bab ii kajian teoretis a. konsep dasar koordinasi...

22
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Konsep Dasar Koordinasi Pemerintah Desa 1) Pengertian Koordinasi Koordinasi merupakan salah satu fungsi manajemen. Fungsi ini dilakukan sebagai salah satu bentuk upaya untuk menjalin komunikasi dan sikronisasi dalam melaksanakan pekerjaan.Andini dkk (2010:1) mengemukakan bahwa Koordinasi didefinisikan sebagai proses pengintegrasian (penyatuan) tujuan dan kegiatan perusahaan pada satuan yang terpisah dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Koordinasi dibutuhkan sekali oleh para karyawan, sebab tanpa koordinasi setiap karyawan tidak mempunyai pegangan mana yang harus diikuti, yang akhirnya akan merugikan organisasi itu sendiri.Menurut Terry (2006:23) bahwa koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Brech, (dalam Hasibuan, 2007:85) mengemukakan bahwa koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri Pendapat di atas menunjukkan bahwa koordinasi adalah suatu proses di mana pimpinan

Upload: dinhanh

Post on 01-Apr-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Konsep Dasar Koordinasi Pemerintah Desa

1) Pengertian Koordinasi

Koordinasi merupakan salah satu fungsi manajemen. Fungsi ini dilakukan

sebagai salah satu bentuk upaya untuk menjalin komunikasi dan sikronisasi dalam

melaksanakan pekerjaan.Andini dkk (2010:1) mengemukakan bahwa Koordinasi

didefinisikan sebagai proses pengintegrasian (penyatuan) tujuan dan kegiatan

perusahaan pada satuan yang terpisah dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan

organisasi secara efisien. Koordinasi dibutuhkan sekali oleh para karyawan, sebab

tanpa koordinasi setiap karyawan tidak mempunyai pegangan mana yang harus

diikuti, yang akhirnya akan merugikan organisasi itu sendiri.Menurut Terry

(2006:23) bahwa koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk

menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk

menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah

ditentukan.

Brech, (dalam Hasibuan, 2007:85) mengemukakan bahwa koordinasi adalah

mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan

yang cocok dengan masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan

dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri Pendapat di

atas menunjukkan bahwa koordinasi adalah suatu proses di mana pimpinan

mengembangkan pola usaha kelompok secara teratur di antara bawahannya dan

menjamin kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan bersama. Proses koordinasi

dilakukan untuk mengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-

satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi

untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.

2) Fungsi dan Tujuan Koordinasi

Menurut Handoko (2003:196) fungsi koordinasi yaitu karena adanya

kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi dalam

pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan bermacam-macam satuan

pelaksananya. Hal ini juga ditegaskan oleh Handayaningrat (2005:88) bahwa

koordinasi dan komunikasi adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu,

Handayaningrat juga mengatakan bahwa koordinasi dan kepemimpinan (leadership)

adalah tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena satu sama lain saling

mempengaruhi.

Terdapat 3 (tiga) tujuan koordinasi sebagaimana yang dikemukakan oleh oleh

James D. Thompson (Handoko, 2003:196), yaitu:1)saling ketergantungan yang

menyatu (pooled interdependence), bila satuan-satuan organisasi tidak saling

tergantung satu dengan yang lain dalam melaksanakan kegiatan harian tetapi

tergantung pada pelaksanaan kerja setiap satuan yang memuaskan untuk suatu hasil

akhir, 2) saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependece), di mana

suatu satuan organisasi harus melakukan pekerjaannya terlebih dulu sebelum satuan

yang lain dapat bekerja, dan 3) saling ketergantungan timbal balik (reciprocal

interdependence), merupakan hubungan memberi dan menerima antar satuan

organisasi.Ketiga hubungan saling ketergantungan ini dapat digambarkan seperti

terlihat pada diagram berikut ini.

Lebih lanjut Handoko (2003:196), juga menyebutkan bahwa derajat

koordinasi yang tinggi sangat bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak rutin dan tidak

dapat diperkirakan, faktor-faktor lingkungan selalu berubah-ubah serta saling

ketergantungan adalah tinggi. Koordinasi juga sangat dibutuhkan bagi organisasi-

organisasi yang menetapkan tujuan yang tinggi.

