya
tetap dalam proses produksi. Sifat utama biaya tetap adalah jumlahnya tidak
berubah walaupun jumlah produksi mengalami perubahan (naik atau turun).
Keseluruhan biaya tetap disebut Biaya Total (Total Fixed Cost, TFC).
b. Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya veriabel adalah jumlah biaya produksi yang berubah menurut tinggi
rendahnya jumlah output yang akan dihasilkan. Semakin besar output atau barang
yang akan dihasilkan, maka akan semakin besar pula biaya variabel yang akan
dikeluarkan.
Prinsip analisis biaya yang sangat penting untuk diketahui para nelayan
karena mereka hanya dapat menguasai pengaturan produksi dalam usaha taninya,
tanpa mampu mengatur harga dan memberikan nilai pada komoditas yang
dijualnya. Keuntungan maksimum dapat ditingkatkan dengan cara
meminimumkan biaya untuk penerimaan yang tetap atau dengan meningkatkan
penerimaan pada biaya yang tetap (Bangun, 2010).
Biaya Total merupakan keseluruhan jumlah biaya produksi yang
dikeluarkan, yaitu merupakan penjumlahan dari Biaya Tetap dengan Biaya
Variabel. Bentuk persamaan biaya total pada tingkat harga tertentu ialah (Bangun,
2010) :
TC = FC + VC
Dimana : TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp)
VC = Variable Cost (Biaya Variabel) (Rp)
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) (Rp)
D. Pendekatan Analisis SWOT
Dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan terutama
dilihat dari segi pendapatan, perlu dilakukan analisis secara menyeluruh. Alat yang
-
14
akan dipakai adalah analisis SWOT secara sistematis untuk merumuskan strategi
yang tepat. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan
dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Dengan
demikian perencanaan strategis harus menganalisis faktor-faktor pengembangan
usaha (kekuatan, peluang, kelemahan dan ancaman) (Rangkuti, 2015).
Analisis SWOT membatu para pengambil keputusan untuk
mengembangkan strategi dalam suatu organisasi berdasarkan atas informasi
yang dikumpulkan. Analisis ini juga membantu organisasi untuk mencapai
kesuksesan strategi dengan cara meningkatkan aspek-aspek kelemahan dan
tantangannya. Strategi yang telah ditetapkan dan dilaksanakan harus dinilai
kembali apakah relevan dengan keadaan dan kodisi saat penilaian dan evaluasi
ini diketahui dengan menggunakan analisis SWOT. Hasil analisis tersebut
digunakan sebagai dasar untuk menyusun dan menetapkan strategi yang akan
dijalankan dimasa yang akan datang (Rangkuti, 2015).
Analisis SWOT membandingkan antara faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Analisis SWOT
digunakan untuk membandingkan faktor eksternal dan internal. Gambar berikut
menunjukkan diagram analisis SWOT (Rangkuti, 2015) :
-
15
Gambar 3. Diagram Analisis SWOT
Kuadran I (positif, positif) :
Ini merupakan situasi yang menguntungkan. Perusahaan tersebut
memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.
Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif.
Kuadran II (positif, negatif) :
Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki
kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan strategi
diversifikasi (produk/pasar).
Kuadran III (negatif, positif) :
Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain
pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi ini yaitu
meminimalkan masalah internal perusahaan sehingga dapat membuat pasar yang
lebih baik (turn arround).
-
16
Kuadran IV (negatif, negatif) :
Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan
tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Fokus strategi
yaitu melakukan tidakan penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang leih besar
(defensive).
Matrik SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang
dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik SWOT sebagai alat pencocokan
yang mengembangkan empat tipe strategi yaitu SO, WO, ST dan WT.
Perencanaan usaha yang baik dengan metode SWOT dirangkum dalam matrik
SWOT yang dikembangkan oleh Freddy Rangkuti sebagai berikut (Rangkuti,
2015) :
Tabel 1. Matriks SWOT
SW
OT
STRENGTHS (S)
Tentukan faktor-faktor kekuatan eksternal
WEAKNESSES (W)
Tentukan faktor- faktor kelemahan eksternal
OPPORTUNIES (O)
Tentukan faktor- faktor peluang
eksternal
STRATEGI SO
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
TREATHS (T)
Tentukan faktor- faktor ancaman
eksternal
STRATEGI ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman
STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti (2015)
Berdasarkan matriks SWOT diatas maka didapatkan 4 langkah strategi
yaitu sebagai berikut :
-
17
1. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya. Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk
memanfaatkan peluang eksternal.
2. Strategi ST
Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
mengatasi ancaman. Strategi ST menggunakan kekuatan internal perusahaan
untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.
3. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan untuk
memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.
4. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi WT bertjuan
untuk mengurangi kelemahan dengan menghindari ancaman eksternal.
Dalam kondisi dan iklim persaingan suatu perusahaan perlu melakukan
analisis tentang kedudukannya dengan tepat, para perumus kebijakan strategis
diharapkan dapat mengambil langkah-langkah strategis yang memungkinkannya
memanfaatkan peluang yang timbul dalam kondisi yang dihadapi (Siagian, 2011).
Faktor kekuatan dan kelemahan terdapat dalam suatu organisasi (internal)
termaksud satuan bisnis tertentu sedangkan peluang dan ancaman merupakan
bisnis yang bersangkutan instrument yang ampuh dalam melakukan analisis
strategik, keampuhan tersebut terletak pada kemampuan para penentu strategi
perusahaan untuk memaksimalkan peran faktor kekuatan dan pemanfaatan
peluang sehingga sekaligus berperan sebagai alat untuk meminimalisasi
-
18
kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan dampak ancaman
yang timbul dan harus dihadapi.
