laporan isi bm,

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bedah mulut merupakan bagian kedokteran gigi yang mencangkup diagnosis dan perawatan bedah dari penyakit, cedera, dan cacat pada rahang serta struktur yang berkaitan dengannya. Tindakan dalam bedah mulut terdiri dari diagnosis, operasi dan tindakan yang menyangkut beberapa kelainan, kecelakaan, kelainan yang melibatkan aspek fungsional maupun estetik, khususnya pada rongga mulut. Sebelum merencanakan perawatan bedah mulut, terlebih dahulu harus menegakkan diagnosa. Diagnosis berarti penetapan suatu keadaan yang menyimpang atau keadaan normal melalui dasar pemikiran dan pertimbangan ilmu pengetuahuan. Setiap penyimpangan dari keadaan normal ini dikatakan sebagai suatu keadaan abnormal atau anomali atau kelainan. Untuk dapat menetapkan suatu diagnosis secara tepat diperlukan ilmu pengetahuan atau pengalaman empirik yang luas mengenai keadaan normal atau standar normal, beserta variasi- variasinya yang masih ditetapkan sebagai keadaan 1

Upload: heyna

Post on 07-Dec-2014

98 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

laporan BM

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Isi Bm,

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bedah mulut merupakan bagian kedokteran gigi yang mencangkup

diagnosis dan perawatan bedah dari penyakit, cedera, dan cacat pada rahang

serta struktur yang berkaitan dengannya. Tindakan dalam bedah mulut

terdiri dari diagnosis, operasi dan tindakan yang menyangkut beberapa

kelainan, kecelakaan, kelainan yang melibatkan aspek fungsional maupun

estetik, khususnya pada rongga mulut.

Sebelum merencanakan perawatan bedah mulut, terlebih dahulu

harus menegakkan diagnosa. Diagnosis berarti penetapan suatu keadaan

yang menyimpang atau keadaan normal melalui dasar pemikiran dan

pertimbangan ilmu pengetuahuan. Setiap penyimpangan dari keadaan

normal ini dikatakan sebagai suatu keadaan abnormal atau anomali atau

kelainan. Untuk dapat menetapkan suatu diagnosis secara tepat diperlukan

ilmu pengetahuan atau pengalaman empirik yang luas mengenai keadaan

normal atau standar normal, beserta variasi-variasinya yang masih

ditetapkan sebagai keadaan normal dan bermacam-macam bentuk

penyimpangan dari keadaan normal yang dikatakan sebagai keadaan

abnormal. Atas dasar ilmu pengetahuan tersebut di atas kemudian informasi

dikumpulkan melalui prosedur pemeriksaan secara teliti dan sistematis agar

didapatkan seperangkat data yang lengkap dan tepat. Melalui data yang

telah dikumpulkan ini kemudian diagnosis ditetapkan. Makin lengkap dan

akurat data yang dikumpulkan akan makin mudah dan tepat diagnosis

ditetapkan, kemudian penyusunan rencana perawatan dan tindakan

perawatan selanjutnya diharapkan dapat dilakukan secara benar.

Banyak prosedur bedah mulut yang bisa dilakukan dengan aman di

tempat praktek dokter gigi. Beberapa prosedur dan beberapa pasien tertentu

membutuhkan penanganan di rumah sakit, baik untuk pembedahan maupun

1

Page 2: Laporan Isi Bm,

untuk keselamatan pasien. Pembedahan yang harus dilakukan di rumah sakit

adalah pembedahan yang membutuhkan kondisi asepsis yang sangat tinggi

atau prosedur pembedahan yang membutuhkan pemberian antibiotik secara

intravena, misalnya kasus-kasus yang membutuhkan anestesi umum dalam

jangka waktu lama. Pasien yang mengalami gangguan kesehatan mungkin

membutuhkan penanganan di rumah sakit, untuk prosedur yang relatif

minor.

Penatalaksanaan pasien bedah oromaksilofasial tidak jauh berbeda

dengan penatalaksanaan pasien bedah pada umumnya, yaitu terdiri dari

tahap pre-operative (sebelum operasi), operative (saat operasi), dan post-

operative (sesudah operasi).

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana prosedur dianosa dalam bidang bedah mulut?

