bappenas.go.id · web viewbab xii pertanian, pengairan, dan kehutanan a. pendahuluan pembangunan...

138
PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN

Upload: danghuong

Post on 12-May-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN

Page 2: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan
Page 3: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

BAB XII

PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN

KEHUTANAN A. PENDAHULUANPembangunan pertanian, pengairan, dan

kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan kekayaan sumber daya lahan dan air serta sumber daya hayati secara produktif dan berkelanjutan. Upaya di bidang pertanian dan kehutanan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan penyediaan pangan, bahan baku industri, ekspor, dan lapangan kerja dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, serta menjamin pembangunan yang berkesinambungan.

Pembangunan pertanian mempunyai arti sangat penting dan peran strategis guna mewujudkan pertanian yang maju, efisien dan tangguh dalam rangka mendukung transformasi struktur perekonomian nasional. Sektor pertanian terus ditingkatkan agar mampu

Page 4: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

XII/3

Page 5: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

menghasilkan pangan dan bahan mentah yang cukup bagi pemenuhan kebutuhan rakyat, meningkatkan daya beli masyarakat, dan mampu melanjutkan proses industrialisasi, serta makin terkait dan terpadu dengan sektor industri dan jasa menuju terbentuknya jaringan kegiatan agroindustri dan agrobisnis yang produktif.

Kebijaksanaan pembangunan pertanian yang telah ditempuh sampai dengan tahun kedua Repelita , VI antara lain adalah meningkatkan produktivitas dan efisiensi sistem produksi pertanian melalui pengembangan usaha pertanian rakyat secara terpadu, memperluas diversifikasi usaha tani yang berorientasi agrobisnis, meningkatkan penyediaan sarana produksi, meningkatkan peranan kelembagaan koperasi pertanian/KUD, dan mendorong investasi usaha pertanian terutama di kawasan timur Indonesia (KTI). Kesemuanya didukung oleh upaya menciptakan iklim usaha pertanian yang sehat.

Atas dasar harga konstan 1993, dalam tahun 1995 sektor pertanian mampu mencapai pertumbuhan sebesar 4,0 persen dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut terutama didukung oleh peningkatan produksi padi sebesar 6,7 persen. Pertumbuhan sektor pertanian selama dua tahun pertama Repelita VI rata-rata adalah sebesar 2,3 persen per tahun, terdiri atas pertumbuhan sub sektor perkebunan, perikanan, peternakan, dan tanaman pangan masing-masing sebesar 5,0 persen; 4,5 persen; 4,1 persen; dan 1,2 persen per tahun.

Peningkatan produksi tersebut tidak selalu diikuti peningkatan ekspor komoditas yang bersangkutan, antara lain disebabkan oleh meningkatnya konsumsi serta kebutuhan bahan baku industri dalam negeri. Beberapa komoditas pertanian yang volume ekspornya meningkat cukup berarti adalah karet, lada, dan ayam bibit DOC yang

XII/4

Page 6: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

rata-rata meningkat sebesar 4,4 persen; 45,4 persen; dan 306,6 persen per tahun selama dua tahun pertama Repelita VI.

Pada tahun 1995 sektor pertanian menyerap tenaga kerja sebanyak 38,4 juta orang atau 47,3 persen dari tenaga kerja nasional (Susenas,1995).

Keberhasilan pembangunan pertanian terkait erat dengan kinerja pembangunan pengairan dan irigasi. Pembangunan pengairan merupakan usaha pemanfaatan, pelestarian, dan perlindungan air beserta sumbernya dengan perencanaan yang terpadu dan serasi guna mencapai manfaat sebesar-besarnya dalam memenuhi hajat hidup dan peri kehidupan rakyat. Upaya pemanfaatan air serta sumber-sumbernya meliputi usaha penyediaan dan pengaturan air guna menunjang pembangunan pertanian, pengembangan permukiman, industri, pariwisata, dan kelistrikan, serta pengaturan penyediaan air minum, air perkotaan, dan air industri.

Dalam penyelenggaraannya, pembangunan pengairan dilaksanakan berdasarkan atas tata pengaturan air secara nasional yang dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat serta memperhatikan pula pengamanan serta kelestarian sumber airnya. Selanjutnya, pembangunan pengairan dilaksanakan untuk memberikan perlindungan dalam menjaga kesinambungan penyediaan kuantitas dan kualitas sumber daya air dalam bentuk usaha-usaha penyelamatan hutan, tanah dan air, pengamanan dan

XII/5

Page 7: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

pengendalian daya rusak air terhadap daerah sekitarnya, pencegahan pencemaran air, serta pengamanan dan perlindungan prasarana pengairan agar tetap berfungsi sebagaimana mestinya.

Sebagai hasil pembangunan pengairan selama dua tahun pertama Repelita VI, areal irigasi telah meningkat dari 5,7 juta hektare pada

Page 8: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

akhir Repelita V menjadi sekitar 5,9 juta hektare. Selain itu juga telah berhasil diselesaikan pembangunan 6 unit waduk, 135 unit embung, 79 kilometer saluran air baku, 67 unit bendung irigasi, 6 bendung air baku, serta sekitar 106,3 ribu hektare pencetakan sawah baru. Untuk penanggulangan bencana akibat daya rusak air, telah diselesaikan pula 15 unit waduk pengendali, perbaikan alur sungai sepanjang 695 kilometer, serta pengamanan abrasi pantai sepanjang 13 kilometer.

Sementara itu kinerja pembangunan pengairan dan irigasi tidak lepas kaitannya dengan pembangunan kehutanan yang dilaksanakan secara terpadu dan berkelanjutan untuk meningkatkan kemampuan hutan dalam memberikan hasil yang optimal. Sumber daya hutan sebagai salah satu modal dasar pembangunan harus dijaga keberadaannya dan dilestarikan pemanfaatannya demi mewujudkan kelangsungan hidup yang berkualitas bagi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.

Kegiatan-kegiatan rehabilitasi dan pemanfaatan lahan kritis, serta konservasi sumber daya alam mendapat prioritas utama guna mendukung terciptanya kondisi hutan dan sumber daya alam hayati lainnya secara mantap dan berfungsi optimal.

Fungsi clan manfaat sumber daya hutan telah menempatkan hutan sebagai sumber perolehan devisa yang besar, perluasan kesempatan kerja, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat di sekitar hutan, serta kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Produksi kayu bulat rimba selama dua tahun pertama Repelita VI menurun rata-rata 4,1 persen per tahun, sebaliknya produksi kayu bulat jati meningkat 10,1 persen per tahun. Penurunan produksi kayu

XII/6

Page 9: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

rimba diikuti pula oleh penurunan volume ekspor kayu lapis sebesar rata-rata 7,6 persen per tahun.

Secara umum pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan sampai dengan tahun kedua Repelita VI telah memberikan hasil cukup menggembirakan terutama dalam peningkatan produktivitas petani, penyediaan konsumsi pangan, penyediaan air bagi berbagai keperluan, perlindungan daerah permukiman dari bahaya banjir, pelestarian fungsi ekosistem, serta peningkatan perolehan devisa.

B. PERTANIAN

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Sasaran pembangunan pertanian dalam Repelita VI adalah meningkatnya intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi usaha pertanian yang didukung oleh industri pertanian, terpeliharanya kemantapan swasembada pangan secara kompetitif, meningkatnya daya saing dan pangsa hasil pertanian di pasar dalam negeri dan luar negeri, meningkatnya kemampuan petani dalam menerapkan dan menguasai teknologi pertanian, meningkatnya kemampuan kelemba-gaan pertanian dalam mengembangkan agrobisnis dan agroindustri, yang kesemuanya mengarah pada terwujudnya peningkatan pen-dapatan dan taraf hidup petani dan nelayan.

Dalam Repelita VI sasaran pertumbuhan sektor pertanian adalah sebesar 3,4 persen per tahun. Sasaran pertumbuhan tersebut berasal dari pertumbuhan pertanian tanaman pangan dan hortikultura sebesar 2,5 persen per tahun, peternakan 6,4 persen per tahun, perkebunan 4,2 persen per tahun, dan perikanan 5,2 persen per tahun. Sementara itu sasaran penyerapan tenaga kerja pertanian adalah sekitar 1,9 juta

XII/7

Page 10: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

orang per tahun, dengan sasaran peningkatan produktivitas tenaga kerja rata-rata sebesar 2,4 persen per tahun.

Dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan kebijaksa-naan pembangunan pertanian selama Repelita VI adalah meningkatkan produksi dan kualitas hasil pertanian untuk memelihara kemantapan swasembada pangan, meningkatkan penyediaan bahan baku untuk pengembangan industri, serta meraih peluang dan meningkatkan pangsa pasar; meningkatkan kemampuan usaha pertanian rakyat, mengurangi kesenjangan dan mengentaskan penduduk dari ke-miskinan, serta memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup; meningkatkan produktivitas tenaga kerja pertanian serta memperluas kesempatan kerja produktif di perdesaan melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia pertanian, peningkatan penguasaan teknologi dan pengembangan jaringan kelembagaan petani yang berorientasi agrobisnis.

Untuk melaksanakan kebijaksanaan tersebut di atas, disusun program pembangunan yang terdiri atas program pokok dan program penunjang. Program pokok meliputi program peningkatan produksi pangan; program peningkatan kesempatan kerja dan produktivitas tenaga kerja pertanian; program pengembangan ekspor hasil pertani-an; program pembinaan dan pengembangan kelembagaan pertanian; serta program peningkatan produksi dan diversifikasi pertanian. Adapun program penunjang terdiri atas program pendidikan, pe-latihan, dan penyuluhan pertanian; program penelitian dan pengem-bangan pertanian; dan program pengembangan transmigrasi.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Kedua Repelita VI

Program-program pembangunan sektor pertanian dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat. Program yang dibiayai dengan dana

XII/8

Page 11: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

APBN dititikberatkan pada upaya untuk memantapkan swasembada pangan, meningkatkan efisiensi dan daya saing produk-produk per-tanian, serta memperkukuh landasan bagi pembangunan pertanian yang produktif dan berkelanjutan. Perhatian khusus diberikan kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan penguasaan teknologi, pemerataan pembangunan dan penanggulangan kemiskinan, serta pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Pada tahun 1995 laju pertumbuhan sektor pertanian, termasuk kehutanan mencapai 4,0 persen, terdiri atas tanaman pangan, peternakan, perikanan dan perkebunan tumbuh masing-masing sebesar 4,5 persen; 4,2 persen; 4,2 persen; dan 4,6 persen.

a. Program Pokok

1) Program Peningkatan Produksi Pangan

Program peningkatan produksi pangan diarahkan untuk me-ningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani dan masyarakat melalui pendekatan pertanian rakyat terpadu dalam rangka memelihara kemantapan swasembada pangan dan penyediaan bahan baku industri pangan. Titik berat kegiatan program ini adalah meningkatkan produktivitas usahatani melalui peningkatan mutu. dan perluasan areal intensifikasi; menyediakan bibit unggul dan sarana produksi; memperbaiki pengelolaan pasca panen dengan menggunakan alat dan mesin pertanian; dan meningkatkan penerapan teknologi konservasi.

Dalam rangka meningkatkan produksi pangan, usaha intensifikasi berupa Intensifikasi Umum (Inmum), Intensifikasi Khusus (Insus), dan Supra Insus ditingkatkan. Mutu intensifikasi ditingkatkan

XII/9

Page 12: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

melalui revitalisasi penyuluhan, penggunaan benih unggul bersertifikat, pemupukan secara efisien dan berimbang termasuk menggunakan urea tablet, perluasan pelaksanaan PHT, penggunaan teknologi usaha tani hemat air, serta pemanfaatan teknologi pasca panen untuk mengurangi kehilangan hasil,

Pada tahun kedua Repelita VI produksi padi meningkat sebesar 6,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu naik dari 46.642 ribu ton menjadi 49.744 ribu ton (Tabel XII-1). Peningkatan produksi padi tersebut di camping sebagai hasil berbagai upaya khusus sejak 1994/95 juga sebagai akibat dari iklim yang mendukung, sehingga baik luas areal intensifikasi maupun non intensifikasi naik masing-masing 6,5 persen dan 6,9 persen per tahun (Tabel XII-2).

Pada tahun kedua Repelita VI luas panen padi di luar Jawa meningkat 7,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu naik dari 5,6 juta hektare menjadi 5,9 juta hektare; sedangkan di Jawa luas panennya meningkat 5,9 persen atau naik dari 5,2 juta hektare menjadi 5,5 juta hektare. Sementara itu hasil rata-rata padi per hektare di luar Jawa adalah 3,6 ton per hektare, sedangkan di Pulau Jawa mencapai 5,1 ton per hektare (Tabel XII-3 dan Tabel XII-4).

Dalam rangka meningkatkan mutu intensifikasi mulai tahun 1995/96 telah dilaksanakan upaya pengembangan sistem usahatani berbasis padi yang berorientasi agrobisnis (SUTPA) di 14 propinsi yang mencakup areal seluas 46 ribu hektare sebagai pilot project. SUTPA ini merupakan upaya terobosan untuk mempercepat alih teknologi, terutama penggunaan benih padi unggul baru varietas Memberamo dan Cibodas, teknologi tanam benih langsung (TABELA), dan sistem pergiliran tanaman selama setahun melalui pengawalan ketat oleh tenaga peneliti dan penyuluh. Hasil yang

XII/10

Page 13: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

diperoleh cukup menggembirakan yaitu terjadi kenaikan produksi padi per hektare sekitar 15-20 persen.

Di samping itu dikembangkan pula penanaman padi gogo varietas unggul sebagai tanaman tumpang sari pada areal perkebunan seluas 100 ribu hektare, intensifikasi lahan transmigrasi, dan peningkatan pemanfaatan areal irigasi desa/kecil seluas 300 ribu hektare. Selanjutnya dalam rangka program pengembangan lahan gambut satu juta hektare di Kalimantan Tengah, telah dilaksanakan uji coba per-baikan teknologi pemanfaatan lahan gambut seluas 8.000 hektare.

