6. d2 - ekosistem
TRANSCRIPT
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
216
D2. Keanekaragaman Ekosistem
Dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2009 Tentang
Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah, yang dimaksud ekosistem
adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan
saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabillitas, dan produktivitas
lingkungan hidup. Data mengenai keanekaragaman ekosistem hendaknya dapat
menggambarkan keberadaan berbagai tipe ekosistem di daerah. Ekosistem di Kota
Surabaya terbagi menjadi enam tipe ekosistem, yaitu:
1. Ekosistem Pesisir
2. Ekosistem Sungai
3. Ekosistem Waduk
4. Ekosistem Ruang Terbuka Hijau (RTH)
5. Ekosistem Pertanian
6. Ekosistem Tambak
Persebaran ekosistem di Kota Surabaya dapat dilihat pada Gambar 3.72 Peta Kawasan
Ekosistem Kota Surabaya.
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
217
Gambar 3.72 Peta Kawasan Ekosistem Kota Surabaya
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
218
1. EKOSISTEM PESISIR
Menurut Kepmen Kelautan dan Perikanan No 10 tahun 2002 tentang pedoman umum
perencanaan pengelolaan pesisir terpadu, pesisir merupakan wilayah peralihan dan
interaksi antara ekosistem darat dan laut. Wilayah pesisir Kota Surabaya berada pada
koordinat 7o 14’ – 7
o 21’ LS dan 112
o 37’ – 112
o 57’ BT. Kota Surabaya memiliki
panjang garis pantai ± 37,5 km, terbentang dari sisi timur dari titik perbatasan Kabupaten
Sidoarjo (di sisi selatan) hingga ke arah utara dari titik perbatasan Kabupaten Gresik.
Perairan pesisir menurut Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Pasal 1 ayat 1, merupakan suatu wilayah laut yang
berbatasan dengan daratan meliputi perairan sejauh 12 mil diukur dari garis pantai,
perairan yang menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuari, teluk, perairan dangkal,
rawa payau, dan laguna. Ekosistem pesisir terbagi menjadi dua wilayah, yaitu daratan
(ekosistem mangrove) dan perairan. Wilayah pesisir Surabaya meliputi sebelas
Kecamatan dan dibagi menjadi empat unit pengembangan pesisir. Pesisir Kota Surabaya
terbagi menjadi dua, yaitu Pantai Timur Surabaya (PAMURBAYA) dan Pantai Utara Surabaya
(PANTURA).
Pamurbaya terletak di bagian timur Kota Surabaya dan berbatasan langsung dengan Selat
Madura. Lokasi Pamurbaya:
1. Kecamatan Gunung Anyar : Kelurahan Gunung Anyar Tambak
2. Kecamatan Rungkut : Kelurahan Medokan Ayu, dan Wonorejo
3. Kecamatan Sukolilo : Kelurahan Keputih
4. Kecamatan Mulyorejo : Kelurahan Dukuh Sutorejo, Kalisari dan Kejawan
Putih Tambak
5. Kecamatan Bulak : Kelurahan Kedung Cowek, Bulak, Komplek
Kenjeran, Kenjeran, dan Sukolilo
6. Kecamatan Kenjeran : Kelurahan Tambak Wedi dan Bulak Banteng
Sumber : Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Kota Surabaya Tahun 2011
Pantura terletak di bagian utara Kota Surabaya dan berbatasan langsung dengan Selat
Madura. Lokasi Pantura:
1. Kecamatan Benowo : Kelurahan Romokalisari, Tambak Osowilangun
2. Kecamatan Asemrowo : Kelurahan Tambaklangon, Greges, Kalianak,
Genting, dan Asemrowo
3. Kecamatan Krembangan : Kelurahan Morokrembangan dan Perak Barat
4. Kecamatan Semampir : Kelurahan Ujung
5. Kecamatan Pabean Cantikan : Kelurahan Perak Utara
Sumber : Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Kota Surabaya Tahun 2011
Berdasarkan geofisiknya, Pamurbaya dan Pantura ini termasuk jenis pantai berlumpur.
Pantai berlumpur dicirikan oleh ukuran butiran sedimen sangat halus dan memiliki
tingkat bahan organik yang tinggi. Pantai dipengaruhi oleh pasang surut yang mengaduk
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
219
sedimen secara periodik. Interaksi organisme dengan sedimen dan pengaruh evaporasi
perairan sangat tinggi di lingkungannya.
Wilayah laut Surabaya memiliki beberapa potensi dan fungsi, baik ekonomis maupun non
ekonomis. Dengan dasar hal inilah, maka wilayah laut Surabaya dibagi menjadi empat
wilayah dengan luas dan fungsi sebagai berikut :
Tabel 3.39 Zona wilayah laut dan fungsinya
Zona
Lokasi
Luas (Ha)
Fungsi Utama
Pengembangan Kegiatan di
Laut dan Pesisir
I Teluk Lamong dan
sekitarnya
2.500 - Pengembangan pelabuhan
- Konservasi pulau Galang
Pembangunan pelabuhan Lamong
Konservasi Pulau Galang
Perumahan Pesisir
Pelabuhan Pendaratan Ikan
Pergudangan
II Pelabuhan Tanjung
Perak dan sekitarnya
2.600 - Pelabuhan
- Militer
- Penyebrangan
Pelabuhan Tanjung Perak
Industri Kapal
Pendidikan AL.
Pangkalan militer TNI AL
Penyeberangan Surabaya – Madura
Wisata Kelautan
III Perairan kenjeran dan
sekitarnya
4.375 - Pariwisata
- Niaga
Wisata Pantai Kenjeran
Kawasan Niaga
Kawasan Penangkapan dan budidaya
ikan
Perumahan Pesisir kampung nelayan
IV Perairan dan Pantai
Timur Surabaya
13.125 Konservasi dan Rehabilitasi
Lingkungan
Kawasan Konservasi
Kawasan Penangkapan dan budidaya
ikan
Sumber : RTRL Kota Surabaya (2005)
Ekosistem pesisir pada kedua wilayah ini lebih didominasi oleh ekosistem mangrove,
dimana keberadaannya memiliki fungsi dan manfaat baik bagi lingkungan maupun
masyarakatnya. Mangrove memiliki fungsi baik ekologis maupun ekonomi dan
dimanfaatkan sebagai lahan untuk tambak, perlindungan pantai maupun sungai.
Berdasarkan hasil survei primer yang dilakukan pada tahun 2012 oleh tim
keanekaragaman hayati di tujuh kelurahan di Surabaya, didapatkan berbagai macam jenis
mangrove yang dapat dlihat pada Tabel 3.40 Persebaran Mangrove di Surabaya :
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
220
Tabel 3.40 Persebaran Mangrove di Surabaya
No. Nama Ilmiah Nama lokal Persebaran
RK GA KPT TL GG TW WR
Mangrove Sejati
1 Acanthus ebracteatus Jeruju putih v v v v v v v
2 Acanthus ilicifolius Jeruju hitam v v v v v v v
3 Acrostichum aureum Linn. Paku laut v v v
4 Aegiceras floridum
Mange-
kasihan v v
5 Avicennia alba Api-api v v v v v v v
6 Avicennia marina
Api-api daun
lebar v v v v v v v
7 Avicennia officinallis
Api-api
putih v v v v v v v
8
Bruguiera cylindrical Tanjang
putih v
9
Bruguiera gymnorrhiza Tanjang
merah v v v
10 Bruguiera parviflora Tanjang v
11 Ceriops decandra Tengar v
12 Ceriops tagal Tengar v
13 Excoecaria agalocha Buta-buta v v v
14 Rhizophora apiculata
Bakau
minyak v v v
15 Rhizophora mucronata Bakau hitam v v
16 Rhizophora stylosa Bakau v v v v
17 Sonneratia caseolaris
Bogem
merah v
18 Sonneratia ovata Bogem v
19 Xylocarpus granatum Niri v v v
Mangrove ikutan
1 Barringtonia asiatica (L.) Kurz Keben v v v
2 Calophyllum inophyllum L. Nyampulng v
3 Calotropis gigantea L. Dryander Widuri v v v v v v v
4 Cerbera manghas L. Bintaro v v v v v v v
5 Hibiscus tiliaceus L. Waru laut v v v v v v v
6
Ipomoea pes-caprae (L.) Sweet.
Katang-
katang,
tapak kuda v v v
7 Morinda citrifolia Mengkudu v v v v v v v
8 Passiflora foetida (L.)
Semangka
kurung v v v v v v v
9 Ricinus communis Linn. Jarak kepyar v v v
10 Sesuvium portulacastrum (L.) Krokot laut v v v v v v v
11 Terminalia catappa L. Ketapang v
12 Wedelia biflora (L.) DC. Seruni laut v v v v v v v
Sumber: Hasil Survei (2012)
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
221
Keterangan:
RK = Kelurahan Romokalisari
GA = Kelurahan Gunung Anyar
KPT = Kelurahan Kejawan Putih Tambak
TL = Kelurahan Tambak Langon
GG = Kelurahan Greges
TW = Kelurahan Tambakwedi
WR = Kelurahan Wonorejo
A. Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya)
Kawasan Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya) merupakan kawasan lindung. Pamurbaya
dikenal sebagai kawasan ruang terbuka hijau yang tersisa dan menjadi benteng untuk
melindungi Surabaya dari ancaman abrasi, instrusi air laut, dan penurunan muka tanah.
Kawasan ini terletak pada koordinat 7˚15’19,60” LS - 7˚17’13,25” LS 112˚48’35,69” BT
- 112˚48’40,72” BT dengan luas lahan ± 2.503,9 Ha. Jenis tanahnya adalah alluvial
Hidromorf. (Sumber : Laporan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Kota Surabaya Tahun
2011)
Kawasan pesisir timur (pantai timur Surabaya), umumnya merupakan pantai berlumpur
dan berhadapan langsung dengan selat madura, wilayah daratan sebagian besar
didominasi oleh kegiatan wisata, permukiman nelayan, perikanan dan ekosistem
hutan/mangrove sedangkan wilayah perairannya terbatas untuk kegiatan perikanan
tangkap dan alur kegiatan wisata bahari, zona latihan penembakan dan ranjau laut.
Di Pamurbaya merupakan muara dari tujuh sungai sehingga terjadi sedimentasi secara
alami. Ke tujuh sungai tersebut adalah Kali Kepiting, Kali Dami, Kali Bokor, Kali
Wonokromo, Kali Wonorejo, Kali Kebonagung, dan Kali Perbatasan. Secara lengkap
kawasan muara Pamurbaya dapat dilihat pada gambar 3.73 .
Gambar 3.73 Sedimentasi muara Pamurbaya
Sumber: BAPPEKO (2011)
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
222
Berdasarkan survei, keberadaan hutan mangrove di Pamurbaya mampu menarik
kedatangan spesies darat liar non ekonomi seperti populasi spesies kelas Arachnida,
spesies kelas Aves, spesies kelas Insecta, spesies kelas Mammalia, spesies kelas Reptilia,
dan spesies kelas Amphibia. Belum lagi keberadaan satwa darat liar air non ekonomi
yakni kelas Crustacea, kelas Mollusca, dan kelas reptilian. Sedang satwa darat liar
ekonomi terdapat populasi spesies kelas aves.
a. Upaya Perlindungan dan Pelestarian Pamurbaya
Upaya perlindungan dan pelestarian yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya
adalah sebagai berikut :
1. Penetapan kawasan Pamurbaya sebagai kawasan lindung / konservasi dalam Perda
No. 3 Tahun 2007 tentang RTRW Kota Surabaya dan review RTRW Kota Surabaya
dan sosialisasinya dalam beragam media
2. Penyusunan rencana zonasi wilayah pesisir Kota Surabaya
3. Pembentukan tim monitoring dan pengendalian yang melibatkan masyarakat pihak
kecamatan dan kelurahan
4. Adanya kebijakan pengembangan kawasan lindung sebagai kawasan wisata riset
melalui Mangrove Information Center dan ekowisata di Pamurbaya
5. Adanya beragam kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam pelestarian kawasan
lindung antara lain melalui penanaman mangrove bersama, sosialisasi, kerja bakti
hingga pembentukan UKM yang berbahan dasar mangrove
6. Penanaman dan pembibitan mangrove
7. Pengawasan terhadap terjadinya pembalakan liar di hutan mangrove
8. Pembentukan ekowisata oleh kelompok kelompok tani & Forum Kemitraan Polisi
dan Masyarakat (FKPM).