2. Bagaimana diagnosa pada skenario?

3. Bagaimana rencana perawatan pada kasus bedah mulut?

4. Bagaimana pengaruh penyakit diabetes melitus dengan kasus bedah

mulut?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui prosedur dianosa dalam bidang bedah mulut.

2. Mengetahui kemungkinan diagnosa pada skenario.

3. Mengetahui rencana perawatan pada kasus DM

2

Page 3: Laporan Isi Bm,

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Diagnosis adalah penarikan kesimpulan terhadap kelainan atau penyakit

yang dikeluhkan oleh penderita berdasarkan hasil pemeriksaan klinis, bisa disertai

dengan pemeriksaan radiologis, dan patologis yang benar.

2.1 Prosedur Diagnosa Bedah Mulut

1. Pemeriksaan subyektif

A. Identitas pasien

Pencatatan identitas pasien sangatlah penting.dari segi administrative

pencatatan identitas sangat membantu misalnya apabila pasien suatu saat

datang lagi ke klinik, pencarian kartu status akan lebih mudah. Selain itu,

identitas pasien bermanfaat dari segi diagnostic, misalnya seorang pasien

menderita penyakit tertentu berhubungan dengan pekerjaannya, tempat

tinggalnya, dan sebagainya,

a. Nama pasien

b. Alamat

c. Pekerjaan atau sekolah

d. Alamat pekerjaan

e. Umur

f. Jenis kelamin

B. Keluhan Utama

Dari Anamnesa dapat diperoleh data sebagai berikut :

a. Chief Complaint (CC)

b. Present Illnest (PI)

c. Past medical History (PMH)

d. Family History (FH)

e. Past Dental History (PDH)

3

Page 4: Laporan Isi Bm,

2. Pemerikssaan obyektif

- Kondisi fisik

- Tanda –tanda vital

a. Tekanan darah (TD)

b. Denyut Nadi (N)

c. Laju Pernafasan (P)

d. Temperatur (T)

e. Berat Badan (BB)

Pemeriksaan Ekstra Oral

a. Kepala

b. Kelenjar limfe

c. Kelenjar tiroid

d. Vena jugularis

e. Arteri karotis

Pemeriksaan Intra Oral

a. Kelainan mukosa dan gingival

b. Pemeriksaan Bibir

c. Kelainan Lidah

d. Pemeriksaan gigi

Terdiri dari 3 bagian yaitu:

Pemeriksaan karies atau jaringan pulpoperiapikal

Pemeriksaan kondisi periodontal

Impaksi gigi

e. pemeriksaan jaringan lunak dan keras (rahang)

f. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan Histopatologis

Pemeriksaan darah

(Purwanto, dkk, 1999)

4

Page 5: Laporan Isi Bm,

2.2 Rencana Perawatan

Merupakan rencana tindakan dimulai dari yang pertama dilakukan

(setelah masalah atau diagnosa ditegakkan) sampai dengan perawatan

paripurna.

Prinsip perawatan pada kasus bedah mulut

1. Mempertahan dan meningkatkan faktor pertahanan tubuh penderita

2. Pemberian analgesic dan antibiotic yang tepat dengan dosis yang

memadai

3. Tindakan drainase secara bedah dari infeksi yang ada.

4. Menghilangkan secepat mungkin infeksi yang ada.

5. Evaluasi terhadap efek perawatan yang diberikan.

(Soemartono, 2000)

5

Page 6: Laporan Isi Bm,

BAB III

PEMBAHASAN

.

3.1 Prosedur Pemeriksaan dalam Bidang Bedah Mulut

    Tanpa mengetahui  diagnosa yang tepat,  kita  tidak dapat  mengadakan terapi 

yang baik.  Dalam Ilmu Bedah Mulut kita harus dapat memandang orang sakit  dalam 

keseluruhannya,   walaupun   harus   memusatkan   perhatian   kedaerah   yang   menjadi 

keluhan. Kita harus membedakan struktur yang normal dengan yang sakit ( abnormal ) 

dan melatih diri  untuk dapat meraba dan mengenal  bagian – bagian yang abnormal, 

kemudian   menginterprestasikannya                  keperubahan   –   perubahan   patologis. 

Untuk dapat  membantu mendapatkan diagnosa yang tepat  diperlukan suatu riwayat 

kasus.

Pemeriksaan Subyektif

Anamnesis adalah proses tanya jawab yang dilakukan oleh dokter terhadap

pasien untuk menggali semua informasi mengenai keluhan sakit atau kelainan

yang dirasakan oleh asien.

