bab ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/bab1.docx · web viewbab i pendahuluan latar...

134
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara- negara maju maupun negara sedang berkembang tentu melaksanakan pembangunan ekonomi. Untuk meningkatkan pendapatan riil perkapita atau paling tidak mempertahankan tingkat pendapatan yang telah dicapai. Bagi negara sedang berkembang pembangunan ekonomi jelas dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup sehingga setaraf dengan tingkat hidup di negara-negara maju. Sedangkan masalah perekonomian yang dihadapi oleh banyak negara dimana keadaan perekonomian sering mengalami gejolak yang tidak menentu. Setelah badai krisis, terlalu banyak negara, di Kawasan Asia khususnya Indonesia mengalami keterpurukan di bidang perekonomian yang sangat memprihatinkan. Hal ini berpengaruh besar terhadap dunia usaha, khususnya di 1

Upload: others

Post on 24-Dec-2019

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun

negara sedang berkembang tentu melaksanakan pembangunan ekonomi.

Untuk meningkatkan pendapatan riil perkapita atau paling tidak

mempertahankan tingkat pendapatan yang telah dicapai. Bagi negara sedang

berkembang pembangunan ekonomi jelas dimaksudkan untuk meningkatkan

taraf hidup sehingga setaraf dengan tingkat hidup di negara-negara maju.

Sedangkan masalah perekonomian yang dihadapi oleh banyak negara

dimana keadaan perekonomian sering mengalami gejolak yang tidak menentu.

Setelah badai krisis, terlalu banyak negara, di Kawasan Asia khususnya

Indonesia mengalami keterpurukan di bidang perekonomian yang sangat

memprihatinkan. Hal ini berpengaruh besar terhadap dunia usaha, khususnya

di bidang industri. Bidang industri merupakan salah satu yang mendapat

perhatian untuk dikembangkan dalam pembangunan.

Hakekat pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan yang diikuti oleh

perubahan-perubahan dalam struktur dan corak kegitan ekonomi (Sadono

Sukirno, 1998 : 45). Istilah pembangunan ekonomi tidak hanya pada masalah

perkembangan pendapatan nasional riil, tetapi juga kepada modernisasi

kegiatan ekonomi.

1

Page 2: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Proses industrialisasi dan pembangunan industri ini sebenarnya

merupakan jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam

arah tingkat hidup yang relatif tinggi. Selain itu industrialisasi dapat

merangsang dan mendorong investasi di sektor lain. Pembangunan diupayakan

untuk mengembangkan potensi yang ada secara optimal. Pengembangan

sektor industri juga diharapkan dapat merubah komposisi ekspor, sehingga

ekspor industri yang dahulunya merupakan ekspor barang mentah akan

berubah menjadi barang yang sudah diolah baik berupa barang setengah jadi

atau barang jadi.

1. Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Pengembangan Industri

Pengembangan industri akan mempunyai pengaruh terhadap

beberapa aspek, antara lain :

a. Memperluas kesempatan kerja

b. Menghasilkan barang-barang yang dibuat masyarakat banyak dan

sektor-sektor pengembangan lain

c. Meningkatkan pendapatan industri

d. Menghemat devisa khususnya bagi industri yang bersifat substitusi

impor

Pembangunan perubahan dan gejolak baru yaitu oleh globalisasi

khususnya di bidang ekonomi yang dapat mempengaruhi stabilisasi

nasional dan ketahanan nasional yang pada gilirannya akan berdampak

pada pelaksanaan pembangunan nasional di masa yang akan datang.

2

Page 3: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

2. Unsur Pelengkap Dasar Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi yang dilandaskan pada prioritas pertanian

atau perkebunan serta ketenagakerjaan paling tidak memerlukan tiga unsur

pelengkap dasar yaitu sebagai berikut : (Michael P. Torado, 2000 : 432)

a. Percepatan pertumbuhan output melalui serangkaian penyesuaian

teknologi, institusional dan insentif harga yang khusus dirancang untuk

meningkatkan produktivitas hasil produksi pertanian

b. Peningkatan permintaan domestik terhadap output pertanian yang

didasarkan pada strategi pembangunan penataan yang berorientasi

pada pembinaan ketenagakerjaan

c. Diversifikasi kegiatan pembangunan pedesaan padat karya non

pertanian yang secara langsung dan tidak langsung akan menunjang

dan ditunjang oleh masyarakat pertanian

Dari beberapa jenis industri yang diusahakan salah satunya adalah

industri karet. Industri karet yang ada di Indonesia yaitu di wilayah

Kalimantan, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, Lampung, Bengkulu,

Jambi, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

Sedangkan di daerah Jawa Tengah terletak di Cilacap yaitu di Jeruk

Legi dan di Cipari. Peneliti mengadakan penelitian di Cipari karena

merupakan perkebunan karet yang terluas dibandingkan di daerah yang lain

yang ada di kawasan Cilacap.

Perkebunan karet yang ada di Cipari yaitu PT. JA Wattie mengadakan

kemitraan dengan petani karet Kecamatan Dayeuhluhur. Kemitraan itu terjalin

3

Page 4: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

sejak bulan April 1995, dimana produksi karet rakyat dikirim ke Perkebunan

Ciseru-Cipari. Bahan olahan dari petani berupa lump tahu / stab dibeli dengan

harga berdasarkan kadar karet / rendemen (mutu barang).

Sejalan dengan perkembangan, maka pada tanggal 05 Maret 1997

kemitraan ini dikukuhkan dengan ditandatanganinya perjanjian Kesepakatan

Kemitraan Usaha Antar Kelompok Tani Karet Swadaya Murni Kabupaten

Cilacap dengan PT. JA Wattie Perkebunan Ciseru-Cipari.

Dalam kedudukannya sebagai kebun inti, Perkebunan Ciseru-Cipari

menjalankan prinsip-prinsip kemitraan usaha yang saling menguntungkan,

saling membutuhkan, saling percaya, saling menghormati, saling koreksi, dan

saling kerjasama dengan baik agar kemitraan ini berjalan harmonis, selaras

dan berkesinambungan. Beberapa fasilitas yang diberikan kepada petani

adalah sebagai berikut :

1. Bantuan hibah bibit karet sebanyak 10.000 pohon untuk pengembangan

seluas 2.000 Ha

2. Bantuan modal berupa kredit lunak tanpa bunga dengan cicilan selama 10

tahun

3. Dukungan sarana produksi seperti pestisida dan herbisida serta alat-alat

sadap

4. Bimbingan teknologi budidaya, melalui pembinaan dan penyuluhan secara

rutin untuk menerapkan teknologi pengolahan karet

5. Menjamin pembelian hasil / produksi karet rakyat sampai pengolahan dan

pemasaran

4

Page 5: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Program pengembangan areal karet rakyat mengacu kepada program

yang dicanangkan oleh Pemerintah melalui dana APBN dan APBD. Target

pengembangan seluas 5.000 Ha. Realisasi pengembangan tahun 1997 / 1998

telah dilaksanakan seluas 25.000 Ha dengan bantuan dana dari OECF melalui

proyek pengembangan sumber daya sarana dan prasarana perkebunan Jawa

Tengah, dimana Perkebunan Ciseru-Cipari sebagai pelaksana pembangunan

kebun / penanaman karet di Dayeuhluhur.

Pembangunan perkebunan karet merupakan salah satu aspek dari suatu

pembangunan daerah di Kabupaten Cilacap. Pengusaha tanaman karet sering

dipengaruhi oleh pemilikan tanah, luas lahan yang digarap serta kemampuan

pekerja dalam memanfaatkan berbagai sarana dan faslitas yang tersedia

lainnya yang dapat menunjang dalam usaha perkebunan. Pendapatan pekerja

banyak dipengaruhi berbagai faktor internal yang berasal dari pihak pekerja,

jumlah tenaga kerja dalam keluarga, dan kemampuan ekonomi. Sedangkan

faktor eksternal adalah kondisi tanah yang dipakai pada usaha perkebunan,

tingkat kesuburan tanah, tingkat harga jual, luas daerah pemasaran serta

faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dari perkebunan karet.

Diantara berbagai faktor produksi dari usaha perkebunan atau

pertanian produksi karet tersebut diperkirakan terdapat faktor produksi yang

sangat menentukan dalam usaha di bidang perkebunan yang meliputi lahan,

modal, pupuk, tenaga kerja serta upah. Dan usaha di bidang perkebunan

merupakan kegiatan yang mencakup kehidupan masyarakat yaitu di bidang

ekonomi, sosial, budaya, dan lainnya yang menyangkut masalah

kemasyarakatan yang mana bidang tersebut dapat dipakai sebagai obyek

penelitian.

5

Page 6: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Dengan berdasarkan pada permasalahan yang diuraikan pada latar

belakang masalah di atas, maka penulis mengangkat judul permasalahan

"FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PETANI

KARET YANG DIKELOLA OLEH PT. JA. WATTIE (STUDI KASUS DI

DESA PEGADINGAN, KECAMATAN CIPARI KABUPATEN

CILACAP)."

B. Pembatasan Masalah

Berkaitan dengan banyaknya masalah yang dihadapi dalam usaha

perkebunan karet, serta berdasarkan pertimbangan keterbatasan kemampuan,

biaya dan waktu penelitian, maka penelitian ini ditekankan pada satu topik

yaitu hasil produksi.

Berdasarkan uraian di atas, penulis membatasi masalah sebagai berikut :

Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai produksi dibatasi pada variabel-

variabel :

1. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yaitu jumlah tenaga kerja yang mengelola tanaman karet.

2. Luas Lahan

Luas lahan yaitu luas lahan yang dipergunakan untuk membudidayakan

karet dalam satuan meter persegi (m2).

3. Pupuk

Kebutuhan pupuk mulai dari penanaman bibit sampai dengan masa

penyadapan, dalam satuan rupiah (Rp).

6

Page 7: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

4. Modal

Modal yaitu besarnya modal yang diperlukan dalam sekali masa

penyadapan yaitu satu tahun, dalam satuan rupiah (Rp).

5. Upah

Upah yaitu besarnya upah yang diterima oleh setiap pekerja setiap

bulannya, dalam satuan rupiah (Rp).

C. Perumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang masalah yang telah dikemukakan di

atas, maka perumusannya adalah :

1. Apakah ada pengaruh yang besar antara penggunaan faktor produksi

tenaga kerja, luas lahan, pupuk, modal dan upah terhadap hasil produksi

karet ?

2. Faktor produksi mana yang paling berpengaruh dalam hasil produksi karet ?

D. Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja, luas lahan, pupuk, modal dan

upah terhadap hasil produksi karet

2. Untuk mengetahui faktor produksi yang lebih berpengaruh dalam hasil

produksi karet

7

Page 8: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan dalam mengambil kebijaksanaan perusahaan

untuk meningkatkan produksi atau usahanya dengan cara memperbaiki

kelemahan atau kekurangan.

2. Bagi Pihak Lain

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan

pengembangan pengetahuan lebih lanjut dan dapat digunakan sebagai

bahan perbandingan untuk kasus-kasus serupa mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi produksi.

3. Bagi Penulis

Untuk memperluas dan memahami bidang produksi khususnya dan ilmu

ekonomi pembangunan umumnya, serta sarana berfikir dan berlatih dalam

menghadapi masalah untuk kemudian pemecahannya.

F. Hipotesis

Berdasarkan pada perumusan masalah tersebut maka dibuat hipotesis

sebagai berikut :

1. Tenaga kerja perkebunan karet mempengaruhi hasil usaha karet secara

positif

2. Luas lahan perkebunan karet mempengaruhi hasil usaha karet secara

positif

8

Page 9: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

3. Pupuk perkebunan karet mempengaruhi hasil usaha karet secara positif

4. Modal perkebunan karet mempengaruhi hasil usaha karet secara positif

5. Upah perkebunan karet mempengaruhi hasil usaha karet secara positif

G. Metodologi Penelitian

1. Daerah Penelitian

Daerah penelitian adalah di Desa Pegadingan, Kecamatan Cipari,

Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Dengan sistem random menggunakan

30 responden dan data kroseksion.

2. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden

usaha karet. Adapun data tersebut diperoleh dengan metode sebagai

berikut :

1) Metode Wawancara

Metode wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara

wawancara langsung dengan pihak yang berwenang dalam

perkebunan tersebut.

2) Metode Observasi

Metode observasi yaitu pengumpulan data langsung dari obyek

yang akan diteliti.

9

Page 10: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari lembaga-lembaga yang erat hubungannya

dengan penelitian ini, dengan cara pengutipan data dan membaca

literatur untuk mendapat dasar teori yang selanjutnya digunakan

sebagai alat analisis dalam pemecahan permasalahan.

H. Metode Analisis Data

1. Analisis Kuantitatif

Analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan angka-angka

perhitungan yang berguna untuk menghitung variabel bebas terhadap

variabel tak bebas. Alat analisis kuantitatif yang digunakan adalah :

a. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda digunakan untuk menghitung besarnya

pengaruh variabel bebas yaitu tenaga kerja, luas lahan, pupuk, modal,

dan upah terhadap variabel tidak bebas (produksi) dengan

menggunakan fungsi Cobb Douglas sebagai berikut : (Sudjana, 1992 :

69)

Y = b0 X1b1. X2

b2. X3b3. X4

b4. X5b5.e

10

Page 11: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Untuk menganalisis hubungan variabel independen (X) terhadap

variabel dependen (Y) maka kita perlu mengubah bentuk linier.

