makalah koordinasi

46
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala atas limpahan rahmat berupa kekuatan dan kesehatan-Nya, penulis (penyusun) dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Koordinasi Hewan.” Makalah ini merupakan salah satu tugas di matakuliah Biologi Dasar. Selesainya makalah ini berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini dan terkhususnya kepada dosen pembimbing kami yang telah membimbing dan memberikan kemudahan. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang sistem koordinasi. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. i

Upload: retno-mayapada

Post on 23-Dec-2015

86 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang sistem koordinasi. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH KOORDINASI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala atas

limpahan rahmat berupa kekuatan dan kesehatan-Nya, penulis (penyusun) dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Koordinasi Hewan.”

Makalah ini merupakan salah satu tugas di matakuliah Biologi Dasar.

Selesainya makalah ini berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada keluarga tercinta

yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada

penulis, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah

ini dan terkhususnya kepada dosen pembimbing kami yang telah membimbing dan

memberikan kemudahan.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua

tentang sistem koordinasi. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat

membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 30 Agustus 2014

Penyusun

i

Page 2: MAKALAH KOORDINASI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

I.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................1

I.2 Rumusan Masalah...................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4

1. Pengertian Sistem Saraf........................................................................4

2. Sistem Saraf pada Hewan......................................................................5

2.1. Sistem Saraf pada Invertebrata.......................................................5

2.2. Sistem Saraf pada Vertebrata.......................................................12

3. Pengertian Sistem Endokrin................................................................14

4. Sistem Endokrin pada Hewan.............................................................15

4.1. Sistem Endokrin Invertebrata.......................................................15

4.2. Sistem Endokrin Vertebrata.........................................................17

5. Sistem Indra pada Hewan....................................................................21

5.1. Sistem Indra Invertebrata............................................................21

5.2. Sistem Indra pada Vertebrata......................................................22

BAB III KESIMPULAN........................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................27

ii

Page 3: MAKALAH KOORDINASI

BAB I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Hewan mempunyai daya gerak, cepat tanggap terhadap rangsang eksternal,

tumbuh mencapai besar tertentu, serta memerlukan makanan dalam bentuk kompleks.

Setiap individu, baik pada hewan yang uniseluler maupun pada hewan yang

multiseluler, merupakan suatu unit. Hewan berorganisasi, artinya setiap bagian dari

tubuhnya merupakan subordinate dari individu sebagai keseluruhan, baik sebagai

bagian satu sel maupun seluruh sel. Suatu organisme hidup baik yang uniseluler

maupun yang multiseluler dapat berada sebagai individu terpisah maupun sebagai

suatu agregat/kumpulan yang bebas satu sama lain (koloni). Sebuah koloni hewan

dapat terdiri dari hewan uniseluler atau hewan multiseluler, namun hewan

multiseluler bukan sebuah koloni hewan uniseluler. Walaupun demikian, ada juga

sebuah koloni hewan multiseluler yang karena aktivitas hidupnya bermanifestasikan

suatu kesatuan, maka koloni itu dianggap sebagai suatu organisme.

Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua

sistem organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi bekerja untuk

menerima rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk

menanggapi rangsangan tadi. Setiap rangsangan-rangsangan yang diterima melalui

indra, akan diolah di otak. Kemudian otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke

organ yang bersangkutan. Setiap aktivitas yang terjadi di dalam tubuh, baik yang

sederhana maupun yang kompleks merupakan hasil koordinasi yang rumit dan

sistematis dari beberapa sistem dalam tubuh. Sistem koordinasi pada hewan meliputi

sistem saraf beserta indra dan sistem endokrin (hormon). Sistem saraf yang dimiliki

oleh hewan berbeda-beda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin kompleks sistem

sarafnya.

Sistem saraf dan sistem endokrin bekerja sama dan berinteraksi dalam

mengatur fungsi-fungsi internal tubuh dan perilaku. Adapun alat indra merupakan

1

Page 4: MAKALAH KOORDINASI

reseptor rangsang dari luar. Namun meskipun terdapat hubungan antara struktur dan

fungsi, sistem saraf dan sistem endokrin sedikit berbeda mengenai pengaturan

waktunya dalam menjalankan fungsi koordinasi. Sebagai contoh, dengan kerumitan

strukturnya, saraf dikhususkan untuk transmisi impuls dengan cepat (sekitar

150m/detik) dan akibatnya, informasi dapat merambat dari otak manusia ke alat

pengindraan atau sebaliknya hanya dalam tempo beberapa milidetik. Sebaliknya,

sistem endokrin memerlukan waktu beberapa menit, jam, atau bahkan hari untuk

bekerja. Hal ini dikarenakan dibutuhkannnya waktu untuk sintesis dan pengangkutan

hormon dalam darah ke organ targetnya.

Agar dapat bertahan hidup dan berkembang biak, hewan harus merespon

dengan cepat dan tepat serta beradaptasi terhadap lingkungannya. Oleh karena itu,

secara garis besar di dalam makalah ini, penulis akan membahas bagaimana sistem

saraf memerantarai interaksi hewan dengan lingkungannya seraya bekerja sama

dengan sistem endokrin dan melihat bagaimana kerja alat indra yang merupakan

reseptor rangsang eksternal.

I.2 Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan, maka beberapa

masalah yang dapat penulis rumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini adalah:

1. Apa pengertian sistem saraf?

2. Bagaimanakah sistem saraf pada hewan invertebrata dan hewan

vertebrata?

3. Apa pengertian dari sistem endokrin? 

4. Bagaimanakah sistem endokrin pada hewan invertebrata dan hewan

vertebrata?

5. Apa pengertian dari sistem indra dan bagaimanakah klasifikasi sistem

indra pada hewan?

