bab iv hasil penelitian dan pembahasaneprints.ung.ac.id/4929/9/2013-1-84205-431408005-bab4... ·...
TRANSCRIPT
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Lokasi Penelitian
Cagar Alam Tangale merupakan salah satu kawasan konservasi di
Sulawesi Utara yang mempunyai luas sekitar 112,5 ha, yang diperuntukan bagi
perlindungan flora dan estetis. Hutan Cagar Alam Tangale secara geografis
terletak antara 0 35’ - 0 36’ LU dan 122 45’ - 122 47’ BT. Secara administrasi
pemerintahan terletak di wilayah Kecamatan Tibawa, Propinsi Gorontalo.
Kawasan tersebut terbelah oleh jalan trans Sulawesi menjadi dua (Gambar 4.1).
yaitu sisi kanan termasuk dalam wilayah dusun Jati dan Buhu dan sisi kiri
termasuk dalam wilayah dusun Bohulo (Rugayah, 2009:174).
Gambar 4.1 Keadaan Cagar Alam Tangale (Sumber: Dokumen peneliti:2013)
Kawasan Cagar Alam Tangale mempunyai topografi mulai dari dataran
rendah hingga berbukit dengan kemiringan sekitar 60 . Tipe tanah berupa
lempung berpasir berwarna keabu-abuan dan berbatu-batu dengan ketinggian 100
hingga 1000 m dpl. Curah hujan rata-rata per tahun 2390 mm, dengan rata-rata 10
bulan basah dan 2 bulan kering. Dengam curah hujan yang cukup tinggi ini sangat
memungkinkan bagi jamur untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyebaran jamur pada lokasi
penelitian di kawasan Cagar Alam Tangale adalah faktor lingkungan. Suhu
merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap penyebaran jamur
di bumi. Pada penelitian di Cagar Alam Tangale suhu yang di temukan berkisar
antara 27-32,5℃ (Lampiran 1) termasuk dalam kelompok jamur mesofil.
Berdasarkan pada kisaran suhu, jamur dapat dikelompokan menjadi kelompok
jamur dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu jamur psikrofil (jamur yang hidup
pada rentang suhu 0-17 ), jamur mesofil (jamur yang hidup pada kisaran suhu
15-40 ), dan jamur termofil (jamur yang dapat hidup pada kisaran suhu 35-50 )
Menurut (Hendritomo, 2010:72).
Hasil pengukuran kelembapan tempat ditemukannya jamur makroskopis
pada Cagar Alam Tangale berkisar antara 96-99 (Lampiran 1), hal ini
merupakan keadaan yang sangat baik untuk pertumbuhan jamur. Pernyataan
tersebut sesuai dengan penjelasan Gunawan, (2005:32) yaitu secara umum jamur
memerlukan kelembapan relatif cukup tinggi untuk menunjang pertumbuhan,
kelembapan relatif sebesar 95-100 . Di alam, biasanya jamur muncul pada saat
setelah hujan selesai pada kondisi seperti itu kandungan air di udara cukup tinggi.
Derajat keasaman yang dihasilkan pada pengukuran yang dilakukan di
Cagar Alam Tangale berkisar antara 5,0-6,0 pH (Lampiran 1) termasuk dalam
keadaan optimal untuk perkembangan dan pertumbuhan jamur makroskopis.
Menurut Achmad (2003:31) umumnya jamur akan tumbuh pada kisaran pH yang
cukup luas yaitu antara 4,5-8,0 dengan pH optimum antara 5,5-7,5 atau
bergantung pada jenis jamurnya. kisaran pH untuk pertumbuhan miselium yang
optimum umumnya berbeda dengan yang diperlukan untuk pembentukan tubuh
buah jamur.
Berdasarkan data faktor lingkungan yang diukur pada saat ditemukannya
jamur makroskopis di Cagar Alam Tangale menunjukkan nilai normal yang berada
pada kisaran toleransi yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan jenis
jamur makroskopis yang berada di kawasan Cagar Alam Tangale Kecamatan
Tibawa Kabupaten Gorontalo.
Cagar Alam Tangale memiliki luasan yang relatif kecil, namun informasi
tentang potensi yang ada masih sangat kurang. Kawasan ini ditetapkan sebagai
Cagar Alam karena keunikannya sebagai salah satu ekosistem hutan tropik dataran
rendah. Cagar Alam ini berbatasan dengan hutan produksi terbatas yang ditanami
oleh pohon jati emas. Sisi lainnya juga berbatasan dengan perkebunan rakyat yang
ditanami dengan bambu dan kemiri (Sunarti, 2007:88). Tangale merupakan
kawasan hutan tropik dataran rendah dengan keragaman jenis yang tidak begitu
tinggi di lihat dari lantai hutannya yang reatif bersih dan masih banyaknya jenis-
jenis pohon yang berdiameter 50-150 cm, maka hutan Tangale saat ini dapat
dikatakan sebagai hutan primer atau hutan sekunder tua (Rugayah, 2009)
4.2. Hasil Penelitian
Pada penelitian yang telah dilakukan di Cagar Alam Tangale
ditemukan sebanyak 19 jenis jamur makroskopis. Tujuh belas jenis diantaranya
termasuk kedalam 8 famili yaitu Polyporaceae, Ganodermataceae,
Auriculariaceae, Meripilaceae, Agaricaceae, Clavariaceae, Sarcoscyphaceae, dan
Xylariaceae sedangkan 2 jenis di antaranya belum dapat teridentifikasi. Data jenis
jamur yang ditemukan dalam Cagar Alam Tangale tersaji dalam tabel 1.
