bab ii kajian teori 2.1 pengertian partisipasi...

22
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat dimaksudkan sebagai suatu dukungan yang diberikan oleh masyarakat yang berada di lingkungan sekolah dalam rangka memberikan dukungan baik yang berupa dukungan finansial maupun dukungan non finasial Dalam buku pedoman pelatihan BOS 2009 (Depdiknas 2009) beberapa jenis- jenis partisipasi masyarakat : 1) Partisipasi dengan menggunakan jasa yang tersedia, 2) Partisipasi dengan memberikan konstribusi dana, bahan dan tenaga, 3) Partisipasi secara pasif, 4) Partisipasi melalui konsultasi, 5) Partisipasi dalam pelayanan, 6) Partisipasi sebagai pelaksanaan kegiatan yang didelegasikan/dilimpahkan, 7) Partisipasi dalam pengambilan keputusan. Dalam Permendiknas nomor 19 tahun 2007 tentang standar pengelolaan dijelaskan bahwa peran serta masyarakat antara lain meliputi : 1) Sekolah / madrasah melibatkan warga dan masyarakat pendukung sekolah/ madrasah dalam mengelola pendidikan, 2) Warga sekolah / madrasah dilibatkan dalam pengelolaan akademik, 3) Masyarakat pendukung sekolah / madratsah dilibatkan dalam pengelolaan non- akademik. Partisipasi masyarakat mengacu kepada adanya keikutsertaan masyarakat secara nyata dalam suatu kegiatan. partisipasi itu bisa berupa gagasan, kritik membangun, dukungan pelaksanaan pendidikan. dalam sistem pemerintahan yang kebijakannya bersifat top-dawn, partisipasi masyarakat dalam kebijakan-kebijakan

Upload: nguyenduong

Post on 12-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Partisipasi Masyarakateprints.ung.ac.id/5340/9/2012-1-86204-131408144-bab2... · penting dan strategis dalam mengendalikan sekolah sehingga untuk

6

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat dimaksudkan sebagai suatu dukungan yang diberikan

oleh masyarakat yang berada di lingkungan sekolah dalam rangka memberikan

dukungan baik yang berupa dukungan finansial maupun dukungan non finasial

Dalam buku pedoman pelatihan BOS 2009 (Depdiknas 2009) beberapa jenis-

jenis partisipasi masyarakat : 1) Partisipasi dengan menggunakan jasa yang tersedia,

2) Partisipasi dengan memberikan konstribusi dana, bahan dan tenaga, 3) Partisipasi

secara pasif, 4) Partisipasi melalui konsultasi, 5) Partisipasi dalam pelayanan, 6)

Partisipasi sebagai pelaksanaan kegiatan yang didelegasikan/dilimpahkan, 7)

Partisipasi dalam pengambilan keputusan.

Dalam Permendiknas nomor 19 tahun 2007 tentang standar pengelolaan

dijelaskan bahwa peran serta masyarakat antara lain meliputi : 1) Sekolah / madrasah

melibatkan warga dan masyarakat pendukung sekolah/ madrasah dalam mengelola

pendidikan, 2) Warga sekolah / madrasah dilibatkan dalam pengelolaan akademik, 3)

Masyarakat pendukung sekolah / madratsah dilibatkan dalam pengelolaan non-

akademik.

Partisipasi masyarakat mengacu kepada adanya keikutsertaan masyarakat

secara nyata dalam suatu kegiatan. partisipasi itu bisa berupa gagasan, kritik

membangun, dukungan pelaksanaan pendidikan. dalam sistem pemerintahan yang

kebijakannya bersifat top-dawn, partisipasi masyarakat dalam kebijakan-kebijakan

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Partisipasi Masyarakateprints.ung.ac.id/5340/9/2012-1-86204-131408144-bab2... · penting dan strategis dalam mengendalikan sekolah sehingga untuk

7

yang dibuat dan diimplementasikan tidak begita dipermasalahkan, namun pada sistem

pemerintahan yang bottom-up, tingginya partisipasi masyarakat dapat dijadikan tolok

ukur keberhasilan kebijakan tersebut.

Koentjaraningrat dalam Mulyasa (2011:170) menggolongkan partisipasi

masyarakat ke dalam tipologinya, ialah partisipasi kuantitatif dan partisipasi

kualitatif. Partisipasi kuantitatif menunjuk pada frekuensi keikutsertaan masyarakat

terhadap implementasi kebijakan, sedangkan partisipasi kualitatif menunjuk kepada

tingkat dan derajatnya. Partisipasi masyarakat juga dapat dikelompokkan berdasarkan

posisi individu dalam kelompoknya, pertama partisipasi masyarakat dalam aktivitas

bersama dalam proyek khusus. kedua, partisipasi anggota masyarakat sebagai

individu dalam aktifitas bersama pembangunan.