Gambar 3.74 Pembibitan Mangrove Wonorejo
Gambar 3.75 Penanaman Mangrove
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
223
b. Fungsi dan Manfaat
Ekosistem Pesisir di Pantai Timur yang didominasi dengan vegetasi mangrove
mempunyai fungsi penting bagi kota Surabaya, sebagai berikut:
a) Fungsi Ekologis
Pelindung alami yang paling kuat dan praktis untuk menahan erosi pantai dan
berperan untuk menjaga stabilitas garis pantai
Penyaring dan perangkap bahan pencemar
Merupakan daerah asuhan, berkembang biak, dan mencari makan berbagai jenis
ikan dan udang, burung, monyet, buaya, dan satwa liar lainnya
Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya ke arah laut
merupakan salah satu peran penting mangrove dalam pembentukan lahan baru.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya telah
menetapkan Pantai Timur Surabaya termasuk dalam kawasan perlindungan
bawahan yang memiliki fungsi penting dalam mencegah banjir dan bencana
terutama dalam hal resapan air. Pengembangan kawasan konservasi di wilayah
timur diarahkan pada wilayah pantai timur, hal ini untuk menyiasati
perkembangan akibat adanya sedimentasi atau tanah oloran yang banyak
dimanfaatkan warga sebagai tambak dan permukiman
Akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat lumpur, pohonnya
mengurangi energi gelombang dan memperlambat arus sehingga dapat mencegah
terjadinya abrasi. Sementara vegetasi secara keseluruhan dapat memerangkap
sedimen
(sumber : Davies and Claridge, 1993 dan Othman, 1994 dalam Noor, Yus Rusila,
dkk, 2006)
b) Fungsi Ekonomi
Pemanfaatan mangrove sebagai objek pariwisata. Tempat pariwisata di
Kecamatan Kenjeran seperti Ken Park, Pantai Ria Kenjeran, pusat oleh-oleh dari
Kecamatan Kenjeran, Asemrowo, dan Gununganyar, dan kerajinan tangan di
Kecamatan Kenjeran dan Asemrowo
Masyarakat membentuk Ekowisata Mangrove sebagai upaya pemanfaatan di
bidang pariwisata yang di dalamnya terdapat ekowisata perahu, pos pantau dan
pemancingan ikan di daerah Wonorejo. Selain hal tersebut, mangrove (Sonneratia)
dimanfaatkan sebagai bahan sirup mangrove
Di Kelurahan Kedungasem, Kecamatan Rungkut terdapat sektor Usaha Kecil
Menengah (UKM) dalam pengelolaan mangrove oleh masyarakat. Hasilnya
berupa batik mangrove, pewarna batik, pencuci batik, mie instan mangrove, dawet
mangrove, sabun, kripik, tempe, sirup dan lain sebagainya. Usaha Kecil
Menengah lainnya juga terdapat di daerah Wonorejo dalam pengelolaan mangrove
terutama jenis Bogem (Sonneratia) sebagai bahan baku sirup mangrove. Selain
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
224
itu, mangrove dimungkinkan sebagai objek penelitian studi. (Sumber : Hasil
Survei, 2012).
c. Ancaman
Alih Fungsi Lahan untuk Kawasan Pemukiman
Berdasarkan data Dinas Pertanian Kota Surabaya, luas hutan mangrove pada tahun 2011
di Pamurbaya adalah 471,15 hektar. Sedang pada tahun 2010 luasnya sekitar 491,62
hektar. Berdasarkan data tersebut dapat dijelaskan bahwa terjadi penyusutan luas hutan
mangrove di Pamurbaya dari tahun 2010 ke tahun 2011 seluas 20,47 hektar (Tabel 3.44).
Tabel 3.41 Luasan Lahan Mangrove Pamurbaya ( dalam hektar)
Kecamatan /Kelurahan Pantai Tambak Kanan Kiri Sungai Jumlah
2010 2011 2010 2011 2010 2011 2010 2011
Kecamatan Mulyorejo
- Kalisari 74.47 74.47 17.50 17.50 5.55 5.55 97.52 97.52
- Kejawan Putih Tambak 10.12 10.12 28.63 28.63 10.57 10.57 49.32 49.32
Jumlah 84.59 84.59 46.13 46.13 16.12 16.12 146.84 146.84
Kecamatan Sukolilo
- Keputih 24.03 4.03 85.72 85.72 7.16 7.16 116.91 96.91
Jumlah 24.03 4.03 85.72 85.72 7.16 7.16 116.91 96.91
Kecamatan Rungkut
- Wonorejo 23.12 22.65 13.29 13.29 27.86 27.86 64.27 63.8
- Medokan Ayu 24.76 24.76 56.68 56.68 8.30 8.30 89.74 89.74
Jumlah 47.88 47.41 69.97 69.97 36.16 36.16 154.01 153.54
Kecamatan Gununganyar
- Gunung Anyar Tambak 14.94 14.94 47.64 47.64 11.28 11.28 - -
Jumlah 14.94 14.94 47.64 47.64 11.28 11.28 73.86 73.86
JUMLAH PANTAI TIMUR 171.44 150.97 249.46 249.46 70.72 70.72 491.62 471.15
Sumber: Dinas Pertanian Kota Surabaya (2011)
Penyusutan lahan mangrove di Pamurbaya disebabkan oleh alih fungsi lahan. Namun,
alih fungsi yang terjadi tidak mengakibatkan perubahan lahan yang signifikan sehingga
perbandingan luas keseluruhan mangrove tahun 2010 dan tahun 2011 tidak mencolok.
Salah satu bentuk alih fungsi lahan di Pamurbaya adalah Pembangunan perumahan dan
apartemen yang dilakukan pengembang, namun apabila keadaan ini dibiarkan terjadi
terus-menerus tidak menutup kemungkinan Kota Surabaya akan
kehilangan ekosistem mangrove.
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
225
Berdasarkan hasil survei, didapatkan ancaman untuk ekosistem Pamurbaya. Diantaranya
adalah pesatnya pembangunan di bidang lainnya dapat mempersempit luasan mangrove
seperti pemukiman. Hal ini terjadi di Pamurbaya seperti di daerah Gunung Anyar dan
Wonorejo. Pada daerah Gunung Anyar terdapat perumahan baru di dekat kawasan
konservasi. Sama halnya dengan Gunung Anyar, di daerah Wonorejo juga terdapat
perumahan baru yang berdekatan dengan kawasan konservasi. Hal ini dapat menjadi
ancaman karena perilaku manusia yang tidak bersahabat dengan lingkungan serta adanya
timbulan sampah dari permukiman jika tidak dikelola dengan baik.
Pengembangan Pariwisata
Daerah Pamurbaya akan dimanfaatkan sebagai pariwisata. Hal ini dapat mempengaruhi
kondisi ekosistem di Pamurbaya jika dilakukan tanpa pertimbangan ekologis.
- Ekowisata Mangrove
Jika tidak dikelola dengan baik, adanya ekowisata mangrove dapat berdampak negatif
pada habitat asli mangrove. Salah satu contohnya yaitu suara perahu motor ekowisata
yang bisa mengganggu fauna penghuni habitat asli mangrove. Selain itu bekas
ceceran oli dan solar dari perahu motor yang melintas tersebut dapat mempengaruhi
kualitas air pesisir. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Surabaya membuat pembagian
menjadi tiga zona (zona lindung utama, zona pemanfaatan terbatas, zona
pendukung/penyangga). Zona lindung utama adalah tempat berpijah, tempat bertelur,
daerah asuhan, dan tempat mencari makanm flora fauna perairan. Zona pemanfaatan
terbatas adalah kawasan yang diperuntukkan untuk perlindungan habitat, pariwisata,
penelitian, dan pendidikan. Zona pendukung atau penyangga merupakan zona diluar
zona lindung utama dan zona pemanfaatan terbatas yang fungsi dan kondisinya
ditetapkan sebagai zona rehabilitasi, zona pendukung kegiatan di zona lindung utama
dan zona pemanfaatan bebas.
- Wisata Pantai Kenjeran
Adanya kegiatan rekreasi yang disertai pembangunan sarana fasilitas rekreasi di
sekitar Pantai Kenjeran dapat berdampak negatif pada lingkungan. Mulai adanya
sampah, serta potensi limbah MCK.
Pencemaran domestik
Adanya lahan pemukiman di sekitar kawasan lindung Pamurbaya berpotensi
menimbulkan pencemaran domestik, yakni pencemaran yang berasal dari kegiatan
rumah tangga. Berdasarkan data, perairan laut di daerah Wonorejo dan Gunung Anyar
memiliki kekeruhan, padatan tersuspensi, fosfat, nitrat, dan total koliform telah
melebihi baku mutu. Limbah domestik berpotensi mencemari karena masuk ke dalam
sistem drainase yang pada akhirnya mengalir hingga ke pesisir Pamurbaya. Pencemaran
domestik dapat menyebabkan biota air mati akibat bioakumulasi limbah domestik di
dalam tubuh biota. Limbah domestik ini dapat diatasi dengan membangun IPAL
sebagai sarana penetralisir limbah MCK permukiman.
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
226
d. Dampak
Alih fungsi lahan mangrove dapat memicu berbagai dampak negatif, salah satunya yaitu
intrusi air laut. Intrusi air laut diakibatkan oleh tekanan air tanah yang lebih kecil
dibandingkan dengan tekanan air laut pada kedalaman yang sama. Penyebab intrusi air
laut yaitu semakin berkurangnya air tanah di daratan, sehingga konsentrasi air tanah
menurun. Air tanah yang semakin berkurang tersebut dapat menimbulkan ruang di dalam
tanah, sehingga pori-pori atau lubang tersebut terisi oleh air laut. Perbedaan tekanan ini
menyebabkan batas antara air tanah dan air laut naik ke daratan. Tingginya tingkat intrusi
air laut yang terjadi di sebagian besar wilayah pantai dapat mengancam kualitas air tanah
di sekitar pantai. Salah satu akibat intrusi air laut adalah air sumur masyarakat yang ada di
sekitar pantai akan menjadi asin.
e. Analisis Kondisi Kualitatif
Kondisi ekosistem pesisir di Pamurbaya secara kualitatif dapat diketahui dari beberapa
parameter. Parameter tersebut antara lain diukur berdasarkan baku mutu fisik kimia air
laut, indeks diversitas plankton serta kerapatan mangrove
Berdasarkan tabel hasil Analisa Pengambilan Sampel Air Laut pesisir Surabaya
Tahun 2012 (Lampiran 4) yang menggunakan parameter fisik kimia, beberapa
parameter kualitas air laut di daerah Kenjeran khususnya kekeruhan, padatan
tersuspensi, fosfat, nitrat, surfaktan (deterjen), dan total koliform telah melebihi
baku mutu. Perairan laut di daerah Wonorejo dan Gunung Anyar memiliki
kekeruhan, padatan tersuspensi, fosfat, nitrat, dan total koliform telah melebihi
baku mutu.
Berdasarkan Indeks Diversitas Plankton (Lampiran 5) didapatkan kondisi
ekosistem di Pamurbaya sebagai berikut:
Tabel 3.42 Indeks Diversitas
LOKASI INDEKS DIVERSITAS DERAJAT PENCEMARAN
Wonorejo 2,13 Tercemar ringan
Gunung Anyar 2,0 Tercemar ringan
Sumber: Balai Besar Teknik kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (2012)
Berdasarkan Kerapatan Mangrove didapatkan kondisi ekosistem di Pamurbaya
sebagai berikut:
Tabel 3.43 Kerapatan Mangrove Pamurbaya
LOKASI KERAPATAN POHON
(POHON/HA)
BAKU MUTU BERDASARKAN KEPUTUSAN
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 201
TAHUN 2004
Wonorejo 1600 Baik-Sangat Padat
Gunung Anyar 1517 Baik-Sangat Padat
Kejawan Putih Tambak 1200 Rusak-Sedang
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
227
LOKASI KERAPATAN POHON
(POHON/HA)
BAKU MUTU BERDASARKAN KEPUTUSAN
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 201
TAHUN 2004
Tambak Wedi 981.25 Rusak-Jarang
Sumber: Hasil Analisa (2012)
B. Pantai Utara Surabaya (Pantura)
Pantai Utara Surabaya mempunyai panjang garis pantai ± 9 km dan luas kawasan ± 1.000
ha. Kawasan pesisir utara, khususnya pada wilayah daratan sebagian besar dimanfaatkan
untuk kegiatan industri dan pergudangan, pertanian ladang garam, permukiman, militer,
pelabuhan. Sedangkan wilayah perairannya dimanfaatkan untuk aktifita salur pelayaran,
utilitas kabel dan pipa interkoneksi.
