skripsi november 2012 - digilib.unhas.ac.id
TRANSCRIPT
SKRIPSI
NOVEMBER 2012
GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING PADA PEKERJA
BAGIAN MAINTENANCE DI PT.EASTERN
FLOUR MILLS MAKASSAR
OLEH:
RIZKA RAMADHANI RURAY
C 111 08 209
PEMBIMBING :
dr.Sultan Buraena, MS, Sp.OK
Dr. Sri Ramadhany, M.Kes
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
1
Gangguan Pendengaran Akibat Bising Pada Pekerja Bagian Maintenance PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar
ABSTRAK
Latar Belakang: Sebagai Negara industri yang sedang berkembang, Indonesia banyak menggunakan peralatan industri yang dapat membantu dan mempermudah pekerjaan. Masalahnya, kemudian timbul bising lingkungan kerja yang bisa berdampak buruk terhadap kesehatan para pekerja.3 Kemajuan ini disatu sisi memberikan dampak positif dengan terbukanya lahan pekerjaan baru, membaiknya sistem transportasi dan pada akhirnya meningkatkan taraf sosial ekonomi masyarakat. Namun di sisi lain akan menimbulkan dampak negatif yang justru akan membahayakan kehidupan manusia. Dampak ini dapat terjadi baik di lokasi daerah industri maupun di lingkungan sekitarnya.2
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan “cross-sectional”. Subjek penelitian adalah pria pekerja pabrik bagian maintenance yang bekerja pada shift 1 (jam 08.00 pagi – 15.00 sore) sebanyak 84 orang berdasarkan total sampling dan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer yaitu hasil audiogram pekerja bagian maintenance dengan pemeriksaan audiometri, hasil pengukuran tingkat kebisingan di tempat kerja, dan wawancara mengenai masa kerja. Selain itu digunakan pula data sekunder yang diperoleh dari pengelola PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar dan dilakukan pencatatan sesuai dengan variabel yang dibutuhkan. Analisis statistik yang dibutuhkan adalah uji Chi Square. Hasil: Dari total responden dengan masa kerja > 5 tahun yaitu 65 responden, yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 13 responden (20.0%) ,sedangkan yang tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 52 responden (80.0%). Total responden dengan masa kerja < 5 tahun yaitu 19 responden, yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 2 responden (10.5%), sedangkan yang tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 17 responden (89.5%). Dari hasil uji Chi Square diperoleh hasil p = 0.502 Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan terjadinya gangguan pendengaran pada pekerja bagian maintenance PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar, tetapi terdapat hubungan antara intensitas kebisingan dengan terjadinya gangguan pendengaran pada pekerja bagian maintenance PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar.
Kata kunci: gangguan pendengaran, kebisingan, cross-sectional
2
Noise Induce Hearing Loss Due In Part Maintenance Workers of PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar
ABSTRACT
Background: As an emerging industrial countries, Indonesia has been using industrial equipment that can assist and facilitate the work. The problem is, then arise noisy work environment that can adversely affect the health of workers.3 Progress on the one hand a positive impact by opening land new jobs, improved transport system and ultimately improve the socio-economic communities. But on the other hand will have a negative impact that would endanger human life. This impact can occur both at the site and around the industrial area.2
Method: This research is analytic survey with a "cross-sectional". Subjects were male parts of factory maintenance work on shift 1 (08.00 am - 15.00 pm) as much as 84 people based on a total sampling and inclusion criteria. The data was collected using primary data that is part of maintenance workers audiogram results with audiometric examination, the results of measurements of noise levels in the workplace, and interviews about the work period. In addition it is also used secondary data obtained from the manager of PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar and a register in accordance with the required variables. Statistical analysis required is Chi Square test. Result: Of the total respondents with years of service > 5 years that is 65 respondents, who have a hearing loss by 13 respondents (20.0%), while those not experiencing hearing loss by 52 respondents (80.0%). Total respondents with years of service <5 years were 19 respondents, who have a hearing loss as much as 2 respondents (10.5%), while those not experiencing hearing loss by 17 respondents (89.5%). From the results of the Chi Square test results obtained p = 0502 Conclusion: There is no relationship between years of service with the occurrence of hearing loss in the maintenance section of workers of PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar, but there is a relationship between the intensity of the noise with the hearing loss in workers at maintenance section of PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar.
Keyword: hearing loss, noise, cross-sectional
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan
masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan
nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
memperhatikan tantangan perkembangan global. untuk Mencapai maksud tersebut maka
pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan
lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat yang
memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan dan rehabilitasi sejak pembuahan dalm kandungan sampai usia lanjut.1
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dan modal dasar manusia agar dapat
menjalani hidup yang wajar dengan berkarya dan menikmati kehidupan secara optimal di
dunia ini. Sebagai kebutuhan sekaligus hak dasar, kesehatan harus menjadi milik setiap
orang dimanapun ia berada. Ini berarti bahwa setiap orang harus berperan aktif dan
berupaya sendiri untuk memperoleh dan menjaga kesehatannya.2
Sebagai Negara industri yang sedang berkembang, Indonesia banyak
menggunakan peralatan industri yang dapat membantu dan mempermudah pekerjaan.
Masalahnya, kemudian timbul bising lingkungan kerja yang bisa berdampak buruk
terhadap kesehatan pekerja.3
Kemajuan ini disatu sisi memberikan dampak positif dengan terbukanya lahan
pekerjaan baru, membaiknya system transportasi dan pada akhirnya meningkatkan taraf
sosial ekonomi masyarakat. Namun disisi lain akan menimbulkan dampak negative yang
justru akan membahayakan kehidupan manusia. Dampak ini dapat terjadi baik di lokasi
daerah industri maupun di lingkungan sekitarnya.2
Gangguan pendengaran dapat terjadi pada manusia diakibatkan oleh bising yang
umumnya mengacu pada tingkat pendengaran dimana individu tersebut mengalami
kesulitan untuk melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami
pembicaraan.4
4
WHO (seperti yang dikutip oleh Jenny Bashiruddin) melaporkan bahwa gangguan
pendengaran akibat bising menempati posisi pertama dalam daftar penyakit akibat kerja
di Amerika dan Eropa dengan proporsi 35%. Di berbagai industri di Indonesia, angka ini
berkisar antara 30-50%.5
Dari hasil penelitian Parsroan Tamba (2000) juga ditemukan gangguan
pendengaran sebesar 31,62% pada karyawan industri kompor dan bengkel las di Malang.6
Di Makassar, Alasiri dan Hartati (2003) melaporkan 18,20% karyawan PT.
Sermani Steel Makassar mengalami gangguan pendengaran sedangkan Marsal dan Rina
(2003) melaorkan 27,45% karyawan PT. Berdikari Sari Utama Flour Mills Makassar
mengalami gangguan pendengaran.7
Seiring dengan kebutuhan pembangunan, penggunaan peralatan industri yang
menimbulkan bising di Negara berkembang, termasuk Indonesia makin lama makin
bertambah. Hal ini perlu diantisipasi untuk mencegah kerugian sumber daya manusia
dengan melakukan pemeriksaan pekerja serta mengurangi gangguan dengan
menyediakan alat pelindung pendengaran.8
Pada masa kini, dengan dorongan dan arahan pemerintah banyak hal yang dapat
dilakukan untuk mengurangi bising yang berlebihan dan melindungi pendengaran pekerja
dari ketulian .6
Metode yang paling efektif untuk mengontrol bising adalah mengurangi
kebisingan dengan menghasilkan desain mesin yang baik, yang merupakan tanggung
jawab pabrik. Dalam setiap instansi kerja dapat melakukan modifikasi, misalnya
perubahan bentuk stiur, pemasangan saringan atau memberikan bahan tambahan sebagai
penyaring kebisingan.7
Gangguan yang tidak dicegah maupun diatasi bisa menimbulkan kecelakaan, baik
pada pekerja maupun orang disekitarnya. Masalah ini perlu lebih diperhatikan untuk
menghindarkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.8
5
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah ada hubungan antara masa kerja serta tingkat kebisingan dengan kejadian
gangguan pendengaran pada pekerja bagian maintenance di PT. Eastern Pearl Flour Mills
Makassar.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara masa kerja dan intensitas kebisingan dengan
gangguan pendengaran pada pekerja bagian maintenance di PT. Eastern Pearl Flour
Mills Makassar
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi timbulnya gangguan pendengaran menurut masa
kerja pada pekerja bagian maintenance PT. Eastern Pearl Flour Mills
Makassar
b. Untuk mengetahui distribusi timbulnya gangguan pendengaran menurut
tingkat kebisingan di tempat kerja bagian maintenance PT. Eastern Pearl Flour
Mills Makassar
c. Untuk mengetahui distribusi timbulnya gangguan pendengaran menurut hasil
pemeriksaan audiometri pada pekerja bagian maintenance PT. Eastern Pearl
Flour Mills Makassar
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Pengelola Perusahaan
Sebagai masukan pemikiran dan menambah pengetahuan tentang
hubungan masa kerja dengan kejadian gangguan pendengaran pada pekerja
bagian maintenance, sehingga dapat meningkatkan perhatian terhadap kesehatan
pekerja.
6
2. Bagi pekerja dan masyarakat sekitar
Mengetahui tentang efek yang dapat ditimbulkan oleh kebisingan sehingga
dapat melakukan tindakan pencegahan.
3. Bagi institusi pendidikan
Bagi dunia pendidikan program studi Kepaniteraan Klinik Kedokteran
dapat bermanfaat sebagai referensi dan masukan bagi pengembangan program
studi Kepaniteraan Klinik Kedokteran serta menambah pengetahuan bagi para
pembaca.
4. Bagi peneliti
Sarana penerapan dan pengembangan ilmu yang secara teoritik didapat
dalam perkuliahan sehingga menambah pengetahuan dan informasi serta sebagai
data acuan untuk melakukan penelitian berikutnya yang berkaitan dengan
gangguan pendengaran pada pekerja pabrik.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN UMUM PENDENGARAN DAN GANGGUAN PENDENGARAN
Mekanisme Pendengaran
Pendengaran adalah suatu persepsi tentang bunyi. Bunyi yang kita dengar merupakan
rangsangan yang diterima oleh koklea melalui udara atau hantaran tulang dan diubah menjadi
impuls listrik biologik dan dipersepsikan oleh otak sebagai pusat pendengaran sebagai bunyi.
