bab ii tinjauan pustaka 2.1 stomata -...

12
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stomata 2.1.1 Pengertian Stomata Stomata berasal dari bahasa Yunani yaitu stoma yang berarti lubang atau porus, jadi stomata adalah lubang - lubang kecil berbentuk lonjong yang dikelilingi oleh dua sel epidermis khusus yang disebut sel penutup (Kartosapoetra, 1991). Selanjutnya Campbel, Reece and Mitchell (2000) mengemukakan bahwa” stomata adalah pori yang sangat kecil yang diapit oleh sel epidermal yang telah mengalami spesialisasi yang disebut sel penjaga (guard cell). Tiap pori stomata dikelilingi oleh dua sel epidermis khusus yang disebut sel pengawal yang berbeda dengan sel-sel lain yang terdapat pada epidermis yang berisi kloroplas (Loveless, 1987). Sedangkan Hamim (2007) menyatakan bahwa”stomata merupakan modifikasi dari sel epidermis daun berupa sepasang sel penjaga yang bisa menimbulkan sula (lubang) sehingga uap air dan gas dapat dipertukarkan antara bagian dalam dari stomata dengan lingkungan. 2.1.2 Jumlah dan Letak Stomata Stomata terdapat pada bagian-bagian tumbuhan yang berwarna hijau, terutama pada daun-daun tanaman. Pada daun yang berwarna hijau stomata terdapat pada satu permukaannya saja (Kartosapoetra, 1991). Menurut howard dalam Salisbury dan Ross (1995) bahwa “ setiap melimeter persegi permukaan daun mempunyai kira-kira 100 stomata, tapi jumlahnya ini dapat mencapai 10 kali lipat dan maksimum berjumlah 2230. Jumlah stomata dapat diklasifikasikan menjadi: sedikit (1-50), cukup banyak (51-100), banyak (101-200), sangat banyak

Upload: buikien

Post on 03-Mar-2019

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stomata

2.1.1 Pengertian Stomata

Stomata berasal dari bahasa Yunani yaitu stoma yang berarti lubang atau

porus, jadi stomata adalah lubang - lubang kecil berbentuk lonjong yang

dikelilingi oleh dua sel epidermis khusus yang disebut sel penutup (Kartosapoetra,

1991). Selanjutnya Campbel, Reece and Mitchell (2000) mengemukakan bahwa”

stomata adalah pori yang sangat kecil yang diapit oleh sel epidermal yang telah

mengalami spesialisasi yang disebut sel penjaga (guard cell).

Tiap pori stomata dikelilingi oleh dua sel epidermis khusus yang disebut

sel pengawal yang berbeda dengan sel-sel lain yang terdapat pada epidermis yang

berisi kloroplas (Loveless, 1987). Sedangkan Hamim (2007) menyatakan

bahwa”stomata merupakan modifikasi dari sel epidermis daun berupa sepasang

sel penjaga yang bisa menimbulkan sula (lubang) sehingga uap air dan gas dapat

dipertukarkan antara bagian dalam dari stomata dengan lingkungan.

2.1.2 Jumlah dan Letak Stomata

Stomata terdapat pada bagian-bagian tumbuhan yang berwarna hijau,

terutama pada daun-daun tanaman. Pada daun yang berwarna hijau stomata

terdapat pada satu permukaannya saja (Kartosapoetra, 1991). Menurut howard

dalam Salisbury dan Ross (1995) bahwa “ setiap melimeter persegi permukaan

daun mempunyai kira-kira 100 stomata, tapi jumlahnya ini dapat mencapai 10 kali

lipat dan maksimum berjumlah 2230. Jumlah stomata dapat diklasifikasikan

menjadi: sedikit (1-50), cukup banyak (51-100), banyak (101-200), sangat banyak

6

(201- > 300) dan tak terhingga ( 301 - > 700), (Haryati, 2010). Jumlah stomata

bervariasi diantara jenis-jenis tumbuhan. Keadaan lingkungan juga mempengaruhi

kerapatan stomata. Daun yang tumbuh pada lingkungan kering dan dibawah

cahaya dengan intensitas tinggi cenderung mempunyai stomata banyak dan kecil-

kecil dibandingkan dengan yang hidup pada lingkungan basah dan terlindung.

