tinjauan yuridis terhadap delik pembunuhan...

82
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ANGGOTA TNI DENGAN MENGGUNAKAN SENJATA PENIKAM (Studi Kasus Putusan Nomor 1098/Pid.B/2010/PN.MKS) Oleh ANDI ZULKIFLI AZHARY B 111 07 890 BAGIAN HUKUM PIDANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

Upload: truongxuyen

Post on 04-Jul-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN

ANGGOTA TNI DENGAN MENGGUNAKAN SENJATA PENIKAM

(Studi Kasus Putusan Nomor 1098/Pid.B/2010/PN.MKS)

Oleh

ANDI ZULKIFLI AZHARY

B 111 07 890

BAGIAN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2011

Page 2: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

i

HALAMAN JUDUL

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ANGGOTA TNI

DENGAN MENGGUNAKAN SENJATA PENIKAM

(Studi Kasus Putusan Nomor 1098/Pid.B/2010/PN.MKS)

OLEH :

ANDI ZULKIFLI AZHARY

B 111 07 890

SKRIPSI

Diajukan sebagai Tugas Akhir dalam rangka Penyelesaian Studi Sarjana

dalam Program Kekhususan Hukum Pidana

Program Studi Ilmu Hukum

Pada

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2011

Page 3: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

ii

Page 4: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Diterangkan bahwa skripsi mahasiswa : Nama : ANDI ZULKIFLI AZHARY

NM : B 111 07 890 Program Sutdi : Ilmu Hukum Bagian : Hukum Pidana Judul : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK

PEMBUNUHAN ANGGOTA TNI DENGAN

MENGGUNAKAN SENJATA PENIKAM

(Studi Kasus Putusan No : 1098/Pid.B/2010/PN.MKS)

Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dalam ujian skripsi pada

Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

Makassar. November 2011

Disetujui Oleh

Page 5: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

iv

PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI

Diterangkan bahwa skripsi mahasiswa : Nama : ANDI ZULKIFLI AZHARY

NM : B 111 08 890 Program Stdi : Ilmu Hukum Bagian : Hukum Pidana Judul : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK

PEMBUNUHAN ANGGOTA TNI DENGAN

MENGGUNAKAN SENJATA PENIKAM

(Studi Kasus Putusan No : 1098/Pid.B/2010/PN.MKS)

Memenuhi Syarat Untuk Diajukan Dalam uJian Skripsi Sebagai Ujian Akhir

Program Studi.

Makassar, September 2011

A.n. Dekan

Wakil Dekan Bidang Akademik Prof. Dr. Ir. Abrar Saleng, S.H, M.H. NIP. 19630419 198903 1003

Page 6: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

v

ABSTRAK

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ANGGOTA TNI DENGAN MENGGUNAKAN SENJATA PENIKAM (Studi Kasus Putusan Nomor 1098/Pid.B/2010/PN.MKS)dibawah bimbingan bapak Aswanto sebagai pembimbing I dan bapak Amir Ilyas sebagai pembimbing II

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan hukum pidana oleh hakim dalam kasus delik pembunuhan dengan menggunakan senjata penikam, dan untuk mengetahui bagaimana pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku Delik Pembunuhan Anggota TNI Dengan Menggunakan Senjata Penikam (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Makassar Nomor 1098/Pid.B/2010/PN.MKS).

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan maka

disimpulkan bahwa Majelis hakim Pengadilan makassar telah sesuai menerapkan peraturan perundang-undangan, dalam memeriksa dan memutus perkara nomor 1098/Pid.B/2010/PN.MKS tentang delik pembunuhan dengan senjata penikam berdasarkan Pasal 338 KUHP Jo.Pasal 56 KUHP. Yang usurur-unsurnya barang siapa, dengan sengaja, membantu, menghilangkan nyawa orang. Untuk selanjutnyapenulis berharap agar dikemudian hari apabila terjadi kembali kasus serupa, hakim yang memutus perkara dapat lebih jeli dan teliti dalam menimbang unsur yang terdapat dalam kasus tersebut, sehingga dalam memuat putusan dapat lebih tepat dan memberi rasa keadilan bagi pihak yang berperkara. Selanjutnya yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap delik pembunuhan dengan menggunakan senjata penikam berupa keterangan saksi, keterangan Ahli, keterangan terdakwa, dan barang bukti yang diajukan Jaksa Penuntut Umum, serta dakwaan Jaksa Penuntut Umum sebagaimana dalam Pasal 184 ayat 1 KUHAP. Dimana unsur-unsur dalam perkara ini sudah sesuai dengan peraturan atau perundang-undangan yang berlaku, sehingga dengan terpenuhinya unsur-unsur pembunuhan ini maka, majelis hakim menjatuhkan hukuman penjara selama 14 (empat belas) tahun dan membayar biaya perkara sebesar Rp 2.500,- (dua ribu lima ratus rupian.

Page 7: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, rahmat dan

hidayah yang diberikan kepada kita semua, karena izin-Nya jualah sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat dan salam selalu tertuju

kepada kekasih Allah yang tak lain adalah Nabi Muhammad SAW. Sebagai

seorang manusia pilihan yang menghantarkan manusia kejalan yang lurus

dengan pedoman hidup yaitu kitab suci Al-Quran dan Sunnahnya.

Setelah sekian lama penulis menempuh proses belajar di bangku

perkuliahan guna mendapatkan ilmu yang dapat berguna bagi masyarakat,

akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul

“TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ANGGOTA TNI

DENGAN MENGGUNAKAN SENJATA PENIKAM (Studi Kasus Putusan

Nomor 1098/Pid.B/2010/PN.MKS) ,”. Sebagai salah satu syarat guna

memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin.

Dalam kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan

terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Orang Tua penulis Ayahanda

Drs. H. A. Burhanuddin. A.U. M.Si dan Ibunda Hj. A. Satriawati Rahman atas

segala pengorbanan, Kasih Sayang serta jerih payahnya selama

membesarkan dan mendidikku, serta doa yang senantiasa dipanjatkan

hanya semata-mata mengharapkan keberhasilan penulis. Terima kasih juga

Page 8: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

vii

kepada saudara-saudaraku atas segala bantuannya baik materil maupun

inmateril kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Banyak orang-orang yang telah menentukan sejarah hidupku sampai

aku mampu mengucapkan kebenaran, dan untuk itu pada kesempatan ini

perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. Idrus A Paturusi, Sp.B., Sp.Bo selaku Rektor Universitas

Hasanuddin dan seluruh pembantu Rektor serta jajarannya.

2. Dekan Fakultas Hukum UNHAS, Prof. Dr. Aswanto, S.H.,DFM.

3. Prof. Dr. Aswanto, S.H.,DFM, Selaku Pembimbing I, dan Amir Ilyas,

S.H.,M.H. selaku pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya

untuk memberikan bimbingan kepada penulis.

4. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof. Dr.

Muhadar, S.H., M.S, dan Syamsuddin Muchtar, S.H., M.H, serta

Haerana, S.H., M.H, selaku penguji yang telah meluangkan waktunya

memberikan arahan dan masukan kepada penulis, sehingga skripsi

ini dapat penulis selesaikan.

5. Howadr Kowaqam, S.H., M.H, selaku Penasehat Akademik penulis

selama berada dibangku kuliah, yang telah memberikan bimbingan

kepada penulis selama di bangku kuliah.

6. Dosen Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin yang dengan ikhlas

membagikan ilmunya kepada penulis selama duduk dalam bangku

kuliah.

Page 9: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

viii

7. Sahabat-sahabatku, Meldyasty Randha, Nur Rahma. Wiryawan

Batara Kencana, Muhammad Umar serta anak legalitas 2007 terima

kasih atas persahabatan dan bantuan kalian.

8. Seluruh staf akademik yang telah membantu kelancaran akademik

penulis selama menempuh studi di Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin.

9. Teman-teman KKN-PH tahun 2011 Lokasi Badan Pertanahan

Nasional Kota Makassar

Sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini, semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

serta membalas kebaikan yang diberikan kepada kita semua. Amin ya

Robbal A΄lamin.

Makassar, September 2011

ANDI ZULKIFLI AZHARY

Page 10: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

ix

DAFTAR ISI

Halaman SAMPUL

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. iii

PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI ..................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................... v

UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................... ix

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Rumusan Masalah ............................................................... 7

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ................................................................ 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 9

A. Pengertian-pengertian ............................................................ 10

1. Pidana ............................................................................. 10

2. Delik ................................................................................. 12

3. Delik Pembunuhan .......................................................... 17

4. Dasar Hukum Delik Penguasaan Tanpa Hak

Senjata Penikam/Penusuk ............................................. 19

B. Pembunuhan ......................................................................... 21

1. Jenis-jenis Delik Pembunuhan ........................................ 21

2. Unsur-unsur Delik Pembunuhan ...................................... 21

Page 11: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

x

C. Tentara Nasional Indonesia (TNI) ......................................... 22

1. Pengertian Tentara Nasional Indonesia (TNI) .................. 22

2. Fungsi dan Wewenang TNI ............................................. 23

3. Tugas Pokok TNI ............................................................. 23

D. Concursus ............................................................................. 25

1. Pengertian Concursus ....................................................... 25

2. Bentuk-bentuk Concursus .................................................. 26

E. Unsur-unsur Delik .................................................................. 30

F. Macam-macam Sanksi Pidana ............................................. 34

BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................. 36

A. Lokasi Penelitian ................................................................... 36

B. Jenis dan Sumber Data ......................................................... 36

C. Jenis Penelitian ..................................................................... 36

D. Analisis Data ......................................................................... 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...............................

A. penerapan hukum pidana materil oleh majelis hakim dalam

delik pembunuhan dengan menggunakan senjata

penikam/penusuk .................................................................... 38

B. pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap

pelaku delik pembunuhan dengan menggunakan senjata

penikam/penusuk ................................................................. 57

BAB V. PENUTUP ................................................................................. 67

A. Kesimpulan ........................................................................... 67

B. Saran ..................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

Page 12: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah negara hukum yang tidak hanya

berdasarkan pada kekuasaan belaka, selain itu juga berdasarkan

Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Hal ini berarti Negara

Indonesia menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menjamin segala

warga negaranya bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan, serta wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu

tanpa ada kecualinya. Pernyataan bahwa Indonesia merupakan negara

hukum juga mempunyai konsekuensi, bahwa Negara Indonesia

menerapkan hukum sebagai ideologi untuk menciptakan ketertiban,

keamanan, keadilan serta kesejahteraan bagi warga negara, sehingga

hukum itu bersifat mengikat bagi setiap tindakan yang dilakukan oleh

warga negaranya. Negara hukum harus memenuhi beberapa unsur

antara lain pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya,

harus berdasar hukum atau peraturan perundang-undangan, adanya

jaminan terhadap hak asasi manusia, adanya pembagian kekuasaan

dalam Negara, adanya pengawasan dari badan-badan peradilan.

Berkaitan dengan unsur di atas, adanya jaminan terhadap hak asasi

manusia (HAM), dapat diartikan bahwa di dalam setiap konstitusi selalu

ditemukan adanya jaminan terhadap Hak Asasi Manusia (warga negara).

Page 13: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

2

Perlindungan konstitusi terhadap Hak Asasi Manusia tersebut, salah

satunya adalah perlindungan terhadap nyawa warga negaranya seperti

yang tercantum dalam Pasal 28 A Undang Undang Dasar 1945: ”Setiap

orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan

kehidupannya”. Nyawa dan tubuh adalah milik manusia yang paling

berharga dan merupakan hak asasi setiap manusia yang diberikan oleh

Tuhan Yang Maha Esa dan tidak ada seorangpun yang dapat

merampasnya.

Bangsa Indonesia menjamin perlindungan terhadap nyawa setiap

warga negaranya, dari yang ada dalam kandungan sampai yang akan

meninggal. Tujuannya adalah untuk mencegah tindakan sewenang-

wenang dalam suatu perbuatan khususnya yang dilakukan dengan cara

merampas nyawa orang lain (membunuh). Pada masyarakat yang masih

sederhana, membunuh merupakan suatu kebanggan sebagai bukti

keberanian dan kepahlawanan seseorang di kalangan kelompoknya.

Membunuh jika dipandang dengan sudut agama merupakan sesuatu

yang terlarang bahkan tidak boleh dilakukan. Oleh karena itu setiap

perbuatan yang mengancam keamanan dan keselamatan atas nyawa

seseorang tersebut dianggap sebagai kejahatan yang berat oleh karena

itu dijatuhi dengan hukuman yang berat pula. (Harmien Hardiati

Koeswadji,1984:2).

Page 14: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

3

Mengenai kejahatan terhadap nyawa ini diatur dalam KUHP Buku II

Bab XIX Pasal 338 s/d 350. Khusus mengenai tindak pidana

pembunuhan biasa, diatur dalam KUHP Pasal 338, yang berbunyi:

“Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam,

karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama 15 tahun”.

