bab iv hasil dan pembahasan...senyawa organik bersifat karsinogenik. konsentrasi kelarutan zat padat...

17
17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Selintas Lahan sawah salin yang digunakan untuk penelitian yaitu lahan sawah di Desa Turunrejo, Kecamatan Brangsong, memiliki riwayat tahunan terkena dampak cekaman hingga tingkat merugikan. Data parameter selintas mengenai kandungan hara tanah dan jaringan tanaman merupakan data yang dianalisis dari sampel yang diambil di lapangan pada saat penelitian berlangsung dan kemudian dilakukan analisis di Laboratorium BPTP Jawa Tengah. Pada saat awal penelitian dilakukan pengambilan sampel tanah dan pengukuran salinitas tanah untuk menentukan karakteristik tanah awal sawah di Desa Turunrejo, Kecamatan Brangsong. Karakteristik tanah sebagaimana ditunjukan pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Karakteristik Lahan Sawah Desa Turunrejo No Parameter Satuan Nilai Kriteria 1 pH H 2 O - 7,93 agak alkalis 2 pH KCl - 6,73 3 C organik % 1,75 Rendah 4 N total % 0,18 Rendah 5 P 2 O 5 tersedia Ppm 48,94 sangat tinggi 6 P 2 O 5 HCl 25 % mg/100g 136,76 sangat tinggi 7 K 2 O HCl 25 % mg/100g 147,11 sangat tinggi 8 KTK cmol(+)kg -1 17,35 Sedang 9 Kation Dapat Ditukar K cmol(+)kg -1 0,09 sangat rendah Na cmol(+)kg -1 0,24 Rendah Ca cmol(+)kg -1 1,99 sangat rendah Mg cmol(+)kg -1 0,89 Rendah 10 DHL mS/cm 2,46 Sedang 11 TDS g/l 1,22 Sedang

Upload: others

Post on 17-Nov-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...senyawa organik bersifat karsinogenik. Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangatlah rendah, sehingga tidak dapat terlihat oleh mata

17

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengamatan Selintas

Lahan sawah salin yang digunakan untuk penelitian yaitu lahan sawah di Desa

Turunrejo, Kecamatan Brangsong, memiliki riwayat tahunan terkena dampak cekaman

hingga tingkat merugikan. Data parameter selintas mengenai kandungan hara tanah dan

jaringan tanaman merupakan data yang dianalisis dari sampel yang diambil di lapangan pada

saat penelitian berlangsung dan kemudian dilakukan analisis di Laboratorium BPTP Jawa

Tengah. Pada saat awal penelitian dilakukan pengambilan sampel tanah dan pengukuran

salinitas tanah untuk menentukan karakteristik tanah awal sawah di Desa Turunrejo,

Kecamatan Brangsong. Karakteristik tanah sebagaimana ditunjukan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Karakteristik Lahan Sawah Desa Turunrejo

No Parameter Satuan Nilai Kriteria

1 pH H2O - 7,93 agak alkalis

2 pH KCl - 6,73

3 C organik % 1,75 Rendah

4 N total % 0,18 Rendah

5 P2O5 tersedia Ppm 48,94 sangat tinggi

6 P2O5 HCl 25 % mg/100g 136,76 sangat tinggi

7 K2O HCl 25 % mg/100g 147,11 sangat tinggi

8 KTK cmol(+)kg-1 17,35 Sedang

9 Kation Dapat Ditukar

K cmol(+)kg-1 0,09 sangat rendah

Na cmol(+)kg-1 0,24 Rendah

Ca cmol(+)kg-1 1,99 sangat rendah

Mg cmol(+)kg-1 0,89 Rendah

10 DHL mS/cm 2,46 Sedang

11 TDS g/l 1,22 Sedang

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...senyawa organik bersifat karsinogenik. Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangatlah rendah, sehingga tidak dapat terlihat oleh mata

18

Konsentrasi garam dalam tanah dan air dapat ditentukan dengan banyak cara dan

dinyatakan dalam beragam satuan. Total Dissolved Solid (TDS) merupakan suatu cara

mengukur jumlah senyawa organik dan anorganik dalam suatu larutan, baik dalam bentuk

ion maupun molekul. Metode ini ditentukan dengan menguapkan sampel air sampai kering

dan menimbang garam yang tersisa. Nilai pengukuran biasanya dalam satuan ppm meskipun

sekarang lebih sering menggunakan satuan mg/l. Metode lain untuk mengukur jumlah

total garam terlarut adalah Daya Hantar Listrik (DHL). Metode ini sekarang lebih disukai

karena hasil pengukuran TDS sering kurang akurat. Satuan pengukuran biasanya mS/cm

yang sama dengan mmho/cm (Ferro 2008).

Tan (1998) menyebutkan bahwa, nilai DHL > 4 mS/cm menyebabkan produksi

banyak jenis tanaman terbatas. Pada DHL antara 2 dan 4 mS/cm, tanaman-tanaman yang

sangat rentan yang akan terpengaruh, sedang pada nilai-nilai < 2 mS/cm pengaruh salinitas

kecil dapat diabaikan. Menurut Dobermann and Fairhurst (2000), padi tidak dapat

berkembang jika salinitas dengan DHL mencapai >3 mS/cm. Klasifikasi kategori nilai

salinitas dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Klasifikasi Salinitas Berdasarkan EC dan TDS (Rhoades et al., 1992)

Klasifikasi Salinitas EC (mS/cm)

TDS (g/l)

Non salin

< 0,7 <0,5

Agak salin

0,7–2,0 0,5–1,5

Salinitas sedang

2,0–10,0 1,5–7,0

Salinitas tinggi

10,0–20,5 7,0–15,0

Salinitas sangat tinggi

20,0–45,0 15,0–35,0

Brine

>45,0 >35,0

Menurut kriteria dari analisis laboratorium mengenai karakteristik tanah awal, lahan

sawah yang digunakan untuk penelitian termasuk dalam kategori agak salin dan salinitas

sedang yang mana tidak berpotensi menimbulkan kerusakan parah dan menyebabkan gagal

panen. Sedangkan menurut petani dan warga setempat, lahan sawah di Desa Turunrejo

mempunyai riwayat kerugian akibat cekaman salinitas hingga tingkat gagal panen maupun

tanaman mati setelah fase vegetatif.

