bab vi konsep dan rekomendasi penataan masterplan...
TRANSCRIPT
Bab. VI.
KONSEP DAN REKOMENDASI PENATAAN MASTERPLAN KAWASAN
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED DESA DASUN, KECAMATAN LASEM, KABUPATEN REMBANG TAHUN ANGGARAN 2017
VI - 1
Bab VI
KONSEP DAN REKOMENDASI PENATAAN MASTERPLAN KAWASAN
VI.1. DELINIASI KAWASAN PERENCANAAN
Deliniasi kawasan perencanaan Masterplan dan DED Kali Babagan Desa Dasun
Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang adalah kawasan aliran sungai Kali Babagan
dan seluruh kawasan yang masuk dalam batas administratif Desa Dasun. Kawasan ini
direncanakan untuk masterplan pariwisata dengan mengutamakan aliran sungai Kali
Babagan sebagai lokasi kajian utama direncanakan kegiatan wisata penyusuran aliran
sungai dengan berbagai kegiatan pariwisata terkait.
Selain itu Desa Dasun mempunyai banyak potensi wisata yang menarik untuk
dikembangkan menjadi daerah kunjungan wisata. Simpul simpul pariwisata tersebut
dikembangkan dan dari lokasi ini dapat dihubungkan ke Kali Babagan hilir melewati
jalan jalan desa menuju ke Kali Babagan.
Lasem dicanangkan sebagai Kota Pusaka (Heritage City) banyak ditemukan situs
pusaka (heritage site) dan budaya-budaya khas yang sejak dulu melekat pada kota
Lasem. Pusaka (Heritage/Warisan/Sesuatu yang berharga dan harus dijaga) itu sendiri
dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu :
Pusaka Alam (Natural Heritage),
Pusaka Budaya (Cultural Heritage)
Pusaka Saujana (Cultural-Landscape Heritage)
Lasem sebagai ibukota kecamatan memiliki potensi di tiga bidang pusaka ini. Desa
Dasun sebagai daerah lokasi perencanaan dan bagian dari Kecamatan Lasem juga
memiliki ketiga potensi tersebut.
Bab. VI.
KONSEP DAN REKOMENDASI PENATAAN MASTERPLAN KAWASAN
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED DESA DASUN, KECAMATAN LASEM, KABUPATEN REMBANG TAHUN ANGGARAN 2017
VI - 2
1. Potensi Pusaka Alam: Pemandangan pegunungan di Selatan Kecamatan
Lasem, Laut, Sungai Kali Babagan, persawahan dan perkebunan yang bisa
dijadikan Wisata Agro dll.
2. Potensi Pusaka Budaya: Peninggalan Bangunan Bersejarah Pecinan,
Kesenian Barongsai, Kesenian Masyarakat lokal, Batik perpaduan budaya
Cina dan Jawa dll.
3. Potensi Pusaka Saujana: Hamparan Perkampungan di Pedesaan Babagan,
Kuburan bersejarah ditengah sawah atau kebun, tambak ikan dan produksi
garam dll.
VI. 2. KONSEP NON FISIK PARIWISATA
Ekowisata merupakan upaya untuk memaksimalkan dan sekaligus melestarikan
pontensi sumber-sumber alam dan budaya untuk dijadikan sebagai sumber
pendapatan yang berkesinambungan. Dengan kata lain ekowisata adalah kegiatan
wisata alam plus plus. Adanya unsur plus di atas yaitu kepudulian, tanggung jawab dan
komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahtraan masyarakat
setempat ditimbulkan oleh:
a. Kekuatiran akan makin rusaknya lingkungan oleh pembangunan yang bersifat
eksploatatif terhadap sumber daya alam.
b. Asumsi bahwa pariwisata membutuhkan lingkungan yang baik dan sehat.
c. Kelestarian lingkungan tidak mungkin dijaga tanpa partisipasi aktif masyarakat
setempat.
d. Partisipasi masyarakat lokal akan timbul jika mereka dapat memperoleh
manfaat ekonomi ('economical benefit') dari lingkungan yang lestari.
e. Kehadiran wisatawan (khususnya ekowisatawan) ke tempat-tempat yang masih
alami itu memberikan peluas bagi penduduk setempat untuk mendapatkan
penghasilan alternatif dengan menjadi pemandu wisata, porter, membuka
homestay, pondok ekowisata (ecolodge), warung dan usaha-usaha lain yang
berkaitan dengan ekowisata, sehingga dapat meningkatkan kesejahtraan
mereka atau meningkatkan kualitas hidpu penduduk lokal, baik secara materiil,
spirituil, kulturil maupun intelektual.
Ekowisata Berbasis Komunitas (community-based ecotourism) merupakan usaha
ekowisata yang dimiliki, dikelola dan diawasi oleh masyarakat setempat. Masyarakat
berperan aktif dalam kegiatan pengembangan ekowisata dari mulai perencanaan,
implementasi, monitoring dan evaluasi. Hasil kegiatan ekowisata sebanyak mungkin
dinikmati oleh masyarakat setempat. Jadi dalam hal ini masyarakat memiliki wewenang
yang memadai untuk mengendalikan kegiatan ekowisata.
Bab. VI.