Dalam proses peradilan, pembuktian merupakan masalah yang peranan

penting dalam proses pemeriksaan sidang pengadilan. Dengan

pembuktian inilah ditentukan nasib terdakwa. Apabila hasil pembuktian

dengan alat-alat bukti yang ditentukan Undang-Undang tidak cukup

membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa, maka

terdakwa dibebaskan dari hukuman. Sebaliknya kalau kesalahan

terdakwa dapat dibuktikan dengan alat-alat bukti yang disebut dalam

Pasal 184 KUHAP, maka terdakwa harus dinyatakan bersalah dan

kepadanya akan dijatuhkan pidana. Hakim harus hati-hati, cermat, dan

matang dalam menilai dan mempertimbangkan nilai pembuktian. Meneliti

sampai dimana batas minimum kekuatan pembuktian atau bewijs kracht

dari setiap alat bukti yang disebut dalam Pasal 184 KUHAP (M. yahya

Harahap, 2000: 273).

Untuk menjatuhkan putusan yang berupa pemidanaan, Undang-

Undang telah mengisyaratkan adanya syarat minimal, yaitu harus

didukung oleh dua alat bukti dan hakim meyakini akan kebenarannya,

sehingga dengan alat bukti tersebut dapat menunjukkan bahwa

Page 15: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

4

seseorang telah melakukan tindak pidana. Di dalam KUHAP Pasal 184

ayat (1) terdapat lima alat bukti yang sah yaitu: Keterangan Saksi,

Keterangan Ahli, Surat, Petunjuk, Keterangan Terdakwa. Dalam contoh

kasus tindak pidana, seperti pencurian, penggelapan, penipuan dan

sejenisnya, tentunya pihak penyidik tak akan kesulitan untuk

mengidentifikasikan barang bukti yang salah satu atau beberapa

diantaranya dapat dijadikan alat bukti, yang selanjutnya akan diperiksa

dalam proses sidang pengadilan. Akan tetapi, apabila kejahatan tersebut

berkaitan dengan kesehatan seseorang, luka maupun meninggalnya

seseorang tersebut, persoalannya menjadi tidak sederhana. Oleh karena

terganggunya kesehatan seseorang pada suatu saat akan berubah

sembuh ataupun sebaliknya, sementara apa yang dinamakan dengan

luka juga pada saat yang lain akan berubah sembuh maupun ada

kemungkinan akan menjadi lebih parah. Demikian juga terhadap

kejahatan-kejahatan yang menyebabkan matinya seseorang, kematian

tersebut telah menutup semua kemungkinan pemrosesan secara hukum,

sehingga ketidakadilan menjadi mungkin. Untuk mengungkap secara

hukum tentang terjadinya tindak pidana yang menyebabkan

terganggunya kesehatan seseorang maupun telah terjadi tindak pidana

yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang.

Aparat penegak hukum khususnya TNI dalam mengemban tugas

yang luas,kompleks, dan rumit.merekapun mempunyai posisi penting

Page 16: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

5

sebagai penegak hukum,mereka adalah komandan dalam melaksanakan

amanat undang-undang,menegakan ketertiban masyarakat dan

keamanan Negara.sebagai pelaksana undang-undang,TNI menyandang

fungsi yang unik dan rumit karena dalam menjalankan tugas di tengah

masyarakat,cenderung berbeda dengan polisi,selalu dalam kelompok

dipimpin komandan sebagai penanggung jawab dengan medan tempur

yang jelas dan cukup waktu mengatur strategi.

TNI juga menghadapi ancaman dan gangguan yang tidak terduga,

harus cepat menentukan pilihan dan tindakan yang tepat untuk

melindungi masyarakat. Pilihan itu tidak selalu dapat memuaskan

masyarakat bahkan kadang dikomplain sebagai penyimpangan. Dalam

menjalankan tugas, TNI dilengkapi seperangkat kewenangan yang

istimewa,yaitu melakukan upaya paksa, menangkap, menyita,

mengamankan, melakukan penahanan dalam upaya melakukan tindak

pidana di suatu negara.

Kewenangannya bersifat semesta yang melibatkan seluruh warga

negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan

secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu,

terarah, berkesinambungan, dan berkelanjutan untuk menegakkan

kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia, dan melindungi keselamatan segenap

bangsa dari setiap ancaman.

Page 17: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

6

TNI pada umumnya merupakan fungsi yang melekat dalam rangka

berhadapan dengan penjahat sehingga penggunaan kekerasan

cenderung tidak dapat dihindari, terutama dalam situasi yang

mengancam dan membahayakan jiwa mereka. Penggunaan kekuatan

dan kekerasan yang melekat pada TNI di simbolkan dengan peralatan

tugas seperti sangkur, pentungan dan pistol (senjata api). Peralatan

tersebut bukan sekedar hiasan, tetapi melekat fungsi yang harus

digunakan dalam situasi tertentu.

Tindakan kekerasan berpotensi menimbulkan kewenangan

TNI,yaitu penggunaan kekerasan yang melampaui batas atau kelalaian

dalam penggunaan kekerasan. Penyalagunaan kekerasan dalam

mengamankan tersangka kejahatan yang dapat menimbulkan luka-luka

atau kematian karena kesalahan prosedur atau kekeliruan terhadap

orang (error in person), berpotensi menimbulkan permasalahn dalam

rangka penegakan hukum. Terlebih lagi jika korban dari kekerasan

tersebut berasal dari lingkungan kepolisian.

Berdasarkan uraian latar belakan masalah diatas , maka saya

selaku penulis berinisiatif untuk mengankat masalah tersebut sebagai

Tugas Akhir ( Skripsi) Yaitu “Tinjauan Yuridis Terhadap Delik

Pembunuhan Anggota TNI Dengan Menggunakan Senjata Penikam”

( Studi Kasus Putusan No. 1098/Pid.B/2010/PN.MKS)

Page 18: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut di atas,maka ditarik beberapa

permasalahan yang perlu di kemukakan. Ada pun perumusan masalah

yang hendak dikemukakan penulis adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan hukum pidana materil oleh majelis hakim

dalam delik Pembunuhan Anggota TNI Dengan Menggunakan

Senjata Penikam (Studi Kasus Putusan Nomor

1098/Pid.B/2010/PN.MKS)?

2. Bagaimana pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan

terhadap pelaku Delik Pembunuhan Anggota TNI Dengan

Menggunakan Senjata Penikam (Studi Kasus Putusan Nomor

1098/Pid.B/2010/PN.MKS)?.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penerapan hukum pidana materil oleh majelis

hakim dalam Delik Pembunuhan Anggota TNI Dengan Menggunakan

Senjata Penikam (Studi Kasus Putusan Nomor

1098/Pid.B/2010/PN.MKS).

2. Untuk mengetahui pertimbanagan hakim dalam menjatuhkan putusan

terhadap pelaku delik Pembunuhan Anggota TNI Dengan

Menggunakan Senjata Penikam (Studi Kasus Putusan Nomor

1098/Pid.B/2010/PN.MKS).

Page 19: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

8

D. Manfaat Penelitian

Di dalam penelitian sangat diharapkan adanya manfaat dan

kegunaan yang disampaikan oleh penulis karena nilai suatu penelitian

ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat diambil dari penelitian.

Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini antara lain :

1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

pengembangan ilmu pengetahuan hukum pada umumnya dan

hukum pidana pada khususnya.

b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi

dibidang karya ilmiah serta bahan masukan bagi penelitian

sejenis di masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan dan

mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang hukum

sebagai bekal untuk masuk dalam instansi penegak hukum

maupun untuk praktis hukum dalam memperjuangkan penegakan

hukum;

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran secara lengkap

mengenai bentuk pengaturan dan sanksi tindak pidana

pembunuhan di dalam KUHP Pasal 338, pembunuhan biasa

dalam bentuk pokok (doodslag), barang siapa dengan sengaja

Page 20: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

9

menghilangkan nyawa orang lain dipidana karena pembunuhan

dengan pidana penjara paling lama 15 tahun. (Adami

Chazawi,2002:57).

Page 21: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian-pengertian

1. Pidana

Pidana berasal dari kata straf (Belanda), yang pada dasarnya

dapat dikatakan sebagai suatu penderitaan (nestapa) yang sengaja

dikena-kan/dijatuhkan kepada seseorang yang telah terbukti bersalah

melaku-kan suatu tindak pidana.

Menurut Moeljatno,(1985:20) istilah hukuman yang berasal dari

kata straf, merupakan suatu istilah yang konvensional. Moeljatno

menggunakan istilah yang inkonvensional, yaitu pidana.

Menurut Andi Hamzah, ahli hukum Indonesia membedakan istilah

hukuman dengan pidana, yang dalam bahasa Belanda dikenal

dengan istilah straf. Istilah hukuman adalah istilah umum yang diper-

gunakan untuk semua jenis sanksi baik dalam ranah hukum perdata,

administratif, disiplin dan pidana, sedangkan istilah pidana diartikan

secara sempit yaitu hanya sanksi yang berkaitan dengan hukum

pidana.

Hukum pidana menentukan sanksi terhadap setiap pelanggaran

hukum yang dilakukan. Sanksi itu pada prinsipnya merupakan

penambahan penderitaan dengan sengaja. Penambahan penderitaan

Page 22: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

11

dengan sengaja ini pula yang menjadi pembeda terpenting antara

hukum pidana dengan hukum yang lainnya.

Menurut Rusli Efendi, (1986:25) bahwa hukuman (pidana) itu

bersifat siksaan atau penderitaan, yang oleh undang-undang hukum

pidana diberikan kepada seseorang yang melanggar sesuatu norma

yang ditentukan oleh undang-undang hukum pidana, dan siksaan

atau pende-ritaan itu dengan keputusan hakim dijatuhkan terhadap

diri orang yang dipersalahkan itu. Sifat yang berupa siksaan atau

penderitaan itu harus diberikan kepada hukuman (pidana), karena

pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang terhadap norma yang

ditentukan oleh undang-undang hukum pidana itu merupakan

pelanggaran atau perkosaan kepentingan hukum yang justru akan

dilindungi oleh undang-undang hukum pidana. Kepentingan hukum

yang akan dilindungi itu adalah sebagai berikut:

1) Jiwa manusia (leven);

2) Keutuhan tubuh manusia (lyf);

3) Kehormatan seseorang (eer);

4) Kesusilaan (zede);

5) Kemerdekaan pribadi (persoonlyke vryheid);

6) Harta benda/kekayaan (vermogen).

Page 23: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

12

2. Delik

Istilah delik adalah merupakan kata yang diadopsi dari istilah

bahasa latin delictun dan delicta. Delik dalam bahasa Belanda

disebut strafbaarfeit. Strafbaarfeit terdiri dari 3 (tiga) kata yaitu straf,

baar, dan feit. Straf diartikan sebagai pidana dan hukum, baar

diartikan sebagai dapat dan boleh. Sedangkan feit diartikan sebagai

tindak, peristiwa, pelanggaran, dan perbuatan. Bahasa inggrisnya

adalah delict yang artinya suatu perbuatan yang pelakunya dapat

dikenakan hukuman (pidana).

Moeljatno (Adami Chazawi,2002:72) mengatakan bahwa suatu

strafbaarfeit itu sebenarnya adalah suatu kelakuan manusia yang

diancam pidana oleh peraturan undang-undang.

Berikut ini adalah beberapa pengertian tindak pidana dalam arti

Strafbaarfeit menurut pendapat para ahli:

J.E Jonkers (Bambang Poernomo,1982:91) membagi atas dua

pengertian yaitu:

1. Defenisi pendek memberikan pengertian strafbaar feit adalah

suatu kejadian (feit) yang dapat diancam dengan hukuman

pidana oleh undang-undang.

2. Defenisi panjang atau yang lebih mendalam memberikan

pengertian “strafbaar feit” adalah suatu kelakuan yang

Page 24: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

13

melawan hukum berhubung dilakukan dengan sengaja atau

alpa oleh orang yang dapat dipertanggung jawabkan.

Pompe (Bambang Poernomo,1982:91) membagi atas dua

pengertian yaitu:

1. Defenisi menurut teori memberikan pengertian “strafbaarfeit”

adalah suatu pelanggaran terhadap norma,yang dilakukan

karna kesalahan si pelanggar dan diancam dengan pidana

untuk mempertahankan tata hukum dan menyalamatkan

kesejahteraan umum.

2. Defenisi menurut hukum positif,merumuskan pengertian

“strafbaarfeit” adalah suatu kejadian (feit) yang oleh

peraturan perundang-undang dirumuskan sebagai perbuatan

yang dapat dihukum.

Simons (P.A.F Lamintang,1997:18)

“Strafbaarfeit adalah suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun dilakukan dengan tidak sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggung jawabkan atas tindakannya dan oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum”.

Van Hammel (P.A.F Lamintang,1997:18)

“Strafbaarfeit adalah suatu serangan atau ancaman terhadap

hak-hak orang lain”.

Page 25: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

14

Berbeda dengan pandangan para pakar diatas, menurut Halim

(Adami Chazawi,2002:72) menyatakan delik adalah suatu perbuatan

atau tindakan yang terlarang dan diancam dengan hukuman oleh

undang-undang (pidana).

Rusli Effendy (1986:2) memberikan batasan pengertian delik

sebagai berikut:

“Peristiwa pidana atau delik adalah perbuatan yang oleh Hukum Pidana dilarang dan diancam pidana terhadap siapa yang melanggar larangan tersebut”.

