bab iv hasil penelitian dan pembahasan a. deskripsi...
TRANSCRIPT
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan wawancara yang dilakukan mengenai budaya sekolah di Sekolah
Dasar terpencil terhadap kepala sekolah, para staff dewan guru dan para siswa yang
menjadi informan maka diperoleh hasil sebagai berikut .
1. Disiplin Waktu Guru Sekolah Dasar Terpencil
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah bahwa:
“Budaya kerja yang dilakukan oleh guru di SDN 1 Taulaa walaupun termasuk daerah terpencil namun disiplin kerja tetap dilaksanakan, guru datang ke sekolah tepat waktu serta budaya kerja sama untuk membangun sekolah” (1.W/AM/30/04/12)
Hal tersebut didukung oleh pendapat seorang guru terkait budaya kerja guru di
SDN 1 Taulaa bahwa:
Guru senantiasa disiplin dalam bekerja, baik dalam disiplin waktu yang umumnya jam masuk dan jam pulang sekolah harus tepat waktu, disamping itu guru harus melaksanakan proses pembelajaran harus memenuhi target alokasi waktu yang ditetapkan sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran. (1.W/YH/30/04/12)
Seorang guru juga memberikan informasi bahwa:
Disiplin waktu yang diterapkan di sekolah juga pada disiplin waktu pembelajaran, yaitu para guru harus mencapai target pembelajaran, atau melakukan pembelajaran berdasarkan alokasi waktu yang ditetapkan bersama, sehingga apabila terdapat pembelajaran yang belum tuntas, maka dilanjutkan pada waktu sore hari. (1.W/NR/02/05/12)
Kepala Sekolah selaku informan memberikan informasi bahwa:
“Saya selaku Kepala sekolah memberikan pengawasan dari segi waktu yaitu dengan memeriksa kehadiran dan administrasi. Staff dewan guru yang saya
35
2
nilai sudah cukup disiplin, karena data melaksanakan peraturan sekolah dengan mengisi daftar hadir, jadwal mengajar dengan baik meskipun ada beberapa guru yang masih kurang mentaati peaturan yang ada. Namun, keberadaan guru-guru yang selalu taat pada tatatertib yang berlaku dapat memberikan dampak kepada guru-guru yang lain seperti dalam hal mengajar, membuat persiapan mengajar dan adanya penghargaan kepada guru yang disiplin kerjanya bagus dengan ucapan terima kasih dan pujian. Namun adapula sanki apabila guru tidak melaksanakan kedisiplinan dengan teguran. (1.W/AM/30/04/12)
Seorang informan memberikan informasi bahwa:
Siswa dan guru datang kesekolah itu 5 menit sebelum pegajaran dimulai kemuidian mengisi daftar hadir dikelas tepat waktu karena untuk mencontohkan kepada para peserta didik, membuat lesson planning seminggu sebelum pengajaran, kegiatan KBM disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa, pembukaan pengajaran dimulai dengan mengabsen siswa –siswi dan akhir pelajara memberikan evaluasi namun terkadang evaluasi dilaksanakan pada akhir bab atau pokok bahasan. (1.W/NR/02/05/12)
Adapun waktu kerja guru di Sekolah Dasar pada penelitian ini ditinjau dari
professional guru dalam tugas, perencanaan program, partisipasi dalam dalam proses
perencanaan pembelajaran.
