skripsi november 2012 - digilib.unhas.ac.id

103
SKRIPSI NOVEMBER 2012 GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING PADA PEKERJA BAGIAN MAINTENANCE DI PT.EASTERN FLOUR MILLS MAKASSAR OLEH: RIZKA RAMADHANI RURAY C 111 08 209 PEMBIMBING : dr.Sultan Buraena, MS, Sp.OK Dr. Sri Ramadhany, M.Kes DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

SKRIPSI

NOVEMBER 2012

GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING PADA PEKERJA

BAGIAN MAINTENANCE DI PT.EASTERN

FLOUR MILLS MAKASSAR

OLEH:

RIZKA RAMADHANI RURAY

C 111 08 209

PEMBIMBING :

dr.Sultan Buraena, MS, Sp.OK

Dr. Sri Ramadhany, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2012

Page 2: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

1

Gangguan Pendengaran Akibat Bising Pada Pekerja Bagian Maintenance PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar

ABSTRAK

Latar Belakang: Sebagai Negara industri yang sedang berkembang, Indonesia banyak menggunakan peralatan industri yang dapat membantu dan mempermudah pekerjaan. Masalahnya, kemudian timbul bising lingkungan kerja yang bisa berdampak buruk terhadap kesehatan para pekerja.3 Kemajuan ini disatu sisi memberikan dampak positif dengan terbukanya lahan pekerjaan baru, membaiknya sistem transportasi dan pada akhirnya meningkatkan taraf sosial ekonomi masyarakat. Namun di sisi lain akan menimbulkan dampak negatif yang justru akan membahayakan kehidupan manusia. Dampak ini dapat terjadi baik di lokasi daerah industri maupun di lingkungan sekitarnya.2

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan “cross-sectional”. Subjek penelitian adalah pria pekerja pabrik bagian maintenance yang bekerja pada shift 1 (jam 08.00 pagi – 15.00 sore) sebanyak 84 orang berdasarkan total sampling dan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer yaitu hasil audiogram pekerja bagian maintenance dengan pemeriksaan audiometri, hasil pengukuran tingkat kebisingan di tempat kerja, dan wawancara mengenai masa kerja. Selain itu digunakan pula data sekunder yang diperoleh dari pengelola PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar dan dilakukan pencatatan sesuai dengan variabel yang dibutuhkan. Analisis statistik yang dibutuhkan adalah uji Chi Square. Hasil: Dari total responden dengan masa kerja > 5 tahun yaitu 65 responden, yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 13 responden (20.0%) ,sedangkan yang tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 52 responden (80.0%). Total responden dengan masa kerja < 5 tahun yaitu 19 responden, yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 2 responden (10.5%), sedangkan yang tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 17 responden (89.5%). Dari hasil uji Chi Square diperoleh hasil p = 0.502 Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan terjadinya gangguan pendengaran pada pekerja bagian maintenance PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar, tetapi terdapat hubungan antara intensitas kebisingan dengan terjadinya gangguan pendengaran pada pekerja bagian maintenance PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar.

Kata kunci: gangguan pendengaran, kebisingan, cross-sectional

Page 3: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

2

Noise Induce Hearing Loss Due In Part Maintenance Workers of PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar

ABSTRACT

Background: As an emerging industrial countries, Indonesia has been using industrial equipment that can assist and facilitate the work. The problem is, then arise noisy work environment that can adversely affect the health of workers.3 Progress on the one hand a positive impact by opening land new jobs, improved transport system and ultimately improve the socio-economic communities. But on the other hand will have a negative impact that would endanger human life. This impact can occur both at the site and around the industrial area.2

Method: This research is analytic survey with a "cross-sectional". Subjects were male parts of factory maintenance work on shift 1 (08.00 am - 15.00 pm) as much as 84 people based on a total sampling and inclusion criteria. The data was collected using primary data that is part of maintenance workers audiogram results with audiometric examination, the results of measurements of noise levels in the workplace, and interviews about the work period. In addition it is also used secondary data obtained from the manager of PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar and a register in accordance with the required variables. Statistical analysis required is Chi Square test. Result: Of the total respondents with years of service > 5 years that is 65 respondents, who have a hearing loss by 13 respondents (20.0%), while those not experiencing hearing loss by 52 respondents (80.0%). Total respondents with years of service <5 years were 19 respondents, who have a hearing loss as much as 2 respondents (10.5%), while those not experiencing hearing loss by 17 respondents (89.5%). From the results of the Chi Square test results obtained p = 0502 Conclusion: There is no relationship between years of service with the occurrence of hearing loss in the maintenance section of workers of PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar, but there is a relationship between the intensity of the noise with the hearing loss in workers at maintenance section of PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar.

Keyword: hearing loss, noise, cross-sectional

Page 4: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan

masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan

nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

memperhatikan tantangan perkembangan global. untuk Mencapai maksud tersebut maka

pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan

lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat yang

memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan,

pemulihan dan rehabilitasi sejak pembuahan dalm kandungan sampai usia lanjut.1

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dan modal dasar manusia agar dapat

menjalani hidup yang wajar dengan berkarya dan menikmati kehidupan secara optimal di

dunia ini. Sebagai kebutuhan sekaligus hak dasar, kesehatan harus menjadi milik setiap

orang dimanapun ia berada. Ini berarti bahwa setiap orang harus berperan aktif dan

berupaya sendiri untuk memperoleh dan menjaga kesehatannya.2

Sebagai Negara industri yang sedang berkembang, Indonesia banyak

menggunakan peralatan industri yang dapat membantu dan mempermudah pekerjaan.

Masalahnya, kemudian timbul bising lingkungan kerja yang bisa berdampak buruk

terhadap kesehatan pekerja.3

Kemajuan ini disatu sisi memberikan dampak positif dengan terbukanya lahan

pekerjaan baru, membaiknya system transportasi dan pada akhirnya meningkatkan taraf

sosial ekonomi masyarakat. Namun disisi lain akan menimbulkan dampak negative yang

justru akan membahayakan kehidupan manusia. Dampak ini dapat terjadi baik di lokasi

daerah industri maupun di lingkungan sekitarnya.2

Gangguan pendengaran dapat terjadi pada manusia diakibatkan oleh bising yang

umumnya mengacu pada tingkat pendengaran dimana individu tersebut mengalami

kesulitan untuk melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami

pembicaraan.4

Page 5: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

4

WHO (seperti yang dikutip oleh Jenny Bashiruddin) melaporkan bahwa gangguan

pendengaran akibat bising menempati posisi pertama dalam daftar penyakit akibat kerja

di Amerika dan Eropa dengan proporsi 35%. Di berbagai industri di Indonesia, angka ini

berkisar antara 30-50%.5

Dari hasil penelitian Parsroan Tamba (2000) juga ditemukan gangguan

pendengaran sebesar 31,62% pada karyawan industri kompor dan bengkel las di Malang.6

Di Makassar, Alasiri dan Hartati (2003) melaporkan 18,20% karyawan PT.

Sermani Steel Makassar mengalami gangguan pendengaran sedangkan Marsal dan Rina

(2003) melaorkan 27,45% karyawan PT. Berdikari Sari Utama Flour Mills Makassar

mengalami gangguan pendengaran.7

Seiring dengan kebutuhan pembangunan, penggunaan peralatan industri yang

menimbulkan bising di Negara berkembang, termasuk Indonesia makin lama makin

bertambah. Hal ini perlu diantisipasi untuk mencegah kerugian sumber daya manusia

dengan melakukan pemeriksaan pekerja serta mengurangi gangguan dengan

menyediakan alat pelindung pendengaran.8

Pada masa kini, dengan dorongan dan arahan pemerintah banyak hal yang dapat

dilakukan untuk mengurangi bising yang berlebihan dan melindungi pendengaran pekerja

dari ketulian .6

Metode yang paling efektif untuk mengontrol bising adalah mengurangi

kebisingan dengan menghasilkan desain mesin yang baik, yang merupakan tanggung

jawab pabrik. Dalam setiap instansi kerja dapat melakukan modifikasi, misalnya

perubahan bentuk stiur, pemasangan saringan atau memberikan bahan tambahan sebagai

penyaring kebisingan.7

Gangguan yang tidak dicegah maupun diatasi bisa menimbulkan kecelakaan, baik

pada pekerja maupun orang disekitarnya. Masalah ini perlu lebih diperhatikan untuk

menghindarkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.8

Page 6: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

5

B. RUMUSAN MASALAH

Apakah ada hubungan antara masa kerja serta tingkat kebisingan dengan kejadian

gangguan pendengaran pada pekerja bagian maintenance di PT. Eastern Pearl Flour Mills

Makassar.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara masa kerja dan intensitas kebisingan dengan

gangguan pendengaran pada pekerja bagian maintenance di PT. Eastern Pearl Flour

Mills Makassar

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi timbulnya gangguan pendengaran menurut masa

kerja pada pekerja bagian maintenance PT. Eastern Pearl Flour Mills

Makassar

b. Untuk mengetahui distribusi timbulnya gangguan pendengaran menurut

tingkat kebisingan di tempat kerja bagian maintenance PT. Eastern Pearl Flour

Mills Makassar

c. Untuk mengetahui distribusi timbulnya gangguan pendengaran menurut hasil

pemeriksaan audiometri pada pekerja bagian maintenance PT. Eastern Pearl

Flour Mills Makassar

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Pengelola Perusahaan

Sebagai masukan pemikiran dan menambah pengetahuan tentang

hubungan masa kerja dengan kejadian gangguan pendengaran pada pekerja

bagian maintenance, sehingga dapat meningkatkan perhatian terhadap kesehatan

pekerja.

Page 7: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

6

2. Bagi pekerja dan masyarakat sekitar

Mengetahui tentang efek yang dapat ditimbulkan oleh kebisingan sehingga

dapat melakukan tindakan pencegahan.

3. Bagi institusi pendidikan

Bagi dunia pendidikan program studi Kepaniteraan Klinik Kedokteran

dapat bermanfaat sebagai referensi dan masukan bagi pengembangan program

studi Kepaniteraan Klinik Kedokteran serta menambah pengetahuan bagi para

pembaca.

4. Bagi peneliti

Sarana penerapan dan pengembangan ilmu yang secara teoritik didapat

dalam perkuliahan sehingga menambah pengetahuan dan informasi serta sebagai

data acuan untuk melakukan penelitian berikutnya yang berkaitan dengan

gangguan pendengaran pada pekerja pabrik.