Apabila diperhatikan rumusan tersebut diatas,maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa istilah peristiwa pidana sama saja dengan istilah

delik,yang redaksi aslinya adalah starfbaarfeit.

Pengertian peristiwa pidana atau delik diatas mengandung

makna sebagai suatu perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang

dan disertai dengan ancaman atau hukuman bagi siapa saja yang

melanggar larangan tersebut.

Moeljatno (1985:54) menggunakan istilah perbuatan pidana

sebagai terjemahan dari starfbaarfeit dan memberikan definisi

sebagai berikut:

“Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum,larangan mana yang disertai ancaman (sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut)”.

Page 26: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

15

Istilah strafbaarfeit juga diterjemahkan oleh R. Soesilo (1984:6)

sebagai berikut:

“Tindak pidana sebagai istilah delik atau peristiwa atau perbuatan yang dapat dihukum yaitu suatu perbuatan yang dilarang atau diwajibkan oleh undang-undang yang apabila dilakukan atau diabaikan, maka orang yang melakukan atau mengabaikan akan diancam dengan pidana”.

Sedangkan Bambang Poernomo (1982:90) menyatakan bahwa :

“Didalam kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHPid) dikenal dengan istilah strafbaarfeit. Kepustakaan tentang hokum pidana sering mempergunakan istilahdelik sedangkan pembuat undang-undang dalam merumuskan strafbaarfeit mempergunakan istilah peristiwa pidana tanpa mempersoalkan perbedaan istilah tersebut”. Lebih lanjut, Bambang Purnomo menjelaskan bahwa istilah delik,

strafbaarfeit, peristiwa pidana dan tindak pidana serta perbuatan

pidana mempunyai pengertian yang sama yaitu suatu perbuatan

yang dilarang oleh aturan hukum dan larangan tersebut disertai

dengan ancaman dan sanksi berupa pidana yang melanggar

larangan tersebut.

Vos (Bambang Poernomo,1982:91) terlebih dahulu

mengemukakan arti delict sebagai “Tatbestandmassigheit” dan delik

sebagai “Wesenschau”. Makna “Tatbestandmassigheit” merupakan

kelakuan yang mencocoki lukisan dan ketentuan yang dirumuskan

dalamundang-undang yang berasangkutan, maka baru merupakan

Page 27: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

16

delik apabila kelakuan itu “Dem Wasen Nach” yaitu menurut sifatnya

cocok dengan makna dari ketentuan yang dirumuskan dalam

undang-undang yang bersangkutan.

Delik menurut pengertian sebagai “Wesenschau” telah diikuti oleh

para ahli hokum pidana dan yurisprudensi Nederland dalam

hubunganya dengan ajaran sifat melawan hukum yang materil.

Pengertian dan istilah strafbaar feit menurut Vos (Bambang

Poernomo,1982:91) adalah suatu kelakuan manusia yang diancam

pidana oleh peraturan perundang-undangan, jadi suatu kelakuan

yangbpada umumnya dilarang diancam dengan ancaman pidana.

Di dalam mencari elemen yang terdapat di dalam strafbaar feit

oleh Vos telah ditunjuk pendapat oleh Simons (Bambang

Poernomo,1982:92) yang menyatakan suatu strafbaar feit adalah

perbuatan yang melawan hukum dengan kesalahan yang dilakukan

oleh orang yang dapat dipertanggungjawabkan. Dari pengertian ini

dapat dikatakan suatu strafbaar feit mempunyai elemen

“wenderrechtlijkheid” dan “schuld”

Hal ini sesuai dengan pandangan dari Pompe yang menyebutkan

defenisi menurut hukum positif dan menurut teori, sedangkan bagi

Jonkers menyebutkan sebagai defenisi pendek dan definisi panjang.

Bagi Vos lebih menjurus kepada pengertian strafbaar feit dalam arti

menurut hukum positif atau definisi pendek, hal ini akan berbeda

Page 28: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

17

dengan Simons yang memberikan pengertian strafbaar feit dalam arti

menurut teori atau definisi yang panjang.

Dari sekian banyak pengertian atau rumusan yang dikemukakan

oleh para ahli hukum pidana di atas, maka penulis tidak menetapkan

penggunaan istilah peristiwa pidana dalam skripsi ini, seperti halnya

apa yang dikemukakan oleh Rusli Effendy (1986:46) bahwa:

“Defenisi dari peristiwa pidana sendiri tidak ada. Oleh karena itu timbulah pendapat-pendapat para sarjana mengenai peristiwa pidana. Dapat dikatakan tidak mungkin membuat definisi mengenai peristiwa pidana. Dapat dikatakan tidak mungkin membuat definisi mengenai peritiwa pidana,sebab hampir dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHPid) mempunyai rumusan tersendiri mengenai hal itu”. Namun penulis lebih condong sependapat dengan alasan

Sudarto (1989:30) menggunakan istilah tindak pidana didasarkan

atas pertimbangan yang bersifat sosiologis, karena istilah tersebut

sudah dapat diterima dan tidak asing lagi didengar oleh masyarakat.

3. Delik Pembunuhan

Pembunuhan adalah suatu tindakan untuk menghilangkan nyawa

seseorang dengan cara yang melanggar hukum, maupun yang tidak

melawan hukum.

Sedangkan pembunuhan dalam bahasa arab disebut dengan

istilah al-qatl, yaitu upaya menghilangkan nyawa seseorang sehingga

Page 29: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

18

menyebabkan kematian, baik dilakukan dengan sengaja maupun

tidak, baik memakai alat ataupun tidak.

Dilihat dari kepentingan hukum yang dilindunginya, delik

pembunuhan merupakan jenis delik terhadap nyawa. Sama juga

seperti yang dikatakan oleh Adami Chzawi (2002:55), kejahatan

terhadap nyawa adalah berupa penyerangan terhadap nyawa orang

lain.

Tindak pidana pembunuhan atau dalam KUHP disebut sebagai

tindak pidana terhadap nyawa. Perkataan “ nyawa “ sering

disinonimkan dengan “ jiwa “. Kata nyawa dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia dimuat artinya antara lain pemberi hidup, jiwa, roh.

Kata jiwa artinya roh manusia ( yang ada dalam tubuh dan yang

menyebabkan hidup ) dan seluruh kehidupan batin manusia.

Pengertian nyawa adalah yang menyebabkan kehidupan pada

manusia, menghilangkan nyawa berarti menghilangkan kehidupan

pada manusia yang secara umum disebut “ pembunuhan “ ( Laden

Marpaung, 2000 : 4 ).

Mengenai pembunuhan diatur dalam Pasal 338 KUHP yang

berbunyi barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang

dihukum karena bersalah melakukan pembunuhan dengan hukuman

penjara selama-lamanya lima belas tahun.

Page 30: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

19

Menurut Laden Marpaung, (2000 : 22 ), perbuatan yang dapat

melenyapkan atau merampas nyawa orang lain menimbulkan

beberapa pendapat yaitu :

1) Teori aequevalensi dari Von Buri yang disebut juga teori conditio sine quanon yang menyamaratakan semua faktor yang turut serta menyebabkan suatu akibat.

2) Teori adaequote dari Van Kries yang juga disebut sebagai teori keseimbangan yaitu perbuatan yang seimbang dengan akibat.

3) Teori Individualis dan teori Generalis dari Dr. T. Trager yang pada dasarnya mengutarakan bahwa yang paling menentukan terjadinya akibat tersebut yang menebabkan, sedangkan menurut teori generalis berusaha memisahkan setiap faktor yang menyebabkan akibat tersebut.

Dalam suatu tindak pidana pembunuhan harus ada hubungan

antara perbuatan yang dilakukan dengan kematian seseorang,

terhadap siapa pembunuhan itu dilakukan tidak menjadi soal asalkan

pembunuhan tersebut ditujukan untuk menghilangkan nyawa orang

lain.

4. Dasar Hukum Delik Penguasaan tanpa Hak Senjata

Penikam/Penusuk

Senjata penikam ialah alat yang digunakan untuk menghabisi

nyawa korban (menusuk korban) dan senjata yang kegunaanya

hanya dapat dipakai untuk menikam tidak bisa di pakai untuk potong

sayur,ikan dll.

Contohnya: badik dan tombak

Page 31: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

20

Delik penguasaan tanpa hak senjata penikam/penusuk diatur

dalam Pasal 2 (ayat 1 dan 2 ) Undang-Undang Darurat Nomor 12

Tahun 1951 serta Undang-Undang yang berkaitan dengannya.

Dalam Pasal 2 (ayat 1 dan 2) Undang-Undang Darurat Nomor 12

Tahun 1951 menegaskan :

Pasal 2

(1) Barang siapa yang tanpa hak memasukkan keindonesia, membuat, menerima, mencoba memperolehnya, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengankut, menyembunyikan, mempergunakan, atau mengeluarkan dari indonesia sesuatu senjata pemukul, senjata penikam, atau senjata penusuk (Slag, steek of stoot wapen), di hukum dengan hukuman penjara selama-lamanya sepuluh tahun Dalam pengertian senjata pemukul, senjata penikam atau senjata

penusuk dalam Pasal ini, tidak termasuk barang-barang yang nyata-

nyata dimasukkan untuk dipergunakan guna pertanian atau untuk

pekerjaan-pekerjaan rumah tangga atau untuk kepentingan

melakukan dengan sah pekerjaan atau yang nyata-nyata mempunyai

tujuan sebagai barang pusaka atau barang kuno atau barang ajaib

(merkwaardigheid)

Page 32: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

21

B. Pembunuhan

1. Jenis-jenis Delik Pembunuhan

Kejahatan terhadap nyawayang dilakukan dengan sengaja

disebut atau diberi kualifikasi sebagai pembunuhan yang terdiri

dari:

a. Pembunuhan biasa dalam bentuk pokok (doodslag, Pasal

338).

b. Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului dengan

tindak pidana lain (Pasal 339).

c. Pembunuhan berencana (moord, Pasal 340).

d. Pembunuhan ibu terhadap bayinya pada saat atau tidak lama

setelah dilahirkan (Pasal 341, Pasal 342 dan Pasal 343).

e. Pembunuhan atas permintaan korban (Pasal 344).

f. Penganjuran dan pertolongan pada bunuh diri (Pasal 345).

g. Penengangguran dan pembunuhan terhadap kandungan

(Pasal 346 s/d Pasal 349) (Adami Chazawi,2007:56).

2. Unsur-unsur Delik pembunuhan

a. Unsur obyektif:

1) Perbuatan:menghilangkan nyawa;

2) Obyeknya:nyawa orang lain;

b. Unsur sebyektif:dengan sengaja.

Page 33: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

22

Dalam perbuatan menghilangkan nyawa (orang lain) terdapat 3

syarat yang harus dipenuhi,yaitu:

1) Adanya wujud perbuatan;

2) Adanya suatu kematian (orang lain);

3) Adanya hubungan sebab dan akibat (causal verband) antara

perbuatan dan akibat kematian (orang lain).

Antara unsur subyektif sengaja dengan wujud perbuatan

menghilangkan terdapat syarat yang juga harus dibuktikan, ialah

pelaksanaan perbuatan menghilangkan nyawa(orang lain) harus tidak

lama setelah timbulnya kehendak (niat) untuk menghilangkan nyawa

orang lain itu (Adami Chazawi,2007:57).

C. TNI (Tentara Nasional Indonesia)

1. Pengertian TNI

Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan Negara

Kesatuan Republik Indonesia, bertugas melaksanakan kebijakan

pertahanan negara untuk menegakkan kedaulatan negara,

mempertahankan keutuhan wilayah, dan melindungi keselamatan

bangsa, menjalankan operasi militer untuk perang dan operasi militer

selain perang, serta ikut secara aktif dalam tugas pemeliharaan

perdamaian regional dan internasional.

Page 34: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

23

Tujuan Tentara nasional Indonesia adalah untuk melindungi

segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social.

2. Fungsi dan Wewenang TNI

TNI, sebagai alat pertahanan negara, berfungsi sebagai:

a. Penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan

ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap

kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa;

b. Penindak terhadap setiap bentuk ancaman; dan

c. Pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu

akibat kekacauan keamanan.

Dalam melaksanakan fungsi TNI merupakan komponen utama

sistem pertahanan negara.

3. Tugas Pokok TNI

(1) Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara,

mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi

segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari

Page 35: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

24

ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan

negara.

(2) Tugas pokok dilakukan dengan:

a. Operasi militer untuk perang;

b. Operasi militer selain perang, yaitu untuk:

1. Mengatasi gerakan separatis bersenjata;

2. Mengatasi pemberontakan bersenjata;

3. Mengatasi aksi terorisme;

4. Mengamankan wilayah perbatasan;

5. Mengamankan objek vital nasional yang bersifat

strategis;

6. Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan

kebijakan politik luar negeri;

7. Mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta

keluarganya;

8. Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan

pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem

pertahanan semesta;

9. Membantu tugas pemerintahan di daerah;

10. Membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam

rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat

yang diatur dalam undang-undang.

