bab xiii - kementerian ppn/bappenas :: home€¦  · web view · 2013-10-23... segea-gotoase,...

107
TRANSPORTASI

Upload: doanduong

Post on 13-Apr-2018

219 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

TRANSPORTASI

Page 2: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi
Page 3: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

BAB XIII

TRANSPORTASI

A. PENDAHULUAN

Sesuai dengan amanat GBHN 1993 pembangunan sistem transportasi diarahkan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, stabilitas nasional, serta upaya pemerataan dan penyebaran pemba- ngunan, dengan menembus isolasi dan keterbelakangan daerah terpencil, dan dengan demikian makin memantapkan perwujudan Wawasan Nusantara sebagai wawasan penyelenggaraan pembangunan nasional dalam memperkukuh ketahanan nasional. Pembangunan sistem transportasi nasional diselenggarakan antara lain melalui pembangunan prasarana dan sarana transportasi serta penyempurnaan perangkat pengaturan dan kelembagaannya, dan dengan memanfaat- kan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pembangunan transportasi merupakan bagian yang amat penting dari pembangunan nasional, karena peranannya sebagai pendukung pembangunan sektor-sektor lain serta fungsinya untuk menyediakan

XIII/3

Page 4: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

jasa pelayanan bagi arus pergerakan orang, barang, dan jasa baik di tingkat lokal, regional maupun internasional. Oleh karena itu pembangunan sektor transportasi dalam Repelita VI diupayakan diselenggarakan secara lebih efisien, handal dan berkualitas, melalui serangkaian program pembangunan yang menyeluruh, terarah, dan terpadu serta berkesinambungan. Sejalan dengan itu, sistem transport- tasi nasional yang meliputi transportasi darat, transportasi laut serta transportasi udara diarahkan perkembangannya agar secara terpadu dan intermoda dapat terwujud sebagai bagian dari suatu sistem distribusi yang mantap dan mampu memberikan pelayanan dan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat luas.

Pembangunan prasarana jalan selama tiga tahun pelaksanaan Repelita VI telah berhasil meningkatkan kemantapan jaringan serta memperluas jaringan jalan sampai menjangkau ke hampir seluruh pelosok desa serta daerah terisolasi, serta menghubungkan pusat-pusat produksi dengan daerah pemasarannya. Program rehabilitasi dan pemeliharaan rutin dan berkala jalan dan jembatan pada jaringan jalan arteri dan kolektor mencapai masing-masing sepanjang 97.144 kilometer untuk jalan dan 39.089 meter untuk jembatan. Peningkatan jalan dan jembatan mencapai masing-masing sepanjang 54.157 kilometer dan 90.445 meter, yang meliputi jalan arteri sepanjang 3.990 kilometer beserta jembatannya sepanjang 6.618 meter, jalan kolektor 14.527 kilometer serta jembatannya 41.525 meter, jalan lokal 30.424 kilometer dan jembatannya 38.946 meter, serta jalan poros desa 5.216 kilometer dan jembatannya 3.356 meter.

Pembangunan jalan dan jembatan baru terus dilanjutkan untuk memperluas jangkauan pelayanan transportasi, guna memperlancar roda perekonomian dan membuka wilayah yang terisolasi dan terbelakang. Keseluruhannya meliputi jalan arteri 825 kilometer dan jembatan 3.392 meter, jalan kolektor 2.462 kilometer dan jembatan

XIII/4

Page 5: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

5.783 meter, jalan lokal 857 kilometer dan jembatan 5.028 meter, serta jalan poros desa 1.977 kilometer. Sementara itu pembangunan jalan tol sampai dengan tahun ketiga Repelita VI telah menghasilkan ruas baru yang dioperasikan sepanjang 90 kilometer. Untuk tahun keempat Repelita VI akan dilaksanakan pembangunan sepanjang 65 kilometer yang sebagian besar merupakan program kemitraan antara pemerintah dengan swasta.

Sejalan dengan peningkatan kualitas prasarana jalan, baik panjang jaringan maupun kapasitasnya, serta dengan meningkatnya kegiatan pembangunan sektor-sektor lain dan tingkat kesejahteraan masyarakat, maka jumlah armada angkutan transportasi jalan yang terdiri dari bis, truk, mobil penumpang dan kendaraan roda dua meningkat dengan pesat, yaitu dari 13,7 juta unit pada tahun pertama, 14,4 juta unit pada tahun kedua, menjadi 15,2 juta unit pada tahun ketiga Repelita VI.

Jasa angkutan kereta api, sebagai salah satu moda transportasi darat, semakin dibutuhkan oleh masyarakat baik untuk angkutan massal di dalam kota yang padat penduduknya maupun untuk angkutan massal penumpang dan barang jarak jauh. Upaya peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan angkutan KA dalam tiga tahun pertama Repelita VI meliputi pembangunan jalan kereta api sepanjang 112 kilometer, yaitu jalur baru KA lintas Citayam-Cibinong, Duri-Tangerang, jalur ganda lintas Depok-Bogor, dan Cikampek - Cirebon. Di samping itu telah dilaksanakan peningkatan dan rehabilitasi jalan rel sepanjang 408 kilometer, serta rehabilitasi jembatan KA sebanyak 87 unit. Untuk meningkatkan kapasitas produksi angkutan kereta api telah dilaksanakan rehabilitasi lok diesel sebanyak 52 buah, rehabilitasi KRD/KRL sebanyak 11 buah, rehabilitasi gerbong sebanyak 67 buah, pengadaan gerbong barang sebanyak 80 buah, pengadaan lok diesel sebanyak 27 buah, pengadaan

XIII/5

Page 6: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

kereta penumpang untuk kelas ekonomi - hasil produksi dalam negeri oleh PT. INKA - sebanyak 29 buah, serta pengadaan KRL sebanyak 52 buah dimana 28 buah diantaranya adalah hasil produksi perakitan dalam negeri yang dilaksanakan melalui program alih teknologi KRL oleh PT INKA. Sementara itu dalam program yang sama sedang diproduksi 100 buah KRL.

Kinerja angkutan kereta api selama tiga tahun Repelita VI terus meningkat, yaitu jika pada tahun pertama jumlah penumpang maupun barang yang diangkut adalah sebanyak 121,7 juta orang dan 16,7 juta ton barang, pada tahun kedua bertambah menjadi 146,4 juta orang dan 17,1 juta ton barang, dan pada tahun ketiga menjadi 153,6 juta orang dan 18,5 juta ton barang.

Dalam rangka meningkatkan penyediaan pelayanan jasa angkutan di kawasan-kawasan yang terpencil, telah dilanjutkan pembangunan prasarana dan sarana angkutan sungai, danau dan penyeberangan (ASDP), serta pemberian subsidi bagi angkutan perintis yang diutamakan untuk kawasan timur Indonesia.

Selama tiga tahun pertama Repelita VI telah dilaksanakan pembangunan dermaga penyeberangan sebanyak 40 buah, 17 buah diantaranya telah diselesaikan, sedangkan 23 buah lagi sedang dalam pelaksanaan. Selain itu telah dilaksanakan pembangunan dermaga sungai dan danau sebanyak 40 buah dimana 22 buah diantaranya berada di KTI, peningkatan/rehabilitasi dermaga penyeberangan sebanyak 21 buah dimana 13 diantaranya berada di KTI, rehabilitasi/peningkatan dermaga sungai dan danau 24 buah dimana 9 diantaranya berada di KTI, persiapan pengadaan 5 buah kapal ferry cepat untuk angkutan penumpang yang akan dioperasikan pada lintas Jakarta-Surabaya, Semarang-Kumai, Surabaya-Banjarmasin, Balik-

XIII/6

Page 7: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

papan-Pare Pare, serta pembangunan kapal penyeberangan perintis sebanyak 11 unit, 7 unit diantaranya berlokasi di KTI.

Untuk melayani jasa angkutan penyeberangan, pada tahun pertama Repelita VI telah dioperasikan 135 kapal penyeberangan dan 7 truk air dimana 75 kapal dan 7 truk air dioperasikan oleh PT. ASDP dan 60 kapal oleh swasta, meningkat menjadi 143 unit kapal penyeberangan dan 7 unit truk air pada tahun kedua dimana 78 kapal dan 7 truk air dioperasikan oleh PT. ASDP, dan 65 kapal oleh swasta, dan pada tahun ketiga meningkat lagi menjadi 179 unit kapal penyeberangan dan 7 truk air dimana 84 unit kapal dan 7 truk air dioperasikan oleh PT. ASDP, 11 kapal oleh swasta melalui KSO dengan PT ASDP, dan 84 kapal oleh swasta. Peningkatan sarana pelayanan jasa angkutan penyeberangan tersebut sejalan dengan peningkatan lintasan penyeberangan yaitu jika pada tahun pertama Repelita VI terdapat 57 lintasan, pada tahun kedua meningkat menjadi 88 lintasan dan pada tahun ketiga menjadi 90 lintasan.

Kinerja angkutan sungai danau dan penyeberangan terus meningkat selama tiga tahun Repelita VI yaitu untuk angkutan penumpang meningkat dari 59 juta orang pada akhir Repelita V menjadi berturut-turut 63 juta orang pada tahun pertama, 77,2 juta orang tahun kedua dan 79,2 juta orang untuk tahun ketiga atau rata-rata naik 11,4% per tahun. Angkutan barang meningkat dari 26,2 juta ton pada akhir Repelita V menjadi 28,6 juta ton pada tahun pertama, 30,2 juta ton tahun kedua, serta 31,3 juta ton pada tahun ketiga, atau rata-rata naik 6,5% pertahun.

Untuk membantu pertumbuhan pembangunan di daerah-daerah yang masih belum berkembang perekonomiannya, pemberian subsidi dilanjutkan dan terus ditingkatkan. Jumlah lintasan telah bertambah selama tiga tahun Repelita VI, yaitu pada tahun pertama sebanyak 36

XIII/7

Page 8: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

lintasan perintis, pada tahun kedua bertambah menjadi 42 lintas perintis, dan tahun ketiga menjadi 52 lintas perintis penyeberangan.