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...senyawa organik bersifat karsinogenik. Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangatlah rendah, sehingga tidak dapat terlihat oleh mata

19

Hal ini dapat juga disebabkan oleh tingginya curah hujan pada tahun 2016, sehingga

menyebabkan turunnya kadar cekaman salinitas di Kabupaten Kendal. Berikut merupakan

tabel data curah hujan bulanan pada periode 2011 sampai dengan 2016.

Tabel 4.3. Data Curah Hujan Bulanan di Kecamatan Brangsong, Kabupaten Kendal

pada Periode 2011 sampai dengan 2016

Tahun Curah Hujan Bulanan (mm)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

2011 356 158 73 172 188 67 26 0 28 75 210 135

2012 484 238 174 128 73 71 0 0 33 110 134 274

2013 519 219 137 149 96 245 89 73 0 99 111 256

2014 865 374 163 54 63 100 74 30 0 51 127 177

2015 275 243 271 147 77 52 17 0 0 0 117 265

2016 220 240 168 345 199 277 219 115 340 - - -

Sumber: BMKG Jateng, 2016

Pada Tabel 4.3, pada musim tanam kedua yang biasanya jatuh pada bulan Juli, tingkat

curah hujan pada tahun 2016 menunjukan angka yang jauh lebih besar dibandingkan tahun-

tahun sebelumnya. Sebagaimana diungkapkan oleh Schmidhalter dan Oertli pada penelitian

Arzie (2011), salinitas akan menghambat pertumbuhan tanaman pada daerah dengan curah

hujan yang rendah, dimana air hujan tidak dapat mencukupi kebutuhan untuk mencuci

kandungan garam dari tanah yang berhubungan langsung dengan akar tanaman, dengan kata

lain, semakin tinggi curah hujan, salinitas akan semakin dapat tercuci. Karena kondisi aktual

lahan sawah Desa Turunrejo masih memasuki kategori lahan salin dengan penurunan

produktivitas pada tingkat marjinal, penelitian tentang pengelolaan lahan salin pada sawah

Desa Turunrejo tetap perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil produktivitas yang optimum.

Untuk mengetahui mekanisme pengelolaan lahan salin dengan mengunakan

pemberian bahan amelioran, digunakan parameter pengamatan dengan parameter pengamatan

utama terdiri dari tingkat salinitas pada lahan, komponen vegetatif dan generatif tanaman

padi. Komponen tersebut meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai per rumpun,

jumlah butir per malai, produktivitas, kadar air, dan bobot 1000 biji. Sebagai parameter

selintas dilakukan juga pengambilan data mengenai kandungan hara tanah, analisis jaringan

tanaman, dan data curah hujan.

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...senyawa organik bersifat karsinogenik. Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangatlah rendah, sehingga tidak dapat terlihat oleh mata

20

4.2. Pengamatan Utama

Data pengamatan utama dianalisis menggunakan analisis sidik ragam, sedangkan

untuk mengetahui pengaruh dan pengujian antar perlakuan digunakan uji BNJ 5% (Beda

Nyata Jujur) sebagai uji lanjut. Pengamatan utama dipilah menjadi tiga bagian yaitu pengaruh

pemberian zat amelioran terhadap kadar salinitas tanah yang meliputi parameter daya hantar

listrik dan total padatan terlarut, pengaruh pemberian zat amelioran terhadap fase vegetatif

yang meliputi tinggi tanaman dan jumlah anakan, serta pengaruh pemberian zat amelioran

terhadap generatif yang meliputi panjang malai, jumlah gabah per malai, gabah isi per malai,

produktivitas hasil, bobot 1000 butir dan kadar air.

4.2.1 Pengaruh Pemberian Amelioran terhadap Kadar Salinitas Tanah

Pengaruh pemberian amelioran terhadap kadar salinitas tanah lahan sawah Desa

Turunrejo berdasarkan uji sidik ragam (uji F=5%) menunjukkan pengaruh nyata terhadap

TDS pada 60 HST, dan menunjukan pengaruh sangat nyata terhadap DHL pada awal tanam,

30 HST dan 100 HST, serta menunjukkan pengaruh sangat nyata pada parameter TDS awal

tanam, 30 HST dan 100 HST .