Page 8: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN UMUM PENDENGARAN DAN GANGGUAN PENDENGARAN

Mekanisme Pendengaran

Pendengaran adalah suatu persepsi tentang bunyi. Bunyi yang kita dengar merupakan

rangsangan yang diterima oleh koklea melalui udara atau hantaran tulang dan diubah menjadi

impuls listrik biologik dan dipersepsikan oleh otak sebagai pusat pendengaran sebagai bunyi.

Berdasarkan mekanisme penghantaran bunyi, pendengaran dibagi atas9,10 :

a. Hantaran Udara

Gelombang bunyi dirambatkan melalui udara, melalui liang telinga luar (meatus

acusticus externa) dan menggetarkan gendang telinga (membrane timpani), lalu

diteruskan oleh tulang-tulang pendengaran (osicula auditiva) yang terdiri atas maleus,

incus, dan stapes. Gendang telinga dan rangkaian tulang-tulang pendengaran akan

memperkuat gelombang bunyi sebesar 22 kali. Getaran ini akan diteruskan ke koklea

melalui foramen ovale lalu menggerakkan perilimfe. Gerakan ini akan menggerakkan sel-

sel rambut yang kemudian menghasilkan rangsang (impuls) listrik dan diteruskan ke

pusat pendengaran di otak (area 39-40) melalui saraf pendengaran (nervus

vestibulochoclearis / N. VIII).

b. Hantaran Tulang

Getaran diterima oleh tulang dan diteruskan ke koklea. Mekanisme selanjutnya

sama dengan mekanisme hantaran udara. Hantaran udara lebih baik daripada hantaran

tulang.

Secara sederhana anatomi telinga dan mekanisme penghantaran bunyi dapat dilihat pada

gambar dibawah ini11 :

Page 9: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

8

Gambar 1

Anatomi telinga dan mekanisme penghantaran bunyi

Patofisiologi timbulnya gangguan pendengaran

Telinga dibagi atas 3 bagian yaitu : telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.

Masing-masing memiliki struktur dan fungsi tersendiri dalam mekanisme pendengaran. Adanya

gangguan pada masing-masing struktur akan menimbulkan gangguan pendengaran.9

Telinga luar yang terdiri dari daun telinga (auricula) dan liang telinga (meatus acusticus

externa), dan telinga tengah yang terdiri dari gendang telinga (membrane timpani) dan tulang-

tulang pendengaran (osicula auditiva) merupakan suatu sistem konduksi yang menghantarkan

bunyi masuk ke telinga dalam (cochlea). Adanya gangguan pada struktur ini misalnya serumen

obturans, ruptur atau perforasi gendang telinga, kerusakan pada tulang-tulang pendengaran akan

menyebabkan ketulian, oleh karena itu ketulian jenis ini disebut tuli konduktif.9

Pada telinga dalam terdapat organ yang berfungsi sebagai alat pendengaran (cochlea) dan

alat keseimbangan (vestibulum). Koklea melalui sel-sel rambut akan mengubah rangsang bunyi

Page 10: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

9

menjadi impuls listrik dan diteruskan ke otak melalui saraf pendengaran (N. VIII). Kerusakan

pada struktur ini, misalnya kerusakan sel-sel rambut koklea, kerusakan saraf pendengaran atau

gangguan pada pusat pendengaran di otak akan menyebabkan ketulian yang disebut tuli

sensorineural (tuli saraf).9

Pemeriksaan fungsi pendengaran

Pemeriksaan fungsi pendengaran dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa tes.

Beberapa tes yang dapat digunakan untuk memeriksa pendengaran adalah9,10 :

1. Tes bisik

Tes bisik merupakan tes semi kuantitatif, dan digunakan untuk menentukan derajat

ketulian secara kasar. Prinsip tes ini adalah menilai fungsi hantaran udara penderita melalui

jawaban yang diberikan penderita terhadap kata-kata tertentu yang dibisikkan oleh dokter/

pemeriksa. Tes ini dipakai untuk penyaringan kesehatan calon karyawan atau siswa tertentu.

Pemeriksaan dengan tes bisik memerlukan syarat-syarat sebagai berikut :

Bahan tes, terdiri dari sedikitnya 20 kata bisilabik yang diucapkan tanpa menggetarkan

pita suara.

Ruangan tes, merupakan suatu ruangan dengan jarak minimal 6 meter yang sepi, dan

tidak menggema.

Penderita, harus mengucapkan kembali ucapan pemeriksa yang dapat didengarnya

dengan suara yang keras dan jelas. Untuk itu penderita harus diberikan instruksi yang

jelas sebelum dilakukan pemeriksaan.

Cara pemeriksaan ialah dengan membisikkan kata bisilabik dari jarak 6 meter. Bila

penderita tidak dapat mendengar dan mengucapkan kembali kata-kata bpemeriksa dengan benar

maka pemeriksa maju 1 meter dan mulai membisikkan kata-kata baru, sampai penderita dapat

mendengar dan mengucapkan kembali kata-kata baru, sampai penderita dapat mendengar dan

mengucapkan kembali kata-kata pemeriksa minimal 16 kata (80%).

Page 11: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

10

Interpretasi :

Normal : jika penderita dapat mengulangi kata-kata dalam jarak 5-6 meter

Tuli ringan : jika penderita dapat mengulangi kata-kata dalam jarak 4 meter

Tuli sedang : jika penderita dapat mengulangi kata-kata dalam jarak 2-3 meter

Tuli berat : jika penderita dapat mengulangi kata-kata dalam jarak 1 meter

2. Garis pendengaran

Garis pendengaran ialah frekuensi pendengaran tertinggi dan terendah pada

penderita untuk hantaran udara. Pemeriksaan garis pendengaran menggunakan 5 buah

garpu tala dengan frekuensi berbeda : 128 Hz, 256 Hz, 1024 Hz, dan 2048 Hz. Telinga

normal dapat mendengar semua frekuensi yang dihasilkan oleh garpu tala.

Pada ketulian konduktif, umumnya tidak dapat mendengar bunyi pada frekuensi rendah

(128 Hz, 256 Hz) sehingga disebu garis pendengaran meningkat, sedangkan pada

ketulian sensorineural, umumnya tidak dapat mendengar bunyi pada frekuensi tinggi

(1024 Hz, 2048 Hz) sehingga disebut garis pendengaran menurun.

3. Tes Rinne

Prinsip dari tes Rinne adalah membandingkan hantaran tulang dengan hantaran

udara penderita pada satu telinga. Pemeriksaan dilakukan dengan menggerakkan garpu

tala (biasanya digunakan 512 Hz) dan menempelkannya pada planum mastoid penderita.

Jika penderita masih mendengar bunyi maka disebut Rinne positif (+), sedangkan jika

penderita tidak mendengar bunyi maka disebut Rinne negatif (-).

Interpretasi :

Rinne positif (+) : telinga normal atau tuli sensorineural

Rinne negatif (-) : telinga dengan tuli kondktif

Page 12: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

11

4. Tes Weber

Tes weber pada prinsipnya membandingkan hantaran tulang antara telinga kiri

dengan telinga kanan penderita. Cara pemeriksaan ialah dengan menggetarkan garpu tala

(512 Hz) lalu pangkalnya ditekankan pada garis median (garis tengah) kepala, misalnya

verteks, glabella, atau maksilla. Jika bunyi terdengar sama besarnya pada kedua telinga

maka dikatakan tidak ada lateralisasi, sedangkan jika bunyi terdengar lebih keras pada

salah satu telinga disebut lateralisasi positif ke kiri atau ke kanan.

Interpretasi :

Tes weber dengan lateralisasi (+) misalnya ke kanan, maka memiliki beberapa

kemungkinan, yaitu :

Telinga kanan tuli konduktif, telinga kiri normal.

Telinga kanan normal, telinga kiri sensorineural.

Kedua telinga tuli konduktif, telinga kanan lebih berat.

Telinga kanan tuli konduktif, telinga kiri sensorineural.

5. Tes Swabach

Prinsip dari tes Swabach ialah membandingkan lamanya hantaran tulang

penderita dengan pemeriksa, dengan catatan pendengaran pemeriksa harus normal. Cara

pemeriksaan ialah : garpu tala yang sudah digetarkan kemudian diletakkan pada planum

mastoid penderita, jika penderita sudah tidak mendengar bunyi garpu tala maka dengan

segera garpu tala dipindahkan ke planum mastoid pemeriksa, jika pemeriksa masih

mendengar bunyi disebut swabach memendek, jika pemeriksa sudah tidak mendengar

bunyi maka prosedur dibalik dari pemeriksa ke penderita, jika penderita masih

mendengar bunyi berarti swabach memanjang, sedangkan jika penderita juga sudah

tidak mendengar bunyi berarti sama panjang/ normal.

Interpretasi :

Swabach memendek ditemukan pada ketulian sensorineural.

Swabach memanjang ditemukan pada ketulian konduktif.

Page 13: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

12

Swabach sama panjang artinya pendengaran penderita normal.

6. Audiometri

Pemeriksaan audiometri merupakan pemeriksaan pendengaran yang sangat akurat

yang dapat menentukan jenis dan derajat ketulian penderita. Pemeriksaan audiometri

menggunakan alat yang disebut audiometer.

B. TINJAUAN UMUM BISING DAN GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT

BISING

Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak dikehendaki. Dari

definisi ini menunjukkan bahwa sebenarnya bising itu sangat subyektif, tergantung dari

masing-masing individu, waktu dan tempat terjadinya bising. Sedangkan secara

audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekuensi. Banyak

sumber kebisingan yang terdapat di sekitar kita antara lain : industri, lalu lintas baik

darat, laut maupun udara, radio dan TV yang dibunyikan terlalu keras, diskotik, proyek

pembangunan dan sebagainya.8,12

Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan13 :

1. Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide

band noise), misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar.

2. Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekuensi yang sempit (steady state,

narrow band noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas, dan lain-lain.

3. Kebisingan terputus-putus (intermittent), misalnya lalu-lintas, suara pesawat terbang

di lapangan udara.

4. Kebisingan impulsif (impact of impulsive noise), misalnya seperti pukulan tukul,

tembakan bedil atau meriam, ledakan.

5. Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan.