Jika para penentu strategi perusahaan mampu melakukan kedua hal
tersebut dengan tepat, biasanya upaya untuk memilih dan menentukan strategi
yang efektif memberikan hasil yang diharapkan (Siagian, 2011).
E. Kerangka Pikir
Potensi sumberdaya perikanan khususnya budidaya tambak yang ada di
provinsi Kalimantan Utara memiliki prospek yang sangat menjanjikan untuk
dikembangkan demi tercapainya tingkat pendapatan dan kesejahteraan bagi
masyarakat. Provinsi Kalimantan Utara memiliki banyak pulau yang berpotensi
besar untuk dijadikan lahan tambak oleh masyarakat setempat. Tambak yang
digarap oleh masyarakat merupakan jenis tambak tradisional dengan metode
polikultur yang menggabungkan dua komoditi yaitu udang windu dan ikan bandeng.
Luas tambak rata-rata yang dimiliki oleh petani tambak sekitar 6-25 Ha bahkan
ada petani tambak yang memiliki luas lahan tambak hingga 100 Ha. 1 petak
tambak biasanya memiliki luas paling kecil 6 Ha.
Hasil produksi tambak di Kalimantan utara bisa menghasilkan 7000-
10.000 ton udang windu pertahunnya. Sedangkan produksi ikan bandeng
mencapai sekitar 8000 ton pertahunnya. Udang windu (Penaeus monodon) yang
ada di Kalimantan Utara ini kemudian di ekspor ke luar negri seperti Jepang,
Amerika Serikat dan Uni Eropa, sedangkan Ikan bandeng (Chanos chanos)
beberapa masuk pasar lokal dan negara tujuan ekspor terbesarnya adalah
Malaysia dan Timur Tengah.
Untuk mengetahui apakah petani tambak menguntungkan melakukan
usaha budidaya sistem polikultur ini, maka perlu dilakukan analisis keuntungan
dan kelayakan usaha dan menghitung biaya total penerimaan yang diperoleh
-
19
PEMBUDIDAYA POLIKULTUR
UDANG WINDU (Penaeus monodon)
selama siklus pemeliharaan. Biaya yang dihitung adalah biaya tetap dan biaya
variabel sedangkan keuntungan berupa hasil yang diperoleh.
Analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan adalah analisis
SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang maupun ancaman yang
dihadapi oleh para petani tambak dalam menajalankan usahanya. Dengan analisis
SWOT memungkinkan para petani tambak untuk meningkatkan prospek usahanya.
Kerangka pikir penelitian digambarkan secara skematis pada gambar 4
sebagai berikut :
Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian
BUDIDAYA PERIKANAN
KEUNTUNGAN
IKAN BANDENG (Chanos chanos)
PROSPEK PENGEMBANGAN
-
20
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2017 yang
berlokasi di pulau Mangkudulis besar, Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tana
Tidung, Provinsi Kalimantan Utara. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive)
dengan pertimbangan bahwa lokasi ini merupakan daerah yang dijadikan sebagai
lahan tambak polikultur oleh para petani tambak serta merupakan lokasi terbesar
dan produsen terbesar penghasil udang windu (Penaeus monodon) dan ikan
bandeng (Chanos-chanos) yang ada di Kalimantan Utara.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Survei. Penelitian
survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun,
2004). Untuk menjawab tujuan penelitian maka peneliti menggunakan analisis
Kualitatif dan Kuantitatif. Kualitatif adalah data yang diperoleh dalam bentuk
informasi baik secara lisan maupun tulisan yang antara lain berupa penjelasan lain
yang diperlukan dalam penulisan. Kuantitatif adalah jenis penelitian yang
berbentuk angka-angka dan meliputi kelayakan usaha, biaya tetap dan variabel,
serta keuntungan yang diperoleh oleh petani tambak.
C. Metode Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pembudidaya tambak polikultur di
pulau Mangkudulis Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tana Tidung,
Kalimantan Utara. Sedangkan penetapan responden yang dijadikan sampel yaitu
dengan menggunakan metode pengambilan secara simple random sampling.
Menurut Sugiono (2014) dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan
anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
-
21
yang ada dalam populasi itu. Jumlah petani tambak yang ada di pulau Mangkudulis
sekitar 250 orang. Menurut Masri singarimbun (2014) bahwa dalam pengambilan
sampel jika populasinya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%
tergantung besar kecilnya resiko yang di tanggung peneliti. Jumlah sampel yang
akan diambil oleh peneliti yaitu 25 orang petani tambak.
D. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung di lapangan dengan
cara observasi, wawancara dengan responden yakni pembudidaya dengan
menggunakan kuisioner.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari berbagai sumber atau instansi
terkait dengan penelitian ini, yaitu lembaga/kantor pemerintah setempat.
E. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap berbagai kegiatan dan
keadaan di lokasi penelitian yang terkait dengan tujuan penelitian.
2. Wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan melakukan tanya jawab dengan
menggunakan kuesioner kepada responden yang berkaitan dengan penelitian.
3. Kuesioner, yaitu pengumpulan data dengan melakukan selebaran kertas yang
berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian.
4. Studi Pustaka, yaitu pengambilan data yang didapatkan dengan membaca
literatur uatau hasil-hasil penelitian yang relevan dengan tema penelitian.
