bab ii kajian teoritis konsep dasar evaluasi kinerja...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Konsep Dasar Evaluasi Kinerja Pegawai
A. Definisi Evaluasi
Kata evaluasi berasal dari bahasa inggris ‘’ evaluation ‘’ yang berarti
penilaian atau penaksiran. Evaluasi adalah proses penilaian, penilaian ini bisa
menjadi netral, positif atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya.
Dalam pada itu menurut ‘ Webster’s New Collegiate Dictionary’ ( 1981 ), bahwa
evaluasi adalah ‘ evaluation is to determine or fix the value of’ or’ to examine and
jugde ‘. Dengan demikian, maka suatu aktifitas yang dievaluasi akan
menghasilkan produk untuk keperluan pengambilan keputusan. Pemahaman
mengenai pengertian evaluasi dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian
evaluasi yang bervariatif oleh para pakar evaluasi. Wirawan ( 2012 : 7 )
mengatakan bahwa evaluasi sebagai riset untuk mengumpulkan, menganalisis,
dan menyajikan informasi yang bermanfaat mengenai objek evaluasi, menilainya
dengan membandingkannya dengan indikator evaluasi dan hasilnya dipergunakan
untuk mengambil keputusan mengenai objek evaluasi.
Definisi lain dikemukakan oleh Evert Vendung dalam Wirawan ( 2012 : 7
) mengatakan bahwa “ Careful restrospective assessment of the merit, worth, and
valuae of administration, output, and outcome of government intervention, which
is itended to play a role in future, practical situations “. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya bahwa evaluasi merupakan salah satu jenis riset dimana evaluasi
tunduk kepada kaidah-kaidah ilmu penelitian.
Selain Evert, definisi lain juga dikemukakan oleh Jean A. King dalam
Wirawan ( 2012 : 64 ) mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses penelitian
sistematik untuk menyediakan informasi yang dapat dipercaya mengenai
karakteristik, aktifitas, atau keluaran ( outcome ) program atau kebijakan untuk
tujuan penilaian. Definisi ini menyatukan pentingnya pemakaian dengan
mensignifikasi bahwa evaluasi harus dipakai untuk suatu tujuan
penilaian.Evaluasi juga sering dilakukan untuk mengetahui keberhasilan atau
kegagalan suatu kegiatan. Proses evaluasi suatu pelaksanaan kegiatan dapat
menunjukkan informasi tentang sejauh mana kegiatan itu telah dilaksanakan atau
hal-hal yang telah dicapai. Standar atau kriteria yang telah ditentukan sebelumnya
dapat dijadikan acuan untuk melihat ketercapaian suatu program, kesesuaian
dengan tujuan, keefektifan, keefisienan, dan hambatan yang dijumpai dalam
sebuah program.
Sejalan dengan beberapa pendapat diatas Brinkerhoff, dkk (1983:1-6),
evaluasi merupakan sebuah proses yang menentukan sejauh mana tujuan dapat
tercapai. Brinkehoff menambahkan dalam pelaksanaan evaluasi setidaknya ada
tujuh elemen yang harus dilakukan yaitu : 1) Fokus pada apa yang akan dievaluasi
(focusing the evaluation), 2) Memiliki rancangan evaluasi (Designing the
evaluation), 3) Mengumpulkan informasi (Collecting information), 4)
Menganalisis dan menginterpretasikan informasi (Analyzing and interperetion), 5)
Membuat laporan(Reporty information), 6) Pengaturan/pengelolaan evaluasi
(Managing evaluation), 7) Evaluasi untuk evaluasi (Evaluaty evaluation).
Apabila beberapa pendapat diatas dapat diaplikasikan dalam konteks
pendidikan maka evaluasi dapat dikatakan sebagai serangkaian upaya atau
langkah-langkah strategis untuk mengambil keputusan dinamisyang ditujukan
pada pembuatan standar proses pembelajaran atau pengajaran. Proses ini dapat
terdiri dari : 1) Mengumpulkan data yang tepat, 2) Mempertimbangkan data
dengan tolak ukur tertentu, 3) Membuat keputusan berdasarkan data dengan
tindakan-tindakan yang relevan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi sifatnya
luas, evaluasi dapat dilakukan meliputi dua aspek yaitu kuantitatif dan kualitatif.
Dimana melaksanakan pengukuran terhadap suatu kinerja, dalam hal ini lebih
bersifat mengukur kuantitas daripada kerja sedangkan penilaian menunjuk pada
segi kualitas, jadi evaluasi berkaitan dengan keduanya yaitu pengukuran dan
penilaian dimana pengukuran yang sifatnya kuantitatif dan penilaian bersifat
kualitatif.