Tanya jawab dilakukan dengan bahasa awam yang dimengerti pasien,

seperti nama, umur, jenis kelamin, alamat, status, agama, pekerjaan, dan

suku. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan mengenai keluhan pasien

yang sekurang – kurangnya terdiri dari pertanyaan perihal : keluhan

utama, lokasi keluhan, kualitas dan kuantitas keluhan, kapan mulai

timbulnya, bagaimana kronologis perkembangannya, apa yang

meringankan dan memberatkan keluhan, serta gejala yang menyertai

keluhan. Saat anamnesis juga ditanyakan riwayat penyakit, riwayat alergi,

riwayat pengobatan oleh tenaga medis, riwayat penyakit dan kelainan

dalam keluarga, serta hal lain yang dianggap perlu.

1. Identitas Penderita

Pencatatan identitas penderita sangatlah penting. Dari segi

administrative pencatatan identitas sangat membantu, misalnya apabila

6

Page 7: Laporan Isi Bm,

pasien suatu saat dating lagi ke klinik, pencarian kartu status akan lebih

mudah.

Identitas pasien yang perlu dicatat adalah sebagai berikut: nama

(dengan gelarnya kalau ada), alamat (dengan nomor telpon kalau ada),

pekerjaan atau sekolah, alamat, umur, dan jenis kelamin. Selain itu, yang

tidak kalah pentingnya adalah nomer pendaftaran pasien.

a. Nama pasien

Selain untuk mempermudah komunikasi, nama seseorang dapat

memberikan informasi mengenai asal usul seseorang, misalnya

merujuk pada suku bangsa tertentu yang mungkin mempunyai

penyakit atau kelainan yang khas. Sementara itu dalam pencantuman

gelar, dapat dijadikan acuan dalam melakukan anamneses dan

memberikan penyuluhan kesehatan (apabila diperlukan) sesuai dengan

tingkat pendidikan pasien, juga dapat memberikan informasi kasar

tentang social ekonominya.

b. Alamat

Alamat dengan nomor telpon mempermudah operator menghubungi

pasien apabila diperlukan, misalnya menanyakan perkembangan

kesehatan pasien setelah dilakukan perawatan tertentu, bila perlu

mengingatkan pasien tentang perawatan dan pengobatan yang harus

dilakukan di rumah. Selain itu, informasi tentang alamat ini bisa

dijadikan pertimbangna dalam menentukan perawatan apabila

misalnya tempat tinggal pasien jauh dari tempat perawatan.

c. Pekerjaan/ Sekolah

Pekerjaan seseorang biasanya berkaitan dengan penjadwalan

kunjungan, misalnya seorang pengusaha yang sibuk tentunya

memerlukan perawatan yang cepat dan tidak harus dating berkali-kali

ke klinik. Demikian pula sorang siswa atau mahasiswa, memerlukan

jadwal khusus untuk dilakukan perawatan. Pada keadaan tertentu,

pekerjaan berhubungan dengan penyakit yang diderita pasien,

misalnya pasien yang bekerja pada daerah kumuh atau berdebah

7

Page 8: Laporan Isi Bm,

bahan toksik, mungkin saja penyakitnya berhubungan dengan

pekerjaan tersebut.

d. Alamat pekerjaan

Penjelasan untuk aspek ini tidak jauh berbeda dengan poin 2, bahwa

alamat pekerjaan ini bisa dijadikan sebagai media komunikasi apabila

dokter giginya ingin menghubungi pasien saat jam kerja dan

merupakan informasi yang berguna untuk menentukan rencan

perawatan ataau penjadwalan.

e. Umur

Informasi tentang umur penderita sangat diperlukan dalam

menentukan perawatan. Umur bisa juga bisa dijadikan dasar untuk

menentukan tekanan darah normal.

f. Jenis kelamin

Selain untuk keperluan data statistic, secara informasi mengenai

informasi mengenai jenis kelamin kadang membantu dalam

menegakkan diagnosis, yang akhirnya dijadikan dasar dalam

menentukan rencana perawatan.

