tinjauan yuridis terhadap delik pembunuhan...
TRANSCRIPT
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN
ANGGOTA TNI DENGAN MENGGUNAKAN SENJATA PENIKAM
(Studi Kasus Putusan Nomor 1098/Pid.B/2010/PN.MKS)
Oleh
ANDI ZULKIFLI AZHARY
B 111 07 890
BAGIAN HUKUM PIDANA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
i
HALAMAN JUDUL
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ANGGOTA TNI
DENGAN MENGGUNAKAN SENJATA PENIKAM
(Studi Kasus Putusan Nomor 1098/Pid.B/2010/PN.MKS)
OLEH :
ANDI ZULKIFLI AZHARY
B 111 07 890
SKRIPSI
Diajukan sebagai Tugas Akhir dalam rangka Penyelesaian Studi Sarjana
dalam Program Kekhususan Hukum Pidana
Program Studi Ilmu Hukum
Pada
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2011
ii
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Diterangkan bahwa skripsi mahasiswa : Nama : ANDI ZULKIFLI AZHARY
NM : B 111 07 890 Program Sutdi : Ilmu Hukum Bagian : Hukum Pidana Judul : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK
PEMBUNUHAN ANGGOTA TNI DENGAN
MENGGUNAKAN SENJATA PENIKAM
(Studi Kasus Putusan No : 1098/Pid.B/2010/PN.MKS)
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dalam ujian skripsi pada
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin
Makassar. November 2011
Disetujui Oleh
iv
PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI
Diterangkan bahwa skripsi mahasiswa : Nama : ANDI ZULKIFLI AZHARY
NM : B 111 08 890 Program Stdi : Ilmu Hukum Bagian : Hukum Pidana Judul : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK
PEMBUNUHAN ANGGOTA TNI DENGAN
MENGGUNAKAN SENJATA PENIKAM
(Studi Kasus Putusan No : 1098/Pid.B/2010/PN.MKS)
Memenuhi Syarat Untuk Diajukan Dalam uJian Skripsi Sebagai Ujian Akhir
Program Studi.
Makassar, September 2011
A.n. Dekan
Wakil Dekan Bidang Akademik Prof. Dr. Ir. Abrar Saleng, S.H, M.H. NIP. 19630419 198903 1003
v
ABSTRAK
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ANGGOTA TNI DENGAN MENGGUNAKAN SENJATA PENIKAM (Studi Kasus Putusan Nomor 1098/Pid.B/2010/PN.MKS)dibawah bimbingan bapak Aswanto sebagai pembimbing I dan bapak Amir Ilyas sebagai pembimbing II
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan hukum pidana oleh hakim dalam kasus delik pembunuhan dengan menggunakan senjata penikam, dan untuk mengetahui bagaimana pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku Delik Pembunuhan Anggota TNI Dengan Menggunakan Senjata Penikam (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Makassar Nomor 1098/Pid.B/2010/PN.MKS).
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan maka
disimpulkan bahwa Majelis hakim Pengadilan makassar telah sesuai menerapkan peraturan perundang-undangan, dalam memeriksa dan memutus perkara nomor 1098/Pid.B/2010/PN.MKS tentang delik pembunuhan dengan senjata penikam berdasarkan Pasal 338 KUHP Jo.Pasal 56 KUHP. Yang usurur-unsurnya barang siapa, dengan sengaja, membantu, menghilangkan nyawa orang. Untuk selanjutnyapenulis berharap agar dikemudian hari apabila terjadi kembali kasus serupa, hakim yang memutus perkara dapat lebih jeli dan teliti dalam menimbang unsur yang terdapat dalam kasus tersebut, sehingga dalam memuat putusan dapat lebih tepat dan memberi rasa keadilan bagi pihak yang berperkara. Selanjutnya yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap delik pembunuhan dengan menggunakan senjata penikam berupa keterangan saksi, keterangan Ahli, keterangan terdakwa, dan barang bukti yang diajukan Jaksa Penuntut Umum, serta dakwaan Jaksa Penuntut Umum sebagaimana dalam Pasal 184 ayat 1 KUHAP. Dimana unsur-unsur dalam perkara ini sudah sesuai dengan peraturan atau perundang-undangan yang berlaku, sehingga dengan terpenuhinya unsur-unsur pembunuhan ini maka, majelis hakim menjatuhkan hukuman penjara selama 14 (empat belas) tahun dan membayar biaya perkara sebesar Rp 2.500,- (dua ribu lima ratus rupian.
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, rahmat dan
hidayah yang diberikan kepada kita semua, karena izin-Nya jualah sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat dan salam selalu tertuju
kepada kekasih Allah yang tak lain adalah Nabi Muhammad SAW. Sebagai
seorang manusia pilihan yang menghantarkan manusia kejalan yang lurus
dengan pedoman hidup yaitu kitab suci Al-Quran dan Sunnahnya.
Setelah sekian lama penulis menempuh proses belajar di bangku
perkuliahan guna mendapatkan ilmu yang dapat berguna bagi masyarakat,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
“TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DELIK PEMBUNUHAN ANGGOTA TNI
DENGAN MENGGUNAKAN SENJATA PENIKAM (Studi Kasus Putusan
Nomor 1098/Pid.B/2010/PN.MKS) ,”. Sebagai salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin.
Dalam kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Orang Tua penulis Ayahanda
Drs. H. A. Burhanuddin. A.U. M.Si dan Ibunda Hj. A. Satriawati Rahman atas
segala pengorbanan, Kasih Sayang serta jerih payahnya selama
membesarkan dan mendidikku, serta doa yang senantiasa dipanjatkan
hanya semata-mata mengharapkan keberhasilan penulis. Terima kasih juga
vii
kepada saudara-saudaraku atas segala bantuannya baik materil maupun
inmateril kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Banyak orang-orang yang telah menentukan sejarah hidupku sampai
aku mampu mengucapkan kebenaran, dan untuk itu pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Idrus A Paturusi, Sp.B., Sp.Bo selaku Rektor Universitas
Hasanuddin dan seluruh pembantu Rektor serta jajarannya.
2. Dekan Fakultas Hukum UNHAS, Prof. Dr. Aswanto, S.H.,DFM.
3. Prof. Dr. Aswanto, S.H.,DFM, Selaku Pembimbing I, dan Amir Ilyas,
S.H.,M.H. selaku pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya
untuk memberikan bimbingan kepada penulis.
4. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof. Dr.
Muhadar, S.H., M.S, dan Syamsuddin Muchtar, S.H., M.H, serta
Haerana, S.H., M.H, selaku penguji yang telah meluangkan waktunya
memberikan arahan dan masukan kepada penulis, sehingga skripsi
ini dapat penulis selesaikan.
5. Howadr Kowaqam, S.H., M.H, selaku Penasehat Akademik penulis
selama berada dibangku kuliah, yang telah memberikan bimbingan
kepada penulis selama di bangku kuliah.
6. Dosen Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin yang dengan ikhlas
membagikan ilmunya kepada penulis selama duduk dalam bangku
kuliah.
viii
7. Sahabat-sahabatku, Meldyasty Randha, Nur Rahma. Wiryawan
Batara Kencana, Muhammad Umar serta anak legalitas 2007 terima
kasih atas persahabatan dan bantuan kalian.
8. Seluruh staf akademik yang telah membantu kelancaran akademik
penulis selama menempuh studi di Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin.
9. Teman-teman KKN-PH tahun 2011 Lokasi Badan Pertanahan
Nasional Kota Makassar
Sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini, semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
serta membalas kebaikan yang diberikan kepada kita semua. Amin ya
Robbal A΄lamin.
Makassar, September 2011
ANDI ZULKIFLI AZHARY
ix
DAFTAR ISI
Halaman SAMPUL
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. iii
PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI ..................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 9
A. Pengertian-pengertian ............................................................ 10
1. Pidana ............................................................................. 10
2. Delik ................................................................................. 12
3. Delik Pembunuhan .......................................................... 17
4. Dasar Hukum Delik Penguasaan Tanpa Hak
Senjata Penikam/Penusuk ............................................. 19
B. Pembunuhan ......................................................................... 21
1. Jenis-jenis Delik Pembunuhan ........................................ 21
2. Unsur-unsur Delik Pembunuhan ...................................... 21
x
C. Tentara Nasional Indonesia (TNI) ......................................... 22
1. Pengertian Tentara Nasional Indonesia (TNI) .................. 22
2. Fungsi dan Wewenang TNI ............................................. 23
3. Tugas Pokok TNI ............................................................. 23
D. Concursus ............................................................................. 25
1. Pengertian Concursus ....................................................... 25
2. Bentuk-bentuk Concursus .................................................. 26
E. Unsur-unsur Delik .................................................................. 30
F. Macam-macam Sanksi Pidana ............................................. 34
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................. 36
A. Lokasi Penelitian ................................................................... 36
B. Jenis dan Sumber Data ......................................................... 36
C. Jenis Penelitian ..................................................................... 36
D. Analisis Data ......................................................................... 37
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...............................
A. penerapan hukum pidana materil oleh majelis hakim dalam
delik pembunuhan dengan menggunakan senjata
penikam/penusuk .................................................................... 38
B. pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap
pelaku delik pembunuhan dengan menggunakan senjata
penikam/penusuk ................................................................. 57
BAB V. PENUTUP ................................................................................. 67
A. Kesimpulan ........................................................................... 67
B. Saran ..................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia adalah negara hukum yang tidak hanya
berdasarkan pada kekuasaan belaka, selain itu juga berdasarkan
Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Hal ini berarti Negara
Indonesia menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menjamin segala
warga negaranya bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan, serta wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu
tanpa ada kecualinya. Pernyataan bahwa Indonesia merupakan negara
hukum juga mempunyai konsekuensi, bahwa Negara Indonesia
menerapkan hukum sebagai ideologi untuk menciptakan ketertiban,
keamanan, keadilan serta kesejahteraan bagi warga negara, sehingga
hukum itu bersifat mengikat bagi setiap tindakan yang dilakukan oleh
warga negaranya. Negara hukum harus memenuhi beberapa unsur
antara lain pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya,
harus berdasar hukum atau peraturan perundang-undangan, adanya
jaminan terhadap hak asasi manusia, adanya pembagian kekuasaan
dalam Negara, adanya pengawasan dari badan-badan peradilan.
Berkaitan dengan unsur di atas, adanya jaminan terhadap hak asasi
manusia (HAM), dapat diartikan bahwa di dalam setiap konstitusi selalu
ditemukan adanya jaminan terhadap Hak Asasi Manusia (warga negara).
2
Perlindungan konstitusi terhadap Hak Asasi Manusia tersebut, salah
satunya adalah perlindungan terhadap nyawa warga negaranya seperti
yang tercantum dalam Pasal 28 A Undang Undang Dasar 1945: ”Setiap
orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya”. Nyawa dan tubuh adalah milik manusia yang paling
berharga dan merupakan hak asasi setiap manusia yang diberikan oleh
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak ada seorangpun yang dapat
merampasnya.
Bangsa Indonesia menjamin perlindungan terhadap nyawa setiap
warga negaranya, dari yang ada dalam kandungan sampai yang akan
meninggal. Tujuannya adalah untuk mencegah tindakan sewenang-
wenang dalam suatu perbuatan khususnya yang dilakukan dengan cara
merampas nyawa orang lain (membunuh). Pada masyarakat yang masih
sederhana, membunuh merupakan suatu kebanggan sebagai bukti
keberanian dan kepahlawanan seseorang di kalangan kelompoknya.
Membunuh jika dipandang dengan sudut agama merupakan sesuatu
yang terlarang bahkan tidak boleh dilakukan. Oleh karena itu setiap
perbuatan yang mengancam keamanan dan keselamatan atas nyawa
seseorang tersebut dianggap sebagai kejahatan yang berat oleh karena
itu dijatuhi dengan hukuman yang berat pula. (Harmien Hardiati
Koeswadji,1984:2).
3
Mengenai kejahatan terhadap nyawa ini diatur dalam KUHP Buku II
Bab XIX Pasal 338 s/d 350. Khusus mengenai tindak pidana
pembunuhan biasa, diatur dalam KUHP Pasal 338, yang berbunyi:
“Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam,
karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama 15 tahun”.
Dalam proses peradilan, pembuktian merupakan masalah yang peranan
penting dalam proses pemeriksaan sidang pengadilan. Dengan
pembuktian inilah ditentukan nasib terdakwa. Apabila hasil pembuktian
dengan alat-alat bukti yang ditentukan Undang-Undang tidak cukup
membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa, maka
terdakwa dibebaskan dari hukuman. Sebaliknya kalau kesalahan
terdakwa dapat dibuktikan dengan alat-alat bukti yang disebut dalam
Pasal 184 KUHAP, maka terdakwa harus dinyatakan bersalah dan
kepadanya akan dijatuhkan pidana. Hakim harus hati-hati, cermat, dan
matang dalam menilai dan mempertimbangkan nilai pembuktian. Meneliti
sampai dimana batas minimum kekuatan pembuktian atau bewijs kracht
dari setiap alat bukti yang disebut dalam Pasal 184 KUHAP (M. yahya
Harahap, 2000: 273).