Meningkatnya produksi tanaman pangan tersebut didukung oleh peningkatan penggunaan pupuk, terutama pupuk urea yang meningkat sebesar 10,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya (Tabel XII-5).

Produksi palawija pada tahun kedua Repelita VI pada umumnya juga meningkat. Produksi kacang tanah, jagung, ubi jalar dan kedele masing-masing meningkat sebesar 20,3 persen; 20,1 persen; 17,7 persen; dan 7,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya (label XII-6). Peningkatan produksi tersebut terutama disebabkan oleh membaiknya harga di tingkat petani dan iklim yang mendukung sehingga memung-kinkan peningkatan luas areal palawija.

Dibanding tahun sebelumnya, produksi buah-buahan pada tahun kedua Repelita VI meningkat sebesar 17,7 persen. Kenaikan produksi tersebut terutama diakibatkan oleh meningkatnya produktivitas beberapa komoditas buah-buahan antara lain alpukat, mangga, pisang, rambutan, dan salak. Produksi sayuran meningkat sebesar 2,7 persen, walaupun luas arealnya menurun sebesar 0,7 persen sebagai akibat penciutan lahan pertanian terutama di pulau Jawa. Peningkatan produksi sayuran dicapai terutama disebabkan oleh semakin

XII/11

Page 14: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

meningkatnya produktivitas sayuran per hektare sebesar 3,5 persen (Tabel XII-7).

Sementara itu produksi beberapa komoditas perkebunan terpenting pada tahun kedua Repelita VI seperti teh, minyak sawit, inti sawit, kelapa/kopra, kakao, dan kopi meningkat masing-masing sebesar 11,6 persen; 8,5 persen; 6,5 persen; 1,6 persen; 1,4 persen; dan 1,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Produksi perkebunan rakyat yang meningkat tajam pada tahun kedua Repelita VI adalah minyak sawit, inti sawit, dan teh masing-masing sebesar 19,7 persen; 16,6 persen; dan 13,2 persen dibanding-kan tahun sebelumnya; sedangkan produksi gula tebu turun sebesar 3,2 persen (Tabel XII-8). Menurunnya produksi gula tebu rakyat tersebut antara lain karena berkurangnya luas areal tebu rakyat inten-sifikasi (TRI) sebesar 0,9 persen (Tabel XII-9). Hal ini disebabkan karena timbulnya keengganan petani mengikuti program TRI sebagai akibat rendahnya pendapatan mereka dibandingkan dengan mengusa-hakan tanaman padi atau berbagai tanaman semusim lainnya yang lebih menguntungkan. Penurunan produksi gula tebu rakyat tersebut mengakibatkan turunnya produksi gula tebu nasional sebesar 4,1 persen.

Produksi perkebunan besar swasta yang meningkat tajam adalah teh, kelapa/kopra, minyak sawit, dan inti sawit masing-masing meningkat sebesar 13,4 persen; 11,7 persen; 11,0 persen; dan 7,5 persen (Tabel XII-10). Sedangkan produksi perkebunan besar negara yang meningkat tajam adalah teh dan karet masing-masing sebesar 10,2 persen dan 6,9 persen (Tabel XII-11).

Selama tahun kedua Repelita VI populasi ternak pada umumnya meningkat, kecuali babi turun sebesar 11,7 persen dibandingkan tahun

XII/12

Page 15: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

sebelumnya. Populasi ternak yang meningkat pesat adalah ayam petelur, ayam pedaging/broiler, domba, dan ayam buras masingmasing meningkat sebesar 9,0 persen; 7,5 persen; 6,4 persen; dan 4,3 persen; sedangkan populasi itik, sapi potong dan sapi perah masingmasing hanya meningkat sebesar 2,9 persen; 1,6 persen; dan .1,2 persen (Tabel XII-12). Untuk mempertahankan populasi ternak sapi dan menjaga stabi l itas harga daging dalam negeri, diambil kebijaksanaan mengimpor sapi bakalan untuk digemukkan dan dipotong di dalam negeri. Di samping itu telah dikembangkan pula sistem pembibitan ternak di perdesaan yang berwawasan agrobisnis melalui gerakan pengembangan sentra baru pembibitan perdesaan (Gerbang Serba Bisa). Upaya penyebaran bibit ternak oleh pemerintah, terutama sapi, kerbau, dan domba/kambing tetap dilanjutkan dalam rangka meningkatkan pendapatan petani di perdesaan (Tabel XII-13).

Upaya meningkatkan populasi dan produksi ternak melalui teknik inseminasi buatan sangat penting, oleh karenanya diperlukan tenagatenaga inseminator dan vaksinator yang handal. Pada tahun kedua Repelita VI jumlah inseminator dan vaksinator meningkat masingmasing sebesar 8,9 persen dan 6,2 persen dibanding tahun sebelumnya (Tabel XII-14).

Perkembangan populasi ternak telah mendorong peningkatan produksi daging, telur, dan susu yang masing-masing meningkat sebesar 4,8 persen; 5,8 persen; dan 1,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya yaitu menjadi 1.564 ribu ton; 729 ribu ton; dan 433 juta liter (Tabel XII-15).

XII/13

Page 16: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

Upaya peningkatan produksi perikanan ditempuh melalui pengembangan paket program intensifikasi dan ekstensifikasi, baik untuk perikanan laut maupun perikanan darat. Budidaya air payau

Page 17: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

yang dikembangkan melalui pola tambak inti rakyat (TIR) terutama adalah udang, bandeng, dan kepiting untuk tujuan ekspor. Usaha intensifikasi tersebut didukung dengan pembangunan prasarana perikanan, pengembangan teknologi dan penyediaan sarana produksi. Sementara itu pemanfaatan sumber daya perikanan di daerah Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) telah dilaksanakan sejak tahun 1990 terutama dengan menggunakan sistem charter. Dengan paket deregulasi bulan April 1995 pemanfaatan sumber daya perikanan di daerah perairan ZEEI akan ditingkatkan melalui pengembangan usaha swasta patungan. Perkembangan produksi perikanan ditunjang pula dengan teknologi produksi mencakup penyediaan benur, pakan ikan berkualitas tinggi, serta teknik penangkapan ikan.

Perkembangan produksi perikanan pada tahun kedua Repelita VI secara keseluruhan meningkat 5,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Produksi perikanan laut dan perikanan darat masing-masing meningkat sebesar 6,3 persen dan 2,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya (Tabel XII-16). Peningkatan produksi usaha budi daya perikanan darat diakibatkan oleh meningkatnya areal budidaya perikanan tambak, kolam, dan keramba, menjadi 540,2 ribu hektare.

Dengan meningkatnya kinerja produksi beberapa hasil pertanian maka penyediaan pangan telah menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Ketersediaan energi pada tahun kedua Repelita VI adalah sebesar 3.055 kilo kalori dengan mutu pangan yang mencapai skor Pola Pangan Harapan (PPH) sebesar 72,0.

2) Program Peningkatan Kesempatan Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja Pertanian

Program peningkatan kesempatan kerja dan produktivitas tenaga kerja pertanian ditujukan untuk meningkatkan dan memperluas

XII/14

Page 18: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

kesempatan kerja di perdesaan seiring dengan meningkatnya efisiensi dan produktivitas tenaga kerja. Kegiatan pokok yang di -laksanakan antara lain adalah mendorong investasi di bidang agrobisnis dan agroindustri di perdesaan; menerapkan teknologi tepat guna serta meningkatkan kemampuan dan keterampilan tenaga kerja; dan mendorong realokasi sumber daya pada kegiatan yang produktivitasnya lebih tinggi.

Perluasan dan peningkatan berbagai usaha di sektor pertanian telah menciptakan pertumbuhan lapangan kerja. Pada tahun 1995 sektor pertanian menyerap tenaga kerja sebanyak 38,4 juta orang atau 47,3 persen dari tenaga kerja nasional.

Perluasan kesempatan kerja di sektor pertanian terutama didukung oleh meningkatnya luas panen dan luas areal komoditas pertanian. Luas panen padi, palawija dan hortikultura meningkat masing-masing sebesar 6,6 persen; 1.0,6 persen; dan 5,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan luas areal perkebunan rakyat meningkat dari 10.870,3 ribu hektare menjadi 11.062,5 ribu hektare atau meningkat sebesar 1,8 persen. Peningkatan areal perkebunan rakyat tersebut terutama berasal dari komoditas sereh wangi, minyak sawit, pala, serat karung, panili, teh, dan kapulaga yang meningkat lebih dari 3 persen, yaitu masing-masing 21,2 persen; 14,6 persen; 10,3 persen; 6,3 persen; 5,6 persen; 3,8 persen; dan 3,5 persen (Tabel XII-17).

Sementara itu luas areal perkebunan negara meningkat 0,8 persen dari 961,4.ribu hektare dalam tahun 1994 menjadi 968,7 ribu hektare dalam tahun 1995. Komoditas teh dan kelapa sawit masing-masing meningkat sebesar 2,9 persen dan 1,0 persen (Tabel XII-18). Bebera-pa komoditas perkebunan swasta meningkat cukup tinggi, yaitu lebih dari 3 persen antara la in cengkeh, kopi , teh, karet , dan tebu

XII/ 15

Page 19: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

masing-masing meningkat sebesar 5,3 persen; 7,1 persen; 6,4 persen; 5,5 persen; dan 4,7 persen.

Perluasan kesempatan kerja juga didukung oleh perluasan usaha perikanan dan peternakan. Dalam usaha perikanan terdapat per-tambahan jumlah perahu/kapal motor serta pengembangan luas budi -daya perikanan. Dalam tahun kedua Repelita VI, jumlah perahu/kapal motor telah meningkat sebesar 5,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu meningkat dari 150.699 buah menjadi 158.400 buah (Tabel XII-19). Sedangkan luas areal budidaya perikanan telah meningkat sebesar 2,7 persen, yaitu meningkat dari 526,1 ribu hektare menjadi 540,2 ribu hektare. Perluasan kesempatan kerja untuk usaha peternakan dilakukan melalui pengembangan kawasan industri ternak (KINAK) yang sampai dengan tahun kedua Repelita VI mencapai 329 buah, terdiri atas PIR sapi potong 71 buah, PIR ayam ras pedaging 238 buah, dan PIR ayam ras petelur 20 buah.

Dalam rangka meningkatkan produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian telah dilaksanakan kegiatan intensifikasi usaha tani tanaman pangan, peternakan, perikanan, dan perkebunan melalui penerapan teknologi tepat guna, pelatihan dan penyuluhan serta sekolah lapangan bagi petani dan kelompok tani. Penggunaan alat dan mesin pertanian seperti traktor, pompa air, aplikator urea tablet, alat peron-tok padi, serta penggilingan padi telah makin meningkat. Penerapan mekanisasi pertanian tersebut dilaksanakan secara dinamis dan sesuai dengan kondisi spesifik lokasi.

3) Program Pengembangan Ekspor Hasil Pertanian

Program pengembangan ekspor hasil pertanian ditujukan untuk meningkatkan penerimaan devisa dengan meningkatkan daya saing

XII/16

Page 20: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

hasil pertanian. Kegiatan pokoknya adalah meningkatkan efisiensi sistem produksi dan tataniaga hasil pertanian, memperbaiki mutu dan efisiensi pengolahan hasil, Serta meningkatkan promosi dan perluasan akses pasar.

Volume ekspor beberapa komoditas penting pada tahun kedua Repelita VI pada umumnya mengalami penurunan, terutama disebab-kan karena tingginya permintaan pasar di dalam negeri baik untuk konsumsi langsung maupun sebagai bahan baku industri pengolahan hasil pertanian (Tabel XII-20). Meskipun demikian nilai ekspornya pada umumnya menunjukkan peningkatan.

Volume ekspor komoditas perikanan seperti udang segar dan ikan segar mengalami penurunan masing-masing sebesar 4,7 persen dan 0,40 persen (Tabel XII-21). Akan tetapi nilai ekspor perikanan meningkat 7,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu meningkat dari US$1,7 miliar menjadi US$1,8 miliar.

Volume ekspor komoditas perkebunan juga pada umumnya mengalami penurunan, kecuali karet dan lada yang meningkat masing-masing sebesar 6,4 persen dan 61,5 persen dibandingkan tahun sebe-lumnya (Tabel XII-22). Namun nilai ekspor perkebunan pada tahun kedua Repelita VI naik sebesar 11,9 persen, yaitu dari US$4 miliar menjadi US$4,4 miliar.

Demikian pula volume ekspor hasil-hasil peternakan mengalami penurunan, kecuali bulu bebek, kulit kambing, dan DOC ayam bibit yang meningkat sangat tajam masing-masing sebesar 55,7 persen; 59,9 persen; dan 519,1 persen (Tabel XII-23). Nilai ekspor hasil-hasil peternakan meningkat sebesar 8,6 persen dibanding tahun sebelumnya atau naik dari US$60,4 juta menjadi US$65,6 juta.

XII/17

Page 21: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

4) Program Pembinaan dan Pengembangan Kelembagaan Pertanian

Program pembinaan dan pengembangan kelembagaan pertanian ditujukan untuk menata dan membina kelembagaan pertanian guna memantapkan serta memperlancar proses pembaharuan dalam pe-nyelenggaraan kegiatan pertanian. Program ini dititik beratkan pada kegiatan untuk mengembangkan kelompok tani dan koperasi pertanian; mengembangkan kemitraan usaha antara petani/koperasi dengan usaha besar BUMN/swasta; meningkatkan mutu dan ke-mampuan aparatur pemerintah dalam memberikan pelayanan; serta menata dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan di bidang pertanian.

Hasil-hasil yang telah dicapai dalam pembangunan pertanian tidak terlepas dari peran aktif para pelaku ekonomi seperti petani, kelompok tani, koperasi, swasta, dan pemerintah. Pengembangan sistem kelembagaan yang memadukan kebijaksanaan pemerintah dengan kepentingan petani dan swasta merupakan aspek yang sangat penting dalam pembangunan pertanian.

