pertanian dan pengairan - kementerian … · web viewbab vi pertanian dan pengairan a. pendahuluan...

103
PERTANIAN DAN PENGAIRAN

Upload: dangkiet

Post on 25-Apr-2019

262 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PERTANIAN DAN PENGAIRAN

BAB VI

PERTANIAN DAN PENGAIRAN

A. PENDAHULUAN

Garis-garis Besar Haluan Negara menetapkan bahwa dalam Repelita III, pembangunan di bidang ekonomi dititik beratkan pada pembangunan sektor pertanian menuju swasembada pangan dengan meningkatkan sektor industri yang mengolah bahan men-tah menjadi bahan baku dan barang jadi dalam rangka menyeim-bangkan struktur ekonomi Indonesia.

Pembangunan sektor pertanian dalam arti luas dilaksanakan melalui peningkatan usaha-usaha. intensifikasi, ekstensifika-si, diversifikasi dan rehabilitasi, yang bertujuan bukan saja untuk meningkatkan produksi pertanian dalam memenuhi kebutuh-an pangan dan meningkatkan ekspor, tetapi juga untuk mening-katkan pendapatan sebagian terbesar rakyat pedesaan, pening-katan arus transmigrasi serta untuk menjadikan pertanian se-makin kuat guna mendukung pembangunan sektor industri. Secara keseluruhan usaha-usaha tersebut dilaksanakan secara terpadu dengan usaha-usaha pembangunan daerah, khususnya yang dilak-sanakan di desa-desa.

Hasil pembangunan yang dicapai dalam sektor pertanian se-lama Repelita III terutama dari segi produksi cukup menggem-birakan, seperti yang dapat dilihat pada Tabel VI - 1.

Dalam tahun 1983 produksi beras (gabah), sebagai bahan makanan utama penduduk Indonesia, adalah sebesar 23,961 juta ton (35,237 juta ton gabah), atau 4,9% di atas tahun 1982. Sasaran produksi beras (gabah) Repelita III sebesar 20,574 juta ton (30,256 juta ton gabah), telah jauh dilampaui oleh produksi beras pada tahun 1983.

Peningkatan produksi beras selama Repelita III di antara-nya hasil dari pelaksanaan Intensifikasi Khusus (Insus), yangdimulai pada Musim Tanam 1979 dan Operasi Khusus (Opsus) un-tuk daerah-daerah yang masih terbelakang, yang dimulai padatahun 1980/81. Dengan Insus dan Opsus tersebut hasil rata-rata beras per Ha terus mengalami peningkatan, karena peng-gunaan pupuk dan pestisida serta benih Varietas Unggul TahanWereng (VUTW) yang semakin meluas. Luas areal Insus dan Opsusmeningkat dari 4.869 ribu ha atau 46,7% dari seluruh areal

369

intensifikasi pada tahun 1982, menjadi 5.780 ribu ha atau 49,8% dari seluruh areal intensifikasi pada tahun 1983.

Keadaan produksi palawija tahun 1983 cukup menggembira-kan. Kecuali ubi kayu produksi palawija mengalami peningkatan di bandingkan dengan tahun sebelumnya. Antara lain tanaman palawija yang menunjukkan peningkatan yang paling besar ada-lah produksi jagung, yaitu 57,5% di etas tahun 1982. Juga produksi jagung selama Repelita III, meskipun berfluktuasi, tetapi terus meningkat dengan rata-rata 8,5% per tahun, mele-bihi Sasaran Repelita III sebesar 5,1% setiap tahunnya.

Pada tahun 1983 produksi perikanan laut dan darat masing-masing menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 5,9% dan 5,3%. Volume ekspor ikan segar dan udang pada tahun 1983 dibandingkan tahun 1982 juga menunjukkan peningkatan, masing-masing sebesar 8,8% dan 2,0%. Peningkatan produksi perikanan laut dan perikanan darat selama Repelita III masing-masing meningkat 5,2% dan 5,7% setiap tahun, sedangkan sasaran Repelita III masing-masing sebesar 5,8% untuk perikanan laut dan 8,5% untuk perikanan darat. Sebenarnya produksi perikanan laut dapat meningkat lebih besar lagi. Hal ini disebabkan masih adanya permasalahan daerah penangkapan perikanan rakyat dengan daerah operasi perusahaan-perusahaan perikanan.

Produksi daging, telur dan susu pada tahun 1983 juga me-ningkat dibanding tahun 1982. Produksi daging meningkat sebe-sar 6,7%, produksi telur 6,4%, dan produksi susu 22,2%. Pro-duksi daging, telur dan susu selama Repelita III juga mening-kat, masing-masing sebesar 7,3%, 17,4% dan 18,6% setiap ta-hun. Adapun sasaran Repelita III adalah sebesar 4,7% untuk daging, 6,6% untuk telur dan 9,6% untuk susu.

Meskipun jumlah pemotongan hewan juga meningkat dengan meningkatnya produksi daging, namun populasi ternak pada ta-hun 1983 tidak menurun. Populasi saps meningkat dari 6.594 ribu ekor pada tahun 1982 menjadi 6.660 ribu ekor pada tahun 1983. Populasi kambing dan domba 10.404 ribu ekor pada tahun 1982 menjadi 12.365 ribu ekor pada tahun 1983. Populasi ayam kampung dari 139.787 ribu ekor (1982) menjadi 148.174 ribu ekor (1983).

Berbagai jenis produksi perkebunan pada tahun 1983 meng-alami peningkatan pula. Komoditi perkebunan yang menghasilkan kenaikan terbesar di antaranya yaitu produksi cengkeh 37,3%

370

di atas tahun 1982, produksi karet 36,8%, teh 20,2% dan lada 17,6%. Selama Repelita III produksi cengkeh, karet dan teh masing-masing meningkat 19,5%, 8,1% dan 6,3% setiap tahun, yang berarti di atas sasaran Repelita III. Dengan peningkatan produksi tersebut perkembangan ekspor komoditi perkebunan pa-da tahun 1983 pada umumnya meningkat dibandingkan dengan ta-hun 1982.

Luas areal perkebunan pada tahun 1979 mencapai 7,51 juta Ha, sedang tahun 1983 mencapai 8,87 juta Ha, dengan demikian perluasan tanaman perkebunan selama Repelita III mencapai 1,36 juta Ha dibandingkan dengan sasaran Repelita III untuk perluasan areal perkebunan dari segala jenis tanaman perke-bunan sebesar 925 ribu Ha.

Produksi kayu bulat tahun 1983 meningkat 12,6% di banding tahun 1982, tetapi ekspor kayu bulat pada tahun 1983 turun menjadi 5,5%. Produksi dan ekspor kayu olahan masing-masing pada tahun 1983 naik 44,4% dan 31,7% di banding tahun 1982. Di samping itu perhatian pada pembinaan sumber-sumber alam telah ditingkatkan pula. Pengawasan terhadap para pemegang Hak Penguasaan Hutan (HPH) telah diperketat dan disempurnakan agar para pemegang HPH benar-benar memenuhi kewajiban-kewa-jibannya, seperti melaksanakan penebangan hutan secara ter-tib, menanami kembali hutan-hutan bekas tebangan dan lain-lain. Lagi pula mereka harus melaksanakan kewajibannya untuk mendirikan industri hasil hutan.

Perkembangan produksi beberapa hasil pertanian terpenting dan perkembangan volume ekspornya masing-masing dapat dilihat dalam Tabel VI - 1 dan Tabel VI - 2.

Dalam tahun 1983, Sub Sektor Pengairan telah menyelesai-kan perbaikan dan peningkatan irigasi sekitar 88.561 ha, pembangunan jaringan irigasi baru sekitar 39.680 ha, pengem-bangan daerah rawa pasang surut dan daerah rawa non pasang surut masing-masing sekitar 47.518 ha dan 39.211 ha. Jaringan tersier yang telah direhabilitasi dan dibangun meliputi areal sekitar 142.727 ha. Telah dilaksanakan pula usaha pengamanan daerah pemukiman dan pusat-pusat produksi pangan meliputi areal sekitar 63.698 ha melalui kegiatan pengaturan dan peng-amanan sungai serta penanggulangan akibat bencana alam gunung berapi.

