bab v

Upload: sadrie-zahby

Post on 21-Jul-2015

127 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Laboratorium Perancangan Teknik Industri 3 BAB V

[SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING]

PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN UMUM Analisa Tata Letak Pabrik untuk Meminimalisasi Material Handling pada Pabrik Koper

1.

Bahan Produk Koper Bahan baku yang dipergunakan untuk pembuatan koper adalah: a. Resin ABS (Akrilonotril Butandiene Stirene) Resin ABS merupakan resin thermoplastic , merupakan ulet. Sifat-sifat unggul cocok

bahan yang sangat keras, fleksibel dan dari bahan untuk ini adalah ekstrusi tahan panas,

tembus cahaya,

proses

dan proses pelapisan. Resin ABS umumnya hasil produksi yang mempunyai daya mampu pewarnaan, daya tahan

digunakan bila diinginkan tahan banting, kekerasan,

kelembaban dan daya tahan panas sampai bentukan termal, cetak tiup, cetak rotasi dan ekstrusi. b. Zat Pewarna c. Produk Daur Ulang Hasil produk yang berupa lembaran plastik yang memenuhi syarat akan didaur ulang dalam mesin tidak

crusher.

Keluaran dari mesin crusher adalah cacahan plastik dalam ukuran kecil. d. Pelarut (Plastisiser) Pelarut ini digunakan pada beberapa jenis plastic sebagai

pelunak atau untuk meningkatkan kemampuan alirnya dalam cetakan.

2.

Proses Produksi Proses produksi yang dilakukan merupakan pengolahan dari bahan baku sampai dengan proses assembling hingga diperoleh barang

SADRIEZAHBY F D221 08 856

Laboratorium Perancangan Teknik Industri 3 jadi, yang meliputi :

[SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING]

a. Proses Mixing Proses ini adalah untuk mencampur semua bahan baku yang diperlukan. Putaran kapasitasnya adalah pengadukan 20-25 mesin berkisar antara 70-80 rpm dan 200-250 menit. kg bahan dengan waktu dengan

Setelah

bahan tercampur

rata, bahan tersebut dilewatkan single

screw conveyor yang

berdiameter 50 cm dibawa ke hopper mesin extruder.

b. Proses Extruding Mesin extruder menggunakan single screw extruder sebagai pembawa biji plastik. Pada silinder screw conveyor diberi masukan panas untuk mencairkan biji plastik dalam proses pembentukan lembaran plastik. Biji- biji plastik tersebut dibawa sepanjang

silinder dan dipanasi secara konduksi oleh sabuk pemanas.

c. Proses Calendering Calendering merupakan proses untuk memproduksi plastic film dan lembaran plastic dengan cara menekan plastik melalui celah antara dua rol yang berputar berlawanan. Cairan plastic yang masih panas mempunyai kecenderungan untuk lengket pada rol. Untuk

melepaskannya diperlukan putaran tinggi dan kecepatan keluar material tergantung pada ketebalan plastik, yaitu sekitar 0,1 - 2 m/det.

d. Proses Shearing Dengan calendering dua silinder. Lembaran plastic hasil proses

didinginkan oleh udara luar, kemudian dipotong oleh

mesin shearing dengan ukuran tertentu. Mesin ini menggunakan non

SADRIEZAHBY F D221 08 856

Laboratorium Perancangan Teknik Industri 3

[SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING]

pneumatic proximity sensor jenis photo electric universal sensor yang menggunakan sinar infra merah yang dihasilkan oleh LED sebagai sinyal untuk menggerakkan tuas pemotong yang

digerakkan oleh control elektronk dari pnuematik apabila sinar infra merah tersebut terputus.

e. Proses Hot Forming Proses ini dilakukan dengan mesin air slip forming yang

terdiri dari dua buah silinder pneumatic yang berhubungan dengan matras (sebagai penggerak matras) dan dua silinder yang berfungsi sebagai penjepit lembaran plastik. Setelah melalui proses ini, lembaran plastik diinginkan.. akan mempunyai bentuk badan koper yang

f. Proses Sawing Bagian-bagian yang tidak terpakai yang timbul setelah proses pembentukan (hot forming) dipotong dengan circular sawing machine (mesin gergaji bundar). Tenaga penggerak diperoleh dari

motor listrik, sedangkan piringan gergaji diputar oleh spindle dan arah gerakan gergaji maju mundur diatur oleh sistem pneumatik.

g. Proses Assembling Proses ini merupakan perakitan barang setengah jadi menjadi barang jadi yang siap dipasarkan. Proses assembling dilakukan mulai dari perakitan aksesoris bagian dalam koper, pemasangan lis, pemasangan mur dan baut, pengeboran lubang dan aksesoris lainnya, seperti handle , roda, kunci.