Tabel 1. Jenis-jenis Jamur Makroskopis di Cagar Alam Tangale.
No Famili Jenis Tempat tumbuh
1
Polyporaceae
Fomes sp. (jenis 1) Kayu lapuk
2 Fomes sp. (jenis 2) Kayu lapuk
3 Micropurus sp. (jenis 1) Kayu mangga
4 Microporus sp. (jenis 2) Kayu lapuk
5 Polyporus varius Kayu lapuk
6 Polyporus sp. (jenis 1) Kayu lapuk
7 Polyporus sp. (jenis 2) Kayu lapuk
8 Lentinus sp Kayu kemiri
9 Coltricia perennis Kayu lapuk
10 Ganodermataceae Ganoderma sp Kayu jati
11 Auricularaceae
Auricularia polytricha Kayu lapuk
12 Auricularia sp Kayu lapuk
13 Meripilaceae Rigidoporus sp Kayu lapuk
14 Agaricaceae Plerotus cystidiosus Kayu lapuk
15 Clavariaceae Clavaria zollingeri Tanah/serasah daun jati
16 Sarcoscyphaceae Sarcocypha coccinea Kayu lapuk
17 Xylariaceae Daldinia concentrica Kayu mangga
18 Spesies a Tanah
19 Spesies b Kayu lapuk
Berdasarkan tabel pada diatas, akan diuraikan deskripsi dari jamur
makroskopis yang di temukan di Cagar Alam Tangale:
4.2.1. Fomes sp. (jenis 1)
Pada pengamatan dan pengambilan sampel di Cagar Alam Tangale,
didapat 2 jenis jamur dari genus Fomes yang merupakan famili Polyporaceae.
Fomes sp. (jenis 1) memiliki tubuh keras, tekstur berkayu, tudung berdiameter 5-
10 cm, tebal 3-9 cm, berbentuk kipas atau setengah lingkaran, berwarna coklat
karat atau coklat kehitaman ke arah dasar cap. Tidak bertangkai, berwarna putih,
atau kuning pucat, dan permukaan tubuh buah licin. Habitatnya pada pohon
lapuk, hidup soliter atau berkelompok. Jamur ini tidak dikonsumsi (Gambar 4.2a).
Gambar 4.2a Fomes sp. (jenis 1) Sumber: Dokumen peneliti, 2013
Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah dilaksanakan
oleh Asnah, (2010) yaitu tubuh keras, tekstur berkayu, berwarna putih, kuning
pucat atau ungu pucat. Tudung berdiameter 5-40 (75) cm, tebal 3-22 cm,
berbentuk kipas atau setengah lingkaran, kuning tua atau kemerahan dan berwarna
coklat karat atau coklat kehitaman ke arah dasar cap. Tidak bertangkai, spora
berukuran 5-8 x 3,5-5 mikron, berwarna putih, atau kuning pucat, bentuk spora
silindris, elips dan licin. Habitat : parasit pada pohon hidup, hidup soliter atau
berkelompok. Edibilitas: tidak dikonsumsi (Gambar 4.2b).
Gambar 4.2b Fomes sp. (jenis 1)
Sumber: Asnah, 2010
Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari
jamur Fomes sp. (jenis 1) adalah:
Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Agaricomycetes Order : Polyporales Family : Polyporaceae Genus : fomes Species : Fomes sp. (jenis 1)
4.2.2. Fomes sp. (jenis 2)
Fomes sp. (jenis 2) memiliki tubuh keras dan kaku, berukuran 4 hingga 14
cm, berbentuk kipas, tidak bertangkai, ketika tubuh jamur ini segar permukaan
berwarna hitam mengkilap, sedangkan permukaan bawahnya hitam berpori. jamur
ini tidak dapat dikonsumsi. Habitatnya soliter atau berkelompok pada batang mati
dan parasit pada akar dan batang tumbuhan.(Gambar 4.3a)
Gambar 4.3a Fomes sp. (jenis 2) Sumber: Dokumen peneliti, 2013
Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di laksanakan
oleh Aryani, (2013) yaitu tubuh buah berdiameter 10-15 cm, tidak bertangkai
(sessil) atau bertangkai, berbentuk kipas, bergaris konsentris saat masih muda,
berwarna putih namun segera berubah menjadi kuning karat atau mengkilap,hitam
ke-abu-abuan. Bagian tepi tubuh berwarna putih atau abu-abu. Bagian bawah
tubuh berwarna putih dan berubah menjdi warna coklat bila digores/luka. Spora
berukuran 9-13 x 6-9 mikron, coklat dan elips. Edibilitas : tidak edibel. Habitat :
kayu lapuk, parasit pada pohon (Gambar 4.3b).
Gambar 4.3b Fomes sp. (jenis 2) Sumber: Aryani, 2013
Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dari Fomes sp. (jenis 2)
adalah:
Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Agaricomycetes Order : Polyporales Family : Polyporaceae Genus : fomes Species : Fomes sp. (jenis 2)
4.2.3. Microporus sp. (jenis 1)
Pada pengamatan dan pengambilan sampel di Cagar Alam Tangale,
didapatkan sampel 2 jenis jamur dari genus Microporus yang merupakan famili
polyporaceae. Jamur ini merupakan Jenis yang paling banyak ditemukan.
Microporus sp. (jenis 1) memiliki tubuh buah lebar, tipis, licin, kaku, dan
berwarna kuning kecoklatan. Permukaan atas bergelombang, sedangkan
permukaan bawah berwarna putih dan memiliki pori. Jamur ini memiliki
tangkai, tetapi pendek. Hidup berkoloni pada kayu mati yaitu pada kayu
lapuk (Gambar 4.4a).
