laporan kasus bm
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
Impaksi Horizontal Kelas III Level A
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Skill Lab
Oral Diagnosa dan Rencana Perawatan
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
Pembimbing :
drg. Zainul Cholid, Sp.BM
drg. Abd. Rochim, M.Kes, MMR
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2015
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK
1. Afifannisa Dienda Rifani (131610101058)
2. Jerry Daniel (131610101018)
3. Hesti Rasdi Setiawai (131610101020)
4. Duati Mayangsari (131610101039)
5. Arini Al Haq (131610101040)
6. Pungky Anggraini (131610101042)
7. Rachel P W (131610101049)
8. Fatimatuz Zahroh (131610101051)
9. Cholida Rachmatia (131610101056)
10. Lusi Hesti Pratiwisari (131610101058)
11. Iman Santoso Adji (131610101060)
12. Primawati Dyah (131610101077)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah – NYA
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan kasus yang berjudul “Impaksi
Horizontal Kelas III Level A”. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi
skill lab Oral Diagnosa.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. drg. Zainul Cholid, Sp.BM dan drg. Abd. Rochim, M.Kes, MMR selaku
fasilitator yang telah membimbing jalannya skill lab Bedah Mulut kelompok V
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan memberi masukan yang
membantu bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.
Jember, 30 Apil 2015
Tim Penyusun
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gigi Impaksi adalah gagalnya gigi tumbuh ke dalam lengkung rahang karena
kurangnya tempat dalam ruang rahang. Paling sering terjadi pada gigi geraham
bungsu atau dikenal juga sebagai gigi molar 3 (m3) atau “wisdom tooth”.
Biasanya gigi ini tumbuh pada umur 17-25 tahun. Banyak orang masih
membiarkan gigi impaksi bahkan menganggap terjadinya impaksi yang akut
belum termasuk kebutuhan untuk di ambil atau di cabut. Posisi gigi yang tidak
tumbuh sempurna menyebabkan makanan dan kotoran gampang terjebak di
bawah gusi yang di bawahnya terdapat gigi bungsu sehingga menyebabkan
terjadinya infeksi dan peradangan gusi yg disebut perikoronitis. Peradangan ini
bisa menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman pada penderitanya dan kadang
disertai bengkak di gusi, pipi dan sakit saat menelan. Selain itu gigi impaksi
mendorong gigi-gigi depannya sehingga letaknya menjadi tidak beraturan dan
berjejalan, sehingga gigi menjadi tidak terlihat cantik. Gigi berjejal ini juga bisa
membuat saluran pernafasan terganggu dan bisa menyebabkan bau mulut.
Timbulnya nyeri sering mengiringi keberadaan gigi impaksi. Nyeri disini bisa
mulai dari migraine/pusing sebelah, nyeri saat menelan, nyeri di daerah leher
pundak belakang di sisi yang terdapat gigi impaksi, nyeri saat buka tutup mulut,
nyeri daerah telinga sampai telinga berdengung.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Impaksi
Gigi impaksi adalah gigi yang sebagian atau seluruh nya tidak erupsi dan
posisinya berlawanan dengan gigi lainya, jalan erupsi normalnya terhalang oleh
tulang dan jaringan lunak, terblokir oleh gigi tetangganya, atau dapat juga oleh karena
adanya jaringan patologis. Impaksi dapat diperkirakan secara klinis bila gigi
antagonisnya sudah erupsi dan hampir dapat dipastikan bila gigi yang terletak pada
sisi yang lain sudah erupsi.
Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi secara utuh pada posisi yang
seharusnya. Hal ini dapat terjadi karena ketidaktersediaan ruangan yang cukup pada
rahang untuk tumbuhnya gigi dan angulasi yang tidakbenar dari gigi tersebut.
Secara umum impaksi adalah keadaan jika suatu gigi terhalang erupsi untuk
mencapai kedudukan yang normal. Impaksi gigi dapat berupa gigi yang tumbuhnya
terhalang sebagian atau seluruhnya oleh gigi tetangga, tulang atau jaringan lunak
sekitarnya.