Tabel 4.4. Rekapitulasi Uji Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Amelioran

terhadap Kadar Salinitas Tanah

Peubah Satuan F Hitung

Awal tanam 30HST 60 HST 100 HST

Daya Hantar Listrik (EC) mS/cm 5,40 ** 7,17 ** 1,34 tn 10,29 **

Total Padatan Terlarut

(TDS)

g/l 25,25 ** 18,16 ** 2,76 * 70,73 **

Keterangan: ** = Berpengaruh sangat nyata

* = Berbengaruh nyata

tn = Tidak berpengaruh nyata

Pemberian amelioran berpengaruh nyata terhadap parameter TDS 60 HST, dan

berpengaruh sangat nyata terhadap parameter DHL dan TDS pada saat awal tanam, 30 HST,

60 HST dan 100 HST.

4.2.1.1 Pengaruh Pemberian Amelioran terhadap Daya Hantar Listrik Tanah

Menurut Dobermann and Fairhurst (2000), padi tidak dapat berkembang jika salinitas

dengan DHL mencapai >3 mS/cm. Sedangkan tingkat salinitas yang dapat dikatakan tidak

mengganggu pertumbuhan tanaman padi adalah pada tingkat < 2 mS/cm. Dari pernyataan

tersebut, pada penelitian ini akan dilihat amelioran yang dapat secara konsisten menekan

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...senyawa organik bersifat karsinogenik. Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangatlah rendah, sehingga tidak dapat terlihat oleh mata

21

tingkat salinitas berdasarkan pengamatan dari awal tanam, 30 HST, 60 HST dan pada saat

menjelang panen.

Grafik 4.1. Pengaruh Pengaplikasian Perlakuan Zat Amelioran terhadap DHL Tanah

Pada Grafik 4.1, pemberian amelioran yang menunjukkan tingkat penekanan DHL

yang paling baik pada fase awal tanam yaitu P1 (perlakuan gypsum) yang mampu menekan

kadar DHL hingga 2,29 mS/cm. Pada fase 30 HST, penekanan DHL yang optimal ditunjukan

oleh perlakuan P4 (pemberian dolomit), dengan penurunan DHL terendah dibandingkan

perlakuan lain, yaitu 2,43 mS/cm. Pada 60 HST, perlakuan P2 (perlakuan zeolit)

memperlihatkan penekanan yang optimal, yaitu hingga sebesar 2,47 mS/cm. Pada fase

pengamatan menjelang panen, yaitu 100 HST, DHL terendah ditampilkan oleh P1 yaitu

sebesar 2,39 mS/cm. Pemberian gypsum (P1) menunjukan kemampuan untuk menekan DHL

secara konsisten pada 30 HST, 60 HST dan pada saat menjelang panen (100 HST).

Perlakuan Kontrol (P5) dari masing-masing fase pengamatan menampilkan nilai DHL yang

lebih tinggi dibandingkan pemberian perlakuan.

Berdasarkan data tersebut, amelioran berupa gypsum, pupuk organik, dan zeolit

terbukti memiliki kemampuan untuk menekan tingginya DHL pada lahan salin. Hal ini

berbanding lurus dengan berbagai penelitian terdahulu tentang pemanfaatan bahan amelioran

guna menekan tingginya DHL dan desalinisasi pada pada lahan salin dan sodik .

Pengalikasian gypsum terbukti dapat mengurangi kadar DHL dalam tanah dan juga

dapat memberikan efek untuk memperbaiki KTK dan efisiensi pemupukan. Parameter-

parameter dalam tanah seperti pH dan DHL juga mengalami penurunan (Haq et al., 2001).

Demikian juga penerapan zeolit menunjukkan hasil yang signifikan terhadap penurun DHL

dan kesetimbangan larutan dalam tanah (Ghorbani, 2008), meskipun penurunan DHL-nya

tidak setinggi perlakuan gypsum. Pada penelitian Hoshino dan Adachi (2016), aplikasi pupuk

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

P1 P2 P3 P4 P5

DH

L Ta

nah

(mS/

m)

Perlakuan

DHL Awal tanam

DHL 30HST

DHL 60HST

DHL 100HST

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...senyawa organik bersifat karsinogenik. Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangatlah rendah, sehingga tidak dapat terlihat oleh mata

22

organik menunjukkan peningkatan soil solution electrical conductivity (SSEC) secara

signifikan meningkat dengan meningkatnya tingkat aplikasi pupuk organik.

4.2.1.2 Pengaruh Pemberian Amelioran terhadap TDS Tanah

Kelarutan zat padat dalam air atau juga disebut sebagai Total Dissolved Solid (TDS)

adalah terlarutnya zat padat, baik berupa ion, maupun senyawa koloid di dalam air.

TDS tidak diinginkan dalam badan air karena dapat menimbulkan warna, rasa, dan bau yang

tidak sedap. Beberapa senyawa kimia pembentuk TDS bersifat racun dan merupakan

senyawa organik bersifat karsinogenik. Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan

normal sangatlah rendah, sehingga tidak dapat terlihat oleh mata telanjang (Situmorang,

2007). Tebbut (1992) menyebutkan bahwa nilai TDS berhubungan erat dengan nilai DHL.

Grafik 4.2. Pengaruh Pengaplikasian Perlakuan Zat Amelioran terhadap TDS Tanah

Grafik 4.2 menunjukan bahwa pemberian amelioran yang memberikan pengaruh pada

penekanan TDS fase awal tanam, penekanan TDS yang optimal ditampilkan oleh P1

(perlakuan gypsum) yaitu mencapai 1,22 g/l. Pada fase 30 HST penekanan TDS yang optimal

ditampilkan oleh P4 (perlakuan dolomit) yaitu sebesar 1,27 g/l. Pada 60 HST, TDS terendah

ditampilkan oleh P1 yaitu sebesar 1,24 g/l, namun tidak berbeda nyata dengan P2 yaitu

sebesar 1,23 g/l. Pada fase pengamatan 100 HST, yaitu fase menjelang panen, TDS terendah

ditampilkan oleh perlakuan P1 yaitu 0,74 g/l. Pada parameter pengamatan TDS, pemberian

bahan amelioran menampakkan hasil yang nyata dalam hal menekan tingginya TDS dalam

air seperti pada parameter pengamatan DHL. Dapat dilihat pada grafik 4.2, perlakuan P1 dan

P2 menampakan hasil yang konsisten dalam parameter penekanan TDS pada lahan salin.