Adapun dalam merencanakan program peningkatan produktivitas guru di
SDN 1 Taulaa kepala sekolah menuturkan bahwa:
Pihaknya telah mencanangkan bahwa waktu kerja guru disesuaikan dengan
kalender pendidikan . (3.2/W/AM/16/05/12)
Dalam hal partisipasi guru dalam proses perencanaan pembelajaran seorang
guru memberikan informasi bahwa:
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa:
Guru di SDN 1 Taulaa bekerja sama menyusun perencanaan pembelajaran di
Sekolah di karenakan Sumber belajar yang dimiliki oleh guru masih sangat
minim, Perangkat pembelajaran yang ada belum sesuai dengan bahan ajar
yang dimiliki oleh guru, sehingga guru di SDN 1 Taulaa memutuskan untuk
menyusun sendiri. (3.3/W/NR/16/05/12)
Adapun SDN 1 Taulaa tanggap dengan perkembangan dunia luar menurut
pendapat seorang guru bahwa:
Untuk mengetahui perkembangan dunia luar tentunya menggunakan fasilitas internet, di SDN 1 Taulaa komputer hanya satu perangkat, itupun dapat dinyalakan melalui generator, Keterbatasan listrik menjadi faktor yang utama, Begitu pula untuk mengetahui informasi pendidikan di Diknas Cabang Bilto pun masih sangat minim, Pegawai yang kurang serta belum adannya gedung tetap serta sarana jaringan internet di Kantor tersebut sangat menghambat SDN 1 Taulaa tanggap dengan perkembangan dunia luar. (3.4/W/YD/16/05/12)
SDN 1 Taulaa tidak tanggap dengan perkembangan dunia luar karena
keterbatasan sarana dan media komunikasi internet, Keterbatasan listrik menjadi
faktor yang utama, Begitu pula untuk mengetahui informasi pendidikan di Diknas
Cabang Bilto pun masih sangat minim, Pegawai yang kurang serta belum adannya
gedung tetap dan sarana komunikasi kurang memadai
Sehingga dapat disimpulkan bahwa disiplin waktu dilaksanakan dengan baik
di SDN 1 Taulaa hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan guru datang ke sekolah tepat
waktu. Disiplin waktu yang diterapkan di sekolah juga pada disiplin waktu
pembelajaran, yaitu para guru harus mencapai target pembelajaran, atau melakukan
3
4
pembelajaran berdasarkan alokasi waktu yang ditetapkan bersama, sehingga apabila
terdapat pembelajaran yang belum tuntas, maka dilanjutkan pada waktu sore hari. Hal
ini juga didukung oleh kepala sekolah memberikan pengawasan dari segi waktu yaitu
dengan memeriksa kehadiran dan administrasi.
2. Disiplin Kerja guru Sekolah Dasar Terpencil.
Disamping itu menurut keterangan lebih lanjut oleh kepala sekolah bahwa:
Dalam proses pembelajaran guru senatiasa bekerja sama dalam hal penyusunan rencana program pembelajaran yang meliputi silabus dan RPP, oleh saya sendiri sebelumnya guru diikutkan pada kegiatan KKG kemudian mempraktekkan langsung membuat Silabus dan RPP di Sekolah agar guru dapat mengkondisikan sumber belajar yang tersedia di Sekolah. Dengan adanya kerjasama guru tersebut maka guru akan disiplin dalam bekerja khususnya bekerja bersama-sama.(1.W/AM/30/04/12)
Seorang guru memberikan pernyataan lebih lanjut terkait pernyataan kepala
sekolah dengan memberikan informasi bahwa:
Guru di SDN 1 Taulaa membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan bersama-sama dengan tujuan agar guru dapat saling menanyakan apa yang kurang di mengerti dalam membuat program pengajaran, sebagaimana diketahui bahwa SDN 1 Taulaa membuat silabus dan RPP tersebut mengkondisikan dengan Bahan ajar yang tersedia karena sebagai sekolah yang terpencil keterbatasan bahan ajar merupakan permasalahan utama. (1.W/ND/30/04/12)
Seorang guru juga memberikan informasi bahwa:
Untuk menyusun perangkat pembelajaran tersebut guru hanya menulis secara manual karena di Sekolah tidak tersedia jaringan listrik, nanti setelah seluruh perangkat pembelajaran rampung, kepala sekolah menyalakan Genset untuk mengaktifkan computer agar proses pengetikan perangkat pembelajaran di lakukan pada waktu bersamaan. (1.W/FB/30/04/12) Seorang guru memberikan informasi bahwa:
Selain menyusun perangkat pembelajaran sendiri, guru pun harus menambah jam pelajaran sekolah pada sore hari karena pada malam hari tidak memungkinkan dilakukan di Sekolah, penambahan jam pelajaran tersebut dilakukan agar pembelajaran yang belum sempat memenuhi target perangkat pembelajaran dapat diselesaikan di luar jam sekolah. (1.W/NR/30/04/12)
Mendukung pernyataan guru di atas kepala sekolah memberikan informasi
bahwa:
Saya selaku kepala sekolah mengharuskan para guru untuk menyelesaikan pembelajaran yang belum tuntas di luar jam sekolah agar program pengajaran dapat memenuhi target pencapaian, untuk memberikan motivasi kepada guru maka pemberian insentif saya lakukan sehingga guru bersemangat melaksanakan tugasnya tersebut. (1.W/AM/30/04/12)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah di SDN 1 Taulaa sebagai
sekolah dasar terpencil menerapkan budaya disiplin waktu bagi para guru, menyusun
program pengajaran bersama-sama dengan panduan bahan ajar yang dimiliki,
menyelesaikan pembelajaran yang belum tuntas dengan melaksanakan pembelajaran
pada sore hari di luar jam sekolah.