Peranan perhubungan laut amatlah penting terutama angkutan barang baik antar pulau maupun antar negara. Selama tiga tahun pertama Repelita VI, armada pelayaran nusantara yang berjumlah 1.393 kapal dengan kapasitas 4,2 juta DWT mengangkut barang sebanyak 196,7 juta ton. Sedangkan armada pelayaran rakyat dan perintis mengangkut masing-masing 22,1 juta ton dan 0,3 juta ton. Di samping itu dalam periode yang sama armada pelayaran samudera nasional yang berjumlah 21 unit kapal dengan kapasitas 357.970 DWT mengangkut barang ekspor dan impor sebanyak 128,3 juta ton. Armada pelayaran khusus yang memiliki 3.676 kapal dengan kapasitas 2,0 juta DWT, 697 ribu BRT dan 915 ribu HP mengangkut muatan sebanyak 895,1 juta ton. Kelancaran angkutan barang antar pulau dan antar negara sebesar itu tidak bisa lepas dari kinerja bongkar muat di pelabuhan dan ketersediaan kapal pengangkut serta fasilitas keselamatan pelayaran pada alur-alur pelayaran yang ada yang terus meningkat. Selama tiga tahun pertama Repelita VI ini telah dibangun dermaga sepanjang 7.086 meter, gudang seluas 22.115 meter persegi, lapangan penumpukan seluas 140.669 meter persegi dan terminal penumpang seluas 12.325 meter persegi.

Bersamaan dengan pembangunan fasilitas pelabuhan telah pula dilakukan penambahan kapal dan kapasitas armada pelayaran nasional untuk mencukupi kebutuhan angkutan laut. Selama tiga tahun Repelita VI telah terjadi penambahan armada pelayaran nusantara sebanyak 415 unit dengan kapasitas 3,2 juta DWT. Sedangkan untuk pelayaran rakyat terjadi pertambahan armada sebanyak 46 unit dengan kapasitas 83.661 DWT. Pelayaran perintis juga mengalami peningkatan sebanyak 6 unit armada untuk melayari tambahan 6 trayek. Selain itu dalam pelayanan jasa oleh armada khusus telah terjadi peningkatan

XIII/9

Page 9: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

sebanyak 576 unit dengan kapasitas 9.127 BRT dan 146.179 HP sedangkan armada pelayaran samudera mengalami peningkatan kapasitas sebesar 35.663 DWT. Sementara itu untuk meningkatkan keselamatan pelayaran telah dibangun 20 unit menara suar, 218 unit rambu suar, dan pengerukan alur pelayaran sebanyak 34,2 juta m3.

Pada tahun ke-3 Repelita VI armada penerbangan berjadwal nasional telah berjumlah 215 buah pesawat yang melayani kebutuhan dalam negeri secara keseluruhan dan menghasilkan 494,4 juta pesawat-kilometer, 27.643,9 juta penumpang-kilometer, 2.754,9 ton-kilometer dan mengangkut 36,4 juta penumpang dan 369,1 ribu ton-barang. Dalam penyediaan jasa angkutan penerbangan ke luar negeri, armada penerbangan nasional telah menghasilkan kinerja 45.057,8 juta penumpang-kilometer dan 6.124,4 juta ton-kilometer serta me- ngangkut 10,6 juta penumpang dan 366,2 ribu ton barang dengan dengan jarak tempuh keseluruhan mencapai 267,1 juta pesawat-kilometer. Pembangunan prasarana bandar udara yang melayani penerbangan sipil telah meningkatkan jumlah bandar udara menjadi 184 buah dimana 117 diantaranya merupakan bandar udara kecil dengan kemampuan melayani pesawat sejenis Cassa-212.

B. SASARAN, KEBIJAKSANAAN DAN PROGRAM REPELITA VI

Sasaran pembangunan transportasi dalam Repelita VI adalah meningkatnya peranan sistem transportasi nasional dalam memenuhi kebutuhan jasa angkutan untuk menampung mobilitas manusia, barang, dan jasa; terwujudnya sistem transportasi nasional yang makin efisien yang didukung oleh kemampuan penguasaan teknologi dan sumber daya manusia yang berkualitas; meningkatnya peran serta masyarakat dalam usaha transportasi; meluasnya jaringan transportasi

XIII/9

Page 10: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

yang menjangkau daerah terpencil dan terisolasi, terutama di kawasan timur Indonesia; dan tersedianya pelayanan transportasi yang andal untuk mendukung industri, pertanian, perdagangan, dan pariwisata.

Sasaran pertumbuhan sektor transportasi dalam Repelita VI adalah rata-rata 7,0 persen per tahun. Dengan pertumbuhan ini, sektor transportasi dapat memberikan tambahan kesempatan kerja kepada 0,75 juta orang selama Repelita VI. Secara fisik, sasaran yang ingin dicapai di bidang transportasi pada akhir Repelita VI adalah terwu- judnya prasarana jalan arteri, kolektor, dan lokal sepanjang 267.370 kilometer; jalan tol sepanjang 660 kilometer; jalan kereta api sepanjang 5.401 kilometer; tersedianya kapasitas armada pelayaran yang mampu menyediakan jasa angkutan barang dalam negeri sebanyak 167 juta ton dan ekspor impor sebesar 210,3 juta ton; dan tersedianya kapasitas armada udara yang mampu mengangkut penumpang dalam negeri sebanyak 12,2 juta orang dan penumpang luar negeri sebanyak 9,6 juta orang.

Untuk mewujudkan berbagai sasaran pembangunan transportasi dalam Repelita VI, diupayakan pengembangan sistem transportasi nasional yang andal, berkemampuan tinggi, terpadu, dan efisien; pengembangan transportasi regional dengan perhatian khusus kepada daerah tertinggal, terutama kawasan timur Indonesia; dan pengem- bangan transportasi perkotaan yang mendukung pembangunan industri, pertanian, perdagangan, dan pariwisata; serta meningkatkan kualitas pelayanan sarana dan prasarana transportasi, peran serta masyarakat, pengembangan sumber daya manusia dan teknologi, dan daya saing transportasi nasional.

Untuk mencapai sasaran sesuai dengan arahan kebijaksanaan tersebut di atas, pembangunan transportasi dilakukan melalui beberapa program yang terdiri dari 5 program pokok dan 3 program penunjang.

XIII/10

Page 11: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

Program pokok meliputi program pengembangan sistem transportasi nasional, program pembangunan prasarana jalan dan jembatan, program pembangunan transportasi darat, program pembangunan transportasi laut, dan program pembangunan transportasi udara. Sedangkan program penunjang meliputi program pembangunan meteorologi, geofisika, pencarian dan keselamatan, program pendidikan dan pelatihan transportasi, serta program penelitian dan pengembangan transportasi.

C. PELAKSANAAN DAN HASIL PEMBANGUNAN TAHUN KETIGA REPELITA VI

1. Program Pokok

a. Program Pengembangan Sistem Transportasi Nasional

Transportasi yang berperan sebagai urat nadi kehidupan eko- nomi, sosial, budaya, politik, dan pertahanan keamanan pembangunan- nya diarahkan pada terciptanya suatu sistem transportasi nasional yang andal, berkemampuan tinggi, terpadu, dan efisien.

Dalam rangka perwujudan sistem transportasi nasional yang andal dan efisien tersebut, selama tiga tahun Repelita VI telah dikembangkan beberapa konsep strategis dan kebijaksanaan dasar sistem transportasi yang serasi dengan rencana tata ruang wilayah nasional dan dimaksudkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah, berupa jaringan dan lintas transportasi nasional. Selama tahun 1996/97 telah dilaksanakan berbagai studi/penelitian yang mendukung konsep sistem transportasi nasional, diantaranya adalah Studi Sistem Transportasi Regional, Pelaksanaan Survai Asal Tujuan Nasional Tahap II, Studi Perwujudan Transportasi Jangka Panjang,

XIII/11

Page 12: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

Studi Keterpaduan Transportasi Untuk Kawasan Timur Indonesia dan Australia Utara, Studi Keterpaduan Pengembangan Laut Nasional, dan Studi Sistem Penerbangan Perintis dan Lintas Batas Negara. Pelaksanaan berbagai studi tersebut ditindak-lanjuti dengan kajian-kajian dan rumusan-rumusan penyusunan peraturan perundangan dan perumusan kebijaksanaan pembangunan transportasi pada masa yang akan datang, khususnya dalam mengantisipasi peranan sektor swasta yang makin besar.

b. Program Pembangunan Prasarana Jalan dan Jembatan

Selama Repelita VI pembangunan subsektor prasarana jalan dilaksanakan makin meluas dan menjangkau jaringan jalan nasional, propinsi, wilayah perkotaan dan kabupaten serta jalan poros desa melalui program-program rehabilitasi dan pemeliharaan jalan dan jembatan, peningkatan jalan dan penggantian jembatan, serta pembangunan jalan dan jembatan baru. Program rehabilitasi dan pemeliharaan jalan dan jembatan ditujukan untuk memelihara, merawat serta memperbaiki kerusakan baik yang bersifat spesifik maupun setempat pada seluruh ruas jalan dan jembatan agar tetap dalam kondisi mantap. Peningkatan jalan dan penggantian jembatan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan pelayanan sesuai dengan pertumbuhan lalu lintas sehingga tetap berada dalam keadaan mantap sesuai umur rencana yang ditetapkan yaitu selama 3 sampai 5 tahun masa pelayanan serta mengganti sejumlah jembatan yang dalam keadaan rusak sehingga merupakan penyebab kurang berfungsinya ruas jalan. Pembangunan jalan dan jembatan merupakan pembangunan ruas-ruas jalan dan jembatan baru dalam usaha mengatasi pertumbuhan lalu lintas serta penyediaan prasarana jalan dan jembatan guna membuka daerah baru dan terpencil dalam rangka pe- ngembangan wilayah, maupun dalam usaha menunjang lokasi sektor-sektor strategis.

XII/12

Page 13: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

1) Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

Pada tahun 1996/97 rehabilitasi dan pemeliharaan jalan arteri dan kolektor yang sudah dalam kondisi mantap mencapai 32.419 kilometer dan jembatan 9.461 meter. Pemeliharaan jalan dan jembatan dilakukan baik rutin maupun berkala setiap 2-3 tahun sekali berupa pelapisan ulang permukaan aspal. Program rehabilitasi dan pemeli- haraan jalan dan jembatan pada tahun 1996/97 dilakukan di ruas-ruas jalan : Batas Aceh-Km 77, Tapak Tuan-Bakongan di Propinsi Daerah Istimewa Aceh; Batas Tapanuli Selatan-Jembatan Merah, Batas Pematang Siantar-Prapat di Propinsi Sumatera Utara; Payakumbuh-Batas Riau, Tapan-Batas Bengkulu di Propinsi Sumatera Barat; Betung-Sei Lilin, Peninggalan-Batas Jambi, Sei Lilin-Peninggalan di Propinsi Sumatera Selatan; Bengkayang-Sanggau, Singkawang-Bekanyang, Tanjung-Sanggau di Propinsi Kalimantan Barat; Kawangkoan-Worotican, Worotican-Poigar di Propinsi Sulawesi Utara; Masamba-Palopo, Batas Cabdin Wajo-Km 325, Wotu-Masamba, Pare Pare-Bangkae di Propinsi Sulawesi Selatan; Rate Rate-Kolaka, Lepo Lepo-Mandonga, Lepo Lepo-Kendari II, Raha-Wakuru-Lahapera, Pohara-Lasolo di Propinsi Sulawesi Tenggara.