Data dari parameter-parameter diatas, kemudian direkapitulasi untuk mencari

pengaruh terbaik yang diberikan oleh amelioran terhadap penurunan kadar salinitas tanah.

0

0,5

1

1,5

2

P1 P2 P3 P4 P5

TDS

(g/l

)

Perlakuan

TDS Awal tanam

TDS 30HST

TDS 60HST

TDS100 HST

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...senyawa organik bersifat karsinogenik. Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangatlah rendah, sehingga tidak dapat terlihat oleh mata

23

Berikut merupakan tabel rekapitulasi data yang telah dengan uji BNJ pada taraf 5% untuk

menentukan perlakuan yang memberikan hasil terbaik.

Tabel 4.5. Rekapitulasi Pengaruh Pemberian Perlakuan terhadap DHL dan TDS

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan

Berdasarkan tabel diatas, parameter pengamatan DHL pada perlakuan P1 menunjukan

hasil terbaik pada fase awal tanam dan menjelang panen, P4 pada 30 HST, dan P2 pada 60

HST. Pada parameter pengamatan TDS, perlakuan P1 menunjukan hasil terbaik pada fase

awal tanam, 60 HST, dan 100 HST, dan P4 pada 30 HST. Berdasarkan data rekapitulasi

tersebut, pemberian amelioran memberikan hasil yang berbeda-beda terhadap kemampuan

menekan DHL dan TDS pada lahan salin, namun sama-sama memberikan dampak positif

untuk menekan tingginya DHL dan TDS dibandingkan perlakuan tanpa pemberian zat

amelioran. Hal ini berbanding lurus dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Abdel-

Fattah (2012) mengenai penggunaan teknik kolom yang dilakukan untuk mengevaluasi

efisiensi gypsum, kompos eceng gondok, kompos jerami padi dan kombinasi yang berbeda

pada reklamasi tanah liat salin-sodik dari Sahl El-Hossinia, Provinsi El-Sharkia, Mesir, yang

menunjukkan bahwa semua perlakuan menurunkan kadar DHL tanah, pH, SAR, dan ESP

dibandingkan dengan kontrol.

Perlakuan

Daya Hantar Listrik TDS

Awal tanam 30 HST 60 HST 100 HST Awal tanam 30 HST 60 HST 100 HST

P1 2,29 a 2,77 b 2,51 b 2,39 a 1,10 a 1,42 d 1,24 a 0,73 a

P2 2,43 b 2,81 c 2,46 a 2,72 b 1,19 d 1,39 c 1,23 a 0,80 bc

P3 2,56 d 2,77 b 2,54 c 2,93 c 1,27 e 1,36 b 1,27 c 1,61 d

P4 2,39 c 2,43 a 2,52 bc 2,88 c 1,16 b 1,27 a 1,26 bc 1,42 c

P5 2,39 c 2,79 c 2,59 d 2,90 c 1,18 c

1,38 bc 1,30 d 1,29 c

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...senyawa organik bersifat karsinogenik. Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangatlah rendah, sehingga tidak dapat terlihat oleh mata

24

4.2.2 Pengaruh Pemberian Amelioran terhadap Pertumbuhan Vegetatif

Hasil Penelitian pada fase vegetatif dirangkum dalam Tabel 4.6. Berdasarkan uji sidik

ragam (uji F=5%), pemberian berbagai macam amelioran memberikan pengaruh nyata

terhadap tinggi tanaman 30 HST dan 60 HST, serta berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi

tanaman 100 HST dan jumlah anakan 30 HST.

Tabel 4.6. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Amelioran

terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Padi

Peubah Satuan F Hitung

30HST 60 HST 100 HST

tinggi tanaman cm 2,76 * 2,91 * 9,50 **

jumlah anakan batang 8,05 ** 1,14 tn 0,36 tn

Keterangan: ** = Berpengaruh sangat nyata

* = Berbengaruh nyata uji

tn = Tidak berpengaruh nyata

Pada parameter jumlah anakan, pemberian berbagai macam amelioran memberikan pengaruh

sangat nyata pada fase umur 30 hari setelah tanam, namun tidak berpengaruh nyata terhadap

umlah anakan 60 hari setelah tanam dan menjelang panen. Selanjutnya masing-masing

parameter akan dibahas lebih lanjut.

4.2.2.1 Tinggi Tanaman

Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan bahwa tinggi tanaman merupakan

parameter vegetatif yang sering diamati, baik sebagai parameter pertumbuhan maupun

sebagai indikator yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan

yang diterapkan. Parameter data tinggi tanaman pada penelitian ini ditampilkan oleh Grafik

4.3.

Nilai tinggi tanaman dari pemberian berbagai jenis amelioran yang dicobakan

menunjukan bahwa dari pengamatan 30 HST yang tertinggi adalah pada perlakuan P1, yaitu

perlakuan gypsum dengan tinggi 63,6 cm. Pada pengamatan 60 HST, perlakuan P1 juga

menampilkan hasil tertinggi dengan tinggi 90,8 cm. Pada pengamatan menjelang panen tinggi

tanaman tertinggi yaitu pada perlakuan P3, yaitu perlakuan pupuk organik dengan tinggi

116,5 cm. Menurut deskripsi dari Balai Besar Tanaman Padi, tinggi rata-rata varietas

Ciherang adalah 107-115 cm, jika dilihat dari pengamatan tinggi tanaman, maka semua

perlakuan memenuhi kriteria tinggi tanaman menurut deskripsi varietas.