Dengan hasil pelaksanaan tahun 1983/84 tersebut di atas, selama Repelita III telah diselesaikan perbaikan dan pening-katan irigasi• seluas kira-kira 395 ribu ha, pembangunan ja-

371

TABEL VI - 1

PRODUKSI BEBERAPA HASIL PERTANIAN TERPENTING,1978 - 1983(ribu ton)

1) Angka diperbaiki2) Dalam juta liter3) Dalam ribu m34) Bentuk produksi gabah kering giling

372

TABEL VI - 2

VOLUME EKSPOR HASIL PERTANIAN TERPENTING,1978 - 1983(ribu ton)

1) Angka diperbaiki2) Dalam ribu m3

373

ringan irigasi seluas 437 ribu ha, pengembangan daerah rawa seluas 456 ribu ha. Di samping itu rehabilitasi serta pem-bangunan jaringan tersier selama Repelita III telah mencapai seluas 1.688 ribu ha.

B. PERTANIAN PANGAN

1. Padi/Beras

Dalam rangka pemerataan pembangunan, selama Repelita III peningkatan produksi pertanian tanaman pangan tidak hanya dilaksanakan melalui intensifikasi di daerah-daerah yang po-tensial tinggi tetapi pula dengan intensifikasi, diversifika-si dan rehabilitasi di daerah-daerah yang potensial relatip rendah. Usaha intensifikasi di daerah-daerah rawan pangan di-lakukan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan Intensifikasi Khusus dan Operasi Khusus. Sedangkan di daerah-daerah trans-migrasi dalam rangka ekstensifikasi sekaligus dilakukan pula usaha-usaha intensifikasi dengan mengadakan pembinaan perta-nian di daerah tersebut. Usaha ekstensifikasi yang dikaitkan dengan perluasan areal irigasi dilakukan usaha-usaha penceta-kan sawah baru.

Seperti telah dikemukakan di atas dalam tahun 1983 pro-duksi gabah/beras pada tahun 1983 mencapai 23,961 juta ton beras atau 35,237 juta ton gabah, 4,9% di atas tahun 1982 (Tabel VI - 3), yang dicapai sebagai akibat meningkatnya hasil rata-rata per ha. Seperti tampak dalam Tabel VI - 4, dalam tahun 1983 hasil rata-rata beras per ha meningkat de-ngan 3,5% untuk seluruh Indonesia, yaitu di Jawa 3,3% dan daerah-daerah luar Jawa 4,9%. Meningkatnya hasil rata-rata ini akibat dilaksanakannya Intensifikasi Khusus (Insus) dan Operasi Khusus (Opsus), bertambahnya penggunaan sarana pro-duksi, dan tersedianya pengairan yang lebih teratur, disam-ping iklim yang menguntungkan pula.

Meningkatnya hasil rata-rata insus pada tahun 1983 terha-dap tahun 1982 menyebabkan peningkatan hasil rata-rata beras per ha sawah intensifikasi pada tahun 1983, sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel VI - 5.

Hasil rata-rata beras per ha. sawah intensifikasi. pada ta-hun 1983 mencapai 3,01 ton, 2% di atas hasil rata-rata beras tahun 1982. Hasi1 rata-rata Insus tahun 1983 mencapai 3,28 ton per ha, atau 1,2% di atas hasil rata-rata beras tahun 1982.

374

TABEL VI - 3

PRODUKSI BERAS (PADI)1)

1978 - 1983(ribu ton)

1) Bentuk produksi gabah kering giling2) Angka diperbaiki

375

GRAFIK VI – 1PRODUKSI BERAS (PADI) *)

1978 - 1983

376

TABEL VI - 4

HASIL RATA-RATA BERAS (PADI) 1) PER H A ,1978 - 1983

(ton)

1) Bentuk produksi gabah kering giling2) Angka diperbaiki

377

GRAFIK VI – 2HASIL RATA-RATA BERAS (PADI) PER HA

1978 – 1983

378

TABEL VI 5HASIL RATA-RATA BERAS (PADI) 1) PROGRAM INTENSIFIKASI,

1978 - 1983(ton per ha)

1) Bentuk produksi gabah kering giling2) Angka diperbaiki3) Intensifikasi khusus

379

GRAFIK VI - 3

HASIL RATA-RATA BERAS PROGRAM INTENSIFIKASI 1978 - 1983

380

Di samping peningkatan hasil rata-rata dari sawah inten-sifikasi, luas panen intensifikasi pun telah meningkat, teru-tama karena adanya peningkatan areal Inmas yang merupakan sa-lah satu program peningkatan produksi padi (beras) yang se-tiap tahun ditingkatkan baik mutu maupun luasnya. Seperti tampak dalam Tabel VI - 6 luas panen intensifikasi padi pada tahun 1983 meningkat sebesar 4,4% dibanding tahun 1982. Dapat dilihat juga, bahwa luas panen Insus tahun 1983 yang meliputi MT 1982/83 dan MT 1983 telah mencapai 3.439 ribu ha atau 16,8% di atas tahun 1982.

Peningkatan produksi gabah/beras per hektar ini adalah berkat peningkatan usaha pemberantasan hama dan penyakit dan diikuti dengan perluasan varietas yang tahan penyakit, misalnya PB - 50, PB - 52 dan PB - 54 yang merupakan varie-tas-varietas padi yang cukup tahan terhadap penyakit virus dan tungro. Penggunaan insektisida dalam tahun 1983 terus me-ningkat seperti tampak dalam Tabel VI - 7. Pengendalian we-rang coklat untuk daerah serangan wereng coklat biotipe 1 dan daerah serangan baru diusahakan dengan penanaman padi VUTW seperti PB - 26, PB - 29, Pa - 30, PB - 34, Asahan Citarum, Serayu dan Brantas. Sedangkan di daerah serangan wereng co-klat biotipe 2 dilakukan penanaman padi VUTW - 2 seperti PB -32, PB - 36 dan PB - 38. Sebagai akibatnya, seperti tampak dalam Tabel VI - 8 pada tahun 1983 tingkat kerusakan padi sa-wah mengalami penurunan sebesar 1,8% dibandingkan 2,3% pada tahun 1982.

Dalam rangka meningkatkan kegiatan penyuluhan, terus di-tambah dan disempurnakan penyediaan prasarana dan tenaga pe-nyuluh. Jumlah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang telah selesai dibangun sampai dengan tahun 1983 adalah sebanyak 1.460 unit, dengan demikian penyelenggaraan kursus tani, usa-ha pertanian percontohan, petak percontohan, siaran pertanian melalui radio, televisi, slide/film dan penyebaran informasi pertanian dilaksanakan lebih teratur. Kini di 27 propinsi te-lah tersedia tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) untuk tingkat Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP) sebanyak 14.004 orang, Penyuluh Pertanian Madya,(PPM) untuk tingkat wilayah Kerja Balai Penyuluhan Pertanian (WKBPP) sebanyak 3.071 orang dan Penyuluh Pertanian Spesialis (PPS) untuk tingkat kabupaten sebanyak 606 orang. Seorang PPL melakukan metode Latihan dan Kunjungan (LAKU) bertugas mengunjungi ke-lompok petani sekali 2 minggu secara teratur, sehingga dapat membina 16 kelompok tani/kontak tani yang masing-masing meli-puti 160-320 orang petani maju. Kemudian para petani maju

381

TABEL VI - 6

LUAS PANEN INTENSIFIKASI PADI.1978 - 1983(ribu ha)

1) Angka diperbaiki2) Intensifikasi khusus

382

GRAFIK VI - 4LUAS PANEN INTENSIFIKASI PADI,

1978 – 1983

383

(Lanjutan Grafik VI - 4 )

384

TABEL VI - 7

PENGGUNAAN INSEKTISIDA, RODENTISIDA, FUNGISIDA DAN LAIN-LAINDI PROGRAM TANAMAN PANGAN,

1978 - 1983(ton)

1) Angka diperbaiki2) Dalam k i l o l i t e r

385

TABEL VI - 8

LUAS PANEN DAN KERUSAKAN PADI SAWAH DI JAWA DAN MADURA(JANUARI s/d AGUSTUS),

1978 - 1983(ha)

*) Angka diperbaiki

386

tersebut secara individu diharapkan dapat mengadakan pende-katan kepada para petani lainnya.

Jumlah para petani yang menggunakan pupuk selama Repelita III meningkat sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel VI - 9. Di samping itu dosis penggunaan pupuk disesuaikan dengan re-komendasi. Penggunaan pupuk yang semakin meningkat itu menun-jukkan kesadaran yang semakin besar dari petani akan manfaat pupuk yang mendorong peningkatan mutu Insus.

Adapun luas panen padi pada tahun 1983 di seluruh tanah air meningkat dari 8,988 ribu ha menjadi 9.102 ribu ha atau 1,3% diatas tahun 1982. Luas panen didaerah-daerah di luar Jawa meningkat sebesar 87 ribu ha atau 2% diatas tahun 1982 dan di Jawa meningkat dengan 27 ribu ha atau 0,6% diatas ta-hun 1982 (Tabel VI - 10). Peningkatan produksi gabah/beras selama Repelita III terutama merupakan hasil dari intensifi-kasi dari perluasan areal panen tersebut.