2) Peningkatan Jalan dan Penggantian Jembatan

Program peningkatan jalan dan jembatan meliputi kegiatan peningkatan geometris, kapasitas, dan peningkatan struktur beberapa ruas jalan dari tekanan gandar 8 ton menjadi 10 ton, serta untuk memenuhi kebutuhan prasarana ke pelabuhan, pertumbuhan industri serta angkutan peti kemas. Peningkatan jalan arteri dan kolektor dalam tahun 1996/97 telah dilakukan sepanjang 5.773 kilometer dan penggantian jembatan sepanjang 15.222 meter. Peningkatan jalan dan penggantian jembatan dilakukan antara lain di ruas-ruas jalan : Simpang-Peureulak, Banda Aceh-Batas Aceh Barat di propinsi Daerah

XIII/13

Page 14: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

Istimewa Aceh; Duri-Dumai, Simpang Lago-Sorek di Propinsi Riau; Pamanukan-Lohbener, Cikampek-Pamanukan di Propinsi Jawa Barat; Asambaru-Pangkalan Bun, Tamiang Layang-Dayu-Ampah di Propinsi Kalimantan Tengah; Lianganggang-Martapura, Simpang Empat-Rantau, Pantai Hambawang-Amuntai di Propinsi Kalimantan Selatan; Aituto-Same, Aileu-Aituto di Propinsi Timor Timur; Pantoloan-Tompe, Tambu-Sabang, Toli Toli-Lingadan, Sabang-Siboang di Propinsi Sulawesi Tengah. Selain itu dilakukan pula peningkatan jalan lokal sepanjang 8.388 kilometer dan jembatan 12.848 meter serta peningkatan jalan poros desa sepanjang 1.976 kilometer dan jembatan sepanjang 3.356 meter.

3) Pembangunan Jalan dan Jembatan

Kegiatan pembangunan jalan dan jembatan baru ditujukan untuk membuka daerah terisolasi serta menambah panjang jalan sesuai dengan perkembangan kawasan serta kebutuhan hubungan antarwilayah. Khusus untuk propinsi Irian Jaya, program pem- bangunan jalan dan jembatan juga ditujukan untuk persiapan pengembangan propinsi-propinsi baru. Pada tahun ketiga Repelita VI program pembangunan jalan arteri dan kolektor telah menambah panjang jalan dan jembatan masing-masing sepanjang 1.221 kilometer dan 4.397 meter. Pembangunan jalan dan jembatan lokal pada tahun 1996/97 masing-masing mencapai panjang 277 kilometer dan 2.301 meter, sedangkan peningkatan jalan poros desa mencapai panjang 1.836 kilometer. Pembangunan jalan dan jembatan baru tahun 1996/97 dilakukan antara lain di ruas-ruas: Kr. Raya-Laweng Batee-Grong Grong, Tonggra-Babahrot-Trangon, Lp.Kajang-L.Paris-Batas Sumut di propinsi Daerah Istimewa Aceh; Bagan Jaya-Enok, Sekunyam-Cemaga-Ranai di Propinsi Riau; Gunung Mulyo-Bulat Berlian di Propinsi Bengkulu; Bakauheni-Simpang Ketapang di Propinsi Lampung; Ranca Buaya-Pameungpeuk di Propinsi Jawa

XIII/14

Page 15: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

Barat; Liku-Sajingan, Renuang-Seluas di Propinsi Kalimantan Barat; Sanggata-Simpang Perdan, Km 38-Semoi Sepahu, Tanjung Redeb-Tanjung Selor di Propinsi Kalimantan Timur; Kuta-Pongos Awang-Serumbung-Jor, Huu-Parado, Jereweh-Sekongkang-Lunyuk, Simpang Kore-Piong, Labuhan Kenanga-Piong di Propinsi Nusa Tenggara Barat; Wori-Likupang, Likupang-Air Tembaga, Penogaluman-Duloduo, Paguyaman-Pelabuhan Anggrek, Keliling Pulau Talaud di Propinsi Sulawesi Utara; Ekor-Subaim, Taniwel-Saleman, Wahai-Besi, Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi Maluku; Km 30-Mapia-Enarotali-Ilaga, Wamena-Tengon, Yetti-Senggi-Tengon, Menawi-Saubaba, Nimbrokang-Sarmi, Prafi-Sausapor-Kebar, Kokas- Bomberai-Bofuwer-Bomberay di Propinsi Irian Jaya.

Pembangunan jalan tol pada tahun 1996/97 dilakukan sepanjang 23 kilometer meliputi ruas-ruas: Grogol-Pluit, Harbour Road, Jakarta Outer Ring Road (JORR) seksi S dan E1 di wilayah Jakarta dan sekitarnya, Tangerang-Merak Tahap II di wilayah Jawa Barat, serta Surabaya-Gresik di wilayah Jawa Timur. Perkembangan pelaksanaan program-program di bidang jalan dan jembatan tersebut secara rinci dapat dilihat pada Tabel XIII-1.

Selama tiga tahun Repelita VI telah direhabilitasi dan diting- katkan jaringan jalan arteri dan kolektor sehingga jumlah panjang jalan dalam kondisi mantap meningkat dari 53.002 kilometer pada tahun pertama Repelita VI (1994/95) menjadi sepanjang 59.020 kilometer pada tahun ketiga Repelita VI (1996/97) atau mengalami kenaikan sebesar 11,4%, sedangkan panjang jaringan jalan dalam kondisi tidak mantap menjadi tinggal 7.580 kilometer. Perkembangan panjang jalan dan kondisi jalan arteri dan kolektor sejak tahun terakhir Repelita V (1993/94) sampai dengan tahun ketiga Repelita VI tersebut dapat dilihat pada Tabel XIII-2.

XIII/15

Page 16: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

c. Program Pembangunan Transportasi Darat

Transportasi darat yang meliputi angkutan jalan raya, angkutan kereta api, serta angkutan sungai, danau, dan penyeberangan sesuai dengan fungsinya, dituntut untuk menyediakan jasa transportasi sehingga mampu menunjang pengembangan sektor-sektor lain, pengembangan wilayah, membuka isolasi daerah-daerah terpencil, sehingga makin meningkatkan ketahanan nasional. Pembangunan transportasi darat harus dapat mengantisipasi pertumbuhan penduduk dan kecenderungan penyebaran pemukiman penduduk yang memerlukan penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang handal dan terjangkau oleh masyarakat.

Kebijaksanaan transportasi darat dalam Repelita VI, diarahkan untuk memantapkan hierarki pelayanan lokal dalam wilayah terbatas, pelayanan antar kawasan, antar kota dan antar pulau, dengan jenis moda transportasi yang berbeda, dengan pola pelayanan yang semakin seimbang, terpadu, dan saling mengisi. Dengan demikian sistem jaringan jalan, angkutan kereta api, serta angkutan sungai, danau, dan penyeberangan dapat menghubungkan dan memantapkan hubungan antara simpul-simpul produksi dan simpul-simpul distribusi dengan daerah pemasarannya di seluruh wilayah tanah air serta mendukung keseimbangan pertumbuhan antar daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah.

Peran serta pihak swasta dan koperasi dalam penyelenggaraan transportasi darat, didorong dan digalakkan melalui penciptaan iklim yang menumbuhkan persaingan yang sehat dan saling menghidupi termasuk dalam penyediaan transportasi perintis serta pengembangan jalur transportasi yang strategis.

XIII/16

Page 17: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

1) Pengembangan Fasilitas Lalu Lintas Jalan

Pengembangan fasilitas lalu lintas jalan ditujukan untuk mendukung pembangunan angkutan jalan dalam upaya melayani kebutuhan angkutan masyarakat dan menunjang pengembangan sektor industri, pertanian, perdagangan dan pariwisata. Peran serta swasta dan koperasi dalam penyediaan jasa angkutan jalan semakin ditingkatkan dan terus didorong untuk mewujudkan iklim berusaha yang sehat dan saling menghidupi melalui pemberian kemudahan dan fasilitas bagi investor swasta khususnya di bidang penyediaan armada dan pelayanan jasa angkutan jalan baik bis, truk, maupun kendaraan penumpang lainnya.

Angkutan jalan masih merupakan jenis moda angkutan yang dominan dalam melayani kebutuhan angkutan penumpang dan barang, karena lebih murah, aman, dan terjangkau oleh masyarakat. Kegiatan angkutan jalan yang meliputi angkutan penumpang dalam kota, antar kota, dan antar daerah yang terus meningkat diimbangi dengan peningkatan peran swasta dalam penyediaan dan pengoperasian angkutan umum penumpang dan barang. Transportasi bis umum dalam kota berperan besar dalam upaya mengatasi kemacetan yang disebabkan oleh penggunaan kendaraan pribadi dan gangguan lalu lintas. Di samping peningkatan kuantitas, juga diupayakan untuk meningkatkan kualitas angkutan jalan antar kota antara lain melalui peningkatan faktor keamanan, keselamatan, dan ketertiban dalam angkutan jalan, serta ketepatan waktu dan kenyamanan. Perhatian besar diberikan pada usaha pemerataan kebutuhan sarana dan prasarana transportasi darat, khususnya angkutan jalan untuk menunjang keperintisan baik melalui pengadaan bis-bis perintis yang ditujukan untuk mendukung pertumbuhan wilayah yang relatif masih belum berkembang maupun subsidi operasi bis-bis perintis.

XIII/17

Page 18: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

Dalam program transportasi darat khususnya angkutan jalan diupayakan untuk meningkatkan efisiensi dan optimalisasi sistem transportasi melalui pengembangan manajemen sistem transportasi darat dengan penyusunan kebijaksanaan dan peraturan lalu lintas, pengelolaan perparkiran, pengembangan tata guna wilayah terpadu, serta peningkatan ketertiban, kenyamanan dan keselamatan lalu lintas jalan, yang didukung pengadaan rambu lalu lintas, tanda permukaan (marka) jalan, serta rehabilitasi maupun pengadaan alat pengujian kendaraan bermotor.

Peningkatan kapasitas prasarana jalan serta fasilitas keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan tersebut terutama adalah untuk menunjang kelancaran lalu lintas sejalan dengan pertumbuhan yang sangat pesat dari jumlah sarana angkutan jalan maupun volume angkutan. Apabila pada akhir Repelita V sarana angkutan jalan yang terdiri dari bis, truk, mobil penumpang dan sepeda motor berjumlah 13,0 juta buah, maka pada tahun ketiga Repelita VI, jumlah sarana angkutan jalan meningkat menjadi 15,2 juta buah, atau mengalami peningkatan rata-rata 5,6 persen per tahun dibandingkan tahun 1993/94. Secara terperinci perkembangan pertumbuhan tiap jenis sarana angkutan jalan dari tahun 1993/94 sampai dengan tahun 1996/97 dapat dilihat pada Tabel XIII-3.