Menurut seorang guru terkait pertanyaan apakah budaya kerja dapat
meningkatkan rasa kebersamaan guru di sekolah dengan memberikan informasi
bahwa: “Ya, kebersamaan guru di sekolah dapat tercermin melalui penyusunan
perangkat pembelajaran yang dilakukan bersama-sama di sekolah, selain itu guru
saling tukar pikiran mengenai hal baru yang belum diketahui misalnya untuk
menentukan indikator pembelajaran”. (2.W/NR/02/05/12)
Pendapat tersebut didukung oleh seorang guru bahwa:
Rasa kebersamaan guru dapat terwujud melalui kesetaraan tupoksi guru di sekolah, sehingga tidak menimbulkan rasa iri bahwa pekerjaannya lebih
5
6
benyak dari guru lainnya, namun di SDN Taulaa kesan tersebut tidak ada, karena semua guru mengerjakan pekerjaan dengan senang hati walaupun keterbatasan sarana dan prasarana di sekolah. (2.W/YH/02/05/12)
Terkait pertanyaan apakah budaya kerja dapat meningkatkan rasa saling
terbuka di sekolah dengan memberikan informasi bahwa:
“Ya, hal ini sesuai pernyataan saya di atas bahwa dalam penyusunan perangkat pembelajaran guru memiliki rasa terbuka satu sama lainnya, bila guru tidak tahu menyusun perangkat pembelajaran maka dia menanyakan kepada guru yang lebih tahu. (3.W/NR/02/05/12)
Salah seorang informan juga memberikan informasi bahwa:
Bahwa dengan adanaya rasa kebersamaan dan saling terbuka maka rasa kekeluargaan dan komunikasi yang lebih baik akan terwujud dengan sendirinya, walaupun sebagian 3 (tiga) orang guru berstatus PNS, namun para guru yang masih berstatus guru abdi tidak merasa terkucilkan. Bahkan di SDN Taulaa guru abdi yang selalu memperlihatkan kinerjanya di sekolah. (4.W/ND/30/04/12)..
Sehingga dapat disimpulkan bahwa rasa kebersamaan dan rasa saling terbuka
antara guru di SDN 1 Taulaa tercermin dalam penyusunan perangkat pembelajaran
dengan bersama-sama, para guru yang belum begitu paham menanyakan kepada guru
yang lebih paham terkait penyusunan perangkat pembelajaran adapun rasa
kekeluargaan dapat terwujud melalui rasa kebersamaan dan rasa saling terbuka yang
telah dilaksanakan dengan membangun komunikasi yang lebih baik.
3. Disiplin aturan guru Sekolah Dasar TerpencilBerdasarkan wawancara dengan kepala sekolah diperoleh informasi bahwa:
Professional guru ditinjau dari segi akademik guru masih sangat kurang, guru di SDN 1 Taulaa hanya tiga orang yang berstutus PNS, itupun kepala sekolah lulusan Sekolah Pendidikan Guru, dan lainnya lulusan D III, dan seluruh guru Abdi lulusan SMA. Namun untuk bekerja guru tidak memperhatikan status
akademik. Bahkan terkadang guru-guru abdi yang terlihat lebih rajin daripada guru-guru pegawai. (3.1/W/AM/16/05/12)
Seorang guru menuturkan bahwa:
“Walaupun dari segi akademik hanya lulusan SMA namun, pengalaman guru dalam menangani anak didik sangat baik, disamping itu kegiatan KKG merupakan sarana yang baik dalam peningkatan profesionalitas guru di SDN 1 Taulaa. (3.1/W/YH/16/05/12)
Seorang guru juga mendukung pernyataan di atas dengan memberikan
informasi bahwa:
Guru di SDN 1 Taulaa bila ditinjau dari segi kehadiran di sekolah sangat professional, ini terbukti bahwa sebagian besar guru di SDN 1 Taulaa rumahnya sangat berjauhan dari Sekolah, namun tidak mengurungkan niat mereka untuk ke sekolah pada pagi hari. (3.1/W/YD/16/05/12)
Kepala sekolah juga memberikan informasi bahwa:
“Salah satu kendala yang harus di hadapi guru dalam menjalankan