2

Page 5: MAKALAH KOORDINASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Sistem Saraf

Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua

kegiatan aktivitas tubuh. Sistem saraf juga adalah bagian dari tubuh yang

berfungsi melakukan pengaturan kegiatan tubuh dengan cara mengirimkan pesan-

pesan rangsang atau impuls saraf dan tanggapan atau reaksi dalam bentuk pulsa

elektrik. Sistem saraf disebut juga sistem pengatur tubuh.

Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk

bervariasi. Sistern ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem

saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan

rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf

memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-

perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam.

Sistem saraf tersusun dari jutaan serabut sel saraf (neuron) yang

berkumpul membentuk suatu berkas (faskulum). Sistem saraf terdiri dari jutaan sel

saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa

rangsang atau tanggapan.  

Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki

oleh sistem saraf, yaitu:

Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh

kita yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indra.

Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari

berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat

sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.

3

Page 6: MAKALAH KOORDINASI

Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah

diantarkan oleh penghantar impuls.

2. Sistem Saraf pada Hewan

Sistem saraf pada hewan terdiri atas serabut saraf yang tersusun atas sel-

sel saraf yang saling terhubung dan esensial untuk persepsi sensoris indrawi,

aktivitas motorik volunteer dan involunter organ atau jaringan tubuh, dan

homeostasis berbagai proses fisiologis tubuh. Sistem saraf merupakan jaringan

paling rumit dan paling penting karena terdiri dari jutaan sel saraf (neuron)yang

saling terhubung.

Adapun komponen-komponen yang umumnya dapat ditemukan pada

sistem saraf hewan yaitu otak, serabut saraf, pleksus, dan ganglia. Serabut saraf

merupakan kumpulan akson dari jumlah sel saraf, baik sejenis maupun tidak.

Contoh serabut saraf sejenis adalah serabut aferan dan serabut eferen. Serabut

campuran terdiri atas sejumlah akson dan sel saraf motorik dan sensorik. Adapun

pleksus ialah ialah jaringan serabut saraf yang tidak teratur. Pleksus terkadang

dapat ditemukan adanya badan sel saraf. Pleksus dapat ditemukan pada

coelenterata, stenopara, dan khemikordata. Pada jenis hewan tersebut, pleksus

biasanya berfungsi sebagai sistem sistem saraf pusat. Komponen lainnya yakni

ganglia, yaitu kumpulan sel saraf berbentuk nodul (bulat atau membulat dan

memiliki batas yang jelas), dilapisi jaringan konektif, dan mempunyai badan sel

saraf serta serabut saraf. Berikut ini akan dijelaskan mengenai klasifikasi sistem

saraf pada hewan tingkat rendah (invertebrata) hingga tingkat tinggi (vertebrata).

2.1 Sistem Saraf pada Hewan Tingkat Rendah (Invertebrata)

1. Sistem Saraf Hewan Bersel Satu

4

Page 7: MAKALAH KOORDINASI

Tidak semua avertebrata (invertebrata) memiliki sistem saraf. Hewan

yang tergolong Protozoa dan Porifera tidak memiliki sistem saraf. Setiap

sel penyusun tubuh hewan tersebut mampu mengadakan reaksi terhadap

stimulus yang diterima dan tidak ada koordinasi antara satu sel dengan sel

tubuh lainnya. Hewan bersel satu seperti Amoeba dan Paramaecium

meskipun tidak mempunyai urat saraf tapi protoplasmanya dapat

melakukan segala kegiatan sebagai mahkluk hidup seperti iritabilitas,

bergerak dan penyesuaian diri terhadap linngkungannya.

1. Sistem Saraf pada Coelenterata

Pada Coelenterata akuatik seperti Hydra, ubur-ubur dan Anemon laut

pada Mesoglea yang terletak diantara epidermis (ektoderm) dan

gastrodermis (endoderm) terdapat sistem saraf diffus karena sel-sel saraf

masih tersebar saling berhubungan satu sama lain menyerupai jala yang

disebut saraf jala. Sistem saraf ini terdiri atas sel-sel saraf berkutub satu,

berkutub dua, dan berkutub banyak yang membentuk sistem yang saling

berhubungan seperti jala. Meskipun demikian impuls dari satu sel ke sel

yang lainnya lewat melalui sinaps.

2. Sistem Saraf pada Echinodermata

Sistem saraf pada Echinodermata masih merupakan sistem saraf

primitif. Meskipun sel-sel saraf tersusun dalam bentuk cincin saraf

sekeliling rongga mulut dan mempunyai cabang ke tiap lengan, tetapi

susunan saraf didalamnya masih diffus seperti jala dan belum ada

pengelompokan dalam ganglion. Sel-sel saraf berhubungan (innervasi)

dengan kaki pembuluh, duri dan lain-lain.

5

Page 8: MAKALAH KOORDINASI

Gambar 2.1 Echinodermata dan Bagian-bagiannya

Meskipun sistem saraf Echinodermata masih diffus seperti pada

Coelenterata, namun sistem sarafnya sudah mempunyai struktur tertentu

dan fungsinya sudah lebih maju. Terdapat sel saraf motorik, sel saraf

sensorik dan telah ada refleks. Misalnya pada bintang laut, terdapat cincin

saraf dalam cakram. Pada tiap penjuluran tubuhnya terdapat saraf radial

pada sisi ventral. Saraf ini bercabang-cabang halus banyak sekali. Tiap

saraf radial berakhir sebagai sebuah mata pada tiap penjuluran tubuh.

