bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1. tempat...

46
81 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat Penelitian 4.1.1. Profil Sekolah Pada bagian ini akan didiskripsikan mengenai lokasi penelitian, visi dan misi sekolah. SD Negeri Tukang 01 dan SD Negeri Tukang 02 merupakan dua sekolah dasar yang berada pada lokasi yang sama (satu kampus). Kedua sekolah tersebut terletak di dusun Sindon desa Tukang kecamatan Pabelan kabupaten Semarang. a. Profil SD Negeri Tukang 01 SD Negeri Tukang 01 berdiri pada tahun 1947, oleh para tokoh masyarakat. Pada mulanya SD Negeri Tukang 01 melakukan kegiatan belajar mengajar dari rumah ke rumah. Hingga pada akhirnya membangun 3 lokal ruang kelas, yang berhasil direhab kembali pada tahun 1991. Pada tahun 1993 membangun 3 lokal ruang kelas baru, dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS) 101032205005. Memiliki 9 orang tenaga pendidik, dengan jumlah siswa 74 orang. Visi SD Negeri Tukang 01 adalah unggul dalam prestasi berdasarkan iamn taqwa, disiplin, terampil dan inovatif. Sedangkan Misi SD Negeri Tukang 01 adalah

Upload: hoangdieu

Post on 06-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Tempat Penelitian

4.1.1. Profil Sekolah

Pada bagian ini akan didiskripsikan mengenai

lokasi penelitian, visi dan misi sekolah. SD Negeri

Tukang 01 dan SD Negeri Tukang 02 merupakan dua

sekolah dasar yang berada pada lokasi yang sama (satu

kampus). Kedua sekolah tersebut terletak di dusun

Sindon desa Tukang kecamatan Pabelan kabupaten

Semarang.

a. Profil SD Negeri Tukang 01

SD Negeri Tukang 01 berdiri pada tahun 1947,

oleh para tokoh masyarakat. Pada mulanya SD Negeri

Tukang 01 melakukan kegiatan belajar mengajar dari

rumah ke rumah. Hingga pada akhirnya membangun 3

lokal ruang kelas, yang berhasil direhab kembali pada

tahun 1991. Pada tahun 1993 membangun 3 lokal

ruang kelas baru, dengan Nomor Statistik Sekolah

(NSS) 101032205005. Memiliki 9 orang tenaga

pendidik, dengan jumlah siswa 74 orang.

Visi SD Negeri Tukang 01 adalah unggul dalam

prestasi berdasarkan iamn taqwa, disiplin, terampil dan

inovatif. Sedangkan Misi SD Negeri Tukang 01 adalah

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

82

1) meningkatkan prestasi siswa dalam bidang IPTEK

dan seni; 2) meningkatkan iman dan taqwa terhadap

Tuhan Yang Maha Esa; 3) meningkatkan sikap disiplin

pada siswa dalam kehidupan sehari-hari, baik di

sekolah, masyrakat dan keluarga; 4) melatih dan

mengembangkan ketrampilan siswa dalam bertindak

dan berkarya dan 5) melatih siswa untuk hidup

mandiri menyongsong hari depan yang lebih baik.

b. Profil SD Negeri Tukang 02

SD Negeri Tukang 02 berdiri pada tahun 1974,

berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) sebagai upaya

pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan bagi

warga negaranya yang saat itu dilakukan

pembangunan gedung-gedung sekolah diseluruh

penjuru tanah air, termasuk di desa Tukang. Saat itu di

desa Tukang hanya memiliki satu sekolah dasar saja

yaitu SD Negeri Tukan 01, sehingga dimungkinkan

untuk dibangun sekolah dasar baru dengan nama SD

Negeri Tukang 02. SD Negeri Tukang dengan Nomor

Statistik Sekolah 101032205017 memiliki 10 orang

tenaga pengajar dan dengan jumlah siswa sebanyak 82

anak.

Visi SD Negeri Tukang 02 adalah terwujudnya

sumber daya manusia yang terdidik dalam Imtaq dan

Iptek, cerdas, trampil, berakhlak mulia, santun serta

unggul dlam prestasi.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

83

Misi SD Negeri Tukang 02 adalah 1) membentuk

generasi beriman, serta bertaqwa dan berakhlak mulia;

2) mencetak generasi yang berprestasi, disiplin dan

tanggap terhadap kemajuan Iptek, serta melestarikan

budaya jawa; 3) meningkatkan profesionalisme tenaga

pendidik; 4) memberdayakan komite, masyarakat, dan

lingkungan dalam perencanaan dan pelaksanaan

kegiatan sekolah; 5) menjalin kerja sama dengan pihak-

pihak terkait guna meningkatkn kinerja; dan 6)

menerapkan manajemen partisipatif untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

4.1.2. Tenaga Pendidik dan Kependidikan,

Rombongan Belajar dan Peserta Didik

Pada bagian ini akan diuraikan tentang data

tenaga pendidik dan kependidikan serta data

rombongan belajar serta peserta didik di SD Negeri

Tukang 01 dan 02 sebelum dan sesudah regrouping.

a. Tenaga Pendidik & Kependidikan, Rombongan Belajar dan Peserta Didik SD Negeri Tukang 01

Data pendidik & kependidikan serta rombongan

belajar dan peserta didik di SD Negeri Tukang 01

sebelum dilakukan regrouping yang disajikan pada

tabel 4.1.

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

84

Tabel 4.1. Data tenaga pendidik dan kependidikan SD Negeri

Tukang 01

NO NAMA JK IJAZAH GOL JABATAN KET

1 Atik Mutianah, S.Pd.SD P S1 IVa Gr.Kls VI PNS

2 Purnomo, S.Ag L S1 IVa Gr.PAI I- VI PNS

3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS

4 Mugiyem P D2 IIb Gr.Kls II PNS

5 Nanik Erna Pujianti P D2 IIb Gr.Kls V PNS

6 Dwi Ratna Rizkiyah P D2 IIb Gr.Kls VI PNS

7 Yusuf anggoro L D2 - Gr.Kls III WB

8 Edi Nuryanto L SMK - Pustakawan WB

Sumber: Dokumen Data Absensi SD Negeri Tukang 01 Tahun

2010/2011.

Tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di SD

Negeri Tukang 01 tahun 2010/2011 berjumlah 8 orang,

terdiri dari 6 PNS, 1 Wiyata Bakti honor sekolah, dan 1

pustakawan honor sekolah. Guru kelas 6 orang, 1 guru

mapel, dan 1 orang pustakawan.

SD Negeri Tukang 01 memiliki 6 (enam)

rombongan belajar (rombel) yaitu masing-masing satu

kelas dari kelas 1 sampai kelas 6. Jumlah siswa SD

Negeri Tukang 01 pada tahun pelajaran 2010/2011

adalah 74 siswa, sehingga disebut sekolah kurus. Data

rombongan SD Negeri Tukang 01 dipaparkan pada

tabel 4.2.

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

85

Tabel 4.2. Data siswa SD Negeri Tukang 01 Tahun 2010/2011

No Nama Rombel Tingkat Kelas Jumlah Siswa

L P Total

1 Kelas 1 1 9 3 12

2 Kelas 2 2 7 6 13

3 Kelas 3 3 7 5 12

4 Kelas 4 4 5 6 11

5 Kelas 5 5 5 9 14

6 Kelas 6 6 4 8 12

Jumlah 37 37 74

Sumber: Data siswa SD Negeri Tukang 01 tahun 2010/2011.

b. Tenaga Pendidik & Kependidikan, Rombongan

Belajar dan Peserta Didik SD Negeri Tukang 01

Tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di SD

Negeri Tukang 02 tahun 2010/2011 berjumlah 10

orang, terdiri dari 7 PNS, 2 Wiyata Bakti honor sekolah,

dan 1 penjaga honor sekolah. Kepala Sekolah 1 orang,

guru kelas 6 orang, 1 guru mapel, dan 1 orang penjaga

sekolah.

Data pendidik & kependidikan serta rombongan

belajar dan peserta didik di SD Negeri Tukang 02

sebelum dilakukan regrouping yang disajikan pada

tabel 4.3.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

86

Tabel 4.3. Data tenaga pendidik dan kependidikan SD Negeri

Tukang 02

NO NAMA JK IJAZAH GOL JABATAN KET

1 Sri Yuniati,S.Pd.SD P S1 IVa Kep.Sek PNS

2 Kuswanti P S1 IIIc Gr.Kls VI PNS

3 Siti Nurjanah P D2 IIb Gr.Kls I PNS

4 A.Supriyanto L D2 IIc Gr.Kls III PNS

5 Sriyono L D2 IIb Gr.OR I -VI PNS

6 Sukatni P D2 IIIa Gr.Kls IV PNS

7 Sutarna L D2 IIb Gr.Kls V PNS

8 M. Haris Cahyono L D2 - Gr.Mapel Inggs WB

9 Wiji Astuti P D2 - Gr.Kls II WB

10 M. Charis Mahmud L SMK - Penjaga WB

Sumber: Dokumen Data Absensi SD Negeri Tukang 02 Tahun

2010/2011.

SD Negeri Tukang 02 memiliki 6 (enam)

rombongan belajar (rombel) yaitu masing-masing satu

kelas dari kelas 1 sampai kelas 6. Jumlah siswa SD

Negeri Tukang 02 pada tahun pelajaran 2010/2011

adalah 82 siswa, sehingga disebut sekolah kurus. Data

rombongan SD Negeri Tukang 02 dipaparkan pada

tabel 4.4.

