bab_iv_pembahasan bm volatil

6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Percobaan 4.1.1 Data Hasil Percobaan Tabel 4.1 Hasil Percobaan Sampel Diisopropil eter Aseton Run I II III I II III Massa labu Erlenmeyer (gr) 43,1 6 25,8 8 43, 45 25,9 2 43,1 5 25,89 Massa labu erlenmeyer, aluminium foil dan karet gelang(gr) 43,6 6 26,7 7 43, 92 26,4 3 43,5 9 26,45 Massa labu erlenmeyer, aluminium foil, karet gelang dan cairan volatil(gr) 43,7 8 26,5 7 44, 2 26,5 3 43,6 9 26,77 Massa labu erlenmeyer dan air(gr) 90,2 1 70,9 0 89, 35 70,3 5 88,2 0 69,95 Massa air(gr) 47,0 5 45,0 2 45, 90 44,4 0 45,0 5 44,06 Massa cairan volatile(gr) 0,12 0,20 0,2 8 0,10 0,10 0,32 Suhu penangas air ketika cairan volatil menguap( o C ) 88 90 88 89 89 89,5 Suhu air yang terdapat dalam labu Erlenmeyer( o C ) 31 29 31 30,5 31,5 30

Upload: halimasiregar

Post on 09-Nov-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

..bab iv ini berisi hasil dan pembahasan tentang berat molekul voltilsemoga bermanfaat

TRANSCRIPT

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan4.1.1 Data Hasil PercobaanTabel 4.1 Hasil PercobaanSampelDiisopropil eterAseton

RunIIIIIIIIIIII

Massa labu Erlenmeyer (gr)43,1625,8843,4525,9243,1525,89

Massa labu erlenmeyer, aluminium foil dan karet gelang(gr)43,6626,7743,9226,4343,5926,45

Massa labu erlenmeyer, aluminium foil, karet gelang dan cairan volatil(gr)43,7826,5744,226,5343,6926,77

Massa labu erlenmeyer dan air(gr)90,2170,9089,3570,3588,2069,95

Massa air(gr)47,0545,0245,9044,4045,0544,06

Massa cairan volatile(gr)0,120,200,280,100,100,32

Suhu penangas air ketika cairan volatil menguap( oC )889088898989,5

Suhu air yang terdapat dalam labu Erlenmeyer( oC )31293130,531,530

4.1.2 Data Perbandingan Berat Molekul Teori dengan PercobaanTabel 4.2 Perbandingan Percobaan dengan Teori

SampelRunBM praktek(gr/mol)BM teori(gr/mol)Ralat (%)

Diisopropil eterI75,2102,1863,585 %

II132102,18186,515 %

III179102,18291,262 %

AsetonI66,658,0834,672 %

II65,658,0835,615 %

III215,258,08110,95 %

4.2 PembahasanPada percobaan Berat Molekul Volatil, cairan volatil dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer kemudian ditutup dengan aluminium foil. Setelah ditutup, aluminium foil dilubangi dengan jarum agar uapnya dapat keluar. Setelah dilubangi, labu erlenmeyer dipanaskan dalam penangas air sampai menguap seluruhnya. Uap ini kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit. Cairan yang terbentuk kemudian ditimbang. Massa cairan yang terbentuk selanjutnya dimasukkan dalam persamaan rumus gas ideal yaitu :

Pada saat kesetimbangan, tekanan (P) = tekanan udara luar (1 atm), suhu (T) = suhu desikator, dan volume (V) = volume erlenmeyer. Dengan demikian berat molekulnya dapat dihitung.