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...senyawa organik bersifat karsinogenik. Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangatlah rendah, sehingga tidak dapat terlihat oleh mata

25

Grafik 4.3. Pengaruh Pengaplikasian Varietas dan Amelioran terhadap Tinggi Tanaman

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa tinggi tanaman menjelang panen terbaik pada

ditampilkan oleh perlakuan P3 yaitu dengan pemberian pupuk organik. Pada Grafik 4.3, P3

menunjukkan bahwa pada pengamatan 30 tidak memberikan pengaruh nyata, namun pada

pengamatan tinggi tanaman umur 60 dan 100 HST perlakuan pupuk organik menampilkan

tinggi tanaman yang optimal. Hal ini disebabkan karena unsur hara yang terdapat dalam

pupuk organik tidak dapat langsung diserap oleh tanaman padi sawah. Pupuk organik

membutuhkan waktu untuk terdekomposisi secara sempurna agar unsur hara yang terdapat di

dalamnya dapat diserap oleh tanaman. Hal ini berbanding lurus dengan penelitian yang

dilakukan oleh Tufalia (2014) yang mengungkapkan bahwa perlakuan pupuk bokashi

berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tanaman padi sawah yang ditunjukkan oleh

tinggi tanaman pada umur 28 dan 35 HST.

4.2.2.2 Jumlah Anakan

Hasil pengamatan pengaruh pengaplikasian amelioran pada padi varietas Ciherang

pada parameter jumlah anakan dapat dilihat pada Grafik 4.4.

Grafik 4.4. Pengaruh Pengaplikasian Amelioran terhadap Jumlah Anakan

0

20

40

60

80

100

120

140

P1 P2 P3 P4 P5

Tin

ggi T

anam

an (c

m)

Perlakuan

Tinggi tanaman 30

Tinggi tanaman 60HST

Tinggi tanaman 100HST

0

10

20

30

40

50

P1 P2 P3 P4 P5

Jum

lah

An

akan

(bat

ang)

Perlakuan

Jumlah anakan 30Hst

Jumlah anakan 60Hst

Jumlah Anakan 100HST

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...senyawa organik bersifat karsinogenik. Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangatlah rendah, sehingga tidak dapat terlihat oleh mata

26

Pada grafik 4.4, semua pemberian bahan amelioran menunjukan jumlah anakan yang

lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Jumlah anakan tertinggi dari

pengamatan 30 dan 60 HST ditampilkan oleh perlakuan P1 (perlakuan gypsum) yaitu

sebanyak 19 anakan (30 HST) dan 40,5 anakan (60 HST). Hal ini berbanding lurus dengan

parameter tinggi tanaman. Pada pengamatan menjelang panen, jumlah anakan tertinggi

ditampilkan oleh perlakuan P3 yaitu 32,4 anakan. Hal ini juga di ungkapkan oleh Septiana

(2007) sebagaimana terdapat interaksi antara pupuk kandang dan gypsum terhadap

peningkatan jumlah anakan.

Perlakuan P1 menunjukkan tinggi tanaman dan jumlah anakan tertinggi pada 30 dan

60 HST. Pada fase menjelang panen P3 menunjukkan hasil terbaik pada parameter tinggi

tanaman dan jumlah anakan. Data parameter-parameter diatas, kemudian direkapitulasi untuk

mencari pengaruh terbaik yang diberikan oleh amelioran terhadap pertumbuhan vegetatif

tanaman padi yang berupa tinggi tanaman dan jumlah anakan. Tabel 4.7 merupakan

rekapitulasi data yang telah dengan uji BNJ pada taraf 5% untuk menentukan perlakuan yang

memberikan hasil terbaik.

Pada Tabel 4.7, perlakuan P1 menunjukkan hasil terbaik pada parameter tinggi

tanaman pada fase 30 HST dan 60 HST, serta jumlah anakan pada 30 HST, 60 HST dan 100

HST. Perlakuan P2 menampilkan hasil terbaik pada parameter tinggi tanaman HST dan

jumlah anakan 100 HST yang tidak berbeda nyata dengan P1. Perlakuan P3 menampilkan

hasil terbaik pada parameter tinggi tanaman dan jumlah anakan 100 HST.

Tabel 4.7. Rekapitulasi Pengaruh Pemberian Perlakuan terhadap Tinggi Tanaman

dan Jumlah Anakan

Perlakuan

Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan (batang)

30 HST 60 HST 100 HST 30 HST 60 HST 100 HST

P1 63,6 a 90,8 a 100,6 d 19 a 40,5 a 31,7 a

P2 58,5 bc 90,3 a 106,86 c 15,9 b 35,1 c 31,8 ab

P3 56,3 d 88,9 ab 116,46 a 13,5 c 35,2 c 32,4 a

P4 57 cd 82,6 c 113,86 b 11,7 d 37,9 b 30,9 ab

P5 59,3 b 87,4 b 108,13 c 11,5 d 33,3 c 28,7 b

Keterangan: angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan

Perlakuan P4 menampilkan hasil yang baik pada parameter jumlah anakan 100 HST. Dari

data tersebut menunjukan bahwa pemberian bahan amelioran memberikan pengaruh yang

nyata dibandingkan dengan perlakuan kontrol (P5). Berdasarkan tabel tersebut, perlakuan P1

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...senyawa organik bersifat karsinogenik. Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangatlah rendah, sehingga tidak dapat terlihat oleh mata

27

menampilkan hasil yang optimal pada parameter pertumbuhan vegetatif. Hal ini berbanding

lurus dengan pernyataan Ahmed et al (2014) menyebutkan bahwa berbagai tingkat sulfur dan

gypsum memiliki efek signifikan pada pertumbuhan vegetatif tanaman padi.