Page 14: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

13

Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah “Sound Level Meter”. Alat yang

dapat digunakan untuk mengukur besarnya tekanan suara atau intensitas suara, alat ini

biasanya dilengkapi dengan mikrophone, amplifier, dan kalibrator, namun alat ini akan

semakin bermakna bila dilengkapi dengan Octave Band Analyzer yang dapat memperinci

suara bising dalam frekuensi yang berbeda sesuai kebutuhan.3,13

Sebagian besar Sound Level Meter dapat membaca intensitas suara antara 40-140

dB, dan bila dilengkapi dengan Octave Band Analyzer dapat memisahkan intensitas suara

pada frekuensi 31.5, 63, 125, 250, 500, 1000, 2000, 4000, 8000, 16000 Hz. Sound Level

Meter dilengkapi 2 indikator kecepatan menangkap suara bising yang ditunjukkan oleh

jarum indicator serta bisa diatur pada pergerakan cepat (fast) atau lambat (slow). Untuk

mengukur suara yang tetap (steady noise) dan intermittent biasanya digunakan

pergerakan jarum yang lambat (slow), sedangkan untuk suara yang cepat dan menghentak

(impuls/ impact noise) digunakan indicator jarum yang bergerak cepat (fast).13,14

Gambar 2

Sound Level Meter

Kebisingan memberikan dampak yang merugikan kesehatan, antara lain8 :

1. Gangguan pendengaran, mulai dari yang bersifat ringan, ketulian yang bersifat

sementara sampai pada ketulian menetap.

Page 15: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

14

2. Gangguan komunikasi, bila komunikasi dilakukan pada suatu tempat dengan

kebisingan cukup tinggi maka suara pembicaraan akan sulit ditangkap atau

dimengerti, sehingga pembicara harus berteriak keras.

3. Gangguan konsentrasi dalam bekerja, terutama pada pekerjaan yang memerlukan

ketelitian dan konsentrasi kerja.

4. Gangguan terhadap masyarakat sekitar, sehingga dapat memicu reaksi penolakan

terhadap industri tersebut.

Nilai ambang batas kebisingan adalah angka (dB) yang dianggap aman untuk

sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Surat Edaran

Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE-01/ MEN/ 1978, Nilai

Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan

merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan

hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari

atau 40 jam seminggunya. Waktu maksimum bekerja adalah sebagai berikut3 :

82 dB : 16 jam per hari

85 dB : 8 jam per hari

88 dB : 4 jam per hari

91 dB : 2 jam per hari

97 dB : 1 jam per hari

100 dB : ¼ jam per hari

Paparan bising yang berulang selama periode waktu yang panjang dapat merusak

struktur telinga dalam (organon corti pada koklea) yang sangat peka terhadap pengaruh

bising. Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar. Mekanisme primer

adalah perubahan fisiologi dan kimia yang menyebabkan stress metabolik yang

menyebabkan disfungsi dan degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan

lama paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku sehingga

Page 16: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

15

mengurangi respon terhadap stimulasi. Dengan bertambahnya intensitas dan durasi

paparan akan dijumpai lebih banyak kerusakan seperti hilangnya stereosilia.11,12

Daerah yang petama kali terkena adalah daerah basal. Dengan hilangnya

stereosilia, sel-sel rambut mati dan digantikan oleh jaringan parut. Semakin tinggi

intensitas paparan bunyi, sel-sel rambut dalam dan sel-sel penunjang juga rusak.11,12

Tuli akibat bising termasuk pada tuli jenis sensorineural dan biasa menetap. Pada

pemeriksaan audiometrik ternyata bahwa paparan seseorang dalam waktu yang lama

dalam suasana bising dengan level tinggi, maka menyebabkan kelemahan pendengaran

pada frekuensi 3000-6000 Hz. Tuli pada frekuensi 4000 Hz merupakan ciri khas tuli

akibat bising.8

Gambar 3

Audiogram nada murni

Pada tuli sensorineural akibat bising pada telinga kanan

Semakin lama seseorang bekerja dalam suatu lokasi maka akan semakin banyak

risiko kelainan atau penyakit yang didapatkan. Terlebih lagi dalam lingkungan bising,

risiko tersebut semakin meningkat. Dari beberapa penelitian (Persaoran Tamba, 2000)

pada industri gas dan kompor didapatkan bahwa terdapat hubungan antara lamanya masa

kerja seseorang pada lingkungan bising dengan gangguan pendengaran (analisis paparan)

Page 17: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

16

dan gangguan pendengaran tersebut meningkat pada pekerja dengan masa kerja lebih dari

9 tahun pada lingkungan bising.6,8

Usaha pencegahan merupakan tindakan yang paling penting pada penatalaksanaan

penyakit yang ditimbulkan oleh bising. Dalam rangka usaha melindungi karyawan dari

kebisingan di lingkungan kerja dapat dipakai beberapa cara. Salah satu diantaranya ialah

memakai alat pelindung telinga atau “personal protective devices” yaitu dengan

menyediakan ear defender berupa ear plug, ear muffs atau helmet.8

Ear muffs umumnya dipakai dalam situasi lingkungan kerja dengan intensitas

bising hingga 95 dB, ear plug (sumbat telinga) dipakai dalam situasi tingkat kebisingan

95-100 dB, dengan redusi 20-21 dB. Untuk memperoleh hasil terbaik dapat digunakan

kombinasi antara tutup telinga dan sumbat telinga. Beberapa macam alat pelindung

telinga dan penggunaannya dapat dilihat pada gambar berikut.15,16

Gambar 4

Ear muffs (tutup telinga)

Page 18: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

17

Gambar 5

Ear plug (sumbat telinga)

Gambar 6

Helmet (helm)

Page 19: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

18

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka konsep

Variabel bebas : Masa Kerja & Tingkat Kebisingan

Variabel Terikat : Gangguan Pendengaran

B. Hipotesis

Hipotesis nol : Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian gangguan

pendengaran pada pekerja bagian maintenance di PT. Eastern Pearl Flour Mills

Makassar.

Hipotesis alternatif : Ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian gangguan

pendengaran pada pekerja bagian maintenace di PT. Eastern Pearl Flour Mills

Makassar.

Masa Kerja & tingkat kebisingan

Pekerja pabrik bagian maintenance

Gangguan Pendengaran

Page 20: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

19

Hipotesis nol : Tidak ada hubungan antara tingkat kebisingan di tempat kerja

dengan gangguan pendengaran pada pekerja bagian maintenace di PT. Eastern

Pearl Flour Mills Makassar.

Hipotesis alternatif : ada hubungan antara tingkat kebisingan di tempat kerja

dengan gangguan pendengaran pada pekerja bagian maintenace di PT. Eastern

Pearl Flour Mills Makassar.

Page 21: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

20

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei analitik. Dengan

pendekatan “cross sectional” karena peneliti mempelajari dinamika korelasi antara faktor

resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus

pada suatu saat.

B. LOKASI PENELITIAN

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 08 – 20 Oktober 2012

C. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua tenaga kerja yang bekerja pada bagian

maintenance di PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar.

2. Sampel

Pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah total sampling

pada pekerja bagian maintenance PT. Eastern Pearl Mills Makassar.

Page 22: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

21

D. KRITERIA INKLUSI & EKSKLUSI

1. Kriteria Inklusi :

Pekerja pabrik bagian maintenance berjenis kelamin laki-laki

Pekeja pabrik bagian maintenance yang bekerja pada shift 1 (jam 08.00 pagi –

15.00 sore)

2. Kriteria Eksklusi :

Pekerja pabrik bagian maintenance berjeniskelamin perempuan

Pekerja pabrik bagian maintenance yang bekerja pada shift 2 & shift 3

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer yaitu hasil

audiogram pekerja bagian maintenance dengan pemeriksaan audiometri, hasil

pengukuran tingkat kebisingan di tempat kerja, dan wawancara mengenai masa kerja.

Selain itu digunakan pula data sekunder yang diperoleh dari pengelola PT. Eastern Pearl

Flour Mills Makassar dan dilakukan pencatatan sesuai dengan variabel yang dibutuhkan.

F. PENGOLAHAN DATA

Pengolahan data dilakukan menggunakan analisis chi kuadrat (chi square) yang

dipakai dalam pengujian hipotesis, program komputer SPSS 16.0 dan Microsoft Excel

untuk memperoleh hasil statistik analitik yang diharapkan.

Page 23: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

22

BAB V

GAMBARAN UMUM PT. EASTERN PEARL FLOUR MILLS MAKASSAR

A. UMUM

Sampai akhir tahun 1960-an di Indonesia belum ada pabrik tepung terigu

sehingga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maka tepung terigu masih harus

diimpor. Pada waktu itu tepung terigu belum banyak di konsumsi masyarakat padahal

tepung terigu merupakan bahan makanan pokok yang bergizi. Namun seiring dengan

meningkatnya kesejahteraan masyarakat, tepung terigu kian lama kian diminati, terutama

berkat semakin suburnya pertumbuhan industry pengolahan makanan yang memakai

tepung terigu sebagai bahan bakunya. Tentunya hal ini menuntut keberadaan produsen

tepung terigu di Indonesia.

Masalah diatas teratasi dengan berdirinya tiga pabrik tepung terigu di Indonesia

tahun 1972, yaitu di Jakarta, Surabaya, dan Ujung Pandang.

Dengan hadirnya pabrik tepung terigu tersebut maka konsumsinyadari tahun ke

tahun semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk, meningkatnya

kesejahteraan masyarakat dan kian maraknya industri-industri makanan menggunakan

bahan baku tepung terigu.

Pabrik tepung terigu di Ujung Pandang berawal dengan nama PT. Prima

Indonesia yang didirikan tahun 1972, kemudian berganti nama menjadi PT. Berdikari

Sari Utama Flour Mills pada tanggal 11 Maret 1982, pabrik ini merupakan satu-satunya

pabrik tepung terigu di Kawasan Indonesia Timur. Tahun 2002 berganti nama menjadi

PT. Berdikari Sari Utama Flour Mills-Interflour, Zuelling Group dan tahun 2005

berganti nama menjadi PT. Eastern Pearl Flour Mills yang bertempat di jalan Hatta 302

Makassar. Saat ini memiliki dua (2) pabrik penggiling yaitu Sea Side Mill dengan luas

22,085 m2 dan City Mill dengan luas 12,834 m2.

Page 24: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

23

B. STRUKTUR ORGANISASI

Dalam menjalankan kegiatannya, PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar (EPFM)

didukung oleh sejumlah karyawan yang tersebar dalam beberapa bagian dalam

perusahaan dengan tugas dan tanggung jawab yang berbeda, yang disusun dalam suatu

struktur organisasi. Untuk memaksimalkan operasinya, EPFM menggunakan tenaga ahli

asing yang dipadukan dengan tenaga ahli lokal yang berpengalaman. Melalui masa

transisi yang cukup berat dan berkat kerjasama yang baik antara karyawan dan

manajemen, sekarang perusahaan ini berjalan dengan sangat baik.