Sagala (2011:247) mengungkapkan partisipasi masyarakat antara lain (1)

mengembangkan sikap demokrasi di sekolah dan berupaya memenuhi harapan

masyarakat; (2) peningkatan peran serta masyarakat dalam hal membuat perencanaan

sekolah dan pemantauan pelaksanaannya, dengan pembelajaran anak, dukungan fisik

ke sekolah, adanya kontrol dari masyarakat, dan pemikiran, keahlian dan

keterampilan; (3) terjalinnya hubungan yang setara dan harmonis antara sekolah dan

stakeholders; dan (4) tumbuhnya kepercayaan timbal balik antara sekolah dan

stakeholders; dan (5) tumbuhnya rasa tanggungjawab dari masyarakat terhadap

kemajuan dan kualitas sekolah.

Saat ini, dengan adanya kebijakan nasional untuk memajukan pemikiran

mengenai partisipasi masyarakat, sebagaimana ditegaskan UUSPN No. 20 Tahun

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Partisipasi Masyarakateprints.ung.ac.id/5340/9/2012-1-86204-131408144-bab2... · penting dan strategis dalam mengendalikan sekolah sehingga untuk

8

2003 pasal 8 dalam Sagala (2011:248) menyatakan masyarakat berhak berperan serta

dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.

Pernyataan ini memberi ruang yang lebih luas kepada masyarakat untuk ikut

langsung dalam manajemen sekolah seperti dalam merencanakan program dan

kegiatan sekolah. keikutsertaan masyarakat yaitu seperti apa sekolah itu diinginkan

masyarakat.

Keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan dan pengawasan dimaksudkan

untuk menjamin bahwa program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah sesuai

yang direncanakan. pengawasan yang dilakukan masyarakat untuk memastikan

bahwa program dan kegiatan betul-betul mencapai sasaran yang ditetapkan

sebelumnya.

2.2 Kompetensi Kepala Sekolah

Dalam suatu lembaga (institusi) pendidikan khususnya lingkungan sekolah

yang memiliki visi dan misi pengembangan atau peningkatan kualiatas pendidikan,

maka yang dapat dijadikan tolok ukur terhadap keberhasilan pendidikan dilingkungan

sekolah itu sendiri adalah salah satu komponen sistem, komponen yang dimaksud

adalah pihak kepala sekolah .

Keberadaan kepala sekolah sangat terkait dengan dua hal yaitu kepemimpinan

dan manajer pendidikan di sekolah. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam

membimbing suatu kelompok sedemikian rupa hingga tercapai tujuan dari kelompok

tersebut, yakni tujuan bersama.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Partisipasi Masyarakateprints.ung.ac.id/5340/9/2012-1-86204-131408144-bab2... · penting dan strategis dalam mengendalikan sekolah sehingga untuk

9

Secara umum kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki

seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, menuntun, menggerakan dan

kalau perlu memaksa orang lain agar ia menerima pengaruh itu. Selanjutnya berbuat

sesuatu yang dapat membantu pencapaian suatu maksud atau tujuan tertentu.

Oleh karena itu sangat relevan apa yang disampaikan oleh S. P. Siagian

bahwa kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak dari semua sumber-

sumber dan alat (resaurces) suatu organisasi. Kepala sekolah adalah seorang guru

(jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural di sekolah. Ia

adalah pejabat yang ditugaskan untuk mengelolah sekolah. (Siagian, 2004:9)

Seiring dengan adanya peran yang dimainkan oleh kepala sekolah yang

menjadi tugas yang harus diemban,baik terkait dengan administratif manajerial

maupun kepemimpinan pengajaran dari kedua tugas yang diperankan oleh kepala

sekolah tersebut, maka persoalan administratif manajerial merupakan tugas yang

banyak menyita waktu kepala sekolah di bandingkan tugas pengajaran.

Karena pentingnya pengelolan administratif manajerial yang harus dilakukan

kepala sekolah , maka untuk menjadi kepala sekolah yang efektif diperlukan lima

ketrampilan administrasi yang kompetensinya terdiri dari ketrampilan tehnis,

ketrampilan hubungan manusia, ketrampilan membuat konsep, ketrampilan

pendidikan dan pengajaran, serta ketrampilan kognitif. (Atmowidirio, 2001: 162-163)

Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah adalah

sebagai berikut: 1) Komitmen terhadap misi sekolah, 2) Orientasi kepemimpinan pro

aktif, 3) Ketegasan (decisiveness), 4) Sensitif terhadap hubungan yang bersifat

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Partisipasi Masyarakateprints.ung.ac.id/5340/9/2012-1-86204-131408144-bab2... · penting dan strategis dalam mengendalikan sekolah sehingga untuk

10

interpersonal dan organisasi (mencari hubungan interpersonal), 5) Mengumpulkan

informasi, menganalisis dan pembentukan konsep, 6) Fleksibelitas intelektual

(fleksibelitas konsepsi), 7) Persuasif dan memanejemeni interaksi, 8) Kemampuan

beradaptasi secara taktis. 9) Motivasi dan perhatian terhadap pengembangan

(motivasi keberhasilan), 10) Kontrol dan evaluasi, 11) Kemampuan berorganisasi dan

pendelegasian, 12) Komunikasi (penyampaian gagasan secara pribadi). (Atmowidirio,

2001: 163-165)

Dari uraian di atas posisi kepala sekolah menempati tempat yang sangat

penting dan strategis dalam mengendalikan sekolah sehingga untuk mencapai

keberhasilan yang maksimal kepala sekolah harus memiliki ketrampilan dan

kompetensi serta harus menjalankannya dengan baik. Kepala sekolah memiliki

kompotensi dan ketrampilan yang sebagaimana yang telah disyaratkan untuk menjadi

seorang kepala sekolah.