3. Sistem Saraf pada Platyhelminthes

Platyhelminthes sudah memiliki sistem saraf pusat dan sistem saraf

tepi. Sel-sel saraf pada cacing pipih terkonsentrasi menjadi sebuah ganglion

dengan dua lobus di bagian muka yang disebut dengan ganglion kepala

atau otak primitif. Dari ganglion kepala terdapat dua tali saraf memanjang

ke belakang tubuhnya membentuk seperti tangga. Karena itu disebut saraf

tangga tali. Sistem saraf tepi terdiri atas saraf-saraf yang tersusun secara

transversal atau melintang yang menghubungkan tali saraf dengan saraf-

saraf yang lebih kecil yang terletak tersebar di semua bagian tubuh.

Ganglion kepala mempunyai peran sebagai pusat sensoris yang menerima

6

Page 9: MAKALAH KOORDINASI

impuls dari titik mata dan reseptor lainnya pada kepala. Ganglion kepala

tidak mempunyai peran untuk mengkoordinasi aktifitas otot.

Gambar 2.2 Platyhelmintes dan Bagian-bagiannya

4. Sistem saraf pada Arthropoda

Sistem saraf pada arthropoda mempunyai struktur bilateral seperti

pada cacing tanah. Perkembangan yang kompleks pada otak arthropoda

sangat berbeda dari spesies ke spesies. Namun pada dasarnya mempunyai

tiga bagian yaitu protoserebrum, deuteroserebrum dan tritoserebrum. Pada

arthropoda otak merupakan stasiun relay sensorik dan mempunyai

pengaruh untuk mengontrol ganglia segmental yang lebih rendah seperti

pada toraks dan abdomen. Ganglia segmental pada hewan ini merupakan

pusat refleks lokal. Laba-laba mempunyai ganglion-ganglion ventral

bersatu dengan ganglion dorsal, dan membentuk sebuah massa saraf yang

ditembus oleh esofagus dan mengeluarkan banyak cabang. Ganglion dorsal

7

Page 10: MAKALAH KOORDINASI

itu sering disebut otak. Alat perasa yang pokok berupa 8 buah mata

sederhana.

Gambar 2.3 Arthropoda dan Bagian-bagiannya

Pada udang (kelas Crustaceae) terdapat otak di sebuah dorsal,

dengan dua buah penghubung sirkumesofageal dan sebuah rantai ganglion-

ganglion di sebelah ventral. Ganglion ventral pertama besar berhubungan

dengan beberapa persatuan ganglion. Saraf bercabang dari otak dan korda

ventral. Adapun belalang (kelas Insecta) mempunyai sebuah otak dorsal

atau juga disebut ganglion serebral yang bilobus. Otak dorsal itu disatukan

dengan korda ventral oleh dua penghubung sikumesofageal. Dalam korda

ventral terdapat 3 buah ganglion toraksis dan 5 buah ganglion abdominalis.

Cabang-cabang saraf keluar dari sistem saraf sentral.

5. Sistem saraf Annelida

Pada hewan Polychaeta terdapat ganglion serebral atau ganglion

supraesofageal dapat juga disebut sebagai otak yang terletak di sebelah

dorsal kepala. Ganglion supraesofageal itu dihubungkan dengan ganglion

8

Page 11: MAKALAH KOORDINASI

subesofageal oleh 2 buah saraf sirkumesofageal. Dari ganglion

subesofageal itu mengalir ke belakang sebatang saraf ventral. Dalam setiap

metamer atau segmen batang saraf ventral itu membuat tonjolan sebagai

segmen ganglion. Batang saraf ventral bercabang-cabang lateral.

Palpus dan tentakel pada hewan ini merupakan indra yang menerima saraf

dari ganglion supraesofageal. Terdapat mata sederhana sebanyak 4 buah.

Mata sederhana itu terdiri dari kornea, lensa, dan retina sehingga analog

dengan mata pada vertebrata.

Sistem saraf pada Oligochaeta berupa sebuah ranting ganglion ventral,

tiap segmen dengan satu rantai, mulai dari segmen ke-4. di samping itu ada

ganglion suprafaringeal anterior yang juga disebut otak yang terletak dalam

segmen ke-3. tali korda saraf di sekitar faring menghubungkan otak dengan

ganglion ventral pertama. Dalam tiap metamer terdapat 3 pasang saraf yang

berasal dari tali saraf ventral tersebut. Di dalam kulit cacing tanah terdapat

organ-organ sensoris yang sensitive terhadap sentuhan dan cahaya.

Pada cacing tanah sudah mempunyai perkembangan sistem saraf

yang lebih maju yaitu telah terbentuknya ganglia yang segmental sepanjang

tubuhnya. Ganglion supraoesofagus yang disebut juga otak fungsinya

masih tetap sebagai sebuah stasiun relay sensoris dari reseptor yang peka

terhadap cahaya, sentuhan, dan zat kimia pada permukaan tubuh

disekitarnya (bagian muka). Hewan ini mempunyai ganglion pada tiap ruas

tubuhnya. Ganglia segmental tersebut dihubungkan dengan tali saraf

ventral. Tiap ganglion mempunyai fungsi sebagai pusat yang menerima

impuls dari saraf sensorik dari reseptor kulit yang ada disekitarnya. Selain

itu terdapat serabut saraf berukuran besar yang menyebabkan otot

longitudinal pada semua ruas berkontraksi bersama-sama.

9

Page 12: MAKALAH KOORDINASI

Gambar 2.4 Annelida dan Bagian-bagiannya

6. Sistem saraf Mollusca

Pada bekicot, saraf-saraf ganglion secara rapat berpasangan sebagai

saraf serebral (dorsal dari faring dan bukal), saraf kaki, saraf jeroan. Saraf-

saraf dari ganglia itu melanjut keseluruh sistem organ.