Page 36: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

25

D. Concursus

1) Pengertian Concursus

Definisi dari apa yang disebut dengan concursus atau samenllop

van strafbaar feit adalah apabila di dalam suatu jangka waktu

tertentu, seseorang telah melakukan lebih dari pada satu perilaku

yang terlarang, dan di dalam jangka waktu terebut orang yang

bersangkutan belum pernah dijatuhi hukuman oleh pengadilan,

karena salah satu dari perilaku-perilaku yang telah dilakukan.

Apabila di dalam jangka waktu yang telah ditentukan diatas,

orang tersebut pernah dijatuhi hukuman oleh pengadilan karena

salah satu dari perilaku-perilaku yang telah dilakukan, maka orang

tidak dapat lagi berbicara mengenai adanya suatu concursus,

melainkan mungkin saja mengenai suatu pengulangan atau suatu

recidivi seperti yang dimaksud di dalam Bab I dari Buku Ke-II

KUHPidana.

Menurut lamintang apa yang disebut samenloop van strafbaar

feiten atau gabungan tindak pidana iu, oleh pembuat undang-undang

telah diatur di dalam Bab ke-VI dari buku ke-I KUHPidana atau

tergasnya di dalam Pasal 63 sampai dengan Pasal 71 KUHPidana,

yaitu berkenaan dengan pengaturan mengenai berat ringannya

hukuman yang dapat dijatuhkan oleh seorang hakim terhadap

seorang tertuduh yang telah melakukan lebih dari satu perilaku yang

Page 37: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

26

terlarang, yang perkaranya telah diserahkan kepadanya untuk diadili

secara bersama-sama.

Adapun menurut (Adami Cahazawi, 2007:109), pada dasarnya

yang dimaksud dengan pembarengan ialah :

“terjadinya dua atau lebih tindak pidana oleh satu orang di mana tindak pidana yang dilakukan pertama kali belum dijatuhi pidana, atau antara tindak pidana yang awal dengan tindak pidana berikutnya belum dibatasi oleh suatu putusan hakim

Menurut (Waluyadi 2003: 160), didalam concursus, dapat

ditarik beberapa pengertian, diantaranya :

a. Seseorang dengan satu atau beberapa perbuatan mengakibatkan beberapa aturan pidana dilanggar

b. Beberapa tindak pidana dilakukan seseorang dan hakim belum pernah memutus satupun diantaranya.

c. Putusan hakim terdapat tindak pidana yang dilakukan seseorang itu akan terjadi serampak dalam waktu yang bersamaan.

2) Bentuk-bentuk Concursus

Mengenai bentuk-bentuk dan system penjatuhan pidana pada

concursus, undang-undang membedakannya kedalam tiga bentuk,

yaitu :

a. Pembarengan peraturan (Pasal 63), dengan menggunakan system hisapan (absorbtie stelsel)

b. Perbuatan berlanjut (Pasal 64), juga menggunakan sitem hisapan ( sama dengan pembarengan peraturan)

c. Pembarengan perbuatan, yang dibedakan lagi menjadi : 1) Pembarengan antara beberapa kejahatan yang diancam

dengan pidana pokok yang sejenis (Pasal 65), dengan menggunakan sistem hisapan yang diperberat (verscherpie absorstie stelsel)

Page 38: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

27

2) Pembarengan antara beberapa kejahatan yang diancam dengan pidana pokok yang tidak sejenis (Pasal 66), dengan menggunakan sistem kumulasi terbatas (het gematigde cumulatie stelsel), dan

3) Pemberengan perbuatan antara : 1) dengan kejahatan dengan pelanggaran dan 2) pelanggaran dengan pelanggaran ( Pasal 70), dengan mengunakan system kumulasi murni (het zuivere cumulatie stelsel)

Ad.a. Concursus Idealis atau Eendaadse Samenloop.

Menurut Adami Chazawi (2007: 155), terwujudnya apa yang

disebut dengan concursus idealis atau pembarengan perbuatan pada

dasarnya “apabila satu wujud perbuatan (feit) melanggar lebih dari

satu aturan pidana.

Concursus idealis diatur didalam Pasal 63 ayat (1) KUHPidana

yang rumusannya berbunyi :

Jika suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan pidana, maka yang dikenakan hanyalah salah satu di antara aturan-aturan itu ; dan jika berbeda-beda, yang dikenakan yang memuat ancaman pidana pokok yang paling berat

Jan Remmelink (2003: 568) memberikan definisi concursus

idealis yaitu :

“…perihal pembarengan merujuk pada keadaan suatu tindakan criminal pelaku ternyata diatur oleh lebih dari satu ketentuan pidana dalam hal demikian ( ditetapkan ayat 1) hanya akan diberlakukan satu ketentuan pidana saja ( dari sekian banyak yang ada). Apabila perbedaan antara satu dan lainnya, maka diberlakukan adalah ketentuan pidana yang mengandung ancaman hukum paling berat. Jika pidana maksimum yang ditetapkan dalamnya sama tingginya, maka hakimbebas memilih (Hoge Raad 4 November 1929, NJ 1929,1767)

Page 39: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

28

Ad.b. Voortgezette Handeling atau Perbuatan Berlanjut

Apa yang dimaksud dengan voortgezette handeling itu dapat

dilihat di dalam Pasal 64 ayat 1 KUHPidana, yang rumusannya

berbunyi :

apabila antara beberapa perilaku itu terdapat hubungan yang sedemikian rupa, sehingga perilaku-perilaku tersebut harus dianggap sebagai suatu tindakan yang berlanjut, walaupun tiap-tiap perilaku itu masing-msing merupakan kejahatan atau pelanggaran, maka di berlakukan hanya satu ketentuan pidana saja, dan apabila terdapat perbedaan, maka yang diberlakukan adalah ketentuan pidana yang mempunyai ancaman hukuman yang berat.

Berdasarkan rumusan ayat (1) tadi, dapat ditarik unsur-unsur

perbuatan berlanjut ialah :

1. Adanya perbedaan perbuatan, meskipun berupa pelanggaran atau kejahatan.

2. Antara perbuatan yang satu dengan yang lain terdapat hubungan yang sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai perbuatan yang berlanjut.

Perbuatan di sini adalah berupa perbuatan yang melahirkan

tindak pidana, bukan semata-mata perbuatan jasmani atau juga

bukan perbuatan yang menjadi unsure tindak pidana.

Mengenai unsur kedua, yaitu antara perbuatan yang satu

dengan perbuatan yang lain harus harus ada hubungan yang

sedemikian rupa tidak ada keterangan lebih lanjut dalam undang-

undang. Namun demikian ada sedikit keterangan di dalam memorie

van teolicting (MvT) WvS Belanda mengenai pembentukan pasal ini

Page 40: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

29

yaitu : “bahwa berbagai perilaku harus merupakan pelaksanaan satu

keputusan yang terlarang, dan bahwa suatu kejahatan yang berlanjut

itu hanya dapat terjadi dari sekumpulan tindak pidana yang sejenis.

Ad.c. Concursus Realis atau Meerdaadse Samenloop

Perihal apa yang dimaksud dengan concursus realis atau

pemberengan perbuatan, kiranya dapat disimpulkan dari rumusan

Pasal 65 ayat (1) dan Pasal 66 ayat (1), yakni “ beberapa perbuatan

yang masing-masing harus dipandang sebagai perbuatan yang

berdiri sendiri sehingga merupakan beberapa kejahatan…”

Pengertian perbuatan dalam rumusan di ayat (1) Pasal 65 dan

Pasal 66 adalah perbuatan yang telah memenuhi seluruh syarat dari

suatu tindak pidana tertentu yang dirumuskan dalam undang-undang,

atau secara singkat adalah tindak pidana, yang pengertian ini telah

sesuai dengan kalimat di belakangnya “sehingga merupakan

beberapa kejahatan”. Kejahat tidak lain adalah tindak pidana. Kiranya

perbuatan di sini sama dengan pengertian perbuatan dalam Pasal 64

mengenai perbuatan berlanjut.

Jadi berdasarkan rumusan ayat (1) Pasal 65 dan Pasal 66,

maka dapat disimpulkan bahwa masing-masing tindak pidana dalam

concursus realis atau pembarengan perbuatan itu satu sama lain

adalah terpisah dan berdiri sendiri. Inilah ciri pokok dari

pembarengan.

Page 41: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

30

E. Unsur-Unsur Delik

Adapun unsur delik menurut doktrin, terdiri dari unsur subjektif dan

unsur objektif. Laden Marpaung (2005:9) mengemukakan unsur-unsur

delik sebagai berikut:

a) Unsur Subjektif:

Adalah unsur yang berasal dalam diri pelaku.Asas hikum

pidana menyatakan “tidak ada hukuman kalau tidak ada

kesalahan. Kesalahan yang dimaksud disini adalah kesalahan

yang diakibatkan oleh kesengajaan (intention/opzet/dolus) dan

kealpaan (schuld).

b) Unsur Objektif:

Merupakan unsur dari luar diri pelakuyang terdiri atas:

1. Perbuatan manusia berupa:

a. Act, yakni perbuatan aktif atau perbuatan posesif

b. Omissions, yakni perbuatan pasif atau perbuatan

negative, yaitu perbuatan yang mendiamkan atau

membiarkan.

2. Akibat (result) perbuatan manusia

Akibat tersebut membahayakan atau merusak, bahkan

menghilangkan kepentingan yang di pertahankan oleh

hokum,misalnya nyawa, badan kemerdekaan, hak milik,

kehormatan dan sebagainya.

Page 42: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

31

3. Keadan-keadaan (circumstances)

Pada umumnya, keadaan dibedakan antara lain:

- Keadaan pada saat perbuatan dilakukan

- Keadaan setelah perbuatan dilakukan

- Sifat dapat dihukum dan sifat melawan hokum

Sifat dapat dihukum berkenang dengan alasan-alasan yang

membebaskan si pelaku dari hukumamn. Adapun sifat melawan hokum

adalah apabila perbuatan itu bertentangan dengan hukum, yakni

berkenang dengan larangan atau perintah.

Semua unsur delik tersebut merupakan satu kesatuan. Salah satu

unsur saja tidak terbukti, bias menyebabkan terdakwa di bebaskan dari

pengadilan.

Berikut ini pendapat para para pakar mengenai unsur-unsur tindak

pidana:

a. Satochid Kartanegara (Leden Marpaung,2005:10):

Unsur delik terdiri atas unsure objektif dan unsur subjektif.

Unsur objektif adalah unsur yang terdapat dalam di luar diri

manusia,yaitu berupa :

1) Suatu tindakan

2) Suatu akibat, dan

3) Keadaan

Page 43: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

32

Kesemuanya dilarang dan diancam dengan hukuman oleh

undang-undang. Adapun unsur subjektif adalah unsur-unsur dari

perbuatan yang dapat berupa:

1) Kemampuan yang dapat dipertanggungjawabkan

2) Kesalahan

b. Moeljatno (Adami Chazawi,2001:79) unsur delik adalah :

1) Perbuatan ;

2) Yang dilarang (oleh aturan hukum) ;

3) Ancaman pidana (bagi pelanggarnya)

c. Vos (Adami Chazawi,2001:80) unsur delik adalah :

1) Kelakuan manusia ;

2) Diancam dengan pidana ;

3) Dalam peraturan perundang-undangan

d. Jonkers (Adami Chazawi,2001:81) unsur delik adalah :

1) Perbuatan (yang) ;

2) Melawan hokum (yang berhubungan dengan) ;

3) Kesalahan

Dalam KUHAP ada 4 faktor untuk mengetahui adanya suatu tindak

pidana atau delik kejahatan yaitu :

a. Adanya laporan (Pasal 1 butir 24 KUHAP). Yaitu pemberitahuan

yang disampaikan oleh seorang karena hak atau kewajiban

berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang

Page 44: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

33

tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa

pidana (KUHAP Pasal 1 ayat 24). Biasanya laporan ini datang

dari saksi-saksi yang berada di TKP atau keluarga korban,

adapun laporan juga datang dari korban dan tidak jarang pula

pelaku itu sendiri yang melaporkan perbuatanya dalam hal ini

disebut menyerahkan diri.

b. Adanya pengaduan (Pasal 1 butir 25 KUHAP). Adalah

pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yg berkepentingan

kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hokum

seorang yang melakukan tindak pidana aduan yang merugikan.

(KUHAP Pasal 1 ayat (25) ).

c. Tertangkap tangan (Pasal 1 butir 19 KUHAP). Yaitu

tertangkapnya seorang pada waktu sedang melakukan tindak

pidana, atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak

pidana dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan oleh khayalak

ramai sebagai orang yang melakukanya, atau apabila sesaat

kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras

dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu. Adapun

peristiwanya tidak boleh lebih dari 24 jam.

d. Pengetahuan sendiri polisi. Polisi menduga adanya tindak pidana

yang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa

pidana sehingga pihak kepolisian melakukan pengeledahan di

Page 45: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

34

TKP yang diduga tempat terjadinya suatu tindak pidana, atau

cara lain sehingga penyidik ketahui terjadinya delik seperti baca

di surat kabar,dengar radio, dengar bercerita dan sebagainya.

Dapat juga pihak kepolisian melakukan pengeledahan badan

terhadap seseorang yang diduga terlibat tindak pidana di TKP.

