bab iv hasil dan pembahasan 4.1 keadaan umum tempat...

28
27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Secara administratif objek wisata Pantai Patra Sambolo ini terletak di Desa Bandulu, Kecamatan Anyar, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Objek wisata ini berbatasan dengan : 1. Desa Cikoneng di sebelah utara 2. Desa Sindang Karya di sebelah timur 3. Desa Kamasan di sebelah selatan dan, 4. Selat Sunda di sebelah barat. Desa Bandulu merupakan daerah dataran yang terletak di tepi laut (pesisir) kawasan Anyer dengan panjang pantai lebih dari 5 km dan ketinggian dari permukaan laut 1.200 meter dpl. Luas wilayah Desa Bandulu ini adalah 806.760 ha (Potensi Desa, 2008). Orbitasi desa ini dari kantor kecamatan adalah 8 km, dari kantor Pemda 45 km, dari kantor Pemerintah Provinsi 45 km dan dari ibukota negara 147 km. Pantai Patra Sambolo ini terletak di sepanjang kawasan Anyer. Luas total lahan objek wisata ini sebesar 6.444 m 2 . Lokasinya bersebelahan dengan Hotel Patra Jasa dan Hotel Nuansa Bali. Awalnya objek wisata ini bernama Pantai Sambolo, pada tahun 2004 setelah objek wisata ini berpindah tangan, namanya berubah menjadi Pantai Bandulu kemudian berubah nama lagi menjadi Pantai Patra Sambolo. Sesuai dengan nama desa dimana objek wisata ini berada. Pantai Patra Sambolo memiliki beberapa kelebihan (Amanda, 2009), yaitu: 1. Keamanan, pantai ini tidak mempunyai catatan kecelakaan pengunjung (dalam arti tidak ada pengunjung yang meninggal karena terbawa arus), 2. Tidak ada karang dan landai, pantai ini sangat cocok untuk para pengunjung untuk berenang, karena tidak ada karang yang dapat membahayakan pengunjung, dan 3. Pihak pengelola pun berusaha agar selalu menjaga kebersihan pantai ini agar kenyamanan para pengunjung dapat terjaga.

Upload: dinhminh

Post on 02-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian

Secara administratif objek wisata Pantai Patra Sambolo ini terletak di Desa

Bandulu, Kecamatan Anyar, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Objek wisata ini

berbatasan dengan :

1. Desa Cikoneng di sebelah utara

2. Desa Sindang Karya di sebelah timur

3. Desa Kamasan di sebelah selatan dan,

4. Selat Sunda di sebelah barat.

Desa Bandulu merupakan daerah dataran yang terletak di tepi laut (pesisir)

kawasan Anyer dengan panjang pantai lebih dari 5 km dan ketinggian dari

permukaan laut 1.200 meter dpl. Luas wilayah Desa Bandulu ini adalah 806.760

ha (Potensi Desa, 2008). Orbitasi desa ini dari kantor kecamatan adalah 8 km, dari

kantor Pemda 45 km, dari kantor Pemerintah Provinsi 45 km dan dari ibukota

negara 147 km.

Pantai Patra Sambolo ini terletak di sepanjang kawasan Anyer. Luas total

lahan objek wisata ini sebesar 6.444 m2. Lokasinya bersebelahan dengan Hotel

Patra Jasa dan Hotel Nuansa Bali. Awalnya objek wisata ini bernama Pantai

Sambolo, pada tahun 2004 setelah objek wisata ini berpindah tangan, namanya

berubah menjadi Pantai Bandulu kemudian berubah nama lagi menjadi Pantai

Patra Sambolo. Sesuai dengan nama desa dimana objek wisata ini berada. Pantai

Patra Sambolo memiliki beberapa kelebihan (Amanda, 2009), yaitu:

1. Keamanan, pantai ini tidak mempunyai catatan kecelakaan pengunjung (dalam

arti tidak ada pengunjung yang meninggal karena terbawa arus),

2. Tidak ada karang dan landai, pantai ini sangat cocok untuk para pengunjung

untuk berenang, karena tidak ada karang yang dapat membahayakan

pengunjung, dan

3. Pihak pengelola pun berusaha agar selalu menjaga kebersihan pantai ini agar

kenyamanan para pengunjung dapat terjaga.

28

Tabel 6. Jumlah Pengunjung Obyek Wisata Menurut Lokasi di Banten

No Uraian Jumlah

Wisatawan

Obyek

Wisata

Wisata

Sejarah

1 Januari 747,115 600,771 136

2 Februari 235,281 122,336 2,798

3 Maret 254,538 132,232 224

4 April 741,452 325,126

5 Mei 579,274 250,016

6 Juni 904,719 400,235

7 Juli 1,458,265 637,820

8 Agustus 1,339,243 605,198 14,490

9 September 1,560,070 966,504

10 Oktober 989,102 945,000 17,253

11 November 1,046,218 995,020 14,025

12 Desember 1,674,881 1,615,100 15,015

Jumlah 11,530,257 7,595,358 63,941

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten 2012

Tabel 2 menunjukkan jumlah wisatawan yang datang ke obyek wisata di

Provinsi Banten sangat banyak. Biasanya wisatawan berkunjung ke tempat-tempat

wisata pada saat liburan panjang, libur hari raya dan libur anak sekolah. Tabel

tersebut menjelaskan pada bulan Desember wisatawan yang datang jumlahnya

sangat tinggi yaitu 1,674,881 orang sedangkan pada bulan Februari wisatawan

yang berkunjung sangat sedikit yaitu 235,281 orang. Rata-rata jumlah wisatawan

pada tahun 2012 sebanyak 960,856 orang.