Gambar 4.4a Microporus sp. (jenis 1)
Sumber: Dokumen peneliti, 2013
Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di laksanakan
oleh Aryani, (2013) yaitu tubuh buah lebar, tipis, licin dan kaku. Berwarna
kuning kecoklatan. Permukaan atas licin, mengkilap dan bergelombang serta
terdapat garis konsentris, dan pada bagian tengah lengkung. Sedangkan
permukaan bawah berwarna putih dan memiliki pori. Jamur ini memiliki
tangkai, tetapi pendek. Hidup berkoloni pada kayu mati yaitu pada kayu
meranti (Gambar 4.4b).
Gambar 4.4b Microporus sp. (jenis 1) Sumber: Aryani, 2013
Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari
Microporus sp. (jenis 1) adalah:
Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Agaricomycetes Order : Polyporales Family : Polyporaceae Genus : Microporus Species : Microporus sp. (jenis 1)
4.2.4. Microporus sp. (jenis 2)
Microporus sp. (jenis 2) hampir sama dengan Microporus sp. (jenis 1)
yaitu memiliki tubuh buah lebar, tipis, licin, kaku, dan berwarna kuning
kecoklatan. Permukaan atas licin, mengkilap dan bergelombang serta
terdapat garis konsentris pada bagian tengah lengkungannya, permukaan
bawah dari Microporus sp. (jenis 2) berwarna coklat dan memiliki pori. Jamur
ini memiliki tangkai. Hidup berkoloni pada kayu mati yaitu pada kayu
lapuk (Gambar 4.5a).
Gambar 4.5a Microporus sp. (jenis 2)
Sumber: Dokumen peneliti, 2013
Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di laksanakan
oleh Asnah, (2010) yaitu tubuh buah berbentuk corong, tipis, tekstur seperti kulit,
permukaannya seperti beludru, bergaris-garis konsentris, berwarna putih
kecoklatan atau abu-abu ketika tubuh menjadi dewasa. Bagian tepi tubuh tipis dan
bergelondong. Stipe pendek 1 hingga 3 cm, silindris. Habitat :Tumbuh
bergerombol pada kayu lapuk. Edibilitas: tidak diketahui (Gambar 4.5b).
Gambar 4.5b Microporus sp. (jenis 2)
Sumber: Asnah, 2010
Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari
Microporus sp. (jenis 2) adalah:
Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Agaricomycetes Order : Polyporales Family : Polyporaceae Genus : Microporus Species : Microporus sp. (jenis 2)
4.2.5. Polyporus sp. (jenis 1)
Pada pengamatan dan pengambilan sampel di Cagar Alam Tangale,
didapatkan sampel 3 jenis jamur dari genus Polyporus yang merupakan famili
Polyporaceae. Polyporus sp. (jenis 1) memiliki tubuh buah lembut dan berbulu
dengan warna ketika muda coklat pucat keabuan, tetapi setelah berumur tua
warna tubuh buah akan menjadi hitam (gelap) dan coklat. Jamur ini memiliki
tangkai pendek dan tidak berpori (Gambar 4.6a).
Gambar 4.6a Polyporus sp. (jenis 1) Sumber: Dokumen peneliti, 2013
Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di laksanakan
oleh Aryani, (2013) yaitu Polyporus sp merupakan tubuh buah berbentuk corong
yang bersifat fleshy, lembut dan licin dengan warna ketika muda coklat pucat
keabuan, tetapi setelah berumur tua warna tubuh buah akan menjadi hitam
(gelap), pada mus im hujan tudungnya seperti berminyak (Gambar 4.6b).
Gambar 4.6b Polyporus sp. (jenis 1) Sumber: Aryani, 2013
Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari
Polyporus sp. (jenis 1) adalah:
Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Agaricomycetes Order : Polyporales Family : Polyporaceae Genus : Polyporus Species : Polyporus sp. (jenis 1)
4.2.6. Polyporus sp. (jenis 2)
Polyporus sp. (jenis 2) memiliki tubuh buah keras, liat, dan rapuh apabila
kering. Memiliki tangkai sederhana atau pendek. Tudung berdiameter 3–6 cm,
berbentuk seperti kipas, permukaan licin, berwarna kecoklatan. Spora berwarna
putih, bentuk silindris, permukaan licin. Habitatnya pada kayu mati. Jamur ini
tidak dikonsumsi (Gambar 4.7a).
Gambar 4.7a Polyporus sp. (jenis 2)
Sumber: Dokumen peneliti, 2013
Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di
laksanakan oleh Aryani, (2013) yaitu tubuh buah tipis, keras, liat ketika basah,
kaku ketika kering, tahunan, melengkung. Tudung berdiameter 3–8 cm,
permukaan kering, berwarnakuning hingga coklat muda, bagian tepi berwarna
kuning hingga kuning emas ketika muda, keseluruhan warnanya bervariasi.
Daging buah tipis, liat. Tidak mempunyai tangkai. Spora berwarna putih, bentuk
silinder, licin, berukuran 5–8 x 2–3,5 mikron. Habitat: kayu lapuk, hidup
berkelompok, berbaris. Edibilitas: yang tipis dan liat dapat dikonsumsi (Gambar
4.7b)
Gambar 4.7b Polyporus sp. (jenis 2) Sumber: Aryani, 2013
Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari
Polyporus sp. (jenis 2) adalah:
Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Agaricomycetes Order : Polyporales Family : Polyporaceae Genus : Polyporus Species : Polyporus sp. (jenis 2)
4.2.7. Polyporus varius
Polyporus varius memiliki tudung berdiameter 1,5–7cm, bentuk lingkaran
atau ginjal, awalnya cembung, dan berubah menjadi cekung seperti vas bunga,
permukaan licin dan bergaris-garis, berwarna coklat muda hingga kuning tua.