SADRIEZAHBY F D221 08 856

Laboratorium Perancangan Teknik Industri 3 3. Analisa Kondisi Awal a. Pembagian Departemen Departemen A : tempat bahan ABS

[SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING]

Departemen B : mixer dan proses calen dering-shearing Departemen C : tempat papan ABS Departemen D : proses hot forming Departemen E : proses sawing Departemen F : tempat badan koper Departemen G : lift pengangkutan ke lantai atas

b. Analisa Perpindahan Material Asumsi yang digunakan : 1) Semua perhitungan dikonversikan ke dalam berat (kg) dan

ditentukan berat 1 papan ABS = 1,8 kg 2) 3) 4) 5) Waktu kerja per tahun = 300 hari Berat 1 badan koper = 1,5 kg Alur perpindahan bahan sesuai dengan proses produksi (OPC) Aktifitas kerja dijalankan selama 3shift/hari

c. Perhitungan perpindahan berat bahan antar departemen: 1) Departemen A ke B Dipindahkan bahan baku sebanyak 135 karung per shift dan bahan baku tersebut terdiri dari dua bagian yaitu : a) 45 karung untuk resin ABS dengan berat 25 kg/karung b) 95 karung untuk recycle productdengan berat 22,5 kg/karung. Berat total yang dipindahkan untuk 3 shift = 9450 kg/hari. 2) Departemen B ke C Jumlah produk dari mesin CS adalah 105 papan/jam Jumlah jam kerja = 8ja Bera tmasing-masing papan ABS=1,8kg Jumlah mesin yang dioperasikan = 2 unit Berat total yang dipindahkan untuk 3 shift = 9072 kg/hari.

SADRIEZAHBY F D221 08 856

Laboratorium Perancangan Teknik Industri 3 3) Departemen C ke D

[SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING]

Kapasitas mesin ASF = 380 unit/shift Jumlah mesin yang dioperasikan = 3 unit Berat total yang dipindahkan untuk 3 shift = 6156 kg/hari.

4)

Departemen D ke E Kapasitas mesin saw = 376 unit/shift Jumlah mesin yang dioperasikan = 3 unit Berat total yang dipindahkan untuk 3 shift = 6091,2 kg/hari.

5)

Departemen E ke F Akibat terjadi proses pemotongan pada sisi badan koper, maka terjadi penurunan berat badan koper sebesar 0,3 kg. Pemindahan berat badan koper untuk 3 shift = 5076 kg.

6)

Departemen F ke G Kapasitas lift = 177 set/load Tiap satu load dapat mengangkut sebanyak 354 badan koper. Satu shift ada 3 load, sehingga dipindahkan 1062 badan koper per shift. Berat dipindahkan untuk 3 shift = 4779 kg/hari. total yang

Gambar tata letak pabrik yang sekarang secara lengkap terdapat pada gambar 1, sedangkan tata letak pabrik yang digunakan dalam analisa berada pada gambar 2.

SADRIEZAHBY F D221 08 856

Laboratorium Perancangan Teknik Industri 3

[SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING]

4. Analisa Perbaikan Tata Letak Pabrik Dari analisa kondisi awal diperoleh jumlah momen perpindahan adalah sebesar 949459. Untuk itu akan dilakukan perbaikan tata letak memperkecil jumlah momen perpindahan semaksimal

fasilitas untuk

mungkin dan perbaikan dilakukan dengan penyusunan ulang

a.

Analisa Jumlah Momen Perpindahan Secara Manual Asumsi yang mempertimbangkan mesin- mesin sebagai

constraint adalah dengan alasan sebagai berikut : 1) Kesulitan dalam memindahkan mesin-mesin yang sudah ada saat ini, karena proses teknis pemindahan memerlukan investasi yang sangat besar. 2) Dengan melakukan pemindahan mesin- mesin yang sudah ada

tersebut maka proses produksi terganggu.

SADRIEZAHBY F D221 08 856

Laboratorium Perancangan Teknik Industri 3

[SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING]

b. Perhitungan dengan Software QS 1) Perhitungan dengan constraint Prosedur yang dilakukan adalah : a) Menentukan jumlah departemen danpemberian nama departemen. b) Menentukan departemen yang dianggap constraint. c) Memasukkan tata letak pabrik awal dengan ukurannya.

d) Menentukan aliran antar departemen. e) Melakukan proses perhitungan untuk mengetahui jumlah total momen dan gambar tata letaknya.

SADRIEZAHBY F D221 08 856

Laboratorium Perancangan Teknik Industri 3 2) Perhitungan tanpa constraint

[SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING]

Prosedur yang dilakukan hampir sama dengan 4.2.1. kecuali untuk departemen yang dianggap constraint ditiadakan. Hasil

yang diperoleh adalah jumlah momen sebesar 856234,7 dengan melakukan 3 iterasi.