F. Macam-macam Sanksi Pidana

Mengenai hukuman apa yang dapat dijatuhan terhadap seseorang

yang telah bersalah melanggar ketentuan-ketentuan dalam Undang-

undang hukum pidana, dalam Pasal 10 KUHAP ditentukan macam-

macam hukuman yang dapat dijatuhakan, yaitu sebagai berikut :

1. Hukuman mati, tentang hukuman mati ini terdapat Negara-negara

yang telah menghapuskan bentuknya hukuman ini, seperti

Belanda, tetapi di Indonesia sediri hukuman mati kadang masih di

berlakukan untuk beberapa hukuman walaupun masih banyaknya

pro-kontra terhadap hukuman ini.

2. Hukuman penjara, hukuaman penjara sendiri dibedakan kedalam

hukuaman penjara seumur hidup dan penjara sementara.

Hukuman penjara sementara minimal 1 tahun dan maksimal 20

tahun. Terpidana wajib tinggal dalam penjara selama masa

hukuman dan wajib melakukan pekerjaan yang ada di dalam

Page 46: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

35

maupun di luar penjara dan terpidana tidak mempunyai Hak

Vistol.

3. Hukuman kurungan, hukuman ini kondisinya tidak seberat

hukuman penjara dan di jatuhkan karena kejahatan-kejahatan

ringan atau pelanggaran. Biasanya terhukum dapat memilih

antara hukuman kurungan dan hukuman denda. Bedanya

hukuman kurungan dengan hukuman penjara adalah pada

hukuman kurungan terpidanma tidak dapat ditahan diluar tempat

daerah tinggalnya kalau ia tidak mau sedangkan hukuman

penjara dapat dipenjarakan dimana saja, pekerjaan paksa yang

dibebankan kepada terpidana penjara lebih berat dibandingkan

pekerjaan yang harus dilakukan oleh terpidana kurungan

mempunyai Hak Vistol untuk memperbaiki nasib.

4. Hukuman denda. Dalam hal ini terpidana boleh memilih sendiri

antara denda dengan kurungan. Maksimum kurungan pengganti

denda adalah 6 bulan.

5. Hukuman tutupan, hukuman ini dijatuhkan berdasarkan alas an-

alasan politik terhadap orang-orang yang telah melakukan

kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara oleh KUHAP

Page 47: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Dalam penyusunan skiripsi ini,penelian dilakukan dengan mengambil

lokasi di Makassar yaitu di Pengadilan Negeri Makassar dan Kepolisian di

sebabkan hubungan judul skripsi yang dianggap bersesuaian penuh

dengan tempat penelitian.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Data primer,yaitu data emperik yang diperoleh secara langsung di

lapangan atau lokasi penelitian melalui teknik wawancara dengan

sumber informasi yaitu Hakim Pengadilan Negeri Makassar dan

kepolisian yang mengenai kasus tersebut.

2. Data sekunder adalah data yang kami telusuri melalui telaah pustaka

baik bersumber dari buku,majalah,jurnal,atau media elektronik dan

media massa yang kami anggap relevan dengan masalah yang

dibahas.

C. Jenis Penelitian

Dalam rangka memperoleh data yang relevan dengan pembahasan

tulisan ini,maka penulis melakukan teknik pengumpulan datasebagai

berikut:

Page 48: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

37

1. Penelitian Pustaka (library research)

Pengumpulan data pustaka diporeh dari berbagai data yang

berhubungan dengan hal-hal yang diteliti, berupa buku dan literatur-

literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Di samping itu juga data

yang diambil penulis ada yang berasal dari dokumen-dokumen

penting maupun dari peraturan perundang-undang yang berlaku.

2. Penelitian lapangan (field research)

Penelitian lapangan ini ditempuh dengan cara, yaitu pertama

melakukan observasi, yaitu mengumpulkan data dengan cara

pengamatan langsung dengan objek penelitian. Kedua dengan cara

wawancara (interview) langsung kepada hakim Pengadilan Negeri

Makassar yang Menangani kasus tersebut.

D. Analisis Data

Data yang diperoleh dari data primer dan data sekunder akan diolah

dan dianalisis secara kualitatif dan selanjutnya data tersebut

dideskriptifkan. Analisis kualitatif adalah analisis kualitatif terhadap data

verbal dan data angka secara deskriptif dengan menggambarkan

keadaan-keadaan yang nyata dari objek yang akan dibahas dengan

pendekatan yuridis formal dan mengacu pada konsep doctrim hukum.

Data yang besifat kualitatif yakni yang digambarkan dengan kata-kata

atau kalimat-kalimat dipisah-pisahkan menurut kategori untuk

memperoleh kesimpulan.

Page 49: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penerapan hukum pidana materil oleh majelis hakim dalam delik

Pembunuhan Anggota TNI Dengan Menggunakan Senjata Penikam

Sebelum penulis menguraikan mengenai penerapan hukum pidanan

dalam kasus putusan No. 1098/Pid.B/2010/PN.MKS, maka perlu

diketahui terlebih dahulu posisi kasus dan penjatuhan putusan oleh

Majelis Hakim, dengan melihat acara pemerikasaan biasa pada

Pengadilan Negeri Makassar yang memeriksa dan mengadili perkara

ini.

1. Posisi Kasus

Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick pada hari selasa tanggal

04 Mei 2010 sekitar jam 03.30 Wita atau pada waktu lain dalam bulan

Mei tahun 2010 atau setidak-tidaknya dalam tahun 2010 bertempat di

Jalan Penghibur tepatnya di depan Cafe Blowfish pantai laguna

Makassar atau di tempat lain yang masih daerah hukum Pengadilan

Negeri Makassar, dengan sengaja telah membantu Saksi Syarif Als.

Dewa (terdakwa dalam perkara terpisa) merampas nyawa orang lain,

yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Bahwa terdakwa pada tempat yang disebutkan diatas, berawal

dari hendak menolong saksi Murni Als. Ira yang sedang ditarik-tarik

tangannya oleh korban Usman (alm) untuk diajak pulang bersama.

Page 50: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

39

Melihat hal tersebut terdakwa turun dari atas motor kemudian

mendekati korban Usman Embo (Alm) dan bertanya “Kenapa Kasi

Begitu” dan korban menjawab “Apa Urusanmu” sembari melayangkan

pukulan kearah perut terdakwa, akibat pululan korban tersebut,

terdakwa langsung terjatuh kelantai sambil memegangi ulu hatinya

tepat yang terkena pukulan, dalam keadaan terjatuh tersebut

kemudian datanglah saksi Sukrianto Als. Anto Als Ento menyerahkan

sebila badik kepada terdakwa dan selanjutnya dengan badik tersebut

terdakwa kemudian saling berhadapan dengan korban. Saat

berhadapan terdakwa mengayunkan sebilah badik tersebut kearah

bagian leher atau bagian tubuh korban namun korban menghindar

sehingga tidak terkena sabetan badik milik terdakwa, disaat posisi

inilah korban focus memperhatikan sasaran dari depan yang tampa

disadari teman-teman terdakwa telah berada di samping belakan

korban dan saksi Sukrianto Als. Anto Als Ento memukul helem

tersebut kemudian korban jatuh ke jalan. Saat terjatuh saksi Sukrianto

Als. Anto Als Ento langsung menginjak tangan korban yang

sementara masih memegangi badik (kaki kanan saksi Ento

menginjak tangan kanan korban) dengan posisi jatuh telungkup.

Melihat keadaan korban tidak berdaya saksi Syarif Als. Dewa

(langsung mengambil badik dari tangan korban dengan

mempergunakan tangan kanannya, setelah badik berada ditangan

Page 51: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

40

saksi Syarif Als Dewa kemudian badik milik korban tersebut langsung

ditusuk pada bagian punggun kanan. Setelah menusuk korban

terdakwa serta saksi Ento, dan saksi Dewa meninggalkan tempat

kejadian dengan menggunakan sepeda motor.

2. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

Dakwaan dalam hukum merupakan landasan bagi hakim untuk

melakukan pemeriksaan di pengadilan. Oleh karena itu, surat

dakwaan mesti terang serta memenuhi syarat formal dan materil

yang telah ditentukan dalam Pasal 143 ayat (2) KUHAP, dalam hal ini

identitas terdakwa dan uraian secara cermat, tepat dan jelas serta

lengkap tentang unsur delik pidana yang didakwakan.

Adapun dakwaan Jaksa Penuntut Umum dalam kasus ini sebagai

berikut :

Dakwaan Primair

Bahwa terdakwa Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick pada hari selasa tanggal 04 Mei 2010 sekitar jam 03.30 Wita atau pada waktu lain dalam bulan Mei tahun 2010 atau setidak-tidaknya dalam tahun 2010 bertempat di Jalan Penghibur tepatnya di depan Cafe Blowfish pantai laguna Makassar atau di tempat lain yang masih daerah hukum Pengadilan Negeri Makassar, dengan sengaja telah membantu Saksi Syarif Als. Dewa (terdakwa dalam perkara terpisa) merampas nyawa orang lain, yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Bahwa terdakwa pada tempat yang disebutkan diatas, berawal dari hendak menolong saksi Murni Als. Ira yang sedang ditarik-

Page 52: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

41

tarik tangannya oleh korban Usman (alm) untuk diajak pulang bersama.

Bahwa melihat hal tersebut terdakwa turun dari atas motor kemudian mendekati korban Usman Embo (Alm) dan bertanya “Kenapa Kasi Begitu” dan korban menjawab “Apa Urusanmu” sembari melayangkan pukulan kearah perut terdakwa.

Bahwa akibat pukulan korban tersebut, terdakwa langsung terjatuh kelantai sambil memegangi ulu hatinya tepat yang terkena pukulan, dalam keadaan terjatuh tersebut kemudian datanglah saksi Sukrianto Als. Anto Als Ento menyerahkan sebila badik kepada terdakwa dan selanjutnya dengan badik tersebut terdakwa kemudian saling berhadapan dengan korban.

Bahwa saat berhadapan terdakwa mengayunkan sebilah badik tersebut kearah bagian leher atau bagian tubuh korban namun korban menghindar sehingga tidak terkena sabetan badik milik terdakwa, disaat posisi inilah korban focus memperhatikan sasaran dari depan yang tampa disadari teman-teman terdakwa telah berada di samping belakan korban dan saksi Sukrianto Als. Anto Als Ento memukul helem tersebut kemudian korban jatuh ke jalan.

Bahwa saat korban terjatuh saksi Sukrianto Als. Anto Als Ento langsung menginjak tangan korban yang sementara masih memegangi badik (kaki kanan saksi Ento menginjak tangan kanan korban) dengan posisi jatuh telungkup.

Melihat keadaan korban tidak berdaya saksi Syarif Als. Dewa (langsung mengambil badik dari tangan korban dengan mempergunakan tangan kanannya, setelah badik berada ditangan saksi Syarif Als Dewa kemudian badik milik korban tersebut langsung ditusuk pada bagian punggun kanan. Setelah menusuk korban terdakwa serta saksi Ento, dan saksi Dewa meninggalkan tempat kejadian dengan menggunakan sepeda motor.

Bahwa korban yang masih tergeletak di jalan kemudian oleh beberapa orang yakni saksi Massir dan saksi Asri membawa korban kerumah sakit dan sesampainya di rumah sakit korban kemudian dinyatakan meninggal dunia pada jam 05.30 Wita di Rumah Sakit Stella Maris dengan penyebab kematian tertuang

Page 53: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

42

dalam hasil Visum Et Reperum No. Ver/001/V/2010 Rumkit tertanggal 05 Mei 2010 dengan hasil yaitu :

b. Mayat memakai pakaian yang tampak bercakan darah c. Kaku mayat belum ada, tanda-tanda pembusukan lanjut

belum ada d. Panjang badan 172 Cm e. Pada kelopak mata dalam tampak pucak (anemis) sesuai

ciri-ciri pendarahan f. Ujung jari tangan dan kaki tampak pucat g. Perlukaan-perlukaan ditemukan :

- Pada bagian wajah : terdapat luka lecet geser disertai memar disekitar dengan bentuk luka tidak beraturan dengan ukuran luka tersebar pada bagian pipi kiri dengan diameter 3 Cm. Terdapat retak pada gigi geraham belakang satu kiri bawah dan luka memar pada sudut mata kanan ukuran diameter 0,3 Cm.

- Pada daerah siku kanan : luka lecet geser disertai memar disekitarnya dengan betuk luka tidak beraturan ukuran luka 3 Cm x 2,5 Cm

- Pada punggun kanan : lokasi luka 33 Cm dari garis bahu dan 11 Cm dari pinggang kanan, terdapat 1 buah luka tusuk yang dapat mematikan dengan luka ukran sebelum dirapatkan 3,3 Cm x 1,2 Cm yang dalamnya tidak dapat ditemukan karena menembus rongga dada dengan ukuran panjang luka setelah dirapatkan 3,5 Cm dengan bentuk runcing pada bagian bawah dan bentuk tumpul pada bagian atas.

h. Pemeriksaan penunjang Radiologi - Foto kepala AP/lateral : tidak tampak fraktur, sinus

para nasal normal - Foto thorax : pleural effusion dekstra, cor jantung

dalam batas normal, tulang-tulang intak. Gambaran suspek haemato thorax dekstra

- Foto BNO : lumen usu melebar/banyak udara di dalamnya, udara usu sampai distal, fluit level negative. Kesan meriorismus.

