bab iv hasil penelitian dan...

12
18 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Awal (Kondisi Prasiklus) Pembelajaran IPA siswa kelas V SDN Timbang 01 Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang pada kondisi prasiklus ini, menggunakan metode ceramah. Medianya adalah tulisan guru di papan tulis. Menunjukkan hasil belajar yang belum memuaskan, yaitu masih ada 11 siswa atau 64,71 % siswa yang belum tuntas hasil belajarnya. Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan adalah 70. Untuk lebih jelasnya, nilai prasiklus dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1 Distribusi Nilai Hasil Belajar Prasiklus Rentang Nilai Jumlah Siswa % Keterangan 80-89 3 17,65 % Tuntas 70-79 3 17,65 % Tuntas 60-69 6 35,29 % Belum tuntas 50-59 1 5,88 % Belum tuntas 40-49 4 23,53 % Belum tuntas Jumlah 17 100 % Ketuntasan 6 35,29 % Belum tuntas 11 64,71 % Rata-rata 61,17 Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Belajar Prasiklus Nilai Frekuensi Keterangan Persentase 6 Tuntas 35,29 % 11 Belum tuntas 64,71 % Jumlah 17 100 % Jika dilihat dari hasil nilai prasiklus menunjukkan bahwa hasil belajar masih rendah, terbukti dari jumlah siswa 17 masih ada 11 siswa atau 64,71 % yang belum

Upload: ngodung

Post on 27-May-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2125/5/T1_262010808_BAB IV.pdfNilai Frekuensi Keterangan Persentase . ... setelah itu mereka akan mencari

18

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Kondisi Awal (Kondisi Prasiklus)

Pembelajaran IPA siswa kelas V SDN Timbang 01 Kecamatan Banyuputih

Kabupaten Batang pada kondisi prasiklus ini, menggunakan metode ceramah.

Medianya adalah tulisan guru di papan tulis. Menunjukkan hasil belajar yang belum

memuaskan, yaitu masih ada 11 siswa atau 64,71 % siswa yang belum tuntas hasil

belajarnya. Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan adalah 70. Untuk

lebih jelasnya, nilai prasiklus dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1

Distribusi Nilai Hasil Belajar Prasiklus

Rentang Nilai Jumlah

Siswa % Keterangan

80-89 3 17,65 % Tuntas

70-79 3 17,65 % Tuntas

60-69 6 35,29 % Belum tuntas

50-59 1 5,88 % Belum tuntas

40-49 4 23,53 % Belum tuntas

Jumlah 17 100 %

Ketuntasan 6 35,29 %

Belum tuntas 11 64,71 %

Rata-rata 61,17

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Belajar Prasiklus

Nilai Frekuensi Keterangan Persentase

6 Tuntas 35,29 %

11 Belum tuntas 64,71 %

Jumlah 17 100 %

Jika dilihat dari hasil nilai prasiklus menunjukkan bahwa hasil belajar masih

rendah, terbukti dari jumlah siswa 17 masih ada 11 siswa atau 64,71 % yang belum

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2125/5/T1_262010808_BAB IV.pdfNilai Frekuensi Keterangan Persentase . ... setelah itu mereka akan mencari

19

mencapai ketuntasan dan baru 6 siswa atau 35,29 % yang sudah mencapai

ketuntasan atau mendapatkan nilai 70.

Pembelajaran saat prasiklus ini dilakukan dengan metode ceramah, dimana

pada saat kegiatan inti guru menjelaskan materi, siswa mendengarkan. Pada saat

guru mengadakan tanya jawab, sebagian besar siswa tidak ada yang mengajukan

pertanyaan. Pada kegiatan akhir setelah diadakan penilaian ternyata hasil belajarnya

belum sesuai harapan.

Melihat kondisi tersebut, maka peneliti melakukan suatu tindakan dalam

pembelajaran IPA tentang pesawat sederhana melalui pendekatan pembelajaran

make a match. Maka a match adalah suatu metode pembelajaran yang dapat menarik

perhatian siswa sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa. Pada pembelajaran

dengan metode make a match siswa akan memperoleh satu kartu (kartu jawaban atau

kartu soal) setelah itu mereka akan mencari pasangan dari kartu yang dipegangnya,

hal tersebut dapat membangkitkan keingintahuan siswa sehingga siswa termotivasi

untuk berfikir.