5.

Analisa Perhitungan Berdasarkan hasil perhitungan diatas ternyata terdapat keunggulan dan kelemahan masing- masing. a. Perhitungan secara manual menghasilkan jumlah momen perpindahan yang lebih optimal dibanding dengan software QS, tetapi perhitungan memakan waktu yang lama sehigga kurang praktis. Keuntungan lain adalah lebih mudahnya melakukan pengaturan yang sesuai dengan keinginan perancangan tanpa. mengabaikan memudahkan operasional kerja. b. Keuntungan menggunakan software QS adalah waktu perhitungan yang lebih cepat dan praktis serta akurasi yang baik. Kelemahannya adalah tidak mampu memecah departemen menjadi dua bagian atau lebih. Software ini hanya berpatokan pada bentuk tata letak yang sesuai pada program awal sehingga bentuk-bentuk yang dihasilkan tanpa mempertimbangkan unsur-unsur yang memudahkan unsur-unsur yang

operasionalkerja

SADRIEZAHBY F D221 08 856

Laboratorium Perancangan Teknik Industri 3 B. PEMBAHASAN KHUSUS

[SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING]

Berdasarkan 3 layout perbaikan yang di tawarkan maka dipilh satu layout perbaikan yang dianggap paling optimal. Dan layout perbaikan yang dianggap paling optimal adalah layout perbaikan ke III. Adapun alasan-alasan dipilihnya layout perbaikan ke III sebagai layout perbaikan yang paling optimal adalah sebagai berikut.

Keterangan:1. Meja Kue Basah 2. Etalase Kue Tart 3. Etalase Kue Kemasan 4. Lemari Pendingin Alasan 1. Lintasan pengunjung yang berbentuk U dapat mengefisiekan luas ruangan dan arah lintasan pengunjung lebih teratur. 2. Meja Kue basah (1), etalase kue tart (2), etalase kue kemasan(3), Lemari pendingin (4) dan Lemari makanan ringan (5) di tempatkan dekat pintu masuk (11) dengan alasan agar pengunjung dapat lebih mudah melihat dan memilih 5. Lemari Makanan Ringan 6. Kasir 7. Oven 8. Bahan Kue 9. Steamer 10. Meja Penyimpanan 11. Pintu Masuk/Keluar 12. Pintu Belakang

SADRIEZAHBY F D221 08 856

Laboratorium Perancangan Teknik Industri 3barang yang ingin di beli.

[SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING]

3. Meja kasir (6) yang semula berada persis di samping oven dipindahkan agak menjauh dari oven. Hal ini di maksudkan agar kasir tidak terkena hawa panas dari oven saat sedang memanggang kue. Selain itu meja (6) kasir juga dipindahkan agak di tengah agar kasir dapat lebih mudah memantau pengunjung yang datang. 4. Oven (7) dan steamer (9) di dekatkan dengan pintu belakang (12), agar hawa panas dari oven dan steamer dapat langsung keluar lewat pintu belakang. Dengan kata lain sirkulasi udara dapat tetap terjaga saat oven dan steamer sedang bekerja. 5. Oven (7), steamer(9), dan rak bahan kue (8) juga didekatkan dan di tempatkan dalam satu area kerja karena menggunakan pegawai yang sama. 6. Oven(7) dan steamer (9) di dekatkan dengan meja penyimpanan (10) agar mempermudah perpindahan bahan (kue) dan memperlancar aliran kerja.

SADRIEZAHBY F D221 08 856

Laboratorium Perancangan Teknik Industri 3 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

[SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING]

1. Tata letak pabrik (plant layout) atau tata letak fasilitas (facilities layout) dapat didefenisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi. Pengaturan tersebut akan coba memanfaatkan luas area (space) untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan material, penyimpanan material (storage) baik yang bersifat temporer maupun permanen, personel pekerja, dan sebagainya. 2. Tujuan dari perancangan tata letak antara lain Memanfaatkan area yang ada, pendayagunaan pemakaian mesin, tenaga kerja dan fasilitas produksi lebih besar, meminimumkan material handling, mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kemacetan, dan lain-lain. 3. Persoalan tata letak antara lain pemindahan bahan (material handling), penerangan tempat, kebutuhan akan gudang untuk menyimpan bahan atau produk, dan lain-lain. 4. Secara umum, tata letak produksi dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu : a. Tata letak berdasarkan aliran produk (product layout) b. Tata letak berdasarkan aliran proses (process layout) c. Tata letak berdasarkan posisi tetap (fixed position layout) 5. Activity Relationship Chart (ARC) dan Activity Relationship Diagram (ARD) adalah suatu hubungan yang menggambarkan derajat keterdekatan antara departemen/fasilitas yang ditunjukkan dengan kode huruf dan garis berwarna. B. Saran Disarankan agar saat proses asistensi berlangsung, agar keadaan ruangan lebih tenang. Agar praktikan dapat mendengar instruksi dari asisten dengan lebih jelas.