Dalam rangka meningkatkan partisipasi petani dalam pembangun-an pertanian, petani kecil dibina melalui pengembangan kelompok tani dalam wadah koperasi. Untuk pengembangan dan pemantapan kelompok tani tersebut, jumlah kelompok tani dan nelayan yang telah dibina sampai dengan tahun kedua Repelita VI meningkat sebesar 17,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu meningkat dari 292.329 kelompok menjadi 343.879 kelompok. Dengan berkem-bangnya kelompok tani dan nelayan, upaya pembinaan dan proses alih teknologi menjadi lebih efektif.

XII/18

Page 22: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

Dalam rangka penanggulangan kemiskinan dilakukan berbagai upaya khusus, antara lain melalui Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Kecil (P4K) yang telah dimulai sejak Repelita IV. Sampai dengan bulan Maret 1996 telah dibina 45.449 kelompok petani kecil (KPK) dengan jumlah anggota 454.490 kepala keluarga: Sementara itu anggota KPK yang telah menjadi anggota koperasi/KUD adalah 69.068 orang. Kegiatan KPK dilakukan secara dinamis dan rencana kegiatan ekonomi kelompok dibahas dan dirumuskan oleh kelompok itu sendiri dengan bimbingan penyuluh sebagai facilitator. Jumlah kredit yang telah disalurkan mencapai sekitar Rp72,7 miliar, dengan tingkat tunggakan kredit hanya 2,6 persen. Di berbagai daerah, kegiatan pertanian dan agrobisnis, terutama peternakan menjadi kegiatan utama masyarakat perdesaan dalam program Inpres Desa Tertinggal (IDT).

5) Program Peningkatan Produksi dan . Diversifikasi Pertanian

Program peningkatan produksi dan diversifikasi pertanian ditujukan untuk meningkatkan keanekaragaman hasil pertanian dan produk olahannya dalam rangka memanfaatkan peluang pasar domestik maupun internasional. Kegiatan pokoknya antara lain adalah mempercepat peningkatan produksi komoditas unggulan terutama peternakan, perikanan, dan hortikultura; mendorong perluasan areal pertanian pada lahan kering, gambut, dan pasang surut; mengembangkan sistem usahatani terpadu; serta meningkatkan pemanfaatan sumber daya perairan terutama pada ZEEI.

Dalam upaya peningkatan produksi dan diversifikasi pertanian peran investasi sangat penting. Pada tahun kedua Repelita VI persetujuan penanaman modal dalam negeri di sektor pertanian

XII/19

Page 23: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

mencapai Rp11,6 triliun atau meningkat 50,3 persen dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan persetujuan penanaman modal asing untuk sektor pertanian mencapai US$1.659,3 juta atau meningkat 223,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Untuk mendorong diversifikasi komoditas pertanian, maka agro- bisnis peternakan, perikanan darat dan hortikultura ditumbuh-Jcembangkan dan dipadukan dengan usaha tani yang telah ada. Pada tahun• kedua Repelita VI pelaksanaan pengembangan tumpang sari padi gogo varietas baru seperti Gajah Mungkur dan Way Rarem pada areal perkebunan rakyat telah mencapai 100 ribu hektare. Tanaman nenas telah pula dikembangkan sebagai tumpang sari pada PIR perkebunan kelapa hibrida di propinsi Riau seluas 4.500 hektare, yang sekaligus dilengkapi dengan pabrik untuk mengolah kelapa dan nenas.

Pada areal persawahan beririgasi teknis telah dikembangkan budidaya mina padi yang pada tahun kedua Repelita VI telah mencapai 145,9 ribu hektare atau meningkat sebesar 5,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Budidaya mina padi terus berkembang berkat berhasilnya program PHT yang meminimalkan penggunaan pestisida pada tanaman padi.

Dalam rangka mendukung pengembangan ekonomi rakyat, dalam tahun kedua Repelita VI telah dikembangkan sentra pengembangan agrobisnis hortikultura bgrskala ekonomi seluas 11,3 ribu hektare; pengembangan perkebunan seluas 153 ribu hektare; paket penangkapan ikan 312 unit; paket budidaya laut sebanyak 197 unit karamba; serta pengembangan ternak kecil dan unggas masing masing sebanyak 75 ribu ekor dan 321 ribu

XII/20

Page 24: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

b. Progratn Penunjang

1) Program Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Pertanian

Program pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan pertanian bertujuan meningkatkan keahlian dan keterampilan bagi penyuluh pertanian, petugas unit pelayanan dan pengembangan, melalui kegiatan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan lapangan.

Pada tahun kedua Repelita VI telah dibina kelompok tani dan nelayan sebanyak 343.879 kelompok. Sementara itu penyuluh pertanian telah berjumlah 39.400 orang, terdiri atas 2.075 orang penyuluh pertanian spesialis (PPS) dan 37.325 orang penyuluh pertanian lapangan (PPL). Dalam proses penyuluhan dan peningkatan swadaya masyarakat peran kontak tani nasional andalan (KTNA) yang berjum lah 95 orang semakin penting.

Pendidikan pertanian pada tahun kedua Repelita VI telah menghasilkan 252 orang lulusau D-3 dan 81 orang D-4 dari Sekolah Tinggi Perikanan (STP), 684 orang lulusan Akademi Penyuluhan Pertanian (APP), dan 10'.639 orang lulusan Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP).

2) Program Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Prograni penelitian dan pengembangan pertanian bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan teknologi pertanian. Kegiatan penelitian yang menghasilkan teknologi pertanian merupakan salah satu komponen pokok dalam rangka peningkatan produktivitas, kualitas dan keberlanjutan sistem pertanian. Diseminasi teknologi dilaksanakan melalui pendidikan, pelatihan dan penyuluhan

XII/23

Page 25: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

ekorpertanian. Agar penelitian dan pengembangan pertanian menghasilkan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan, sejak Repelita VI kegiatan penelitian yang partisipatif seperti on f a r m research lebih ditingkatkan.

Pada tahun kedua Repelita VI berbagai kegiatan penelitian telah menghasilkan 98 varietas unggul yang telah dilepaskan terdiri atas 9 varietas padi, 15 varietas palawija, 40 varietas buah-buahan, 9 varie-tas sayuran, dan 25 varietas perkebunan. Di samping itu di bidang peternakan telah ditemukan teknologi pembuatan vaksin monovalent dan polyvalent untuk penyakit brucellosis dan leptospirosis pada ternak ruminansia besar. Di bidang perikanan telah ditemukan ekstrak bioaktif dari 4 species jamur laut sebagai antibiotika yang lebih ampuh dari oxytetra cyclin. Penelitian alat dan mesin pertanian telah menghasilkan prototipe mesin kecil berfungsi ganda untuk pengolah tanah sawah dan penyiangan di lahan kering dan alat sortasi buah berdasarkan berat dan warna.

Selanjutnya dalam rangka mendekatkan pelayanan penelitian kepada petani serta pengguna teknologi pertanian maka sejak awal Repelita VI telah dibentuk 11 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dan 6 Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP) yang bertugas untuk melaksanakan kegiatan penelitian komoditas, penguji-an, dan perakitan teknologi spesifik lokasi. Tenaga peneliti pada Departemen Pertanian sampai dengan tahun kedua Repelita VI sudah mencapai jumlah 1.537 orang, dengan jenjang profesi sebagai ahli peneliti sebanyak 156 orang, peneliti sebanyak 294 orang, ajun peneli -ti sebanyak 601 orang, dan asisten peneliti sebanyak 486 orang. Tenaga peneliti yang profesional berperan strategis dalam rangka meningkatkan kualitas penelitian pertanian serta rekayasa teknologi dalam penelitian dan pengembangan pertanian.

XII/22

Page 26: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII - 1PERKEMBANGAN PRODUKSI

BEBERAPA HASIL PERTANIAN TERPENTING 1) 1993, 1994 - 1995

(ribu ton)

Repelita VINo. Jenis Hasil 1993 1994 2) 1995 3)

1. Padi4) 48.181 46.642 49.7442 . Jagung 6.460 6.869 8.2463 . Ubi kayo 17.285 15.729 15.4414 . Ubi jalar 2.088 1.845 2.1715 . Kedele 1.709 1.565 1.6806 . Kacang tanah 639 632 7607 . Ikan laut 2.886 3.080 3.2758 . Ikan darat 909 900 9219. Daging 1.378 1.493 1.564

10 . Telur 573 689 72911. Susu5) 388 427 433

12 . Karet 1.476 1.499 1.53513 Minyak sawit 3.421 4.008 4.350

14 . Intl sawit 602 797 84815 . Kelapa/kopra 2.606 2.649 2.69016. Kopi 439 450 45517. Teh 165 139 155

18 . Cengkeh 67 78 7719. Lada 66 54 54

20 . Tembakau 121 130 13321 . Kakao 258 270 27422 . Gula tebu 2.330 2.454 2.35423 . Kapas 14 14 19

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara4) Dalam gabah kering giling5) Dalam juta liter

XII/23

Page 27: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 2PERKEMBANGAN HASIL RATA—RATA DAN

LUAS PANEN PADI PROGRAM INTENSIFIKASI 1) 1993, 1994 — 1995

Repelita VI

No. Uraian 1993 1994 2) 1995 3)

1 . Hasil Rata—rata (ton per ha) 4)

Intensifikasi 4,71 4,69 4,69

—Intensifikasi Umum 3,31 3,26 3,27

— Intensifikasi Khusus 4,96 4,93 4,93Non Intensifikasi 2,25 2,21 2,21

2 . Luas Panen (ribu ha)

Intensifikasi 9.489 9.245 9.887

— Intensifikasi Umum 1.424 1.323 1.414

— Intensifikasi Khusus 8.065 7.922 8.473

Non Intensifikasi 1.524 1.489 1.592

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara4) Da1am gabah kering giling

XII/24

Page 28: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 3PERKEMBANGAN LUAS PANEN

DAN PRODUKSI PADI l) 1993, 1994 — 1995

Repelita VINo. Daerah 1993 1994 2) 1995 3)

1 . Luas Panen (ribu ha)

J a w a 5.515 5.176 5.479

Luar Jawa 5.498 5.558 5.959

Indonesia 11.013 10.734 11.439

2 . Produksi Padi (ribu ton) 4)

J a wa 28.297 26.546 28.155

Luar Jawa 19.884 20.096 21.589

Indonesia 48.181 46.642 49.744

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara4) Dalam gabah kering giling

XII/25

Page 29: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 4PERKEMBANGAN HASIL RATA—RATA

PADI PER HA 1)

1993, 1994 — 1995(ton per ha) 2)

Repelita VI

No. Daerah 1993 1994 3) 19954)

1. J a w a 5,13 5,13 5,14

2 . Luar Jawa 3,62 3,62 3,62

3 . Indonesia 4,37 4,35 4,35

1) Angka tahunan2) Dalam gabah kering giling3) Angka diperbaiki4) Angka sementara

XII/26

Page 30: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 5PERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA

PROGRAM TANAMAN PANGAN 1 ) 1993, 1994 — 1995

(ton zat Kara)

Repelita VI

No. Jervis Pupuk 1993 1994 2) 1995 3)

1 . N 1.271.602 1.270.619 1.402.831

2 . P205 416.341 373.287 375.287

3 . K20 59.366

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara .. : Data tidak tersedia

XII/27

Page 31: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 6PERKEMBANGAN PRODUKSI,

HASIL RATA—RATA DAN LUAS PANEN I)BEBERAPA JENIS PALAWIJA

1993, 1994 — 1995

Repelita VINo. Jenis

PalawijaSatuan 1993 1994 2) 1995 3)

1 JagungProduksi ribu ton 6.459,74 6.868,89 8.245,9

0Hasil rata-rata kuintal/ha 21,98 22,09 22,58Luas panen ribu ha 2,939,53 3.109,40 3.651,8

42 Ubi kayu

Produksi ribu ton 17.285,38 15.729,23 15.441,48Hasil rata— kuintal/ha 123,32 115,95 116,60

Luas panen ribu ha 1.401,64 1.356,58 1.324,26

3 Ubi jalarProduksi ribu ton 2.088,21 1.845,18 2.171,0

3Hasil rata— kuintal/ha 93,18 93,58 94,94Luas panen ribu ha 224,10 197,17 228,68

4 KedeleProduksi ribu ton 1.708,53 1.564,85 1.680,0

1Hasil rata— kuintal/ha 11,62 11,12 11,37Luas panen ribu ha 1.470,21 1.406,92 1.477,4

35 Kacang tanah

Produksi ribu ton 638,71 631,97 760,15Hasil rata— kuintal/ha 10,23 9,83 10,28Luas panen ribu ha 624,29 643,00 739,31

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

XII/28

Page 32: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 7PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI 1)

DAN HASIL RATA—RATA HORTIKULTURA 1993, 1994 — 1995

Repelita VINo. Uraian Satuan 1993 1994 2) 1995 3)

1. Luas panen :Sayuran ribu ha 842 939 932Buah—buahan ribu ha 460 505 486

2. Produksi :Sayuran ribu ton 6.586 7.312 7.515Buah—buahan ribu ton 5.629 6.402 7.533

3. Hasil rata—rata :Sayuran kuintal/ha 78,25 77,88 80,63Buah —buahan kuintal/ha 122,3

4126,82 155,05

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

Page 33: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

XII/29

Page 34: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 8PERKEMBANGAN PRODUKSI

PERKEBUNAN RAKYAT 1) 1993, 1994 — 1995

(ribu ton)

Repelita VINo. Jenis Komoditi 1993 1994 2) 1995 3)

1 Karet 1.102,0 1.138,9 1.155,8

2 Kelapa/kopra 2.557,9 2.601,4 2.639,4

3 K o p i 410,0 421,7 426,6

4 T e h 36,6 30,3 34,3

5 Cengkeh 65,7 75,8 74,6

6 L a d a 65,7 54,0 54,2

7 Tembakau 118,9 127,7 130,1

8 Gula tebu 1.684,6 1.673,2 1.619,6

9 K a p a s 13,8 14,3 18,9

10 Kakao 187,5 198,0 201,9

11 Minyak sawit 582,0 839,3 1.004,3

12 Inti sawit 104,6 162,3 189,3

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

XII/30

Page 35: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 9PERKEMBANGAN AREAL

TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI 1) 1993, 1994 — 1995

(hektar)

Repelita VINo. Lokasi 1993 1994 2) 1995 3)

1 . Jawa Barat 14.323 12.004 11.867

2 . Jawa Tengah 64.448 58.458 57.940

3 . Daerah Istimewa Yogyakarta 6.787 4.709 6.713

4 . Jawa Timur 152.336 152.855 153.782

5 . Sumatera Utara 1.640 1.910 1.610

6 . Lampung 9.166 7.903 8.115

7 . Kalimantan Selatan 6.188 6.738 6.572

8 . Sumatera Selatan 982 1.268 1.507

Jumlah 255.870 245.845 248.106

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

XII/31

Page 36: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 10PERKEMBANGAN PRODUKSI

PERKEBUNAN BESAR SWASTA 1)

1993, 1994 - 1995(ribu ton)

Repelita VINo. Jenis Komoditi 1993 1994 2) 1995 3)

1. K a r e t 166,0 172,4 178,1

2 . Minyak sawit 1.370,2 1.597,2 1.772,5

3 . Inti sawit 208,8 295,5 317,6

4 . Kelapa/kopra 30,1 26,6 29,7

5 . K o p i 11,6 11,0 11,2

6 . T e h 33,2 30,5 34,6

7 . Cengkeh 1,5 2,4 2,3

8 . Gula tebu 251,1 271,6 276,6

9 . Kakao 29,9 29,9 29,9

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

XII/32

Page 37: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 11PERKEMBANGAN PRODUKSI

PERKEBUNAN BESAR NEGARA 1)

1993, 1994 — 1995(ribu ton)

Repelita VINo. Jenis Komoditi 1993 1994 2) 1995 3)

1 K a r e t 207,6 188,1 201,2

2 Minyak sawit 2.051,2 1.571,5 1.573,3

3 Inti sawit 393,4 338,7 341,4

4 K o p i 17,3 17,5 17,6

5 T e h 95,1 78,4 86,4

6 Tembakau 2,4 2,4 2,4

7 Gula tebu 393,7 509,1 457,5

8 Kakao 40,6 42,1 42,1

9 Kelapa/kopra 17,9 21,0 21,1

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

XII/33

Page 38: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 12P E R K E M B A N G A N POPULASI T E R N A K DAN U N G G A S 1)

1993, 1994 — 1995(ribu ekor)

Repelita VINo. Jenis Ternak 1993 1994 2) 1995 3)

1 Sapi potong 10.829 11.368 11.550

2 Sapi perah 329 334 338

3 Kerbau 3.057 3.104 3.112

4 Kambing 11.502 12.770 13.309

S Domba 6.240 6.741 7.169

6 B a b i 8.704 8.858 7.825

7 Kuda 582 611 612

8 Ayam buras 222.893 243.260 253.654

9 Ayam petelur 54.736 63.335 69.034

10 Ayam pedaging/broiler 528.159 622.965 669.793

11 I t i k 26.617 27.536 28.341

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

XII/34

Page 39: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 13PERKEMBANGAN PENYEBARAN BIBIT TERNAK 1)

1993, 1994 — 1995(ekor)

Repelita VINo. Jenis Ternak 1993 1994 2) 1995 3)

1 . S a pi 27.400 24.305 21.529

2 . Kerbau 982 280 1.298

3 . Kambing/domba 67.984 67.662 38.378

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

XII/35

Page 40: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 14PERKEMBANGAN JUMLAH TENAGA

INSEMINATOR DAN VAKSINATOR 1) 1993, 1994 — 1995

(orang)

Repelita VINo. Jenis Tenaga 1993 1994 2) 1995 3)

1 . Kader peternak 4) 12.542 48.059 47.154

2 . Inseminator 4.497 2.642 2.879

3 . Laboratori/diagnostik 943 929 900

4 . Vaksinator 10.293 12.499 13.277

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara4) Mulai tahun 1994 termasuk ketua kelompok peternak

yang telah dibina sebagai kader peternakXII/36

Page 41: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 15PERKEMBANGAN PRODUKSI

DAGING, TELUR DAN SUSU 1)

1993, 1994 — 1995(ribu ton)

Repelita VINo. Jenis Produksi 1993 1994 2) 1995 3)

1. D a g i n g 1.378 1.493 1.564

2 . T e l u r 573 689 729

3 . S u s u4)

388 427 433

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara4) Dalam juta liter

XII/37

Page 42: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 16 PERKEMBANGAN PRODUKSI PERIKANAN 1)

1993, 1994 — 1995

(ribu ton)

Repelita VINo. Jenis Hasil 1993 1994 2) 1995 3)

1 . Ikan taut 2.886 3.080 3.275

2 . Ikan darat 909 900 921

Usaha Budidaya 574 564 575

— Tambak 355 346 351

— Kolam 142 140 145

— Sawah 77 78 79

Perairan Umum 335 336 346

Jumlah 3.795 3.980 4.196

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki

3)Angka sementara

XII/38

Page 43: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII - 17PERKEMBANGAN LUAS AREAL PERKEBUNAN RAKYAT 1)

1993, 1994 - 1995(ha)

Repelita VINo. Komoditi 1993 1994 2) 1995 3)

A. TANAMAN TAHUNAN 10.163.708 10.347.693 10.533.1741. Karet 2.846.540 2.892.994 2.919.7222. Kelapa 3.507.992 3.543.924 3.574.3783. Kelapa sawit 502.332 572.544 656.0884. K o p i 1.090.050 1.080.532 1.099.3035. T e h 55.678 57.517 59.7116. L a d a 130.086 127.185 127.6817. Cengkeh 556.496 520.012 516.1278. K a k a o 376.636 415.522 418.4039. Jambu mete 394.522 409.755 417.940

10. K a p o k 278.327 276.425 278.68211. P a l a 62.196 61.975 68.38512. Kayu Manis 90.862 93.932 96.48013. Panili 16.616 17.248 18.20914. Kemiri 147.854 169.944 171.17015. Pinang 83.302 82.252 84.64216. Kapulaga 6.954 7.254 7.50817. Asem Jawa 8.205 8.999 9.03118. N i l a m 9.060 9.679 9.714

B. TANAMAN SEMUSIM 513.929 522.622 529.3121. T e b u 280.564 276.581 279.3642. Tembakau 174.798 189.227 192.8493. 'K a p a s 33.775 34.724 34.1214. J a r a k 5.234 2.336 2.3505. Sereh wangi 1.582 1.899 2.3016. Serat karung 6.454 6.976 7.4127. J a h e 11.522 10.879 10.915

J u m l a h 10.677.637 10.870.315 11.062.486

1) Angka kumulatif2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

XII/39

Page 44: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII - 18PERKEMBANGAN LUAS AREAL PERKEBUNAN NEGARA 1)

1993, 1994 - 1995(ha)

Repelita VINo. Komoditi 1993 1994 2) 1995 3)

A. TANAMAN TAHUNAN 838.043 849.933 857.231. Karet 276.741 280.543 282.1962. Kelapa 32.687 31.754 31.7543. Kelapa sawit 380.746 386.309 390.354. Kopi 26.325 26.593 26.7115. T e h 51.296 50.507 51.9936. Cengkeh 2.307 . 2221 2.2247. Kakao 65.525 69.760 69.7608. Kapok 1.706 1.536 1.5369. Pala 710 710 710

B. TANAMAN SEMUSIM 108.158 111.438 111.4431. Tebu 104.460 107.570 107.5752. Tembakau 3.698 3.868 3.868

Jumlah 946.201 961.371 968.682

1) Angka kumulatif2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

XII/40

Page 45: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 19PERKEMBANGAN JUMLAH

PERAHU/KAPAL PERIKANAN LAUT 1) 1993, 1994 — 1995

(buah)

Repelita VI _No. Jenis Perahu/Kapal 1993 1994 2) 1995 3)

1 . Perahu/kapal motor 141.753 150.699 158.400

2 . Perahu tanpa motor 247.745 245.486 243.810

Jumlah 389.498 396.185 402.210

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki 3) Angka sementara

XII/41

Page 46: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 20PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR HASIL PERTANIAN TERPENTING 1)

1993, 1994 — 1995(ribu ton)

Repelita VINo. Jenis Produksi 1993 1994 2) 1995 3)

1 . Karet 1.214,6 1.244,9 1.323,2 . Minyak sawit 1.632,0 1.971,7 1.576,

43 . T e h 123,9 84,9 79,24 . Kop i 349,9 289,3 215,65 . L a d a 27,7 35,8 57,86 . Tembakau 37,3 30,9 22,07 . Udang

(segar/awetan)98,6 99,5 94,8

8 . Ikan segar 262,1 113,3 112,89 . Kulit ternak 1,3 1,4 1,2

10 . Jagung 52,1 34,1 52,611 . Kacang tanah 1,3 2,5 0,912 . Gaplek/Ubi Kayu 925,0 684,9 49,8

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

XII/42

Page 47: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 21PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR

HASIL—HASIL PERIKANAN 1) 1993, 1994 — 1995

(ton)

Repelita VINo. Jenis Komoditi 1993 1994 2) 1995 3)

1 Udang segar/awetan 98.569 99.523 94.810

2 Ikan segar 262.093 113.279 112.790

3 K a t a k 4.912 3.858 5.080

4 Ikan hias 3.161 3.232 2.910

5 Ubur—ubur 3.834 4.038 3.140

6 Lainnya 156.644 296.640 355.610

1) Angka tahunan 2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

XII/43

Page 48: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 22PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR

KOMODITI PERKEBUNAN 1)

1993, 1994 — 1995(ribu ton)

Repelita VINo. Jenis Komoditi 1993 1994 2) 1995 3)

1 K a r e t 1.214,6 1.244,9 1.323,9

2 Minyak sawit 1.632,0 1.971,7 1.576,4

3 K o p i 349,9 289,3 215,6

4 T e h 123,9 84,9 79,2

5 L a d a 27,7 35,8 57,8

6 Tembakau 37,3 30,9 22,0

7 Kakao 228,8 231,6 233,6

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

XII/44

Page 49: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 23PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR

HASIL—HASIL TERNAK 1)

1993, 1994 1995Repelita VI

No. Jenis Hasil Ternak 1993 1994 2) 1995 3)

1 . K u l i t : (ton) 1.268,2

1.385,9 1.154,9

Sa pi 975,8 969,6 296,2

K e r b a u 21,8 77,2 484,4

K a m b in g 68,4 134,4 214,9

Domba 202,2 204,7 159,4

2 . Tulang dan tanduk (ton) 2.178,8

2.747,9 1.705,5

3 . DOC ayam bibit (ribu ekor) 63,8 123,9 767,0

4 . Daging ayam broiler (ribu ton)

63,6 1.103,3 1.000,4

5 . Bab i (ribu ekor) 185,4 154,8 160,7

6 . Bulu bebek (ton) 222,9 250,5 390,1

7 Telur bebek (ribu butir) 7,3 5,4 737,5

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

XII/45

Page 50: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

3) Program Pengembangan Transmigrasi

Program pengembangan transmigrasi bertujuan untuk mendukung pengembangan pertanian di daerah permukiman dan lingkungan transmigrasi. Dalam Repelita VI ditekankan pengembangan trans -migrasi pola agro-estate berskala ekonomi dengan komoditas andalan yang mempunyai peluang pasar dan sesua i dengan agroekosistem setempat.

Kegiatan transmigrasi pola PIR-Trans, yang dimulai sejak tahun 1986, sampai dengan Maret 1996 telah membangun perkebunan seluas 523,5 ribu hektare, yang terdiri atas kebun plasma 370 ribu hektare dan kebun inti 153,5 ribu hektare, dengan penempatan transmigran sebanyak 276.130 KK. Lokasi PIR-Trans diutamakan di 12 propinsi di luar Jawa dengan komoditas kelapa sawit, kelapa hibrida dan kakao.

Melalui program transmigrasi pada tahun kedua Repelita VI telah dilakukan pembukaan lahan sebesar 44,3 ribu hektare terdiri atas lahan pekarangan seluas 27,6 ribu hektare dan lahan usaha seluas 16,7 ribu hektare. Keseluruhan transmigran yang telah ditempatkan berjumlah 76.322 KK.

C. PENGAIRAN

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Sasaran pembangunan pengairan selama Repelita VI adalah memadainya penyediaan air bagi permukiman, pertanian, industri, pariwisata, kelistrikan, dan keperluan lainnya. Sasaran lainnya adalah terciptanya sistem pengelolaan dan distribusi air yang efisien dan

XII/46

Page 51: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

efektif. Sasaran selanjutnya adalah meningkatnya peran serta masya-rakat di dalam pembangunan pengairan dan terciptanya tatanan kelembagaan pengairan yang andal.

Sasaran pembangunan pengairan dalam Repelita VI antara lain berupa penyediaan air sebesar 210 meter kubik per detik untuk permukiman, 3.700 meter kubik per detik untuk persawahan, 380 meter kubik per detik untuk pertambakan, sekitar 20 meter kubik per detik untuk peternakan, dan 110 meter kubik per detik untuk sektor industri dan pariwisata. Untuk mencapai sasaran tersebut, ditetapkan pula sasaran pembangunan fisik antara lain berupa 5 unit waduk, 250 unit bendung, 2.150 kilometer saluran primer, 300 ribu hektare pencetakan sawah, 600 kilometer saluran tata air rawa, 470 kilometer saluran tambak, serta pengamanan pada pantai sepanjang 40 kilometer.

Untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut, kebijaksanaan umum pembangunan pengairan adalah meningkatkan efisiensi dan produktivi-tas pemanfaatan air, serta meningkatkan penyediaan air untuk permu-kiman, pembangunan pertanian, industri, pariwisata, dan kelistrikan. Pembangunan pengairan juga dilaksanakan guna meningkatkan pera-nannya untuk mengurangi kesenjangan dan mengentaskan penduduk dari kemiskinan, serta menjaga kelestarian sumber daya alam dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup.