Untuk menjatuhkan putusan yang berupa pemidanaan, Undang-
Undang telah mengisyaratkan adanya syarat minimal, yaitu harus
didukung oleh dua alat bukti dan hakim meyakini akan kebenarannya,
sehingga dengan alat bukti tersebut dapat menunjukkan bahwa
4
seseorang telah melakukan tindak pidana. Di dalam KUHAP Pasal 184
ayat (1) terdapat lima alat bukti yang sah yaitu: Keterangan Saksi,
Keterangan Ahli, Surat, Petunjuk, Keterangan Terdakwa. Dalam contoh
kasus tindak pidana, seperti pencurian, penggelapan, penipuan dan
sejenisnya, tentunya pihak penyidik tak akan kesulitan untuk
mengidentifikasikan barang bukti yang salah satu atau beberapa
diantaranya dapat dijadikan alat bukti, yang selanjutnya akan diperiksa
dalam proses sidang pengadilan. Akan tetapi, apabila kejahatan tersebut
berkaitan dengan kesehatan seseorang, luka maupun meninggalnya
seseorang tersebut, persoalannya menjadi tidak sederhana. Oleh karena
terganggunya kesehatan seseorang pada suatu saat akan berubah
sembuh ataupun sebaliknya, sementara apa yang dinamakan dengan
luka juga pada saat yang lain akan berubah sembuh maupun ada
kemungkinan akan menjadi lebih parah. Demikian juga terhadap
kejahatan-kejahatan yang menyebabkan matinya seseorang, kematian
tersebut telah menutup semua kemungkinan pemrosesan secara hukum,
sehingga ketidakadilan menjadi mungkin. Untuk mengungkap secara
hukum tentang terjadinya tindak pidana yang menyebabkan
terganggunya kesehatan seseorang maupun telah terjadi tindak pidana
yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang.
Aparat penegak hukum khususnya TNI dalam mengemban tugas
yang luas,kompleks, dan rumit.merekapun mempunyai posisi penting
5
sebagai penegak hukum,mereka adalah komandan dalam melaksanakan
amanat undang-undang,menegakan ketertiban masyarakat dan
keamanan Negara.sebagai pelaksana undang-undang,TNI menyandang
fungsi yang unik dan rumit karena dalam menjalankan tugas di tengah
masyarakat,cenderung berbeda dengan polisi,selalu dalam kelompok
dipimpin komandan sebagai penanggung jawab dengan medan tempur
yang jelas dan cukup waktu mengatur strategi.
TNI juga menghadapi ancaman dan gangguan yang tidak terduga,
harus cepat menentukan pilihan dan tindakan yang tepat untuk
melindungi masyarakat. Pilihan itu tidak selalu dapat memuaskan
masyarakat bahkan kadang dikomplain sebagai penyimpangan. Dalam
menjalankan tugas, TNI dilengkapi seperangkat kewenangan yang
istimewa,yaitu melakukan upaya paksa, menangkap, menyita,
mengamankan, melakukan penahanan dalam upaya melakukan tindak
pidana di suatu negara.
Kewenangannya bersifat semesta yang melibatkan seluruh warga
negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan
secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu,
terarah, berkesinambungan, dan berkelanjutan untuk menegakkan
kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan melindungi keselamatan segenap
bangsa dari setiap ancaman.
6
TNI pada umumnya merupakan fungsi yang melekat dalam rangka
berhadapan dengan penjahat sehingga penggunaan kekerasan
cenderung tidak dapat dihindari, terutama dalam situasi yang
mengancam dan membahayakan jiwa mereka. Penggunaan kekuatan
dan kekerasan yang melekat pada TNI di simbolkan dengan peralatan
tugas seperti sangkur, pentungan dan pistol (senjata api). Peralatan
tersebut bukan sekedar hiasan, tetapi melekat fungsi yang harus
digunakan dalam situasi tertentu.
Tindakan kekerasan berpotensi menimbulkan kewenangan
TNI,yaitu penggunaan kekerasan yang melampaui batas atau kelalaian
dalam penggunaan kekerasan. Penyalagunaan kekerasan dalam
mengamankan tersangka kejahatan yang dapat menimbulkan luka-luka
atau kematian karena kesalahan prosedur atau kekeliruan terhadap
orang (error in person), berpotensi menimbulkan permasalahn dalam
rangka penegakan hukum. Terlebih lagi jika korban dari kekerasan
tersebut berasal dari lingkungan kepolisian.
Berdasarkan uraian latar belakan masalah diatas , maka saya
selaku penulis berinisiatif untuk mengankat masalah tersebut sebagai
Tugas Akhir ( Skripsi) Yaitu “Tinjauan Yuridis Terhadap Delik
Pembunuhan Anggota TNI Dengan Menggunakan Senjata Penikam”
( Studi Kasus Putusan No. 1098/Pid.B/2010/PN.MKS)
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal tersebut di atas,maka ditarik beberapa
permasalahan yang perlu di kemukakan. Ada pun perumusan masalah
yang hendak dikemukakan penulis adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan hukum pidana materil oleh majelis hakim
dalam delik Pembunuhan Anggota TNI Dengan Menggunakan
Senjata Penikam (Studi Kasus Putusan Nomor
1098/Pid.B/2010/PN.MKS)?
2. Bagaimana pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan
terhadap pelaku Delik Pembunuhan Anggota TNI Dengan
Menggunakan Senjata Penikam (Studi Kasus Putusan Nomor
1098/Pid.B/2010/PN.MKS)?.
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penerapan hukum pidana materil oleh majelis
hakim dalam Delik Pembunuhan Anggota TNI Dengan Menggunakan
Senjata Penikam (Studi Kasus Putusan Nomor
1098/Pid.B/2010/PN.MKS).
2. Untuk mengetahui pertimbanagan hakim dalam menjatuhkan putusan
terhadap pelaku delik Pembunuhan Anggota TNI Dengan
Menggunakan Senjata Penikam (Studi Kasus Putusan Nomor
1098/Pid.B/2010/PN.MKS).
8
D. Manfaat Penelitian
Di dalam penelitian sangat diharapkan adanya manfaat dan
kegunaan yang disampaikan oleh penulis karena nilai suatu penelitian
ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat diambil dari penelitian.
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini antara lain :
1. Manfaat Teoritis
a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pengembangan ilmu pengetahuan hukum pada umumnya dan
hukum pidana pada khususnya.
b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi
dibidang karya ilmiah serta bahan masukan bagi penelitian
sejenis di masa yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang hukum
sebagai bekal untuk masuk dalam instansi penegak hukum
maupun untuk praktis hukum dalam memperjuangkan penegakan
hukum;
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran secara lengkap
mengenai bentuk pengaturan dan sanksi tindak pidana
pembunuhan di dalam KUHP Pasal 338, pembunuhan biasa
dalam bentuk pokok (doodslag), barang siapa dengan sengaja
9
menghilangkan nyawa orang lain dipidana karena pembunuhan
dengan pidana penjara paling lama 15 tahun. (Adami
Chazawi,2002:57).
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian-pengertian
1. Pidana
Pidana berasal dari kata straf (Belanda), yang pada dasarnya
dapat dikatakan sebagai suatu penderitaan (nestapa) yang sengaja
dikena-kan/dijatuhkan kepada seseorang yang telah terbukti bersalah
melaku-kan suatu tindak pidana.
Menurut Moeljatno,(1985:20) istilah hukuman yang berasal dari
kata straf, merupakan suatu istilah yang konvensional. Moeljatno
menggunakan istilah yang inkonvensional, yaitu pidana.
Menurut Andi Hamzah, ahli hukum Indonesia membedakan istilah
hukuman dengan pidana, yang dalam bahasa Belanda dikenal
dengan istilah straf. Istilah hukuman adalah istilah umum yang diper-
gunakan untuk semua jenis sanksi baik dalam ranah hukum perdata,
administratif, disiplin dan pidana, sedangkan istilah pidana diartikan
secara sempit yaitu hanya sanksi yang berkaitan dengan hukum
pidana.
Hukum pidana menentukan sanksi terhadap setiap pelanggaran
hukum yang dilakukan. Sanksi itu pada prinsipnya merupakan
penambahan penderitaan dengan sengaja. Penambahan penderitaan
11
dengan sengaja ini pula yang menjadi pembeda terpenting antara
hukum pidana dengan hukum yang lainnya.
Menurut Rusli Efendi, (1986:25) bahwa hukuman (pidana) itu
bersifat siksaan atau penderitaan, yang oleh undang-undang hukum
pidana diberikan kepada seseorang yang melanggar sesuatu norma
yang ditentukan oleh undang-undang hukum pidana, dan siksaan
atau pende-ritaan itu dengan keputusan hakim dijatuhkan terhadap
diri orang yang dipersalahkan itu. Sifat yang berupa siksaan atau
penderitaan itu harus diberikan kepada hukuman (pidana), karena
pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang terhadap norma yang
ditentukan oleh undang-undang hukum pidana itu merupakan
pelanggaran atau perkosaan kepentingan hukum yang justru akan
dilindungi oleh undang-undang hukum pidana. Kepentingan hukum
yang akan dilindungi itu adalah sebagai berikut:
1) Jiwa manusia (leven);
2) Keutuhan tubuh manusia (lyf);
3) Kehormatan seseorang (eer);
4) Kesusilaan (zede);
5) Kemerdekaan pribadi (persoonlyke vryheid);
6) Harta benda/kekayaan (vermogen).
12
2. Delik
Istilah delik adalah merupakan kata yang diadopsi dari istilah
bahasa latin delictun dan delicta. Delik dalam bahasa Belanda
disebut strafbaarfeit. Strafbaarfeit terdiri dari 3 (tiga) kata yaitu straf,
baar, dan feit. Straf diartikan sebagai pidana dan hukum, baar
diartikan sebagai dapat dan boleh. Sedangkan feit diartikan sebagai
tindak, peristiwa, pelanggaran, dan perbuatan. Bahasa inggrisnya
adalah delict yang artinya suatu perbuatan yang pelakunya dapat
dikenakan hukuman (pidana).
Moeljatno (Adami Chazawi,2002:72) mengatakan bahwa suatu
strafbaarfeit itu sebenarnya adalah suatu kelakuan manusia yang
diancam pidana oleh peraturan undang-undang.
Berikut ini adalah beberapa pengertian tindak pidana dalam arti
Strafbaarfeit menurut pendapat para ahli:
J.E Jonkers (Bambang Poernomo,1982:91) membagi atas dua
pengertian yaitu:
1. Defenisi pendek memberikan pengertian strafbaar feit adalah
suatu kejadian (feit) yang dapat diancam dengan hukuman
pidana oleh undang-undang.
2. Defenisi panjang atau yang lebih mendalam memberikan
pengertian “strafbaar feit” adalah suatu kelakuan yang
13
melawan hukum berhubung dilakukan dengan sengaja atau
alpa oleh orang yang dapat dipertanggung jawabkan.
Pompe (Bambang Poernomo,1982:91) membagi atas dua
pengertian yaitu:
1. Defenisi menurut teori memberikan pengertian “strafbaarfeit”
adalah suatu pelanggaran terhadap norma,yang dilakukan
karna kesalahan si pelanggar dan diancam dengan pidana
untuk mempertahankan tata hukum dan menyalamatkan
kesejahteraan umum.
2. Defenisi menurut hukum positif,merumuskan pengertian
“strafbaarfeit” adalah suatu kejadian (feit) yang oleh
peraturan perundang-undang dirumuskan sebagai perbuatan
yang dapat dihukum.
Simons (P.A.F Lamintang,1997:18)
“Strafbaarfeit adalah suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun dilakukan dengan tidak sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggung jawabkan atas tindakannya dan oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum”.
Van Hammel (P.A.F Lamintang,1997:18)
“Strafbaarfeit adalah suatu serangan atau ancaman terhadap
hak-hak orang lain”.
14
Berbeda dengan pandangan para pakar diatas, menurut Halim
(Adami Chazawi,2002:72) menyatakan delik adalah suatu perbuatan
atau tindakan yang terlarang dan diancam dengan hukuman oleh
undang-undang (pidana).
Rusli Effendy (1986:2) memberikan batasan pengertian delik
sebagai berikut:
“Peristiwa pidana atau delik adalah perbuatan yang oleh Hukum Pidana dilarang dan diancam pidana terhadap siapa yang melanggar larangan tersebut”.
Apabila diperhatikan rumusan tersebut diatas,maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa istilah peristiwa pidana sama saja dengan istilah
delik,yang redaksi aslinya adalah starfbaarfeit.