Tujuannya untuk mempermudah analisis regresi antara kedua variabel

secara lebih tepat dan konstan. Bentuk liniernya dapat ditulis sebagai

berikut : (Sudjana, 1992 : 70)

Ln Y = b0 + b1LnX1 + b2LnX2 + b3LnX3 + b4LnX4 + b5LnX5 + e

Keterangan :

Y = Produksi (Rp)

b0 = Intersep (konstanta)

X1 = Tenaga Kerja

X2 = Luas lahan

X3 = Pupuk

X4 = Modal

X5 = Upah

e = Penyimpangan yang mungkin terjadi

b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien regresi

Fungsi produksi Cobb Douglas adalah suatu fungsi yang

memperhatikan dua variabel atau lebih dimana variabel satu disebut

variabel dependen (Y) dan variabel yang lain disebut independen (X).

Penyelesaian hubungan antara X dan Y adalah biasanya diselesaikan

dengan regresi dimana Y akan dipengaruhi variasi X. Dengan

demikian kaidah-kaidah pada regresi juga berlaku dalam penyelesaian

fungsi Cobb Douglas (Soekartawi, 1994 : 159).

11

Page 12: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Untuk menunjukkan seberapa bebas tingkat antara variabel-variabel

bebas dengan variabel tidak bebas digunakan rumus korelasi berganda,

yaitu : (Damodar Gujarati, 1993 : 104).

r = })(}{)({

))((2222 YYnXXn

YXXYn

b. Analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat signifikan dari

hasil regresi tersebut digunakan

1) Uji t statistik (t-test)

Uji ini digunakan untuk menguji signifikan koefisien regresi dari

masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen

(Damodar Gujarati, 1993 : 112)

t-hitung =bi

Sbi

Keterangan :

bi = Koefisien Xi

Sbi = Standar deviasi dari koefisien X1

Hipotesisnya adalah :

Ho : bi = 0, artinya variabel independen tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen

Ho : bi 0, artinya variabel independen berpengaruh terhadap

variabel dependen

Dengan derajat keyakinan tertentu (level of significant) maka :

12

Page 13: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

- Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima yang berarti kedua

variabel tidak berhubungan secara signifikan

- Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak yang berarti kedua

variabel berhubungan secara signifikan

2) Uji F Statistik (F-test)

Uji ini digunakan untuk menguji tingkat signifikan hubungan

seluruh variabel independen terhadap variabel dependen (Damodar

Gujarati, 1993 : 104).

F-hitung =R2 / (k – 1)

(1 – R2) / (n – k)Keterangan :

R2 = Koefisien determinasi

K = Jumlah variabel independen

n = Jumlah sampel

Hipotesisnya adalah :

Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0, artinya variabel independen secara

bersama tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen

Ho : b1 b2 b3 b4 b5 0, artinya variabel independen

secara bersama berpengaruh terhadap

variabel dependen

Dengan derajat keyakinan tertentu, maka :

- Jika F hitung > F tabel berarti Ho ditolak

- Jika F hitung < F tabel berarti Ho diterima

13

Page 14: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

c. Pengujian terhadap Asumsi Klasik

Pengujian terhadap asumsi klasik dilakukan untuk melengkapi

pengujian statistik yang telah dilakukan yaitu uji t dan uji F.

1) Uji Multikolinearitas

Digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan linier yang

sempurna diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi.

Hubungan ini bisa sempurna, bisa tidak. Ada berbagai cara untuk

mengetahui ada tidaknya multikolinearitas, diantaranya dengan

melihat nilai koefisien regresi parsial. Selain itu multikolinearitas

dapat juga diketahui dengan adanya menduga kalau R2 nilai regresi

antara variabel bebas.

2) Uji Autokorelasi

Berfungsi untuk mengetahui apakah kesalahan pengganggu

menunjukkan hubungan antara nilai-nilai yang berurutan dari

variabel yang sama. Pada umumnya pengujian untuk mengetahui

ada tidaknya autokorelasi menggunakan statistik Durbin Watson,

yang dilihat berdasarkan jumlah selisih kuadrat nilai taksiran

faktor-faktor pengganggu yang diurut (Gunawan Sumodiningrat,

1996).

3) Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi bila kesalahan penggunaan tidak

mempunyai variasi yang sama untuk satu observasi akibat

parameter estimasi akan bias dan tidak konsisten dan mempunyai

14

Page 15: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

varian yang minimum. Untuk mendeteksi apakah ada tidaknya

heteroskedastisitas, yaitu dapat digunakan beberapa macam model,

yaitu salah satunya dengan uji Park.

Uji Park ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :

a) Memahami regresi atas model yang digunakan, tanpa

memperhatikan adanya heteroskedastisitas dan hasil dari

regresi tersebut diperoleh besarnya residual

b) Membuat regresi berikutnya dengan residual sebagai variabel

dependen. Regresi ini dilakukan secara individual terhadap

masing-masing variabel independen. Apabila tidak ada

hubungan yang signifikan secara statistik antara residual

dengan persamaan variabel independennya, berarti dalam

model tersebut tidak ada gejala heteroskedastisitas.

15

Page 16: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Produksi

1. Pengertian Produksi

Pengertian produksi menurut Magfuri adalah mengubah barang

agar mempunyai kegunaan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Jadi

produksi merupakan segala kegiatan untuk menciptakan atau menambah

guna atas suatu benda yang ditunjukkan untuk memuaskan orang lain

melalui pertukaran (Magfuri, 1987 : 72).

Sedangkan produksi menurut Ace Partadireja setiap proses

produksi untuk menghasilkan barang dan jasa dinamai proses produksi

karena proses produksi mempunyai landasan teknis yang dalam teori

ekonomi disebut fungsi produksi (Ace Partadireja, 1987 : 21).

Pada masa sekarang pengetahuan tentang teori ekonomi produksi

semakin dibutuhkan, bukan saja oleh produsen tetapi oleh golongan

masyarakat lainnya. Begitu pula dengan semakin berkaitnya komoditas

pertanian dengan komoditas lainnya sejalan dengan perkembangan

agrobisnis, maka pengetahuan serta pemahaman tentang teori produksi

tidak terbatas diminati oleh produsen komoditas barang-barang pertanian.

2. Efisiensi Produsen

Seorang produsen diharuskan untuk bekerja secara efisien agar

keuntungan yang diperoleh kian menjadi besar. Tuntutan bekerja secara

16

Page 17: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

efisien ini tidak dapat dihindari dalam bisnis modern, apabila sering

dijumpai bahwa biaya produksi dirasakan terus meningkat sementara nilai

produksi dirasakan relatif lambat meningkatnya. Lambatnya peningkatan

nilai produksi sering disebabkan oleh karena nilai tambah komoditas

barang-barang pertanian yang relatif lambat berkembangnya (dibanding

dengan komoditas hasil industri) dan daya beli masyarakat yang juga

relatif masih rendah. Sebaliknya di negara-negara maju, dimana dengan

nilai tambah komoditas pertanian agak relatif baik dan daya beli

masyarakat yang juga tinggi, maka kebutuhan tentang prinsip-prinsip

"efisiensi" menjadi lebih besar. Hal ini disebabkan karena persaingan

antara produsen menjadi tinggi untuk memperoleh peluang pasar.

Seringkali perbedaan antara produsen komoditas pertanian dengan

produsen komoditas industri yang berbahan baku komoditas pertanian

begitu mencolok, yang semestinya hal seperti ini tidak perlu terjadi. Sebab

produsen komoditas pertanian dan produsen industri yang berbahan baku

komoditas pertanian perlu bekerja sama sedemikian rupa agar keduanya

saling menguntungkan. Industri yang bahan bakunya dari bahan pertanian

(agro industri) perlu kontinuitas supply bahan baku yang tepat waktu, baik

dalam jumlah ataupun kualitas. Bila hal ini tidak dapat dipenuhi maka

agak sulit agro industri tersebut dapat berkembang dengan baik. Oleh

karena itulah diperlukan kerjasama yang baik antara produsen barang-

barang atau komoditas pertanian dan agro industri.

17

Page 18: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Dalam melakukan usaha pertanian, seorang pengusaha akan selalu

bekerja bagaimana ia mengalokasikan sarana produksi (input) yang ia

miliki seefisien mungkin untuk dapat memperoleh keuntungan yang

maksimal. Dalam ilmu ekonomi cara berfikir demikian sering disebut

pendekatan dengan memaksimalkan keuntungan atau profit maximization.

Di lain pihak manakala pengusaha diharapkan pada keterbatasan biaya

dalam melaksanakan usaha taninya, maka mereka dengan kendala biaya

usaha yang ia miliki yang jumlahnya terbatas suatu tindakan yang dapat

dilakukan adalah bagaimana memperoleh keuntungan yang lebih besar

dengan menekan biaya produksi produksi sekecil-kecilnya, pendekatan

seperti ini dikenal dengan istilah meminimumkan biaya atau cost

minimization.

Prinsip kedua pendekatan tersebut adalah sama saja yaitu

bagaimana memaksimalkan keuntungan yang diterima seorang produsen

atau seorang pengusaha perkebunan dengan cara mengalokasikan

penggunaan sumber daya yang seefisien mungkin untuk memahami kedua

pendekatan di atas, kita diharapkan dapat memahami pula konsep

hubungan antar input dan output. hubungan fisik antara input dan output

ini disebut dengan fungsi produksi.

3. Fungsi Produksi

Menurut Soedarsono yang dimaksud fungsi produksi itu adalah

hubungan teknis yang menghubungkan faktor produksi dengan hasil

produksi (Soedarsono, 1982 : 21)

18

Page 19: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Perilaku produksi bisa diuraikan dengan menggunakan salah satu

diantaranya sangat berhubungan dan dapat pula dikatakan saling

melengkapi. Pertama ialah konsep kurva produk, yang dinyatakan dalam

bentuk total, rata-rata, marginal, dan yang kedua ialah konsep analisis

isoquant, yang dimaksud dengan kurva produk ialah kurva yang

menunjukkan berbagai kemungkinan kombinasi dua macam masukan atau

lebih yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah hasil produksi.

a. Fungsi Produksi

Konsep fungsi produksi dapat digunakan untuk

mengungkapkan hubungan fisik antara masukan (input) dengan

keluaran (output) untuk suatu macam produk, fungsi produk

menunjukkan output atau jumlah hasil produksi maksimum yang dapat

dihasilkan per satuan waktu dengan menggunakan berbagai kombinasi

sumber-sumber daya yang dipakai dalam berproduksi.

Fungsi produksi secara matematis dapat diungkapkan sebagai

bentuk : (Sudiono Rekso Prayitno, 2000 : 228)

Q = f (F1, F2 , …. Fn) ………………. (1)

Keterangan :

Q = Kuantitas barang atau jasa yang dihasilkan per satuan

waktu, ini biasanya disebut juga produk (TP)

F = Faktor produksi, yang kita sebut juga sumber daya atau

resource pada fungsi produksi ; F1 ialah jumlah satuan

faktor produksi jenis ke-1 yang dipakai per satuan waktu

19

Page 20: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

dalam produksi, F2 ialah jumlah satuan faktor produksi

jenis ke-2 yang dipakai dalam produksi dan seterusnya

sampai dengan yang terakhir yaitu yang ke-n.

Misalnya, fungsi produksi untuk hasil produksi teh, dapat

ditulis :

Q = f (F1, F2, F3, F4, F5) …………………… (2)

Keterangan :

Q = Jumlah hasil produsi teh (dinyatakan misalnya dalam ton

per tahun)

F1 = Luas lahan ditanami teh (misalnya dalam Ha)

F2 = Jumlah pupuk yang digunakan dalam proses produksi per

tahun (misalnya dalam rupiah) per tahun.

F3 = Jumlah air yang digunakan untuk menyiram tanaman teh

(misalnya dinyatakan dalam liter) per tahun.

F4 = Jumlah bibit teh yang ditanam (misalnya dalam ikat) per

tahun

F5 = Jumlah tenaga kerja yang dipakai (misalnya dinyatakan

dalam jumlah jam kerja) per tahun

Apabila dalam contoh di atas salah satu diantara kelima faktor

produksi jumlah penggunaannya diubah-ubah, sedangkan keempat

faktor produksi lainnya penggunaannya per tahun tetap, maka hasil

produksi yang jumlah pemakaiannya dapat diubah disebut sebagai

faktor produksi variabel atau "Variable Factors of Production". Akan

20

Page 21: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

tetapi dalam jangka panjang semua faktor produksi dapat dirubah

jumlah pemakaiannya. Dengan kata lain, dalam jangka panjang semua

sumber daya merupakan "variable factors".

Apabila fungsi produksi teh yang diungkapkan oleh persamaan

(2) kita asumsikan bahwa hanya F5 saja yang merupakan faktor

produksi variabel sedangkan keempat faktor produksi tetap, maka

persamaan (2) dapat kita tulis kembali.

Q = f (F1, F2, F3, F4, F5)………………….. (3)

Dimana tanda bar menunjukkan bahwa fungsi produksi yang

ditandai merupakan faktor produksi tetap.

Selanjutnya fungsi produksi yang diungkapkan melalui

persamaan (3) dapat diungkapkan secara lebih sederhana sebagai

berikut :

Q = f (F5) …………………………………… (4)

Mengingat bahwa F5 menunjukkan sumber daya manusia atau faktor

tenaga kerja (labor input), maka fungsi yang sama dapat pula kita tulis

sebagai berikut :

Q = (f (Li) . …………………………………… (5)

Keterangan :

Li = Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam produksi.