2.2 Etilogi
Etiologi dari gigi impaksi bermacam-macam diantaranya kekurangan ruang,
kista, gigi supernumerer, retensi gigi sulung, infeksi, trauma, anomali dan kondisi
sistemik.Faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya impaksi gigi adalah
ukuran gigi. Sedangkan faktor yang paling erat hubungannya dengan ukuran gigi
adalah bentuk gigi. Bentuk gigi ditentukan pada saat konsepsi. Satu hal yang
perludiperhatikan dan perlu diingat bahwa gigi permanen sejak erupsi tetap tidak
berubah.
Pada umumnya gigi susu mempunyai besar dan bentuk yang sesuai serta
letaknya terletak pada maksila dan mandibula. Tetapi pada saat gigi susu tanggal
tidak terjadi celah antar gigi, maka diperkirakan akan tidak cukup ruang bagi gigi
permanen penggantinya sehingga bisa terjadi gigi berjejal dan hal ini merupakan
salah satu penyebab terjadinya impaksi.
Penyebab meningkatnya impaksi gigi geraham rahang bawah disebabkan oleh
karena faktor kekurangan ruang untuk erupsi. Hal ini dapat dijelaskan antara lain
jenis makanan yang dikonsumsi umumnya bersifat lunak, sehingga untuk mencerna
tidak memerlukan kerja yang kuat dari otot-otot pengunyah, khususnya rahang bawah
menjadi kurang berkembang.
Istilah impaksi biasanya diartikan untuk gigi yang erupsi oleh sesuatu sebab
terhalang, sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang
normal di dalam deretan susunan gigi geligi. Hambatan halangan ini biasanya berupa
hambatan dari sekitar gigi atau hambatan dari gigi itu sendiri.
2.3 Klasifikasi Impaksi
Berdasarkan relasi molar ketiga bawah dengan ramus mandibula
Klas I: Diameter anteroposterior gigi sama atau sebanding dengan ruang antara batas
anterior ramus mandibula dan permukaandistal gigi molar kedua.Pada klas I ada
celah di sebelah distal Molar kedua yang potensial untuk tempat erupsi Molar ketiga.
Klas II: Sejumlah kecil tulang menutupi permukaan distal gigi dan ruang tidak
adekuat untuk erupsi gigi, sebagai contoh diameter mesiodistal gigi lebih besar
daripada ruang yang tersedia. Pada klas II, celah di sebelah distal M
Klas III: Gigi secara utuh terletak di dalam mandibula – akses yang sulit. Pada klas
III mahkota gigi impaksi seluruhnya terletak di dalam ramus. Komponen kedua
dalam sistem klasifikasi ini didasarkan pada jumlah tulang yang menutupi gigi
impaksi.
Baik gigi impaksi atas maupun bawah bisa dikelompokkan berdasarkan
kedalamannya, dalam hubungannya terhadap garis servikal Molar kedua
disebelahnya.
Faktor umum dalam klasifikasi impaksi gigi rahang atas dan rahang bawah :
Posisi A: Bidang oklusal gigi impaksi berada pada tingkat yang sama dengan oklusal
gigi molar kedua tetangga. Mahkota Molar ketiga yang impaksi berada pada atau di
atas garis oklusal.
Posisi B: Bidang oklusal gigi impaksi berada pada pertengahan garis servical dan
bidang oklusal gigi molar kedua tetangga. Mahkota Molar ketiga di bawah garis
oklusal tetapi di atas garis servikal Molar kedua.
Posisis C: Bidang oklusal gigi impaksi berada di bawah tingkat garis servikal gigi
molar kedua. Hal ini juga dapat diaplikasikan untuk gigi maksila.
BAB 3. LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap/panggilan : Iman Ssntoso Adji
Tanggal lahir/Umur : 7-4-1994/20 tahun
Pekerjaan/Sekolah : Mahasiswa/Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Perum Matrip Blok K No.4
Status Perkawinan : Belum kawin
Nama orang tua : Isrochmat Hadi Janto
Kebangsaan/Suku bangsa : Indonesia/Jawa
II. KONSUL/RUJUKAN DARI : -
III. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan gigi belakang kanan pernah sakit
2. Riwayat penyakit bedasakan keluhan utama
Pasien mengatakan sakit pada gigi belakang kaan rahang bawah 3
minggu yang lalu. Terasa perih saat kemasukan makanan dan sikat
gigi, sering ada makanan yang terselip. Pasien tidak minum obat saat
sakit terjadi untuk menghilangkang rasa sakitnya. Sakit sembuh 1
minggu kemudian dan sekarang tidak sakit.