Berdasarkan mekanisme penghantaran bunyi, pendengaran dibagi atas9,10 :
a. Hantaran Udara
Gelombang bunyi dirambatkan melalui udara, melalui liang telinga luar (meatus
acusticus externa) dan menggetarkan gendang telinga (membrane timpani), lalu
diteruskan oleh tulang-tulang pendengaran (osicula auditiva) yang terdiri atas maleus,
incus, dan stapes. Gendang telinga dan rangkaian tulang-tulang pendengaran akan
memperkuat gelombang bunyi sebesar 22 kali. Getaran ini akan diteruskan ke koklea
melalui foramen ovale lalu menggerakkan perilimfe. Gerakan ini akan menggerakkan sel-
sel rambut yang kemudian menghasilkan rangsang (impuls) listrik dan diteruskan ke
pusat pendengaran di otak (area 39-40) melalui saraf pendengaran (nervus
vestibulochoclearis / N. VIII).
b. Hantaran Tulang
Getaran diterima oleh tulang dan diteruskan ke koklea. Mekanisme selanjutnya
sama dengan mekanisme hantaran udara. Hantaran udara lebih baik daripada hantaran
tulang.
Secara sederhana anatomi telinga dan mekanisme penghantaran bunyi dapat dilihat pada
gambar dibawah ini11 :
8
Gambar 1
Anatomi telinga dan mekanisme penghantaran bunyi
Patofisiologi timbulnya gangguan pendengaran
Telinga dibagi atas 3 bagian yaitu : telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
Masing-masing memiliki struktur dan fungsi tersendiri dalam mekanisme pendengaran. Adanya
gangguan pada masing-masing struktur akan menimbulkan gangguan pendengaran.9
Telinga luar yang terdiri dari daun telinga (auricula) dan liang telinga (meatus acusticus
externa), dan telinga tengah yang terdiri dari gendang telinga (membrane timpani) dan tulang-
tulang pendengaran (osicula auditiva) merupakan suatu sistem konduksi yang menghantarkan
bunyi masuk ke telinga dalam (cochlea). Adanya gangguan pada struktur ini misalnya serumen
obturans, ruptur atau perforasi gendang telinga, kerusakan pada tulang-tulang pendengaran akan
menyebabkan ketulian, oleh karena itu ketulian jenis ini disebut tuli konduktif.9
Pada telinga dalam terdapat organ yang berfungsi sebagai alat pendengaran (cochlea) dan
alat keseimbangan (vestibulum). Koklea melalui sel-sel rambut akan mengubah rangsang bunyi
9
menjadi impuls listrik dan diteruskan ke otak melalui saraf pendengaran (N. VIII). Kerusakan
pada struktur ini, misalnya kerusakan sel-sel rambut koklea, kerusakan saraf pendengaran atau
gangguan pada pusat pendengaran di otak akan menyebabkan ketulian yang disebut tuli
sensorineural (tuli saraf).9
Pemeriksaan fungsi pendengaran
Pemeriksaan fungsi pendengaran dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa tes.
Beberapa tes yang dapat digunakan untuk memeriksa pendengaran adalah9,10 :
1. Tes bisik
Tes bisik merupakan tes semi kuantitatif, dan digunakan untuk menentukan derajat
ketulian secara kasar. Prinsip tes ini adalah menilai fungsi hantaran udara penderita melalui
jawaban yang diberikan penderita terhadap kata-kata tertentu yang dibisikkan oleh dokter/
pemeriksa. Tes ini dipakai untuk penyaringan kesehatan calon karyawan atau siswa tertentu.
Pemeriksaan dengan tes bisik memerlukan syarat-syarat sebagai berikut :
Bahan tes, terdiri dari sedikitnya 20 kata bisilabik yang diucapkan tanpa menggetarkan
pita suara.
Ruangan tes, merupakan suatu ruangan dengan jarak minimal 6 meter yang sepi, dan
tidak menggema.
Penderita, harus mengucapkan kembali ucapan pemeriksa yang dapat didengarnya
dengan suara yang keras dan jelas. Untuk itu penderita harus diberikan instruksi yang
jelas sebelum dilakukan pemeriksaan.
Cara pemeriksaan ialah dengan membisikkan kata bisilabik dari jarak 6 meter. Bila
penderita tidak dapat mendengar dan mengucapkan kembali kata-kata bpemeriksa dengan benar
maka pemeriksa maju 1 meter dan mulai membisikkan kata-kata baru, sampai penderita dapat
mendengar dan mengucapkan kembali kata-kata baru, sampai penderita dapat mendengar dan
mengucapkan kembali kata-kata pemeriksa minimal 16 kata (80%).
10
Interpretasi :
Normal : jika penderita dapat mengulangi kata-kata dalam jarak 5-6 meter
Tuli ringan : jika penderita dapat mengulangi kata-kata dalam jarak 4 meter
Tuli sedang : jika penderita dapat mengulangi kata-kata dalam jarak 2-3 meter
Tuli berat : jika penderita dapat mengulangi kata-kata dalam jarak 1 meter
2. Garis pendengaran
Garis pendengaran ialah frekuensi pendengaran tertinggi dan terendah pada
penderita untuk hantaran udara. Pemeriksaan garis pendengaran menggunakan 5 buah
garpu tala dengan frekuensi berbeda : 128 Hz, 256 Hz, 1024 Hz, dan 2048 Hz. Telinga
normal dapat mendengar semua frekuensi yang dihasilkan oleh garpu tala.
Pada ketulian konduktif, umumnya tidak dapat mendengar bunyi pada frekuensi rendah
(128 Hz, 256 Hz) sehingga disebu garis pendengaran meningkat, sedangkan pada
ketulian sensorineural, umumnya tidak dapat mendengar bunyi pada frekuensi tinggi
(1024 Hz, 2048 Hz) sehingga disebut garis pendengaran menurun.
3. Tes Rinne
Prinsip dari tes Rinne adalah membandingkan hantaran tulang dengan hantaran
udara penderita pada satu telinga. Pemeriksaan dilakukan dengan menggerakkan garpu
tala (biasanya digunakan 512 Hz) dan menempelkannya pada planum mastoid penderita.
Jika penderita masih mendengar bunyi maka disebut Rinne positif (+), sedangkan jika
penderita tidak mendengar bunyi maka disebut Rinne negatif (-).
Interpretasi :
Rinne positif (+) : telinga normal atau tuli sensorineural
Rinne negatif (-) : telinga dengan tuli kondktif
11
4. Tes Weber
Tes weber pada prinsipnya membandingkan hantaran tulang antara telinga kiri
dengan telinga kanan penderita. Cara pemeriksaan ialah dengan menggetarkan garpu tala
(512 Hz) lalu pangkalnya ditekankan pada garis median (garis tengah) kepala, misalnya
verteks, glabella, atau maksilla. Jika bunyi terdengar sama besarnya pada kedua telinga
maka dikatakan tidak ada lateralisasi, sedangkan jika bunyi terdengar lebih keras pada
salah satu telinga disebut lateralisasi positif ke kiri atau ke kanan.
Interpretasi :
Tes weber dengan lateralisasi (+) misalnya ke kanan, maka memiliki beberapa
kemungkinan, yaitu :
Telinga kanan tuli konduktif, telinga kiri normal.
Telinga kanan normal, telinga kiri sensorineural.
Kedua telinga tuli konduktif, telinga kanan lebih berat.
Telinga kanan tuli konduktif, telinga kiri sensorineural.
5. Tes Swabach
Prinsip dari tes Swabach ialah membandingkan lamanya hantaran tulang
penderita dengan pemeriksa, dengan catatan pendengaran pemeriksa harus normal. Cara
pemeriksaan ialah : garpu tala yang sudah digetarkan kemudian diletakkan pada planum
mastoid penderita, jika penderita sudah tidak mendengar bunyi garpu tala maka dengan
segera garpu tala dipindahkan ke planum mastoid pemeriksa, jika pemeriksa masih
mendengar bunyi disebut swabach memendek, jika pemeriksa sudah tidak mendengar
bunyi maka prosedur dibalik dari pemeriksa ke penderita, jika penderita masih
mendengar bunyi berarti swabach memanjang, sedangkan jika penderita juga sudah
tidak mendengar bunyi berarti sama panjang/ normal.
Interpretasi :
Swabach memendek ditemukan pada ketulian sensorineural.
Swabach memanjang ditemukan pada ketulian konduktif.
12
Swabach sama panjang artinya pendengaran penderita normal.
6. Audiometri
Pemeriksaan audiometri merupakan pemeriksaan pendengaran yang sangat akurat
yang dapat menentukan jenis dan derajat ketulian penderita. Pemeriksaan audiometri
menggunakan alat yang disebut audiometer.
B. TINJAUAN UMUM BISING DAN GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT
BISING
Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak dikehendaki. Dari
definisi ini menunjukkan bahwa sebenarnya bising itu sangat subyektif, tergantung dari
masing-masing individu, waktu dan tempat terjadinya bising. Sedangkan secara
audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekuensi. Banyak
sumber kebisingan yang terdapat di sekitar kita antara lain : industri, lalu lintas baik
darat, laut maupun udara, radio dan TV yang dibunyikan terlalu keras, diskotik, proyek
pembangunan dan sebagainya.8,12
Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan13 :
1. Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide
band noise), misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar.
2. Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekuensi yang sempit (steady state,
narrow band noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas, dan lain-lain.
3. Kebisingan terputus-putus (intermittent), misalnya lalu-lintas, suara pesawat terbang
di lapangan udara.
4. Kebisingan impulsif (impact of impulsive noise), misalnya seperti pukulan tukul,
tembakan bedil atau meriam, ledakan.
5. Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan.