Fungsi produksi dalam persamaan (3), (4) dan (5) disebut

fungsi produksi dengan faktor produksi variabel tunggal. Dengan

faktor produksi variabel berupa tenaga kerja berarti bahwa dengan

21

Page 22: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

berubahnya jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam produksi akan

mengakibatkan berubahnya jumlah output per satuan waktu. Hubungan

antara hasil produksi denggan jumlah masukan variabel disebut kurva

produk atau fungsi produksi atau tabel produksi. Seperti halnya dengan

permintaan dan penawaran, kurva produk dapat pula diungkapkan

denngan tiga kemungkinan bentuk, yaitu dalam bentuk rata-rata

disebut produk rata-rata atau average products curve, dalam bentuk

marginal kita sebut kurva produk marginal atau marginal product

curve (Sudiono Rekso Prayitno, 2000 : 229).

Telah dinyatakan sebelum ini bahwa fungsi produksi

menunjukkan sifat perkaitan diantara faktor-faktor produksi dan

tingkat produksi yang diciptakan. Faktor-faktor produksi dikenal pula

dengan istilah input dan jumlah produksi, selalu juga disebut sebagai

output. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumusan

sebagai berikut :

Q = (K, L, R, T)

Dimana K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga

kerja dan ini meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keahlian

keusahawan, R adalah kekayaan alam, R adalah jumlah produksi yang

dihasilkan oleh berbagai jenis faktor-faktor produksi tersebut, yaitu

secara bersama digunakan untuk memproduksikan barang yang

sedang dianalisis sifat produksinya.

22

Page 23: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Apakah makna daari persamaan di atas ? persamaan tersebut

merupakan suatu pernyataan matematika yang pada dasarnya berarti

bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah modal,

jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam dan tingkat teknis yang

digunakan.

Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan

memerlukan berbagai faktor produksi tersebut dalam jumlah yang

berbeda-beda juga. Tetapu disamping itu untuk satu tingkat produksi

tertentu juga dapat digunakan gabungan faktor produksi yang berbeda.

Sebagai contoh untuk memproduksi sejumlah hasil pekebunan tertentu

perlu digunakan tanah yang lebih luas apabila bibit unggul dan teknik

bercocok tanam modern digunakan. Dengan membandingkan berbagai

gabungan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah barang

tertentu dapatlah ditentukan gabungan faktor produksi yang paling

ekonomis untuk memproduksi sejumlah barang tersebut (Sadono

Sukirno, 2001 : 194).

b. Fungsi produksi Cobb Douglas

Fungsi produksi Cobb Douglas adalah suatu fungsi atau

persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel

satu disebut, variabel dependen (Y) dan variabel yang lain disebut

variabel independen (X), penyelesaian hubungan antara Y dan X

biasanya dengan cara referensi dimana variasi Y akan dipengaruhi

varian X. Dengan demikian kaidah-kaidah pada garis regresi juga

23

Page 24: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

berlaku pada penyelesaiain fungsi Cobb Douglas dapat ditulis

persamaan :

Y = aX1b1. X2

b2. … Xnbn e

Bila fungsi Cobb Douglas tersebut dinyatakan oleh hubungan

Y dan X maka :

Y = f (X1, X2, X3 …Xn)

Keterangan :

Y = Variabel independen

X = Variabel dependen

a, b = Besaran yang diduga

e = Logaritma natural, e = 2,718

Untuk mempermudah pendugaan persamaan, maka persamaan

tersebut diubah menjadi bentuk linier berganda sebagai berikut :

Ln Y = a + b1LnX1 + b2LnX2 + b3LnX3 + b4LnX4 + b5LnX5 + e

Fungsi produksi Cobb Douglas merupakan fungsi produksi

yang sering dipakai dalam penelitian. Hal ini disebabkan karena fungsi

ini mempunyai beberapa kelebihan, dimana kelebihan-kelebihan

tersebut adalah sebagai berikut :

1) Fungsi produksi Cobb Douglas merupakan fungsi produksi yang

relatif mudah dibandingkan dengan fungsi produksi yang lain. Hal

ini disebabkan karena fungsi produksi Cobb Douglas mudah

dirubah menjadi bentuk produksi linier

24

Page 25: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

2) Fungsi produksi Cobb Douglas dapat mengetahui beberapa aspek

produksi seperti produksi marginal (marginal product), produksi

rata-rata (average product), tingkat kemampuan berfungsi untuk

mensubstitusikan (marginal rate of subtitusi), dan intensitas

penggunaan fungsi produksi (efficiency of production) secara

mudah dengan jalan modifikasi matematika

3) Hasil pendugaan garis melalui fungsi produksi Cobb Douglas akan

menghasilkan regresi yang sekaligus akan menunjukkan besarnya

elastisitas

Besarnya elastisitas tersebut akan menunjukkan tingkat besarnya

return to scale, dengan persamaan matematis sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5

Dan besarnya b adalah elastisitas, maka jumlah dari elastisitas

merupakan return to scale.

Disamping kelebihan-kelebihan yang dimiliki Cobb Douglas,

maka kelemahan fungsi Douglas adalah spesifikasi variabel yang

keliru, kesalahan pengukuran variabel, bias terhadap manajemen,

multikolinieritas data dan asumsi.

c. Hubungan TPP, MPP, dan APP

Asumsi dasar mengenai sifat fungsi produksi adalah berlakunya

hukum the Law of Diminishing Return. Hukum ini menyatakan bahwa

jika semua input adalah konstan, sedangkan sebuah input dapat

berubah-ubah, maka setelah melampaui sebagian titik tertentu

25

Page 26: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

tambahan output yang dihasilkan dan setiap unit tambahan variabel

akan turun. Atau juga dapat dikatakan bila suatu macam input

ditambah tadi mula-mulai naik, tetapi kemudian terus menurun bila

inout tersebut terus ditambah. Pada hubungan antara faktor produksi

seperti di atas ada beberapa pengertian antara lain : (Soekartawi, 1994 :

160 )

1) Marginal Physical Product (MPP)

Marginal Physical Product (MPP) yaitu tambahan output yang

dihasilkan dari penambahan satu unit input variabel.

MPP =Q

XOleh sebab itu disebut the Law of Diminishing Return Physical

Product.

2) Kurva Total Physical Produtc (TPP)

Kurva Total Physical Produtc (TPP) yaitu kurva yang

menunjukkan fungsi produksi pada berbagai tingkat penggunaan

variabel (input-input lain dianggap tetap).

TPP = f (X)

3) Kurva Average Physical Product (APP)

Kurva Average Physical Product (APP) yaitu kurva yang

menunjukkan hasil rata-rata perunit input variabel pada berbagai

tingkat penggunaan input tersebut.

APP =TPP

X

26

Page 27: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Gambar 2.1Grafik Hubungan Antara Kurva TPP, MPP, dan APP

F

TahaTahaTaha

X

APP

MPP

E

A

BC

TPP

X

Y

0

Y

27

Page 28: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

B. Pengertian Usaha Tani

Pengertian usaha tani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang

diperlukan untuk memproduksi pertanian seperti tanah, air, teknologi,

pengolahan tanah, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas

tanah dan sebagainya. Ushaa tani dapat berupa usaha bercocok tanam atau

memelihara ternak.

Ilmu usaha tani adalah ilmu yang mempelajari tentang pengetahuan

pemakaian faktor-faktor produksi yang terdapat dalam keadaan terbatas, faktor

tersebut seperti tanah, tenaga kerja, modal dan teknologi secara efisien,

sehingga dapat diperoleh pendapatan maupun keuntungan yang optimal dari

usaha tani yang dikelola secara kontinyu.

Produksi dalam Usaha Tani

Sesuai dengan pengertian tersebut maka kombinasi dari faktor-faktor

tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi yang disebut fungsi produksi.

Q = f (X1, X2, X3 …Xn)

Keterangan :

Q = Tingkat produksi (output)

X1, X2, X3 = Berbagai input yang digunakan

Produksi pertanian tidak terlepas dari ketidakpastian (uncertainly), karena

proses produksi dalam pertanian memerlukan jangka waktu tertentu. Pada

jangka pendek, ada beberapa input yang tidak dapat diubah dengan cepat,

tetapi dalam jangka panjang semua input dapat diubah, sehingga seorang

petani yang ingin meningkatkan produksinya dapat merubah input yang

dipakainya.

28

Page 29: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

C. Kemitraan Usaha

Porter (1990) melihat bahwa kerja sama antar perusahaan makin menjadi

perhatian dewasa ini. Ada beberapa kerja sama yang menguntungkan bagi

pengembangaan daya saing dan ada yang tidak. Kerjasama yang merugikan

terjadi bila ada kerja sama antar pesaing-pesaing besar yang cenderung akan

mengurangi tingkat persaingan antar perusahaan. Pada perinsipnya kerja sama

yang baik antar perusahaan adalah kerja sama yang tidak menghilangkan

persaingan dalam hal pengembangan produk,penentuan harga dan aspek-

aspek lain dari strategi perusahaan.

Porter berpendapat bahwa kerja sama vertikal antar pembeli dan pemasok

sangat penting bagi pengembangan daya saing nasional, asalkan kerja sama

tersebut tidak dalam usaha untuk menguasai usaha lain. Kerja sama vertikal

merupakan bagian integral dari proses inovasi.

Pemerintah Indonesia juga berusaha mengembangkan kerja sama vertikal

seperti tersebut di atas melalui berbagai kebijakan industri kemitraan usaha

dengan berbagai motivasi seperti pengembangan ekonomi rakyat, pembinaan

indrustri kecil dan koperasi, difusi teknologi dari industri besar ke industri

kecil, dan lain-lain.

Seperti yang telah diuraikan di bab I bahwa P.T J.A WATTIE

mengadakan kemitraan dengan petani karet di kecamatan Dayeuhluhur dan di

Desa Pegadingan yang menurut Undang-undang No. 9 tahun 1995 tentang

usaha kecil pada babVII tentang kemitraan, khususnya pasal 27 dan

penjelasannya, kemitraan tersebut berpola inti-plasma. Pola inti-plasma

adalah hubungan kemitraan antar usaha kecil dengan usaha menengah atau

usaha besar, yang di dalamnya usaha menangah dan usaha besar bertindak

sebagai inti dan usaha kecil selaku plasma.Perusahan inti melaksanakan

29

Page 30: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

pembinaan mulai dari penyediaan sarana produksi,bimbingan teknis, sanpai

dengan pemasaran hasil produksinya.(Wijayanto Hadipuro, 1998:62)

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Karet

Pengertian produksi karet adalah usaha perkebunan atau pertaniana

dalam memproduksi karet, dari pembibitan sampai masa panen yang

diinginkan. Sedangkan pengertian karet itu sendiri adalah getah yang diambil

dari pohon karet yang berproduksi.

Masa pemeliharaan setiap tanaman karet berbeda karena dipengaruhi

oleh faktor-faktor misalnya kesuburan tanah dan bibit yang dipilih (ada bibit

yang bagus). Pelaksanaan pengambilan getah karet biasanya ditentukan oleh

keadaan tanaman dan masa tanaman tersebut ditanam.

1. Luas Lahan

Faktor produksi lahan mempunyai peran yang sangat penting

karena selain sebagai media pertumbuhan karet, lahan harus pula berfungsi

sebagai sumber makanan alam karet. Tanah yang baik untuk lahan

penanaman pohon karet adalah tanah yang subur atau tanah yang

disuburkan, gembur, dan agak asam. Tanaman karet dapat tumbuh dengan

baik di daerah pegunungan ataupun daerah daratan.

Luas lahan yang digunakan sebagai ukuran dalam pemberian

pupuk, selain itu luas lahan tersebut juga berpengaruh terhadap hasil karet.

Jadi yang dimaksud dengan luas lahan adalah luas lahan tanah atau luas

daerah yang produktif untuk penanaman. Luas lahan dapat diukur dengan

satuan m2 atau Ha.

30

Page 31: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

2. Tenaga Kerja

Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor yang penting dan

perlu diperhatikan dalam proses produksi dan jumlah yang cukup, bukan

saja dilihat dari kesediaannya tetapi juga kualitas dan jenis pekerjaan yang

dikuasai. Selain itu tenaga kerja harus diperhatikan hak-haknya dalam hal

tunjangan kesehatan, yaitu perusahaan menanggung biaya pengobatan

karyawan selama karyawan bekerja, mendapat ASKES atau ASTEK,

pemberian bonus, pemberian tunjangan hari raya dan libur cuti, juga

perusahaan menanggung biaya kecelakaan apabila karyawan mengalami

kecelakaan pada saat bekerja.

Untuk proses produksi perlu disesuaikan tenaga kerja yang

memadai, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan disesuaikan dengan

kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlah optimal tenaga kerja

mencakup penduduk yang sudah mempunyai pekerjaan atau yang sedang

mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain, seperti mengurus

rumah tangga dan bersekolah, walau tidak bekerja namun mereka

dianggap secara fisik mampu sewaktu-waktu ikut bekerja. Selain tenaga

manusia, juga ada tenaga mesin dalam proses produksi.

Produktivitas faktor produksi tenaga kerja dapat ditunjukkan oleh

perbandingan antara tambahan kuantitas produksi dan tambahan faktor

produksi tenaga kerja, secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

PTK =Q

TKDimana :

PTK = Produktivitas tenaga kerja

Q = Tambahan produksi

31

Page 32: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

TK = Tambahan tenaga kerja

Dalam ukuran ekoomis tenaga kerja dan modal akan mendorong kenaikan

output (Sudarsono, 1982 : 103-105).