F. Analisis Data
Adapun analisis yang digunakan adalah untuk menjawab permasalahan
agar tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai sebagai berikut:
1. Penelitian yang pertama dianalisis dengan menggunakan analisis keuntungan,
sebagai berikut :
-
22
Analisis keuntungan dalam usaha tambak polikultur digunakan
persamaan sebagai berikut (Bangun, 2010) :
= TR-TC
Dimana : = Keuntungan bersih (Rp)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan) (Rp)
TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp)
Untuk mencari Total Penerimaan dapat digunakan rumus (Bangun, 2010 ):
TR = Q x P
Dimana : TR = Total Revenue (Total Penerimaan) (Rp)
P = Price (Harga) (Rp)
Q = Quantity (Jumlah) (Kg)
Sedangkan untuk mencari Total Biaya dapat digunakan rumus (Bangun, 2010) :
TC = FC + VC
Dimana : TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp)
VC = Variable Cost (Biaya Variabel) (Rp)
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) (Rp)
2. Penelitian yang kedua dianalis dengan menggunakan analisis SWOT
digunakan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam
pengembangan usaha tambak polikultur. Sebelum membuat matriks faktor SWOT,
kita perlu mengetahui terlebih dahulu faktor strategi internal (IFAS) dan faktor
strategi eksternal (EFAS) dengan cara pemberian nilai dan bobot.
-
23
Tabel 2. Matriks Faktor Strategi Internal
Faktor-faktor Strategis Internal Bobot Rating
Skor Pembobotan
(Bobot x Rating)
Kekuatan
kekuatan 1 Bobot kekuatan 1 Rating kekuatan 1
kekuatan 2 Bobot kekuatan 2 Rating kekuatan 2
Jumlah A B
Kelemahan
kelemahan 1 Bobot kelemahan 1 Rating kelemahan 1
kelemahan 2 Bobot kelemahan 2 Rating kelemahan 2
Jumlah C
D
Total (a+c) = 1 (b+d)
Sumber : Rangkuti, 2015
Adapun tahapan pembuatan matriks strategis internal (EFAS) adalah
sebagai berikut :
Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan pada usaha
tambak dalam kolom 1.
Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling
penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor
tersebut terhadap posisi strategis usaha tambak. Semua bobot tersebut
jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,0. jumlah seluruh bobot harus
sebesar 1 dengan keterangan sebagai berikut :
0,05 = dibawah rata-rata
0,10 = rata-rata
0,15 = diatas rata-rata
0,20 = sangat kuat
-
24
Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi usaha tambak.
Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan)
diberi nilai +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkannya
dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel
yang bersifat negatif, kebalikannya. Contohnya, jika kelemahan usaha tambak
besar sekali dibandingkan dengan rata-rata industri, nilainya adalah 1,
sedangkan jika kelemahan usaha tambak dibawah rata-rata industri, nilainya
adalah 4. Dengan keterangan sebagai berikut :
1 = dibawah rata--rata
2 = rata-rata
3 = diatas rata-rata
4 = sangat bagus
Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk
masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding)
sampai 1,0 (poor).
Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi usaha tambak. Nilai total ini menunjukkan bagaimana usaha
tambak bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya.
-
25
Tabel 3. Matriks Faktor Strategi Eksternal
Faktor-faktor Strategis Eksternal Bobot Rating
Skor Pembobotan (Bobot x Rating)
Peluang
peluang 1 Bobot peluang 1 Rating peluang 1
peluang 2 Bobot peluang 2 Rating peluang 2
Jumlah A B
Ancaman
Ancaman 1 Bobot ancaman 1 Rating ancaman 1
Ancaman 2 Bobot ancaman 2 Rating ancaman 2
Jumlah C
D
Total (a+c) = 1 (b+d)
Sumber : Rangkuti, 2015 Adapun tahapan pembuatan matriks strategis eksternal (IFAS) adalah
sebagai berikut :
Tentukan faktor-faktor yang menjadi peluang serta ancaman pada usaha
tambak dalam kolom 1.
Beri bobot masing-masing faktor tersebut dalam kolom 2, dengan skala mulai
dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh
faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis usaha tambak. Semua bobot
tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,0. jumlah seluruh bobot
harus sebesar 1 dengan keterangan sebagai berikut :
0,05 = dibawah rata-rata
0,10 = rata-rata
0,15 = diatas rata-rata
0,20 = sangat kuat
-
26
Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi usaha tambak.
Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan)
diberi nilai +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkannya
dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel
yang bersifat negatif, kebalikannya. Dengan keterangan sebagai berikut :
1 = dibawah rata--rata
2 = rata-rata
3 = diatas rata-rata
4 = sangat bagus
Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk
masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding)
sampai 1,0 (poor).
Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi usaha tambak. Nilai total ini menunjukkan bagaimana usaha
tambak bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya.
G. Konsep Operasional
Dalam operasional ini dibuat dengan maksud memberikan batasan yang
jelas tentang tema yang akan dikaji untuk menyamakan persepsi terhadap konsep-
konsep pembahasan dalam penelitian.
1. Prospek adalah peluang yang terjadi karena adanya usaha seseorang
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya juga untuk mendapatkan profit atau
keuntungan.
-
27
2. Keuntungan adalah jumlah yang diperoleh dari penerimaan hasil penjualan
produksi setelah dikurangi dengan total biaya produksi pada satu kali periode. (Rp).
3. Biaya total adalah jumlah dari biaya tetap ditambah dengan biaya variabel
dalam satu periode kegiatan usaha budidaya tambak polikultur. (Rp).