Menurut Hasibuan (2007:86-87) terdapat 2 (dua) tipe koordinasi, yaitu:

a) koordinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang

dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unti, kesatuan-kesatuan kerja yang ada

di bawah wewenang dan tanggungjawabnya, dan b) koordinasi horisontal adalah

mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan

yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan

terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi (aparat) yang setingkat.

Menurut Hasibuan (2007:87), terdapat 3 (tiga) sifat koordinasi, yaitu: a)

koordinasi adalah dinamis bukan statis, b) koordinasi menekankan pandangan

menyeluruh oleh seorang koordinator (manajer) dalam rangka mencapai sasaran dan

c) koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.

Asas koordinasi adalah asas skala (hirarki) artinya koordinasi itu dilakukan

menurut jenjang-jenjang kekuasaan dan tanggungjawab yang disesuaikan dengan

jenjang-jenjang yang berbeda-beda satu sama lain. Tegasnya, asas hirarki ini bahwa

setiap atasan (koordinator) harus mengkoordinasikan bawahan langsungnya.

3) Proses Koordinasi

Pencapaian koordinasi yang optimal sangat tergantung pada pemenuhan

proses koordinasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Hasibuan (2007:88), terdapat

4 (empat) syarat koordinasi, yaitu: a) sense of cooperation (perasaan untuk

bekerjasama), ini harus dilihat dari sudut bagian per bagian bidang pekerjaan, bukan

orang per orang, b) rivalry, dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan

persaingan antara bagian-bagian, agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk

mencapai kemajuan, c) team spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian harus

saling menghargai, dan d) esprit de corps, artinya bagian-bagian yang diikutsertakan

atau dihargai, umumnya akan menambah kegiatan yang bersemangat.

Peningkatan spesialisasi akan menaikkan kebutuhan akan koordinasi. Tetapi

semakin besar derajat spesialisasi, semakin sulit bagi manajer untuk

mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan khusus dari satuan-satuan yang berbeda. Paul

R. Lawrence dan Jay W. Lorch (Handoko, 2003:197), mengungkapkan 4 (empat) tipe

perbedaan dalam sikap dan cara kerja yang mempersulit tugas pengkoordinasian,

yaitu:

1. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu.

Para anggota dari departemen yang berbeda mengembangkan pandangan

mereka sendiri tentang bagaimana cara mencapai kepentingan organisasi yang baik.

Misalnya bagian penjualan menganggap bahwa diversifikasi produk harus lebih

diutamakan daripada kualtias produk. Bagian akuntansi melihat pengendalian biaya

sebagai faktor paling penting sukses organisasi.

2. Perbedaan dalam orientasi waktu.

Manajer produksi akan lebih memperhatikan masalah-masalah yang harus

dipecahkan segera atau dalam periode waktu pendek. Biasanya bagian penelitian dan

pengembangan lebih terlibat dengan masalah-masalah jangka panjang.

3. Perbedaan dalam orientasi antar-pribadi.

Kegiatan produksi memerlukan komunikasi dan pembuatan keputusan yang

cepat agar prosesnya lancar, sedang bagian penelitian dan pengembangan mungkin

dapat lebih santai dan setiap orang dapat mengemukakan pendapat serta berdiskusi

satu dengan yang lain.

4. Perbedaan dalam formalitas struktur.

Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai metode-metode dan

standar yang berbeda untuk mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas

jasa bagi karyawan.

Menurut Handayaningrat (2005:89-90), koordinasi mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut: a) bahwa tanggungjawab koordinasi adalah terletak pada pimpinan.