B. Model Evaluasi
Dalam menentukan apakah sebuah model tepat bagi suatu jenis program,
maka perlu dianalisis masing-masing pihak yang akan dipasangkan. Dalam hal ini
yang dipasangkan adalah program dengan jenisnya dan model evaluasi.Ada
banyak model yang bisa digunakan untuk mengevaluasi suatu program. Meskipun
antara satu dengan yang lainnya berbeda, namun maksudnya sama yaitu
melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang berkenaan dengan
objek yang dievaluasi, yang tujuannya menyediakan bahan bagi pengambil
keputusan dalam menentukan tindak lanjut suatu program. Beberapa ahli evaluasi
program yang dikenal sebagai penemu model evaluasi program adalah
stufflebeam, Metfessel, Michael Sriven, Stake, dan Glaser. Model-model evaluasi
antara lain yaitu :
1) Model Goal Oriented Evaluation, adalah model evaluasi yang dikemukakan
oleh Tyler, yaitu goal oriented evaluation atau evaluasi yang berorientasi pada
tujuan, yaitu sebuah model evaluasi yang menekankan peninjauan pada
tujuan sejak awal kegiatan dan berlangsung secara berkesinambungan. Model
evaluasi yang berorietasi pada tujuan cocok diterapkan untuk mengevaluasi
program yang jenisnya pemrosesan dalam bentuk pembelajaran. Peninjauan
atas keterlaksanaan tujuan, dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan.
2) Goal Free Evaluation Model, model evaluasi dikembangkan oleh Michael
Scriven ini dapat dikatakan berlawanan dengan model pertama yang
dikembangkan oleh Tyler. Dalam model Goal Free Evaluation Model (
evaluasi lepas dari tujuan ) justru menoleh dari tujuan. Yang perlu
diperhatikan adalah apa yang menjadi tujuan program yaitu bagaimana
kerjanya program, dengan jalan mengidentifikasi penampilna-penampilan
yang terjadi, baik hal-hal positif (yaitu hal yang diharapkan) maupun hal-hal
negatif ( yang sebetulnya memang tidak diarapkan
3) Formatif-Sumatif Evaluation Model, model ini menunjuk adanya tahapan dan
lingkup objek evaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu program
masih berjalan ( disebut evaluasi formatif) dan ketika program sudah selesai
atau berakhir ( disebut evalusi sumatif).
4) Countenance Evauation Model, model ini dikembangkan oleh Stake. Model
Stake menekankan pada adanya pelaksanaan dua hal pokok, yaitu (1)
deskripsi (description) dan (2) pertimbangan (judgments) serta membedakan
adanya tiga tahap dalam evaluasi program, yaitu (1) anteseden, (2) transaksi
dan (3) keluaran.
5) CSE-UCLA Evaluation Model, CSE merupakan singkatan dari Center for the
study of evaluation, UCLA merupakan singkatan dari University of california
in los angeles. Ciri dari model CSE_UCLA adalah adanya lima tahap yang
dilakukan dalam evaluasi, yaitu perencanaan, pengembangan, implementasi,
hasil, dan dampak.
6) CIPP Evaluation Model, model evaluasi ini merupakan model yang paling
banyak dikenal dan diterapkan oleh para evaluator. Oleh karena itu, uraian
yang diberikan relatif panjang dibandingkan dengan model-model lainnya.
Model CIPP ini dikembagkan oleh Stufflebeam, dkk. CIPP yang merupakan
sebuah singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu 1) context evaluation
: evaluasi terhadap konteks, 2) Input Evaluation : evaluasi terhadap masukan,
3) Procces Evaluation : evaluasi terhadap proses, 4) Product evaluation :
evaluasi terhadap hasil. Model CIPP adalah model evaluasi yang memandang
program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem.
7) Discrepancy Model, model ini menekankan pada pandangan adanya
kesenjangan di dalam pelaksanaan program. Evaluasi program yang
dilakukan oleh evaluator mengukur besarnya kesenjangan yang ada disetiap
komponen.
C. Tujuan Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan sesuai dengan
objek evaluasinya. Menurut Wirawan ( 2011 : 22 ) tujuan dalam melaksanakan
evaluasi antara lain : mengukur pengaruh program terhadap masyarakat, menilai
apakah program telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, mengukur apakah
pelaksanaan program sesuai dengan standar, evaluasi program dapat
mengidentifikasi dan menemukan mana dimensi program yang jalan dan mana
program yang tidak jalan, pengembangan staf program dimana evaluasi dapat
dipergunakan mengembangkan kemampuan staf serta memberikan masukan
kepada pimpinan/manajer program mengenai kinerja staf dalam melayani
masyarakat, jika terjadi staf kompotensinya rendah maka perlu dilakukan
pengembangan dengan segera, tujuan evaluasi lainnya adalah untuk memenuhi
ketentuan undang-undang, akreditasi program, mengambil keputusan mengenai
program, memberikan balikan kepada pimpinan dan staf program.
Senada dengan tujuan sebelumnya ada beberapa tujuan evaluasi juga
disebutkan yaitu : 1) Untuk memperoleh dasar bagi pertimbangan akhir suatu
periode kerja, apa yang telah dicapai, apa yang belum dicapai, dan apa yang perlu
mendapat perhatian khusus, 2) Untuk menjamin cara kerja yang efektif dan efisien
dan ekonomis, 3) Untuk memperoleh fakta tentang kesulitan, hambatan,
penyimpangan dilihat dari aspek-aspek tertentu.