KONSEP DAN REKOMENDASI PENATAAN MASTERPLAN KAWASAN
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED DESA DASUN, KECAMATAN LASEM, KABUPATEN REMBANG TAHUN ANGGARAN 2017
VI - 3
Melihat potensi yang dimiliki Kali Babagan dan Desa Dasun, maka tujuan ekowisata
disini adalah untuk menciptakan pengembangan pariwisata melalui penyelenggaraan
yang mendukung upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya), pelestarian situs
situs budaya bawah air di Kali Babgan yang tentu saja melibatkan dan menguntungkan
masyarakat setempat, serta menguntungkan secara komersial.
a. Ekowisata sangat tergantung pada kualitas sumber daya alam, peninggalan
sejarah dan budaya. Kekayaan peninggalan sejarah merupakan daya tarik utama
bagi pangsa pasar ekowisata, sehingga kualitas, keberlanjutan dan pelestarian
peninggalan sejarah dan budaya menjadi sangat penting untuk ekowisata.
Mengembalikan aliran Kali Babagan dengan prinsip pelestarian, tidak
merusak situs arkeologi yang ada dan tidak merusak penghijauan yang
sudah ada sebelumnya tetapi memberikan dukungan penghijauan dengan
penanaman rumput Feriver untuk menguatkan tanggul sungai.
Merencanakan aliran sungai Kali Babagan sebagai kawasan wisata sejarah
dan wisata alam yang memperhatikan pelestarian lingkungan.
Menerapkan konsep zonasi arkeologis pada situs dan bangunan cagar
budaya di Desa Dasun.
Mengkaitkan kegiatan wisata sejarah di Desa Dasun dengan Wista alam
yang ada di Kali Babagan.
b. Melibatkan peran BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Jawa Tengah dalam
perencanaan pelestarian situs situs arkeologis baik yang didalam air maupun
yang didaratan.
c. Pelibatan Masyarakat Desa Dasun Dari Tingkat Perencanaan Hingga pada Tingkat
Pengelolaan. Pada dasarnya pengetahuan tentang alam dan budaya serta
kawasan daya tarik wisata, dimiliki oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu
pelibatan masyarakat menjadi mutlak, mulai dari tingkat perencanaan hingga
pada tingkat pengelolaan.
d. Ekowisata meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai
peninggalan sejarah dan budaya. Ekowisata memberikan nilai tambah kepada
pengunjung dan masyarakat setempat dalam bentuk pengetahuan dan
pengalaman. Nilai tambah ini mempengaruhi perubahan perilaku dari
pengunjung, masyarakat dan pengembang pariwisata agar sadar dan lebih
menghargai alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya.
e. Pertumbuhan pasar ekowisata di tingkat internasional dan nasional. Kenyataan
memperlihatkan kecendrungan meningkatnya permintaan terhadap produk
ekowisata baik ditingkat internasional maupun nasional. Hal ini disebabkan
meningkatnya promosi yang mendorong orang untuk berprilaku positif terhadap
alam dan berkeinginan untuk mengunjungi kawasan-kawasan yang masih alami
Bab. VI.
KONSEP DAN REKOMENDASI PENATAAN MASTERPLAN KAWASAN
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED DESA DASUN, KECAMATAN LASEM, KABUPATEN REMBANG TAHUN ANGGARAN 2017
VI - 4
agar dapat meningkatkan kesadaran, penghargaan dan kepeduliannya terhadap
alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya setempat.
f. Ekowisata sebagai sarana mewujudkan ekonomi berkelanjutan. Ekowisata
memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan bagi penyelenggara,
pemerintah dan masyarakat setempat, melalui kegiatan-kegiatan yang non-
ekstraktif dan non-konsumtif sehingga meningkatkan perekonomian daerah
setempat. Penyelenggaraan yang memperhatikan kaidah-kaidah ekowisata,
mewujudkan ekonomi berkelanjutan.
Dengan hidupnya pariwisata di Desa Dasun akan memberikan nilai
ekonomi bagi masyarakatnya. Hal ini dengan perdagangan hasil
tangkapan ikan, Batik, Cindera mata, warung dan restoran dan homestay.
VI. 3. KONSEP FISIK
Berdasarkan pada Dokumen Laporan Penyusunan RDTR Kabupaten Rembang,
Kebijakan pengembangan kawasan peruntukan wisata kabupaten Rembang terbagi
dalam:
Kawasan Pengembangan wisata alam: wisata alam Kajar, Watu Layar,
Pantai Binangun dan Pantai Caruban Gedongmulyo
Kawasan Pengembangan wisata Budaya: Vihara Ratanavana Arama,
Klenteng Thian Siang Sing Bo, Masjid Agung Lasem,
Petilasan Eyang Sambi, Petilasan Sunan Bonang desa Karangturi dan Desa
Dasun
Kawasan Pengembangan wisata Buatan/Binaan: kawasan Bonang –
Binangun – Sluke I.
Kali Babagan Desa Dasun direncanakan menjadi kawasan wisata memerlukan suatu
identitas dan karakter untuk membentuk suatu citra diperlukan tanda-tanda, elemen
yang spesifik spesifik disepanjang Kali Babagan. Image terhadap lingkungan
tertentu secara keseluruhan sebenarnya lebih sekedar kesan visual. Suatu kawasan
mengandung banyak konotasi, kenangan iman, harapan, keramaian, tempat-tempat
bangunan, serta peristiwa bersejarah. Dari lingkungan yang spesifik dapat memberi
gambaran dari bagian kawasan wisata. Karena itu citra atau kesan-kesan bersama
dari sebuah kawasan wisata merupakan sebuah gambaran bersama dari apa yang
didasari dari realitas sebuah gambaran itu adalah "Citra Kawasan" (Lynch 1960).