Selain itu dikembangkan pula kebijaksanaan khusus yang melipu-ti pemantapan prasarana pengairan, peningkatan pemanfaatan sumber daya air, pengendalian kerusakan lingkungan hidup, dan pemantapan kelembagaan pengairan.

Upaya untuk mencapai sasaran serta melaksanakan kebijaksanaan tersebut di atas, ditempuh melalui lima program pokok dan lima

XII/47

Page 52: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

program penunjang. Program pokok terdiri atas (i) program pengem-bangan dan konservasi sumber daya air, (ii) program penyediaan dan pengelolaan air baku, (iii) program pengelolaan sungai, danau, dan sumber air lainnya, (iv) program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, serta (v) program pengembangan dan pengelolaan daerah rawa. Adapun kelima program penunjang adalah (i) program pendayagunaan dan pengembangan kelembagaan; (ii) program pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan; (iii) program penyelamatan hutan, tanah, dan air; (iv) program pembinaan daerah pantai; serta (v) program penelitian dan pengembangan teknologi pengairan.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Kedua Repelita VI

Dalam tahun kedua Repelita VI, pembangunan pengairan telah berhasil menyelesaikan pembangunan beberapa waduk, embung, saluran pembawa, bendung termasuk bendung karet, yang secara keseluruhan bermanfaat dalam meningkatkan penyediaan air sekitar 32 persen, yaitu dari sebesar 194 meter kubik per detik pada tahun pertama Repelita VI menjadi 256 meter kubik per detik, atau mende-kati 30 persen dari sasaran Repelita VI yaitu peningkatan penyediaan air sebesar 210 meter kubik per detik. Selanjutnya, pembangunan pengairan juga telah meningkatkan dukungannya pada pembangunan pertanian melalui kegiatan-kegiatan pembangunan jaringan irigasi baru, perbaikan dan rehabilitasi jaringan irigasi, pencetakan sawah baru, dan pengembangan daerah rawa. Dalam rangka meningkatkan keamanan masyarakat dari ancaman bencana banjir dan banjir lahar, telah diselesaikan pula berbagai prasarana pengendali, baik di perko-taan maupun di daerah sentra produksi pertanian. Adapun hasil pembangunan pada tahun kedua Repelita VI untuk masing-masing program adalah sebagai berikut.

XII/48

Page 53: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

a. Program Pokok

1) Program Pengembangan dan Konservasi Sumber daya Air

Untuk meningkatkan produktivitas pemanfaatan sumber daya air melalui peningkatan efisiensi dan efektivitas prasarana pengairan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang masih hidup di bawah garis kemiskinan di perdesaan dan daerah terisolasi, dilaksana-kan program pengembangan dan konservasi sumber daya air. Kegiatan pokok program ini meliputi antara lain pembangunan dan rehabilitasi waduk, pembangunan embung, serta upaya-upaya dalam melestarikan sumber daya air.

Dalam upaya meningkatkan keandalan penyediaan air di musim kemarau bagi permukiman, pertanian, dan keperluan lainnya, dalam tahun 1995/96 telah diselesaikan pembangunan 3 unit waduk yaitu Waduk Nusa Dua di Bali, Waduk Kalola di Sulawesi Selatan, dan Waduk Pondok di Jawa Timur. Selain itu, dilanjutkan pula pem-bangunan beberapa waduk untuk berbagai keperluan, yaitu Waduk Bili-Bili di Sulawesi Selatan, Waduk Sermo di Yogyakarta, Waduk Batutegi di Lampung, Waduk Wonorejo di Jawa Timur, serta dilan -jutkan kegiatan dalam rangka persiapan pembangunan Waduk Jatigede di Jawa Barat. Kegiatan lain adalah melanjutkan rehabilitasi waduk-waduk lama yang kondisinya sudah menurun, antara lain Waduk Cengklik dan Baran di Jawa Tengah, serta Wlingi di Jawa Timur. Dengan upaya pembangunan tersebut maka jumlah waduk yang pada tahun 1994/95 berjumlah 43 unit bertambah menjadi 46 unit (Tabel XlI-24).

Dalam tahun 1995/96, kegiatan pembangunan embung telah menyelesaikan sebanyak 102 unit embung berbagai ukuran meningkat cukup besar dari 33 unit di tahun 1994/95, terutama di daerah-daerah

XII/49

Page 54: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

rawan air di kawasan timur Indonesia. Sebagian besar embung terse-but dibangun di kawasan perdesaan dan diharapkan dapat dimanfaat-kan oleh penduduk di sekitarnya bagi pertanian, peternakan, serta air minum perdesaan. Dengan hasil tersebut, jumlah embung sebesar 197 unit pada tahun 1994/95 bertambah menjadi 299 unit (Tabel XII-24).

Kegiatan pengelolaan serta pengaturan alokasi air secara terpadu dilanjutkan dengan menangani 10 wilayah sungai, khususnya di daerah-daerah yang kebutuhan airnya meningkat dengan pesat, antara lain di wilayah sungai Jratunseluna di Jawa Tengah, Ciujung-Cili -man di Jawa Barat, serta Pekalen-Sampean di Jawa Timur. Kegiatan tersebut diikuti dengan upaya pembentukan unit pengelola sumber air di setiap wilayah sungai.

2) Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku

Dalam rangka meningkatkan penyediaan air baku untuk permu-kiman, industri, pariwisata, dan keperluan lainnya, baik di daerah perkotaan maupun perdesaan, dilaksanakan program penyediaan dan pengelolaan air baku. Kegiatan pokok program ini antara lain berupa pembangunan bendung air baku, serta pembangunan dan rehabilitasi saluran air baku.

Pada tahun 1995/96, antara lain telah diselesaikan rehabilitasi dan pemeliharaan saluran sepanjang 22 km, pembangunan 1 unit bendung air baku serta 32 km saluran pembawa air baku. Manfaat prasarana tersebut antara lain adalah untuk penyediaan air baku kota-kota Jakarta, Semarang, Cilegon, dan Ujung Pandang. Dibandingkan dengan tahun 1994/95, panjang saluran air baku bertambah dari 76 km menjadi 108 km, jumlah bendung dari 6 unit menjadi 7 unit, serta perbaikan dan pemeliharaan saluran dari 57 km menjadi 79 km (Tabel XII-24).

XII/50

Page 55: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

3) Program Pengelolaan Sungai, Danau, dan Sumber Air Lainnya

Upaya melestarikan kondisi dan fungsi sumber air sekaligus menunjang daya dukung lingkungannya serta meningkatkan nilai manfaat sumber air dilaksanakan melalui program pengelolaan sungai, danau, dan sumber air lainnya. Program ini kecuali ditujukan untuk pengamanan daerah permukiman dan sentra produksi dari bencana banjir termasuk banjir lahar, juga dimaksudkan untuk mengelola sumber air seperti sungai dan danau agar tetap terjaga kelestarian fungsinya. Kegiatan pokok program ini antara lain berupa kegiatan perbaikan dan pengendalian sungai, pembangunan prasarana pengen-dali banjir dan banjir lahar, serta kegiatan operasi dan pemeliharaan sungai dan danau.

Dalam tahun 1995/96, kegiatan perbaikan dan pengendalian alur sungai dilaksanakan pada beberapa ruas sungai kritis sepanjang 295 km (Tabel XII-24), dalam bentuk berbagai prasarana seperti: waduk tunggu, tanggul, perbaikan alur, perkuatan tebing, saluran banjir, dan stasiun pompa. Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan keamanan terhadap bencana banjir di kota-kota, antara lain Jakarta, Semarang, Surabaya dan Bandung, serta daerah rawan banjir di sepanjang pantai utara Jawa Tengah dan Jawa Barat. Selain itu, kegiatan pengendalian banjir juga untuk mengamankan sentra produk-si pertanian di sepanjang sungai-sungai antara lain Bengawan Solo, Brantas, Citanduy, Indragiri, dan Batanghari. Selanjutnya, untuk mengendalikan daya rusak banjir lahar akibat letusan gunung berapi dan sekaligus melindungi desa dan kota di bagian hilirnya, telah di -selesaikan antara lain 3 unit bangunan pengendali dan kantung lahar di G.Semeru, 6 unit di G.Merapi, serta dilanjutkan pembangunan tero-wongan pengendali di G.Galunggung.

XII/51

Page 56: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

Untuk memelihara kelestarian fungsi sungai, dalam tahun 1995/96 telah dilaksanakan kegiatan operasi dan pemeliharaan pada ruas-ruas sungai dengan panjang total 2.251 km (Tabel XII-24). Lokasi kegiatan terletak antara lain pada alur sungai-sungai Arakundo di Aceh, Asahan dan Ular di Sumatera Utara, Batang Arau di Sumatera Barat, Progo di Yogyakarta, dan Kapuas di Kalimantan Barat.

Dalam rangka konservasi sumber daya air, dilakukan kegiatan operasi dan pemeliharaan pada 6 danau kritis (Tabel XII-24), yaitu Danau Toba di Sumatera Utara, Rawa Pening di Jawa Tengah, Semayang di Kalimantan Timur, Tempe di Sulawesi Selatan, serta Limboto dan Tondano di Sulawesi Utara. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain berupa pengerukan, pengendalian gulma, serta pengendali -an sedimentasi. Dibandingkan dengan tahun 1994/95 yang menangani 5 danau kritis, cakupan kegiatan ini ada sedikit peningkatan.

4) Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi

Sebagai upaya mengamankan produksi beras serta sekaligus melestarikan swasembada pangan, khususnya beras, dilaksanakan program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, di samping juga ditujukan untuk menunjang peningkatan produksi pertanian lainnya. Upaya mendukung peningkatan produksi pangan, kecuali untuk mengimbangi peningkatan konsumsi akibat pertambahan pendu-duk, juga dalam rangka antisipasi terhadap terjadinya kegagalan panen akibat kemarau panjang. Kegiatan pokok program ini antara lain adalah berupa pembangunan jaringan irigasi, rehabilitasi dan pening-katan jaringan irigasi, pencetakan sawah baru, serta operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi.

XII/52

Page 57: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

Pembangunan jaringan irigasi baru pada tahun 1995/96 berhasil menambah areal irigasi seluas 70 ribu hektare, dalam bentuk penye-diaan prasarana pada lahan tadah hujan maupun pembukaan lahan produksi di daerah baru. Pembangunan jaringan irigasi meningkat dari seluas 1.743.253 hektare pada tahun 1994/95 menjadi seluas 1.813.253 hektare (Tabel XII-24). Lokasi kegiatan antara lain adalah di daerah irigasi Jantho di Aceh, Batang Teso di Riau, Merancang di Kalimantan Timur, Soa dan Mataiyang di Nusa Tenggara Timur, Salomeko di Sulawesi Selatan, serta Arso di Irian Jaya, terdiri atas antara lain saluran primer dan saluran sekunder sepanjang 717 km, dan bendung 28 unit (Tabel XII-24). Di samping itu, pada daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh air permukaan dibangun prasarana irigasi .air tanah, yang sekaligus bermanfaat untuk penyediaan air minum perdesaan, antara lain di Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali, dan Nusa Tenggara Timur. Bila dibandingkan dengan pembangunan jaringan irigasi baru tahun 1994/95 sebesar 85 ribu hektare serta sasaran tahun kedua Repelita VI sebesar 80 ribu hektare, kegiatan di tahun 1995/96 mengalami sedikit penurunan antara lain karena diberi-kan prioritas pada perbaikan irigasi desa.

Dalam upaya mengembalikan kinerja dan efisiensi jaringan iriga-si yang mengalami kerusakan, dilakukan kegiatan rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi pada areal seluas 139.500 hektare, antara lain di Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan dan Jawa Timur. Kegiatan ini kecuali akan mengembalikan tingkat keandalan penyediaan air irigasi juga di beberapa tempat berhasil menambah areal pelayanannya. Dalam upaya meningkatkan keandalan penye-diaan air irigasi serta mengatasi masalah kekurangan air akibat terja-dinya kemarau panjang, pada tahun 1995/96 telah diselesaikan perbaikan dan peningkatan sistem irigasi perdesaan seluas 611.339 hektare, yang tersebar di 26 propinsi di luar DKI Jakarta. Kegiatan -nya antara lain adalah meningkatkan bangunan-bangunan seperti

XII/53

Page 58: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

bendung, saluran, dan bangunan-bangunan lainnya, menjadi bangunan permanen sehingga tidak mudah rusak sehingga meningkatkan pula keandalan penyediaan air. Upaya tersebut kecuali meningkatkan areal sawah yang memperoleh air di musim kemarau dan meningkatkan produktivitas per hektarnya, juga sekaligus akan meningkatkan penda-patan petani. Sistem pelaksanaan yang melibatkan petani sebagaimana dirintis sejak tahun 1994/95 dilanjutkan, sehingga tanggung jawab petani dalam pengelolaan selanjutnya dapat tetap dipertahankan. Di samping perbaikan irigasi desa, dilaksanakan pula rehabilitasi jaringan irigasi sekitar 139.500 hektare. Dengan demikian, keseluruhan kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi pada tahun 1995/96 telah dilaksa-nakan pads areal seluas 750.839 hektare.

Guna menunjang pembangunan jaringan irigasi baru Serta mengoptimalkan prasarana irigasi yang telah dibangun, dilaksanakan pencetakan sawah baru seluas 76.334 hektare di berbagai propinsi di luar Jawa, khususnya pada daerah yang telah dibangun prasarana irigasinya. Dibandingkan dengan tahun 1994/95 yang mencapai sebesar 30 ribu hektare, kegiatan pencetakan sawah baru pada tahun kedua Repelita VI mengalami peningkatan lebih dari dua setengah kali lipat. Dengan demikian, maka kegiatan pencetakan sawah yang pada tahun 1994/95 mencakup seluas 365.984 hektare bertambah menjadi seluas 442.318 hektare (Tabel XII-24).

Selanjutnya, dalam rangka mempertahankan produktivitas sawah beririgasi, dilakukan kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana irigasi pada areal seluas 5.943.000 hektare yang mencakup saluran primer dan sekunder sepanjang 266.176 km (Tabel XII-24), antara lain di Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Sulawesi Selatan. Sebagian besar kegiatan ini ditangani oleh masing-masing pemerintah daerah

XII/54

Page 59: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

melalui program Inpres, yang dalam pelaksanaannya bekerja sama dengan kelompok tani yang bersangkutan.