Pemeriksaan obyektif

1. Pemeriksaan ekstraoral

Pengertian pemeriksaan ekstra oral

Pemeriksaan ekstra oral adalah pemeriksaan yang dilakukan di daerah di

sekitar mulut bagian luar. Meliputi bibir, hidung, mata, telinga, wajah,

kepala, dan leher. Pemeriksaan ektra oral dilakukan untuk mendeteksi

adanya kelainan yang terlihat secara visual atau terdeteksi dengan

palpasi. Seperti adanya kecacatan,pembengkakan, benjolan, luka, cedera,

memar, fraktur, dislokasi dll.

Teknik pemeriksaan ekstra oral

Teknik dalam pemeriksaan ekstra oral dibagi menjadi 2 yaitu :

a. inspeksi / visual

inspeksi dapat dilakukan dengan melakukan observasi untuk melihat

8

Page 9: Laporan Isi Bm,

adanya perubahan ukuran, warna, tekstur, bentuk

b. palpasi

palpasi dilakukan untuk mebandingkan struktur yang normal dan yang

mengalami kelainan.

Tanda-tanda pemeriksaan ekstra oral

a. Keadaan Umum Penderita

Meliputi tinggi badan dan bentuk tubuh yang dapat dikaitkan dengan

status gizi penderita, ekstremitas atas seperti tangan dan jari serta

ekstemitas bawahmisalnya bagaimana cara berjalan, pemeriksaan

tanda-tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, dan

suhu

b. Muka / wajah

Melalui pengamatan dan palpasi yang dilakukan pada wajah,

pemeriksa dapat mengamati simetris atau tidaknya wajah. Adanya

ketidaksimetrisan pada wajah, yang secara jelas kemungkinan

disebabkan oleh masalah gigi geligi, khususnya berhubungan dengan

nyeri. Adanya abses pada gigi atau jaringan periodontal merupakan

penyebab umum, adanya pembengkakan pada wajah. Selain itu, bisa

juga disebabkan oleh adanya trauma.

c. Bibir

Bibir periksa secara visual dan palpasi. Vermilion border seharusnya

halus dan lembut. Kerusakan aktinik pada bibir (actinic cheilitis),

terutama pada bibir bawah bermanifestasi pada perubahan atrofi yang

berkaitan dengan eritema atau leukoplakia dengan penebalam

epitelium. Kedua perubahan ini sering ditemukan secara simultan

pada area yang berdekatan dengan vermilion border. Maserasi dan

cracking pada sudut mulut (angular chelitis) dianggap disebabkan

oleh:

Infeksi lokal, terutama melibatkan Candida albicans

9

Page 10: Laporan Isi Bm,

Defisiensi nutrisi, terutama vitamin B kompleks

Penutupan rahang berlebih disebabkan karena kehilangan gigi

(bruxism, gigi, protesa usang)

d. Sudut mulut

Sudut mulut diperiksa secara visual dan palpasi. Pemeriksaan sudut

mulut menentukan adanya kelainan seperti keilitis angularis. Keilitis

angularis merupakan kondisi umum yang terlihat sebagai inflamasi

pada salah satu atau kedua ujung mulut. Keilitis angularis dapat

disebabkan karena adanya bakteri, trauma atau alergi.

e. Pipi

Melihat pipi dan apakah ada pembengkaan bentuknya simetris atau

tidak. Ketidaksimetrisan pada pipi disebabkan salah satunya adalah

abses dari gigi geligi serta adanya trauma yang dapat menyebabkan

pembengkakan pada pipi. Bila ada pembengkaan pipi, meraba pipi

memakai empat jari dengan menekan pipi secara lembut untuk

merasakan adanya benjolan/ pembengkaan dan menilai apakah keras,

lunak, ada fluktuasi atau tidak.

4 Pemeriksaan Dalam Mulut ( Intra Oral )

Pemeriksaan Intra Oral

g. Kelainan mukosa dan gingival

10

Page 11: Laporan Isi Bm,

h. Pemeriksaan Bibir

i. Kelainan Lidah

j. Pemeriksaan gigi

Terdiri dari 3 bagian yaitu:

Pemeriksaan karies atau jaringan pulpoperiapikal

Pemeriksaan kondisi periodontal

Impaksi gigi

k. pemeriksaan jaringan lunak dan keras (rahang)

l. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Radiologis Radiograf abses: - Radiolusen berbatas difuse - Bentuk ireguler - Kontinuitas lamina dura terputus - Pelebaran space ligament periodontal - Ukuran : < / > 1 cm

Pemeriksaan Histopatologis

Pemeriksaan darah

5 Radiograf granuloma: - Radiolusen bulat/oval batas jelas

6 - Kontinuitas lamina dura putus

7 Radiograf kista ; radiolusen bulat berbatas tegas radiopak

8

11

Page 12: Laporan Isi Bm,

9       Pemeriksaan dalam mulut adalah pemerikasan yang dilakukan terhadap

gigi, gusi, lidah, palatum, dasar mulut, pipi, mukosa mulut, uvula, tonsil,

dan jaringan didalam mulut lainnya.