Tabel 7. Realisasi APBD Kabupaten Serang 2011 (juta Rupiah)

Sumber : BPS Kabupaten Serang , 2012

Realisasi 2011

Belanja Daerah 1.173.739,19

Belanja Tidak Langsung 691.117,20

Belanja Langsung 482.621,99

Pendapatan 1.322.429,27

PAD 216.956,16

Dana perimbangan 773.980,56

Lain-lain pendapatan yang sah

(Pariwisata) 331.492,56

29

Berdasarkan tabel realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

Kabupaten Serang 2011, terdapat total belanja daerah sebesar Rp 1.173.739,19

dengan rincian belanja tidak langsung sebesar Rp 691.117,20 dan belanja

langsung sebesar Rp 482.621,99. Total pendapatan APBD Kabupaten Serang

2011 sebesar Rp 1.322.429,27 dengan rincian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

sebesar Rp 216.956,16, dana perimbangan sebesar Rp 773.980,56 dan pendapatan

lain-lain yang sah dintaranya pariwisata sebesar Rp 331.492,56.

Kawasan objek wisata ini memiliki beberapa warung dan kios

cinderamata. Semenjak objek wisata ini dibuka untuk umum, hanya ada sekitar 10

warung tetapi sekarang sudah mengalami peningkatan menjadi 25 warung dan

enam kios cinderamata. Hal ini dapat mempermudah para pengunjung membeli

makanan, minuman, dan cinderamata yang mereka inginkan. Sepanjang pantai

juga terdapat saung-saung untuk tempat beristirahat dan meletakkan barang saat

mereka berenang di pantai. Saung ini dikenakan biaya sewa sebesar Rp 60.000

untuk yang ukuran kecil dan Rp 80.000 untuk ukuran yang besar, untuk sekali

penggunaan. Selain itu juga di lokasi ini, ditawarkan beberapa jasa penyewaan

kepada para pengunjung, seperti banana boat, jet sky, ban, papan seluncur dan

lain-lain. Setiap penyewaan banana boat dan jet sky Rp 200.000 untuk sekali

penggunaan.

Objek wisata ini juga memberlakukan tiket masuk, sesuai dengan cara

kedatangan pengunjung. Pengunjung yang menggunakan kendaraan roda empat

(mobil/minibus) dikenakan biaya Rp 50.000 kendaraan roda dua (motor)

dikenakan biaya Rp 15.000,00, bis kecil dikenakan biaya Rp 400.000 dan bis

besar Rp 600.000, untuk elf dikenakan biaya Rp 100.000 dan untuk per

orangan/pejalan kaki dikenakan biaya Rp 5.000 (Lampiran 14). Jumlah kunjungan

pada bulan Juli 2012 hingga Juli 2013 adalah 42.717 orang (Gambar 3).

30

Gambar 3. Jumlah Pengunjung Pantai Patra Sambolo periode Juli 2012-Juli 2013

Apabila dilihat pada gambar 3 terdapat perbedaan jumlah pengunjung

setiap bulannya hal ini disebabkan karena tingginya persaingan tempat wisata di

kecamatan Anyer dan Pantai Patra Sambolo masih belum memiliki sarana

maupun prasarana yang mencukupi bila dibandingkan dengan tempat wisata lain.

Selain itu faktor waktu juga mempengaruhi seperti pada hari libur pengunjung

cenderung meningkat dan pada bulan puasa akan menurun. Terlihat pada bulan

juli dan agustus 2012 terjadi peningkatan karena bertepatan pada libur lebaran,

pada bulan november dan desember 2012 meningkat karena adanya libur natal

dan tahun baru. Bulan agustus dan september 2012 terjadi penurunan karena tidak

ada libur panjang dan kegiatan sekolah sudah dimulai, begitu pun pada bulan

januari-februari 2013 dan maret-april 2013. Bulan april sampai juni 2013 terjadi

peningkatan karena adanya libur panjang anak sekolah, kemudian terjadi

penurunan pada bulan juni-juli 2013 karena adanya kegiatan puasa di bulan

Ramadhan. Tingginya jumlah pengunjung setiap bulannya tentu saja berimplikasi

terhadap peningkatan pendapatan masyarakat sekitar karena adanya transaksi

ekonomi antara wisatawan dan masyarakat sekitar.

0100020003000400050006000

Jumlah Pengunjung Pantai Patra Sambolo

Jumlah PengunjungPantai Sambolo

(orang)

31

Gambar 4. Keadaan Pantai Patra Sambolo

4.1.1 Aksesibilitas

Objek wisata Pantai Patra Sambolo ini mempunyai jarak 30 km dari

Cilegon dan 100 km dari Jakarta, kondisi jalan menuju kawasan Anyer ini dapat

dikatakan cukup baik. Tetapi untuk saat ini masih terdapat gangguan karena

adanya perbaikan jembatan sehingga diberlakukan buka tutup jalan. Hal ini dapat

menyebabkan kemacetan dalam beberapa waktu ke depan. Tetapi hal ini tidak

menurunkan minat masyarakat untuk berekreasi di kawasan Anyer. Aksesibilitas

objek wisata ini dapat dikatakan relatif mudah karena dapat ditempuh dengan

berbagai jenis kendaraan umum dan pribadi.

Pengunjung dari luar kota dapat melewati jalur tol menuju Merak dan

keluar dari gerbang tol Cilegon Barat. Tetapi untuk pengunjung yang berasal dari

Cilegon, Serang dan sekitarnya dapat melewati jalur biasa (tidak melalui jalan tol)

menuju arah Anyer. Kemudahan aksesibilitas menuju lokasi ini diduga

berpengaruh terhadap keinginan masyarakat untuk berkunjung ke objek wisata

Pantai Patra Sambolo ini.

4.2 Karakteristik Responden

Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah keluarga yang

tinggal di kawasan pesisir Pantai Patra Sambolo dengan jumlah 30 responden.

Karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, jumlah tanggungan

keluarga dan pengeluaran rumah tangga merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga. Karakteristik tersebut akan

32

mempengaruhi mereka dalam kegiatan keterampilan dan kemampuan responden

dalam menelaah maupun mengambil suatu keputusan yang menyangkut dirinya,

keluarga dan lingkungan sekitar. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kehidupan

yang lebih baik dan layak.

