bab iv preskas

2
BAB IV ANALISA DATA Berdasarkan ILAE, epilepsi didefinisikan sebagai penyakit otak dengan kondisi berikut: (1) setidaknya dua kejang yang tidak terprovokasi (atau refleks) yang terjadi terpisah lebih dari 24 jam; (2) satu kejang tidak terprovokasi (atau refleks) dan sebuah kemungkinan kejang berikutnya serupa dengan resiko kembali umum (setidaknya 60%) setelah dua kejang tidak terprovokasi, terjadi lebih dari 10 tahun berikutnya. (3) diagnosa sindroma epilepsi (berdasarkan pemeriksaan elekroensefalografi). Pada awalnya, pasien R diduga menderita KDK karena terjadi kejang umum sebanyak satu kali selama 30 menit, tidak adanya riwayat kejang sebelumnya dan terdapat demam sebelum kejang terjadi. Pemeriksaan fisik didapatkan suhu 39,1 o C. Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin ditemukan trombositopenia memberikan kesan trombopoiesis yang menurun dan destruksi trombosit dalam darah yang meningkat. Mengingat ini adalah kejang pertama pasien dan merupakan KDK, dilakukan pemeriksaan EEG dengan hasil ditemukan kesan fokus epileptogenik pada regio frontal kanan serta disfungsi kortikal di regio fronto-parieta-temporal. Fokus epileptogenik menunjukkan serangan muatan listrik terhadap neuron yang rentan. Hal ini juga sesuai dengan kejang disertai fokus epileptogenik pada regio lobus frontalis sering terjadi pada malam hari, dimana pada pasien ditemukan kejang pada malam hari. Fokus epileptogenik khas ditemukan pada epilepsi. IgG Dengue Blot negatif dan IgM Dengue Blot positif, menunjukkan terdapat infeksi virus Dengue primer. Pada pemeriksaan fungsi hati 4 Juni 2015 pukul 10.33, albumin sejumlah 3.51, SGOT 87 dan SGPT 34. Pemeriksaan fungsi hati dilakukan untuk mengetahui inflamasi hati kronis dan kekurangan energi protein. Hal ini sesuai dengan pasien yang merupakan anak dengan gizi buruk.

Upload: putri-nisrina

Post on 16-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pres

TRANSCRIPT

BAB IVANALISA DATA

Berdasarkan ILAE, epilepsi didefinisikan sebagai penyakit otak dengan kondisi berikut: (1) setidaknya dua kejang yang tidak terprovokasi (atau refleks) yang terjadi terpisah lebih dari 24 jam; (2) satu kejang tidak terprovokasi (atau refleks) dan sebuah kemungkinan kejang berikutnya serupa dengan resiko kembali umum (setidaknya 60%) setelah dua kejang tidak terprovokasi, terjadi lebih dari 10 tahun berikutnya. (3) diagnosa sindroma epilepsi (berdasarkan pemeriksaan elekroensefalografi).

Pada awalnya, pasien R diduga menderita KDK karena terjadi kejang umum sebanyak satu kali selama 30 menit, tidak adanya riwayat kejang sebelumnya dan terdapat demam sebelum kejang terjadi.

Pemeriksaan fisik didapatkan suhu 39,1oC. Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin ditemukan trombositopenia memberikan kesan trombopoiesis yang menurun dan destruksi trombosit dalam darah yang meningkat.

Mengingat ini adalah kejang pertama pasien dan merupakan KDK, dilakukan pemeriksaan EEG dengan hasil ditemukan kesan fokus epileptogenik pada regio frontal kanan serta disfungsi kortikal di regio fronto-parieta-temporal. Fokus epileptogenik menunjukkan serangan muatan listrik terhadap neuron yang rentan.Hal ini juga sesuai dengan kejang disertai fokus epileptogenik pada regio lobus frontalis sering terjadi pada malam hari, dimana pada pasien ditemukan kejang pada malam hari. Fokus epileptogenik khas ditemukan pada epilepsi.

IgG Dengue Blot negatif dan IgM Dengue Blot positif, menunjukkan terdapat infeksi virus Dengue primer. Pada pemeriksaan fungsi hati 4 Juni 2015 pukul 10.33, albumin sejumlah 3.51, SGOT 87 dan SGPT 34. Pemeriksaan fungsi hati dilakukan untuk mengetahui inflamasi hati kronis dan kekurangan energi protein. Hal ini sesuai dengan pasien yang merupakan anak dengan gizi buruk.

Status-status gizi yang salah satunya dipengaruhi oleh keseimbangan asupan dan penyerapan gizi, khususnya zat gizi makro yang berpengaruh pada system kekebalan tubuh. Selain zat gizi makro, disebutkan pula bahwa zat gizi mikro seperti besi dan seng mempengaruhi respon kekebalan tubuh, apabila terjadi defisiensi salah satu zat gizi mikro, maka akan merusak system imun.Diagnosis bandingnya adalah idiopatic purpura trombositopenia (ITP) karena ditemukannya trombositopenia. Namun karena telah digunakan Dengue Blot, sudah dipastikan pasien R mengalami DHF.