Sehingganya kita mengenal bahwa tugas kepala sekolah tersebut memiliki

dua peran baik berperan dalam segi manajerial dan dalam segi Administrator

sekolah. Oleh sebab itu peran kepala sekolah sebagai administrator sekolah sangatlah

menonjol bila dibandingkan dengan perannya sebagai pelaksana pengajaran. Untuk

dapat menjadi kepala sekolah yang efektif diperlukan adanya lima ketrampilan

administrasi dan kompetensi sebagai berikut:

1. Keterampilan teknis meliputi pengetahuan khusus dan keahlian khusus pada

suatu kegiatan khusus yang berkaitan dengan fasilitas yaitu dalam cara

penggunaan alat dan tehnik pelaksanaan kegiatan.

2. Keterampilan hubungan manusia, berkaitan dengan kerja sama dengan orang

lain. Kemampuan untuk memberikan bantuan dan bekerja sama dengan orang

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Partisipasi Masyarakateprints.ung.ac.id/5340/9/2012-1-86204-131408144-bab2... · penting dan strategis dalam mengendalikan sekolah sehingga untuk

11

lain, maupun kelompok untuk mencapai tujuan oragnisasi (sekolah yang lebih

efesien dan efektif).

3. Keterampilan membuat konsep (konsepsional), kemampuan untuk

merangkum menjadi satu dalam bentuk gagasan atau ide-ide melihat

organisasi sebagai suatu keseluruhan situasi yang relevan dengan organisasi

itu.

4. Keterampilan pendidikan dan pengajaran, meliputi penguasaan pengetahuan

tentang belajar-mengajar.

5. Keterampilan kognitif, meliputi kemampuan dan pengetahuan yang bersifat

intelektual. (Atmodiwirio, 2001: 162-163)

Syah (2000:229) mengemukakan pengertian dasar kompetensi adalah

kemampuan atau kecakapan. Usman (1994:1) mengemukakan kompentensi berarti

suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang

kualitatif maupun yang kuantitatif. McAhsan (1981:45), sebagaimana dikutip oleh

Mulyasa (2003:38) mengemukakan bahwa kompetensi: “…is a knowledge, skills, and

abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or her being

to the extent he or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and

psychomotor behaviors”. Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi

bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif,

dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Sejalan dengan itu Finch & Crunkilton

(1979:222), sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2007:38) mengartikan kompetensi

sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang

diperlukan untuk menunjang keberhasilan Sofo (1999:123) mengemukakan “A

competency is composed of skill, knowledge, and attitude, but in particular the

consistent applications of those skill, knowledge, and attitude to the standard of

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Partisipasi Masyarakateprints.ung.ac.id/5340/9/2012-1-86204-131408144-bab2... · penting dan strategis dalam mengendalikan sekolah sehingga untuk

12

performance required in employment”. Dengan kata lain kompetensi tidak hanya

mengandung pengetahuan, keterampilan dan sikap, namun yang penting adalah

penerapan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan tersebut dalam

pekerjaan.Robbins (2001:37) menyebut kompetensi sebagai ability, yaitu kapasitas

seseorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.

Selanjutnya dikatakan bahwa kemampuan individu dibentuk oleh dua faktor, yaitu

faktor kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.

Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan

kegiatan mental sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang di perlukan

untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan

keterampilan.Spencer & Spencer (1993:9) mengatakan “Competency is underlying

characteristic of an individual that is causally related to criterion-reference effective

and/or superior performance in a job or situation”. Jadi kompetensi adalah

karakteristik dasar seseorang yang berkaitan dengan kinerja berkriteria efektif dan

atau unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu. Selanjutnya Spencer &

Spencer menjelaskan, kompetensi dikatakan underlying characteristic karena

karakteristik merupakan bagian yang mendalam dan melekat pada kepribadian

seseorang dan dapat memprediksi berbagai situasi dan jenis pekerjaan. Dikatakan

causally related, karena kompetensi menyebabkan atau memprediksi perilaku dan

kinerja. Dikatakan criterion-referenced, karena kompetensi itu benar-benar

memprediksi siapa-siapa saja yang kinerjanya baik atau buruk, berdasarkan kriteria

atau standar tertentu.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Partisipasi Masyarakateprints.ung.ac.id/5340/9/2012-1-86204-131408144-bab2... · penting dan strategis dalam mengendalikan sekolah sehingga untuk

13

Muhaimin (2004:151) menjelaskan kompetensi adalah seperangkat tindakan

intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk

dianggap mampu melaksankan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat

intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan bertindak.

Sifat tanggung jawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik dipandang

dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika. Depdiknas (2004:7)

merumuskan definisi kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai

dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.