4.2.3. Pengaruh Pemberian Amelioran terhadap Pertumbuhan Generatif

Hasil penelitian pada fase generatif berupa panjang malai, jumlah gabah per malai, gabah

isi per malai, produktivitas, bobot 1000 butir, dan kadar air dirangkum dalam Tabel 4.8.

sebagai berikut.

Tabel 4.8. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Amelioran

terhadap Fase Generatif

Peubah Satuan F hitung

Panjang malai cm 1,49 tn

Jumlah gabah per malai butir 1,53 tn

Gabah isi per malai butir 4,23 **

Produktivitas ton/Ha 11,96**

Bobot 1000 butir

Kadar air

gram

%

19,76**

7,92**

Keterangan: ** = berpengaruh sangat nyata

* = berbengaruh nyata

tn = tidak berpengaruh nyata

Berdasarkan uji sidik ragam (uji F=5%), pemberian amrlioran memberikan pengaruh

sangat nyata terhadap parameter gabah isi per malai, produktivitas tanaman padi, bobot 1000

butir dan kadar air, tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang malai dan

jumlah gabah per malai. Selanjutnya masing-masing parameter akan dibahas lebih lanjut.

4.2.3.1 Panjang Malai

Malai adalah kumpulan bunga padi yang muncul pada buku paling atas. Sumbu utama

malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang, sedangkan bulir-bulir padi terletak pada

cabang pertama dan cabang kedua. Panjang malai dibedakan menjadi 3 golongan, yakni:

malai pendek, yaitu kurang dari 20 cm, malai sedang antara 20 sampai 30 cm, dan malai

panjang lebih dari 30 cm (Hasanah, 2007).

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...senyawa organik bersifat karsinogenik. Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangatlah rendah, sehingga tidak dapat terlihat oleh mata

28

Grafik 4.5. Panjang Malai

Panjang malai yang dihasilkan tanaman padi pada penelitian ini termasuk dalam

kategori sedang yaitu antara 22,85 hingga 23,86 cm. Seperti dilihat dalam Grafik 4.5, panjang

malai tertinggi adalah pada perlakuan P4 yaitu pemberian perlakuan dolomit. Perlakuan P2,

P3, dan P5 tidak menampilkan hasil yang berbeda nyata, sedangkan panjang malai terendah

ditampilkan oleh perlakuan P1.

4.2.3.2 Jumlah Gabah per Malai

Jumlah gabah per malai ditentukan pada fase reproduks. Semakin panjang malai

terbentuk, maka akan semakin banyak peluang banyaknya gabah yang mungkin

ditampung oleh malai yang bersangkutan (Soemedi, 1982). Seperti ditampilkan pada Grafik

4.6, gabah per malai tertinggi ditampilkan oleh perlakuan P3, yaitu 130,7 butir. Gabah per

malai terendah ditunjukan oleh P1, yaitu 119 butir.

Grafik 4.6. Jumlah Gabah per Malai dan Gabah Isi per Malai

Jumlah gabah isi per malai merupakan salah satu komponen hasil yang berpengaruh

terhadap hasil padi. Pada parameter jumlah gabah isi per malai, P2 menampilkan hasil yang

optimal yaitu sebanyak 99,13 butir, namun tidak berbeda nyata dengan P3 yang berjumlah

20

21

22

23

24

25

P1 P2 P3 P4 P5

Pan

jan

g M

alai

(cm

)

Perlakuan

Panjang malai

0

20

40

60

80

100

120

140

P1 P2 P3 P4 P5

Gab

ah p

er M

alai

(b

uti

r)

Perlakuan

Jumlah gabah permalai

Gabah isi per malai

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...senyawa organik bersifat karsinogenik. Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangatlah rendah, sehingga tidak dapat terlihat oleh mata

29

sebanyak 98,93 butir. Gabah isi per malai terendah ditampilkan oleh perlakuan P1 yaitu

sebanyak 84,53 butir yang tidak berbeda nyata perlakuan kontrol, yaitu sebanyak 85,13 butir.

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa pemberian pemberian zeolit dan pupuk organik

menampilkan hasil yang optimal pada parameter jumlah gabah isi per malai, namun

pemberian bahan amelioran gypsum tidak menampilkan hasil yang baik, yaitu tidak berbeda

nyata dengan perlakuan kontrol.

4.2.3.3 Produktivitas Tanaman Padi

Seperti dilihat dalam Grafik 4.7 dibawah, hasil produktivitas tanaman padi yang

optimal ditampilkan oleh perlakuan P4 yaitu pemberian dolomit, namun tidak berbeda nyata

dengan P2, yaitu perlakuan zeolit dengan hasil sebesar 5,74 ton/Ha (P4) dan 5,73 ton/Ha

(P2). Sedangkan produktivitas terendah ditampilkan oleh perlakuan P1 dengan hasil gabah

sebesar 5,05 ton/Ha.

Grafik 4.7. Produktivitas Tanaman Padi

Al-Jabri (2009) dan Soewardi (1996) melaporkan bahwa pemberian zeolit

mampu meningkatkan efisiensi pemupukan Urea, KCl, dan Phonska. Struktur zeolit

yang berpori-pori dengan permukaan yang bermuatan negatif dapat mengurangi

pencucian hara NH4+dari Urea dan K

+ dari KCl atau pupuk Phonska di daerah perakaran.