Dalam organisasi pendidikan kegiatan evaluasi ini sering di sama artikan
dengan supervisi. Secara singkat, supervisi diartikan sebagai upaya mengadakan
peninjauan untuk memberikan pembinaan, maka evaluasi program adalah langkah
awal dalam supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan
dengan pemberian pembinaan yang tepat pula.
D. Prosedur Pelaksanaan Evaluasi
Prosedur pelaksanaan evaluasi adalah bagaimana seorang evaluator
menyiapkan cara atau langkah-langkah yang akan digunankan selama proses
pelaksanaan evaluasi, dan hal ini dilakukan secara sistematis, beraturan, sesuai
dengan kaidah-kaidah dalam penelitian evaluasi. Langkah-langkah dalam
melaksanakan kegiatan evaluasi pendidikan secara umum adalah sebagai berikut :
1) perencanaan ( mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, apa
tujuan dari evaluasi, tekhnik apa yang akan digunakan nanti pada evaluasi, siapa
yang hendak di evaluasi, kapan waktu pelaksanaan evaluasi, dimana objek yang
akan dievaluasi, seperti apa instrumen yang akan digunakan untuk evaluasi,
indikator apa saja yang digunakan untuk mengevaluasi, data apa saja yang ingin di
teliti) , 2) pengumpulan data ( pengumpulan data dilakuakn sesuai dengan
kebutuhan yang akan dievaluasi dan dilakukan melalui tes, observasi, kuesioner,
dan lain sebagainya sesuai dengan tujuan yang hedak dicapai ), 3) verifikasi data (
uji instrumen, uji validitas, uji reabilitas ), 4) pengolahan data ( memaknai data
yang terkumpul jika ingin menggunakan metode kualitatif dan menggunakan
statistik atau non statistik untuk penelitian kuantitatif.
E. Pengertian Kinerja
Kinerja seseorang merupakan kombinasi dan kemampuan, usaha dan
kesempatan yang dapat dinilai dan hasil kerjanya.Secara definitif kinerja
merupakan outcome yang dihasilkan atau kegiatan yang dilakukan selama periode
waktu tertentu.Pengertian kinerja pada penelitian ini tidak bermaksud menilai
karakteristik individu tetapi mengacu pada serangkaian hasil yang diperoleh
selama periode waktu tertentu.Kinerja adalah keadaan atau tingkat perilaku
seseorang yang harus dicapai dengan persyaratan tertentu.
Dalam evaluasi kinerja, ada standar yang disebut sebagai standar kinerja
(Performance stardard).Evaluasi kinerja tidak mungkin dapat dilaksanakan
dengan baik tanpa standar kinerja.Esensi evaluasi kinerja adalah membandingkan
kinerja ternilai dengan standar kinerjanya. Hasil daripada penilaian kinerja
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembinaan pegawai antara lain
untuk pengangkatan, kenaikan pangkat, pengangkatan dalam jabatan, pendidikan
dan pelatihan, serta pemberian penghargaan.
Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat
dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya.Senada dengan definisi sebelumnya Bambang
Kusriyanto dalam A.A.Anwar Prabu Mangkunegara (2005:9) kinerja adalah
perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan
waktu.Masih dalam A.A.Anwar Prabu Mangkunegara, Faustino Cardosa (2005:9)
mengemukakan definisi kerja sebagai ungkapan seperti output, efisiensi serta
efektifitas sering dihubungkan dengan produktifitas.Hal senada juga dikatakan
A.A.Anwar Prabu Mangkunegara (2005:9), kinerja pegawai (prestasi kerja)
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.
Kinerja atau performansi dapat diartikan sebagai prestasi kerja,
pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja. Menurut Smith
(1982:393) menyatakan bahwa kinerja adalah “ Outputdrive from processes,
human or otherwise “, jadi kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu
proses. Berbicara tentang kinerja tenaga kependidikan, erat kaitannya dengan cara
mengadakan penilaian terhadap pekerjaan seorang sehingga perlu ditetapkan
standar kinerja atau standar performace Vroom mengemukakan bahwa jika
seseorang rendah pada salah satu komponen maka prestasi kerjanya akan rendah
pula. Kinerja seseorang yang rendah merupakan hasil dari motivasi yang rendah
dengan kemampuan yang rendah.
Menurut Saidi (1992) kinerja adalah kemampuan, kesanggupan dan
kecakapan seseorang.Prestasi kerja atau kinerja adalah hasil kerja yang dicapai
oleh seorang pegawai dalam melaksankan tugas yang dibebankan
kepadanya.Secara teoritis penilaian atau pengukuran kinerja memberikan
informasi yang dapat digunakan pimpinan untuk membuat keputusan tentang
promosi jabatan.Penilaian prestasi kerja atau kinerja memberikan kesempatan
kepada pimpinan dan orang yang dinilai untuk secara bersama membahas perilaku
kerja dari yang dinilai.Pada umumnya setiap orang menginginkan dan
mengharapkan umpan balik mengenai prestasi kerjanya.penilaian memungkinkan
bagi penilai dan yang dinilai untuk secara bersama menemukan dan membahas
kekurangan-kekuragan yang terjadi dan mengambil langkah perbaikannya.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa kinerja adalah prestasi kerja, atau hasil kerja (output) baik
kualitas maupun kuantitas yang dicapai dalam periode waktu tertentu dalam
melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
F. Pengertian Kinerja Pegawai
Kinerja pegawai merupakan suatu hasil yang dicpai oleh seseorang
pegawai melalui pekerjaannya atau dengan kata lain kinerja pegawai adalah
prestasi kerja dari seorang pegawai. Untuk memperbaiki dan meningkatkan
kinerja pegawai diperlukan manajemen kinerja pegawai. Mengenai hal ini
Sianipar menyatakan bahwa manajemen kinerja adalah proses pemahaman apa
yang harus dicapai dengan menyatakan tujuan organisasi dengan tujuan individu,
dan bagaimana cara mengatur aktifitas dan sumber daya yang tepat agar tujuan
atau kinerja yang diinginkan dapat tercapai.