Tabel 4.4. Data siswa SD N Tukang 02 Tahun 2010/2011

No Nama Rombel Tingkat Kelas Jumlah Siswa

L P Total

1 Kelas 1 1 6 8 14

2 Kelas 2 2 4 9 13

3 Kelas 3 3 7 2 9

4 Kelas 4 4 8 7 15

5 Kelas 5 5 8 4 12

6 Kelas 6 6 8 11 19

Jumlah 41 41 82

Sumber: Data siswa SD Negeri Tukang 02 tahun 2010/2011.

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

87

4.2. Hasil Penelitian

Dalam hasil penelitian ini disajikan tentang

proses implementasi regrouping sekolah, faktor-faktor

yang mempengaruhi program regrouping sekolah,

dampak yang timbul dari program regrouping sekolah

dan peningkatan efektifitas dan efisiensi dari program

regrouping sekolah di SD Negeri Tukang 01 & 02

Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.

4.2.1. Proses Implementasi Program Regrouping Sekolah

a. Latar Belakang dan Perencanaan Regrouping Sekolah

Regrouping sekolah dasar dilaksanakan bukan

hanya karena kedua sekolah tersebut tergolong sekolah

kurus, tetapi juga merupakan sekolah satu kampus.

Pertimbangan lain yang menyebabkan kedua sekolah

diregrouping adalah karena kekurangan tenaga

pendidik. Hal ini tentunya sesuai dengan Peraturan

yang dikeluarkan oleh Menteri Dalam Negeri tentang

Pedoman Pelaksanaan Penggabungan Sekolah tanggal

16 November 1998 yang menjelaskan bahwa:

“1) Penggabungan (regrouping) SD adalah usaha penyatuan dua unit SD atau lebih menjadi satu kelembagaan

(institusi) SD dan diselenggarakan dalam satu pengelolaan;

2) Lingkup penggabungan SD meliputi SD yang terdapat antar desa/kelurahan yang sama dan atau di

desa/kelurahan yang berbatasan dan atau antar

kecamatan yang berbatasan; 3) Sekolah Dasar kemudian

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

88

disingkat SD adalah bentuk satuan pendidikan dasar milik

pemerintah yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun; 4) SD inti adalah SD yang terpilih antara

beberapa SD dalam satu gugus sekolah yang berfungsi

sebagai pusat pengembangan di dalam gugus SD tersebut; 5) SD imbas adalah anggota satu gugus sekolah yang

menjadi binaan SD inti; 6) SD kecil adalah SD di daerah

terpencil yang belum memenuhi syarat pembakuan”.

Dari pedoman pelaksanaan regrouping sekolah

yang dikeluarkan oleh Mendagri tersebut sangat jelas

bahwa sekolah yang berada dalam satu kawasan

bahkan satu kampus akan dilakukan regrouping.

Kekurangan tenaga pengajar juga menjadi salah satu

alasan diadakannya regrouping sekolah, seperti yang

tertuang dalam tujuan regrouping dalam Pedoman

Pelaksanaan Penggabungan (regrouping) Sekolah Dasar

yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui Mendagri

Nomor 421.2/2501/Bagda/1998 menyatakan bahwa:.

”Tujuan Program regrouping sekolah dasar adalah sebagai

upaya untuk mengatasi masalah kekuranga tenaga guru,

peningkatan mutu, efisensi biaya bagi perawatan gedung sekolah dan sekolah yang ditinggalkan dimungkinan

penggunaannya untuk rencana pembukaan SMP kecil/SMP

kelas jauh atau setara sekolah lanjutan sesuai ketentuan setempat untuk menampung lulusan sekolah dasar”.

Menurut Kepala Sekolah SD Negeri Tukang 02

Ibu Sri Yuniati, S.Pd.SD tentang proses pelaksanaan

regrouping di SD Negeri 01 & 02 dari hasil wawancara

mengatakan bahwa:

”Regrouping sekolah di SD Negeri Tukang 01 & 02

sebenarnya sudah direncanakan oleh stekeholder dari kedua sekolah sejak tahun 2009. Pada saat itu terjadi

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

89

kekosongan kedudukan kepala sekolah SD Negeri Tukang

01 karena purna tugas. Dan oleh pemerintah kedudukan kepala sekolah diampu oleh Kepala Sekolah SD Negeri

Tukang 02, yaitu saya sendiri terhitung 1 September 2009.

Pertimbangan lain adalah karena ke dua sekolah tersebut juga kekurangan tenaga pengajar khususnya guru Mapel.

Jumlah siswa yang relatif sedikit yaitu sekitar 70-80 anak

setiap tahunnya juga menjadi salah satu penyebabnya.

Sekolah yang berada pada satu kampus kadangkala mengakibatkan persaingan yang kurang baik dalam

memperebutkan siswa baru maupun dalam proses belajar

mengajar setiap harinya”.

Salah satu guru yang sampai saat ini masih

mengampu di sekolah tersebut Ibu Dwi Ratna Rizkiyah

yang mengatakan bahwa:

”Rencana regrouping sekolah sudah diketahui oleh semua

warga sekolah SD Negeri Tukang 01 & 02 jauh-jauh hari

sebelum akhirnya diadakan rapat bersama. Regrouping sekolah dilakukan karena jumlah siswa yang sedikit. Setiap

pelaksanaan PPDB kedua sekolah berebut siswa baru,

namun karena sekolah satu kampus, maka sering terjadi rasa saling mencurigai. Di SD Negeri Tukang 01 juga

kekurangan tenaga pendidik dan sudah tidak lagi punya

kepala sekolah. Jadi lebih baik kalau kedua sekolah ini

diregrouping”.

Bapak Purnomo, S.Ag salah satu guru senior

yang mengampu mata pelajaran agama Islam

memberikan keterangan tentang proses pelaksanaan

regrouping SD Negeri Tukang 01 & 02 sebagai berikut:

”Waktu itu ada kesepakatan antara pihak SDN Tukang 01

dengan pihak SDN Tukang 02 berkenaan dengan keputusan pemerintah, dimana sekolah-sekolah yang

berada pada satu kampus harus diregrouping. Dengan

adanya peraturan tersebut, semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan di SDN Tukang 01 & 02 mulai

merencanakan pelaksanaan regrouping sekolah. Karena

berada pada satu kampus itu, maka kadang-kadang terjadi

perebutan siswa baru. Rata-rata tiap tahun hanya

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

90

mendapatkan siswa 10-15 anak. Kebetulan SDN Tukang 01

juga kurang tenaga pendidiknya, malahan jabatan kepala sekolah juga kosong. Maka akhinya tahun 2011, kami

sepakat untuk meregrouping”.

Dari beberapa data hasil wawancara dan

dokumen diatas dapat dapat dilihat bahwa bahwa

proses implementasi regrouping sekolah di SD Negeri

Tukang 01 & 02 Kec. Pabelan terjadi karena kedua

sekolah tersebut berada pada satu kampus, dimana

kedua sekolah tersebut sama-sama memiliki sedikit

siswa (sekolah kurus). Keberadaan sekolah dalam satu

kampus menyebabkan situasi sekolah mengalami

persaingan yang tidak sehat. Perebutan siswa didik

baru dan proses pengajaran masing-masing guru dari

kedua sekolah tersebut menaruh perasaan saling

curiga, yang mengakibatkan suasana di sekolah tidak

kondusif. Permasalahan lain adalah terjadinya

kekosongan pada jabatan Kepala Sekolah di SD Negeri

Tukang 01 sejak tahun 2009. Bukan hanya jabatan

kepala sekolah, tetapi juga kekurangan tenaga pendidik

khusunya guru Mapel dan Mulok, sehingga proses

belajar mengajar tidak terjadi secara maksimal. Dari

beberapa alasan tersebut stekeholder dari kedua belah

sekolah mengadakan rapat bersama sebagai upaya

untuk menyambut program kebijakan pemerintah,

yaitu regrouping sekolah.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

91

b. Mekanisme Pelaksanaan Regrouping Sekolah

Berdasarkan kesepakatan kedua stekeholder

kedua belah pihak dalam rapat yang terjadi pada

tanggal 20 Mei 2010 yang diikuti oleh pengawas

TK/SD, komite sekolah, kepala sekolah, kepala desa,

dan guru kelas dari kedua sekolah tersebut sepakat

untuk melakukan regrouping. Dalam Selayang Pandang

Profil SD Negeri Tukang 01 pada bagian kronologi

penggabungan SD Negeri Tukang 01 & 02,

memutuskan bahwa:

”1) Mulai tahun 2010/2011 PSB hanya diterima di satu SD,

yakni SDN tukang 02. Demikian untuk tahun-tahun

selanjutnya. 2) mulai tahun 2010 kelas II dan kelas III SD Tukang 01 langsung ditransfer ke kelas II dan kelas III SDN

Tukang 02. 3) adapun SDN Tukang 01 masih mengelola

pembelajaran untuk kelas IV, V, VI. 4) tenaga pendidik dan tenaga kependidikan saling diperbantukan di dua SD”.

Adapun sekolah yang masih eksis berdiri adalah

SD Negeri Tukang 02. Hal ini berdasarkan hasil

akreditasi sekolah yang menunjukan bahwa akreditasi

sekolah SD Negeri Tukang 02 lebih tinggi yaitu

mendapatkan nilai A (akreditasi sekolah tahun 2007),

sedangkan SD Negeri Tukang 01 hanya mendapatkan

nilai B (akreditasi sekolah tahun 2006). Terhitung sejak

1 Juli 2011 semua tenaga pendidik, siswa dan sarana

prasarana SD Negeri Tukang 01 dimutasi ke SD Negeri

Tukang 02.