Pelayanan angkutan umum di wilayah perkotaan juga terus meningkat. Dengan makin berkembangnya sarana angkutan untuk masyarakat, diupayakan peningkatan pengendalian arus lalu lintas dalam kota dan pembangunan fasilitas terminal barang dan fasilitas penumpang yang terpadu dengan pengembangan wilayah perkotaan. Pengelolaan angkutan kota yang pelaksanaannya dilakukan oleh swasta, koperasi atau badan usaha milik pemerintah terus diupayakan peningkatannya. Untuk itu secara khusus dua badan usaha pemerintah

XIII/18

Page 19: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

telah ditugaskan membantu penyediaan angkutan umum di wilayah perkotaan, yaitu Perum PPD dan Perum DAMRI.

Dalam upaya pemerataan pembangunan telah pula dikembangkan sistem angkutan jalan yang menunjang keperintisan di kawasan timur Indonesia yang dimaksudkan untuk ikut merangsang pertumbuhan ekonomi, khususnya di wilayah-wilayah yang berpotensi tetapi relatif belum berkembang, di daerah pedalaman, dan daerah terpencil. Pada tahun ketiga Repelita VI jumlah bis perintis yang operasinya disubsidi meningkat menjadi 183 buah bis, jika dibandingkan dengan tahun pertama Repelita VI yaitu sebanyak 92 buah bis.

Dalam upaya mendukung ketertiban, keselamatan, dan kelan- caran lalu lintas jalan, selama tiga tahun pertama Repelita VI telah dilaksanakan pengadaan alat pengujian kendaraan bermotor (PKB), pengadaan rambu lalu lintas, lampu lalu lintas, tanda permukaan (marka) jalan, deliniator, paku marka, serta pagar pengaman jalan. Pada tahun 1996/97 telah dilakukan pengadaan alat pengujian kendaraan bermotor (PKB) keliling sebanyak 12 unit, rambu lalu lintas 11.602 buah, lampu lalu lintas 13 unit, tanda permukaan (marka) jalan 149.135 meter, deliniator 19.471 buah, paku marka 5.500 buah, serta pagar pengaman jalan 33.930 meter. Di samping itu pada tahun 1996/97 telah mulai dilaksanakan pengadaan dan pemasangan Automatic Traffic Control System (ATCS) di Bandung yang meliputi 135 titik persimpangan dalam upaya mengatasi permasalahan lalu lintas di wilayah Kotamadya Bandung. Juga telah dilakukan pengadaan 90 unit bis bahan bakar gas (BBG) untuk wilayah DKI Jakarta. Perkembangan pembangunan fasilitas keselamatan angkutan jalan sejak akhir Repelita V sampai dengan tahun ketiga Repelita VI secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel XIII-4.

XIII/19

Page 20: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

2) Pengembangan Perkeretaapian

Pembangunan di bidang angkutan perkeretaapian dalam Repe- lita VI adalah untuk mengembangkan angkutan kereta api yang memiliki potensi dan peluang besar dalam sistem transportasi massal dan dapat mengangkut muatan yang berat dalam jumlah besar. Upaya tersebut dilaksanakan secara optimal dengan langkah-langkah moderni- sasi melalui pemanfaatan teknologi yang lebih canggih baik untuk angkutan antar kota maupun dalam kota bagi kota yang berpenduduk sangat padat dan perkembangannya sangat pesat. Upaya yang dilakukan antara lain adalah dengan membangun jalur ganda kereta api yang terpadu dengan rencana perluasan dan pengembangan wilayahnya terutama untuk kawasan kota besar yang lintasannya padat.

Pembangunan jasa angkutan perkeretaapian ditujukan untuk meningkatkan daya angkut, mutu pelayanan, serta manajemen penge- lolaannya sehingga angkutan kereta api baik sebagai angkutan barang maupun angkutan penumpang dapat diandalkan oleh masyarakat banyak. Angkutan kereta api, dengan berbagai keunggulannya, dikembangkan guna mengantisipasi peningkatan kebutuhan akan jasa angkutan baik untuk angkutan kota maupun antar kota jarak jauh, sehingga angkutan kereta api dapat menjadi tulang punggung angkutan darat yang pada gilirannya dapat mendukung industri dan perdagangan terutama yang berorientasi ekspor dengan pelayanan yang lebih efisien.

Pembangunan perkeretaapian pada tahun ketiga Repelita VI terutama meliputi rehabilitasi dan peningkatan prasarana dan sarana kereta api, serta pengelolaan pelayanan angkutan agar dapat meme- nuhi kebutuhan permintaan angkutan kereta api untuk penumpang dan barang secara massal yang terus meningkat, secara lebih efisien dan

XIII/20

Page 21: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

efektif. Dalam rangka itu diupayakan untuk meningkatkan efisiensi dalam pengusahaan perkeretaapian, termasuk meningkatkan peran serta swasta dalam mengembangkan potensi angkutan kereta api. Wujud dari peran serta swasta tersebut antara lain adalah dimulainya persiapan pembangunan angkutan umum massal di wilayah Jakarta yaitu berupa Light Rail Transit (LRT) lintas Bintaro-Tanah Abang-Kota serta Sistem Angkutan Umum Massal Jakarta (SAUMAJA) untuk lintas Blok M - Kota.

Sebagai hasilnya maka kegiatan operasi angkutan KA telah dapat ditingkatkan dengan lebih banyak kereta api yang berangkat dan datang tepat waktu, serta jumlah penumpang dan barang yang diang- kut juga semakin meningkat. Pada tahun kedua Repelita VI, jumlah penumpang yang diangkut adalah sebanyak 146,4 juta orang dan angkutan barang sebanyak 17,1 juta ton. Pada tahun ketiga Repelita VI jumlah penumpang yang diangkut meningkat menjadi 153,6 juta orang dan angkutan barang menjadi 18,5 juta ton atau mengalami kenaikan masing-masing sebesar 4,9 persen dan 8,2 persen. Perkembangan produksi jasa angkutan kereta api sejak tahun terakhir Repelita V sampai dengan tahun ketiga Repelita VI secara lebih rinci dapat dilihat dalam Tabel XIII-5.

Dalam upaya meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan kereta api dilanjutkan modernisasi persinyalan berupa pemasangan sinyal elektrik, penggunaan rel standar jenis R-54, serta penggantian bantalan kayu menjadi bantalan beton. Selain itu dilanjutkan pula pembangunan jalan kereta api baru di lintas Citayam-Nambo (Cibinong) dan lintas Duri-Tangerang, serta jalur rel ganda di lintas Cikampek-Cirebon dan penyelesaian jalur rel ganda untuk lintas Depok-Bogor. Rehabilitasi dan peningkatan jalan kereta api mencapai panjang 130 kilometer, sedangkan pengadaan dan pemasangan bantal- an beton berjumlah 217 ribu batang. Pada tahun 1996/97 dalam

XIII/21

Page 22: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

rangka meningkatkan keselamatan perjalanan dan kapasitas lintas kereta api mulai dilaksanakan pemasangan sinyal elektrik pada lintas Pekalongan-Semarang dan Cirebon-Kroya yang merupakan kesinam- bungan dari lintas Cikampek-Cirebon dan lintas Cirebon-Pekalongan serta dimulai persiapan pemasangan perangkat sinyal modern lintas Bekasi-Bandung, dan Tasik-Banjar-Kroya. Upaya-upaya tersebut telah mampu meningkatkan kapasitas dan kecepatan perjalanan kereta api sehingga telah meningkatkan pula peran angkutan kereta api dalam melayani kebutuhan masyarakat.

Dalam rangka peningkatan sarana KA pada tahun 1996/97 telah dilanjutkan rehabilitasi lokomotif, yaitu sebanyak 45 buah, lanjutan pengadaan KRL sebanyak 100 buah, pengadaan kereta penumpang kelas ekonomi 10 buah, dan pengadaan lokomotif diesel sebanyak 15 buah. Perkembangan kegiatan rehabilitasi dan pengadaan sarana kereta api sejak 1993/94 sampai dengan tahun ketiga Repelita VI secara lebih rinci dapat dilihat dalam Tabel XIII-6.

Peningkatan jasa pelayanan angkutan penumpang kereta api terus diupayakan baik kualitas maupun kuantitasnya. Sejak tahun 1995/96 telah dimulai pengoperasian kereta api untuk wisata dan angkutan barang serta angkutan kereta api penumpang ekspres Argo Bromo yang melayani lintas Jakarta-Surabaya, kereta api ekspres Argo Gede yang melayani lintas Jakarta-Bandung, kereta api penumpang ekspres Argo Lawu yang melayani lintas Jakarta-Yogya-Solo serta kereta api penumpang eksekutif Turangga untuk lintas Bandung-Yogyakarta-Surabaya. Selain itu untuk peningkatan jasa pelayanan kereta api di wilayah perkotaan telah dimulai pengkajian pengembangan angkutan umum massal baik berupa kereta api bawah tanah maupun kereta api ringan dengan melibatkan peran serta swasta.

XIII/22

Page 23: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

Di samping peningkatan dalam bidang fisik berupa sarana dan prasarana kereta api, pada tahun 1996/97 telah dimulai pula persiapan penerapan kebijakan baru dalam pola pendanaan perkeretaapian antara pemerintah dengan Badan penyelenggara serta rencana restrukturisasi perkeretaapian dalam proyek Railway Efficiency.

3) Peningkatan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan

Pembangunan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan ditujukan untuk membuka, meningkatkan, serta menunjang pereko- nomian wilayah pedalaman, daerah perbatasan, dan daerah terpencil terutama di kawasan timur Indonesia. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan diupayakan untuk senantiasa terintegrasi dengan sistem angkutan jalan raya dan kereta api, serta untuk menyambung jaringan transportasi darat yang masih terputus ataupun yang belum tersedia.

Subsidi operasi angkutan sungai, danau, dan penyeberangan diberikan melalui pengoperasian kapal-kapal penyeberangan perintis. Subsidi ini diberikan untuk mempertahankan keberadaan pelayanan transportasi untuk lintas-lintas yang secara ekonomis belum mengun- tungkan. Oleh karena itu pada tahun 1996/97 telah dilaksanakan penyelesaian pembangunan 2 unit kapal perintis untuk Aceh dan Sulawesi Tenggara serta pendanaan pengadaan 5 buah kapal ferry cepat untuk penumpang yang akan dioperasikan pada lintas Jakarta-Surabaya dalam upaya mengurangi beban angkutan jalan raya pada rute tersebut, serta untuk penyeberangan antar pulau lintas Semarang-Kumai, Banjarmasin-Surabaya, dan lintas Balikpapan-Pare pare.

