karakteristik pasien labiopalatoskisis di rsup...

78
1 BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT SKRIPSI DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS OKTOBER 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR PERIODE 1 JANUARI 2011 31 DESEMBER 2012 Oleh : Zulkarnain Muin C 111 08 186 Pembimbing : dr. Sri Asriyani Sp. Rad DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Upload: others

Post on 16-Aug-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

1

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT SKRIPSI

DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS OKTOBER 2013

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI

RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

PERIODE 1 JANUARI 2011 – 31 DESEMBER 2012

Oleh :

Zulkarnain Muin

C 111 08 186

Pembimbing :

dr. Sri Asriyani Sp. Rad

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

PADA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN MASYARAKAT

DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

2

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU

KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK

Skripsi dengan judul :

“Karakteristik Pasien Labiopalatoskisis di RSUP. Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar Periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012”

Makassar, 15 Januari 2014

Pembimbing,

dr. Sri Asriyani, Sp.Rad

Page 3: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

3

PANITIA SIDANG UJIAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

Skripsi dengan judul “Karakteristik Pasien Labiopalatoskisis di RSUP.

Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 1 Januari 2011 – 31 Desember

2012”, telah diperiksa, disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin pada:

Hari/Tanggal : Rabu / 15 Januari 2014

Waktu : 10.00 WITA

Tempat : Ruang Seminar IKM-IKK FKUH PB.622

Ketua Tim Penguji :

(dr. Sri Asriyani, Sp. Rad)

Anggota Tim Penguji :

Anggota I

(Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes)

Anggota II

(dr. Muh. Rum Rahim, M.Kes)

Page 4: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

4

ABSTRAK

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Dan Ilmu kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin

Skripsi, Januari 2014

Zulkarnain Muin

“Karakteristik Pasien Labiopalatoskisis Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar Periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012”

( xii + 65 Halaman + 9 Tabel + 8 Lampiran)

Labiopalatoskisis (celah bibir dan langit-langit, cleft lip and palate

(CLP)), merupakan kelainan kongenital kraniofacial yang disebabkan oleh

gangguan perkembangan wajah pada masa embrio.

Kegagalan penyatuan

processus maxillaris dan processus nasalis media terutama pada minggu ke 5 – 7

kehamilan akan menimbulkan labioskisis unilateral ataupun bilateral. Processus

nasalis medial, yang merupakan bagian yang membentuk dua segmen

intermaxillaris, bila gagal menyatu, terjadilah celah yang disebut palatoskisis.

Faktor lingkungan yang teratogen dan genetik berperan dalam terbentuknya

labiopalatoskisis. Paparan intrauterine oleh anti-konvulsan dapat menyebabkan

peningkatan angka kejadian labiopalatoskisis hingga 10 kali. Ibu yang merokok

pada masa kehamilan dapat penyebabkan peningkatan 2 kali lipat. Teratogen lain

adalah alkohol dan asam retinoid.

Secara umum tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui karakteristik

pasien Labiopalatoskisis di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode 1

Januari 2011 – 31 Desember 2012. Pada penelitian ini, variabel yang diteliti

meliputi usia kontak pertama dengan dokter, jenis kelamin, status sosio-ekonomi

pasien, suku pasien, tipenya, riwayat kelainan yang sama pada keluarga pasien,

penyakit penyerta pasien, tindakan. Metode penelitian yang digunakan adalah

survey deskriptif. Adapun data yang dikumpulkan adalah data sekunder, yang

diperoleh dari melalui rekam medik subjek penelitian di RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo terhitung sejak 1 Januari 2011 sampai dengan 31 Desember 2012.

Secara keseluruhan, total sampel yang diperoleh sebanyak 73 rekam

medik. Dari seluruh sampel, mayoritas pasien memiliki jenis skisis

labiopalatoskisis sebanyak 82%, dengan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki

(57,53%). Mayoritas pasien yang datang berasal dari sosial ekonomi rendah, hal

itu dapat dilihat dari jenis jaminan kesehatan yang mereka gunakan yaitu

jamkesmas/jamkesda (72,6%). Mayoritas pasien adalah suku Makassar (16,4%).

Rata-rata pasien datang pada usia 1-5 tahun (28,8%). Mayoritas pasien tidak

memiliki riwayat keluarga dengan penyakit yang sama (13,7%). Kebanyakan

pasien labiopalatoskisis menderita gangguan genetik lain (12,33%) sebagai

penyakit penyertanya. Dan mayoritas pasien tersebut mendapatkan tindakan

operasi sebagai terapinya yaitu sebanyak (76,7%).

Melalui penelitian ini, penulis berharap adanya suatu upaya utuk

meningkatkan pengetahuan masyarakat agar perlu memperhatikan asupan nutrisi

serta kesehatan ibu hamil dan menerapkan pola hidup yang sehat sehingga dapat

Page 5: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

5

menurunkan angka kejadian labiopalatoskisis. Bagi masyarakat yang memiliki

anggota keluarga yang menderita kelainan ini agar dapat secepatnya berkonsultasi

dengan tenaga kesehatan sehingga dapat dilakukan pencegahan maupun

penanganan yang lebih baik terhadap kasus labiopalatoskisis

Page 6: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

6

KATA PENGANTAR

Asslamu alaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi

ini sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian tugas kepaniteraan klinik di

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedoteran Komunitas Fakultas

Kedokteran Unversitas Hasanuddin Makassar dengan judul : “Karakteristik

Pasien Labiopalatoskisis di RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode 1

Januari 2011 - 31 Desember 2012” ini akhirnya dapat terselesaikan.

Dengan segala keterbatasan dan hambatan, saya menyadari bahwa tulisan

ini masih jauh dari kesempurnaan dan tidak dapat terwujud tanpa bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, saya terutama menyampaikan banyak terima

kasih kepada pembimbing saya dr. Sri Asriyani, Sp.Rad yang telah meluangkan

waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing saya mulai dari tahap persiapan,

pelaksanaan, hingga penyelesaiaan skripsi ini. Tidak lupa pula saya mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Kepala bagian beserta seluruh staf bagian Ilmu Kesehatan

Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin

2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

3. Bapak Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan beserta seluruh staf

4. Bapak Walikota Makassar beserta seluruh staf

Page 7: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

7

5. Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar beserta seluruh

staf

6. Bapak RW/RT Hartaco Jaya beserta seluruh staf

7. Kedua orang tua saya, Ir. H. Abdul Muin Kalu, MM dan dr. Hj.

Nurmin B. M. Sp.Rad, M.Kes dan saudara tercinta, Zulyudisiawan

Muin yang telah memberikan dukungan moril dan materi selama

saya menempuh masa pendidikan.

8. Teman-teman seperjuangan di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini

yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu

Akhirnya, saya harapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Saya menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini,

karenanya kritik dan saran yang membangun saya harapkan demi perbaikan

skripsi ini.

Waalaikum Salam Wr.Wb.

Makassar , Januari 2014

Penulis

Page 8: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

8

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….. ii

ABSTRAK …………………………………………………………………… iv

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. vi

DAFTAR ISI …………………………………………………………………. viii

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………. x

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… xi

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….... xii

BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………… 1

1.1 LATAR BELAKANG …………………………………………… 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ………………………………………… 3

1.3 TUJUAN PENELITIAN …………………………………………. 3

1.4 MANFAAT PENELITIAN ……………………………………… 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………….. 6

2.1 PENGERTIAN LABIOPALATOSKISIS ………………………….. 6

2.2 EPIDEMIOLOGI ………………………………………………… 6

2.3 EMBRIOLOGI …………………………………………………… 7

2.4 ETIOLOGI ………………………………………………………. 13

2.5 KLASIFIKASI …………………………………………………... 15

2.6 PENATALAKSANAAN ………………………………………… 18

2.7 PROGNOSIS …………………………………………………….. 23

BAB III. KERANGKA KONSEP ………………………………………….. 24

Page 9: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

9

3.1 DASAR PEMIKIRAN VARIABEL YANG DITELITI ………… 24

3.2 KERANGKA KONSEP ………………………………………….. 25

3.3 DEFINISI OPERASIONAL DAN KRITERIA OBJEKTIF ……. 26

BAB IV. METODE PENELITIAN …………………………………………. 33

4.1 JENIS PENELITIAN ……………………………………………. 33

4.2 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN ……………………….. 33

4.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN ……………………. 33

4.4 JENIS DATA DAN INSTRUMEN PENELITIAN ……………… 34

4.5 MANAJEMEN PENELITIAN …………………………………… 34

4.6 ETIKA PENELITIAN …………………………………………… 35

BAB V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ………………….. 37

BAB VI. HASIL PENELITIAN …………………………………………….. 41

BAB VII. PEMBAHASAN ………………………………………………….. 53

BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………….. 60

8.1 KESIMPULAN …………………………………………………. 60

8.2 SARAN ………………………………………………………….. 61

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 63

Page 10: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

10

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Perencanaan tahapan penatalaksanaan pasien Labiopalatoskisis … 20

Tabel 2 : Distribusi pasien Labiopalatoskisis berdasarkan jenisnya ……….. 42

Tabel 3 : Distribusi pasien Labiopalatoskisis berdasarkan jenis kelamin ….. 46

Tabel 4 : Distribusi pasien Labiopalatoskisis berdasarkan status social …… 47

Tabel 5 : Distribusi pasien Labiopalatoskisis berdasarkan suku …………… 48

Tabel 6 : Distribusi pasien Labiopalatoskisis berdasarkan umur kontak

pertama dengan dokter ……………………………………………. 49

Tabel 7 : Distribusi pasien Labiopalatoskisis berdasarkan riwayat keluarga .. 50

Tabel 8 : Distribusi pasien Labiopalatoskisis berdasarkan riwayat

penyakit penyerta …………………………………………….……. 51

Tabel 9 : Distribusi pasien Labiopalatoskisis berdasarkan tindakan ……….. 52

Page 11: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

11

DAFTAR GAMBAR DAN DIAGRAM

Gambar 1 : Gambaran embriologi bayi pada daerah wajah …………………. 8

Gambar 2 : Gambaran embriologi dari aspek frontal ………………………... 9

Gambar 3 : Aspek frontal dari wajah embrio minggu ke-7 …………………. 10

Gambar 4 : Segmen intermaxillaris dan processus maxillaries ……………… 11

Gambar 5 : Potongan frontal kepala pada embrio minggu ke-7 ……………... 12

Gambar 6 : Tipe labioskisis ………………………………………………….. 16

Gambar 7 : Tipe palatoskisis …………………………………………………. 16

Gambar 8 : Tipe labiopalatoskisis ……………………………………………. 17

Gambar 9 : Modifikasi Milliard dan klasifikasi Y Kernohan ……………….. 18

Gambar 10 : Teknik modifikasi Milliard ……………………………………. 21

Gambar 11 : Kerangka konsep ………………………………………………. 25

Diagram (a) : Distribusi pasien Labioskisis berdasarkan letaknya …………. 43

Diagram (b) : Distribusi pasien Labioskisis unilateral berdasarkan letak D/S.. 43

Diagram (c) : Distribusi pasien Palatoskisis berdasarkan letaknya ………… 44

Diagram (d) : Distribusi pasien Palatoskisis berdasarkan letak D/S ……….. 44

Diagram (e) : Distribusi pasien Labiopalatoskisis berdasarkan letaknya …… 45

Diagram (f) : Distribusi pasien Labiopalatoskisis berdasarkan letak D/S ….. 45

Page 12: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

12

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat penugasan nama pembimbing skripsi

Lampiran 2 : Lembar persetujuan proposal penelitian

Lampiran 3 : Surat persetujuan izin penelitian dari Badan Koordinasi Penanaman

Modal daerah Provinsi Sulawesi Selatan

Lampiran 4 : Surat persetujuan izin penelitian dari Ka. Instalasi Rekam Medik

RSUP. Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar

Lampiran 5 : Surat keterangan selesai mengumpulkan data penelitian di Rekam

Medik RSUP. Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar

Lampiran 6 : Surat pengantar undangan untuk ujian skripsi kepada pembimbing

Lampiran 7 : Lembar pengesahan memperbanyak skripsi

Lampiran 8 : Kuesioner penelitian

Page 13: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Labiopalatoskisis (celah bibir dan langit-langit, cleft lip and palate (CLP)),

merupakan kelainan kongenital kraniofacial yang disebabkan oleh gangguan

perkembangan wajah pada masa embrio.