Untuk membentuk citra suatu perlu dijaga kesinambungan visual, serta karakter
suatu kawasan sehingga dapat membentuk dan dijadikan identitas. Pada skala
kawasan, dibutuhkan juga adanya tanda-tanda yang secara implisit mengandung
makna tertentu seperti tanda-tanda (signage dan tetenger). Melalui tanda-tanda
komunikasi simbol, dapat pula dipakai untuk mencari makna dari suatu lingkungan
(Lynch 1981, 141).
Bab. VI.
KONSEP DAN REKOMENDASI PENATAAN MASTERPLAN KAWASAN
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED DESA DASUN, KECAMATAN LASEM, KABUPATEN REMBANG TAHUN ANGGARAN 2017
VI - 5
Salah satu cara untuk menganalisa struktur visual suatu kawasan telah diungkapkan
oleh Kevin Lynch (1960 ) berdasarkan atas pemahaman tentang gambaran atau hasil
pengamatan pada objek suatu kawasan. Kevin Lynch mengidentifikasi 5 elemen yang
membentuk gambaran atau persepsi suatu kota atau komponen kawasan. Kelima
komponen tersebut adalah :
Paths
Path adalah elemen pembentuk ruang kawasan yang berbentuk ruang linier
dapat berupa jalan setapak, koridor, jalan alteri. Pada kasus Kali Babagan dan
sekitarnya Desa Dasun, jalan daqn koridor di Desa Dasun menjadi ‘paths’ dalam
komponen konsep ini. Aliran sungai Kali Babagan akan direncanakan menjadi 2
bagian, dari lokasi RTH ditengah ke utara menjadi Wisata Sejarah dan dari RTH
ke utara menjadi lokasi Wisata Alam.
Edges
adalah ujung tepian dan matrik kawasan, merupakan batas dari suasana yang
berbeda. Pada kasus Kali Babagan dan sekitarnya Desa Dasun, aliran sungai
Kali Babagan menjadi ‘edges’ dalam komponen konsep ini.
Landmarks / Tetenger
Landmark adalah elemen pembentuk kota yang bisa berupa bangunan fisik,
gubahan masa, space atau detail arsitektural yang sangat spesifik, terkadang
sangat kontekstual terhadap kawasan. Pada kasus Desa Dasun, Klenteng
Klenteng Gie Yong Bio menjadi ‘landmark’ dalam komponen konsep ini.
Nodes / Nodal
Node adalah areal pusat aktivitas dalam bentuk spatial dimana orang-orang
dapat merasakan perubahan aktivitas dari suatu struktur ruang ke struktur
ruang yang lain. Nodes dalam kasus Kawasan Desa Dasun direncanakan ada 3
tempat, pertama sebagai pintu masuk utama ke Desa Dasun disediakan pintu
gerbang menuju ke Klenteng Gie Yong Bio yang pada halaman depan
disediakan untuk area parkir. Node yang kedua area RTH adalah tempat untuk
menghubungkan node didepan Klenteng Gie Yong Bio dan node Agrowisata.
Diusulkan area didepan Klenteng Cu An Kiong menjadi node ke empat di bagian
utara Kali Babagan.
Districts / Kawasan
Distrik adalah areal spesifik pada kawasan perencanaan dengan batas-batas
yang dapat diidentifikasi secara fisikal. Citra distrik yang terbentuk akan
mempengaruhi citra kawasan secara keseluruhan. Desa Dasun dengan
perumahan Pecinan dan Kali Babagan sebagai sarana transportasi perdagangan
terutama perdagangan candu pada jaman dahulu.
Bab. VI.
KONSEP DAN REKOMENDASI PENATAAN MASTERPLAN KAWASAN
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED DESA DASUN, KECAMATAN LASEM, KABUPATEN REMBANG TAHUN ANGGARAN 2017
VI - 6
VI.4. FOKUS KAJIAN
4.1. Aliran Sungai Kali Babagan
Nilai Penting Sejarah Kali Babagan
Fokus kajian utama adalah adalah aliran Kali Babagan. Aliran Kali
Babagan dari hulu sampai ke hilir melewati beberapa desa dari selatan
daerah pegunungan sampai ke hilir di laut Jawa. Sungai ini mempunyai
nilai sejarah yang amat penting untuk perdagangan tertama perdagangan
candu. Perdagangan candu ini sangat ketat diawasi oleh pemerintah
Kolonial Belanda sehingga oleh masyrakat etnis Cina waktu itu
menyelundupkan perdangan candi melewati sungai Kali Babagan.
Nilai Penting Arkeologis
Sebagai aliran sungai yang tadinya deras dan bisa dilewati perahu untuk
perdagangan Kali Babagan mempunyai beberapa peninggalan kapal kayu
karam yang merupakan peninggalan arkeologis. Kedua nilai tersebut nilai
sejarah dan nilai arkeologis dipadukan dengan fasilitas rekreasi pariwisata
untuk pengembangan wisata sejarah.
Potensi Aliran Sungai
Aliran sungai Kali Babagan semuala cukup deras dengan debit air yang
cukup tinggi tetapi pada perkembangan zaman karena erosi akibat tidak
adanya tanggul atau bagian yang ada tanggulnya tetapi belum memenuhi
syarat. Potensi aliran air sungai sedang dalam proses dinormalisir dari
Dinas PSDA (Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air) Provinsi Jawa Tengah.