10       Pemeriksaan dalam mulut yang dilakukan dengan bantuan alat dasar

berupa : kaca mulut, sonde, pinset, ekscavator, dan probe : untuk

memperjelas pandangan dapat digunakan kamera intra oral yang

dihubungkan dengan monitor.

11 Gigi      

Lakukan pemerikasaan gigi berurutan mulai sekarang dari rahang bawah kiri,

rahang bawah kanan, kemudian rahang atas kanan, ke rahang atas kiri.

12                       Lakukan Pemeriksaan :

13 -     Inspeksi     : Kita perhatikan warna gigi, luas kerusakan, posisi dan lokasi

14 -     Sonde        : Dengan alat sonde kita bersihkan kavitas gigi dari sisa

makanan,

15                           membuang jaringan caries

16 -     Perkusi      : Yaitu mengetuk permukaan oklusal gigi dengan tangkai alat,

apakah  

17                           ada periodontitis, pyorrhoe alveolaris.

18 -     Palpasi    :  Yaitu meraba dengan kedua jari telunjuk bagian bukal dan

lingual

19                          maksila maupun mandibula pada bagian tulang alveolarnya.

20 Pemeriksaan Penunjang

21       Rujukan pemeriksaan penunjang dilakukan oleh dokter gigi untuk

membantu menegakkan diagnosisi, apabila tidak terdeteksi oleh

pemeriksaaan klinis ditempat praktek. Rujukan pemeriksaan penunjang

biasa dilakukan pembuatan Foto Rontgen serta pemeriksaan patologis

klinis.

22 1.   Radiologi

23              Rujukan pemeriksaan radiologi dilakukan bila dokter gigi ingin

melihat gambaran radiologis suatu penyakit atau kelainan dengan bantuan

12

Page 13: Laporan Isi Bm,

foto rontgen. Ada 3 jenis foto rontgen yang umum diminta oleh dokter gigi

umum yaitu foto dental, cephalometerik, dan panoramik.

24              Foto dental yang sering disebut juga foto periapikal memberikan

gambaran jelas 1 buah gigi dari mahkota sampai ujung akar beserta

jaringan disekitarnya.

25              Foto panoramik adalah foto seluruh gigi pada seluruh rahang dalam 1

film, sama dengan foto periapikal, gigi terlihat dari mahkota sampai ujung

akarnya. Gambaran jaringan disekitar akan tampak lebih luas tergambar,

tetapi proporsi ukuran gigi tidak seperti aslinya dan gambaran antar gigi

banyak yang terlihat menumpuk.

26              Foto Cepalometri adalah fioto rahang atas dan rahang bawah beserta

gigi dan jaringan disekitarnya. Gambaran yang dihasilkan lebih luas

dibanding foto periapikal dan panoramik karena juga memotret sendi

temporo mandibula dan tulang tengkorak foto jenis ini biasanya dibuat

untuk kebutuhan analisis cepalometri.

27              Tujuan gambar rontgen diantaranya adalah : membantu diagnosa

penyakit gigi dan jaringan pendukungnya sehingga dapat disusun

perencana prabedah yang matang. Pengamatan melalui gambar rontgen

gigi ini akan membantu usaha eksodonsia seperti fraktur rahang,

kerusakan dinding dasar sinus maksilaris dan tentunya juga akan

mengurangi waktu operasi, menghindari kemungkinan infeksi pasca –

bedah.