4. Biaya Tetap (Fixed Cost) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh faktor-faktor produksi yang sifatnya tetap, misalnya membayar pajak
pbb dan biaya penyusutan. (Rp).
5. Biaya Variabel (Variable Cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
produksi usaha budidaya tambak polikultur yang sifatnya berubah-ubah sesuai
dengan kebutuhan pembudidaya. (Rp).
6. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi suatu usaha dengan menganalisis lingkungan internal dan
eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha tersebut.
7. Lingkungan internal adalah menggambarkan kuantitas dan kualitas
sumberdaya manusia, fisik, finansial suatu usaha dan dapat memperkirakan
kekuatan dan kelemahan pada usaha tersebut.
8. Lingkungan eksternal meliputi faktor-faktor luar suatu yang dapat menimbulkan
peluang dan ancaman pada usaha tersebut.
9. Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keunggulan-keunggulan lain
relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh
pengusaha.
10. Kelemahan adalah kekurangan atau keterbatasan dalam hal sumber daya
yang ada pada suatu usaha baik itu keterampilan atau kemampuan yang menjadi
penghalang bagi kinerja.
11. Peluang adalah berbagai hal dan situasi yang menguntungkan bagi usaha
serta kecenderungan-kecenderungan yang merupakan salah satu sumber
peluang.
-
28
12. Ancaman adalah gejala-gejala yang merupakan dampak negatif atas
keberhasilan usaha, namun umumnya berada diluar kendali usaha.
13. Tambak dalam perikanan adalah kolam buatan, biasanya terdapat di daerah
pantai yang diisi air dan dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan
(akuakultur).
14. Polikultur adalah jenis tambak yang menggabungkan dua komoditi atau lebih.
-
29
IV. KEADAAN UMUM LOKASI
A. Kondisi Geografis
Kabupaten Tana Tidung adalah salah satu kabupaten di Provinsi
Kalimantan Utara, Indonesia, yang disetujui pembentukannya pada Sidang
Paripurna DPR RI pada tanggal 17 Juli 2007. Kabupaten ini merupakan
pemekaran dari 3 wilayah kecamatan di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur,
yakni Kecamatan Sesayap, Sesayap Hilir dan Tanah Lia. Sejak tahun 2012,
kabupaten ini merupakan bagian dari Provinsi Kalimantan Utara, seiring dengan
pemekaran provinsi baru tersebut dari Provinsi Kalimantan Timur.
Kabupaten Tana Tidung terletak di 3°12"02"-3°46"41" Lintang Utara dan
116°42"50"-117°49"50" Bujur Timur dengan luas wilayah 4 828,58 Km 2. Pada
Kabupaten Tana Tidung terdapat 5 kecamatan antara lain kecamatan Sesayap,
Sesayap Hilir, Tana Lia, muruk Rian dan Betayau.
Kecamatan Sesayap Hilir terletak di 3.4933667- 3.6384667 Lintang Utara
dan 116.9985667 -117.1930167 Bujur Timur dengan luas wilayah 1.317,53 km2.
Berikut batas-batas wilayah yang berada didaerah Kecamatan Sesayap Hilir :
Sebelah Utara : Kabupaten Nunukan
Sebelah Timur : Kecamatan Bunyu dan Kota Tarakan
Sebelah Selatan : Kecamatan Sesayap, Kecamatan Betayau
dan Kecamatan Sekatak
Sebelah Barat : Kecamatan Sesayap
Kecamatan Sesayap Hilir memiliki 8 desa yang tersebar di beberapa
pulau bagian kecamatan Sesayap Hilir. Adapun desa beserta luasnya dapat dilihat
pada tabel berikut :
-
30
Tabel 4. Luas wilayah menurut desa di Kecamatan Sesayap Hilir
No. Desa Luas Wilayah Km² Persentase (%)
1 Sesayap 362,17 27,49
2 Sengkong 118,39 8,99
3 Bebatu 276,62 21
4 Bandan Bikis 171,89 13,05
5 Sepala Dalung 168,79 12,81
6 Seludau 121,26 9,2
7 Menjelutung 98,41 7,46
8 Sesayap Selor - -
Jumlah 1317,53 100 Sumber: Kecamatan Sesayap Hilir dalam angka, 2017
Berdasarkan tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa Desa Sesayap
merupakan desa terluas diantara desa lainnya yang terdapat di Kecamatan
Sesayap Hilir dengan luas 362, 17 Km² dengan persentase 27,49 %. Sedangkan
Desa Menjeletung termasuk desa yang paling kecil jika dilihat dari luas daratannya
yakni hanya 98,41 Km² dengan persentase 7,46 % dari luas daratan Kecamatan
Sesayap Hilir.
Kecamatan Sesayap Hilir terdiri dari 23 pulau, salah satu pulau yang
terdapat di Kecamatan Sesayap Hilir adalah Pulau Mangkudulis. Dari 23 pulau
yang terdapat di Kecamatan Sesayap Hilir, pulau Mangkudulis merupakan pulau
terbesar dengan luas 6 444,4760 Ha.
B. Iklim
Kabupaten Tana Tidung yang beriklim tropisme mepunyai musim yang
hampir sama dengan wilayah Indonesia pada umumnya, yaitu musim penghujan
dan musim kemarau. Musim penghujan biasanya terjadi pada bulan Oktober
sampai dengan bulan April sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April
sampai dengan bulan Oktober. Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun yang
diselingi dengan musim peralihan pada bulan-bulan tertentu.