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

92

Data siswa SD Negeri Tukang 02 setelah terjadi

regrouping sekolah disajikan pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Data siswa SD Negeri Tukang 02 Tahun 2011/2012

No Nama Rombel Tingkat Kelas Jumlah Siswa

L P Total

1 Kelas 1 1 20 13 32

2 Kelas 2 2 9 13 22

3 Kelas 3 3 14 7 21

4 Kelas 4 4 9 15 24

5 Kelas 5 5 12 15 27

6 Kelas 6 6 12 10 22

Jumlah 76 72 148

Sumber: Data siswa SD Negeri Tukang 02 tahun 2011/2012.

Kondisi fisik SD Negeri Tukang 01 yang

diserahkan kepada SD Negeri Tukang 02 dapat diliat

pada tabel 4.6.

Tabel 4.6. Kondisi Fisik SD Negeri Tukang 01 yang diserahkan ke SD Negeri Tukang 02

No Nama Jum

lah

Ru

ang Luas Keadaan

1 Gedung Sekolah 2 6 336 Baik

2 Ruang Kepala Sekolah 1 1

3 Ruang Guru 1 1 35

4 Ruang Perpustakaan 1 1 56

5 Ruang UKS 1 1 35

6 Ruang Ibadah 1 1 35 Rusak ringan

7 Gudang 1 1 14

8 Kamar Kecil 3 3 7

9 Rumah Dinas Guru 1 50 Rusak berat

10 Halaman Upacara 1 216

Total area sekolah 12 15 653

Sumber: Kondisi Fisik SD Negeri Tukang 01 tahun 2011.

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

93

Penempatan tenaga pendidik dan kependidikan

dalam proses implementasi regrouping sekolah menjadi

masalah baru. Regrouping sekolah membuat jumlah

tenaga pendidik yang tadinya kurang menjadi

kelebihan. Data menunjukan bahwa jumlah tenaga

pendidik di SD Negeri Tukang 01 sebayak 7 orang,

terdiri dari 6 guru kelas dan 1 guru mapel agama islam.

SD Negri Tukang 02 memiliki 9 guru, terdiri dari 1

kepala sekolah, 6 guru kelas, 1 guru olah raga dan 1

guru mulok Bahasa Inggris. Jadi total jumlah tenaga

pendidik setelah diregrouping ada 16 guru, terdiri dari

12 guru kelas, 1 guru mapel agama islam, 1 guru

mapel olah raga dan 1 guru mulok Bahasa Inggris.

Sedangkan tenaga kependidikan yang dimiliki ada 2

orang yaitu 1 pustakawan dan 1 penjaga sekolah.

Adapun pengaturan pembagian tugas yang diberikan

oleh kepala sekolah SD Negeri Tukang 02 saat itu

adalah sperti yang terlihat pada table 4.7

Tabel 4.7. Data Pembagian Tugas Mengajar SD Negeri Tukang 02

NO NAMA JK IJA

ZAH GOL JABATAN KET

1 Sri Yuniati,S.Pd.SD P S1 IVa Kep.Sek PNS

2 Purnomo,S.Ag L S1 IVa Gr PAI I-VI PNS

3 Kuswanti P S1 IIIc Gr.Kls VIA PNS

4 Atik Muntianah,S.Pd.SD P S1 IVa Gr. Kls VIB PNS

5 Nanik Erna P D2 IIb Gr. Kls VA PNS

6 Sutarna L D2 IIb Gr.Kls VB PNS

7 Sukatni P D2 IIIa Gr.Kls IVA PNS

8 Dwi Ratna Rizkiyah P D2 IIb Gr. Kls IVB PNS

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

94

9 Sriyono L D2 IIb Gr.OR I -VI PNS

10 Siti Mukaromah P D2 IIIc Gr. Kls III PNS

11 Siti Munasri P D2 IIb Gr. Kls IIB PNS

12 Wiji Astuti P D2 - Gr.Kls IIA WB

13 Siti Nurjanah P D2 IIb Gr.Kls I PNS

14 Yusuf Anggoro L D2 - Gr.SBK WB

15 M. Haris Cahyono L D2 - Gr.Mapel Inggris WB

16 Edi Nuryanto L SMK - Pustakawan WB

17 M. Kharis Mahmud L SMK - Penjaga WB

Sumber: Dokumen Data Instrumen Verifikasi SD Negeri Tukang 02 Tahun 2011.

Selama 4 tahun SD Negeri 01 menjadi satu atap

di SD Negeri 02, akhirnya pemerintah Kabupaten

Semarang dalam Keputusan Bupati Semarang Nomor

900/0413/2014 tanggal 30 Mei 2014 mengeluarkan

Surat Keputusan bahwa SD Negeri Tukang 01 dan SD

Negeri Tukang 02 resmi diregrouping dengan nama

baru yaitu SD Negeri Tukang.

Kepala Sekolah SD Negeri Tukang 02 mengatakan

bahwa regrouping sekolah di SD N Tukang 01 dan SD

Negeri Tukang 02 terjadi atas kesepakatan bersama,

selanjutnya atas kesepakatan tersebut mereka

mengajukan permohonan regrouping ke pemerintah.

Demikian pernyataan Bu Sri Yuniati, S.Pd.SD:

”Regrouping sekolah di SDN 01 & SDN 02 terjadi atas kesepakatan bersama, sebelum dilakukan regroupingpun

sudah dilakukan sosialisasi. Sebenarnya bisa dikatakn

proses regrouping yang terjadi di sekolah kami ini terjadi

secara alami, karena sebelum mendapatkan SK resmi dari Bupati, kami sudah melakukan regrouping berdasarkan

peraturan Mendagri tahun 1998, bahwa sekolah satu

kampus harus digabung. Bersama dengan komite, pengawas, dewan guru dan kepala desa kami mengadakan

rapat bersama dan hasilnya disepakati bahwa kedua

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

95

sekolah ini akan diregroup. Kesepakatan itu terjadi sejak

pertengahan tahun 2010, yang menghasilkan keputusan bahwa mulai tahun 2011 akan melakukan penggabungan

dimana sekolah yang menjadi induk adalah SDN Tukang

02. Kenapa SDN 02, hal ini berdasarkan pertimbangan dari pengawas dan UPTD dilihat dari hasil terakhir akreditasi

menunjukan bahwa SDN 02 lebih unggul dibanding SDN

01. Sejak awal 2011 mulai dilakukan penggabungan baik

siswa, tenaga pendidik maupun sarana prasarana. Semua bentuk pelaporan SDN 01 dijadikan satu dengan dengan

SDN 02, termasuk laporan BOS. Selama 4 tahun menjadi

satu induk akhirnya Bupati memberikan SK regrouping sekolah pada tahun 2014, dengan nama baru yaitu SD

Negeri Tukang”.

Pernyataan dari Kepala Sekolah diatas

dibenarkan oleh kepala UPTD Kec. Pabelan Ibu Umi

Hartutik, M.M bahwa regrouping SD Negeri Tukang

sudah terjadi beberapa tahun sebelum SK dari Bupati

keluar. Beliau mengatakan bahwa:

”Regrouping sekolah di SD Tukang sebenarnya sudah

terjadi beberapa tahun sebelum Bupati Kab. Semarang mengeluarkan SK Regrouping Sekolah. Jadi bisa dikatakan

regrouping alami. Kedua SD tersebut sudah melakukan

musyawarah bersama dalam mengatasi jumlah siswa yang

kurus kemudian melakukan penggabungan, dimana SDN Tukang 02 dijadikan sekolah induk, berdasarkan nilai

akreditasi yang lebih tinggi. Semua siswa, tenaga pendidik

dan asset SDN Tukang 01 digabungkan ke SDN 02, termasuk semua bentuk laporannya”.

Bapak Purnomo, S.Ag sebagai guru senior di SD

Negeri Tukang 01 menceritakan proses regrouping yang

terjadi secara alami, yaitu sebagai berikut:

“Proses regrouping sekolah di SDN Tukang 01 & 02 terjadi

secara alami mulai tahun 2010 berdasarkan kesepakatan bersama antara kedua sekolah yang berkepentingan.

Waktu itu untuk mengatasi masalah penerimaan siswa,

dimana kedua sekolah ini memiliki siswa yang sedikit.

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

96

Waktu itu SDN 01 menyerahkan semua asset, mulai dari

siswa, guru dan sarpras kepada SDN 02 yang dipilih sebagai sekolah induk berdasarkan nilai akreditasi sekolah

yang lebih tinggi, yaitu A. Barulah selang beberapa tahun

mengajukan regrouping ke bupati dan mendapatkan SK

Bupati pada tahun 2014, dengan nama sekolah yang baru yaitu SD Negeri Tukang.”

Dari pernyataan yang disampaikan oleh Ibu

kepala Sekolah SD Negeri Tukang tentang mekanisme

pelaksanaan regrouping di SD Negeri Tukang 01 dan SD

Negeri Tukang 02 diatas divalidasi oleh pernyataan dari

Ka.UPTD Pendidikan Kec.Pabelan dan Guru Agama di

SD Negeri Tukang. Bahwa proses implementasi

regrouping sekolah sudah berjalan 4 tahun sebelum SK

Bupati dikeluarkan, maka dinamakan regrouping alami.

Sebelumnya mereka menyebut sekolah satu atap.

Karena dari hasil rapat semua warga sekolah dan

stekeholder kedua pihak yang berkepentingan

memutuskan bahwa semua aset yang dimiliki oleh SD

Negeri Tukang 01 beserta laporannya dijadikan satu

dengan sekolah induk yaitu SD Negeri Tukang 02.