Diperlukan peran BPCB dalam normalisasi sungai sehingga situs budaya
bawah air bias diselamatkan dan dilestarikan. Potensi pariwisata pada
penggal sungai Kali Babagan yang berada ditepi Desa Dasun
dikembangkan menjadi paket wisata susur sungai sejarah dan susur
sungai alam. Mengembalikan Kali Babagan sebagai arah hadap
pemukiman (riverfront).
Pengembangan Arsitektur Parisiwata
Disepanjang aliran sungai Kali Babagan disediakan area pedestrian
sekaligus jalan inspeksi untuk menyusuri sungai. Pada titik titik tertentu
pertemuan antara jalan kampung dan sungai disediakan area kegiatan
untuk fasilitas bangunan pendukung pariwisata.
4.2. Sarana Prasarana pendukung Pariwisata
Pedestrian ditepi sungai
Pedestrian ditepi sungai Kali Babagan Desa Dasun sebagai sarana susur
sungai dan lokasi untuk pemancingan
Bab. VI.
KONSEP DAN REKOMENDASI PENATAAN MASTERPLAN KAWASAN
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED DESA DASUN, KECAMATAN LASEM, KABUPATEN REMBANG TAHUN ANGGARAN 2017
VI - 7
Area Parkir
Area parkir dengan perkerasan. Pada daerah yang masuk dalam kategori
cagar budaya disesuaikan dengan kondisi aslinya adalah aspal.
Sedangkan pada kawasan yang bukan cagar budaya perkerasan bisa
disesuaikan. Pemindahan area parkir truck gandeng dari daerah Pecinan
Babagan keluar. Lokasi ini difungsikan untuk parkir wisata.
Bangunan untuk Sarana Wisata
Bangunan Sarana wisata direncanakan ada di daerah node pertemuan
antara aliran sungai dan jalan desa. Ada di 2 tempat diantaranya di lokasi
RTH (Ruang Terbuka Hijau) sebagai dermaga dan di lokasi agrowisata.
Sarana Jalan
Perbaikan sarana jalan dan selokan pada semua lokasi seluruh Desa
Dasun dengan perkerasan aspal.
Street Furniture
Street furniture berupa bangku, signage (penanda) dan peta wisata
diseluruh desa. Bangku dan signage diutamakan di daerah Pecinan
dengan style Cina.
Penghijauan
Pada lokasi aliran sungai penghijauan adalah kebanyakan tanaman
bambu, ditambahkan rumput Vetiver yang fungsinya untuk penguatan
sempadan sungai. Ada dua karakter pemukiman, pemukiman Pecinan
yang masuk dalam cagar budaya. Pada bagian ini aslinya tidak ada
penghijauan disepanjang jalan. Untuk penghijauan dengan menggunakan
tanaman yang ditanam pada pot kemudian ditata berjajar. Sedangkan
pada pemukiman masyrakat Jawa di Desa Dasun sebelah selatan sudah
ditumbuhi banyak penghijauan sehingga perlu dipertahankan.
Homestay
Homestay jika diartikan kata perkata home berarti rumah dan stay berarti
tinggal. Namun jika diartikan secara istilah, homestay berarti suatu
tempat atau bangunan yang biasanya berbentuk sebuah rumah dan
disewakan secara harian maupun bulanan. Mengembangkan homestay di
daerah wisata memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat
setempat. Sementara itu bagi pengunjung, selain harganya lebih murah,
pengalaman tinggal di homestay memberikan pengalaman yang jauh
lebih menarik dibandingkan tinggal di hotel biasa. Pengunjung lebih bisa
merasakan nuansa kekeluargaan jika dibandingkan dengan penginapan
lain seperti hotel. Hal ini dikarenakan pemilik homestay sendiri akan
Bab. VI.
KONSEP DAN REKOMENDASI PENATAAN MASTERPLAN KAWASAN
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED DESA DASUN, KECAMATAN LASEM, KABUPATEN REMBANG TAHUN ANGGARAN 2017
VI - 8
sering melakukan aktivitas di rumah tersebut seperti membereskan
rumah, bersih-bersih, menyediakan sarapan dan sebagainya. Berbeda
dengan di hotel yang tugas-tugas tersebut biasanya dilakukan oleh
karyawan hotel yang berbeda-beda sesuai dengan tugas dan jam
kerjanya masing-masing. Disamping itu biasanya pemilik homestay juga
mengadakan acara makan bersama, bercerita dan acara berbau
kekeluargaan lainnya.
Pengolahan Limbah Batik
Industri batik tulis pada prakteknya banyak menghasilkan limbah cair
yang umumnya didominasi oleh pencemaran yang diakibatkan oleh
penggunaan bahan pewarna di dalam proses produksinya. Limbah ini
dikategorikan sebagai limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) karena
kandungan bahan yang berbahaya seperti logam berat yang berasal dari
zat warna sintetis yang dipakai. Pengolahan limbah cair dapat diolah
dengan cara proses filtrasi menggunakan lapisan pasir dan adsorpsi
menggunakan zeolit. Dari hasil sebuah penelitian, diketahui bahwa dalam
proses filtrasi, semakin tinggi lapisan pasir yang digunakan maka akan
semakin banyak kandungan kimia yang terserap. Dalam proses adsorpsi,
semakin besar ketinggian zeolit dan semakin lama waktu kontak maka zat
kimia yang diserap akan semakin banyak.