Tubuh buah keras, berwarna putih hingga coklat kemerahan. Panjang tangkai 0,5–
5 cm. Habitatnya soliter dan hidup pada kayu lapuk yang keras (Gambar 4.8a).
Gambar 4.8a Polyporus varius Sumber: Dokumen peneliti, 2013
Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di laksanakan
oleh Tampubolon, (2010) yaitu diameter tudung 1,5 – 7 cm, bentuk lingkaran atau
ginjal awalnya cembung., dan berubah menjadi cekung seperti vas bunga,
permukaan licin dan bergarisgaris, warna coklat muda hingga kuning tua. Tubuh
buah keras, warna putih hingga coklat kemerahan. Panjang tangkai 0,5 – 5 cm,
central atau lateral. Spora berukuran 6,5-10 x 2,5-4 mikron, putih, silindris, licin.
Edibilitas : tidak edibel. Habitat : soliter atau beberapa pada kayu keras lapuk
(Gambar 4.8a).
Gambar 4.8b Polyporus varius Sumber: Tampubolon, 2010
Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari
Polyporus varius adalah:
Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Agaricomycetes Order : Polyporales Family : Polyporaceae Genus : Polyporus
Species : Polyporus varius
4.2.8. Lentinus sp
Pada pengamatan dan pengambilan sampel di Cagar Alam Tangale,
didapatkan sampel 1 jenis jamur dari genus Lentinus yang merupakan famili
Polyporaceae. Lentinus sp yang ditemukan di Cagar Alam Tangale memiliki
struktur yang lengkap seperti fungi lainnya yaitu mempunyai rhizoid yang
bentuknya seperti batang yang melekat langsung pada batang pohon yang lapuk,
rhizoid ini berbentuk seperti batang silinder karena menyesuaikan dengan substrat
yang ditumbuhinya sehingga bentuknya terdiferensiasi, bentuk stype silindris
dengan diameter 1-1.5 cm dan tingginya 5-7 cm , stype ini menjadi penopang
tudung yang melekat sentral pada bagian tengah persis (Gambar 4.9a).
Gambar 4.9a Lentinus sp Sumber: Dokumen peneliti, 2013
Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di laksanakan
oleh Tampubolon, (2010) tubuh buah berbentuk payung dengan tangkai sentral
pada waktu muda tubuh buah itu diselubungi oleh selaput yang dinamakan velun
tersisa dipangkal tangkai buah dan disebut busa . himenofor berbentuk lamella
dengan lapisan himenium pada kedua permukaannya. Lentinus sp bentuknya besar
dan badan buah sangat berbeda beda oleh karenanya sering dianggap terditi atas
berbagai macam . sebagai tanda yang utama pada species ini yang membedakan
dengan yang lainnya yaitu penebalan berbentuk cincin pada tangkainnya. Bentuk
corong dangkal atau dalam , yang besar mempunyai pinnngir yang lebar dan rata .
tepi rata atau berlekuk ,jika dikeringkan akan menggulung kedalam.
Gambar 4.9b Lentinus sp Sumber: Maryanto dkk, 2013
Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari
Lentinus sp adalah:
Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Agaricomycetes Order : Polyporales Family : Polyporaceae Genus : Lentinus Species : Lentinus sp
4.2.9. Coltricia perennis
Pada pengamatan dan pengambilan sampel di Cagar Alam Tangale,
didapatkan sampel 1 jenis jamur dari genus Coltricia yang merupakan famili
Polyporaceae. Coltricia perennis memiliki tubuh buah datar atau berbentuk
corong, tipis, tekstur seperti kulit, permukaannya seperti beludru, bergaris-garis
konsentris, berwarna putih kecoklatan atau abu-abu ketika tubuh menjadi dewasa.
Bagian tepi tubuh tipis dan bergelondong. Stipe pendek 1 hingga 3 cm, silindris.
Permukaan bawah himenium berpori. Jamur ini tidak dapat dikonsumsi.
Habitatnya tumbuh soliter atau bergerombol pada kayu lapuk (Gambar 4.10a).
Gambar 4.10a Coltricia perennis Sumber: Dokumen peneliti, 2013
Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di laksanakan
oleh Tampubolon, (2010) yaitu tubuh buah datar atau berbentuk corong, tipis,
tekstur seperti kulit, permukaannya seperti beludru, bergaris-garis konsentris,
berwarna putih kecoklatan atau abu-abu ketika tubuh menjadi dewasa. Bagian tepi
tubuh tipis dan bergelondong. Stipe pendek 1 hingga 3 cm, silindris. Permukaan
bawah himenium berpori. Spora berukuran 5-10 x 3,5-6 mikron, kuning, elips,
licin. Edibilitas : tidak dapat dikonsumsi. Habitat : tumbuh soliter atau
bergerombol pada kayu lapuk (Gambar 4.10b).
Gambar 4.10b Coltricia perennis Sumber: Tampubolon, 2010
Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari
Coltricia perennis adalah:
Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Agaricomycetes Order : Polyporales Family : Polyporaceae Genus : Coltricia Species : Coltricia perennis
4.2.10. Ganoderma sp
Pada pengamatan dan pengambilan sampel di Cagar Alam Tangale,
didapatkan sampel 1 jenis jamur dari genus Ganoderma yang merupakan famili
Ganodermataceae. Ganoderma sp memiliki tubuh buah coklat kehitam-hitaman,
memiliki bentuk seperti kipas, Badan buah keras, berkayu, dan memiliki tangkai,
terlapis oleh suatu zat serupa lilin, jamur ini tidak dapat dibuat sebagai bahan
makanan, biasanya hanya digunakan sebagai bahan baku obat. Jamur ini hidup
pada pohon yang sudah mati namun ada juga yang menempel pada pohon yang
masih hidup (Gambar 4.11a).