Page 25: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

24

BAB VI

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar yang

dimulai pada tanggal 8 sampai 20 Oktober 2012. Jumlah pekerja dibagian/ unit

maintenance pada PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar yaitu 89 orang, yang kami

ambil sebagai responden penelitian berdasarkan total sampling dan kriteria inklusi adalah

sebanyak 84 orang. Adapun data-data yang kami dapatkan :

Tabel 1

Karakteristik Responden PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar

Karakteristik Responden N % Usia (tahun)

21-25 26-30 31-35 36-40 41-45 46-50 51-55

Bagian Boiler Electrical Maintenance (General) Maintenance (Line) Mechanic Office & Manager PLC Programming Safety Control Office Electrical Manager Fluting Section Head

7 13 21 22 14 4 3

5 15 10 11 14 6 6 5 5 7

8.3 15.5 25.0 26.2 16.7 4.8 3.6

6.0 17.9 11.9 13.1 16.7 7.1 7.1 6.0 6.0 8.3

Jumlah 84 100.0

Page 26: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

25

Tabel 2

Variabel Penelitian

Tabel 3

Hubungan antara Masa Kerja dengan Kejadian Gangguan Pendengaran

Pada Responden PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar

Masa Kerja Gangguan Pendengaran Jumlah p Mengalami Gangguan Normal

n % n % n % > 5 Tahun < 5 Tahun

13 2

20.0 10.5

52 17

80.0 89.5

65 19

100.0 100.0 0.502

Jumlah 15 17.9 69 82.1 84 100.0

Tabel 3 menunjukkan hubungan antara masa kerja dengan gangguan

pendengaran. Jumlah responden yang masa kerjanya > 5 tahun sebanyak 65 responden,

yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 13 responden (20.0%) sedangkan yang

tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 52 responden (80.0%). Jumlah

Variabel Penelitian N % Masa Kerja > 5 tahun < 5 tahun Tingkat Kebisingan > NAB (85 dB) < NAB (85 dB) Gangguan Pendengaran Mengalami Gangguan Normal

65 19

55 29

15 69

77.4 22.6

65.5 34.5

17.9 82.1

Jumlah 84 100.0

Page 27: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

26

responden yang masa kerjanya < 5 tahun sebanyak 19 responden dengan yang mengalami

gangguan pendengaran sebanyak 2 responden (10.5%) sedangkan yang tidak mengalami

gangguan pendengaran sebanyak 17 responden (89.5%).

Dari hasil uji statistik (uji chi-square) diperoleh hasil p = 0.502 yang berarti

bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan gangguan pendengaran karena nilai

p > 0.05.

Tabel 4

Data Hasil Pengukuran Sound Level Meter

NO SUMBER BISING HASIL

PENGUKURAN

KET.

1 General Maintenance 87,1 dB Tidak Memenuhi

Syarat

2 Line Maintenance 87,8 dB Tidak Memenuhi

Syarat

3 Boiler & Power Station 86 dB Tidak Memenuhi

Syarat

4 Electrical 89,4 dB Tidak Memenuhi

Syarat

5 Mechanic & Workshop 86,7 dB Tidak Memenuhi

Syarat

6 PLC Programming 74 dB Memenuhi Syarat

7 Office & Manager 76 dB Memenuhi Syarat

8 Electrical Manager 81 dB Memenuhi Syarat

9 Fluting Section Head 83,3 dB Memenuhi Syarat

10 Safety Control Office 77 dB Memenuhi Syarat

Page 28: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

27

Tabel 5

Hubungan Antara Intensitas Kebisingan dengan Kejadian Gangguan Pendengaran

Pada Responden PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar

Tingkat Kebisingan

Gangguan Pendengaran Jumlah p Mengalami Gangguan Normal n % n % n %

> NAB < NAB

15 0

27.3 0.0

40 29

72.7 100.0

55 29

100.0 100.0 0.005

Jumlah 15 17.9 69 82.1 84 100.0

Hasil pengukuran intensitas kebisingan dilakukan pada 10 tempat lokasi seperti

General Maintenance, Line Maintenance, Boiler & Power Station, Electrical, Mechanic

& Workshop, Office & Manage, PLC Programming, Safety Control Office, Electrical

Manager, Fluting Section Head. Untuk General Maintenance didapatkan hasil 87,1 dB,

Line Maintenance didapatkan hasil 87,8 dB, Boiler & Power Station didapatkan hasil 86

dB, Electrical didapatkan hasil 89,4 dB, dan Mechanic & Workshop didapatkan hasil

86,7 dB, PLC Programming didapatkan 74 dB, Office & Manager didapatkan 76 dB,

Electrical Manager didapatkan 83,3 dB, Fluting Section Head didapatkan 81 dB, dan

Safety Control Office didapatkan sebesar 77 dB.

Tabel 5 menunjukkan hubungan antara tingkat kebisingan dengan gangguan

pendengaran. Jumlah responden yang tingkat kebisingan > NAB sebanyak 55 responden,

yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 15 responden (27.3%) sedangkan yang

tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 40 responden (72.7%). Jumlah

responden yang tingkat kebisingan < NAB sebanyak 29 responden dan tidak ada yang

mengalami gangguan pendengaran, sedangkan yang tidak mengalami gangguan

pendengaran sebanyak 29 responden (100.0%).

Dari hasil uji statistic (uji chi-square) diperoleh hasil p = 0.005 yang berarti

bahwa ada hubungan antara tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran karena

nilai p < 0.05.

Page 29: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

28

B. Pembahasan

Pada penelitian ini, metode yang dipakai adalah metode analitik, metode ini

dilakukan dengan tujuan menganalisis suatu hubungan antara 2 variabel atau lebih secara

objektif. Dimana metode ini dipilih karena beberapa alasan yang menjadi kendala atas

keterbatasan peneliti, seperti waktu, tenaga dan dana yang tersedia.

Dalam penelitian ini yang menjadi variable bebas (independen) adalah Masa

Kerja dan Tingkat Kebisingan, sedangkan variable terikat (dependen) adalah Gangguan

Pendengaran. Hasil dari penelitian ini akan memberi gambaran permasalahan yang

terjadi.

Gangguan pendengaran yang timbul berdasarkan lamanya masa kerja dalam

penelitian ini pada pekerja dengan masa kerja lebih dari 5 tahun memperlihatkan jumlah

persentase yang lebih besar dibandingkan dengan pada pekerja yang kurang dari 5 tahun.

Secara teori, paparan bising yang berulang selama periode waktu yang panjang dapat

merusak struktur telinga dalam (koklea). Struktur tersebut sangat peka oleh pengaruh

bising yang merusak sel reseptor (sel-sel rambut). Namun dari hasil analisis penelitian

didapatkan tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian gangguan

pendengaran. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa semakin lama masa kerja, resiko

gangguan pendengaran akan semakin tinggi.

Dari beberapa penelitian (Persaoran Tamba, 2000) pada industri gas dan kompor

didapatkan bahwa terdapat hubungan antara lamanya masa kerja seseorang pada

lingkungan bising dengan gangguan pendengaran (analisis paparan) dan gangguan

pendengaran tersebut meningkat pada pekerja dengan masa kerja lebih dari 9 tahun pada

lingkungan bising.

Hasil pengukuran tingkat kebisingan berdasarkan sound level meter pada

penelitian ini, didapatkan 5 tempat lokasi yang berada diatas nilai ambang batas (85 dB)

dan 5 tempat lokasi yang berada dibawah nilai ambang batas. Gangguan pendengaran

yang timbul berdasarkan intensitas kebisingan pada responden yang bekerja di tempat

Page 30: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

29

dengan intensitas kebisingan diatas nilai ambang batas didapatkan sebanyak 27,3%,

sedangkan untuk responden yang bekerja di tempat dengan intensitas kebisingan dibawah

nilai ambang batas keseluruhannya (100%) tidak mengalami gangguan pendengaran. Hal

ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara hasil

pemeriksaanaudiometri pada responden di tempat kerja dengan intensitas kebisingan

diatas 85 dB dan dibawah 85 dB, dan hasil analisis penelitian juga didapatkan bahwa

adanya hubungan antara intensitas kebisingan dengan kejadian gangguan pendengaran.

Secara teori, resiko terjadinya gangguan pendengaran meningkat seiring dengan tingkatan

intensitas kebisingan di tempat kerja. Tuli akibat bising termasuk pada tuli jenis

sensorineural dan biasa menetap. Pada pemeriksaan audiometrik ternyata bahwa paparan

seseorang dalam waktu yang lama dalam suasana bising dengan level tinggi, maka

menyebabkan kelemahan pendengaran pada frekuensi 3000-6000 Hz. Tuli pada frekuensi

4000 Hz merupakan ciri khas tuli akibat bising.

Page 31: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

30

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pengolahan data dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian gangguan pendengaran

pada pekerja bagian maintenance PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar.

2. Ada hubungan antara intensitas kebisingan dengan kejadian gangguan

pendengaran pada pekerja bagian maintenance PT. Eastern Pearl Flour Mills

Makassar.

3. Berdasarkan hasil pemeriksaan audiometrik, responden yang mengalami

gangguan pendengaran jumlah persentasenya lebih sedikit dibandingkan

responden dengan pendengaran normal.

B. SARAN

Dengan melihat bahwa banyaknya faktor-faktor yang dapat berperan dalam

timbulnya gangguan pendengaran akibat bising :

1. Tingkatkan pengendalian sumber daya manusia, dimana pekerja yang bekerja

lebih atau sama dengan 5 tahun, pekerja yang menderita gangguan pendengaran

dengan umur resiko tinggi untuk mengalami gangguan pendengaran dapat

ditempatkan di bagian/ unit lain sehingga tidak memperberat penyakitnya dan

sebaiknya dipindahkan pada bagian yang nilai ambang bising dibawah atau

kurang dari 85 dB atau jauh dari sumber bising. Serta membatasi atau mengurangi

jam kerja.

2. Tingkat kebisingan dikendalikan dengan mengurangi kebisingan dari sumbernya

dengan cara perencanaan pemilihan mesin, pemeliharaan mesin dan peralatan

Page 32: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

31

lainnya secara teratur, perencanaan konstruksi bangunan yang meredam getaran

guna mengurangi kebisingan.

3. Lebih meningkatkan kedisiplinan, kesadaran, dan pengetahuan mengenai

penggunaan alat pelindung diri (telinga), dengan memberi penyuluhan dan

peringatan pada pekerja agar patuh memakai alat pelindung pendengaran karena

dengan memperhatikan hal tersebut maka resiko terjadinya gangguan

pendengaran semakin kecil.