Selain cara di atas, cara lain untuk mengurangi kadar warna dan logam
berat menggunakan mikroorganisme dan tanaman air. Mikroorganisme
yang pernah diujicobakan antara lain menggunakan Lactobacillusdelbrukii,
Bacillus sp, Aspergillus sp dan Brevibacterium casei. Proses biologi relatif
lebih murah tetapi membutuhkan lahan yang luas, maka alternatif
pengolahan adalah dengan teknologi kolam rawa buatan berupa
fitoremediasi atau Wetland. Kelebihan wetland selain dapat menurunkan
polutan organik juga dapat menyerap warna dan logam berat. Menurut
Tridech et. al., 1981tanaman Eichornia crassipes (enceng gondok) dapat
menurunkan kadar BOD sebesar 94,95%, Total Organic Carbon (TOC)
sebesar 80% dan TSS sebesar 99,2%, sedangkan tanaman Scirpus dapat
menurunkan kadar BOD sebesar 75,78%, TOC sebesar 66,02% dan TSS
sebesar 94,2%. Terdapat penelitian tentang kemampuan tanaman rawa
berdaun sempit (Typha angustifolia Linn) menunjukkan bahwa
dekolorisasi limbah zat warna reaktif oleh tanaman ini sebesar 60%.
Toilet Umum
Penyediaan toilet umum yang bersih dan higienis pada jarak per 1 km
Bab. VI.
KONSEP DAN REKOMENDASI PENATAAN MASTERPLAN KAWASAN
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED DESA DASUN, KECAMATAN LASEM, KABUPATEN REMBANG TAHUN ANGGARAN 2017
VI - 9
VI.5. PRESERVASI DAN KONSERVASI
Pedoman langkah preservasi dan konservasi secara garis besar berpedoman pada U.U.
Cagar Budaya No.11 Tahun 2010. Secara garis besar terdapat dua bagian yang
dikonservasi.
1. Kawasan. (misalnya kawasan Karangturi).
2. Bangunannya sendiri.
Baik Kawasan maupun Bangunan yang akan direnovasi sebaiknya harus ditetapkan
dulu sebagai cagar budaya (Bab 1 Pasal 1 ayat 17). Penetapan sebagai bangunan
Cagar Budaya dilakukan oleh pemerintah Kabupaten (melalui SK Bupati, berdasarkan
rekomendasi team Ahli Cagar Budaya (Bab 1 Pasal 1 ayat 17.). Team ahli cagar budaya
adalah orangorang yang memiliki sertifikat dibidang pemanfaatan Cagar budaya. (Bab
1 pasal 1 ayat 13 dan 14).
Baik kawasan maupun bangunan yang akan dikonservasi harus di data secara teliti
terlebih dulu. Kemudian baru dikaji mana yang lebih tua nama yang lebih muda, mana
yang diperbarui, mana yang asli, mana yang tambahan dan sebagainya. Karena produk
yang sekarang ada merupakan produk sejarah, dan terus menerus akan berproses,
yang diwarnai dengan perubahan dan transformasi. Sehingga yang dikatakan sebagai
asli atau autenthik sangat relatif sekali. Bangunan atau kawasan yang dibangun pada
abad 19 pasti terus menerus akan berproses, yang diwarnai dengan perubahan dan
transformasi sampai abad 21 ini.
Elemen atau barang yang lama pasti berbeda dengan barang atau elemen bangunan
yang baru, baik dari segi umur maupun kwalitas. Padahal barang atau elemen
bangunan yang lama sudah rusak atau bahkan akan membahayakan penghuninya.
Kalau ditetapkan memakai barang yang baru untuk menggantikan yang lama, maka
sebaiknya barang baru ini harus ditandai (ada yang menggunakan timah kecil), supaya
berbeda dengan barang lama (yang dianggap asli tadi).
Diperlukan diskusi untuk merenovasi bangunan lama. Bila perlu diperlukan berbagai
ahli yang terlibat di dalamnya. Misalnya analisis struktur (diperlukan orang-orang
konstruksi apakah kolom atau tembok masih cukup kuat). Ahli analisis kimia untuk
bahan bangunan, misalnya catnya atau spesinya terdiri dari bahan apa saja supaya
kalau nanti ditimpakan kedalam elemen yang lama tidak merusak dan sebagainya.
Renovasi ternata tidak sesederhana seperti yang sering dilihat sepintas. Perlu kajian
yang matang, biaya yang besar dan tenaga ahli yang mumpuni.
VI.6. REKOMENDASI TATA GUNA LAHAN
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan sebelumnya maka ditetapkan pembagian
guna lahan pada kawasan desa Dasun adalah sebagai berikut:
Bab. VI.
KONSEP DAN REKOMENDASI PENATAAN MASTERPLAN KAWASAN
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED DESA DASUN, KECAMATAN LASEM, KABUPATEN REMBANG TAHUN ANGGARAN 2017
VI - 10
Gambar 6.1. Rekomendasi Tata Guna Lahan, lahan dibagi atas Kawasan Pantai, kawasan Hutan Mangrove, Kawasan Tambak Ikan, Kawasan Konservasi Situs, Kawasan Penduduk, Kawasan Tambak Ikan, Kawasan Publik dan Landmark Publik Space sebagai Kawasan Penerima.