Daerah Pantura umumnya memiliki keadaan ombak dan angin lebih kecil daripada di
pesisir timur. Selain itu, Pantura merupakan daerah yang didominasi oleh industri
terutama industri bongkar muat dan peti kemas dari sepanjang jalan Kecamatan Pabean
Cantian hingga Benowo.
Kawasan Pantura memiliki Teluk Lamong yang mempengaruhi ekosistem di kawasan
tersebut. Kedalaman Perairan Teluk Lamong berkisar 0,2-2 meter, kedalaman alur
pelayaran mencapai 12 meter.
Keadaan Lingkungan Teluk Lamong adalah sebagai berikut:
o Kali Lamong adalah anak sungai Bengawan Solo.
o Sungai yang bermuara di Teluk Lamong adalah Sungai Lamong, Sungai Kalianak,
Sungai Greges, Sungai Manukan, Sungai Branjangan, dan Sungai Sememi.
o Lapisan tanah didominasi oleh lanau dan lempung sangat lunak (very soft claily silt)
dengan nilai N-SPT antara 0-4. Dibawahnya secara berurutan merupakan lapisan yang
sama (lanau berlempung) dengan kondisi kepadatan meningkat secara berurutan
mulai dari soft (N=4) hingga hard (N>25). Lapisan tanah relatif lebih keras,
merupakan jenis lanau berlempung dengan 29% sand and gravel, terletak mulai dari
kedalaman -45.000 meter LWS (Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota
Surabaya, 2010).
o Adanya urugan terhadap wilayah pesisir guna pemasangan paku bumi untuk
pancangan kapal di daerah dekat pulau galang oleh Pelindo. Rencananya tanah
urugan ini selesai dalam kurun waktu empat tahun. Setelah itu, tanah urugan itu akan
diambil kembali setelah paku bumi terpasang.
o Adanya urugan untuk rumah susun yang akan dibangun di dekat TPI. (Sumber: Survei
Primer 2012)
a. Fungsi dan Manfaat
Mangrove di Pantura memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
a) Fungsi Ekologis
Fungsi ekologis mangrove di Pantura memiliki fungsi ekologis yang sama seperti di
Pamurbaya. Keberadaan mangrove di Pantura sangat penting karena mangrove dapat
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
228
menangkap zat-zat pencemar yang berasal dari kawasan industri di kawasan Surabaya
Utara sehingga bahaya limbah dapat dikurangi.
Selain itu, perakaran mangrove dapat menstabilkan garis pantai serta mencegah erosi. Di
Pantura jenis mangrove yang mendominasi adalah Rhizophora. Selain itu terdapat pula
jenis Sonneratia dan Avicennia jenis-jenis mangrove tersebut tahan terhadap gelombang.
Pantura berfungsi sebagai daerah asuhan pasca larva dan jenis ikan, udang, serta menjadi
tempat kehidupan jenis-jenis kerang dan kepiting, tempat bersarang burung-burung dan
menjadi habitat alami bagi berbagai jenis biota. Kawasan Pantura merupakan daerah
tinggi aktivitas manusianya sehingga aktivitas biologi baik flora maupun fauna terbatas
pada kawasan mangrove.
b) Fungsi Ekonomi
Ekosistem mangrove juga sudah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk bahan kayu
bakar dan perikanan. Masyarakat kawasan Pantura belum banyak memanfaatkan
mangrove sebagai bahan industri kecil seperti di kawasan Pamurbaya.
Pemanfaatan mangrove di kawasan Pantura hanya difokuskan sebagai pelindung pantai
dari ancaman gelombang air laut. Petani juga memanfaatkan funsi ekologis mangrove
sebagai tempat feeding ground bagi ikan sehingga menanamnya di pinggir tambak.
Pemanfaatan Teluk Lamong hingga saat ini adalah sebagai tempat tujuan penangkapan
ikan oleh nelayan tradisional Romokalisari, Gresik, dan wilayah lainnya, serta merupakan
daerah Konservasi.
b. Ancaman
Berdasarkan data Dinas Pertanian Kota Surabaya, luas hutan mangrove di Pantura pada
tahun 2010 dan 2011 yaitu sebesar 133,11 hektar. Data selengkapnya dapat dilihat tabel
berikut
Tabel 3.44 Luasan Lahan Mangrove Pantura
Kecamatan /Kelurahan Pantai Tambak Kanan Kiri Sungai Jumlah
2010 2011 2010 2011 2010 2011 2010 2011
Kecamatan Pakal
- Tambak Dono - - 3.08 3.08 - - 3.08 3.08
Jumlah - - 3.08 3.08 - - 3.08 3.08
Kecamatan Benowo
- Romokalisari 13.79 13.79 11.30 11.30 8.02 8.02 33.11 33.11
- Tbk. Osowilangun 6.78 6.78 5.39 5.39 2.09 2.09 14.26 14.26
Jumlah 20.57 20.57 16.69 16.69 10.11 10.11 47.37 47.37
Kecamatan Asem Rowo
- Tbk Langon 1.66 1.66 1.66 1.66 0.72 0.72 4.04 4.04
- Greges 4.86 4.86 0.30 0.30 0.88 0.88 6.04 6.04
- Kalianak 3.92 3.92 1.38 1.38 4.15 4.15 9.45 9.45
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
229
Kecamatan /Kelurahan Pantai Tambak Kanan Kiri Sungai Jumlah
2010 2011 2010 2011 2010 2011 2010 2011
Jumlah 10.44 10.44 3.34 3.34 5.75 5.75 19.53 19.53
Kecamatan Kenjeran
- Tbk. Wedi 35.51 35.51 0.07 0.07 - - 35.58 35.58
Jumlah 35.51 35.51 0.07 0.07 - - 35.58 35.58
Kecamatan Bulak
- Kedung Cowek 5.59 5.59 0.44 0.44 - - 6.03 6.03
- Kenjeran - - 6.39 6.39 - - 6.39 6.39
- Sukolilo 5.77 5.77 5.99 5.99 3.37 3.37 15.13 15.13
Jumlah 11.36 11.36 12.82 12.82 3.37 3.37 27.55 27.55
TOTAL 77.88 77.88 36.00 36.00 19.23 19.23 133.11 133.11
Sumber: Dinas Pertanian (2010 dan 2011)
Kegiatan Ekonomi yang terjadi di kawasan Pantura mengakibatkan rusaknya ekosistem
mangrove. Kegiatan tersebut antara lain adalah pembangunan pergudangan dan peti
kemas, pembangunan pemukiman di sekitar kawasan mangrove, pencemaran domestik,
pencemaran non-domestik, serta pembuatan pelabuhan.
Pembangunan Pergudangan dan Peti Kemas
Berdasarkan hasil survei di daerah Pantura, didapatkan ancaman-ancaman terhadap
ekosistem. Diantaranya adalah alih fungsi lahan mangrove. Pergantian lahan mangrove
berupa tanah urugan sekitar 6 Ha dan menjadi tempat peti kemas di daerah Greges.
Pengurugan dimulai Juni 2012. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan Greges,
banjir terjadi dua kali dalam setahun hingga mencapai lutut orang dewasa. Banjir semakin
sering terjadi akibat resapan air berkurang.
Berikut merupakan dokumentasi ekosistem pesisir di daerah Pantura:
Tabel 3.45 Dokumentasi Pantura
Dokumentasi 4 Juni 2012 Dokumentasi 14 Oktober 2012
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
230
Dokumentasi 4 Juni 2012 Dokumentasi 14 Oktober 2012
Sumber: Survei Primer (2012)
Berdasarkan tabel tersebut, survei pada tanggal 4 Juni 2012 menunjukkan mangrove yang
tengah diurug, sedangkan dokumentasi hasil survei 14 Oktober 2012 menunjukkan
mangrove yang berubah menjadi tanah urugan untuk lahan peti kemas. Hal ini
menunjukkan bahwa pergantian lahan di pesisir Pantura yang semula berupa tambak dan
mangrove menjadi urugan untuk tempat peti kemas dapat memicu ancaman sebagai
berikut:
Pencemaran domestik
Adanya lahan pemukiman kumuh di Pantura yakni daerah Greges berpotensi
menimbulkan pencemaran domestik, yakni pencemaran yang berasal dari kegiatan rumah
tangga. Sanitasi pemukiman di sekitar mangrove pantura yang belum baik dan adanya
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
231
pabrik di kawasan Pantura berpotensi menimbulkan pencemaran. Limbah MCK warga
yang tinggal di pemukiman kumuh langsung dibuang ke sungai. Pencemaran domestik
tersebut dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem karena dapat menyebabkan biota
air mati akibat bioakumulasi limbah domestik di dalam tubuh biota. Selain itu,
pencemaran domestic dapat membuat Dissolved Oxygen (DO) rendah yang menyebabkan
kematian pada biota air. Limbah domestik ini dapat diatasi dengan membangun IPAL
sebagai sarana penetralisir limbah MCK pemukiman.
Berikut merupakan dokumentasi potensi pencemaran:
Gambar 3.76 Dokumentasi Pencemaran Domestik
Sumber: Survei Primer (2012)
Potensi Pencemaran Non Domestik
Potensi pencemaran non domestik dapat disebabkan oleh adanya buangan limbah pabrik-
pabrik di Surabaya yang bermuara ke pesisir Pantura. Berdasarkan survei, ditemui adanya
indikasi pencemaran lewat tanjang mangrove Rhizophora yang berwarna kuning. Berikut
merupakan gambar yang menunjukkan hasil temuan mangrove tercemar di Pantura:
Gambar 3.77 Indikasi Mangrove Terkena Pencemaran
Mangrove yang tidak terkena pencemaran umumnya berwarna hijau seperti yang
ditemukan di Wonorejo. Berikut merupakan perbandingan gambar mangrove dengan
jenis Rhizophora namun berbeda lokasi:
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
232
Gambar 3.78 Perbandingan Mangrove Tidak Tercemar (kiri) yang ditemukan
di Wonorejo dan Tercemar yang ditemukan di Pantura (kanan)
Pembangunan Pelabuhan Pelindo III dan Pengurugan Rumah susun
Adanya urugan Pelindo dapat menyebabkan berkurangnya daerah resapan air serta
berkurangnya populasi ikan, kerang, kepiting, kepiting bakau. Berdasarkan hasil
wawancara dengan nelayan, pendapatan nelayan yang dulu mencapai >20 kg, sekarang
nelayan harus pergi ke daerah laut yang menuju Madura karena populasi ikan semakin
sedikit. Nelayan dulunya juga mencari kerang di bagian tanah yang diurug dan mendapat
sekitar 50 kg, kini nelayan mencari di pinggir urugan dan mendapat 7-10 kg.
Berikut merupakan dokumentasi urugan Pelindo:
Gambar 3.79 Dokumentasi Urugan Pelindo
Sumber: Survei Primer (2012)
Dokumentasi hasil survei 14 Oktober 2012 menunjukkan urugan Pelindo di dekat Pulau
Galang. Selain urugan Pelindo, terdapat rumah susun yang akan dibangun di dekat PPI.
Hal ini dapat berpotensi banjir karena daerah resapan air berkurang.
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
233
Gambar 3.80 Dokumentasi Urugan Rumah susun
Sumber: Survei Primer (2012)
Dokumentasi hasil survei 14 Oktober 2012 menunjukkan rusun yang akan dibangun di
dekat tempat pelelangan ikan dekat Pulau Galang.
c. Dampak
Intrusi air laut
Dampak yang timbul akibat kerusakan mangrove Pantura sama dengan dampak yang
timbul di Pamurbaya. Tingginya tingkat intrusi air laut akan membuat air laut yang masuk
tanpa penyaringan oleh filter alami. Hal ini perlu diwaspadai karena intrusi air laut yang
tinggi bukan hanya akan mencampuri dan membuat sumber air bersih masyarakat
menjadi berkurang namun secara tidak langsung, cepat atau lambat akan menjadi krisis
air bersih dan intrusi air laut masuk ke daratan. Selain itu intrusi air laut dapat
mengurangi keanekaragaman hayati di wilayah daratan karena beberapa spesies
tumbuhan maupun hewan tidak toleran terhadap salinitas yang tinggi.