4. Pemeriksaan kesehatan secara berkala khususnya pemeriksaan telinga, sehingga

bila terdapat kelainan-kelainan dapat didiagnosa lebih dini guna pencegahan dan

penanganan.

Page 33: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

PT. Eastern Pearl Flour Mills

List of Employee 15-Oct-2012

Year Month Year Month

B. MAINTENANCE & UTILITY DIVISION

1 FPL00435 IMRON, S.T. Maintenance Manager 2-Aug-71 41 2 17 1 S1

2 FPL00489 ROSSELINA Adm. Maint & Utility Officer 20-Nov-72 40 -1 16 0 D3

3 FPL00809 YENNY MAYA Maintenance Officer 16-Nov-78 34 -1 9 -1 S1

MAINTENANCE SUB DEPT SEA SIDE MILL

4 FPL00441 MUHAMMAD DARWIS Maintenance Assistant Manager 21-May-73 39 5 17 0 D3

Caroussels Maintenance, Calibration

5 FPL00583 MUSTAFA Line Maintenance Section Head 17-Aug-74 38 2 15 -2 STM

6 FPL00708 RUSLAN MADJID, ST Line Maintenance Dy. SH 14-Jun-77 35 4 9 5 S1

Maintenance

7 FPL00602 ANDI INDRA MARZUKI Line Maint. Shift Foreman 13-Aug-73 39 2 13 3 D3

8 FPL00634 BAMBANG ISMAIL Line Maint. Shift Foreman 1-Dec-76 36 -2 12 3

9 FPL00801 FAJRI Line Maintenance Foreman 25-Feb-80 32 8 9 0 D3

10 FPL00264 MACHMUD HASYIM Line Maintenance Foreman 18-Aug-60 52 2 30 7 SMP

11 FPL00362 SYARIFUDDIN AGO Prev. Maint. Mechanic 30-Jul-64 48 3 27 9 SMP

12 FPL00402 RIDWAN PORTOLA Prev. Maint. Mechanic 30-Nov-61 51 -1 23 7 STM

13 FPL00639 RAMLI Line Maint. Mechanic 8-Apr-71 41 6 12 3 STM

14 FPL01059 TRI AGUS SUCAHYONO Line Maint. Mechanic 16-Aug-89 23 2 3 7 STM

15 FPL01169 SUDIRMAN Line Maint. Mechanic 30-Jun-91 21 4 0 9 STM

16 FPL00735 MUH. AZHAR WAHID, A.MD. Prev. Maint. Mechanic 2-Aug-78 34 2 9 4 D3

17 FPL00769 PIETER, A.Md. Prev. Maint. Mechanic 22-May-78 34 5 9 2 D3

18 FPL01072 MUH. FADLI Prev. Maint. Mechanic 12-Nov-84 28 -1 3 3 STM

Mechanic

19 FPL00761 SABARUDDIN, A. MD. Line Maintenance Shift Foreman 20-Mar-80 32 7 9 3 D3

20 FPL00776 BAGUS DWI LUKMANTO, A.MD. Line Maintenance Foreman 18-Aug-79 33 2 9 2 D3

21 FPL00777 RAHMAT KARIM Line Maintenance Shift Foreman 8-May-85 27 5 9 2 STM

22 FPL00545 RUSTAM ABUBAKAR Shift Mechanic 3-May-67 45 5 15 4 SMP

23 FPL00732 RUSDI Repair Pipe Mechanic 12-Oct-72 40 0 9 4 SMK

24 FPL00781 ASRI YALI Mechanic for all carroussel, weigher, sewing machine,

posser24-May-82 30 5 9 1 STM

25 FPL00783 SYAFARUDDIN KAMARONG, A.MD. Shift Mechanic 7-Jan-80 32 9 9 1 D3

26 FPL01037 SARDI Change Roll Mechanic 9-Sep-83 29 1 4 0 SMA

Line Maintenance Section City Mill

27 FPL00577 MUDATSIR Line Maintenance Section Head 20-Apr-72 40 6 15 1 STM

28 FPL00996 YOAN DYANA SIDANDY Maintenance Officer 22-Oct-78 34 0 5 4 S1

Maintenance

29 FPL00578 JUNAID Line Maintenance Foreman 2-May-73 39 5 15 1 STM

30 FPL00736 OTTO SATRIA RACHMAN Line Maintenance Foreman 30-Oct-78 34 0 9 4 STM

31 FPL00765 YOYOK WIDATYO Prev. Maint. Mechanic 18-Nov-79 33 -1 9 3 D3

32 FPL00771 FRANS LANTANG Prev. Maint. Mechanic 14-May-79 33 5 9 2 STM

33 FPL00805 MAKSIMUS FRANSISKUS DON Change Roll Mechanic 24-Jan-73 39 9 9 -1 STM

34 FPL00806 MUHAMMAD YUSUF Prev. Maint. Mechanic 9-Dec-79 33 -2 9 -1 D3

35 FPL01137 ISHAK ISMAIL Line Maintenance Mechanic 3-Aug-87 25 2 1 2 STM

36 FPL01151 BAHTIAR Line Maintenance Mechanic 7-May-82 30 5 1 1 SMK

Mechanic

37 FPL00720 ISMAIL MAHMUD, A.MD. Shift Mechanic Foreman 10-Nov-77 35 -1 9 4 D3

38 FPL00804 MUHAMMAD ZAKARIA General Maintenance Deputy Section Head 21-Jun-75 37 4 9 -1 STM

39 FPL00633 MUHAMMAD YUSUF Repair Pipe Mechanic 29-Sep-76 36 1 12 3 STM

40 FPL00678 TAUFIK A.R. Repair Pipe Mechanic 24-Jun-69 43 4 11 1 SMA

41 FPL01217 AS'AD General Maintenance Mechanic 12-Apr-74 38 6 0 0 SMA

General Maintenance (Others)

ABCD Mills - General Workshop

42 FPL00547 KADIR ABBAS Gen. Maint Foreman 23-Jul-71 41 3 15 4 SMP

43 FPL00390 ALIAS Mason, General Helper (Drilling Concrete Floor Machine

Opr)4-Apr-63 49 6 25 8 SMA

44 FPL00526 MUHAMMAD AMIR SANUSI Gen.Maint.Mech. (Water Pump, Clogged Toilet or

Drainage, Air Lock)15-May-69 43 5 15 8 SMA

45 FPL00584 M. SYAM Carpenter (Wooden Job) 10-Nov-62 50 -1 15 -2 SMA

46 FPL00641 HAMZAH Gen.Maint.Mech. (Repair Chain Conveyor) 12-Mar-73 39 7 12 3 SMA

47 FPL00750 M. ABDUH Gen. Maint. Welder 26-Apr-72 40 6 9 3 SMA

48 FPL00752 ABDULLAH MANNAN ABDUL Gen. Maint. Opr Lathe 11-Aug-77 35 2 9 3 SMA

49 FPL00762 HAMKA Gen.Maint Opr. Milling & Frais 6-Jan-81 31 9 9 3 STM

50 FPL01042 FIRDAUS General Maintenance Operator 24-Jan-86 26 9 4 0 S1

51 FPL01138 AL YASAU Gen. Maint. Welder 20-Feb-88 24 8 1 2 STM

General Maintenance (Fluting)

52 FPL00434 ABNUHAJAR ABDUL Fluting Section Head 18-Oct-67 45 0 17 3 STM

53 FPL00291 BAKRI Fluting Roller Shift Operator 5-Oct-57 55 0 30 7 STM

54 FPL00731 ZAINUDDIN, ST. Fluting Roller Shift Operator 30-Aug-73 39 2 9 4 S1

55 FPL00770 M. RIZAL Fluting Roller Shift Operator 30-Jun-80 32 4 9 2 STM

56 FPL01168 ARIF RAHMATULLAH Fluting Roller Shift Operator 1-Dec-87 25 -2 0 9 STM

57 FPL01224 MUHAMMAD RIZAL Fluting Roller Shift Operator 15-Oct-91 21 0 0 0 STM

58 FPL00546 SYAFRUDDIN PATU Fluting Foreman 15-Aug-72 40 2 15 4 SMP

Latest EducationAGE Working Period

No.No.

EmployeeName Occupation Birth Date

Page 34: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

PT. Eastern Pearl Flour Mills

List of Employee 15-Oct-2012

Year Month Year MonthLatest Education

AGE Working PeriodNo.

No.