Dengan Pembagian:
1. Kawasan Konservasi meliputi bekas pabrik galangan kapal dan dok kapal
peninggalan Kolonial Belanda serta daerah aliran Kali Babagan yang terdapat
banyak kapal kuno di dasarnya. Pada kawasan ini perencanaan, perancangan,
kegiatan pembangunan, perbaikan atau renovasi harus mengacu pada kajian
dan arahan badan terkait agar keaslian kawasan konservasi tetap terjaga.
2. Kawasan perkampungan penduduk merupakan daerah yang sangat berperan
sebagai area penunjang kawasan konservasi.
Bab. VI.
KONSEP DAN REKOMENDASI PENATAAN MASTERPLAN KAWASAN
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED DESA DASUN, KECAMATAN LASEM, KABUPATEN REMBANG TAHUN ANGGARAN 2017
VI - 11
3. Kawasan RTH (Ruang Tata Hijau), meliputi Kali Babagan, sempadan sungai,
taman desa, hutan mangrove, tambak dan perkebunan.
4. Kawasan Pantai yang sangat panjang dari muara sungai Lasem sampai ke timur
kearah Bonang.
5. Kawasan Public Space dan Landmark, meliputi fasilitas umum dan penanda
kawasan seperti taman untuk bersantai, aula, pusat jajanan, pemancingan,
tempat beribadah dan pusat informasi pariwisata.
Gambar 6.2. Public space yang sudah terbangun sebagai Kawasan Penerima ‘Public Space” yang sudah tersedia sarana dan prasarana.
6. Industri perumahan batik tulis Lasem dan hasil tangkapan ikan oleh nelayan
setempat, yang tersebar di perkampungan penduduk.
7. Fungsi penginapan atau homestay untuk para wisatawan yang menjadi satu
dengan perkampungan penduduk.
8. Fungsi Pemerintahan berupa kantor Kelurahan Desa Dasun.
Bab. VI.
KONSEP DAN REKOMENDASI PENATAAN MASTERPLAN KAWASAN
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED DESA DASUN, KECAMATAN LASEM, KABUPATEN REMBANG TAHUN ANGGARAN 2017
VI - 12
Gambar 6.3. Zonasi Makro Layer potensi wisata yang dimulai dari Open Space sebagai Ruang Penerima Publik, Situs Bersejarah, Kawasan aliran sungai dan Hutan Mangrove dan Kawasan Pantai.
Berdasarkan analisis terhadap persebaran potensi wisata yang ada di desa Dasun,
maka pengembangan yang direkomendasikan adalah di sebelah utara desa. Hal ini
dikarenakan pembangunan di tengah desa berupa open space sudah berlangsung
sangat baik dan memiliki potensi menjadi daya dukung wisata di desa Dasun. Selain itu
alasan terpenting lainnya adalah sebelah utara desa memiliki tiga layer wisata
sekaligus berupa:
1. Situs bersejarah pabrik kapal kuno peninggalan Kolonial.
2. Kawasan sungai dan mangrove yang memiliki potensi atraksi wisata yang
menarik seperti susur sungai, penangkapan ikan dengan anco, serta nilai
sejarah Kali Babagan yang menjadi pintu masuk komunitas tionghoa pertama
kali di Lasem.
Bab. VI.
KONSEP DAN REKOMENDASI PENATAAN MASTERPLAN KAWASAN
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED DESA DASUN, KECAMATAN LASEM, KABUPATEN REMBANG TAHUN ANGGARAN 2017
VI - 13
3. Bibir pantai yang sangat panjang dengan pasir bersih dan vegetasi yang
rimbun.
Gambar 6.4. Zonasi Mikro pengembangan Wisata Desa Dasun terdiri dari Zona Parkir, Zona Publik, Zona Edukasi Sejarah, Zona Anco/Pemancingan, Zona Susur Sungai, Zona Hutan Mangrove, Zona Parkir Pantai, Zona Cottage dan Fasilitas Umum, Zona Wisata Pantai dan Zona Kuliner.
Bab. VI.
KONSEP DAN REKOMENDASI PENATAAN MASTERPLAN KAWASAN
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED DESA DASUN, KECAMATAN LASEM, KABUPATEN REMBANG TAHUN ANGGARAN 2017
VI - 14
Gambar 6.5. Masterplan Kawasan Wisata Desa Dasun Kabupaten Lasem
Bab. VI.
KONSEP DAN REKOMENDASI PENATAAN MASTERPLAN KAWASAN
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED DESA DASUN, KECAMATAN LASEM, KABUPATEN REMBANG TAHUN ANGGARAN 2017
VI - 15
Dari ketiga layer zonasi makro wisata yang sudah dibuat, kemudian didetailkan lagi
menjadi zonasi mikro untuk menunjukan hubungan antar titik wisata sehingga
diperoleh satu kawasan wisata yang terintegrasi.
Titik awal untuk kawasan wisata di atas adalah berupa public space yang terdiri dari
TIC (Tourist Information Center) atau pusat informasi wisata dan sejarah yang dapat
memberikan informasi seputar sejarah dan potensi wisata yang ada di Dasun pada
khususnya dan Lasem pada umumnya. Dari titik ini para wisatawan kemudian dapat
mengakses ketiga zonasi wisata yang berupa situs, sungai dan pantai.
Gambar 6.6. Masterplan Kawasan Wisata Pantai Desa Dasun Kecamatan Lasem
Bab. VI.