Semakin muda usia penduduk dalam memasuki dunia pekerjaan maka bisa

menjadi salah satu indikator bahwa kondisi sosial ekonominya dibawah garis

kemiskinan (Sulaksmi, 2007). Hal tersebut didasarkan pada asumsi bahwa

semakin tinggi taraf hidup penduduk maka semakin tinggi pula kemampuan orang

tua dalam membiayai anak-anaknya terutama dalam tingkat pendidikan yang

dicapai sehingga berpengaruh pada umur anak dalam memasuki dunia kerja.

Umur dapat mempengaruhi cara berfikir dan kemampuan fisik dalam mengambil

suatu keputusan yang berhubungan dengan dirinya dan lingkungannya. Umur

responden yang didapat didaerah penelitian ini akan mencerminkan pada

kelompok umur mana mayoritas usia responden yang terlibat sebagai pekerja

dalam memanfaatkan potensi pariwisata Pantai Patra Sambolo.

Berdasarkan hasil penelitian, umur responden pada rumah tangga yang

aktif dalam kegiatan pariwisata masih dalam usia produktif yaitu berkisar dari 28

sampai 55 tahun. Rata-rata umur responden yang aktif dalam kegiatan pariwisata

adalah 43 tahun. Proporsi umur responden dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Distribusi Kelompok Umur Responden Di Pesisir Pantai Sambolo

yang Aktif Dalam Kegiatan Pariwisata.

Umur Responden (tahun) Jumlah %

28-32 2 6,67

33-37 4 13,33

38-42 8 26,67

43-47 7 23,33

48-52 5 16,67

53-57 4 13,33

Total 30 100,00

Sumber:Pengolahan Data Primer 2013

Pengambilan keputusan merupakan satu hal yang sangat penting dalam

setiap kegiatan. Berhasil tidaknya kegiatan tidak terlepas dari keputusan yang

diambil. Dalam rumah tangga biasanya pengambilan keputusan ditentukan oleh

33

kepala keluarga yang dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan pengalaman.

Semakin tinggi pendidikan dan semakin banyak pengalaman akan sangat

berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.

Salah satu indikator sosial yang merupakan tolak ukur untuk menentukan

indeks kemajuan pembangunan suatu negara adalah pendidikan formal. Selain itu

pendidikan formal merupakan satu-satunya sistem pendidikan yang mendapat

pengakuan administrasi secara universal sebagai indikator tingkat pengetahuan

dan keahlian seseorang. Berdasarkan data yang didapat di lapangan tingkat

pendidikan responden bervariasi mulai dari tamat sekolah dasar sampai tamat

sekolah menengah atas. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebanyak 43% responden yang terlibat dalam kegiatan pariwisata berpendidikan

Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas (tabel 9).

Tabel 9. Keadaan Pendidikan Responden

Pendidikan Responden (tahun) Jumlah %

Sekolah Dasar 4 13,33

SMP 13 43,33

SMA 13 43,33

Total 30 100

Sumber: Pengolahan Data Primer 2013

Suatu keluarga terdapat anggota keluarga yang seluruhnya ditanggung

oleh kepala keluarga. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan besarnya

tanggungan kepala keluarga sangat ditentukan oleh jumlah anggota keluarga.

Apabila jumlah anggota keluarga semakin banyak maka biaya hidup yang

ditanggung kepala keluarga akan semakin besar, sebaliknya semakin sedikit

jumlah anggota keluarga maka semakin sedikit pula biaya hidup yang dikeluarkan

oleh kepala keluarga. Namun terkadang jumlah anggota keluarga yang besar dapat

menjadi sumber pendapatan apabila anggota keluarga tersebut bekerja dan

pendapatannya ditambahkan kedalam pendapatan rumah tangga.

Berdasarkan data yang didapat sebanyak 70% responden yang aktif dalam

kegiatan pariwisata memiliki anggota keluarga 4 sampai 5 orang, sebanyak

26,67% memiliki jumlah anggota keluarga dibawah 4 orang dan 3,33% memiliki

34

jumlah anggota keluarga diatas 5 orang. Untuk melihat komposisi jumlah anggota

keluarga responden dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Distribusi Jumlah Anggota Keluarga Responden

Jumlah Anggota Keluarga (orang) Jumlah %

<4 8 26,67

4 - 5 21 70,00

>5 1 3,33

Total 30 100,00

Sumber : Pengolahan Data Primer 2013

Pendapatan rumah tangga merupakan seluruh pendapatan baik yang

berasal dari kepala keluarga maupun anggota keluarga yang diterima oleh kepala

keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari. Hasil

penelitian menunjukkan sebanyak 70% responden memiliki pendapatan perkapita

perbulan kurang dari Rp 308.888; sebanyak 20% berkisar antara Rp 308.888

sampai Rp 437776; dan 10% memiliki pendapatan diatas Rp 437.776. Untuk

melihat komposisi jumlah pendapatan perkapita perbulan responden dapat dilihat

pada tabel 11.

Tabel 11. Keadaan Responden Berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan per kapita/bulan Jumlah %

180000 - 308889 21 70

308889 – 437778 6 20

437778 - 566667 3 10

Total 30 100,00

Sumber : Pengolahan Data Primer 2013

Responden yang aktif dalam kegiatan pariwisata di Pantai Patra Sambolo

Anyer memiliki pekerjaan yang berbeda-beda antara lain penyewaan penginapan

(losmen), penyewaan lesehan, penjualan souvenir, penjualan makanan dan

minuman, restoran kecil serta penyewaan banana boat. Usaha penjualan makanan

dan minuman merupakan pekerjaan yang menghasilkan pendapatan paling tinggi.

Hal ini dikarenakan usaha penjualan makanan dan minuman setiap harinya selalu

dicari oleh wisatawan yang datang ke pantai.

35

Adanya kegiatan pariwisata di Pantai Patra Sambolo yang dimanfaatkan

sebagai objek wisata oleh masyarakat sekitar terbukti dapat meningkatkan

pendapatan masyarakat sekitar. Pemanfaatan potensi ini memiliki dampak positif

bagi masyarakat yang ingin meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan dengan

cara memanfaatkan lahan usaha di sektor pariwisata seperti penyewaan

penginapan (losmen), penyewaan lesehan dan penjualan souvenir.