2. Palawija dan Hortikultura

Pendapatan petani disamping dari produksi padi juga ber-

asal dari produksi palawija dan hortikultura dalam rangka membantu menjaga stabilitas pendapatan para petani. Begitu pula produksi palawija dan hortikultura mempunyai peranan penting sebagai sumber bahan makanan yang bergizi.

Bagi para petani di daerah yang sudah berpengairan, pro-duksi palawija dan hortikultura dilakukan dalam rangka pelak-sanaan diversifikasi pertanaman, yang bertujuan untuk membe-rikan manfaat dalam memantapkan penghasilan petani sepanjang tahun dan meningkatkan daya guna air dalam menekan perkem-bangan hama/penyakit. Tetapi bagi para petani yang daerahnya belum berpengairan, produksi palawija dan hortikultura, dija-

dikan tanaman utama.

Usaha-usaha terasering dan intensifikasi tanaman palawija telah diintensifkan lebih teratur melalui program Reboisasi Penghijauan pada lahan-lahan yang kemiringannya tinggi yang diperkenalkan melalui Demplot-demplot Penghijauan.

Seperti tampak dalam Tabel VI - 11, pada tahun 1983 hasil rata-rata per ha jagung meningkat 7,6% di atas tahun 1982, ubi jalar meningkat 2,6%, kacang tanah 2,4% dan kedelai 4,7%. Produksi jagung pada tahun 1983 menunjukkan peningkatan yang terbesar dibanding tahun 1982 yaitu 57,5%. Dalam tahun 1983

387

TABEL VI - 9•PENGGUNAAN PUPUK DI PROGRAM TANAMAN PANGAN,

1978 - 1983(ton zat hara)

*) Angka diperbaiki

388

TABEL VI - 10

LUAS PANEN PADI,.1978 - 1983(ribu ha)

*) Angka diperbaiki

389

GRAFIK VI – 5

LUAS PANEN PADI, 1978 - 1983

390

TABEL VI - 11

PRODUKSI DAN HASIL RATA-RATA BEBERAPA JENIS PALAWIJA,1978 – 1983

1) Angka diperbaiki 2) Kwintal/Ha

391

GRAFIK VI - 6PRODUKSI DAN HASIL RATA-RATA BEBERAPA JENIS PALAWIJA,

1978 – 1983

392

luas panen jagung meningkat 46,4% dibanding tahun 1982, ka-cang tanah, kedelai dan ubi jalar masing-masing 5,0%, 4,1% dan 18,6% (Tabel VI - 12).

Luas panen sayuran pada tahun 1982 adalah sebesar 633 ri-bu hektar dan luas panen buah-buahan sebesar 655 ribu hektar. Dalam Tabel VI - 13, dapat dilihat juga produksi sayuran pada tahun 1982 sebesar 2.028 ribu ton, dan produksi buah-buahan sebesar 5.214 ribu ton. Hasil rata-rata per hektar sayuran dan buah-buahan masing-masing pada tahun 1982 sebesar 32,04 kw dan 79,60 kw. Untuk menanaman di luar musim pada MT 1982/83 telah diselenggarakan proyek perintis Bimas Sayuran untuk lombok merah, bawang merah dan bawang putih.

C. PETERNAKAN

Selama Repelita III usaha peningkatan produksi peternakan dititik beratkan pada usaha peningkatan kegiatan-kegiatan pe-ngamanan ternak, pengembangan usaha produksi dan distribusi ransuman serta obat-obatan dan peningkatan kegiatan penyuluh-an bagi para peternak. Langkah-langkah tersebut bertujuan me-ningkatkan populasi ternak, mempertinggi pendapatan para pe-ternak dan memperluas kesempatan berusaha. Seperti tampak da-lam Tabel VI - 14, perkembangan populasi ternak dan unggas meningkat cukup besar, yang disebabkan telah dilaksanakan-nya Bimas dan makin berkembangnya usaha-usaha peternakan. Po-pulasi ,ayam kampung pada tahun 1983 mengalami peningkatan 6% di atas tahun 1982. Begitu pula populasi ayam ras petelur pa-da tahun 1983 juga mengalami peningkatan dibanding tahun se-belumnya, yaitu sebesar 10,2%.

Kebijaksanaan baru pada tahun 1981 yang menetapkan batas jumlah ternak maksimal yang diperkenankan dalam satu usaha peternakan telah mendorong pelaksanaan Bimas dalam usaha pe-ngembangan ayam ras petelur dan pedaging. Sehubungan dengan itu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya diantara para peternak ayam diharapkan akan berjalan lebih cepat.

Dalam rangka meningkatkan populasi ternak telah ditempuh langkah-langkah seperti meningkatkan kelahiran dan mengenda-likan pemotongan terhadap ternak betina. Langkah-langkah ter-sebut disertai kebijaksanaan impor ternak bibit dan penyebar-an/pemindahan ternak dalam mengembangkan daerah ternak yang baru, diantaranya ke daerah transmigrasi. Dalam hubungannya dengan penyebaran ternak dilakukan pula usaha-usaha pening-

393

TABEL VI - 12

LUAS PANEN PALAWIJA,1978 - 1983(ribu ha)

*) Angka diperbaiki

394

TABEL VI - 13

LUAS PANEN DAN PRODUKSI HORTIKULTURA,

1978 – 1982

1) Angka diperbaiki2) Kwintal/ha

395

TABEL VI - 14

POPULASI TERNAK,1978 - 1983(ribu ekor)

*) Angka diperbaiki

396

GRAFIK VI - 7 POPULASI TERNAK,

1 9 7 8 – 1 9 8 3

397

(Lanjutan Grafik VI - 7)

398

(Lanjutan Grafik VI - .7)

399

(Lanjutan Grafik VI - .7)

400

(Lanjutan Grafik VI - 7)

401

402

katan. pembibitan hijauan makanan ternak, serta peningkatan keterampilan para petani peternak.

Dalam rangka usaha meningkatkan produksi ternak telah di-lakukan kegiatan-kegiatan intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi. Pelaksanaan intensifikasi diwujudkan dalam bentuk penyediaan paket kredit dengan syarat ringan bagi para peternak yang diberikan dalam bentuk bibit, makanan ternak, dan obat-obatan. Di samping itu juga diadakan bimbingan dalam pengelolaan ternak dan dalam pemasaran hasilnya. Intensifika-si dilakukan dengan jalan Panca usaha Ternak Potong (PUTP), Bimas Ayam, Pengembangan Usaha Sapi Perah (PUSP) dan melalui "Rural Credit Project" (RCP). Diversifikasi diwujudkan dalam bentuk dorongan untuk mengusahakan peternakan yang beraneka ragam, yang bertujuan untuk membantu meningkatkan persediaan hasil ternak. Ekstensifikasi dilaksanakan dengan memperhati-

kan usaha-usaha-pengembangan daerah transmigrasi dan pemukiman kembali, karena pelaksanaannya di daerah-daerah yang kurang padat penduduknya.

Dalam usaha penyebaran bibit ternak pada tahun 1983 telah didistribusikan sebanyak 28.129 ekor sapi, 6.452 ekor kerbau dan 12.910 ekor kambing domba, sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel VI - 15.

Dengan digiatkannya usaha Inseminasi Buatan dan penyediaan pejantan dengan mutu genetik yang lebih baik maka semakin banyak semen beku yang dibutuhkan, untuk mencapai peningkatan kelahiran ternak. Sebanyak 396.817 dosis semen beku pada ta-hun 1983/84 telah didistribusikan untuk inseminasi. Sehubungan dengan kegiatan tersebut, populasi ternak besar pada tahun 1983 mengalami peningkatan bila dibanding dengan tahun 1982. Begitu pula populasi kambing dan domba telah mengalami peningkatan. Sedang populasi sapi perah meningkat dari 140 ribu ekor pada tahun 1982 menjadi 162 ribu ekor pada tahun 1983 atau meningkat sebesar 15,7%.

Produksi daging, telur dan susu pada tahun 1983 masing-masing mengalami kenaikan sebesar 6,7%, 6,4% dan 22,2% dibanding tahun 1982' (tabel VI - 16). Bagian terbesar dari seluruh daging yang dihasilkan di dalam negeri adalah daging sapi. Dari seluruh produksi telur yang dihasilkan terdiri dari telur itik, telur ayam kampung dan telur ayam ras.