5) Program Pengembangan dan Pengelolaan Daerah Rawa

Dalam rangka menyediakan lahan produksi, baik untuk pertanian maupun perikanan darat, dilaksanakan program pengembangan dan pengelolaan daerah rawa. Sebagian besar kegiatan program ini dilak-sanakan untuk menunjang pengembangan areal produksi tanaman pangan, khususnya di lokasi transmigrasi, sedang pada lokasi yang jenis tanahnya kurang sesuai untuk tanaman padi pemanfaatannya diarahkan untuk pengembangan perkebunan, seperti kelapa sawit dan kelapa hibrida. Kegiatan pokok program ini antara lain berupa peningkatan tata air daerah rawa serta pengembangan areal per-tambakan.

Dalam tahun 1995/96, upaya peningkatan tata air rawa pasang surut dan rawa non pasang surut dilaksanakan pada areal sekitar 89,9 ribu hektare, yang meliputi peningkatan saluran primer dan saluran sekunder sepanjang 256 km, antara lain di daerah Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Irian Jaya. Kecuali diarahkan untuk penyediaan lahan produksi pangan bagi areal transmigrasi, di beberapa lokasi seperti di Riau dan Sumatera Selatan kegiatan pengembangan daerah rawa ditujukan untuk menunjang pengembangan perkebunan dengan pola PIR-Trans.

Salah satu upaya penting dalam pengembangan daerah rawa adalah dimulainya persiapan pembukaan lahan gambut seluas 1 juta hektare di Propinsi Kalimantan Tengah. Kegiatan ini dilakukan dengan mengatur tata air sedemikian rupa sehingga lahan yang ada dapat dipergunakan sebagai areal produksi pangan, khususnya padi. Namun demikian, mengingat dari seluruh areal seluas I juta hektare

XII/55

Page 60: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

tersebut tidak seluruhnya sesuai untuk tanaman padi, maka sebagian arealnya akan dikembangkan dengan tanaman produktif lainnya. Pembukaan areal produksi seluas 1 juta hektare tersebut dilaksanakan tanpa mengabaikan norma-norma kelestarian lingkungan, sehingga dalam pelaksanaannya kondisi lingkungan hidup dapat dipertahankan. Dengan upaya ini, diharapkan swasembada pangan dapat dipertahan-kan, sehingga keamanan pangan nasional tetap dapat dijamin. Dalam tahun 1995/96, telah dilaksanakan studi dan pengkajian desain tata air serta dimulai pembangunan saluran induk primer.

Kegiatan pengembangan areal pertambakan meliputi peningkatan dan penyediaan tata saluran tambak pada areal seluas 1.780 hektare dengan membangun saluran primer sepanjang 86 km yang dilaksana-kan antara lain di Aceh, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Hasil kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani tambak serta memberikan lapangan kerja pada areal pembukaan. tambak baru.

Kegiatan-kegiatan tersebut menambah areal pengembangan rawa yang pada tahun 1994/95 seluas 1.280.904 hektare menjadi seluas 1.372.584 hektare..

b. Program Penunjang

1) Program Pendayagunaan dan Pengembangan Kelembagaan Pengairan

Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, serta dalam upaya meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan pengairan dilaksanakan program pendayagunaan dan pengembangan kelembagaan pengairan. Dengan pendayagunaan tersebut diharapkan hasil pengembangan serta pemanfaatan sumber daya air dapat optimal,

XII/56

Page 61: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

serta dapat meningkatkan apresiasi masyarakat akan nilai air. Kegiatan pokok program ini antara lain adalah peningkatan keterpaduan dalam pengelolaan sumber daya air, serta peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan pengairan.

Upaya peningkatan keterpaduan dalam pengelolaan sumber daya air antara lain dilaksanakan melalui peningkatan koordinasi unit-unit terkait, baik di pusat maupun di daerah, dalam penetapan alokasi pemanfaatan air termasuk upaya-upaya konservasinya. Pada beberapa wilayah sungai yang mempunyai potensi konflik pemanfaatan air, pengembangan kelembagaan dilakukan melalui pembentukan dan pemantapan unit-unit pengelola.

Selain itu, penyerahan pengelolaan jaringan irigasi skala kecil dengan luas kurang dari 500 hektare terus dilanjutkan dengan penyerahan areal seluas 40.858 hektare kepada 395 kelompok tani. Sampai dengan tahun kedua Repelita VI telah diserahkan jaringan irigasi seluas 185.227 hektare di seluruh Indonesia kepada 2.241 kelompok tani.

2) Program Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Pengairan

Peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang pengem-bangan sumber daya air dilaksanakan melalui program pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan pengairan. Pelaksanaan program ini juga diharapkan akan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perlunya melakukan efisiensi penggunaan air serta perlunya menjaga kelestarian sumber daya air guna menjaga kelangsungan fungsinya. Kegiatan pokok program ini adalah berupa pendidikan, pelatihan, serta berbagai bentuk penyuluhan.

XII/57

Page 62: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari untuk menghadapi tantangan pembangunan pengairan yang semakin meningkat. Dalam program ini diselenggara-kan berbagai pendidikan, kursus, penataran, serta pelatihan. baik di pusat maupun di daerah. Dalam tahun 1995/96, berbagai jenis pendidikan, kursus, dan kursus singkat di bidang pengairan, baik di dalam maupun di luar negeri, telah diikuti oleh 137 peserta.

3) Program Penyelamatan Hutan, Tanah, dan Air

Dalam rangka menjaga kualitas lingkungan daerah aliran sungai guna menjaga kelestarian sumber air dan meningkatkan kualitas air sehingga aman bagi kesehatan masyarakat, serta menjaga kualitas lingkungan hidup, dilaksanakan program penyelamatan hutan, tanah, dan air. Kegiatan pokok program ini antara lain berupa upaya melin-dungi daerah hulu dan daerah tangkapan waduk dari kerusakan ling-kungan.

Pelaksanaan program ini dititik beratkan pada upaya memelihara kelestarian fungsi alur sungai dari pengaruh erosi dan sedimentasi, melalui stabilisasi dan konservasi daerah hulu sungai. Berbagai kegiat-an yang dilaksanakan antara lain berupa pembangunan checkdam, terasering, serta penghijauan/penghutanan daerah hulu. Guna menun-jang kegiatan tersebut, berbagai upaya non-struktural juga dilaksana-kan, antara lain melalui pengaturan sempadan sungai dan pengaturan kawasan lindung, beserta penyuluhan dan pemasyarakatannya.

4) Program Pembinaan Daerah Pantai

Pelestarian ekosistem pantai dan pengendalian kerusakan ling-kungan pantai, khususnya yang diakibatkan oleh abrasi pantai, dilak-sanakan melalui program pembinaan daerah pantai. Program ini seka-

XII/58

Page 63: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

ligus ditujukan untuk mengamankan daerah-daerah potensial dari ancaman kerusakan akibat gelombang laut. Kegiatan pokok program ini adalah pembangunan berbagai prasarana pengaman pantai seperti tanggul pengaman, pemecah ombak, dan pengarah arus laut.

Kegiatan dalam tahun 1995/96 mencakup pengamanan pantai sepanjang 7 km, untuk mengamankan beberapa daerah wisata di Bali serta mengamankan kota Manado, sedikit meningkat dibandingkan dengan tahun 1994/95 sepanjang 6 km (lihat Tabel XII-24). Dengan demikian, upaya pengamanan pantai pada tahun kedua Repelita VI telah mencakup 30 km di berbagai lokasi di Indonesia.

5) Program Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengairan

Dalam rangka peningkatan efisiensi dan produktivitas pemanfaatan sumber daya air diperlukan dukungan iptek. Untuk itu dikembangkan program penelitian dan pengembangan teknologi pengairan, yang kegiatan pokoknya adalah penelitian dan pengkajian serta pengembangan teknologi dalam menunjang pembangunan pengairan.

Dalam tahun 1995/96, kegiatan yang dilaksanakan meliputi penelitian efisiensi bangunan pengendali sedimen, efisiensi bangunan pengendali aliran lahar, penanggulangan keasaman pada daerah pengembangan rawa, pengkajian pola pengembangan air tanah di beberapa daerah, serta berbagai jenis penelitian yang berkaitan dengan efektivitas bangunan pengairan.

XII/59

Page 64: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 24PERKEMBANGAN PELAKSANAAN

PROGRAM—PROGRAM PEMBANGUNAN PENGAIRAN 1)

1993/94,1994/95 — 1995/96Repelita VI

No. U r a i a n Satuan 1993/94 1994/95 1995/962)

1. Pengembangan dan Konservasi Sumber Days Air :— Rehabilitasi Waduk unit — 3 0 4)

Pembangunan Waduk unit 40 43 46 3)

— Pembangunan embung unit 164 197 299

2. Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku :— Rehabilitasi saluran air baku km 56 57 79— Pembangunan saluran pembawa km 29 76 108— Pembangunan bendung unit I 65) 7

3. Pengelolaan Sungai, Danau, dan Sumber air Lainnya :— Operasi dan Pemeliharaan Sungai km 920 2.251 4)

— Operasi dan Pemeliharaan Danau unit — 5 6 4)

— Perbaikan dan Pengendalian Alur Sungai ha 1.989.071 2.034.090 2.133.071km 400 295 4)

— Pembangunan Dam Pengendalian dan Kantung Lahar unit 259 265 274

4. Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi :— Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi ha 5.574.936 5.728.735 5.943.000 4)

— Saluran Irigasi (primer dan sekunder) km 264.712 5) 266.176 4)

— Rehabilitasi ha 2.927.309 3.067.309 3.818.148— Pembangunan Jaringan Irigasi ha 1.658.253 1.743.253 1.813.253— Saluran Irigasi (primer dan sekunder) km 690 717 4)

— Pembangunan Bendung unit 39 28 4)— Cetak Sawah ha 335.984 365.984 442.318

5. Pengembangan dan Pengelolaan Daerah Rawa :— Pengembangan Jaringan Rawa/Tambak ha 1.164.804 1.280.904 1372.584— Saluran Rawa/Tambak km 774 342 4)

6. Pembinaan Daerah Pantai km 17 23 30

1) Angka kumulatif sejak Repelita I2) Angka sementara3) Tidak termasuk waduk yang dibangun oleh PLN4) Untuk satu tahun anggaran5) Angka diperbaiki.. = Data tidak tersedia

XII/60

Page 65: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

D. KEHUTANAN

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Sasaran pokok pembangunan kehutanan dalam Repelita VI adalah terpeliharanya hutan alam yang masih utuh seluas 92,4 juta hektare melalui pemantapan sistem pengelolaan hutan berkelanjutan yang mengarah pada terwujudnya optimalisasi fungsi ekologis serta peningkatan fungsi sosial-ekonomi hutan.

Untuk menjamin kelestarian hutan dan sediaan bahan baku bagi industri dan konsumsi lokal, maka sasaran produksi kayu bulat selama Repelita VI adalah sebesar 188,3 juta meter kubik atau rata-rata sekitar 37,67 juta meter kubik per tahun bersumber dari hutan alam produksi tetap sekitar 22,53 juta meter kubik, hutan alam konversi 3,72 juta meter kubik, hutan tanaman 2,71 juta meter kubik, dan hutan tanaman rakyat serta kebun rakyat 8,71 juta meter kubik. Selanjutnya, dalam Repelita VI sasaran produksi hasil hutan nonkayu, yaitu produksi rotan sekitar 1.360 ribu ton, getah 364 ribu ton, tengkawang 29,8 ribu ton, tepung sagu 30 ribu ton, dan kayu bakar 788,6 juta meter kubik. Selain itu dikembangkan hasil hutan lain seperti madu lebah, nipah, jasa wisata alam, jasa ekologis, dan plasma nutfah.

Dalam rangka mencapai sasaran tersebut di atas, kebijaksanaan pembangunan kehutanan pada pokoknya meliputi upaya untuk memantapkan kawasan hutan dan meningkatkan mutu serta produkti -vitas hutan negara dan hutan rakyat; meningkatkan efisiensi dan produktivitas pengelolaan hutan dan hasil hutan; meningkatkan peran serta masyarakat dan menanggulangi kemiskinan sekitar hutan serta meningkatkan pendapatan daerah tertinggal; meningkatkan peran serta koperasi, usaha menengah, kecil, dan tradisional dalam pembangunan

XII/61

Page 66: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

kehutanan; meningkatkan upaya pelestarian hutan sebagai pelindung lingkungan hidup dan ekosistem; dan meningkatkan kemampuan pengelolaan hutan di daerah.

Untuk melaksanakan kebijaksanaan tersebut di atas disusun program-program pembangunan, yang terdiri atas program pokok dan program penunjang. Program pokok meliputi program pemantapan kawasan hutan dan peningkatan produktivitas hutan alam; program pembangunan hutan tanaman baru; program pengembangan usaha perhutanan rakyat; dan program pengembangan usaha pengolahan hasil hutan. Sedangkan program penunjang terdiri dari 10 program, yaitu program penataan ruang; program penataan pertanahan; program inventarisasi dan evaluasi sumber alam dan lingkungan hidup; program penyelamatan hutan, tanah dan air; program rehabi-litasi lahan kritis; program pembinaan daerah pantai; program peneli -tian dan pengembangan kehutanan; program pengembangan usaha menengah dan kecil; program pengerahan dan pembinaan transmigrasi dan peramba1 hutan; dan program pendidikan, pelatihan, dan penyu-luhan kehutanan.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Kedua Repelita VI

Kegiatan pembangunan kehutanan yang dilakukan pada tahun kedua Repelita VI ditekankan pada upaya pemantapan status kawasan hutan tetap, peningkatan pengawasan pengelolaan hutan alam, peningkatan efisiensi pengolahan hasil hutan, dan pemantapan pengelolaan kawasan konservasi. Produksi hasil hutan yang berupa kayu rimba dan kayu jati pada tahun kedua Repelita VI mencapai 24,8 juta meter kubik atau 92,8 persen dari sasaran yang telah ditetapkan. Sementara itu pengetatan pengawasan pengelolaan hutan alam telah menurunkan jumlah HPH dan mendorong pengelolaan hutan secara

XII/62

Page 67: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

terpadu antara swasta dan BUMN kehutanan. Pengelolaan kawasan konservasi dimantapkan melalui konsep keterpaduan konservasi dan pembangunan dengan melibatkan masyarakat dan swasta serta pemerintah daerah. Hasil selengkapnya diuraikan menurut masing-masing program.

a. Program Pokok

1) Program Pemantapan Kawasan Hutan dan Peningkatan Produktivitas Hutan Alam

Program pemantapan kawasan hutan dan peningkatan produktivitas hutan alam ditujukan untuk meningkatkan pemantapan kawasan hutan produksi tetap dan produktivitas hutan alam untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri hasil hutan secara lestari.