Dalam Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 dijelaskan bahwa seorang kepala

sekolah harus mempunyai lima kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, manajerial,

kewirausahaan, supervisi akademik dan sosial. Dengan kelima kompetensi tersebut

diharapkan dapat meningkatkan kinerja kepala sekolah dalam mengelola sekolahnya

sehingga visi, misi dan tujuan sekolah tersebut dapat tercapai secara optimal. Dengan

kompetensi sosial seorang kepala sekolah akan terampil bekerja sama dengan orang

lain berdasarkan prinsip yang saling menguntungkan dan memberi manfaat bagi

sekolah, mampu berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, dan memiliki

kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

2.3 Pengertian Kompotensi Sosial

Pada hakekatnya manusia adalah makluk individu sekaligus sosial, dari sejak

lahir hingga meninggal manusia perlu dibantu atau bekerjasama dengan manusia lain.

Segala kebahagiaan yang dirasakan manusia pada dasarnya adalah berkat bantuan dan

kerjasama dengan manusia lain. Manusia sadar bahwa dirinya harus merasa

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Partisipasi Masyarakateprints.ung.ac.id/5340/9/2012-1-86204-131408144-bab2... · penting dan strategis dalam mengendalikan sekolah sehingga untuk

14

terpanggil hatinya untuk berbuat baik bagi orang lain dan masyarakat (Retno

Sriningsih,1999:89).

Kompetensi sosial menurut Sumardi (2006:90) adalah kemampuan seseorang

dalam berkomunikasi, bergaul, bekerjasama, dan memberi kepada orang lain. Sejalan

dengan pemikiran ini Komara (2007:78) mendefinisikan kompetensi sosial sebagai

(1) kemampuan seseorang untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman

sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional (2) kemampuan untuk

mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan dan (3)

kemampuan untuk menjalin kerjasama baik secara individual maupun kelompok.

Subagyo (2008:76) mengemukakan bahwa kompetensi sosial adalah

kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien, baik

dengan peserta didik, guru ,orang tua/wali, dan masyarakat sekitar, sehingga

seseorang yang memiliki kompetensi sosial akan nampak menarik, empati,

kolaboratif, suka menolong, menjadi panutan, komunikatif, dan kooperatif.

Sedangkan Sumardi (2007:10) menyatakan bahwa kompetensi sosial adalah

kemampuan untuk berkomunikasi, membangun relasi, dan kerjasama, menerima

perbedaan, memikul tanggung jawab, menghargai hak orang lain, serta kemampuan

memberi manfaat bagi orang lain.

Wina Sanjaya (dalam Hidayat 2009:56) menyatakan bahwa kompetensi sosial

adalah kemampuan seseorang sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-

kurangnya meliputi kompetensi untuk berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan atau

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Partisipasi Masyarakateprints.ung.ac.id/5340/9/2012-1-86204-131408144-bab2... · penting dan strategis dalam mengendalikan sekolah sehingga untuk

15

isyarat, menggunakan tehnologi informasi secara fungsional, bergaul secara efektif

dengan sesama profesi, orang tua/wali secara efektif.

Pakar psikologi pendidikan Gadner (1983) menyebut kompetensi sosial itu

sebagai social intellegence atau kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial merupakan

salah satu dari sembilan kecerdasan (logika, bahasa, musik, raga, ruang, pribadi,

alam, dan kuliner) yang berhasil diidentifikasi oleh Gadner. Kompetensi sosial yang

harus dimiliki oleh seorang pendidik yang diamanatkan oleh UU Guru dan Dosen,

yang pada gilirannya harus dapat ditularkan kepada anak-anak didiknya.

Untuk mengembangkan kompetensi sosial kita perlu tahu target atau dimensi-

dimensi kompetensi ini. Beberapa dimensi ini, misalnya, dapat kita saring dari konsep

life skills (www.lifeskills4kids.com). Dari 35 life skills atau kecerdasan hidup itu, ada

15 yang dapat dimasukkan ke dalam dimensi kompetensi sosial, yaitu: (1) kerja tim,

(2) melihat peluang, (3) peran dalam kegiatan kelompok, (4) tanggung jawab sebagai

warga, (5) kepemimpinan, (6) relawan sosial, (7) kedewasaan dalam berelasi, (8)

berbagi, (9) berempati, (10) kepedulian kepada sesama, (11) toleransi, (12) solusi

konflik, (13) menerima perbedaan, (14) kerja sama, dan (15) komunikasi.

Menurut Sudjarat (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/) kompotensi sosial

meliputi 3 keterampilan, (a) terampil bekerjasama dengan orang lain, (b) mampu

berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, (c) memiliki kepekaan sosial

terhadap orang atau kelompok.

Terampil bekerja sama dengan orang lain berdasarkan prinsip yang saling

menguntungkan dan memberi manfaat bagi sekolah mencakup :

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Partisipasi Masyarakateprints.ung.ac.id/5340/9/2012-1-86204-131408144-bab2... · penting dan strategis dalam mengendalikan sekolah sehingga untuk

16

1. Mampu bekerja sama dengan atasan bagi pengembangan dan kemajuan

sekolah.