keprofesionalnya yaitu Cuaca. (3.1/W/AM/16/05/12)
Hal ini tentunya menarik peneliti untuk melakukan wawancara lebih lanjut
terkait mengapa Cuaca yang menjadi penghalang professional guru di SDN 1 Taulaa
dengan temuan yaitu:
Berdasarkan penuturan seorang guru bahwa:
“Pendapat kepala sekolah tersebut sangat benar adannya, professional guru tidak bisa berjalan dan dipaksakan bila cuaca sekitar tidak mendukung, Hal ini dikarenakan bila hujan terjadi maka proses pembelajaran tidak dapat berlangsung, karena akses jalan menuju sekolah menyeberang sungai. (3.1/W/YH/16/05/12)
7
8
Hal tersebut dibenarkan oleh seorang guru bahwa:
“Bila hujan turun maka seluruh kegiatan di sekolah tidak dapat berjalan, siswa di pulangkan, karena tak ada satu guru pun yang berada si sekolah, Hal ini disebabkan oleh sungai yang menjadi tempat penyeberangan para guru dan sebagian siswa dalam keadaan banjir. Para guru dan Siswa takut untuk menyeberang karena air sungai tersebut sangat deras. (3.1/W/NR/16/05/12)
Seorang guru juga menjelaskan bahwa:
Dengan keadaan sungai yang banjir maka guru dan sebagian siswa tidak dapat ke sekolah, sekolah dengan terpaksa harus meliburkan siswanya, karena semua guru berada di muara sungai, Para guru tetap akan ke sekolah bila hujan turun, namun langkahnya terhenti dipinggiran sungai, Untuk memulangkan sebagian siswa yang ada di Sekolah maka pihak guru menghubungi masyarakat di lingkungan sekolah agar memulangkan siswa, karena guru tidak dapat melanjutkan perjalanannya karena sungai tidak bisa dilewati. (3.1/W/YD/16/05/12) Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan hal yang menarik bahwa
professional guru di SDN 1 Taulaa tidak dapat diragukan walaupun ditinjau dari segi
akademik masih rendah, namun semangat untuk melakukan kegiatan pembelajaran
selalu hal yang utam terbukti bahwa seluruh guru rumahnya sangat jauh dari sekolah
namun tetap hadir ke sekolah, namun yang menjadi kendala umum di SDN 1 Taulaan
bila cuaca hujan melanda, maka sekolah meliburkan siswanya, karena akses jalan
menuju sekolah yang melalui sungai tidak dapat di lewati oleh guru dan sebagian
siswa.
Aturan guru di SDN 1 Taulaa menurut pernyataan salah seorang informan
bahwa:
“Aturan kerja guru dapat dilihat dalam perilaku guru. di SDN Taulaa umumnya guru bersifat humanis yaitu mementingkan kepentingan murid dari pada kepentingan pribadi, guru di SDN Taulaa dengan segala keterbatasan
sarana dan prasarana tetap mengoptimalkan murid dapat mendapatkan pembelajaran yang optimal. (2.1/W/YH/02/05/12)
Hal ini sesuai penyataan kepala sekolah bahwa:Para guru di SDN 1 Taulaa perilkunya bersifat humanis dengan berorientasi pada pengembangan yaitu dalam aktivitas mengajar yang berkaitan dengan pendekatan mengajar yang humanis adalah mengakui, menghargai dan menerima siswa apa adanya, tidak membodoh-bodohkan siswa, terbuka menerima pendapat dan pandangan siswa tanpa menilai atau mencela, terbuka untuk komunikasi dengan siswa. (2.1/W/AM/02/05/12)Sehingga dapat disimpulkan bahwa aturan kerja guru dalam bentuk budaya
kerja umumnya dapat terwujud melalui sikap dan perilaku guru di sekolah, guru yang
mementingkan siswa, tidak membodoh-bodohkan siswa, terbuka menerima pendapat
dan pandangan siswa tanpa menilai atau mencela, serta terbuka untuk komunikasi
dengan siswa merupakan wujud nyata budaya kerja guru di sekolah khususnya di
dalam kelas.