Pada tahun kedua Repelita VI telah dilaksanakan penataan batas kawasan hutan sepanjang 20,5 ribu kilometer atau meningkat 14,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya, terdiri atas batas luar sepanjang 14,3 ribu kilometer dan batas fungsi sepanjang 6,2 ribu kilometer (Tabel XII-25). Penataan batas tersebut dilaksanakan dalam rangka pemantapan kawasan hutan tetap seluas 113 juta hektare. Pengukuran batas areal kerja HPH juga telah dilakukan sepanjang 11,9 ribu kilometer atau mencapai 79,5 persen dari target sepanjang 15,0 ribu kilometer, untuk menjamin kepastian hukum dalam menerapkan sistem pengelolaan dan pengawasan HPH.

Perkembangan pengusahaan hutan yang dilaksanakan oleh swasta terus ditingkatkan pengendaliannya secara efektif dan efisien. Sampai dengan tahun kedua Repelita VI jumlah HPH turun dari 540 unit menjadi 483 unit atau turun sebesar 10,6 persen, sedangkan luas areal

XII/63

Page 68: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

turun dari 61,0 juta hektare menjadi 56,1 juta hektare atau turun sebesar 8 persen dibandingkan tahun sebelumnya (Tabel XII-26). Terjadinya penurunan jumlah dan luas HPH itu disebabkan makin ketatnya pengawasan pengelolaan HPH yang disertai dengan tuntutan agar pengusahaan hutan produksi dilaksanakan melalui pengelolaan hutan secara lestari.

Pelaksanaan sistem tebang pilih tanam Indonesia (TPTI) secara lengkap dan benar oleh pemegang HPH merupakan faktor penting dalam mendukung kelestarian dan produktivitas hutan alam. Pe-nanaman pengkayaan yang dilaksanakan dengan sistem TPTI pada tahun kedua Repelita VI mencapai 566 ribu hektare. Untuk mendukung penyediaan bibit yang bermutu dalam jumlah yang cukup para pemegang HPH diwajibkan membuat kebun pangkas yang berasal dari stek pucuk. Pada tahun kedua Repelita VI realisasi pembangunan kebun pangkas mencapai 300 hektare atau 110 persen dari target yang direncanakan. Sementara itu produksi kayu bulat rimba dan jati pada tahun kedua Repelita VI adalah 24,8 juta meter kubik yang berarti meningkat sebesar 3,2 persen dibanding tahun sebelumnya (Tabel XII-27).

2) Program Pembangunan Hutan Tanaman Baru

Program pembangunan hutan tanaman baru bertujuan untuk meningkatkan potensi hutan tanaman yang dibangun di dalam kawasan hutan produksi dalam rangka meningkatkan produksi hasil hutan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kehutanan. Selain itu program tersebut dimaksudkan untuk menambah luas kawasan yang berhutan dengan tidak mengubah hutan alam menjadi hutan tanaman, sehingga konversi hutan alam yang masih utuh dan produktif dapat dihindari. Dalam pembangunan hutan tanaman baru, keanekaragaman hayati dalam hutan tanaman

XII/64

Page 69: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

ditingkatkan melalui pencampuran jenis yang tepat dan sesuai dengan ekosistemnya serta mengutamakan penanaman dengan jenis pohon unggulan setempat.

Berkaitan dengan pembangunan hutan tanaman baru tersebut, sampai dengan tahun kedua Repelita VI telah dibangun hutan tanaman industri (HTI) seluas 1.581,1 ribu hektare, atau meningkat 17,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya (Tabel XII-28). HTI tersebut terdiri atas HTI Pulpa 634,1 ribu hektare, HTI Kayu Perkakas 667,7 ribu hektare, HTI Trans 150,1 ribu hektare, dan penanaman jenis unggulan lainnya 129,1 ribu hektare.

3) Program Pengembangan Usaha Perhutanan Rakyat

Program pengembangan usaha perhutanan rakyat bertujuan untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pembangunan hutan tanaman pada lahan milik rakyat, milik marga, dan hutan konversi yang tidak berhutan, sehingga masyarakat akan memperoleh manfaat dari potensi hutan yang meningkat. Titik berat kegiatan diarahkan untuk mengembangkan hutan rakyat dan hutan kemasyarakatan.

Pada tahun 1995/96 telah dikembangkan 32 unit percontohan hutan rakyat yang mencakup areal seluas 800 hektare dan telah memberikan dampak pada areal sekitarnya seluas 8.200 hektare di 11 propinsi. Jenis tanaman yang dikembangkan antara lain tanaman kayu energi biomassa, tanaman bambu bernilai tinggi, jenis tanaman untuk mengembangkan lebah madu dan ulat sutera, kayu manis, dan buah-buahan. Sampai dengan tahun kedua Repelita VI telah dibangun hutan rakyat seluas 618,8 ribu hektare atau meningkat 19,1 persen dibanding tahun sebelumnya. Pengembangan budidaya lebah madu dan sutera alam terus ditingkatkan di berbagai daerah di Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Pada tahun kedua Repelita VI telah diproduksi

XII/65

Page 70: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

1.500 ton madu lebah dan 167 ton benang sutera. Selain itu untuk meningkatkan produksi lebah madu telah diberikan bantuan sebanyak 500 koloni lebah madu bibit unggul kepada petani.

Pada tahun kedua Repelita VI kegiatan HPH Bina Desa dilaksanakan oleh 391 HPH di 782 desa binaan yang melibatkan 54.807 KK petani di sekitar hutan. Titik berat kegiatannya adalah pada pembinaan untuk mengembangkan dan memantapkan sistem usaha tani yang produktif.

4) Program Pengembangan Usaha Pengolahan Hasil Hutan

Program pengembangan usaha pengolahan hasil hutan bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dari hasil hutan baik hasil hutan berupa kayu maupun nonkayu dalam rangka meningkatkan efisiensi dan rasionalisasi pemanfaatan bahan baku yang semakin terbatas. Dengan program ini diharapkan terjadi perluasan kesempatan kerja dan peningkatan berusaha melalui koperasi, usaha menengah, dan usaha kecil.

Upaya untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan bahan baku terus dilakukan melalui pengembangan industri pengolahan kayu, di samping mendorong pengembangan industri hilir dan diversifikasi produk yang mempunyai keunggulan kompetitif dan nilai tambah tinggi.

Pada tahun kedua Repelita VI produksi kayu gergajian dan pulpa masing-masing adalah sebesar 2,0 juta meter kubik dan 0,9 juta meter kubik atau meningkat masing-masing dengan 16,4 persen dan 4,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut terutama karena semakin meningkatnya kebutuhan kayu gergajian di dalam n e g e r i , s e j a l a n d e n g an s e ma k i n m en i n g k a tn y a a k t i v i t a s

XII/66

Page 71: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

pembangunan. Sebaliknya produksi kayu lapis turun sebesar 6,4 persen, yaitu dari 9,4 juta meter kubik menjadi 8,8 juta meter kubik. Penurunan produksi kayu lapis antara lain karena terjadinya diversifikasi produk kayu olahan ke arah industri kayu gergajian serta industri perkayuan dalam negeri yang mempunyai nilai tambah lebih tinggi (Tabel XII-29).

Realisasi nilai ekspor hasil hutan berupa kayu olahan pada tahun kedua Repelita VI adalah sebesar US$4.291,9 juta atau turun sebesar 17,1 persen (Tabel XII-30). Penurunan nilai ekspor tersebut disebabkan terutama oleh menurunnya nilai ekspor kayu lapis sebesar 2,7 persen, yaitu dari US$4.050,4 juta menjadi US$3.943,0 juta, dan penurunan nilai ekspor kayu olahan lainnya. Nilai ekspor kayu gergajian ke negara-negara di Asia, Eropa dan Australia pada tahun 1995/96 hanya mencapai sebesar US$849 ribu atau turun 58,5 persen (Tabel XII-31). Sedangkan nilai ekspor kayu lapis ke negara-negara di Asia, Eropa, Amerika mencapai US$3,9 miliar atau menurun sebesar 2,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya (Tabel XII-32). Di lain pihak nilai ekspor hasil hutan nonkayu mencapai US$446,9 juta atau meningkat sebesar 12,5 persen dibanding tahun sebelumnya (Tabel XII-33).

b. Program Penunjang

1) Program Penataan Ruang

Program penataan ruang ditujukan untuk menata pemanfaatan ruang dalam suatu wilayah sehingga diperoleh manfaat yang optimal baik secara nasional maupun wilayah. Kegiatan pokoknya adalah inventarisasi dan identifikasi tata guna hutan dalam rangka memaduserasikan antara tata guna hutan kesepakatan (TGHK) dan

XII/67

Page 72: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

rencana tata ruang wilayah propinsi (RTRWP). Sampai dengan tahun kedua Repelita VI usaha pemaduserasian tersebut telah menyelesaikan 18 propinsi, sedangkan 8 propinsi lainnya masih dalam proses. Melalui program ini benturan kepentingan penggunaan lahan dari berbagai sektor dapat dikurangi sehingga pelaksanaan pembangunan dapat lebih berdaya guna.

2) Program Penataan Pertanahan

Program ini ditujukan untuk meningkatkan ketepatan dan kepastian tentang status hukum dan potensi kawasan hutan. Pada tahun kedua Repelita VI pelaksanaan program ini meliputi pelepasan hutan seluas 486,7 ribu hektare untuk budidaya pertanian, pinjam pakai kawasan hutan sebanyak 176 unit, dan pelepasan areal hutan untuk transmigrasi seluas 1.784 hektare di 195 lokasi.

3) Program Inventarisasi dan Evaluasi Sumber Main dan Lingkungan Hidup

Program ini bertujuan untuk mengembangkan informasi sumber daya alam guna menunjang pembangunan kehutanan terutama pemantapan batas kawasan hutan tetap dan batas fungsinya, serta penilaian stok sumber daya hutan. Pada tahun kedua Repelita VI inventarisasi hutan melalui penafsiran citra satelit mencakup areal seluas 52,1 juta hektare; penafsiran potret udara skala 1:20.000 seluas 1,3 juta hektare; pemotretan 387 unit HPH seluas 38,5 juta hektare; pembuatan peta vegetasi 245 unit seluas 25,2 juta hektare; pembuatan peta garis bentuk 284 unit seluas 29,9 juta hektare; dan survei hutan HPH seluas 277,4 ribu hektare.

XII/68

Page 73: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

4) Program Penyelamatan Hutan, Tanah, dan Air

Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam memulihkan dan menjaga serta meningkatkan kelestarian sumber daya hutan terutama di kawasan lindung, sehingga fungsi hutan sebagai penyangga sistem kehidupan meningkat dan lestari. Program ini dilaksanakan melalui pengembangan kawasan pelestarian alam, taman buru, konservasi jenis, perlindungan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dan pengembangan hutan lindung. Kese-luruhan kegiatan ini dilakukan melalui pendekatan sistem secara terpadu.

Pada tahun kedua Repelita VI telah ditetapkan 2 taman nasional (TN) baru, yaitu TN Bukit Tigapuluh dan TN Bentuang Karimun, sehingga keseluruhan taman nasional berjumlah 33 unit dengan total luas 8,9 juta hektare. Sampai dengan tahun kedua Repelita VI kawasan konservasi sumber daya alam berupa cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata, taman buru, dan taman laut masing-masing berjumlah 164 unit, 63 unit, 79 unit, 12 unit, dan 9 unit dengan areal masing-masing seluas 6.111,3 ribu hektare; 4.511,7 ribu hektare; 378,5 ribu hektare; 198,7 ribu hektare; dan 306,5 ribu hek -tare (Tabel XII-34).

Pengembangan taman nasional dan pembinaan masyarakat yang tinggal di sekitarnya secara terpadu terus ditingkatkan. Beberapa proyek percontohan yang dikembangkan dan diharapkan menjadi model baik di tingkat nasional .maupun internasional adalah TN Kerinci Seblat, TN Gunung Leuser, TN Gunung Gede Pangrango, TN Gunung Halimun, TN Kutai, dan TN Siberut.

Sementara itu upaya untuk menanggulangi kebakaran hutan telah mendapat perhatian dari banyak negara diantaranya Jepang, Australia,

XII/69

Page 74: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

Kanada, Jerman dan Amerika Serikat melalui berbagai kegiatan bantuan proyek. Pada tahun kedua Repelita VI hutan yang terbakar mencakup areal seluas 6.705 hektare atau sangat menurun dibanding-kan tahun sebelumnya yaitu seluas 161,9 ribu hektare. Berkurangnya kebakaran hutan tersebut di samping karena faktor iklim yang mendu-kung juga disebabkan peningkatan penyuluhan yang telah dilaksana-kan kepada masyarakat sekitar hutan. Antara lain telah dilakukan pelatihan bagi 58 orang instruktur kebakaran hutan tingkat nasional; pelatihan pengendalian kebakaran hutan bagi 314 orang yang berasal dari LSM, BUMN, dan HPH; serta pelatihan pencegahan dan pema-daman kebakaran hutan yang dilaksanakan di setiap propinsi.