Kegagalan penyatuan processus

maxillaris dan processus nasalis media terutama pada minggu ke 5 – 7 kehamilan

akan menimbulkan labioskisis unilateral ataupun bilateral. Processus nasalis

medial, yang merupakan bagian yang membentuk dua segmen intermaxillaris, bila

gagal menyatu, terjadilah celah yang disebut palatoskisis. Labiopalatoskisis

merupakan gabungan dari dua kelainan tersebut di atas. 1,2

Insiden labioskisis 2,1 dalam 1000 kelahiran pada etnis Asia, 1:1000 pada

etnis Kaukasia, dan 0,41:1000 pada etnis Afrika-Amerika. Persentase labioskisis

adalah 21% dari seluruh kasus labiopalatoskisis. Sedangkan insiden palatoskisis

adalah 1:2000. Hampir 50% kasus palatoskisis disertai dengan sindrom kelainan

bawaan lain. Persentase kasus palatoskisis adalah 33% dari seluruh kasus

labiopalatoskisis. Berbeda dengan labiopalatoskisis yang persentasenya adalah

46% dari seluruh kasus skisis. Di Indonesia labiopalatoskisis menempati urutan

keempat kelainan congenital tersering setelah kelainan system saraf pusat,

jantung, dan genitalia. 1-4

Faktor lingkungan yang teratogen dan genetik berperan dalam

terbentuknya labiopalatoskisis. Paparan intrauterine oleh anti-konvulsan dapat

menyebabkan peningkatan angka kejadian labiopalatoskisis hingga 10 kali. Ibu

Page 14: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

14

yang merokok pada masa kehamilan dapat penyebabkan peningkatan 2 kali lipat.

Teratogen lain adalah alkohol dan asam retinoid. Kelainan genetik dapat

mengakibatkan sindrom yang mencakup skisis dari palatum primer atau sekunder

saat perkembangannya.2,3

Bayi yang terlahir dengan labiopalatoskisis harus ditangani oleh klinisi

dari multidisiplin dengan pendekatan team-based, agar memungkinkan koordinasi

efektif dari berbagai aspek multidisiplin tersebut. Selain masalah rekonstruksi

skisis pada labium dan palatum, masih ada masalah lain yang perlu

dipertimbangkan yaitu masalah pendengaran, bicara, gigi-geligi dan psikososial.

2,3

Labiopalatoskisis sebagai kelainan kongenital yang menyebabkan banyak

morbiditas, serta beban ekonomi yang berat, hingga kini belum banyak diketahui

penyebabnya. Selain itu, masih kurangnya penelitian menyangkut angka kejadian

labiopalatoskisis di Indonesianya khususnya di RS Wahidin Sudirohusodo

Makassar, dimana penelitian terakhir tentang labiopalatoskisis dilakukan pada

tahun 2008 oleh Dinas Kesehatan Nasional yang meneliti 258.366 sampel rumah

tangga dan 987.205 sampel anggota rumah tangga yang di ambil dari 28 provinsi

di seluruh Indonesia. Namun penelitian itu tidak secara khusus meneliti tentang

angka kejadian labiopalatoskisis namun mencakup penyakit apa saja yang

terbanyak dikeluhkan oleh sampel yang diteliti, dengan hasil angka kejadian

labiopalatoskisis atau bibir sumbing adalah 0,2% (berdasarkan keluhan responden

atau observasi pewawancara). Dari data itu pula didapatkan provinsi Nusa

Tenggara Timur sebagai provinsi yang memiliki prevalensi tertinggi pasien bibir

sumbing di Indonesia, yang mana provinsi ini terletak di Indonesia Timur. Oleh

karena itu pada kesempatan ini, peneliti mencoba untuk mengetahui angka

kejadian labiopalatoskisis di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo dan mencari

kemungkinan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kejadian sebagai bahan

pertimbangan dalam mencegah / menekan kejadian dikemudian hari. Dipilihnya

RS Dr. Wahidin Sudirohusodo oleh karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit

Page 15: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

15

rujukan untuk wilayah Indonesia Timur dengan data rekam medik yang lengkap,

serta masih kurangnya penelitian tentang labiopalatoskisis yang mengambil

sampel di rumah sakit ini.

1.2 RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik pasien Labiopalatoskisis di

RSUP Dr.WahidinSudirohusodo Periode 1 Januari 2011 - 31 Desember 2012.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik pasien Labiopalatoskisis di RS Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui karakteristik pasien Labiopalatoskisis menurut usia

kontak pertama dengan dokter.

2. Untuk mengetahui karakteristik pasien Labiopalatoskisis menurut jenis

kelamin.

3. Untuk mengetahui karakteristik pasien Labiopalatoskisis menurut status

sosio-ekonomi pasien.

4. Untuk mengetahui karakteristik pasien Labiopalatoskisis menurut suku

pasien.

Page 16: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

16

5. Untuk mengetahui karakteristik pasien Labiopalatoskisis menurut

tipenya.

6. Untuk mengetahui karakteristik pasien Labiopalatoskisis menurut

riwayat kelainan yang sama pada keluarga pasien.

7. Untuk mengetahui karakteristik pasien Labiopalatoskisis menurut

penyakit penyerta pasien.

8. Untuk mengetahui karakteristik pasien Labiopalatoskisis menurut

tindakan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi para praktisi

kesehatan mengenai kasus Labiopalatoskisis, dan memberikan gambaran umum

serta pemahaman kepada masyarakat tentang faktor resiko terjadinya

Labiopalatoskisis, yang mungkin dapat menimbulkan kesadaran untuk mencegah

dengan menghindari faktor resiko yang bisa menyebabkan Labiopalatoskisis ini.

2. RSUP dr. WahidinSudirohusodo, sebagai pelaksana pelayanan pada penderita

Labiopalatoskisis, diharapkan agar hasil penelitian ini dapat memberikan

masukan yang berarti bagi diagnosa dini dan penanganan pasien

Labiopalatoskisis.

3. Departemen kesehatan dan berbagai instansi terkait lainnya, diharapkan agar

hasil penelitian ini dapat memberi masukan mengenai karakteristik

Labiopalatoskisis.

4. Sebagai tambahan ilmu, kompetensi, dan pengalaman berharga bagi peneliti

dalam melakukan penelitian kesehatan pada umumnya, dan terkait tentang

Page 17: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

17

Labiopalatoskisis pada khususnya.

5. Penelitian ini juga semoga dapat bermanfaat sebagai bahan bacaan, acuan

ataupun perbandingan bagi peneliti-peneliti selanjutnya.

Page 18: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Labiopalatoskisis

Labiopalatoskisis berasal dari kata labium yang berarti bibir, palatum yang

berarti langit-langit, dan skisis yang berarti celah. Jadi, Labiopalatoskisis

merupakan deformitas kongenital daerah orofacial, baik labium, palatum, atau

keduanya. Celah pada labium disebut labioskisis sedangkan celah pada palatum

disebut palatoskisis. Kelainan ini dapat merupakan bagian dari suatu sindrom atau

berdiri sendiri. Defek yang ada akan menyebabkan gangguan produksi suara,

gangguan makan, gangguan pertumbuhan maxilofacial, dan pertumbuhan gigi

abnormal. Mengingat banyaknya masalah yang ada, maka Labiopalatoskisis

merupakan salah satu defek yang melibatkan banyak disiplin ilmu dalam

penanganannya.1,2,5

2.2. Epidemiologi

Perbandingan antara laki-laki dan perempuan, labioskisis dan celah

kombinasi lebih banyak pada laki-laki, sedangkan palatoskisis saja lebih banyak

pada perempuan. Angka prevalensi celah berbeda untuk tiap ras. Prevalensi

labiopalatoskisis lebih rendah pada kulit hitam dan lebih tinggi pada orang Asia

Timur. Diantara populasi penderita labiopalatoskisis, yang di diagnosis dengan

labiopalatoskisis 46%, palatoskisis 33%, kemudian labioskisis 21%. Mayoritas

labioskisis bilateral (86%) dan labioskisis unilateral (68%) berhubungan dengan

palatoskisis. Celah unilateral sembilan kali lebih sering daripada celah bilateral,

Page 19: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

19

dan terjadi dua kali lebih sering pada sisi kiri dari pada kanan. labiopalatoskisis

memiliki angka kejadian sekitar 1:500-600 kelahiran hidup, dan untuk celah

palatum saja 1 dari 1000 kelahiran hidup. Insidensi lebih tinggi ditemukan pada

kelompok Asia (1:500) dan lebih rendah pada kelompok kulit hitam (1:2000). 1-5

Berdasarkan data yang didapatkan dari dr. TS Karasutisna, kepala bagian

Bedah Mulut RS Hasan Sadikin Bandung, pasien labiopalatoskisis lebih sering

didapatkan pada kelompok sosio-ekonomi rendah, karena salah satu penyebab

labiopalatoskisis ini ialah rendahnya nutrisi pada saat kehamilan terutama

kurangnya konsumsi asam folat (mitosis sel). Rata-rata penderita labiopalatoskisis

yang datang untuk berobat ialah ketika usia sudah melebihi batas usia optimal

untuk operasi membuat operasi hanya untuk keperluan kosmetika saja sedangkan

secara fisiologis tidak tercapai, fungsi bicara tetap terganggu seperti sengau dan

lafalisasi beberapa huruf tetap tidak sempurna, tindakan speech therapy pun tidak

banyak bermanfaat. Hal itu mungkin terjadi karena untuk mendapatkan tindakan

medis dalam hal ini tindakan operasi, penderita labiopalatoskisis harus memenuhi

kriteria Rule of ten yang meliputi Berat badan >10 pon (5 kg), Usia > 10 minggu

(3bulan), dan Kadar hemoglobin > 10 g%.

2.3. Embriologi

Pada akhir minggu ke-4, processus facialis terbentuk secara primer oleh

sel mesenkim yang berasal dari krista neuralis. Proses pembentukan facial secara

keseluruhan di mulai dengan berpindahnya sel dari regio facial ke sel mesenkim.