Seorang guru juga menuturkan bahwa:
Walupun para guru bersifat humanis namun dalam rangka penegakan disiplin sekolah dan disiplin sekolah seringkali guru “mencubit” siswa sebagai bentuk hukuman karena bermain atau tidak memperhatikan guru pada saat pembelajaran di kelas berlangsung. (2.1/W/NR/02/05/12)
Terkait pernyataan di atas guru juga memberikan informasi bahwa:“Untuk penegakan disiplin sekolah, para guru ditugaskan oleh kepala sekolah yang bekerja sama dengan kepala desa setempat untuk mengontrol para siswa melaksanakan shalat jum’at dan menghadiri kegiatan Taman Pembelajaran al-Qur’an. (2.1/W/YD/02/05/12)Seorang siswa juga menuturkan bahwa:“Ketika pembelajaran di Kelas guru tidak segan-segan mencubit siswa yang bermain dalam proses pembelajaran berlangsung, begitu pula guru memberikan hukuman membersihkan sekolah pada hari sabtu ketika siswa tidak melaksanakan shalat jum’at dan tidak ikut pengajian di taman pengajian al-Qur’an. (2.1/W/FB/02/05/12)Sehingga dapat disimpulkan bahwa aturan kerja guru dalam budaya kerja di
sekolah tercermin dari perilaku guru, sejauhmana sikap guru di sekolah maka kualitas
9
10
kerja pun akan menjadi baik. namun guru di sekolah menerapkan sistem hukuman
bagi siswa dengan alasan siswa yang bermain di kelas pada saat jam pelajaran
berlangsung serta pada saat siswa tidak melaksanakan shalat jum’at berjamaah dan
ikut dalam taman pengajian al-Qur’an.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku guru adalah hal yang utama
khususnya dalam proses pembelajaran, guru di SDN Taulaa menyusun program
dengan bersama-sama, yaitu penyusunan perangkat pembelajaran Silabus, dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Guru menggambarkan perilaku yang humanis
kepada siswa dengan lebih mementingkan hasil pembelajaran siswa. Adapun dalam
pemberian hukuman siswa dilaksanakan agar siswa termotivasi untuk melaksanakan
kegiatan pembelajaran.
Menurut kepala sekolah bahwa:Pihaknya menganjurkan kepada guru agar dalam penilaian hasil belajar siswa
lebih adil yaitu tidak memperhatikan bahwa siswa tersebut adalah
keluarganya. (2.4/W/AM/03/05/12)
Seorang guru menjelaskan bahwa:
Ya, saya menganalis hasil pembelajaran siswa di Sekolah, yaitu dengan
mempertimbakan faktor siswa tersebut serta berdasarkan rumus analisis hasil
evaluasi yang menjadi ketetapan sekolah walaupun secara manual dengan
tulisan tangan dan bantuan kalkulator. (2.5/W/YD/03/05/12)
Seorang guru menjelaskan bahwa:
Untuk menganalis hasil evaluasi pembelajaran saya memperhatikan tingkah
laku siswa di sekolah dari segi penilaian psikomotor, walaupun siswa tersebut
hasil ulanngannya bagus, namun dari segi kerapian, disiplin dan tingkah laku
kurang maka belum tentu mendapatkan hasil evaluasi yang maksimal.
(2.5/W/FB/03/05/12)
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa guru di SDN Taulaa
menganalisis hasil evaluasi pembelajaran siswa dengan lebih memperhatikan aspek
psikomotor. Adapun analisis hasil eveluasi tersebut dilakukan secara sederhana dan
manual dengan tulisan tangan dan bantuan kalkulator.
B. Temuan Penelitian
1. Disiplin waktu guru Sekolah Dasar Terpencil
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah
satu dari hal tersebut adalah membangun budaya kerja guru dengan baik. budaya
kerja guru merupakan kultur organisasi dalam konteks persekolahan. Dengan adanaya
budaya kerja guru maka menjamin kualitas kerja yang lebih baik.
SDN 1 Taulaa sebagai sekolah dasar terpencil menerapkan budaya disiplin
waktu bagi para guru, menyusun program pengajaran bersama-sama dengan panduan
bahan ajar yang dimiliki, menyelesaikan pembelajaran yang belum tuntas dengan
melaksanakan pembelajaran pada sore hari di luar jam sekolah.
Rasa kebersamaan dan rasa saling terbuka antara guru di SDN 1 Taulaa
tercermin dalam penyusunan perangkat pembelajaran dengan bersama-sama, para
11
12
guru yang belum begitu paham menanyakan kepada guru yang lebih paham terkait
penyusunan perangkat pembelajaran adapun rasa kekeluargaan dapat terwujud
melalui rasa kebersamaan dan rasa saling terbuka yang telah dilaksanakan dengan
membangun komunikasi yang lebih baik
Oleh karena itu dapat digambarkan waktu kerja guru di SDN Dunggala dalam
konteks penelitian berikut ini:
Gambar 4.2 Diagram Konteks Disiplin waktu Guru di Sekolah Dasar Terpencil
2. Disiplin Kerja Guru di Sekolah Dasar terpencil
Waktu kerja merupakan saat dimana guru melakukan aktivitas pembelajaran
di sekolah hal ini tentunya disesuaikan kalender pendidikan, Professional guru di
SDN 1 Taulaa tidak dapat diragukan walaupun ditinjau dari segi akademik masih
rendah, namun semangat untuk melakukan kegiatan pembelajaran selalu hal yang
utam terbukti bahwa seluruh guru rumahnya sangat jauh dari sekolah namun tetap
hadir ke sekolah.