Berkurangnya Biota
Berdasarkan hasil survei, pendapatan nelayan yang dulu mencapai >20 kg, namun
sekarang nelayan harus pergi ke daerah laut yang menuju Madura. Hal ini disebabkan
populasi ikan semakin sedikit di daerah yang telah diurug oleh Pelindo III. Selain itu,
nelayan dulunya juga mencari kerang di bagian tanah yang diurug dan mendapat sekitar
50 kg, kini nelayan mencari di pinggir urugan dan mendapat hanya 7-10 kg. Pendapatan
nelayan tersebut dapat menjadi indikasi bahwa jika hal ini dibiarkan terus terjadi, maka di
masa mendatang, populasi biota air akan berkurang. Hal ini dapat memicu
ketidakseimbangan ekosistem di daerah pesisir Pantura dan terganggunya siklus rantai
makanan. Nantinya, biota yang habitat awalnya berada di mangrove dan sepanjang pesisir
Pantura kemungkinan akan mengalami kepunahan.
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
234
d. Analisis Kondisi Kualitatif
Kondisi ekosistem pesisir di Pantura secara kualitatif dapat diketahui dari beberapa
parameter. Parameter tersebut antara lain diukur berdasarkan baku mutu fisik kimia air
laut, indeks diversitas plankton serta kerapatan mangrove
Berdasarkan tabel hasil Analisa Pengambilan Sampel Air Laut pesisir Surabaya
Tahun 2012 (tabel terlampir) yang menggunakan parameter fisik kimia, beberapa
parameter kualitas air laut di daerah Nilam Barat dan Nilam Timur hanya parameter
total koliform yang melebihi baku mutu sedangkan kekeruhan, padatan tersuspensi,
fosfat, nitrat, surfaktan (deterjen) masih dibawah baku mutu. Di daerah Kali Lamong
kekeruhan, padatan tersuspensi, fosfat dan nitrat telah melebihi baku mutu sedangkan
parameter total koliform masih dibawah baku mutu.
Berdasarkan Indeks Diversitas Plankton didapatkan kondisi ekosistem di Pamurbaya
sebagai berikut:
Tabel 3.46 Indeks Diversitas Pantura
Lokasi Indeks Diversitas Derajat Pencemaran
Kali Lamong 1 1,47 Tercemar sedang
Kali Lamong 2 1,59 Tercemar ringan
Sumber: Balai Besar Teknik kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (2012)
Berdasarkan Kerapatan Mangrove didapatkan kondisi ekosistem di Pantura sebagai
berikut:
Tabel 3.47 Kerapatan Mangrove Pantura
Lokasi
Kerapatan
Pohon
(pohon/Ha)
Baku Mutu Berdasarkan
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup NO. 201
Tahun 2004
Romokalisari 962.5 Rusak-Jarang
Tambak Langon 987.5 Rusak-Jarang
Greges 1542 Baik-Sangat Padat Sumber: Hasil Analisa (2012)
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
235
2. EKOSISTEM SUNGAI
Pengertian dari sungai menurut Kota Surabaya Nomor 2 Tahun 2004 adalah tempat-
tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara
dengan dibatasi kanan dan kirinya sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan
termasuk afvour.
Sungai yang mengalir di Surabaya ada enam sungai utama, yaitu Kali Lamong, Kali
Perbatasan, Kali Surabaya, Kali Wonokromo, Kali Mas, Kali Kedurus. Selanjutnya Kali
Mas dan Kali Wonokromo terbagi lagi menjadi saluran-saluran pematusan primer.
Saluran-saluran tersebut terbagi lagi menjadi saluran-saluran pematusan sekunder dan
untuk selanjutnya menjadi saluran-saluran pematusan tersier. Berikut merupakan peta
Sungai di Surabaya:
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
237
a. Upaya Perlindungan dan Pelestarian
Pemerintah Surabaya melakukan upaya untuk meminimalisir pencemaran sungai Upaya
pemerintah untuk mengantisipasi pencemaran sungai ialah :
1. Menerbitkan Peraturan Daerah Kota Surabaya No 2 tahun 2004 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
2. Membentuk petugas patroli kebersihan saluran yang terdiri atas petugas dari Dinas
Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Pekerjaan Umum dan Pematusan Kota
Surabaya. Mereka bertugas membersihkan sampah di sungai maupun saluran –
saluran air di Kota Surabaya.
3. Pengawasan terhadap industri-industri disepanjang sungai.
4. Membangun taman-taman di sekitar sempadan sungai dengan konsep water front
city.
Langkah yang lain yang telah dilakukan adalah menyediakan taman rekreasi Kali bagi
warga kota dan pembukaan RTH di beberapa kawasan sepanjang sungai. Contohnya
adalah penentuan sempadan sungai Wonokromo sebagai jalur hijau. Selain itu Pemerintah
Kota Surabaya juga melakukan pembersihan sungai serta pengerukan sedimen.
b. Fungsi dan Manfaat
Berikut merupakan tabel pemanfaatan sungai-sungai di Surabaya:
Tabel 3.48 Pemanfaatan sungai di Surabaya
No. Nama Sungai / Kali Pemanfaatan
1. Kali Lamong
Drainase kota wilayah kawasan
pemukiman dan industri di sekitar
Romokalisari
2. Kali Perbatasan
Drainase kota wilayah kawasan
pemukiman, komersial, industri dan
pergudangan disekitar Gununganyar
Tambak
3. Kali Surabaya Pasokan bahan baku air minum (PDAM)
dan pasokan air untuk proses produksi
4 Kali Wonokromo
Pasokan bahan baku air minum (PDAM)
dan pasokan air untuk proses produksi
dan sebagai drainase kota wilayah
kawasan pemukiman, komersial, kegiatan
perikanan, peternakan, mengaliri
tanaman, pariwisata air, pemasok air
tawar untuk tambak di wilayah Surabaya
Timur dan juga digunakan untuk lalu
lintas perahu nelayan.
5 Kali Mas
Drainase kota wilayah kawasan
pelabuhan, pemukiman, industri dan
pergudangan disekitar Perak Utara dan
Ujung. Digunakan untuk kegiatan
perikanan, peternakan, mengaliri
tanaman, serta pariwisata air
6 Kali Kedurus Drainase kota wilayah Surabaya Barat
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
238
Sumber : Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya, 2010 dan data diolah oleh Badan
Lingkungan Hidup Kota Surabaya
Berikut merupakan potensi keanekaragaman hayati ekosistem sungai-sungai di Surabaya
Tabel 3.49 Potensi Keanekaragaman Hayati Ekosistem Sungai
No Nama
Sungai/Saluran (m)
Panjang
Sungai/Sal
uran (m)
Lebar
(m) Jenis Ikan
Jenis
Saluran
1 Kali Lamongan 9770 Keting, Kakap, Nila Sungai
2 Kali Perbatasan 12670 Sungai
3 Kali Surabaya 17400 Bader, Nila, Kuthuk, Lele, Sakarmut,
Rengkik Sungai
4 Kali Wonokromo 12100 Mujair, Bader, Rengkik, Lele, Sakarmut Sungai
5 Kali Mas 11160 30-35 Gathul Dan Nila Sungai
6 Kali Kedurus 16380 Sepat, Kuthuk, Nila Sungai
7 Saluran Gading 2200 7-10 Sepat, Nila, Gathul Primer
8 Saluran Jeblokan 3100 8-10 Kuthuk, Betik, Sepat Primer
9 Saluran Kenjeran
AL 1350 9 Gathul, Nila, Sepat Primer
10 Saluran Kenjeran
Lama 1600 11 Sepat, Nila Primer
11 Saluran Kenjeran
Pantai Ria 1280 6-8 Nila, Lele,Sepat Primer
12 Saluran Pegirian 6400 12-22 Nila, Betik, Kuthuk Primer
13 Saluran Jeblokan 4700 7-10 Kuthuk, Bethik, Sepat Primer
14 Saluran Kalibokor 8900 6-27 Nila, Sepat, Lele, Kuthuk Primer
15 Saluran Kalidami 4270 18-40 Lele, Nila, Kuthuk, Sepat Primer
16 Saluran Larangan 1300 7-8 Keting, Kuthuk, Betik Primer
17 Saluran Mulyorejo 6500 6-13 Nila, Sepat, Gathul Primer
18 Saluran Tambak
Segaran 800 5-8 Sepat, Betik, Lele Primer
19 Saluran Tambak
Wedi 4300 20-30 Kakap, Keting, Belanak, Kuthuk, Betik Primer
20 Saluran Greges 5000 12-22 Glodok, Nila, Keting Primer
21 Saluran Banyu
Urip/Gunungsari 21000 6-7 Nila, Betik, Sepat, Gatul Primer
22 Saluran
Pakal/Sememi 5000 6-30 Nila, Sepat, Gathul Primer
23 Saluran Kandangan 5000 15-40 Kuthuk, Lele, Nila, Sepat, Gatul Primer
24 Saluran Balongsari 4800 10-50 Sepat, Betik, Gatul,Nila Primer
25 Saluran
Margomulyo 3900 10.10.5 Primer
26
Saluran
Krembangan Kali
Anak
2500 20-60 Glodok, Keting, Nila Primer
27 Saluran Simo 4000 7-25 Primer
28 Saluran Benowo
Pasar 600 2-7 Gathul, Lele, Mujair, Sepat, Bethik dan Nila Primer
29 Saluran Kebon 11500 7-15 Nila, Sepat, Gathul Primer
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
239
No Nama
Sungai/Saluran (m)
Panjang
Sungai/Sal
uran (m)
Lebar
(m) Jenis Ikan
Jenis
Saluran
Agung
30 Saluran Avoor
Wonorejo 15800 6-15
Bandeng, Udang, Nila, Kepiting Bakau,
Kuthuk, Gatul, Glodok Primer
31 Saluran Medokan
Ayu 6500 5-7 Gathul, Nila, Sepat Primer
32 Saluran Medokan
Semampir 4700 4-8 Gathul, Lele, Kuthuk, Mujair dan Nila Primer
33 Saluran Kalisumo 1600 9-11 Sepat, Betik, Lele, Kuthuk, Gatul, Nila Primer
Sumber: Hasil Survei (2012)
c. Ancaman
Berdasarkan tabel di atas, ikan yang dominan di saluran di Surabaya adalah Nila, Gathul
dan Sepat yang tahan terhadap pencemaran. Ikan-ikan tersebut berpotensi sebagai bahan
pangan, jika kualitas air sungai memenuhi standar baku mutu. Menurut survei, terdapat
beberapa ancaman untuk ekosistem sungai di Surabaya. Hal ini seiring dengan aktivitas
manusia di daratan yang mempengaruhi sungai-sungai di Surabaya. Berikut merupakan
beberapa ancaman:
Berdasarkan hasil wawancara, di sepanjang Kali Surabaya (depan Hotel Singgasana
sampai pintu air Jagir) terdapat ikan mabuk yang terjadi sekali dalam setahun
Pembuangan limbah industri rumah tangga, pasar, pabrik di sungai-sungai di
Surabaya menyebabkan banyak busa detergen limbah pencucian diantaranya di
sungai dekat Keputran. Selain itu, terdapat ikan mabuk di bulan Juni 2012, biasanya
musim kemarau kondisinya lebih parah. Hal ini berpotensi mengancam keseimbangan
ekosistem dan rantai makanan di sungai.
Daerah Sungai Pegirian air pekat pada jam 6-8 pagi karena pencucian limbah potong
hewan ada deterjen pada jam 11 pagi. Hal ini berpotensi menyebabkan biota air
sungai berkurang jumlahnya. Kematian dapat terjaadi akibat DO yang rendah ataupun
keracunan akibat bioakumulasi limbah pada ikan.
Pembuangan Air Limbah Industri yang masih diatas baku mutu menyebabkan
kandungan air sungai kota Surabaya tercemar, pada beberapa studi ditemukan adanya
kandungan logam berat (Pb) di biota perairan sungai di kenjeran.