13
Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah “Sound Level Meter”. Alat yang
dapat digunakan untuk mengukur besarnya tekanan suara atau intensitas suara, alat ini
biasanya dilengkapi dengan mikrophone, amplifier, dan kalibrator, namun alat ini akan
semakin bermakna bila dilengkapi dengan Octave Band Analyzer yang dapat memperinci
suara bising dalam frekuensi yang berbeda sesuai kebutuhan.3,13
Sebagian besar Sound Level Meter dapat membaca intensitas suara antara 40-140
dB, dan bila dilengkapi dengan Octave Band Analyzer dapat memisahkan intensitas suara
pada frekuensi 31.5, 63, 125, 250, 500, 1000, 2000, 4000, 8000, 16000 Hz. Sound Level
Meter dilengkapi 2 indikator kecepatan menangkap suara bising yang ditunjukkan oleh
jarum indicator serta bisa diatur pada pergerakan cepat (fast) atau lambat (slow). Untuk
mengukur suara yang tetap (steady noise) dan intermittent biasanya digunakan
pergerakan jarum yang lambat (slow), sedangkan untuk suara yang cepat dan menghentak
(impuls/ impact noise) digunakan indicator jarum yang bergerak cepat (fast).13,14
Gambar 2
Sound Level Meter
Kebisingan memberikan dampak yang merugikan kesehatan, antara lain8 :
1. Gangguan pendengaran, mulai dari yang bersifat ringan, ketulian yang bersifat
sementara sampai pada ketulian menetap.
14
2. Gangguan komunikasi, bila komunikasi dilakukan pada suatu tempat dengan
kebisingan cukup tinggi maka suara pembicaraan akan sulit ditangkap atau
dimengerti, sehingga pembicara harus berteriak keras.
3. Gangguan konsentrasi dalam bekerja, terutama pada pekerjaan yang memerlukan
ketelitian dan konsentrasi kerja.
4. Gangguan terhadap masyarakat sekitar, sehingga dapat memicu reaksi penolakan
terhadap industri tersebut.
Nilai ambang batas kebisingan adalah angka (dB) yang dianggap aman untuk
sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Surat Edaran
Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE-01/ MEN/ 1978, Nilai
Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan
merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan
hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari
atau 40 jam seminggunya. Waktu maksimum bekerja adalah sebagai berikut3 :
82 dB : 16 jam per hari
85 dB : 8 jam per hari
88 dB : 4 jam per hari
91 dB : 2 jam per hari
97 dB : 1 jam per hari
100 dB : ¼ jam per hari
Paparan bising yang berulang selama periode waktu yang panjang dapat merusak
struktur telinga dalam (organon corti pada koklea) yang sangat peka terhadap pengaruh
bising. Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar. Mekanisme primer
adalah perubahan fisiologi dan kimia yang menyebabkan stress metabolik yang
menyebabkan disfungsi dan degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan
lama paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku sehingga
15
mengurangi respon terhadap stimulasi. Dengan bertambahnya intensitas dan durasi
paparan akan dijumpai lebih banyak kerusakan seperti hilangnya stereosilia.11,12
Daerah yang petama kali terkena adalah daerah basal. Dengan hilangnya
stereosilia, sel-sel rambut mati dan digantikan oleh jaringan parut. Semakin tinggi
intensitas paparan bunyi, sel-sel rambut dalam dan sel-sel penunjang juga rusak.11,12
Tuli akibat bising termasuk pada tuli jenis sensorineural dan biasa menetap. Pada
pemeriksaan audiometrik ternyata bahwa paparan seseorang dalam waktu yang lama
dalam suasana bising dengan level tinggi, maka menyebabkan kelemahan pendengaran
pada frekuensi 3000-6000 Hz. Tuli pada frekuensi 4000 Hz merupakan ciri khas tuli
akibat bising.8
Gambar 3
Audiogram nada murni
Pada tuli sensorineural akibat bising pada telinga kanan
Semakin lama seseorang bekerja dalam suatu lokasi maka akan semakin banyak
risiko kelainan atau penyakit yang didapatkan. Terlebih lagi dalam lingkungan bising,
risiko tersebut semakin meningkat. Dari beberapa penelitian (Persaoran Tamba, 2000)
pada industri gas dan kompor didapatkan bahwa terdapat hubungan antara lamanya masa
kerja seseorang pada lingkungan bising dengan gangguan pendengaran (analisis paparan)
16
dan gangguan pendengaran tersebut meningkat pada pekerja dengan masa kerja lebih dari
9 tahun pada lingkungan bising.6,8
Usaha pencegahan merupakan tindakan yang paling penting pada penatalaksanaan
penyakit yang ditimbulkan oleh bising. Dalam rangka usaha melindungi karyawan dari
kebisingan di lingkungan kerja dapat dipakai beberapa cara. Salah satu diantaranya ialah
memakai alat pelindung telinga atau “personal protective devices” yaitu dengan
menyediakan ear defender berupa ear plug, ear muffs atau helmet.8
Ear muffs umumnya dipakai dalam situasi lingkungan kerja dengan intensitas
bising hingga 95 dB, ear plug (sumbat telinga) dipakai dalam situasi tingkat kebisingan
95-100 dB, dengan redusi 20-21 dB. Untuk memperoleh hasil terbaik dapat digunakan
kombinasi antara tutup telinga dan sumbat telinga. Beberapa macam alat pelindung
telinga dan penggunaannya dapat dilihat pada gambar berikut.15,16
Gambar 4
Ear muffs (tutup telinga)
17
Gambar 5
Ear plug (sumbat telinga)
Gambar 6
Helmet (helm)
18
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka konsep
Variabel bebas : Masa Kerja & Tingkat Kebisingan
Variabel Terikat : Gangguan Pendengaran
B. Hipotesis
Hipotesis nol : Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian gangguan
pendengaran pada pekerja bagian maintenance di PT. Eastern Pearl Flour Mills
Makassar.
Hipotesis alternatif : Ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian gangguan
pendengaran pada pekerja bagian maintenace di PT. Eastern Pearl Flour Mills
Makassar.
Masa Kerja & tingkat kebisingan
Pekerja pabrik bagian maintenance
Gangguan Pendengaran
19
Hipotesis nol : Tidak ada hubungan antara tingkat kebisingan di tempat kerja
dengan gangguan pendengaran pada pekerja bagian maintenace di PT. Eastern
Pearl Flour Mills Makassar.
Hipotesis alternatif : ada hubungan antara tingkat kebisingan di tempat kerja
dengan gangguan pendengaran pada pekerja bagian maintenace di PT. Eastern
Pearl Flour Mills Makassar.
20
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei analitik. Dengan
pendekatan “cross sectional” karena peneliti mempelajari dinamika korelasi antara faktor
resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus
pada suatu saat.
B. LOKASI PENELITIAN
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 08 – 20 Oktober 2012
C. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua tenaga kerja yang bekerja pada bagian
maintenance di PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar.
2. Sampel
Pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah total sampling
pada pekerja bagian maintenance PT. Eastern Pearl Mills Makassar.
21
D. KRITERIA INKLUSI & EKSKLUSI
1. Kriteria Inklusi :
Pekerja pabrik bagian maintenance berjenis kelamin laki-laki
Pekeja pabrik bagian maintenance yang bekerja pada shift 1 (jam 08.00 pagi –
15.00 sore)
2. Kriteria Eksklusi :
Pekerja pabrik bagian maintenance berjeniskelamin perempuan
Pekerja pabrik bagian maintenance yang bekerja pada shift 2 & shift 3
E. METODE PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer yaitu hasil
audiogram pekerja bagian maintenance dengan pemeriksaan audiometri, hasil
pengukuran tingkat kebisingan di tempat kerja, dan wawancara mengenai masa kerja.
Selain itu digunakan pula data sekunder yang diperoleh dari pengelola PT. Eastern Pearl
Flour Mills Makassar dan dilakukan pencatatan sesuai dengan variabel yang dibutuhkan.
F. PENGOLAHAN DATA
Pengolahan data dilakukan menggunakan analisis chi kuadrat (chi square) yang
dipakai dalam pengujian hipotesis, program komputer SPSS 16.0 dan Microsoft Excel
untuk memperoleh hasil statistik analitik yang diharapkan.
22
BAB V
GAMBARAN UMUM PT. EASTERN PEARL FLOUR MILLS MAKASSAR
A. UMUM
Sampai akhir tahun 1960-an di Indonesia belum ada pabrik tepung terigu
sehingga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maka tepung terigu masih harus
diimpor. Pada waktu itu tepung terigu belum banyak di konsumsi masyarakat padahal
tepung terigu merupakan bahan makanan pokok yang bergizi. Namun seiring dengan
meningkatnya kesejahteraan masyarakat, tepung terigu kian lama kian diminati, terutama
berkat semakin suburnya pertumbuhan industry pengolahan makanan yang memakai
tepung terigu sebagai bahan bakunya. Tentunya hal ini menuntut keberadaan produsen
tepung terigu di Indonesia.
Masalah diatas teratasi dengan berdirinya tiga pabrik tepung terigu di Indonesia
tahun 1972, yaitu di Jakarta, Surabaya, dan Ujung Pandang.
Dengan hadirnya pabrik tepung terigu tersebut maka konsumsinyadari tahun ke
tahun semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk, meningkatnya
kesejahteraan masyarakat dan kian maraknya industri-industri makanan menggunakan
bahan baku tepung terigu.
Pabrik tepung terigu di Ujung Pandang berawal dengan nama PT. Prima
Indonesia yang didirikan tahun 1972, kemudian berganti nama menjadi PT. Berdikari
Sari Utama Flour Mills pada tanggal 11 Maret 1982, pabrik ini merupakan satu-satunya
pabrik tepung terigu di Kawasan Indonesia Timur. Tahun 2002 berganti nama menjadi
PT. Berdikari Sari Utama Flour Mills-Interflour, Zuelling Group dan tahun 2005
berganti nama menjadi PT. Eastern Pearl Flour Mills yang bertempat di jalan Hatta 302
Makassar. Saat ini memiliki dua (2) pabrik penggiling yaitu Sea Side Mill dengan luas
22,085 m2 dan City Mill dengan luas 12,834 m2.
23
B. STRUKTUR ORGANISASI
Dalam menjalankan kegiatannya, PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar (EPFM)
didukung oleh sejumlah karyawan yang tersebar dalam beberapa bagian dalam
perusahaan dengan tugas dan tanggung jawab yang berbeda, yang disusun dalam suatu
struktur organisasi. Untuk memaksimalkan operasinya, EPFM menggunakan tenaga ahli
asing yang dipadukan dengan tenaga ahli lokal yang berpengalaman. Melalui masa
transisi yang cukup berat dan berkat kerjasama yang baik antara karyawan dan
manajemen, sekarang perusahaan ini berjalan dengan sangat baik.