4.3 Analisis Potensi dan Strategi Pengembangan Wisata Bahari

Berdasarkan hasil identifikasi masalah dari hasil wawancara dengan

beberapa responden (masyarakat sekitar, pelaku usaha dan pengelola) diperoleh

empat faktor kekuatan, empat faktor kelemahan, empat faktor peluang dan empat

faktor ancaman dalam pengembangan kegiatan wisata bahari di Pantai Patra

Sambolo. Untuk memanfaatkan kekuatan dan peluang serta mengantisipasi

kelemahan dan ancaman pengembangan kegiatan wisata bahari di Pantai Patra

Sambolo dapat dianalisis menggunakan metode SWOT. Hasil diperoleh dalam

bentuk tabel matrik SWOT dengan nilai masing-masing faktor yaitu Strenght (S),

Weakness (W), Opportunities (O), dan Threats (T) .

Berdasarkan data yang didapat ditemukan empat faktor kekuatan dan

empat faktor kelemahan. Faktor kekuatan internal yaitu:

a. Potensi keindahan alam berdasarkan hasil kuisioner memiliki rating empat

karena hal ini menjadi penentu bagi bisnis wisata bahari, semakin indah

potensi keindahan alam yang dimiliki maka peminat pun akan semakin

banyak. Potensi yang dimiliki pantai ini cukup bagus dan sudah dikelola

dengan baik. Seperti pasir pantai yang putih dan luas serta ombak yang

tenang dan pemandangan laut lepas.

b. Dukungan dari masyarakat sekitar berdasarkan hasil kuisioner memiliki

rating empat karena hal ini merupakan salah satu faktor penting di pantai ini.

Adanya dukungan masyarakat dapat membuat kenyamanan dan keamanan

wisatawan di pantai ini semakin baik. Masyarakat Pantai Patra Sambolo

sangat mendukung dengan adanya tempat wisata ini, selain menjaga

36

keamanan dan kenyamanan masyarakat pun turut berkoordinasi dalam

memanfaatkan pantai ini untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

c. Paket wisata yang lengkap dengan beberapa fasilitas berdasarkan hasil

kuisioner memiliki rating tiga, karena dengan adanya hal ini akan

memudahkan para wisatawan yang ingin berlibur ke pantai ini, selain itu

paket wisata dapat menjadi pertimbangan bagi wisatawan dalam memilih

tempat berliburnya. Pantai ini memiliki beberapa paket wisata yang

ditawarkan dan cukup bersaing dengan pantai lainnya. Diantaranya paket

penyewaan banana boat dan jetsky.

d. Adanya sarana transportasi yang memadai berdasarkan hasil kuisioner

memiliki rating tiga. Hal ini merupakan faktor penting di pantai ini. Karena

dapat memudahkan para wisatawan yang ingin berkunjung ke pantai ini

dengan menaiki angkutan perkotaan (angkot) dengan tujuan anyer.

Tabel 12. Matriks Internal Kekuatan wisata bahari di Pantai Patra Sambolo

Faktor Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan (Strenght)

a. Potensi keindahan alam 0,29 4 1,16

b. Dukungan dari masyarakat sekitar 0,28 4 1,12

c. Paket wisata yang lengkap dengan beberapa

fasilitas

0,21 3 0,63

d. Adanya sarana transportasi yang memadai 0,22 3 0,66

Total 1 3,57

Sumber:Pengolahan data primer 2013

Faktor internal yang memiliki kekuatan utama adalah potensi keindahan

alam dengan skor 1,16, dukungan dari masyarakat sekitar dengan skor 1,12 dan

paket wisata yang lengkap dengan beberapa fasilitas dengan skor 0,63. Total skor

kekuatan wisata bahari di Pantai Patra Sambolo adalah 3,57. Angka ini

menunjukkan bahwa faktor kekuatan yang dimiliki berpengaruh sangat besar

terhadap usaha wisata bahari ini.

Faktor kelemahan yang dimiliki oleh wisata bahari Pantai Patra Sambolo

adalah sebagai berikut:

a. Kurangnya kesadaran pengelola akan kebersihan berdasarkan hasil kuisioner

memiliki rating tiga. Sesuai dengan kondisi dan keadaan pantai ini sekarang

37

meskipun kegiatan perekonomian sudah cukup baik namun kebersihan

menjadi salah satu kelemahan yang dimiliki. Kebersihan merupakan salah

satu aspek yang cukup penting dalam mempengaruhi keindahan tempat

wisata. Apabila pengelola belum dapat mengelola kebersihan dengan baik

tentu hal ini akan mempengaruhi minat wisatawan yang akan mengunjungi

pantai ini. Pihak pengelola harus memberi papan peringatan dan

memperbanyak tempat sampah disetiap sudut pantai supaya wisatawan tidak

membuang sampah sembarangan.

b. Sarana dan prasarana wisata yang belum memadai berdasarkan hasil

kuisioner memiliki rating tiga karena di pantai ini pengelola masih kurang

mengembangkan sarana dan prasarana yang dimiliki, seperti keadaan kamar

mandi yang kurang nyaman dan kurangnya penginapan.

c. Promosi belum maksimal berdasarkan hasil kuisioner memiliki rating dua.

Hal ini dikarenakan promosi yang digunakan pengelola dalam menawarkan

pantai ini masih kurang menarik dan masih butuh untuk dikembangkan.

Promosi yang dilakukan oleh pengelola hanya sebatas informasi dari mulut ke

mulut.

d. Kemampuan inovasi dan diversifikasi usaha pariwisata rendah berdasarkan

hasil kuisioner memiliki rating dua karena bentuk usaha yang ada di pantai ini

masih standar dan cenderung sama dengan pantai-pantai lainnya, sehingga

dibutuhkan inovasi dalam mengembangkan usaha-usaha baru untuk dapat

bersaing dan meningkatkan pendapatan pantai ini.