4.2 Diskripsi Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Hasil evaluasi yang diadakan pada prasiklus menjadi dasar untuk mengambil

tindakan yang tepat dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa. Pendekatan

pembelajaran yang digunakan adalah make a match, media yang digunakan

adalah kartu (yang berisi jawaban dan soal).

Pada tahap ini telah dipersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari

RPP, LKS, butir soal tes formatif, dan alat-alat pembelajaran yang mendukung,

yang semuanya disajikan dalam lampiran.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada bulan Maret 2012 di

kelas V dengan jumlah siswa 17 siswa mengacu pada RPP yang telah

dipersiapkan dan disempurnakan, sehingga kesalahan atau kekurangan pada

prasiklus tidak terulang pada siklus I.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2125/5/T1_262010808_BAB IV.pdfNilai Frekuensi Keterangan Persentase . ... setelah itu mereka akan mencari

20

1) Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan I Siklus I

Pada pertemuan pertama dilaksanakan pembelajaran dengan materi

pesawat sederhana. Sebelum melakukan pembelajaran, terlebih dahulu

dipersiapkan hal-hal yang diperlukan. Setelah selesai guru memulai kegiatan

awal dengan berdoa kemudian dilanjutkan memberi motivasi dengan

menunjukkan contoh benda yang termasuk pesawat sederhana. Guru

memberi penjelasan bahwa pesawat sederhana adalah suatu benda yang

dapat membantu meringankan pekerjaan manusia.

Kegiatan inti dimulai dengan memberi penjelasan pesawat sederhana

dikelompokkan menjadi empat jenis. Guru menjelaskan dan memberi contoh

yang termasuk dalam jenis tuas (pengungkit) dan bidang miring. Guru

membagikan satu kartu pada setiap siswa (ada yang berisi soal dan ada yang

berisi jawaban), setiap siswa mencari pasangan dari kartu yang dipegangnya.

Siswa yang sudah menemukan pasangannya maju untuk menempelkan hasil

kerjanya. Guru bersama siswa membahas hasilnya. Kemudian guru bersama

siswa menyimpulkan pembelajaran dan memberi kesempatan siswa untuk

bertanya.

Pada kegiatan akhir guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih

giat belajar, kemudian guru memberikan soal tugas untuk dikerjakan di buku

masing-masing.

2) Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan II Siklus I

Sebelum pembelajaran dimulai guru menyiapkan media seperti gunting

dan alat pembuka botol. Kegiatan dimulai dengan tanya jawab untuk

mengingat pelajaran yang lalu serta menyampaikan indikator yang akan

dicapai dan kegiatan yang akan dilakukan.

Kegiatan inti guru menjelaskan dan memberi contoh yang termasuk dalam

jenis katrol dan roda berporos.

Guru membagikan satu kartu pada setiap siswa (ada yang berisi soal dan

ada yang berisi jawaban), setiap siswa mencari pasangan dari kartu yang

dipegangnya. Siswa yang sudah menemukan pasangannya maju untuk

menempelkan hasil kerjanya. Guru bersama siswa membahas hasilnya.

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2125/5/T1_262010808_BAB IV.pdfNilai Frekuensi Keterangan Persentase . ... setelah itu mereka akan mencari

21

Kemudian guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran dan memberi

kesempatan siswa untuk bertanya.

Pada kegiatan akhir guru memberikan soal tugas kepada siswa. Guru

juga menyampaikan kepada siswa pada pertemuan berikutnya akan diadakan

ulangan. Guru memberi motivasi kepada siswa untuk giat belajar.

c. Observasi

Pada pelaksanaan pembelajaran pertemuan ke-I dan ke-II siklus I, dilakukan

pengamatan terhadap guru dan siswa. Pengamatan dilakukan oleh satu orang

observer. Berdasarkan indikator pengamatan, observer melakukan pengamatan

selama proses pembelajaran pengamatan itu meliputi kegiatan siswa, tindakan

guru, hasil belajar siswa dan memberi penilaian terhadap proses pembelajaran.

Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa guru telah melaksanakan

pembelajaran melalui pendekatan make a match. Pengamatan terhadap siswa

menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah mengikuti pembelajaran dengan

aktif. Pada akhir pembelajaran siklus I diadakan tes untuk mengetahui hasil

pembelajaran yang telah dicapai. Nilai hasil tes pada siklus I dapat dilihat pada

tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3 Distribusi Nilai Hasil Belajar Siklus I

Rentang Nilai Jumlah

Siswa % Keterangan

100 1 5,88 % Tuntas

90-99 1 5,88 % Tuntas

80-89 3 17,65 % Tuntas

70-79 7 41,18 % Tuntas

60-69 3 17,65 % Belum tuntas

50-59 1 5,88% Belum tuntas

40-49 1 5,88 % Belum tuntas

Jumlah 17 100 %

Ketuntasan 12 70,59%

Belum tuntas 5 29,41 %

Rata-rata 71,76

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2125/5/T1_262010808_BAB IV.pdfNilai Frekuensi Keterangan Persentase . ... setelah itu mereka akan mencari

22

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus I

Nilai Frekuensi Keterangan Persentase

12 Tuntas 70,59 %

5 Belum tuntas 29,41 %

Jumlah 17 100 %

Berdasarkan data pada tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa siswa yang menjadi

subyek penelitian ada 17 siswa, dari 17 siswa tersebut masih ada 5 siswa atau

29,41 % yang dinyatakan belum tuntas karena hasil tes pada pelaksanaan

pembelajaran siklus I belum memperoleh nilai yang lebih besar atau sama dengan

KKM yang telah ditetapkan. Sedangkan KKM yang telah ditetapkan adalah 70.

Siswa yang memperoleh nilai KKM sebanyak 12 atau 70,59 %. Hal ini

menunjukkan peningkatan pencapaian KKM dari prasiklus ke siklus I sebesar

35,3 %.

Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dikarenakan sebagian besar

siswa meningkat hasil belajarnya setelah dilaksanakan pembelajaran pada siklus.

Kondisi ini sangat dimungkinkan sekali karena telah dilakukan tindakan, yakni

menggunakan pendekatan pembelajaran make a match yang melibatkan siswa

untuk aktif. Pada pendekatan pembelajaran make a match dapat memupuk kerja

sama dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada ditangan

mereka, sehingga proses pembelajaran lebih menarik, sebagian siswa merasa

antusias mengikuti pembelajaran dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat

siswa mencari pasangan kartunya masing-masing.

d. Refleksi

Berdasarkan observasi pada siklus I, hal-hal yang diperlukan untuk

memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya yaitu antara lain :

1) Memberikan teguran kepada siswa yang tidak bisa diajak kerja sama pada saat

mencari kartu pasangan.

2) Memberikan penjelasan secara rinci aturan main dan batasan waktu sehingga

siswa tidak kebingungan dan mampu mengimplementasikan perintah yang

diberikan oleh guru.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2125/5/T1_262010808_BAB IV.pdfNilai Frekuensi Keterangan Persentase . ... setelah itu mereka akan mencari

23

3) Memberi penjelasan tiap butir soal agar siswa mudah memahaminya.

4) Dari berbagai kekurangan yang ada pada siklus I, maka perlu dilakukan

perbaikan pada siklus II.

4.3 Deskripsi Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Hasil refleksi siklus I menjadi acuan untuk mengambil tindakan yang tepat

guna meningkatkan hail belajar siswa.

Pada tahap ini penulis mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri

dari RPP, LKS, soal tes formatif dan alat-alat pengajaran yang mendukung yang

semuanya disajikan dalam lampiran.

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada bulan april 2012.

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi RPP yang telah

dipersiapkan sebagai penyempurnaan setelah melakukan revisi pada siklus I,

sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang.

1) Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan I Siklus II

Sebelum melakukan pembelajaran, guru terlebih dahulu mempersiapkan

alat yang digunakan dalam pembelajaran. Setelah selesai guru memulai pelajaran

dengan terlebih dahulu mengabsen siswa dan mengkondisikan siswa untuk siap

menerima pelajaran. Guru menunjukkan contoh pesawat sederhana yaitu gunting

yang termasuk dalam jenis tuas dan menunjukkan atap sekolahan yang

menggunakan prinsip bidang miring.

Pada kegiatan inti sebelum membagikan kartu yang berisi pesawat

sederhana, guru memberikan arahan dan aturan permainan make a match dimana

siswa harus mencari pasangan kartu yang berisi soal atau jawaban dari kartu yang

mereka pegang. Pasangan yang dapat meyelesaikan permainan dengan cepat

dan benar mendapat poin tertinggi. Penjelasan guru dibatasi 5 menit, kemudian

guru mulai membagikan kartu yang berisi pesawat sederhana kepada setiap

siswa. Kartu tersebut dibagikan ke siswa sebanyak 17 kartu. Langkah ini siswa

dibatasi waktu 10 menit.

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2125/5/T1_262010808_BAB IV.pdfNilai Frekuensi Keterangan Persentase . ... setelah itu mereka akan mencari

24

Siswa yang sudah menemukan pasangannya maju untuk menempelkan

hasil kerjanya. Guru bersama siswa membahas hasilnya. Kemudian guru bersama

siswa menyimpulkan pembelajaran dan memberi kesempatan siswa untuk

bertanya.

Pada kegiatan akhir guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih

giat belajar, kemudian guru memberikan soal tugas untuk dikerjakan di buku

masing-masing.

2) Tahap Pelaksanaan Pembelajaran II Siklus II

Sebelum melakukan pembelajaran, guru terlebih dahulu mempersiapkan

alat yang digunakan dalam pembelajaran. Setelah selesai guru memulai pelajaran

dengan terlebih dahulu mengabsen siswa dan mengkondisikan siswa untuk siap

menerima pelajaran. Guru menunjukkan contoh pesawat sederhana yaitu katrol

pada tiang bendera yang termasuk jenis katrol tetap dan menunjukkan roda

sepeda yang termasuk dalam jenis roda berporos.

Pada kegiatan inti sebelum membagikan kartu yang berisi pesawat

sederhana, guru memberikan arahan dan aturan permainan make a match dimana

siswa harus mencari pasangan kartu yang berisi soal atau jawaban dari kartu yang

mereka pegang. Pasangan yang dapat meyelesaikan permainan dengan cepat

dan benar mendapat poin tertinggi. Penjelasan guru dibatasi 5 menit, kemudian

guru mulai membagikan kartu yang berisi pesawat sederhana kepada setiap

siswa. Kartu tersebut dibagikan ke siswa sebanyak 17 kartu. Langkah ini siswa

dibatasi waktu 10 menit.

Siswa yang sudah menemukan pasangannya maju untuk menempelkan

hasil kerjanya. Guru bersama siswa membahas hasilnya. Kemudian guru bersama

siswa menyimpulkan pembelajaran dan memberi kesempatan siswa untuk

bertanya.

Pada kegiatan akhir guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih giat

belajar, kemudian guru memberitahukan bahwa pertemuan berikutnya akan

diadakan ulangan.

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2125/5/T1_262010808_BAB IV.pdfNilai Frekuensi Keterangan Persentase . ... setelah itu mereka akan mencari

25

c. Observasi

Selama pelaksanaan pembelajaran pertemuan ke-1 dan ke-2 pada siklus II,

juga dilakukan pengamatan terhadap guru dan siswa. Pengamatan dilakukan oleh

seorang observer untuk mengamati tindakan guru dan tingkah laku siswa selama

proses pembelajaran.

Hasil pengamatan pada siklus II menunjukkan bahwa guru telah

melaksanakan proses pembelajaran melalui pendekatan make a match. Pada

pertemuan terakhir pembelajaran siklus II diadakan tes untuk mengetahui hasil

pembelajaran yang telah dilakukan guru sebagai peneliti. Nilai tes pada siklus II dapat

dilihat pada tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5 Distribusi Nilai Hasil Belajar Siklus II

Rentang Nilai Jumlah

Siswa % Keterangan

100 2 11,76 % Tuntas

90-99 1 5,88 % Tuntas

80-89 7 41,18 % Tuntas

70-79 7 41,18 % Tuntas

Jumlah 17 100 %

Ketuntasan 17 100 %

Belum tuntas 0 0 %

Rata-rata 80,59

Tabel 4.6

Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus II

Nilai Frekuensi Keterangan Persentase

17 Tuntas 100 %

0 Belum tuntas 0 %

Jumlah 17 100 %

Berdasarkan data tabel 4.6 dapat dijelaskan bahwa siswa yang menjadi

subyek penelitian ada 17 siswa. Peserta didik yang berhasil memperoleh nilai KKM

sebanyak 17 siswa atau 100 %.

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2125/5/T1_262010808_BAB IV.pdfNilai Frekuensi Keterangan Persentase . ... setelah itu mereka akan mencari

26

Jika dilihat dari data hasil siklus I dan II, dapat dikemukakan bahwa nilai rata-

rata dari hasil tes siklus I ke siklus II terjadi peningkatan dari 71,64 menjadi 80,59.

Dari data itu dapat dilihat adanya peningkatan sebesar 8,95. Sedangkan tingkat

ketuntasan meningkat dari ketuntasan siklus I, 70,59 % menjadi 100 % pada

ketuntasan siklus II. Hal tersebut menunjukkan ketuntasan belajar dari siklus I ke

siklus II meningkat sebesar 29,41 %.

Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya

peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan pembelajaran make a

match sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran ini sehingga

siswa menjadi lebih mudah memahami materi yang diberikan. Pada siklus II

ketuntasan secara klasikal telah tercapai, sehingga penelitian ini hanya sampai pada

siklus II.

d. Refleksi

Setelah guru melakukan proses pembelajaran, maka yang menjadi refleksi

pada siklus ini adalah meningkatnya hasil belajar siswa. Guru telah menerapkan

pendekatan pembelajaran make a match dengan baik dan dilihat dari aktivitas belajar

siswa, pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.

Berdasarkan dari data pengamatan diketahui bahwa siswa menjadi lebih aktif selama

proses pembelajaran berlangsung.

Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan

peningkatan sehingga menjadi lebih baik. Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai

ketuntasan.

4.4 Hasil Analisis Data

Pada bagian ini akan dipaparkan hasil analisis data penelitian tentang hasil

belajar siswa kelas V dengan pendekatan make a match. Hasil belajar dari setiap

siklus dapat dilihat pada tabel 4.7.

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2125/5/T1_262010808_BAB IV.pdfNilai Frekuensi Keterangan Persentase . ... setelah itu mereka akan mencari

27

Tabel 4.7 Distribusi Hasil Belajar pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

Tahap Jumlah Siswa Tuntas Belum Tuntas

Prasiklus 17 6 (35,29 %) 11 (64,71 %)

Siklus I 17 12 (70,59 %) 5 (29,41 %)

Siklus II 17 17 (100 %) 0 %

Dari tabel 4.7 ini dapat dijelaskan perbandingan hasil belajar setiap siklus. Pada

kondisi awal atau prasiklus dari jumlah 17 siswa terdapat 11 siswa atau 64,71 %

yang belum tuntas belajarnya. Sedangkan 6 siswa atau 35,29 % sudah tuntas

belajarnya. Setelah dilaksanakan pembelajaran siklus I terjadi peningkatan

ketuntasan hasil belajar siswa, yaitu dari 17 siswa yang sudah tuntas hasil belajarnya

mencapi 12 siswa atau 70,59 % dan tinggal 5 siswa atau 29,41 % yang belum tuntas

hasil belajarnya.

Melihat hasil belajar pada siklus I yang masih ada siswa yang belum tuntas hasil

belajarnya atau nilainya belum mencapai 70, maka perlu dilaksanakan pembelajaran

pada siklus II. Hasil belajar yang diperoleh setelah dilaksanakan pembelajaran pada

siklus II menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar. Dari jumlah 17

siswa atau 100 % dapat mencapai ketuntasan, atau dapat dikatakan bahwa dari 17

siswa telah memperoleh nilai hasil belajar 70. Dari data di atas dapat dilihat

ketuntasan siswa dari prasikus ke siklus II meningkat sebesar 64,71 %.

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Belajar Prasiklus ke Siklus II

No. Nilai

Prasiklus Siklus I Siklus II

Jumlah

Siswa (%)

Jumlah

Siswa (%)

Jumlah

Siswa (%)

1. Tuntas 6 35,29 % 12 70,59 % 17 100 %

2. Belum

Tuntas 11 64,71 % 5 29,41 % 0 0 %

Jumlah 17 100 % 17 100 % 17 100 %

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2125/5/T1_262010808_BAB IV.pdfNilai Frekuensi Keterangan Persentase . ... setelah itu mereka akan mencari

28

4.5 Pembahasan

Dari paparan analisis yang telah dipaparkan, maka dapat diketahui adanya

peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa kelas V setelah dilaksanakan proses

belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan make a match. Hal ini

ditunjukkan dari hasil belajar pada prasiklus baru terdapat 6 siswa atau 35,29 % yang

sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal dan nilai rata-rata kelas 61,47 mengalami

peningkatan.

Pada siklus I terdapat 12 siswa atau 70,59 % yang telah mencapai kriteria

ketuntasan minimal dan nilai rata-rata kelas 71,76. Untuk mencapai target ketuntasan

100% maka dilakukan tindakan pada siklus II. Setelah dilakukan tindakan pada siklus

II pencapaian kriteria ketuntasan minimal meningkat menjadi 17 siswa atau 100 %.

Dengan nilai rata-rata kelas 80,59.

Berdasarkan observasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPA pada

bahasan pokok pesawat sederhana siswa sangat senang mengikuti pembelajaran,

siswa antusias mencari jawaban dari kartu yang dipegangnya saat guru menerapkan

pendekatan make a match dan siswa juga aktif membuat ringkasan materi

pembelajaran sehingga terjalin interaksi antar siswa / antara siswa dengan guru. Nilai

keaktifan siswapun mengalami peningkatan. Dari siklus pertama baru terdapat 11

siswa berkriteria A atau 64,70 %, 5 siswa berkriteria B atau 29,41 %, 1 siswa

berkriteria C atau 5,88 %. Pada siklus kedua mengalami peningkatan yakni 16 siswa

atau 94,12 % berkriteria A, hanya 1 siswa atau 5,88 % yang berkriteria B.

Lembar observasi guru digunakan untuk mengetahui kelemahan dan

kekurangan dalam proses pembelajaran untuk perbaikan pada pembelajaran

berikutnya. Hal ini berdampak positif terhadap hasil belajar siswa, yaitu ditunjukkan

dengan nilai rata-rata kelas pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

Dengan demikian hipotesis tindakan pembelajaran dengan pendekatan make a

match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Timbang 01, telah

terbukti yaitu dalam penelitian yang telah dilakukan pada akhir siklus siswa yang telah

mencapai kriteria ketuntasan minimal mencapai 100 %. Rata-rata nilai hasil belajar

kelas meningkat sebesar 64,71 %.

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2125/5/T1_262010808_BAB IV.pdfNilai Frekuensi Keterangan Persentase . ... setelah itu mereka akan mencari

29

Hasil belajar dapat tercapai apabila guru dalam menyampaikan pelajaran tidak

menjadikan siswa hanya sebagai obyek belajar, tapi siswa dijadikan sebagai subyek,

sehingga siswa bisa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Dengan

pendekatan make a match hasil belajar meningkat karena proses pembelajaran

dirasa tidak monoton sehingga siswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran,

siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Suasana positif yang timbul

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran IPA dalam

kegiatan yang menyenangkan siswa merasa lebih termotivasi untuk belajar dan

berfikir.

Penerapan pendekatan make a match dapat membangkitkan rasa

keingintahuan dan kerjasama diantara siswa serta menciptakan kondisi yang

menyenangkan.