5) Program Rehabilitasi Lahan Kritis

Rehabilitasi lahan kritis ditujukan untuk memulihkan kondisi lahan yang sudah kritis, sehingga fungsinya meningkat baik sebagai sumber daya pembangunan maupun sebagai penyangga sistem kehidupan. Rehabilitasi lahan kritis ini dilaksanakan pada kawasan hutan tetap yang rusak, lahan pertanian kritis, dan lahan kritis lainnya.

Pada tahun kedua Repelita VI telah dilaksanakan reboisasi hutan lindung dan suaka alam seluas 36,9 ribu hektare dan rehabilitasi lahan kritis seluas 522,9 ribu hektare. Di sampling itu dilakukan pula penyusunan pola rehabilitasi lahan dan konservasi tanah (RLKT) di 39 daerah aliran sungai (DAS) meliputi areal 7,6 juta hektare dan rencana teknik lapangan (RTL) di 27 sub DAS seluas 2,5 juta hektare, sebagai acuan pelaksanaan kegiatan reboisasi dan rehabilitasi lahan kritis untuk tahun berikutnya.

XII/70

Page 75: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

6) Program Pembinaan Daerah Pantai

Program ini ditujukan untuk mencegah perusakan lingkungan dan meningkatkan pembinaan pelestarian fungsi ekosistem pantai. Pada tahun kedua Repelita VI telah dilakukan uji coba teknis rehabilitasi hutan bakau di 16 propinsi sebanyak 37 unit dengan areal seluas 3.950 hektare; bantuan bibit kepada petani di sekitar areal uji coba seluas 4.140 hektare; pelatihan bagi 450 orang petugas, petani dan anggota lembaga swadaya masyarakat (LSM); serta pengkajian 11 lokasi baru untuk kawasan konservasi perairan.

7) Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

Program ini ditujukan untuk mengkaji penerapan ilmu-ilmu kehutanan dalam rangka pengelolaan hutan dan pengolahan hasil hutan, serta pengembangan dan penyebaran berbagai paket teknologi yang diperlukan.

Pada tahun kedua Repelita VI kegiatan penelitian dititikberatkan pada konservasi alam hayati ex-situ dan in-situ; silvikultur; inventa-risasi satwa dan flora langka; serta penelitian sosial ekonomi kehutanan, efisiensi pengolahan kayu dan diversifikasi hasil olahan. Tenaga peneliti di bidang kehutanan yang mendukung kegiatan peneli-tian tersebut berjumlah 196 orang yang terdiri atas ahli peneliti seba-nyak 15 orang, peneliti sebanyak 32 orang, ajun peneliti sebanyak 79 orang, dan asisten peneliti sebanyak 54 orang.

8) Program Pengembangan Usaha Menengah dan Kecil

Program ini ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dan peran serta usaha menengah, usaha kecil, dan usaha tradisional dalam

XII/71

Page 76: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

pembangunan kehutanan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperluas lapangan kerja.

Pada tahun kedua Repelita VI telah dilakukan kegiatan HPH Bina Desa yang mencakup 391 HPH dengan pendanaan mencapai Rp.11,0 miliar. Sementara itu 64 perusahaan HPH telah mengalihkan 12.579 ribu lembar saham kepada 351 koperasi senilai Rp.14,3 miliar. Di samping itu telah dilaksanakan pula pengembangan perhutanan rakyat, pemanfaatan dan pengolahan hasil hutan, dan pembangunan hutan tanaman baru.

9) Program Pengerahan dan Pembinaan Transmigrasi dan Perambah Hutan

Tujuan utama dari program ini adalah untuk meningkatkan peran serta, efisiensi, dan produktivitas masyarakat transmigran serta pe-rambah hutan melalui pengembangan dan pembinaan usaha pertanian.

Pada tahun kedua Repelita VI telah dilakukan pelepasan kawasan hutan sebanyak 195 lokasi untuk pemukiman transmigrasi seluas 1.784 hektare dan penelaahan permohonan terhadap 49 lokasi transmigrasi baru.

10) Program Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Kehutanan

Program ini bertujuan meningkatkan kemampuan dan keteram-pilan sumber daya manusia, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas pembangunan kehutanan.

XII/72

Page 77: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

Pada tahun kedua Repelita VI telah dihasilkan sebanyak 345 orang lulusan Sekolah Kehutanan Menengah Atas (SKMA) yang tersebar di 5 lokasi, yaitu SKMA Kadipaten, Pekanbaru, Samarinda, Ujung Pandang dan Manokwari. Sementara itu telah dilaksanakan berbagai pelatihan terutama di bidang pengusahaan hutan, industri kehutanan dan hutan kemasyarakatan sebanyak 6.285 orang di Balai Latihan Kehutanan (Tabel XII-35).

XII/73

Page 78: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 25HASIL PENATAAN DAN INVENTARISASI HUTAN 1)

1993/94, 1994/95— 1995/96

Repelita VINo. Kegiatan Satuan 1993/94 1994/95 2) 1995/96 3)

1. Tata Batas Hutan km 113.593 139.114 159.578

2. Inventarisasi hutan melalui:

a. Penafsiran Citra Satelit— Landsat juta ha 190 220 272

b. Potret Udara— Skala 1:20.000 ribu ha 8.510 10.320 11.589

1) Angka kumulatif2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

XII/74

Page 79: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 26PERKEMBANGAN PENGUSAHAAN HUTAN 1)

1993/94, 1994/95 — 1995/96Repelita VI

No. Jumlah HPH, 1993/94 1994/95 2) 1995/96 3)Luas dan Investasi

1. Jumlah HPH Nasional 575 540 483

2. Luas (ribu ha) 61.700 61.027 56.142

3. Investasi PMDN (Juta Rp)— Logging 7.018.359 7.112.600 7.863.707

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

XII/75

Page 80: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 27PRODUKSI KAYU BULAT RIMBA DAN JATI 1)

1993/94, 1994/95 — 1995/96

Repelita VI

No. Uraian Satuan 1993/94 1994/95 2) 1995/96 3)

1. Kayu Bulat ribu m3 s.b 4) 26.103 23.222 23.894

2.

Rimba

Kayu Bulat ribu m3 s.b 4) 745 805 902Jati

J u m l a h Ribu m3 s.b 4) 26.848 24.027 24.796

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara4) s.b. = setara dengan kayu bulat

XII/76

Page 81: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII - 28PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI 1)

1993/94, 1994/95 - 1995/96(ha)

Repelita VINo. Daerah Tingkat It 1993/94 1994/95 2) 1995/96 3)

Propinsi

1. Daerah Istimewa Aceh 19.615 33.529 49.7912. Sumatera Utara 59.676 70.099 76.5773. Sumatera Barat 2.869 4.631 5.9154. R i a u 108.306 148.234 188.9685. J a m b i 19.171 31.271 48.4686. Bengkulu 315 765 1.0607. Sumatera Selatan 149.806 181.114 197.6988. Lampung 28.822 36.758 38.1859. Jawa Barat 91.019 91.019 91.019

10. Jawa Tengah 55.132 55.132 55.13211. Jawa Timur 81.087 81.087 81.08712. B a l i 500 500 50013. Kalimantan Barat 45.840 62.672 69.69914. Kalimantan Selatan 78.066 111.905 134.06215. Kalimantan Timur 209.163 285.360 338.77316. Kalimantan Tengah 18.106 35.841 60.94117. Sulawesi Utara 0 1.890 3.12918. Sulawesi Tengah 4.521 11.444 15.54219. Sulawesi Selatan 17.987 21.606 23.41120. Sulawesi Tenggara 12.204 12.784 13.33021. Nusa Tenggara Barat 8.752 9.048 9.24222. Nusa Tenggara Timur 15.947 15.947 16.58423. Maluku 20.997 35.810 46.44624. Timor Timur 4.125 4.125 5.15025. Irian Jaya 60 6.301 10.394

Jumlah 1.052.086 1.348.872 1.581.103

1) Angka kumulatif sejak tahun 1987/882) Angka diperbaiki 3). Angka sementara

XII/77

Page 82: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII – 29PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU OLAHAN 1)

1993/94, 1994/95 – 1995/96

1) Angka Tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara4) Tidak termasuk hasil industri kecil

XII/78

Page 83: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 30REALISASI EKSPOR HASIL HUTAN BERUPA KAYU 1)

1993/94, 1994/95 — 1995/96Repelita VI

U r a i a n 1993/94 1994/95 2) 1995/96 3)

Volume(ribu m3)

Nilai(ribu US$)

Volume(ribu m3)

Nilai(ribu US$)

Volume(ribu m3)

Nilai(ribu US$)

Kayu Rimba1. Kayu Gergajian 5 3.983 2 2.047 0,8 8502. Kayu Lapis 9.626 4.752.420 8.666 4.050.381 8.210 3.942.9553. Kayu Olahan lain 1.597 1.122.250 1.597 1.122.250 488,4 348.130

J u m l a h 11.228 5.878.653 10.265 5.174.678 8.699 4.291.935

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

XII/79

Page 84: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 31EKSPOR KAYU GERGAJIAN KE BEBERAPA NEGARA TUJUAN r)

1993/94,1994/95 — 1995196Repelita VI

No. Negara Tujuan 1993194 1991195 2) 1995196 3)Volume

(m3)Nilai

(ribu USS)Volume Nilai Volume

(m3)Nilai(ribu USS)

(m3) (ribu USS)

1. Jepang 3.450 2.869 698 753 532 5922. Korea Selatan 10 15 — — — —3. Taiwan 450 254 274 233 263 3574. Singapura 90 75 21 17 — —5. Negara—negara — — 864 642 — —6. Asia lainnya

Italia— — 264 213 — —

7. Negara—negara 100 81 253 188 — —8. Eropa lainnya

Australia 940 689 — — — —

Jumlah 5.040 3.983 2.374 2.046 795 849

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

XII/80

Page 85: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL X11—32EKSPOR KAYO LAPIS KE BEBERAPA NEGARA TUJUAN 1)

1993/94,1994/95— 1995/96

Repelita VINo. Negara Tujuan 199394 1994/95

2)199596 3)

Volume(m3)

Nilai(U$$)

Volume(m3)

Nilai(U$$)

Volume(m3)

Nilai(U$$)

1. Jepang 3.648.000

1.777.518. 2.874.665 1.322.208 2.971275 1.404492.752. Taiwan 639.43 252.807.6 503.878 231.759.7 1.182.59 523.9952733. Hongkong 434.14

0193240.42

0342.107 157.352.9

27802.957 355.781.882

4. Singapura 72210 34269.530 54.637 25.130.264

61.968 25.481.6425. Timur Tengah 644.84 270.44729 487.909 224.414.8 557.713 231.131.0706. Negara—negara 1.723.6 508.010.5 1358.248 624.728.8 984.534 400.636.185

7.Asia lainnyaInggris 165.96

082.053.01

0460.518 211.816.2

40499.346 253.115.732

8. Belanda 106.32 55.986.33 80.446 37.001.10 87.244 44223.5599. Belgia 192.32

097.775.79

0145.516 66.930.51

5157.815 79.994.836

10. Amerika Serikat dan 872.87 478.66431 774374 356.17547 698.247 359.461.626

11.CanadaNegara—negara 199.36 102.149.8

12.Eropa lainnyaEropa Timur 860 401.480

13. Negara—negara 926.80 899.095.8 1.583.902 792.863.3 206.308 264.439.944lainnya

Jumlah 9.626.750

4.752.420.000

8.666200 4.050381271

8210400 3942954500

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

XII/81

Page 86: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII - 33EKSPOR HASIL HUTAN BUKAN KAYU t)

1993/94,1994195 - 1995196Repelita VI

No. Negara Tujuan 1993/94 1994/952) 1995196 3)Volume

(Ton)Nilai

(ribu USS)Volume(Ton)

Nilai(ribu USS)

Volume Nilai(Ton) (ribu USS)

1. Rotan 101.352 330.471 102.933 342.994 101.540 364.1622. Arang 154.000 27.000 177.833 31.122 66.335 29.6493. Kayu Mania 3.379 6.531 3.305 6.824 4.294 9.5464. Kopal 1.886 959 2.063 1.285 6.146 3.2575. Damar 3.301 1.849 3.518 1.696 36.168 24.6986. Tengkawang 512 1.955 3.979 2.621 10.468 4.6047. Jelutung 1.192 1.996 585 1.142 301 8358. Hasil hutan 7.354 6.725 4.074 9.448 5.131 10.177

ikutan lainnya

Jumlah 272.976 377.486 298.290 397.132 230.383 446.928

Angka tahunanAngka diperbaikiAngka sementara

XII/82

Page 87: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 34PERKEMBANGAN KAWASAN

KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM 1) 1993/94, 1994/95 — 1995/96

Repelita VINo: Kegiatan 1993/94 1994/95 2) 1995/96

3)1. Cagar Alam

— Unit 186 164 164— Luas (Ha) 8341.653 6.111272 6.111.27

2. Suaka Margasatwa— Unit 77 47 63

Luas (Ha) 5.652.709 3.635.121 4.511.653. Taman Wisata

— Unit 55 64 79— Luas (Ha) 262.097 460.387 378.475

4. Taman Buru— Unit 14 14 12— Luas (Ha) 242.949 235.199 198.674

5. Taman Laut— Unit 9 9 9— Luas (Ha) 125.884 471.469 306.500

Jumlah— Unit 341 298 327— Luas (Ha) 14.825.29

210.913.44

911.506.5

756. Taman Nasional

— Unit 31 31 33— Luas (Ha) 7.888.140 7.118350 8.886.22

1

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

XII/83

Page 88: bappenas.go.id · Web viewBAB XII PERTANIAN, PENGAIRAN, DAN KEHUTANAN A. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian, pengairan, dan kehutanan pada hakikatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan

TABEL XII — 35HASIL PENDIDIKAN DAN LATIHAN KEHUTANAN 1)

1993/94, 1994/95 — 1995/96(orang)

Repelita VIN o . Daerah Tingkat I/

Propinsi1993/94 1994/95 2) 1995/96 3)

1. Pendidikan Kehutanan(SKMA)

335 348 345

2. Latihan Kehutanan 7.392 7.828 6.285

Jumlah 7.727 8.176 6.630

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

XII/84