Enceng Gondok yang melimpah di sungai berdasarkan pada beberapa studi ditengarai
oleh kandungan deterjen yang tinggi. Deterjen dapat memacu pertumbuhan enceng
gondok dan gulma air.
d. Analisis Kondisi Kualitatif
Aliran air sungai merupakan muara berbagai macam polutan, baik organik maupun
anorganik. Pencemaran organik yang ditandai dengan melimpahnya alga dan makrofit
enceng gondok (Eichhornia crassipes) berasal dari limbah domestik dan limbah pertanian
serta pertambakan yang terdapat di sekitar daerah hilir dan hulu sungai-sungai tersebut.
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
240
Polutan tidak hanya berpotensi mendegradasi kualitas ekosistem di area sekitar sumber
polutan tersebut saja, namun akan terbawa hingga ke wilayah muara dan laut sebagai
akibat transport polutan oleh massa air sungai.
Berikut ini adalah analisa kualitatif kualitas air sungai :
Tabel 3.50 Hasil Analisa Kualitatif Kualitas Air
No Lokasi Parameter Kategori
1 Kali Surabaya di Kedurus DO Tidak memenuhi baku mutu di Bulan 3
BOD Tidak memenuhi baku mutu di Bulan 1-10
COD Tidak memenuhi baku mutu di Bulan 1
TSS Tidak memenuhi baku mutu di Bulan 1, 2, 4, 5
2 Kali Surabaya di Jemb.
Wonokromo DO Tidak memenuhi baku mutu di Bulan 3, 4
BOD Tidak memenuhi baku mutu di Bulan 1-10
TSS Tidak memenuhi baku mutu di Bulan 1-5, 10
3 Kali Mas di Jl. Ngagel DO Tidak memenuhi baku mutu di Bulan 4, 8, 9
BOD Tidak memenuhi baku mutu di Bulan 1-11
TSS Tidak memenuhi baku mutu di Bulan 1, 2, 4, 5
4 Kali Mas di Jemb. Keputran DO Tidak memenuhi baku mutu di Bulan 1, 4,7, 8, 11
BOD Tidak memenuhi baku mutu di Bulan 1-11
TSS Tidak memenuhi baku mutu di Bulan 1-5
5 Kali Mas di Jemb. Kebon Rojo DO Tidak memenuhi baku mutu di Bulan 9
BOD Tidak memenuhi baku mutu di Bulan 1-10
TSS Tidak memenuhi baku mutu di Bulan 1-5
6 Kali Wonorejo di Jemb.
Kedung Baruk Utara BOD Tidak memenuhi baku mutu di Bulan 8, 9, 11
TSS Tidak memenuhi baku mutu di Bulan 9
Deterjen Tidak memenuhi baku mutu di Bulan 2, 4, 5, 6, 8, 11
Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya (2011)
3. EKOSISTEM WADUK
Waduk adalah kolam besar tempat menampung dan menyimpan air, baik yang berasal
dari air hujan maupun aliran sungai yang digunakan untuk berbagai kebutuhan,
khususnya untuk mengaliri sawah. Waduk dibangun karena Surabaya merupakan kota
yang rawan banjir dengan daerah resapan air yang semakin berkurang, akibat semakin
berkembangnya daerah industri dan perumahan di Kota Surabaya.
Bozem adalah kolam besar tempat menampung air, baik yang berasal dari air hujan
maupun aliran sungai agar tidak banjir. Pada umumnya, waduk/bozem berfungsi sebagai
pengatur sistem hidrologi, yaitu dengan menyeimbangkan aliran sungai di hilir dan hulu
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
241
sungai, serta memasok air ke sumber air lainnya seperti akuifer (air tanah), sungai, dan
persawahan. Karena itulah waduk/bozem didayagunakan sebagai pengendali banjir pada
saat musim penghujan dan sebagai penampung air untuk cadangan irigasi pada saat
musim kemarau. Ekosistem yang ada di waduk adalah hewan (ikan bandeng, nila,
tombro, patin, kuthuk, udang vannamei, katak, keong, burung), tumbuhan air (eceng
gondok).
a. Upaya Perlindungan dan Pelestarian
Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas PU Bina Marga dan Pematusan, berencana
menambah empat bozem di Surabaya. Selain itu, Pemerintah Kota juga telah melakukan
upaya rehabilitasi bozem dengan melakukan pengerukan sedimen secara rutin.
b. Fungsi dan Manfaat
Tidak hanya sebagai salah satu fasilitas umum untuk menanggulangi banjir, waduk juga
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai hal. Berikut ini merupakan pemanfaatan
waduk di Surabaya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.51 Pemanfaatan waduk
No. Nama Bozem / Telaga Pemanfaatan Bozem/Telaga
1 Sambikerep Digunakan untuk ternak ikan bandeng, ikan tombro,
dan udang vannamei
2 Telaga Manukan Tirto
Digunakan untuk mencegah banjir pada musim
peghujan karena di sekitar telaga terdapat
pemukiman padat. Pada saat kemarau, telaga dalam
keadaan kering dan ditanami pohon pisang,
digunakan untuk kolam ternak lele, ternak bebek,
dan ternak ayam.
3 Telaga Manukan Digunakan untuk mencegah banjir di wilayah
Kelurahan Manukan Kulon
4 Sumber Langgeng Dimanfaatkan untuk tambak ikan bandeng, ikan nila,
dan ikan tombro
5 Sumberejo Digunakan untuk tadah hujan dan mencegah banjir
6 Sememi Digunakan untuk mencegah banjir dan sebagai
tempat pemancingan ikan (nila, patin, kuthuk)
7 Lontar Masih direncanakan
8 Tanjungsari Masih direncanakan
9 Margomulyo Masih direncanakan
10 Wonorejo 1 Digunakan untuk mengendalikan banjir dan wisata
air seperti pemancingan ikan
11 Wonorejo 2 Digunakan untuk mengendalikan banjir dan wisata
air seperti pemancingan ikan
12 Wonorejo 3 Digunakan untuk mengendalikan banjir dan wisata
air seperti pemancingan ikan
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
242
No. Nama Bozem / Telaga Pemanfaatan Bozem/Telaga
13 Bratang
Di Bozem Bratang terdapat rumah pompa yang
digunakan untuk mengatur aliran air saluran
Kalisumo agar tidak terjadi banjir. Bozem ini juga
digunakan untuk peternakan ikan lele, ikan kuthuk,
dan ikan nila.
14 Jambangan Digunakan untuk pemancingan ikan oleh warga
sekitar
15 Rungkut (SIER)
Digunakan sebagai tadah hujan agar tidak banjir.
Bozem dibangun di lingkungan daerah industri yang
minim tanah terbuka sebagai tempat resapan air
16 Sidosermo (PDK) Digunakan oleh warga untuk kolam pemancingan
ikan
17 Kalidami
Di Bozem Kalidami terdapat rumah pompa yang
digunakan untuk mengatur volume air dari saluran
Kalidami. Digunakan juga sebagai tempat
memelihara ikan (lele, kething, dan kuthuk)
18 Kenjeran (Kepiting) Masih direncanakan
19 Morokrembangan Digunakan untuk peternakan lele
20 Kedurus
Digunakan untuk olah raga ski air, irigasi sawah,
pemancingan ikan, serta banyak ditumbuhi tanaman
eceng gondok yang dimanfaatkan oleh warga untuk
kerajinan tangan seperti tas, dompet, topi, mebel, dll
21 Lakarsantri Digunakan sebagai tempat pemancingan oleh warga
sekitar telaga
Sumber: Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya (2010) dan data diolah oleh Badan
Lingkungan Hidup Kota Surabaya (2011)
Berikut merupakan potensi dari waduk di Surabaya:
- Perikanan
Berikut merupakan potensi waduk sebagai wadah budidaya perikanan:
Tabel 3.52 Potensi waduk Surabaya
No Rayon NAMA BOEZEM LUAS (ha) VOLUME(m3) Jenis Ikan
I TANDES
1 Sambikerep 0.80 16,000 Mujair, Bandeng
2 Telaga Manukan Tirto 0.20 4,000 Lele, Kuthuk
3 Telaga Manukan 0.30 6,000 Kuthuk,Bethik, Sepat,
Gathul
4 Sumber langgeng 0.30 6,000
5 Sumberejo 0.30 6,000 Nila, Bandeng, Tombro
6 Sememi 5.00 100,000 Kuthuk, Nila, Patin
7 Lontar 0.30 6,000
8 Tanjungsari 0.17 3,400
9 Margomulyo 0.10 2,080
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
243
No Rayon NAMA BOEZEM LUAS (ha) VOLUME(m3) Jenis Ikan
II JAMBANGAN
1 Wonorejo 1 1.05 21,021
Bandeng, Udang, Nila,
Kepiting Bakau,
Kuthuk, Gatul, Glodok
2 Wonorejo 2 2.00 40,000
Bandeng, Udang, Nila,
Kepiting Bakau,
Kuthuk, Gatul, Glodok
3 Wonorejo 3 2.91 58,155
Bandeng, Udang, Nila,
Kepiting Bakau,
Kuthuk, Gatul, Glodok
4 Bratang 1.72 34,493 Lele, Kuthuk, Nila
5 Jambangan 0.59 11,760 Nila, Mujair, Bader,
Gathul
6 Rungkut(SIER) 16.00 320,000
7 Sidosermo(PDK) 0.55 11,060 Sepat, Nila
III GUBENG
1 Kalidami 2.70 54,000 Kuthuk, Lele, Keting
2 Kenjeran (Kepiting) 7.50 150,000
IV GENTENG
1 Morokrembengan 80.50 1,610,000 Patin, Lele, Kuthuk,
Mujair, Nila
V WIYUNG
1 Kedurus 37.00 740,000
Nila, Mujair, Lele,
Kuthuk, Sakarmut,
Sepat, Bethik
2 Lakarsantri 0.54 10,800 Bader, Nila, Mujair
Sumber: Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya (2010) dan data diolah oleh Badan
Lingkungan Hidup Kota Surabaya (2012 )
Pada Tabel 3.51 tersebut, potensi perikanan dapat optimal jika kualitas air turut
diperhatikan. Hal ini untuk mencegah bioakumulasi limbah yang mengendap pada tubuh
manusia akibat mengkonsumsi ikan di waduk.
- Potensi Lain
Salah satu potensi lain dari waduk selain perikanan yaitu sebagai budidaya enceng
gondok, yang berada di Waduk Kedurus Kecamatan Karangpilang. Enceng gondok
tersebut dimanfaatkan sebagai kerajinan tangan (karpet, kursi, tas, dan lain-lain).
Selain itu, saat ini olahraga ski air tengah menjadi favorit warga untuk berekreasi di
Waduk Kedurus.
c. Ancaman
Berdasarkan potensi dan hasil survei primer, ancaman lingkungan yang terjadi pada
waduk di Kota Surabaya, antara lain :
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
244
Adanya pencemaran domestik karena berdekatan dengan permukiman
Kemungkinan terjadinya luberan air karena daya tampung waduk yang terbatas
Pendangkalan akibat sedimentasi dan sampah
d. Analisis Kondisi Kualitatif
Pencemaran yang terjadi di waduk turut mempengaruhi kualitas ekosistem waduk. Di
beberapa waduk Surabaya juga terdapat adanya penanaman kangkung dan ikan.
Kangkung tersebut selama ini sudah terindikasi adanya pencemaran waduk, sehingga
berbahaya untuk dikonsumsi. Begitu pula dengan perikanan yang ada di dalamnya. Jadi
analisis kondisi waduk di Surabaya secara kualitatif dapat digolongkan ke dalam kategori
jelek.
4. EKOSISTEM RTH
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang dapat
diketahui bahwa RTH publik diwajibkan diharuskan mencapai 20% dari total luas
wilayah kota, sedangkan 10% harus merupakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) privat dan
Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH).
Adapun keadaan ruang terbuka hijau di wilayah Kota Surabaya memiliki beberapa wujud
eksisting yaitu:
Ruang terbuka hijau dengan bentuk Taman Kota yaitu Taman Tugu Pahlawan.
Ruang terbuka hijau lapangan olahraga yaitu seperti lapangan Hayam Wuruk.