24
BAB VI
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar yang
dimulai pada tanggal 8 sampai 20 Oktober 2012. Jumlah pekerja dibagian/ unit
maintenance pada PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar yaitu 89 orang, yang kami
ambil sebagai responden penelitian berdasarkan total sampling dan kriteria inklusi adalah
sebanyak 84 orang. Adapun data-data yang kami dapatkan :
Tabel 1
Karakteristik Responden PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar
Karakteristik Responden N % Usia (tahun)
21-25 26-30 31-35 36-40 41-45 46-50 51-55
Bagian Boiler Electrical Maintenance (General) Maintenance (Line) Mechanic Office & Manager PLC Programming Safety Control Office Electrical Manager Fluting Section Head
7 13 21 22 14 4 3
5 15 10 11 14 6 6 5 5 7
8.3 15.5 25.0 26.2 16.7 4.8 3.6
6.0 17.9 11.9 13.1 16.7 7.1 7.1 6.0 6.0 8.3
Jumlah 84 100.0
25
Tabel 2
Variabel Penelitian
Tabel 3
Hubungan antara Masa Kerja dengan Kejadian Gangguan Pendengaran
Pada Responden PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar
Masa Kerja Gangguan Pendengaran Jumlah p Mengalami Gangguan Normal
n % n % n % > 5 Tahun < 5 Tahun
13 2
20.0 10.5
52 17
80.0 89.5
65 19
100.0 100.0 0.502
Jumlah 15 17.9 69 82.1 84 100.0
Tabel 3 menunjukkan hubungan antara masa kerja dengan gangguan
pendengaran. Jumlah responden yang masa kerjanya > 5 tahun sebanyak 65 responden,
yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 13 responden (20.0%) sedangkan yang
tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 52 responden (80.0%). Jumlah
Variabel Penelitian N % Masa Kerja > 5 tahun < 5 tahun Tingkat Kebisingan > NAB (85 dB) < NAB (85 dB) Gangguan Pendengaran Mengalami Gangguan Normal
65 19
55 29
15 69
77.4 22.6
65.5 34.5
17.9 82.1
Jumlah 84 100.0
26
responden yang masa kerjanya < 5 tahun sebanyak 19 responden dengan yang mengalami
gangguan pendengaran sebanyak 2 responden (10.5%) sedangkan yang tidak mengalami
gangguan pendengaran sebanyak 17 responden (89.5%).
Dari hasil uji statistik (uji chi-square) diperoleh hasil p = 0.502 yang berarti
bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan gangguan pendengaran karena nilai
p > 0.05.
Tabel 4
Data Hasil Pengukuran Sound Level Meter
NO SUMBER BISING HASIL
PENGUKURAN
KET.
1 General Maintenance 87,1 dB Tidak Memenuhi
Syarat
2 Line Maintenance 87,8 dB Tidak Memenuhi
Syarat
3 Boiler & Power Station 86 dB Tidak Memenuhi
Syarat
4 Electrical 89,4 dB Tidak Memenuhi
Syarat
5 Mechanic & Workshop 86,7 dB Tidak Memenuhi
Syarat
6 PLC Programming 74 dB Memenuhi Syarat
7 Office & Manager 76 dB Memenuhi Syarat
8 Electrical Manager 81 dB Memenuhi Syarat
9 Fluting Section Head 83,3 dB Memenuhi Syarat
10 Safety Control Office 77 dB Memenuhi Syarat
27
Tabel 5
Hubungan Antara Intensitas Kebisingan dengan Kejadian Gangguan Pendengaran
Pada Responden PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar
Tingkat Kebisingan
Gangguan Pendengaran Jumlah p Mengalami Gangguan Normal n % n % n %
> NAB < NAB
15 0
27.3 0.0
40 29
72.7 100.0
55 29
100.0 100.0 0.005
Jumlah 15 17.9 69 82.1 84 100.0
Hasil pengukuran intensitas kebisingan dilakukan pada 10 tempat lokasi seperti
General Maintenance, Line Maintenance, Boiler & Power Station, Electrical, Mechanic
& Workshop, Office & Manage, PLC Programming, Safety Control Office, Electrical
Manager, Fluting Section Head. Untuk General Maintenance didapatkan hasil 87,1 dB,
Line Maintenance didapatkan hasil 87,8 dB, Boiler & Power Station didapatkan hasil 86
dB, Electrical didapatkan hasil 89,4 dB, dan Mechanic & Workshop didapatkan hasil
86,7 dB, PLC Programming didapatkan 74 dB, Office & Manager didapatkan 76 dB,
Electrical Manager didapatkan 83,3 dB, Fluting Section Head didapatkan 81 dB, dan
Safety Control Office didapatkan sebesar 77 dB.
Tabel 5 menunjukkan hubungan antara tingkat kebisingan dengan gangguan
pendengaran. Jumlah responden yang tingkat kebisingan > NAB sebanyak 55 responden,
yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 15 responden (27.3%) sedangkan yang
tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 40 responden (72.7%). Jumlah
responden yang tingkat kebisingan < NAB sebanyak 29 responden dan tidak ada yang
mengalami gangguan pendengaran, sedangkan yang tidak mengalami gangguan
pendengaran sebanyak 29 responden (100.0%).
Dari hasil uji statistic (uji chi-square) diperoleh hasil p = 0.005 yang berarti
bahwa ada hubungan antara tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran karena
nilai p < 0.05.
28
B. Pembahasan
Pada penelitian ini, metode yang dipakai adalah metode analitik, metode ini
dilakukan dengan tujuan menganalisis suatu hubungan antara 2 variabel atau lebih secara
objektif. Dimana metode ini dipilih karena beberapa alasan yang menjadi kendala atas
keterbatasan peneliti, seperti waktu, tenaga dan dana yang tersedia.
Dalam penelitian ini yang menjadi variable bebas (independen) adalah Masa
Kerja dan Tingkat Kebisingan, sedangkan variable terikat (dependen) adalah Gangguan
Pendengaran. Hasil dari penelitian ini akan memberi gambaran permasalahan yang
terjadi.
Gangguan pendengaran yang timbul berdasarkan lamanya masa kerja dalam
penelitian ini pada pekerja dengan masa kerja lebih dari 5 tahun memperlihatkan jumlah
persentase yang lebih besar dibandingkan dengan pada pekerja yang kurang dari 5 tahun.
Secara teori, paparan bising yang berulang selama periode waktu yang panjang dapat
merusak struktur telinga dalam (koklea). Struktur tersebut sangat peka oleh pengaruh
bising yang merusak sel reseptor (sel-sel rambut). Namun dari hasil analisis penelitian
didapatkan tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian gangguan
pendengaran. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa semakin lama masa kerja, resiko
gangguan pendengaran akan semakin tinggi.
Dari beberapa penelitian (Persaoran Tamba, 2000) pada industri gas dan kompor
didapatkan bahwa terdapat hubungan antara lamanya masa kerja seseorang pada
lingkungan bising dengan gangguan pendengaran (analisis paparan) dan gangguan
pendengaran tersebut meningkat pada pekerja dengan masa kerja lebih dari 9 tahun pada
lingkungan bising.
Hasil pengukuran tingkat kebisingan berdasarkan sound level meter pada
penelitian ini, didapatkan 5 tempat lokasi yang berada diatas nilai ambang batas (85 dB)
dan 5 tempat lokasi yang berada dibawah nilai ambang batas. Gangguan pendengaran
yang timbul berdasarkan intensitas kebisingan pada responden yang bekerja di tempat
29
dengan intensitas kebisingan diatas nilai ambang batas didapatkan sebanyak 27,3%,
sedangkan untuk responden yang bekerja di tempat dengan intensitas kebisingan dibawah
nilai ambang batas keseluruhannya (100%) tidak mengalami gangguan pendengaran. Hal
ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara hasil
pemeriksaanaudiometri pada responden di tempat kerja dengan intensitas kebisingan
diatas 85 dB dan dibawah 85 dB, dan hasil analisis penelitian juga didapatkan bahwa
adanya hubungan antara intensitas kebisingan dengan kejadian gangguan pendengaran.
Secara teori, resiko terjadinya gangguan pendengaran meningkat seiring dengan tingkatan
intensitas kebisingan di tempat kerja. Tuli akibat bising termasuk pada tuli jenis
sensorineural dan biasa menetap. Pada pemeriksaan audiometrik ternyata bahwa paparan
seseorang dalam waktu yang lama dalam suasana bising dengan level tinggi, maka
menyebabkan kelemahan pendengaran pada frekuensi 3000-6000 Hz. Tuli pada frekuensi
4000 Hz merupakan ciri khas tuli akibat bising.
30
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pengolahan data dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian gangguan pendengaran
pada pekerja bagian maintenance PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar.
2. Ada hubungan antara intensitas kebisingan dengan kejadian gangguan
pendengaran pada pekerja bagian maintenance PT. Eastern Pearl Flour Mills
Makassar.
3. Berdasarkan hasil pemeriksaan audiometrik, responden yang mengalami
gangguan pendengaran jumlah persentasenya lebih sedikit dibandingkan
responden dengan pendengaran normal.
B. SARAN
Dengan melihat bahwa banyaknya faktor-faktor yang dapat berperan dalam
timbulnya gangguan pendengaran akibat bising :
1. Tingkatkan pengendalian sumber daya manusia, dimana pekerja yang bekerja
lebih atau sama dengan 5 tahun, pekerja yang menderita gangguan pendengaran
dengan umur resiko tinggi untuk mengalami gangguan pendengaran dapat
ditempatkan di bagian/ unit lain sehingga tidak memperberat penyakitnya dan
sebaiknya dipindahkan pada bagian yang nilai ambang bising dibawah atau
kurang dari 85 dB atau jauh dari sumber bising. Serta membatasi atau mengurangi
jam kerja.