27.1 Diagnosis Kasus Bedah Mulut pada Skenario

Diagnosa

Dari hasil anamnesa pada pasien, diketahui bahwa gigi belakang

kanan pernah sakit sekali kira-kira dua tahun yang lalu dan tidak dilakukan

perawatan. Dari pemeriksaan ekstra oral terdapat pembengkakan region

submandibular konsistensi keras di sekeliling mandibula kanan dan pinggir

bawah mandibula (basis mandibula) tidak teraba, warna kemerahan dan

diffuse. Pemeriksaan lokal intra oral ditemukan OH yang jelek, gingivitis

13

Page 14: Laporan Isi Bm,

hampir menyeluruh, gigi molar bawah kanan karies dengan keadaan

gangrene pulpa, tes perkusi dan tekan memberi reaksi + sakit.

Dengan melihat hasil dari pemeriksaan di atas, didapatkan suatu

diagnosa bahwasannya pembengkakan yang terjadi merupakan abses

submandibular. Kasus ini, merupakan lanjutan dari karies pada gigi

belakang kanan yang tidak dilakukan perawatan, kemudian berlanjut

menjadi pulpitis, gangren pulpa, periodontitis apikalis dan selanjutnya

menjadi abses, abses yang terjadi (awalnya adalah abses periapikal, yaitu

abses yang terletak di apikal gigi) yang dapat berlanjut menjadi abses

submukosa karena adanya infeksi yang hebat menyebabkan pergerakan

tekanan nanah "pus" ke arah mukosa/gusi. Bila pergerakannya ke arah lanjut

ke bawah dari akar gigi ke arah tulang rahang bawah (regio submandibular),

lama-kelaman timbul pembengkakan sekitar wajah didaerah bawah. Adanya

abses ini menyebabkan basis mandibula tidak teraba. Bila pembengkakan

makin membesar dapat menyebabkan terangkatnya lidah dan menyulitkan

pernafasan dan penelanan didalam mulut, kondisi ini sudah masuk dalam

kategori kegawat daruratan.

Differential Diagnosa

Diagnosa banding pada kasus skenario bedah mulut kali ini adalah abses

perimandibular. Alasan kenapa tidak menjadikannya sebagai diagnosa akhir

adalah karena pada abses perimandibular biasanya abses sudah menjalar ke

daerah faciabukal, sedangkan pada kasus di skenario abses masih sampai di

14

Page 15: Laporan Isi Bm,

daerah regio submandibular saja. Selain itu pada abses perimandibular

biasanya juga dijumpai adanya pambengkakan pada vena jugularis yang

identik dengan adanya hipertensi. Sedangkan pada kasus di skenario tidak

ditemukan gejala tersebut.

3.3 rencana perawatan pada kasus DM

Setiap rencana perawatan disusun sedemikian rupa sehingga meliputi keadaan

lokal, kesehatan umum dan sosial ekonomi daripada pasien.

Seorang dokter gigi dan ahli bedah mulut tidak boleh melupakan bahwa dia

merawat seorang manusia dan bukan hanya sesuatu gigi atau gusi atau mulut saja.

Untuk dapat melakkukan ini tentunya dibutuhkan pengetahuan yang luas, tidak

saja mengenai keadaaan dalam mulut pasien yang dihadapi, tetapi juga mengenai

keadaan umum daripada penderita tersebut.

      Rencana perawatan tidak lepas daripada perawatan sebelum pembedahan dan

tidak kurang penting dari perawatan pasca bedah.

Dari rencana perawatan ini akan keluar 4 ( empat ) macam hasil yang akan dapat

dilakukan yaitu :

a.   Observasi ( diamati selanjutnya )

b.   Perawatan konservatif ( dirawat secara konservatif dengan pengobatan saja )

c.   Pembedahaan ( diambil tindakan operasi )

d.   Konsultasi ( dikirim kesejawat yang lebih ahli untuk dimintakan advis )

Pada orang yang menderita Diabetes Mellitus terdapat gangguan pada

sistem perdarah darah, sehingga menyebabkan suplai aliran darah pada

pulpa menjadi terhambat. Apabila di pulpa terjadi infeksi maka

penyembuhan infeksi juga akan terhambat, karena sel-sel darah putih yang

berperan dalam pertahanan tubuh yang beredar dalam pembuluh darah

menjadi tidak efektif untuk mengatasi, oleh sebab itu biasanya pada pasien

Diabetes Melitus, penyembuhan infeksi menjadi lebih lama. Selain itu pada

pasien Diabetes Mellitus juga terjadi penurunan sistem imun sehingga

mempermudah jalannya infeksi. Oleh sebab itu gangren lebih mudah cepat

terjadi karena imun tidak bisa mengatasi bakteri. Jika gangren sudah

15

Page 16: Laporan Isi Bm,

mencapai pulpa tetapi masih ada bakterinya, bakteri tersebut akan

mempecepat perluasan infeksi. Karena infeksi di gigi molar, maka

penyebaran infeksinya akan ke limfonodi yang paling dekat yaitu di regio

sub mandibula sehingga terjadi pembengkakan di regio tersebut.