Pengertian peristiwa pidana atau delik diatas mengandung
makna sebagai suatu perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang
dan disertai dengan ancaman atau hukuman bagi siapa saja yang
melanggar larangan tersebut.
Moeljatno (1985:54) menggunakan istilah perbuatan pidana
sebagai terjemahan dari starfbaarfeit dan memberikan definisi
sebagai berikut:
“Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum,larangan mana yang disertai ancaman (sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut)”.
15
Istilah strafbaarfeit juga diterjemahkan oleh R. Soesilo (1984:6)
sebagai berikut:
“Tindak pidana sebagai istilah delik atau peristiwa atau perbuatan yang dapat dihukum yaitu suatu perbuatan yang dilarang atau diwajibkan oleh undang-undang yang apabila dilakukan atau diabaikan, maka orang yang melakukan atau mengabaikan akan diancam dengan pidana”.
Sedangkan Bambang Poernomo (1982:90) menyatakan bahwa :
“Didalam kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHPid) dikenal dengan istilah strafbaarfeit. Kepustakaan tentang hokum pidana sering mempergunakan istilahdelik sedangkan pembuat undang-undang dalam merumuskan strafbaarfeit mempergunakan istilah peristiwa pidana tanpa mempersoalkan perbedaan istilah tersebut”. Lebih lanjut, Bambang Purnomo menjelaskan bahwa istilah delik,
strafbaarfeit, peristiwa pidana dan tindak pidana serta perbuatan
pidana mempunyai pengertian yang sama yaitu suatu perbuatan
yang dilarang oleh aturan hukum dan larangan tersebut disertai
dengan ancaman dan sanksi berupa pidana yang melanggar
larangan tersebut.
Vos (Bambang Poernomo,1982:91) terlebih dahulu
mengemukakan arti delict sebagai “Tatbestandmassigheit” dan delik
sebagai “Wesenschau”. Makna “Tatbestandmassigheit” merupakan
kelakuan yang mencocoki lukisan dan ketentuan yang dirumuskan
dalamundang-undang yang berasangkutan, maka baru merupakan
16
delik apabila kelakuan itu “Dem Wasen Nach” yaitu menurut sifatnya
cocok dengan makna dari ketentuan yang dirumuskan dalam
undang-undang yang bersangkutan.
Delik menurut pengertian sebagai “Wesenschau” telah diikuti oleh
para ahli hokum pidana dan yurisprudensi Nederland dalam
hubunganya dengan ajaran sifat melawan hukum yang materil.
Pengertian dan istilah strafbaar feit menurut Vos (Bambang
Poernomo,1982:91) adalah suatu kelakuan manusia yang diancam
pidana oleh peraturan perundang-undangan, jadi suatu kelakuan
yangbpada umumnya dilarang diancam dengan ancaman pidana.
Di dalam mencari elemen yang terdapat di dalam strafbaar feit
oleh Vos telah ditunjuk pendapat oleh Simons (Bambang
Poernomo,1982:92) yang menyatakan suatu strafbaar feit adalah
perbuatan yang melawan hukum dengan kesalahan yang dilakukan
oleh orang yang dapat dipertanggungjawabkan. Dari pengertian ini
dapat dikatakan suatu strafbaar feit mempunyai elemen
“wenderrechtlijkheid” dan “schuld”
Hal ini sesuai dengan pandangan dari Pompe yang menyebutkan
defenisi menurut hukum positif dan menurut teori, sedangkan bagi
Jonkers menyebutkan sebagai defenisi pendek dan definisi panjang.
Bagi Vos lebih menjurus kepada pengertian strafbaar feit dalam arti
menurut hukum positif atau definisi pendek, hal ini akan berbeda
17
dengan Simons yang memberikan pengertian strafbaar feit dalam arti
menurut teori atau definisi yang panjang.
Dari sekian banyak pengertian atau rumusan yang dikemukakan
oleh para ahli hukum pidana di atas, maka penulis tidak menetapkan
penggunaan istilah peristiwa pidana dalam skripsi ini, seperti halnya
apa yang dikemukakan oleh Rusli Effendy (1986:46) bahwa:
“Defenisi dari peristiwa pidana sendiri tidak ada. Oleh karena itu timbulah pendapat-pendapat para sarjana mengenai peristiwa pidana. Dapat dikatakan tidak mungkin membuat definisi mengenai peristiwa pidana. Dapat dikatakan tidak mungkin membuat definisi mengenai peritiwa pidana,sebab hampir dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHPid) mempunyai rumusan tersendiri mengenai hal itu”. Namun penulis lebih condong sependapat dengan alasan
Sudarto (1989:30) menggunakan istilah tindak pidana didasarkan
atas pertimbangan yang bersifat sosiologis, karena istilah tersebut
sudah dapat diterima dan tidak asing lagi didengar oleh masyarakat.
3. Delik Pembunuhan
Pembunuhan adalah suatu tindakan untuk menghilangkan nyawa
seseorang dengan cara yang melanggar hukum, maupun yang tidak
melawan hukum.
Sedangkan pembunuhan dalam bahasa arab disebut dengan
istilah al-qatl, yaitu upaya menghilangkan nyawa seseorang sehingga
18
menyebabkan kematian, baik dilakukan dengan sengaja maupun
tidak, baik memakai alat ataupun tidak.
Dilihat dari kepentingan hukum yang dilindunginya, delik
pembunuhan merupakan jenis delik terhadap nyawa. Sama juga
seperti yang dikatakan oleh Adami Chzawi (2002:55), kejahatan
terhadap nyawa adalah berupa penyerangan terhadap nyawa orang
lain.
Tindak pidana pembunuhan atau dalam KUHP disebut sebagai
tindak pidana terhadap nyawa. Perkataan “ nyawa “ sering
disinonimkan dengan “ jiwa “. Kata nyawa dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia dimuat artinya antara lain pemberi hidup, jiwa, roh.
Kata jiwa artinya roh manusia ( yang ada dalam tubuh dan yang
menyebabkan hidup ) dan seluruh kehidupan batin manusia.
Pengertian nyawa adalah yang menyebabkan kehidupan pada
manusia, menghilangkan nyawa berarti menghilangkan kehidupan
pada manusia yang secara umum disebut “ pembunuhan “ ( Laden
Marpaung, 2000 : 4 ).
Mengenai pembunuhan diatur dalam Pasal 338 KUHP yang
berbunyi barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang
dihukum karena bersalah melakukan pembunuhan dengan hukuman
penjara selama-lamanya lima belas tahun.
19
Menurut Laden Marpaung, (2000 : 22 ), perbuatan yang dapat
melenyapkan atau merampas nyawa orang lain menimbulkan
beberapa pendapat yaitu :
1) Teori aequevalensi dari Von Buri yang disebut juga teori conditio sine quanon yang menyamaratakan semua faktor yang turut serta menyebabkan suatu akibat.
2) Teori adaequote dari Van Kries yang juga disebut sebagai teori keseimbangan yaitu perbuatan yang seimbang dengan akibat.
3) Teori Individualis dan teori Generalis dari Dr. T. Trager yang pada dasarnya mengutarakan bahwa yang paling menentukan terjadinya akibat tersebut yang menebabkan, sedangkan menurut teori generalis berusaha memisahkan setiap faktor yang menyebabkan akibat tersebut.
Dalam suatu tindak pidana pembunuhan harus ada hubungan
antara perbuatan yang dilakukan dengan kematian seseorang,
terhadap siapa pembunuhan itu dilakukan tidak menjadi soal asalkan
pembunuhan tersebut ditujukan untuk menghilangkan nyawa orang
lain.
4. Dasar Hukum Delik Penguasaan tanpa Hak Senjata
Penikam/Penusuk
Senjata penikam ialah alat yang digunakan untuk menghabisi
nyawa korban (menusuk korban) dan senjata yang kegunaanya
hanya dapat dipakai untuk menikam tidak bisa di pakai untuk potong
sayur,ikan dll.
Contohnya: badik dan tombak
20
Delik penguasaan tanpa hak senjata penikam/penusuk diatur
dalam Pasal 2 (ayat 1 dan 2 ) Undang-Undang Darurat Nomor 12
Tahun 1951 serta Undang-Undang yang berkaitan dengannya.
Dalam Pasal 2 (ayat 1 dan 2) Undang-Undang Darurat Nomor 12
Tahun 1951 menegaskan :
Pasal 2
(1) Barang siapa yang tanpa hak memasukkan keindonesia, membuat, menerima, mencoba memperolehnya, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengankut, menyembunyikan, mempergunakan, atau mengeluarkan dari indonesia sesuatu senjata pemukul, senjata penikam, atau senjata penusuk (Slag, steek of stoot wapen), di hukum dengan hukuman penjara selama-lamanya sepuluh tahun Dalam pengertian senjata pemukul, senjata penikam atau senjata
penusuk dalam Pasal ini, tidak termasuk barang-barang yang nyata-
nyata dimasukkan untuk dipergunakan guna pertanian atau untuk
pekerjaan-pekerjaan rumah tangga atau untuk kepentingan
melakukan dengan sah pekerjaan atau yang nyata-nyata mempunyai
tujuan sebagai barang pusaka atau barang kuno atau barang ajaib
(merkwaardigheid)
21
B. Pembunuhan
1. Jenis-jenis Delik Pembunuhan
Kejahatan terhadap nyawayang dilakukan dengan sengaja
disebut atau diberi kualifikasi sebagai pembunuhan yang terdiri
dari:
a. Pembunuhan biasa dalam bentuk pokok (doodslag, Pasal
338).
b. Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului dengan
tindak pidana lain (Pasal 339).
c. Pembunuhan berencana (moord, Pasal 340).
d. Pembunuhan ibu terhadap bayinya pada saat atau tidak lama
setelah dilahirkan (Pasal 341, Pasal 342 dan Pasal 343).
e. Pembunuhan atas permintaan korban (Pasal 344).
f. Penganjuran dan pertolongan pada bunuh diri (Pasal 345).
g. Penengangguran dan pembunuhan terhadap kandungan
(Pasal 346 s/d Pasal 349) (Adami Chazawi,2007:56).
2. Unsur-unsur Delik pembunuhan
a. Unsur obyektif:
1) Perbuatan:menghilangkan nyawa;
2) Obyeknya:nyawa orang lain;
b. Unsur sebyektif:dengan sengaja.
22
Dalam perbuatan menghilangkan nyawa (orang lain) terdapat 3
syarat yang harus dipenuhi,yaitu:
1) Adanya wujud perbuatan;
2) Adanya suatu kematian (orang lain);
3) Adanya hubungan sebab dan akibat (causal verband) antara
perbuatan dan akibat kematian (orang lain).
Antara unsur subyektif sengaja dengan wujud perbuatan
menghilangkan terdapat syarat yang juga harus dibuktikan, ialah
pelaksanaan perbuatan menghilangkan nyawa(orang lain) harus tidak
lama setelah timbulnya kehendak (niat) untuk menghilangkan nyawa
orang lain itu (Adami Chazawi,2007:57).
C. TNI (Tentara Nasional Indonesia)
1. Pengertian TNI
Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, bertugas melaksanakan kebijakan
pertahanan negara untuk menegakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah, dan melindungi keselamatan
bangsa, menjalankan operasi militer untuk perang dan operasi militer
selain perang, serta ikut secara aktif dalam tugas pemeliharaan
perdamaian regional dan internasional.
23
Tujuan Tentara nasional Indonesia adalah untuk melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social.
2. Fungsi dan Wewenang TNI
TNI, sebagai alat pertahanan negara, berfungsi sebagai:
a. Penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan
ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap
kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa;
b. Penindak terhadap setiap bentuk ancaman; dan
c. Pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu
akibat kekacauan keamanan.
Dalam melaksanakan fungsi TNI merupakan komponen utama
sistem pertahanan negara.
3. Tugas Pokok TNI
(1) Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari
24
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan
negara.
(2) Tugas pokok dilakukan dengan:
a. Operasi militer untuk perang;
b. Operasi militer selain perang, yaitu untuk:
1. Mengatasi gerakan separatis bersenjata;
2. Mengatasi pemberontakan bersenjata;
3. Mengatasi aksi terorisme;
4. Mengamankan wilayah perbatasan;
5. Mengamankan objek vital nasional yang bersifat
strategis;
6. Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan
kebijakan politik luar negeri;
7. Mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta
keluarganya;
8. Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan
pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem
pertahanan semesta;
9. Membantu tugas pemerintahan di daerah;
10. Membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam
rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat
yang diatur dalam undang-undang.
25
D. Concursus
1) Pengertian Concursus
Definisi dari apa yang disebut dengan concursus atau samenllop
van strafbaar feit adalah apabila di dalam suatu jangka waktu
tertentu, seseorang telah melakukan lebih dari pada satu perilaku
yang terlarang, dan di dalam jangka waktu terebut orang yang
bersangkutan belum pernah dijatuhi hukuman oleh pengadilan,
karena salah satu dari perilaku-perilaku yang telah dilakukan.