Pada tahun 1995/96 lintasan penyeberangan perintis yang disubsidi oleh pemerintah terdiri dari 42 lintasan, dan pada tahun 1996/97 telah meningkat menjadi 52 lintasan atau meningkat sebesar

XIII/23

Page 24: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

23,8 persen, dimana 38 lintasan perintis di antaranya berada di kawasan timur Indonesia. Lintasan-lintasan penyeberangan yang ada di seluruh Indonesia pada tahun pertama Repelita VI dilayani oleh 135 kapal dan 7 truk air, yang terdiri dari 60 buah kapal milik swasta dan 75 kapal serta 7 truk air milik PT ASDP. Pada tahun ketiga Repelita VI jumlah armada telah meningkat menjadi 179 kapal dan 7 truk air dimana 84 kapal diantaranya milik swasta dan 11 kapal merupakan hasil KSO antara swasta dengan PT. ASDP yang dioperasikan ter- utama pada lintas komersial, serta 84 kapal dan 7 truk air milik PT ASDP.

Dalam tahun 1996/97 dilaksanakan pembangunan dermaga penyeberangan sebanyak 35 buah yang terdiri dari 18 buah berlokasi di KTI dan 17 buah di KBI. Dalam pembangunan 35 dermaga tersebut 2 unit baru berada di NTT dan di Irian Jaya, di samping lanjutan pembangunan dermaga 19 buah, serta penyelesaian pembangunan 13 buah dermaga yang berlokasi di Kepulauan Seribu (DKI Jaya), Ma- jingklak (Jawa Barat), Ketapang 2 buah, Gilimanuk 2 buah, Ujung, Kamal, Padangbai, Sikakap (Sumatera Barat), Tanjung Ru (Belitung), Bolok II (Nusa Tenggara Timur), dan Namlea (Maluku); dan pembangunan 1 buah dermaga penunjang di Bakauheni.

Di samping pembangunan dermaga penyeberangan, pada tahun 1996/97 telah dilaksanakan pula pembangunan dermaga sungai sebanyak 6 buah berlokasi di Kalimantan Tengah dan Sulawesi Selatan, pembangunan 1 buah dermaga danau, dan lanjutan pembangunan 2 buah kapal penyeberangan di Aceh dan Sulawesi Tenggara. Selain itu telah dilakukan pula peningkatan/rehabilitasi 8 buah dermaga penyeberangan berlokasi 5 di KBI dan 3 di KTI, serta rehabilitasi 3 buah dermaga sungai yang berlokasi di KTI. Dalam upaya peningkatan keselamatan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan pada tahun 1996/97 telah dibangun rambu penye-

XIII/24

Page 25: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

berangan sebanyak 2 buah, rambu sungai sebanyak 675 buah, serta pemetaan alur sungai sepanjang 125 kilometer.

Jumlah penumpang dan barang yang diangkut melalui angkutan penyeberangan selama tahun 1995/96 adalah 77,2 juta orang penumpang, barang 30,2 juta ton, dan kendaraan 7,6 juta unit. Pada tahun 1996/97 mengalami peningkatan menjadi 79,3 juta penumpang, barang 31,3 juta ton, dan kendaraan 8,5 juta unit atau meningkat masing-masing sebesar 2,7 persen, 3,6 persen, dan 11,8 persen. Peningkatan tersebut menunjukkan peranan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan baik sebagai moda transportasi yang berdiri sendiri, maupun sebagai bagian dari moda transportasi yang lain, yang semakin penting dalam memenuhi kebutuhan angkutan diberbagai pelosok wilayah tanah air. Perkembangan jasa angkutan sungai, danau, dan penyeberangan dari akhir Repelita V sampai dengan tahun ketiga Repelita VI secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel XIII-7.

d. Program Pembangunan Transportasi Laut

Pembangunan subsektor tansportasi laut dalam Repelita VI bertujuan memperlancar arus barang dan penumpang antar pulau, barang ekspor-impor, serta mendorong pemerataan kegiatan pemba- ngunan. Usaha-usaha yang telah dilakukan meliputi peningkatan kapasitas sarana dan prasarana transportasi laut, serta peningkatan efisiensi pengelolaannya agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Program pembangunan transportasi laut meliputi (1) pengembangan fasilitas pelabuhan laut; (2) keselamatan pelayaran; dan (3) pembinaan dan pengembangan armada pelayaran.

XIII/25

Page 26: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

1) Pengembangan Fasilitas Pelabuhan Laut

Kebijaksanaan progam pembangunan fasilitas pelabuhan selama Repelita VI tetap pada penyediaan prasarana untuk menunjang angkutan ekspor-impor, menyediakan prasarana transportasi yang belum dijangkau oleh moda transportasi yang lain, dan menunjang pemerataan pembangunan terutama di daerah terpencil/kepulauan. Kegiatan pembangunan fasilitas pelabuhan antara lain meliputi pembangunan dermaga, gudang, lapangan penumpukan, dan terminal penumpang. Sejak tahun pertama Repelita VI secara berturut-turut sampai dengan tahun ketiga Repelita VI, telah dibangun dermaga sepanjang 2.226 meter, 2.487,5 meter, dan 2.372 meter, gudang seluas 3.860 meter persegi, 8.295 meter persegi, dan 9.960 meter persegi, lapangan penumpukan seluas 34.225 meter persegi, 51.175 meter persegi, dan 55.269 meter persegi, terminal penumpang seluas 6.375 meter persegi, 4.050 meter persegi, dan 1.900 meter persegi.

Sehingga selama tiga tahun telah dibangun dermaga sepanjang 7.085,5 meter, gudang seluas 22.115 meter persegi, lapangan penumpukan seluas 140.669 meter persegi, dan terminal penumpang seluas 12.325 meter persegi. Hal ini berarti bahwa apabila dibanding- kan dengan sasaran pembangunan fasilitas pelabuhan laut selama Repelita VI yang akan dibiayai oleh dana APBN, maka realisasi tiga tahun pertama Repelita VI baru mencapai 59% untuk pembangunan dermaga, 32,1% untuk gudang dan masing-masing 17,8% dan 64% untuk lapangan penumpukan dan terminal penumpang. Kinerja pencapaian sasaran seperti ini berkaitan dengan semakin terbatasnya alokasi pendanaan oleh pemerintah. Dana dari APBN diutamakan untuk membangun fasilitas pelabuhan-pelabuhan kecil yang belum diusahakan, terutama di kawasan timur Indonesia. Oleh karena itu pencapaian sasaran pembangunan fasilitas pelabuhan selama Repelita VI dibantu juga oleh BUMN dilingkungan pelabuhan. Selama tiga

XIII/26

Page 27: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

tahun pertama Repelita VI, Pelindo I-IV telah membangun dermaga sepanjang 2.328 meter atau 81,7% dari sasaran, gudang seluas 1.000 meter persegi atau 9,1% dari sasaran, lapangan penumpukan 129.300 meter persegi atau 120,3% yang berarti telah melampaui sasaran, dan terminal penumpang seluas 2600 meter persegi atau 52% dari sasaran. Dengan demikian apabila dibandingkan antara realisiasi pembangunan selama tiga tahun pertama Repelita VI dengan sasaran Repelita VI telah tercapai 63,4% untuk dermaga, 28,9% untuk gudang, 30% untuk lapangan penumpukan dan 61,5% untuk terminal penumpang.

Selain pembangunan fisik, selama Repelita VI telah pula dilakukan peningkatan pelayanan di pelabuhan melalui kemudahan proses bongkar-muat. Kemudahan tersebut diperoleh antara lain dengan telah dilaksanakannya sistem pusat pelayanan satu atap (PPSA) di beberapa pelabuhan utama seperti Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Tanjung Emas dan Ujung Pandang.

Hasil-hasil pembangunan fasilitas pelabuhan sejak tahun terakhir Repelita V dan selama 3 tahun Repelita VI yang dibiayai dari APBN, dapat dilihat dalam Tabel XIII-8.

2) Keselamatan Pelayaran

Pembangunan fasilitas keselamatan pelayaran bertujuan untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan di laut. Kegiatan yang dilakukan antara lain meliputi pembangunan sarana bantu navigasi, telekomunikasi pelayaran, pemeliharaan kedalaman alur pelayaran, serta penegakan peraturan perundang-undangan di bidang pelayaran.

XIII/27

Page 28: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

Pada tahun 1996/97 telah dibangun fasilitas sarana bantu navigasi mencakup 11 menara suar, 40 rambu suar, dan pengerukan alur pelayaran sebanyak 12,0 juta m3 di alur pelayaran utama seperti Belawan, Jambi, Palembang, Pontianak, Banjarmasin, dan Samarinda. Selama 3 tahun Repelita VI telah dibangun 20 menara suar, 218 rambu suar, 5 kapal bantu navigasi, dan pemeliharaan alur pelayaran sebanyak 34,2 juta m3.

3) Pembinaan dan Pengembangan Armada Pelayaran

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional kebutuhan akan jasa transportasi laut terus meningkat. Hal ini terlihat dari jumlah muatan yang diangkut yang menunjukkan peningkatan baik yang dilayani oleh armada pelayaran nusantara, armada pelayaran rakyat, armada pelayaran perintis, armada pelayaran khusus maupun armada pelayaran samudera. Untuk mengantisipasi pertumbuhan permintaan akan jasa transportasi antara lain telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 17 Tahun 1988 tentang penyelenggaraan dan pengusahaan angkutan laut atau yang lebih dikenal sebagai Paket November 21 (Paknov 21) Tahun 1988. PP ini memberikan kebebasan kepada pihak swasta untuk berperan dalam bidang pelayaran. Paket ini telah menjadikan pemerintah hanya sebagai pembina dan bukan lagi pelaku utama dalam penyelenggaraan transportasi laut.