2. Tingkat kebisingan dikendalikan dengan mengurangi kebisingan dari sumbernya
dengan cara perencanaan pemilihan mesin, pemeliharaan mesin dan peralatan
31
lainnya secara teratur, perencanaan konstruksi bangunan yang meredam getaran
guna mengurangi kebisingan.
3. Lebih meningkatkan kedisiplinan, kesadaran, dan pengetahuan mengenai
penggunaan alat pelindung diri (telinga), dengan memberi penyuluhan dan
peringatan pada pekerja agar patuh memakai alat pelindung pendengaran karena
dengan memperhatikan hal tersebut maka resiko terjadinya gangguan
pendengaran semakin kecil.
4. Pemeriksaan kesehatan secara berkala khususnya pemeriksaan telinga, sehingga
bila terdapat kelainan-kelainan dapat didiagnosa lebih dini guna pencegahan dan
penanganan.
PT. Eastern Pearl Flour Mills
List of Employee 15-Oct-2012
Year Month Year Month
B. MAINTENANCE & UTILITY DIVISION
1 FPL00435 IMRON, S.T. Maintenance Manager 2-Aug-71 41 2 17 1 S1
2 FPL00489 ROSSELINA Adm. Maint & Utility Officer 20-Nov-72 40 -1 16 0 D3
3 FPL00809 YENNY MAYA Maintenance Officer 16-Nov-78 34 -1 9 -1 S1
MAINTENANCE SUB DEPT SEA SIDE MILL
4 FPL00441 MUHAMMAD DARWIS Maintenance Assistant Manager 21-May-73 39 5 17 0 D3
Caroussels Maintenance, Calibration
5 FPL00583 MUSTAFA Line Maintenance Section Head 17-Aug-74 38 2 15 -2 STM
6 FPL00708 RUSLAN MADJID, ST Line Maintenance Dy. SH 14-Jun-77 35 4 9 5 S1
Maintenance
7 FPL00602 ANDI INDRA MARZUKI Line Maint. Shift Foreman 13-Aug-73 39 2 13 3 D3
8 FPL00634 BAMBANG ISMAIL Line Maint. Shift Foreman 1-Dec-76 36 -2 12 3
9 FPL00801 FAJRI Line Maintenance Foreman 25-Feb-80 32 8 9 0 D3
10 FPL00264 MACHMUD HASYIM Line Maintenance Foreman 18-Aug-60 52 2 30 7 SMP
11 FPL00362 SYARIFUDDIN AGO Prev. Maint. Mechanic 30-Jul-64 48 3 27 9 SMP
12 FPL00402 RIDWAN PORTOLA Prev. Maint. Mechanic 30-Nov-61 51 -1 23 7 STM
13 FPL00639 RAMLI Line Maint. Mechanic 8-Apr-71 41 6 12 3 STM
14 FPL01059 TRI AGUS SUCAHYONO Line Maint. Mechanic 16-Aug-89 23 2 3 7 STM
15 FPL01169 SUDIRMAN Line Maint. Mechanic 30-Jun-91 21 4 0 9 STM
16 FPL00735 MUH. AZHAR WAHID, A.MD. Prev. Maint. Mechanic 2-Aug-78 34 2 9 4 D3
17 FPL00769 PIETER, A.Md. Prev. Maint. Mechanic 22-May-78 34 5 9 2 D3
18 FPL01072 MUH. FADLI Prev. Maint. Mechanic 12-Nov-84 28 -1 3 3 STM
Mechanic
19 FPL00761 SABARUDDIN, A. MD. Line Maintenance Shift Foreman 20-Mar-80 32 7 9 3 D3
20 FPL00776 BAGUS DWI LUKMANTO, A.MD. Line Maintenance Foreman 18-Aug-79 33 2 9 2 D3
21 FPL00777 RAHMAT KARIM Line Maintenance Shift Foreman 8-May-85 27 5 9 2 STM
22 FPL00545 RUSTAM ABUBAKAR Shift Mechanic 3-May-67 45 5 15 4 SMP
23 FPL00732 RUSDI Repair Pipe Mechanic 12-Oct-72 40 0 9 4 SMK
24 FPL00781 ASRI YALI Mechanic for all carroussel, weigher, sewing machine,
posser24-May-82 30 5 9 1 STM
25 FPL00783 SYAFARUDDIN KAMARONG, A.MD. Shift Mechanic 7-Jan-80 32 9 9 1 D3
26 FPL01037 SARDI Change Roll Mechanic 9-Sep-83 29 1 4 0 SMA
Line Maintenance Section City Mill
27 FPL00577 MUDATSIR Line Maintenance Section Head 20-Apr-72 40 6 15 1 STM
28 FPL00996 YOAN DYANA SIDANDY Maintenance Officer 22-Oct-78 34 0 5 4 S1
Maintenance
29 FPL00578 JUNAID Line Maintenance Foreman 2-May-73 39 5 15 1 STM
30 FPL00736 OTTO SATRIA RACHMAN Line Maintenance Foreman 30-Oct-78 34 0 9 4 STM
31 FPL00765 YOYOK WIDATYO Prev. Maint. Mechanic 18-Nov-79 33 -1 9 3 D3
32 FPL00771 FRANS LANTANG Prev. Maint. Mechanic 14-May-79 33 5 9 2 STM
33 FPL00805 MAKSIMUS FRANSISKUS DON Change Roll Mechanic 24-Jan-73 39 9 9 -1 STM
34 FPL00806 MUHAMMAD YUSUF Prev. Maint. Mechanic 9-Dec-79 33 -2 9 -1 D3
35 FPL01137 ISHAK ISMAIL Line Maintenance Mechanic 3-Aug-87 25 2 1 2 STM
36 FPL01151 BAHTIAR Line Maintenance Mechanic 7-May-82 30 5 1 1 SMK
Mechanic
37 FPL00720 ISMAIL MAHMUD, A.MD. Shift Mechanic Foreman 10-Nov-77 35 -1 9 4 D3
38 FPL00804 MUHAMMAD ZAKARIA General Maintenance Deputy Section Head 21-Jun-75 37 4 9 -1 STM
39 FPL00633 MUHAMMAD YUSUF Repair Pipe Mechanic 29-Sep-76 36 1 12 3 STM
40 FPL00678 TAUFIK A.R. Repair Pipe Mechanic 24-Jun-69 43 4 11 1 SMA
41 FPL01217 AS'AD General Maintenance Mechanic 12-Apr-74 38 6 0 0 SMA
General Maintenance (Others)
ABCD Mills - General Workshop
42 FPL00547 KADIR ABBAS Gen. Maint Foreman 23-Jul-71 41 3 15 4 SMP
43 FPL00390 ALIAS Mason, General Helper (Drilling Concrete Floor Machine
Opr)4-Apr-63 49 6 25 8 SMA
44 FPL00526 MUHAMMAD AMIR SANUSI Gen.Maint.Mech. (Water Pump, Clogged Toilet or
Drainage, Air Lock)15-May-69 43 5 15 8 SMA
45 FPL00584 M. SYAM Carpenter (Wooden Job) 10-Nov-62 50 -1 15 -2 SMA
46 FPL00641 HAMZAH Gen.Maint.Mech. (Repair Chain Conveyor) 12-Mar-73 39 7 12 3 SMA
47 FPL00750 M. ABDUH Gen. Maint. Welder 26-Apr-72 40 6 9 3 SMA
48 FPL00752 ABDULLAH MANNAN ABDUL Gen. Maint. Opr Lathe 11-Aug-77 35 2 9 3 SMA
49 FPL00762 HAMKA Gen.Maint Opr. Milling & Frais 6-Jan-81 31 9 9 3 STM
50 FPL01042 FIRDAUS General Maintenance Operator 24-Jan-86 26 9 4 0 S1
51 FPL01138 AL YASAU Gen. Maint. Welder 20-Feb-88 24 8 1 2 STM
General Maintenance (Fluting)
52 FPL00434 ABNUHAJAR ABDUL Fluting Section Head 18-Oct-67 45 0 17 3 STM
53 FPL00291 BAKRI Fluting Roller Shift Operator 5-Oct-57 55 0 30 7 STM
54 FPL00731 ZAINUDDIN, ST. Fluting Roller Shift Operator 30-Aug-73 39 2 9 4 S1
55 FPL00770 M. RIZAL Fluting Roller Shift Operator 30-Jun-80 32 4 9 2 STM
56 FPL01168 ARIF RAHMATULLAH Fluting Roller Shift Operator 1-Dec-87 25 -2 0 9 STM
57 FPL01224 MUHAMMAD RIZAL Fluting Roller Shift Operator 15-Oct-91 21 0 0 0 STM
58 FPL00546 SYAFRUDDIN PATU Fluting Foreman 15-Aug-72 40 2 15 4 SMP
Latest EducationAGE Working Period
No.No.
EmployeeName Occupation Birth Date
PT. Eastern Pearl Flour Mills
List of Employee 15-Oct-2012
Year Month Year MonthLatest Education
AGE Working PeriodNo.
No.