KONSEP DAN REKOMENDASI PENATAAN MASTERPLAN KAWASAN
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED DESA DASUN, KECAMATAN LASEM, KABUPATEN REMBANG TAHUN ANGGARAN 2017
VI - 16
VI.7. TATA MASSA BANGUNAN
Arahan penataan tata masa dan bangunan pada kawasan desa Dasun menyesuaikan
pada zonasi wisata masing-masing. Semisal pada zona konservasi, maka konsepnya
adalah membuat area konservasi yang tetap terjaga keasliannya serta mengembalikan
fungsi kawasan di sekitar bangunan sebagaimana mestinya. Sedangkan bangunan
yang berfungsi sebagai pernaungan untuk menjaga situs agar tidak rusak karena
faktor cuaca maka bangunan tersebut harus bersifat tidak permanen dan tidak
menggunakan pondasi dalam agar tidak merusak situs tersebut. Sebagai contoh pada
bangunan pernaungan untuk dok kapal menggunakan konstruksi bambu dengan
pondasi umpak.
Gambar 6.7. Tipologi Pernaungan Situs Bersejarah terutama Situs Budaya Bawah Air
Bab. VI.
KONSEP DAN REKOMENDASI PENATAAN MASTERPLAN KAWASAN
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED DESA DASUN, KECAMATAN LASEM, KABUPATEN REMBANG TAHUN ANGGARAN 2017
VI - 17
Gambar 6.8. Tata Massa dan Tipologi Bangunan Resort dengan atap pelana terinspirasi dari bentuk atap bangunan di sepanjang aliran sungai Kali Babagan pada masa lalu.
Pada area pantai tata massa bangunan berorientasi pada bibir pantai. Selain itu, pada
bangunan yang berada disekitar sungai diarahkan agar berorientasi pada sungai Lasem
sebagai halaman depan. Oleh sebab itu di sepanjang sungai perlu dibuatkan jalan
inspeksi berupa mangrove track dan jalan setapak. Lalu untuk tipologi bangunan pada
kawasan pantai adalah tipe arsitektur pesisiran dan modifikasinya. Kemiringan atap
harus menjadi perhatian, tipe kemiringan yang curam lebih baik untuk menghindari
Bab. VI.
KONSEP DAN REKOMENDASI PENATAAN MASTERPLAN KAWASAN
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED DESA DASUN, KECAMATAN LASEM, KABUPATEN REMBANG TAHUN ANGGARAN 2017
VI - 18
hempasan angin laut yang kuat dan curah hujan yang tinggi. Sedangkan material yang
digunakan sebaiknya menggunakan potensi lokal seperti dari kayu pohon kelapa dan
jati.
Gambar 6.9 Tata Massa dan Tipologi Bangunan Pusat Informasi sebagai area Penerima
Area penerima yang terdiri dari pusat informasi dan taman tata massa bangunan
berorientasi pada jalan. Hal ini dimaksudkan agar pengunjung dengan mudah
menemukan akses ke lokasi. Pada area ini, bangunan dibuat lebih modern tetapi tetap
memiliki konteks terhadap lokalitas, arsitektur Jawa dan arsitektur Pecinan. Sebagai
Bab. VI.
KONSEP DAN REKOMENDASI PENATAAN MASTERPLAN KAWASAN
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED DESA DASUN, KECAMATAN LASEM, KABUPATEN REMBANG TAHUN ANGGARAN 2017
VI - 19
contoh pada bangunan TIC, memiliki desain modern yang mengambil bentuk anjungan
kapal. Dimana hal ini memberikan informasi bahwa desa Dasun memiliki hubungan
yang sangat dekat dengan sejarah perkapalan di pantai utara.
VI.8. SIRKULASI DAN PARKIR
Gambar 6.10. Rekomendasi sirkulasi dengan jalan aspal ke area pantai dan untuk penyusuran sungai menggunakan papan kayu yang disangga kolom beton.
Bab. VI.
KONSEP DAN REKOMENDASI PENATAAN MASTERPLAN KAWASAN
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED DESA DASUN, KECAMATAN LASEM, KABUPATEN REMBANG TAHUN ANGGARAN 2017
VI - 20
Untuk memperlancar pengembangangan wisata dibutuhkan akses yang memadai.
Rekomendasi yang diusulkan berupa jalan untuk kendaraan, jalur pedestrian dan
mangrove track yang dapat digunakan untuk menyusuri sungai, pemancingan dan
sebagai tambatan kapal sekaligus.
Gambar 6.11. Rekomendasi parkir disediakan di dua tempat. Di area depan kawasan penerima dan di Kawasan Tepi Pantai.
Bab. VI.
KONSEP DAN REKOMENDASI PENATAAN MASTERPLAN KAWASAN
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED DESA DASUN, KECAMATAN LASEM, KABUPATEN REMBANG TAHUN ANGGARAN 2017
VI - 21
Kemudian untuk kantong parkir, rekomendasi yang diusulkan adalah di zona penerima
yang berada di depan TIC. Diharapkan dari sana pengunjung dapat menyusuri ketiga
zonasi wisata dengan berjalan kaki, lalu ketika mereka ingin kembali dari pantai
menuju TIC akan disediakan shuttle bus. Sedangkan untuk pengunjung yang ingin
langsung ke pantai dan resort, kantong parker disediakan di sebelah hutan mangrove.
Kendaraan baik roda dua dan roda empat dilarang memasuki area pantai untuk
menjamin kebersihan bibir pantai.