Akibat langsung dari Paknov 21 tahun 1988 ini adalah terpenuhinya permintaan akan jasa transportasi laut sehingga tidak didengar lagi keluhan tiadanya ruang muat kapal atau menumpuknya barang di pelabuhan yang disebabkan oleh tiadanya kapal yang akan mengangkut barang tersebut. Namun demikian paket yang memberi- kan kesempatan luas untuk membuat perusahaan pelayaran dengan persyaratan yang ringan ini, mempunyai dampak yang tidak

XIII/28

Page 29: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

menguntungkan yakni munculnya banyak perusahaan pelayaran yang tidak memiliki kapal sendiri. Mereka hanya menyewa kapal asing untuk dioperasikan sebagai armada angkutan laut dalam negeri. Perkembangan lain yang timbul adalah meningkatnya penggunaan armada asing dalam angkutan laut dalam negeri yang dengan sendirinya berarti terjadi penurunan pangsa pasar armada nasional untuk angkutan laut dalam negeri. Menyadari adanya dampak dari Paknov 21 tahun 1988 tersebut, diupayakan adanya perbaikan dalam pelayanan jasa transportasi, dalam arti tercukupinya ruang kapal yang dibutuhkan yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan armada nasional, baik angkutan laut dalam negeri maupun angkutan laut luar negeri. Usaha-usaha untuk mewujudkannya telah dilakukan, antara lain dengan menciptakan kemudahan bagi pihak swasta nasional dalam pengadaan kapal-kapal niaga.

a) Pelayaran Nusantara

Pelayaran nusantara merupakan tulang punggung kelancaran angkutan laut dalam negeri dalam menunjang pertumbuhan kegiatan ekonomi di wilayah kepulauan nusantara. Pada tahun 1996/97 muatan angkutan dalam negeri yang dilayani oleh pelayaran nusantara adalah 69.563.097 ton. Pada tahun anggaran 1996/97 pelayaran nusantara ini dilayani oleh 1.393 kapal dengan kapasitas 4.215.945 DWT. Apabila dibandingkan dengan tahun 1995/96, pada bidang pelayaran ini terjadi peningkatan baik jumlah kapal yang beroperasi, kapasitas maupun muatan yang diangkut yang masing-masing meningkat 25,6%, 4,1%, dan 4,5%.

Selain mengangkut barang, pelayaran nusantara juga mengangkut penumpang untuk melayani permintaan jasa transportasi laut untuk kelas menengah ke bawah. Dalam tahun 1996/97 jumlah orang yang diangkut mencapai 4.609.208 orang dan kapal penumpang yang

XIII/29

Page 30: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

dipakai sebanyak 18 unit dengan kapasitas 39.668 DWT. Hal ini berarti jumlah kapal dan kapasitas meningkat masing-masing 12,5% dan 7,8% tetapi terjadi penurunan 12,1% untuk penumpang yang diangkut.

Perkembangan armada pelayaran nusantara dapat dilihat pada Tabel XIII-9.

b) Pelayaran Rakyat Pada gugus kepulauan regional jenis pelayaran rakyat sangat

memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan ekonomi. Pelaku jenis pelayaran rakyat ini secara alamiah menggunakan kapal-kapal yang lebih kecil di banding kapal yang dioperasikan dalam pelayaran nusantara. Oleh karenanya lebih banyak pengusaha golongan ekonomi lemah yang terlibat dalam penyediaan jasa transportasi laut ini. Peranan pelayaran rakyat semakin meningkat, ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah muatan yang diangkut. Dalam tahun 1996/97 muatan yang diangkut oleh armada pelayaran rakyat adalah 8.324.299 ton yang berarti meningkat 13% dari tahun 1995/96. Perkembangan armada dan jumlah barang yang diangkut oleh pelayaran rakyat dapat dilihat pada Tabel XIII-10.

c) Pelayaran Perintis

Pelayaran perintis dimaksudkan untuk membantu membuka isolasi suatu daerah terpencil dan memberikan jasa transportasi laut yang harganya terjangkau oleh masyarakat. Keterlibatan swasta dalam melayani pelayaran perintis cenderung meningkat. Kalau pada tahun pertama Repelita VI PT. Pelni, melayani setengah kebutuhan kapal atau 17 kapal dari 34 kapal untuk pelayaran perintis, maka pada tahun ketiga Repelita VI PT. PELNI hanya mengoperasikan 4 kapal

XIII/30

Page 31: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

dari 36 kapal atau 11% pelayaran perintis. Hal ini berarti peran swasta dalam pelayaran perintis menjadi 89% atau 32 kapal dari 36 kapal.

Pelayaran perintis mengandung subsidi pemerintah kepada masyarakat yang sangat memerlukan pelayanan jasa transportasi laut, karena pelayanan ini belum dapat diselenggarakan oleh swasta secara komersial. Pada tahun 1996/97, jumlah kapal perintis bertambah 2 buah dan pelabuhan yang disinggahi bertambah 7 buah sehingga armada perintis totalnya adalah 36 kapal dan menyinggahi 286 pelabuhan. Seiring dengan pertambahan armada dan pelabuhan yang disinggahi jumlah barang yang diangkut juga telah meningkat dari 83.945 ton menjadi 110.289 ton dan penumpang diangkut meningkat dari 245.938 orang menjadi 296.271 orang. Perkembangan armada perintis dapat dilihat pada Tabel XIII-11.

d) Pelayaran Khusus

Untuk menunjang kegiatan industri dan pertambangan terutama yang berkaitan dengan distribusi bahan mentah maupun hasil produksi, peranan armada pelayaran khusus tetap diperlukan. Sejalan dengan meningkatnya kegiatan pembangunan khususnya industri, jumlah barang yang diangkut oleh pelayaran khusus meningkat dari 301.611.414 ton pada tahun 1995/96 menjadi 318.368.216 ton pada tahun 1996/97. Pada tahun 1996/97 jumlah armada khusus adalah 3.676 kapal meningkat 576 kapal dari tahun 1995/96 yang hanya berjumlah 3.100 kapal. Perkembangan armada pelayaran khusus dapat dilihat pada Tabel XIII-12.

XIII/31

Page 32: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

e) Pelayaran Samudera

Pelayaran luar negeri ditujukan untuk menunjang kegiatan ekspor-impor. Dengan lancarnya pelayaran luar negeri ini kegiatan industri nasional yang masih memerlukan bahan mentah dari luar negeri dapat terjamin pasokan bahan bakunya. Di samping itu hasil-hasil produksi dalam negeri dapat dipasarkan keluar negeri secara lancar pula.

Pada tahun 1996/97 jumlah kapal nasional yang beroperasi turun dari 25 kapal pada tahun 1995/96 menjadi 21 kapal, tetapi jumlah muatan yang diangkut meningkat menjadi 44.915.811 ton dari 43.626.363 ton. Penurunan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah muatan yang diangkut tidak diikuti dengan pertumbuhan armada nasional sendiri.

Perkembangan pelayaran Samudera dapat dilihat pada Tabel XIII-13.

e. Program Pembangunan Transportasi Udara

Untuk memenuhi kebutuhan transportasi udara dalam dan luar negeri yang handal dan mempunyai daya saing dalam menunjang kegiatan pariwisata, perdagangan, industri serta kegiatan ekonomi pada umumnya dilakukan pengembangan dengan menyediakan armada pesawat udara, fasilitas bandar udara dan fasilitas keselamatan penerbangan dan pengatur lalu lintas udara yang memadai serta memantapkan struktur jaringan penerbangan. Pengembangan yang dilakukan juga untuk menunjang kelancaran kegiatan ekonomi dan pemerintahan di daerah terpencil.

XIII/32

Page 33: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

1) Pengembangan Fasilitas Bandar Udara

Pengembangan fasilitas bandar udara ditujukan untuk meningkat- kan kapasitas, kemampuan, cakupan, keamanan dan keselamatan, kenyamanan transportasi udara serta meningkatkan jarak tempuh pesawat udara. Kegiatan pembangunan bandar udara yang dilakukan pada tahun ketiga Repelita VI meliputi perpanjangan landasan 161.020 meter persegi pada bandar udara di Bandung (Jawa Barat), Surakarta (Jawa Tengah), Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta), Mataram (Nusa Tenggara Barat), Tambolaka, Maumere, Waingapu (Nusa Tenggara Timur), Sampit (Kalimanatan Tengah), Luwuk (Sulawesi Tengah), Sorong Daratan, Jayapura dan Wamena (Irian Jaya); dan pembangunan dan perluasan terminal penumpang seluas 940 meter persegi pada bandar udara-bandar udara di Silangit (Sumatera Utara), Pangkal Pinang (Sumatera Selatan), dan Pulau Kisar (Maluku). Selain itu, untuk kelancaran operasi penerbangan juga telah dibangun bangunan operasi seluas 2.660 meter persegi di Tapak Tuan (Daerah Istimewa Aceh), Pulau-Pulau Batu (Sumatera Utara), Singkep (Riau), Rokot (Sumatera Barat), Kupang, Waingapu (Nusa Tenggara Timur), Ketapang (Kalimantan Barat), Sanggu, Muara Tewe (Kalimantan Tengah), Melangguane (Sulawesi Utara), Poso (Sulawesi Tengah), Masamba, Tana Toraja (Sulawesi Selatan), Kao, Sanana, Saumlaki, Pulau Banda, Pulau Kisar, Labuha (Maluku), Manokwari, Nabire, Mulia, Mindiptanah, dan Enarotali (Irian Jaya). Di samping itu juga di telah diselesaikan pembangunan bandar udara perintis di Pulau-Pulau Batu, Silangit (Sumatera Utara) dalam menunjang kawasan wisata di pantai barat Sumatera dan Danau Toba. Pada tahun 1996/97 juga telah dimulai pengembangan 2 bandar udara besar di kawasan timur Indonesia yaitu bandar udara di Manado dan Ambon, melanjutkan perpanjangan landasan di Tanjungkarang (Lampung) dan Tarakan (Kalimantan Timur); melanjutkan persiapan pengembangan bandar udara di Surabaya, Ujung Pandang, dan pembangunan bandar

XIII/33

Page 34: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

udara baru di Padang dan Samarinda. Pembangunan bandar udara tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi telah melibatkan partisipasi masyarakat melalui kerjasama antara perusahaan swasta dengan BUMN seperti yang sekarang tengah dijajaki untuk pembangunan bandar udara baru di Lombok dan Medan, serta pengembangan bandar udara di Surakarta dan Bali.