Oleh karena itu, koordinasi adalah merupakan tugas pimpinan. Koordinasi sering

dicampur-adukkan dengan kata koperasi yang sebenarnya mempunyai arti yang

berbeda. Sekalipun demikian pimpinan tidak mungkin mengadakan koordinasi

apabila mereka tidak melakukan kerjasama. Oleh kaerna itu, maka kerjasama

merupakan suatu syarat yang sangat penting dalam membantu pelaksanaan

koordinasi, b) Adanya proses (continues process). Karena koordinasi adalah

pekerjaan pimpinan yang bersifat berkesinambungan dan harus dikembangkan

sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik. c) Pengaturan secara teratur usaha

kelompok. Oleh karena koordinasi adalah konsep yang ditetapkan di dalam

kelompok, bukan terhadap usaha individu, maka sejumlah individu yang

bekerjasama, di mana dengan koordinasi menghasilkan suatu usaha kelompok yang

sangat penting untuk mencapai efisiensi dalam melaksanakan kegiatan organisasi.

Adanya tumpang tindih, kekaburan dalam tugas-tugas pekerjaan merupakan pertanda

kurang sempurnanya koordinasi. d) Konsep kesatuan tindakan. Hal ini adalah

merupakan inti dari koordinasi. Kesatuan usaha, berarti bahwa harus mengatur

sedemikian rupa usaha-usaha tiap kegiatan individu sehingga terdapat adanya

keserasian di dalam mencapai hasil.

Menurut Suryadi (2008:1), menngemukakan bahwa tujuan koordinasi adalah

tujuan bersama, kesatuan dari usaha meminta suatu pengertian kepada semua

individu, agar ikut serta melaksanakan tujuan sebagai kelompok di mana mereka

bekerja.

Pendekatan ini dapat di tempuh dengan dua jalan yaitu: 1) Pendekatan Potensi

Koordinasi.Pendekatan koordinasi ini meliputi system. Sistem Informasi

Vertical.Adalah suatu sistem di mana informasi dapat di kirimkan ke atas dan

kebawah jenjang organisasi. Misalnya penanganan IDT (inpres desa tertinggal) dari

menteri dalam negeri sampai ke desa tertinggal dan sebaliknya. Sistem Informasi

Lateral.Sistem ini mengabaikan rantai komando. Hubungan lateral (hubungan ke

samping atau sejajar) ini memungkinkan adanya pertukaran informasi yang di

butuhkan dapat di pertanggung jawabkan. Misalnya dalam kasus tanah perlu adanya

informasi lateral atau badan pertanahan nasional, departemen dalam negeri,

departemen kehutanan, dan departemen kehutanan, dan Sistem Informasi Manajer

Penghubung.Manajer penghubung mempunyai wewenang formal atas semua unit

yang terlibat dalam sebuah proyek. Manajer penghubung perlu di laksanakan apabila

di perkirakan koordinasi secara efektif tidak berhasil di laksanakan. 2) Pendekatan

Struktur.Pendekatan ini di lakukan apabila perusahaan merasakan adanya iklim yang

tidak sehat pada unit-unit karena adanya penunpukan kegiatan pada satu unit.

Pendekatan ini di kenal sebagai organisasi matrik. Yaitu mencirikan adanya satuan

tugas atau proyek. Satuan tugas ini dapat di bubarkan apabila proyek telah selesai.

Mengurangi kebutuhan akan koordinasi, ada dua metode pengurangan

kebutuhan koordinasi, yaitu : 1) penciptaan sumberdaya tambahan yang memberikan

kelonggaran bagi satuan kerja, misalnya penambahan tenaga kerja, bahan dasar dan

pembantu, modal, pengurangan tugas dan masalah-masalah yang timbul sekarang,

2) penciptaan tugas–tugas yang dapat berdiri sendiri, dengan cara mengubah karakter

satuan organisasi.

B. Fungsi Sarana dan Prasarana dalam Proses Pendidikan di Sekolah

Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana dan prasarana yang meliputi

perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya,

bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses

pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib

memiliki sarana dan prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan

satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang

laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang alat peraga, instalasi

daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat

berkreasi, ruang kantin dan ruang/tempat lain yang diperlukan.

Pembangunan pendidikan dititik beratkan pada peningkatan mutu dan

perluasan kesempatan belajar di semua jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak-

Kanak sampai kepada Perguruan Tinggi.Upaya peningkatan pendidikan yang ingin

dicapai tersebut dimaksudkan agar menghasilkan manusia seutuhnya sedangkan

perluasan kesempatan belajar dimaksudkan agar penduduk usia sekolah yang setiap

tahunnya mengalami peningkatan sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk dapat

memperoleh kesempatan pendidikan yang seluas-luasnya secara merata.