Tabel 13. Matriks Internal Kelemahan wisata bahari di Pantai Patra Sambolo

Faktor Internal Bobot Rating Skor

Kelemahan (Weakness)

a. Kurangnya kesadaran pengelola akan kebersihan 0,29 3 0,87

b. Sarana dan prasarana wisata belum memadai 0,26 3 0,78

c. Promosi belum maksimal 0,21 2 0,42

d. Kemampuan inovasi dan diversifikasi usaha

pariwisata rendah

0,25 3 0,75

Total 1 2,82

Sumber:Pengolahan data primer 2013

38

Faktor internal yang memiliki kelemahan utama adalah kurangnya

kesadaran pengelola akan kebersihan dengan skor 0,87 dan sarana prasarana

wisata yang belum memadai dengan skor 0,78. Total skor kelemahan wisata

bahari di Pantai Patra Sambolo adalah 2,82. Angka ini menunjukkan bahwa faktor

kelemahan yang dimiliki bisa mempengaruhi kegiatan wisata bahari di Pantai

Patra Sambolo.

Berdasarkan data yang didapat ditemukan empat faktor peluang yang

berpengaruh positif dan empat faktor ancaman yang berpengaruh negatif. Faktor

eksternal peluang :

a. Sektor pariwisata yang semakin berkembang berdasarkan hasil kuisioner

memiliki rating tiga, hal ini dapat menjadi salah satu peluang bagi pengelola

pantai ini untuk mengembangkan fasilitas dan usaha yang dimiliki ke arah

yang lebih modern.

b. Kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan sektor wisata bahari

berdasarkan hasil kuisioner memiliki rating empat. Peluang ini dapat

dimanfaatkan dengan baik oleh pengelola dalam mengembangkan usaha

pariwisata yang ada di pantai ini, karena Pemerintah memiliki program dalam

meningkatkan sektor pariwisata kabupaten serang. Tentu saja kegiatan

pengembangan yang akan dilakukan oleh pengelola akan mendapatkan

dukungan dari pemerintah langsung.

c. Meningkatnya wisatawan terhadap wisata bahari berdasarkan hasil kuisioner

memiliki rating tiga karena di zaman yang modern ini masyarakat

membutuhkan hiburan wisata alam sebagai selingan rutinitas sehari-hari. Hal

ini dapat menjadi peluang pantain ini dalam menarik minat wisatawan.

d. Peningkatan tenaga kerja berdasarkan hasil kuisioner memiliki rating dua,

karena pantai ini dapat menjadi suatu lapangan pekerjaan bagi masyarakat

sekitar sehingga dapat menambah pendapatan bagi keluarganya.

39

Tabel 14. Matriks Eksternal Peluang wisata bahari di Pantai Patra Sambolo

Faktor Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang (Opportunity)

a. Sektor Pariwisata yang semakin berkembang 0,28 3 0,73

b. Kebijakan pemerintah daerah dalam

pengembangan sektor wisata bahari

0,24 4 1,12

c. Meningkatnya wisatawan terhadap wisata

bahari

0,24 3 0,73

d. Peningkatan tenaga kerja 0,24 2 0,73

Total 1 3,31

Sumber : Pengolahan data primer 2013

Faktor eksternal yang memiliki peluang utama adalah kebijakan

pemerintah daerah dalam pengembangan sektor wisata bahari dengan skor 1,12

dan sektor pariwisata yang semakin berkembang dengan skor 0,73. Total skor

peluang wisata bahari di Pantai Patra Sambolo adalah 3,31. Angka ini

menunjukkan bahwa faktor peluang yang dimiliki sangat baik terhadap kegiatan

usaha wisata bahari untuk jangka panjang.

Faktor ancaman yang ada dalam wisata bahari Pantai Patra Sambolo yaitu:

a. Persaingan pasar wisata bahari yang cukup tinggi berdasarkan hasil kuisioner

memiliki rating dua. Hal ini dapat menjadi ancaman karena letak pantai patra

sambolo berdekatan dengan objek wisata lainnya dengan fasilitas hiburan

yang cenderung sama, diantaranya Hotel Patra Jasa dan Hotel Sol Elite

Marbella.

b. Terjadinya bencana alam berdasarkan hasil kuisioner memiliki rating empat,

karena pantai ini memiliki lokasi tidak terlalu jauh dengan gunung krakatau

yang berstatus aktif. Apabila suatu saat terjadi letusan gunung berapi tentu

saja akan berdampak terhadap kegiatan usaha pantai ini.

c. Meningkatnya minat masyarakat sendiri untuk melakukan perjalanan wisata

ke daerah lain berdasarkan hasil kuisioner memilik rating dua. Hal ini tentu

saja akan menjadi ancaman bagi pantai ini karena masyarakat tidak hanya

ingin pergi ke pantai saja pada saat liburan, bisa saja wisatawan ingin ke

objek wisata lain seperti pegunungan, danau dan tempat bersejarah.

d. Kondisi jalan yang rusak menuju pantai patra sambolo berdasarkan hasil

kuisioner memiliki rating tiga. Pada saat ini akses jalan menuju pantai

40

sambolo masih dalam perbaikan dan akan ditargetkan selesai sekitar awal

tahun 2014. Pada waktu inilah dapat menjadi ancaman bagi objek wisata

pantai ini karena akses dan mobilitas wisatawan akan terganggu sehingga

mungkin saja mereka akan mencari objek wisata lain yang akses nya lebih

mudah dan nyaman.