Dalam menunjang usaha-usaha tersebut keterampilan petugas pemerintah pengelola peternakan, baik di pusat maupun di daerah, telah ditingkatkan.

403

TABEL VI - 15

PENYEBARAN BIBIT TERNAK,1978 - 1983

(ekor)

*) Angka diperbaiki

404

TABEL VI - 16

PRODUKSI DAGING, TELUR DAN SUSU,1978 – 1983

*) Angka diperbaiki

405

GRAFIK VI - 8

PRODUKSI DAGING, TELUR DAN, SUSU,1978 – 1983

406

Penyediaan sarana penyuluhan seperti tenaga penyuluh, in-seminator dan vaksinator juga terus disempurnakan dan ditam-bah, seperti tampak pada Tabel VI - 17. Dalam tahun 1982 jum-lah tenaga Penyuluh Peternakan Spesialis (PPS) baru mencapai 368 orang, dalam tahun 1983 jumlah tersebut telah menjadi 428 orang, Penyuluh Peternakan Lapangan (PPL) pada tahun 1982 se-banyak 936 orang menjadi 1.407 orang pada tahun 1983, jumlah inseminator dari 391 orang pada tahun 1982 menjadi sebanyak 595 orang pada tahun 1983. Vaksinator pada tahun 1983 seba-nyak 5.436 orang dari 1.130 orang pada tahun 1982. Sedangkan tenaga laboratorium diagnostik pada tahun 1983 sebanyak 313 orang dari 312 orang pada tahun 1982. sementara itu kader pe-ternakan pada tahun 1983 sudah menjadi 2.754 orang sama de-ngan tahun sebelumnya

Walaupun volume ekspor tulang dan tanduk mengalami penu-runan akibat permintaan di dalam negeri yang meningkat, tetapi pada tahun 1983 masih ada Jenis hasil ternak yang diekspor yang mengalami peningkatan, dibanding tahun 1982 (Tabel VI - 18), seperti ekspor kulit sapi pada tahun 1983 naik sebesar 81,7% dan kulit kambing naik 12,5%.

D PERIKANAN

Pembangunan perikanan selama Repelita III ditekankan pada pengembangan perikanan rakyat dengan tujuan meningkatkan pen-dapatan para nelayan, memperluas kesempatan berusaha, memper-tinggi produksi demi peningkatan mutu gizi pola konsumsi pa-ngan rakyat dan untuk meningkatkan ekspor.

Pada tahun 1983 telah dibangun dan direhabilitasi sejum-lah pelabuhan perikanan yang digunakan untuk menunjang pe-ningkatan usaha perikanan rakyat, seperti memasarkan hasil produksi para nelayan dan tempat berlabuhnya perahu-perahu nelayan. Di samping itu telah direhabilitasi sejumlah pang-kalan pendaratan ikan (PPI). Sampai tahun 1983 telah dibangun pula sebanyak 145 buah PPI dimana sampai akhir Repelita II baru mencapai 91 buah. Pelabuhan perikanan yang dibangun sampai tahun 1983 adalah sebanyak 24 buah, yang terdiri dari 21 buah pelabuhan perikanan pantai, 2 buah pelabuhan perikan-an nusantara dan 1 buah pelabuhan perikanan Samudera. Pada akhir Repelita II jumlah pelabuhan perikanan baru sebanyak 21 buah yang terdiri dari pelabuhan perikanan pantai 19 buah dan pelabuhan perikanan nusantara 2 buah, sedangkan pelabuhan perikanan samudera belum dibangun.

407

TABEL VI - 17

JUMLAH TENAGA PENYULUH, INSEMINATOR DAN VAKSINATOR,1978 - 1983(orang)

1) Angka diperbaiki2) SMS/PPS = Subject Matter Specialist/

Penyuluh Peternakan Spesialis

408

GRAFIK VI - 9JUMLAH TENAGA PENYULUH, INSEMINATOR DAN VAKSINATOR,

1978 – 1983

409

(Lanjutan Tabel VI - 9)

410

(Lanjutan Grafik VI - 9)

411

TABEL VI - 18

VOLUME EKSPOR HASIL-HASIL TERNAK,1978 - 1983

(ton)

*) Angka diperbaiki

412

Dalam usaha untuk mengembangkan budidaya perikanan ter-utama budidaya tambak, saluran tambak pada tahun 1983 terus dibangun dan direhabilitasi. Saluran tambak yang telah diba-ngun meliputi 523,9 km yaitu, di Aceh Utara, Sumatera, Lam-pung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tengga-ra Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan.

Pembangunan Balai Benih Udang (BBU) adalah untuk mencu-kupi kebutuhan benih udang. Sampai saat ini telah dibangun 3 buah BBU. Disamping itu telah dibangun pula 43 buah Balai Be-nih Ikan (BBI) dan 4 Balai benih udang Galah (BBUG), yang digunakan untuk pengembangan budidaya air tawar. Sampai akhir tahun Repelita II BBU yang dibangun baru 1 buah, BBI 27 buah dan BBUG 3 buah.

Kebutuhan benih ikan terus bertambah karena usaha inten-sifikasi dan ekstensifikasi perikanan terus ditingkatkan. Perusahaan-perusahaan milik negara telah membantu menyediakan kebutuhan akan sarana dalam rangka pemasaran ikan antar pu-lau, disamping turut mengembangkan usaha perikanan rakyat di daerah sekitarnya. Kebutuhan akan sarana tersebut meliputi "cold storage", "freezer" dan truk-truk pendingin, sedangkan pengembangan perikanan rakyat adalah dalam membantu pemasaran hasil perikanan rakyat dan pengembangan teknologi produksinya.

Di samping dana KIK/KMKP, oleh bank-bank Pemerintah di-sediakan juga kredit yang berasal dari proyek perkreditan pe-desaan bagi para petani tambak di Jawa dan Sulawesi Selatan. Kredit itu juga disediakan untuk motorisasi dan pembangunan pabrik es. Penyaluran kredit itu dilakukan melalui Bank Rak-yat Indonesia (BRI).

Seperti tampak pada tabel VI - 19, produksi perikanan se-cara keseluruhan pada tahun 1983 naik sebesar 5,8% di atas tahun 1982. Produksi perikanan laut pada tahun itu naik 5,9% sedang produksi perikanan darat naik 5,3%.

Dalam tahun 1983 jumlah perahu/kapal motor terus bertam-bah, yang berarti bahwa para nelayan semakin banyak mengguna-kan perahu/kapal motor serta alat-alat penangkapan yang lebih produktip, sehingga dapat membantu mereka dalam meningkatkan pendapatannya. Seperti dapat dilihat pada tabel VI - 20, jum-lah perahu/kapal motor pada tahun 1983 sebanyak 62.712 buah, yang berarti kenaikan sebesar 7,2% dibanding dengan tahun 1982 yang berjumlah 58.500 buah. Dalam tahun 1983, jumlah pe-

413

TABEL VI - 19

PRODUKSI PERIKANAN,1978 - 1983(ribu ton)

*) Angka diperbaiki

414

GRAFIK VI - 10PRODUKSI PERIKANAN,

1978 – 1983

415

TABEL VI - 20

PERKEMBANGAN JUMLAH PERAHU/KAPAL MOTORDAN PERAHU TANPA MOTOR,

1978 - 1983(buah)

*) Angka diperbaiki

416

rahu tanpa motor telah berkurang yaitu sebanyak 224.000 buah, yang berarti turun 0,9% dibanding dengan tahun 1982.

Meningkatnya produksi perikanan pada tahun 1983 disebab-kan oleh meningkatnya produksi perikanan darat di perairan umum dan produksi usaha budidaya. Seperti dapat dilihat pada tabel VI - 21 pada tahun 1983 produksi perikanan perairan umum telah mencapai 285 ribu ton atau 4,0% di atas tahun 1982 dan produksi usaha budidaya mencapai 267 ribu ton atau 4,3% di atas tahun 1982.

Pada tahun 1983 ekspor ikan segar menunjukkan kenaikan terbesar yaitu 8,8% di atas tahun 1982, yang diikuti oleh ke-naikan ekspor katak dan ubur-ubur yaitu 5,9%. Ekspor ikan hi as dan udang segar/awetan masing-masing naik 4,2% dan 2,0%. Dengan demikian secara keseluruhan volume ekspor hasil-hasil perikanan pada tahun 1983 mengalami peningkatan yang cukup baik. Keadaan tersebut dapat diikuti dalam Tabel VI - 22.