Andini (2010:3), mengemukakan bahwa terdapat beberapa cara dalam mengadakan

koordinasi sebagai berikut:

a) Memberikan keterangan langsung dan secara bersahabat. Keterangan mengenai

pekerjaan saja tidak cukup, karena tindakan yang tepat haru sdiambil untuk

menciptakan, menghasilkan koordinasi yang diharapkan.

b) Mensosialisasikan tujuan kepada para anggota, agar tujuan tersebut berjalan

secarabersama, tidak sendiri-sendiri.

c) Mendorong anggota untuk bertukar pikiran, mengemukakan ide, dll.

d) Mendorong anggota untuk berpartisipasi dalam tingkat perumusan dan penciptaan

sasaran.

e) Coordination dan Cooperation :- Koordinasi berhubungan dengan sinkronisasi,

jumlah, waktu, arah dan mempunyai arti lebih luas daripada kooperasi.-

Kooperasi adalah tindakan bersama oleh sejumlah orang terhadap tujuan yang

sama.

Menurut Suryosubroto (2010:114),bahwa ditinjau dari fungsi atau perannya

terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar, maka sarana dan prasarana pendidikan

yang material dibedakan menjadi 3 macam yaitu alat pelajaran, alat peraga dan

media pelajaran.

Depdiknas (2009:1), mengemukakan bahwa sarana dan prasarana

pendidikaadalah salah satu sumber

dayayang menjadi tolok ukur mutu sekolah dan perlu peningkatan terusmenerus

seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologiyang cukup canggih.

Manajemen sarana dan prasaranasangat diperlukandalam menunjang tujuan

pendidikan yang sekaligus menunjangpembangunannasional,

oleh karena itu diperlukan pengetahuan danpemahaman konseptual yang

jelas agar dalam implementasinya tidaksalah arah

Sedangkan sarana dan prasarana berarti alat langsung untuk

mencapai tujuanpendidikan. misalnya; ruang, buku, perpustakaan, laboratorium

dsb.Dengan demikian dapat di tarik suatu kesimpulan bahwaAdministrasi saranadan

prasarana pendidikan itu adalah semuakomponen yang secara langsung maupun tidak

langsung menunjang jalannya proses pendidikan untuk mencapai tujuan dalam

pendidikanitusendiri.

Menurut keputusan menteri Pendidikan NasionalNo 079/2008, sarana

pendidikanterdiri dari 3 kelompok besar yaitu :a) Bangunan dan perabot yang

dimiliki sekolah, b) alat pelajaran yang terdiri dari pembukuan , alat-

alat peraga danlaboratorium,c)media

pendidikan yang dapat di kelompokkan menjadi audiovisualyang menggunakan alat p

enampil dan media yang tidakmenggunaakan alat penampil.

C. Peran Pemerintah Desa Dalam Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah

Pemerintahan Desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat

memiliki peran yang strategis dalam pengaturan masyarakat desa/kelurahan dan

keberhasilan pembangunan nasional. Karena perannya yang besar, maka perlu adanya

Peraturan-peraturan atau Undang-Undang yang berkaitan dengan pemerintahan desa

yang mengatur tentang pemerintahan desa, sehingga roda pemerintahan berjalan

dengan optimal.

Menurut Hidayat (2009:2), bahwa desa dibentuk atas prakarsa masyarakat

dengan memperhatikan asal-usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat

setempat. Pembentukan desa dapat berupa penggabungan beberapa desa, atau bagian

desa yang bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih,

atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada. Desa dapat diubah atau

disesuaikan statusnya menjadi kelurahan berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa

bersama BPD dengan memperhatikan saran dan pendapat masyarakat setempat. Desa

yang berubah menjadi Kelurahan, Lurah dan Perangkatnya diisi dari pegawai negeri

sipil. Desa yang berubah statusnya menjadi Kelurahan, kekayaannya menjadi

kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan untuk kepentingan

masyarakat setempat.Desa mempunyai ciri budaya khas atau adat istiadat lokal yang

sangat urgen.