EmployeeName Occupation Birth Date

Boiler & Power Station

59 FPL00922 JUHAMRI, ST. Boiler & Power Station Deputy SH 4-Jan-80 32 9 8 4 S1

60 FPL00403 SALAHUDDIN P. Boiler & Power Station Frm 4-Apr-64 48 6 23 7 STM

61 FPL00452 USMIN Boiler & Power Station Frm 22-Nov-71 41 -1 16 8 STM

62 FPL01024 AHMAD RIRIN Boiler & Power Station Frm 10-Jan-84 28 9 4 2 D3/S1

63 FPL01027 SANDY SATRADA Boiler & Power Station Frm 8-Apr-90 22 6 4 1 STM

64 FPL01098 MUH. RIDHA, A.Md Boiler & Power Station Opr 9-Sep-83 29 1 2 -1 D3

65 FPL01100 IBNUHAJAR Boiler & Power Station Opr 19-Mar-82 30 7 2 -1

66 FPL01122 HARIYANTO Boiler & Power Station Opr 21-Jul-84 28 3 1 6

67 FPL01158 SYAMSUL BAHRI Boiler & Power Station Opr 13-Feb-84 28 8 1 -2 STM

68 FPL01041 ALFIAN MACHMUD Boiler & Power Station Mechanic 15-Jun-88 24 4 4 0 STM

ELECTRICAL SUB DEPT SEA SIDE MILL

69 FPL00778 ANDI ISWAN NUR BASO, ST. Ass. Electrical Manager ABCD Mills 10-May-72 40 5 9 2 S1

Electricians Shift

ABCD Mills

70 FPL00605 M. UBAIDILLAH Electrical Section Head 2-May-75 37 5 13 3 S1

71 FPL00506 SARIFUDDIN Electrical Shift Foreman 24-Jan-75 37 9 16 -2 STM

72 FPL00945 IRFAN KADIR Electrical Shift Foreman 18-Nov-73 39 -1 8 3 S1

73 FPL01018 DANIAL Electrician Shift Maintenance 20-Apr-84 28 6 4 3 D3

74 FPL01071 MUHAMMAD AKIS Electrician Shift Maintenance 28-May-86 26 5 3 3 S1

75 FPL01166 AHYUDI M IHSAN Electrician Shift Maintenance 4-May-83 29 5 0 9 D3

76 FPL00419 FRANS ERDY ROSMAWANDI Electrical Shift Foreman 28-May-69 43 5 20 3 STM

77 FPL00643 ADHAMSYAH POHAN Electrician Regular Maintenance 30-Jan-71 41 9 12 3 STM

78 FPL00754 FATHAN MUSTHAFA, ST. Electrical Shift Foreman 17-Dec-75 37 -2 9 3 S1

Electricians Maintenance

79 FPL00421 ELZAD LANGGEDE Electrical Utility & Workshop Foreman 24-Jul-71 41 3 20 0 STM

80 FPL00756 M. SAFRI, ST. Electrical Regular Maintenance Dy. Section Head 18-Feb-75 37 8 9 3 S1

81 FPL01017 MULKY KASAU Electrician Shift Maintenance 30-Jan-78 34 9 4 3 S1

ELECTRICAL SUB DEPT CITY MILL

82 FPL00780 MASHAR, ST. Ass Electrical Manager - E Mill 15-Jul-74 38 3 9 2 S1

Electricians Shift

83 FPL00507 MAPPISANGKA Electrical Shift Foreman 23-Jun-71 41 4 16 -2 S1

84 FPL00486 RUKMAN RISAL Electrical Shift Foreman 21-Sep-71 41 1 16 1 STM

Electricians Maintenance

85 FPL00748 HUGO OKTAVIANUS TANGDILINTIN Electrical Section Head 5-Oct-76 36 0 9 3 S1

86 FPL00487 MUHAMMAD IBRAHIM TAHIR Electrical Cor. Maint. Frm 23-Jun-69 43 4 16 1 STM

87 FPL00799 KADIR Electrical Preventive Maint. Foreman 25-Oct-78 34 0 9 1 STM

88 FPL01123 RAHMAT Instrument Maintenance Engineer 18-Jul-77 35 3 1 6 D3/S1

PLC Programming and Maintenance E Mills

89 FPL00798 YUDI PRIYAMBODO, ST. PLC (Programmable Login Control) Prog.& Maint.Deputy

SH18-Jul-78 34 3 9 9 S1

90 FPL00742 ISKANDAR AL IDRUS, ST. PLC Programming & Maintenance Foreman 9-Nov-72 40 -1 9 9 S1

90

Page 35: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

PT. Eastern Pearl Flour Mills

List of Employee 15-Oct-2012

Year Month Year MonthLatest Education

AGE Working PeriodNo.

No.

EmployeeName Occupation Birth Date

Page 36: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

PT. Eastern Pearl Flour Mills

List of Employee 15-Oct-2012

Year Month Year MonthLatest Education

AGE Working PeriodNo.

No.

EmployeeName Occupation Birth Date

Page 37: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

PT. Eastern Pearl Flour Mills

List of Employee 15-Oct-2012

Year Month Year MonthLatest Education

AGE Working PeriodNo.

No.

EmployeeName Occupation Birth Date

Page 38: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

PT. Eastern Pearl Flour Mills

List of Employee 15-Oct-2012

Year Month Year MonthLatest Education

AGE Working PeriodNo.

No.

EmployeeName Occupation Birth Date

Page 39: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

PT. Eastern Pearl Flour Mills

List of Employee 15-Oct-2012

Year Month Year MonthLatest Education

AGE Working PeriodNo.

No.

EmployeeName Occupation Birth Date

Page 40: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

PT. Eastern Pearl Flour Mills

List of Employee 15-Oct-2012

Year Month Year MonthLatest Education

AGE Working PeriodNo.

No.

EmployeeName Occupation Birth Date

Page 41: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

PT. Eastern Pearl Flour Mills

List of Employee 15-Oct-2012

Year Month Year MonthLatest Education

AGE Working PeriodNo.

No.

EmployeeName Occupation Birth Date

Page 42: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

PT. Eastern Pearl Flour Mills

List of Employee 15-Oct-2012

Year Month Year MonthLatest Education

AGE Working PeriodNo.

No.

EmployeeName Occupation Birth Date

Page 43: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

PT. Eastern Pearl Flour Mills

List of Employee 15-Oct-2012

Year Month Year MonthLatest Education

AGE Working PeriodNo.

No.

EmployeeName Occupation Birth Date

Page 44: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

PT. Eastern Pearl Flour Mills

List of Employee 15-Oct-2012

Year Month Year MonthLatest Education

AGE Working PeriodNo.

No.

EmployeeName Occupation Birth Date

Page 45: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Karakteristik Responden N % Usia (tahun)

21-25 26-30 31-35 36-40 41-45 46-50 51-55

Bagian Boiler Electrical Maintenance (General) Maintenance (Line) Mechanic Office & Manager PLC Programming Safety Control Office Electrical Manager Fluting Section Head

7 13 21 22 14 4 3

5 15 10 11 14 6 6 5 5 7

8.3

15.5 25.0 26.2 16.7 4.8 3.6

6.0

17.9 11.9 13.1 16.7 7.1 7.1 6.0 6.0 8.3

Jumlah 84 100.0

Variabel Penelitian N % Masa Kerja > 5 tahun < 5 tahun Tingkat Kebisingan > NAB < NAB Gangguan Pendengaran Mengalami Gangguan Normal

65 19

55 29

15 69

77.4 22.6

65.5 34.5

17.9 82.1

Jumlah 84 100.0

Masa Kerja Gangguan Pendengaran Jumlah p Mengalami Gangguan Normal

n % n % n % > 5 Tahun < 5 Tahun

13 2

20.0 10.5

52 17

80.0 89.5

65 19

100.0 100.0 0.502

Jumlah 15 17.9 69 82.1 84 100.0 Tabel x menunjukkan hubungan anatar masa kerja dengan gangguan pendengaran. Jumlah responden yang masa kerjanya > 5 tahun sebanyak 65 responden, yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 13 responden (20.0%) sedangkan yang tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 52 responden (80.0%). Jumlah responden yang masa kerjanya < 5 tahun sebanyak 19 responden dengan yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 2 responden (10.5%) sedangkan yang tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 17 responden (89.5%). Dari hasil uji statistic (uji chi-square) diperoleh hasil p = 0.502 yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan gangguan pendengaran karena nilai p > 0.05.

Tingkat Kebisingan

Gangguan Pendengaran Jumlah p Mengalami Gangguan Normal n % n % n %

> NAB < NAB

15 0

27.3 0.0

40 29

72.7 100.0

55 29

100.0 100.0 0.005

Jumlah 15 17.9 69 82.1 84 100.0 Tabel x menunjukkan hubungan anatar tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran. Jumlah responden yang tingkat kebisingan > NAB sebanyak 55 responden, yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 15 responden (27.3%) sedangkan yang tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 40 responden (72.7%). Jumlah responden yang tingkat kebisingan < NAB sebanyak 29 responden dan tidak ada yang mengalami gangguan pendengaran sedangkan yang tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 29 responden (100.0%). Dari hasil uji statistic (uji chi-square) diperoleh hasil p = 0.005 yang berarti bahwa ada hubungan antara tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran karena nilai p < 0.05.

Page 46: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Usia Responden

Gangguan Pendengaran Jumlah p Mengalami Gangguan Normal n % n % n %

> 40 tahun < 40 tahun

5 10

18.5 17.5

22 47

81.5 82.5

27 57

100.0 100.0 1.000

Jumlah 15 17.9 69 82.1 84 100.0 Tabel x menunjukkan hubungan anatar usia responden dengan gangguan pendengaran. Jumlah responden yang usianya > 40 tahun sebanyak 27 responden, yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 5 responden (18.5%) sedangkan yang tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 22 responden (81.5%). Jumlah responden yang usianya < 40 tahun sebanyak 57 responden dan yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 10 responden (17.5%) sedangkan yang tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 47 responden (82.5%). Dari hasil uji statistic (uji chi-square) diperoleh hasil p = 1.000 yang berarti bahwa ada hubungan antara usia responden dengan gangguan pendengaran karena nilai p > 0.05.

Page 47: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

LAMPIRAN

GET FILE='C:\Users\Area29\Documents\GP.sav'. DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT. FREQUENCIES VARIABLES=Kat_Masa_K Gangguan_P Tingkat_B Kat_Usia Bagian

/ORDER=ANALYSIS. Frequencies

Notes

Output Created 07-Nov-2012 13:04:01

Comments

Input Data C:\Users\Area29\Documents\GP.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 84

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as

missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid

data.

Syntax FREQUENCIES VARIABLES=Kat_Masa_K

Gangguan_P Tingkat_B Kat_Usia Bagian

/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.015

Elapsed Time 00:00:00.007

[DataSet1] C:\Users\Area29\Documents\GP.sav

Statistics

Kat_Masa_K Gangguan_P Tingkat_B Kat_Usia Bagian

N Valid 84 84 84 84 84

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

Kat_Masa_K

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid > 5 tahun 65 77.4 77.4 77.4

< 5 tahun 19 22.6 22.6 100.0

Total 84 100.0 100.0

Gangguan_P

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Gangguan 15 17.9 17.9 17.9

Normal 69 82.1 82.1 100.0

Page 48: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Gangguan_P

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Gangguan 15 17.9 17.9 17.9

Normal 69 82.1 82.1 100.0

Total 84 100.0 100.0

Tingkat_B

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Diatas nilai ambang batas 55 65.5 65.5 65.5

Dibawah nilai ambang batas 29 34.5 34.5 100.0

Total 84 100.0 100.0

Kat_Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 21-25 tahun 7 8.3 8.3 8.3

26-30 tahun 13 15.5 15.5 23.8

31-35 tahun 21 25.0 25.0 48.8

36-40 tahun 22 26.2 26.2 75.0

41-45 tahun 14 16.7 16.7 91.7

46-50 tahun 4 4.8 4.8 96.4

51-55 tahun 3 3.6 3.6 100.0

Total 84 100.0 100.0

Bagian

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Boiler 5 6.0 6.0 6.0

Electrical 15 17.9 17.9 23.8

Electrical Manager 5 6.0 6.0 29.8

Fluting section head 7 8.3 8.3 38.1

Maintenance (General) 10 11.9 11.9 50.0

Maintenance (line) 11 13.1 13.1 63.1

Mechanic 14 16.7 16.7 79.8

Office & Manager 6 7.1 7.1 86.9

PLC Programming 6 7.1 7.1 94.0

Safety control office 5 6.0 6.0 100.0

Total 84 100.0 100.0

CROSSTABS /TABLES=Kat_Masa_K Tingkat_B Kat_Usia BY Gangguan_P /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ PHI /CELLS=COUNT ROW

/COUNT ROUND CELL. Crosstabs

Page 49: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Notes

Output Created 07-Nov-2012 13:05:12

Comments

Input Data C:\Users\Area29\Documents\GP.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 84

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as

missing.