Namun yang menjadi kendala umum di SDN 1 Taulaan bila cuaca hujan
melanda, maka sekolah meliburkan siswanya, karena akses jalan menuju sekolah
yang melalui sungai tidak dapat di lewati oleh guru dan sebagian siswa.
SDN 1 Taulaa tidak tanggap dengan perkembangan dunia luar karena
keterbatasan sarana dan media komunikasi internet, Keterbatasan listrik menjadi
faktor yang utama, Begitu pula untuk mengetahui informasi pendidikan di Diknas
Cabang Bilto pun masih sangat minim, Pegawai yang kurang serta belum adannya
gedung tetap dan sarana komunikasi kurang memadai.
Berdasarkan kesimpulan di atas mengenai budaya kerja guru sekolah dasar
terpencil di SDN 1 Taulaa dapat digambarkan sesuai dengan bagan dibawah ini:
13
14
Gambar 4.2 Diagram Konteks Disiplin Kerja Guru di SDN terpencil)
3. Disiplin Aturan Kerja Guru Sekolah Dasar Terpencil.
Guru di SDN Taulaa menganalisis hasil evaluasi pembelajaran siswa dengan
lebih memperhatikan aspek psikomotor. Adapun analisis hasil eveluasi tersebut
dilakukan secara sederhana dan manual dengan tulisan tangan dan bantuan kalkulator.
Walaupun dari segi akademik hanya lulusan SMA namun, pengalaman guru
dalam menangani anak didik sangat baik, disamping itu kegiatan KKG merupakan
sarana yang baik dalam peningkatan profesionalitas guru di SDN 1 Taulaa
Berdasarkan kesimpulan di atas aturan kerja guru di sekolah terpencil dapat
digambarkan sesuai dengan bagan dibawah ini:
Gambar 4.3: Diagram Konteks Disiplin Aturan kerja Guru di Sekolah Dasar
Terpencil
C. Pembahasan
1. Disiplin waktu guru Sekolah Dasar Terpencil
Di Indonesia, yang paling memerlukan pendidikan adalah mereka yang berada
di daerah miskin dan terpencil. Untuk mengatasi kebutuhan pendidikan bagi mereka
adalah upaya penerapan cara non konvensional. Cara lain itu adalah memanfaatkan
potensi, kemajuan serta keluwesan teknologi baru. Sekalipun teknologi baru seperti
teknologi komunikasi, informasi dan adi-marga menawarkan pemerataan pendidikan
dengan biaya yang relatif rendah (Ono Purbo, 1996), penggunaannya masih
merupakan jurang pemisah antara ‘yang kaya’ dan ‘yang miskin’.
SDN 1 Taulaa sendiri dibangun awal para peserta didik yang sekolahnya
sangat jauh dari rumah mereka tinggal sehingga dibukalah kelas jauh, dan dipatenkan
menjadi SDN 1 Taulaa. Langkah ini ditempuh agar pelaksanaan pendidikan tidak
menyulitkan pesert didik yang berjalan berapa puluh ribu langkah hanya untuk
meraih mimpi. Hal ini tentunya sangat berbeda dengan zaman dulu.
15
16
Di samping itu, sekalipun teknologi dapat menjangkau yang tak terjangkau
serta dapat menghadirkan pendidikan kepada warga belajar, mereka yang terlupakan
tetap dirugikan karena bukan hanya tetap buta teknologi tetapi tertinggal dalam hal
ilmu pengetahuan. Mayoritas kaum miskin di Indonesia tinggal di tempat-tempat jauh
yang terpencil. Mereka praktis kekurangan segalanya: fasilitas, alat-alat transportasi
dan komunikasi di samping rendahnya pengetahuan mereka terhadap teknologi.
Bila pendidikan ingin menjangkau mereka yang kurang beruntung ini bila perbaikan
hidup masyarakat yang lebih banyak ini yang menjadi sasaran kita dengan
menyediakan pendidikan yang lebih berkualitas; lebih efektif dan cepat kondisi yang
proporsional harus diciptakan dengan memobilisasi sumber-sumber lokal dan
nasional.
Pemerataan pendidikan masyarakat miskin dan terpencil di Indonesia, dapat
dibagi menjadi pemerataan pendidikan formal dan pemerataan pendidikan non
formal.
Pada jenjang pendidikan formal, secara umum perluasan akses dan
peningkatan pemerataan pendidikan masih menjadi masalah utama, terutama bagi
masyarakat miskin maupun masyarakat di daerah terpencil. Pemerataan pendidikan
formal terdiri dari pemertaaan pendidikan di tingkat prasekolah, sekolah dasar,
menengah, perguruan tinggi.