Ruang terbuka hijau dalam bentuk kawasan pemakaman yang terdiri dari pemakaman
umum dan Taman Makam Pahlawan.
Ruang terbuka hijau terdiri dari ruang terbuka publik dan ruang terbuka privat. Ruang
terbuka hijau publik adalah ruang terbuka hijau yang dapat diakses dan dinikmati
langsung oleh masyarakat umum. Sedangkan ruang terbuka hijau privat merupakan
ruang terbuka kavling-kavling yang dikelola atau diakses oleh pemilik, contohnya taman
pekarangan rumah.
Taman di Kota Surabaya dapat terbagi menjadi dua yaitu taman aktif dan taman pasif.
Taman aktif merupakan bentuk-bentuk taman yang biasa digunakan sebagai sarana
rekreasi atau hiburan bagi masyarakat. Sedangkan taman pasif merupakan taman yang
hanya berisi berbagai macam vegetasi taman tanpa memiliki fungsi digunakan sebagai
sarana rekreasi atau kegiatan tertentu.
Taman aktif ini di bagi menjadi empat subrayon yaitu Surabaya pusat terdapat sepuluh
taman, Surabaya Utara terdapat empat taman, Surabaya Selatan terdapat tujuh taman,
Surabaya Timur terdapat 12 taman, dan Surabaya Barat terdapat dua taman. Jumlah
tanaman di taman aktif dengan habitus pohon 172 spesies, palem sebanyak 25 spesies,
perdu dan semak sebanyak 121 spesies, herba 38 spesies, dan untuk yang habitusnya
merambat sebanyak 13 spesies tersebar di seluruh Surabaya. Contohnya pohon peneduh
jalan seperti Akasia (Acacia auriculiformis A. Cunn. ex Benth.), Sono (Pterocarpus
indicus Willd.), Trembesi (Samanea saman (Jacq.) Merr.). Jenis tanaman yang tersebar
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
245
hampir di semua taman aktif adalah bintaro, dadap merah, kecrutan, akalifa, anting putri,
kana dan lain-lain (secara lengkap, jenis tanaman di taman aktif dapat dilihat pada sub
bab spesies dan genetik bagian taman).
a. Upaya Perlindungan dan Pelestarian
Penambahan RTH di Kota Surabaya
Penambahannya berupa pembuatan hutan kota pada lokasi yang dianggap cukup baik dari
luas serta penggunaan lahannya. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur
Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur
menjelaskan bahwa kawasan lindung untuk kawasan terbuka hijau kota, salah satu
didalamnya adalah hutan kota.
Pemerintah Kota Surabaya mengembangkan RTH Jalur Jalan, RTH Taman Persimpangan
Jalan, Monumen dan Gerbang Kota, RTH Taman Kota, RTH Lapangan Olahraga, RTH
Pemakaman Umum, RTH Hutan Kota dan Kebun Bibit, RTH Pengaman jalur KA,
Sungai, Mata Air dan Buffer Zone, RTH Penyangga Air (Resapan Air) Kota Surabaya.
Berdasarkan Perda 7 No. 2002
Pemerintah menerbitkan Perda 7 No. 2002 Pasal 6 Ayat C yang menyebutkan bahwa
“Bangunan kantor, hotel, industri/pabrik, bangunan perdagangan dan bangunan umum
lainnya diwajibkan :
1) Untuk bangunan yang mempunyai luas tanah antara 120 m2 sampai 240 m
2 wajib
ditanami minimal 1 (satu) pohon pelindung, perdu dan semak hias serta penutup
tanah/rumput dengan jumlah yang cukup.
2) Jenis kaveling dengan ukuran luas lebih dari 240 m2 wajib ditanami minimal tiga
pohon pelindung, perdu dan semak hias serta penutup tanah/rumput dengan jumlah yang
cukup.
Kerjasama dengan tokoh masyarakat dan kelembagaan
Pemerintah Kota Surabaya mengadakan kerjasama dengan LKMK, RW, RT untuk
menciptakan lahan terbuka hijau sebagai sarana untuk tempat wisata dan pendidikan
sekaligus menciptakan lapangan kerja. Pemerintah Kota Surabaya mengadakan sosialisasi
kepada masyarakat tentang pentingnya hutan kota di wilayah Balasklumprik.
b. Fungsi dan Manfaat
RTH mempunyai fungsi sebagai berikut:
Fungsi ekologis
RTH memiliki beberapa fungsi ekologis, diantaranya adalah sebagai penyedia kebutuhan
oksigen penduduknya, daerah resapan air, sebagai penyerap polutan. Mengingat tingkat
polusi di Kota Surabaya, penanaman tumbuhan penyerap polutan sangat diperlukan untuk
mengimbangi polusi. Diantaranya tanaman penyerap partikel limbah Agathis alba
(damar), Swietenia macrophylla (mahoni daun lebar), Podocarpus imbricatus (Jamuju),
dan lain-lain. Sedang untuk tanaman penyerap CO2 dan penghasil O2 yaitu Agathis alba
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
246
(damar), Bauhenia purpurea (kupu-kupu), Leucena leucocephala (lamtoro gung), dan
lain-lain. Adapun tanaman penyerap/penepis bau yaitu Michelia champaka (cempaka),
Pandanus op (pandan), Murraya paniculata (kemuning), dan lain-lain. Untuk tanaman
mengatasi penggenangan adalah Artocarpus integra (nangka), Paraserianthes falcataria
(albizia), dan lain-lain. Sedang pelestarian air tanah dapat dibantu oleh tumbuhan
Casuarina equisetifolia (cemara laut), Ficus elastic (fikus), Hevea brasiliensis (karet),
dan lain-lain.
Kontrol iklim kota
Fungsi sosial sebagai taman bermain anak-anak, sarana edukasi dan rekreasi
Estetika
Selain itu, hutan kota yang juga termasuk ke dalam RTH diarahkan untuk pengelolaan
sampah dalam hal:
Sebagai penyekat bau
Sebagai pelindung tanah hasil bentukan dekomposisi dari sampah
Sebagai penyekat zat berbahaya yang mungkin terkandung dalam sampah seperti
logam berat, pestisida, serta bahan beracun lainnya.
c. Ancaman
Dengan mempertimbangkan fungsi RTH yang penting dan potensi hayati dari RTH, serta
data hasil survei, maka ancaman untuk RTH dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Alih fungsi lahan RTH
Alih fungsi lahan RTH salah satunya yaitu RTH mangrove yang tidak termasuk dalam
kawasan konservasi, yang terjadi di RTH mangrove Pantura. RTH Mangrove
dijadikan lahan pengurugan dan pertambakan oleh masyarakat dan pengembang. Hal
ini dapat mengganggu keseimbangan ekosistem seperti berkurangnya jumlah biota
dan potensi terjadinya banjir.
Kesadaran masyarakat yang semakin berkurang akan pentingnya RTH.
Seiring dengan adanya pembangunan, RTH harus dipertahankan. sehingga
dibutuhkan upaya aktif menggerakkan masyarakat untuk turut memenuhi RTH privat
dan menggalakkan penghijauan sesuai Perda 7 Tahun 2002.
Ruang terbuka hijau masih kurang
RTH di Kota Surabaya masih kurang dikarenakan banyak sekali wilayah ruang
terbuka hijau yang dialihfungsikan menjadi pemukiman.
d. Analisis Kondisi Kualitatif
RTH di Surabaya tergolong telah memenuhi syarat. Total luas lahan yang ada di Kota
Surabaya sendiri adalah sebesar 6.875 Ha dengan prosentase 20,84% dengan detail luas
Ruang Terbuka Hijau yang ada di bab 3 bagian kebijakan dan kelembagaan
pengelolaan keanekaragaman hayati. Kondisi taman aktif yang terletak di pusat kota
terawat dengan baik. Namun, kondisi taman aktif yang terletak di dekat pemukiman
kurang terawat dengan baik. Keberadaan RTH yang sangat penting bagi kota
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
247
metropolitan seperti Surabaya membuat RTH harus dipertahankan dan ditambah lewat
berbagai alternatif penanaman.
5. EKOSISTEM PERTANIAN
Daratan di Kota Surabaya terdiri dari pertanian dan ruang terbuka hijau. Ekosistem
pertanian dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pekarangan dengan luas 16287,16 Ha, ladang
2263,47 Ha, sawah 1777,94 Ha dan padang rumput seluas 1,5 Ha. Total ekosistem
pertanian di Kota Surabaya yaitu 20330,07 Ha. (Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya
2011). Wilayah persawahan di Kota Surabaya ini tersebar di 16 Kecamatan, diantaranya
adalah Kecamatan Bulak, Gayungan, Gunung Anyar, Jambangan, Karang Pilang,
Kenjeran, Lakarsantri, Mulyorejo, Pakal, Rungkut, Sambikerep, Sukolilo,
Sukomanunggal, Tandes, Wiyung, dan Wonocolo. Luas lahan persawahan Kota Surabaya
dapat dilihat pada Tabel 3.53.
Tabel 3.53 Luas lahan hijau Kota Surabaya
No Kecamatan
Luas Areal (Ha)
Pekarangan Ladang Tambak Sawah Prumput Kolam Lahan
Tidur
Lahan
Kayu
Lain-
lain
1 Asemrowo 1448,44 - 172 - - - - - 23,013
2 Benowo 780,184 66,658 994,532 - - - - - 331,451
3 Bulak 180,352 130,114 75,45 115 - 10,202 -
53,5
4 Dukuh Pakis 930,437
3150m2 15,5
16,3
5 Gayungan 420,4 202
15
0,5
30
6 Gubeng 110
7 Gunung Anyar 258,483
20
8 Jambangan 261,911
28
59,32
95,176
9 Karangpilang 530,523 108,496
62,8
23,463
60,847
10 Kenjeran 825,9 15,1 135,6 6,2 1,5 2,5
18,25
11 Lakarsantri 865,255 175,52
522,354
69,5 105,73 42,4 26,35
12 Mulyorejo 112 1109,78 212 36,5
8
13 Pakal 420,26 216,057 551,045 640,087
1,2
691,405
14 Rungkut 1055,484
991,199 17
0,5
15 Sambikerep 177,602 218,175
149
29,5
3,4
16 Sukolilo 1.833,14
1403 40
9,75
17 Sukomanunggal 728,286
14 20
18 Tambaksari 909,423
19 Tandes 910,82
30 30
23
5,38
20 Tenggilis
Mejoyo 567,99
21 Wiyung 822,284 12,856
72
3,3
245,34
22 Wonocolo 609,1
4
23 Semampir 442,84 8,71 27,95
0,3
24 Sawahan 693,546
176
25 Pabean Cantian 392,5
41
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
248
No Kecamatan
Luas Areal (Ha)
Pekarangan Ladang Tambak Sawah Prumput Kolam Lahan
Tidur
Lahan
Kayu
Lain-
lain
Total 16.287,16 22.63,47 4.606,78 1.777,94 1,5
Sumber: Dinas Pertanian Kota Surabaya (2011)
Pengelompokan sistem pertanian di Kota Surabaya terdiri dari dua macam, yaitu sawah
irigasi dan sawah tadah hujan. Persebaran sawah irigasi dan tadah hujan dapat dilihat
pada Lampiran 8. Sistem penanaman yang dilakukan para petani di Surabaya ada tiga
macam, yaitu monokultur, tumpangsari, dan minapadi. Sebagian besar tanaman pangan
yang ditanam di Surabaya yaitu padi dan jagung (daerah persebarannya dapat dilihat pada
Lampiran 9 dan 10).
Pendayagunaan lahan yang semakin menyempit harus didukung dengan pemanfaatan
lahan/ruang secara optimal serta perlunya dikembangkan suatu teknologi pertanian yang
hemat lahan. Salah satu bentuk pengembangan teknologi pertanian adalah dengan sistem
pertanian pot. Sistem pertanian pot dimaksudkan untuk memanfaatkan ruang dengan
berbagai macam model seperti pot tunggal, horizontal, vertikal maupun gantung, dengan
mengatur media tumbuh dalam wadah supaya pertanaman dapat berlangsung. Sistem
pertanian pot sangat sesuai untuk sistem pertanian pola perkotaan (urban farming). Jenis
sayuran yang bisa ditanam dalam pot banyak sekali tetapi yang mudah didapat dan
dipotkan diantaranya adalah bayam, kangkung, sawi, terong, dan cabe. Jenis tanaman
pangan, palawija, dan holtikultura dapat dilihat dalam sub bab Keanekaragaman Spesies
dan Genetik.
a. Upaya Perlindungan dan Pelestarian
Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya untuk mencapai tujuan dalam
mengatasi masalah yang ada di tingkat kecamatan adalah sebagai berikut :
a. Tanaman Pangan
1. Penggunaan benih unggul yang bermutu dan bersertifikat untuk meningkatkan
produksi dan produktifitas pertanian.