Berbagai upaya tersebut telah meningkatkan kemampuan bebe- rapa bandar udara diantaranya bandar udara Adi Sumarmo di Surakarta (Jawa Tengah) yang semula hanya mampu didarati pesawat maksimum sejenis DC-9/B-737 menjadi pesawat sejenis DC-10/A-300; Komoro di Dili (Timor Timur) dan Timika (Irian Jaya) dari semula hanya untuk pesawat maksimum sejenis F-28 menjadi maksimum pesawat sejenis DC-9/B-737; dan bandar udara Budiarto di Curug (Jawa Barat) dari pesawat sejenis F-27 menjadi pesawat sejenis F-28, dan bandar udara Komodo di Labuhan Bajo (Nusa Tenggara Timur) dari semula hanya mampu didarati pesawat sejenis Cassa-212 meningkat menjadi mampu didarati pesawat sejenis F-27/CN-235. Di samping itu 3 bandar udara yang semula hanya untuk penerbangan militer dan 2 bandar udara khusus telah difungsikan melayani penerbangan sipil yaitu bandar udara di Dumai, Natuna dan Matak (Riau), bandar udara Abdulrahman Saleh di Malang (Jawa Timur), serta bandar udara di Morotai (Maluku). Upaya di atas telah menambah jumlah bandar udara untuk penerbangan sipil yang pada tahun 1995/96 berjumlah 179 buah menjadi 184 buah, 117 buah diantaranya merupakan bandar udara kecil yang hanya mampu didarati pesawat sejenis Cassa-212. Demikian pula jumlah bandar udara besar yang dapat didarati pesawat berbadan lebar bertambah dari 12 buah menjadi 13 buah sebagai akibat meningkatnya kemampuan bandar udara Adi Sumarmo di Surakarta (Jawa Tengah), sehingga pada tahun 1996/97 terdapat 7 bandar udara yang mampu melayani pesawat sejenis B-747 yaitu bandar udara Polonia (Medan),

XIII/34

Page 35: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

Hang Nadim (Batam), Soekarno-Hatta (Jakarta), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Juanda (Surabaya), Ngurah Rai (Bali) dan Frans Kaiseipo (Biak); dan 6 bandar udara mampu melayani pesawat sejenis DC-10/A-300 masing-masing adalah Adi Sumarmo (Surakarta), Hasanuddin (Ujung Pandang), Baucau (Timor-Timur), Sepinggan (Balikpapan), Sam Ratulangi (Manado) dan El-Tari (Kupang). Selain itu, 14 bandar udara untuk pesawat maksimum sejenis DC-9/B-737 yaitu Sultan Iskandar Muda (Banda Aceh), Tabing (Padang), Simpang Tiga (Pakanbaru), S.M. Badaruddin II (Palembang), Adi Sucipto (Yogyakarta), Ahmad Yani (Semarang), Komoro (Dili), Tjilik Riwut (Palangka Raya), Mutiara (Palu), Sela- parang (Mataram), Pattimura (Ambon), Sentani (Jayapura), Timika (Tembagapura) dan Syamsudin Noor (Banjarmasin); 16 bandar udara untuk pesawat sejenis F-28 dan 24 bandar udara untuk pesawat F-27/CN-235.

Untuk melayani penerbangan rute luar negeri baik jarak jauh maupun lintas batas yang menghubungkan negara tetangga dengan kota-kota di Indonesia telah dibuka 23 bandar udara yang merupakan pintu gerbang penerbangan internasional yaitu bandar udara di Medan, Pakanbaru, Palembang, Tanjung Pinang, Jakarta, Pontianak, Tarakan, Manado, Jayapura, Biak, Merauke, Ambon, Kupang, Denpasar, Padang, Balikpapan, Surabaya, Surakarta, Batam, Banda Aceh, Bandung, Mataram dan Ujung Pandang.

Sebagai tindak lanjut pelaksanaan Undang-Undang No. 15 tahun 1992 tentang Penerbangan dan untuk memberikan pedoman dalam membangun, memelihara dan mengoperasikan fasilitas bandar udara yang memenuhi persyaratan keselamatan penerbangan, pada tahun 1996/97 telah diselesaikan pembuatan Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 1997 tentang kebandarudaraan.

XIII/35

Page 36: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

2) Pengembangan Keselamatan Penerbangan

Dalam rangka menunjang dan meningkatkan keselamatan penerbangan yang memenuhi persyaratan penerbangan, kondisi dan jumlah peralatan navigasi, telekomunikasi dan kelistrikan terus ditingkatkan. Untuk itu pada tahun 1996/97 telah dipasang alat bantu navigasi penerbangan berupa Non Directional Beacon (NDB) pada 14 unit, 85,7% diantaranya untuk bandar udara kecil di kawasan timur Indonesia, alat bantu penjejak arah dan jarak pesawat berupa Very High Frequency - Direction Finding (VHF-DF) 3 unit pada 3 lokasi di mana 2 diantaranya untuk bandar udara di kawasan timur Indonesia, alat bantu pendaratan pesawat berupa Instrument Landing System (ILS) pada 1 unit, alat komunikasi penerima berita di bandar udara berupa Very High Frequency (VHF) Transceifer 9 unit di mana 4 unit untuk bandar udara kecil di kawasan timur Indonesia, alat komunikasi antar bandar udara berupa Single Side Band (SSB) 13 unit yang sebagian besar untuk bandar udara kecil, dan alat untuk memberikan informasi penerbangan bagi penumpang di terminal berupa Flight Information Display System (FIDS) 3 unit di mana 2 diantaranya untuk bandar udara di kawasan timur Indonesua.

Dengan dipasangnya peralatan tersebut pada tahun 1996/97, maka peralatan navigasi udara yang berupa NDB telah meningkat menjadi 255 unit dibandingkan dengan tahun 1995/96 sebanyak 241 unit atau naik 5,8%, VHF-DF dari 7 unit pada tahun 1995/96 menjadi 10 unit pada tahun 1996/97, ILS dari 24 unit pada tahun 1995/96 menjadi 25 unit pada tahun 1996/97. Demikian pula alat komunikasi yang berupa VHF Tranceifer dari 92 unit tahun 1995/96 menjadi 101 unit pada tahun 1996/97, SSB dari 353 unit pada tahun 1995/96 menjadi 366 unit pada tahun 1996/97, dan FIDS menjadi 22 unit tahun 1996/97 dari 19 unit pada tahun 1995/96.

XIII/36

Page 37: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

Di samping itu untuk lebih meningkatkan keselamatan penerbangan, pengaturan lalu lintas udara di seluruh wilayah Nusantara juga sedang diupayakan agar dapat dilakukan sepenuhnya oleh Indonesia antara lain melalui peningkatan peralatan pengatur lalu lintas udara di bandar udara Soekarno-Hatta (Jakarta), pemasangan radar di kepulauan Natuna serta penyiapan perangkat peraturan pendukungnya. Demikian pula sedang dipersiapkan penggunaan peralatan komunikasi, navigasi dan pengatur lalu lintas penerbangan dengan menggunakan satelit yang mengacu pada persyaratan pener- bangan internasional.

3) Pembinaan dan Pengembangan Armada Udara

Dalam rangka pengembangan dan peremajaan pesawat udara, pada tahun 1996/97 telah dilakukan penambahan pesawat oleh perusahaan penerbangan milik pemerintah dengan cara sewa yang lebih efisien. Pada tahun 1996/97 terdapat 215 pesawat yang dipergunakan untuk penerbangan berjadwal, yang meningkat 0,9 persen dibanding tahun 1995/96. Jumlah tersebut merupakan bagian dari seluruh pesawat yang dimiliki perusahaan penerbangan nasional yang berjumlah 920 buah terdiri dari 188 pesawat bermesin jet, 534 pesawat berbaling-baling dan 198 helikopter. Bertambahnya jumlah pesawat merupakan hasil penambahan armada dan penggantian pesawat-pesawat tua untuk meningkatkan efisiensi, keselamatan dan kualitas pelayanan agar dapat bersaing dalam memanfaatkan pasar di bidang penerbangan. Pesawat-pesawat sejumlah 215 buah tersebut dipergunakan untuk melayani penerbangan berjadwal di dalam negeri dan luar negeri oleh 2 perusahaan penerbangan milik pemerintah dan 4 perusahaan milik swasta.

XIII/37

Page 38: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

Semakin meningkatnya kemampuan dalam memanfaatkan peluang pasar yang didukung tersedianya armada pesawat udara yang handal serta fasilitas bandar udara dan peralatan keselamatan pener- bangan yang makin lengkap telah meningkatkan jumlah penumpang dan barang yang diangkut. Pada tahun 1996/97 armada nasional telah mengangkut penumpang rute dalam negeri sebanyak 13.558 ribu orang dan 136.852 ton barang. Dibandingkan tahun 1995/96 jumlah tersebut meningkat 8,3 persen untuk penumpang dan 9,1 persen untuk barang. Peningkatan tersebut menunjukan bahwa transportasi yang cepat telah merupakan kebutuhan masyarakat dalam menunjang kegiatannya sejalan dengan makin meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Di samping itu peningkatan jumlah penumpang, barang dan pesawat-kilometer yang tidak sebanding dengan bertambahnya jumlah pesawat menunjukkan semakin optimalnya penggunaan pesawat baik oleh perusahaan penerbangan milik pemerintah maupun swasta. Perkembangan angkutan udara dalam negeri secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel XIII-14.

Untuk penerbangan ke luar negeri, pada tahun 1996/97 perusa- haan penerbangan nasional telah mengangkut 3.498 ribu penumpang dan 122.932 ton barang, menurun masing-masing 3,8 persen untuk penumpang dan 2,5 persen untuk barang bila dibandingkan dengan tahun 1995/96. Penurunan ini disebabkan perusahaan penerbangan nasional belum dapat bersaing dengan perusahaan penerbangan asing serta belum dapat memanfaatkan secara penuh peluang-peluang pada era pasar global. Namun, bila dibandingkan dengan tahun 1993/94 jumlah penumpang dan barang yang diangkut naik masing-masing sebesar 17,0 persen dan 26,3 persen. Perkembangan angkutan udara luar negeri secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel XIII-15.

Penerbangan ke luar negeri yang menghubungkan kota-kota di Indonesia dengan kota-kota di luar negeri dilayani oleh perusahaan

XIII/38

Page 39: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

penerbangan milik pemerintah dan swasta. Jumlah kota di luar negeri yang dilayani oleh perusahaan penerbangan milik pemerintah bertambah dari 39 kota pada tahun 1995/96 menjadi 40 kota pada tahun 1996/97. Sedangkan perusahaan penerbangan swasta telah melayani 7 kota. Sementara itu perusahaan penerbangan asing yang melayani penerbangan berjadwal ke Indonesia tahun 1996/97 berjumlah 40 perusahaan.

Untuk penerbangan perintis, jumlah penumpang yang diangkut pada tahun 1995/96 adalah 284 ribu orang, meningkat menjadi 307 ribu orang pada tahun 1996/97 atau naik 8,1 persen. Peningkatan yang terjadi disebabkan adanya penambahan frekuensi dan penataan rute yang disesuaikan dengan kebutuhan serta makin teraturnya pelaksanaan penerbangan. Pada penerbangan perintis, pemerintah memberikan subsidi kepada perusahaan penerbangan pemerintah dan swasta untuk memenuhi kekurangan biaya operasi.

Seperti halnya tahun-tahun sebelumnya, perusahaan penerbangan

PT. Garuda Indonesia juga melayani penerbangan jemaah haji. Jumlah jemaah haji yang dilayani terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 1996/97 jumlah jemaah haji yang diangkut mencapai 197,6 ribu orang, atau naik 2,3 persen dibanding tahun 1995/96 yang berjumlah 193,2 ribu orang. Demikian pula terhadap tahun 1993/94 meningkat sebesar 58,1%. Agar tidak mengganggu jadwal penerbang- an reguler, maka 87,5% jumlah pesawat untuk pelayanan transportasi ke tanah suci menggunakan pesawat yang disewa dari perusahaan penerbangan asing. Di samping itu pada tahun 1996/97, bandar udara Adi Sumarmo (Surakarta) telah difungsikan untuk melayani penerbangan haji.