Gambar 2.2Hubungan Faktor Produksi Tenaga Kerja dengan Output

Dimana :

TK = Tenaga kerja

Q1,Q2 = Produksi

m = Modal

Sumbu vertikal tenaga kerja menunjukkan penggunaan faktor produksi

tenaga kerja, sumbu horizontal menunjukkan penggunaan faktor produksi.

Kombnasi tenaga kerja dan modal atau keduanya dapat dilihat dari OTK

untuk tenaga kerja atau Om untuk modal.

Dalam penelitian ini faktor produksi tenaga kerja dilihat

berdasarkan pengeluaran total produsen yang berupa upah dan gaji dalam

satuan rupiah.

0

TK

TK1

TK2

m2 m1m

Q2

Q1

32

Page 33: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

3. Modal

Dalam pengertian ekonomis, modal adalah barang atau uang yang

bersama-sama dengan faktor produksi lain digunakan untuk menghasilkan

barang atau jasa baru.

Dalam proses produksi modal merupakan faktor produksi yang

mempunyai peranan penting dalam meningkatkan output secara makro,

modal merupakan pendorong besar (big push) untuk meningkatkan

output. Peningkatan modal akan berpengaruh pada investasi dalam sektor

industri, sehingga akan mendorong kenaikan output (Agus Ahyari, 1988 :

88).

Ditinjau dari segi modal, kenaikan output tergantung pada besarnya

tambahan modal (faktor produk tidak diasumsikan tetap) atau dapat

dirumuskan sebagai perbandingan antara tambahan produksi dengan

tambahan faktor produksi modal dengan kenaikan output ini

mencerminkan produktivitas dari faktor produksi modal dengan faktor

produksi yang lain, secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Pm =Q

mDimana :

Pm = Produktivitas modal

Q = Tambahan produksi

m = Tambahan modal

Pemilihan suatu faktor produksi modal dalam jumlah rupiah berdasarkan

atas pertimbangan bermacam-macam jenis modal yang dibutuhkan

dalam suatu proses produksi. Dengan modal yang cukup dan

33

Page 34: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

pengelolaan yang baik dan efisien maka produksi akan meningkat

dan pendapatan akan meningkat pula.

4. Pupuk

Peranan pupuk sangat penting untuk meningkakatn produksi. Bila

pupuk yang diberikan hanya seadanya, maka produksi yang dihasilkan

tentu sedikit. Kandungan kadar pupuk lebih berperan penting

dibandingkan jumlah yang diberikan dikurangi jumlahnya, karena zat-zat

makanan yang diberikan untuk pertumbuhan dan perkembangan telah

dapat dicukupi oleh tanaman karet itu sendiri.

Di pasaran tersedia berbagai macam pupuk, misalnya : Urea, KCl,

TS (SP36) dan pupuk kandang, sehingga memudahkan pekerja untuk

memilih pupuk yang sesuai dengan usia tanaman dan jenis pohon karet

yang dibudidayakan.

5. Upah

Dalam pengertian ekonomi, upah atau gaji adalah balas jasa yang

diberikan kepada buruh atau tenaga kerja. Upah merupakan salah satu

aspek yang paling penting.

Dalam pembudidayaan pohon karet, upah diberikan kepada buruh

atau tenaga kerja yang bekerja dari masa perawatan tanaman sampai

dengan pengolahan. Upah yang diberikan menurut UMR dan ditambah

premi atau bonus. Upah dibayarkan atau diberikan perbulan yang dihitung

harian.

34

Page 35: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

BAB III

GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

A. Keadaan Geografis

Desa pegadingan di Kecamatan Cipari, Kabupaten Cilacap, Propinsi

Jawa Tengah, terletak kurang lebih 70 Km dari ibukota Kabupaten Cilacap

dan 5 km dari Ibukota Kecamatan Cipari.

Batas daerah Desa Pegadingan secara administratif adalah :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sidasari

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Mulyadadi

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Mekarsari

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Karangreja

Desa Pegadingan mempunyai luas 1181,783 Ha, yang terdiri dari dua

dusun yaitu Dusun Cibatu dan Dusun Pakem.

Bentuk topografi Desa Pegadingan adalah desa sekitar hutan dengan bentuk

wilayah adalah perbukitan dengan ketinggian 58 m dari permukaan laut,

sedangkan banyaknya curah hujan 280 mm/ tahun dengan suhu udara rata-rata

37oC. Berdasarkan luas wilayah dapat diperinci menurut penggunaannya

seperti terlihat dalam tabel 3.1 berikut ini :

35

Page 36: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Tabel 3.1

Penggunaan Tanah di Desa Pegadingan

Tahun 2004

No Penggunaan lahan Luas (Ha)

1. Sawah 104

2. Tanah Kering 384

3. Perkebunan 356,217

4. Asilitas Umum 337,266

Sumber : Kantor kepala Desa Pegadingan

Dari tabel diketahui sebagian besar Desa Pegadingan merupakan tanah

perkebunan sebesar 356,217 Ha, sebagian besar dari tanah yang berbukit

digunakan untuk perkebunan, sedangkan bagian lain dipergunakan untuk

sawah, pemukiman dan fasilitas umum.

B. Komposisi Penduduk

1. Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Jenis kelamin

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Desa Pegadingan

maka komposisi penduduk menurut usia serta jenis kelamin seperti pada

tabel berikut :

36

Page 37: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Tabel 3.2

Jumlah Penduduk Menurut Usia dan jenis Kelamin

di Desa Pegadingan Tahun 2004

(dalam orang)

No Kelompok

Umur

Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. 0 – 1 tahun 39 65 104

2. 1 – 4 tahun 568 315 883

3. 5 – 6 tahun 43 80 123

4. 7 – 12 tahun 273 225 498

5. 13 – 15 tahun 89 123 212

6. 16 – 18 tahun 121 105 226

7. 19 – 25 tahun 205 281 486

8. 26 – 35 tahun 242 315 557

9. 36 – 45 tahun 147 216 363

10. 46 – 55 tahun 179 208 387

11. 56 – 58 tahun 70 48 118

12. Lebih dari 59 tahun 137 236 373

Jumlah 2113 2217 4330

37

Page 38: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Sumber : Kantor Kepala Desa Pegadingan

Dari tabel di atas, jumlah penduduk tahun 2004 adalah 4.330 jiwa,

terdiri dari laki-laki 2113 jiwa dan penduduk perempuan 2217 jiwa dengan

jumlah kepala keluarga sebanyak 1164 KK. Jumlah penduduk yang belum

produktif sebesar 1608 jiwa yang terdiri jumlah penduduk usia 0 – 12

bulan, sebesar 104 jiwa, usia 1 – 4 tahun sebesar 883 jiwa, usia 4 – 6 tahun

sebesar 123 Jiwa, usia 7 – 12 tahun sebesar 498 jiwa. Sedangkan

penduduk dengan usia 13 – 15 tahun sebesar 212 jiwa, usia 16 – 18 tahun

sebesar 226 jiwa, usia 19 – 25 tahun sebesar 486 jiwa dan usia 26 – 35

tahun sebesar 557 jiwa termasuk penduduk golongan usia produktif

dengan jumlah 1481 jiwa. Dan untuk penduduk usia 36 – 45 tahun sebesar

363 jiwa, usia 46 – 55 tahun sebesar 387 jiwa, usia 56 – 58 tahun sebesar

118 jiwa dan lebih dari 59 tahun sebesar 373 jiwa, termasuk penduduk

golongan usia kurang produktif yaitu sebanyak 1241 jiwa. Jadi sebagian

besar penduduk di desa Pegadingan golongan penduduk usia produktif.

2. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat kualitas sumber daya manusia suatu daerah akan sangat

ditentukan oleh tingkat pendidikan yang pernah diselesaikan oleh

penduduknya. Tingkat pendidikan juga akan menentukan corak pekerja

mereka terutama di sektor formal dan sekaligus mencerminkan tingkat

pendidikan di Desa Pegadingan komposisi penduduk menurut tingkat

pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :

38

Page 39: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Tabel 33Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

di Desa Pegadingan Tahun 2004

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1. Belum sekolah 1.055

2. Usia 7 – 45 th yang tidak pernah sekolah 843

3. Tidak tamat SD 348

4. Tamat SD / sederajat 1.170

5. Tamat SLTP / sederajat 413

6. Tamat SLTA / sederajat 453

7. Tamat akademik (D1 – D3) 11

8. Tamat Perguruan Tinggi 37

Sumber : Kantor Kepala Desa Pegadingan

Seperti tampak dalam data di atas terlihat bahwa sebagian

penduduk Desa Pegadingan mempunyai pendidikan dengan tingkat

pendidikan yang baik yaitu lulusan SD sebanyak 1.170 orang. Sedang

jumlah penduduk yang paling sedikit adalah lulusan akademi yakni 11

orang. Dari data tersebut dapat kita ketahui bahwa sebagian besar pencari

kerja di desa pegadingan berpendidikan SD, sedangkan lulusan perguruan

tinggi 37 orang.

3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

39

Page 40: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Mata pencaharian bagi setiap penduduk meruapkan penghasilan

untuk mencukupi kebutuhannya masing-masing. Dengan mengetahui jenis

pekerjaan penduduk maka secara tidak langsung dapat diketahui tingkat

pendaaptannya. Jumlah penduduk desa menurut mata pencahariannya

dapat diketahui pada tabel berikut :

Tabel 3.4

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

di Desa Pegadingan Tahun 2004

(dalam orang)

NoMata Pencaharian Jumlah

1. Karyawan

- Pegawai Negeri / ABRI 42

- Swasta 248

2. Montir 6

3. Pengrajin 11

4. Petani 246

5. Buruh Tani 421

6. Peternak 263

7. Pedagang 76

Sumber : Kantor Kepala Desa Pegadingan

40

Page 41: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

penduduk Desa Pegadingan bekerja pada sektor pertanian yaitu sebanyak

667 orang yang terdiri dari 246 orang sebagai petani dan 421 orang

sebagai buruh tani. Sedangkan sisanya terbagi dalam sektor-sektor lainnya

seperti pegawai negeri, swasta, peternak, pedagang, pengrajin dan montir.

Mata pencaharian di desa Pegadingan lebih difokuskan pada

pertanian yang pokok dari penduduk di Desa pegadingan.

C. Sosial Ekonomi

Di Desa Pegadingan mempunyai sarana pendukung perekonomian

untuk mempenduduk dalam memenuhi kebutuhannya. Di Desa Pegadingan

terdapat kopersi, warung atau kios serta pasar yang menyediakan kebutuhan

pertanian seperti pupuk, pestisida, serta kebutuhan lainnya untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.5Prasarana Perdagangan

di Desa Pegadingan Tahun 2004

No Prasarana Jumlah (Unit)

1. Pasar 1

2. Warung / Toko 76

3. KUD 2

Sumber : Kantor Kepala Desa Pegadingan

41

Page 42: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

D. Pertanian

Areal pertanian di Desa Pegadingan cukup subur, selain ditanami

karet, juga ditanami kelapa, kopi, cengkeh, dan tanaman buah-buahan,

tanaman obat-obatan, dan sebagainya. Upaya Desa Pegadingan untuk

meningkatkan hasil pertanian terutama karet dilaksanakan untuk penyuluhan,

penggunaan urea tablet, dan pasca panen, semua itu bertujuan untuk

meningkatkan pendapatan.

Untuk lebih jelasnya tentang tanaman pokok rakyat dan tanaman

perdagangan rakyat di Desa Pegadingan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.6

Tanaman Pokok Rakyat dan Tanaman Perdagangan Rakyat

di Desa Pegadingan Tahun 2004

No Kelompok Jenis Tanaman Luas (Ha)

1. Padi dan pakuannya Jagung, kacang tanah, padi, ubi kayu 9,5

2. Buah-buahan Mangga, rambutan, salak, nanas,

pepaya, durian, pisang

153

3. Tanaman obat Jahe, kunyit, lengkuas 2

4. Perkebunan 356,217

- Karet 200,112

- Kelapa 62,30

42

Page 43: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

- Kopi 35,65

- Cengkeh 58,155

5. Hutang 84,5

Sumber : Kantor Kepala Desa Pegadingan

Dalam tabel terlihat bahwa tanaman pokok dan tanaman rakyat masih

diminati penduduk di Desa Pegadingan. Bila dilihat dari kondisi tanah Desa

Pegadingan, maka tanaman karet sangat bagus hasilnya, meski perlu

ketelatenan dalam perawatan dan kejelian dari mulai tanam sampai masa

penyadapan. Tanaman karet merupakan harapan produsen di Desa

Pegadingan, karena bisa mendatangkan keuntungan yang dapat meningkatkan

pendapatan dan taraf hidup mereka.

43

Page 44: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

E. Usaha Karet di Daerah Penelitian

1. Sejarah Singkat Perkebunan Ciseru-Cipari

Perkebunan Ciseru-Cipari didirikan oleh Badan Swasta tahun 1897

yang berkedudukan di India yaitu The Bombay Burma Trailing Company /

Cooperation United, dengan mendapat badan hukum dan diberi nama NV.

The Indo Java Rubber Planting and Trailing Cooperation yang dikelola

oleh NV. Handle MIJ JA. Wattle Co.Ltd.