Gambar 2.5 Gastropoda dan Bagian-bagiannya

Pada gastropoda, serebral atau ganglion suboeofagus mempunyai

peran untuk mengontrol ganglia yang lebih bawah. Aktifitas refleks atau

gerakan pada hewan ini dikontrol oleh aktifitas 4 pasang ganglion yaitu

10

Page 13: MAKALAH KOORDINASI

ganglia serebral, pedal, pleural, dan viseral. Pada Cephalopoda (cumu-

cumi, gurita) terdapat otak yang kompleks karena adanya penggabungan

berbagai ganglia yang letaknya mengelilingi oesofagus. Karena itu otaknya

mempunyai bagian supraoesofagus dan suboesofagus. Pada bagian

suboesofagus terdapat pusat pernafasan untuk inspirasi dan ekspirasi.

Selain itu terdapat pula bagian yang termasuk ganglia pedal dan branchial

yang mengontrol lengan dan tentakel. Sedangkan bagian otak

supraoesofagus berisi pusat motorik, pusat sensorik utama yang berupa

lobus untuk pembau, dan kompleks dorsal vertikal.

2.2. Klasifikasi Sistem Saraf pada Hewan Tingkat Tinggi (Vertebrata)

Vertebrata mempunyai sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Susunan

sistem saraf pusat berupa otak dan susunan tulang belakang. Adapun susunan

saraf tepi merupakan benang-benang saraf penghubung antara susunan saraf

pusat dan bagian-bagian tubuhnya. Otaknya terdiri dari empat bagian, yaitu

otak besar, otak kecil, otak tengah dan sumsum pengubung atau sumsum

lanjutan. Ukuran bagian otak vertebrata bervariasi karena pertumbuhan setiap

bagian otak antara jenis yang satu berbeda dengan jenis lainnya. Berikut ini

klafikasi sistem saraf pada hewan vertebrata.

1. Sistem Saraf pada Pisces

Ikan (pisces) mempunyai susunan pusat saraf berupa otak dan

sumsum tulang belakang otak terdiri atas 3 bagian, yaitu otak besar, otak

kecil dan otak tengah. Saraf yang berkembang baik adalah saraf yang

berasal dari indra penglihatan. Pada beberapa jenis ikan misalnya ikan hiu,

saraf pembau juga berkembang dengan baik. Dengan demikian, hiu dapat

mencium dar'ah mangsa yang terluka, walaupun jaraknya agak jauh. Otak

11

Page 14: MAKALAH KOORDINASI

kecil ikan berukuran lebih besar daripada ukuran otak besarnya. Pusat

koordinasi otot ikan dan pusat keseimbangan terletak pada otak kecil.

2. Sistem Saraf pada Amphibia                         

Contoh hewan Amphibia dalah katak. Pada katak yang paling

berkembang adalah penglihatannya oleh karena itu bagian otak secara

keseluruhan hanya berbentuk memanjang sebab bagian otak kecilnya tidak

begitu berkembang. Sistem saraf pada katak terdiri atas dua bagian yaitu

sistem saraf yang berupa otak dan sumsum tulang belakang. Bagian otak

amphibia tersusun secara memanjang. Sistem saraf amphibi disesuaikan

dengan tempat hidupnya, dilingkungan darat dan lingkungan air. Otak

tengah Amphibia yang tumbuh menggelembung menjadi pusat

penglihatan, sedangkan otak kecilnya tidak berkembang dengan baik.

3. Sistem Saraf pada Reptilia

Sistem saraf pada reptilia terdiri atas sistem saraf pusat yang

berupa otak dan sumsum tulang belakang. Bagian otak terbagi menjadi

empat bagian, yaitu otak besar, otak kecil, otak tengah, sumsum

penghubung atau lanjutan. Bangsa reptilia umumnya memiliki daya

penciuman yang sangat tajam oleh sebab itu bagian otak yang merupakan

pusat penciumannya lebih berkembang dan bentuknya lebih besar

dan memanjang kearah depan.

4. Sistem Saraf pada Aves

Burung (aves) merupakan hewan aktif yang banyak melakukan

pergerakan serta memiliki keseimbangan yang bagus terutama saat terbang.

Beberapa burung juga memiliki ketajaman penglihatan yang bagus.Karena

itu pusat koordinasi gerak dan keseimbangan burung berkembang baik hal

ini dapat terlihat dari adanya lekukan-lekukan pada otak kecil burung yang

12

Page 15: MAKALAH KOORDINASI

menjadikan volume otak kecilnya menjadi lebih besar. Seluruh kegiatan

dan aktivitas tubuh diatur oleh saraf pusat berupa otak dan sumsum tulang

belakang. Otak burung terdiri atas empat bagian yaitu otak besar, otak

kecil, otak tengah dan sumsum penghubung atau sumsum lanjutan. Otak

besar dan otak kecil berkembang dengan baik. Sementara itu, otak tengah

berkembang membentuk dua gelembung yang behubungan dengan pusat

penglihatan.

5. Sistem Saraf pada Mamalia

Mamalia merupakan vertebarta yang memiliki derajat tertinggi dan

hal ini terbukti dari perkembangan otaknyapun dapat jelas terlihat dimana

otak kecil dan otak besarnya berkambang dengan baik dan ini jelas sesuai

dengan aktifitas-aktifitas yang dilakukan mamalia.

3. Pengertian Sistem Endokrin

Sistem endokrin disebut juga sistem kelenjar buntu, yaitu

kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus untuk

mengeluarkan sekretnya. Kelenjar-kelenjar endokrin dimasukkan ke dalam

suatu sistem karena getah (sekret) dari satu kelenjar endokrin dapat mempengaruhi

kelenjar endokrin lainnya. Kelenjar endokrin berasal dari jaringan epitel, hanya

pada proses pembentukannya pada kelenjar endokrin sel-sel yang berdiferensiasi

menjadi kelenjar terlepas dari jaringan epitel induknya, sehingga tidak mempunyai

saluran pelepasan, karena itu disebut kelenjar buntu.