Apabila di dalam jangka waktu yang telah ditentukan diatas,
orang tersebut pernah dijatuhi hukuman oleh pengadilan karena
salah satu dari perilaku-perilaku yang telah dilakukan, maka orang
tidak dapat lagi berbicara mengenai adanya suatu concursus,
melainkan mungkin saja mengenai suatu pengulangan atau suatu
recidivi seperti yang dimaksud di dalam Bab I dari Buku Ke-II
KUHPidana.
Menurut lamintang apa yang disebut samenloop van strafbaar
feiten atau gabungan tindak pidana iu, oleh pembuat undang-undang
telah diatur di dalam Bab ke-VI dari buku ke-I KUHPidana atau
tergasnya di dalam Pasal 63 sampai dengan Pasal 71 KUHPidana,
yaitu berkenaan dengan pengaturan mengenai berat ringannya
hukuman yang dapat dijatuhkan oleh seorang hakim terhadap
seorang tertuduh yang telah melakukan lebih dari satu perilaku yang
26
terlarang, yang perkaranya telah diserahkan kepadanya untuk diadili
secara bersama-sama.
Adapun menurut (Adami Cahazawi, 2007:109), pada dasarnya
yang dimaksud dengan pembarengan ialah :
“terjadinya dua atau lebih tindak pidana oleh satu orang di mana tindak pidana yang dilakukan pertama kali belum dijatuhi pidana, atau antara tindak pidana yang awal dengan tindak pidana berikutnya belum dibatasi oleh suatu putusan hakim
Menurut (Waluyadi 2003: 160), didalam concursus, dapat
ditarik beberapa pengertian, diantaranya :
a. Seseorang dengan satu atau beberapa perbuatan mengakibatkan beberapa aturan pidana dilanggar
b. Beberapa tindak pidana dilakukan seseorang dan hakim belum pernah memutus satupun diantaranya.
c. Putusan hakim terdapat tindak pidana yang dilakukan seseorang itu akan terjadi serampak dalam waktu yang bersamaan.
2) Bentuk-bentuk Concursus
Mengenai bentuk-bentuk dan system penjatuhan pidana pada
concursus, undang-undang membedakannya kedalam tiga bentuk,
yaitu :
a. Pembarengan peraturan (Pasal 63), dengan menggunakan system hisapan (absorbtie stelsel)
b. Perbuatan berlanjut (Pasal 64), juga menggunakan sitem hisapan ( sama dengan pembarengan peraturan)
c. Pembarengan perbuatan, yang dibedakan lagi menjadi : 1) Pembarengan antara beberapa kejahatan yang diancam
dengan pidana pokok yang sejenis (Pasal 65), dengan menggunakan sistem hisapan yang diperberat (verscherpie absorstie stelsel)
27
2) Pembarengan antara beberapa kejahatan yang diancam dengan pidana pokok yang tidak sejenis (Pasal 66), dengan menggunakan sistem kumulasi terbatas (het gematigde cumulatie stelsel), dan
3) Pemberengan perbuatan antara : 1) dengan kejahatan dengan pelanggaran dan 2) pelanggaran dengan pelanggaran ( Pasal 70), dengan mengunakan system kumulasi murni (het zuivere cumulatie stelsel)
Ad.a. Concursus Idealis atau Eendaadse Samenloop.
Menurut Adami Chazawi (2007: 155), terwujudnya apa yang
disebut dengan concursus idealis atau pembarengan perbuatan pada
dasarnya “apabila satu wujud perbuatan (feit) melanggar lebih dari
satu aturan pidana.
Concursus idealis diatur didalam Pasal 63 ayat (1) KUHPidana
yang rumusannya berbunyi :
Jika suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan pidana, maka yang dikenakan hanyalah salah satu di antara aturan-aturan itu ; dan jika berbeda-beda, yang dikenakan yang memuat ancaman pidana pokok yang paling berat
Jan Remmelink (2003: 568) memberikan definisi concursus
idealis yaitu :
“…perihal pembarengan merujuk pada keadaan suatu tindakan criminal pelaku ternyata diatur oleh lebih dari satu ketentuan pidana dalam hal demikian ( ditetapkan ayat 1) hanya akan diberlakukan satu ketentuan pidana saja ( dari sekian banyak yang ada). Apabila perbedaan antara satu dan lainnya, maka diberlakukan adalah ketentuan pidana yang mengandung ancaman hukum paling berat. Jika pidana maksimum yang ditetapkan dalamnya sama tingginya, maka hakimbebas memilih (Hoge Raad 4 November 1929, NJ 1929,1767)
28
Ad.b. Voortgezette Handeling atau Perbuatan Berlanjut
Apa yang dimaksud dengan voortgezette handeling itu dapat
dilihat di dalam Pasal 64 ayat 1 KUHPidana, yang rumusannya
berbunyi :
apabila antara beberapa perilaku itu terdapat hubungan yang sedemikian rupa, sehingga perilaku-perilaku tersebut harus dianggap sebagai suatu tindakan yang berlanjut, walaupun tiap-tiap perilaku itu masing-msing merupakan kejahatan atau pelanggaran, maka di berlakukan hanya satu ketentuan pidana saja, dan apabila terdapat perbedaan, maka yang diberlakukan adalah ketentuan pidana yang mempunyai ancaman hukuman yang berat.
Berdasarkan rumusan ayat (1) tadi, dapat ditarik unsur-unsur
perbuatan berlanjut ialah :
1. Adanya perbedaan perbuatan, meskipun berupa pelanggaran atau kejahatan.
2. Antara perbuatan yang satu dengan yang lain terdapat hubungan yang sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai perbuatan yang berlanjut.
Perbuatan di sini adalah berupa perbuatan yang melahirkan
tindak pidana, bukan semata-mata perbuatan jasmani atau juga
bukan perbuatan yang menjadi unsure tindak pidana.
Mengenai unsur kedua, yaitu antara perbuatan yang satu
dengan perbuatan yang lain harus harus ada hubungan yang
sedemikian rupa tidak ada keterangan lebih lanjut dalam undang-
undang. Namun demikian ada sedikit keterangan di dalam memorie
van teolicting (MvT) WvS Belanda mengenai pembentukan pasal ini
29
yaitu : “bahwa berbagai perilaku harus merupakan pelaksanaan satu
keputusan yang terlarang, dan bahwa suatu kejahatan yang berlanjut
itu hanya dapat terjadi dari sekumpulan tindak pidana yang sejenis.
Ad.c. Concursus Realis atau Meerdaadse Samenloop
Perihal apa yang dimaksud dengan concursus realis atau
pemberengan perbuatan, kiranya dapat disimpulkan dari rumusan
Pasal 65 ayat (1) dan Pasal 66 ayat (1), yakni “ beberapa perbuatan
yang masing-masing harus dipandang sebagai perbuatan yang
berdiri sendiri sehingga merupakan beberapa kejahatan…”
Pengertian perbuatan dalam rumusan di ayat (1) Pasal 65 dan
Pasal 66 adalah perbuatan yang telah memenuhi seluruh syarat dari
suatu tindak pidana tertentu yang dirumuskan dalam undang-undang,
atau secara singkat adalah tindak pidana, yang pengertian ini telah
sesuai dengan kalimat di belakangnya “sehingga merupakan
beberapa kejahatan”. Kejahat tidak lain adalah tindak pidana. Kiranya
perbuatan di sini sama dengan pengertian perbuatan dalam Pasal 64
mengenai perbuatan berlanjut.
Jadi berdasarkan rumusan ayat (1) Pasal 65 dan Pasal 66,
maka dapat disimpulkan bahwa masing-masing tindak pidana dalam
concursus realis atau pembarengan perbuatan itu satu sama lain
adalah terpisah dan berdiri sendiri. Inilah ciri pokok dari
pembarengan.
30
E. Unsur-Unsur Delik
Adapun unsur delik menurut doktrin, terdiri dari unsur subjektif dan
unsur objektif. Laden Marpaung (2005:9) mengemukakan unsur-unsur
delik sebagai berikut:
a) Unsur Subjektif:
Adalah unsur yang berasal dalam diri pelaku.Asas hikum
pidana menyatakan “tidak ada hukuman kalau tidak ada
kesalahan. Kesalahan yang dimaksud disini adalah kesalahan
yang diakibatkan oleh kesengajaan (intention/opzet/dolus) dan
kealpaan (schuld).
b) Unsur Objektif:
Merupakan unsur dari luar diri pelakuyang terdiri atas:
1. Perbuatan manusia berupa:
a. Act, yakni perbuatan aktif atau perbuatan posesif
b. Omissions, yakni perbuatan pasif atau perbuatan
negative, yaitu perbuatan yang mendiamkan atau
membiarkan.
2. Akibat (result) perbuatan manusia
Akibat tersebut membahayakan atau merusak, bahkan
menghilangkan kepentingan yang di pertahankan oleh
hokum,misalnya nyawa, badan kemerdekaan, hak milik,
kehormatan dan sebagainya.
31
3. Keadan-keadaan (circumstances)
Pada umumnya, keadaan dibedakan antara lain:
- Keadaan pada saat perbuatan dilakukan
- Keadaan setelah perbuatan dilakukan
- Sifat dapat dihukum dan sifat melawan hokum
Sifat dapat dihukum berkenang dengan alasan-alasan yang
membebaskan si pelaku dari hukumamn. Adapun sifat melawan hokum
adalah apabila perbuatan itu bertentangan dengan hukum, yakni
berkenang dengan larangan atau perintah.
Semua unsur delik tersebut merupakan satu kesatuan. Salah satu
unsur saja tidak terbukti, bias menyebabkan terdakwa di bebaskan dari
pengadilan.
Berikut ini pendapat para para pakar mengenai unsur-unsur tindak
pidana:
a. Satochid Kartanegara (Leden Marpaung,2005:10):
Unsur delik terdiri atas unsure objektif dan unsur subjektif.
Unsur objektif adalah unsur yang terdapat dalam di luar diri
manusia,yaitu berupa :
1) Suatu tindakan
2) Suatu akibat, dan
3) Keadaan
32
Kesemuanya dilarang dan diancam dengan hukuman oleh
undang-undang. Adapun unsur subjektif adalah unsur-unsur dari
perbuatan yang dapat berupa:
1) Kemampuan yang dapat dipertanggungjawabkan
2) Kesalahan
b. Moeljatno (Adami Chazawi,2001:79) unsur delik adalah :
1) Perbuatan ;
2) Yang dilarang (oleh aturan hukum) ;
3) Ancaman pidana (bagi pelanggarnya)
c. Vos (Adami Chazawi,2001:80) unsur delik adalah :
1) Kelakuan manusia ;
2) Diancam dengan pidana ;
3) Dalam peraturan perundang-undangan
d. Jonkers (Adami Chazawi,2001:81) unsur delik adalah :
1) Perbuatan (yang) ;
2) Melawan hokum (yang berhubungan dengan) ;
3) Kesalahan
Dalam KUHAP ada 4 faktor untuk mengetahui adanya suatu tindak
pidana atau delik kejahatan yaitu :
a. Adanya laporan (Pasal 1 butir 24 KUHAP). Yaitu pemberitahuan
yang disampaikan oleh seorang karena hak atau kewajiban
berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang
33
tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa
pidana (KUHAP Pasal 1 ayat 24). Biasanya laporan ini datang
dari saksi-saksi yang berada di TKP atau keluarga korban,
adapun laporan juga datang dari korban dan tidak jarang pula
pelaku itu sendiri yang melaporkan perbuatanya dalam hal ini
disebut menyerahkan diri.
b. Adanya pengaduan (Pasal 1 butir 25 KUHAP). Adalah
pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yg berkepentingan
kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hokum
seorang yang melakukan tindak pidana aduan yang merugikan.
(KUHAP Pasal 1 ayat (25) ).
c. Tertangkap tangan (Pasal 1 butir 19 KUHAP). Yaitu
tertangkapnya seorang pada waktu sedang melakukan tindak
pidana, atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak
pidana dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan oleh khayalak
ramai sebagai orang yang melakukanya, atau apabila sesaat
kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras
dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu. Adapun
peristiwanya tidak boleh lebih dari 24 jam.
d. Pengetahuan sendiri polisi. Polisi menduga adanya tindak pidana
yang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa
pidana sehingga pihak kepolisian melakukan pengeledahan di
34
TKP yang diduga tempat terjadinya suatu tindak pidana, atau
cara lain sehingga penyidik ketahui terjadinya delik seperti baca
di surat kabar,dengar radio, dengar bercerita dan sebagainya.
Dapat juga pihak kepolisian melakukan pengeledahan badan
terhadap seseorang yang diduga terlibat tindak pidana di TKP.