2. Mampu bekerja sama dengan guru, staf/karyawan, komite sekolah, dan

orang tua siswa bagi pengembangan dan kemajuan sekolah.

3. Mampu bekerja sama dengan sekolah lain dan instansi pemerintah terkait

dalam rangka pengembangan sekolah.

4. Mampu bekerja sama dengan dewan pendidikan kota/kabupaten dan

stakeholders sekolah lainnya bagi pengembangan sekolah.

Mampu berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan mencakup

1. Mampu berperan aktif dalam kegiatan informal di luar sekolah.

2. Mampu berperan aktif dalam organisasi sosial kemasyarakatan.

3. Mampu berperan aktif dalam kegiatan keagamaan, kesenian, olahraga atau

kegiatan masyarakat lainnya.

4. Mampu melibatkan diri dalam pelaksanaan program pemerintah.

Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain mencakup :

1. Mampu menggali persoalan dari lingkungan sekolah (berperan sebagai

problem finder).

2. Mampu dan kreatif menawarkan solusi (sebagai problem solver).

3. Mampu melibatkan tokoh agama, masyarakat, & pemerintah dalam

memecahkan masalah kelembagaan.

4. Mampu bersikap obyektif/tidak memihak dalam mengatasi konflik internal

sekolah.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Partisipasi Masyarakateprints.ung.ac.id/5340/9/2012-1-86204-131408144-bab2... · penting dan strategis dalam mengendalikan sekolah sehingga untuk

17

5. Mampu bersikap simpatik/tenggang rasa terhadap orang lain.

6. Mampu bersikap empatik/sambung rasa terhadap orang lain,

Ross-Krasnor (dalam Denham & Queenan, 2003) mendefinisikan kompetensi

sosial sebagai keefektifan dalam berinteraksi, hasil dari perilaku-perilaku teratur yang

memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada masa perkembangan dalam jangka pendek

maupun dalam jangka panjang.

Menurut Fisher dan Katherine (1994) kompetensi sosial merupakan suatu

respon yang efektif dari seseorang terhadap beragam situasi kehidupan atau

kesanggupan untuk berinteraksi secara efektif dengan lingkungan. (http://tendik.org)

Menurut Hurlock (1980), kompetensi sosial merupakan suatu kemampuan atau

kecakapan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain dan untuk terlibat dalam

situasi-situasi sosial dengan memuaskan. Kompetensi sosial merupakan suatu sarana

untuk dapat diterima dalam masyarakat. Dengan kompetensi sosial seseorang menjadi

peka terhadap berbagai situasi sosial yang dihadapinya. Sedangkan menurut Santrock

(1990), kompetensi sosial dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk

berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial

adalah keefektifan seseorang dalam berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain

dan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar. (http://tendik.org).

2.4 Komponen Kompetensi Sosial

Peran penting kompetensi sosial ini terletak pada dua hal yakni pertama,

terletak pada peran pribadi kepala sekolah yang hidup ditengah masyarakat untuk

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Partisipasi Masyarakateprints.ung.ac.id/5340/9/2012-1-86204-131408144-bab2... · penting dan strategis dalam mengendalikan sekolah sehingga untuk

18

berbaur dengan masyarakat. Untuk itu seorang kepala sekolah perlu memiliki

kemampuan untuk berbaur dengan msayarakat, kemampuan ini meliputi kemampuan

berbaur secara santun, luwes dengan masyarakat, dapat melalui kegiatan olahraga,

keagamaan, dan kepemudaan, kesenian dan budaya. Keluwesan bergaul harus

dimiliki oleh kepala sekolah selain sebagai kepala maupun sebagai guru.

Ketrampilan hubungan manusiawi adalah kecekatan untuk menempatkan diri di

dalam kelompok kerja. Juga, ketrampilan menjalin komunikasi yang mampu

menciptakan kepuasan kerja pada kedua belah pihak. Hubungan manusiawi

melahirkan suasana kooperatif dan menciptakan kontak manusiawi antar pihak yang

terlibat. Kepala atau manajer sekolah, disamping berhadapan dengan benda, konsep-

konsep dan situasi, juga manusianya. Bahkan inilah yang paling banyak porsinya.

Bahkan bagi pimpinan puncak (Top management) yang disebutkan terakir

menduduki posisi terbesar, lebih dari separoh aktifitasnya yang rutin. Manusia yang

menduduki posisi sentral itu sering dilukiskan sebagai the man behind the gun,

manusialah yang mengendalikan senjata. Tanpa memiliki kemampuan dalam

hubungan manusiawi, kelompok kerja sama tidak mungkin terjalin dengan harmonis.

Ketrampilan hubungan manusiawi ini antara lain tercermin dalam (Sudarwan

Danim,2009:99) : (1) ketrampilan menempatkan diri dalam kelompok, (2)

ketrampilan menciptakan kepuasan pada diri bawahan, (3) sikap terbuka terhadap

kelompok kerja, (4) kemampuan mengambil hati melalui keramahtamahan dan (5)

penghargaan terhadap nilai-nilai etis, (6) pemerataan tugas dan tanggung jawab (7)

itikad baik, adil, menghormati, dan menghargai orang lain.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Partisipasi Masyarakateprints.ung.ac.id/5340/9/2012-1-86204-131408144-bab2... · penting dan strategis dalam mengendalikan sekolah sehingga untuk

19

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 tahun 2007 tentang

Standar Kepala Sekolah/Madrasah, kompetensi sosial kepala sekolah meliputi : (1)

bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah, (2)

berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, (3) memiliki kepekaan sosial

terhadap orang atau kelompok lain.