Pemilihan SD induk didasarkan pada nilai akreditasi

terakhir yaitu nilai A yang diperoleh SD Negeri Tukang

02 pada tahun 2010.

4.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Regrouping Sekolah

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

regrouping dapat dilihat dari beberapa segi. Kali ini

penulis menemukan lima faktor yang terjadi dalam

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

97

pelaksanaan regrouping sekolah di SD Negeri Tukang

01 & SD Negeri Tukang 02.

a. Kondisi Siswa

Jumlah siswa di SD Negeri Tukang 01 dan SD

Negeri Tukang 02 dari tahun ke tahun tidak mengalami

perkembangan. Rata-rata jumlah siswa setiap tahun

hanya dikisaran angka 70 - 80 siswa. Setiap tahun

jumlah siswa barupun hanya 10 – 16 orang, sehingga

dikatakan bahwa kedua sekolah tersebut adalah

sekolah kurus yang dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8. Data PPDB SD Negeri Tukang 01 & 02 Tahun 2006-

2010

No Tahun SDN 01 SDN 02

1 2006 7 13

2 2007 11 12

3 2008 12 12

4 2009 12 10

5 2010 15 16

Sumber: Data Penerimaan Siswa Baru SD Negeri Tukang 01 &

SD Negeri Tukang 02 tahun 2006 - 2010.

Data tersebut menunjukan bahwa jumlah siswa

dari tahun ke tahun tidak memenuhi standart sekolah

yang bermutu. Akan menjadi lebih baik jika kedua

sekolah tersebut dilakukan regrouping sehingga

efektifitas dan efisiensi dapat tercapai.

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

98

Kepala Sekolah SD Negeri Tukang 02 Bu Sri

Yuniati, S.Pd.SD mengakatan bahwa 4 tahun terakhir

tidak mengalami peningkatan.

”Setiap PPDB dilakukan, terjadi kecurigaan antara SDN 01

dan SDN 02, yaitu kecurigaan tentang perebutan siswa. Walaupun kenyataannya kedua sekolah sama-sama

memperoleh siswa yang sedikit. Coba saja kedua sekolah

yang satu kampus ini hanya ada satu, pasti jumlah penerimaan siswa barupun meningkat.”

Ibu Ratna, S.Pd.SD juga mengatakan bahwa

jumlah siswa baru SDN 01 dan SDN 02 hanya sedikit.

Demikian pernyataan Ibu guru kelas VI yang

membenarkan pernyataan ibu kepala sekolah:

”Setiap tahun jumlah siswa baru di SDN 01 dan 02 sama-sama sedikit, paling banyak 10-15 siswa. Setiap tahun

seperti itu terus. Jadi sekolahnya kurus, siswanya sedikit.”

Berdasarkan pernyataan kepala sekolah, guru

dan dari data penerimaan siswa baru SD Negeri Tukang

01 dan SD Negeri Tukang 02, menunjukan bahwa

jumlah penerimaan siswa baru tiap tahun tidak

mengalami peningkatan. Hal tersebut menunjukan

bahwa jumlah siswa pada sekolah tersebut adalah

sekolah kurus dengan jumlah siswa yang sedikit.

b. Tenaga Pendidik

Tenaga didik SDN Tukang 01 yang terdiri dari 7

guru dan 1 pustakawan. Dari 7 orang guru terdari dari

6 guru kelas dan 1 guru agama Islam. SD Negeri

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

99

Tukang 01 tidak memiliki guru olahraga dan kepala

sekolah. Setiap mata pelajaran olahraga, langsung

diampu oleh guru kelas. Sementara tugas kepala

sekolah diwakili oleh salah satu guru senior, hingga

pada akhirnya Ka.UPTD memberikan mandat kepala

Kepala Sekolah SD Negeri Tukang 02 untuk

mengampunya.

SD Negeri Tukang 02 tidak memiliki masalah

dalam hal ketenagapendidikan. Semua sudah

terpenuhi, baik itu guru kelas, olah raga maupun guru

agama, dan dibantu oleh seorang penjaga sekolah.

Berdasarkan pernyataan dari Kepala Sekolah SD

Negeri Tukang 02 menunjukan bahwa:

”Tenaga kependidikan di SDN Tukang 02 sudah terpenuhi.

Kekosongan guru kelas sudah teratasi karena ada tenaga

wiyata bakti honor sekolah yang mengampunya. Namun di SDN Tukang 01 ada kekosongan di mapel olahraga. Jika

jadwal olahraga, maka guru kelas yang mengampunya,

atau bahkan jika bersamaan dengan jadwal olahraga SDN

Tukang 02, biasanya digabung. Kekosongan kedudukan Kepala Sekolah beberapa bulan setelah purna tugas dari

Bpk. Arif Surakhman, oleh Ka.UPTD Kec. Pabelan, saya

diberi SK untuk mengampu SDN 01 dan 02.”

Kepala UPTD pendidikan Kec. Pabelan Ibu Umi

Hartutik, M.M menjelaskan tentang masalah tenaga

kependidikan di SD Negeri Tukang 01 dan SD Negeri

Tukang 02 mengatakan bahwa:

”Kalau di SDN 02 Tukang sebenarnya kekurangan tenaga

kependidikan sudah dibantu oleh tenaga WB, jadi sudah cukup. Tapi kalau di SDN 01 memang masih

membutuhkan kekurangan tenaga kependidikan, yaitu

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

100

guru mapel olahraga dan kepala sekolah. Karena kedua

sekolah itu berada dalam 1 wilayah, maka saya memberikan tugas kepada kepala sekolah SDN 02 untuk

mengampu di SDN 01. Sementara untuk mapel olahraga

jika bersamaan dengan jadwal di SDN 02, bisa dibantu oleh guru olahraga SDN 02. Maka akan menjadi lebih baik jika

kedua sekolah tersebut diregrouping”.

Ibu Dwi Ratna Rizkiyah membenarkan

pernyataan dari ibu kepala sekolah tentang masalah

tenaga kependidikan, sebagai berikut:

”SD Negeri Tukang 01 memang kekurangan tenaga

pengajar khususnya mapel olahraga. Setiap ada jadwal olahraga langsung diampu oleh guru kelas. Kadang-kadang

digabung dengan SD Negeri Tukang 02 jika ada jadwal yang

bersamaan. Sementara untuk kepala sekolah diampu oleh Kepala Sekolah SD Negeri Tukang 02.”

Dari pernyataan Kepala Sekolah SD Negeri 02,

yang didukung oleh pernyatan Kepala UPTD Pendidikan

Kec.Pabelan dan Guru di SD Negeri Tukang 01,

masalah tenaga kependidikan menjadi salah satu faktor

penyebab dilakukanya regrouping sekolah. Apabila

sekolah tersebut berada dalam satu kampus, akan

menjadi efektif jika kekurangan tenaga kependidikan

diatasi apabila kedua sekolah tersebut diregrouping.

Sehingga tidak perlu lagi mengangkat guru baru untuk

memenuhi kekurangan tersebut. Sementara jumlah

siswa hanya sedikit dan tidak memenuhi standar mutu

pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

101

c. Peraturan Menteri dalam Negeri

Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor

421.2/2501/Bangda/1998 tentang Pedoman

Pelaksanaan Penggabungan Sekolah (Regrouping)

Sekolah Dasar, menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi terjadinya regrouping sekolah di SD

Negeri Tukang 01 dan SD Negeri Tukang 02 Kec.

Pabelan Kab.Semarang. Dalam Peraturan Mendagri

tersebut disebutkan bahwa salah satu syarat sekolah

yang diregrouping adalah sekolah yang diselenggarakan

dalam satu pengelolaan, lingkup penggabungan SD

meliputi SD yang terdapat antar desa/kelurahan yang

sama dan atau di desa/kelurahan yang berbatasan dan

atau antar kecamatan yang berbatasan dan SD kecil di

daerah terpencil yang belum memenuhi syarat

pembakuan.

SD Negeri Tukang 01 dan SD Negeri Tukang 02

masuk pada kategori sekolah yang harus diregrouping.

Faktor sekolah kecil yang berada dalam satu desa

harus diregrouping. Bukan hanya terletak di satu desa,

tapi kedua sekolah tersebut justru berada dalam satu

kampus. Bahkan jumlah siswa kedua sekolah tersebut

kecil/ kurus.

Kepala Sekolah SD Negeri Tukang 02 (Ibu Sri

Yuniati, S.Pd.SD) membenarkan bahwa faktor

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

102

regrouping sekolah salah satunya adalah peraturan

Mentri Dalam Negeri tentang juknis regrouping sekolah.

”Dengan adanya peraturan dari Mendagri tentang

regrouping sekolah ini justru kami bersyukur karena bisa

mengatasi masalah kekurangan siswa dan tenaga pengajar yang sesuai standart peningkatan mutu.”

Kepala UPTD Pendidikan Kec. Pabelan

mengatakan bahwa sekolah satu kampus merupakan

sasaran dari pelaksanaan juknis mendagri untuk

melakukan regrouping.

”Sasaran dari juknis pelaksanaan regrouping sekolah yang

dikeluarkan oleh mendagri salah satunya ya sekolah satu kampus, ditambah lagi dengan sekolah tersebut

merupakan sekolah kurus.”

Peraturan Mentri Dalam Negeri tentang

pelaksanaan regrouping sekolah menjadi dasar dan

pedoman bagi SD Negeri Tukang 01 dan SD Negeri

Tukang 02 untuk melakukan regrouping. Dengan

adanya peraturan Mendagri tersebut, maka masalah

tentang kurangnya tenaga kependidikan dan masalah

jumlah siswa yang sedikit dapat teratasi.

d. Kondisi Lingkungan Sekolah

Dua sekolah yang terletak pada satu lokasi

menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya

regrouping. Di desa Tukang terdapat 3 sekolah dasar, 1

MI dan 2 SD Negeri. Letak MI cukup jauh jaraknya

dengan SD Negeri Tukang 01 dan SD Negeri Tukang 02.