Manajemen kinerja pegawai dapat ditingkatkan paling tidak melalui lima
aktifitas utama. Pertama, setiap pegawai harus mendapat porsi waktu yang
memadai dalam perencanaan melaksanakan tuasnya.Kedua, persiapan pegawai
untuk melaksanakan tugas harus benar-benar dikontrol agar benar-benar memiliki
kesiapan untuk melaksanakan pekerjaannya. Ketiga, Kepala dina harus melakukan
evaluasi secara teratur untuk memahami apa yang terjadi dan memberikan
pembinaan yang dipandang perlu untuk meningkatkan kemampuan pegawainya.
Keempat, Kepala Dinas harus selalu meningkatkan pengawasan untuk mendorong
pegawai-pegawai sub bagian agar terbiasa bekerja dalam disiplin yang tinggi,
hadir di kantor tepat waktu, dan terbiasa melakukan kegiatan-kegiatan yang
bersifat inovatif untuk mengembangkan mutu kependidikan. Kelima, Kepala
Dinas tidak segan-segan untuk memberikan hukuman bagi pegawai yang kurang
disiplin atau melalaikan tugasnya, sebaliknya memberikan penghargaan atau
pujian untuk lebih mendorong dan memotivasi pegawai yang bersangkutan agar
berbuat lebih baik lagi.
Empat aktifitas utama manajemen kinerja yang harus dilakukan secara
terpadu, yakni : 1) Perencanaan kinerja, 2) Pengelolaan kinerja, 3) Peninjauan
Kinerja, 4) Penghargaan atas kinerja. Manajemen kinerja sangat diperlukan untuk
mencapai wujud kinerja pegawai yang diharapkan karena pada hakekatnya,
pegawai adalah pengemban dan pelaksana tugas yang membantu atasannya dalam
menjalankan fungsi administrasi pendidikan di kantor dinas pendidikan.
Manajemen kinerja pegawai akan semakin penting untuk dipermasalahkan
manakala secara realistis harus menerima kenyataan bahwa peran sentral pegawai
sangat menetukan dan mutlak diperlukan karena kehadirannya dalam proses
pendidikan tidak dapat diwakilkan atau diganti dengan dan oleh media apapun
juga, termasuk kemajuan teknologi dan metode yang mutakhir sekalipun.
Kehadiran pegawai diperlukan oleh semua lapisan masyarakat, tetapi penuh
tantangan dan resiko, serta bergumul ditengah-tengah masyarakat yang dinamis
dan berkembang secara cepat. Pegawai hadir dalam fungsi dan peran yang paling
mutakhir sebagai pengajar, pendidik, pembimbing, pelatih, transformator budaya,
sebagai model yang harus memberi suri tauladan, dan sebagai motivator dan
inovator pembangunan bangsa. Mencermati peran sentral pegawai yang demikian
besar dan berat, diperlukan
suatu proses manajemen yang benar-benar handal yang dapat membantu pegawai
menjadi lebih baik dan menjadi lebih berdaya guna.
G. Penilaian Kinerja Pegawai
Penilaian kinerja pegawai dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 1979 tentang penilaian pelaksanaan pekerjaan Pegawai Negeri
Sipil.Yaitu penilaian kinerja Pegawai Negeri Sipil, adalah penilaian secara
periodik pelaksanaan pekerjaan seorang pegawai negeri sipil. Tujuan penilaian
kinerja adalah untuk mengetahui keberhasilan atau ketidak berhasilan seorang
pegawai negeri sipil, dan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan dan
kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh pegawai negeri sipil yang bersangkutan
dalam melaksanakan tugasnya. Hasil penilaian kinerja digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pembinaan pegawai negeri sipil, antara lain pengangkatan,
kenaikan pangkat, pengangkatan dalam jabatan, pendidikan dan pelatihan, serta
pemberian penghargaan.