Page 54: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

43

Kesimpulan

Telah diperiksa satu barang bukti medis (mayat) berjenis

kelamin laki-laki menurut polisi bernama Praka Usman Lembo,

berumur sekitar 28 tahun. Diperkirakan waktu kematian kurang

dari 2 jam dari waktu pemeriksaan, yaitu antara pukul 05.00 Wita

sampai dengan pukul 07.00 Wita pada hari Selasa tanggal 04

Mei 2010.

Ditemukan beberapa luka lecet geser pada daerah wajah sisi

kiri dan siku kanan yang sesuai untuk pola luka akibat jatuh.

Ditemukan tanda kekerasan yang dapat berisiko menyebabkan

kematian, yaitu adanya luka tusuk pada punggung kanan yang

menembus rongga dada. Perlukaan tersebut akibat benda tajam

bermata satu (dapat sesuai badik, pisau, badik dan benda-benda

tajam sejenisnya yang bermata satu)

Ditemukan tanda-tanda pendarahan hebat pada tubuh korban

yaitu adanya kelopak mata dalam dan ujung-ujung jari tangan

dan kaki yang pucat serta adanya darah yang tercecer pada

tubuh dan pakaian korban. Ditemukan berdasarkan hasil foto

Roengen adanya kemungkinan pendarahan pada rongga selaput

paru kanan dengan adanya cairan dirongga pleura sesuai

masuknya trauma luka tusuk pada punggun kanan tersebut di

atas.

Page 55: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

44

Bardasarkan fakta tersebut . dijelaskan bahwa sebab dan

mekanisme kematian korban adalah pendarahan hebat akibat

luka tusuk pada punggun kanan yang menembus rongga selaput

paru kanan.

Perbuatan terdakwa diatur dan diancam pidana dalam

Pasal 338 KUHP Jo. Pasal 65 KUHP

Dakwaan Subsidair

Bahwa terdakwa Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick pada hari selasa tanggal 04 Mei 2010 sekitar jam 03.30 Wita atau pada waktu lain dalam bulan Mei tahun 2010 atau setidak-tidaknya dalam tahun 2010 bertempat di Jalan Penghibur tepatnya di depan Cafe Blowfish pantai laguna Makassar atau di tempat lain yang masih daerah hukum Pengadilan Negeri Makassar, dengan sengaja telah membantu Saksi Syarif Als. Dewa (terdakwa dalam perkara terpisa) merampas nyawa orang lain, yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Bahwa terdakwa pada tempat yang disebutkan diatas, berawal dari hendak menolong saksi Murni Als. Ira yang sedang ditarik-tarik tangannya oleh korban Usman (alm) untuk diajak pulang bersama.

Bahwa melihat hal tersebut terdakwa turun dari atas motor kemudian mendekati korban Usman Embo (Alm) dan bertanya “Kenapa Kasi Begitu” dan korban menjawab “Apa Urusanmu” sembari melayangkan pukulan kearah perut terdakwa.

Bahwa akibat pukulan korban tersebut, terdakwa langsung terjatuh kelantai sambil memegangi ulu hatinya tepat yang terkena pukulan, dalam keadaan terjatuh tersebut kemudian datanglah saksi Sukrianto Als. Anto Als Ento menyerahkan sebila badik kepada terdakwa dan selanjutnya dengan badik tersebut terdakwa kemudian saling berhadapan dengan korban.

Bahwa saat berhadapan terdakwa mengayunkan sebilah badik tersebut kearah bagian leher atau bagian tubuh korban namun

Page 56: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

45

korban menghindar sehingga tidak terkena sabetan badik milik terdakwa, disaat posisi inilah korban focus memperhatikan sasaran dari depan yang tampa disadari teman-teman terdakwa telah berada di samping belakan korban dan saksi Sukrianto Als. Anto Als Ento memukul helem tersebut kemudian korban jatuh ke jalan.

Bahwa saat korban terjatuh saksi Sukrianto Als. Anto Als Ento langsung menginjak tangan korban yang sementara masih memegangi badik (kaki kanan saksi Ento menginjak tangan kanan korban) dengan posisi jatuh telungkup.

Melihat keadaan korban tidak berdaya saksi Syarif Als. Dewa (langsung mengambil badik dari tangan korban dengan mempergunakan tangan kanannya, setelah badik berada ditangan saksi Syarif Als Dewa kemudian badik milik korban tersebut langsung ditusuk pada bagian punggun kanan. Setelah menusuk korban terdakwa serta saksi Ento, dan saksi Dewa meninggalkan tempat kejadian dengan menggunakan sepeda motor.

Bahwa korban yang masih tergeletak di jalan kemudian oleh beberapa orang yakni saksi Massir dan saksi Asri membawa korban kerumah sakit dan sesampainya di rumah sakit korban kemudian dinyatakan meninggal dunia pada jam 05.30 Wita di Rumah Sakit Stella Maris dengan penyebab kematian tertuang dalam hasil Visum Et Reperum No. Ver/001/V/2010 Rumkit tertanggal 05 Mei 2010 dengan hasil yaitu :

a. Mayat memakai pakaian yang tampak bercakan darah b. Kaku mayat belum ada, tanda-tanda pembusukan lanjut

belum ada c. Panjang badan 172 Cm d. Pada kelopak mata dalam tampak pucak (anemis) sesuai

ciri-ciri pendarahan e. Ujung jari tangan dan kaki tampak pucat f. Perlukaan-perlukaan ditemukan :

- Pada bagian wajah : terdapat luka lecet geser disertai memar disekitar dengan bentuk luka tidak beraturan dengan ukuran luka tersebar pada bagian pipi kiri dengan diameter 3 Cm. Terdapat retak pada gigi

Page 57: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

46

geraham belakang satu kiri bawah dan luka memar pada sudut mata kanan ukuran diameter 0,3 Cm.

- Pada daerah siku kanan : luka lecet geser disertai memar disekitarnya dengan betuk luka tidak beraturan ukuran luka 3 Cm x 2,5 Cm

- Pada punggun kanan : lokasi luka 33 Cm dari garis bahu dan 11 Cm dari pinggang kanan, terdapat 1 buah luka tusuk yang dapat mematikan dengan luka ukran sebelum dirapatkan 3,3 Cm x 1,2 Cm yang dalamnya tidak dapat ditemukan karena menembus rongga dada dengan ukuran panjang luka setelah dirapatkan 3,5 Cm dengan bentuk runcing pada bagian bawah dan bentuk tumpul pada bagian atas.

g. Pemeriksaan penunjang Radiologi - Foto kepala AP/lateral : tidak tampak fraktur, sinus

para nasal normal - Foto thorax : pleural effusion dekstra, cor jantung

dalam batas normal, tulang-tulang intak. Gambaran suspek haemato thorax dekstra

- Foto BNO : lumen usu melebar/banyak udara di dalamnya, udara usu sampai distal, fluit level negative. Kesan meriorismus.

Kesimpulan

Telah diperiksa satu barang bukti medis (mayat) berjenis

kelamin laki-laki menurut polisi bernama Praka Usman Lembo,

berumur sekitar 28 tahun. Diperkirakan waktu kematian kurang

dari 2 jam dari waktu pemeriksaan, yaitu antara pukul 05.00 Wita

sampai dengan pukul 07.00 Wita pada hari Selasa tanggal 04

Mei 2010.

Ditemukan beberapa luka lecet geser pada daerah wajah sisi

kiri dan siku kanan yang sesuai untuk pola luka akibat jatuh.

Page 58: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

47

Ditemukan tanda kekerasan yang dapat berisiko menyebabkan

kematian, yaitu adanya luka tusuk pada punggung kanan yang

menembus rongga dada. Perlukaan tersebut akibat benda tajam

bermata satu (dapat sesuai badik, pisau, badik dan benda-benda

tajam sejenisnya yang bermata satu)

Ditemukan tanda-tanda pendarahan hebat pada tubuh korban

yaitu adanya kelopak mata dalam dan ujung-ujung jari tangan

dan kaki yang pucat serta adanya darah yang tercecer pada

tubuh dan pakaian korban. Ditemukan berdasarkan hasil foto

Roengen adanya kemungkinan pendarahan pada rongga selaput

paru kanan dengan adanya cairan dirongga pleura sesuai

masuknya trauma luka tusuk pada punggun kanan tersebut di

atas.

Bardasarkan fakta tersebut . dijelaskan bahwa sebab dan

mekanisme kematian korban adalah pendarahan hebat akibat

luka tusuk pada punggun kanan yang menembus rongga selaput

paru kanan.

Perbuatan terdakwa diatur dan diancam dengan pidana

sebagaimana dalam Pasal 170 ayat 2 Ke-3 KUHP

Lebih Subsidair

Bahwa achmad Rick Als. Rick Als. Tetta Rick pada waktu dan tempat sebagaimana yang telah diuraiak dalam dakwaan primair,

Page 59: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

48

telah turut serta melakukan penganiayaan yang mengakibatkan matinya orang, yang dilakukan denga cara sesuai dengan yang di uraikan diatas.

Perbuatan terdakwa diatur dan diancam pidana dalam Pasal 351 ayat 3 KUHP Jo. Pasal 56 KUHP

Lebih-lebih Subsidair

Bahwa achmad Rick Als. Rick Als. Tetta Rick pada waktu dan tempat sebagaimana yang telah diuraiak dalam dakwaan primair , telah turut serta melakukan penganiayaan yang mengakibatkan matinya orang, yang dilakukan denga cara sesuai dengan yang di uraikan diatas.

Perbuatan terdakwa diatur dan diancam pidana dalam Pasal 351 ayat 3 KUHP Jo. Pasal 56 KUHP

Dan

Dakwaan Ke Dua

Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick pada hari selasa tanggal 04 Mei 2010 sekitar jam 03.30 Wita atau pada waktu lain dalam bulan Mei tahun 2010 atau setidak-tidaknya dalam tahun 2010 bertempat di Jalan Penghibur tepatnya di depan Cafe Blowfish pantai laguna Makassar atau di tempat lain yang masih daerah hukum Pengadilan Negeri Makassar, tanpa hak membuat, menerima, mencoba memperolehnya, menguasai, membawa, mempunyai pesediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengankut, menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari indonesi sesuatu senjata pemukul, senjata penikam, atau senjata penusuk

Perbuatan terdakwa dilakukan dengan cara sebagai berikut : Bahwa pada waktu dan tempat yang diuraikan diatas, ketika

terdakwa terjatuh akibat terkena pukulan bagian ulu hati yang dilakukan oleh korban Usman Lebo (alm) terdakwa menyuru

Page 60: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

49

saksi Sukrianto Als. Anto Als. Ento agar mengambilkan sebilah badik yang terdakwa simpan di dalam sadel sepeda motor milik saksi Sukrianto Als. Anto Als. Ento dimana sebilah badik tersebut terdakwa bawa sejak dari rumah yang awalnya terdakwa simpan dalam lemari

Bahwa setelah badik berada dalam tangan terdakwa kemudian terdakwa mengayungkan sebilah badik tersebut kearah lelaki Usman Lebo (Alm) dengan maksud hendak melukai lelaki Usman Lebo namun sabetan badik tersebut tidak mengenai lelaki Usman Lebo.

Bahwa setelah badik yang dimiliki oleh terdakwa tersebut ditemukan pada diri terdakwa ternyata tidak dilengkapi dengan surat atau dokumen sebagai tandaa legalitas ke absahan untuk membawa dan memasukkan ke indonesia sebagai jenis senjata penusuk yang dibawah oleh terdakwa secara melawan hukum

Bahwa perbuatan terdakwa diatur dan diancam dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951

3. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum

Mengenai tuntutan Penuntut Umum terhadap tindak pidana

pembunuhan yang dilakukan oleh terdakwa Achmadi Rick Als. Rick

Als. Tetta Rick. Maka Jaksa Penuntut Umum mengajukan kepada

Hakim Pengadilan Negeri Makassar yang memeriksa dan mengadili

perkara ini yang dibacakan pada hari rabu tanggal 06 Oktober 2010

dalam perkara ini adalah sebagai berikut ;

1. Menyatakan terdakwa Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta

Rick bersalah melakukan tindak pidana dengan sengaja telah

membantu menghilangkan nyawa orang lain dan tanpa hak

telah membawa, menguasai senjata penikam atau penusuk

Page 61: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

50

sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 338

KUHP Jo. Pasal 56 KUHP dan Pasal 2 (1) Undang-undang

Darurat Nomor 12 Tahun 1951, sebagaimana dalam surat

dakwaan Jaksa Penuntut Umum

2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Achmadi Rick Als.

Rick Als. Tetta Rick berupa pidana pidana penjara selama 14

(empat belas) tahun dikurangi selama terdakwa berada dalam

tahan sementara dengan perintah agar terdakwa tetap ditahan.

3. Menyatakan barang bukti berupa : dijadikan sebagai barang

bukti dalam perkara Syarif Als. Dewa berteman

4. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar

Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah)

4. Amar Putusan

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Makassar pada persidangan

tanggal 06 Oktober 2010 telah menjatuhkan putusan terhadap

Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick, oleh hakim JANVERSON

SINAGA, sebagai hakim ketua dan SH MAS’UD, SH.MH dan TARDI,

SH sebagai hakim anggota, putusan mana pada hari itu juga

diucapkan dalam persidangan terbuka untuk umum oleh majelis

hakim tersebut di atas, dibantu oleh Surhatta,SH. Dihadiri oleh

Syarifuddin Sakka, SH dan Salahuddin, SH. MH. Jaksa Penuntut

Umum pada Kejaksaan Negeri Makassar, dan terdakwa.

Page 62: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

51

Syarifuddin Sakka, SH dan Salahuddin, SH. MH. Jaksa Penuntut

Umum pada Kejaksaan Negeri Makassar, dan terdakwa.

MENGADILI

- Menyatakan terdakwa Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dengan sengaja telah membantu menghilankan nyawa orang lain

- Menyatakan terdakwa Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana membawa senjata tajam tanpa hak

- Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick dengan pidana penjara selama 14 (empat belas) tahun, dikurangkan selama terdakwa berada dalam tahan.

- Menyatakan terdakwa tetap ditahan - Menyatakan barang bukti berupa :

1) 1 (satu) buah celana pendek jeans merk Ory warna abu-abu 2) 1 (satu) buah celana training warna hitam bertuliskan secata

PK 3) 1 (satu) buah kaos loreng TNI lengan pendek 4) 1 (satu) buah baju kaos oblong warna hitam bertuliskan

Ripcurt 5) 1 (satu) buah switwr warna kuning terdapat noda darah 6) 1 (satu) buah helem standar warna hitam 7) 1 (satu) buah sarung badik terbuat dari kayu 8) 1 (satu) badi bugis 9) 1 (satu) unit motor Yamaha Mio

Dijadikan sebagai barang bukti dalam perkara Syarif Alias Dewa dan Sukrianto Alias Anto.

- Menetapkan terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah)

Page 63: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

52

5. Komentar Penulis

Menurut Satochid Kartanegara (Bambang Waluyo, 2008:6),

hukum pidana materil berisikan peraturan-peraturan tentang :

1. Perbuatan yang dapat diancam dengan hukuman (strafbarefeiten)

2. Siapa-siapa yang dapat dihukum atau dengan perkataan lain mengatur pertanggung jawab terhadap hukum pidana.

3. Hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap orang yang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang, atau juga disebut hukum penetentiair.

Termasuk ke dalam hukum pidana materil yaitu semua ketentuan

dan peraturan yang menunjukkan tentang tindakan-tindakan yang

mana adalah merupakan tindakan-tindakan yang dapat dihukum,

siapakah orang yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap

tindakan-tindakan tersebut dan hukuman yang bagaimana yang

dapat dijatuhkan terhadap orang tersebut.

Menurut penulis, surat dakwaan yang disusun oleh Penuntut

Umum telah memenuhi syarat formal dan materil surat dakwaan

sebagaimana di maksud dalam Pasal 143 ayat (2) KUHP, yaitu harus

memuat tanggal dan ditandatangani oleh Penuntut Umum serta

identitas lengkap terdakwa, selain itu juga harus memuat uraian

secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang

didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu

dilakukan.

Page 64: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

53

Penyusunan surat dakwaan Penuntut Umum harus bersifat

cermat atau teliti terutama yang berkaitan dengan penerapan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, agar tidak terjadi

kekurangan dan/atau kekeliruan yang mengakibatkan batalnya surat

dakwaan atau unsur-unsur dalam dakwaan tidak berhasil dibuktikan.

Berdasarkan posisi kasus sebagaimana yang telah diraikan

diatas, maka dapat disimpulkan telah sesuai dengan ketentuan baik

hukum pidana formil maupun hukum pidana materil dan syarat dapat

dipidananya terdakwa, hal ini didasarkan pada pemeriksaan dalam

persidangan, dimana alat bukti yang diajukan oleh Jaksa Penuntut

Umum, termasuk didalamnya keterangan saksi yang saling

berkesesuaian ditambah keterangan terdakwa yang mengakui secara

jujur perbuatan yang dilakukannya. Oleh karena itu Majelis Hakim

Pengadilan Negeri Makassar menyatakan bahwa perbuatan terdakwa

telah mencukupi rumusan delik dalam dalam Pasal 338 KUHP Jo.

Pasal 56 KUHP. Pasal 2 (1) Undang-undang Darurat Nomor 12

Tahun 1951. Adapun unsur-unsunya sebagai berikut :

a. Unsur Barang siapa

Unsur barang siapa adalah pelaku tindak pidana baik orang

atau manusia yang merupakan subjek hukum yang dapat

dimintakan pertanggung jawaban pidana atas segala perbuatan

yang dilakukan

Page 65: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

54

Berdasarkan keterangan saksi dan pengakuan terdakwa

dipersidangan bahwa benar terdakwa sama identitasnya dengan

surat dakwaan dengan dakwaan unsur barang siapa telah

terbukti terpenuhi

b. Unsur dengan sengaja

Unsur dengan sengaja adalah kehendak yang disadari untuk

melakukan perbuatan yang dikehendaki akibatnya.

Berdasarkan fakta-fakta dipersidangan terdakwa setelah

memegang badik yang diserahkan saksi Sukrianto Als Anto

(terdakwa dalam berkas laian) yang langsung berhadapan

dengan korban langsung mengayukan badiknya kearah leher

korban akan tetapi serangan tersebut dapat dihindarkan korban

walaupun korban sebelumnya memukul terdakwa yang akhirnya

saksi Sukriyanto Als Anto memukul kepala korban dengan helm,

dan korban jatuh kemudian saksi Syarif Als Dewa mengambil

badik dari tangan korban pada bagian punggung kanan yang

akhirnya korban meninggal dunia.

Berdasarkan pertimbangan diatas unsur dengan sengaja telah

terpenuhi

c. Unsur membantu

Unsur membantu adalah sengaja diberikan bantuan pada

waktu atau sebelum kejahatan dilakukan.

Page 66: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

55

Berdasarkan fakta dipersidangan terdakwa setelah dipukul

korban langsung meminta badik yang disimpan dalam sadel

motor terdakwa, setelah dapat badik tersebut mengayunkan

kepada korban dan korban mengelak yang akhirnya teman

terdakwa memukul korban, dan menikam korban. Akibat

perbuatan terdakwa jelas-jelas membantu saksi Sukriyanto Als

Ento memukul korban dan saksi Syarif Als Dewa menikam

korban

d. Unsur merampas nyawa orang lain

Yang dimaksud menghilangkan nyawa orang lain adalah suatu

perbuatan yang mendahului dimana perbuatan itu memberikan

implikasi maupun akibat pada diri yang ditujukan perbuatan

tersebut menyebabkan matinya seseorang.

Berdasarkan fakta dipersidangan korban sebelum ditikam oleh

Saksi Syarif Als dewa telah lebih dahulu di pukul saksi

Syukriyanto als Anto memukul mkorban dengan helam yang

mengenai bagian kepala yang akhirnya terjatuh, yang akhirnya

korban meninggal dunia sesuai dengan Visum Et Repertum No.

Ver/001/2010/Rumkit tenggal 05 Mei 2010. Berdasarkan

pertimbangandiatas, maka unsur menghilangkan nyawa orang

lain telah terpenuhi.

Page 67: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

56

Selanjutnya bahwa terdakwa dalam dakwaaan kedua melanggar

Pasal 2 (1) Undang-undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951. Adapun

unsur-unsunya sebagai berikut :

a) Unsur Tanpa Hak

Unsur tanpa hak adalah tidak memiliki kekuasaan atau

kewenangan untuk berbuat sesuatu sebagaimana yang telah

ditentukan Undang-undang atau peraturan yang berlaku

Berdasarkan fakta dipersidangan terdakwa membawa senjata

tajam yang disimpan disadel motor mio berupa badik dan badik

tersebut dibawah terdakwa tidak memiliki izin dari pejabat yang

berwewenang dengan demikian unsur tanpa hak telah terpenuhi

menurut hukum.

b) Membawa Senjata Tajam

Unsur membawa senjata tajam adalah menguasai senjata

penusuk yang berada dalam penguasaanya sehingga dapat

dipergunakan sekehendak hati pemiliknya.

Berkaitan dengan masalah diatas, hasil wawancara penulis

menyatakan bahwa :

“Penerapan hukum pidana sudah sesuai dengan rasa keadilan terhadap diri terdakwa sebab yang menjadi barang bukti, keterangan saksi, keterangan terdakwa, dan Surat Visum Et Repertum Nomor Ver/001/V/2010 Rumkit tanggal 05 Mei 2010 yang di ajukan di persidangan dalam kasus pembunuhan ini”.(

Page 68: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

57

Hasil wawancara Janverson Sinaga,SH. Hakim Pengadilan Negeri Makassar pada tanggal 15 September 2011, Pukul : 10.00 Wita). Adapun penjatuhan sanksi terhadap tindak pidana pembunuhan

dengan menggunakan badik ini dalam putusan perkara Nomor :

1098/Pid.B/2010/PN. Makassar) adalah :

“Penjatuhan sanksi pidana dalam perkara ini sudaf efektif dimana terdakwa dijatuhi hukuman dengan pidana penjara selama 14 (empat belas) tahun”

2) Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku

Delik Pembunuhan Anggota TNI Dengan Menggunakan Senjata

Penikam

Berikut ini penulis akan menguraikan mengenai pertimbangan hukum

oleh hakim terhadap tindak pidana pembunuhan dengan senjata penikam

dalam putusan Pengadilan Negeri Makassar Nomor

1098/Pid.B/2006/PN.Mks yaitu sebagai berikut :

1. Pertimbangan Hakim

Adapun yang menjadi pertimbangan-pertimbangan hakim

terhadap tindak pidana pembunuhan dengan senjata penikam yang

dilakukan oleh terdakwa Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick

terhadap korban Usman Lebo adalah sebagai berikut :

Page 69: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

58

a) Bahwa majelis hakim mempertimbangkan bukti-bukti berupa

keterangan Saksi, keterangan Ahli, keterangan terdakwa dan

barang bukti yang diajukan penuntut umum

b) Bahwa terdakwa Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick

didakwa oleh Jaksa Penuntut umum dengan surat dakwaan

alternatif subsidaritas :

Pertama Primair : Melanggar Pasal 338 KUHP Jo. Pasal 56 KUHP Subsidair : melanggar Pasal 170 ayat 2 ke-3 KUHP Atau Kedua : melanggar Pasal 351 ayat 3 KUHP Jo. Pasal 56

KUHP Ketiga : melanggar Pasal 351 ayat 3 KUHP Jo. Pasal 55

KUHP Keempat : melanggar Pasal 2 ayat 1 Undang-undang

Darurat Nomor 12 Tahun 1952

c) Bahwa didalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum pertama

sampai dengan ketiga, terdakwa Achmadi Rick Als. Rick Als.

Tetta Rick didakwa membantu melakukan kejahatan yang

mengakibatkan meninggalnya korban Usman Lembo, yang

dilakukan oleh Syarif Als Dewa, yaitu dengan menjuntokan

Pasal 56sedangkan dakwaan keempat yaitu Pasal 2 ayat 1

Undang-undang Darurat Nomor 12 tahun 1951, memegan

senjata penikam tanpa hak

Page 70: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

59

d) Bahwa bentuk surat dakwaan yang demikian, majelis hakim

hanya membuktikan perbuatan terdakwa yang berkenaan

dengan perbuatan membantu terhadap kejahatan yang telah

dinyatakan terbukti dilakukan oleh Syarif Als Dewa. Kalau tidak

terbukti perbuatan membantu maka selanjutnya dibuktikan

dalam dakwaan keempat yaitu Pasal 2 ayat 1 Undang-undang

Darurat Nomor 12 Tahun 1951

e) Menimbang, bahwa terdawka Achmadi Rick Als. Rick Als.