E. PERKEBUNAN

Pembangunan Perkebunan selama Repelita III ditekankan pa-da pembangunan perkebunan rakyat dengan melaksanakan usaha-usaha intensifikasi, diversifikasi, rehabilitasi, dan eksten-sifikasi. Dalam melaksanakan usaha-usaha tersebut telah di-tempuh berbagai pola dan. kegiatan pengembangan antara lain pola intensifikasi, pola Unit Pelaksana Proyek (UPP), pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR) atau Nucleus Estate and Smallholder (NES), dan kegiatan-kegiatan partial.

Kegiatan intensifikasi dan diversifikasi ditujukan untuk meningkatkan produktifitas tanaman. Dalam Repelita III telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan intensifikasi dan diversifika-si terhadap tanaman semusim meliputi budidaya tebu, kapas, serat karung dan tembakau serta beberapa budidaya tanaman tahunan seperti cengkeh dan lada. Luas areal intensifikasi yang telah dilaksanakan pada tahun 1983 adalah Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) seluas 203.574 ha, Intensifikasi Serat Karung Rakyat (Iskara) seluas 6.081 ha dan Intensifikasi tem-bakau seluas 36.931 ha.

Usaha-usaha rehabilitasi dan peremajaan dilaksanakan de-ngan pola UPP (Unit Pelaksana Proyek). Dalam melaksanakan usaha-usaha tersebut UPP melaksanakan pembinaan perkebunan rakyat secara terpadu yang meliputi pembinaan dalam kegiatan penanaman, pemeliharaan tanaman, pengolahan dan pemasaran ha-

417

TABEL VI - 21

PRODUKSI PERIKANAN DARAT,1978 - 1983(ribu ton)

*) Angka diperbaiki

418

TABEL VI - 22

VOLUME EKSPOR HASIL-HASIL PERIKANAN,1978 - 1983

(ton)

•) Angka diperbaiki

419

sil. Sehubungan dengan itu telah disediakan oleh pemerintah fasilitas kredit lunak jangka panjang untuk perkebunan rakyat dengan harapan para petani dibidang perkebunan akan lebih bergairah dalam usaha perkebunannya. Fasilitas kredit terse-but berlaku sejak 1979/80 dengan jangka waktu 10-20 tahun.

Selama Repelita III telah berhasil direhabilitasi/direma-jakan tanaman karat, kelapa, kopi, teh lada dan coklat mela-lui pola UPP seluas 306.626 ha. Melalui proyek UPP khusus te-lah berhasil direhabilitasi/diremajakan tanaman karet dan ke-lapa seluas 55.971 ha, teh seluas 12.000 ha dan cengkeh 3.000 ha. Sampai dengan tahun 1983 luas areal perkebunan rak-yat yang telah dibina melalui pola. UPP yang berjumlah 880 UPP adalah seluas 2.482 ribu ha. Melalui UPP diusahakan pening-katan kegiatan penyuluhan, penyediaan sarana produksi, pela-yanan kredit bagi petani perkebunan dan pemberantasan hama dan penyakit tanaman, rehabilitasi dan pembangunan fasilitas pengolahan hasil-hasil perkebunan rakyat.

Di samping itu telah dilaksanakan pembinaan yang menggu-nakan perkebunan besar baik milik Negara maupun milik Swasta Nasional sebagai perkebunan intl. Cara pembinaan ini dikenal dengan sebutan PIR atau NES dilaksanakan terutama pada areal bukaan baru (Ekstensifikasi). Dalam sistim PIR ini perkebunan inti di samping mengusahakan kebunnya sendiri juga berkewa-jiban membantu pembangunan perkebunan rakyat yang berbentuk bimbingan dalam pemanfaatan teknologi yang lebih main dalam bidang produksi dan pembinaan dalam bidang pengolahan-dan pe-masaran hasilnya. Sampai dengan tahun 1983 pencapaian reali-sasi pembinaan pola PIR adalah sebesar 188.067 ha untuk ta-naman karet, kelapa sawit dan kelapa.

Pembangunan perkebunan besar swasta diarahkan kepada pe-ningkatan kemampuan manajemen dan teknis, rehabilitasi per-kebunan dengan fasilitas kredit bank swasta, pengembangan PIR dengan perkebunan swasta sebagai intinya dan perkebunan rak-yat di sekitarnya sebagai pelaksana. Pengembangan PIR oleh perkebunan besar swasta dalam Repelita III belum sepenuhnya dapat terlaksana.

Usaha pembangunan Perkebunan Besar Negara diarahkan kepa-da peningkatan effisiensi baik dengan mengembangkan teknologi baru, maupun meningkatkan efisiensi pengelolaan sesuai dengan perkembangannya. Di samping itu PNP/PTP lebih ditingkatkan peranannya di dalam pembinaan perkebunan rakyat sebagai kebun inti melalui pola PIR dalam pembukaan wilayah baru untuk usa-ha perkebunan.

420

Dari hasil usaha-usaha pembangunan tersebut sebagian be-sar produksi perkebunan terpenting pada tahun 1983 menunjuk-kan peningkatan dibandingkan tahun 1982. Produksi hasil per-kebunan terpenting yang mengalami peningkatan terbesar pada tahun 1983 bila dibandingkan tahun 1982 adalah cengkeh yaitu sebesar 37,3%, kemudian berturut-turut diikuti oleh karet 36,8% teh 20,2%, lada 17,6% dan tembakau 12,3%. Peningkatan Produksi tersebut dapat dilihat pada Tabel VI - 23. Selama Repelita III, produksi cengkeh, karat dan. teh masing-masing meningkat 19,5%, 8,1% dan 6,3% setiap tahun, yang berarti di atas sasaran Repelita III, karena sasaran perkembangan pro-duksi cengkeh, karat dan teh masing-masing adalah 18,5%, 1,6% dan 3,9% setiap tahun.

Begitu pula produksi perkebunan rakyat pada umumnya juga mengalami peningkatan. Tampak dari Tabel VI - 24 bahwa pro-duksi karat pada tahun 1983 menunjukkan peningkatan yang ter-besar yaitu 55,3% di atas tahun 1982, kemudian diikuti pro-duksi teh meningkat dengan 47,1%, cengkeh 37,5%, lads 17,6% days tembakau 14,4%, sedangkan kopi pada tahun 1983 hanya mengalami peningkatan sebesar 8,8% di atas tahun 1982.

Produksi perkebunan besar swasta pada tahun 1983 untuk kopi menunjukkan peningkatan 16,7% di atas tahun 1982, sedang-kan minyak sawit hanya meningkat 0,3%. Produksi perkebunan besar swasta lainnya, seperti teh, inti sawit, gula tebu, ke-lapa/kopra dan cengkeh tidak menunjukkan peningkatan yang berarti dibanding tahun 1982. Angka produksi perkebunan swas-ta tersebut dapat dilihat pada Tabel VI - 25.

Pada tahun 1983 produksi teh dilingkungan perkebunan ne-gara menunjukkan kenaikan yang terbesar dibanding tahun 1982, yaitu 18%. Kemudian diikuti dengan produksi inti sawit, karet dan minyak sawit yang masing-masing sebesar 4,5%, 4,2% dan 3,7% (Tabel VI-26).

Secara keseluruhan perluasan areal tebu rakyat intensifi-kasi pada tahun 1983 mengalami peningkatan sebesar 5,2% di atas tahun 1982 (Tabel VI-27). Hal ini adalah akibat mening-katnya areal tebu rakyat intensifikasi di Jawa Tengah dan Ja-wa Timur masing-masing sebesar 12,8% dan 3,9%.

Seperti dapat diikuti pada Tabel VI - 28, volume. ekspor hasil perkebunan pada tahun 1983 pada umumnya menunjukkan pe-ningkatan dibanding tahun 1982. Volume ekspor yang terbesar adalah minyak sawit yaitu mencapai 44,1%, kemudian tembakau meningkat 32,5%. Untuk volume ekspor lada dan karet juga me-

421

TABEL VI - 23

PERKEMBANGAN PRODUKSI HASIL PERKEBUNAN TERPENTING,1978 - 1983(ribu ton)

*) Angka diperbaiki

422

TABEL VI – 24

PRODUKSI PERKEBUNAN RAKYAT1978 - 1983(ribu ton)

*) Angka diperbaiki

TABEL VI - 25

PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR SWASTA,1978 - 1983(ribu ton)

*) Angka diperbaiki

424

TABEL VI - 26

PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR NEGARA,1978 - 1983(ribu ton)

Angka diperbaiki

425

TABEL VI - 27

AREAL TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI,1978/79 - 1983/84

(ha)

*) Angka diperbaiki

426

TABEL VI - 28VOLUME EKSPOR KOMODITI PERKEBUNAN,

1978 - 1983(ribu ton)

*) Angka diperbaiki

428

nunjukkan peningkatan yang cukup back, masing-masing mencapai 19% dan 15%.