F. Macam-macam Sanksi Pidana
Mengenai hukuman apa yang dapat dijatuhan terhadap seseorang
yang telah bersalah melanggar ketentuan-ketentuan dalam Undang-
undang hukum pidana, dalam Pasal 10 KUHAP ditentukan macam-
macam hukuman yang dapat dijatuhakan, yaitu sebagai berikut :
1. Hukuman mati, tentang hukuman mati ini terdapat Negara-negara
yang telah menghapuskan bentuknya hukuman ini, seperti
Belanda, tetapi di Indonesia sediri hukuman mati kadang masih di
berlakukan untuk beberapa hukuman walaupun masih banyaknya
pro-kontra terhadap hukuman ini.
2. Hukuman penjara, hukuaman penjara sendiri dibedakan kedalam
hukuaman penjara seumur hidup dan penjara sementara.
Hukuman penjara sementara minimal 1 tahun dan maksimal 20
tahun. Terpidana wajib tinggal dalam penjara selama masa
hukuman dan wajib melakukan pekerjaan yang ada di dalam
35
maupun di luar penjara dan terpidana tidak mempunyai Hak
Vistol.
3. Hukuman kurungan, hukuman ini kondisinya tidak seberat
hukuman penjara dan di jatuhkan karena kejahatan-kejahatan
ringan atau pelanggaran. Biasanya terhukum dapat memilih
antara hukuman kurungan dan hukuman denda. Bedanya
hukuman kurungan dengan hukuman penjara adalah pada
hukuman kurungan terpidanma tidak dapat ditahan diluar tempat
daerah tinggalnya kalau ia tidak mau sedangkan hukuman
penjara dapat dipenjarakan dimana saja, pekerjaan paksa yang
dibebankan kepada terpidana penjara lebih berat dibandingkan
pekerjaan yang harus dilakukan oleh terpidana kurungan
mempunyai Hak Vistol untuk memperbaiki nasib.
4. Hukuman denda. Dalam hal ini terpidana boleh memilih sendiri
antara denda dengan kurungan. Maksimum kurungan pengganti
denda adalah 6 bulan.
5. Hukuman tutupan, hukuman ini dijatuhkan berdasarkan alas an-
alasan politik terhadap orang-orang yang telah melakukan
kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara oleh KUHAP
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Dalam penyusunan skiripsi ini,penelian dilakukan dengan mengambil
lokasi di Makassar yaitu di Pengadilan Negeri Makassar dan Kepolisian di
sebabkan hubungan judul skripsi yang dianggap bersesuaian penuh
dengan tempat penelitian.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Data primer,yaitu data emperik yang diperoleh secara langsung di
lapangan atau lokasi penelitian melalui teknik wawancara dengan
sumber informasi yaitu Hakim Pengadilan Negeri Makassar dan
kepolisian yang mengenai kasus tersebut.
2. Data sekunder adalah data yang kami telusuri melalui telaah pustaka
baik bersumber dari buku,majalah,jurnal,atau media elektronik dan
media massa yang kami anggap relevan dengan masalah yang
dibahas.
C. Jenis Penelitian
Dalam rangka memperoleh data yang relevan dengan pembahasan
tulisan ini,maka penulis melakukan teknik pengumpulan datasebagai
berikut:
37
1. Penelitian Pustaka (library research)
Pengumpulan data pustaka diporeh dari berbagai data yang
berhubungan dengan hal-hal yang diteliti, berupa buku dan literatur-
literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Di samping itu juga data
yang diambil penulis ada yang berasal dari dokumen-dokumen
penting maupun dari peraturan perundang-undang yang berlaku.
2. Penelitian lapangan (field research)
Penelitian lapangan ini ditempuh dengan cara, yaitu pertama
melakukan observasi, yaitu mengumpulkan data dengan cara
pengamatan langsung dengan objek penelitian. Kedua dengan cara
wawancara (interview) langsung kepada hakim Pengadilan Negeri
Makassar yang Menangani kasus tersebut.
D. Analisis Data
Data yang diperoleh dari data primer dan data sekunder akan diolah
dan dianalisis secara kualitatif dan selanjutnya data tersebut
dideskriptifkan. Analisis kualitatif adalah analisis kualitatif terhadap data
verbal dan data angka secara deskriptif dengan menggambarkan
keadaan-keadaan yang nyata dari objek yang akan dibahas dengan
pendekatan yuridis formal dan mengacu pada konsep doctrim hukum.
Data yang besifat kualitatif yakni yang digambarkan dengan kata-kata
atau kalimat-kalimat dipisah-pisahkan menurut kategori untuk
memperoleh kesimpulan.
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penerapan hukum pidana materil oleh majelis hakim dalam delik
Pembunuhan Anggota TNI Dengan Menggunakan Senjata Penikam
Sebelum penulis menguraikan mengenai penerapan hukum pidanan
dalam kasus putusan No. 1098/Pid.B/2010/PN.MKS, maka perlu
diketahui terlebih dahulu posisi kasus dan penjatuhan putusan oleh
Majelis Hakim, dengan melihat acara pemerikasaan biasa pada
Pengadilan Negeri Makassar yang memeriksa dan mengadili perkara
ini.
1. Posisi Kasus
Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick pada hari selasa tanggal
04 Mei 2010 sekitar jam 03.30 Wita atau pada waktu lain dalam bulan
Mei tahun 2010 atau setidak-tidaknya dalam tahun 2010 bertempat di
Jalan Penghibur tepatnya di depan Cafe Blowfish pantai laguna
Makassar atau di tempat lain yang masih daerah hukum Pengadilan
Negeri Makassar, dengan sengaja telah membantu Saksi Syarif Als.
Dewa (terdakwa dalam perkara terpisa) merampas nyawa orang lain,
yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Bahwa terdakwa pada tempat yang disebutkan diatas, berawal
dari hendak menolong saksi Murni Als. Ira yang sedang ditarik-tarik
tangannya oleh korban Usman (alm) untuk diajak pulang bersama.
39
Melihat hal tersebut terdakwa turun dari atas motor kemudian
mendekati korban Usman Embo (Alm) dan bertanya “Kenapa Kasi
Begitu” dan korban menjawab “Apa Urusanmu” sembari melayangkan
pukulan kearah perut terdakwa, akibat pululan korban tersebut,
terdakwa langsung terjatuh kelantai sambil memegangi ulu hatinya
tepat yang terkena pukulan, dalam keadaan terjatuh tersebut
kemudian datanglah saksi Sukrianto Als. Anto Als Ento menyerahkan
sebila badik kepada terdakwa dan selanjutnya dengan badik tersebut
terdakwa kemudian saling berhadapan dengan korban. Saat
berhadapan terdakwa mengayunkan sebilah badik tersebut kearah
bagian leher atau bagian tubuh korban namun korban menghindar
sehingga tidak terkena sabetan badik milik terdakwa, disaat posisi
inilah korban focus memperhatikan sasaran dari depan yang tampa
disadari teman-teman terdakwa telah berada di samping belakan
korban dan saksi Sukrianto Als. Anto Als Ento memukul helem
tersebut kemudian korban jatuh ke jalan. Saat terjatuh saksi Sukrianto
Als. Anto Als Ento langsung menginjak tangan korban yang
sementara masih memegangi badik (kaki kanan saksi Ento
menginjak tangan kanan korban) dengan posisi jatuh telungkup.
Melihat keadaan korban tidak berdaya saksi Syarif Als. Dewa
(langsung mengambil badik dari tangan korban dengan
mempergunakan tangan kanannya, setelah badik berada ditangan
40
saksi Syarif Als Dewa kemudian badik milik korban tersebut langsung
ditusuk pada bagian punggun kanan. Setelah menusuk korban
terdakwa serta saksi Ento, dan saksi Dewa meninggalkan tempat
kejadian dengan menggunakan sepeda motor.
2. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
Dakwaan dalam hukum merupakan landasan bagi hakim untuk
melakukan pemeriksaan di pengadilan. Oleh karena itu, surat
dakwaan mesti terang serta memenuhi syarat formal dan materil
yang telah ditentukan dalam Pasal 143 ayat (2) KUHAP, dalam hal ini
identitas terdakwa dan uraian secara cermat, tepat dan jelas serta
lengkap tentang unsur delik pidana yang didakwakan.
Adapun dakwaan Jaksa Penuntut Umum dalam kasus ini sebagai
berikut :
Dakwaan Primair
Bahwa terdakwa Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick pada hari selasa tanggal 04 Mei 2010 sekitar jam 03.30 Wita atau pada waktu lain dalam bulan Mei tahun 2010 atau setidak-tidaknya dalam tahun 2010 bertempat di Jalan Penghibur tepatnya di depan Cafe Blowfish pantai laguna Makassar atau di tempat lain yang masih daerah hukum Pengadilan Negeri Makassar, dengan sengaja telah membantu Saksi Syarif Als. Dewa (terdakwa dalam perkara terpisa) merampas nyawa orang lain, yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Bahwa terdakwa pada tempat yang disebutkan diatas, berawal dari hendak menolong saksi Murni Als. Ira yang sedang ditarik-
41
tarik tangannya oleh korban Usman (alm) untuk diajak pulang bersama.
Bahwa melihat hal tersebut terdakwa turun dari atas motor kemudian mendekati korban Usman Embo (Alm) dan bertanya “Kenapa Kasi Begitu” dan korban menjawab “Apa Urusanmu” sembari melayangkan pukulan kearah perut terdakwa.
Bahwa akibat pukulan korban tersebut, terdakwa langsung terjatuh kelantai sambil memegangi ulu hatinya tepat yang terkena pukulan, dalam keadaan terjatuh tersebut kemudian datanglah saksi Sukrianto Als. Anto Als Ento menyerahkan sebila badik kepada terdakwa dan selanjutnya dengan badik tersebut terdakwa kemudian saling berhadapan dengan korban.
Bahwa saat berhadapan terdakwa mengayunkan sebilah badik tersebut kearah bagian leher atau bagian tubuh korban namun korban menghindar sehingga tidak terkena sabetan badik milik terdakwa, disaat posisi inilah korban focus memperhatikan sasaran dari depan yang tampa disadari teman-teman terdakwa telah berada di samping belakan korban dan saksi Sukrianto Als. Anto Als Ento memukul helem tersebut kemudian korban jatuh ke jalan.
Bahwa saat korban terjatuh saksi Sukrianto Als. Anto Als Ento langsung menginjak tangan korban yang sementara masih memegangi badik (kaki kanan saksi Ento menginjak tangan kanan korban) dengan posisi jatuh telungkup.
Melihat keadaan korban tidak berdaya saksi Syarif Als. Dewa (langsung mengambil badik dari tangan korban dengan mempergunakan tangan kanannya, setelah badik berada ditangan saksi Syarif Als Dewa kemudian badik milik korban tersebut langsung ditusuk pada bagian punggun kanan. Setelah menusuk korban terdakwa serta saksi Ento, dan saksi Dewa meninggalkan tempat kejadian dengan menggunakan sepeda motor.
Bahwa korban yang masih tergeletak di jalan kemudian oleh beberapa orang yakni saksi Massir dan saksi Asri membawa korban kerumah sakit dan sesampainya di rumah sakit korban kemudian dinyatakan meninggal dunia pada jam 05.30 Wita di Rumah Sakit Stella Maris dengan penyebab kematian tertuang
42
dalam hasil Visum Et Reperum No. Ver/001/V/2010 Rumkit tertanggal 05 Mei 2010 dengan hasil yaitu :
b. Mayat memakai pakaian yang tampak bercakan darah c. Kaku mayat belum ada, tanda-tanda pembusukan lanjut
belum ada d. Panjang badan 172 Cm e. Pada kelopak mata dalam tampak pucak (anemis) sesuai
ciri-ciri pendarahan f. Ujung jari tangan dan kaki tampak pucat g. Perlukaan-perlukaan ditemukan :
- Pada bagian wajah : terdapat luka lecet geser disertai memar disekitar dengan bentuk luka tidak beraturan dengan ukuran luka tersebar pada bagian pipi kiri dengan diameter 3 Cm. Terdapat retak pada gigi geraham belakang satu kiri bawah dan luka memar pada sudut mata kanan ukuran diameter 0,3 Cm.
- Pada daerah siku kanan : luka lecet geser disertai memar disekitarnya dengan betuk luka tidak beraturan ukuran luka 3 Cm x 2,5 Cm
- Pada punggun kanan : lokasi luka 33 Cm dari garis bahu dan 11 Cm dari pinggang kanan, terdapat 1 buah luka tusuk yang dapat mematikan dengan luka ukran sebelum dirapatkan 3,3 Cm x 1,2 Cm yang dalamnya tidak dapat ditemukan karena menembus rongga dada dengan ukuran panjang luka setelah dirapatkan 3,5 Cm dengan bentuk runcing pada bagian bawah dan bentuk tumpul pada bagian atas.
h. Pemeriksaan penunjang Radiologi - Foto kepala AP/lateral : tidak tampak fraktur, sinus
para nasal normal - Foto thorax : pleural effusion dekstra, cor jantung
dalam batas normal, tulang-tulang intak. Gambaran suspek haemato thorax dekstra
- Foto BNO : lumen usu melebar/banyak udara di dalamnya, udara usu sampai distal, fluit level negative. Kesan meriorismus.