Pada tahun 1964-1965 diambil oleh Pemerintah dan dimasukkan ke

dalam Departemen Pertanian dengan nama Perusahaan Perkebunan

Dwikora. Tahun 1968 Pemerintah mempercayakan kembali NV. Handle

MIJ JA. Wattle Co. LTd. Berdasarkan Instruksi Presiden No. 28/IN/12/66

yang dikeluarkan pada tanggal 08 Desember 1966, sejak 06 Mei 1982 NV.

Handle MIJ JA. Wattle Co Ltd. berubah menjadi perusahaan nasional

dengan nama PT JAYA AGRO WATTIE (PT JA WATTIE).

Luas areal perkebunan Ciseru / Cipari menurut luas HGU adalah

2.408,78 Ha dengan komposisi luar areal TM 1.905,65 Ha, luas TBM

322,05 Ha, lahan yang direplanting seluas 25,91 Ha dan sisanya untuk

lahan pembibitan, emplasement, pabrik, hutan, sungai dan lain-lain. Dalam

pengelolaannya mulai tahun 1999 dibagi menjadi 5 afdeling (sebelumnya

terbagi atas 8 afdeling), yaitu : afdeling NABAYU, NATEGA, KARA,

PETTEGA, dan afdeling GASELA. Sedangkan produk yang dihasilkan

Crumb Rubber (karet remah) dengan mutu SIR 3L, SIR 5, SIR 10, dan

SIR 20.

44

Page 45: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Perkembangan luas areal perkebunan karet alam menurut

penggunaannya tahun 1998 mencapai 3.344.650 Ha yang terdiri dari luas

perkebunan rakyat 2.828.269 Ha, perkebunan non negara 228.541 Ha, dan

perkebunan swasta 287.840 Ha. Dengan produktivitas masing-masing

perkebunan rakyat 1.306.877 ton atau 462 kg / Ha / tahun, perkebunan

negara 209.169 ton atau 915 kg / Ha / tahun, perkebunan swasta 212.627

ton atau 737,7 kg / Ha / tahun, lokasi perkebunan antara lain terdapat di

daerah Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Lampung,

Bengkulu, Kalimantan, dan Jawa Barat (Business News, 2001).

2. Organisasi

a. Struktur Organisasi Perkebunan Ciseru-Cipari

Struktur organisasi Perkebunan Ciseru-Cipari adalah sebagai berikut :

45

Page 46: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Gambar 3.1

Struktur Organisasi Perkebunan Cisaru-Cipari

46

Page 47: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

b. Perincian Tugas

Tenaga pelaksana kebanyakan berstatus harian lepas. Dalam pelaksanaan

kerja dilakukan sistem borong dengan standar yang ditetapkan oleh

perusahaan. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah tenaga

pengelola dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.7

Tenaga Kerja Perkebunan Ciseru-Cipari

Tahun 2004

No. Urutan Jumlah Orang

1. Staff

Eksekutif 2

Non eksekutif 7

Jumlah 9

2. Pegawai Bulanan

Mandor Besar 6

Mandor Keliling 6

Mandor Sadap / Tapp Kontrol 26

Mandor Pemelihara 3

Mandor Pengolahan Pabrik 2

47

Page 48: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Analisa Laboratorium 4

Pengemudi 11

Perbengkelan / Teknik Listrik / Disel 7

Administrasi 6

Satpam 5

Mantri Kesehatan 1

Guru TK 1

Mandor Bangunan / Jalan 1

Jumlah 79

48

Page 49: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

No. Urutan Jumlah Orang

3. Pegawai Harian Tetap dan Lepas PHT PHL

Pembantu Mantri Kesehatan 6 1

Pemeliharaan Emplasemen - 1

Penyadap 453 268

Tukang Tebang 18 8

Tusich Sadap 8 -

Tukang Kayu 2 15

Pengolahan 20 5

Tusich Pemeliharaan Kebun 11 8

Supir Truck / Forklift 2 -

Bengkel 2 -

Guru TK 1 -

Bagian Kantor / Juru Tulis 1 -

Pemeliharaan TM - 65

Pemeliharaan TBM - 49

Jumlah 530 435

Jumlah Total 1043

Sumber : Perkebunan Ciseru-Cipari

49

Page 50: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

3. Syarat Tumbuh Tanaman Karet

Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan latek

yang paling optimal apabila diperhatikan syarat-syarat lingkungan yang

diinginkan tanaman ini dan tanaman karet cocok ditanam di daerah tropis

yang mencakup luas antara 15oLU – 10o LS dengan suhu harian yang

berkisar rata-rata 25oC – 30oC. Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik

pada ketinggian antara 1 – 400 m dph, dengan kemiringan maksimum 45o.

Curah hujan cukup tinggi antara 2.000 – 4.000 mm setahun, akan lebih

baik jika curah hujan merata sepanjang tahun (100 – 150 hari hujan).

Dalam sehari tanaman karet membutuhkan sinar matahari dengan

intensitas penyinaran 5-7 jam / hari. Tanaman karet menghendaki tanah

yang gembur dan banyak mengandung unsur hara dengan pH tanah

berkisar 4-8 dengan kelembaban antara 70% - 80%.

4. Tahapan Kegiatan Budidaya dan Pengelolaan Tanaman Karet

a. Pembukaan Lahan

Pembukaan lahan dilakukan dengan sistem replanting atau pembongkaran

tanaman non produktif (di atas 20 tahun). Pertama-tama dilakukan

penebangan pohon karet tua dengan gergaji mesin dianjurkan

dengan pembongkaran tunggul dengan kapak kemudian pemberian

belerang pada bekas-bekas bongkaran. Pelaksanaan pembongkaran

dilakukan oleh perusahaan kontraktor dari Jakarta (borongan

50

Page 51: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

dengan sistem tender) dengan harapan pekerjaan lebih cepat

dilakukan.

b. Persiapan Lahan

Kegiatan ini merupakan tahap lanjutan dari pembukaan lahan,

dimana ini diperuntukkan bagi lahan pembibitan (nurseries) dan

sekaligus untuk tanaman induk. Pertama yang dilakukan pembersihan

gulma yaitu pembersihan ladang dilakukan dengan penggarpuan dan

pembersihan gulma tanaman perdu lainya secara manual dengan arit

dan pemakaian cangkul untuk pembersihan akar, pencangkulan

dilakukan sedalam 60 – 80 cm yang disebut pencangkulan kasar lalu

dilanjutkan dengan pencangkulan halus dan tahap terakhir dengan

pencangkulan ringan / diayat (sedalam 40 – 50 cm). Kemudian

pembuatan teras, tanah yang dibuat teras adalah tanah yang berbukit

dengan kemiringan di atas 10o. Jarak antar teras yang satu dengan yang

lain 7 m, untuk jarak tanam (7 x 3) m dengan lebar teras 1,5 – 1,75 dhg

sistem kontur / ngagoles kampak. Sebelumnya dilakukan dahulu

pengajiran untuk teras, juga sekaligus untuk pengajiran tanaman induk.

Selanjutnya dilakukan sanitasi lahan yaitu pemberian kapur dan

belerang. Selain input dibuat pula parit-parit diantara petak terasan dan

jalan setapak untuk keperluan kontrol.

c. Pengadaan bahan tanam

Tahapan kegiatan pengadaan bahan tanam adalah sebagai berikut :

1) Pembuatan kimbed

51

Page 52: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Kimbed dibuat untuk tempat mengecambahkan biji yang

telah disortasi. Bentuknya memanjang dari Utara ke Selatan

dengan panjnag disesuaikan dan menghadap ke Timur dengan

tinggi tiang depan 120 cm, tiang belang 90 sm serta lebar 120 cm.

Atap kimbed dibuat dari daun alang-alang yang sudah dikeringkan.

2) Pengadaan benih

Kebutuhan benih didatangkan dari luar perkebunan kareana

tidak adanya kebun khusus penghasil benih untuk bahan tanam

batang bawah. Benih biasanya diambil dari kebun bibit yang sudah

berumur 8 tahun dengan jenis yang terpilih dengan benih yang

murni, daya kecambah tinggi, ungul sertra memiliki sifat yang baik

untuk batang bawah . Kebutuhan benih per Ha adalah 4.000 benih,

dengan populasi 500 pohon/ Ha. Untuk jarak tanam 3 x 7 m dan

66 pohon / Ha.

Untuk bahan tanam yang difungsikan sebagai batang

bawah, klon yang biasa dipakai adalah GTI, LCB 1320, LCB 479

dan sei PR. Kon – klon tersebut mnemiliki sifat-sifat yang

menguntungkan sebagai batang bawah seperti perakaran kuat,

tahan penyakit JAP dan lahan kering.

3) Pengecambahan

Benih dikecambahkan pada media tanah yang telah

diratakan dengan cangkul permukaannya dan sebelumnya telah

disiram air. Benih ditanam rapat pada cangkul satu baris dengan

52

Page 53: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

jarak antar baris 3 cm dan jarak dalam baris 5 cm. Jadi jumlah

benih / m2 adalah + 1000 biji. Tanda lubang/jarak tanam dibuat dari

ajir bambu ukuran pencil dan cara penanamannnya dengan

menanam ¾ bagian biji ke dalam pasir dengan perut menghadap

kebawah. Benih dipelihara dengan penyiraman setiap pagi dan sore

hari sehingga benih berkecambah.

4) Persemaian

Benih yang telah berkecambah dapat dipindahkan ke lahan

nutseries. Penananman dilakukan pada pagi hari dna sesudah

dilakukan penyiraman. Pemeliharaan yang dilakukan di lahan

nurseries adalah penyiraman dan diutamakan pada awal

pembibitan, penyulaman dan penyiangan secara manual dan

pemupukan urea 5 gr / phn dilakukan setelah benih berumur 2

minggu. Selain iru diberi mulching agar mempertahankan

kelembababn tanah, mengurangi penguapan air tanah dan

mencegah erosi juga dilakukan pengendalian hama dan enyakit.

5) Okulasi

Okulasi merupakan suatu rangkaian untuk memperoleh

bahan tanam yang baik. Bertujuan untuk menyatukan sifat-sifat

yang baik dari tanaman karet yang berbeda agar produksi yang

dihasilkan bisa lebih tinggi. Pelaksanaan okulasi mengunakan

okulasi coklat (Brown Badding) dengan alasan faktor kegagalan

rendah dan waktu yang tersedia sejak jatuhnya biji dari pohon bibit

53

Page 54: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

hingga bibit salur cukup lama. Cara pelaksanaan okulasi yaitu

membuat torehan jendela okulasi pada batang bawah setinggi + 5

cm. Dari tanah, lalau biarkan beberapa menit, menyayat maata

okulasi atau perisai okulasi, memisahkan mata okulasi setelah itu

memasukkan perisai atau mata okulasi ke jendela okulasi dan

memalut jendela okulasi dengan tali rafia. Pemeriksaan okulasi

adalah untuk mengetahui berapa banyak okulasi yang jadi. Setelah

2 minggu diadsakan ppemeriksaan ulang untuk memastikan jumlah

okulasi jadi. Bagi okulasi yang benar-benar hidup diberi tanda

totolan cat pada bagian atas jendela.

6) Pembuatan bibit Polybag

Bertujuan agar selain pertumbuhan lebih seraga,m juga agar

mudah dalampelaksanaan sortasi dan mencegah serta mengurangi

stagnasi pada saat tanam di lapangan. Untuk pengaturannya bibit

yang telah dipadatkan medianya diatur satu baris disisi dua jajar

polybag dengan letak mata tunas saling berlawanan arah.

Pemeliharaan yang dilakukan yaitu penyiraman setiap pagi dan

sore hari, penyiangan, pemupukan. Bibit playbag siap ditanam

setelah berumur + 5 bulan dan sehat membentuk 2 payung dengan

diameter batang + 2 cm. Pemeliharaan bibit playbag sama dengan

persemaian.

d. Persiapan tanam

1) Pengajiran

54

Page 55: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Pengajiran jarak tanam dilakukan bersamaan pelaksanaan

ajir teras. Pengajiran ini dibuat sesuai jarak tanam yang dipakai.

2) Lubang Tanam

Pembuatan lubang dilakukan 2-4 bulan sebelum tanam

sesuai pada posisi ajir. Kemudian satu bulan sebelum tanam

sanitasi lubang tanam dilakukan dengan memberi serbuk belerang

150 kg / lubang dan setengah bulan berikut diberikan 150 gr SP36 /

lubang.

3) Tanaman Penutup Tanah

Tanaman penutup tanah yang ditanam yaitu kacangan

(Leguma Cover Crops / LCC), sedangkan jenis LCC yang dipilih

adalah Calopogonium caeruleum (CC), yaitu tanaman penutup

tahan yang tahan terhadap naungan dan kekeringan, selain itu

setelah penanaman 4-6 bulan tanaman itu sudah mampu menutup

tanah.

4) Tanam Bibit Polybag

Penanaman ini merupakan pekerjaan yang penting, karena

pelaksanaannya harus tepat baik waktu maupun cara

penanamannya, yaitu di awal musim hujan. Penanamannya harus

sangat hati-hati, tanah di dalam polybag jangan sampai pecah dan

kedalaman lubang harus disesuaikan dengan tinggi polybag dan

tinggi penimbunan lubang sampai pada batas tepat di bawah

pertautan.

55

Page 56: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

F. Pemeliharaan Tanam Belum Menghasilkan (TBM)

1. Penyulaman

Diterapkan pada saat selesai tanam, TBM 1 dan terakhir TBM 2.