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

103

Tapi masih banyak masyarakat yang lebih berminat

untuk menyekolahkan anak mereka di SD negeri.

Masyarakat memberikan penilaian bahwa SD negeri

lebih bermutu dibanding dengan MI yang ada di desa

Tukang.

”Kebanyakan masyarakat desa Tukang masih memilih

sekolah negeri sebagai tempat belajar bagi anak-anak

mereka. Walaupun menurut jarak tempuh lebih dekat MI. Mereka melihat bahwa sekolah negeri lebih berbobot

dibanding MI. Memang kedua sekolah negeri yang ada di

Tukang ini siswanya sedikit, tapi bukan karena kalah dengan sekolah lain (MI). Tapi karena ada dua sekolah

negeri dalam satu lokasi. Kalau 1 sekolah mendapatkan 10-

15 siswa baru, jika kedua sekolah tersebut digabung, berarti mendapatkan siswa lebih dari 20 anak.”

Demikian pernyataan Kepala Desa Tukang

(Bapak Yudhi Prabowo) ketika ditanya tentang kondisi

masyarakat Tukang mengenai pemilihan sekolah.

Komite Sekolah SD Negeri Tukang 02

mengakatan bahwa keberadaan letak sekolah satu

lokasi menyebabkan perpecahan siswa dalam memilih

sekolah.

“Masyarakat lebih memilih sekolah negeri, karena mutu pendidikan di sekolah negeri lebih baik dibanding MI.

Walaupun sebenarnya masyarakat juga merasa bingung

harus masuk ke SDN 01 atau SDN 02. Makanya regrouping sekolah ini disambut baik oleh masyarakat.”

Kondisi lingkungan kedua sekolah tersebut juga

menjadi faktor penentu terjadinya regrouping. Terutama

karena keberadaan sekolah yang berada pada satu

kampus. Masyarakat secara umum lebih memilih

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

104

sekolah di SD negeri menjadi keuntungan bagi sekolah.

Namun masyarakat dibuat bingung dalam memilih satu

diantara keduanya. Sehingga terbelah menjadi dua,

sebagian mendukung SD Negeri Tukang 01 dan

sebagian lagi di SD Negeri 02.

4.2.3. Dampak Program Regrouping Sekolah

a. Dampak Bagi Tenaga Pendidikan/ Guru

Ada dua dampak regrouping bagi tenaga pengajar

yaitu dampak positif dan negatif. Dari segi positif,

regrouping menjawab kebutuhan kekurangan guru.

Semua guru kelas, guru mapel, dan guru mulok

terpenuhi. Namun secara negatif ada permasalahan

baru, khususnya dalam hal mutasi guru.

Kepala Sekolah SD Negeri Tukang 02 mengatakan

tentang dampak regrouping bagi guru baik secara

positif maupun negatif, yaitu sebagai berikut:

”Adanya regrouping bagi guru sebenarnya bisa menjawab

kebutuhan sekolah akan kekurangan guru. Yang tadinya tidak ada kepala sekolah, tidak ada guru mapel, dengan

regrouping semua kebutuhan guru terpenuhi. Namun juga

berdampak negatif, khususnya masalah mutasi guru.

Sebagian guru yang dimutasi kebanyakan adalah guru-guru senior yang sudah lama mengajar di kedua sekolah

tersebut. Sementara yang masih tinggal adalah guru yang

baru masuk. Hal tersebut menjadi kecemburuan bagi guru senior. Mereka merasa tersisihkan, karena justru

mendapatkan tempat mutasi yang jarak tempuhnya lebih

jauh. Kalau bagi guru WB, mereka diberi jam mulok, karena tidak ada lagi jam yang kosong. Pada akhirnya

mereka mencari sekolah lain yang bisa memberi minimal

18jam.”

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

105

Salah satu guru senior Bapak Purnomo, S.Ag

mengatakan tentang dampak regrouping bagi guru

sebagai berikut:

”Memang dampak regrouping bagi guru lebih banyak yang

negatif disbanding yang positif. Bagi guru PNS yang dimutasi, mereka tidak puas karena malah dipindah ke

sekolah yang jarak tempuhnya lebih jauh. Kedua justru

malah guru senior yang terkenam mutasi, secara spikologi mereka merasa tersingkirkan. Sementara bagi guru honorer

sekolah (WB) tidak punya jam mengajar. Mereka mau tidak

mau harus cari sekolah lain yang membutuhkan. Untuk

positifnya ya cuma kebutuhan guru terpenuhi.”

Pendapat yang serupa juga disampaikan oleh Ibu

Kuswati, S.Pd SD, seorang guru yang dimutasi dari

sekolah tersebut, yaitu:

”Memang terlihat dampak negative dari regrouping bagi

guru terutama dirasakan oleh yang termutasi. Bagaimana

tidak, kami malah di tempatkan di sekolah yang lebih jauh. Kenapa bukan guru yang muda dan lebih kuat saja yang

dimutasi. Sementara kami sudah lama memberi

sumbangsih terhadap sekolah tersebut ustru malah disingkirkan. Untuk taman-teman WB, mereka lebih kasian

karena masuk sekolah tapi tidak punya jam mengajar,

paling 1 minggu mengajar 6 jam, makanya mereka harus mencari sekolah lain. Kalau segi positifnya ya mungkin

tujuan efektifitas guru terpenuhi.”

Salah seorang guru wiyata bhakti honorer

sekolah membenarkan apa yang disampaikan oleh ibu

Kuswati. M. Haris berkata:

”Banyak guru senior yang dimutasi mbak, mereka pindah kesekolah yang jauh. Kalau kami sebagai wiyata bhakti

karena tidak memeiliki jam linier, mau tidak mau ya harus

mencari sekolah lain. Positifnya ya semua kebutuhan guru tercukupi.”

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

106

Dampak regrouping sekolah bagi guru secara

negatif, berdasarkan hasil wawancara tersebut adalah

tentang mutasi. Ada kecemburuan dari guru senior

yang harus dimutasi ke sekolah yang lebih jauh,

mereka merasa diremehkan. Sementara bagi guru

honorer sekolah, secara tidak langsung harus mencari

sekolah lain yang lebih membutuhkan. Dari segi

positifnya, kebutuhan akan tenaga pendidik dapat

tercukupi.

b. Dampak Bagi Siswa

Regrouping sekolah bagi siswa tidaklah

berdampak terlalu besar. Siswa yang sudah bergaul

antara satu dengan yang lain, walaupun beda sekolah.

Mereka tidak merasakan bahwa selama ini beda

sekolah. Hal ini disebabkan karena mereka berada

dalam satu kampus. Persaingan hanya mereka rasakan

saat menghadapi lomba. Selebihnya dalam pergaulan

sehari-hari, sebelum dan sesudah diregrouping tidaklah

berpengaruh.

Dari segi jumlah, dua sekolah yang digabung

menjadi satu berdampak pada peningkatan jumlah

siswa dua kali lipat. Sebelum regrouping jumlah siswa

dikisaran angka 70-80, setelah regrouping terjadi

berada pada 140-155 siswa.

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

107

Ibu Kepala Sekolah SD Negeri Tukang 02

menjelaskan bahwa secara spikologi regrouping sekolah

tidak terlalu bermasalah bagi siswa.

”Bagi siswa tidak terlalu berdampak, karena mereka sudah

hidup bergaul selama ini, walaupun beda sekolah. Persaingan hanya terjadi ketika diadakan perlombaan, itu

baru mereka rasakan kalau mereka beda sekolah. Untuk

kesehariaanya mereka bergaul dengan rukun, tanpa membedakan sekolah, kan berada pada satu kampus.”

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Ibu Ratna,

yang mengatakan bahwa siswa SD Negeri Tukang 01

dan 02 sudah bergaul akrap antara satu sama lain.

Mereka tidak merasakan perbedaan sekolah. Pada

waktu istirahat bermain bersama layaknya anak yang

sekolah pada satu sekolah yang sama. Setelah

diregrouping siswa merasa lebih tenang dan nyaman,

karena tidak lagi dipisah dan bersaing pada saat lomba,

demikian pernyataan ibu Ratna:

”Sebelum dan sesudah regrouping dampaknya bagi siswa

hanya saat lomba saja, mereka harus bersaing. Tapi dalam keseharian mereka bergaul akrab tanpa merasakan bahwa

berada pada dua sekolah yang berbeda. Setelah regrouping

semakin akrap dan tidak ada lagi persaingan.”

Hal senada juga disampaikan oleh pak Purnomo.

Beliau membenarkan bahwa regrouping tidak terlalu

berdampak besar bagi murid.

”Anak-anak tidak terlalu mempermasalahkan regrouping.

Selama ini mereka sudah tinggal jadi satu. Bermain

bersama-sama. Hanya saat lomba aja baru mereka sadari

kalau mereka sebenarnya beda sekolah”

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

108

Dari hasil wawancara tersebut dapat dilihat

bahwa regrouping sekolah di SD Negeri Tukang 01 dan

SD Negeri Tukang 02 bagi siswa tidak berpengaruh

besar bagi siswa. Hal itu karena mereka sejak masuk

sekolah sudah bermain bersama-sama. Keberadaan

sekolah satu kampus menjadikan siswa merasa tidak

ada perbedaan lembaga. Hanya ketika ada lomba saja

mereka baru menyadari kalau sebenarnya beda

sekolah. Oleh karena itu sejak diregrouping, mereka

tidak perlu lagi bersaing untuk memperebutkan nama

baik sekolah.

c. Dampak Terhadap Sarana Prasarana Sekolah

Sarana prasarana sekolah di SD Negeri Tukang

02 bertambah menjadi dua kali lipat setelah dilakukan

regrouping. Semua aset yang dimiliki oleh SD Negeri 01

diserahkan kepada SD Negeri Tukang 02. Aset yang

berupa bangunan, mebeler, buku dan alat peraga

dikelola oleh SD Negeri Tukang 02. Penggunaan sarana

prasarana diatur sepenuhnya oleh SD Negeri Tukang

02 sebagai sekolah induk yang menjadi naungan. Aset

yang dimilik sebelum dan setelah regrouping dapat

dilihat pada tabel 4.9.

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

109

Tabel 4.9. Data Sarana Prasarana Sekolah SD Negeri Tukang 02

NO Nama

Sebelum Regrouping Setelah Regrouping

Jum

lah

Ru

ang Luas Jumlah

Ru

ang Luas

1 Gedung Sekolah 6 6 658 12 12 1488

2 Ruang Kepala Sekolah 1 1 14 1 1 77

3 Ruang Guru 1 1 35 1 1 35

4 Ruang Perpustakaan 1 1 56 1 1 35

5 Ruang UKS 1 1 35 1 1 35

6 Ruang Ibadah 1 1 1 1 54

7 Aula 1 1 35 1 1 35

8 Gudang 1 1 1 1 22

9 Kamar Kecil 3 3 18 7 1 34

10 Rumah Dinas Kepala Sekolah 1 1 54 1 1 54

11 Rumah Dinas Guru 1 1 54

12 Halaman 1 432 1 682

Total Area 905 1487

Sumber: Dokumen Data Absensi SD Negeri Tukang 02 Tahun 2010 dan 2017.

d. Dampak Terhadap Sekolah

Tujuan dari regrouping sekolah salah satunya

adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan di

sekolah. Regrouping sekolah di SD Negeri Tukang 01

dan SD Negeri Tukang 02 menghasilkan sekolah yang

baru yaitu SD Negeri Tukang. Dengan regrouping,

peningkatan mutu sekolah yang terlihat adalah dari

beberapa segi, antara lain:

1) Prestasi sekolah

Prestasi sekolah sejak dilakukan regrouping

semakin meningkat. Hal ini terjadi karena

sekolah memiliki banyak pilihan siswa yang

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

110

berbakat. Sebelum diregrouping sekolah kesulitan

memilih anak untuk mengikuti lomba karena

keterbatan jumlah siswa. Namun setelah

diadakan regrouping, bisa meraih banyak

kejuaran yang baik tingkat kecamatan,

kabupaten bahkan juga tingkat propinsi.

2) Tenaga pendidik

Mutu tenaga pendidik di SD Negeri Tukang

juga mengalami peningkatan. Masing-masing

kelas mendapatkan pola pengajaran yang

semakin berkualitas. Guru kelas yang masih

muda dan berbakat memberikan metode

pengajaran yang semakin kreatif. Terbukti anak-

anak lulusan SD Negeri Tukang mendapatkan

hasil ujian yang meningkat dari tahun ke tahun.

Begitu juga ketika mengikuti berbagai macam

lomba, guru memiliki dedikasi yang tinggi dalam

melatih para siswa untuk mencapai kejuaraan.

3) Fasilitas/ sarana prasarana sekolah

Hasil regrouping sekolah menjadikan

sekolah baru memiliki fasilitas dan sarana

prasarana yang semakin meningkat. Dengan

memeliki banyak ruang kelas, dapat

dimanfaatkan sebagai ruang pengajran yang

baru. Antara lain ruang keterampilan, ruang

olahraga, ruang pertemuan/aula dan gudang.

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

111

Jadi pembelajaran tidak hanya dilakukan

didalam kelas masing-masing, tetapi dilakukan

juga diruang-ruang lain yang menunjang

pelajaran mapel dan mulok.

e. Dampak Terhadap Masyarakat

Dampak regrouping SD Negeri Tukang 01 dan SD

Negeri Tukang 02 bagi masyrakat memiliki dampak

positif dan negatif. Dampak positif yang dirasakan

masyarakat adalah mereka tidak lagi bingung harus

menyekolahkan anak mereka di SD Negeri Tukang 01

atau SD Negeri Tukang 02. Namun dampak negatifnya

juga ada. Para alumni kedua sekolah tersebut kesulitan

ketika meminta legalisir dari kedua sekolah tersebut.

Karena hasil dari regrouping memunculkan nama

sekolah baru, yang memiliki NPSN dan NSS yang

berbeda.

Ibu Sri Yuniati, S.Pd.SD mengatakan bahwa

secara umum dampak regrouping bagi masyarakat

berdampak positif, namun juga berdampak negatif.

Demikian penjelasan beliau:

”Dampak negatif regrouping yang sangat dirasakan oleh

masyarakat adalah ketika para alumni sekolah SD Negeri Tukang 01 dan SD Negeri Tukang 02 harus melegalisir

ijazah. Mereka harus pergi ke Tendik Kab.Semarang,

karena sekolah asli sudah tidak ada lagi. Nampak positifnya adalah masyarakat tidak lagi kebingungan dalam

memilih sekolah saat mendaftarkan anak-anak masuk SD.”

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

112

Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh ibu

Ratna, beliau mengatakan bahwa masyarakat tidak lagi

kebingungan dalam memilih sekolah.

”Dampak positif bagi masyarakat adalah mereka tidak lagi

bingung menentukan pilihan mau sekolah di SD mana. Sementara negatifnya khusus bagi para alumni yang minta

legalisir, sekolah tidak bisa memberi legalisir kepada

alumni yang lulus sebelum regrouping, karena nama sekolah sudah berbeda”

Kepala Desa Tukang membenarkan pernyataan

dari ibu kepala sekolah dan guru kelas tersebut. Bahwa

regrouping sekolah mempersulit alumni dalam mencari

legalisir. Tapi secara umum regrouping berdampak

positif bagi masyarakat.

”Dampak negatifnya bagi alumni, mereka harus legalisir ke

kabupaten. Tapi untuk masyarakat umum mendukung

regrouping, karena tidak lagi bingung memilih sekolah.”

Hasil wawancara menunjukan bahwa dampak

regrouping sekolah bagi masyarakat secara positif

adalah masyarakat tidak lagi kebingungan menentukan

pilihan saat menyekolahkan anak-anak mereka.

Namun secara negatif, regrouping sekolah mempersulit

alumni sekolah lama (SD Negeri Tukang 01 dan SD

Negeri Tukang 02) untuk meminta legalisir ijazah

mereka. Karena sekolah lama sudah tutup dan berubah

menjadi sekolah yang baru. Secara administrasi

sekolah harus membuat yang baru. Sementara

administrasi lama tidak bisa lagi digunakan.

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

113

4.2.4. Tujuan Regrouping Sekolah Untuk Mencapai Efektifitas Dan Efisensi

Tujuan dari program regrouping sekolah yang

telah ditetapkan oleh Mendagri khususnya adalah

untuk mengatasi masalah kekuranga tenaga guru,

peningkatan mutu, efisensi biaya bagi perawatan

gedung sekolah. Dari hasil observasi terhadap

pencapaikan tujuan tersebut dapat dilihat dalam

lampiran observasi, sebagai berikut:

Hasil observasi di SD Negeri Tukang 02

No Variabel Deskripsi Observasi

1 Kondisi sarana

prasarana

Sarana prasarana sekolah setelah ada

regrouping terlihat sangat memadai. Kondisi

ini dapat dilihat dari tersedianya fasilitas

penunjang pembelajaran seperti perpustakan,

laboraturium IPA, alat peraga IPA, ruang

olahraga, dan aula pertemuan yang luas.

Selain itu, sarana prasarana lain seperti

peralatan kesenian seperti rebana juga

tersedia. Sekolah ini memiliki halaman yang

cukup luas sehingga anak leluasa melakukan

kegiatan di luar ruangan saat jam istirahat dan

olah raga. Di sekolah ini terdapat mushola

yang cukup luas. Selain itu, sekolah ini

memiliki area parkir yang cukup luas bagi

guru dan siswa.

2 Kondisi gedung

sekolah

Gedung sekolah baik, dan bersih. Namun ada

beberapa ruang kelas yang kelihatan tidak

dirawat karena tidak lagi digunakan

3 Proses KBM

Pada saat observasi sedang diadakan terjadi

proses kegiatan belajar mengajar, try out

kecamatan dan persiapan lomba mapsi. Yang

terlihat saat ini guru kelas melaksanakan

proses belajar mengajar tepat waktu dengan

menggunkan metode mengajar yang

bervariasi, siswa terlihat tenang dan fokus

dalam belajar. Kegiatan try out-pun berjalan

lancar dengan hasil prestasi 1 kecamatan

berada pada rangking 10 besar. Sedangkan

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

114

kepala sekolah dan salah satu guru begitu

semangat mempersiapan lomba mapsi.