F. KEHUTANAN

Dalam Repelita III kebijaksanaan utama di sub sektor ke-hutanan adalah meningkatkan usaha pengembangan industri peng-olahan hasil-hasil hutan dan meningkatkan usaha perluasan pa-saran hasil-hasilnya. Di samping itu diusahakan pula mening-katkan efektifitas dan efisiensi pengusahaan hutan sehingga menurunkan persentase limbah pengusahaan, menggiatkan pena-naman kembali areal bekas tebangan, meningkatkan usaha-usaha pelestarian, perlindungan, pengawetan dan pembinaan sumber daya hutan serta meningkatkan rehabilitasi tanah-tanah kritis dalam rangka penyelamatan hutan, tanah dan air.

Dengan semakin berkembangnya kegiatan-kegiatan pengolahan hasil hutan tersebut maka kemampuan sub sektor kehutanan da-lam memperluas kesempatan kerja, memperbesar pendapatan nega-ra dan dalam penerimaan devisa bagi negara semakin besar. Usaha-usaha lain yang dilakukan yang tidak berpengaruh lang-sung terhadap produksi hasil hutan dalam jangka pendek akan dapat menciptakan kondisi hutan yang berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam rangka pelaksanaan usaha-usaha pelestarian sumber daya hutan tersebut ditingkatkan usaha penertiban pe-laksanaan Hak Pengusahaan Hutan antara lain dengan membatasi produksi kayu bulat yang diekspor dan mengatur/mengelola pe-nyediaan kayu untuk industri dalam negeri melalui pembentukan Kesatuan Pengusahaan Hutan Produksi.

Seperti terlihat. dalam Tabel VI - 29 produksi kayu bulat dalam tahun 1983 naik sebesar 12,6% dari tahun 1982. Produksi kayu olahan dalam tahun 1983 mengalami kenaikan sebesar 44,4% dari produksi tahun 1982. Hal itu menunjukkan kenaikan yang lebih besar dari kenaikan produksi kayu bulat, sejalan dengan kebijaksanaan Pemerintah untuk sebanyak mungkin mengolah kayu di dalam negeri. Keadaan tersebut lebih jelas lagi jika dite-laah perkembangan ekspor kayu bulat. Dalam tahun 1983 ekspor kayu bulat menurun sebesar 5,5% dari tahun 1982, meskipun produksi kayu bulat naik sebesar 12,6%. Ekspor kayu olahan pada tahun 1983 naik sebesar 31,7% dari tahun 1982. Dalam ta-hun 1983 jumlah-kayu bulat yang masuk ke industri .pengolahan kayu di dalam negeri meningkat nyata dan hal itu berarti in-dustri pengolahan kayu di dalam negeri meningkatkan kegiatan-nya dalam tahun 1983. Dilihat dari segi penyerapan tenaga kerja berarti terdapat peningkatan penyerapan tenaga kerja

429

TABEL VI - 29

PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU BULAT,1978 - 1983

1) r.e. round wood equivalent2) Angka diperbaiki

430

dalam sektor industri yang mengolah hasil hutan. Perkembangan produksi dan ekspor kayu olahan dapat dilihat dalam Tabel VI - 30.

Dalam tahun 1983 produksi kayu jati mengalami kenaikan sebesar 3,9% dari tahun sebelumnya. Sebagian besar dari kayu jati bulat yang diproduksi diolah di dalam negeri. Ekspor ka-yu bulat jati hanya mencapai 3,3% dari seluruh produksi, atau mengalami penurunan sebesar 20,8% dari tahun 1982. Perkem-bangan produksi dan ekspor kayo jati selama periode Repelita III dapat dilihat pada Tabel VI - 31.

Peranan Jenis kayu meranti dalam tahun 1983 semakin domi-nan dalam produksi kayu bulat Indonesia. Seperti dalam tahun-tahun sebelumnya, dalam tahun 1983 Jenis-Jenis kayu yang men-duduki posisi penting di pasaran luar negeri adalah Jenis-je-nis kayu meranti, ramie, kapur, keruing dan agathis, Di sam-ping itu pasaran berbagai jenis kayu lainnya juga menunjukkan prospek yang baik. Hal itu sejalan dengan kebijaksanaan peme-rintah untuk memperkenalkan jenis-jenis kayu yang selama ini digolongkan ke dalam jenis-jenis kayu yang kurang dikenal. Dalam Tabel VI - 32 dapat dilihat bahwa ekspor kayu jenis me-ranti yang dalam tahun 1982 menempati 56,7% dari seluruh eks-por kayu dalam tahun 1983 naik menjadi 70,2%. Dilihat dari segi pengelolaan sumber daya hutan hal itu berarti bahwa su-dah cukup banyak jenis meranti yang telah diambil dari hu-tan-hutan kita. Oleh karena itu kegiatan reboisasi dan reha-bilitasi areal bekas tebangan dengan jenis-jenis meranti atau jenis komersial lainnya perlu terus ditingkatkan. Kegiatan tersebut akan dijalankan dengan mengembangkan areal perhutan-an yang mampu menunjang industri pengolahan hasil hutan di masa datang.

Pada tahun 1983 tujuan pemasaran ekspor kayu Indonesia lebih berkembang dari tahun-tahun sebelumnya yaitu mulai me-masuki pasaran Amerika Serikat dan Timur Tengah, masing-ma-sing sebesar 9,7% dan 7,1% dari seluruh jumlah fisik ekspor kayu Indonesia. Namun demikian Jepang masih tetap merupakan negara pengimpor kayu Indonesia terbesar seperti dalam tahun-tahun sebelumnya, meskipun mengalami penurunan dari 54,2% dalam tahun 1982 menjadi 33,4% dalam tahun 1983. Dalam tahun 1983 terlihat bahwa Singapura menjadi salah satu negara peng-impor kayu Indonesia yang potensial, melampaui Taiwan yang dalam tahun-tahun sebelumnya menduduki posisi kedua setelah Jepang. Perkembangan ekspor kayu Indonesia ke berbagai negara dapat dilihat pada Tabel VI - 33.

431

TABEL VI – 30PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU OLAHAN, 1)

1978 – 1983

1) Termasuk kayu gergajian dan kayu lapis2) Angka diperbaiki

432

GRAFIK VI - 12PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU OLAHAN

1978 – 1983

433

TABEL VI - 31

PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU JATI,1978 – 1983

1) r.e. - round wood equivalent2) Angka diperbaiki

434

TABEL VI - 32

PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU MENURUT JENIS,1978 - 1983

(dalam % terhadap seluruh volume ekspor kayu)

*) Angka diperbaiki

435

TABEL VI - 33

PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU INDONESIA KE BERBAGAI NEGARA TUJUAN,1978 - 1983

(dalam % terhadap seluruh volume ekspor kayu)

1) Termasuk ekspor ke Eropa lainnya2) Angka diperbaiki

436

Kebijaksanaan pengembangan industri pengolahan kayu ber-

tujuan untuk membantu meningkatkan perluasan kesempatan ker-ja, memperoleh nilai tambah yang setinggi-tingginya dari se-tiap unit massa kayu yang diproduksi dan memenuhi kebutuhan kayu dan berbagai produksi pengolahan hasil hutan di dalam negeri dalam jumlah yang memadai dengan tingkat harga yang wajar. Kebijaksanaan tersebut antara lain dijabarkan dalam bentuk pengurangan ekspor kayu bulat sampai akhirnya seluruh hasil hutan diekspor dalam bentuk hasil pengolahan industri di dalam negeri. Ekspor kayu bulat dijadwalkan untuk dihenti-kan lama sekali mulai tahun kedua Repelita IV.

Sebagai hasil dari kebijaksanaan tersebut maka perkem-bangan industri pengolahan hasil hutan meningkat dengan cukup pesat sehingga dalam tahun 1983 telah menempati posisi pertam a sebagai produsen kayu lapis se dunia. Namun demikian pada seat yang lama prospek pemasaran ekspor kayu lapis tersebut belum terlalu menggembirakan. Masih dibutuhkan usaha-usaha pemasaran yang lebih keras untuk mencapai posisi pemasaran yang juga kuat. Industri kayu lapis yang telah mencapai tahap produksi dalam tahun 1983 berjumlah 77 unit, sedangkan yang berada dalam tahap konstruksi dan rekomendasi pendirian masing-masing berjumlah 46 dan 37 unit. Seluruh industri terse-but diperhitungkan mencapai kapasitas sebanyak 7,6 juta m3.