SADRIEZAHBY F D221 08 856

Laboratorium Perancangan Teknik Industri 3 BAB I

[SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING]

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disiplin industri merupakan bagian dari disiplin enjinering yang didefinisikan sebagai suatu ilmu rekayasa/teknik yang berkaitan dengan perancangan, perbaikan serta instalasi sistem-sistem yang terintegrasi, yaitu setiap sistem yang terdiri dari manusia, mesin/peralatan, informasi dan energi. Industry Engineering memanfaatkan ilmu dan keterampilan tertentu (seperti matematika, fisika, ilmu-ilmu sosial, prinsip-prinsip, methoda analisa serta perancangan dalam bidang teknik) untuk menyatakan, memperkirakan serta mengevaluasi hasil kerja dari sistem terintegrasi di atas. Tidak seperti disiplin enjinering yang lain, yaitu lebih bersifat product oriented, disiplin Teknik Industri lebih berorientasi pada menghasilkan proses (process oriented). Salah satu tahapan penting dalam penyusunan suatu sistem pembuatan barang dan jasa yaitu perancangan tata letak fasilitas. Tata letak fasilitas produksi dikatakan sangat berperan penting dalam suatu perusahaan karena dapat mengoptimumkan hubungan antara para pekerja, aliran bahan, aliran informasi, dan tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan usaha dengan baik, ekomonis dan aman. Masalah penting dalam perencanaan tata letak fasilitas adalah bagaimana mengatur fasilitas-fasilitas agar diperoleh tata letak efektif sehingga diperoleh efisiensi yang tinggi dalam pengoperasiannya. Apabila suatu kumpulan fasilitas tidak memiliki perancangan tata letak fasilitas yang baik maka akan mempersulit kegiatan produksi atau pelayanan yang pada akhirnya akan menghambat tahapan proses dari suatu pekerjaan dan akan menghambat dalam pencapaian suatu tujuan dari usaha tersebut .

SADRIEZAHBY F D221 08 856

Laboratorium Perancangan Teknik Industri 3

[SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING]

Untuk menghindari hal tersebut, tentunya dibutuhkan penataan dan pengelolaan fasilitas produksi yang tertib dan teratur dengan cara mengklasifikasikannya menurut sistem tertentu yang disesuaikan dengan keadaan usaha. Salah satu cara yang dapat dilakukan guna penataan yang baik adalah dengan cara mendesain ulang (redesign) tataletak fasilitas produksi atau pelayanan sebelumnya sehingga diperoleh suatu desain baru yang lebih optimal. Dalam laporan ini penulis ingin mendesain ulang (redesign) tata letak fasilitas yang ada pada Warkop Visioner. Menurut penulis, warkop tersebut belum memiliki penataan fasilitas yang optimal, dikerenakan sering terjadi proses menunggu dan pergunaan fasilitas yang kurang maksimal.

B. Batasan Masalah Agar ruang lingkup permasalahan tidak meluas dan sesuai dengan permasalahan yang dipecahkan, maka batasan-batasan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Perancangan tata letak yang digunakan adalah perancangan tata letak fasilitas (facility layout diagram) dari Warkop. 2. Data-data yang digunakan diambil dengan menggunakan data primer dan sekunder. 3. Chart dan Diagram yang digunakan dalam proses perancangan tata letak fasilitas adalah Activity Relationship Chart (ARC) dan Activity Relationship Diagram (ARD).

C. Tujuan Praktikum Adapun tujuan praktikum ini dilakukan sebagai berikut : 1. Mengerti konsep perancangan tata letak fasilitas (facility layout design). 2. Mengetahui jenis dan karakteristik tata letak fasilitas. 3. Merancang tata letak fasilitas dengan menggunakan metode Systematic Layout Planning (SLP).

SADRIEZAHBY F D221 08 856

Laboratorium Perancangan Teknik Industri 3

[SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING]

D. Metode Pengambilan Data dan Informasi Adapun metodologi yang digunakan penulis untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam menyusun laporan ini yaitu: 1. Observasi Metode ini merupakan suatu bentuk penelitian dimana penulis mengamati secara langsung ke tempat yang menjadi obyek penelitian untuk mendapatkan data yang lebih tepat sesuai dengan kebutuhan. 2. Penelitian Kepustakaan Metode ini merupakan studi literatur untuk mencari data atau informasi yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. 3. Wawancara Metode ini dilakukan untuk mendapatkan opini dari berbagai sudut pandang yang terkait dengan obyek kajian. Obyek yang menjadi koresponden antara lain pengunjung dan karyawan warkop.

SADRIEZAHBY F D221 08 856