Getah yang dihasilkan kelenjar endokrin disebut hormon, yang

didistribusikan melalui sistem peredaran. Hormon berasal dari kata

hormaein yang artinya “membangkitkan”. Hormon berperan

dalam mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan, antara

13

Page 16: MAKALAH KOORDINASI

lain aktivitas pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi,

pencernaan, dan integrasi serta koordinasi tubuh. Dalam beberapa

hal sistem endokrin bekerjasama dengan sistem saraf untuk pengaturan terhadap

fungsi organ-organ tubuh. Bedanya sistem saraf bekerja lebih cepat dibandingkan

dengan cara kerja sistem hormonal yang lebih lambat, namun berkesinambungan.

4. Sistem Endokrin pada Hewan

4.1 Sistem Endokrin pada Hewan Invertebrata

Sejumlah hewan invertebrata tidak mempunyai organ

khusus untuk sekresi hormon sehingga sekresinya dilaksanakan

oleh sel neurosekretori, yang merupakaan sumber hormon pada

invertebrata. Pada Coelenterata dan annelida tidak terdapat kelenjar endokrin

tapi mekanisme neurosekresi mengatur pertumbuhan dan reproduksi. Demikian

juga pada cacing pipih dan nematoda hanya mempunyai mekanisme neurosekresi.

Hewan rendah yang mempunyai kelenjar endokrin ialah Cephalopoda, Arthropoda

dan hewan yang lebih kompleks lainya.

1. Coelenterata

Contoh hewan coelenterata ialah Hydra s.p. yang

mempunyai sejumlah sel yang dapat menghasilkan

senyawa kimia yang berperan dalam proses reproduksi,

pertumbuhan, dan regenerasi. Apabila kepala Hydra

dipotong, sisa tubuhnya akan mengeluarkan molekul

peptida yang disebut aktivator kepala. Zat tersebut akan

menyebabkan sisa tubuh Hydra dapat embentuk mulut dan

tentakel, dan selanjutnya membentuk daerah kepala.

2. Platyhelminthes

Hewan ini dapat menghasilkan hormon yang berperan

penting dalam proses regenerasi. Hormon yang dihasilkan

14

Page 17: MAKALAH KOORDINASI

tersebut juga terlibat dalam regulasi osmotic, ionic, dan

dalam proses reproduksi.

3. Nematoda

Hewan ini dapat mengalami ganti kulit hingga empat kali

dalam siklus hidupnya, serta mempunyai struktur khusus

yang berfungsi untuk sekresi neurohormon yang berkaitan

erat dengan sistem saraf. Struktur khusus tersebut terdapat

pada ganglion di daerah kepala dan beberapa pada daerah

korda saraf.

4. Annelida

Sel-sel neurosekresi pada annelida terdapat pada ganglion supraoesofagus,

ganglion suboesufagus dan ganglion ventral. Cacing polychaeta

dewasa dapat mengalami epitoki yakni perubahan sejumlah

ruas tubuh menjadi struktur reproduktif. Epitoki ini

dikendalikan oleh sistem neuroendokrin. Hormon yang

dilepaskan akan menghambat epitoki sehingga epitoki akan

berlangsung ketika kadar hormon tersebut sangat rendah.

Adapun neuro hormon pada cacing tanah (Oligochaeta) banyak diselidiki

peran neurohormon pada annelida ialah dalam fungsi:

Tumbuh dan regenerasi

Transformasi somatik berkenaan dengan reproduksi

Pemotongan ganda dan perkembangan seksual

Menentukan ciri-ciri kelamin luar (sekunder)

Penyembuhan luka

5. Mollusca

Sel neurosekresi terdapat pada ganglion otak mollusca. Pada mollusca

terdapat pula kelenjar endokrin seperti pada vertebrata. Kelenjar tersebut

misalnya kelenjar optik pada Octopus. Pada sejenis siput jika tentakel

15

Page 18: MAKALAH KOORDINASI

dibuang hasilnya pembentukan telur pada ovotestis dipercepat. Jika ekstrak

tentakel disuntikkan merangsang produksi sperma. Ekstrak ganglion otak

merangsang produksi telur. Dari contoh diatas menunjukkan bahwa baik

otak maupun tentakel berisi sel-sel neurosekresi yang menghasilkan hormon

(neurohormon). Neurohormon dari tentakel merangsang produksi sperma

sedang dari otak merangsang perkembangan telur. Pada octopus proses

kedewasaan juga diatur oleh sel-sel neurosekresi yang mempengaruhi

pertumbuhan ovarium dan testes. Jadi hubungan ganglion otak-kelenjar

optikgonade pada octopus sama seperti hubungan hipotalamus-

hipofisisgonade pada vertebrata.

6. Arthropoda

Pada kelas Crustaceae memiliki sejumlah sel kecil sel

endokrin klasik, yaitu organ Y dan kelenjar mandibula.

Organ Y merupakan sepasang kelenjar yang terletak di

daerah toraks tepatnya pada ruas maksila atau antena.

Hormon Y mempengaruhi proses molting. Kelenjar

mandibula terletak di dekat organ Y memiliki fungsi

endokrin juga. Crustaceae juga memiliki kelenjar androgenic

yang berperan dalam perkembangan testis dan produksi

sperma. Adapun pada Insecta Terdapat 3 kelompok sel

neuroendokrin yang utama, yaitu.

a. Sel neurosekretori medialis: memiliki akson yang

membentang hingga ke korpora kardiaka, yakni

sepasang orggan yang berfungsi sebagai tempat

penyimpanan dan pelepasan neurohormon,

b. Sel neurosekretori lateralis: memiliki akson yang

membentang hingga ke korpora kardiaka,

16

Page 19: MAKALAH KOORDINASI

c. Sel neurosekretori subesofageal: terdapat di bawah

kerongkongan dan memiliki akson yang membentang ke

korpora alata yang merupakan organ endokrin klasik.