3. Riwayat perawatan gigi dan mulut yang pernah dilakukan
Pasien mengatakan gosok gigi 1 kali sehari saat mandi pagi dan pernah
skaling 1 tahun yang lalu di RSGM FKG UNEJ.
4. Riwayat kesehatan umum (penyakit sistemik/alergi)
-
5. Kebiasaan buruk
Pasien mengatakn sering menggigit bolpen di bagian depan dan
mengunyah pada sisi kanan.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan ibunya menderita hipertensi, adik kandungnya
menderita asma dan neneknya menderita DM.
IV. PEMERIKSAAN
1. Keadaan umum
a. Kondisi fisik : Sehat
b. Tanda-tanda vital
TD: 110/70 mmHG
RR : 16 x / menit
N: 72 x / menit
BB: 60kg
TB: 166 cm
2. Klinis
a. Ekstra oral
1. Wajah
- Asimetri wajah : Simetris
- Hipotonus bibir : TAA
- Kepala leher : normal
2. Kelenjar Limfe : normal
3. Kelenjar Saliva : normal
4. Sendi Temporo Mandibular
- Pergerakan mandibula membuka dan menutup
Abnormal , terdapat suara kliking pada sisi kanan
- Pergerakan mandibula kesegala arah
Normal
- Kemampuan membuka mulut
Normal
b. Intra oral
1. Kebersihan rongga mulut Baik Sedang
Buruk
2. Pemeriksaan gigi dan jaringan periodontal
No.
GIG
I
PEMERIKSAAN JARINGAN PERIODONTAL
Sak
it
War
na
Kel
adal
am k
arie
s
Tes
din
gin
Pem
besa
ran
Kon
sist
ensi
Tek
st u
r
Sup
uras
i
Res
esi G
ingi
va
Keg
oyah
an
1. 48 - M KM + -
Ken
yal
- - - -
2 18 - CP KS -K
enya
l - - - -
3 17 - CP KS -
Ken
yal
- - - -
4 26 - CP KS -
Ken
yal
- - - -
VV
5 37 - M KS -
Ken
yal
- - - -
6 36 - CP KS -
Ken
yal
- - - -
ODONTOGRAM
Pemeriksaan relasi molar
- Relasi molar pertama permanen dan caninus :
netroklusi
- Oklusi : normal
- Gigi berdesakan : anterior
c. Pemeriksaan Mukosa Mulut
Normal
d. Pemeriksaan penunjang
Gigi 47 dan 48 Gigi 37 dan 38
Keterangan :
1. 47 dan 48
- Tidak ada kelainan periapikal
- Mahkota 48 menyentuh mahkita distal 47
- Akar sudah sempurna
- Apikal constriction sudah menutup
2. 37 dan 38
- Tidak ada kelainan periapikal
- Selelruh mahkita 38 menyentuh distal 37
- Akar sempurna
- Apikal constriction menurup
V. DIAGNOSIS
1. Impaksi Horizintal Kelas III Level A gigi 48 dan 38
2. Hiperemi pulpa gigi 48
3. Iritasi pulpa gigi 17, 18, 26, 36, 37
VI. PROGNOSIS : Baik
VII. RENCANA PERAWATAN
1. Odontektomi gigi 48 dan 38
2. Pro Konservasi gigi 17, 18, 26, 38 dan 37
3. DHE
BAB 4. PENUTUP
Prosedur penegakan diagnosa bedah mulut anamnesis, pemeriksaan subjektif,
pemeriksaan objektif intraoral dan ektra oral serta pemeriksaan penunjang radiografi.
Dari beberapa pemeriksaan tersebut dapat di simpulkan sebuah diagnosa. Setelah
diagnosa ditegakkan maka kita dapat menentukan rencana perawatan. Kesalahan
penegakan diagnosa berpengaruh terhadap rencana perawatan pasien, untuk itu
diperlukan langkah – langkah yang sistematik dan teliti.
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah RM, Situmarong N. Dampak gigi molar tiga mandibula impaksi terhadap kualitas hidup mahasiswa universitas sumatera barat. Dentika Dental Journal 2005;10(2):73-4
Pederson GW. Buku ajar praktis bedah mulut 2nd ed. Alih Bahasa: Purwanto, Basoeseno. Jakarta: EGC; 1996