EmployeeName Occupation Birth Date
Boiler & Power Station
59 FPL00922 JUHAMRI, ST. Boiler & Power Station Deputy SH 4-Jan-80 32 9 8 4 S1
60 FPL00403 SALAHUDDIN P. Boiler & Power Station Frm 4-Apr-64 48 6 23 7 STM
61 FPL00452 USMIN Boiler & Power Station Frm 22-Nov-71 41 -1 16 8 STM
62 FPL01024 AHMAD RIRIN Boiler & Power Station Frm 10-Jan-84 28 9 4 2 D3/S1
63 FPL01027 SANDY SATRADA Boiler & Power Station Frm 8-Apr-90 22 6 4 1 STM
64 FPL01098 MUH. RIDHA, A.Md Boiler & Power Station Opr 9-Sep-83 29 1 2 -1 D3
65 FPL01100 IBNUHAJAR Boiler & Power Station Opr 19-Mar-82 30 7 2 -1
66 FPL01122 HARIYANTO Boiler & Power Station Opr 21-Jul-84 28 3 1 6
67 FPL01158 SYAMSUL BAHRI Boiler & Power Station Opr 13-Feb-84 28 8 1 -2 STM
68 FPL01041 ALFIAN MACHMUD Boiler & Power Station Mechanic 15-Jun-88 24 4 4 0 STM
ELECTRICAL SUB DEPT SEA SIDE MILL
69 FPL00778 ANDI ISWAN NUR BASO, ST. Ass. Electrical Manager ABCD Mills 10-May-72 40 5 9 2 S1
Electricians Shift
ABCD Mills
70 FPL00605 M. UBAIDILLAH Electrical Section Head 2-May-75 37 5 13 3 S1
71 FPL00506 SARIFUDDIN Electrical Shift Foreman 24-Jan-75 37 9 16 -2 STM
72 FPL00945 IRFAN KADIR Electrical Shift Foreman 18-Nov-73 39 -1 8 3 S1
73 FPL01018 DANIAL Electrician Shift Maintenance 20-Apr-84 28 6 4 3 D3
74 FPL01071 MUHAMMAD AKIS Electrician Shift Maintenance 28-May-86 26 5 3 3 S1
75 FPL01166 AHYUDI M IHSAN Electrician Shift Maintenance 4-May-83 29 5 0 9 D3
76 FPL00419 FRANS ERDY ROSMAWANDI Electrical Shift Foreman 28-May-69 43 5 20 3 STM
77 FPL00643 ADHAMSYAH POHAN Electrician Regular Maintenance 30-Jan-71 41 9 12 3 STM
78 FPL00754 FATHAN MUSTHAFA, ST. Electrical Shift Foreman 17-Dec-75 37 -2 9 3 S1
Electricians Maintenance
79 FPL00421 ELZAD LANGGEDE Electrical Utility & Workshop Foreman 24-Jul-71 41 3 20 0 STM
80 FPL00756 M. SAFRI, ST. Electrical Regular Maintenance Dy. Section Head 18-Feb-75 37 8 9 3 S1
81 FPL01017 MULKY KASAU Electrician Shift Maintenance 30-Jan-78 34 9 4 3 S1
ELECTRICAL SUB DEPT CITY MILL
82 FPL00780 MASHAR, ST. Ass Electrical Manager - E Mill 15-Jul-74 38 3 9 2 S1
Electricians Shift
83 FPL00507 MAPPISANGKA Electrical Shift Foreman 23-Jun-71 41 4 16 -2 S1
84 FPL00486 RUKMAN RISAL Electrical Shift Foreman 21-Sep-71 41 1 16 1 STM
Electricians Maintenance
85 FPL00748 HUGO OKTAVIANUS TANGDILINTIN Electrical Section Head 5-Oct-76 36 0 9 3 S1
86 FPL00487 MUHAMMAD IBRAHIM TAHIR Electrical Cor. Maint. Frm 23-Jun-69 43 4 16 1 STM
87 FPL00799 KADIR Electrical Preventive Maint. Foreman 25-Oct-78 34 0 9 1 STM
88 FPL01123 RAHMAT Instrument Maintenance Engineer 18-Jul-77 35 3 1 6 D3/S1
PLC Programming and Maintenance E Mills
89 FPL00798 YUDI PRIYAMBODO, ST. PLC (Programmable Login Control) Prog.& Maint.Deputy
SH18-Jul-78 34 3 9 9 S1
90 FPL00742 ISKANDAR AL IDRUS, ST. PLC Programming & Maintenance Foreman 9-Nov-72 40 -1 9 9 S1
90
PT. Eastern Pearl Flour Mills
List of Employee 15-Oct-2012
Year Month Year MonthLatest Education
AGE Working PeriodNo.
No.
EmployeeName Occupation Birth Date
PT. Eastern Pearl Flour Mills
List of Employee 15-Oct-2012
Year Month Year MonthLatest Education
AGE Working PeriodNo.
No.
EmployeeName Occupation Birth Date
PT. Eastern Pearl Flour Mills
List of Employee 15-Oct-2012
Year Month Year MonthLatest Education
AGE Working PeriodNo.
No.
EmployeeName Occupation Birth Date
PT. Eastern Pearl Flour Mills
List of Employee 15-Oct-2012
Year Month Year MonthLatest Education
AGE Working PeriodNo.
No.
EmployeeName Occupation Birth Date
PT. Eastern Pearl Flour Mills
List of Employee 15-Oct-2012
Year Month Year MonthLatest Education
AGE Working PeriodNo.
No.
EmployeeName Occupation Birth Date
PT. Eastern Pearl Flour Mills
List of Employee 15-Oct-2012
Year Month Year MonthLatest Education
AGE Working PeriodNo.
No.
EmployeeName Occupation Birth Date
PT. Eastern Pearl Flour Mills
List of Employee 15-Oct-2012
Year Month Year MonthLatest Education
AGE Working PeriodNo.
No.
EmployeeName Occupation Birth Date
PT. Eastern Pearl Flour Mills
List of Employee 15-Oct-2012
Year Month Year MonthLatest Education
AGE Working PeriodNo.
No.
EmployeeName Occupation Birth Date
PT. Eastern Pearl Flour Mills
List of Employee 15-Oct-2012
Year Month Year MonthLatest Education
AGE Working PeriodNo.
No.
EmployeeName Occupation Birth Date
PT. Eastern Pearl Flour Mills
List of Employee 15-Oct-2012
Year Month Year MonthLatest Education
AGE Working PeriodNo.
No.
EmployeeName Occupation Birth Date
Karakteristik Responden N % Usia (tahun)
21-25 26-30 31-35 36-40 41-45 46-50 51-55
Bagian Boiler Electrical Maintenance (General) Maintenance (Line) Mechanic Office & Manager PLC Programming Safety Control Office Electrical Manager Fluting Section Head
7 13 21 22 14 4 3
5 15 10 11 14 6 6 5 5 7
8.3
15.5 25.0 26.2 16.7 4.8 3.6
6.0
17.9 11.9 13.1 16.7 7.1 7.1 6.0 6.0 8.3
Jumlah 84 100.0
Variabel Penelitian N % Masa Kerja > 5 tahun < 5 tahun Tingkat Kebisingan > NAB < NAB Gangguan Pendengaran Mengalami Gangguan Normal
65 19
55 29
15 69
77.4 22.6
65.5 34.5
17.9 82.1
Jumlah 84 100.0
Masa Kerja Gangguan Pendengaran Jumlah p Mengalami Gangguan Normal
n % n % n % > 5 Tahun < 5 Tahun
13 2
20.0 10.5
52 17
80.0 89.5
65 19
100.0 100.0 0.502
Jumlah 15 17.9 69 82.1 84 100.0 Tabel x menunjukkan hubungan anatar masa kerja dengan gangguan pendengaran. Jumlah responden yang masa kerjanya > 5 tahun sebanyak 65 responden, yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 13 responden (20.0%) sedangkan yang tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 52 responden (80.0%). Jumlah responden yang masa kerjanya < 5 tahun sebanyak 19 responden dengan yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 2 responden (10.5%) sedangkan yang tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 17 responden (89.5%). Dari hasil uji statistic (uji chi-square) diperoleh hasil p = 0.502 yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan gangguan pendengaran karena nilai p > 0.05.
Tingkat Kebisingan
Gangguan Pendengaran Jumlah p Mengalami Gangguan Normal n % n % n %
> NAB < NAB
15 0
27.3 0.0
40 29
72.7 100.0
55 29
100.0 100.0 0.005
Jumlah 15 17.9 69 82.1 84 100.0 Tabel x menunjukkan hubungan anatar tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran. Jumlah responden yang tingkat kebisingan > NAB sebanyak 55 responden, yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 15 responden (27.3%) sedangkan yang tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 40 responden (72.7%). Jumlah responden yang tingkat kebisingan < NAB sebanyak 29 responden dan tidak ada yang mengalami gangguan pendengaran sedangkan yang tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 29 responden (100.0%). Dari hasil uji statistic (uji chi-square) diperoleh hasil p = 0.005 yang berarti bahwa ada hubungan antara tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran karena nilai p < 0.05.
Usia Responden
Gangguan Pendengaran Jumlah p Mengalami Gangguan Normal n % n % n %
> 40 tahun < 40 tahun
5 10
18.5 17.5
22 47
81.5 82.5
27 57
100.0 100.0 1.000
Jumlah 15 17.9 69 82.1 84 100.0 Tabel x menunjukkan hubungan anatar usia responden dengan gangguan pendengaran. Jumlah responden yang usianya > 40 tahun sebanyak 27 responden, yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 5 responden (18.5%) sedangkan yang tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 22 responden (81.5%). Jumlah responden yang usianya < 40 tahun sebanyak 57 responden dan yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 10 responden (17.5%) sedangkan yang tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 47 responden (82.5%). Dari hasil uji statistic (uji chi-square) diperoleh hasil p = 1.000 yang berarti bahwa ada hubungan antara usia responden dengan gangguan pendengaran karena nilai p > 0.05.
LAMPIRAN
GET FILE='C:\Users\Area29\Documents\GP.sav'. DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT. FREQUENCIES VARIABLES=Kat_Masa_K Gangguan_P Tingkat_B Kat_Usia Bagian
/ORDER=ANALYSIS. Frequencies
Notes
Output Created 07-Nov-2012 13:04:01
Comments
Input Data C:\Users\Area29\Documents\GP.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 84
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with valid
data.