2. Penyuluhan tentang penggunaan pupuk organik sesuai anjuran.
3. Meningkatkan kerjasama kelompok tani dalam menyusun rencana kerja dan mencari
informasi.
4. Pengadaan alat-alat pertanian seperti traktor, chopper dan granulator.
5. Meningkatkan kerjasama anggota kelompok tani dalam pemupukan modal kelompok.
6. Penerapan analisis usaha tani ditingkat kelompok tani.
7. Sosialisasi adanya anomali iklim atau perubahan lingkungan.
8. Merubah pola sikap, pengetahuan dan ketrampilan petani tentang pergiliran tanaman
dan penggunaan pupuk organik.
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
249
9. Adanya regulasi dan pemerintah tentang pembelian hasil produk pertanian terutama
padi dan jagung yang diserahkan ke BULOG sehingga harga ditingkat petani bisa
dijaga dan konsumen tidak merasa keberatan.
10. Pembinaan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian.
b. Tanaman Holtikultura
1. Optimalisasi lahan pekarangan
2. Bantuan sarana dan prasarana untuk budidaya tanaman holtikultura dalam pot dan
budidaya secara vertikultur.
3. Sosialisasi tentang budidaya tanaman holtikultura dalam pot atau secara vertikultur.
4. Pembinaan tentang penggunaan media tanam untuk masing-masing jenis tanaman.
5. Pembinaan tentang teknik perbanyakan tanaman.
6. Sosialisasi tentang teknik cara budidaya tanaman yang baik dan benar.
b. Fungsi dan Manfaat
1) Fungsi dan manfaat secara ekologis dan ekonomis
Fungsi dan manfaat secara ekologis :
o Pengendap lumpur dan zat hara yang terbawa air
Sawah yang hampir selalu dialiri dan digenangi air, berfungsi sebagai pengendap partikel
lumpur yang terbawa oleh air. Lumpur ini mengandung berbagai unsur hara yang dapat
menyuburkan tanah, sehingga berfungsi sebagai pupuk bagi tanaman padi. Berkaitan
dengan fungsi ini, sawah juga digunakan untuk mendaur ulang limbah organik (Puspita
dkk, 2005).
o Sumber plasma nutfah
Padi merupakan salah satu tanaman yang dapat dikembangkan untuk menciptakan jenis
baru yang lebih unggul, baik dari segi produktivitas, kecepatan pertumbuhan, rasa,
maupun ketahanan terhadap penyakit. Dalam hal rekayasa genetik, tanaman padi
mengalami perkembangan jauh lebih pesat dibandingkan tanaman lainnya. Hal ini
terutama karena padi memiliki gen-gen yang relatif kecil (hanya sepersepuluh ukuran gen
jagung). Perekayasaan genetik untuk pengembangan varietas padi unggul dilakukan untuk
mengimbangi meningkatnya kebutuhan akan beras, namun pengembangan varietas padi
unggul ini akan menekan keberadaan varietas padi lokal sehingga varietas padi lokal
terancam punah (Puspita dkk, 2005).
o Dapat digunakan sebagai tempat habitat berbagai jenis tumbuhan dan hewan
Sawah merupakan ekosistem perairan tergenang yang menjadi habitat hidup berbagai
jenis hewan dan tumbuhan air lainnya, seperti ikan, siput, burung, serangga, amfibi,
kangkung, enceng gondok, dan lain-lain. Hewan-hewan yang hidup di sawah tersebut,
ada yang menghabiskan seluruh/sebagian besar hidupnya di sawah dan ada juga yang
hanya singgah sebentar di sawah hanya untuk mencari makan. Hewan dan tumbuhan air
yang hidup di sawah juga ada yang bernilai ekonomis dan ada pula yang bersifat
merugikan.
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
250
Fungsi Ekosistem Pertanian secara Ekonomis :
o Lahan persawahan ini merupakan mata pencaharian masyarakat
Dengan adanya pertanian dapat meningkatkan kemampuan SDM petani dan pelaku
agribisnis dalam menguasai dan menerapkan teknologi pertanian, meningkatkan dan
memberdayakan kelembagaan petani – nelayan dalam mengembangkan agribisnis dan
agroindustri, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani – nelayan dan pelaku
agribisnis.
o Sebagai sumber bahan pokok bagi masyarakat
2) Skala pemanfaatan ekosistem pertanian
Ekosistem pertanian memiliki banyak manfaat yaitu sebagai berikut :
Pertanian sebagai penyedia oksigen
Kebutuhan pertama yang paling mendasar bagi manusia adalah oksigen. Oksigen banyak
terdapat di udara. Oksigen bebas tersebut dihasilkan oleh tumbuhan sebagai produk dari
kegiatan fotosintesis, melalui reaksi kimia 6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6H2O
Pertanian sebagai daerah resapan air
Tanaman padi dan tanaman pertanian yang lainnya dapat terlibat secara langsung dalam
siklus hidrologi (siklus air). Air dari hujan yang turun akan ditangkap oleh akar-akar
tanaman pertanian, kemudian menyimpannya di dalam tanah dan selanjutnya dikeluarkan
melalui mata air yang jernih. Jika kawasan pertanian di Kota Surabaya dialihfungsikan
menjadi pemukiman penduduk maka air hujan tidak terserap dengan baik dan akan
menyebabkan erosi maupun banjir.
Pertanian sebagai penyedia pangan
Pangan dapat disediakan oleh pertanian, untuk itu pertanian sangatlah penting dalam
kehidupan manusia di Kota Surabaya. Teknologi modern yang ada sekarang pun belum
dapat membuat makanan sintetis, sehingga untuk kebutuhan pangannya manusia masih
mengandalkan produk-produk pertanian.
c. Ancaman
1) Faktor-faktor yang mengancam kelestarian ekosistem pertanian
Masalah adalah faktor-faktor penentu (impact point) yang menjadi penghambat/kendala
dalam pembangunan pertanian namun masih memungkinkan untuk diatasi dengan mudah
dan murah. Adapun masalah-masalah tersebut antara lain :
1. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan petani dalam penggunaan benih unggul
bermutu dan bersertifikat yang dapat berpengaruh terhadap produksi dan produktifitas
pertanian.
2. Kurangnya minat petani dalam penggunaan pupuk organik.
3. Masih rendahnya kemampuan anggota kelompok tani dalam bekerjasama menyusun
rencana kerja dan mencari informasi.
4. Masih terbatasnya fasilitas kelompok tani, khususnya alat dan mesin pertanian.
5. Penjualan hasil tidak memperhitungkan biaya produksi.
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
251
6. Adanya pengaruh dari global warming dan anomali iklim, mengakibatkan pola tanam
dan budidaya tanaman pangan terganggu.
7. Rendahnya harga jual di tingkat petani, mengakibatkan petani terkadang BEP (Break
Event Point) titik impas, bahkan terkadang rugi.
8. Belum adanya regulasi dari pemerintah yang mengatur pola distribusi serta harga dari
hasil pertanian, sehingga mempunyai dampak terhadap harga, stok hasil pertanian dan
kualitas hasil pertanian.
9. Masih rendahnya pengetahuan dan ketrampilan anggota kelompok tani tentang teknik
pengolahan hasil pertanian.
10. Masih banyaknya lahan pekarangan yang belum dimanfaatkan secara optimal untuk
budidaya tanaman holtikultura.
11. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan.
12. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang budidaya tanaman hias, sayuran
dalam pot atau budidaya tanaman dengan sistem vertikultur.
13. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang media tanam untuk masing-masing
jenis tanaman hias, toga, dan sayuran.
14. Adanya alih fungsi lahan menjadi pemukiman
Adanya alih fungsi lahan ini dapat mengakibatkan kerusakan beberapa habitat hewan,
salah satunya adalah tomcat (Paederus littoralis). Habitat alaminya berupa tambak liar
dan ada sedikit semak-semak. Sebenarnya tomcat bersifat kosmopolitan, artinya berada
dimana-mana, menyukai daerah yang lembab, dan cahaya terang. Habitat alami dari
tomcat ini sudah beralih fungsi menjadi pemukiman, sehingga menyebabkan hewan ini
kesulitan untuk mendapatkan makanannya (wereng). Dikarenakan menyukai cahaya
terang, maka tomcat akan berpindah ke pemukiman untuk mencari makan (serangga kecil
yang ada di sekitar lampu penduduk). Karakteristik tomcat secara lengkap dapat dilihat
pada Lampiran 6.
Gambar 3.82 Tomcat (Paederus littoralis)
Pada Tahun 2012 terjadi peningkatan populasi tomcat di beberapa wilayah kecamatan.
Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.82.
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
252
Gambar 3.83 Peta persebaran Tomcat Kota Surabaya
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
253
15. Adanya serangan hama penyakit seperti serangan ulat bulu (Lymantridae).
Peningkatan populasi ulat bulu disebabkan adanya perubahan cuaca yang ekstrem,
terutama pada peralihan menuju musim hujan, daur hidup ulat bulu dapat lebih cepat
kurang dari empat minggu, dan stadium ulat dapat lebih cepat kurang dari sembilan hari.
Karakteristik ulat bulu secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 7.
Gambar 3.84 Ulat Bulu (Lymantridae)
Pada Tahun 2012 terjadi peningkatan populasi ulat bulu di beberapa wilayah kecamatan.
Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.84.
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
254
Gambar 3.85 Peta Persebaran Ulat Bulu Kota Surabaya
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
255
2) Status permasalahan kerusakan ekosistem
Luas lahan pertanian yang meliputi lahan sawah, ladang dan pekarangan pada tahun
2008-2009 sekitar 27.582 Ha (Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2010), pada tahun 2010
luasnya sekitar 18.779 Ha (Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2011). Sedangkan pada tahun
2011 luasnya sekitar 18.066,4 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah pertanian
semakin berkurang yaitu sebesar 3,8%, dikarenakan adanya pengalihfungsian lahan
pertanian menjadi perumahan warga dan kawasan perdagangan. Para pengembang sangat
tertarik untuk mendirikan perumahan di kawasan Surabaya. Hal ini disebabkan karena
Surabaya merupakan salah satu kota di Indonesia yang sangat maju pesat dalam hal
ekonomi, perdagangan, jasa, transportasi, dan juga pemerintahan.
3) Dampak yang ditimbulkan, baik ekologis maupun ekonomis
Dampak kerusakan lingkungan terhadap ekosistem pertanian diantaranya adalah:
Penyempitan lahan
Pertumbuhan penduduk yang pesat dan frekuensi kerusakan lingkungan dapat membuat
lahan yang ada menjadi sempit. Adanya pembukaan lahan baru dan pengalihfungsian
lahan dapat membuat lahan pertanian menjadi berkurang.
Penurunan produktivitas pada tanaman
Kesuburan tanah dapat terganggu karena kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh
penurunan unsur hara. Berkurangnya unsur hara dalam tanah dapat membuat tanah
menjadi tidak subur sehingga secara langsung dapat berakibat pada produktivitas tanaman
menjadi menurun.
Terganggunya keseimbangan
Dengan adanya kerusakan lingkungan pada ekosistem pertanian, maka secara langsung
akan dapat mengurangi flora ataupun fauna yang ada sehingga dapat membuat
keseimbangan ekosistem menjadi terganggu.
d. Analisis Kondisi Kualitatif
Perbandingan luas lahan menurut penggunaan lahan per kecamatan di Kota Surabaya
disajikan pada Gambar 3.86 berikut.
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
256
Gambar 3.86 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan di Kota Surabaya
Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya (2011)
Pengembangan berbagai sektor di Surabaya tidak hanya memberikan manfaat namun juga
dampak negatif yaitu berkurangnya luasan lahan kosong terbuka hijau (RTH) yang
memiliki potensi sebagai hutan kota.