Gambar 4.11a Ganoderma sp Sumber: Dokumen peneliti, 2013
Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di lakukan
oleh Aryani, (2013) yaitu badan buahnya berbentuk setengah lingkaran
menyerupai kipas, besar dan keras, permukaannya licin dan mengkilat.
Hidup pada kayu-kayu yang telah lapuk. Jenis jamur ini memiliki tangkai
yang menancap ke dalam media atau substrat dengan ukuran panjang antara 3-10
cm. Di ujung tangkai terdapat tubuh buah berbentuk seperti setengah lingkaran
yang melebar dengan garis tengah antara 10-20 cm. Tubuh buah mula-mula
berwarna kekuning-kuningan saat masih muda, yaitu pada umur 1-2 bulan,
kemudian berubah menjadi merah atau cokelat tua (Gambar 4.11b)
Gambar 4.11a Ganoderma sp
Sumber: Aryani, 2013
Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari
Ganoderma sp adalah:
Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Agaricomycetes Order : Polyporales Family : Ganodermataceae Genus : Ganoderma Species : Ganoderma sp
4.2.11. Auricularia polytricha
Pada pengamatan dan pengambilan sampel di Cagar Alam Tangale,
didapatkan sampel 2 jenis jamur dari genus Auricularia yang merupakan famili
Auriculariaceae. Auricularia polytricha memiliki tubuh buah berukuran 3 – 6 cm,
berbentuk seperti telinga, tidak bertangkai, elastis, transparan, dalam keadaan
segar bertekstur seperti gelatin, berwarna coklat. Jamur ini dapat dikonsumsi.
Habitatnya pada kayu lapuk, hidup bergerombol (Gambar 4.12a).
Gambar 4.12a Auricularia polytricha Sumber: Dokumen peneliti, 2013
Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di lakukan
oleh Asnah, (2010) yaitu tubuh buah berukuran 6 hingga 10 cm, berbentuk seperti
telinga atau mangkuk, berwarna coklat tidak bertangkai atau bertangkai pendek,
tekstur seperti gelatin atau karet dan lurus serta mudah patah jika kering. Spora
:berwarna putih, silindris, licin, berukuran 12-17 x 4-7 mikron. Edibilitas :Dapat
dikonsumsi. Habitat :Kayu lapuk, hidup bergerombol (Gambar 4.12b)
Gambar 4.12a Auricularia polytricha
Sumber: Asnah, 2010
Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari
Auricularia polytricha adalah:
Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Hymemomycetales Order : Auriculariales Family : Auriculariaceae Genus : Auricularia Species : Auricularia polytricha
4.2.12. Auricularia sp
Auricularia sp memiliki tubuh buah berukuran 5–7 cm, berbentuk seperti
telinga, berbentuk seperti telinga, tidak bertangkai atau bertangkai pendek, elastis,
transparan, dalam keadaan segar berstektur seperti gelatin, berwarna keabu-abuan
hingga coklat muda. Habitatnya pada kayu lapuk, hidup soliter atau berkelompok.
Jamur ini dapat di konsumsi (Gambar 4.13a).
Gambar 4.13a Auricularia sp Sumber: Dokumen peneliti, 2013
Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di lakukan
oleh Asnah, (2010) yaitu tubuh buah berukuran 7–11 cm, berbentuk seperti
telinga, berbentuk seperti telinga, tidak bertangkai atau bertangkai pendek, elastis,
transparan, dalam keadaan segar berstektur seperti gelatin, berwarna keabu-abuan
hingga coklat muda. Spora: berwarna putih, silindris, permukaan licin.
Habitat:kayu lapuk, hidup soliter atau berkelompok. Edibilitas:dapat dikonsumsi
(Gambar 4.13b).
Gambar 4.13b Auricularia sp Sumber: Aryani, 2013
Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari
Auricularia sp adalah:
Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Hymemomycetales Order : Auriculariales Family : Auriculariaceae Genus : Auricularia Species : Auricularia sp
4.2.13. Rigidoporus sp
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengambilan sampel didapatkan 1
jenis jamur dari famili Meripillaceae yaitu Rigidoporus sp. jamur jenis ini tubuh
buah berbentuk seperti kipas, tebal, dengan struktur keras, dan kaku. Jamur ini
berwarna kuning kecokelatan, dengan permukaan atas terasa kasar, dan
memiliki garis konsentris sedangkan permukaan bawahnya halus. Jamur ini
memiliki tangkai, tetapi pendek, hidupnya berkoloni pada cabang atau ranting
pohon mati (Gambar 4.14a).
Gambar 4.14a Rigidoporus sp Sumber: Dokumen peneliti, 2013
Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di lakukan
oleh Asnah, (2010) yaitu jamur jenis ini bentuk tubuhnya seperti kipas tebal
dengan warna dipermukaan atasnya berwarna cokelat kekuning-kuningan pucat
dan permukaan bawahnya berwarna cokelat kemerahan.