Pada sisi lain realitas peran dan kiprah seorang kepala sekolah dinilai dan

diamati baik oleh guru, anak didik, teman sejawat, dan atasannya maupun oleh

masyarakat. Bahkan tidak jarang juga kebaikan dan kekurangan kepala sekolah

dibicarakan oleh masyarakat secara luas, oleh karena itu penting bagi seorang kepala

sekolah untuk meminta pendapat baik dari guru, karyawan, siswa maupun teman

sejawat tentang penampilannya sehari-hari baik di sekolah, di masyarakat dan segera

memanfaatkan pendapat/kritik untuk memperbaiki.

Menurut Mulyasa (2007:176) ada tujuh kompetensi sosial yang harus dimiliki

agar dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif dan efisien yakni (1) memiliki

pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama (2) memiliki

pengetahuan tentang budaya dan tradisi (3) memiliki pengetahuan tentang inti

demokrasi (4) memiliki pengetahuan tentang estetika (5) memiliki pengetahuan

tentang apresiasi dan kesadaran sosial (6) memiliki sikap yang benar terhadap

pengetahuan dan pekerjaan (7) memiliki kesetiaan terhadap harkat dan martabat

manusia. Ketujuh kompetensi sosial ini penting, agar seseorang dapat melaksanakan

dua fungsi di sekolah yakni : (a) fungsi pelestarian dan pewarisan nilai-nilai

kemasyarakatan dan (b) fungsi agen perubahan. Sekolah berfungsi untuk menjaga

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Partisipasi Masyarakateprints.ung.ac.id/5340/9/2012-1-86204-131408144-bab2... · penting dan strategis dalam mengendalikan sekolah sehingga untuk

20

kelestarian nilai-nilai kemasyarakatan yang positif agar pewarisan nilai tersebut dapat

berjalan secara baik. Di samping itu sekolah juga berfungsi sebagai lembaga yang

dapat mendorong perubahan nilai dan tradisi menuju kemajuan dan tuntutan

kehidupan dan pembangunan bangsa.

Menurut Adam (dalam Martani & Adiyanti, 1991) tiga komponen yang

memungkinkan seseorang bagaimana menjalin hubungan positif dengan orang lain,

yaitu:

1. Pengetahuan tentang keadaan emosi yang tepat untuk situasi sosial tertentu.

2. Kemampuan berempati dengan orang lain.

3. Percaya pada kekuatan diri sendiri.

Sedangkan La Fontana dan Cillesen (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2002)

menuliskan bahwa kompetensi sosial dapat dilihat sebagai perilaku prososial,

altruistik, dan dapat bekerja sama.

Rydell, Hagekull dan Bohlin (1997) mengemukakan aspek kompetensi sosial

adalah aspek prosocial orientation (perilaku prososial) yang terdiri dari

kedermawanan (generosity), empati (emphaty), memahami orang lain (understanding

of others), dan suka menolong (helpfulness) serta aspek sosial (social initiative) yang

terdiri dari aktif untuk melakukan inisiatif dalam situasi sosial dan withdrawal

behavior (perilaku menarik diri) dari situasi tertentu. (http://tendik.org)

Menurut Buhrmester, Furman, Wittenberg, dan Reis (1988) kemampuan

menjalin hubungan dengan orang lain dibagi dalam lima kriteria yaitu:

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Partisipasi Masyarakateprints.ung.ac.id/5340/9/2012-1-86204-131408144-bab2... · penting dan strategis dalam mengendalikan sekolah sehingga untuk

21

1. Kemampuan untuk memulai interaksi adalah kemampuan yang dimiliki oleh

seseorang untuk menjalin kontak sosial dengan orang lain.

2. Kemampuan untuk menyatakan hak-hak pribadi dan ketidaksenangan kepada

orang lain, adalah kemampuan seseorang untuk menyatakan secara tegas akan

hak-hak pribadinya serta perlakuan yang dirasa tidak disukai dari orang lain.

3. Kemampuan untuk membuka diri, adalah kemampuan seseorang untuk

membuka diri dan mengungkapkan hal- hal yang bersifat pribadi.

4. Pemberian dukungan emosional, adalah kemampuan seseorang untuk

memberikan dukungan sosial pada orang lain.

5. Penanganan konflik, adalah kemampuan seseorang untuk menangani konflik

yang ada.