Bahan sulaman yang dipakai adalah bibit OST 1 dengan penerapan teknis

penyulaman untuk tanaman yang tajuknya telah bertemu tidak perlu

disulam, dan apabila ada dua tanaman mati bersebelahan dibuatkan satu

lubang tanam diantaranya, dan seterusnya. Waktu yang tepat untuk

melakukan peyulaman adalah pada saat TBM I, II, dan III. Tanaman

sulaman sudah mempunyai jumlah payung yang sama dengan tanaman

yang ada.

2. Wiwil atau Menunas

Wiwil dilakukan untuk mencegah pertumbuhan cabang pada

batang pokok sampai setinggi 2,75 – 3,00 m dan dilakukan setelah

tanaman karet berumur 2 bulan. Bertujuan untuk menghindari

percabangan pada tanaman agar mendorong pertumbuhan tanaman ke arah

vertikal maupun ke arah horizontal semaksimalnya. Untuk penunasan

ditetapkan cara folding yaitu membungkus pucuk dengan daun-daun

sekitarnya.

3. Pemupukan

56

Page 57: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Pemupukan dilakukan 3 bulan setelah tanam, yaitu pada awal /

akhir musim hujan. Aplikasinya adalah 2-3 kali dalam setahun dengan

urea, TPS, dan KCl.

4. Weeding (Pengendalian Gulma)

Pekerjaan ini diterapkan strip weeding (TBM dan TM) dan selektif

sg bahan yang dipakai round up 0,6% dan untuk selektif weedng

dikhususkan untuk alang-alang dan penyemprotan dilakukan secara acak.

5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Penyakit yang menyerang tanaman karet adalah jamur akar putih

(JAP), jamur upas dan embun tepung. Pengendaliannya yaitu bila JAP

dengan membersihkan sisa kayu dan akar saat pembongkaran kebun tua,

selain itu menghindari kondisi lingkungan terlalu lembab dengan mengatur

jarak tanam dan dibuat drainase untuk jamur upas, sedang untuk jamur

tepung yaitu dengan hendusting serbuk belerang dilakukan pada malam

hari, diperkirakan embun mulai turun + jam 23.00 ke atas.

6. Monitoring Pertumbuhan Tanaman Karet

Tujuan kegiatan ini adalah untuk memantau pertumbuhan pohon

sehingga mudah dalam menetapkan saat buka sadapan. Pelaksanaan dua

kali setahun dimulai dua tahun setelah tanam (TBM 2). Pengontrolan

pertumbuhan dilakukan dengan cara mengukur lilitan batang pohon

dengan sistem sampel acak diagonal. Jika 60% dari populasi yang

57

Page 58: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

dikontrol telah mencapai diameter > 45 cm maka kegiatan pengukuran lilit

batang bisa dihentikan, dan ini berarti pembukaan sadap dapat dilakukan.

G. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)

Tujuan pemeliharaan tanaman menghasilkan adalah menjaga

pertumbuhan dan kesehatan tanam tetap baik dan dapat meningkatkan dan

mempertahankan produksi lateks yang optimal sesuai dengan umur ekonomis

tanaman.

1. Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual dan kimiawi yang bertujuan

untuk membersihkan gawangan dan jalur tanaman sehingga

mempermudah dalam melaksanakan pemeliharaan kebun. Pelaksanaan

penyiangan dengan menggunakan cara kimiawi yaitu dengan round up,

strip spraying, dan spot spraying.

2. Pangkasan

Pemangkasan yaitu dengan cara membuang dan memangkas semua

cabang pada batang di bawah ketinggian 3 m. Pemangkasan / pemotongan

dahan juga dilakukan pada dahan patah atau pecah akibat angin serta

batang pohon yang roboh dan tumbuh miring akibat angin juga.

3. Penjarangan Pohon

Penjarangan pohon dilakukan secara selektif pada pohon yang

tumbang karena angin, tumbuh kerdil atau tidak normal dan yang mati

58

Page 59: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

karena penyakit batang / akar. Pelaksanaannya diusahakan agar lokasi

tidak sampai terbuka yang menyebabkan pertumbuhan gulma.

4. Pemupukan

Pemupukan dilakukan pada TM muda atau taruna (umur sadapan

1-10 tahun), aplikasi pemupukan satu kali dalam setahun dan dilakukan

pada akhir musim hujan.

5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Penyakit yang menyerang tanaman karet sama dengan pada TBM

selain itu ada juga penyakit BB (Bruine Binnebast / penyakit kulit coklat),

yaitu suatu kelelahan akibat penyadapan yang terlalu berat, akibatnya

lateks akan encer, terjadi tetesan lanjutan dan lateks cepat sekali membeku,

selain itu kulit mulai mengering dan pada akhirnya lateks tidak keluar.

Pengendaliannya yaitu dengan obat No. 88, tanaman diistirahatkan dan

pemberian ekstra pupuk. Penyakit mouldyrof yaitu penyakit pada bidang

sadapan yang ditandai dengan adanya lapisan selaput cendawan keabu-

abuan pada bidang sadap. Pengendaliannya adalah dengan fungisida

banlate 0,05% atau actidione 0,5%.

H. Penyadapan

1. Bukaan Sadapan

Penyadapan merupakan kegiatan produksi terhadap tanaman karet

yang telah memenuhi syarat umur bukaan sadap dengan klon unggulan

59

Page 60: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

(PB 260) dapat dilakukan ketika umur tanaman 4 tahun, sedangkan secara

umum bukaan sadap adalah 5 tahun. Cepat tidaknya bukaan sadap sangat

tergantung dan dipengaruhi klon, kesuburan tanah serta pemeliharaannya

di masa TBM.

Areal tanaman karet siap disadap apabila memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut :

a. Lilitan batang telah mencapai > 45 cm, pada ketinggian 100 cm dari

pertautan

b. Populasi tanaman yang memenuhi syarat telah mencapai 60% - 70%,

c. Rata-rata tebal kulit > 7 mm

d. Ketinggian bukaan sadap bawah 130 cm di atas pertautan

e. Soder sadap adalah 40o dari garis horisontal

Sistem sadapan yang digunakan adalah :

a. S2D3 yaitu sistem sadap setengah spiral tiap 3 hari sekali dilakukan 1

sampai 3 tahun pertama

b. S2D2 yaitu sistem sadap setengah spiral disadap tiap 2 hari sekali

c. 2S2D2 yaitu sistem sadap 2 keratan (atas dan bawah) setengah spiral

tiap 2 hari sekali

d. S2S4D3 yaitu sistem sadap setengah spiral sadap bawah seperempat

spiral ke atas tiap 3 hari sekali

2. Eksploitasi Tanaman Kaitannya dengan Peremajaan

60

Page 61: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Kegiatan eksploitasi pada tanaman karet juga harus diikuti dengan

pemikiran rencana program peremajaan (replanting). Dasar

pertimbangannya adalah masa eksploitas 25 tahun TM + 5 tahun TBM dan

juga standar komposisi tanaman yang ditetapkan.

3. Stimulasi

Stimulasi sebagai pemacu keluarnya lateks tidak bisa diaplikasikan

pada semua pohon karet. Pohon karet yang sudah memasuki TM 3 dapat

diberikan stimulasi dengan catatan pohon tersebut dalam keadaan sehat,

daun sudah berwarna hijau dan layu setelah musim gugur. Bahan yang

digunakan untuk stimulasi adalah Ethrel 1 cc – 2 cc perpohon dan

konsentrasi untuk TM muda / taruna 1,5% - 2,0% dan untuk TM dewasa /

tua 2,5%. Aplikasi stimulasi yang dilakukan adalah grove application,

dengan aplikasi satu kali setiap dua minggu.

4. Pengawasan Kualitas Sadap

Agar umur ekonomis tanaman dapat tercapai yakni 25-30 tahun

dengan produksi yang diperoleh tetap tinggi, kualitas sadapan harus

diutamakan dan harus dilakukan kontrol tiap bulan.

5. Sistem Premi

Premi dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan penyadap dan

merangsang penyadap untuk mendapatkan lateks lebih perharinya dan

produksi di pabrik dapat meningkat.

61

Page 62: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Syarat mendapatkan premi penentuannya adalah menentukan rata-

rata per tapper pada blok tertentu tahun lalu dari perkembangan terakhir

hari kerja minimal 20 hari dan nilai kualitas sadap minimal 175 point

tetapi jika syarat tersebut tidak dapat dipenuhi maka premi hilang.

6. Sistem Pengaturan Tenaga Kerja

Untuk menghindari hanca yang tidak tersadap maka digunakan

sistem armada, jadi dalam 30 penyadap dibutuhkan 5 penyadap armada.

Ada dua macam tenaga penyadap yaitu pekerja harian tetap (PHT) dan

pekerja harian lepas (PHL). Perbedaannya PHL tidak memiliki hari libur,

sedangkan PHT memiliki hari libur yaitu satu minggu sekali dan cuti 12

hari dalam 1 tahun. Pelaksanaan absensi dilakukan setiap pagi sebelum

pelaksanaan penyadapan (roll sadap) yang dilakukan oleh mandor sadap di

masing-masing bloknya.

62

Page 63: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

7. Pengangkutan Hasil

Sistem pengumpulan lateks yang digunakan adalah "john

collection" yang memberikan keuntungan bagi penyadap karena

tempatnya dekat dengan hanca sehingga tidak banyak tenaga kerja yang

digunakan. Hasil lateks dikumpulkan pada jemblung ditobong, setelah itu

pengawas mencatat dan dilakukan kalibrasi untuk mengecek ulang

volume lateks yang didapat. Penyaringan lateks dilakukan di TPH,

sedangkan pencatatan volume lateks dilakukan di setiap penyadap, dan

pengangkutan hasil dari TPH dengan tangki dan truk dibawa ke pabrik.

I. Pengolahan

1. Penerimaan Bahan oleh Crumb Rubber

Bahan olah untuk crumb rubber diterima oleh pabrik (PT. Indo

Java Rubber Planting) berupa lateks, lump putih dan lump mangkok.

Sedangkan bahan yang diterima tersebut akan diproses menjadi produk

SIR 3L, SIR 5, SIR 10 dan SIR 20.

Penerimaan ini dilakukan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas

bahan baku, sehingga nantinya dapat dipertanggungjawabkan. Penerimaan

dilakukan oleh petugas pabrik. Untuk pencatatan dilakukan oleh mandor

kawal lateks pada pengantar lateks. Untuk lateks penerimaan dilakukan di

bak penerimaan dengan menggunakan alat berupa colokan dan saringan

lateks yang telah dilengkapi dengan talang. Colokan berfungsi untuk

mengukur volume lateks yang diterima, sedangkan saringan untuk

63

Page 64: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

mencegah masuknya kontaminan seperti tatal, daun karet dan lump putih

yang mungkin terbawa, lateks yang masuk harus dipastikan tidak

prakoagulasi.

Untuk penerimaan bahan baku olah berupa lump putih dan lump

mangkok diawali dengan penimbangan di penerimaan lalu penilaian secara

visual. Apabila bahan baku olah yang diterima tidak masuk spesifikasi

yang ditentukan oleh pabrik maka bahan olah tersebut bisa ditolak.

Kemudian hasil penerimaan dicatat oleh petugas sebagai acuan untuk

pengolahan, perhitungan rendamen dan penyelesaian administrasi.

2. Pengenceran

Pengenceran sodium metabisulfit untuk bahan olah lateks

dilakukan secara bertahap yaitu setiap 1 kg dalam 20 liter air dengan

konsentrasi 5%. Cara pengenceran yaitu dengan melarutkan setiap 1 kg

bahan ke dalam 20 liter air sambil diaduk hingga merata dan larut. Jumlah

sodium yang diencerkan sama dengan 0,6 /kilogram kering. Setelah

pengenceran sodium metabisulfit selesai, hasil pengenceran dituangkan

perlahan-lahan ke dalam bak penerimaan yang diaduk dengan mixer secara

perlahan.

3. Pembekuan

Pembekuan lateks bahan olah SIR 3L dan SIR 5 diawali dengan

mengalirkan lateks dari bak penerimaan ke bak koagulasi (trough) melalui

talang secara bertapah. Tinggi lateks yang masuk ke trough diukur dengan

64

Page 65: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

alat colok dan lubang aliran lateks pada talang dihentikan untuk dialihkan

ke bak koagulasi yang lain, bila tinggi lateks telah mencapai 24 cm, jika

produksi tinggi, tingginya lateks bisa melebihi 24 cm. Bahan pembeku

yang sudah diencerkan diambil sebanyak 2 jerigen untuk diletakkan

masing-masing 1 jerigan pada ujung dan bagian tengah bak koagulasi.

Bahan pembeku disiramkan ke bak koagulasi lalu diaduk 6-10 kali atau

dihentikan apabila lateks mulai membeku. Lama pembekuan di bak

koagulasi kurang lebih 16 jam, kecuali kondisi mendesak akan digiling

langsung.