VI.9. RUANG TERBUKA
Arahan penataan ruang terbuka pada kawasan Dasun diarahkan pada penataan area
yang menjadi landmark, area konservasi, area sepadan sungai dan area pantai (ruang
terbuka alami) sebagai kawasan alami pendukung pariwisata budaya. Penataan area
penerima, yang dekat dengan area konservasi, bertujuan mengenalkan masyarakat
terhadap sejarah desa dasun sebagai daerah pembuatan kapal. Pada ruang terbuka
tersebut terdapat ruang istirahat berupa sitting group, area bermain anak-anak dan
pusat informasi wisata yang lebih representatif.
Gambar 6.12. Taman di Area Penerima sebagai daya tarik utama pada seluruh kawasan
wisata
Selanjutnya area sempadan sungai ini ditujukan sebagai penghubung utama antar
kawasan konservasi dengan kawasan pantai pada Desa Dasun. Sebuah hutan
mangrove beserta mangrove track yang cukup lebar dibuat sebagai embrio untuk
pengembangan riverfront atau kawasan yang berorientasi pada sungai. Mangrove
Bab. VI.
KONSEP DAN REKOMENDASI PENATAAN MASTERPLAN KAWASAN
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED DESA DASUN, KECAMATAN LASEM, KABUPATEN REMBANG TAHUN ANGGARAN 2017
VI - 22
track tersebut juga dilengkapi dengan Anco atau alat pengkap ikan tradisional dengan
system katrol. Anco tersebut akan menjadi atraksi sungai yang menarik bagi
wisatawan. Dengan sistem sewa per-jam, pemilik atau pengelola anco dapat
menyewakan kepada pengunjung yang dimana hasil tangkapan ikan dapat dibawa
pulang atau dimasak ditempat.
Gambar 6.13. RTH (Ruang Terbuka Hijau) sempadan sungai dengan anco (penangkap
ikan tradisional) sebagai atraksi wisata.
Mangrove track yang cukup lebar ini juga dimanfaatkan sebagai spot pemancingan dan
sekaligus tempat penambatan kapal. Selain itu mangrove track berfungsi juga sebagai
sabuk sungai untuk mengontrol sampah yang seringkali tersangkut di hutan mangrove.
Untuk konstruksi mangrove direkomendasikan menggunakan buis beton sebagai
pondasi untuk mencegah korosi atau pelapukan yang bisa terjadi jika menggunakan
kayu atau besi.
Pada area pantai, area terbuka terdiri dari bibir pantai dan area hijau yang trdiri dari
deretan pohon cemara dan pohon waru. Area ini dapat dikembangkan sebagai area
resort, kolam renang, kolam air mancur, restoran dan pusat oleh-oleh. Sedangkan
pada bibir pantai yang berupa pasir, dapat dikembangkan sebagai lapangan volley
pantai dan bermain air laut. Pada zona ini juga direncanakan sebuah area terbuka
dengan air mancur yang dapat digunakan anak-anak untuk bermain air.
Pengembangan keseluruhan kawasan ini tentu saja dapat dilakukan secara bertahap.
Bab. VI.
KONSEP DAN REKOMENDASI PENATAAN MASTERPLAN KAWASAN
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED DESA DASUN, KECAMATAN LASEM, KABUPATEN REMBANG TAHUN ANGGARAN 2017
VI - 23
Gambar 6.14. Dermaga perahu sebagai penghubung antar kawasan lewat susur sungai
Selanjutnya penataan vegetasi dan fasilitas pendukung (berupa taman, jalan inspeksi,
ruang publik, penerangan jalan, bangku, tempat sampah, papan penunjuk arah)
merupakan cara yang ditempuh untuk meningkatkan kualitas kawasan sebagai
destinasi pariwisata kedepannya.
Bab. VI.
KONSEP DAN REKOMENDASI PENATAAN MASTERPLAN KAWASAN
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN DAN DED DESA DASUN, KECAMATAN LASEM, KABUPATEN REMBANG TAHUN ANGGARAN 2017
VI - 24
VI.10. PENANDA DAN AKSESORIS
Arahan penataan system penanda pada kawasan terbagi dalam dua kategori: pertama
system penanda yang berupa peta wisata kawasan yang menunjukan perebaran
tempat-tempat wisata dan pendukungnya seperti informasi situs sejarah, sentra batik,
homestay, fasum dll. Kedua adalah penanda lokasi atau bangunan berupa papan nama
yang memberikan info jenis dan fungsi bangunan atau kawasan tersebut. Baik
penanda dan aksesoris jalan didesain menggunakan gaya lokal jawa atau pecinan.
Penanda ini dibuat secara seragam untuk menghindari polusi visual yang disebabkan
penggunaan banner secara berlebihan dan terkadang desainnya tidak sesuai dengan
konteks lokasi. Selain itu, penggunaan banner/mmt tidak tahan terhadap dengan cuaca
luar, sehingga warna menjadi pudar dan mudah sobek yang pada akhirnya menjadi
sampah visual yang mengakibatkan lingkungan terkesan kumuh dan tidak terawat.
Untuk kawasan pantai, landmark berupa Kapal Jung dipilih terkait konteks kawasan
Dasun yang dulunya sebagai pusat pembuatan kapal dan sebagai pintu masuk dari laut
ke kota Lasem yang terkenal sebagai Tiongkok Kecil.
Gambar 6.15. Kapal Jung sebagai landmark kawasan wiata pantai dengan penekanan edukasi perdagangan lewat sungai yang berupa kapal dan perahu dimasa lalu.