43
Kesimpulan
Telah diperiksa satu barang bukti medis (mayat) berjenis
kelamin laki-laki menurut polisi bernama Praka Usman Lembo,
berumur sekitar 28 tahun. Diperkirakan waktu kematian kurang
dari 2 jam dari waktu pemeriksaan, yaitu antara pukul 05.00 Wita
sampai dengan pukul 07.00 Wita pada hari Selasa tanggal 04
Mei 2010.
Ditemukan beberapa luka lecet geser pada daerah wajah sisi
kiri dan siku kanan yang sesuai untuk pola luka akibat jatuh.
Ditemukan tanda kekerasan yang dapat berisiko menyebabkan
kematian, yaitu adanya luka tusuk pada punggung kanan yang
menembus rongga dada. Perlukaan tersebut akibat benda tajam
bermata satu (dapat sesuai badik, pisau, badik dan benda-benda
tajam sejenisnya yang bermata satu)
Ditemukan tanda-tanda pendarahan hebat pada tubuh korban
yaitu adanya kelopak mata dalam dan ujung-ujung jari tangan
dan kaki yang pucat serta adanya darah yang tercecer pada
tubuh dan pakaian korban. Ditemukan berdasarkan hasil foto
Roengen adanya kemungkinan pendarahan pada rongga selaput
paru kanan dengan adanya cairan dirongga pleura sesuai
masuknya trauma luka tusuk pada punggun kanan tersebut di
atas.
44
Bardasarkan fakta tersebut . dijelaskan bahwa sebab dan
mekanisme kematian korban adalah pendarahan hebat akibat
luka tusuk pada punggun kanan yang menembus rongga selaput
paru kanan.
Perbuatan terdakwa diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 338 KUHP Jo. Pasal 65 KUHP
Dakwaan Subsidair
Bahwa terdakwa Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick pada hari selasa tanggal 04 Mei 2010 sekitar jam 03.30 Wita atau pada waktu lain dalam bulan Mei tahun 2010 atau setidak-tidaknya dalam tahun 2010 bertempat di Jalan Penghibur tepatnya di depan Cafe Blowfish pantai laguna Makassar atau di tempat lain yang masih daerah hukum Pengadilan Negeri Makassar, dengan sengaja telah membantu Saksi Syarif Als. Dewa (terdakwa dalam perkara terpisa) merampas nyawa orang lain, yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Bahwa terdakwa pada tempat yang disebutkan diatas, berawal dari hendak menolong saksi Murni Als. Ira yang sedang ditarik-tarik tangannya oleh korban Usman (alm) untuk diajak pulang bersama.
Bahwa melihat hal tersebut terdakwa turun dari atas motor kemudian mendekati korban Usman Embo (Alm) dan bertanya “Kenapa Kasi Begitu” dan korban menjawab “Apa Urusanmu” sembari melayangkan pukulan kearah perut terdakwa.
Bahwa akibat pukulan korban tersebut, terdakwa langsung terjatuh kelantai sambil memegangi ulu hatinya tepat yang terkena pukulan, dalam keadaan terjatuh tersebut kemudian datanglah saksi Sukrianto Als. Anto Als Ento menyerahkan sebila badik kepada terdakwa dan selanjutnya dengan badik tersebut terdakwa kemudian saling berhadapan dengan korban.
Bahwa saat berhadapan terdakwa mengayunkan sebilah badik tersebut kearah bagian leher atau bagian tubuh korban namun
45
korban menghindar sehingga tidak terkena sabetan badik milik terdakwa, disaat posisi inilah korban focus memperhatikan sasaran dari depan yang tampa disadari teman-teman terdakwa telah berada di samping belakan korban dan saksi Sukrianto Als. Anto Als Ento memukul helem tersebut kemudian korban jatuh ke jalan.
Bahwa saat korban terjatuh saksi Sukrianto Als. Anto Als Ento langsung menginjak tangan korban yang sementara masih memegangi badik (kaki kanan saksi Ento menginjak tangan kanan korban) dengan posisi jatuh telungkup.
Melihat keadaan korban tidak berdaya saksi Syarif Als. Dewa (langsung mengambil badik dari tangan korban dengan mempergunakan tangan kanannya, setelah badik berada ditangan saksi Syarif Als Dewa kemudian badik milik korban tersebut langsung ditusuk pada bagian punggun kanan. Setelah menusuk korban terdakwa serta saksi Ento, dan saksi Dewa meninggalkan tempat kejadian dengan menggunakan sepeda motor.
Bahwa korban yang masih tergeletak di jalan kemudian oleh beberapa orang yakni saksi Massir dan saksi Asri membawa korban kerumah sakit dan sesampainya di rumah sakit korban kemudian dinyatakan meninggal dunia pada jam 05.30 Wita di Rumah Sakit Stella Maris dengan penyebab kematian tertuang dalam hasil Visum Et Reperum No. Ver/001/V/2010 Rumkit tertanggal 05 Mei 2010 dengan hasil yaitu :
a. Mayat memakai pakaian yang tampak bercakan darah b. Kaku mayat belum ada, tanda-tanda pembusukan lanjut
belum ada c. Panjang badan 172 Cm d. Pada kelopak mata dalam tampak pucak (anemis) sesuai
ciri-ciri pendarahan e. Ujung jari tangan dan kaki tampak pucat f. Perlukaan-perlukaan ditemukan :
- Pada bagian wajah : terdapat luka lecet geser disertai memar disekitar dengan bentuk luka tidak beraturan dengan ukuran luka tersebar pada bagian pipi kiri dengan diameter 3 Cm. Terdapat retak pada gigi
46
geraham belakang satu kiri bawah dan luka memar pada sudut mata kanan ukuran diameter 0,3 Cm.
- Pada daerah siku kanan : luka lecet geser disertai memar disekitarnya dengan betuk luka tidak beraturan ukuran luka 3 Cm x 2,5 Cm
- Pada punggun kanan : lokasi luka 33 Cm dari garis bahu dan 11 Cm dari pinggang kanan, terdapat 1 buah luka tusuk yang dapat mematikan dengan luka ukran sebelum dirapatkan 3,3 Cm x 1,2 Cm yang dalamnya tidak dapat ditemukan karena menembus rongga dada dengan ukuran panjang luka setelah dirapatkan 3,5 Cm dengan bentuk runcing pada bagian bawah dan bentuk tumpul pada bagian atas.
g. Pemeriksaan penunjang Radiologi - Foto kepala AP/lateral : tidak tampak fraktur, sinus
para nasal normal - Foto thorax : pleural effusion dekstra, cor jantung
dalam batas normal, tulang-tulang intak. Gambaran suspek haemato thorax dekstra
- Foto BNO : lumen usu melebar/banyak udara di dalamnya, udara usu sampai distal, fluit level negative. Kesan meriorismus.
Kesimpulan
Telah diperiksa satu barang bukti medis (mayat) berjenis
kelamin laki-laki menurut polisi bernama Praka Usman Lembo,
berumur sekitar 28 tahun. Diperkirakan waktu kematian kurang
dari 2 jam dari waktu pemeriksaan, yaitu antara pukul 05.00 Wita
sampai dengan pukul 07.00 Wita pada hari Selasa tanggal 04
Mei 2010.
Ditemukan beberapa luka lecet geser pada daerah wajah sisi
kiri dan siku kanan yang sesuai untuk pola luka akibat jatuh.
47
Ditemukan tanda kekerasan yang dapat berisiko menyebabkan
kematian, yaitu adanya luka tusuk pada punggung kanan yang
menembus rongga dada. Perlukaan tersebut akibat benda tajam
bermata satu (dapat sesuai badik, pisau, badik dan benda-benda
tajam sejenisnya yang bermata satu)
Ditemukan tanda-tanda pendarahan hebat pada tubuh korban
yaitu adanya kelopak mata dalam dan ujung-ujung jari tangan
dan kaki yang pucat serta adanya darah yang tercecer pada
tubuh dan pakaian korban. Ditemukan berdasarkan hasil foto
Roengen adanya kemungkinan pendarahan pada rongga selaput
paru kanan dengan adanya cairan dirongga pleura sesuai
masuknya trauma luka tusuk pada punggun kanan tersebut di
atas.
Bardasarkan fakta tersebut . dijelaskan bahwa sebab dan
mekanisme kematian korban adalah pendarahan hebat akibat
luka tusuk pada punggun kanan yang menembus rongga selaput
paru kanan.
Perbuatan terdakwa diatur dan diancam dengan pidana
sebagaimana dalam Pasal 170 ayat 2 Ke-3 KUHP
Lebih Subsidair
Bahwa achmad Rick Als. Rick Als. Tetta Rick pada waktu dan tempat sebagaimana yang telah diuraiak dalam dakwaan primair,
48
telah turut serta melakukan penganiayaan yang mengakibatkan matinya orang, yang dilakukan denga cara sesuai dengan yang di uraikan diatas.
Perbuatan terdakwa diatur dan diancam pidana dalam Pasal 351 ayat 3 KUHP Jo. Pasal 56 KUHP
Lebih-lebih Subsidair
Bahwa achmad Rick Als. Rick Als. Tetta Rick pada waktu dan tempat sebagaimana yang telah diuraiak dalam dakwaan primair , telah turut serta melakukan penganiayaan yang mengakibatkan matinya orang, yang dilakukan denga cara sesuai dengan yang di uraikan diatas.
Perbuatan terdakwa diatur dan diancam pidana dalam Pasal 351 ayat 3 KUHP Jo. Pasal 56 KUHP
Dan
Dakwaan Ke Dua
Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick pada hari selasa tanggal 04 Mei 2010 sekitar jam 03.30 Wita atau pada waktu lain dalam bulan Mei tahun 2010 atau setidak-tidaknya dalam tahun 2010 bertempat di Jalan Penghibur tepatnya di depan Cafe Blowfish pantai laguna Makassar atau di tempat lain yang masih daerah hukum Pengadilan Negeri Makassar, tanpa hak membuat, menerima, mencoba memperolehnya, menguasai, membawa, mempunyai pesediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengankut, menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari indonesi sesuatu senjata pemukul, senjata penikam, atau senjata penusuk
Perbuatan terdakwa dilakukan dengan cara sebagai berikut : Bahwa pada waktu dan tempat yang diuraikan diatas, ketika
terdakwa terjatuh akibat terkena pukulan bagian ulu hati yang dilakukan oleh korban Usman Lebo (alm) terdakwa menyuru
49
saksi Sukrianto Als. Anto Als. Ento agar mengambilkan sebilah badik yang terdakwa simpan di dalam sadel sepeda motor milik saksi Sukrianto Als. Anto Als. Ento dimana sebilah badik tersebut terdakwa bawa sejak dari rumah yang awalnya terdakwa simpan dalam lemari
Bahwa setelah badik berada dalam tangan terdakwa kemudian terdakwa mengayungkan sebilah badik tersebut kearah lelaki Usman Lebo (Alm) dengan maksud hendak melukai lelaki Usman Lebo namun sabetan badik tersebut tidak mengenai lelaki Usman Lebo.
Bahwa setelah badik yang dimiliki oleh terdakwa tersebut ditemukan pada diri terdakwa ternyata tidak dilengkapi dengan surat atau dokumen sebagai tandaa legalitas ke absahan untuk membawa dan memasukkan ke indonesia sebagai jenis senjata penusuk yang dibawah oleh terdakwa secara melawan hukum
Bahwa perbuatan terdakwa diatur dan diancam dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951
3. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum
Mengenai tuntutan Penuntut Umum terhadap tindak pidana
pembunuhan yang dilakukan oleh terdakwa Achmadi Rick Als. Rick
Als. Tetta Rick. Maka Jaksa Penuntut Umum mengajukan kepada
Hakim Pengadilan Negeri Makassar yang memeriksa dan mengadili
perkara ini yang dibacakan pada hari rabu tanggal 06 Oktober 2010
dalam perkara ini adalah sebagai berikut ;
1. Menyatakan terdakwa Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta
Rick bersalah melakukan tindak pidana dengan sengaja telah
membantu menghilangkan nyawa orang lain dan tanpa hak
telah membawa, menguasai senjata penikam atau penusuk
50
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 338
KUHP Jo. Pasal 56 KUHP dan Pasal 2 (1) Undang-undang
Darurat Nomor 12 Tahun 1951, sebagaimana dalam surat
dakwaan Jaksa Penuntut Umum
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Achmadi Rick Als.
Rick Als. Tetta Rick berupa pidana pidana penjara selama 14
(empat belas) tahun dikurangi selama terdakwa berada dalam
tahan sementara dengan perintah agar terdakwa tetap ditahan.
3. Menyatakan barang bukti berupa : dijadikan sebagai barang
bukti dalam perkara Syarif Als. Dewa berteman
4. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar
Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah)
4. Amar Putusan
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Makassar pada persidangan
tanggal 06 Oktober 2010 telah menjatuhkan putusan terhadap
Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick, oleh hakim JANVERSON
SINAGA, sebagai hakim ketua dan SH MAS’UD, SH.MH dan TARDI,
SH sebagai hakim anggota, putusan mana pada hari itu juga
diucapkan dalam persidangan terbuka untuk umum oleh majelis
hakim tersebut di atas, dibantu oleh Surhatta,SH. Dihadiri oleh
Syarifuddin Sakka, SH dan Salahuddin, SH. MH. Jaksa Penuntut
Umum pada Kejaksaan Negeri Makassar, dan terdakwa.
51
Syarifuddin Sakka, SH dan Salahuddin, SH. MH. Jaksa Penuntut
Umum pada Kejaksaan Negeri Makassar, dan terdakwa.
MENGADILI
- Menyatakan terdakwa Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dengan sengaja telah membantu menghilankan nyawa orang lain
- Menyatakan terdakwa Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana membawa senjata tajam tanpa hak
- Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick dengan pidana penjara selama 14 (empat belas) tahun, dikurangkan selama terdakwa berada dalam tahan.
- Menyatakan terdakwa tetap ditahan - Menyatakan barang bukti berupa :
1) 1 (satu) buah celana pendek jeans merk Ory warna abu-abu 2) 1 (satu) buah celana training warna hitam bertuliskan secata
PK 3) 1 (satu) buah kaos loreng TNI lengan pendek 4) 1 (satu) buah baju kaos oblong warna hitam bertuliskan
Ripcurt 5) 1 (satu) buah switwr warna kuning terdapat noda darah 6) 1 (satu) buah helem standar warna hitam 7) 1 (satu) buah sarung badik terbuat dari kayu 8) 1 (satu) badi bugis 9) 1 (satu) unit motor Yamaha Mio
Dijadikan sebagai barang bukti dalam perkara Syarif Alias Dewa dan Sukrianto Alias Anto.
- Menetapkan terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah)
52
5. Komentar Penulis
Menurut Satochid Kartanegara (Bambang Waluyo, 2008:6),
hukum pidana materil berisikan peraturan-peraturan tentang :
1. Perbuatan yang dapat diancam dengan hukuman (strafbarefeiten)
2. Siapa-siapa yang dapat dihukum atau dengan perkataan lain mengatur pertanggung jawab terhadap hukum pidana.
3. Hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap orang yang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang, atau juga disebut hukum penetentiair.
Termasuk ke dalam hukum pidana materil yaitu semua ketentuan
dan peraturan yang menunjukkan tentang tindakan-tindakan yang
mana adalah merupakan tindakan-tindakan yang dapat dihukum,
siapakah orang yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap
tindakan-tindakan tersebut dan hukuman yang bagaimana yang
dapat dijatuhkan terhadap orang tersebut.
Menurut penulis, surat dakwaan yang disusun oleh Penuntut
Umum telah memenuhi syarat formal dan materil surat dakwaan
sebagaimana di maksud dalam Pasal 143 ayat (2) KUHP, yaitu harus
memuat tanggal dan ditandatangani oleh Penuntut Umum serta
identitas lengkap terdakwa, selain itu juga harus memuat uraian
secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu
dilakukan.
53
Penyusunan surat dakwaan Penuntut Umum harus bersifat
cermat atau teliti terutama yang berkaitan dengan penerapan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, agar tidak terjadi
kekurangan dan/atau kekeliruan yang mengakibatkan batalnya surat
dakwaan atau unsur-unsur dalam dakwaan tidak berhasil dibuktikan.
Berdasarkan posisi kasus sebagaimana yang telah diraikan
diatas, maka dapat disimpulkan telah sesuai dengan ketentuan baik
hukum pidana formil maupun hukum pidana materil dan syarat dapat
dipidananya terdakwa, hal ini didasarkan pada pemeriksaan dalam
persidangan, dimana alat bukti yang diajukan oleh Jaksa Penuntut
Umum, termasuk didalamnya keterangan saksi yang saling
berkesesuaian ditambah keterangan terdakwa yang mengakui secara
jujur perbuatan yang dilakukannya. Oleh karena itu Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Makassar menyatakan bahwa perbuatan terdakwa
telah mencukupi rumusan delik dalam dalam Pasal 338 KUHP Jo.
Pasal 56 KUHP. Pasal 2 (1) Undang-undang Darurat Nomor 12
Tahun 1951. Adapun unsur-unsunya sebagai berikut :
a. Unsur Barang siapa
Unsur barang siapa adalah pelaku tindak pidana baik orang
atau manusia yang merupakan subjek hukum yang dapat
dimintakan pertanggung jawaban pidana atas segala perbuatan
yang dilakukan
54
Berdasarkan keterangan saksi dan pengakuan terdakwa
dipersidangan bahwa benar terdakwa sama identitasnya dengan
surat dakwaan dengan dakwaan unsur barang siapa telah
terbukti terpenuhi
b. Unsur dengan sengaja
Unsur dengan sengaja adalah kehendak yang disadari untuk
melakukan perbuatan yang dikehendaki akibatnya.
Berdasarkan fakta-fakta dipersidangan terdakwa setelah
memegang badik yang diserahkan saksi Sukrianto Als Anto
(terdakwa dalam berkas laian) yang langsung berhadapan
dengan korban langsung mengayukan badiknya kearah leher
korban akan tetapi serangan tersebut dapat dihindarkan korban
walaupun korban sebelumnya memukul terdakwa yang akhirnya
saksi Sukriyanto Als Anto memukul kepala korban dengan helm,
dan korban jatuh kemudian saksi Syarif Als Dewa mengambil
badik dari tangan korban pada bagian punggung kanan yang
akhirnya korban meninggal dunia.
Berdasarkan pertimbangan diatas unsur dengan sengaja telah
terpenuhi
c. Unsur membantu
Unsur membantu adalah sengaja diberikan bantuan pada
waktu atau sebelum kejahatan dilakukan.
55
Berdasarkan fakta dipersidangan terdakwa setelah dipukul
korban langsung meminta badik yang disimpan dalam sadel
motor terdakwa, setelah dapat badik tersebut mengayunkan
kepada korban dan korban mengelak yang akhirnya teman
terdakwa memukul korban, dan menikam korban. Akibat
perbuatan terdakwa jelas-jelas membantu saksi Sukriyanto Als
Ento memukul korban dan saksi Syarif Als Dewa menikam
korban
d. Unsur merampas nyawa orang lain
Yang dimaksud menghilangkan nyawa orang lain adalah suatu
perbuatan yang mendahului dimana perbuatan itu memberikan
implikasi maupun akibat pada diri yang ditujukan perbuatan
tersebut menyebabkan matinya seseorang.
Berdasarkan fakta dipersidangan korban sebelum ditikam oleh
Saksi Syarif Als dewa telah lebih dahulu di pukul saksi
Syukriyanto als Anto memukul mkorban dengan helam yang
mengenai bagian kepala yang akhirnya terjatuh, yang akhirnya
korban meninggal dunia sesuai dengan Visum Et Repertum No.
Ver/001/2010/Rumkit tenggal 05 Mei 2010. Berdasarkan
pertimbangandiatas, maka unsur menghilangkan nyawa orang
lain telah terpenuhi.
56
Selanjutnya bahwa terdakwa dalam dakwaaan kedua melanggar
Pasal 2 (1) Undang-undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951. Adapun
unsur-unsunya sebagai berikut :
a) Unsur Tanpa Hak
Unsur tanpa hak adalah tidak memiliki kekuasaan atau
kewenangan untuk berbuat sesuatu sebagaimana yang telah
ditentukan Undang-undang atau peraturan yang berlaku
Berdasarkan fakta dipersidangan terdakwa membawa senjata
tajam yang disimpan disadel motor mio berupa badik dan badik
tersebut dibawah terdakwa tidak memiliki izin dari pejabat yang
berwewenang dengan demikian unsur tanpa hak telah terpenuhi
menurut hukum.
b) Membawa Senjata Tajam
Unsur membawa senjata tajam adalah menguasai senjata
penusuk yang berada dalam penguasaanya sehingga dapat
dipergunakan sekehendak hati pemiliknya.
Berkaitan dengan masalah diatas, hasil wawancara penulis
menyatakan bahwa :
“Penerapan hukum pidana sudah sesuai dengan rasa keadilan terhadap diri terdakwa sebab yang menjadi barang bukti, keterangan saksi, keterangan terdakwa, dan Surat Visum Et Repertum Nomor Ver/001/V/2010 Rumkit tanggal 05 Mei 2010 yang di ajukan di persidangan dalam kasus pembunuhan ini”.(
57
Hasil wawancara Janverson Sinaga,SH. Hakim Pengadilan Negeri Makassar pada tanggal 15 September 2011, Pukul : 10.00 Wita). Adapun penjatuhan sanksi terhadap tindak pidana pembunuhan
dengan menggunakan badik ini dalam putusan perkara Nomor :
1098/Pid.B/2010/PN. Makassar) adalah :
“Penjatuhan sanksi pidana dalam perkara ini sudaf efektif dimana terdakwa dijatuhi hukuman dengan pidana penjara selama 14 (empat belas) tahun”
2) Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku
Delik Pembunuhan Anggota TNI Dengan Menggunakan Senjata
Penikam
Berikut ini penulis akan menguraikan mengenai pertimbangan hukum
oleh hakim terhadap tindak pidana pembunuhan dengan senjata penikam
dalam putusan Pengadilan Negeri Makassar Nomor
1098/Pid.B/2006/PN.Mks yaitu sebagai berikut :
1. Pertimbangan Hakim
Adapun yang menjadi pertimbangan-pertimbangan hakim
terhadap tindak pidana pembunuhan dengan senjata penikam yang
dilakukan oleh terdakwa Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick
terhadap korban Usman Lebo adalah sebagai berikut :
58
a) Bahwa majelis hakim mempertimbangkan bukti-bukti berupa
keterangan Saksi, keterangan Ahli, keterangan terdakwa dan
barang bukti yang diajukan penuntut umum
b) Bahwa terdakwa Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick
didakwa oleh Jaksa Penuntut umum dengan surat dakwaan
alternatif subsidaritas :
Pertama Primair : Melanggar Pasal 338 KUHP Jo. Pasal 56 KUHP Subsidair : melanggar Pasal 170 ayat 2 ke-3 KUHP Atau Kedua : melanggar Pasal 351 ayat 3 KUHP Jo. Pasal 56
KUHP Ketiga : melanggar Pasal 351 ayat 3 KUHP Jo. Pasal 55
KUHP Keempat : melanggar Pasal 2 ayat 1 Undang-undang
Darurat Nomor 12 Tahun 1952
c) Bahwa didalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum pertama
sampai dengan ketiga, terdakwa Achmadi Rick Als. Rick Als.
Tetta Rick didakwa membantu melakukan kejahatan yang
mengakibatkan meninggalnya korban Usman Lembo, yang
dilakukan oleh Syarif Als Dewa, yaitu dengan menjuntokan
Pasal 56sedangkan dakwaan keempat yaitu Pasal 2 ayat 1
Undang-undang Darurat Nomor 12 tahun 1951, memegan
senjata penikam tanpa hak
59
d) Bahwa bentuk surat dakwaan yang demikian, majelis hakim
hanya membuktikan perbuatan terdakwa yang berkenaan
dengan perbuatan membantu terhadap kejahatan yang telah
dinyatakan terbukti dilakukan oleh Syarif Als Dewa. Kalau tidak
terbukti perbuatan membantu maka selanjutnya dibuktikan
dalam dakwaan keempat yaitu Pasal 2 ayat 1 Undang-undang
Darurat Nomor 12 Tahun 1951
e) Menimbang, bahwa terdawka Achmadi Rick Als. Rick Als.