Variasi juga terjadi dalam distribusi stomata. Ada yang hanya di

permukaan epidermis atas saja atau di permukaan bawah dan ada juga di kedua

permukaan, tetapi permukaan bawah umumnya berjumlah lebih banyak dari pada

di permukaan atas. Menurut Salisbury dan Ross (1995) bahwa “stomata terdapat

di permukaan bawah daun, tetapi sering ditemui di kedua permukaan, meskipun

lebih banyak terdapat di bagian bawah. Pada tumbuhan air yang daunya terapung

dipermukaan air hanya mempunyai stomata di bagian atas, dan tumbuhan yang

terendam air tidak memiliki stomata sama sekali. Pada dikotil berdaun lebar

stomata tersebar secara acak, sedangkan pada monokotil berdaun sempit

memanjang stomata tersusun dalam baris-baris teratur sejajar dengan panjang

daun.

Sutrian dalam Damayanti (2007) menyatakan bahwa pada daun dengan

sistem pertulangan menjalar stomata menyebar tidak teratur sedangkan pada daun

dengan sistem pertulangan sejajar seperti pada Gramineae, stomata tersusun

dalam barisan yang sejajar. Menurut Fahn, (1991) Stomata biasanya ditemukan

pada bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara terutama di daun.

Stomata tidak ditemukan di akar dan seluruh permukaan beberapa tumbuhan

parasit yang tanpa klorofil. Stomata dapat juga ditemukan pada daun mahkota,

tangkai sari, daun buah dan biji tetapi biasanya stomata tersebut tidak berfungsi.

7

Kerapatan stomata tidak saja bervariasi antar jenis tetapi juga antar daun

dari tumbuhan yang sama. Kimball dalam Sundari dan Atmaja (2011)

menjelaskan bahwa tingkat kerapatan stomata dipengaruhi oleh faktor lingkungan

seperti: suhu, intensitas cahaya, dan kelembaban. Semakin tinggi intensitas

cahaya, kerapatan stomata di kedua permukaan daun juga semakin meningkat.

Kerapatan dan jumlah stomata yang banyak merupakan proses adaptasi dari

tanaman terhadap kondisi lingkungannya.

Intensitas cahaya yang berbeda-beda memperlihatkan bahwa jumlah

stomata dapat berkurang seiring dengan menurunnya intensitas cahaya (Fahn

1991). Menurut Agustina dalam Rofiah (2010) bahwa kerapatan stomata

diklasifikasikan menjadi kerapatan rendah (<300/mm2), kerapatan sedang (300-

500/mm2) dan kerapatan yang tinggi (>500/mm2)

Kerapatan stomata dapat dihitung dengan menggunakan rumus menurut

Lestari (2006):

Kerapatan stomata =

Stomata berfungsi sebagai pintu masuknya CO2 ke dalam daun untuk

berlangsungnya fotosintesis dan penguapan air (transpirasi). Transpirasi

merupakan proses yang sangat penting bagi tumbuhan karena berperan dalam

meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu daun dengan

cara melepaskan panas dan kelebihan air dari tubuh serta mengatur turgor

optimum didalam sel (Sasmitamihardja, 1990).

Jumlah Stomata

Luas Bidang Pandang

8

2.1.3 Tipe-tipe Stomata

Tipe stomata pada daun sangat bervariasi. Berdasarkan hubungan stomata

dengan sel epidermis dan sel tetangga ada banyak tipe stomata, tipe yang berbeda

dapat terjadi pada satu famili yang sama atau dapat juga pada daun dari spesies

yang sama.

Mauseth dalam Arisanti (2005) menyatakan bahwa 5 tipe stomata

berdasarkan susunan stomata yang umum yaitu:

1. Tipe anomositik, stomata dengan sel penutup yang dikelilingi oleh sejumlah

sel yang tidak berbeda ukuran dan bentuknya dari sel epidermis lainnya. Jenis

ini umum terdapat pada Ranunculaceae, Capparidaceae, Cucurbitaceae,

Malvaceae. (Lihat Gambar 2.1)

2. Tipe anisositik atau jenis Cruciferaceae, stomata dengan sel penutup

dikelilingi tiga buah sel tetangga yang tidak sama besar. Jenis ini umum

terdapat pada Cruciferae, Nicotiana, Solanum. (Lihat Gambar 2.2)

Gambar 2.1 Tipe Anomositik. (Sumber: Arisanti, 2005)

9

3. Tipe parasitik, stomata dengan sel yang mudah dikenali. Setiap sel penutup

diiringi sebuah sel tetangga atau lebih dengan sumbu panjang sel tetangga itu

sejajar sumbu sel penutup serta celah. Jenis ini umumnya terdapat pada

Rubiaceae, Magnoliaceae, kebanyakan spesies Convol vulaceae, Mimosaceae.