Gambar 4.14b Rigidoporus sp Sumber: Aryani, 2013
Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari
Rigidoporus sp adalah:
Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Hymemomycetales Order : Auriculariales Family : Meripilaceae Genus : Rigidoporus Species : Rigidoporus sp
4.2.14. Plerotus sapidus
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengambilan sampel didapatkan 1
jenis jamur dari famili Agaricaceae yaitu Plerotus sapidus. Jamur ini memiliki
tudung berdiameter 4–15 cm atau lebih, berbentuk kipas, permukaan licin, warna
coklat keabuan, ketika muda bagian tepi tidak membulat. Daging buah tebal,
berwarna putih, tekstur lembut. Tangkainya pendek dengan panjang 0,5–2 cm, dan
tekstur tebal, permukaan kering, berambut atau berbulu halus. Spora berwarna
putih hingga pucat, berbentuk bulat, dan memiliki permukaan yg licin. Habitatnya
pada kayu lapuk dan hidup soliter atau berkelompok. Jamur ini dapat dikonsumsi
(Gambar 4.15a).
Gambar 4.15a Plerotus sapidus
Sumber: Dokumen peneliti, 2013
Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di lakukan
oleh Asnah, (2010) yaitu tudung berdiameter 4–15 cm atau lebih, berbentuk kipas,
cembung kterkadang berbentuk corong, permukaan licin, warna bervariasi, putih
hingga abu-abu, coklat keabuan, coklat, ketika muda bagian tepi tidak membulat,
berkerut atau cuping. Daging buah tebal, berwarna putih, tekstur lembut. Lapisan
himenium (gill) melebar pada bagian tangkai (jika tangkai ada), berwarna putih
tapi ketika dewasa berwarna kekuningan. Tangkai tidak ada (jika ada basanya
pendek, hitam), panjang tangkai 0,5–4 cm, dan tekstur tebal, permukaan kering,
berambut atau berbulu halus. Veil tidak ada. Spora berwarna putih hingga pucat,
berbentuk bulat hingga ellip, permukaan licin, tidak mengandung amilum,
berukuran 7–9 x 3–4 mikron. Habitat: kayu hidup dan hidup soliter atau
berkelompok. Edibilitas: dikonsumsi dan enak (Gambar 4.15b)
Gambar 4.15b Plerotus sapidus Sumber: Asnah, 2010
Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari
Plerotus sapidus adalah:
Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Agaricomycetes Order : Agaricales Family : Agaricaceae Genus : Pleurotus Species : Pleurotus sapidus
4.2.15. Clavaria zollingeri
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengambilan sampel didapatkan 1
jenis jamur dari famili Clavariaceae yaitu Clavaria zollingeri. Jamur ini memiliki
tubuh bercabang, tinggi 7-10 cm, lebar 5 cm. permukaan cabang nampak berkerut,
sebagian rata, bagian ujung cabang runcing atau bergigi dan melebar, warna
merah muda. Tangkai tipis dan berwarna putih. Jamur ini dapat dikonsumsi.
Habitatnya soliter hingga tersebar di tanah, kayu dan daerah berumput (Gambar
4.16a).
Gambar 4.16a Clavaria zollingeri Sumber: Dokumen peneliti, 2013
Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di lakukan
oleh Asnah, (2010) yaitu tubuh bercabang dan sebagian tidak bercabang, tinggi 2-
7 (12) cm, lebar 5 cm. Secara longitudinal permukaan cabang nampak berkerut,
sebagian rata, bagian ujung cabang runcing atau bergigi dan melebar, warna putih,
kadang abu-abu terang, kekuningan atau pink. Tangkai tipis dan putih. Spora
berukuran 7-11 (14) x 6,5-10 (12) mikron, putih dan licin. Edibilitas : Dapat
dikonsumsi. Habitat :Soliter hingga tersebar di tanah, kayu dan daerah berumput
(Gambar 4.16b)
Gambar 4.16b Clavaria zollingeri Sumber: Maryanto dkk, 2013
Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari
Clavaria zollingeri adalah:
Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Agaricomycetes Order : Agaricales Family : Clavariaceae Genus : Clavaria Species : Clavaria zollingeri
4.2.16. Sarcocypha coccinea
Pada pengamatan dan pengambilan sampel di Cagar Alam Tangale,
didapatkan sampel 1 jenis jamur dari genus Sarcocypha yang merupakan famili
Sarcoscyphaceae. Sarcocypha coccinea memiliki tubuh buah berukuran 2,5–60
cm, bentuk mangkok, permukaan kuning orange, licin. Bagian luar berwarna
keputihan, ditutupi rambut-rambut halus. Daging buah tipis, tidak rapuh,
bertangkai panjangnya hingga 4 cm, ketebalan 3–7 mm. Habitatnya pada cabang
dan ranting kayu lapuk, hidup soliter. Jamur ini dapat dikonsumsi (Gambar 4.17a).
Gambar 4.17a Sarcocypha coccinea Sumber: Dokumen peneliti, 2013
Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di lakukan
oleh Asnah, (2010) yaitu tubuh buah berukuran 2,5–(60 cm, bentuk mangkok
bagian tepi incurved, permukaan kuning orange, licin. Bagian luar berwarna
keputihan, ditutupi rambutrambut halus. Daging buah tipis, tidak rapuh. Tidak
bertangkai atau jika ada panjangnya hingga 4 cm, ketebalan 3–7 mm. Spora ellip,
24–40x 10–11 mikron. Habitat:cabang dan ranting kayu lapuk, hidup soliter.
Edibilitas:dapat dikonsumsi (Gambar 4.17b).