Tabel 15. Matriks Eksternal Ancaman wisata bahari di Pantai Patra Sambolo

Faktor Eksternal Bobot Rating Skor

Ancaman (Threats)

a. Persaingan pasar wisata bahari yang cukup

tinggi

0,15 2 0,30

b. Terjadinya bencana alam 0,36 4 1,44

c. Meningkatnya minat masyarakat sendiri untuk

melakukan perjalanan wisata ke daerah lain

0,16 2 0,32

d. Kondisi jalan yang rusak menuju pantai patra

sambolo

0,33 3 0,99

Total 1 3,05

Sumber : Pengolahan data primer 2013

Faktor eksternal yang memiliki ancaman utama adalah terjadinya bencana

alam dengan skor 1,44 dan persaingan wisata bahari yang cukup tinggi dengan

skor 0,30. Hal ini dimungkinkan karena kawasan wisata bahari Pantai Patra

Sambolo yang berdekatan dengan Gunung Krakatau di selat Sunda dan adanya

lokasi-lokasi objek wisata yang berdampingan. Total skor dari faktor ancaman

wisata bahari di Pantai Patra Sambolo adalah 3,05. Angka ini menunjukkan

bahwa faktor ancaman yang dimiliki dapat mengganggu kegiatan wisata bahari di

Pantai Patra Sambolo untuk kedepannya.

4.3.1 Analisis Matriks Strategi

Setelah semua diketahui faktor-faktor yang didapat dari proses analisis

matriks internal mengenai kekuatan dan kelemahan serta analisis matriks

eksternal mengenai peluang dan ancaman yang dihadapi wisata bahari Pantai

Patra Sambolo. Maka tahap selanjutnya yaitu menggabungkan nilai internal dan

eksternal dengan menggunakan matriks strategi.

41

Tabel 16. Matriks Gabungan Faktor Internal dan Faktor Eksternal

Faktor Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan (Strenght)

e. Potensi keindahan alam 0,29 4 1,16

f. Dukungan dari masyarakat sekitar 0,28 4 1,12

g. Paket wisata yang lengkap dengan beberapa fasilitas 0,21 3 0,63

h. Adanya sarana transportasi yang memadai 0,22 3 0,66

Total 1 3,57

Kelemahan (Weakness)

e. Kurangnya kesadaran pengelola akan kebersihan 0,29 3 0,87

f. Sarana dan prasarana wisata belum memadai 0,26 3 0,78

g. Promosi belum maksimal 0,21 2 0,42

h. Kemampuan inovasi dan diversifikasi usaha

pariwisata rendah

0,25 3 0,75

Total 1 2,82

Faktor Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang (Opportunity)

e. Sektor Pariwisata yang semakin berkembang 0,28 3 0,73

f. Kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan

sektor wisata bahari

0,24 4 1,12

g. Meningkatnya wisatawan terhadap wisata bahari 0,24 3 0,73

h. Peningkatan tenaga kerja 0,24 2 0,73

Total 1 3,31

Ancaman (Threats)

e. Persaingan pasar wisata bahari yang cukup tinggi 0,15 2 0,30

f. Terjadinya bencana alam 0,36 4 1,44

g. Meningkatnya minat masyarakat sendiri untuk

melakukan perjalanan wisata ke daerah lain

0,16 2 0,32

h. Kondisi jalan yang rusak menuju pantai patra

sambolo

0,33 3 0,99

Total 1 3,05

Berdasarkan matriks internal didapat total skor dari kekuatan sebesar 3,57

dan total skor kelemahan 2,82. Berdasarkan analisis matriks ekstenal didapat total

skor dari peluang sebesar 3,31 dan total skor ancaman sebesar 3,05. Kemudian

untuk menentukan pengembangan usaha wisata bahari Pantai Patra Sambolo

menggunakan matriks dengan rumus :

Sumber : Pengolahan Data Primer 2013

42

Nilai kordinat yang didapat yaitu 0,38 dan 0,13. Selanjutnya digambarkan

kedalam diagram matriks strategi untuk mengetahui posisi dari usaha wisata

bahari Pantai Patra Sambolo Anyer serta strategi yang sesuai untuk diterapkan.

Hasil dari matriks strategi disajikan pada gambar 5.

Gambar 5. Matriks Strategi Pengembangan Usaha Wisata Bahari Pantai Patra

Sambolo

Gambar 5 menunjukkan bahwa hasil dari matriks strategi usaha wisata

bahari Pantai Patra Sambolo ini berada pada kuadran 1. Rangkuti (2006) Kuadran

1 merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Usaha wisata bahari tersebut

memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.

Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan

pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy). Strategi agresif dapat

diterapkan dalam usaha pariwisata ini yaitu dengan cara pengembangan sarana

dan prasarana wisata, diversivikasi dan inovasi bentuk usaha yang ada di Pantai

Patra Sambolo, melakukan kegiatan promosi di berbagai media dan

memperbanyak jumlah tenaga kebersihan.

0,38 (0,38;0,13)

Peluang (eksternal)

Kelemahan (internal) Kekuatan (internal)

Ancaman (eksternal)

Kuadran 1

Kuadran 2 Kuadran 4

Kuadran 2

0,13

43

4.3.2 Analisis Pemaknaan Strategi

Analisis pemaknaan strategi merupakan tahap pencocokan untuk

menghasilkan alternatif strategi yang cocok dilakukan oleh perusahaan dengan

melibatkan faktor internal yaitu faktor kekuatan dan kelemahan lalu faktor

eksternal yaitu peluang dan ancaman yang dimiliki oleh usaha wisata bahari

Pantai Patra Sambolo. Nilai internal dan eksternal usaha wisata bahari yang

digunakan pada analisis matriks strategi menunjukkan bahwa posisi usaha wisata

bahari Pantai Patra Sambolo berada pada kuadran 1 yaitu memiliki peluang dan

kekuatan untuk memajukan perusahaan sehingga strategi alternatif yang

digunakan untuk usaha wisata bahari ini yaitu strategi S-O, alternatif pengelolaan

wisata bahari yang berbasis masyarakat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel 17. Pengelolaan wisata bahari berbasis masyarakat Pengelolaan Berbasis

Masyarakat atau biasa disebut Community Based Management (CBM) menurut

Nikijuluw (1994) merupakan salah satu pendekatan pengelolaan sumberdaya alam

misalnya perikanan, yang meletakkan pengetahuan dan kesadaran lingkungan

masyarakat lokal sebagai dasar pengelolaannya. Pengelolaan Berbasis Masyarakat

dapat diartikan sebagai suatu sistem pengelolaan sumberdaya alam di suatu

tempat dimana masyarakat lokal di tempat tersebut terlibat secara aktif dalam

proses pengelolaan sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya.

Pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat di Indonesia sebenarnya

telah di tetapkan dalam Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 yang menyebutkan

bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai

oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

Ketentuan tersebut secara tegas menginginkan agar pelaksanaan penguasaan

negara atas sumberdaya alam khususnya sumberdaya pesisir dan lautan diarahkan

kepada tercapainya manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat

banyak, dan juga harus mampu mewujudkan keadilan dan pemerataan sekaligus

memperbaiki kehidupan masyarakat pesisir serta memajukan desa-desa pantai.

Pola pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan dalam implementasinya

yang selama ini sangat bertentangan dengan apa yang telah digariskan dalam pasal

44

tersebut, pelaksanaannya masih bersifat top down, artinya semua kegiatan

pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan mulai dari membuat kebijakan,

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan monitoring dilakukan sepenuhnya oleh

pemerintah tanpa melibatkan partisipasi masyarakat lokal, padahal apabila dilihat

karakteristik wilayah pesisir dan lautan baik dari segi sumberdaya alam maupun

dari masyarakatnya sangat kompleks dan beragam, sehingga dalam pengelolaan

wilayah pesisir dan lautan seharusnya secara langsung melibatkan masyarakat

lokal atas dasar tersebut dan dengan adanya kebijakan pemerintah Republik

Indonesia tentang otonomi daerah dan desentralisasi dalam pengelolaan

sumberdaya wilayah pesisir dan lautan, maka sudah semestinya bila pengelolaan

dan pemanfaatan sumberdaya pesisir secara langsung melibatkan partisipasi

masyarakat lokal baik dalam perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi,

sehingga mampu menjamin kesejahteraan dan kelangsungan hidup masyarakat

lokal serta kelestarian pemanfaatan sumberdaya pesisir tersebut.

45

Tabel 17. Matriks SWOT Pengembangan Wisata Bahari Pantai Patra Sambolo

Internal

Eksternal

Kekuatan

(Strengths)

Potensi keindahan alam (S1)

Dukungan dari masyarakat

sekitar (S2)

Paket wisata yang lengkap

dengan beberapa fasilitas

(S3)

Adanya sarana transportasi

yang memadai (S4)

Kelemahan

(Weaknesses)

Kurangnya kesadaran

pengelola akan kebersihan

(W1)

Sarana dan prasarana wisata

belum memadai (W2)

Promosi belum maksimal

(W3)

Kemampuan inovasi dan

diversifikasi usaha

pariwisata rendah (W4)

Peluang

(Opportunities)

Sektor pariwisata yang

semakin berkembang (O1)

Kebijakan pemda dalam

pengembangan sektor

wisata bahari (O2)

Meningkatnya wisatawan

terhadap wisata bahari

(O3)

Peningkatan tenaga kerja

(O4)

Strategi SO :

Pengelolaan wisata bahari

berbasis masyarakat

(S1,S2 dgn O1 s/d O4)

Strategi WO :

Peningkatan dan

pembinaan pengelolaan

wisata bahari ( W1 s/d W4

dgn O1 s/d O3)

Peningkatan sarana

prasarana wisata bahari (,

W2 dgn O1, O2, O4)

Ancaman

(Threats)

Persaingan pasar wisata

bahari yang cukup tinggi

(T1)

Terjadi bencana alam (T2)

Meningkatnya minat

masyarakat sendiri unuk

melakukan perjalanan

wisata ke daerah lain (T3)

Kondisi jalan yang rusak

menuju pantai patra

sambolo (T4)

Strategi ST :

Perluasan promosi ke

berbagai media dan

pengembangan paket

wisata yang bersaing (S3,

S4, T1, T3)

Strategi WT:

Peningkatan kerjasama

antar sektor terkait untuk

menghadapi persaingan

yang tinggi (W3, W4 dgn

T1, T3)

Sumber : Pengolahan Data Primer 2013

Hasil matriks SWOT menunjukkan ada lima alternatif kebijakan untuk

mendukung pengembangan wisata bahari Pantai Patra Sambolo Anyer, yaitu :

1. Pengelolaan wisata bahari berbasis masyarakat.

2. Peningkatan dan pembinaan pengelolaan wisata bahari.

3. Peningkatan sarana prasarana wisata bahari.

46

4. Perluasan promosi ke berbagai media dan pengembangan paket wisata yang

bersaing.

5. Peningkatan kerjasama dengan Pemerintah Daerah untuk menghadapi

persaingan yang tinggi.

4.4 Pengaruh Wisata Bahari Terhadap Tingkat Kesejahteraan

Masyarakat Pesisir di Pantai Patra Sambolo Anyer

Berdasarkan pernyataan (Asmara 1979) dalam (Agusniatih 2002) bahwa

untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat dalam suatu wilayah maka

ukuran yang sering dipergunakan dan telah diterima secara umum adalah

pendapatan perkapita. Pengaruh kegiatan pariwisata terhadap kesejahteraan

masyarakat sekitar kawasan dianalisis dengan pendekatan pendapatan perkapita

perbulan dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan

masyarakat yaitu: umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pengeluaran, jarak

dari lokasi, dan curahan waktu kerja.

Variabel yang mempengaruhi pendapatan dapat dianalisis dengan

menggunakan bentuk fungsi regresi yaitu regresi linear berganda. Analisis linear

berganda ini dipilih karena sesuai dengan kriteria fungsi regresi yaitu suatu

analisis dianggap paling cocok harus memenuhi kriteria yang didasarkan nilai R2.