4.2.1 Diisopropil eter (C6H14O)Hasil percobaan pada praktek diperoleh bahwa sampel diisopropil eter (C6H14O) memiliki massa cairan volatil pada run I, II, dan III adalah sebesar 0,12 gram, 0,20 gram, dan 0,28 gram. Massa jenis senyawa volatil pada sampel diisopropil eter (C6H14O) pada run I, II, dan III adalah sebesar 0,9 gram/L, 1,18 gram/L, dan 1,87 gram/L. Suhu pada saat melakukan penguapan sampel diisopropil eter (C6H14O) pada run I, II, dan III adalah sebesar 361 K, 363 K, dan 365 K. Berat molekul pada sampel diisopropil eter (C6H14O) adalah sebesar 75,2 gram/mol, 132 gram/mol, dan 179 gram/mol. Persen ralat dari sampel diisopropil eter (C6H14O) pada run I, II, dan III adalah sebesar 26,4 %, 29,18 %, dan 75,18 %.Diisopropil eter adalah eter sekunder yang digunakan sebagai pelarut. adalah cairan berwarna yang sedikit larut dalam air, tetapi larut dengan pelarut organik. Karena itu diisopropil eter digunakan sebagai ekstraktan dan aditif bensin oksigenat yang diperoleh dari industri sebagai produk sampingan dalam produksi isopropanol dengan hidrasi propena. Diisopropil eter memiliki berat molekul 102,174 gr/mol. Kelarutan diisopropil eter pada 20o C sebesar 2.040 gr/m3 karena itu diisopropil eter di gunakan sebagai pelarut, misalnya fenol, etanol, asam asetat (Mackay, 2006)Berdasarkan hasil percobaan didapatkan bahwa berat molekul pada praktek berbeda dengan berat molekul pada teori. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:1. Tingkat ketelitian dari neraca elektrik yang digunakan.2. Lubang tempat keluarnya uap dibuat terlalu besar sehingga banyak uap yang keluar dari erlenmeyer selama pemanasan.3. Erlenmeyer berisi sampel sudah dikeluarkan dari desikator sebelum semua uap mengembun kembali.4. Tidak sesuainya keadaan gas pada percobaan dengan hukum gas ideal yang digunakan dalam perhitungan hasil percobaan.

4.2.2 Aseton Hasil percobaan pada praktek diperoleh bahwa sampel metanol (CH3OH) memiliki massa cairan volatil pada run I, II, dan III adalah sebesar 0,7 gram, 0,08 gram, dan 0,01 gram. Massa jenis senyawa volatil pada sampel metanol (CH3OH) pada run I, II, dan III adalah sebesar 2,242 gram/L, 1,296 gram/L, dan 0,166 gram/L. Berat molekul pada sampel metanol (CH3OH) pada run I, II, dan III adalah sebesar 66,386 gram/mol, 38,591 gram/mol, dan 4,943 gram/mol. Persen ralat dari sampel metanol (CH3OH) pada run I, II, dan III adalah sebesar 107,45 %, 20,59 %, dan 84,55 %.Aseton dikenal juga dengan dimetil keton atau 2 propanon merupakan senyawa penting dari allipatik keton. Aseton pertama kali dihasilkan dengan cara distilasi kering dari kalsium asetat. Fermentasi karbohidrat menjadi aseton, butyl dan etil-alkohol yang menggantikan proses tersebut pada tahun 1920. Proses tersebut mengalami pembaharuan pada tahun 1950 dan 1960 yaitu proses dehydrogenasi 2-propanol dan oksidasi cumene menjadi phenol dan aseton. Bersamaan dengan proses oksidasi propene, metoda ini menghasilkan lebih dari 95% aseton yang diproduksi di seluruh dunia (Palupi, 2009)Yang menjadi sumber kesalahan pada percobaan ini sehingga terdapat perbedaan hasil praktek dan teori adalah: Tingkat ketelitian dari timbangan yang digunakan. Praktikan tidak teliti pada waktu mengamati cairan volatil yang menguap. Lubang tempat keluarnya uap dibuat terlalu besar sehingga banyak uap yang keluar dari erlenmeyer selama pemanasan. Erlenmeyer berisi sampel sudah dikeluarkan dari desikator sebelum semua uap mengembun kembali.Tidak sesuainya keadaan gas pada percobaan dengan hukum gas ideal yang digunakan dalam perhitungan hasil percobaan.