4

Hubungan sekolah

dengan stakeholder

sekolah

Pada saat observasi, sedang dilaksanakan

rapat untuk persiapan ujian kelas VI. Di sini

sangat terlihat keakraban antara wali siswa

dengan warga sekolah. Komite sekolahpun

dilibatkan dalam kegitan tersebut.

a. Pengelolaan Tenaga Pendidik

Tenaga pendidik di SD Negeri Tukang 01 dan SD

Negeri tukang 02 yang pada awalnya mengalami

kekurangan tenaga pendidik, teratasi oleh adanya

regrouping. Sebaliknya kekurangan tersebut justru

menjadi kelebihan selama beberapa bulan setelah

regrouping. Oleh pemerintah kelebihan tenaga pendidik

tersebut dimutasi ke sekolah terdekat lainnya yang

lebih membutuhkan. Berikut penjelasan ibu kepala

sekolah SD Negeri Tukang 02 dan ibu Ka.UPTD

Pendidikan Kec. Pabelan.

”Pengaturan tenaga pendidik di SD tukang dapat dikatakan

efektif, karena semua kebutuhan guru terpenuhi, tanpa

harus mengangkat guru lain lagi.”

Ka. UPTD membenarkan pernyataan ibu kepala

sekolah tersebut, sebagai berikut:

”Kekurangan guru di SDN Tukang 01 teratasi oleh program regrouping, jadi dari segi tenaga kependidikan sangat

efektif.”

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

115

b. Pengelolaan Sarana Prasarana

Sasaran pemerintah dalam memanfaatkan

gedung sekolah yang lama adalah untuk SMP/SMP

terbuka yang baru. Namun di SD Negeri Tukang 01

pemanfaatan gedung sekolah diserahkan kepada

sekolah induk, yaitu SD Negeri Tukang 02.

Kepala Sekolah memberikan penjelasan sebagai

berikut:

”Gedung sekolah dan semua aset yang dimilki oleh SDN 01

diserahkan kepada SDN 02. Pemanfaatannya untuk ruang mapel dan mulok. Karena kelebihan ruang kelas.”

Pernyataan tersebut dipertegas oleh guru senior

Bp. Purnomo, sebagai berikut:

”Karena diregrouping ya sekolah lama diberikan kepada

sekolah induk yang ditunjuk, termasuk pengelolaanya.”

Dari hasil wawancara tersebut jelas bahwa

sarana-prasarana sekolah yang sudah ditutup menjadi

hak sekolah induk yang ditunjuk.

c. Pengelolaan Keuangan

Sejak dilakukan regrouping, semua bentuk

laporan keuangan menjadi tanggjawab sekolah induk.

Dana BOS dari pemerintah yang semua cair di dua

sekolah digabung menjadi satu atas nama SD Negeri

Tukang 02, begitu pula dengan penggunaan dan

laporan SPJ pengelolaan dana BOS.

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

116

”Setelah regrouping, dana bos bertambah banyak

jumlahnya. Sehingga dapat dimanfaatkan untuk peningkatan fasilitas dan kebutuhan sekolah lainnya.

Semua SPJ dan pelaporan BOS menjadi tanggungjawab SD

Negeri Tukang 02.”

Demikian pernyataan Kepala Sekolah SD Negeri

Tukang 02 ketika menjelaskan tentang efisiensi

pengelolaan dana BOS setelah regrouping sekolah.

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1. Implmentasi Program Regrouping Sekolah

Dua atau lebih sekolah mengalami regrouping

karena terjadi permasalahan, khususnya karena letak

sekolah yang berada pada satu wilayah dan sekolah

tersebut tidak mengalami perkembangan yang

signifikan. Terjadi persaingan tidak sehat antara warga

sekolah dan pemangku kepentingan sekolah tersebut

juga akan menjadi salah satu penyebab regrouping

sekolah. Selain itu pemerintah memandang sekolah-

sekolah tersebut kurang efektif dan efisien jika terus

dibiarkan berdiri. Dengan mengadakan sosialisasi

secara bertahap, maka implementasi program

regrouping sekolah dipandang perlu untuk dilakukan.

Sesuai dengan ketetapan pemerintah dalam

keputusan Mendagri Nomor 421.2/2501/Bangda/1998

tentang Pedoman Pelaksanaan Penggabungan

(Regrouping) Sekolah Dasar, sangat jelas ditunjukan

syarat-syarat sekolah yang harus diregrouping, yaitu:

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

117

“1) Penggabungan (regrouping) SD adalah usaha penyatuan

dua unit SD atau lebih menjadi satu kelembagaan (institusi) SD dan diselenggarakan dalam satu pengelolaan;

2) Lingkup penggabungan SD meliputi SD yang terdapat

antar desa/kelurahan yang sama dan atau di

desa/kelurahan yang berbatasan dan atau antar kecamatan yang berbatasan; 3) Sekolah Dasar kemudian

disingkat SD adalah bentuk satuan pendidikan dasar milik

pemerintah yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun; 4) SD inti adalah SD yang terpilih antara

beberapa SD dalam satu gugus sekolah yang berfungsi

sebagai pusat pengembangan di dalam gugus SD tersebut; 5) SD imbas adalah anggota satu gugus sekolah yang

menjadi binaan SD inti; 6) SD kecil adalah SD di daerah

terpencil yang belum memenuhi syarat pembakuan”.

Peraturan pemerintah tersebut, dijadikan

pedoman implementasi regrouping sekolah di SD Negeri

Tukang 01 dan SD Negeri tukang 02 Kec. Pabelan Kab.

Semarang. Implementasi regrouping sekolah di SD

Negeri Tukang 01 dan 02 terjadi sesuai dengan

peratuan pemerintah. Sebelum dilakukannya

regrouping, stakeholder dari kedua belah pihak sekolah

melakukan pertemuan. Mereka membahas

permasalahan yang terjadi pada kedua sekolah

tersebut. Kurangnya tenaga pengajar di SD Negeri

Tukang 01, sedikitnya jumlah siswa dari tahun ke

tahun, persaingan tidak sehat antara kedua sekolah

dalam mencari peserta didik baru serta letak sekolah

yang berada pada satu kampus, kedua stakeholder

memutuskan untuk melakukan penggabungan sekolah.

Kesepakatan tersebut disosialisasikan kepada warga

sekolah dan dilaporkan kepada Kepala UPTD Kec.

Pabelan serta diajukan ke pemerintah kabupaten,

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

118

supaya kedua sekolah tersebut digabung menjadi satu

sekolah. Berdasarkan penelitian di SD Negeri Tukang

02 yang sekarang menjadi SD Negeri Tukang, sudah

sesuai dengan peraturan yang barlaku.

Implementasi menurut Riant Nugroho pada

prinsipnya adalah cara yang dilakukan agar dapat

mencapai tujuan yang dinginkan (Nugroho,

2003:158). Implementasi merupakan prinsip dalam

sebuah tindakan atau cara yang dilakukan oleh

individu atau kelompok orang untuk pencapaian tujuan

yang telah dirumuskan. Hal ini terlihat jelas dalam

implementasi program regrouping sekolah di SD Negeri

Tukang 01 dan SD Negeri Tukang 02 Kec. Pabelan Kab.

Semarang. Jadi program regrouping sekolah di SD

Negeri Tukang ini bertujuan untuk mengatasi

permasalahan yang ada.

Suparlan dalam “Merger sekolah dasar, begitu

perlukah?” yang ditayangkan pada 21 November 2006

menjelaskan langkah-langkah regrouping antara lain

sebagai berikut; (1) Mengadakan sosialisasi kebijakan

merger sekolah kepada semua pemangku kepentingan

(stakeholders). Langkah pertama ini dilakukan agar

para pemangku kepentingan memiliki pemahaman

mendalam tentang manfaat regrouping bagi semua

pihak, terutama bagi peserta didik. Benar-benar untuk

meningkatkan pemahaman secara kritis tentang

manfaat kebijakan regrouping sekolah sebagai strategi

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

119

untuk meningkatkan mutu pendidikan; (2) Membentuk

tim atau kepanitiaan, dengan melibatkan komponen

yang terkait. Pembentukan tim atau kepanitiaan ini

terdiri dari pengawas sekolah, kepala desa, komite

sekolah, kepala sekolah dan dewan guru kedua belah

sekolah yang bersangkutan; (3) Mengajukan atau

memasukkan program regrouping sekolah ke dalam

program dan kegiatan dinas pendidikan, untuk

disetujui oleh pemerintah dan legislatif; (4) Pelaksanaan

program dan monitoring pelaksanaan program

melibatkan semua stakeholder yang sejak awal

dilibatkan dalam program ini.; (5) Pelaporan dan

pertanggungjawaban jika program itu telah dapat

diselesaikan. Kelima langkah tersebut sudah dijalankan

oleh SD Negeri Tukang Kec. Pabelan Kab. Semarang

sesuai aturan yang berlaku.

Penggabungan sekolah di SD Negeri Tukang 01

dan SD Negeri Tukang 02 Kec. Pabelan Kab. Semarang

sudah dilaksanakan sejak tahun 2011, dengan hasil

keputusan bahwa sekolah yang tetap berdiri adalah SD

Negeri Tukang 02, sedangkan SD Negeri Tukang 01

ditutup. Berdasarkan usulan dari stakeholder kedua

belah pihak, mengajukan usulan kepada pemerintah

untuk dilakukan regrouping sekolah. Namun dari

permohonan yang diajukan oleh panitia regrouping

sekolah tahun 2011, SK resmi penggabungan sekolah

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

120

baru turun pada tahun 2014 dengan nama sekolah

yang baru yaitu SD Negeri Tukang.

4.3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Regrouping Sekolah

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

regrouping sekolah. Namun kali ini di SD Negeri Tukang

01 dan SD Negeri Tukang 02 Kec. Pabelan Kab.