Pendidikan sekolah dasar memang sudah cukup dirasakan pemerataannya di
berbagai daerah, hal ini sejalan dengan program wajib belajar 9 tahun, tetapi mutu
dari pendidikan tersebut masih sangat berbeda budaya kerja guru antara daerah
perkotaan dengan pedesaan.
SDN 1 Taulaa sebagai sekolah dasar terpencil menerapkan budaya disiplin
waktu bagi para guru, menyusun program pengajaran bersama-sama dengan panduan
bahan ajar yang dimiliki, menyelesaikan pembelajaran yang belum tuntas dengan
melaksanakan pembelajaran pada sore hari di luar jam sekolah.
Rasa kebersamaan dan rasa saling terbuka antara guru di SDN 1 Taulaa
tercermin dalam penyusunan perangkat pembelajaran dengan bersama-sama, para
guru yang belum begitu paham menanyakan kepada guru yang lebih paham terkait
penyusunan perangkat pembelajaran adapun rasa kekeluargaan dapat terwujud
melalui rasa kebersamaan dan rasa saling terbuka yang telah dilaksanakan dengan
membangun komunikasi yang lebih baik.
2. Disiplin Kerja guru Sekolah Dasar Terpencil
Permasalahan yang lain adalah tidak meratanya jumlah guru. Di daerah yang
terpencil guru menjadi barang langka. Tentu saja orang akan memilih di daerah yang
enak. Keterbatasan sarana dan prasarana haruslah ditingkatkan dengan pembangunan.
Dan haruslah guru di daerah terpencil menjadi prioritas, agar mereka juga bisa
merasakan keadilan. Jangan sampai di perkotaan banyak sekali SD bertaraf
Internasional tetapi masih banyak juga SD terpencil. Setiap anak Indonesia
mendapatkan hak yang sama, yang ada di daerah jangan sampai jalan ditempat
bahkan terus tertinggal.
17
18
Sebagai guru yang PNS tentunya digaji negara untuk melaksanakan tugasnya,
yaitu yang utama adalah mendidik. Walaupun harus ditempatkan di daerah terpencil,
banyak tantangan dan hambatan itu tak selamanya akan terus dirasakan. Masih
banyak SD yang membutuhkan guru, dan ancaman pensiun guru SD. Sebenarnya hal
tersebut tak perlu dikhawatirkan, stok calon guru itu masih banyak. Ditempat saya
menempuh ilmu sudah banyak meluluskan calon guru SD. Sekerang pemerintah
sebagai regulator, dan peyelenggara pendidikan dapat merekturnya dan memberikan
status sesuai haknya. Dan menyebarkannya secara merata, memperlakukannya
dengan adil.
Professional guru di SDN 1 Taulaa tidak dapat diragukan walaupun ditinjau
dari segi akademik masih rendah, namun semangat untuk melakukan kegiatan
pembelajaran selalu hal yang utam terbukti bahwa seluruh guru rumahnya sangat jauh
dari sekolah namun tetap hadir ke sekolah,
Waktu kerja guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran selalu hal yang
utama terbukti bahwa seluruh guru rumahnya sangat jauh dari sekolah namun tetap
hadir ke sekolah. Namun yang menjadi kendala umum di SDN 1 Taulaan bila cuaca
hujan melanda, maka sekolah meliburkan siswanya, karena akses jalan menuju
sekolah yang melalui sungai tidak dapat di lewati oleh guru dan sebagian siswa. SDN
1 Taulaa tidak tanggap dengan perkembangan dunia luar karena keterbatasan sarana
dan media komunikasi internet dan keterbatasan listrik menjadi faktor yang utama.
Namun yang menjadi kendala umum di SDN 1 Taulaan bila cuaca hujan
melanda, maka sekolah meliburkan siswanya, karena akses jalan menuju sekolah
yang melalui sungai tidak dapat di lewati oleh guru dan sebagian siswa.
SDN 1 Taulaa tidak tanggap dengan perkembangan dunia luar karena
keterbatasan sarana dan media komunikasi internet, Keterbatasan listrik menjadi
faktor yang utama, Begitu pula untuk mengetahui informasi pendidikan di Diknas
Cabang Bilto pun masih sangat minim, Pegawai yang kurang serta belum adannya
gedung tetap dan sarana komunikasi kurang memadai.