(Lihat Gambar 2.3)

4. Tipe diasitik atau jenis Caryophyllaceae, stoma yang dikelilingi dua sel

tetangga. Dinding bersama dari kedua sel tetangga itu tegak lurus terhadap

sumbu melalui panjang sel penutup serta celah. Jenis ini umum terdapat pada

Caryophyllaceae, Acanthaceae. (Lihat Gambar 2.4).

Gambar 2.2 Tipe Anisositik, (Sumber: Arisanti, 2005)

Gambar 2.3 Tipe Parasitik, (Sumber: Arisanti, 2005)

10

Gambar 2.4 Tipe Diasitik, (Sumber: Arisanti, 2005)

5. Tipe aktonositik, stomata yang dicirikan dengan sel penjaga yang dikelilingi

dengan banyak sel tetangga yang tersusun secara radial di sekelilingnya. (Lihat

Gambar 2.5)

Gambar 2.5 Tipe Aktonositik, (Sumber: Arisanti, 2005) 2.2 Morfologi Tumbuhan Puring

Puring (Codiaeum variegatum) atau kroton adalah tanaman hias pekarangan

populer berbentuk perdu dengan bentuk dan warna daun yang sangat bervariasi.

Beragam kultivar telah dikembangkan dengan variasi warna dari hijau, kuning,

jingga, merah, ungu, serta campurannya. Bentuk daun pun bermacam-macam:

memanjang, oval, tepi bergelombang, helainya "terputus-putus", dan sebagainya.

Secara botani, puring adalah kerabat jauh singkong serta kastuba. Ciri

yang sama adalah batangnya menghasilkan lateks berwarna putih pekat dan

11

lengket, yang merupakan ciri khas suku Euphorbiaceae. Puring berasal dari

Kepulauan Nusantara namun kini telah tersebar di seluruh daerah tropika dan

subtropika, serta menjadi salah satu simbol turisme.

Kedudukan tanaman puring dalam taksonomi menurut Tuzammi (2010)

yaitu:

Diviso : Spermatophyta Subdiviso : Angiospermae Klass : Dicotyledoneae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Codiaeum Spesies : Codiaeum variegatum 1.2.1 Deskripsi tanaman puring (Codiaeum variegatum)

Puring termasuk perdu atau pohon kecil, batang tinggi 1-3 m, warna coklat

atau keabu-abuan bercabang banyak. Batang dan tangkai daun akan mengeluarkan

getah berwarna putih bila dipetik. Daun memiliki bentuk, ukuran dan warnanya

yang sangat bervariasi yaitu memanjang, bentuk lanset, bentuk pipa, tepi rata,

berlekuk, berbagi tiga, bercangap tiga, berlipat, terpuntir (Tuzammi, dkk 2010).

Bunga muncul dari ujung batang dalam karang yang berupa bulir. Bunga

berukuran kecil memiliki mahkota berwarna putih kusam atau kekuningan. Buah

berukuran kecil berbentuk bulat dan berdiameter 3-5 mm.

Penamaan tanaman puring disesuaikan dengan bentuk daunnya. Puring

dengan bentuk daun seperti mangkok diberi nama puring ‘Mangkok’. Daunnya

yang bentuk oval disebut puring ‘Telur’. Daunnya yang meruncing dan berlekuk-

lekuk di tepi disebut puring kris. Daun menyerupai kerapas kura-kura, disebut

puring ‘Kura-kura (Suryani T. Vivi 2008). Selain bentuk daunnya, warna daun

puring juga sering menjadi acuan penamaan. Ada puring ‘Albino, dengan warna

12

daun yang semuanya berwarna kuning, tanpa corak atau kombinasi lain. Puring

‘Merah, dengan warna daun yang menyala.