Blau dan Meyer (dalam Indarwanto, 2001;16), dikatakan; secara praktis

sebenarnya birokrasi atau pemerintahan telah diterapkan masyarakat Mesir Kuno dan

Romawi Kuno berabad-abad lamanya, pada saat mereka sibuk mengatur jaringan

irigasi, membagi secara adil dan membuat dam-dam(bak penampung air) telah

diterapkan prinsip-prinsip pemerintahan/birokrasi. Demikian pula dikatakan oleh

Indarwanto (2001;16); masyarakat Jawa Kuno yang konon dahulu Jawa Dwipa atau

Pulau Jawa dijuluki sebagai Lumbung Padi di Kepulauan Nusantara ini, sebenarnya

telah terbiasa dengan aturan-aturan; Jaga Tirto, Ulu-ulu atau Kuwowo bertalian

dengan jaringan irigas, merupakan bentuk dari penerapan bentuk pemerintahan.

Undang-Undang No, 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

Menyebutkan bahwa “Desa berdasarkan undang-undang ini adalah Desa atau yang

disebut dengan nama lain sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa,

sebagaimana dimaksud dalam penjelasan pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945.

Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai Pemerintahan Desa adalah

keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan

masyarakat.Penyelenggaraan Pemerintahan Desa merupakan subsistem

penyelenggaraan pemerintahan sehingga Desa memiliki kewenangan untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat. Kepala Desa bertanggung jawab pada badan

perwakilan Desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas tersebut kepada

Bupati.

Desa dapat melakukan perbuatan hukum, baik hukum publik maupun hukum

perdata, memiliki kekayaan, harta benda, dan bangunan serta dapat dituntut dan

menuntut di pengadilan. Untuk itu Kepala Desa dengan persetujuan Badan

Perwakilan Desa mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan

mengadakan perjanjian yang saling menguntungkan.Sebagai perwujudan demokrasi,

di Desa di bentuk Badan Perwakilan Desa atau sebutan lain yang sesuai dengan

budaya yang berkembang di Desa yang bersangkutan, yang berfungsi sebagai

lembaga legislasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan Peraturan Desa, Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa, dan Keputusan Kepala Desa.

Di Desa dibentuk lembaga kemasyarakatan Desa lainnya sesuai dengan

kebutuhan Desa. Lembaga dimaksud merupakan mitra Pemerintah Desa dalam

rangka pemberdayaan masyarakat Desa.

Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa, bantuan

pemerintah dan Pemerintah Daerah, pendapatan lain-lain yang sah, sumbangan pihak

ketiga dan pinjaman Desa.Berdasarkan hak asal-usul Desa yang bersangkutan, Kepala

Desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara/sengketa dari para

warganya.

D. Mekanisme Koordinasi Sekolah dengan Pemerintah Desa Dalam

Peningkatan Sarana dan prasarana Pendidikan di Sekolah

Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat pelayanan kepada masyarakat

yang bercirikan perkotaan dibentuk Kelurahan sebagai unit Pemerintah Kelurahan

yang berada di dalam daerah Kabupaten dan/atau Daerah Kota.

Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa

berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa

(BPD). Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk

satu kali masa jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang menetapkan Peraturan

Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.

Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) oleh

penduduk desa setempat. Syarat-syarat menjadi calon Kepala Desa sesuai Peraturan

Pemerintah No. 72 Tahun 2005 sebagai berikut: 1) Bertakwa kepada Tuhan YME, 2)

Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, UUD 1945 dan kepada NKRI, serta

Pemerintah, 3) Berpendidikan paling rendah SLTP atau sederajat, 4) Berusia paling

rendah 25 tahun, 5) Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa, 6) Penduduk desa

setempat, 7) tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan

hukuman paling singkat 5 tahun, 8) Tidak dicabut hak pilihnya, 9) Belum pernah

menjabat Kepala Desa paling lama 10 tahun atau 2 kali masa jabatan, dan 10)

Memenuhi syarat lain yang diatur Perda Kab/Kota

Implementasi tugas-tugas pemerintahan perlu didukung oleh perangkat desa.

Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya. Salah satu perangkat desa adalah Sekretaris Desa, yang diisi dari

Pegawai Negeri Sipil. Sekretaris Desa diangkat oleh Sekretaris Daerah

Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota. Perangkat Desa lainnya diangkat oleh

Kepala Desa dari penduduk desa, yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

Badan Permusyawaratan Desa Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan

lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota

BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan

wilayah. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan

profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan

anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 kali masa

jabatan berikutnya. Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap

jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa. BPD berfungsi menetapkan

Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa system pemerintah di

desa didukung oleh berbagai eleman yang membantu dalam proses pemerintahan

desa. Dukungan dari berbagai elemen tersebut semakin mengoptimalkan

E. Strategi PeningkatanKoordinasi Sekolah dengan Pemerintah Desa dalam

Peningkatan Sarana dan prasarana Pendidikan

Sekolah berkewajiban menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan

untuk menyelenggarakan program pendidikan. Penyediaan sarana dan prasarana

yang memenuhi tuntutan pedagogik diperlukan untuk menjamin terselenggaranya

proses pendidikan yang bermakna, menyenangkan, dan memberdayakan sesuai

karakteristik mata pelajaran dan tuntutan pertumbuhan dan perkembangan

psikomotor, kognitif, dan afektif peserta didik. Sarana dan prasarana yang dimaksud

meliputi gedung, ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, pusat sumber

pembelajaran, ruang praktek, media pembelajaran, bahan/material, sarana dan

prasarana pendidikan jasmani dan olahraga, tempat beribadah, tempat bermain,

tempat berkreasi dan rekreasi, fasilitas kesehatan dan keselamatan bagi peserta didik

dan penyelenggara pendidikan,sarana dan prasaranalain sesuai tuntutan program-

program pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah.

Ketersediaan, kesiapan, dan penggunaan sarana dan prasarana merupakan hal

esensial bagi penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Hal esensial lain adalah

pengembangan keterampilan yang diperlukan untuk menggunakan/ mengoperasikan

sarana dan prasarana . Disamping itu, secara periodik, sarana dan prasarana sekolah

perlu dievaluasi secara sistematis sesuai dengan tuntutan kurikulum, guru, dan peserta

didik. Pengadaan sarana dan prasarana sekolah sesuai dengan prinsip kecukupan,

relevansi, dan kualitas serta berpegang pada esensi manajemen berbasis sekolah.

Standar idealnya sekolah menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi tujuan

sekolah dan tuntutan pedagogik yang diperlukan untuk menjamin terselenggaranya

proses pendidikan yang bermakna, menyenangkan, dan memberdayakan sesuai

tuntutan karakteristik mata pelajaran, pertumbuhan dan perkembangan psikomotor,

kognitif, dan afektif peserta didik. Sarana dan prasarana yang dimaksud meliputi,

media pembelajaran, bahan/material, sarana dan prasarana pendidikan jasmani dan

olah raga. Sekolah menjamin ketersediaan, kesiapan, dan penggunaan sarana dan

prasarana mutakhir, serta cara-cara menggunakannya.

Namun dalam realisasinya bahwa sekolah sering mengalami masalah dalam

pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah. Hal ini yang menyebabkan

perlunya kontribusi dari pemerintah desa sebagai pihak eksekutif yang berada di desa

untuk membantu dalam pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang ada di desa.

Pemerintah desa dinilai memiliki peluang untuk membantu pengadaan sarana dan

prasarana pendidikan di sekolah karena memiliki jaringan emosional dengan warga

masyarakat dan kelompok pengusaha yang ada di desa. Fungsi utama yang

diharapkan dapat dilakukan oleh pemerintah desa yaitu melakukan koordinasi dengan

pihak-pihak tersebut sehingga pengadaan sarana dan prasarana pendidikan ke

sekolah dapat terfasilitasi dengan baik.

Mooney (dalam Sutarto, 2008: 141) mengemukakan bahwa pengertian

koordinasi adalah “The orderly arrangement of group effort, to provide unity of

action in the pursuit of common purpose.” Dengan demikian Mooney memandang

bahwa koordinasi merupakan suatu pengaturan usaha sekelompok orang secara

teratur untuk menciptakan kesatuan tindakan dalam mengusahakan tercapainya suatu

tujuan. Pengaturan usaha kelompok atau organisasi memang diperlukan, mengingat

organisasi terdiri atas sejumlah unit kerja yang berlainan fungsi namun diikat oleh

satu kesatuan tujuan tertentu.