Menurut Mahdiannur (2009:67) dimensi kompetensi sosial pada seorang

pendidik, yaitu: kerja tim, melihat peluang, peran dalam kegiatan kelompok,

tanggung jawab sebagai warga, kepemimpinan, relawan sosial, kedewasaan dalam

berelasi, berbagi, berempati, kepedulian kepada sesama, toleransi, solusi konflik,

menerima perbedaan, kerja sama, dan komunikasi.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek

kompetensi sosial adalah pengetahuan tentang keadaan emosi yang tepat untuk situasi

sosial tertentu, kemampuan berempati dengan orang lain dan percaya pada kekuatan

diri sendiri dan aspek prosocial orientation (perilaku prososial) yang terdiri dari

kedermawanan (generosity), empati (emphaty), memahami orang lain (understanding

of others), dan suka menolong (helpfulness) serta aspek sosial (social initiative) yang

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Partisipasi Masyarakateprints.ung.ac.id/5340/9/2012-1-86204-131408144-bab2... · penting dan strategis dalam mengendalikan sekolah sehingga untuk

22

terdiri dari aktif untuk melakukan inisiatif dalam situasi sosial dan withdrawal

behavior (perilaku menarik diri) dalam situasi tertentu.

2.5 Faktor-faktor yang Menyebabkan Kompetensi Sosial yang Baik

Hurlock (1980) mengungkapkan bahwa seseorang yang memiliki kompetensi

sosial yang baik juga mempunyai fungsi sosial yang baik. Faktor yang menyebabkan

seseorang memiliki fungsi sosial yang baik menurut Hurlock (1980), yaitu:

1. Kesehatan yang baik menyebabkan orang dapat berpartisipasi dalam kegiatan

sosial.

2. Kaitan yang erat dengan kegiatan sosial dapat melahirkan motivasi yang perlu

untuk ambil bagian dalam kegiatan sosial.

3. Kemahiran dan keterampilan sosial yang diperoleh sebelumnya dapat

memperkuat kepercayaan diri dan dapat mempermudah masalah sosial.

4. Status sosial yang sesuai dengan teman sebayanya tentang keinginan

kelompok sosial yang memungkinkan bergabung dengan organisasi

masyarakat.

Selain itu, Argyle (1980) menyatakan bahwa kompetensi sosial di lingkungan

masyarakat dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yaitu:

a. Persepsi.

Untuk bereaksi secara efektif terhadap stimulus, diperlukan pengamatan dan

perhatian yang cermat. Proses persepsi yang dilakukan individu membentuk

sejumlah kategori atau dimensi yang disesuaikan dengan situasi yang

menyertainya. Dengan demikian, persepsi yang dilakukan oleh individu

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Partisipasi Masyarakateprints.ung.ac.id/5340/9/2012-1-86204-131408144-bab2... · penting dan strategis dalam mengendalikan sekolah sehingga untuk

23

membentuk impresi bagi orang lain, yang dapat dipergunakan dalam berbagai

situasi sosial. Ketidakmampuan dalam persepsi menimbulkan kecemasan dan

melemahkan kemampuan seseorang dalam berinteraksi secara sepantasnya.

b. Pertukaran Peran.

Persepsi seseorang terhadap reaksi orang lain merupakan hal yang penting.

Demikian pula halnya dalam mempersepsikan pandangan orang lain terhadap

situasi yang terjadi, hal ini disebut dengan metapersepsi. Metapersepsi berlaku

disaat seseorang merasa dinilai dan berada dihadapan orang lain. Ada perbedaan

individu dalam kemampuan melihat sudut pandang orang lain secara berbeda.

Oleh karena itu, kompetensi sosial membutuhkan kecakapan dalam mengambil

alih peran orang lain serta motivasi untuk melaksanakannya secara tepat dan

sesuai.

c. Komunikasi Non-Verbal.

Interaksi sosial dipengaruhi oleh komunikasi non-verbal, yang sering tidak

disadari oleh orang yang terlibat di dalamnya. Pesan yang disampaikan melalui

komunikasi non-verbal merupakan sikap terhadap orang lain. Tanda-tanda

komunikasi non-verbal meliputi ekspresi wajah, tinggi rendah suara dan sikap

tubuh (gesture). Tanda-tanda non-verbal memiliki dampak yang kuat

dibandingkan dengan tanda verbal dalam menilai tingkah laku apakah bersahabat

atau bermusuhan, dominan atau patuh. Kegagalan dalam relasi sosial seringkali

berkaitan dengan hambatan menyampaikan tanda non-verbal seperti ekspresi

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Partisipasi Masyarakateprints.ung.ac.id/5340/9/2012-1-86204-131408144-bab2... · penting dan strategis dalam mengendalikan sekolah sehingga untuk

24

wajah atau suara dan ketidakmampuan memahami tanda non-verbal yang

disampaikan orang lain.

d. Imbalan.

Penilaian terhadap interaksi sosial didasari pula oleh perasaan suka erat

kaitannya dengan imbalan yang diterima dan perasaan tidak suka berhubungan

dengan sanksi yang diterimanya. Berdasarkan penelitian, tampak bahwa jika

seseorang memberikan penguatan (reinforcement) terhadap perilaku orang lain,

maka orang lain itu akan meneruskan perilakunya. Dampak perilaku ini

memberikan pengaruh yang bersifat timbal balik. Bila seseorang memperoleh

imbalan yang sesuai, maka interaksi sosial itu dianggap menyenangkan.