Tetta Rick didakwa dalam dakwaan pertama Primair yaitu

Pasal 338 KUHP Jo. Pasal 56 KUHP yang unsur-unsurnya

sebagai berikut :

3) Barang Siapa

- Bahwa barang siapa maksudnya adalah setiap orang

sebagai pendukung hak dan kewajiban atau sebagai

subjek hukum yang dapat dipertanggungjawabkan

perbuatannya

- Bahwa identitas terdakwa yang diajukan didepan

persidangan untuk pertanggujawaban perbuatannya

sama benar dengan identitas terdakwa yang tercatat

diberkas perkara

- Bahwa dari uraian diatas tidak ada kesalahan terhadap

orang yang dituntut melakukan suatu tindak pidana,

Page 71: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

60

sehingga dengan demikian unsur barang siapa telah

terpenuhi menurut hukum

Dengan sengaja adalah kehendak yang disadari yang

ditujukan melakukan kejahatan tertentu

Membantu, mereka yang dengan sengaja memberi bantuan

pada waktu kejahatan dilakukan, bahwa dari arti pembantu

adalah

- Pemebri bantuan terjadi bersama dengan kejahatannya

- Pemberi kesempatan dan sarana terjadi sebelumnya

- Pembantuan dilakukan di tempat dimana kesempatan itu

diberikan, tidak dimana perbuatan yang dapat dihukum

dilakukan

Merampas nyawa orang lain

Bahwa dari dua unsur yaitu 2 dan 4, majelis hakim telah

mempertimbangkan dalam perkara terdakwa Achmadi Rick

Als. Rick Als. Tetta Rick dan dinyatakan terpenuhi oleh

perbuatan Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick

bersalah melakukan tindak pidana yang melanggar Pasal

338 KUHP

f) Bahwa karena dakwaan primair pada dakwaan pertama telah

terbukti, maka dakwaan subsidair dan dakwaan alternative

kedua, ketiga, keempat tidak perlu lagi dibuktikan

Page 72: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

61

g) Bahwa dari fakta hukum tidak terdapat hal-hal yang dapat

dijadikan alasan pemaaf dan pembenar, dimana menurut

pengamatan mejelis hakim, terdakwa sehat jasmani dan rohani,

sehingga menurut hukum terdakwa diniali cakap atau mampu

bertanggungjawabkan perbuatannya.

h) Bahwa oleh karena terdakwa telah terang bersalah, maka

terdakwa tersebut patut dipidana seberat-beratnya setimpal

dengan kesalahannya.

i) Bahwa pemidanaan bukan berarti pembalasan melainkan

merupakan pengajaran untuk mendidik agar terdakwa

menyadari kesalahannya dan akhirnya terdakwa akan merasa

jera untuk melakukan tindak pidana.

j) Bahwa barang bukti yang diajukan dipersidangan berupa 1

(satu) buah celana pendek jeans merk Ory warna abu-abu, 1

(satu) buah celana training warna hitam bertuliskan secata PK,

1 (satu) buah kaos loreng TNI lengan pendek, 1 (satu) buah

baju kaos oblong warna hitam bertuliskan Ripcurt, 1 (satu) buah

switwr warna kuning terdapat noda darah, 1 (satu) buah helem

standar warna hitam, 1 (satu) buah sarung badik terbuat dari

kayu, 1 (satu) badi bugis, 1 (satu) unit motor Yamaha Mio,

dikembalikan kepada jaksa Penuntut Umum Untuk dijadikan

barang bukti dalam perkara ini

Page 73: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

62

k) Bahwa karena terdakwa dinyatakan bersalah dan

bertanggungjawab atas kesalahan melakukan tindak pidana

sebagai mana yang disebutkan di atas dan dijatuhi pidana,

maka berdasarkan Pasal 222 KUHAP, terdakwa harus dibebani

untuk membayar biaya perkara yang beasarnya akan

disebutkan dalam amar putusan

l) Bahwa sebelum majelis hakim menjatuhkan pidana terlebih

dahulu mempertimbangkan hal-hal yang dapat memberatkan

dan dapat meringankan terdakwa guna menerapkan pidana

yang setimpal dengan perbuatan terdakwa.

Hal-hal yang memberatkan

- Perbuatan terdakwa telah mengakibatkan matinya korban Usman Lembo

- Perbuatan terdakwa telah menyebabkan anak isteri korban harus hidup sendiri tanpa suami selaku kepala keluarga

- Perbuatan terdakwa menyebabkan TNI AD kesatuan Kaveleri telah kehilangan seorang prajurit tempur aktif

- Terdakw sempat menjadi buron penyidik

Hal-hal yang meringankan

- Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya

- Terdakwa berlaku sopan dalam persidangan

- Terdakwa menyesalim perbuatannya

- Terdakwa memiliki tanggungan keluarga yakni isteri dan

anak

Page 74: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

63

2. Amar Putusan

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Makassar pada persidangan

tanggal 06 Oktober 2010 telah menjatuhkan putusan terhadap

Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick, oleh hakim JANVERSON

SINAGA, sebagai hakim ketua dan SH MAS’UD, SH.MH dan TARDI,

SH sebagai hakim anggota, putusan mana pada hari itu juga

diucapkan dalam persidangan terbuka untuk umum oleh majelis

hakim tersebut di atas, dibantu oleh Surhatta,SH. Dihadiri oleh

Syarifuddin Sakka, SH dan Salahuddin, SH. MH. Jaksa Penuntut

Umum pada Kejaksaan Negeri Makassar, dan terdakwa.

MENGADILI

a. Menyatakan terdakwa Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dengan sengaja telah membantu menghilankan nyawa orang lain

b. Menyatakan terdakwa Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana membawa senjata tajam tanpa hak

c. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick dengan pidana penjara selama 14 (empat belas) tahun, dikurangkan selama terdakwa berada dalam tahan.

d. Menyatakan terdakwa tetap ditahan e. Menyatakan barang bukti berupa :

1. 1 (satu) buah celana pendek jeans merk Ory warna abu-abu

Page 75: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

64

2. 1 (satu) buah celana training warna hitam bertuliskan secata PK

3. 1 (satu) buah kaos loreng TNI lengan pendek 4. 1 (satu) buah baju kaos oblong warna hitam bertuliskan

Ripcurt 5. 1 (satu) buah switwr warna kuning terdapat noda darah 6. 1 (satu) buah helem standar warna hitam 7. 1 (satu) buah sarung badik terbuat dari kayu 8. 1 (satu) badi bugis 9. 1 (satu) unit motor Yamaha Mio

Dijadikan sebagai barang bukti dalam perkara Syarif Alias Dewa dan Sukrianto Alias Anto.

f. Menetapkan terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah)

3. Komentar Penulis

Sebagai aktorutama lembaga peradilan, posisi dan peran hakim

menjadi sangat penting. Melalui putusannya, seorang hakim dapat

mengalihkan hak dan kepemilikan seseorang, mencabut kebebasan

warga negara, menyatakan tidak sah tindakan sewenang-wenang

pemerintah terhadap masyarakat, sampai dengan memerintahkan

penghilangan hak hidup seseorang, semuanya harus dilakukan

dalam rangka penegakan hukum dan keadilan.

Hakim dalam memutus suatu perkara harus sesuai dengan

Undang-undang Nomor 19 tahun 19964 tentang ketentua-ketentuan

pokok kekuasaan kehakiman seperti bunyi Pasal 20 ayat 2 berbunyi “

Page 76: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

65

“Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib memperhatikan pula sifat-sifat yang baik dan yang jahat dari tertuduh”

Baik sifat-sifat yang jahat maupun yang baik dari orang yang

akan dijatuhi pidana wajib diperhatikan hakim dalam

mempertimbangkan pidana yang akan dijatuhkan. Hakim juga harus

memperhatikan dampak psikologis dan kesedihan yang mendalam

yang dirasakan pihak korban

Hakim dalam memutus suatu perkara tidak semata-mata hanya

berdasar pada hukum normatif saja, melainkan dengan tetap

memperhatiakn aspek-aspek sosiologi. Hal ini dimaksudkan agar

dalam putusan yang dijatuhkan hakim dapat mengubah masyarakat.

Hukum positif tertulis tidak akan selalu dapat mengutip perubahan

atau mengubah masyarakat, karena sifatnya yang relatif kaku. Oleh

karena itu, maka peranan hakim adalah penting, untuk mengisi

kekurangan –kekurangan yang ada pada hukum positif tertulis dalam

konteks perubahan masyarakat.

Suatu putusan pengadilan diharapkan untuk dapat memberikan

rasa keadilan bagi semua orang baik itu bagi pelaku maupun

keluarga korban, dengan memperhatikan hal-hal yang memberatkan

serta meringankan.

Page 77: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

66

Dalam penjatuhan pidana yang dikuatkan oleh putusan hakim

yang dituntutkan oleh Jaksa Penuntut Umum yaitu selama 15 (lima

belas) tahun serta membayar biaya perkara Rp. 2.500,-(dua ribu lima

ratus) sedangkan dalam putusan, hakim menjatuhkan pidana penjara

selama 14 (empat belas) tahun dan tetap membayar biaya perkara

sebasar Rp. 2.500,-(dua ribu lima ratus)

Namun melihat putusan hakim yang hanya menjatuhkan pidana

penjara selam 14 (empat belas) tahun, tidak sepenuhnya

mengandung kemanfaatan hukum, mengingat bahwa tindakan yang

dilakukan terdakwa atas pembunuhan yang telah dilakukan oleh

Syarif Als Dewa mengakibatkan hilangnya nyawa korban merupakan

tindakan keji. Menurut penulis sebaiknya hakim menjatuhkan pidana

maksimal yaitu 15 (lima belas) tahun.

Page 78: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

67

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian bab sebelumnya maka penulis dapat menari

kesimpulan, sebagai berikut :

1) Penerapan hukum pidana atas tindakan yang dilakukan oleh

terdakwa Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick telah sesuai. Hal

ini terlihat atas terpenuhinya semua unsur-unsur sesuai dengan

pasal yang dikenakan pada terdakwa. Pasal yang dikenakan

yaitu Pasal 338 KUHP Jo. Pasal 36 KUHP. Dengan terpenuhinya

unsur tersebut dan tidak adanya alsan pembenar atas perbuatan

yang dilakukannya, maka terdakwa harus

mempertanggungjawabkan perbuatannya sesuai dengan putusan

yang dijatuhkan oleh hakim Pengadilan makassar.

2) Dalam memutus perkara Hakim Pengadilan Negeri Makassar

mempunyai pertimbangan yang cukup banyak, mulai dari

tuntutan Jaksa Penuntut Umum, keterangan saksi. Keterangan

terdakwa, barang bukti dan terpenuhinya semua unsur sesuai

Page 79: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

68

dengan pasal yang didakwakan dan tidak ada alasan pembenar

sehingga dinyatakan bersalah, serta hal-hal yang memberatkan

dan yang meringankan terdakwa. Oleh sebab itu terdakwa harus

tetap menjalani pidana penjara selam 14 (empat belas) tahun

dan membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima

ratus rupiah).

B. Saran

Melalui skripsi ini penulis menyampaikan beberapa saran yang

terkait dengan penelitian penulis antara lain :

1. Pihak penuntut umum dan majelis hakim harus lebih jeli dalam

hal memeriksa perkara sehingga dapat mengurai dengan tegas

unsur-unsur tindak pidana pembunuhan, sehingga dapat dengan

mudah menjerat pelaku tindak pidana pembunuhan lainnya serta

lebih jeli dalam menentukan pertanggunjawaban pidana terhadap

pelaku tindak pidana pembunuhan, serta harus memperhatikan

adanya kesalahan yang dilakukan, kemampuan bertanggun

jawab serta tidak adanya alasan pembenar atau alasan yang

menghapuskan pertanggunjawaban bagi terdakwa dalam

menerapkan pasal 338 KUHP Jo. Pasl 56 KUHP serta Pasal-

Pasal yang mengatur tindak pidana pembunuhan yang lainnya.

2. Putusan yang dijatuhkan oleh majelis hakim Pengadilan Negeri

Makassar bisa saja membuat pelaku tidak merasakan efek jerah

Page 80: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

69

dan dapat sewaktu-waktu mengulangi perbuatannya kembali.

Oleh sebab itu, disini di perlukan keseriusan dan kehati-hatian

oleh penegak hukum baik oleh jaksa sebagai penuntut umum

dalam menyusun surat dakwaan dan tuntutan agar dapat menjadi

dasar pertimbangan hakim dalam memutus suatu perkara,

maupun bagi hakim agar putusan tersebut dapat mengandung

nilai-nilai keadilan dan kemanfaatan hukum.

Page 81: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

70

DAFTAR PUSTAKA

Chazawi, Adami. 2001. Pelajaran Hukum Pidana 1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

_____________ 2002. Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

_____________ 2004. Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

_____________ 2007. Pelajaran Hukum Pidana Bagian 2. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Effendy, Rusli. 1997. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung: Citra Aditya.

Farid,Zainal Abidin.2007 Hukum Pidana 1.Jakarta:Sinar Grafika

Hamzah, Andi. 2008. Asas-Asas Hukum Pidana: Jakarta: Rineka Cipta.

Lamintang.1997. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia.Bandung:PT.Citra Aditya Bakti.

Marpaung,Leden.2005. Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana. Jakarta:Sinar Grafika.

___________________.2000. Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh(Pemberantasan dan Prevensinya). Sinar Grafika: Jakarta.

Poernomo, Bambang. 1982. Asas-Asas Hukum Pidana. Yogyakarta: Ghalilea Indonesia.

Page 82: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzM3N2M...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ... BAGIAN HUKUM PIDANA

71

Remmelink, Jan. 2003. Hukum Pidana, Komentar Atas Pasal-Pasal Terpenting dari Kitab Undang-undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab undang-Undang Hukum Pidana Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Moeljatno. 1985. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta : Bina Aksara.

Waluyadi, 2003. Hukum Pidana Indonesia, Jakarta : Djambatan. Waluyo, Bambang. 2008. Pidana dan Pemidanaan. Jakarta : Sinar Grafika

Undang-undang :

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Sumber Lain:

Hukumonline.com

www.legalitas.com