Manfaat tanaman puring yaitu daun-daun muda yang berwarna kuning

dapat dimakan sebagai lalapan. Akar, kulit batang dan daunnya dapat digunakan

sebagai ramuan obat diantaranya yaitu digunakan untuk mengobati sembelit,

cacingan, kurang nafsu makan, penyakit saluran kencing pada anak-anak, badan

kurang fit, eksim dan sukar berkeringat (Tuzammi, dkk 2010). Selain puring dapat

digunakan sebagai makanan dan obat-obatan puring juga mempunyai kemampuan

tinggi menyerap polutan. dengan demikian, apabila sekitar rumah ditanami

tumbuhan puring maka kondisi udara semakin bagus untuk kesehatan. Puring juga

sangan baik ditanam disekitar sumur sehingga akar-akarnya akan memperbaiki

kwalitas air. Akar puring dapat menangkap fosfor yang terkandung didalam air.

Dilihat dari Karakteristik atau tipe fotosintesis tanaman puring termasuk

tanaman C3. Lintas fotosintesis tanaman C3 yaitu membutuhkan CO2 dalam

jumlah banyak karena titik kompensasi CO2 tanaman ini tinggi. Maka untuk

memenuhi kebutuhan CO2 tersebut tanaman beradaptasi dengan jumlah stomata

yang banyak.

2.2.2 Jenis- Jenis Tumbuhan Puring Codiaeum sp

Puring adalah salah satu kelompok tanaman hias. Tanaman puring memiliki

bermacam-macam jenis. Tiap jenisnya memiliki ciri-ciri yang berbeda. Salah satu

yang dapat kita lihat perbedaannya adalah pada daunnya. Ada berbagai macam

tipe daun pada puring, diantaranya ada yang daunnya panjang, bulat, oval, dan

lebar. Berikut ini adalah jenis-jenis tanaman puring Codiaeum sp menurut

(Suryani T. Vivi 2008)

13

2.2.2.1 Puring Diamond

Puring Diamond memiliki ciri-ciri yaitu bentuk daun panjang meruncing,

makin lama berubah menjadi hijau kekuning. Daun berlatar hijau dengan gurat

kuning (Lihat Gambar 2.6)

Gambar 2.6. Puring Diamond, (Sumber: Suryani T. Vivi 2008) 2.2.2.2 Puring Anakonda Puring Anakonda memiliki bentuk daunya memanjang, warna yang paling

mencolok adalah merah dan ungu pekat pada daun tuanya. Pada kondisi yang baik

panjang daun bisa mencapai 40 cm (Lihat Gambar 2.7).

Gambar 2.7. Puring Anakonda(Sumber: Suryani T. Vivi 2008)

14

2.2.2.3 Puring Galaksi

Puring Galaksi memiliki ciri yaitu pangkal daunnya agak lebar, ujung

daun agak mengecil atau meruncing. Tulang daun kuning dan jingga, serta

memiliki bercak merah dan jingga (Lihat Gambar 2.8).

Gambar 2.8. Puring Galaksi, (Sumber: Suryani T. Vivi 2008) 2.2.2.4 Puring Concord Kuning

Puring concord kuning memiliki bentuk daun yang mirip dengan puring

concord pada umumnya. Pangkal daunnya melebar kemudian menyempit dan

memanjang dengan guratan tulang daunnya berwarna kining cerah (Lihat Gambar

2.9).

Gambar 2.9. Puring Concord Kuning, (Sumber: Suryani T. Vivi 2008)

15

2.2.2.5 Puring Anting Merah

Puring anting merah memiliki daun kecil oval memanjang, tulang daun

memunculkan warna merah. Jika daun muda cenderung hijau maka makin tua

diperkaya dengan bercak-bercak merah (Lihat Gambar 2.10).

Gambar 2.10. Puring Anting Merah, (Sumber: Suryani T. Vivi 2008).

2.2.2.6 Puring Grace Pink

Puring grace pink memiliki pertulangan daun berwarna pink, permukaan

daun yang licin, tepi daun yang rata. Makin menarik dengan daun tua yang

berwarna pink (Lihat Gambar 2.11).

Gambar 2.11. Puring Grace Pink, (Sumber: Suryani T. Vivi 2008)

16

2.2.2.7 Puring Goncord Merah

Meskipun masuk dalam kategori puring dasi, namun permukaan daunya

lebih panjang. Pertulangan daunnya berwarna kuning, begitu juga pinggiran

daunya. Warna daun tua yang sangat eksotis yaitu campuran merah tua dan ungu

(Lihat Gambar 2.12)

Gambar 2.12. Puring Goncord Merah, (Sumber: Suryani T. Vivi 2008).