3. Disiplin aturan guru Sekolah Dasar Terpencil
Beberapa permasalahan yang masih dihadapi terkait dengan pemerataan
pendidikan bagi masyarakat miskin maupun masyarakat di daerah terpencil,
kaitannya dengan perluasan dan pemerataan program wajib belajar pendidikan dasar
9 tahun, wajib belajar belum memiliki makna “compulsory” karena ketidakmampuan
subsidi pemerintah untuk menjangkau masyarakat marjinal ke bawah yang jumlahnya
cukup besar dan secara ekonomi tidak mampu.
Dari sisi tenaga pengajar atau guru, masih banyak SD yang khususnya ada di
daerah terpencil masih kurang. Masih banyak guru-guru yang statusnya sukarelawan.
Dan masih banyak sekali diantara mereka yang mendapatkan kesejahteraan yang
kurang. menjadi tenaga pendidik (guru) sukwan, dengan honor yang untuk beli
bensin saja cukup, tak bersisa. jika mereka para guru sukarelawan itu sudah
berkeluarga maka yang harus mencari altenatif pekerjaan lain, sehingga berpengaruh
19
20
pada kinerjanya di sekolahan. Belum lagi permasalan yang lain terkait guru
sukarelawan.
Anak tidak saja membutuhkan perlakuan yang sesuai dengan perkembangan
psikologisnya, namun juga mempunyai hak untuk dihormati, dilindungi, dimajukan
dan dipenuhi hak-haknya. Pengertian “kebutuhan” menunjukan bahwa anak secara
alamiah sebagai makhluk Tuhan membutuhkan perlakuan dan lingkungan yang
kondusif bagi perkembangan potensinya, sehingga tercerabutnya anak dari keadaan
demikian berpotensi menghambat pencapaian kesejahteraan jiwa dan perkembangan
yang optimal. Pengertian “hak” menunjukkan bahwa ada jaminan pemenuhan yang
bersifat perlindungan, adanya pihak yang berperan dan terlibat sebagai aktor yang
bertanggung jawab melaksanakan fungsi perlindungan tersebut, dan ketika tidak
dipenuhi berarti telah terjadi pelanggaran hak.
Di sisi lain, berita di media massa menunjukkan bahwa lingkungan yang
seharusnya kondusif untuk memenuhi dan melindungi kebutuhan dan hak anak
tersebut ternyata belum steril dari perlakuan yang mengabaikan atau melanggar
kebutuhan dan hak anak. Beberapa kasus kekerasan terhadap siswa oleh guru, kasus
terpasungnya kebebasan anak, dan pemberian hukuman fisik dengan alasan
pendidikan (kadang dianggap sebagai satu-satunya jalan padahal cara yang lain tidak
ditempuh) masih menghiasi media massa.
Menurut Rogers (dalam Palmer 2003), pendidikan menuntut perlunya
perilaku guru yang menerima siswa sesuai potensinya, menciptakan hubungan yang
saling percaya dan nyaman, dan membangun hubungan dialogis yang
memberdayakan siswa untuk mencapai aktualisasi diri. Proses pembelajaran yang
baik menurut Purkey & Novak (dalam Eggen & Kauchak, 1997) adalah proses yang
mengundang siswa untuk melihat dirinya sebagai orang yang mampu dan bernilai,
mengarahkan diri sendiri, dan pemberian semangat kepada mereka untuk berbuat
sesuai dengan persepsi dirinya tersebut.
Uraian tersebut menunjukkan pentingnya menilai dan menerima anak secara
positif, membangun hubungan dan kepercayaan siswa, dan mengembangkan
pembelajaran yang memberdayakan siswa untuk mencapai aktualisasi dirinya. Di sisi
lain, keadaan yang sering kita jumpai justru seringkali menempatkan siswa dalam
posisi tidak berarti, selalu salah, dan hubungan “guru benar dan siswa salah”.
Perilaku guru di SDN 1 Taulaa umumnya bersifat humanis, namun guru di
sekolah menerapkan sistem hukuman bagi siswa dengan alasan siswa yang bermain
di kelas pada saat jam pelajaran berlangsung serta pada saat siswa tidak
melaksanakan shalat jum’at berjamaah dan ikut dalam taman pengajian al-Qur’an
Perilaku guru adalah hal yang utama khususnya dalam proses pembelajaran,
guru di SDN Taulaa menyusun program dengan bersama-sama, yaitu penyusunan
perangkat pembelajaran Silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Guru
menggambarkan perilaku yang humanis kepada siswa dengan lebih mementingkan
hasil pembelajaran siswa. Adapun dalam pemberian hukuman siswa dilaksanakan
agar siswa termotivasi untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.
21