Tetta Rick didakwa dalam dakwaan pertama Primair yaitu
Pasal 338 KUHP Jo. Pasal 56 KUHP yang unsur-unsurnya
sebagai berikut :
3) Barang Siapa
- Bahwa barang siapa maksudnya adalah setiap orang
sebagai pendukung hak dan kewajiban atau sebagai
subjek hukum yang dapat dipertanggungjawabkan
perbuatannya
- Bahwa identitas terdakwa yang diajukan didepan
persidangan untuk pertanggujawaban perbuatannya
sama benar dengan identitas terdakwa yang tercatat
diberkas perkara
- Bahwa dari uraian diatas tidak ada kesalahan terhadap
orang yang dituntut melakukan suatu tindak pidana,
60
sehingga dengan demikian unsur barang siapa telah
terpenuhi menurut hukum
Dengan sengaja adalah kehendak yang disadari yang
ditujukan melakukan kejahatan tertentu
Membantu, mereka yang dengan sengaja memberi bantuan
pada waktu kejahatan dilakukan, bahwa dari arti pembantu
adalah
- Pemebri bantuan terjadi bersama dengan kejahatannya
- Pemberi kesempatan dan sarana terjadi sebelumnya
- Pembantuan dilakukan di tempat dimana kesempatan itu
diberikan, tidak dimana perbuatan yang dapat dihukum
dilakukan
Merampas nyawa orang lain
Bahwa dari dua unsur yaitu 2 dan 4, majelis hakim telah
mempertimbangkan dalam perkara terdakwa Achmadi Rick
Als. Rick Als. Tetta Rick dan dinyatakan terpenuhi oleh
perbuatan Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick
bersalah melakukan tindak pidana yang melanggar Pasal
338 KUHP
f) Bahwa karena dakwaan primair pada dakwaan pertama telah
terbukti, maka dakwaan subsidair dan dakwaan alternative
kedua, ketiga, keempat tidak perlu lagi dibuktikan
61
g) Bahwa dari fakta hukum tidak terdapat hal-hal yang dapat
dijadikan alasan pemaaf dan pembenar, dimana menurut
pengamatan mejelis hakim, terdakwa sehat jasmani dan rohani,
sehingga menurut hukum terdakwa diniali cakap atau mampu
bertanggungjawabkan perbuatannya.
h) Bahwa oleh karena terdakwa telah terang bersalah, maka
terdakwa tersebut patut dipidana seberat-beratnya setimpal
dengan kesalahannya.
i) Bahwa pemidanaan bukan berarti pembalasan melainkan
merupakan pengajaran untuk mendidik agar terdakwa
menyadari kesalahannya dan akhirnya terdakwa akan merasa
jera untuk melakukan tindak pidana.
j) Bahwa barang bukti yang diajukan dipersidangan berupa 1
(satu) buah celana pendek jeans merk Ory warna abu-abu, 1
(satu) buah celana training warna hitam bertuliskan secata PK,
1 (satu) buah kaos loreng TNI lengan pendek, 1 (satu) buah
baju kaos oblong warna hitam bertuliskan Ripcurt, 1 (satu) buah
switwr warna kuning terdapat noda darah, 1 (satu) buah helem
standar warna hitam, 1 (satu) buah sarung badik terbuat dari
kayu, 1 (satu) badi bugis, 1 (satu) unit motor Yamaha Mio,
dikembalikan kepada jaksa Penuntut Umum Untuk dijadikan
barang bukti dalam perkara ini
62
k) Bahwa karena terdakwa dinyatakan bersalah dan
bertanggungjawab atas kesalahan melakukan tindak pidana
sebagai mana yang disebutkan di atas dan dijatuhi pidana,
maka berdasarkan Pasal 222 KUHAP, terdakwa harus dibebani
untuk membayar biaya perkara yang beasarnya akan
disebutkan dalam amar putusan
l) Bahwa sebelum majelis hakim menjatuhkan pidana terlebih
dahulu mempertimbangkan hal-hal yang dapat memberatkan
dan dapat meringankan terdakwa guna menerapkan pidana
yang setimpal dengan perbuatan terdakwa.
Hal-hal yang memberatkan
- Perbuatan terdakwa telah mengakibatkan matinya korban Usman Lembo
- Perbuatan terdakwa telah menyebabkan anak isteri korban harus hidup sendiri tanpa suami selaku kepala keluarga
- Perbuatan terdakwa menyebabkan TNI AD kesatuan Kaveleri telah kehilangan seorang prajurit tempur aktif
- Terdakw sempat menjadi buron penyidik
Hal-hal yang meringankan
- Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya
- Terdakwa berlaku sopan dalam persidangan
- Terdakwa menyesalim perbuatannya
- Terdakwa memiliki tanggungan keluarga yakni isteri dan
anak
63
2. Amar Putusan
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Makassar pada persidangan
tanggal 06 Oktober 2010 telah menjatuhkan putusan terhadap
Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick, oleh hakim JANVERSON
SINAGA, sebagai hakim ketua dan SH MAS’UD, SH.MH dan TARDI,
SH sebagai hakim anggota, putusan mana pada hari itu juga
diucapkan dalam persidangan terbuka untuk umum oleh majelis
hakim tersebut di atas, dibantu oleh Surhatta,SH. Dihadiri oleh
Syarifuddin Sakka, SH dan Salahuddin, SH. MH. Jaksa Penuntut
Umum pada Kejaksaan Negeri Makassar, dan terdakwa.
MENGADILI
a. Menyatakan terdakwa Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dengan sengaja telah membantu menghilankan nyawa orang lain
b. Menyatakan terdakwa Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana membawa senjata tajam tanpa hak
c. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick dengan pidana penjara selama 14 (empat belas) tahun, dikurangkan selama terdakwa berada dalam tahan.
d. Menyatakan terdakwa tetap ditahan e. Menyatakan barang bukti berupa :
1. 1 (satu) buah celana pendek jeans merk Ory warna abu-abu
64
2. 1 (satu) buah celana training warna hitam bertuliskan secata PK
3. 1 (satu) buah kaos loreng TNI lengan pendek 4. 1 (satu) buah baju kaos oblong warna hitam bertuliskan
Ripcurt 5. 1 (satu) buah switwr warna kuning terdapat noda darah 6. 1 (satu) buah helem standar warna hitam 7. 1 (satu) buah sarung badik terbuat dari kayu 8. 1 (satu) badi bugis 9. 1 (satu) unit motor Yamaha Mio
Dijadikan sebagai barang bukti dalam perkara Syarif Alias Dewa dan Sukrianto Alias Anto.
f. Menetapkan terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah)
3. Komentar Penulis
Sebagai aktorutama lembaga peradilan, posisi dan peran hakim
menjadi sangat penting. Melalui putusannya, seorang hakim dapat
mengalihkan hak dan kepemilikan seseorang, mencabut kebebasan
warga negara, menyatakan tidak sah tindakan sewenang-wenang
pemerintah terhadap masyarakat, sampai dengan memerintahkan
penghilangan hak hidup seseorang, semuanya harus dilakukan
dalam rangka penegakan hukum dan keadilan.
Hakim dalam memutus suatu perkara harus sesuai dengan
Undang-undang Nomor 19 tahun 19964 tentang ketentua-ketentuan
pokok kekuasaan kehakiman seperti bunyi Pasal 20 ayat 2 berbunyi “
65
“Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib memperhatikan pula sifat-sifat yang baik dan yang jahat dari tertuduh”
Baik sifat-sifat yang jahat maupun yang baik dari orang yang
akan dijatuhi pidana wajib diperhatikan hakim dalam
mempertimbangkan pidana yang akan dijatuhkan. Hakim juga harus
memperhatikan dampak psikologis dan kesedihan yang mendalam
yang dirasakan pihak korban
Hakim dalam memutus suatu perkara tidak semata-mata hanya
berdasar pada hukum normatif saja, melainkan dengan tetap
memperhatiakn aspek-aspek sosiologi. Hal ini dimaksudkan agar
dalam putusan yang dijatuhkan hakim dapat mengubah masyarakat.
Hukum positif tertulis tidak akan selalu dapat mengutip perubahan
atau mengubah masyarakat, karena sifatnya yang relatif kaku. Oleh
karena itu, maka peranan hakim adalah penting, untuk mengisi
kekurangan –kekurangan yang ada pada hukum positif tertulis dalam
konteks perubahan masyarakat.
Suatu putusan pengadilan diharapkan untuk dapat memberikan
rasa keadilan bagi semua orang baik itu bagi pelaku maupun
keluarga korban, dengan memperhatikan hal-hal yang memberatkan
serta meringankan.
66
Dalam penjatuhan pidana yang dikuatkan oleh putusan hakim
yang dituntutkan oleh Jaksa Penuntut Umum yaitu selama 15 (lima
belas) tahun serta membayar biaya perkara Rp. 2.500,-(dua ribu lima
ratus) sedangkan dalam putusan, hakim menjatuhkan pidana penjara
selama 14 (empat belas) tahun dan tetap membayar biaya perkara
sebasar Rp. 2.500,-(dua ribu lima ratus)
Namun melihat putusan hakim yang hanya menjatuhkan pidana
penjara selam 14 (empat belas) tahun, tidak sepenuhnya
mengandung kemanfaatan hukum, mengingat bahwa tindakan yang
dilakukan terdakwa atas pembunuhan yang telah dilakukan oleh
Syarif Als Dewa mengakibatkan hilangnya nyawa korban merupakan
tindakan keji. Menurut penulis sebaiknya hakim menjatuhkan pidana
maksimal yaitu 15 (lima belas) tahun.
67
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya maka penulis dapat menari
kesimpulan, sebagai berikut :
1) Penerapan hukum pidana atas tindakan yang dilakukan oleh
terdakwa Achmadi Rick Als. Rick Als. Tetta Rick telah sesuai. Hal
ini terlihat atas terpenuhinya semua unsur-unsur sesuai dengan
pasal yang dikenakan pada terdakwa. Pasal yang dikenakan
yaitu Pasal 338 KUHP Jo. Pasal 36 KUHP. Dengan terpenuhinya
unsur tersebut dan tidak adanya alsan pembenar atas perbuatan
yang dilakukannya, maka terdakwa harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya sesuai dengan putusan
yang dijatuhkan oleh hakim Pengadilan makassar.
2) Dalam memutus perkara Hakim Pengadilan Negeri Makassar
mempunyai pertimbangan yang cukup banyak, mulai dari
tuntutan Jaksa Penuntut Umum, keterangan saksi. Keterangan
terdakwa, barang bukti dan terpenuhinya semua unsur sesuai
68
dengan pasal yang didakwakan dan tidak ada alasan pembenar
sehingga dinyatakan bersalah, serta hal-hal yang memberatkan
dan yang meringankan terdakwa. Oleh sebab itu terdakwa harus
tetap menjalani pidana penjara selam 14 (empat belas) tahun
dan membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima
ratus rupiah).
B. Saran
Melalui skripsi ini penulis menyampaikan beberapa saran yang
terkait dengan penelitian penulis antara lain :
1. Pihak penuntut umum dan majelis hakim harus lebih jeli dalam
hal memeriksa perkara sehingga dapat mengurai dengan tegas
unsur-unsur tindak pidana pembunuhan, sehingga dapat dengan
mudah menjerat pelaku tindak pidana pembunuhan lainnya serta
lebih jeli dalam menentukan pertanggunjawaban pidana terhadap
pelaku tindak pidana pembunuhan, serta harus memperhatikan
adanya kesalahan yang dilakukan, kemampuan bertanggun
jawab serta tidak adanya alasan pembenar atau alasan yang
menghapuskan pertanggunjawaban bagi terdakwa dalam
menerapkan pasal 338 KUHP Jo. Pasl 56 KUHP serta Pasal-
Pasal yang mengatur tindak pidana pembunuhan yang lainnya.
2. Putusan yang dijatuhkan oleh majelis hakim Pengadilan Negeri
Makassar bisa saja membuat pelaku tidak merasakan efek jerah
69
dan dapat sewaktu-waktu mengulangi perbuatannya kembali.
Oleh sebab itu, disini di perlukan keseriusan dan kehati-hatian
oleh penegak hukum baik oleh jaksa sebagai penuntut umum
dalam menyusun surat dakwaan dan tuntutan agar dapat menjadi
dasar pertimbangan hakim dalam memutus suatu perkara,
maupun bagi hakim agar putusan tersebut dapat mengandung
nilai-nilai keadilan dan kemanfaatan hukum.
70
DAFTAR PUSTAKA
Chazawi, Adami. 2001. Pelajaran Hukum Pidana 1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
_____________ 2002. Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
_____________ 2004. Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
_____________ 2007. Pelajaran Hukum Pidana Bagian 2. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Effendy, Rusli. 1997. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung: Citra Aditya.
Farid,Zainal Abidin.2007 Hukum Pidana 1.Jakarta:Sinar Grafika
Hamzah, Andi. 2008. Asas-Asas Hukum Pidana: Jakarta: Rineka Cipta.
Lamintang.1997. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia.Bandung:PT.Citra Aditya Bakti.
Marpaung,Leden.2005. Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana. Jakarta:Sinar Grafika.
___________________.2000. Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh(Pemberantasan dan Prevensinya). Sinar Grafika: Jakarta.
Poernomo, Bambang. 1982. Asas-Asas Hukum Pidana. Yogyakarta: Ghalilea Indonesia.
71
Remmelink, Jan. 2003. Hukum Pidana, Komentar Atas Pasal-Pasal Terpenting dari Kitab Undang-undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab undang-Undang Hukum Pidana Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Moeljatno. 1985. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta : Bina Aksara.
Waluyadi, 2003. Hukum Pidana Indonesia, Jakarta : Djambatan. Waluyo, Bambang. 2008. Pidana dan Pemidanaan. Jakarta : Sinar Grafika
Undang-undang :
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Sumber Lain:
Hukumonline.com
www.legalitas.com