Ketiganya berfungsi untuk mengendalikan berbagai

aktivitas pertumbuhan dan pengelupasan rangka luar (kulit

luar).

4.2. Sistem Endokrin pada Hewan Vertebrata

Berbeda dengan invertebrata, sistem endokrin pada vertebrata dapat

dibedakan menjadi 3 kelompok kelenjar utama yaitu hipotalamus, hipofisis atau

pituitari, dan kelenjar endokrin tepi. Pada vertebrata, sistem saraf memberikan

pengaruh yang sangat jelas terhadap sistem endokrin. Berbagai organ endokrin

tepi pada vertebrata bekerja di bawah kendali kelenjar pituitari bagian depan

(anterior) yang merupakan salah satu organ endokrin pusat. Pituitari anterior

bekerja dibawah pengaruh hipotalamus, yang kerjanya dipengaruhi oleh saraf.

1. Hipotalamus dan Pituitari

Hipotalamus dan pituitari merupakan organ endokrin pusat yang

dimiliki hewan vertebrata. Hipotalamus merupakan bagian otak vertebrata

yang terletak di bawah talamus dan berperan dalam mempertemukan sistem

saraf dan endokrin. Talamus adalah kumpulan sel syaraf yang terletak di

bagian tengah otak vertebrata. Hipotalamus berfungsi untuk mengendalikan

kelenjar pituitari, sementara pituitari juga berfungsi mengendalikan kelenjar

endokrin lainnya. Oleh karena itu hipotalamus disebut sebagai kelenjar

induk. Hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan dibawa ke pituitari

ada dua jenis hormon dari hipotalamus yaitu hormon yang dilepaskan ke

pituitari depan dan hormon yang dilepas ke pituitari belakang. Hormon yang

17

Page 20: MAKALAH KOORDINASI

dilepas ke pituitari belakang akan dilepas melalui akson plasma yang

membentang dari hipotalamus hingga ke bagian tersebut .

Kelenjar pituitari belakang disebut daerah neurondokrinal karena

pada daerah ini banyak ditemukan juluran saraf dari sel neurosekretori, yang

badan selnya terletak di hipotalamus. Oleh karena itu pituitari belakang

disebut juga neurohipofisis. Dari neurohipofisis hormon dari hipotalamus

akan langsung dilepas ke sirkulasi melalui ujung akson. Hormon

hipotalamus yang dilepas di pituitari belakang ialah hormon ADH dan

oksitosin. ADH sangat penting untuk mengendalikan penyerapan air di

saluran ginjal sedangkan oksitosin berperan merangsang kontraksi otot polos

pada dinding rahim dan kelenjar susu. ADH dan oksitosin merupakan

hormon dari golongan peptida.

Pada semua vertebrata dapat ditemukan peptida yang memiliki efek

hayati serupa dengan ADH dan oksitosin tetapi susunan asam aminonya

berbeda. Hormon penting lain yang dikeluarkan oleh hipotalamu yaitu

hormon pelepas ( releasing hormon, RH ) dan hormon penghambat (Release

inhibiting hormon, RIH . Kedua jenis hormon tersebut dilepas dari ujung

akson sel neurosekretori di hipotalamus ke kapiler darah di dekatnya. Dari

hipotalamus, RH, RIH dibawa oleh darah ke pituitari depan yang juga

disebut adenohipofisis. RH bekerja untuk mempengaruhi pelepasan hormon

dari pituitari depan.

Hormon dari pituitari depan selanjutnya akan mempengaruhi

pengeluaran hormon dari kelenjar lain yang merupakan kelenjat tepi,

sebaliknya RIH menghambat pelepasan hormon dari pituitari depan.

Hormon-hormon yang dihasilkan dari hipotalamus dan pituitari beserta

fungsinya masing-masing dapat dipelajari dari Hormon pertumbuhan

merangsang pertumbuhan tubuh pada semua hewan dan berpengaruh pada

18

Page 21: MAKALAH KOORDINASI

metabolisme karbohidrat, lipid dan protein. Hormon ini juga merangsang

hati untuk melepaskan somatomedin, yang dapat merangsang mitosis dalam

jaringan tulang. TRH merangsang kelenjar tiroid untuk menyekresikan

hormon tiroksin dan tirodotiromin yang dapat mengendalikan laju

metabolisme pada mamalia dan metamorfosis pada Amphibia.

2. Organ Endokrin Tepi

Organ endokrin tepi adalah semua organ endokrin diluar hipotalamus

dan pituitari. Semakin hari semakin banyak ditemukan organ endokrin baru

pada vertebrata. Saat ini banyak diketahui jantung juga mampu

menghasilkan hormon yang disebut ANP. Hormon tersebut berkaitan erat

dengan pengaturan ion natrium diginjal. Hampir semua aktivitas dalam

tubuh hewan dipengaruhi oleh hormon. Aktivitas tersebut meliputi proses

pencernaan, peredaran darah, pengeluaran, osmoregulasi. Dalam mengatur

aktivitas tubuh sistem endokrin biasanya bekerjasama dengan sistem saraf .

Contoh hewan vertebrata adalah katak (Amphibia) dan burung (aves).

Berikut akan dijeaskan sistem endokrin pada Amphibia dan aves.