Selaras dengan pendapat di atas Benn dalam Sutarto (2008 : 141) mengatakan

bahwa ”Coordination: A Continuous, harmonious action toward the objectives,

attained through leadership, organization, and administration; The arrangement of

group efforts in a continuous and orderly manner so as to provide unification of

action in the pursuit of a common goal.”

Dari pendapat di atas diperoleh suatu konsep pemahaman bahwa koordinasi

suatu kelangsungan, keharmonisan mencapai tujuan, yang dapat dicapai melalui

kepemimpinan, organisasi dan administrasi; dan koordinasi juga dipandang sebagai

suatu penyusunan usaha-usaha kelompok di dalam suatu kelangsungan dan

keteraturan sikap sehingga menciptakan kesatuan tindakan dalam mengusahakan

tercapainya tujuan bersama. Dalam pendapat ini, faktor kepemimpinan, organisasi

dan administrasi tampaknya dijadikan faktor-faktor yang memerlukan keharmonisan

dan keteraturan yang dikondisikan melalui kegiatan koordinasi.

Hidayat (2009:1) mengemukakan bahwa koordinasi pemerintah desa dalam

penyediaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dapat dilakukan dengan cara:

a) Memfasilitasi pengadaan sarana dan prasarana minimal dalam penyelenggaraan

pendidikan di sekolah dalam bentuk ruang kelas atau ruang belajar lainnya.

b) Membantu pengadaan sarana dan prasarana pendukung seperti alat peraga, WC,

taman belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan minimal peserta didik.

c) Memfasilitasi pihak swasta atau dunia usaha dan dunia industri dalam membantu

pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah melalui bantuan langsung

atau subsisdi.

d) Memediasi dan bekerja sama dengan pihak yang memiliki kewenangan untuk

membantu mengadakan sarana dan prasarana pendidikan yang diperlukan

sekolah.

Berdasarkan pendapat di atas jelas menunjukkan bahwa koordinasi dalam

penyediaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah sangat memerlukan

kontribusi berbagai pihak terutama pemerintah desa sebagai bagian dari pemerintah

pusat yang bertanggung jawab penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan di

desa. Melalui koordinasi yang dilakukan secara efektif dengan pihak sekolah

diharapkan mampu mengoptimalkan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan

yang diperlukan sekolah.

F. Kendala yang dihadapi sekolah dalam Melaksanakan Koordinasi dengan

Pemerintah Desa

Upaya sekokolah untuk meningkatkan penyelenggaraan sarana dan prasarana

pendidikan di Sekolah sering terkendala oleh banyak hal. Menurut Andini dkk

(2010:3) bahwa terdapat empat hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaan

koordinasi sebagai berikut:

1) Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu.

Para anggota dari departemen yang berbeda mengembangkan pandangan-

pandangan mereka sendiri tentang bagaimana cara mencapai kepentingan organisasi

yang baik.

2) Perbedaan dalam oriantasi waktu

Manajer akan lebih memperhatikan masalah-masalah yang harus dipecahkan

segera atau dalam periode waktu pendek. Bagian penelitian dan pengembangan lebih

terlibat dengan masalah-masalah jangka panjang.

3) Perbedaan dalam orientasi antar pribadi.

Kegiatan produksi memerlukan komunikasi dan pembuatan keputusan yang

cepat agar prosesnya lancar, sedang bagian penelitian dan pengembangan mungkin

dapat lebih santai dan setiap orang dapat mengemukakan pendapat serta berdiskusi

satu dengan yang lain.

4) Perbedaan dalam formalitas struktur.

Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai metoda-metoda dan

standar-standar yang berbeda untuk mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk

balas jasa bagi karyawan.

Menurut Sutomo (209:1) terdapat beberapa kendala sekolah dalam

melaksanakan koordinasi dengan pemerintah desa untuk meningkatkan

penyelenggaraan sarana dan prasarana pendidikan sebagai berikut:

1) Faktor Waktu

Menurut shovoong (2011:1) bahwa waktu adalah besaran yang menunjukkan

lamanya suatu peristiwa berlangsung. Waktu termasuk besaran scalar. Satuan waktu

antara lain sekon atau detik dalam Standar Internasional yang disingkat SI, menit, jam

dan hari. Alat untuk mengukur waktu biasanya arloji, stopwatch dan ticker time.

Waktu merupakan salah satu hal yang sering menjadi kendala dalam

melaksanakan koordinasi dengan pemerintah desa. Masalah waktu menjadi sangat

krusial, karena pemerintah harus menjalankan fungsi ganda sebagai pemerintah dan

sebagai mediator dalam penyelenggaraan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah.

Terkait dengan hal ini maka pemerintah desa hendaknya dapat membagi waktu secara

baik agar tugas dan fungsinya sebagai tetap dapat dijalankan dengan baik demikian

juga tugas memediasi penyelenggaraan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah

tidak terabaikan. Dengan pengaturan waktu yang dilakukan secara baik akan

mengantisipasi faktor penghambat peemrintah desa dalam melaksanakan tugasnya

dalam memediasi penyelenggaraan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah.

2) Faktor Kompetensi

Istilah kompetensi berhubungan dengan dunia pekerjaan. Menurut Rustyah,

(dalam Abdulhanstoe, 2009:2) bahwa kompetensi mengandung pengertian pemilikan

pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan tertentu.

Kompetensi dimaknai pula sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar

yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir, dan bertindak. Kompetensi dapat pula

dimaksudkan sebaai kemampuan melaksanakan tugas yang diperoleh melalui

pendidikan dan/atau latihan.

Spencer (2010:1) memberikan sebuah definisi bahwa kompetensi adalah

karakteristik dasar seseorang (individu) yang mempengaruhi cara berpikir dan

bertindak, membuat generalisasi terhadap segala situasi yang dihadapi, serta bertahan

cukup lama dalam diri manusia. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa

kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang harus

dimiliki oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya. Pengetahuan dan

keterampilan tersebut dapat diperoleh dari latihan atau pembinaan.

Terkait dengan penyelenggaraan sarana dan prasarana pendidikan di Sekolah

jelas menunjukkan bahwa kompetensi tinggi yang dimiliki kepala desa terkait tugas

yang akan dilaksanakan sangat menentukan kelancaran untuk mengaktulisasikan

tugas-tugasnya. Sebaliknya kompetensi yang rendah menjadi faktor kendala dalam

penyelenggaraan sarana dan prasarana pendidikan di Sekolah.

3) Faktor Motivasi

Zurnali (2004:1) mengemukakan bahwa motivasi adalah proses yang

menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai

tujuannya.Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan

ketekunan.

Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, teori X dan Y

Douglas McGregor maupun teori motivasi kontemporer, arti motivasi

adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang

individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut

memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan

mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam

pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan

dengan semangat.

Terkait dengan motivasi penyelenggaraan sarana dan prasarana pendidikan di

Sekolah, maka pemerintah desa perlu memiliki motivasi yang tinggi sehingga upaya

untuk memediasi penyelenggaraan sarana dan prasarana pendidikan dapat

dilaksanakan dengan baik

4) Faktor Dana

Dana merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi koordinasi

penyelenggaraan sarana dan prasarana pendidikan di Sekolah. Terbatasnya dana

menyebabkan pemerintah desa tidak dapat menjalankan tugasnya dengan optimal.

Sebaliknya dengan dana yang tersedia maka hal tersebut akan mendukung

pelaksanaan program sehingga membantu penyelenggaraan sarana dan prasarana

pendidikan di Sekolah

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa koordinasi pemerintah desa

dalam penyelenggaraan sarana dan prasarana pendidikan di Sekolahsering terhambat

oleh berbagai faktor. Terkait dengan hal tersebut maka perlu antisipasi diantaranya

dengan melakukan pendekatan secara persuasif agar berbagai kendala dapat dihadapi

dengan baik dan.