Unsur-unsur yang dinilai dalam melaksanakan Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan Pegawai : 1) Kesetiaan, 2) Prestasi kerja, 3) tanggung jawab, 4)
ketaatan, 5) kejujuran, 6) kerjasama, 7) prakarsa dan kepemimpinan. Unsur-unsur
kesetiaan terdiri atas sub-sub penilaian sebagai berikut : Kesetiaan, yang
dimaksud dengan kesetiaan adalah kesetiaan, ketaatan, dan pengabdian pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah.1) Tidak pernah
menyangsingkan kebenaran Pancasila baik dalam ucapan, sikap, tingkah laku, dan
perbuatan., 2) Menjunjung tinggi kehormatan negara dan atau pemerintah, serta
senantiasa mengutamakan kepentingan Negara daripada kepentingan diri sendiri,
seseorang, atau golongan, 3) Berusaha memperdalam pengetahuan tentang
Pancasila dan Undang-Undan Dasar 1945, serta selalu berusaha mempelajari
haluan Negara, Politik, Pemerintah, dan rencana-rencana Pemerintah dengan
tujuan untuk melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasilguna, 4)
Tidak menjadi simpatisan/anggota perkumpulan atau tidak pernah terlibat dalam
gerakan yang bertujuan mengubah atau menentang Pancasila Undang-Undang
Dasar 1945, 5) Tidak mengeluarkan ucapan, membuat tulisan, atau melakukan
tindakan yang dapat dinilai bertujuan mengubah atau menentang Pancasila,
Undang-Undang 1945, Negara, dan Pemerintah. Prestasi Kerja, adalah hasil kerja
yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan
kepadanya. Pada umumnya prestasi kerja seorang Pegawai Negeri dipengaruhi
oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman, dan kesungguhan pegawai yang
bersangkutan. Unsur prestasi kerja terdiri atas unsur sebagai berikut : 1)
Mempunyai kecakapan dan menguasai segala seluk beluk bidang tugasnya dan
bidang lain yang berhubungan dengan tugasnya, 2) Mempunyai keterampilan
dalam melaksanakan tugasnya, 3) Mempunyai pengalaman dibidang tugasnya dan
bidang lain yang berhubungan dengan tugasnya, 4) Bersungguh-sungguh dan
tidak mengenal waktu dalam melaksankan tugasnya, 5) Mempunyai kesegaran
dan kesehatan jasmani dan rohani yang baik, 6) Melaksanakan tugas secara
berdayaguna dan berhasilguna, 7) hasil kerjanya melebihi hasil kerja rata-rata
yang ditentukan, baik dalam arti mutu maupun dalam arti jumlah.
Tanggung jawab, adalah kesanggupan seorang pegawai dalam
menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan
tepat pada waktunya serta berani memikul risiko atas keputusan yang diambilnya
atau tindakan yang dilakukannya. Unsur tanggung jawab terdiri atas : 1) Selalu
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya, 2) Selalu
berada di tempat tugasnya dalam segala keadaan, 3) Selalu mengutamakan
kepentingan dinas daripada kepentingan diri sendiri, orang lain, atau golongan, 3)
Tidak pernah berusaha melemparkan kesalahan yang dibuatnya kepada orang lain,
4) Berani memikul risiko dari keputusan yang diambil atau tindakan yang
dilakukannya, 5) Selalu menyimpan dan atau memelihara dengan sebaik-baiknya
barang-barang milik Negara yang dipercayakan kepadanya.
Ketaatan, adalah kesanggupan seorang pegawai untuk menaati segala
peraturan kedinasan yang berlaku, menaati perintah kedinasan yang diberikan
oleh atasan yang berwenang, serta kesanggupan untuk tidak melanggar larangan
yang ditentukan.unsur ketaatan terdiri atas sub-sub sebagai berikut : 1) Menaati
peraturan perundang-undangan dan atau peraturan kedinasan yang berlaku,
menaati perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berwenang dengan
sebaik-baiknya, 2) Memberikan pelayanan terhadap masyarakat dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan bidang tuganya, 3) Bersikap sopan santun.
Kejujuran, Pada umumnya yang dimaksud dengan kejujuran adalah
ketulusan hati seorang pegawai dalam melaksankan tugas dan kemampuan untuk
tidak menyalah gunakan wewenang yang dierikan kepadanya. Unsur kejujuran
yaitu : 1) Melaksanakan tugas dengan ikhlas, 2) Tidak menyalah gunakan
wewenangnya, 3) Melaporkan hasil kerjanya kepada atasannya menurut keadaan
yang sebenarnya.
Kerjasama, adalah kemampuan seorang pegawai untuk bekerja bersama-
sama dengan orang lain dalam menyelesaikan sesuatu tugas yang ditentukan,
sehingga tercapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya. Unsur
kerjasama terdiri atas sub-sub unsur sebagai berikut : 1) Mengetahui bidang tugas
orang lain yang ada hubungannya dengan bidang tugasnya, 2) Menghargai
pendapat orang lain, 3) Dapat menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat orang
lain , apabil yakin bahwa pendapat orang lain itu benar, 4) bersedia
mempertimbangkan dan menerima usul yang baik dari orang lain, 5) selalu
mampu bekerja bersama-sama dengan orang lain menurut waktu dan bidang tugas
yang ditentukan, 6) selalu bersedia menerima keputusan yang diambil secara sah
walaupun tidak sependapat.