Semarang hanya dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu

kekurangan tenaga pengajar, kekurangan siswa, letak

sekolah dalam satu kampus dan persaingan yang tidak

sehat serta peraturan Mendagri tentang regrouping

sekolah. Faktor-faktor pemicu terjadinya regrouping

tersebut sesuai dengan pedoman pelasanaan regrouping

sekolah. Jumlah tenaga pendidik di SD Negeri Tukang

01 yang kurang, yaitu kekosongan pada jabatan kepala

sekolah dan mapel olahraga menjadikan proses

pembelajaran tidak berjalan dengan maksimal. Sperti

yang dikatakan oleh Ibu Dewi Kepala Dinas Pendidikan

Kab. Semarang menjelaskan bahwa hal ini terjadi

karena pemerintah Kab. Semarang jumlah guru PNS

mulai berkurang karena banyaknya jumlah guru yang

pensiun, sementara pengangkatan PNS tidak

memenuhi kuota yang dibutuhkan. Sehingga oleh

dinas UPTD Kec. Pabelan dan Dinas Pendidikan Kab.

Semarang memutuskan untuk memberikan mandate

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

121

kepada Kepala Sekolah SD Negeri Tukang 02 untuk

mengampu dua sekolah sekaligus.

Permasalahan kedua adalah sedikitnya jumlah

siswa dari tahun ke tahun yang hanya berkisar 70-80

siswa, dipandang tidaklah efektif dan efisien apabila

ditambah dengan guru baru. Untuk mengatasinya jam

pelajaran olahraga diampu oleh guru kelas masing-

masing. Sementara tugas kepala sekolah sebelum

diampu oleh Kepala Sekolah SD Negeri Tukang 02,

semua bentuk pelaporan ditanda tangani atas nama

guru senior di sekolah tersebut. Selang beberapa bulan

dinas pendidikan memberikan SK kepada Kepala

Sekolah SD Negeri Tukang 02 untuk mengampu dua

sekolah.

Perebutan siswa seringkali terjadi. Kedua sekolah

bersaing secara tidak sehat untuk mendapatkan siswa

baru. Oleh karena itu masyarakat menjadi

kebingungan dalam menentukan pilihan. Walaupun

pada akhirnya kedua sekolah mendapatkan jumlah

siswa baru yang seimbang, karena tiap tahun hanya

selisih 1-3 anak. Kebingunan masyarakat ini

dikarenakan letak sekolah yang berada pada satu

lokasi, namun didalamnya terdapat dua lembaga

pendidikan. Sesuai dengan keputusan Menteri

Pendidikan Dan Kebudayaan tentang jumlah minimal

siswa dalam 1 rombongan belajar (rombel) minimal 20

siswa tidak terpenuhi pada kedua sekolah tersebut.

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

122

Setiap guru kelas rata-rata hanya memegang 10-15

siswa, mulai dari kelas I sampai kelas VI.

Faktor-faktor tersebut sudah sesuai dengan

pedoman pelaksanaan regrouping yang tertulis dalam

peraturan Mendagri tahun 1998 tersebut. Oleh karena

itu sangat dimungkinkan jika kedua sekolah tersebut

digabung menjadi satu induk.

4.3.3. Dampak Program Regrouping Sekolah

Program regrouping sekolah tentu saja akan

menimbulkan dampak bagi pihak-pihak yang

berkepentingan. Dampak tersebut bisa berupa dampak

positif dan negatif. Dampak positif dari regrouping

sekolah di SD Negeri Tukang 01 dan SD Negeri Tukang

02 adalah 1) mengatasi kekurangan guru; 2) mengatasi

jumlah siswa yang sedikit/kurus; 3) terjadi efisiensi

pembiayaan BOS; 4) meningkatkan mutu pendidikan di

sekolah.

Dampak regrouping sekolah dilihat dari segi

positif, kekurangan tenaga pendidik dapat teratasi.

Pemerintah tidak perlu lagi menempatkan guru dan

kepala sekolah untuk mengatasi kekurangan guru di

SD Negeri Tukang 01. Karena dengan adanya

regrouping sekolah, otomatis guru olahraga dan

kedudukan Kepala Sekolah sudah terisi dari SD Negeri

Tukang 02. Sedikitnya jumlah siswa pada kedua

sekolah tersebut, dengan sendirinya ketika sekolah

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

123

digabung jumlah siswa akan bertambah menjadi dua

kali lipat. Jumlah siswa yang banyak sangat

menguntungkan sekolah karena juga mendapatkan

bantuan dana BOS yang besar. Dengan dana yang

besar, maka semua kegiatan peningkatan mutu

pendidikan sekolahpun dapat tercapai. Peningkatan

mutu pendidikan membawa pengaruh terhadap

prestasi sekolah yang semakin meningkat pula. Banyak

kejuaraan yang diraih oleh SD Negeri Tukang.

Sebaliknya, regrouping sekolah juga

menimbulkan dampak negatif yang dirasakan oleh guru

yang dimutasi. Perasaan guru-guru senior yang sudah

lama mengajar di kedua sekolah tersebut dan yang

harus dimutasi, merasa kecewa karena harus mutasi

ke sekolah yang jaraknya lebih jauh. Bagi guru honorer

sekolah, walaupun masih dipertahankan di sekolah

tersebut, namun mereka tidak mempunyai jam

mengajar seperti waktu sebelum regrouping dilakukan.

Peraturan baru pemerintah dalam peningkatan mutu

pendidikan dan tuntutan sertifikasi guru, menyatakan

bahwa sekolah parallel apabila jumlah siswa lebih dari

34 anak. Sementara guru yang mendapat tunjangan

sertifikasi harus mengampu minimal 20 siswa dalam

satu kelas. Apabila tidak memenuhi syarat tersebut

maka data yang dientri lewat dapodik tidak valid. Oleh

karena itu para guru honorer harus mencari sekolah

lain yang bisa memenuhi jam secara linier.

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

124

Dampak lain yang sangat merugikan bagi alumni

sebelum sekolah diregrouping adalah hal yang

berhubungan dengan legalisasi ijazah sekolah. Para

alumni merasa dirugikan karena sekolah yang

mengeluarkan ijazah mereka sudah ditutup, walaupun

sebenarnya data induk siswa masih ada di arsip

sekolah baru. Sekolahpun tidak bisa memberikan surat

keterangan untuk melegalisasi ijazah dari para alumni

sekolah sebelum regrouping. Para alumni harus

meluangkan waktu dan mengeluarkan dana yang lebih

karena harus melegalisir ijazah mereka ke Dinas

Kabupaten.

Dampak negatif yang timbul dalam melakukan

regrouping sekolah tersebut, pemerintah pembuat

kebijakan program regrouping sekolah perlu melakukan

antisipasi terhadap permasalahan yang ada. Sehingga

program regrouping sekolah tetap bisa dilaksanakan

untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

4.3.4. Tujuan Regrouping Sekolah (Efektifitas Dan Efisensi dari Regrouping)

Bupati Kabupaten Semarang Nomor 28 Tahun

2014 juga menerbitkan Peraturan Bupati tentang

Pedoman Teknis Penggabungan Sekolah Dasar Negeri

dan ditandaklanjuti dengan Keputusan Bupati Nomor

900/0413/2014 tentang Penggabungan Sekolah Dasar

Negeri. Penggabungan sekolah tersebut sebagai langkah

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

125

efisiensi anggaran dan SDM. Guru dari sekolah yang

digabungkan bisa dialihkan untuk sekolah-sekolah

yang saat ini kekurangan guru. Berdasarkan dasar

hukum yang digunakan tersebut, tujuan regrouping

sudah jelas yaitu: a) pemenuhan jumlah tenaga

pendidik; b) peningkatan mutu pendidikan; c)

peningkatan efisiensi biaya pendidikan; d) efektivitas

penyelenggaraan pendidikan; dan e)

pembukaan/pendirian SMP kecil/SMP kelas jauh

untuk memanfaatkan sekolah yang ditinggalkan.

Dilihat dari tujuan awal program kebijakan

regrouping sekolah, yaitu pencapaian efisiensi dan

efektifitas tenaga pendidik, keuangan dan sarana

prasarana sekolah. Di SD Negeri Tukang 01 dan SD

Negeri Tukang 02 Kec. Pabelan Kab. Semarang,

regrouping sekolah mencapai efektifitas dan efisiensi

dalam pengelolaan tenaga pendidikan dan pengelolaan

keuangan BOS. Kebutuhan akan tenaga kependidikan

terpenuhi dengan sendirinya. Pemerintah tidak perlu

lagi memboroskan uang untuk menggaji guru baru.

Keuangan sekolah meningkat dengan cairnya dana

BOS yang bisa dipergunakan untuk proses

pembelajaran yang lebih bermutu, seperti penambahan

alat peraga.

Sementara dalam hal pengelolaan sarana

prasarana belum mencapai efektifitas yang diharapkan.

Pengelolaan gedung sekolah, terutama kelebihan ruang

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Tempat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13311/4/T2_942015029_BAB IV... · 3 Siti Munastri P D2 IIb Gr.Kls I PNS 4 Mugiyem P D2

126

kelas oleh sekolah dijadikan ruang keseniaan, olah

raga, keterampilan, dan gudang. Pemanfaatannyapun

tidak setiap hari digunakan. Hanya dipakai pada saat-

saat tertentu. Jadi terkesan ruang kelas tersebut tidak

dimanfaatkan. Oleh karena itu bisa dikatakan ada

pemborosan ruang gedung sekolah. Oleh karena itu

pihak sekolah perlu bijak dan kreatif lagi dalam

pemanfaatan ruang kelas yang masih kosong, supaya

efektifitasnya dapat terlaksana sesuai tujuan yang

diharapkan.