4. Penggilingan Mobile Crusher

Untuk memudahkan proses pengolahan dan mengurangi kotoran

lateks yang telah membeku, lump putih, scrap dan lump mangkok digiling

menjadi compo. Adapun cara penggilingannya adalah sebagai berikut :

a. Trough yang berisi lateks yang telah membeku diisi air sampai

koagulump naik

b. Mobile crusher dihidupkan lalu koagulump dimasukkan dan hasil

gilingan diletakkan pada conveyer 3

c. Hidupkan semua mesin pengolahan, bersihkan crepper 1 dan 2, lalu

masukkan hasil gilingan ke crepper 2 dengan hasil gilingan tebal 0,6-

0,8 cm. Selanjutnya melalui conveyer 3 akan masuk secara otomatis ke

crepper 1 dengan hasil gilingan tebal 0,4-0,6 cm. Untuk bahan baku

lump mangkok, lump putih, scrap sebelum masuk crepper 1 dan 2

dicacah dahulu, di pre breaker, lalu di penggilingan (battery comp)

65

Page 66: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

5. Peremahan

Merupakan proses merubah lembaran karet menjadi butiran-butiran

karet yang remah, guna mempercepat proses pengeringan. Adapun cara

peremahannya adalah dengan mengisi bak dengan air, lalu mesin

crumbpum dan sredder dihidupkan. Hasil remahan halus langsung

dimasukkan ke dalam bak secara bertahap dan tidak boleh ditekan. Untuk

menghilangkan serum dan busa disiram dengan air. Dinding bak / trolly

bagian luar sebelah ujung ditulis nomor urut, mutu SIR, dan tanggal

pengeringan. Urut-urutan proses peremahan adalah SIR 3L, SIR 5, dan

SIR 10.

6. Pengeringan

Karet remah dimasukkan ke dalam mesin pengering dengan

interval waktu 15-20 menit, dengan lama waktu pengeringan 3 jam pada

suhu 110oC – 120oC, sehingga kadar air 0,4-0,6% yang menjadikan karet

tahan lama. Sebelum dryer remahan yang keluar akan mengalami proses

pendinginan sehingga suhu menjadi + 40oC, kemudian remahan yang

kering akan keluar. Kemudian remahan yang kering akan keluar. Tarik

trolly yang keluar ke meja bundar, ambil ball cake dengan ganju pengait

dan letakkan di atas meja dengan sistem FIFO (First In First Out).

7. Penimbangan, Penempaan, Sortasi, dan Penyimpanan

Penimbangan menggunakan mesin timbang elektrik sehingga

cepat, mudah dan hasilnya akurat dengan berat satu bandella 35 kg serta

66

Page 67: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

ukuran bandella 70 x 35 x 15 cm. Pengepresan menggunakan alat hidrolik

tipe twine box dengan kapasitas 50 bandella / 1750 kg / jam.

Agar mutu karet terjaga dari kontaminasi kotoran dan karet mentah

setiap bandella disortasi dengan membuang kotoran yang menempel, karet

mentah dan kotoran lainnya. Bandella yang telah terseleksi diberi nomor,

dibungkus dengan plastik tipis dan siap dikemas.

Pengemasan dan penyimpanan dimaksudkan agar kualitas bandella

tidak terkontaminasi terjadi penurunan sifat plastisitas dan warna.

Pengemasan menggunakan peti jumbo pallete yang berisi 36 ball dengan

berat bersih 1.260 kg. Kemudian diambil sampel nomor 9, 18, 27, dan 36

untuk mengetahui kebenaran mutu yang telah ditentukan.

Penyimpanan diletakkan di area yang telah ditetapkan laboratorium

dan selanjutnya dapat dilakukan pengiriman bila ada permintaan dari

konsumen (eksport) dengan 1 DN (Desember – November) berisi 18 peti

pallete (12.600 ton) crumb rubber.

8. Pengujian Laboratorium

Hasil produksi dari pabrik diuji terlebih dahulu melalui pengujian

laborat untuk mengetahui mutu karet tersebut dalam mutu SIR 3L, SIR 5,

SIR 10, SIR 20 atau low grade. Cara proses pengujian mutu karet SIR

yaitu dengan pengambilan sampel yang bertujuan untuk mengetahui

penetapan pengujian laboratorium. dengan cara mengambil contoh uji

yang dapat mewakili sejumlah produksi. Selain itu dengan penyeragaman

contoh (homogenesis) adalah satu cara untuk mendapatkan contoh uji

yang seragam.

67

Page 68: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Dengan penetapan pengujian kadar kotoran (DIRT TEST)

pengujian ini bertujuan untuk mengetahui benda asing yang tidak larut

dalam terpenting mineral dan tidak dapat melewati / lolos pada saringan

325 mesh. Ada juga penetapan pengujian kadar abu (ash content),

pengujian untuk mengetahui benda asing bukan karet yang tidak habis

terbakar suhu 550oC selama 2 jam di dalam Nuffle Furnace, sampel yang

diambil 5 gram. Penetapan pengujian Plasticity Rotention Indek (PRI),

penetapan ini dilakukan untuk mengukur ketahanan karet terhadap

digradasi (pemecahan) oleh oksidasi pada suhu tinggi 140oC + 0,2oC.

Pengujian ini meliputi plastisitas wallace dari potongan uji sebelum dan

sesudah pemanasan di dalam oven. Penetapan pengujian warna (lavibond

scale) yaitu pengujian warna hanya dilakukan untuk jenis mutu SIR 3L,

karena jenis karet ini harus memiliki indeks warna yaitu : kecil (biasanya

akna digunakan untuk barang jadi yang putih), tembus cahaya, dan

berwarna merah.

68

Page 69: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

69

Page 70: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

70

Page 71: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

J. Pemasaran

Setelah lateks diolah menjadi karet siap untuk dijual, yang telah diuji

terlebih dahulu kualitas dan mutunya, kemudian karet yang sudah menjadi

barang setengah jadi itu dikirim ke pusat yaitu di Jakarta. Pemasaran

dilakukan oleh Kantor Pusat di Wisma BCG Lt. 8 Jl. Abdul Muis No. 40 PO

BOX 2050 Jakarta 10001.

Daerah pemasarannya meliputi daerah Jawa, luar Jawa, bahkan

diekspor ke negara Singapura, Jepang, dan Korea.

71

Page 72: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

BAB IV

ANALISIS DATA

Bab ini menjelaskan analisis hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi karet pada petani mitra usaha PT. J. A Wattie yang

meliputi, jumlah tenaga kerja, luas lahan, pupuk, modal dan upah. Pembahasan

analisis hasil penelitian ini dengan menggunaakan analisis regresi linier berganda,

uji hipotesis dan bagian akhir pengujian asumsi klasik.

A. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

linier berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh jumlah

tenaga kerja, luas lahan, pupuk, modal dan upah terhadap hasil produksi karet

pada petani mitra usaha PT. J.A. Wattie di Desa Pegadingan. Adapun bentuk

persamaan regresinya sebagai berikut :

LnY = a + b1Lnx1+ b2Lnx2 + b3Lnx3 + b4Lnx4 + b5Lnx5 + E

Dimana :

LnY = Variabel Produksi (Rp)

a = Konstanta

LnX1 = Jumlah tenaga kerja

LnX2 = Luas lahan

LnX3 = Pupuk

LnX4 = Modal

72

Page 73: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

LnX5 = Upah

E = penyimpangan yang mungkin terjadi

b1, b2, b3, b4 = Koefisien regresi

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan

komputer pada program SPSS Windows release 11.0 diperoleh hasil analisis

regresi sebagai berikut :

Tabel 4.1Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Variabel Koefisien Regresi

Standar Error t hitung Signifik

an tX1 (Luas lahan) 0,242 0,090 2,675 0,006X2 (Pupuk) 0,210 0,049 4,299 0,001X3 (Jumlah tenaga kerja) 0,152 0,054 2,837 0,001X4 (Modal) 0,127 0,059 2,152 0,003X5 (Upah) 0,276 0,078 3,541 0,002Konstanta = 7,824Adj. R Square = 0,954R Square = 0,973R = 0,998F = 2351,537Sig. F = 0,000

Sumber : Data primer diolah

Sehingga diperoleh model persamaan sebagai berikut :

Y = 7,824+0,242LnX1+0,210LnX2+0,152LnX3+0,127 LnX4 + 0,276Ln X5+e

Adapun arti dari masing-masing koefisien regresi tersebut adalah

sebagai berikut :

73

Page 74: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

a = 7,824 anti Ln 2.499,885 artinya jika variabel luas lahan, pupuk,

jumlah tenaga kerja dan modal sama dengan nol maka

produksi yang diterima sebesar 2.499,885.

b1 = 0,242 artinya jika terjadi kenaikan luas lahan sebesar 1 %,

maka produksi akan naik rata-rata sebesar 0,242%

dengan asumsi variabel lain tetap. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa kenaikan luas lahan

menyebabkan naiknya produksi.

b2 = 0,210 artinya jika terjadi kenaikan pupuk sebesar 1 %, maka

produksi akan naik rata-rata sebesar 0,210% dengan

asumsi variabel lain tetap. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa kenaikan pupuk menyebabkan

naiknya produksi.

b3 = 0,152 artinya jika terjadi kenaikan jumlah tenaga kerja

sebanyak 1%, maka produksi akan naik rata-rata

sebesar 0,152% dengan asumsi variabel lain tetap.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kenaikan

jumlah tenaga kerja menyebabkan naiknya produksi.

b4 = 0,127 artinya jika terjadi kenaikan modal sebesar 1 %, maka

produksi akan naik rata-rata sebesar 0,127% dengan

asumsi variabel lain tetap. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa kenaikan modal menyebabkan

naiknya produksi.

74

Page 75: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

b5 = 0,276 artinya jika terjadi kenaikan upah sebesar 1 %, maka

produksi akan naik rata-rata sebesar 0,276% dengan

asumsi variabel lain tetap. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa kenaikan upah menyebabkan

naiknya produksi.

Selanjutnya akan dilakukan uji statistik yaitu uji signifikansi variabel

independen terhadap variabel dependen yang terdiri dari uji t, Uji F dan uji

koefisien determinasi (R2). Dari hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien

korelasi sebesar 0,998, yang mendekati +1. Hal ini berarti bahwa variabel

independen (luas lahan, pupuk, jumlah tenaga kerja, modal dan upah)

mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan hasil produksi karet di

Perkebunan Karet Desa Pegadingan. Sedangkan dalam perhitungan koefisien

determinasi diperoleh hasil sebesar 0,973 yang berarti bahwa variabel

independen (luas lahan, pupuk, jumlah tenaga kerja, modal dan upah) dalam

model menjelaskan variasi indeks produksi sebesar 97,3% dan sisanya sebesar

2,7% dijelaskan oleh faktor atau variabel lain di luar model.

1. Pengujian Secara Serentak (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen

secara simultan terhadap variabel dependen. Dalam pengujian ini telah

dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 =0 berarti secara simultan tidak ada pengaruh

yang signifikan antara variabel independen

dengan variabel dependen.

75

Page 76: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Ha : b1 b2 b3 b4 b5 0 berarti secara simultan ada pengaruh

yang signifikan antara variabel independen

dengan variabel dependen.

Kriteria pengujian :

Nilai F-hitung diperbandingkan dengan nilai F-tabel (dengan tingkat

signifikansi 5% ( = 5%) dan derajat kebebasan df pembilang k – 1 = 5 dan

df penyebut n – k = 24, sehingga F-tabel bernilai 2,62 maka :

Jika F-hitung > F-tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, atau p < 0,05

Jika F-hitung < F-tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, atau p > 0,05

Daerah penerimaan dan penolakan Ho ditunjukkan dalam gambar sebagai

berikut :

Gambar 4.1Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Untuk Uji F

Dari hasil perhitungan yang ditunjukkan dalam print out komputer

diperoleh nilai F-hitung sebesar 2351,537 dengan signifikansi F sebesar

0,000. Dari angka tersebut berarti F-hitung (2351,537) lebih besar

daripada F-tabel (2,62) atau p < 0,05 (0,000 < 0,05) maka keputusannya

menolak Ho dan menerima Ha. Dengan demikian secara simultan kelima

2351,5372,62

Daerah Penerimaan

Daerah Penolakan

76

Page 77: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

variabel independen yaitu variabel luas lahan (X1), pupuk (X2), jumlah

tenaga kerja (X3), modal (X4) dan upah (X5) secara bersama-sama

signifikan mempengaruhi produksi (Y).

2. Pengujian Secara Individual (Uji t)

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa uji t ini digunakan

untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap

variabel dependen. Dari hasil perhitungan dengan komputer diperoleh nilai

t-hitung seperti disajikan dalam tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2Hasil Uji t

Variabel Independen

Koefisien Regresi t-hitung

t-tabel = 5%

Signifikansi

X1 0,242 2,675 2,064 0,006X2 0,210 4,299 2,064 0,001X3 0,152 2,837 2,064 0,001X4 0,127 2,152 2,064 0,003X5 0,276 3,541 2,064 0,002

Sumber : Data primer diolah (2004)

Untuk mengetahui signifikansi dari masing-masing variabel telah

ditetapkan hipotesis sebagai berikut :

Ho : bi = 0 berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel

independen terhadap variabel dependen.

Ha : bi 0 berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel

independen terhadap variabel dependen.

77

Page 78: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Nilai t-hitung dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan uji dua sisi

(dengan tingkat signifikansi 5% (= 0,05) dan derajat kebebasan (df = n-k)

24, sehingga t-tabel bernilai + 2,064), maka :

Ho ditolak jika t-hitung berada di daerah penolakan Ho, atau p < 0,05

Ho diterima jika t-hitung berada di daerah penerimaan Ho, atau p > 0,05

a. Pengujian Terhadap Variabel Luas lahan (X1)

Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan oleh print out

komputer (hasil terlampir) diperoleh nilai t-hitung sebesar 2,675.

Dengan melihat posisi nilai t-hitung (2,675) lebih besar dari t-tabel

(2,064), maka nilai t-hitung berada di daerah penolakan Ho sehingga

keputusannya menolak Ho dan menerima Ha. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan luas

lahan terhadap produksi.