-
31
Namun dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan musim di Kalimantan
Utara termasuk Kabupeten Tana Tidung, Kecamatan Sesayap Hilir kadang tidak
menentu. Pada bulan-bulan yang seharusnya turun hujan dalam kenyataannya
tidak turun hujan samasekali, begitu juga sebaliknya.
Suhu udara pada suatu tempat ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat
tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Secara umum
Kecamatan Sesayap Hilir beriklim dengan suhu udara berkisar 20°- 30° C . Antara
musim penghujan dan musim kemarau tidak menunjukkan perbedaan indikasi
yang jelas. Selain itu, sebagai daerah beriklim tropis, Kecamatan Sesayap Hilir
mempunyai curah hujan dengan rata-rata volumenya 12 ml.
C. Kondisi Demografi
Jumlah penduduk Kecamatan Sesayap Hilir tahun 2016 menurut hasil
Proyeksi Penduduk 2016 BPS Kabupaten Tana Tidung adalah 6.536 jiwa. Apabila
dilihat dari perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan, jumlah penduduk
laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan, yaitu sebanyak 3.852 jiwa.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5. Jumlah penduduk dan jenis kelamin menurut desa di Kecamatan Sesayap Hilir
No. Desa Penduduk Ratio Jenis
Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Sesayap 983 862 1845 114,04
2 Sengkong 183 161 344 113,66
3 Bebatu 356 279 635 127,60
4 Bandan Bikis 647 454 1101 142,51
5 Sepala Dalung 611 517 1128 118,18
6 Seludau 147 157 304 93,63
7 Menjelutung 925 227 1152 419,38
8 Sesayap Selor - - - -
Jumlah 3852 2657 6509 145,99
Sumber: BPS Kabupaten Tana Tidung Tahun 2016
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa penyebaran penduduk di
Kecamatan Sesayap Hilir yang terdistribusi dalam 8 Desa dapat dikatakan masih
-
32
belum merata dan masih berpusat di Desa Sesayap dengan jumlah penduduk
terbesar yaitu 1845 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah berada di Desa
Seludau yaitu sebanyak 304 jiwa.
Selain itu, dilihat dari pengolahan Proyeksi Penduduk 2016 untuk
kepadatan penduduk pada Kecamatan Sesayap Hilir, dapat dilihat pada table
berikut :
Tabel 6. Kepadatan penduduk menurut desa di Kecamatan Sesayap Hilir No. Desa Luas Wilayah (Km²)
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km²)
1 Sesayap 362,17 1845 5,09 2 Sengkong 118,39 344 2,91 3 Bebatu 276,62 635 2,29 4 Bandan Bikis 171,89 1101 6,41 5 Sepala Dalung 168,79 1128 6,68 6 Seludau 121,26 304 2,51 7 Menjelutung 98,41 1152 11,98 8 Sesayap Selor - - -
Jumlah 1317,53 6509 4,96 Sumber: BPS Kabupaten Tana Tidung Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa Desa Menjeletung mempunyai
kepadatan paling tinggi yaitu 11,98 jiwa per km2 kemudian diikuti Desa Sepala
dengan kepadatan penduduk sebesar 6,68 jiwa per km2, Desa Bandan Bikis
dengan kepadatan sebesar 6,41 jiwa per km2, Desa Sesayap dengan kepadatan
penduduk sebesar 5,09 jiwa per km2, Desa Sengkong dengan kepadatan
penduduk sebesar 2,91 jiwa per km2, dan Desa Seludau dengan kepadatan
penduduk sebesar 2,51 jiwa per km2, serta Desa Bebatu dengan kepadatan
penduduk yang paling rendah yaitu hanya 2,29 jiwa per km2.
D. Karakteristik Responden
Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah
masyrakat sebagai pembudidaya tambak polikultur udang windu (Penaeus
monodon) dan ikan bandeng (Chanos chanos). Responden ini menjadi sumber
informasi mulai dari proses pembudidaya beserta dengan teknik budidayanya.
-
33
Berikut dijelasakan identitas diri responden seperti tingkat umur, pendidikan dan
jumlah tanggungan.
1. Umur Responden
Umur merupakan salah satu factor yang menentukan dan mempengaruhi
tingkat produktivitas seseorang sebagai factor produksi. Secara fisik kemampuan
seseorang untuk bekerja dapat diukur dari usianya. Umumnya seseorang yang
masih muda dan sehat memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat dibandingkan
dengan yang berumur tua. Seseorang yang lebih muda lebih cepat menerima hal-
hal yang baru, lebih berani mengambil resiko dan lebih dinamis. Sedangkan
seseorang yang relatif tua, mempunyai kapasitas pengelolaan yang matang dan
memiliki banyak pengalaman dalam mengelola usahanya, sehingga ia sangat
berhati-hati dalam bertindak, mengambil keputusan dan cenderung bertindak
dengan hal-hal yang bersifat tradisional, disamping itu kemampuan fisiknya sudah
mulai berkurang (Fachri, 2014). Berikut klasifikasi tingkat umur responden dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia No. Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 24-35 6 24 2 36-46 5 20 3 47-58 7 28 4 59-70 7 28
Jumlah 25 100 Sumber: Data primer setelah diolah, 2017.
Berdasarkan tabel 7 terlihat persamaan jumlah responden pada kisaran
usia 47-58 hingga 59-70 sebanyak 14 orang dengan jumlah persentase 48%.
Sedangkan jumlah responden terkecil berada pada kisaran usia 36-46 tahun
sebanyak 5 orang dengan persentase 20%. Hal ini menunjukkan bahwa
responden yang diwawancarai pada umumnya berada pada usia produktif hingga
lansia yang tetap memiliki semangat dan produktivitas yang tinggi. Responden
-
34
menuturkan bahwa pengetahuan mengenai teknik budidaya maupun berdagang
diperoleh secara turun-temurun dari orang tua ataupun dari rekan sesama
pembudidaya dan pedagang. Sehingga teknik mengenai cara budidaya maupun
berdagang lebih banyak diperoleh dari informal.
2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting khususnya dalam
mengadopsi teknologi dan keterampilan berusaha. Tingkat pendidikan juga
mempengaruhi pola pikir dalam mengambil suatu keputusan. Pendidikan juga
merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Ananta (2000), bahwa pendidikan berfungsi
menyiapkan salah satu input dalam proses produksi yaitu tenaga kerja agar
dapat bekerja dengan produktif karena kualitasnya. Melalui pendidikan
diharapkan pula dapat mengatasi keterbelakangan ekonomi lewat pengaruh
peningkatan kemampuan manusia dan motivasi manusia untuk berprestasi.
Responden yang lebih berpendidikan akan lebih dinamis dan aktif dalam
mencari informasi yang berhubungan dengan jenis usahanya.
Dalam penelitian ini tingkat pendidikan diklasifikasikan menjadi empat
bagian yaitu : SD, SMP, SMA dan S1. Adapun karakteristik responden
berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 SD 5 20 2 SMP 3 12 3 SMA 12 48 4 S1 5 20
Jumlah 25 100 Sumber: Data primer setelah diolah, 2017.
Berdasarkan tabel 8 terlihat bahwa pendidikan formal yang diselesaikan
paling tinggi sampai pada tingkat Strata 1 (S1). Jumlah responden terbesar pada
-
35
tingat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan persentase 48%.
Sedangkan jumlah responden terkecil pada tingkat pendidikan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dengan persentase 12%. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan yang dimiliki responden semakin mengalami peningkatan.
Dengan adanya peningkatan pendidikan untuk pembudidaya maka akan
menambah wawasan lebih kepada mereka dalam proses membudidayakan
tambak walaupun masih menggunakan sistem tradisional.
3. Tanggungan Keluarga
Aspek yang cukup berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan
adalah besarnya tanggungan setiap kepala keluarga dalam mencukupi kebutuhan
sehari-harinya. Jumlah tanggungan keluarga menandakan tingkat kemampuan
penggunaan resiko usaha dan merupakan tanggung jawab terhadap pemenuhan
kebutuhan dan kesejahteraan bagi seluruh anggota keluarganya. Adapun jumlah
tanggungan keluarga pada responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan No. Jumlah Tanggungan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 2 - 4 16 64 2 5 - 7 5 20 3 8 - 9 4 16 Jumlah 25 100
Sumber: Data primer setelah diolah, 2017.
Berdasarkan tabel 9 terlihat bahwa responden yang memiliki jumlah
tanggungan terbesar adalah kisaran 2-4 orang yaitu sebanyak 16 orang dengan
persentase 64%. Sedangkan responden yang memiliki jumlah tanggungan terkecil
yaitu kisaran 8-9 orang sebanyak 4 orang dengan persentase 16%.
4. Luas Lahan Budidaya Tambak
Lahan tambak ialah area yang digunakan untuk menjalankan usaha
pembudidayaan. Lahan baru dapat digunakan jika telah memenuhi syarat-syarat
-
36
tertentu. Lahan yang dimiliki oleh responden memiliki ukuran yang luas karena
system budidaya yang digunakan yakni system budidaya tradisonal. Luas lahan
yang digunakan akan berpengaruh terhadap volume produksi. Selain itu, luas
lahan juga akan berpengaruh terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan, seperti
biaya pupuk, biaya perbaikan dan lain-lain.
Pembudidaya umumnya memiliki luas tambak mulai dari 5 Ha sampai
dengan 40 Ha pertpetak. Luas tambak dari 25 responden penelitian berkisar mulai
dari 6-25 Ha. Untuk mengetahui luas lahan yang dimiliki pembudidaya dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan Budidaya Tambak No. Luas Tambak (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 6 2 8 2 10 6 24 3 12 3 12 4 14 1 4 5 15 8 32 6 20 4 16 7 25 1 4 Jumlah 25 100
Sumber: Data primer setelah diolah, 2017.
Pada tabel 10 menunjukkan bahwa luas lahan yang paling banyak
digunakan oleh pembudidaya berada pada kisaran 15 Ha, yakni 8 orang dengan
jumlah persentase sebesar 32%. Sedangkan lahan pada kisaran 25 Ha
merupakan luas lahan yang paling sedikit, yaitu hanya 1 orang dengan persentase
sebesar 4%.
5. Pengalaman Budidaya
Budidaya yang baik didasarkan pada pengalaman, berdasarkan hasil
wawancara terhadap responden pembudaya mulai membuka usaha tambak yang
dimiliki mulai dari tahun 1992 sampai dengan tahun 2007. Untuk mengetahui
berapa lama pembudidaya memulai usahanya sampai sekarang dapat dilihat pada
table dibawah ini :
-
37
Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Budidaya No. Pengalaman (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 5-9 4 16 2 10-15 6 24 3 16-20 7 28 4 21-25 8 32
Jumlah 25 100 Sumber: Data primer setelah diolah, 2017.
Pada tabel 11 menunjukkan bahwa pengalaman budidaya terlama
paling banyak pada kisaran 21 sampai dengan 25 tahun dengan jumlah responden
8 orang dan persentase sebesar 32%. Sedangkan pengalaman budidaya terendah
ada pada kisaran 5 sampai dengan 9 tahun dengan jumlah responden 4 orang dan
persentase sebesar 16%.
-
38
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Proses Usaha Budidaya Tambak di Tana Tidung Pulau Mangkudulis
Usaha budidaya tambak yang ada di Kabupaten Tana Tidung dijalankan
menggunakan system budidaya yang secara keseluruhan sama, yaitu
menggunakan system budidaya ekstensif atau system budidaya secara tradisional,
sehingga pakan yang digunakan selama proses budidaya masih mengandalkan
pakan alami seperti lumut. Selain itu, lahan yang digunakan dalam system
budidaya ekstensif cukup luas. Luas lahan yang digunakan bervariasi mulai dari 6
ha hingga 25 Ha.
Usaha pembudidayaan dilakukan secara polikultur, dalam hal ini
membudidayakan udang windu dengan ikan bandeng secara bersamaan. Periode
penebaran hingga waktu siap penen untuk udang windu sekitar 2.5 bulan,
sedangkan untuk ikan bandeng membutuhkan waktu 6 bulan. Hasil pengamatan
dan wawancara dengan responden pembudidaya mengenai jumlah siklus
budidaya dalam satu tahun, pembudidaya melakukan 4 kali siklus budidaya udang
windu dan 1-2 kali untuk siklus budidaya ikan bandeng.
Lokasi budidaya tambak berada dibeberapa kabupaten yang tersebar di
provinsi Kalimantan Utara. Salah satu tempat yang dijadikan untuk lahan budidaya
tambak polikultur yaitu pulau Mangkudulis yang terdapat di Kabupaten Tana
Tidung. Pulau Mangkudulis ini termaksud pulau terbesar yang ada di Kabupaten
Tana Tidung yang dimanfaatkan para petani tambak untuk dijadikan sebagai lahan
tambaknya.
Setiap petak tambak yang dikelola memiliki satu penjaga tambak. Penjaga
tambak dibutuhkan mengingat lokasi tambak yang jauh. Selain faktor jarak, setiap
petambak umumnya memiliki lebih dari satu petak tambak dengan ukuran yang
luas. Oleh karena itu, untuk setiap petak, ditempatkan satu orang penjaga tambak.
-
39
Penjaga tambak yang dipekerjakan harus benar-benar orang yang dipercaya.
Biasanya penjaga tambak masih memiliki hubungan keluarga dengan pemilik
tambak atau berasal dari daerah/kampung yang sama dengan pemilik tambak
(Kitta, 2016).
Penjaga tambak bekerja sepanjang proses pembudidayaan, mulai dari
penebaran hingga tiba masa panen. Sehingga penjaga tambak tinggal di tambak
selama proses tersebut yaitu 2.5 bulan dan baru akan keluar dari tambak pada
saat menjual hasil panen (Kitta, 2016).
Berdasarkan temuan di lapangan, dalam proses pembudidayaan terdapat
beberapa kegiatan yang dilakukan oleh pembudidaya. Kegiatan tersebut terbagi
dalam enam tahap yang terdiri atas proses pembuatan dan pembenahan lahan
tambak, penebaran benih, pemeliharaan, panen, penanganan pasca panen, dan
pemasaran.
1. Proses pembuatan dan pembenahan lahan
Sebelum mebuat lahan tambak, pembudidaya terlebih dahulu
menyiapkan lahan yang akan digarap menjadi tambak, dengan membeli lahan
seharga Rp.12.000.000 perhektar. Lahan yang dibeli masih berupa hutan
mangrove, kemudian pembudidaya memanfaatkan jasa rintis lahan dengan biaya
rintis Rp.2.000.000 perhektar. Lahan yang sudah dirintis kemudian digarap
membentuk kolam dengan menggunakan jasa beko seharga Rp. 65.000 per Meter.
Pembenahan tambak meliputi kegiatan mempersiapkan tambak sebaik
mungkin sebelum dilakukan penebaran benih. Pada tahap ini dilakukan
pembenahan terhadap bagian-bagian tambak seperti pematang dan pintu air.
pada tahap ini pembudidaya juga melakukan pengapuran dan pemupukan. Lokasi
tambak yang digunakan ialah lokasi yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Hal ini agar dapat dilakukan pergantian air, selain itu proses pemanenan juga
memanfaatkan proses pasang surut air laut (Kitta, 2010).
-
40
Pengapuran bertujuan untuk menurunkan keasaman tanah atau
menaikkan pH tanah dan menjaga kestabilan kualitas air. Pengapuran
menggunakan kapur dolomit minimal 2 kgha-1–100 kgha-1 atau rata–rata sebanyak
31,65 kgha-1. Pengapuran dilakukan sekali dalam satu musim tanam. Pengapuran
dilakukan setelah pengeringan (Muhrachman, 2010).
Pengeringan dilakukan setelah 3–5 hari setelah pemberian saponin.
Pengeringan bertujuan untuk meningkatkan pH yang turun pada pemeliharaan
sebelumnya, selain itu pengeringan juga berfungsi sebagai pengendali kompetitor
dan hama. Pemberian saponin bertujuan untuk membasmi hama tambak
berupa ikan liar, ular dan lainnya. Pemberian saponin dilakukan setelah panen
terakhir. Pemberian saponin sebanyak 2-4 karung untuk 1 petak, tergantung pada
luas lahan tambak.