Unsur-unsur hara tersebut akan tertahan atau tinggal lebih lama di daerah perakaran,

sehingga terjadi efisiensi penggunaan pupuk Urea dan KCl atau Phonska. Hara N, P, dan K

merupakan unsur hara primer yang sangat esensial yang mempengaruhi produktivitas

kedelai. Suwardi et al. (1995, 1996, dan 2007) menyatakan bahwa penambahan zeolit

meningkatkan luas permukaan akar tanaman, yang berakibat terhadap meningkatnya jumlah

hara yang dapat diserap oleh tanaman.

0

1

2

3

4

5

6

P1 P2 P3 P4 P5

Pro

du

ktiv

itas

(to

n/H

a)

Perlakuan

Produktivitas

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...senyawa organik bersifat karsinogenik. Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangatlah rendah, sehingga tidak dapat terlihat oleh mata

30

4.2.3.4. Bobot 1000 butir Tanaman Padi

Jumlah gabah isi dan bobot 1000 biji yang terbentuk dalam satu malai sangat

tergantung dari proses fotosintesis (pengisian biji) dari tanaman selama pertumbuhannya

dan sifat genetis dari tanaman padi yang dibudidayakan.

Grafik 4.8. Bobot 1000 Butir Padi

Pada Grafik 4.8, bobot 1000 butir yang optimal ditampilkan oleh perlakuan P3 yaitu

aplikasi perlakuan pupuk organik yaitu 11,56 gram, namun tidak berbeda nyata dengan

perlakuan P2 yaitu sebesar 11,39 gram. Bobot 1000 butir terendah ditampilkan oleh

perlakuan P5 yaitu kontrol dengan bobot sebesar 9,45 gram. Hal ini berbanding lurus dengan

penelitian Sinulingga (2003) yang melaporkan bahwa pemberian zeolit mampu meningkatkan

tinggi tanaman, berat kering tanaman, bobot 1000 butir melalui peningkatan KTK, K-tukar,

Mg-tukar dan Ca-tukar. Namun demikian, pada parameter pengamatan berat 1000 butir,

semua perlakuan menunjukan berat yang lebih rendah jika dibandingkan dengan deskripsi

varietas yaitu antara 24-28 gram. Bobot 1000 butir dipengaruhi dengan peranan K dalam

peningkatan berat isi gabah. Hara K sangat berperan dalam pengisian biji pada serelia. Selain

itu, K juga terlibat dalam pengangkutan hasil-hasil fotosintesis (assimilate) dari daun ke

jaringan organ reproduksi dan penyimpanan (Munawar, 2011). Sehingga kahat K akan

menurunkan berat 1000 butir. Rosmarkam dan Yuwono (2002) menegaskan bahwa

kekurangan hara kalium menyebabkan produksi gabah tanaman padi merosot karena organ

penyimpanan memiliki berat yang rendah. Rendahnya K tanah pada penelitian ini ditunjukan

oleh analisis unsur hara tanah yang dilakukan di Laboratorium BPTP Jateng. Berikut

merupakan tabel analisis tanah pada saat menjelang panen pada varietas Ciherang.

0

2

4

6

8

10

12

14

P1 P2 P3 P4 P5

Bo

bo

t 100

0 b

uti

r (g

ram

)

Perlakuan

Bobot 1000

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...senyawa organik bersifat karsinogenik. Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangatlah rendah, sehingga tidak dapat terlihat oleh mata

31

Tabel 4.9. Analisis Tanah Akhir pada Petak varietas Ciherang

Parameter Satuan Perlakuan

P1 P2 P3 P4 P5

K2O HCl 25 % mg/100g 141,31 165,38 143,36 144,47 154,96

Kation Dapat Ditukar

K cmol(+)kg-1 0,08 0,08 0,07 0,08 0,08

Ca cmol(+)kg-1 2,18 2,58 2,12 1,85 1,82

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa semua perlakuan pada padi varietas Ciherang

menunjukan kandungan unsur hara K dan Ca dengan ketersediaan yang relatif rendah. Hal ini

berkaitan dengan pernyataan Grattan and Grieve dalam penelitian Yildirim et al (2006) yang

menyebutkan bahwa cekaman salinitas akan mengurangi ketersedian unsur Ca2+

dan K+ pada

larutan tanah dan akan menghambat proses mobilitas dan transportasi kedua unsur hara

tersebut ke kompleks pertumbuhan tanaman (growth region), sehingga akan memberikan

dampak negatif terhadap pertumbuhan, baik organ vegetatif maupun reproduktif.

4.2.3.5. Kadar Air

Seperti dilihat dalam Grafik 4.9 dibawah, kadar air tertinggi ditampilkan oleh

perlakuan P1 yaitu 20,16% dan kadar air terendah ditampilkan oleh perlakuan P5 yaitu

sebesar 17,57%.

Grafik 4.9. Kadar Air

Data dari parameter-parameter diatas kemudian direkapitulasi untuk mencari

pengaruh terbaik yang diberikan oleh amelioran terhadap penurunan kadar salinitas tanah.

Tabel 4.10 merupakan hasil rekapitulasi data yang telah dengan uji BNJ pada taraf 5% untuk

menentukan perlakuan mana yang memberikan hasil terbaik.