Kinerja dapat diukur dengan beberapa unsur pelayanan publik yakni
responsiveness (Responsivitas) adalah kemampuan untuk mengenali tuntutan
masyarakat terhadap pelayanan, menyusun agenda, dan prioritas layanan.,
responsibility (Responsibilitas) adalah menunjukkan apakah kegiatan pelayanan
dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi, dan accontabilit
(Akuntabilitas ) adalah menunjukkan kebijakan dan kegiatan unit kerja sebagai
organisasi yang harus mampu mempertanggung jawabkan seluruh aktifitas dan
operasionalnya. Jadi penilaian tentang kinerja adalah penilaian tentang seberapa
jauh output yang dihasilkan, telah sesuai dengan inputnya. Oleh karena itu jika
organisasi telah dapat dikatakan memiliki kinerja ( performance ) yang baik
demikian pula sebaliknya. Menurut Rivai (2003:226 ) mengemukakan bahwa
kinerja adalah kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu
pekerjaan dan memilliki ciri yang tidak sama satu dengan yang lainnya.
Ukuran kinerja dan lembaga tekhnis atau instansi pemerintah secara umum
dengan keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003 meliputi beberapa indikator
(1) indikator masukan (input) mengukur jumlah sumber daya seperti anggaran,
SDM, pralatan, material, dan masukan lain yang dipergunakan untuk
melaksanakan kegiatan., (2) indikator keluaran (output) dilakukan untuk
menganalisis sejauh mana kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, (3)
indikator proses menggambarkan perkembangan atau aktifitas yang terjadi selama
pelaksanaan kegiatan berlangsung, (4) indikator hasil dimana tolak ukur ini
menggambarkan hasil nyata dan keluaran suatu kegiatan, (5) indikator manfaat (
benefit ) menggambarkan manfaat setelah beberapa waktu kemudian, khususnya
dalam jangka menengah dan panjang, dan (6) indikator tampak memperlihatkan
pengaruh yang ditimbulkan dan manfaat yang diperoleh dari hasil kegiatan.
H. Manajemen Kinerja Pegawai
Manajemen kinerja ( MK ) adalah aktifitas untuk memastikan bahwa
sasaran organisasi telah dicapai secara konsisten dalam cara-cara yang efektif dan
juga efisien. Manajemen kinerja bisa berfokus pada kinerja dari suatu organisasi,
departemen, karyawan, atau bahkanproses untuk menghasilkan produk atau
layanan, dan juga diarea lain. Baik di tingkatan organisasi ataupun individu, salah
satu fungsi kunci dari manajemen adalah mengukur dan mengelola kinerja.antara
gagasan, tindakan, dan hasil terdapat suatu perjalanan yang harus ditempuh. Dan
barangkali istilah yang paling sering digunakan di keseharin yang
menggambarkan perkembangan dari perjalanan tersebut dan juga hasilnya adalah
“ kinerja “ (Brudan 2010).
Kinerja sendiri adalah suatu hal yang berorientasi ke masa depan,
disesuaikan spesifik berdasarkan kondisi khusus dari setiap organisasi/individu
dan didasarkan atas suatu model kausal yang menghubungkan antara input dan
output.
Makna dan isi dari istilah kinerja secara komprehensif di diskusikan oleh
Folan et al (2007), yang menegaskan tiga prioritas dari kinerja : Pertama, kinerja
butuh dianalisa berdasarkan setiap entitas di dalam lingkup lingkungan dimana dia
beroperasi. Sebagai contoh kinerja suatu perusahaan harusnya dianalisis di
lingkup target pasar dimana dia beroperasi dan bukannya yang tidak relevan
dengan wilayah operasinya. Kedua, kinerja selalu terkait dengan satu atau lebih
tujuan organisasi yang ditentukan oleh organisasi yang mana kinerjanya dianalisa.
Oleh karenanya, suatu organisasi mengevaluasi kinerjanya berdasarkan pada
tujuan dan target yang ditentukan dan diterima secara internal dan bukannya atas
target yang digunakan oleh entitas diluar dirinya. Ketiga, kinerja disaring menjadi
karakteristik yang relevan dan bisa dikenali.
Blumenthal (2003) menyatakan bahwa peningkatan kinerja bisa
merupakan hasil perbaikan dari salah satu atau lebih aspek berikut : 1) Stabilitas
organisasi yang terkait apakah layanannya bisa secara konsisten dihantarkan dan
organisasi bisa terus bertahan, 2) Stabilitas finansial yang terkait dengan
kemampuan organisasi dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, semisal
kemampuan untuk membayar tagihan-tagihan. Stabilitas finansial seringkali
kurang dihiraukan sebagai perihal yang penting dalam pembangunan kapasitas, 3)
kualitas program(produk dan layanan) yang didasarkan pada indikator dampak,
termasuk riset memadai tentang bagaimana program yang efektif serta sistem
pengelolaan hasil keluaran, 4) Pertumbuhan organisasi yang didasarkan pada
kemampuan mendapatkan sumberdaya dan menyediakan lebih banyak layanan.
Secara sendiri, pertumbuhan bukanlah suatu indikator kerja.