Diabetes yang terkontrol dengan baik tidak memerlukan terapi

antibiotik profilaktik untuk pembedahan rongga mulut. Pasien dengan

diabetes yang tidak terkontrol akan mengalami penyembuhan lebih lambat

dan cenderung mengalami infeksi, sehingga memerlukan pemberian

antibiotik profilaktik. Responnya terhadap infeksi tersebut di duga keras

akibat defisiensi leukosit PMN dan menurunnya atau terganggunya

fagositosis, diapedesis, dan kemotaksis karena hiperglikemi. Sebaliknya

infeksi orofasial menyebabkan kendala dalam pengaturan dan pengontrolan

diabetes, misalnya meningkatnya kebutuhan insulin. Pasien dengan riwayat

kehilangan berat badan yang penyebabnya tak diketahui, yang terjadi

bersamaan dengan kegagalan penyembuhan infeksi dengan terapi yang biasa

dilakukan bisa dicurigai diabetes.

Pembedahan dentoalveoler yang dilakukan pada pasien diabetes tipe II

dengan menggunakan anestesi lokal biasanya tidak memerlukan tambahan

insulin atau hipoglikemik oral. Pasien diabetes tipe I yang terkontrol harus

mendapat insulin sebelum dilakukan pembedahan, dan makan karbohidrat

dalam jumlah yang cukup. Perawatan yang terbaik untuk pasien ini adalah

pagi hari setelah makan pagi. Diabetes tidak terkontrol dengan baik, yang

sering disebabkan karena sulitnya mendapatkan insulin, harus dijadikan

terkontrol dahulu sebelum dilakukan pembedahan. Ini biasanya memerlukan

rujukan dan kemungkinan pasien harus dirawat inap. Pasien dengan diabetes

tak terkontrol biasanya mengalami penyembuhan lambat dan cenderung

mengalami infeksi.

Diabetes Mellitus

16

Page 17: Laporan Isi Bm,

     Pada penyakit ini jumlah insulin berkurang ( hipoinsulinnisme ), maka

metabolisme glukose terganggu, sehingga dijumpai ada glukose yang meninggi

pada urine dan darah.

             Gejala – gejalanya :

-        polifagia ( banyak makan ) karena sering lapar

-        polidispia ( banyak minum ) karena selalu haus

-        poliuria ( banyak urine )

-        Gisi bengkak ( odematus )

-        Gigi goyah

-        Banyak karang gigi

     Pemberian adrenalin pada penderita diabetes kemungkinan dapat menyebabkan

terjadinya “ coma diabeticum”.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Prosedur pemeriksaan bedah mulut antara lain : bertanya tentang

identitas penderita, anamnesa, pemeriksaan obyektif (status lokal)

ekstra oral dan intra oral.

2. Pengaruh penyakit diabetes melitus dengan kasus bedah mulut antara

lain : penderita dengan diabetes melitus tidak terkontrol dapat

menyebabkan penyembuhan yang lama dan infeksi, sehingga perlu

diberikan antibiotik profilaktif. Respon terhadap infeksi akibat dari

defisiensi leukosit polimorfonuklear, menurunnya atau terganggunya

gagositosis, diapedesis, dan kemotaksis karena hiperglikemi.

3. Diagnosis dari kasus bedah mulut pada skenario adalah abses .

17

Page 18: Laporan Isi Bm,

DAFTAR PUSTAKA

Harty. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC.

Purwanto, dkk. 1999. Buku Ajar Bedah Mulut I. jember: FKG Universitas Jember.

Purwanto, dkk. 1999. Buku Ajar Bedah Mulut II. jember: FKG Universitas

Jember.

Pedersen. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC

Soemartono. 2000. Infeksi Odontogen Dan Penyebabnya. Pelatihan spesialis

kedokteran gigi bidang bedah mulut, 6-30 juni 2003.

18