Perkembangan industri penggergajian juga menunjukkan ke-naikan. Dalam tahun 1983 jumlah industri penggergajian yang berproduksi sebanyak 283 unit dengan kapasitas pengolahan se-jumlah 8,3 juta m3 kayu. Penggergajian yang berada dalam ta-hap konstruksi dan rekomendasi pendirian masing-masing ber-jumlah 25 dan 94 unit. Jika seluruh penggergajian itu telah mulai berproduksi maka seluruh industri penggergajian kita akan mencapai kapasitas sebesar 11,4 juta m3.

Selain industri-industri tersebut di atas telah mulai berkembang pula industri "block-board", industri "particle-board" dan industri "pulp" dan kertas. Sampai dengan tahun 1983 telah terdapat 8 unit industri "block-board" dengan ka-pasitas produksi 0,1 juta m3 dan 4 unit industri "particle-board" dengan kapasitas produksi 0,1 juta m3. Dalam tahun y a n g sama terdapat pula 2 pabrik "pulp" dan kertas yang akan mengolah hasil hutan menjadi 190.000 ton "pulp" dan kertas. Sementara itu industri "pulp" dan kertas yang berada dalam tahap rekomendasi pendirian berjumlah 4 unit dengan kapasitas produksi 564.500 ton.

437

Keadaan industri pengolahan hasil hutan dalam tahun ter-akhir Repelita III dapat dilihat pada Tabel VI - 34.

Perusahaan-perusahaan yang mendapat Surat Keputusan Hak Pengusahaan Hutan sampai dengan tahun 1983 berjumlah 521 unit, terdiri atas perusahaan-perusahaan nasional, swasta yang bekerja sama dengan pemilik modal asing (patungan) dan perusa-haan dengan "straight investment". Dalam tahun 1983 perusaha-an nasional berjumlah 459 unit, perusahaan patungan berjumlah 53 unit dan perusahaan "straight investment" berjumlah 9 unit. Perkembangan pemberian Surat Keputusan Hak Pengusahaan Hutan selama Repelita III dapat dilihat dalam Tabel VI - 35.

Dalam rangka mempromosikan jenis-jenis kayu yang kurang dikenal dalam Repelita III telah ditempuh berbagai usaha, baik melalui pameran-pameran dagang maupun melalui penelitian dan pengembangan teknis untuk meyakinkan para calon konsumen tentang mutu dan kemampuan jenis-jenis kayu tersebut. Untuk itu telah dikumpulkan data dan informasi tentang sifat dasar dan kegunaan 120 kelompok Jenis kayu yang telah dan mungkin diperdagangkan, sifat veneer dan kayu lapis 141 jenis kayu, sifat 136 Jenis kayu dalam pembuatan papan wol kayu, bagan pengeringan 50 Jenis kayu dan inventarisasi tentang jenis-je-nis kayu yang dapat dijadikan pengganti jenis-jenis kayu yang lazim digunakan untuk membuat peralatan-peralatan tertentu misalnya teropong alat tenun, bantalan baling-baling kapal dan lain-lain yang sekarang ini masih didatangkan dari luar negeri.

Untuk meningkatkan kemampuan teknik dan administrasi pe-tugas kehutanan yang bekerja di sektor pemerintah dan di sek-tor swasta telah dilakukan pendidikan dan latihan keterampil-an dalam berbagai tingkat dan Janie keterampilan. Selama lima tahun Repelita III telah dilatih tenaga petugas sebanyak 12.558 orang dalam bidang perencanaan, pengusahaan, pembina-an, perlindungan dan pelestarian alam dan dalam bidang administrasi.

G. PENGAIRAN

Program pembangunan pengairan mencakup kegiatan-kegiatan perbaikan dan peningkatan kemampuan jaringan irigasi yang su-dah ada, pembangunan jaringan irigasi baru, reklamasi daerah rawa dan perbaikan, pengaturan serta pengamanan sungai untuk pengendalian banjir. Untuk menunjang kegiatan-kegiatan pokok

438

TABEL VI - 34PERKEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN DENGAN

BAHAN BAKU DARI AREAL HPHSAMPAI DENGAN AKHIR DESEMBER 1983

*) Termasuk Veneer dan Plywood non HPH

439

TABEL VI - 35

PERKEMBANGAN PENGUSAHAAN HUTAN,1978 - 1983(unit usaha)

*) Keadaan pada akhir tahun

440

tersebut meliputi kegiatan-kegiatan penelitian, survai, pe-nyelidikan dan perancangan pengembangan sumber-sumber air.

Dalam tahun 1983/84 telah dilaksanakan perbaikan dan pe-ningkatan irigasi yang meliputi areal seluas 88.561 ha, pem-bangunan jaringan irigasi baru yang meliputi areal seluas 39.680 ha, pembangunan daerah rawa yang meliputi areal seluas 86.729 ha, dan pengaturan pengamanan sungai dan penanggulang-an akibat bencana alam gunung berapi yang meliputi areal 63.698 ha sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel VI-36. Di samping itu, pada tahun 1983/84 telah direhabilitasi dan di-bangun jaringan tersier yang meliputi areal seluas 142.727 ha.

Secara keseluruhan selama Repelita III telah dilaksanakan perbaikan dan peningkatan irigasi sekitar 394.651 ha, pem-bangunan jaringan irigasi baru 437.271 ha, pengembangan dae-rah rawa 456.189 ha, serta perbaikan dan pengamanan sungai untuk pengendalian banjir seluas 587.100 ha. Hasil-hasil yang dicapai tersebut semuanya masih di bawah perkiraan Repelita III yang masing-masing seluas 530.000 ha, 700.000 ha, 535.000 ha dan 770.000 ha. Keadaan tersebut antara lain disebabkan ka-rena adanya pergeseran prioritas penanganan yakni usaha lebih mempercepat rehabilitasi dan pembangunan jaringan tersier mengingat peranan yang penting dalam pengaturan pembagian air langsung ke petak sawah. Selama Repelita III jaringan tersier yang sudah direhabilitasi dan dibangun seluas sekitar 1.688 ribu ha, berarti jauh melampaui perkiraan semula seluas 600 ribu ha, yang selain untuk melengkapi hasil rehabilitasi dan pembangunan jaringan irigasi utama dalam Repelita III, juga dimaksudkan untuk melengkapi hasil-hasil pelaksanaan Repelita-Repelita sebelumnya.

Selanjutnya akan diuraikan secara lebih terperinci gam-baran mengenai pelaksanaan program-program pengairan dalam tahun 1982/83 - 1983/84.

1. Program Perbaikan dan Peningkatan Irigasi.

Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel VI-36, pada tahun 1983/84 melalui program perbaikan dan peningkatan jaringan irigasi telah dilaksanakan rehabilitasi dan peningkatan ke-mampuan jaringan irigasi meliputi areal seluas 88.561 ha.

Proyek-proyek yang sampai akhir Repelita III sudah atau hampir menyelesaikan rehabilitasi jaringan irigasi utama an-tara lain irigasi Cisadane dengan areal irigasi seluruhnya 40.600 ha, Ciujung (24.300 ha), Sedeku (30.000 ha), Gambar-

441

TABEL VI - 36HASIL PELAKSANAAN PROGRAM-PROGRAM PENGAIRAN,

1978/79 - 1983/84(luas areal dalam ha)

*) Angka diperbaiki

sari .(20.000 ha), Pemali Comal (30.000 ha), Pekalen Sampean (229.000 ha), Delta Brantas (32.000 ha) dan Tabo-Tabo (11.500 ha). Kegiatan proyek-proyek tersebut pada umumnya su-dah dimulai sejak Repelita I dan II, dan masih akan dilanjut-kan untuk kegiatan penyelesaian jaringan tersier dan drainase (pembuang).

Kegiatan rehabilitasi jaringan utama, dan kelengkapan ja-ringan tersier serta drainase juga dilaksanakan dan dilanjut-kan dalam Repelita IV antara lain di daerah irigasi Cirebon, Madiun, Serayu, Java Timur (tersebar), Lombok Selatan. Selain itu juga secara intensif mulai dilaksanakan rehabilitasi ja-ringan irigasi di daerah irigasi Semarang Barat dan Simalu-ngun masing-masing mencakup wilayah seluas 19.400 ha dan 45.000 ha.

2. Program Pembangunan Jaringan Irigasi baru.

Pada tahun 1983/84 program pembangunan jaringan irigasi baru meliputi areal seluas 39.680 ha. (Tabel VI-36). Selama Repelita III, irigasi sedang kecil dan sederhana menempati prioritas utama karena dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu sekitar 1 sampai 3 tahun, yang juga dapat menjangkau daerah-daerah produksi yang lokasinya terpisah-pisah dan terpencil.