XIII/39

Page 40: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

2. Program Penunjang

a. Program Pembangunan Meteorologi, Geofisika, Pencarian, dan Penyelamatan

Tujuan program pembangunan meteorologi, geofisika serta pencarian dan penyelamatan Search and Rescue, (SAR), adalah memberikan informasi secara cepat dan akurat mengenai iklim dan cuaca yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas dan berbagai institusi terkait guna menunjang kelancaran dan keselamatan transportasi, keberhasilan pembangunan pertanian, pariwisata, dan bidang-bidang lainnya; serta upaya pemberian pertolongan dalam setiap bencana alam dan bencana lainnya melalui kegiatan pencarian dan penyelamatan korban.

Program ini meliputi kegiatan pengembangan dan peningkatan jejaring pengamatan meteorologi, klimatologi, komposisi atmosfer, dan komunikasi data; pengembangan dan peningkatan pusat pelayanan meteorologi dan geofisika serta kalibrasi; dan pengadaan peralatan SAR, pelatihan gabungan, dan koordinasi penanggulangan bencana.

Pada tahun 1996/97 telah dilaksanakan pengembangan jejaring pengamatan dan komunikasi data melalui pembangunan 11 stasiun meteorologi, 4 stasiun klimatologi, dan 3 stasiun geofisika. Di samping itu, di bidang pengembangan sarana, telah dilaksanakan penambahan 23 buah sarana telekomunikasi, yang meliputi 12 buah SSB dan 11 buah teleprinter. Guna meningkatkan kapasitas pengamatan gempa telah dilaksanakan pula penambahan 4 buah seismo telemetri di beberapa stasiun geofisika.

Kerja sama dengan badan-badan internasional juga dipelihara dan ditingkatkan, seperti dengan World Meteorological Organization

XIII/40

Page 41: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

(WMO), Food and Agricultural Organization (FAO), International Civil Aviation Organization (ICAO) dan International Union of Geophysics and Geodetics (IUGG), serta badan-badan meteorologi dan geofisika negara-negara Asean, Australia dan negara-negara Pasifik lainnya. Kerja sama tersebut dilakukan dalam bidang riset, pertukaran data/informasi, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Pada tahun 1996/97, pembangunan SAR telah melaksanakan pengadaan berbagai peralatan SAR yang meliputi 3 buah perahu karet dan perahu penyelamatan, 3 buah truk penyelamatan, 142 jenis peralatan SAR, 5 unit Station Wagon, 3 unit Rescue Winch (derek penyelamatan), 3 unit Emergency Float (alat pengangkat darurat) dan 1 unit All Terrain Mobile.

Guna meningkatkan kemampuan, kerjasama dan koordinasi antar berbagai potensi SAR yang ada, telah dilaksanakan pula berbagai pertemuan maupun pelatihan secara bersama-sama dengan organisasi potensi SAR lainnya. Pada tahun 1996/1997 telah dilaksanakan latihan basah dan kering sebanyak 7 kali, diklat SAR 3 kali, dan pertemuan Forum Koordinasi SAR Daerah sebanyak 6 kali. Unit/ instansi yang turut serta dalam pelatihan tersebut diantaranya adalah Angkatan Laut, Pemda setempat dan unit-unit KKR dan SKR, serta berbagai instansi dari luar negeri seperti: Malaysia, Singapura, Brunei Darusalam, Australia, Papua Nugini, dan Amerika Serikat.

b. Program Pendidikan dan Pelatihan Transportasi

Tujuan program pendidikan dan pelatihan transportasi adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang transportasi sehingga penyelenggaraan transportasi, baik darat, laut, dan udara dapat dilaksanakan secara optimal. Program ini meliputi kegiatan

XIII/41

Page 42: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

pendidikan dan pelatihan manajerial, profesional, dan keteknikan. Pada tahun 1996/97 tenaga yang telah mendapat pendidikan dan pelatihan berjumlah 13.855 orang, yang meliputi Diklat awal sebanyak 5.526 orang, prajabatan 341 orang, penjenjangan 380 orang, penataran 7.302 orang, diklat luar negeri 256 orang , dan diklat pasca sarjana sebanyak 50 orang.

Di samping pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, pembangunan diklat juga melaksanakan pengembangan kurikulum pendidikan dan pelatihan, pembangunan/rehabilitasi fasilitas diklat, antara lain: gedung perkuliahan, laboratorium, bengkel kerja, dan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan. Pada tahun 1996/97, telah dilaksanakan pengadaan 20 buah pesawat latih beserta pelatihan penerbang dan teknisinya; serta persiapan awal pembangunan tiga sekolah pelaut (rating school) di Sibolga, Mauk (Tangerang), dan Ambon.

c. Program Penelitian dan Pengembangan Transportasi

Tujuan program penelitian dan pengembangan transportasi adalah mengembangkan berbagai kegiatan penelitian transportasi, baik transportasi darat, laut, udara, dan sub-sektor penunjangnya, sehingga dapat membantu dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan-kebijakan transportasi secara lebih tepat dan terarah, sesuai dengan perkembangan pembangunan nasional.

Program penelitian dan pengembangan transportasi terbagi dalam

kegiatan penelitian di bidang Pengembangan Sistem Manajemen Transportasi, Pengembangan Moda Transportasi, dan Penelitian dalam rangka perwujudan Sistem Transportasi Nasional. Selama tahun 1996/97 telah dilaksanakan sebanyak 25 buah kegiatan studi/ penelitian. Diantaranya adalah Survai Asal-Tujuan Nasional Tahap II,

XIII/42

Page 43: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

Studi Sistem Transportasi Regional, Studi Evaluasi Deregulasi dan Debirokratisasi Sektor Transportasi dalam Pembinaan untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan, Studi Rencana Umum Jaringan Transportasi Jalan Sekunder Dati II Percontohan; Studi Keterpaduan Pengembangan Pelabuhan Laut Nasional, Studi Penelitian Ruang Udara Nasional, dan Studi Pengembangan Sistem Informasi Geografis Perhubungan.

Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan jasa transportasi, khususnya dalam kaitannya dengan aspek peningkatan keselamatan transportasi, dilaksanakan pengkajian standardisasi sarana, prasarana dan pelayanan transportasi darat, laut, udara serta sistem multi modanya, untuk diajukan kepada Dewan Standar Nasional (DSN) guna mendapatkan persetujuan Standar Nasional Indonesia (SNI) di bidang tranportasi. Pada tahun 1996/97, telah dilaksanakan penelitian standarisasi bidang transportasi laut yang menghasilkan 7 buah konsep rancangan SNI, 5 buah rancangan SNI, dan 5 buah SNI yang telah mendapat persetujuan DSN.

Guna meningkatkan kegiatan penelitian, jumlah tenaga peneliti meningkat menjadi 85 orang. Meningkatnya jumlah tenaga peneliti ini juga didukung oleh peningkatan pengetahuan tenaga peneliti dengan menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pada tahun 1996/97 terdapat 12 tenaga peneliti yang telah mengikuti program Strata 1 dan Strata 2 di berbagai universitas baik di dalam dan luar negeri. Di samping itu, ada 56 orang yang telah mengikuti pendidikan non-gelar di berbagai universitas di dalam negeri.

XIII/43

Page 44: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

TABEL XIII – 1REALISASI PROGRAM-PROGRAM

DI BIDANG JALAN DAN JEMBATAN1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Angka diperbaiki

XIII/44

Page 45: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

TABEL XIII – 2PANJANG DAN KONDISI JALAN ARTERI

DAN JALAN KOLEKTOR1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Angka diperbaiki

XIII/45

Page 46: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

GRAFIK XIII – 1PANJANG DAN KONDISI JALAN ARTERI

DAN JALAN KOLEKTOR1993/94, 1994/95 – 1996/97

XIII/46

Page 47: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

TABEL XIII – 3PERKEMBANGAN JUMLAH ARMADA ANGKUTAN JALAN 1)

1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Angka kumulatif2) Angka sementara

XIII/47

Page 48: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

GRAFIK XIII – 2PERKEMBANGAN JUMLAH ARMADA ANGKUTAN JALAN

1993/94, 1994/95 – 1996/97

XIII/48

Page 49: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

TABEL XIII – 4PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN FASILITAS KESELAMATAN

ANGKUTAN JALAN RAYA 1)

1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Angka kumulatif sejak tahun 1973/74 (awal dilaksanakan program)2) Tidak termasuk yang dibiayai APBD

XIII/49

Page 50: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

TABEL XIII – 5PERKEMBANGAN PRODUKSI JASA ANGKUTAN KERETA API

1993/94, 1994/95 – 1996/97(ribuan)

XIII/50

Page 51: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

TABEL XIII – 6PERKEMBANGAN PELAKSANAAN REHABILITASI DAN

PENGADAAN FASILITAS PERKERETA-APIAN 1)

1993/94, 1994/95 – 1996/97(buah)

1) Angka kumulatif2) Angka diperbaiki

XIII/51

Page 52: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

TABEL XIII – 7PERKEMBANGAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN

1993/94, 1994/95 – 1996/97

XIII/52

Page 53: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

TABEL XIII – 8PENAMBAHAN FASILITAS PELABUHAN

1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

XIII/53

Page 54: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

TABEL XIII – 9ARMADA PELAYARAN NUSANTARA

1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Kapal PT.PELNI2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

XIII/54

Page 55: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

TABEL XIII – 10ARMADA PELAYARAN RAKYAT

1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

XIII/55

Page 56: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

TABEL XIII – 11ARMADA PELAYARAN PERINTIS

1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

XIII/56

Page 57: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

TABEL XIII – 12ARMADA PELAYARAN KHUSUS

1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

XIII/57

Page 58: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

TABEL XIII – 13ARMADA PELAYARAN SAMUDERA 1)

1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

XIII/58

Page 59: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

TABEL XIII – 14ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI 1)

1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Penerbangan BerjadwalTon- Km Produksi

2) Faktor Muatan = -------------------------Ton- Km Tersedia

3) Angka diperbaiki

XIII/59

Page 60: BAB XIII - Kementerian PPN/Bappenas :: Home€¦  · Web view · 2013-10-23... Segea-Gotoase, Subaim-Buli-Gotoase, Aurdidas-Arma-Siwahan, Mako-Namrole, Toheru-Werinama di Propinsi

TABEL XIII – 15ANGKUTAN UDARA LUAR NEGERI 1)

1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Armada Penerbangan NasionalTon- Km Produksi

2) Faktor Muatan = -------------------------Ton- Km Tersedia

3) Angka diperbaiki

XIII/60