1. Sistem Endokrin pada Amphibia

Katak memiliki beberapa kelenjar endokrin yang menghasilkan sekresi

intern disebut hormon. Fungsi mengatur atau mengontrol tugas-tugas tubuh,

merangsang, baik yang bersifat mengaktifkan atau mengerem pertubuhan,

mengaktifkan bermacam-macam jaringan dan berpengaruh terhadap tingkah

laku makhluk hidup. Pada dasar otak terdapat glandulae pituitaria atau glandula

hypophysa. Bagian anterior kelenjar ini menghasilkan hormon pertumbuhan.

Hormon ini mengontrol pertumbuhan tubuh terutama pada panjang tulang. Juga

merangsang gonad untuk menghasilkan sel kelamin. Bagian tengah g.pituitaria

menghasilkan hormon intermidine yang mempunyai peranan dalam pengaturan

19

Page 22: MAKALAH KOORDINASI

cromatophora dalam kulit. Bagian posterior g. Pituitaria menghasilkan hormon

yang mengatur pengambilan air. Hormon tiroid yang mengatur metabolisme.

Kelenjar ini menjadi besar pada berudu sebelum metamorphose menjadi katak.

Kelenjar pankreas menghasilkan enzim dan hormon insulin yang mengatur

meteabolisme zat gula.

2. Sistem endokrin pada Aves

Kelenjar endokrin terdiri atas glandulae pituitaria atau hypophysa

terletak di dasar otak pada ujung infundibulum, glandulae thyroidea yang

terletak di bawah pena jugularis dekat cabang arteri subclavia dan arteri carotis.

Glandulae pancreatucus menghasilkan hormon insulin. Glandulae sub renalis

atau glandula andrenalis terletak pada permukaan ventral dan Ren, Glandulae

sexualis menghasilkan hormon yang mempengaruhi tanda kelamin sekunder

terutama terletak pada warna bulu.

5. Sistem Indra pada Hewan

Sistem indra merupakan bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk

proses informasi indra. Di dalam sistem indra, terdapat reseptor indra, jalur saraf,

dan bagian dari otak ikut serta dalam tanggapan indra.  Umumnya, sistem indra

yang dikenal adalah penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan dan

peraba.

A. Sistem Indra Hewan Invertebrata

Sistem indra invetebrata masih sangat sederhana. Berikut ini dijelaskan

sistem indra protozoa. Coelenterata, Molusca, cacing pipih, cacing tanah dan

serangga.

1. Sistem Indra pada Hewan bersel Satu (Protozoa)

Pada umumnya tidak memiliki indra, tetapi peka terhadap rangsangan

cahaya. Bila ada cahaya kuat, amoeba dan paramaecium akan menjauh.

20

Page 23: MAKALAH KOORDINASI

Englena hanya memiliki alat menerima rangsang cahaya berupa bintik mata

berwarna merah didekat flagelnya. Bila ada cahaya tersebut.

2. Sistem Indra pada Coelenterata

Hewan berongga seperti ubur- ubur memiliki sel- sel pigmen dan sel sensori

yang peka tehadap cahaya serta sejumlah tentakel sebagai alat peraba.

3. Sistem Indra pada Mollusca

Bekicot mempunyai dua pasang antena. Pada sepasang antena yang panjang,

diujungnya terdapat mata sebagai indra penglihatan, sedangkan sepasang

antena yang pendek berfungsi sebagai indra peraba.

4. Sistem Indra pada Platyhelminthes

Planaria memiliki sepasang bintik mata pada bagian interior tubuhnya.

Bintik mata tersebut sangat peka terhadap rangsangan cahaya. Planaria

cenderung bergerak menjahui cahaya. Adapun pada cacing tanah memiliki

indra penerima rangsangan yang cukup baik. Indra tersebut berada di

permukaan tubuhnya dan hanya mampu membedakan gelap terang. Sel- sel

yang sesitif terhadap rangsangan cahaya tersebut di lapisan kulit bagian

dorsal,(atas), terutama pada bagian anterior (depan). Cacing tanah cenderung

bergerak menjauhi cahaya. Cacing tanah juga peka terhadap rangsangan-

rangsangan sentuhan, zat- zat kimia, dan suhu.

5. Sistem Indra pada Arthropoda

Pada kelas insecta, misalnya serangga memiliki indra penglihatan berupa mata

tunggal (oseli), mata majemuk (mata faset) dan ada pula yang memiliki

keduanya. Mata tunggal umumnya berbentuk segitiga, mata majemuk terdiri

dari ribuan alat penerima rangsangan cahaya yang disebut Omatidium. Setiap

omatidiun terdiri dari lensa, sel konus, pigmen, sel fotoreseptor, dan jatuh

tegak lurus pada lensa.

21

Page 24: MAKALAH KOORDINASI

B. Sistem Indra Hewan Vertebrata

Veterbrata memiliki sistem indra yang lebih berkembang dari hewan

invetebrata. Berikut ini penjelasan indra pada ikan, katak, burung dan mamalia.

1. Sistem Indra pada Pisces

Ikan memiliki indra yang disebut gurat sisi, mata, alat pedengaran dan alat

pencium. Gurat sisi berfungsi mengetahui perubahan air. Sehingga ikan

mengetahui kedudukannya didalam air. Indra yang berkembang baik pada

ikan adalah indra pecium dan indra penglihat. Indra penglihatan pada ikan

berupa sepasang mata yang dilindungi selaput yang tembus cahaya. Indra

pencium pada ikan terdapat didekat mulutnya. Indra pendengar ikan hanya

terdiri dari atas telinga dalam saja yang berfungsi sebagai organ pendengar

dan alat keseimbangan indra pendengar ini kurang berkembang dengan baik.