Di samping pengembangan irigasi sedang kecil dan sederha-na juga dilanjutkan pembangunan prasarana irigasi baru yang besar yang secara teknis memerlukan penanganan yang khusus. Sampai dengan akhir Repelita III beberapa diantara proyek-proyek tersebut antara lain irigasi Krueng Jrue Kiri dengan areal irigasi sekitar 2.500 ha, Gumbasa (7.200 ha), Cidurian (9.900 ha), Lodoyo (12.400 ha), Belitang (19.500 ha), Way Je-para (6.600 ha) dan Way Pengubuan (5.000 ha), sudah dapat di selesaikan jaringan irigasi utamanya dan dalam tahap penyele-saian jaringan tersier dan drainase. Proyek-proyek irigasi lainnya seperti irigasi Krueng Baro, Jambu Aye, Batang Gadis, Way Rarem, Teluk Lada, Ciletuh, Padawaras, Kedu Selatan, Bali, Wawotobi, S. Daerah Sitiung, Dumoga dan daerah irigasi lainnya masih terus melanjutkan kegiatan pembangunan jaringan utama, tersier dan drainase.

Kegiatan lain adalah usaha pengembangan air tanah di dae-rah-daerah pertanian kering dan rawan yang langka air permu-kaan seperti Yogyakarta Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Ba-li, Lombok dan Timor.

443

3. Program Pengembangan Daerah Rawa

Usaha pemanfaatan daerah rawa untuk perluasan pertanian dan pemukiman dilaksanakan melalui kegiatan pengembangan pengairan rawa pasang surut di Riau, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan/Tengah dan proyek-proyek reklamasi rawa bukan pasang surut di dae-rah-daerah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kali-mantan Timur dan Kalimantan Selatan.

Hasil dari pelaksanaan program tersebut dalam tahun 1983/ 84 di daerah rawa dan pasang surut mencakup areal seluas 86.729 ha, sekitar dua pertiga diantaranya potensial untuk lahan usaha pertanian.

4. Program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air

Program penyelamatan hutan, tanah dan air merupakan pem-bangunan pengairan yang menunjang sektor pertanian yang ditu-jukan untuk pengamanan daerah produksi, daerah pemukiman yang padat penduduk dan jalur-jalur pengangkutan terhadap gangguan bencana banjir. Program itu juga dimaksudkan untuk mengaman-kan sungai-sungai yang merupakan sumber-sumber air bagi ja-ringan irigasi yang sudah ada. Usaha yang dilakukan berkenaan dengan pelaksanaan program itu ialah pengaturan dan pengaman-an sungai, yang kegiatannya meliputi pengerukan dasar sungai, pelurusan aliran, pembuatan sudetan, perlindungan dan per-kuatan tebing, pembuatan tanggul, pembuatan saluran banjir, pembuatan pintu-pintu banjir dan lain-lainnya, termasuk la-tihan penanggulangan banjir bagi petugas dan penduduk setem-pat.

Dalam tahun 1983/84 realisasi kegiatan tersebut meliputi areal seluas 63.698 yang dilaksanakan melalui proyek-proyek pengamanan sungai-sungai tersebar dan pengaturan pengamanan sungai besar yang dikelola secara khusus. Proyek-proyek itu antara lain meliputi Bengawan Solo, Cimanuk, Citanduy, Ci-sanggarung, Sungai Arakundo, Sungai Ular, Kali Brantas dan Pengendalian Banjir Jakarta. Di samping untuk pengendalian banjir, proyek itu juga dimaksudkan untuk menunjang sektor industri, seperti untuk pembangunan tenaga listrik, untuk pe-nyediaan air bagi keperluan industri dan rumah tangga. Dalam hubungan tujuan tersebut dilaksanakan pembangunan waduk-waduk besar seperti Wonogiri yang sudah berfungsi dan Wadaslintang yang sedang dalam tahap pelaksanaan.

444

Untuk menanggulangi bencana alam akibat gunung berapi, seperti Gunung Merapi, Gunung Kelud, Gunung Semeru dan Gunung Agung serta Gunung Galunggung, terutama terhadap bahaya ban-jir lahar, telah dilakukan kegiatan-kegiatan seperti pembuat-an kantong-kantong pasir, check dam dan bangunan pengendali lainnya.

H. PENELITIAN PERTANIAN DAN PENGAIRAN

1. Penelitian Pertanian

Penelitian pertanian ditujukan untuk mendapatkan informa-si teknologi dalam rangka memberi dukungan terhadap pemba-ngunan pertanian. Kegiatan ini diarahkan agar dapat memberi-kan dampak positif dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan pertanian. Hasil-hasil penelitian yang telah dicapai dalam tahun 1983/84 sebagai berikut :

a. Dalam bidang penelitian pangan telah dihasilkan beberapa varitas padi unggul, seperti PB 50, PB 52, PB 54, dan PB-56. Di samping itu telah dihasilkan pula varitas padi yang diberi nama Cipunegara, Barito, Krueng Aceh dan Ba-tang Agam. Khusus dalam penelitian palawija telah diha-silkan satu varitas unggul jagung yang diberi nama Pari-kesit. Selain itu telah dihasilkan juga varitas unggul ubi, di antaranya varitas ubi kayu Adira yang mempunyai potensi produksi 30/35 ton/ha dengan kandungan karbohi-drat sebesar 41,0-45,0% dan beberapa varitas unggul kede-lai, seperti orba Galunggung, Lokon, Guntur dan Wilia.

b. Penelitian bidang hortikultura telah diketemukan cara pemberantasan penyakit Citrus Paloem Degeneration (CVPD) dan cara baru untuk mempercepat perbanyakan bibit nanas, pemulaan bibit durian, pengecambahan bibit duku dan umbi belah pada pisang. Di samping itu telah diketemukan pula suatu cara pengepakan dan penyimpanan buah-buahan serta pembiakan anggrek yang siap untuk dikembangkan.

c. Penelitian di bidang peternakan telah menemukan jenis vaksin pencegahan dan pemberantasan penyakit ngorok pada sapi dengan kekebalan yang lebih lama melalui pemberian dosis pengobatan yang lebih rendah, dan cara penggunaan yang lebih mudah, dari pada jenis-jenis vaksin yang telah. diketahui sebelumnya.

445

d. Penelitian dalam bidang perikanan telah menemukan sumber-sumber potensi baru untuk peningkatan penangkapan dan untuk pendugaan potensi sumber daya perikanan laut. Juga telah ditemukan teknik budidaya perikanan diantaranya pembenihan udang galah, udang vindu, udang penoid dan bandeng.

e. Penelitian di bidang perkebunan yang dilaksanakan dalam rangka peningkatan produksi terutama meliputi hasil per-kebunan penting, seperti karat, kelapa sawit, coklat, te-bu, kelapa, tembakau, dan cengkeh. Penelitian yang telah dilakukan itu antara lain telah menghasilkan penemuan berbagai klon (bibit) unggul karat, seperti PR 300, PR 303 dan PR 261. Klon tersebut mempunyai potensi produksi di atas 1400 kg/ha/tahun. Ditemukan pula varitas kelapa baru seperti KB1, KB2, KB3 dan KB4, yang mempunyai poten-si produksi masing-masing 4 ton kopra/ha/tahun.

f. Penelitian di bidang kehutanan telah menghasilkan sejum-lah pedoman pengenalan jenis pohon ekspor dan menemukan jenis tanaman yang cocok untuk reboisasi, penghijauan dan rehabilitasi padang alang-alang. Misalnya dari 259 jenis botanis kayu perdagangan Indonesia, telah diteliti sifat-sifatnya secara lengkap sebanyak 150 jenis dan dalam usa-ha perbaikan mutu kayu ekspor telah disusun klasifikasi keawetan 91 Jenis kayu serta pengenalan sifat veneer dan kayu lapis yang dibuat dari 141 Jenis kayu.

2. Penelitian Pengairan

Pada tahun 1983/84 Pelaksanaan penelitian di bidang peng-airan, meliputi kegiatan-kegiatan survai, dan penyelidikan yang diperlukan dalam rangka mempersiapkan perencanaan teknis bangunan pengairan, perencanaan pengembangan wilayah sungai dan perencanaan pengelolaan lingkungan pengairan, danau-danau dan waduk-waduk. Untuk menunjang program Inpres Penghijauan dan Reboisasi dilaksanakan juga pemasangan instalasi jaringan hidro-metrologi dan observasi hidrologi.

446