Gambar 4.17b Sarcocypha coccinea Sumber: Aryani, 2013
Gambar 4.17 Sarcocypha coccinea
Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari
Sarcocypha coccinea adalah:
Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Agaricomycetes Order : Agaricales Family : Sarcocyphaceae Genus : Sarcocypha Species : Sarcocypha coccinea
4.2.17. Daldinia concentrica
Pada pengamatan dan pengambilan sampel di Cagar Alam Tangale,
didapatkan sampel 1 jenis jamur dari genus Daldinia yang merupakan famili
Xylariaceae. Daldinia concentrica memiliki ciri berbentuk bola pejal, warnanya
hitam kecoklatan, memiliki tekstur polos, dan ketika dibelah akan tampak struktur
konsentris berwarna abu-abu yang berlapis hitam. Permukaan berwarna coklat,
tebal, seiring pertumbuhan akan menjadi berwarna hitam dan kering. Satu tubuh
buah berukuran 2-8 cm, tetapi pada beberapa fungi akan bergabung atau
bertumpuk-tumpuk membentuk ukuran yang lebih besar. Saat ditemukan ukuran
badan buah Daldinia concentrica berkisar antara 2-5 cm dengan tebal 3 cm.
Daldinia concentrica ditemukan pada batang pohon mangga. Jamur ini tidak bisa
dimakan (Gambar 4.18a).
Gambar 4.18a Daldinia concentrica Sumber: Dokumen peneliti, 2013
Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di lakukan
oleh Asnah, (2010) yaitu tubuh buah keras seperti kayu atau arang, berdiameter 1-
6 cm, berbentuk bola lonjong, tidak bertangkai. Tubuh berwarna abu-abu hingga
hitam keabu-abuan. Sporaberukuran 14-17(27) x 6,5-11 mikron, berwarna coklat
hingga hitam, lonjong dan licin. Edibilitas :Tidak dapat dikonsumsi. Habitat
:Tersebar hingga mengelompok pada kayu mati, cabang (Gambar 4.18b).
Gambar 4.18b Daldinia concentrica Sumber: Asnah, 2010
Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari
Daldinia concentrica adalah:
Kingdom : Fungi Phylum : Ascomycota Class : Sordariomycetes Order : Xylariales Family : Xylariaceae Genus : Daldinia Species : Daldinia concentrica
4.2.18. Tidak teridentifkasi
Berdasarkan hasil identifikasi, didapatkan dua jenis jamur yang tidak
teridentifikasi. Spesies yang tidak teridentifikasi tersebut yaitu Spesies a,
Jamur ini memiliki karakter makroskopis yaitu; bentuk seperti tabung tidak
beraturan yang memiliki ruang didalamnya, permukaan halus, warna kuning,
berukuran lebar 4-5m dan pajang 6-7 cm, dengan tekstur sedikit keras. Jamur
ini tumbuh di tanah dengan lingkungan yang lembab. dan Spesies b, Jamur
ini memiliki karakter makroskopis yaitu; bentuk menyerupai seperti karang dan
berkoloni, permukaan halus, warna coklat dan memiliki garis pinggiran putih,
dengan tekstur sedikit keras. Jamur ini tumbuh pada kayu lapuk dengan
lingkungan yang lembab.
Gambar 4.19 Jamur spesies a dan b (Sumber: Dokumen peneliti, 2013)
4.3. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Cagar Alam
Tangale ditemukan sebanyak 19 jenis jamur makroskopis, 2 jenis jamur tersebut
belum dapat teridentifikasi. Jenis jamur yang teridentifikasi yaitu: Fomes sp.
(jenis 1), Fomes sp.(jenis 2), Micropurus sp. (jenis 1), Microporus sp.(jenis 2),
Polyporus varius, Polyporus sp. (jenis 1), Polyporus sp. (jenis 2), Lentinus sp,
Coltricia perennis, Ganoderma sp, Auricularia polytricha, Auricularia sp,
Rigidoporus sp, Plerotus cystidiosus, Clavaria zollingeri, Sarcocypha coccinea,
dan Daldinia concentrica.
Jamur yang paling banyak ditemukan yaitu dari family Polyporaceae
sebanyak 9 jenis. Jenis-jenis famili Polyporaceae yang ditemukan di lokasi
penelitian yaitu Fomes sp. (jenis 1), Fomes sp. (jenis 2), Micropurus sp. (jenis 1),
Microporus sp. (jenis 2), Polyporus varius, Polyporus sp. (jenis 1), Polyporus sp.
(jenis 2), Lentinus sp, dan Coltricia perennis. Famili Polyporaceae banyak
Spesies a Spesies b
ditemukan di tempat-tempat lembab, hal ini sesui dengan pernyataan (Muhlisin,
2013:9) yakni sebagian besar anggota keluarga ini memiliki hymenium ( lapisan
subur) dalam pori-pori vertikal dibawah payung, tetapi beberapa dari mereka
memiliki insang seperti struktur pori-pori yang memanjang membentuk labirin.
Sebagian besar anggota famili ini memiliki bubuk spora putih yang menyukai
tempat-tempat yang lembab dengan naungan kanopi yang lebat.
Pada pengamatan dan pengambilan sampel di Cagar Alam Tangale,
didapatkan sampel 1 jenis jamur dari genus Ganoderma yang merupakan famili
Ganodermataceae. Jamur ini disebut dengan jamur kayu karena hidup melekat
pada kayu. Jamur ini juga biasanya dikenal dengan jamur Lingshi. Namun,
sayangnya jamur ini tidak dapat dikonsumsi seperti jamur makro pada umunya
karena teksturnya yang keras namun dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran
obat. Jamur Ganoderma dianggap mampu meningkatkan kekebalan tubuh
manusia dari serangan penyakit, mampu menghambat pertumbuhan tumor, dan
mampu meningkatkan stamina orang usia lanjut. Ganodermataceae disebut
dengan jamur coklat atau merah. Badan buahnya berbentuk setengah lingkaran
menyerupai kipas, besar dan keras, permukaannya licin dan mengkilat.