Processus maxillaris dapat dikenali di sebelah lateral stomodeum, dan processus

mandibularis di sebelah caudal stomadeum. 7

Page 20: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

20

Gambar 1. A. Pandangan dari sisi lateral embrio pada akhir minggu ke-4

menunjukkan posisi dari arkus faringeal. B. Pandangan dari arah frontal embrio

minggu ke 5 menunjukkan processus mandibula dan maxilaris. C. Electron

micrograph embrio manusia dengan usia minggu sama dengan B. 7

Processus frontonasalis dibentuk oleh proliferasi sel mesenkim di sebelah

ventral vesikel otak, merupakan tepi atas stomodeum. Pada kedua sisi dari

processus frontonasalis, muncul penebalan permukaan ektoderm, yaitu plakoda

nasalis, yang berasal dari bagian ventral otak depan. 7

Pada minggu kelima, plakoda nasalis akan berinvaginasi membentuk

cavitas nasalis, setiap cavitas dan placoda nasalis membentuk rigi jaringan.

Processus pada tepi luar dari cavitas merupakan processus nasalis lateral; dan

yang berada pada tepi dalam merupakan processus nasalis medial. 7

Page 21: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

21

Gambar 2. Pandangan dari aspek frontal. A. Embrio minggu ke-5. B. Embrio

minggu ke-6. Processus nasalis terpisah secara bertahap dari processus maxillaris.

C. Electron micrograph dari embrio seekor tikus dengan usia minggu sama

dengan B. 7

Selama 2 minggu selanjutnya, ukuran processus maxillaris terus

bertambah dan tumbuh ke arah medial, sehingga mendesak processus nasalis

medial ke arah garis tengah. Selanjutnya celah diantara processus nasalis medial

dan processus maxillaris menutup secara perlahan, kedua processus maxillaris

dan kedua processus nasalis medialis yang berdifusi bergabung membentuk

segmen inter maxillaris. Segmen inter maxillaris membentuk 1 komponen labium

superior (membentuk filtrum dari labium superior), komponen rahang atas

(alveolus dan 4 gigi insisivus), dan palatum (palatum primer triangular). Processus

nasalis lateralis tidak ikut membentuk labium superior. Labium inferior dan

rahang bawah dibentuk oleh processus mandibula yang menyatu di garis tengah.7

Page 22: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

22

Gambar 3. Aspek frontal dari wajah. A. Embrio minggu ke-7. Processus

maxillaris berfusi dengan processus nasalis medial. B. Embrio minggu ke-10. C.

Electron micrograph dari embrio manusia dengan usia minggu sama dengan A. 7

Labioskisis terjadi dari kegagalan menyatunya sebagian atau seluruhnya

dari jembatan epitel karena kekurangan pertumbuhan jaringan mesoderm dan

proliferasi processus maxillaris dan processus nasalis medialis. Celah palatum

primer pada satu atau kedua sisi, selalu muncul di depan foramen insisivus.

Disebabkan oleh pertumbuhan ke arah medial dari processus maxillaris, kedua

processus nasalis medial tidak hanya tumbuh pada permukaan tetapi juga pada

bagian yang terdalam. 7

Struktur yang terbentuk oleh kedua processus yaitu processus maxillaris,

yang terdiri dari (a) komponen labialis, yang membentuk filtrum dari labium

superior; (b) komponen rahang atas, yang berisi 4 gigi insisivus ; dan (c)

komponen palatum, yang membentuk palatum trianguaris primer. 7

Page 23: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

23

Gambar 4. Segmen intermaxillaris dan processus maxillaris. B. Segmen

intermaxillaris menghasilkan filtrum labium superior, bagial medial dari os

maxillaris dengan keempat gigi insisivus dan palatum triangularis primer. 7

Embriogenesis dan Embriopati7-10

1. Perkembangan pada regio facial di mulai dari penyatuan processus di akhir

minggu ke-3, manakala terdapat dua gabungan proses yaitu pada minggu

ke-8 merupakan terbentuknya facial secara sempurna, sedangkan pada

minggu ke-10 merupakan terbentuknya palatum.

2. Penggabungan palatum secara sempurna pada epithelium mediolateralis

merupakan hal utama dari susunan palatum.

3. Skisis merupakan penyebab dari berbagai faktor, termasuk hipoplasia,

migrasi yang abnormal dari perkembangan wajah.

4. Skisis facial tipe non syndromic dan syndromic merupakan dasar genetik

yang mungkin juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

5. Sebanyak 70% dari pasien labiopalatoskisis, dan 50% pasien dengan

palatoskisis merupakan tipe nonsyndromic

6. Lebih dari 400 tipe syndromic merupakan kumpulan dari labioskisis

dengan atau tanpa palatoskisis.

Page 24: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

24

Meskipun palatum primer berasal dari segmen intermaxillaris, bagian

utama palatum tetap dibentuk oleh dua lempeng dari processus maxillaris. Pada

kedua tonjolan ini, yaitu lempeng palatina muncul di minggu ke-6 perkembangan

dan mengarah ke bawah secara oblik pada sisi kanan dan kiri lingua. Pada minggu

ke-7, lempeng-lempeng palatina mengarah ke atas untuk mencapai posisi

horizontal di atas lingua dan berfusi membentuk palatum sekunder. Pada bagian

anterior, lempeng-lempeng tersebut bersatu, satu sama lain sehingga membentuk

palatum sekunder. Saat lempeng-lempeng dari palatina berfusi, pada waktu yang

bersamaan septum nasalis tumbuh ke bawah dan bersatu dengan permukaan atas

palatum yang baru terbentuk. 7

Gambar 5. Potongan frontal kepala pada embrio minggu ke-7. Lingua mengarah

ke bawah dan lempeng-lempeng palatina mencapai posisi horizontal. B. Aspek

ventral dari lempeng-lempeng palatina setelah mandibula dan lingua diangkat.

Lempeng-lempeng palatina mengarah ke arah horizontal. Septum nasi dapat

Page 25: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

25

terlihat. C. Electron micrograph dari seekor tikus dengan usia minggu sama

dengan A. D. Lempeng-lempeng palatum pada usia minggu sama dengan B.7

Teori fusi dan teori klasik menyatakan bahwa labioskisis terjadi akibat

kegagalan penyatuan antara processus maxillaris dengan processus nasalis

medialis. Skema proses terjadinya fusi adalah sebagai berikut, teori penetrasi

mesoderm menyatakan bahwa palatoskisis terjadi akibat hilang atau terhambatnya

membran epitel, sehingga tidak dipenetrasi oleh mesoderm di sekitarnya.

Gabungan teori fusi dan teori penetrasi mesoderm diajukan pertama kali oleh

Patten.7

Pada proses fusi ini sangat diperlukan faktor-faktor pertumbuhan, yang

berperan adalah dua macam regulator pertumbuhan yaitu TGFα dan β. TGFα

adalah suatu mitogen kuat, yang berperan di dalam aktivasi enzim Cyclin

Dependent Kinase 1 (CDK 1) pada fase G1 siklus sel yang akan masuk ke fase

sintesis, dan selanjutnya terjadilah pembelahan sel. Oleh karena itu apabila

terdapat hambatan sintesis atau berkurangnya intensitas faktor pertumbuhan

tersebut maka pertumbuhan jaringan mesoderm disana juga akan terhambat, dan

terjadi kegagalan fusi tersebut sehingga terbentuklah celah pada daerah tersebut. 7

2.4. Etiologi

Seperti kebanyakan kasus kelainan kongenital, celah orofacial disebabkan

oleh adanya interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Artinya, faktor genetik

merupakan suatu kerentanan yang dimiliki individu tertentu, sedangkan faktor

lingkungan sebagai pemicu ekspresi gen tersebut. Interaksi keduanya akan

Page 26: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

26

menyebabkan gangguan perkembangan pada tahap awal kehamilan.1,5,7

Proporsi faktor genetik dan lingkungan bervariasi menurut jenis kelamin

individu yang mengalami kelainan celah. Pada celah bibir dan kombinasi, juga

terdapat variasi derajat keparahan dan lateralisasi anomali. Proporsi paling tinggi

terdapat pada kelompok wanita dengan celah bilateral dan proporsi terkecil adalah

kelompok pria dengan celah unilateral.1,2,5

Dasar genetika kelainan celah sendiri cukup heterogen. Terdapat berbagai

pola genetik, seperti autosomal resesif, autosomal dominan, dan x-linked, yang

berkaitan dengan klinis labiopalatoskisis. Pada keseluruhan orang tua, memiliki

anak dengan celah adalah 1:600-700. Seperti yang telah dijelaskan, etiologi

kelainan ini masih belum jelas. Beberapa faktor lingkungan yang dapat memicu

munculnya fenotif berupa kelainan celah, antara lain: konsumsi alkohol pada

periode embrional. Beberapa bahan teratogen seperti fenitoin, asam retinoid, dan

beberapa agen anestetik juga dapat memicu terjadinya kelainan ini. Ibu yang

merokok pada masa kehamilan juga dapat penyebabkan peningkatan angka

kejadian labiopalatoskisis sebanyak 2 kali. 1,5,7,11

Pemetaan genetik pada keluarga yang memiliki labiopalatoskisis yang

diturunkan, berhasil mengidentifikasi gen yang berperan dalam kejadian

labiopalatoskisis. Kelainan palatoskisis dengan ankiloglossia merupakan kelainan

terkait-x yang menunjukkan adanya mutasi pada gen TBX22. Ekspresi gen

TBX22 pada lempeng palate berperan dalam proses penyatuan. Mutasi pada gen

ini akan menyebabkan palatoskisis. 3,5,10,12

Gen lain yang juga berperan adalah MSX1 dan TGFB3 yang terbukti

Page 27: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

27

menyebabkan kelainan celah pada uji coba hewan pengerat. Terakhir, beberapa

gen yang telah ditemukan berkaitan dengan kelainan labiopalatoskisis adalah gen

D4S192, RARA, MTHFR, RFC1, GABRB3, PVRL1, dan IRF6. 3,5,10,12

Meskipun semakin banyak gen yang diketahui berperan terhadap

terjadinya labiopalatoskisis, namun bentuk interaksi gen-gen tersebut dengan

faktor lingkungan masih sulit dipahami, baik pada kelainan sindrom maupun

nonsindrom. Oleh sebab itu, perlu adanya upaya pencegahan baik berupa skrining

genetik maupun menghindari berbagai faktor risiko yang telah terbukti berkaitan

dengan labiopalatoskisis. 3,5,10

2.5. Klasifikasi

Beberapa klasifikasi labiopalatoskisis ditujukan untuk menggambarkan

derajat, lokasi dan variasi kondisi celah. Klasifikasi yang dibuat sudah seharusnya

sederhana,jelas, fleksibel, pasti, dan dapat digambarkan. Salah satu klasifikasi

tersebut adalah klasifikasi dengan sistem LAHSHAL dari Otto Kriens yang

mampu menggambarkan lokasi, ukuran, dan tipe celah.1,3

Celah atau skisis komplit labium, alveolus, palatum durum dan palatum

mole dideskripsikan dengan huruf kapital LAH dan S, sedangkan bila skisis

inkomplit dituliskan dengan huruf kecil. Skisis mikro dapat ditulis dengan

asteriks. Dengan demikian, penulisan LAHSHAL menunjukkan skisis pada

labium, alveolar, dan palatum komplit bilateral. Contoh lain, lahSh menunjukkan

labioskisis inkomplit unilateral kanan dan alveolus, dengan skisis komplit palatum

mole yang melebar hingga sebagian palatum durum. 1,3

Page 28: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

28

Gambar 6. Tipe labioskisis: (a) unilateral inkomplit, (b) unilateral komplit, (c)

bilateral komplit.1

Gambar 7. Tipe palatoskisis: (a) inkomplit, (b) unilateral komplit, (c) bilateral

komplit.1

Beberapa tipe labiopalatoskisis meliputi labiopalatoskisis komplit dan

inkomplit. Dikatakan komplit bila skisis mencapai dasar hidung (nasal floor) dan

inkomplit bila di bagian cranial dari skisis tersebut masih terdapat kulit dan

mukosa, tetapi tanpa lapisan otot dan jaringan mesodermal lain (simonart's

Page 29: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

29

band).1,3

Gambar 8. (A) Labioskisis unilateral inkomplit, (B) Labioskisis unilateral

(C) Labioskisis bilateral dengan Palatoskisis dan tulang alveolar, (D)

Palatoskisis.12

Baik labioskisis maupun palatoskisis dapat terjadi bilateral dan unilateral.