Cases Used Statistics for each table are based on all the

cases with valid data in the specified

range(s) for all variables in each table.

Syntax CROSSTABS

/TABLES=Kat_Masa_K Tingkat_B

Kat_Usia BY Gangguan_P

/FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ PHI

/CELLS=COUNT ROW

/COUNT ROUND CELL.

Resources Processor Time 00:00:00.109

Elapsed Time 00:00:00.057

Dimensions Requested 2

Cells Available 174762

[DataSet1] C:\Users\Area29\Documents\GP.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kat_Masa_K * Gangguan_P 84 100.0% 0 .0% 84 100.0%

Tingkat_B * Gangguan_P 84 100.0% 0 .0% 84 100.0%

Kat_Usia * Gangguan_P 84 100.0% 0 .0% 84 100.0%

Kat_Masa_K * Gangguan_P

Crosstab

Gangguan_P

Total Gangguan Normal

Kat_Masa_K > 5 tahun Count 13 52 65

% within Kat_Masa_K 20.0% 80.0% 100.0%

< 5 tahun Count 2 17 19

% within Kat_Masa_K 10.5% 89.5% 100.0%

Total Count 15 69 84

% within Kat_Masa_K 17.9% 82.1% 100.0%

Page 50: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square .900a 1 .343

Continuity Correctionb .370 1 .543

Likelihood Ratio .990 1 .320

Fisher's Exact Test .502 .282

Linear-by-Linear Association .889 1 .346

N of Valid Casesb 84

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.39.

b. Computed only for a 2x2 table

Tingkat_B * Gangguan_P

Crosstab

Gangguan_P

Total Gangguan Normal

Tingkat_B Diatas nilai ambang batas Count 15 40 55

% within Tingkat_B 27.3% 72.7% 100.0%

Dibawah nilai ambang batas Count 0 29 29

% within Tingkat_B .0% 100.0% 100.0%

Total Count 15 69 84

% within Tingkat_B 17.9% 82.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 9.628a 1 .002

Continuity Correctionb 7.859 1 .005

Likelihood Ratio 14.374 1 .000

Fisher's Exact Test .002 .001

Linear-by-Linear Association 9.514 1 .002

N of Valid Casesb 84

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.18.

b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs

Notes

Output Created 07-Nov-2012 13:21:23

Comments

Input Data C:\Users\Area29\Documents\GP.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 84

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as

missing.

Page 51: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Cases Used Statistics for each table are based on all the

cases with valid data in the specified

range(s) for all variables in each table.

Syntax CROSSTABS

/TABLES=V_Usia BY Gangguan_P

/FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ

/CELLS=COUNT ROW

/COUNT ROUND CELL.

Resources Processor Time 00:00:00.032

Elapsed Time 00:00:00.017

Dimensions Requested 2

Cells Available 174762

[DataSet1] C:\Users\Area29\Documents\GP.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

V_Usia * Gangguan_P 84 100.0% 0 .0% 84 100.0%

V_Usia * Gangguan_P Crosstabulation

Gangguan_P

Total Gangguan Normal

V_Usia Tua Count 5 22 27

% within V_Usia 18.5% 81.5% 100.0%

Muda Count 10 47 57

% within V_Usia 17.5% 82.5% 100.0%

Total Count 15 69 84

% within V_Usia 17.9% 82.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square .012a 1 .913

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .012 1 .913

Fisher's Exact Test 1.000 .568

Linear-by-Linear Association .012 1 .914

N of Valid Casesb 84

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.82.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 52: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

UsiaMasa_KerjaKat_Masa_KPendengaranGangguan_PBisingTingkat_BKat_Usia Bagian Keterangan41 20 1 21,25 2 ### 1 5 Electrical40 17 1 20,00 2 ### 1 4Maintenance (General)40 15 1 10,00 2 ### 1 4Maintenance (General)37 9 1 18,70 2 ### 1 4Maintenance (General)24 1 2 8,75 2 ### 1 1Maintenance (General)31 9 1 26,80 1 ### 1 3Maintenance (General)39 12 1 7,50 2 ### 1 4Maintenance (General)26 4 2 17,50 2 ### 1 2Maintenance (General)33 9 1 20,00 2 ### 1 3 Maintenance (line)28 4 2 28,75 1 ### 1 2 Boiler37 13 1 25,20 2 ### 1 4 Electrical35 12 1 26,25 1 ### 1 3 Mechanic37 9 1 23,75 2 ### 1 4 Electrical42 12 1 23,75 2 ### 1 5 Maintenance (line)37 16 1 28,75 1 ### 1 4 Electrical36 9 1 11,25 2 ### 1 4 Electrical38 9 1 21,20 2 ### 1 4Maintenance (General)33 9 1 23,75 2 ### 1 3 Maintenance (line)29 9 1 36,25 1 ### 1 2 Maintenance (line)29 1 2 26,25 1 ### 1 2 Maintenance (line)43 11 1 25,00 2 ### 1 5 Mechanic24 1 2 11,25 2 ### 1 1 Maintenance (line)33 9 1 16,25 2 ### 1 3 Maintenance (line)29 4 2 23,75 2 ### 1 2 Mechanic34 4 2 21,25 2 ### 1 3 Electrical48 25 1 18,75 1 ### 1 6 Mechanic50 15 1 32,50 2 ### 1 6 Mechanic42 16 1 27,00 2 ### 1 5 Electrical32 8 1 12,50 2 ### 1 3 Boiler34 9 1 10,00 2 ### 1 3 Electrical41 16 1 18,75 2 ### 1 5 Electrical35 1 2 5,00 2 ### 1 3 Mechanic29 2 2 22,50 2 ### 1 2 Boiler42 12 1 20,00 2 ### 1 5 Electrical48 23 1 26,25 1 ### 1 6 Boiler37 15 1 26,25 1 ### 1 4 Maintenance (line)41 16 1 27,50 1 ### 1 5 Electrical34 9 1 20,00 2 ### 1 3 Maintenance (line)32 9 1 21,25 2 ### 1 3 Mechanic26 3 2 11,25 2 ### 1 2 Electrical39 13 1 20,00 2 ### 1 4 Maintenance (line)51 23 1 26,25 1 ### 1 7 Mechanic39 8 1 13,75 2 ### 1 4 Electrical27 3 2 15,00 2 ### 1 2 Mechanic43 15 1 20,00 2 ### 1 5Maintenance (General)34 9 1 20,00 2 ### 1 3 Mechanic40 9 1 26,25 1 ### 1 4Maintenance (General)

Page 53: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

21 8 1 13,75 2 ### 1 1 Mechanic32 9 1 27,50 1 ### 1 3 Maintenance (line)33 9 1 32,50 1 ### 1 3 Mechanic30 9 1 27,50 1 ### 1 2 Mechanic40 16 1 21,25 2 ### 1 4 Boiler28 4 2 25,00 2 ### 1 2 Electrical43 20 1 25,00 2 ### 1 5 Electrical34 9 1 18,75 2 ### 1 3 Mechanic

Page 54: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

KeteranganKat_Masa_K :1 = > 5 tahun2 = < 5 tahun

Gangguan_P :1 = Gangguan2 = Normal

Tingkat_B :1 = > NAB2 = < NAB

Kat_Usia :1 = 21-25 tahun2 = 26-30 tahun3 = 31-35 tahun4 = 36-40 tahun5 = 41-45 tahun6 = 46-50 tahun7 = 51-55 tahun

Page 55: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Gangguan Pendengaran Akibat Bising Pada Pekerja Bagian Maintenance PT. Eastern Pearl

Flour Mills Makassar

Oleh: Rizka Ramadhani Ruray C11108209

Pembimbing:

dr. Sultan Buraena, MSc., Sp.OK dr. Sri Ramadhany, M.Kes

SEMINAR HASIL

Page 56: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

• Gangguan pendengaran dapat terjadi pada manusia diakibatkan oleh bising yang umumnya mengacu pada tingkat pendengaran dimana individu tersebut mengalami kesulitan untuk melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami pembicaraan.

Page 57: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Gangguan Pendengaran

•Masa Kerja

• Intensitas Kebisingan

Page 58: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Rumusan Masalah

Berdasarkan referensi dan latar belakang yang telah disebutkan terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan pada gangguan pendengaran akibat bising, antara lain masa kerja dan intensitas kebisingan.

Page 59: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Posisi pertama Daftar penyakit akibat

kerja

Gangguan pendengaran akibat bising

30-50% pekerja industri di Indonesia

WHO

Page 60: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Luasnya cakupan penderita gangguan pendengaran akibat bising dan adanya tendensi peningkatan jumlah penyakit ini dari tahun ke tahun membuat penulis tertarik untuk meneliti gangguan pendengaran akibat bising

Page 61: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi mengenai hubungan antara masa kerja dan intensitas kebisingan dengan gangguan pendengaran pada pekerja bagian maintenance di PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar

Page 62: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui distribusidistribusi timbulnya

gangguan pendengaran menurut masa kerja pada pekerja bagian maintenance

Untuk mengetahui distribusitimbulnya gangguan pendengaran menurut tingkat kebisingan di tempat kerja bagian maintenance

Untuk mengetahui distribusi distribusi timbulnya gangguan pendengaran menurut hasil pemeriksaan audiometri pada pekerja bagian maintenance

Page 63: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Manfaat penelitian

Manfaat penelitian

Pengelola perusahaan

Masyarakat umum

Institusi pendidikan

Peneliti

Page 64: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum

Pendengaran adalah suatu persepsi tentang bunyi. Bunyi yang kita dengar merupakan rangsangan yang diterima oleh koklea melalui udara atau hantaran tulang dan diubah menjadi impuls listrik biologik dan dipersepsikan oleh otak sebagai pusat pendengaran sebagai bunyi.

Page 65: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak dikehendaki. Dari definisi ini menunjukkan bahwa sebenarnya bising itu sangat subyektif, tergantung dari masing-masing individu, waktu dan tempat terjadinya bising. Sedangkan secara audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekuensi.