Hidup pada kayu-kayu yang telah lapuk.
Pada pengamatan dan pengambilan sampel di Cagar Alam Tangale,
didapatkan sampel 2 jenis jamur dari Genus Auricularia yang merupakan famili
Auriculariaceae. Famili ini memiliki tubuh buah berbentuk seperti telinga,
transparan, dan permukaannya licin seperti gelatin, berwarna cokelat. Jamur
ini tidak mempunyai tangkai. Hidupnya berkoloni dan menempel/sessil pada
kayu mati. Jenis jamur ini biasa disebut jamur kuping, juga dikenal sebagi
“jamur lendir”. Jamur kuping banyak dimanfaatkan dalam menu makanan untuk
pengganti daging, sayuran, dan bahan pengental. Senyawa lendir dipercaya dapat
menetralkan racun yang terdapat pada makanan. Khasiat jamur kuping, antara lain
dapat mengencerkan cairan plasma darah atau melancarkan sirkulasi darah, dapat
mencegah penyakit wasir, menurunkan kadar kolesterol darah, menyembuhkan
anemia, dan memusnahkan karsinogen (Hendritomo, 2010 :45).
Famili Meripilaceae yang ditemukan pada Cagar Alam Tangale merupakan
Genus Rigidoporus. Jamur ini ditemukan hidup berkelompok pada kayu lapuk,
menurut Aryani (2013) bahwa jamur Rigidoporus sp, memiliki tubuh buah
berbentuk seperti kipas, tebal, dengan struktur keras, kaku, dan terdapat garis
konsentris. Jamur ini berwarna kuning kecokelatan, dengan permukaan atas
terasa kasar, dan memiliki garis konsentris sedangkan permukaan bawahnya
halus. Jamur ini memiliki tangkai, tetapi pendek, hidupnya berkoloni pada
cabang atau ranting pohon mati, yaitu pada kayu arang-arang.
Pada pengamatan dan pengambilan sampel di Cagar Alam Tangale,
didapatkan sampel 1 jenis jamur dari Genus Pleurotus yang merupakan famili
Agaricaceae. Kebanyakan warga suku ini hidup sebagai saprofit, sebagian kecil
sebagai parasit. Beberapa diantaranya dapat dimakan, tetapi ada pula yang
beracun (Tjitrosomo, 1993). Bentuk seperti tiram, cembung kemudian menjadi
rata atau kadang-kadang membentuk corong; permukaan licin, agak berminyak
ketika lembab, tetapi tidak lengket; warna bervariasi dari putih sampai abu-abu,
cokelat, atau cokelat tua (kadang-kadang kekuningan pada jamur dewasa); tepi
menggulung ke dalam, pada jamur muda sering kali bergelombang atau
bercuping. Daging tebal, berwarna putih kokoh tapi lunak pada bagian yang
berdekatan dengan tangkai; bau dan rasa tidak merangsang. Habitat Jamur tiram
tumbuh soliter, tetapi umumnya membentuk massa menyerupai susunan papan
pada batang kayu.
Pada pengamatan dan pengambilan sampel di Cagar Alam Tangale,
didapatkan sampel 1 jenis jamur dari Genus Clavaria yang merupakan famili
Clavariaceae. Jamur ini biasa disebut jamur karang karena bentuknya yang seperti
karang. Habitat Clavaria zollingeri yaitu pada tanah atau tumpukan serasah, pada
penelitian yang dilalukan di Cagar Alam Tangale jamur ini tumbuh pada serasah
daun jati. Hal ini sesuai dengan pernyataan Asnah (2010) bahwa jamur
makroskopis dapat tumbuh di banyak habitat dari Artik hingga tropis, dan
beberapa jamur makroskopis menunjukkan habitat spesifik. Umumnya jamur
makroskopis tumbuh di atas kayu lapuk, serasah/tanah, daun, dan kotoran hewan,
serta ada juga yang tumbuh pada jamur yang telah membusuk.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di Cagar Alam
Tangale, di dapatkan 1 jenis jamur dari Genus Daldinia yang merupakan famili
Xylariaceae. Setelah di identifikasi, Daldinia concentrica termasuk dalam
kingdom fungi dan termasuk divisi Ascomycota. Jamur ini menyukai batang atau
ranting tumbuhan yang telah lapuk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arif, dkk
(2007) Daldinia concentrica merupakan jamur yang dapat hidup pada daerah
hutan hujan tropis. Jamur Daldinia concentrica hidup berkerumun pada batang
kayu atau dekat batang kayu yang membusuk/lapuk. Jamur ini sekilas nampak
seperti bagian dari batang kayu karena warna pada tubuh buahnya berwarna
kehitaman menyerupai warna batang kayu tersebut
Dengan mengamati habitat jamur makroskopis tersebut, maka dapat
diketahui peranannya bagi suatu ekosistem hutan. Jamur makroskopis yang
ditemukan di Cagar Alam Tangale pada umumnya merupakan spesies jamur
pelapuk kayu dan serasah. Hal ini dikarenakan sebagian besar jamur makroskopis
yang ditemukan dalam penelitian ini hidup pada kayu lapuk dan serasah. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa sebagian besar spesies jamur makroskopis
yang ditemukan berperan sebagai dekomposer dalam jaring-jaring makanan di
ekosistem Cagar Alam Tangale. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aryani
(2013) bahwa jamur berperan sebagai dekomposer bersama dengan bakteri
dan beberapa spesies protozoa, sehingga banyak membantu proses
dekomposisi bahan organik untuk mempercepat siklus materi dalam
ekosistem hutan.