Gambar 4.2

Daerah Penolakan dan Penerimaan Ho Luas lahan

b. Pengujian Terhadap Variabel Pupuk (X2)

Ho ditolak

-2,0642,675

2,064

Ho diterima Ho ditolak

78

Page 79: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan oleh print out

komputer (hasil terlampir) diperoleh nilai t-hitung sebesar 4,299.

Dengan melihat posisi nilai t-hitung (4,299) lebih besar dari t-tabel

(2,064), maka nilai t-hitung berada di daerah penolakan Ho sehingga

keputusannya menolak Ho dan menerima Ha. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan pupuk

terhadap produksi.

Gambar 4.3

Daerah Penolakan dan Penerimaan Ho Pupuk

c. Pengujian Terhadap Variabel Jumlah Tenaga Kerja (X3)

Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan oleh print out

komputer (hasil terlampir) diperoleh nilai t-hitung sebesar 2,837

Dengan melihat posisi nilai t-hitung (2,837) lebih besar dari t-tabel

2,064, maka nilai t-hitung berada di daerah penolakan Ho sehingga

keputusannya menolak Ho dan menerima Ha. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan jumlah

tenaga kerja terhadap produksi.

Ho ditolak

-2,0644,299

2,064

Ho diterima Ho ditolak

Ho ditolak

-2,0642,837

2,064

Ho diterima Ho ditolak

79

Page 80: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Gambar 4.4Daerah Penolakan dan Penerimaan Ho Jumlah Tenaga Kerja

d. Pengujian Terhadap Variabel Modal (X4)

Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan oleh print out

komputer (hasil terlampir) diperoleh nilai t-hitung sebesar 2,152

Dengan melihat posisi nilai t-hitung (2,152) lebih besar dari t-tabel

(2,064), maka nilai t-hitung berada di daerah penolakan Ho sehingga

keputusannya menolak Ho dan menerima Ha. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara

modal terhadap produksi.

2,837

Ho ditolak

-2,0642,152

2,064

Ho diterima Ho ditolak

80

Page 81: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Gambar 4.4

Daerah Penolakan dan Penerimaan Ho Modal

e. Pengujian Terhadap Variabel Upah (X5)

Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan oleh print out

komputer (hasil terlampir) diperoleh nilai t-hitung sebesar 3,541,

dengan melihat posisi nilai t-hitung (3,541) lebih besar dari t-tabel

(2,064), maka nilai t-hitung berada di daerah penolakan Ho sehingga

keputusannya menolak Ho dan menerima Ha. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara

upah terhadap produksi.

Gambar 4.5

Daerah Penolakan dan Penerimaan Ho Upah

C.Uji Asumsi Klasik

1. Uji Autokorelasi

Adanya autokorelasi dan standar error yang besar menyebabkan

terjadinya bias atau penyimpangan yaitu dengan cara membandingkan

Ho ditolak

-2,0643,541

2,064

Ho diterima Ho ditolak

81

Page 82: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

nilai t-hitung dengan tabel standarized normal distribution. Terdapat atau

tidaknya autokorelasi dengan melihat prosedur uji statistik Durbin Watson

test dari hasil regresi yang dilakukan.

- Dengan uji dua ujung yaitu Ho adalah tidak ada autokorelasi baik

positif maupun negatif

- Kriteria : Ho ditolak jika d < dL atau d > (4-dL)

Ho diterima jika dU < d < (4-dU)

- Dari hasil regresi diperoleh nilai dW = 1,898 dengan n = 30 serta taraf

nyata () 5% maka nilai dL = 1,01 dU = 1,85 sehingga (4-dU) = 2,15

dan (4-dL) = 2,99.

Gambar 4.6Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho

Untuk Uji Autokorelasi

d

,89

4

Daerah Ketidak pastian

Daerah Ketidak pastian

Daerah Penerimaan HoDaerah

Penolakan Ho

Daerah Penolakan Ho

(4-dL)2,99

(4-dU)

2dU1,85

dL1,01

0

82

Page 83: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Berdasarkan gambar di atas, maka nilai Durbin-Watson test (1,898) berada

di daerah penerimaan Ho sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model

tidak terjadi autokorelasi.

2. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah peristiwa yang terjadi pada model regresi,

bila dua atau lebih variabel bebas bergerak bersama dalam satu pole yang

sama. Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah persamaan regresi

yang dilakukan mengandung asumsi klasik atau tidak, dimana terjadi

hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna antar variabel bebas.

Berdasarkan Klein's Rule of Thumb, jika nilai R2 regresi awal lebih besar

daripada nilai R2 dari regresi antar variabel penjelas maka

multikolinearitas dapat diabaikan.

Tabel 4.3Hasil Uji Multikolinearitas

Regresi antar variabel bebas r2 R2 Keterangan

rx1,x2 0,496 0,973 Tidak ada multikolinearitasrx1,x3 0,221 0,973 Tidak ada multikolinearitasrx1,x4 0,483 0,973 Tidak ada multikolinearitasrx1,x5 0,472 0,973 Tidak ada multikolinearitasrx2,x3 0,575 0,973 Tidak ada multikolinearitasrx2,x4 0,319 0,973 Tidak ada multikolinearitasrx2,x5 0,308 0,973 Tidak ada multikolinearitasrx3,x4 0,487 0,973 Tidak ada multikolinearitasrx3,x5 0,224 0,973 Tidak ada multikolinearitasrx4,x5 0,318 0,973 Tidak ada multikolinearitas

Sumber : Data Primer diolah

83

Page 84: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

Melihat dari hasil korelasi dan nilai toleransi per variabel maka dapat

dijelaskan bahwa Nilai korelasi antar variabel independen terhadap

variabel independen yang lain tidak terjadi multikolinieritas. Hal tersebut

disebabkan nilai rx1x2 dan seterusnya (antar variabel independen) lebih

kecil dari nilai R2yx1 x2 x3 x4 (nilai R2 regresi awal).

3. Uji Heteroskedastisitas

Korelasi adanya heteroskedastisitas adalah biasnya varians

sehingga uji signifikansi menjadi tidak valid dengan adanya pengaruh

individu yang dipisahkan. Berdasarkan uji Park cara yang digunakan untuk

mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas antar variabel adalah :

a. Menentukan hipotesis

Ho diterima jika t hitung < t tabel, artinya dalam persamaan regresi

tidak terjadi heteroskedastisitas

Ho ditolak jika t hitung > t tabel, artinya dalam persamaan regresi

terjadi heteroskedastisitas

b. Menentukan nilai kritis dengan = 5%, derajat kebebasan n – k = 18

maka diperoleh t-tabel sebesar 2,064

c. Mencari t-hitung dengan menggunakan Rank Spearman, yang

didefinisikan dengan 1-R2 xi

Selanjutnya nilai t-hitung yang dihasilkan dari masing-masing variabel

dibandingkan dengan t-tabel (dengan tingkat signifikansi 5% ( = 5%)

dan derajat kebebasan (df (n – k)) = 24, sehingga t-tabel 2,064). Jika

nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel, maka dalam model tidak terjadi

84

Page 85: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

heteroskedastisitas. Sebaliknya jika t-hitung lebih besar dari t-tabel

maka terjadi heteroskedastisitas.

Dari hasil uji Park yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh

hasil t-hitung sebagai berikut :

Tabel 4.4Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel t-hitung t-tabelRlnX1 0,612 2,064RlnX2 1,646 2,064RlnX3 -0,630 2,064RlnX4 -0,467 2,064RlnX5 -1,046 2,064

Sumber : Data primer diolah

Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pengujian tenaga kerja (X1) diperoleh t-hitung sebesar 0,612. Karena

nilai t-hitung < t-tabel (2,064), maka Ho diterima yang berarti tidak

terdapat heteroskedastisitas.

b. Pengujian luas lahan (X2) diperoleh t-hitung sebesar 1,646. Karena

nilai t-hitung < t-tabel (2,064), maka Ho diterima yang berarti tidak

terdapat heteroskedastisitas.

c. Pengujian pupuk (X3) diperoleh t-hitung sebesar -0,630, karena nilai t-

hitung < t-tabel (2,064), maka Ho diterima yang berarti tidak terdapat

heteroskedastisitas.

85

Page 86: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

d. Pengujian modal (X4) diperoleh t-hitung sebesar -0,467, karena nilai t-

hitung < t-tabel (2,064), maka Ho diterima yang berarti tidak terdapat

heteroskedastisitas.

e. Pengujian upah (X3) diperoleh t-hitung sebesar -1,046, karena nilai t-

hitung < t-tabel (2,064), maka Ho diterima yang berarti tidak terdapat

heteroskedastisitas.

86

Page 87: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi karet pada petani mitra usaha PT. J. A WATTIE di

desa Pegadingan Kecamatan Cipari, Kabupaten Cilacap yang meliputi, jumlah

tenaga kerja, luas lahan, pupuk, modal dan upah. Berdasarkan analisis yang

dijelaskan dalam Bab IV peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil analisis regresi maka diperoleh persamaan regresi

sebagai berikut :

Y = 7,824 + 0,242LnX1+ 0,210LnX2 + 0,152LnX3 + 0,127LnX4 + 0,276 LnX5+e

Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan :

a. a = 7,824 anti Ln 2.499,885 artinya jika variabel tenaga kerja, luas

lahan, pupuk, modal dan upah sama dengan nol maka produksi yang

diterima sebesar 2.499,885.

b. b1 = 0,242, menunjukkan bahwa kenaikan tenaga kerja

menyebabkan naiknya hasil produksi.

c. b2 = 0,210, menunjukkan bahwa kenaikan luas lahan menyebabkan

naiknya hasil produksi.

d. b3 = 0,152, menunjukkan bahwa kenaikan pupuk menyebabkan

naiknya hasil produksi.

87

Page 88: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

e. b4 = 0,127, menunjukkan bahwa kenaikan modal menyebabkan

naiknya hasil produksi.

f. b5 = 0,276, menunjukkan bahwa kenaikan upah menyebabkan

naiknya hasil produksi.

2. Berdasarkan hasil uji statistik terhadap hipotesis, maka dapat disimpulkan

bahwa variabel tenaga kerja, luas lahan, pupuk, modal dan upah

berpengaruh signifikan terhadap produksi karet yang ditunjukkan dengan

nilai F-hitung (2351,537) lebih besar daripada F-tabel (2,62) sehingga

hipotesis terbukti.

3. Hasil uji signifikansi t (secara parsial) juga menunjukkan bahwa dari

kelima variabel independen yang meliputi tenaga kerja, luas lahan, pupuk,

modal dan upah berpengaruh signifikan terhadap produksi karet dengan

nilai t masing-masing sebesar masing-masing sebesar 2,675 (untuk

variabel tenaga kerja), 4,299 (untuk variabel luas lahan), 2,837 (untuk

variabel pupuk), 2,152 (untuk variabel modal), serta 3,541 (untuk variabel

upah).

4. Hasil perhitungan perhitungan koefisien determinasi diperoleh hasil

sebesar 0,973 yang berarti bahwa variabel independen (tenaga kerja, luas

lahan, pupuk, ,modal dan upah) dalam model menjelaskan variasi indeks

produksi sebesar 97,3% dan sisanya sebesar 2,7% dijelaskan oleh faktor

atau variabel lain di luar model.

88

Page 89: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

5. Berdasarkan uji asumsi klasik, dapat diketahui bahwa dalam model tidak

terjadi autokorelasi, tidak terdapat multikolinearitas, dan tidak terdapat

gejala heteroskedastisitas.

6. Dari hasil penelitian, diketahui penggunaan faktor produksi (tenaga kerja,

luas lahan, pupuk, modal dan upah) yang paling berpengaruhi adalah luas

lahan.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan-temuan yang diperoleh dan terlepas dari

implikasi yang telah diberikan, penelitian ini masih memiliki sejumlah

keterbatasan. Oleh karena itu peneliti memberikan saran sebagai berikut :

1. Dengan diketahuinya pengaruh dari tenaga kerja, luas lahan, pupuk, modal

dan upah maka pihak perkebunan Ciseru-Cipari harus lebih

memperhatikan penggunaan faktor-faktor tersebut sehingga akan dapat

meningkatkan produksi karet.

2. Upah yang selama ini diberikan harus memenuhi prinsip keadilan, sesuai

dengan ketentuan pemerintah yang telah ditentukan dan layak bagi setiap

karyawan karena upah merupakan faktor yang sangat penting dalam

meningkatkan produksi karet, sehingga dengan penentuan sistem upah

yang tepat bagi karyawan juga dapat meningkatkan loyalitas karyawan.

Dengan demikian akan meningkatkan produksi karet dan akan

menguntungkan pihak perkebunan.

89

Page 90: BAB Ikaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/BAB1.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semua negara yang ada di dunia baik negara-negara maju maupun negara

3. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini masih sangat terbatas karena

peneliti hanya menggunakan lima variabel independen yaitu tenaga kerja,

luas lahan, pupuk, modal dan upah sehingga kontribusi peneliti ini masih

sangat terbatas. Untuk itu diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk

menggunakan variabel yang lebih luas sehingga dapat memberikan

kontribusi secara optimal bagi perusahaan.

4. Peneliti masih menggunakan subyek penelitian yang terbatas dimana

sampel yang digunakan dalam penelitian hanya mencakup 30 petani karet.

Untuk itu penelitian mendang diharapkan dapat menggunakan sampel

penelitian yang lebih banyak dan cakupan obyek penelitian yang lebih luas

sehingga implikasi dan kontribusi penelitian mendatang dapat

digeneralisasikan dengan lebih baik.

90