Page 66: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Mekanisme Penghantaran Bunyi

•Hantaran udara

•Hantaran tulang

Page 67: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Gambar 1 Anatomi telinga dan mekanisme penghantaran bunyi

Page 68: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Etiologi Gangguan Pendengaran

•Kerusakan telinga luar

•Kerusakan telinga tengah

•Kerusakan telinga dalam

Page 69: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Tes Fungsi Pendengaran

• Tes Bisik

• Tes garis pendengaran

• Tes rinne

• Tes weber

• Tes swabach

• Audiometri

Page 70: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan

• Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide band noise), misalnya mesin-mesin, kipas angina, dapur pijar.

• Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekuensi yang sempit (steady state, narrow band noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas, dan lain-lain.

• Kebisingan terputus-putus (intermittent), misalnya lalu-lintas, suara pesawat terbang di lapangan udara.

Page 71: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

• Kebisingan impulsif (impact of impulsive noise), misalnya seperti pukulan tukul, tembakan bedil atau meriam, ledakan.

• Kebisingan impulsive berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan.

Page 72: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah “Sound Level Meter”. Alat yang dapat digunakan untuk mengukur besarnya tekanan suara atau intensitas suara, alat ini biasanya dilengkapi dengan mikrophone, amplifier, dan kalibrator, namun alat ini akan semakin bermakna bila dilengkapi dengan Octave Band Analyzer yang dapat memperinci suara bising dalam frekuensi yang berbeda sesuai kebutuhan.

Page 73: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Sound Level Meter dilengkapi 2 indikator kecepatan menangkap suara bising yang ditunjukkan oleh jarum indicator serta bisa diatur pada pergerakan cepat (fast) atau lambat (slow). Untuk mengukur suara yang tetap (steady noise) dan intermittent biasanya digunakan pergerakan jarum yang lambat (slow), sedangkan untuk suara yang cepat dan menghentak (impuls/ impact noise) digunakan indicator jarum yang bergerak cepat (fast).

Page 74: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Gambar 2 Sound Level Meter

Page 75: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Kebisingan memberikan dampak yang merugikan kesehatan, antara lain :

• Gangguan pendengaran, mulai dari yang bersifat ringan, ketulian yang bersifat sementara sampai pada ketulian menetap.

• Gangguan komunikasi, bila komunikasi dilakukan pada suatu tempat dengan kebisingan cukup tinggi maka suara pembicaraan akan sulit ditangkap atau dimengerti, sehingga pembicara harus berteriak keras.

Page 76: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

• Gangguan konsentrasi dalam bekerja, terutama pada pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan konsentrasi kerja.

• Gangguan terhadap masyarakat sekitar, sehingga dapat memicu reaksi penolakan terhadap industri tersebut.

Page 77: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya.

Page 78: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Waktu maksimum bekerja

Page 79: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Tuli akibat bising termasuk pada tuli jenis sensorineural dan biasa menetap. Pada pemeriksaan audiometrik ternyata bahwa paparan seseorang dalam waktu yang lama dalam suasana bising dengan level tinggi, maka menyebabkan kelemahan pendengaran pada frekuensi 3000-6000 Hz. Tuli pada frekuensi 4000 Hz merupakan ciri khas tuli akibat bising.

Page 80: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Gambar 3 Audiogram nada murni

Pada tuli sensorineural akibat bising pada telinga kanan

Page 81: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

BAB III KERANGKA KONSEP

Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

1. Masa Kerja

Lamanya masa kerja seseorang pada lingkungan bising sering dihubungkan dengan kejadian gangguan pendengaran. Semakin lama seseorang bekerja dalam suatu lokasi maka akan semakin banyak risiko kelainan atau penyakit yang didapatkan.

Page 82: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

2. Intensitas Kebisingan

Paparan bising yang berulang selama periode waktu yang panjang dapat merusak struktur telinga dalam . Dengan bertambahnya intensitas dan durasi paparan akan dijumpai lebih banyak kerusakan pada telinga yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran.

Page 83: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Penggunaan alat pelindung diri

pemilihan mesin dan alat peredam

Masa Kerja dan Intensitas Kebisingan

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

DIAGRAM DESKRIPSI VARIABEL

Page 84: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Definisi Operasional

• Masa Kerja ialah masa seseorang bekerja yaitu sejak diterima bekerja sampai saat masuk rumah sakit, yang dinyatakan dalam satuan tahun. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penggolongan masa kerja sebagai berikut:

a) kurang dari 5 tahun

b) Lebih dari 5 tahun

Page 85: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

• Intensitas Kebisingan yaitu besarnya tingkatan kebisingan di lingkungan kerja yang dinyatakan dalam desibel (dB). Dalam penelitian ini penulis menggunakan penggolongan intensitas kebisingan sebagai berikut :

a. > 85 dB

b. < 85 dB

Page 86: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

BAB IV METODE PENELITIAN

• Survey dengan

pendekatan analitik Jenis

penelitian

• 08 Oktober 2012 - 20 Oktober 2012

Waktu

• PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar

Lokasi

Page 87: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

• Populasi yang diteliti adalah semua pekerja bagian maintenance PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar

Populasi

• Total Sampling

Sampel

Page 88: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui data primer berupa hasil audiogram, hasil pengukuran tingkat kebisingan dan data sekunder berupa daftar pegawai maintenance PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar.

Page 89: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik statistik dengan menggunakan program spss dan kemudian data disajikan dalam bentuk tabel.

Page 90: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Hasil dan Pembahasan

Dalam bab ini peneliti akan menyajikan hasil penelitian mengenai gangguan pendengaran akibat bising pada pekerja bagian maintenance PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Page 91: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Karakteristik Responden N %

Usia (tahun)

21-25

26-30

31-35

36-40

41-45

46-50

51-55

Bagian

Boiler

Electrical

Maintenance (General)

Maintenance (Line)

Mechanic

Office & Manager

PLC Programming

Safety Control Office

Electrical Manager

Fluting Section Head

7

13

21

22

14

4

3

5

15

10

11

14

6

6

5

5

7

8.3

15.5

25.0

26.2

16.7

4.8

3.6

6.0

17.9

11.9

13.1

16.7

7.1

7.1

6.0

6.0

8.3

Jumlah 84 100.0

Tabel 1 Karakteristik Responden PT. Eastern Pearl Flour Mills

Makassar

Page 92: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Variabel Penelitian N %

Masa Kerja

> 5 tahun

< 5 tahun

Tingkat Kebisingan

> NAB (85 dB)

< NAB (85 dB)

Gangguan Pendengaran

Mengalami Gangguan

Normal

65

19

55

29

15

69

77.4

22.6

65.5

34.5

17.9

82.1

Jumlah 84 100.0

Tabel 2 Variabel Penelitian

Page 93: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Masa Kerja

Gangguan Pendengaran

Jumlah

p Mengalami Gangguan Normal

n % n % n %

> 5 Tahun

< 5 Tahun

13

2

20.0

10.5

52

17

80.0

89.5

65

19

100.0

100.0

0.502

Jumlah 15 17.9 69 82.1 84 100.0

Tabel 3 Hubungan antara Masa Kerja dengan Kejadian Gangguan Pendengaran

Pada Responden PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar

Page 94: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Dari hasil penelitian, menunjukkan jumlah responden yang masa kerjanya > 5 tahun sebanyak 65 responden, yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 13 responden (20.0%) sedangkan yang tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 52 responden (80.0%). Jumlah responden yang masa kerjanya < 5 tahun sebanyak 19 responden dengan yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 2 responden (10.5%) sedangkan yang tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 17 responden (89.5%).

Page 95: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Hasil analisis menggunakan uji statistik chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian gangguan pendengaran.

Namun hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori yang digunakan sebagai referensi yang mengatakan bahwa adanya hubungan yang erat antara masa kerja dengan kejadian gangguan pendengaran.

Page 96: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

NO SUMBER BISING HASIL PENGUKURAN KET.

1 General Maintenance 87,1 dB Tidak Memenuhi Syarat

2 Line Maintenance 87,8 dB Tidak Memenuhi Syarat

3 Boiler & Power Station 86 dB Tidak Memenuhi Syarat

4 Electrical 89,4 dB Tidak Memenuhi Syarat

5 Mechanic & Workshop 86,7 dB Tidak Memenuhi Syarat

6 PLC Programming 74 dB Memenuhi Syarat

7 Office & Manager 76 dB Memenuhi Syarat

8 Electrical Manager 81 dB Memenuhi Syarat

9 Fluting Section Head 83,3 dB Memenuhi Syarat

10 Safety Control Office 77 dB Memenuhi Syarat

Tabel 4 Data Hasil Pengukuran Sound Level Meter

Page 97: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Tingkat

Kebisingan

Gangguan Pendengaran

Jumlah

p Mengalami Gangguan Normal

n % n % n %

> NAB

< NAB

15

0

27.3

0.0

40

29

72.7

100.0

55

29

100.0

100.0

0.005

Jumlah 15 17.9 69 82.1 84 100.0

Tabel 5 Hubungan Antara Intensitas Kebisingan dengan Kejadian Gangguan Pendengaran

Pada Responden PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar

Page 98: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Dapat dilihat dari hasil pengukuran intensitas kebisingan dengan menggunakan sound level meter bahwa didapatkan 5 lokasi yang berada diatas nilai ambang batas (85 dB) dan didapatkan 5 lokasi yang berada dibawah nilai ambang batas.

Page 99: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Jumlah responden yang tingkat kebisingan > NAB sebanyak 55 responden, yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 15 responden (27.3%) sedangkan yang tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 40 responden (72.7%). Jumlah responden yang tingkat kebisingan < NAB sebanyak 29 responden dan tidak ada yang mengalami gangguan pendengaran, sedangkan yang tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 29 responden (100.0%).

Page 100: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara intensitas kebisingan dengan kejadian gangguan pendengaran. Hasil tersebut sesuai dengan teori yang digunakan peneliti sebagai referensi mengenai hubungan intensitas kebisingan dengan gangguan pendengaran.

Page 101: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai gangguan pendengaran akibat bising pada pekerja bagian maintenance PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian gangguan pendengaran, dan ada hubungan antara intensitas kebisingan dengan gangguan pendengaran pada pekerja bagian maintenance PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar.

Page 102: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id

SARAN

• Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor lain yang dapat memicu terjadinya gangguan pendengaran akibat bising.

• Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan berusaha menggali informasi sedetail mungkin tentang gangguan pendengaran akibat bising.

Page 103: SKRIPSI NOVEMBER 2012 - digilib.unhas.ac.id