16

17

18

19

20

21

P1 P2 P3 P4 P5

Ka

dar

Air

(%

)

Perlakuan

Kadar Air

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...senyawa organik bersifat karsinogenik. Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangatlah rendah, sehingga tidak dapat terlihat oleh mata

32

Tabel 4.10. Pengaruh Pemberian Perlakuan terhadap Panjang Malai, Jumlah Biji Per Malai , Gabah Isi

Per Malai, Bobot 1000 Butir, dan Hasil Gabah dengan Uji BNJ

Perlakuan Panjang

malai (cm)

Jumlah gabah per

malai ( butir)

Gabah isi per malai

(butir)

Hasil gabah

(ton/Ha)

Bobot 1000

Butir (gram)

Kadar air (%)

P1 22,85c 119,00c 84,53c 5,05d 9,71c 20,17a

P2 23,39b 120,66c 99,13a 5,73a 11,39a 19,89ab

P3 23,38b 130,73a 98,93a 5,58b 11,56a 19,63bc

P4 23,86a 121,8bc 92,73b 5,74a 10,37b 18,83c

P5 23,36b 124,87c 85,13c 5,34c 9,45d 17,57d

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan

pada uji BNJ 5%

Berdasarkan data tersebut, perlakuan P1 menampilkan hasil terbaik pada parameter

kadar air. Perlakuan P2 menampilkan hasil terbaik pada parameter gabah isi per malai,

produktivitas hasil, bobot 1000 butir dan kadar air. P3 menampilkan hasil terbaik pada

parameter jumlah gabah per malai, gabah isi per malai, dan bobot 1000 butir. P4

menampilkan hasil terbaik pada parameter panjang malai dan produktivitas hasil tanaman

padi. Sedangkan perlakuan kontrol (P5) menampilkan hasil yang tidak lebih baik dari

perlakuan lainnya. Perlakuan P2 menampilkan hasil yang paling optimal jika dilihat dari

kemampuan peningkatan komponen hasil yang berupa gabah isi per malai, produktivitas

hasil tanaman padi, bobot 1000 butir, dan kadar air gabah.

4.3. Pembahasan Umum

Pertumbuhan tanaman yang optimal mempunyai pengaruh yang besar terhadap

hubungan antara fase generatif dengan produktivitas hasil. Tanaman yang tumbuh baik

mampu menyerap hara dalam jumlah banyak. Ketersediaan hara dalam tanah

berpengaruh terhadap aktivitas tanaman termasuk aktivitas fotosintesis, sehingga dengan

demikian tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan komponen hasil tanaman

(Yosida, 1981).

Pemberian amelioran dolomit (P4) tidak menampilkan hasil optimal pada parameter

penekanan salinitas dan pertumbuhan tanaman, namun mampu menampilkan hasil

produktivitas hasil padi terbaik walaupun tidak berbeda nyata dengan P2, sedangkan zeolit

(P2) menampilkan hasil yang baik pada parameter penekanan salinitas dan optimal dalam

berbagai parameter pengamatan vegetatif dan generatif. Pemberian amelioran gypsum (P1)

menampilkan hasil yang optimal pada parameter penekanan salinitas dan pertumbuhan

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...senyawa organik bersifat karsinogenik. Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangatlah rendah, sehingga tidak dapat terlihat oleh mata

33

vegetatif, namun berbanding terbalik pada fase generatif. Pemberian perlakuan pupuk organik

tidak menampakkan hasil yang optimal pada parameter penekanan salinitas dan pertumbuhan

vegetatif namun mampu menampakan hasil yang baik pada fase generatif dan produktivitas

hasil padi. Berdasarkan data tersebut menunjukan bahwa pemberian amelioran menampilkan

kemampuan yang beragam terhadap parameter yang diamati, namun pemberian amelioran

terbukti mampu menampilkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan kontrol.

Studi yang dilakukan Mikanová et al. (2012) menunjukkan bahwa ada korelasi yang

signifikan secara statistik (P ≤ 0,01) antara hasil gabah dan kandungan C organik tanah

setelah penerapan amelioran organik ke tanah. Penerapan amelioran dapat menyebabkan

peningkatan kandungan humus, nitrogen, fosfor, dan kalium yang tersedia (Verma et al

2012). Sebagai hasil dari peningkatan tingkat hara tanah, efek yang signifikan (P ≤ 0,05)

terhadap hasil per hektar ditentukan (Milosevic dan Milosevic 2009). Hasil ini juga sesuai

dengan penelitian Matula dan Pechová (2007), yang melaporkan amelioran organik

meningkatkan hasil panen gandum.

Dari berbagai parameter pengamatan pertumbuhan tanaman dan komponen hasil,

perlakuan P2 menampilkan hasil paling optimal diantara berbagai perlakuan lain. P2 tidak

menampilkan hasil terbaik pada parameter penekanan DHL dan TDS, namun pemberian

perlakuan tersebut tetap mampu menekan DHL dan TDS, dengan penekanan DHL hingga

<2.5 mS/cm. Sebagaimana disampaikan oleh Dobermann and Fairhurst (2000), padi tidak

dapat berkembang jika salinitas dengan DHL mencapai >3 mS/cm, sehingga dengan

kemampuan penekanan DHL yang ditampilkan oleh zeolit sebesar 2,43–2,72 tanaman padi

tetap masih dapat berkembang.

Berdasarkan rekapitulasi data dengan uji BNJ pada taraf 5%, pemberian amelioran

menunjukkan koding yang lebih baik daripada perlakuan kontrol. Hal ini menunjukkan

bahwa pemberian amelioran pada lahan sawah salin berdampak positif pada pertumbuhan

dan hasil produksi padi sawah pada lahan salin.