Lahan di Kota Surabaya sebagian besar digunakan untuk sektor non pertanian 82,4%.
Sisanya, sebesar 5,3% untuk lahan persawahan, 0,3% untuk perkebunan dan 12% untuk
sektor lainnya. Karena di Kota Surabaya tidak terdapat hutan dan lahan kering maka luas
lahan untuk sektor tersebut adalah 0%.
Langkah lainnya adalah dengan membuat beberapa tempat konservasi bagi flora dan
fauna dengan bantuan dari pihak terkait seperti Dinas Pertanian Kota Surabaya. Tempat-
tempat konservasi yang telah disediakan oleh pemerintah adalah Kebun Bibit Wonorejo,
Taman Flora, Hutan Mangrove Wonorejo, dan lain-lain. Berikut ini data luas lahan
kawasan budidaya Kota Surabaya sebagai berikut:
Tabel 3.54 Penggunaan lahan kawasan budidaya Kota Surabaya
No Penggunaan Lahan Luas Prosentase (%)
1 Perumahan 13880,16 42
2 Sawah dan Tegalan 5366,995 16,24
3 Tambak 5023 15,2
4 Jasa 3007,368 9,1
5 Perdagangan 581,6448 1,76
6 Industri atau Gudang 2412,504 7,3
7 Tanah Kosong 1817,64 5,5
8 Lain-lain 925,34 2,8
Sumber: Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Surabaya (2011)
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
257
Gambar 3.87 Peta Penggunaan Lahan Kota Surabaya
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
258
6. EKOSISTEM TAMBAK
Tambak merupakan bagian tersendiri di dalam ekosistem karena tambak merupakan satu-
satunya tempat hidup ikan budidaya yang letaknya berdekatan dengan lokasi mangrove. Kota
Surabaya memiliki dua macam tambak, yaitu tambak garam dan tambak ikan, baik tawar
maupun payau. Ujung barat Kota Surabaya yang berbatasan dengan Kabupaten Gresik,
terdapat beberapa areal tambak garam di Kecamatan Pakal, Benowo, Asemrowo, dan Tandes.
Musim kemarau adalah musim yang sangat cocok digunakan pada tambak garam. Sedangkan
musim penghujan biasanya digunakan untuk tambak ikan dan udang.
Di lokasi tambak garam terdapat beberapa kincir air. Kincir air tersebut digunakan sebagai
tenaga pengaliran dalam tambak garam. Air laut tersebut akan dialirkan melewati pipa-pipa
dengan menggunakan kincir air, yang kemudian akan mengalir menuju tambak. Setelah
beberapa minggu akan terjadi proses pengkristalan dalam tambak tersebut. Terdapat kilau-
kilau emas memantul dari air sekitar tambak. Pekerja ada dimana-mana, menggerakkan rol
penghalus tanah dan siwur, penciduk air laut dari kayu. Di siang hari, kincir berputar searah
angin. Luas lahan dan produksi tambak garam di Kota Surabaya dapat dilihat pada Tabel
3.55.
Tabel 3.55
Luas Lahan dan Produksi Tambak Garam di Kota Surabaya
No. Kecamatan Areal
(Ha)
Produksi
(ton)
1. Pakal 369,61 14.712,27
2. Benowo 976,58 55.109,51
3. Asemrowo 92,34 3.649,78
4. Tandes 51,65 4.208,93
Jumlah 1.490,18 77.680,49
Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya (2011)
Selain tambak garam, di Surabaya juga terdapat tambak ikan. Ikan yang biasanya
dibudidayakan biasanya adalah bandeng, udang, dan nila. Tambak bandeng, terdapat di
Kecamatan Sukolilo, Mulyorejo, Gununganyar, Pakal, Asemrowo, Kenjeran, dan Semampir.
Tambak udang (windu dan vaname), terdapat di Kecamatan Sukolilo, Mulyorejo,
Gununganyar, Pakal, Asemrowo, Benowo, Tambak Langon, Kenjeran, dan Semampir.
Tambak nila, terdapat di Kecamatan Gununganyar, Rungkut, Sukolilo, Mulyorejo, Bulak,
Kenjeran, Semampir, Asemrowo, dan Benowo. Luas lahan tambak di kota Surabaya dapat
dilihat pada Tabel 3.56.
Tabel 3.56 Luas Lahan Tambak di Kota Surabaya
Tahun 2012
No. Kecamatan Areal (Ha)
1. Gununganyar 228,35
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
259
2. Rungkut 543,023
3. Sukolilo 1.278,38
4. Mulyorejo 238
5. Bulak 72,713
6. Kenjeran 88,9
7. Semampir 25,75
8. Asemrowo 88,65
9. Benowo 575,9
Jumlah 3.139,66
Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya (2011)
Berikut adalah langkah-langkah pembukaan tambak ikan maupun udang
1. Tambak dikeringkan terlebih dahulu. Di tambak Gunung Anyar terdapat tambak yang
dikeringkan, tambak tersebut akan dilakukan pembukaan awal kembali. Baunya
sangat menyengat dan tidak enak dikarenakan sisa-sisa lumpur hasil kotoran budidaya
tambak sebelumnya. Banyak juga ikan-ikan hama seperti Ikan Keting dan Mujaer
yang sengaja dimatikan.
Gambar 3.88 Ikan Liar Mati yang ada di Tambak
Sumber : Hasil Survei (2012)
2. Tambak diisi air hingga penuh
3. Diberi samponen dan ditunggu hingga satu minggu
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
260
Gambar 3.89 Tambak yang telah diberi Samponen
Sumber : Hasil Penelitian (2012)
4. Diberi pupuk urea dan ditunggu hingga airnya menjadi jernih (dua minggu)
5. Setelah air tambak menjadi jernih, lalu ditabur benih ikan bandeng, udang windu,
maupun kepiting dan ditunggu hingga panen
Gambar 3.90 Tambak yang Telah Ditabur Benih
Sumber : Hasil Penelitian (2012)
a. Upaya Perlindungan dan Pelestarian
Pemerintah Kota Surabaya telah melakukan upaya perlindungan dan pelestarian
ekosistem tambak. Upaya-upaya yang telah dilakukan yaitu :
a. Mengadakan penyuluhan-penyuluhan tentang pentingnya ekosistem tambak di Kota
Surabaya
b. Adanya tambak silvofishery
Tambak silvofishery adalah suatu tambak yang didalamnya terdapat mangrove dan
juga ikan (bandeng, belanak liar, kepiting, maupun udang windu, udang putih, udang
vaname, sidat liar, keting, mujaer). Manfaat mangrove pada tambak silvofishery
adalah untuk menyedot racun sisa bahan kimia yang telah ditaburkan ke tambak, jika
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
261
daun mangrove berguguran dan jatuh ke tambak, lama-kelamaan daun tersebut akan
ditumbuhi lumut sehingga dapat dimakan oleh udang windu dan ikan bandeng, serta
akar mangrove juga berfungsi untuk menyerap logam berat yang ada di tambak
tersebut.
c. Pembinaan tentang pengolahan hasil perikanan
d. Optimalisasi lahan pekarangan untuk budidaya perikanan dan bantuan sarana
prasarana untuk budidaya ikan dalam kolam terpal
e. Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan petani / pelaku agribis /
masyarakat dalam rangka pemantauan tentang kwalitas ikan segar maupun hasil
olahan ikan.
f. Mengembangkan sumber daya manusia tentang budidaya ikan hias dan ikan air tawar
untuk perbaikan gizi seoptimal mungkin.
g. Meningkatkan pendapatan dan perbaikan gizi bagi keluarga miskin dengan cara
pemanfaatan lahan pekarangan melalui budidaya ikan lele dalam kolam terpal.
b. Fungsi dan Manfaat
1. Fungsi dan manfaat secara ekologis dan ekonomis
Fungsi Tambak Ikan secara Ekologis :
o Habitat berbagai jenis hewan dan tumbuhan air
Tambak di Kota Surabaya memiliki fungsi secara ekologis sebagai tempat hidup
(habitat) berbagai macam hewan dan tumbuhan air. Hewan-hewan yang hidup di
tambak sangatlah banyak, contohnya adalah nila, bandeng, udang, kepiting, plankton,
dll. Selain ikan, di tambak juga terdapat aneka macam burung-burung air, contohnya
Numenius phaeophus, Charadriidae, dan Phalacrocoridae.
Pembangunan tambak yang digabungkan dengan hutan mangrove (sistem
silvofishery), secara ekologis sangat menguntungkan karena dapat menjamin
kelangsungan hidup hewan budidaya, ketersediaan benih alami, dan kelangsungan
hidupan liar lainnya seperti ikan, udang, kepiting, burung air, mamalia, dan reptilia.
o Sumber Plasma Nutfah
Pembangunan tambak di wilayah estuari menyebabkan terperangkapnya berbagai jenis
hewan air liar yang menjadi sumber plasma nutfah untuk meningkatkan hasil perikanan.
Keberadaan plasma nutfah dan benih tersebut akan sangat mempengaruhi tingkat
produktivitas tambak (Puspita dkk, 2005).
Fungsi Tambak Garam secara Ekologis :
Fungsi utama ladang garam adalah untuk memproduksi garam bagi kebutuhan
masyarakat. Pada ladang garam hidup berbagai jenis mikroorganisme. Keberadaan
mikroorganisme ini mempengaruhi warna ladang garam (Puspita dkk, 2005). Selain
mikroorganisme, pada ladang garam juga dapat dijumpai beberapa jenis burung seperti
kuntul (Ardeidae), kokokan laut (Butorides striatus), dan lain-lain.
PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA
TAHUN 2012
262
Fungsi Tambak Ikan secara Ekonomis :
o Menghasilkan berbagai sumber daya alam bernilai ekonomis
Tambak merupakan lahan budidaya perikanan yang dibangun untuk meningkatkan
produksi perikanan laut. Tambak menghasilkan berbagai sumber daya alam perikanan
khas pesisir berupa ikan dan hewan air lain seperti ikan bandeng, nila, mujair, patin,
bawal, kepiting, udang vannamei, dan udang windu. Hewan air budidaya ini diproduksi
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi protein masyarakat.
o Meningkatkan perekonomian masyarakat
Kegiatan pertambakan merupakan usaha budidaya perikanan yang menjadi sumber mata
pencaharian dan pendapatan bagi masyarakat pesisir. Dengan adanya tambak di Surabaya
ini dapat menyerap tenaga sebagai pemilik dan sebagai penunggu tambak (Pandega)
(Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2011).
Fungsi Tambak Garam secara Ekonomis :
Tambak garam ini juga dapat menambah penghasilan penduduk. Sama seperti halnya
tambak ikan, tambak garam juga menjadi sumber mata pencaharian dan pendapatan bagi
masyarakat. Dengan adanya tambak garam juga dapat menyerap tenaga sebagai penunggu
tambak (pandega) (Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2011).
c. Ancaman
Faktor-faktor yang mengancam kelestarian ekosistem tambak
Adapun masalah-masalah di bidang perikanan tersebut antara lain :
Masih rendahnya pengetahuan dan ketrampilan dalam cara budidaya ikan yang baik
dan menguntungkan.
Masih kurangnya pengetahuan tentang manfaat gizi ikan.
Masih kurangnya pengetahuan tentang pengolahan hasil perikanan, seperti
penggunaan zat kimia (samponen, thiodan, pupuk urea) yang digunakan di area
tambak.
Masih banyaknya lahan pekarangan yang belum dimanfaatkan untuk budidaya
perikanan secara optimal.
d. Analisis Kondisi Kualitatif
Berdasarkan survei yang dilakukan pada penelitian sample air tambak, yakni di lokasi
tambak 1 (tambak di wonorejo yang menggunakan samponen) dan tambak 2 (tambak di
wonorejo yang menggunakan thiodan). Warna tambak 1 adalah coklat jernih, sedangkan
tambak 2 tampak berwarna coklat jernih serta terdapat banyak keong kecil yang mati.
Keong kecil yang mati tersebut dikarenakan efek dari zat kimia thiodan, thiodan tersebut
memang diperuntukkan agar membasmi ikan-ikan kecil yang mengganggu pertumbuhan
budidaya tambak sehingga keong-keong kecil yang berada di sekitarnya juga ikut mati.
Hasil dari penelitian kedua tambak adalah sebagai berikut: