bab iv hasil penelitian dan...
TRANSCRIPT
18
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Kondisi Awal (Kondisi Prasiklus)
Pembelajaran IPA siswa kelas V SDN Timbang 01 Kecamatan Banyuputih
Kabupaten Batang pada kondisi prasiklus ini, menggunakan metode ceramah.
Medianya adalah tulisan guru di papan tulis. Menunjukkan hasil belajar yang belum
memuaskan, yaitu masih ada 11 siswa atau 64,71 % siswa yang belum tuntas hasil
belajarnya. Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan adalah 70. Untuk
lebih jelasnya, nilai prasiklus dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1
Distribusi Nilai Hasil Belajar Prasiklus
Rentang Nilai Jumlah
Siswa % Keterangan
80-89 3 17,65 % Tuntas
70-79 3 17,65 % Tuntas
60-69 6 35,29 % Belum tuntas
50-59 1 5,88 % Belum tuntas
40-49 4 23,53 % Belum tuntas
Jumlah 17 100 %
Ketuntasan 6 35,29 %
Belum tuntas 11 64,71 %
Rata-rata 61,17
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Belajar Prasiklus
Nilai Frekuensi Keterangan Persentase
6 Tuntas 35,29 %
11 Belum tuntas 64,71 %
Jumlah 17 100 %
Jika dilihat dari hasil nilai prasiklus menunjukkan bahwa hasil belajar masih
rendah, terbukti dari jumlah siswa 17 masih ada 11 siswa atau 64,71 % yang belum
19
mencapai ketuntasan dan baru 6 siswa atau 35,29 % yang sudah mencapai
ketuntasan atau mendapatkan nilai 70.
Pembelajaran saat prasiklus ini dilakukan dengan metode ceramah, dimana
pada saat kegiatan inti guru menjelaskan materi, siswa mendengarkan. Pada saat
guru mengadakan tanya jawab, sebagian besar siswa tidak ada yang mengajukan
pertanyaan. Pada kegiatan akhir setelah diadakan penilaian ternyata hasil belajarnya
belum sesuai harapan.
Melihat kondisi tersebut, maka peneliti melakukan suatu tindakan dalam
pembelajaran IPA tentang pesawat sederhana melalui pendekatan pembelajaran
make a match. Maka a match adalah suatu metode pembelajaran yang dapat menarik
perhatian siswa sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa. Pada pembelajaran
dengan metode make a match siswa akan memperoleh satu kartu (kartu jawaban atau
kartu soal) setelah itu mereka akan mencari pasangan dari kartu yang dipegangnya,
hal tersebut dapat membangkitkan keingintahuan siswa sehingga siswa termotivasi
untuk berfikir.
4.2 Diskripsi Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Hasil evaluasi yang diadakan pada prasiklus menjadi dasar untuk mengambil
tindakan yang tepat dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa. Pendekatan
pembelajaran yang digunakan adalah make a match, media yang digunakan
adalah kartu (yang berisi jawaban dan soal).
Pada tahap ini telah dipersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
RPP, LKS, butir soal tes formatif, dan alat-alat pembelajaran yang mendukung,
yang semuanya disajikan dalam lampiran.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada bulan Maret 2012 di
kelas V dengan jumlah siswa 17 siswa mengacu pada RPP yang telah
dipersiapkan dan disempurnakan, sehingga kesalahan atau kekurangan pada
prasiklus tidak terulang pada siklus I.
20
1) Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan I Siklus I
Pada pertemuan pertama dilaksanakan pembelajaran dengan materi
pesawat sederhana. Sebelum melakukan pembelajaran, terlebih dahulu
dipersiapkan hal-hal yang diperlukan. Setelah selesai guru memulai kegiatan
awal dengan berdoa kemudian dilanjutkan memberi motivasi dengan
menunjukkan contoh benda yang termasuk pesawat sederhana. Guru
memberi penjelasan bahwa pesawat sederhana adalah suatu benda yang
dapat membantu meringankan pekerjaan manusia.
Kegiatan inti dimulai dengan memberi penjelasan pesawat sederhana
dikelompokkan menjadi empat jenis. Guru menjelaskan dan memberi contoh
yang termasuk dalam jenis tuas (pengungkit) dan bidang miring. Guru
membagikan satu kartu pada setiap siswa (ada yang berisi soal dan ada yang
berisi jawaban), setiap siswa mencari pasangan dari kartu yang dipegangnya.
Siswa yang sudah menemukan pasangannya maju untuk menempelkan hasil
kerjanya. Guru bersama siswa membahas hasilnya. Kemudian guru bersama
siswa menyimpulkan pembelajaran dan memberi kesempatan siswa untuk
bertanya.
Pada kegiatan akhir guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih
giat belajar, kemudian guru memberikan soal tugas untuk dikerjakan di buku
masing-masing.
2) Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan II Siklus I
Sebelum pembelajaran dimulai guru menyiapkan media seperti gunting
dan alat pembuka botol. Kegiatan dimulai dengan tanya jawab untuk
mengingat pelajaran yang lalu serta menyampaikan indikator yang akan
dicapai dan kegiatan yang akan dilakukan.
Kegiatan inti guru menjelaskan dan memberi contoh yang termasuk dalam
jenis katrol dan roda berporos.
Guru membagikan satu kartu pada setiap siswa (ada yang berisi soal dan
ada yang berisi jawaban), setiap siswa mencari pasangan dari kartu yang
dipegangnya. Siswa yang sudah menemukan pasangannya maju untuk
menempelkan hasil kerjanya. Guru bersama siswa membahas hasilnya.
21
Kemudian guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran dan memberi
kesempatan siswa untuk bertanya.
Pada kegiatan akhir guru memberikan soal tugas kepada siswa. Guru
juga menyampaikan kepada siswa pada pertemuan berikutnya akan diadakan
ulangan. Guru memberi motivasi kepada siswa untuk giat belajar.
c. Observasi
Pada pelaksanaan pembelajaran pertemuan ke-I dan ke-II siklus I, dilakukan
pengamatan terhadap guru dan siswa. Pengamatan dilakukan oleh satu orang
observer. Berdasarkan indikator pengamatan, observer melakukan pengamatan
selama proses pembelajaran pengamatan itu meliputi kegiatan siswa, tindakan
guru, hasil belajar siswa dan memberi penilaian terhadap proses pembelajaran.
Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa guru telah melaksanakan
pembelajaran melalui pendekatan make a match. Pengamatan terhadap siswa
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah mengikuti pembelajaran dengan
aktif. Pada akhir pembelajaran siklus I diadakan tes untuk mengetahui hasil
pembelajaran yang telah dicapai. Nilai hasil tes pada siklus I dapat dilihat pada
tabel 4.3 di bawah ini.
Tabel 4.3 Distribusi Nilai Hasil Belajar Siklus I
Rentang Nilai Jumlah
Siswa % Keterangan
100 1 5,88 % Tuntas
90-99 1 5,88 % Tuntas
80-89 3 17,65 % Tuntas
70-79 7 41,18 % Tuntas
60-69 3 17,65 % Belum tuntas
50-59 1 5,88% Belum tuntas
40-49 1 5,88 % Belum tuntas
Jumlah 17 100 %
Ketuntasan 12 70,59%
Belum tuntas 5 29,41 %
Rata-rata 71,76
22
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus I
Nilai Frekuensi Keterangan Persentase
12 Tuntas 70,59 %
5 Belum tuntas 29,41 %
Jumlah 17 100 %
Berdasarkan data pada tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa siswa yang menjadi
subyek penelitian ada 17 siswa, dari 17 siswa tersebut masih ada 5 siswa atau
29,41 % yang dinyatakan belum tuntas karena hasil tes pada pelaksanaan
pembelajaran siklus I belum memperoleh nilai yang lebih besar atau sama dengan
KKM yang telah ditetapkan. Sedangkan KKM yang telah ditetapkan adalah 70.
Siswa yang memperoleh nilai KKM sebanyak 12 atau 70,59 %. Hal ini
menunjukkan peningkatan pencapaian KKM dari prasiklus ke siklus I sebesar
35,3 %.
Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dikarenakan sebagian besar
siswa meningkat hasil belajarnya setelah dilaksanakan pembelajaran pada siklus.
Kondisi ini sangat dimungkinkan sekali karena telah dilakukan tindakan, yakni
menggunakan pendekatan pembelajaran make a match yang melibatkan siswa
untuk aktif. Pada pendekatan pembelajaran make a match dapat memupuk kerja
sama dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada ditangan
mereka, sehingga proses pembelajaran lebih menarik, sebagian siswa merasa
antusias mengikuti pembelajaran dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat
siswa mencari pasangan kartunya masing-masing.
d. Refleksi
Berdasarkan observasi pada siklus I, hal-hal yang diperlukan untuk
memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya yaitu antara lain :
1) Memberikan teguran kepada siswa yang tidak bisa diajak kerja sama pada saat
mencari kartu pasangan.
2) Memberikan penjelasan secara rinci aturan main dan batasan waktu sehingga
siswa tidak kebingungan dan mampu mengimplementasikan perintah yang
diberikan oleh guru.
23
3) Memberi penjelasan tiap butir soal agar siswa mudah memahaminya.
4) Dari berbagai kekurangan yang ada pada siklus I, maka perlu dilakukan
perbaikan pada siklus II.
4.3 Deskripsi Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Hasil refleksi siklus I menjadi acuan untuk mengambil tindakan yang tepat
guna meningkatkan hail belajar siswa.
Pada tahap ini penulis mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri
dari RPP, LKS, soal tes formatif dan alat-alat pengajaran yang mendukung yang
semuanya disajikan dalam lampiran.
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada bulan april 2012.
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi RPP yang telah
dipersiapkan sebagai penyempurnaan setelah melakukan revisi pada siklus I,
sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang.
1) Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan I Siklus II
Sebelum melakukan pembelajaran, guru terlebih dahulu mempersiapkan
alat yang digunakan dalam pembelajaran. Setelah selesai guru memulai pelajaran
dengan terlebih dahulu mengabsen siswa dan mengkondisikan siswa untuk siap
menerima pelajaran. Guru menunjukkan contoh pesawat sederhana yaitu gunting
yang termasuk dalam jenis tuas dan menunjukkan atap sekolahan yang
menggunakan prinsip bidang miring.
Pada kegiatan inti sebelum membagikan kartu yang berisi pesawat
sederhana, guru memberikan arahan dan aturan permainan make a match dimana
siswa harus mencari pasangan kartu yang berisi soal atau jawaban dari kartu yang
mereka pegang. Pasangan yang dapat meyelesaikan permainan dengan cepat
dan benar mendapat poin tertinggi. Penjelasan guru dibatasi 5 menit, kemudian
guru mulai membagikan kartu yang berisi pesawat sederhana kepada setiap
siswa. Kartu tersebut dibagikan ke siswa sebanyak 17 kartu. Langkah ini siswa
dibatasi waktu 10 menit.
24
Siswa yang sudah menemukan pasangannya maju untuk menempelkan
hasil kerjanya. Guru bersama siswa membahas hasilnya. Kemudian guru bersama
siswa menyimpulkan pembelajaran dan memberi kesempatan siswa untuk
bertanya.
Pada kegiatan akhir guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih
giat belajar, kemudian guru memberikan soal tugas untuk dikerjakan di buku
masing-masing.
2) Tahap Pelaksanaan Pembelajaran II Siklus II
Sebelum melakukan pembelajaran, guru terlebih dahulu mempersiapkan
alat yang digunakan dalam pembelajaran. Setelah selesai guru memulai pelajaran
dengan terlebih dahulu mengabsen siswa dan mengkondisikan siswa untuk siap
menerima pelajaran. Guru menunjukkan contoh pesawat sederhana yaitu katrol
pada tiang bendera yang termasuk jenis katrol tetap dan menunjukkan roda
sepeda yang termasuk dalam jenis roda berporos.
Pada kegiatan inti sebelum membagikan kartu yang berisi pesawat
sederhana, guru memberikan arahan dan aturan permainan make a match dimana
siswa harus mencari pasangan kartu yang berisi soal atau jawaban dari kartu yang
mereka pegang. Pasangan yang dapat meyelesaikan permainan dengan cepat
dan benar mendapat poin tertinggi. Penjelasan guru dibatasi 5 menit, kemudian
guru mulai membagikan kartu yang berisi pesawat sederhana kepada setiap
siswa. Kartu tersebut dibagikan ke siswa sebanyak 17 kartu. Langkah ini siswa
dibatasi waktu 10 menit.
Siswa yang sudah menemukan pasangannya maju untuk menempelkan
hasil kerjanya. Guru bersama siswa membahas hasilnya. Kemudian guru bersama
siswa menyimpulkan pembelajaran dan memberi kesempatan siswa untuk
bertanya.
Pada kegiatan akhir guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih giat
belajar, kemudian guru memberitahukan bahwa pertemuan berikutnya akan
diadakan ulangan.
25
c. Observasi
Selama pelaksanaan pembelajaran pertemuan ke-1 dan ke-2 pada siklus II,
juga dilakukan pengamatan terhadap guru dan siswa. Pengamatan dilakukan oleh
seorang observer untuk mengamati tindakan guru dan tingkah laku siswa selama
proses pembelajaran.
Hasil pengamatan pada siklus II menunjukkan bahwa guru telah
melaksanakan proses pembelajaran melalui pendekatan make a match. Pada
pertemuan terakhir pembelajaran siklus II diadakan tes untuk mengetahui hasil
pembelajaran yang telah dilakukan guru sebagai peneliti. Nilai tes pada siklus II dapat
dilihat pada tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5 Distribusi Nilai Hasil Belajar Siklus II
Rentang Nilai Jumlah
Siswa % Keterangan
100 2 11,76 % Tuntas
90-99 1 5,88 % Tuntas
80-89 7 41,18 % Tuntas
70-79 7 41,18 % Tuntas
Jumlah 17 100 %
Ketuntasan 17 100 %
Belum tuntas 0 0 %
Rata-rata 80,59
Tabel 4.6
Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus II
Nilai Frekuensi Keterangan Persentase
17 Tuntas 100 %
0 Belum tuntas 0 %
Jumlah 17 100 %
Berdasarkan data tabel 4.6 dapat dijelaskan bahwa siswa yang menjadi
subyek penelitian ada 17 siswa. Peserta didik yang berhasil memperoleh nilai KKM
sebanyak 17 siswa atau 100 %.
26
Jika dilihat dari data hasil siklus I dan II, dapat dikemukakan bahwa nilai rata-
rata dari hasil tes siklus I ke siklus II terjadi peningkatan dari 71,64 menjadi 80,59.
Dari data itu dapat dilihat adanya peningkatan sebesar 8,95. Sedangkan tingkat
ketuntasan meningkat dari ketuntasan siklus I, 70,59 % menjadi 100 % pada
ketuntasan siklus II. Hal tersebut menunjukkan ketuntasan belajar dari siklus I ke
siklus II meningkat sebesar 29,41 %.
Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya
peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan pembelajaran make a
match sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran ini sehingga
siswa menjadi lebih mudah memahami materi yang diberikan. Pada siklus II
ketuntasan secara klasikal telah tercapai, sehingga penelitian ini hanya sampai pada
siklus II.
d. Refleksi
Setelah guru melakukan proses pembelajaran, maka yang menjadi refleksi
pada siklus ini adalah meningkatnya hasil belajar siswa. Guru telah menerapkan
pendekatan pembelajaran make a match dengan baik dan dilihat dari aktivitas belajar
siswa, pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.
Berdasarkan dari data pengamatan diketahui bahwa siswa menjadi lebih aktif selama
proses pembelajaran berlangsung.
Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan
peningkatan sehingga menjadi lebih baik. Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai
ketuntasan.
4.4 Hasil Analisis Data
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil analisis data penelitian tentang hasil
belajar siswa kelas V dengan pendekatan make a match. Hasil belajar dari setiap
siklus dapat dilihat pada tabel 4.7.
27
Tabel 4.7 Distribusi Hasil Belajar pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
Tahap Jumlah Siswa Tuntas Belum Tuntas
Prasiklus 17 6 (35,29 %) 11 (64,71 %)
Siklus I 17 12 (70,59 %) 5 (29,41 %)
Siklus II 17 17 (100 %) 0 %
Dari tabel 4.7 ini dapat dijelaskan perbandingan hasil belajar setiap siklus. Pada
kondisi awal atau prasiklus dari jumlah 17 siswa terdapat 11 siswa atau 64,71 %
yang belum tuntas belajarnya. Sedangkan 6 siswa atau 35,29 % sudah tuntas
belajarnya. Setelah dilaksanakan pembelajaran siklus I terjadi peningkatan
ketuntasan hasil belajar siswa, yaitu dari 17 siswa yang sudah tuntas hasil belajarnya
mencapi 12 siswa atau 70,59 % dan tinggal 5 siswa atau 29,41 % yang belum tuntas
hasil belajarnya.