2. Sistem Indra pada Amphibia

Pada katak, indra penglihatan dan indra pencium berkembang lebih baik dari

pada organ indra lainnya. Indra penglihatan pada katak berupa mata yang

dilindungi kelopak dan membran tembus cahaya yang disebut membran

niktitans. Membran ini berfungsi menjaga kelembaban mata selama didarat

dan menghindari gesekan selama di air. Indra pendengar pada katak hanya

terdiri dari telinga bagian tengaj dan telinga bagian dalam. Bagian telinga

paling luar berupa selaput gendang telingan (Membran timpani) yng

berfungsi menangkap getaran suara.

3. Sistem Indra pada Reptil

Indra reptil yang berkembang dengan baik adalah indra pencium. Pada kadal

dan ular, indra penciumnya terletak di langit- langit rongga mulutnya, berupa

lubang- lubang kecil yang tepinya mengandung sel- sel saraf pencium.

4.      Sistem Indra pada Aves

22

Page 25: MAKALAH KOORDINASI

Indra pada burung (aves) yang berkembang dengan baik adalah indra

penglihatan yaitu mata. Mata burung dapat berakomodasi dengan baik.

Burung yang hiduo dan mencari makanan pada malam hari pada retinanya

banyak mengandung sel batang. Sedangkan burung yang hidup dan mencari

makanan pada retinanya banyak mengandung sel kerucut. Umumnya burung

memiliki daya akomodasi yang sangat baik sehingga dapat melihat

mangsanya dari jauh.

4. Sistem Indra pada Mamalia

Indra mamalia umumnya berkembang dengan baik. Kepekaan indra pada

masing-masing mamalia berbeda- beda misalnya anjing mempunyai indra

pendengaran yang istimewa. Selain indra pendengaran, anjing memiliki indra

pencium yang sangat tajam. Menangkap getaran bunyi setinggo 150.000 Hz.

23

Page 26: MAKALAH KOORDINASI

BAB III KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dari rumusan masalah yang telah dijelaskan

pada Bab II Tinjauan Pustaka, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua

kegiatan aktivitas tubuh.

2. Sistem saraf pada hewan invertebrata dan vertebrata memiliki

perbedaan. Tidak semua invertebrata memiliki sistem saraf misalnya

protozoa dan porifera, namun setiap sel penyusun tubuhnya mampu

mengadakan reaksi terhadap stimulus yang diterima. Adapun

invertebrata yang lebih kompleks telah memiliki sistem saraf tetapi

lebih sederhana dibandingkan sistem saraf vertebrata yang telah

memiliki sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.

3. Sistem endokrin (sistem hormon) merupakan suatu senyawa kimiawi

yang berperan dalam mengatur berbagai aktivitas internal hewan yang

bekerjasama dengan sistem saraf untuk pengaturan terhadap fungsi

organ-organ tubuh. 

4. Sistem endokrin pada vertebrata dapat dibedakan menjadi 3 kelompok

kelenjar utama yaitu hipotalamus, hipofisis atau pituitari, dan kelenjar

endokrin tepi. Berbeda dengan vertebrata, sejumlah hewan

invertebrata tidak mempunyai organ khusus untuk

sekresi hormon sehingga sekresinya dilaksanakan oleh sel

neurosekretori, yang merupakaan sumber hormon pada invertebrata.

5. Sistem indera merupakan bagian dari sistem saraf yang berfungsi

untuk proses informasi indra. Di dalam sistem indra, terdapat reseptor

indra, jalur saraf, dan bagian dari otak ikut serta dalam tanggapan

indra. Pada hewan invertebrata seperti, coelenterata menggunakan

tentakel sebagai alat peraba dan pada cacing tanah memiliki indra yang

24

Page 27: MAKALAH KOORDINASI

berada dipermukaan tubuhnya dan peka terhadap rangsangan. Akan

tetapi, tidak semua makhluk hidup memiliki alat indra. Contohnya

pada hewan invetebrata seperti protozoa, tidak memiliki indra, akan

tetapi peka terhadap rangsangan. Adapun veterbrata memiliki sistem

indra yang lebih berkembang dari hewan invetebrata. Hewan- hewan

ini menggunakan mata untuk melihat, hidung yang berfungsi sebagai

indra pencium, tangan atau kulit sebagai indra peraba dan telinga yang

berfungsi sebagai indra pendengar.

25

Page 28: MAKALAH KOORDINASI

DAFTAR PUSTAKA

Abot, Liye. 2011. Sistem Koordinasi pada Hewan. [ditemukan pada http://biologi-

liyeabot.blogspot.com/2011/11/sistem-koordinasi-pada-hewan.html. Diakses

pada tanggal 26 Agustus 2014]

Anonim. 2014. Macam-macam Sistem Saraf pada Hewan. [ditemukan pada

http://tepus.org/2014/01/macam-macam-sistem-saraf-pada-hewan/. Diakses

pada 27 Agustus 2014]

Anonim. 2012. Struktur Hewan “Sistem Saraf”. [ditemukan pada

http://qienanz.blogspot.com/2012/03/struktur-hewan-sistem-saraf.html.

Diakses pada tanggal 26 Agustus 2014]

Campbell, N.A. Dkk. 2004. Biologi Edisi Kelima - Jilid 3.Erlangga: Jakarta.

Irianto, Koes. 2012. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa.Alfabeta: Bandung.

Kimball, John W. 1992. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Erlangga: Jakarta.

Ridwan. 2011. Sistem Saraf Hewan. [ditemukan pada http://ridwan-

systemsarafhewan.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2014]

Syahraini. 2012. Sistem Endokrin pada Hewan. [ditemukan pada http://syahraini-

ritz.blogspot.com/2012/07/sistem-endokrin-pada-hewan.html. Diakses pada

tanggal 26 Agustus 2014]

26