Sebaliknya jika ia tidak memperoleh imbalan yang sesuai maka interaksi sosial

tersebut ditinggalkan.

e. Situasi dan Aturan.

Dalam menjalin relasi sosial, seseorang melakukan klasifikasi terhadap situasi

yang dialaminya agar dapat bertindak sesuai dengan keadaan yang menyertainya.

Argyle (1980) mengemukakan bahwa terdapat tujuh kelompok yang tergolong

dalam situasi dan aturan yang menyertai keberhasilan menjalin relasi sosial, yaitu

adanya peraturan, proses pengulangan, kebutuhan akan motivasi, tuntutan peran

sosial, perkembangan struktur kognitif, dan setting yang menyertai serta

keterampilan sosial.

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Partisipasi Masyarakateprints.ung.ac.id/5340/9/2012-1-86204-131408144-bab2... · penting dan strategis dalam mengendalikan sekolah sehingga untuk

25

f. Presentasi Diri (Self Presentation).

Kontak sosial yang terjadi antara sesama individu memberikan implikasi

adanya kebutuhan untuk menampilkan diri secara lebih baik sebagai upaya untuk

memperoleh penilaian atau impresi yang positif dari orang lain. Kompetensi

seseorang dalam relasi sosial dipengaruhi oleh cara-cara menampilkan diri mereka

dalam situasi sosial yang ada. Secara umum, seseorang akan menampilkan

perilaku yang khusus untuk membentuk social image yang dikehendakinya.

Berkaitan dengan pembudayaan nilai-nilai ini Sudibyo (2008) menjelaskan

bahwa pendidikan hakikatnya merupakan proses pelembagaan nilai-nilai budaya

nasional, termasuk dalam hal ini adalah budaya daerah. Banyak nilai budaya lokal

atau daerah yang mempunyai keberlakuan secara nasional. Lebih lanjut dikatakan

bahwa membangkitkan etos kerja juga berdimensi sosial ini selain kewirausahaan.

Etos kerja yang melingkupi sikap positif terhadap pekerjaan antara lain menghargai

setiap bentuk kerja halal, kerja keras, untuk meningkatkan taraf hidup, motif untuk

maju, sikap rajin dan tekun dalam mengelola waktu, ingin bersaing secara sehat, ingin

berprestasi, kreatif dan sebagainya.

Untuk mengembangkan kompetensi sosial ini Sudibyo (2008) menyatakan

bahwa setidaknya ada beberapa kegiatan yang dapat dimanfaatkan untuk

mengembangkan kompetensi sosial ini yakni (1) pendidikan dan latihan

pengembangan kompetensi baik dilakukan secara reguler maupun insidental

tergantung situasi dan tujuan yang hendak dicapai, pelatihan yang dapat

membangkitkan kepekaan sosial , keraifan budaya, merupakan linji yang dapat

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Partisipasi Masyarakateprints.ung.ac.id/5340/9/2012-1-86204-131408144-bab2... · penting dan strategis dalam mengendalikan sekolah sehingga untuk

26

dipilih, (2) berbagi pengelaman melalui forum yang dapat merupakan bentuk untuk

saling merefleksi masing-masing (3) penyusunan program dan kegiatan secara teratur

di sekolah.

Sedangkan menurut Mudiyono (2008 :12) mengusulkan bahwa ada beberapa

kegiatan yang dapat dijadikan sarana peningkatan kompetensi sosial kepala sekolah

antara lain : (1) mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi sosial atau

subkompetensi sosial, identifikasi ini pada satu sisi harus tepat dari sisi kebutuhan

kepala sekolah dan guru dan pada sisi lain mengidentifikasi kebutuhan masyarakat.

Hasil dari kedua kepentingan ini kita gunakan untuk merancang program kerjasama

antara kepala sekolah/guru dalam sekolah, antara guru/kepala sekolah dalam satu sub

rayon maupun rayon, serta antar guru, kepala sekolah dan masyarakat sekitar, (2)

melakukan kegiatan kerjasama antar kepala sekolah terutama baik dalam satu sub-

rayon, rayon terdekat secara terprogram dalam rangka mengembangkan sekolah pada

umumnya dan pengembangan kompetensi kepala sekolah khususnya, (3)

implementasi pengembangan kompetensi kepala sekolah dilakukan dengan

pendampingan konsultan atau bantuan tehnis dari pakar, sehingga pengembangan

sekolah akan berjalan seimbang, (4) segera setelah kegiatan pelaksanaan

pengembangan kompetensi sosial ini perlu dilakukan refleksi secara kolaboratif

bersama dengan kepala sekolah lain, guru dan bahkan masyarakat sekitar, (5) hasil

laporan final pengembangan kegiatan ini dapat dipresentasikan pada forum ilmiah

yang bermanfaat.

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Partisipasi Masyarakateprints.ung.ac.id/5340/9/2012-1-86204-131408144-bab2... · penting dan strategis dalam mengendalikan sekolah sehingga untuk

27

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki kompetensi

sosial yang baik juga memiliki fungsi sosial yang baik.