1. Perencanaan Kinerja
Perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja
sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana
stratejik, yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah melalui berbagai kegiatan
tahunan. Di dalam rencana kinerja ditetapkan rencana capaian kinerja tahunan
untuk seluruh indikator kinerja yang ada pada tingkat sasaran dan
kegiatan.Penyusunan rencana kinerja dilakukan seiring dengan agenda
penyusunan dan kebijakan anggaran, serta merupakan komitmen bagi instansi
untuk mencapainya dalam tahun tertentu.
Dokumen rencana kinerja memuat informasi tentang : sasaran yang ingin
dicapai dalam tahun yang bersangkutan: indikator kinerja sasaran, dan rencana
capainya. Selain itu dimuat pula keterangan yang antara lain menjelaskan
keterkaitan kegiatan, dengan sasaran, kebijakan dengan programnya serta
keterkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi.
Adapun komponen rencana kinerja meliputi : 1) Sasaran : sasaran yang
dimaksud pada rencana kinerja ini adalah sasaran sebagaimana dimuat dalam
dokumen renstra. Selanjutnya diidentifikasi sasaran mana yan akan diwujudkan
pada tahun yang bersangkutan beserta indikator dan rencana tingkat capainya
(targetnya), 2) Program :program-program yang ditetapkan merupakan program-
program yang berada dalam lingkup kebijakan tertentu sebagaimana dituangkan
dalam strategi yang diuraikan pada dokumen rencana strategi. Selanjutnya perlu
diidentifikasi dan ditetapkan program-program yang akan dilaksanakan pada
tahun bersangkutan, sebagai cara untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
3) Kegiatan :kegiatan adalah tindakan nyata dalam jangka waktu tertentu yang
dilakukan oleh instansi pemerintah sesuai dengan kebijakan dan program yang
telah ditetapkan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai
sasaran dan tujuan tertentu. Dalam komponen kegiatan ini perlu ditetapkan
indikator kinerja kegiatan dan rencana capainya. 4) Indikator Kinerja Kegiatan
:indikator kinerja kegiatan adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan.
Indikator kinerja kegiatan yang akan ditetapkan dikategorikan ke dalam
kelompok:
a. Masukan ( input ) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan
kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan
output misalnya sumber daya manusia, dana, material, waktu, teknologi, dan
sebagainya.
b. Keluaran (output) adalah segala sesuatu berupa produk/jasa sebagai hasil
langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan
masukan yang digunakan.
c. Hasil ( outcomes ) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcomes merupakan ukuran
seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi dan harapan masyarakat.
d. Manfaat (benefit) adalah kegunaan suatu keluaran yang dirasakan langsung
oleh masyarakat dan dapat berupa tersedianya fasilitas yang dapat diakses
oleh publik.
Indikator-indikator tersebut secara langsung atau tidak langsung dapat
mengindikasi sejauh mana keberhasilan pencapaian sasaran. Dalam hubungan ini
penetapan indikator kinerja kegiatan merupakan proses identifikasi,
pengembangan, seleksi dan konsultasi tentang indikator kinerja atau ukuran
keberhasilan kegiatan dan program-program instansi.
Penetapan indikator kinerja kegiatan harus didasarkan pada perkiraan yang
realistis dengan memperhatikan tujuan dan sasaran yang ditetapkan serta data
pendukung yang harus diorganisasi.Indikator kinerja dimaksud hendaknya (1)
spesifik dan jelas, (2) dapat diukur secara objektif, (3) relevan dengan tujuan dan
sasaran yang ingin dicapai dan (4) tidak bias.
2. Pelaksanaan Kinerja
Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan organisasi.pencapaian
tujuan organisasi menunjukkan hasil kerja/prestasi organisasi dan menunjukan
kinerja organisasi. Hasil kerja organisasi diperoleh dari serangkaian aktivitas yang
dijalankan. Aktivitas tersebut dapat berupa pengelolaan sumber daya organisasi
maupun proses pelaksanaan kerja yang diperlukan untuk mencapai tujuan
organisasi.
Menurut Direktoral Jendral Anggaran (2008), manajemen kinerja
merupakan suatu proses strategis dan terpadu yang menunjang keberhasilan
organisasi melalui pengembangan performansi aspek-aspek yang menujang
keberadaan suatu organisasi. Pada implementasinya, manajemen kinerja tidak
hanya berorientasi pada salah satu aspek, melainkan aspek-aspek terintegrasi
dalam mendukung jalannya suatu organisasi.
Bacal (1998) mengungkapkan lima pandangan dasar dalam sistem
manajemen kinerja : 1) Model Integratif untuk kinerja organisasi. pada pandangan
ini manajemen kinerja sebagai suatu struktur sistem integratif yang saling
berkesinambungan antar aspek. Sehingga, keberhasilan manajemen kinerja
ditentukan oleh keseluruhan aspek yang ada dalam suatu organisasi, tidak
ditentukan bagian per bagian. 2) Fokus pada proses dan hasil. Manajemen kinerja
menjadi suatu sistem yang tidak hanya berorientasi pada hasil ( pandangan
tradisonal ). Proses menjadi salah satu aspek penunjang yang penting dalam
penentuan hasil yang baik. 3) Keterlibatan pihak yang berkaitan dalam pencapaian
tujuan. Pekerja sebagai subyek utama yang melakukan proses bisnis organisasi
secara langsung. Maka dari itu, keterlibatan pihak yang berkaitan (pekerja)
menjadi penunjang dalam pencapaian tujuan organisasi.