Syntax FREQUENCIES VARIABLES=Kat_Masa_K
Gangguan_P Tingkat_B Kat_Usia Bagian
/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.015
Elapsed Time 00:00:00.007
[DataSet1] C:\Users\Area29\Documents\GP.sav
Statistics
Kat_Masa_K Gangguan_P Tingkat_B Kat_Usia Bagian
N Valid 84 84 84 84 84
Missing 0 0 0 0 0
Frequency Table
Kat_Masa_K
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid > 5 tahun 65 77.4 77.4 77.4
< 5 tahun 19 22.6 22.6 100.0
Total 84 100.0 100.0
Gangguan_P
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Gangguan 15 17.9 17.9 17.9
Normal 69 82.1 82.1 100.0
Gangguan_P
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Gangguan 15 17.9 17.9 17.9
Normal 69 82.1 82.1 100.0
Total 84 100.0 100.0
Tingkat_B
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Diatas nilai ambang batas 55 65.5 65.5 65.5
Dibawah nilai ambang batas 29 34.5 34.5 100.0
Total 84 100.0 100.0
Kat_Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 21-25 tahun 7 8.3 8.3 8.3
26-30 tahun 13 15.5 15.5 23.8
31-35 tahun 21 25.0 25.0 48.8
36-40 tahun 22 26.2 26.2 75.0
41-45 tahun 14 16.7 16.7 91.7
46-50 tahun 4 4.8 4.8 96.4
51-55 tahun 3 3.6 3.6 100.0
Total 84 100.0 100.0
Bagian
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Boiler 5 6.0 6.0 6.0
Electrical 15 17.9 17.9 23.8
Electrical Manager 5 6.0 6.0 29.8
Fluting section head 7 8.3 8.3 38.1
Maintenance (General) 10 11.9 11.9 50.0
Maintenance (line) 11 13.1 13.1 63.1
Mechanic 14 16.7 16.7 79.8
Office & Manager 6 7.1 7.1 86.9
PLC Programming 6 7.1 7.1 94.0
Safety control office 5 6.0 6.0 100.0
Total 84 100.0 100.0
CROSSTABS /TABLES=Kat_Masa_K Tingkat_B Kat_Usia BY Gangguan_P /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ PHI /CELLS=COUNT ROW
/COUNT ROUND CELL. Crosstabs
Notes
Output Created 07-Nov-2012 13:05:12
Comments
Input Data C:\Users\Area29\Documents\GP.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 84
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all the
cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=Kat_Masa_K Tingkat_B
Kat_Usia BY Gangguan_P
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ PHI
/CELLS=COUNT ROW
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00.109
Elapsed Time 00:00:00.057
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
[DataSet1] C:\Users\Area29\Documents\GP.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kat_Masa_K * Gangguan_P 84 100.0% 0 .0% 84 100.0%
Tingkat_B * Gangguan_P 84 100.0% 0 .0% 84 100.0%
Kat_Usia * Gangguan_P 84 100.0% 0 .0% 84 100.0%
Kat_Masa_K * Gangguan_P
Crosstab
Gangguan_P
Total Gangguan Normal
Kat_Masa_K > 5 tahun Count 13 52 65
% within Kat_Masa_K 20.0% 80.0% 100.0%
< 5 tahun Count 2 17 19
% within Kat_Masa_K 10.5% 89.5% 100.0%
Total Count 15 69 84
% within Kat_Masa_K 17.9% 82.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .900a 1 .343
Continuity Correctionb .370 1 .543
Likelihood Ratio .990 1 .320
Fisher's Exact Test .502 .282
Linear-by-Linear Association .889 1 .346
N of Valid Casesb 84
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.39.
b. Computed only for a 2x2 table
Tingkat_B * Gangguan_P
Crosstab
Gangguan_P
Total Gangguan Normal
Tingkat_B Diatas nilai ambang batas Count 15 40 55
% within Tingkat_B 27.3% 72.7% 100.0%
Dibawah nilai ambang batas Count 0 29 29
% within Tingkat_B .0% 100.0% 100.0%
Total Count 15 69 84
% within Tingkat_B 17.9% 82.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 9.628a 1 .002
Continuity Correctionb 7.859 1 .005
Likelihood Ratio 14.374 1 .000
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear Association 9.514 1 .002
N of Valid Casesb 84
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.18.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstabs
Notes
Output Created 07-Nov-2012 13:21:23
Comments
Input Data C:\Users\Area29\Documents\GP.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 84
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all the
cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=V_Usia BY Gangguan_P
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT ROW
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00.032
Elapsed Time 00:00:00.017
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
[DataSet1] C:\Users\Area29\Documents\GP.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
V_Usia * Gangguan_P 84 100.0% 0 .0% 84 100.0%
V_Usia * Gangguan_P Crosstabulation
Gangguan_P
Total Gangguan Normal
V_Usia Tua Count 5 22 27
% within V_Usia 18.5% 81.5% 100.0%
Muda Count 10 47 57
% within V_Usia 17.5% 82.5% 100.0%
Total Count 15 69 84
% within V_Usia 17.9% 82.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .012a 1 .913
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .012 1 .913
Fisher's Exact Test 1.000 .568
Linear-by-Linear Association .012 1 .914
N of Valid Casesb 84
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.82.
b. Computed only for a 2x2 table
UsiaMasa_KerjaKat_Masa_KPendengaranGangguan_PBisingTingkat_BKat_Usia Bagian Keterangan41 20 1 21,25 2 ### 1 5 Electrical40 17 1 20,00 2 ### 1 4Maintenance (General)40 15 1 10,00 2 ### 1 4Maintenance (General)37 9 1 18,70 2 ### 1 4Maintenance (General)24 1 2 8,75 2 ### 1 1Maintenance (General)31 9 1 26,80 1 ### 1 3Maintenance (General)39 12 1 7,50 2 ### 1 4Maintenance (General)26 4 2 17,50 2 ### 1 2Maintenance (General)33 9 1 20,00 2 ### 1 3 Maintenance (line)28 4 2 28,75 1 ### 1 2 Boiler37 13 1 25,20 2 ### 1 4 Electrical35 12 1 26,25 1 ### 1 3 Mechanic37 9 1 23,75 2 ### 1 4 Electrical42 12 1 23,75 2 ### 1 5 Maintenance (line)37 16 1 28,75 1 ### 1 4 Electrical36 9 1 11,25 2 ### 1 4 Electrical38 9 1 21,20 2 ### 1 4Maintenance (General)33 9 1 23,75 2 ### 1 3 Maintenance (line)29 9 1 36,25 1 ### 1 2 Maintenance (line)29 1 2 26,25 1 ### 1 2 Maintenance (line)43 11 1 25,00 2 ### 1 5 Mechanic24 1 2 11,25 2 ### 1 1 Maintenance (line)33 9 1 16,25 2 ### 1 3 Maintenance (line)29 4 2 23,75 2 ### 1 2 Mechanic34 4 2 21,25 2 ### 1 3 Electrical48 25 1 18,75 1 ### 1 6 Mechanic50 15 1 32,50 2 ### 1 6 Mechanic42 16 1 27,00 2 ### 1 5 Electrical32 8 1 12,50 2 ### 1 3 Boiler34 9 1 10,00 2 ### 1 3 Electrical41 16 1 18,75 2 ### 1 5 Electrical35 1 2 5,00 2 ### 1 3 Mechanic29 2 2 22,50 2 ### 1 2 Boiler42 12 1 20,00 2 ### 1 5 Electrical48 23 1 26,25 1 ### 1 6 Boiler37 15 1 26,25 1 ### 1 4 Maintenance (line)41 16 1 27,50 1 ### 1 5 Electrical34 9 1 20,00 2 ### 1 3 Maintenance (line)32 9 1 21,25 2 ### 1 3 Mechanic26 3 2 11,25 2 ### 1 2 Electrical39 13 1 20,00 2 ### 1 4 Maintenance (line)51 23 1 26,25 1 ### 1 7 Mechanic39 8 1 13,75 2 ### 1 4 Electrical27 3 2 15,00 2 ### 1 2 Mechanic43 15 1 20,00 2 ### 1 5Maintenance (General)34 9 1 20,00 2 ### 1 3 Mechanic40 9 1 26,25 1 ### 1 4Maintenance (General)
21 8 1 13,75 2 ### 1 1 Mechanic32 9 1 27,50 1 ### 1 3 Maintenance (line)33 9 1 32,50 1 ### 1 3 Mechanic30 9 1 27,50 1 ### 1 2 Mechanic40 16 1 21,25 2 ### 1 4 Boiler28 4 2 25,00 2 ### 1 2 Electrical43 20 1 25,00 2 ### 1 5 Electrical34 9 1 18,75 2 ### 1 3 Mechanic
KeteranganKat_Masa_K :1 = > 5 tahun2 = < 5 tahun
Gangguan_P :1 = Gangguan2 = Normal
Tingkat_B :1 = > NAB2 = < NAB
Kat_Usia :1 = 21-25 tahun2 = 26-30 tahun3 = 31-35 tahun4 = 36-40 tahun5 = 41-45 tahun6 = 46-50 tahun7 = 51-55 tahun
Gangguan Pendengaran Akibat Bising Pada Pekerja Bagian Maintenance PT. Eastern Pearl
Flour Mills Makassar
Oleh: Rizka Ramadhani Ruray C11108209
Pembimbing:
dr. Sultan Buraena, MSc., Sp.OK dr. Sri Ramadhany, M.Kes
SEMINAR HASIL
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
• Gangguan pendengaran dapat terjadi pada manusia diakibatkan oleh bising yang umumnya mengacu pada tingkat pendengaran dimana individu tersebut mengalami kesulitan untuk melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami pembicaraan.
Gangguan Pendengaran
•Masa Kerja
• Intensitas Kebisingan
Rumusan Masalah
Berdasarkan referensi dan latar belakang yang telah disebutkan terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan pada gangguan pendengaran akibat bising, antara lain masa kerja dan intensitas kebisingan.
Posisi pertama Daftar penyakit akibat
kerja
Gangguan pendengaran akibat bising
30-50% pekerja industri di Indonesia
WHO
Luasnya cakupan penderita gangguan pendengaran akibat bising dan adanya tendensi peningkatan jumlah penyakit ini dari tahun ke tahun membuat penulis tertarik untuk meneliti gangguan pendengaran akibat bising
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi mengenai hubungan antara masa kerja dan intensitas kebisingan dengan gangguan pendengaran pada pekerja bagian maintenance di PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar
2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui distribusidistribusi timbulnya
gangguan pendengaran menurut masa kerja pada pekerja bagian maintenance
Untuk mengetahui distribusitimbulnya gangguan pendengaran menurut tingkat kebisingan di tempat kerja bagian maintenance
Untuk mengetahui distribusi distribusi timbulnya gangguan pendengaran menurut hasil pemeriksaan audiometri pada pekerja bagian maintenance
Manfaat penelitian
Manfaat penelitian
Pengelola perusahaan
Masyarakat umum
Institusi pendidikan
Peneliti
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum
Pendengaran adalah suatu persepsi tentang bunyi. Bunyi yang kita dengar merupakan rangsangan yang diterima oleh koklea melalui udara atau hantaran tulang dan diubah menjadi impuls listrik biologik dan dipersepsikan oleh otak sebagai pusat pendengaran sebagai bunyi.
Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak dikehendaki. Dari definisi ini menunjukkan bahwa sebenarnya bising itu sangat subyektif, tergantung dari masing-masing individu, waktu dan tempat terjadinya bising. Sedangkan secara audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekuensi.
Mekanisme Penghantaran Bunyi
•Hantaran udara
•Hantaran tulang
Gambar 1 Anatomi telinga dan mekanisme penghantaran bunyi
Etiologi Gangguan Pendengaran
•Kerusakan telinga luar
•Kerusakan telinga tengah
•Kerusakan telinga dalam
Tes Fungsi Pendengaran
• Tes Bisik
• Tes garis pendengaran
• Tes rinne
• Tes weber
• Tes swabach
• Audiometri
Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan
• Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide band noise), misalnya mesin-mesin, kipas angina, dapur pijar.
• Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekuensi yang sempit (steady state, narrow band noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas, dan lain-lain.
• Kebisingan terputus-putus (intermittent), misalnya lalu-lintas, suara pesawat terbang di lapangan udara.
• Kebisingan impulsif (impact of impulsive noise), misalnya seperti pukulan tukul, tembakan bedil atau meriam, ledakan.
• Kebisingan impulsive berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan.
Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah “Sound Level Meter”. Alat yang dapat digunakan untuk mengukur besarnya tekanan suara atau intensitas suara, alat ini biasanya dilengkapi dengan mikrophone, amplifier, dan kalibrator, namun alat ini akan semakin bermakna bila dilengkapi dengan Octave Band Analyzer yang dapat memperinci suara bising dalam frekuensi yang berbeda sesuai kebutuhan.
Sound Level Meter dilengkapi 2 indikator kecepatan menangkap suara bising yang ditunjukkan oleh jarum indicator serta bisa diatur pada pergerakan cepat (fast) atau lambat (slow). Untuk mengukur suara yang tetap (steady noise) dan intermittent biasanya digunakan pergerakan jarum yang lambat (slow), sedangkan untuk suara yang cepat dan menghentak (impuls/ impact noise) digunakan indicator jarum yang bergerak cepat (fast).
Gambar 2 Sound Level Meter
Kebisingan memberikan dampak yang merugikan kesehatan, antara lain :
• Gangguan pendengaran, mulai dari yang bersifat ringan, ketulian yang bersifat sementara sampai pada ketulian menetap.
• Gangguan komunikasi, bila komunikasi dilakukan pada suatu tempat dengan kebisingan cukup tinggi maka suara pembicaraan akan sulit ditangkap atau dimengerti, sehingga pembicara harus berteriak keras.
• Gangguan konsentrasi dalam bekerja, terutama pada pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan konsentrasi kerja.
• Gangguan terhadap masyarakat sekitar, sehingga dapat memicu reaksi penolakan terhadap industri tersebut.
Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya.
Waktu maksimum bekerja
Tuli akibat bising termasuk pada tuli jenis sensorineural dan biasa menetap. Pada pemeriksaan audiometrik ternyata bahwa paparan seseorang dalam waktu yang lama dalam suasana bising dengan level tinggi, maka menyebabkan kelemahan pendengaran pada frekuensi 3000-6000 Hz. Tuli pada frekuensi 4000 Hz merupakan ciri khas tuli akibat bising.
Gambar 3 Audiogram nada murni
Pada tuli sensorineural akibat bising pada telinga kanan
BAB III KERANGKA KONSEP
Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
1. Masa Kerja
Lamanya masa kerja seseorang pada lingkungan bising sering dihubungkan dengan kejadian gangguan pendengaran. Semakin lama seseorang bekerja dalam suatu lokasi maka akan semakin banyak risiko kelainan atau penyakit yang didapatkan.
2. Intensitas Kebisingan
Paparan bising yang berulang selama periode waktu yang panjang dapat merusak struktur telinga dalam . Dengan bertambahnya intensitas dan durasi paparan akan dijumpai lebih banyak kerusakan pada telinga yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran.
Penggunaan alat pelindung diri
pemilihan mesin dan alat peredam
Masa Kerja dan Intensitas Kebisingan
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
DIAGRAM DESKRIPSI VARIABEL
Definisi Operasional
• Masa Kerja ialah masa seseorang bekerja yaitu sejak diterima bekerja sampai saat masuk rumah sakit, yang dinyatakan dalam satuan tahun. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penggolongan masa kerja sebagai berikut:
a) kurang dari 5 tahun
b) Lebih dari 5 tahun
• Intensitas Kebisingan yaitu besarnya tingkatan kebisingan di lingkungan kerja yang dinyatakan dalam desibel (dB). Dalam penelitian ini penulis menggunakan penggolongan intensitas kebisingan sebagai berikut :
a. > 85 dB
b. < 85 dB
BAB IV METODE PENELITIAN
• Survey dengan
pendekatan analitik Jenis
penelitian
• 08 Oktober 2012 - 20 Oktober 2012
Waktu
• PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar
Lokasi
• Populasi yang diteliti adalah semua pekerja bagian maintenance PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar
Populasi
• Total Sampling
Sampel
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui data primer berupa hasil audiogram, hasil pengukuran tingkat kebisingan dan data sekunder berupa daftar pegawai maintenance PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar.
Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik statistik dengan menggunakan program spss dan kemudian data disajikan dalam bentuk tabel.
Hasil dan Pembahasan
Dalam bab ini peneliti akan menyajikan hasil penelitian mengenai gangguan pendengaran akibat bising pada pekerja bagian maintenance PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Karakteristik Responden N %
Usia (tahun)
21-25
26-30
31-35
36-40
41-45
46-50
51-55
Bagian
Boiler
Electrical
Maintenance (General)
Maintenance (Line)
Mechanic
Office & Manager
PLC Programming
Safety Control Office
Electrical Manager
Fluting Section Head
7
13
21
22
14
4
3
5
15
10
11
14
6
6
5
5
7
8.3
15.5
25.0
26.2
16.7
4.8
3.6
6.0
17.9
11.9
13.1
16.7
7.1
7.1
6.0
6.0
8.3
Jumlah 84 100.0
Tabel 1 Karakteristik Responden PT. Eastern Pearl Flour Mills
Makassar
Variabel Penelitian N %
Masa Kerja
> 5 tahun
< 5 tahun
Tingkat Kebisingan
> NAB (85 dB)
< NAB (85 dB)
Gangguan Pendengaran
Mengalami Gangguan
Normal
65
19
55
29
15
69
77.4
22.6
65.5
34.5
17.9
82.1
Jumlah 84 100.0
Tabel 2 Variabel Penelitian
Masa Kerja
Gangguan Pendengaran
Jumlah
p Mengalami Gangguan Normal
n % n % n %
> 5 Tahun
< 5 Tahun
13
2
20.0
10.5
52
17
80.0
89.5
65
19
100.0
100.0
0.502
Jumlah 15 17.9 69 82.1 84 100.0
Tabel 3 Hubungan antara Masa Kerja dengan Kejadian Gangguan Pendengaran
Pada Responden PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar
Dari hasil penelitian, menunjukkan jumlah responden yang masa kerjanya > 5 tahun sebanyak 65 responden, yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 13 responden (20.0%) sedangkan yang tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 52 responden (80.0%). Jumlah responden yang masa kerjanya < 5 tahun sebanyak 19 responden dengan yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 2 responden (10.5%) sedangkan yang tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 17 responden (89.5%).
Hasil analisis menggunakan uji statistik chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian gangguan pendengaran.
Namun hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori yang digunakan sebagai referensi yang mengatakan bahwa adanya hubungan yang erat antara masa kerja dengan kejadian gangguan pendengaran.
NO SUMBER BISING HASIL PENGUKURAN KET.
1 General Maintenance 87,1 dB Tidak Memenuhi Syarat
2 Line Maintenance 87,8 dB Tidak Memenuhi Syarat
3 Boiler & Power Station 86 dB Tidak Memenuhi Syarat
4 Electrical 89,4 dB Tidak Memenuhi Syarat
5 Mechanic & Workshop 86,7 dB Tidak Memenuhi Syarat
6 PLC Programming 74 dB Memenuhi Syarat
7 Office & Manager 76 dB Memenuhi Syarat
8 Electrical Manager 81 dB Memenuhi Syarat
9 Fluting Section Head 83,3 dB Memenuhi Syarat
10 Safety Control Office 77 dB Memenuhi Syarat
Tabel 4 Data Hasil Pengukuran Sound Level Meter
Tingkat
Kebisingan
Gangguan Pendengaran
Jumlah
p Mengalami Gangguan Normal
n % n % n %
> NAB
< NAB
15
0
27.3
0.0
40
29
72.7
100.0
55
29
100.0
100.0
0.005
Jumlah 15 17.9 69 82.1 84 100.0
Tabel 5 Hubungan Antara Intensitas Kebisingan dengan Kejadian Gangguan Pendengaran
Pada Responden PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar
Dapat dilihat dari hasil pengukuran intensitas kebisingan dengan menggunakan sound level meter bahwa didapatkan 5 lokasi yang berada diatas nilai ambang batas (85 dB) dan didapatkan 5 lokasi yang berada dibawah nilai ambang batas.
Jumlah responden yang tingkat kebisingan > NAB sebanyak 55 responden, yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 15 responden (27.3%) sedangkan yang tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 40 responden (72.7%). Jumlah responden yang tingkat kebisingan < NAB sebanyak 29 responden dan tidak ada yang mengalami gangguan pendengaran, sedangkan yang tidak mengalami gangguan pendengaran sebanyak 29 responden (100.0%).
Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara intensitas kebisingan dengan kejadian gangguan pendengaran. Hasil tersebut sesuai dengan teori yang digunakan peneliti sebagai referensi mengenai hubungan intensitas kebisingan dengan gangguan pendengaran.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai gangguan pendengaran akibat bising pada pekerja bagian maintenance PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian gangguan pendengaran, dan ada hubungan antara intensitas kebisingan dengan gangguan pendengaran pada pekerja bagian maintenance PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar.
SARAN
• Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor lain yang dapat memicu terjadinya gangguan pendengaran akibat bising.
• Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan berusaha menggali informasi sedetail mungkin tentang gangguan pendengaran akibat bising.