Melihat hasil belajar pada siklus I yang masih ada siswa yang belum tuntas hasil
belajarnya atau nilainya belum mencapai 70, maka perlu dilaksanakan pembelajaran
pada siklus II. Hasil belajar yang diperoleh setelah dilaksanakan pembelajaran pada
siklus II menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar. Dari jumlah 17
siswa atau 100 % dapat mencapai ketuntasan, atau dapat dikatakan bahwa dari 17
siswa telah memperoleh nilai hasil belajar 70. Dari data di atas dapat dilihat
ketuntasan siswa dari prasikus ke siklus II meningkat sebesar 64,71 %.
Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Belajar Prasiklus ke Siklus II
No. Nilai
Prasiklus Siklus I Siklus II
Jumlah
Siswa (%)
Jumlah
Siswa (%)
Jumlah
Siswa (%)
1. Tuntas 6 35,29 % 12 70,59 % 17 100 %
2. Belum
Tuntas 11 64,71 % 5 29,41 % 0 0 %
Jumlah 17 100 % 17 100 % 17 100 %
28
4.5 Pembahasan
Dari paparan analisis yang telah dipaparkan, maka dapat diketahui adanya
peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa kelas V setelah dilaksanakan proses
belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan make a match. Hal ini
ditunjukkan dari hasil belajar pada prasiklus baru terdapat 6 siswa atau 35,29 % yang
sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal dan nilai rata-rata kelas 61,47 mengalami
peningkatan.
Pada siklus I terdapat 12 siswa atau 70,59 % yang telah mencapai kriteria
ketuntasan minimal dan nilai rata-rata kelas 71,76. Untuk mencapai target ketuntasan
100% maka dilakukan tindakan pada siklus II. Setelah dilakukan tindakan pada siklus
II pencapaian kriteria ketuntasan minimal meningkat menjadi 17 siswa atau 100 %.
Dengan nilai rata-rata kelas 80,59.
Berdasarkan observasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPA pada
bahasan pokok pesawat sederhana siswa sangat senang mengikuti pembelajaran,
siswa antusias mencari jawaban dari kartu yang dipegangnya saat guru menerapkan
pendekatan make a match dan siswa juga aktif membuat ringkasan materi
pembelajaran sehingga terjalin interaksi antar siswa / antara siswa dengan guru. Nilai
keaktifan siswapun mengalami peningkatan. Dari siklus pertama baru terdapat 11
siswa berkriteria A atau 64,70 %, 5 siswa berkriteria B atau 29,41 %, 1 siswa
berkriteria C atau 5,88 %. Pada siklus kedua mengalami peningkatan yakni 16 siswa
atau 94,12 % berkriteria A, hanya 1 siswa atau 5,88 % yang berkriteria B.
Lembar observasi guru digunakan untuk mengetahui kelemahan dan
kekurangan dalam proses pembelajaran untuk perbaikan pada pembelajaran
berikutnya. Hal ini berdampak positif terhadap hasil belajar siswa, yaitu ditunjukkan
dengan nilai rata-rata kelas pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
Dengan demikian hipotesis tindakan pembelajaran dengan pendekatan make a
match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Timbang 01, telah
terbukti yaitu dalam penelitian yang telah dilakukan pada akhir siklus siswa yang telah
mencapai kriteria ketuntasan minimal mencapai 100 %. Rata-rata nilai hasil belajar
kelas meningkat sebesar 64,71 %.
29
Hasil belajar dapat tercapai apabila guru dalam menyampaikan pelajaran tidak
menjadikan siswa hanya sebagai obyek belajar, tapi siswa dijadikan sebagai subyek,
sehingga siswa bisa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Dengan
pendekatan make a match hasil belajar meningkat karena proses pembelajaran
dirasa tidak monoton sehingga siswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran,
siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Suasana positif yang timbul
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran IPA dalam
kegiatan yang menyenangkan siswa merasa lebih termotivasi untuk belajar dan
berfikir.
Penerapan pendekatan make a match dapat membangkitkan rasa
keingintahuan dan kerjasama diantara siswa serta menciptakan kondisi yang
menyenangkan.