Terdapat empat tahapan utama dalam pelaksanaan manajemen
kinerja.tahapan ini menjadi suatu siklus manajemen kinerja yang saling
berhubungan dan menyokong satu dengan yang lain. 1) tahap pertama adalah
directing/planning. Tahap pertama merupakan tahap identifikasi perilaku kerja
dan dasar/basis pengukuran kinerja.kemudian, dilakukan pengarahan konkret
terhadap perilaku kerja dan perencanaan terhadap target yang akan dicapai, kapan
dicapai, dan bantuan yang akan dibutuhkan. Menurut Khera (1998), penentuan
target/goal akan efektif bila mengadopsi SMART. SMART merupakan singkatan
dari Spesific, Measureable, Achievable, Realistic, dan Timebound ( dalam Ilyas,
2006:28). Sebuah target harus jelas apa yang akan dicapai dan bagaimana
mencapainya(spesific), terukur keberhasilannya (measureable) dan orang lain
dapat memahami/melihat keberhasilannya. Target harus memungkinkan untuk
dicapai, tidak terlalu rendah atau berlebihan (achievable), masuk akal dan sesuai
kondisi/realita (realistic), serta jelas sasaran waktunya (timebound).
Tahap kedua : managing/supporting. Tahap kedua merupakan penerapan
monitoring pada proses organisasi. tahap ini berfokus pada manage, dukungan,
dan pengendalian terhadap jalannya proses agar tetap berada pada jalurya. Jalur
yang dimaksudkan disini adalah kriteria maupun proses kerja yang sesuai dengan
prosedur berlaku dalam suatu organisasi.
Tahap ketiga : reiview/appraising. Tahap ketiga mencakup langkah
evaluasi dilakukan dengan flashback/review kinerja yang telah
dilaksanakan.Setelah itu, kinerja dinilai/diukur.Tahap ini memerlukan
dokumentasi/record data yang berkaitan dengan obyek yang dievaluasi.Evaluator
harus bersifat obyektif dan netral agar di dapat hasil evaluasi yang valid.
Tahap keempat :developing/rewarding . tahap ke empat berfokus pada
pengembangan dan penghargaan. Hasil evaluasi menjadi pedoman penentu
keputusan terhadap action yang dilakukan selanjutnya.Keptusan dapat berupa
langkah perbaikan, pemberian reward/punishment, melanjutkan suatu kegiatan
/prosedur yang telah ada, dan penetapan anggaran.
3. Evaluasi Kinerja
Manajemen kinerja mencakup penilaian kinerja objektif dan sesuai dengan
sasaran tiap bagian organisasi yang berkaitan .akhirnya hal ini berpotensi pada
dampak positif dari penilaian kinerja yang sukses dan terstruktur. Manajemen
kinerja yang baik mampu menyediakan suatu hasil evaluasi kinerja terukur.Hasil
evaluasi dapat memberikan informasi pada pihak terkait (atasan maupun
bawahan).Informasi mengenai hasil evaluasi dapat menjadi sarana pembelajaran
dan penentu tindakan perbaikan di masa mendatang.
Dalam penilaian terhadap hasil kerja, dipilih bentuk yang lebih formal dan
lebih objektif, yang di istilahkan dengan penilaian kinerja, penilaian karya,
evaluasi kinerja atau penilaian prestasi atau penilaian unjuk kerja.Formal berarti
mempunyai kriteria atau patokan tertentu, yang jelas dan pasti ukuranya. Dengan
demikian penilaian tidak terlalu banyak tergantung pada siapa yang menilai, tetapi
lebih banyak dipandu oleh patokan-patokan, meskipun dalam kenyataannya unsur
subyektifitas tidak bisa dihilangkan sama sekali dan tidak mudah untuk
mengkuantifikasi aspek yang akan dinilai.
Produktifitas, disiplin, kehadiran, ketelitian kerja dapat diukur secara
kuantitatif, sedangkan kemampuan bergaul, kesediaan kerjasama tidak dapat
diukur secara kuantitatif murni.Kesulitan membuat ukuran yang benar-benar
objektif dipengaruhi oleh kenyataan bahwa persepsi manusia berbeda satu dengan
yang lainnya. Perlu kita sadari, tidak mungkin kita dapat memuaskan semua pihak
, yang penting ada dasar (standar) yang objektif untuk menjelaskan dan disepakati
sebelum diterapkan.
Dengan sistem penilaian yang formal, kinerja pegawai dibandingkan
dengan target baku yang telah disepakati, sehingga mampu memberikan arah
tindakan yang berorientasi pada sasaran/terget serta mengambil tindakan korektif
untuk menanggulangi kinerja yang kurang baik/buruk. Agar performance
appraisal tersebut memberikan manfaat yang optimal, pelaksanaannya harus
diselenggarakan secara tepat, konsisten, dan berkelanutan.