Pada skisis palatum molle tunggal yang selalu memiliki defek di bagian tengah,

maka dapat disebut pula palatoschizismediana. Palatoskisis submukosa sering

tidak terlalu tampak adanya skisis pada palatum mole, namun muskulus dektra

dan sinistranya tidak menyatu sehingga akan tampak adanya uvula bifida.

Penderita ini akan sengau suaranya bila defek tidak dikoreksi.1,3,5

Page 30: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

30

Klasifikasi labiopalatoskisis berdasarkan variasi dan pola genetik, yaitu:

- Labioskisis nonsindrom dengan atau tanpa palatoskisis

- Palatoskisis nonsindrom

- Labioskisis sindromik dengan atau tanpa palatoskisis

- Palatoskisis sindromik

Klasifikasi Y dari Kernohan untuk labiopalatoskisis yang kemudian

dimodifikasi oleh Millard, juga mendeskripsikan keterlibatan nasal, seperti pada

gambar berikut:

Gambar 9. Modifikasi Millard dari klasifikasi Y Kernohan untuk klasifikasi CLP.1

Lingkaran kecil di tengah menunjukkan foramen incisivus, segitiga menunjukkan

ujung dan dasar nasalis.

2.6. Penatalaksanaan

Karena banyaknya masalah yang di hadapi, maka kelainan ini harus

Page 31: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

31

ditanggulangi bersama-sama interdisipliner. Ahli bedah plastik melakukan

pembedahan pada cacat yang ada, ahli THT mengobati masalah telinga, speech

therapist membantu bicara yang benar, orthodontist mengatur rahang dan gigi

yang biasanya dilakukan menjelang tumbuhnya gigi permanen, pekerja sosial dan

psikolog membantu mengatasi keluhan kejiwaan setelah penderita dilahirkan.2

Adapun tahapan penatalaksanaan labiopalatoskisis adalah sebagai berikut:1,3,5,13

1. Labioplasty dimulai umur 10 minggu (3 bulan), Berat badan 10 pon (5 Kg),

dan Hb>10g%.

2. Palatoplasty dimulai umur 10-12 bulan

3. Speech therapy segera setelah dilakukan cheilopalatoraphy untuk

mencegah timbulnya suara nasal

4. Pharyngoplasty dilakukan umur 5-6 tahun

5. Orthodonti dilakukan untuk memperbaiki lengkung alveolus pada umur 8-9

tahun

6. Bone grafting dilakukan umur 9-11 tahun, dan dilanjutkan hingga

pertumbuhan gigi berhenti

7. Operasi advancement osteotomi Le Fort I umur 17 tahun, dimana os facial

telah berhenti pertumbuhannya.

Page 32: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

32

Tabel 1. Perencanaan tahapan penatalaksanaan pasien labiopalatoskisis

berdasarkan umur pasien.5

Manajemen labiopalatoskisis sendiri secara umum dibagi menjadi dua

tahapan besar, yaitu manajemen primer dan sekunder. Manajemen primer

mencakup diagnosis antenatal, feeding (termasuk masalah airway), dan koreksi

bedah, sedangkan manajemen sekunder mencakup seluruh prosedur penanganan

hearing, speech, dan dental.2,3,5,7,13

Page 33: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

33

Salah satu teknik untuk koreksi labiopalatoskisis adalah teknik modifikasi

Millard. Teknik modifikasi Millard merupakan teknik yang digunakan secara luas,

terutama untuk memperbaiki labioskisis bilateral. Teknik ini juga dapat digunakan

untuk memperbaiki skisis inkomplit atau asimetrik bilateral. 2,3,5,7,13

Gambar 10. Tehnik modifikasi Millard. Tepi-tepi celah antara labium dan nasal

diinsisi (A dan B). Bagian bawah cavum nasi dijahit (C). Bagian superior dari

jaringan labium ditutup (D), dan jahitan diperpanjang hingga menutup seluruh

bagian yang terbuka(E).14

Teknik penutupan celah submukosa sebenarnya serupa dengan penutupan

celah di bagian palatum. Teknik pharyngeal flap atau phryngoplasty dapat

dilakukan untuk masalah ini. Pharyngoplasty meliputi 2 flap yang diposisikan di

Page 34: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

34

sisi faring dan dirotasikan ke atas untuk memperkecil terbukanya palatum,

sehingga akan memungkinkan penutupan palatum molle. Metode ini lebih baik

pada pola penutupan sirkular atau koronal, karena tidak mengganggu gerakan

palatum ke posterior. Pemilihan teknik penutupan sendiri bergantung pola

penutupan palatum preoperatif. 2,3,5,7,13

Alveolar bone-grafting merupakan bagian tak terpisahkan dari koreksi

celah yang meliputi maxillaris anterior. Dengan adanya union dari os akan

membantu mencegah kolaps segmental maxillaris, untuk menutup fistula

oronasal, dan untuk mendorong erupsi gigi. Bone-grafting pada pasien yang

berusia di bawah 2 tahun perlu dipertimbangkan bone-grafting primer dan

sekunder (2 tahap). Material graft dapat diperoleh dari hip, costae, fibula, atau

lapisan luarkranium. Meskipun terdapat morbiditas bagi donor, namun

keuntungan yang dicapai dalam menutup celah maxillaris jauh lebih besar

dibanding potensi risikonya. 2,3,5,7,13,14

Beberapa hal yang perlu dilakukan dan dipantau pada pasien

labiopalatoskisis paska bedah adalah: 2,3,5,7,13

- Paska bedah, feeding dilakukan dengan menggunakan ujung dot lembut yang

dipotong ujungnya.

- Bayi perlu dihospitalisasi untuk pemberian cairan intravena hingga intake oral

memungkinkan dilakukan

- Jahitan hams tetap bersih dengan berkumur / dilusi larutan hidrogen peroksida

3 kali sehari setelah makan

- Bila menggunakan benang jahit yang nonresorbable, jahitan dapat dilepas

Page 35: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

35

pada hari ke-5 paskaoperasi.

2.7. Prognosis

Kelainan labiopalatoskisis merupakan kelainan kongenital yang dapat

dimodifikasi atau disembuhkan. Kebanyakan anak yang lahir dengan kondisi ini

melakukan operasi saat usia masih dini, dan hal ini sangat memperbaiki

penampilan wajah secara signifikan. Dengan adanya teknik pembedahan yang

makin berkembang, 80% anak dengan labiopalatoskisis yang telah ditatalaksana

mempunyai perkembangan kemampuan bicara yang baik. Terapi bicara yang

berkesinambungan menunjukkan hasil peningkatan yang baik pada masalah-

masalah berbicara pada anak labiopalatoskisis.3,7

Page 36: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

36

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Pada setiap populasi, tiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-

beda untuk setiap penyakit tertentu. Berdasarkan tinjauan pustaka, terdapat

berbagai macam karakteristik pasien Labiopalatoskisis seperti: tipenya, jenis

kelamin, status sosial, suku, umur pkontak pertama dengan tenaga medis, faktor

genetik/riwayat keluarga, riwayat penyakit penyerta, riwayat ibu konsumsi obat-

obatan saat hamil, riwayat ibu ANC teratur, dan tindakan.

Di antara berbagai karakteristik tersebut, maka variabel independen pada

karakteristik pasien Labiopalatoskisis yang akan diteliti dibatasi pada jenis

labiopalatoskisis, jenis kelamin, status sosial, suku, faktor genetik/riwayat

keluarga, umur penderita saat kontak pertama dengan dokter, riwayat penyakit

penyerta, dan berdasarkan tindakan. Penentuan variabel ini didasarkan pada

ketersediaan data dari rekam medik pasien, dengan tetap mengingat kepentingan

keterkaitan variabel tersebut dengan kasus Labiopalatoskisis.

Oleh karena keterbatasan waktu dan tempat penelitian, maka penelitian ini

dikhususkan pada pasien Labiopalatoskisis di RSUP Dr. WahidinSudirohusodo

terhitung 1 Januari 2011 - 31 Desember 2012.

Page 37: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

37

3.2 Kerangka Konsep

Berdasarkan konsep pemikiran yang dikemukakan di atas, maka

disusunlah pola variabel sebagai berikut.

Keterangan

: variabel dependen

: variabel independen

: diteliti

: tidak diteliti

Gambar 11. Kerangka Konsep

Tipe

Labiopalatoskisis

Jenis kelamin

Status

sosioekonomi

Suku

Umur kontak

pertama dengan

dokter

Riwayat keluarga

Riwayat Ibu

konsumsi obat-

obat saat hamil

Riwayat ANC

Teratur

Labiopalatoskisis

Tindakan

Riwayat penyakit

penyerta

Page 38: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

38

3.3 Definisi Operasional dan kriteria objektif

3.3.1. Jenis labiopalatoskisis :

a. Definisi : adalah Jenis Labiopalatoskisis berdasarkan

pemeriksaan fisis yang tercatat dalam rekam medik pasien

b. Alat ukur : yang digunakan yaitu tabel yang telah disusun

sebelumnya berdasarkan variabel penelitian yang akan diteliti.

c. Cara ukur : mencatat Jenis labiopalatoskisis yang tercantum pada

rekam medik ke dalam tabel.

d. Hasil ukur, yaitu :

I. Labioskisis

1. Bilateral, komplit : celah mengenai kedua sisi labium

dan mencapai cavum nasi.

2. Bilateral, inkomplit : celah mengenai kedua sisi labium

namun belum mencapai cavum nasi.

3. Unilateral, komplit, kanan : celah mengenai labium

dekstra dan mencapai cavum nasi.

4. Unilateral, komplit, kiri : celah mengenai labium

sinistra dan mencapai cavum nasi.

5. Unilateral, inkomplit, kanan : celah mengenai labium

dekstra namun belum mencapai cavum nasi.

6. Unilateral, inkomplit, kiri : celah mengenai labium

sinistra namun belum mencapai cavum nasi.

7. Tidak jelas (tidak tercantum di rekam medik)

Page 39: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

39

II. Palatoskisis

1. Bilateral, komplit : celah mengenai kedua sisi palatum

dan mencapai alveolus.

2. Bilateral, inkomplit : celah mengenai kedua sisi palatum

namun belum mencapai alveolus.

3. Unilateral, komplit, kanan : celah mengenai palatum

dekstra dan mencapai alveolus.

4. Unilateral, komplit, kiri : celah mengenai palatum

sinistra dan mencapai alveolus.

5. Unilateral, inkomplit, kanan : celah mengenai palatum

dekstra namun belum mencapai alveolus.

6. Unilateral, inkomplit, kiri : celah mengenai palatum

sinistra namun belum mencapai alveolus.

7. Tidak jelas (tidak tercantum di rekam medik)

III. Labiopalatoskisis

1. Bilateral, komplit : gabungan dari labioskisis dan

palatoskisis bilateral komplit.

2. Bilateral, inkomplit : gabungan dari labioskisis dan

palatoskisis bilateral inkomplit.

3. Unilateral, komplit, kanan : gabungan dari labioskisis

dan palatoskisis unilateral komplit kanan.

4. Unilateral, komplit, kiri : gabungan dari labioskisis dan

palatoskisis unilateral komplit kiri.

Page 40: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

40

5. Unilateral, inkomplit, kanan : gabungan dari labioskisis

dan palatoskisis unilateral inkomplit kanan.

6. Unilateral, inkomplit, kiri : gabungan dari labioskisis

dan palatoskisis unilateral inkomplit kiri.

7. Tidak jelas (tidak tercantum di rekam medik)

3.3.2. Jenis Kelamin :

a. Definisi : yaitu identitas seksual yang sesuai dalam rekam medik

pasien.

b. Alat ukur : yang digunakan yaitu tabel yang telah disusun sebelumnya

berdasarkan variabel penelitian yang akan diteliti.

c. Cara ukur : mencatat jenis kelamin yang tercantum pada rekam medik

ke dalam tabel.

d. Hasil ukur, yaitu :

1. Laki-laki

2. Perempuan

3.3.3. Suku

a. Definisi : adalah suku bangsa penderita labiopalatoskisis yang tercantum

dalam rekam medik.

b. Alat ukur : yang digunakan yaitu tabel yang telah disusun sebelumnya

berdasarkan variabel penelitian yang akan diteliti.

c. Cara ukur : mencatat suku yang tercantum pada rekam medik ke dalam

Page 41: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

41

tabel.

d. Hasil ukur, yaitu :

1. Makassar

2. Bugis

3. Toraja

4. Mandar

5. Lainnya

6. Tidak jelas (tidak tercantum di rekam medik)

3.3.4. Status Sosial

a. Definisi : Adalah .cara pembayaran dalam hal ini jaminan pelayanan

kesehatan yang digunakan oleh penderita pada saat berobat.

b. Alat ukur : yang digunakan yaitu tabel yang telah disusun sebelumnya

berdasarkan variabel penelitian yang akan diteliti.

c. Cara ukur : dengan mencatat variabel status sosial berdasarkan

jaminan pelayanan kesehatan yang digunakan sesuai dengan yang

tercantum pada rekam medik ke dalam tabel.

d. Hasil ukur, yaitu :

1. Sendiri/Jamsostek (swasta)

2. Askes (PNS)

3. Jamkesmas/jamkesda/askeskin/gakin

Page 42: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

42

3.3.5. Umur Kontak Pertama dengan Dokter / Tenaga Medis

a. Definisi : Adalah usia dimana penderita labioplatoskisis pertama

kali dibawa memeriksakan penyakitnya oleh keluarganya ke tenaga

medis.

b. Alat ukur : yang digunakan yaitu tabel yang telah disusun

sebelumnya berdasarkan variabel penelitian yang akan diteliti.

c. Cara ukur : mencatat usia penderita ataupun riwayat usia penderita

saat pertama kali berobat (apabila sudah berobat sebelumnya di

rumah sakit selain RS Wahidin Sudirohusodo) sesuai yang

tercantum pada rekam medik ke dalam tabel.

d. Hasil ukur:

1. 0-3 bulan

2. 4-6 bulan

3. 7-12 bulan

4. 1-5 tahun

5. 5-10 tahun

6. > 10 tahun

7. Tidak jelas (tidak tercantum di rekam medik)

3.3.6. Riwayat keluarga

e. Definisi : penilaian adanya anggota keluarga

(kakek,ayah,ibu,saudara dll) yang pernah atau sedang menderita

Labiopalatoskisis dan memiliki hubungan garis keturunan secara

Page 43: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

43

langsung, yang tercatat dalam rekam medik pasien.

f. Alat ukur : yang digunakan yaitu tabel yang telah disusun

sebelumnya berdasarkan variabel penelitian yang akan diteliti.

g. Cara ukur : mencatat riwayat keluarga menderita Labiopalatoskisis

sesuai yang tercantum pada rekam medik ke dalam tabel.

h. Hasil ukur:

1. Ada Riwayat keluarga menderita Labiopalatoskisis

2. Tidak ada Riwayat keluarga menderita

Labiopalatoskisis

3. Tidak jelas (tidak tercantum di rekam medik)

3.3.7. Riwayat Penyakit Penyerta

a. Definisi : Adalah penyakit-penyakit apa saja yang sering dikeluhkan

pada penderita labiopalatoskisis selain penyakit primer yang dia derita.

b. Alat ukur : yang digunakan yaitu tabel yang telah disusun sebelumnya

berdasarkan variabel penelitian yang akan diteliti.

c. Cara ukur : mencatat riwayat penyakit apa saja yang tercantum pada

rekam medik ke dalam tabel.

d. Hasil ukur, yaitu :

1. Ada riwayat penyakit penyerta

- Gizi Buruk

- Gangguan Genetik Lainnya

- Gangguan Sistem Respiratori

Page 44: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

44

-Lain-lain

2. Tidak ada riwayat penyakit penyerta

3. Tidak jelas (tidak tercantum di rekam medik)

3.3.8. Tindakan

e. Definisi : Adalah tindakan medis yang diperoleh oleh penderita

labioplatoskisis dalam hal ini hanya difokuskan apakah penderita

mendapatkan tindakan operasi atau tidak.

f. Alat ukur : yang digunakan yaitu tabel yang telah disusun sebelumnya

berdasarkan variabel penelitian yang akan diteliti.

g. Cara ukur : mencatat tindakan apa saja yang tercantum pada rekam

medik ke dalam tabel.

h. Hasil ukur, yaitu :

1 Ada tindakan operasi

2 Tidak ada tindakan operasi

3 Tidak jelas (tidak tercantum di rekam medik)

Page 45: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

45

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif, dimana membuat gambaran atau deskripsi tentang penderita

Labiopalatoskisis secara objektif berdasarkan data sekunder yang didapatkan.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan diadakan pada tanggal 8 Juli sampai dengan 20

Juli 2013.

4.2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini direncanakan diadakan di Bagian Rekam Medik RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien Labiopalatoskisis di RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo terhitung sejak 1 Januari 2011 - 31 Desember 2012.

Page 46: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

46

4.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien Labiopalatoskisis di RSUP Dr.

WahidinSudirohusodo terhitung sejak 1 Januari 2011 sampai dengan 31

Desember 2012.

4.3.3 Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan metode total

sampling yaitu semua populasi dijadikan sebagai sampel.

4.4 Jenis Data dan Instrumen Penelitian

4.4.1 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh

melalui rekam medik subjek penelitian.

4.4.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan daftar tilik yang telah disusun

berdasarkan variabel penelitian yang akan diteliti. Kemudian akan diisi sesuai

data sekunder yang diperoleh dari Rekam Medik.

4.5 Manajemen Penelitian

4.5.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah meminta perizinan dari pihak

pemerintah dan RSUP Dr. WahidinSudirohusodo. Kemudian nomor rekam medik

Page 47: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

47

pasien Labiopalatoskisis dalam periode yang telah ditentukan dikumpulkan untuk

memperoleh rekam medik pasien tersebut di bagian Rekam Medik RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo. Setelah itu dilakukan pengamatan dan pencatatan

langsung ke dalam daftar tilik yang telah disediakan.

4.5.2 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan dilakukan setelah pencatatan data rekam medik yang

dibutuhkan ke dalam daftar tilik dengan menggunakan program Microsoft Excel

untuk memperoleh hasil statistik deskriptif yang diharapkan.

4.5.3 Penyajian Data

Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram

untuk menggambarkan karakteristik pasien Labiopalatoskisis di RSUP

Dr.WahidinSudirohusodo Periode 1 Januari 2011 - 31 Desember 2012.

4.6 Etika Penelitian

Hal-hal yang terkait dengan etika penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak pemerintah

setempat sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.

2. Berusaha menjaga kerahasiaan identitas pasien yang terdapat pada rekam

medik, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas

penelitian yang dilakukan.

3. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak

Page 48: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

48

yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah disebutkan

sebelumnya.

Page 49: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

49

BAB V

GAMBARAN UMUM

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO

5.1. Identitas Badan Layanan Umum RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo merupakan rumah

sakit kelas A pendidikan dengan status Badan Layanan Umum Rumah Sakit

berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 23Tahun 2005,

Kesehatan RI Nomor : 1243/MenKes/SK/VII/2005, dan Surat Keputusan Menteri

Kesehatan RI Nomor : 1677/MenKes/Per/XII/2005, dengan identitas sebagai

berikut:

1. Nama Rumah Sakit : RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

2. Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 11, Tamalanrea

Makassar (90245)

3. Telepon : Kantor (0411) 584675, (0411) 584677, Rumah

Sakit (0411) 583333, 584888

4. Fax : (0411) 587676

5. Pemilikan : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo memiliki luas gedung 33.372 m2,dengan

batas-batas sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Menuju Daya, terdapat kantor dan asrama Kodam VII

dan jalan poros Makassar-Pare-pare.

b. Sebelah Timur : Terdapat kantor Dians Departemen Kesehatan

Propinsi Sulawesi Selatan.

c. Sebelah Selatan : Terdapat tanah milik dan bangunan Lembaga

Penelitian Unhas yang diantarai DAM buatan.

d. Sebelah Barat : Terdapat perkuliahan dan perkantoran Unhas.

Merujuk pada peraturan tersebut Perjan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

akan mengembangkan unggulan Pelayanan, Pendidikan, dan Penelitian di bidang

Page 50: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

50

Kegawat Daruratan, Urologi, Kanker, Jantung, Lipid, dan Endokrin beserta

pelayanan penunjangnya.

5.2. Sejarah Berdirinya RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Pada tahun 1947 didirikan Rumah Sakit dengan meminjam 2 (dua) bangsal

Rumah Sakit Jiwa yang telah berdiri sejak tahun 1942 sebagai bangsal bedah dan

penyakit dalam yang merupakan cikal bakal berdirinya Rumah sakit Umum

(RSU) Dadi.

Pada tahun 1957 RSU Dadi yang berlokasi di jalan Lanto Dg. Pasewang No.

43 Makassar sebagai Rumah Sakit Pemda Tingkat I Sulawesi Selatan dan pada

tahun 1993 menjadi Rumah Sakit dengan klasifikasi B. Pengembangan RSU

dipindahkan ke Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 11 Makassar, berdekatan dengan

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Pada tahun 1994 RSU Dadi berubah menjadi Rumah Sakit vertikal milik

Departemen Kesehatan dengan nama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr.

Wahidin Sudirohusodo berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No.

540/SK/VI/1994 sebagai Rumah Sakit kelas A dan sebagai Rumah Sakit

Pendidikan serta sebagai Rumah Sakit Rujukan tertinggi di Kawasan Timur

Indonesia.

Pada tanggal 10 Desember 1995 RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

ditetapkan menjadi Rumah Sakit unit Swadana dan pada tahun 1998 dikeluarkan

Undang-undang No. 30 tahun 1997 berubah menjadi Unit Pengguna Pendapatan

Negara Bukan Pajak (PNBP).

Dengan terbitnya peraturan Pemerintah R.I. No. 125 tahun 2000, RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo beralih status kelembagaan menjadi Perusahaan Jawatan

(Perjan), yang berlangsung selama lima tahun dan berakhir pada tahun 2005.

Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2005 tentang

pengelolaaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU), Keputusan Menteri

Kesehatan RI Nomor : 1243/MenKes/SK/VII/2005 tanggal 11 agustus 2005

tentang penetapan 13 Eks Rumah Sakit PERJAN menjadi UPT DEPKES dengan

Page 51: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

51

penerapan pola PPK-BLU, dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :

1677/MenKes/Per/XII/2005 tentang Organisasi dan tata kerja RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar, maka sejak tahun januari tahun 2006 kelembagaan

RSWS berubah menjadi Unit Pelaksana Teknis Depkes dengan Pola Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum.

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo memiliki fasilitas dan kemampuan

menyelenggarakan hampir semua jenis pelayanan kedokteran baik spesialis

maupun subspesialis, sehingga layak menjadi pusat layanan rujukan di kawasan

timur Indonesia. Luas lahan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo adalah 8,4 HA

serta luas bangunan 39.246 m2.

Kapasitas tempat tidur berjumlah 659 buah terdiri dari kelas utama 50 buah,

kelas I 63 buah, kelas II 164 buah, dan kelas III 299 buah, serta 50 tempat tidur

dialokasikan di pelayanan lainnya seperti Intensif 43 buah, Intermediate 30 buah,

dan kamar isolasi sebanyak 10 buah tempat tidur.

Pada tahun 2009 RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo membangun Private

Care Centre (PCC) yang merupakan pengembangan pelayanan kelas VIP dari

Ruang Paviliun Palem dan Paviliun Sawit. Daya tampung 2 Ruang VIP tersebut

sangat terbatas yakni hanya menampung 50 tempat tidur, di gedung PCC

bertambah menjadi 90 tempat tidur. Selain PCC juga melakukan pengembangan 5

centre unggulan lainnya, yaitu: Cardiac Centre, Gastroenterohepatologi Centre,

Intensive Care Centre, Infection Centre, dan Mother and Child Centre.

5.3. Visi dan Misi RSUP Wahidin Sudirohusodo

5.3.1. Visi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo 2015

"Menjadi Rumah Sakit dengan layanan berstandar Internasional".

Page 52: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

52

5.3.2. Misi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan berkualitas yang terintegrasi,

holistik dan professional.

b. Menumbuhkembangkan sistem kerja yang aman, nyaman dan produktif

c. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian yang menunjang dan

terintegrasi dengan pelayanan

Page 53: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

53

BAB VI

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey deskriptif yang dilakukan

di RSUP. Dr.Wahidin Sudirohusodo pada tanggal 8 Juli sampai dengan 20 Juli

2013. Sampel pada penelitian ini adalah penderita labiopalatoskisis yang

menjalani rawat inap di RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar, periode 1

Januari 2011 – 31 Desember 2012 yang memiliki rekam medik. Total sampel

yang diperoleh sebanyak 73 rekam medik.

Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan data sekunder yakni

dengan melakukan pencatatan di bagian rekam medik RSUP Dr.Wahidin

Sudirohusodo Makassar. Adapun hasil dari penelitian yang diperoleh disajikan

sebagai berikut.

Page 54: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

54

Tabel 2. Distribusi pasien labiopalatoskisis berdasarkan jenisnya di RSUP.

Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar periode 1 Januari 2011 – 31 Desember

2012.

VARIABEL Frekuensi (f) Persentase (%)

Jenis Labiopalatoskisis

Labioskisis Bilateral Komplit 1 1.36986301

Labioskisis Bilateral Inkomplit 0 0

Labioskisis Unilateral Komplit dekstra 0 0

Labioskisis Unilateral Komplit sinistra 0 0

Labioskisis Unilateral Inkomplit dekstra 1 1.36986301

Labioskisis Unilateral Inkomplit sinistra 3 4.10958904

Palatoskisis Bilateral Komplit 0 0

Palatoskisis Bilateral Inkomplit 1 1.36986301

Palatoskisis Unilateral Komplit dekstra 1 1.36986301

Palatoskisis Unilateral Komplit sinistra 0 0

Palatoskisis Unilateral Inkomplit dekstra 0 0

Palatoskisis Unilateral Inkomplit sinistra 6 8.21917808

Labiopalatoskisis Bilateral Komplit 23 31.5068493

Labiopalatoskisis Bilateral Inkomplit 3 4.10958904

Labiopalatoskisis Unilateral Komplit dekstra 7 9.5890411

Labiopalatoskisis Unilateral Komplit sinistra 18 24.6575342

Labiopalatoskisis Unilateral Inkomplit

dekstra 3 4.10958904

Labiopalatoskisis Unilateral Inkomplit

sinistra 6 8.21917808

Jumlah 73 100

(Sumber : data sekunder, rekam medik RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar)

Page 55: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

55

Diagram (a). Distribusi pasien Labioskisis berdasarkan letaknya (bilateral atau unilateral)

Diagram (b). Distribusi pasien Labioskisis unilateral berdasarkan letaknya (dekstra atau

sinistra)

Pada tabel 2 di atas, dapat dilihat distribusi penderita labiopalatoskisis

berdasarkan jenisnya, labiopalatoskisis lebih sering ditemukan dibandingkan

labioskisis dan palatoskisis, dengan jenis labiopalatoskisis sebanyak 82%,

palatoskisis 11 % dan labioskisis 7%.

0

1

2

3

4

5

Bilateral Unilateral

Labioskisis bilateral/unilateral

Labioskisis bilateral/unilateral

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

Unilateral Dekstra Unilateral Sinistra

Labioskisis Unilateral

Labioskisis Unilateral

Page 56: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

56

Pada table 2 didapatkan Labiopalatoskisis tipe bilateral komplit paling

sering terjadi dibandingkan dengan jenis skisis lainnya. Berdasarkan diagram (a),

pada jenis labioskisis didapatkan labioskisis unilateral lebih sering terjadi

dibandingkan labioskisis bilateral. Sedangkan pada diagram (b) dapat terlihat

labioskisis unilateral lebih sering terjadi pada bagian sinistra daripada bagian

dekstra.

Diagram (c). Distribusi pasien Palatoskisis berdasarkan letaknya (bilateral atau unilateral)

Diagram (d). Distribusi pasien Palatoskisis Unilateral berdasarkan letaknya (dekstra atau

sinistra)

0

2

4

6

8

Bilateral Unilateral

Palatoskisis Bilateral/Unilateral

Palatoskisis Bilateral/Unilateral

0

1

2

3

4

5

6

7

Unilateral Dekstra Unilateral Sinistra

Palatoskisis Unilateral

Palatoskisis Unilateral

Page 57: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

57

Diagram (e). Distribusi pasien Labiopalatoskisis berdasarkan letaknya (bilateral atau

unilateral)

Diagram (f). Distribusi pasien Labiopalatoskisis Unilateral berdasarkan letaknya (dekstra

atau sinistra)

Berdasarkan diagram (c) dan (e) di atas, dapat dilihat bahwa pada jenis

palatoskisis dan labiopalatoskisis menunjukkan hal yang sama dengan diagram

(a) dimana jenis skisis unilateral lebih sering terjadi dibandingkan skisis bilateral.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Bilateral Unilateral

Labiopalatoskisis Bilateral/Unilateral

Labiopalatoskisis Bilateral/Unilateral

0

5

10

15

20

25

30

Unilateral Dekstra Unilateral Sinistra

Labiopalatoskisis Unilateral

Labiopalatoskisis Unilateral

Page 58: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

58

Pada diagram (d) dan (f) juga menunjukkan hasil yang sama dengan diagram (b)

yang menyatakan bahwa skisis unilateral lebih sering terjadi pada bagian sinistra

dibandingkan dengan bagian dektra.

Tabel 3. Distribusi pasien labiopalatoskisis berdasarkan Jenis Kelamin di

RSUP. Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar periode 1 Januari 2011 – 31

Desember 2012.

VARIABEL Frekuensi (f) Persentase (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki 42 57.5342466

Perempuan 31 42.4657534

Jumlah 73 100

(Sumber : data sekunder, rekam medik RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar)

Pada tabel 3 di atas, dapat dilihat distribusi pasien labiopalatoskisis

berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki sebanyak 42 orang (57,53%) dan

perempuan sebanyak 31 orang (42,47%).

Page 59: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

59

Tabel 4. Distribusi pasien labiopalatoskisis berdasarkan Status Sosial di

RSUP. Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar periode 1 Januari 2011 – 31

Desember 2012.

VARIABEL Frekuensi (f) Persentase (%)

Status Sosial

Sendiri/jamsostek 9 12.3287671

Askes/PNS 11 15.0684932

JKM/JKD/Gakin/Askeskin 53 72.6027397

Jumlah 73 100

(Sumber : data sekunder, rekam medik RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar)

Pada tabel 4 di atas, diperoleh distribusi pasien labiopalatoskisis

berdasarkan status sosial adalah sendiri/jamsostek sebanyak 9 orang (12,3%),

askes/PNS sebanyak 11 orang (15,1%) dan jamkesmas/jamkesda sebanyak 53

orang (72,6%).

Page 60: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

60

Tabel 5. Distribusi pasien labiopalatoskisis berdasarkan Suku di RSUP.

Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar periode 1 Januari 2011 – 31 Desember

2012.

VARIABEL Frekuensi (f) Persentase (%)

Suku

Makassar 12 16.4383562

Bugis 6 8.21917808

Toraja 2 2.73972603

Mandar 4 5.47945205

Lainnya 5 6.84931507

Tidak ada Keterangan 44 60.2739726

Jumlah 73 100

(Sumber : data sekunder, rekam medik RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar)

Pada tabel 5 di atas, dapat dilihat distribusi pasien labiopalatoskisis

berdasarkan suku adalah, 12 orang suku Makassar (16,4%), 6 orang suku Bugis

(8,2%), 2 orang suku Toraja (2,7%), 4 orang suku Mandar (5,5%), 5 orang suku

lainnya (Kendari, Bontang) (6,9%), dan 44 orang lainnya tidak memiliki

keterangan di rekam medik (60,3%).

Page 61: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

61

Tabel 6. Distribusi pasien labiopalatoskisis berdasarkan Umur Kontak

Pertama di RSUP. Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar periode 1 Januari

2011 – 31 Desember 2012.

VARIABEL Frekuensi (f) Persentase (%)

Umur Kontak Pertama

0-3 bulan 15 20.5479452

4-6 bulan 9 12.3287671

7-12 bulan 14 19.1780822

1-5 tahun 21 28.7671233

5-10 tahun 10 13.6986301

>10 tahun 4 5.47945205

Jumlah 73 100

(Sumber : data sekunder, rekam medik RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar)

Pada tabel 6 di atas, dapat dilihat distribusi pasien labiopalatoskisis

berdasarkan umur kontak pertama adalah, 15 orang (20,5%) mulai berobat pada

usia 0-3 bulan, 9 orang (12,3%) pada umur 4-6 bulan, 14 orang (19,2%) pada

umur 7-12 bulan, 21 orang (28,8%) pada usia 1-5 tahun, 10 orang (13,7%) pada

usia 5-10 tahun, dan 4 orang (5,5%) pada usai >10 tahun. Tidak ada sampel yang

tidak memiliki keterangan di rekam medik mengenai variabel umur kontak

pertama pasien dengan tenaga medis.

Page 62: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

62

Tabel 7. Distribusi pasien labiopalatoskisis berdasarkan Adanya Riwayat

Keluarga di RSUP. Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar periode 1 Januari

2011 – 31 Desember 2012.

VARIABEL Frekuensi (f) Persentase (%)

Riwayat Keluarga

Ada 6 8.21917808

Tidak Ada 10 13.6986301

Tidak ada Keterangan 57 78.0821918

Jumlah 73 100

(Sumber : data sekunder, rekam medik RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar)

Pada tabel 7 di atas, dapat dilihat distribusi pasien labiopalatoskisis

berdasarkan ada tidaknya riwayat keluarga adalah 6 orang (8,2%) memiliki

riwayat keluarga, 10 orang (13,7%) tidak memiliki riwayat keluarga, sedangkan

57 orang (78,1%) tidak memiliki keterangan di rekam medik.

Page 63: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

63

Tabel 8. Distribusi pasien labiopalatoskisis berdasarkan Adanya Riwayat

Penyakit Penyerta di RSUP. Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar periode 1

Januari 2011 – 31 Desember 2012.

VARIABEL Frekuensi (f) Persentase (%)

Riwayat Penyakit Penyerta

Ada

- Gizi Buruk 8 10.9589041

- Gangguan Genetik Lain 9 12.3287671

- Gangguan Respiratori 4 5.47945205

- Lain-lain 4 5.47945205

Tidak ada 28 38.3561644

Tidak ada keterangan 20 27.3972603

Jumlah 73 100

(Sumber : data sekunder, rekam medik RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar)

Pada tabel 8 di atas, diperoleh bahwa distribusi pasien labiopalatoskisis

berdasarkan riwayat penyakit penyerta pada pasien labiopalatoskisis adalah 8

orang (10,96%) menderita gizi buruk, 9 orang (12,33%) menderita gangguan

genetik lain (hidrocephalus, atresia ani, PDA), 4 orang (5,48%) menderita

gangguan saluran pernapasan, 4 orang (5,48%) menderita penyakit lainnya

(ikterus neonatorum, sepsis), 28 orang (38,36%) tidak menderita penyakit

penyerta, dan 20 orang (27,40%) tidak memiliki keterangan di rekam medik.

Page 64: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

64

Tabel 9. Distribusi pasien labiopalatoskisis berdasarkan Tindakan

Pengobatan di RSUP. Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar periode 1

Januari 2011 – 31 Desember 2012.

VARIABEL Frekuensi (f) Persentase (%)

Tindakan

Ada tindakan operasi 56 76.7123288

Tidak ada tindakan operasi 17 23.2876712

Jumlah 73 100

(Sumber : data sekunder, rekam medik RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar)

Pada tabel 9 di atas, diperoleh bahwa distribusi pasien labiopalatoskisis

berdasarkan tindakan pengobatan pada pasien labiopalatoskisis adalah 56 orang

(76,7%) mendapatkan tindakan operasi, dan 17 pasien (23,3%) tidak mendapatkan

tindakan operasi. Tidak ada sampel yang tidak memiliki keterangan di rekam

medik seputar tindakan pengobatannya.

Page 65: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

65

BAB VII

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan karakteristik pasien

labiopalatoskisis di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar, yang akan dibahas

sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti.

7.1. Jenis Labiopalatoskisis

Dari hasil penelitian berdasarkan jenis skisis didapatkan bahwa

labiopalatoskisis lebih sering ditemukan dibandingkan labioskisis dan

palatoskisis. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa

persentase labiopalatoskisis di dunia, lebih tinggi dari kasus skisis lainnya yakni

sebanyak 46%, diikuti palatoskisis sebanyak 33%, dan labioskisis sebanyak 21%.

Hal itu disebabkan karena labioskisis memacu untuk terjadinya palatoskisis,

dimana kegagalan penyatuan processus maxillaris dan processus nasalis medialis,

juga akan menghambat terbentuknya lempeng-lempeng palatina yang berperan

dalam pembentukan palatum primer dan sekunder.1,4

Oleh karena itu,

labiopalatoskisis lebih sering ditemukan dibandingkan labioskisis saja.1

Dari tipe skisis, labiopalatoskisis bilateral komplit adalah yang paling

sering terjadi dalam penelitian ini. Namun jenis skisis unilateral ditemukan lebih

banyak jika dibandingkan dengan skisis bilateral. Dimana Skisis unilateral sinistra

lebih banyak ditemukan dibandingkan unilateral dekstra.

Page 66: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

66

Hal di atas sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa skisis

unilateral sembilan kali lebih sering daripada skisis bilateral, dan terjadi dua kali

lebih sering pada unilateral sinistra daripada dekstra.1,5,7

Belum ada literatur yang

menyebutkan secara jelas mengapa unilateral sinistra lebih sering terjadi

dibandingkan unilateral dekstra. Namun menurut Johnston dan Brown, hal

tersebut diduga dapat terjadi karena pembuluh darah yang memperdarahi facial

dekstra lebih dekat dengan jantung sehingga facial dekstra mendapat perfusi yang

lebih baik dibandingkan sinistra.9,12

7.2. Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin diperoleh bahwa pasien

berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Hal ini sesuai

dengan kepustakaan yang menjelaskan bahwa perbandingan antara laki-laki dan

perempuan pada labiopalatoskisis dan labioskisis lebih sering ditemukan pada

pasien laki-laki. Namun untuk tipe palatoskisis lebih sering ditemukan pada

pasien perempuan. Penyebab mengapa palatoskisis lebih sering terjadi pada anak

perempuan belum diketahui dengan pasti, diduga karena proses penutupan

lempeng palatina pada embrio perempuan lebih lambat 1 minggu sehingga waktu

terpajan dengan faktor-faktor risiko seperti guncangan karena trauma, obat-obatan

dan infeksi lebih lama dibandingkan dengan laki-laki.6,15

Page 67: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

67

7.3. Status Sosial Ekonomi

Dari hasil penelitian berdasarkan status sosial ekonomi diperoleh

pasien yang datang dengan menggunakan jaminan jamkesmas/jamkesda adalah

yang terbanyak. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar penderita

labiopalatoskisis adalah masyarakat yang kurang mampu. Hal ini sesuai dengan

kepustakaan yang menyebutkan bahwa kelainan ini dapat disebabkan oleh asupan

nutrisi ibu yang tidak adekuat saat hamil yang sering terjadi pada masyarakat

kurang mampu. Hal ini juga berhubungan dengan penanganan yang terlambat

akibat kondisi ekonomi dari pasien. 3,9

Hasil di atas juga sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Bustami dan kawan-kawan diketahui bahwa alasan

terbanyak anak penderita labiopalatoskisis terlambat untuk dioperasi adalah

keadaan sosial ekonomi yang tidak memadai dan pendidikan orang tua yang

masih kurang.8

7.4. Suku

Dari hasil penelitian berdasarkan suku diperoleh suku yang terbanyak

menderita labiopalatskisis ialah suku Makassar. Hal ini menunjukan bahwa suku

terbanyak menderita labiopalatoskisis di RSUP Dr.WahidinSudirohusodo ialah

suku Makassar, namun hal tersebut tidak dapat menggambarkan secara utuh

pengaruh suku terhadap kelainan ini, karena masih banyaknya sampel dalam

penelitian ini yang tidak memiliki data terkait suku pasien di dalam rekam

mediknya. Dalam beberapa refensi juga tidak diketahui secara pasti suku bangsa

apa yang terbanyak menderita labiopalatoskisis, dimana hanya dikatakan bahwa

Page 68: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

68

insiden labiopalatoskisis terbanyak di benua Asia dengan insiden sebanyak 2,1

dalam 1000 kelahiran pada etnis Asia. 1,2

Insiden bibir sumbing di Indonesia

belum diketahui secara pasti. Hidayat dan kawan-kawan di propinsi Nusa

Tenggara Timur antara April 1986 sampai Nopember 1987 melakukan operasi

pada 1004 kasus bibir sumbing atau celah langit-langit pada bayi, anak maupun

dewasa di antara 3 juta penduduk.3

Penelitian Fogh Andersen di Denmark

melaporkan kasus bibir sumbing dan celah langit-langit 1,47/1000 kelahiran

hidup. Hasil yang hampir sama juga dilaporkan oleh Woolf dan Broadbent di

Amerika Serikat serta Wilson untuk daerah Inggris. Neel menemukan insiden

2,1/1000 penduduk di Jepang.9

7.5. Umur Kontak Pertama dengan Dokter

Dari hasil penilitian berdasarkan umur kontak pertama dengan dokter

diperoleh kategori umur terbanyak ialah pada usia 1-5 tahun. Dari hasil tersebut

rata-rata orangtua atau keluarga pasien baru mengantar anaknya yang sakit ke

dokter terbanyak pada usia 1-5 tahun. Hal tersebut sesuai dengan kepustakaan

yang mengatakan bahwa kebanyakan pasien labiopalatoskisis datang berobat ke

dokter umumnya sudah melewati usia optimal untuk dilakukan tindakan operasi

untuk menangani penyakit tersebut. Usia optimal yang dimaksud ialah

berdasarkan Kriteria Rule Of Ten yang dijadikan pedoman untuk anak-anak yang

akan dioperasi, yang mana kriteria tersebut mencakup: Usia > 10 minggu

(3bulan), Berat badan >10 pon, Hemoglobin >10g%. Dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Bustami dan kawan-kawan juga menunjukkan hasil yang sama,

Page 69: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

69

dimana diketahui bahwa alasan terbanyak anak penderita labiopalatoskisis

terlambat (berumur antara 5-15 tahun) untuk dioperasi adalah keadaan sosial

ekonomi yang tidak memadai dan pendidikan orang tua yang masih kurang. 2,8

Akibat keterlambatan tersebut tindakan operasi yang akan dilakukan hanya

berfungsi untuk keperluan kosmetika saja sedangkan secara fisiologis tidak

tercapai, fungsi bicara tetap terganggu seperti sengau dan lafalisasi beberapa huruf

tetap tidak sempurna, tindakan speech therapy pun tidak banyak bermanfaat. Ada

beberapa penyebab sehingga keluarga terlambat membawa keluarganya tersebut

berobat ke dokter antara lain masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang

penyakit ini dan cara untuk mengobatinya, serta mungkin keadaan ekonomi yang

menyebabkan keluarga tidak dapat membawa keluarganya yang sakit tersebut

untuk berobat.8,16

7.6. Riwayat Keluarga

Dari hasil penelitian berdasarkan ada tidaknya riwayat keluarga diperoleh

hasil terbanyak ialah pasien tidak memiliki riwayat keluarga yang menderita

penyakit yang sama dengan penderita dengan. Hal ini berbeda dengan

kepustakaan yang menyebutkan bahwa pasien labiopalatoskisis memiliki anggota

keluarga yang menderita penyakit yang sama, karena dalam suatu penyakit

genetik/keturunan, faktor genetik merupakan suatu kerentanan yang dimiliki

individu tertentu yang mana hal tersebut bisa menjadi salah satu faktor resiko

terjadinya penyakit tersebut.4,5

Namun hal tersebut tidak dapat memberikan

gambaran yang pasti tentang riwayat keluarga pasien labiopalatoskisis karena

Page 70: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

70

masih banyaknya sampel dalam penelitian ini yang tidak memiliki data terkait

riwayat keluarga pasien di dalam rekam mediknya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr Ananya Mandal, MD dari

Kolkata Area, India, menemukan bahwa anak-anak dari orang tua dengan

sumbing memiliki kesempatan 4 sampai 6 persen dilahirkan dengan clefts. Jika

seorang anak dilahirkan dengan clefts tapi orangtua tidak memiliki Sumbing,

risiko clefts di saudara biologis adalah 2-8 persen. Resiko clefts saudara biologis

dan masa depan anak-anak meningkat untuk 15-20% jika orang tua serta dua

anak-anak memiliki clefts. Anak-anak yang tidak memiliki sejarah keluarga dari

clefts berada pada risiko 0,14% dilahirkan dengan bibir sumbing dan/atau langit-

langit.

7.7. Riwayat Penyakit Penyerta

Dari hasil penelitian berdasarkan ada tidaknya riwayat penyakit penyerta

pasien diperoleh umumnya pasien labioplatoskisis tidak menderita penyakit

penyerta. Adapun penyakit penyerta terbanyak yang ditemukan dalam penelitian

ini ialah menderita gangguan genetik lain seperti hydrocephalus dan atresia ani.

Hal ini sedikit berbeda dengan kepustakaan yang mengatakan umumnya penyakit

penyerta yang diderita oleh pasien labiopalatoskisis ialah gizi buruk dan

gangguan respiratori (pneumonia, aspirasi), yang disebabkan karena pemberian

makanan melalui oral pada pasien labiopalatoskisis yang tidak maksimal (fungsi

mengisap terganggu), sehingga nutrisi yang diserap oleh tubuh juga ikut

berkurang. Karena fungsi isap yang terganggu juga dapat menyebabkan masalah

Page 71: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

71

jika orangtua tidak mengerti cara pemberian makanan pada pasien

labiopalatoskisis, dimana dapat berakibat fatal (kematian) karena bisa terjadi

aspirasi.6,10

Namun data tersebut di atas tidak dapat memberikan gambaran yang pasti

tentang riwayat penyakit penyerta pasien labiopalatoskisis karena masih

banyaknya sampel dalam penelitian ini yang tidak memiliki data terkait riwayat

keluarga pasien di dalam rekam mediknya.

7.8. Tindakan

Dari hasil penelitian berdasarkan ada tidaknya tindakan operasi diperoleh

sebagian besar pasien labiopalatoskisis di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar mendapatkan tindakan. Hal ini berbeda dengan kepustakaan yang

mengatakan bahwa sebagian besar pasien labiopalatoskisis yang dibawa kerumah

sakit tidak langsung mendapat tindakan operasi. Kepustakaan tersebut

beranggapan bahwa pasien yang datang harus memenuhi kriteria Rule of Ten

terlebih dahulu.9 Namun rata-rata pasien labioplatoskisis yang datang berobat di

RS. Wahidin Sudirohusodo Makassar sudah memenuhi kriteria untuk dilakukan

operasi karena dari hasil mengenai usia kontak pertama dengan dokter yang juga

diteliti dalam penelitian ini didapatkan usia kontak pertama dengan dokter ialah

antara usia 1-5 tahun, yang mana usia tersebut sudah memenuhi kriteria untuk

dilakukan tindakan operasi.

Page 72: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

72

BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat diambil

kesimpulan mengenai karakteristik pasien labiopalatosksisis di RSUP Wahidin

Sudirohusodo Makassar Periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012, yakni

sebagai berikut:

Labiopalatoskisis lebih sering bersifat unilateral dari pada bilateral,

dimana lebih sering terjadi pada unilateral sinistra daripada unilateral

dekstra.

Labiopalatoskisis dapat mengenai kedua jenis kelamin, namun dominan

terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan

Selain itu, status sosial yang dominan adalah masyarakat yang kurang

mampu dapat dikaitkan dengan etiologi Labiopalatoskisis sendiri, yaitu

asupan nutrisi ibu yang kurang adekuat saat hamil.

Rata-rata penderita labiopalatoskisis yang datang untuk berobat ialah

ketika usia sudah melebihi batas usia optimal untuk operasi membuat

operasi hanya untuk keperluan kosmetika saja sedangkan secara fisiologis

tidak tercapai.

Suku, riwayat keluarga, dan riwayat penyakit penyerta tidak dapat

digambarkan, karena jumlah sampel yang sedikit disebabkan oleh

Page 73: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

73

sebagian besar data sekunder (rekam medik) tidak mencantumkan suku,

riwayat keluarga, dan riwayat penyakit penyerta pasien.

Sebagian besar pasien yang datang berobat mendapatkan tindakan operasi.

Adapun beberapa pasien yang tidak dilakukan tindakan operasi

dikarenakan pasien tersebut belum memenuhi kriteria untuk dilakukan

operasi.

8.2. Saran

1. Kepada masyarakat

Masyarakat perlu memperhatikan asupan nutrisi serta kesehatan ibu hamil

dan menerapkan pola hidup yang sehat sehingga dapat menurunkan angka

kejadian labiopalatoskisis. Bagi masyarakat yang memiliki anggota keluarga yang

menderita kelainan ini agar dapat secepatnya berkonsultasi dengan tenaga

kesehatan sehingga dapat dilakukan pencegahan maupun penanganan yang lebih

baik terhadap kasus labiopalatoskisis.

2. Kepada pihak RSUP. Dr. wahidin Sudirohusodo

Pertama, penulisan data dalam rekam medis pasien khususnya penderita

labiopalatoskisis sebaiknya pendataan pada rekam medik lebih dilengkapi

termasuk data demografi.

Kedua, khususnya kepada bagian Bedah Plastik RSWS dan seluruh dokter

yang berkaitan dengan kasus labiopalatoskisis agar anamnesis, terutama yang

berkaitan dengan faktor predisposisi terjadinya labiopalatoskisis seperti suku

Page 74: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

74

ataupun riwayat keluarga, dan riwayat penyakit penyerta lebih digali sehingga

memudahkan penelitian selanjutnya.

3. Kepada Dinas Kesehatan setempat

Penyuluhan dan edukasi tentang pentingnya pola hidup sehat terutama ibu

hamil bagi masyarakat perlu dilakukan untuk mencegah dan mengurangi angka

kejadian labiopalatoskisis dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

Page 75: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

75

DAFTAR PUSTAKA

1. Supit L, Prasetyono TO. Cleft lip and palate review: Epidemiology, Risk

Factors, Quality of Life, and importance of classifications. Med J Indones

Vol.17, No.4, October-Desember 2008.

2. Sjamsuhidajat, de Jong. Kelainan bawaan. In Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 3.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007. P.424-6.

3. Juniper RP, Smith WP. Cleft Lip and Palate. Developmental abnormalities

of the face, palate, jaws, and teeth. In Bailey Surgical Textbook. 2001.

P.403-6.

4. Jagomagi T, Soots M, Saag M. Epidemiologic factors causing cleft lip and

palate and their regularities of occurrence in Estonia. Stomatologija, Baltic

Dental and Maxillofacial Journal, 12: 105-8, 2010.

5. Hopper RA, Cutting C, Grayson B. Cleft Lip and Palate. In Grabb and

Smith’s Plastic Surgery 6th

edition. 2007. P.201-25

6. Bukhari SA, Ahmad W, Khursid T, Fazal M. Management of Cleft Lip and

Palate: An appraisal of 50 cased managed in oral and maxillofacial

Page 76: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

76

surgery department. Armed Forces Institute of Dentistry, Rawalpindi,

Pakistan. Pakistan Oral & Dental journal 2007;26(1):3-8.

7. Sadler, T.W. Langman’s Medical Embryology – Eight Edition. Lippincott

Williams and Wilkins. 2000. p.386-95.

8. Egan T, Antoine G. Cleft Lip and Palate. In Facial Plastic, reconstructive,

and Trauma Surgery. NewYork: Marcel Dekker, Inc. 2004. p.359-77.

9. Stainer P, Moore GE. Genetics of cleft lip and palate: syndromic genes

contribute to the incidence of non-syndromic clefts. Human Molecular

Genetics, 2004, Vol. 13, Review Issue 1. DOI: 10.1093/hmg/ddh052.

10. Gest T. Face and Pharynx. In Anatomy University of Michigan Medical

School. 1999 [cited on August, 9th

, 2012]. Available on:

http://www.med.umich.edu/lrc/coursepages/m1/embryology/embryo/09facean

dpharynx.htm

11. Yu W, et al. Cleft lip and palate genetics and application in early

embryological development. Indian J Plast Surg. 2009 October; doi:Â

10.4103/0970-0358.57185

12. Freitas, et al. Rehabilitative treatment of cleft lip and palate: experience of

the Hospital for Rehabilitation of Craniofacial Anomalies/USP

(HRAC/USP) - Part 1: overall aspects. J. Appl. Oral Sci. vol.20 no.1 Bauru

Jan./Feb. 2012 [cited 8th

August, 2012]. Available on:

http://dx.doi.org/10.1590/S1678-77572012000100003

Page 77: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

77

13. Stoll C, et al. Analysis of polymorphic TGFB1 codons 10, 25, and 263 in a

German patient group with non-syndromic cleft lip, alveolus, and palate

compared with healthy adults. BMC Medical Genetics 2004, 5:15 [cited on

8th

August, 2012]. Available on: http://www.biomedcentral.com/1471-

2350/5/15

14. Lilja J. Cleft Lip and Palate Surgery. Scandinavian Journal of Surgery 92:

269–273, 2003.

15. Gulli LF,et al. Cleft Lip Repair. In Encyclopedia of Surgey. 2012 [cited on

8th

August, 2012]. Available on: http://www.surgeryencyclopedia.com/Ce-

Fi/Cleft-Lip-Repair.html

16. Jagomagi T, Soots M, Saag M. Epidemiologic factors causing cleft lip and

palate and their regularities of occurrence in Estonia. Stomatologija,

Baltic Dental and Maxillofacial Journal, 12: 105-8, 2010

17. Bermudez L, Lizarraga AK, Carter V. How and Why Cleft Occur..

Research and Outcomes Department. Norfol : Operation Smile Inc. 2009.

Page 78: KARAKTERISTIK PASIEN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

78

LAMPIRAN FORMAT KUISIONER PENELITIAN

No Variabel Kriteria Objektif

1 Jenis kelamin 1. Laki-laki

2. Perempuan

2 Tipe labiopalatoskisis

1. Bilateral, komplit

2. Bilateral, inkomplit

3. Unilateral, komplit, kanan

4. Unilateral, komplit, kiri

5. Unilateral, inkomplit, kanan

6. Unilateral, inkomplit, kiri

3 Status sosial ekonomi

1. Sendiri/ Jamsostek (swasta)

2. Askes (PNS)

3. Jamkesmas/jamkesda/askeskin/

gakin

4 Suku 1. Makassar

2. Bugis

3. Toraja

4. Mandar

5. Lainnya

5 Umur kontak pertama dengan

dokter

1. 0-6 bulan

2. 6-12 bulan

3. 1-3 tahun

4. 3-5 tahun

5. > 5 tahun

6 Riwayat keluarga

1. Ada Riwayat keluarga menderita

Labiopalatoskisis

2. Tidak ada Riwayat keluarga

menderita Labiopalatoskisis

3. Tidak ada keterangan dalam rekam

medik

7 Riwayat penyakit penyerta

1. Ada riwayat penyakit penyerta

2. Tidak ada riwayat penyakit

penyerta.

3. Tidak ada keterangan dalam rekam

medik.

8 Tindakan

1. Ada tindakan operasi

2. Tidak ada tindakan operasi

3. Tidak ada keterangan dalam

rekam medik