Pemupukan bertujuan untuk menumbuhkan fitoplankton. Fitoplankton
selain dapat memberikan tambahan oksigen terlarut kedalam air, juga berfungsi
sebagai makanan alami bagi udang dan ikan bandeng. Pemupukan menggunakan
pupuk kandang dan pupuk tiodan.
Setelah pemupukan dilakukan pemasukan air secara bertahap, setelah
itu tambak siap di tebar benih udang dan nener dengan ketinggian air sekitar 1.5
hingga 3 meter.
2. Penebaran benih
Proses penebaran benih dilakukan ketika proses persiapan lahan tambak
yang meliputi proses pengeringan, pembersihan, pengapuran, pemupukan dan
memasukkan air kedalam tambak telah selesai. Untuk melakukan penebaran,
terlebih dahulu dilakukan proses adaptasi benih dengan cara memasukkan nener
kedalam wadah yang berisi air dari tambak. Setelah itu bibit udang dan nener
kemudian ditebar secara merata kedalam lahan tambak.
-
41
Waktu penebaran benih dilakukan pada pagi hari. Penebaran benih udang
windu dilakukan sebanyak 4 kali dalam setahun, kemudian untuk ikan bandeng
penebaran nener dilakukan sebanyak 2 kali. Adapun jenis bibit yang digunakan
yaitu bibit Surabaya dan bibit local.
3. Pemeliharaan
Proses pemeliharaan udang windu selama 2.5 bulan dan untuk ikan
bandeng selama 6 bulan. Pada pemeliharaan yang dilakukan yaitu pergantian air
dan menjaga keamanan tambak. Tidak ada perbedaan dalam proses
pemeliharaan kedua komoditi tersebut. Pergantian air dilakukan sebanyak 2 kali
dalam 1 bulan, yaitu pada saat pasang air. Keamanan harus tetap terjaga sebelum
tiba masa panen.
4. Panen
Udang windu di budidayakan selama 2.5 bulan, berdasarkan hasil
wawancara, proses panen udang windu biasanya dilakukan dengan 2 tahap.
Ketika umur udang sudah memasuki umur 2 bulan, mereka mulai melakukan
proses panen tetapi tidak secara keseluruhan, tahap selanjutnya responden
menyebutnya panen total atau secara keseluruhan. Panen total yang dimaksud ini
yaitu panen sekaligus pengeringan lahan tambak, biasanya panen total dilakukan
1 minggu pasca panen sebelumnya. Udang yang dipanen sesuai dengan umurnya
biasanya berukuran sekitar size 15-40. Proses pemanenan ikan bandeng
biasanya dilakukan bersamaan pada saat panen udang tahap panen total. Ikan
bandeng yang di panen bisa mencapai 3-4 ekor/2Kg.
5. Penanganan pasca panen
Udang windu yang sudah di panen kemudian dimasukkan kedalam peti
yang berisi es sampai dengan berakhirnya proses panen. Sebelum dijual, udang
terlebih dahulu dipisahkan kepalanya karena udang yang dijual yaitu tanpa kepala.
-
42
Kemudian udang hasil panen di bawa ke pos-pos pembelian udang yang ada di
kota Tarakan untuk dijual.
Proses pasca panen ikan bandeng ada dua cara, cara yang pertama dan
paling sering dilakukan yaitu pembeli mendatangi lokasi tambak, dan cara yang
kedua yaitu hasil panen dibawah ke tempat pembelian ikan bandeng. Pada cara
yang pertama, pembudidaya terlebih dahulu menghubungi pembeli ikan yang akan
mendatangi lokasi tambak. Ikan yang dipanen kemudian langsung diangkut oleh
perahu/kapal milik pembeli yang sudah standby di depan pintu air sehingga
dengan cara tersebut, pembudidaya tidak lagi repot malakukan penanganan
pasca panen. Untuk cara yang kedua, pembudidaya terlebih dahulu perlu
menyiapkan peti yang berisi es balok untuk menyimpan ikan setelah di panen. Ikan
bandeng yang dipanen melalui pintu air segera dimasukkan kedalam peti yang
berisi es balok tersebut dan kemudian diangkut ketempat pos pembelian ikan
bandeng yang ada di kota Tarakan.
6. Pemasaran
Pemasaran udang windu dan ikan bandeng dari pulau mangkudulis ke
Tarakan umumnya dilakukan dalam bentuk segar sampai ke tingkat konsumen.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, pemasaran udang windu ada 2
versi. Beberapa pembudidaya ada yang langsung menjual hasil panennya ke PT.
Mustika Aurora dan sebagian besar pembudidaya menjual hasil panennya ke pos-
pos pembelian (pedagang pengumpul).
Pada proses pemasaran ikan bandeng ada 2 cara, Cara yang pertama,
yaitu Ikan Bandeng dijual ke tempat pembelian ikan. Ikan yang telah dipanen
kemudian dibawah ke pos pembelian milik perorangan atau ke pasar khusus
pembelian Ikan Bandeng. Pasar pembelian Ikan Bandeng tersebut seperti
tempat pelelangan ikan, bedanya di pasar tersebut khusus membeli dan menjual
Ikan Bandeng (Kitta, 2010).
-
43
Cara kedua yaitu pemasaran yang dilakukan dengan cara pembeli
mendatangi tamba