Proses analisis data menggunakan program SPSS 21 dengan 6 variabel bebas. 6

variabel bebas yang dimasukkan kedalam pengolahan data adalah:

1. Umur (tahun); (X1)

2. Pendidikan (tahun); (X2)

3. Jumlah anggota keluarga (orang); (X3)

4. Pengeluaran (perkapita perbulan); (X4)

5.Jarak dari lokasi (meter); (X5)

6. Curahan waktu kerja (jam perbulan); (X6)

Regresi linear berganda merupakan alat analisis yang digunakan untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga yang

tinggal di sekitar Pantai Patra Sambolo Anyer. Berdasarkan hasil analisis, maka

47

faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap pendapatan rumah tangga yang

aktif dalam kegiatan pariwisata antara lain umur (X1), pendidikan (X2), jumlah

anggota keluarga (X3), pengeluaran (X4), jarak dari lokasi (X5) dan curahan waktu

kerja (X6). Hasil pengolahan data dengan menggunakan analisis regresi linear

berganda dapat dilihat pada tabel 18.

Tabel 18. Hasil Analisis Data Dari Variable-Variabel Yang Mempengaruhi

Pendapatan Rumah Tangga

Variabel Penduga Std Error T Sig VIP

Konstan 168017 142377 1,18 0,25

Umur (X1) 375 1532 0,24 0,809 1,8

Pendidikan (X2) 7726 5809 1,33 0,197 2,2

Jumlah anggota keluarga (X3) -40724 15097 -2,68 0,013* 2,2

Pengeluaran (X4) 1,161 0,355 3,27 0,003* 3,2

Jarak dari lokasi (X5) -635,16 281 -2,26 0,034* 1,9

Curahan waktu kerja (X6) 265,3 194,21 1,37 0,184 1,3

R2 = 86,5%

Ftabel = 2,53 α = 0,05

Sumber:Pengolahan Data Primer dengan SPSS versi 21 2013

Variabel umur (X1) berpengaruh terhadap pendapatan yang mempunyai

nilai koefisien positif dengan koefisien regresi sebesar 375. Hal ini menyatakan

bahwa setiap peningkatan satu tahun umur responden akan meningkatkan

pendapatan sebesar Rp 375. Semakin tinggi umur responden maka pendapatan

yang didapat akan semakin meningkat. Rata-rata umur responden pada penelitian

ini masih dikategorikan ke dalam usia produktif yaitu 43 tahun. Artinya responden

memiliki respon yang lebih cepat dalam mengadopsi inovasi baru dan bisa

melihat peluang usaha yang lebih menguntungkan dan menjanjikan untuk

meningkatkan pendapatan.

Variabel pendidikan (X2) memiliki koefisien positif dengan nilai koefisien

regresi 7.726. Hal ini menyatakan bahwa setiap peningkatan satu tahun masa

pendidikan maka akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 7.726. Dengan kata

lain tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan yang didapat dan

berhubungan dengan cepatnya penyesuaian terhadap adanya perubahan dan

peluang usaha baru di sekitar kawasan Pantai Patra Sambolo. Hal ini terjadi pada

48

masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Pantai Patra Sambolo yang terlibat

dalam kegiatan pariwisata melalui pemanfaatan potensi objek wisata seperti

penjualan makanan dan minuman, penjualan souvenir dan sebagainya.

Variabel jumlah anggota keluarga (X3) mempunyai nilai koefisien negatif

dengan nilai koefisien regresi sebesar -40.724. Hal ini menyatakan bahwa setiap

peningkatan satu jiwa pada anggota keluarga akan mengurangi pendapatan

sebesar Rp 40.724. Hal ini terjadi karena apabila anggota keluarga bertambah

maka biaya rumah tangga yang dikeluarkan akan meningkat. Variabel

Pengeluaran (X4) mempunyai koefisien positif dengan nilai koefisien regresi

sebesar 1,161, yang berarti bahwa setiap penambahan pengeluaran satu rupiah

maka akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 1,161.

Variabel jarak dari lokasi (X5) mempunyai nilai koefisien negatif dengan

nilai koefisien regresi sebesar -635,16. Hal ini berarti penambahan satu meter

jarak dari lokasi akan mengurangi pendapatan sebesar Rp 635. Semakin jauh jarak

maka pendapatan yang diterima oleh responden akan semakin berkurang. Hal ini

dapat terjadi karena semakin jauh responden menuju lokasi pekerjaan maka biaya

yang dikeluarkan akan semakin besar. Variabel curahan waktu kerja (X6)

mempunyai nilai koefisien positif dengan nilai koefisien regresi sebesar 265,3.

Hal ini menyatakan bahwa setiap penambahan satu jam akan meningkatkan

pendapatan sebesar Rp 265.

Mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel bebas (X1,X2, …. , X6)

terhadap variabel terikat (Y) secara serentak digunakan analisis korelasi ganda

(R). Berdasarkan data yang didapat, hasi; analisis korelasi ganda dapat dilihat

pada tabel output SPSS model summary dan disajikan pada tabel 19 berikut.

Tabel 19. Hasil Analisis Korelasi Ganda

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 0,930 0,865 0,830 44640,47277

Sumber : Pengolahan Data Primer 2013

49

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai R sebesar 0,930. Hal ini

menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat antara umur, pendidikan,

jumlah anggota keluarga, pengeluaran, jarak dari lokasi dan curahan waktu kerja

terhadap pendapatan.

Analisis determinasi (R2) dalam regresi linear berganda digunakan untuk

mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel bebas (X1,X2,…,X6) secara

serentak terhadap variabel terikat (Y). Berdasarkan data yang didapat, hasil

analisis determinasi (R2) dapat dilihat pada tabel output SPSS model summary dan

disajikan pada tabel 20 berikut.

Tabel 20. Hasil Analisis Determinasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 0,930 0,865 0,830 44640,47277

Sumber : Pengolahan Data Primer 2013

Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R2 (R Square) sebesar 0,865

atau 86,5%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel

bebas (umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pengeluaran, jarak dari lokasi

dan curahan waktu kerja) terhadap variabel terikat (pendapatan) sebesar 86,5%.

Sedangkan sisanya sebesar 13,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak

dimasukkan dalam model penelitian ini.

Uji koefisien regresi secara bersama-sama (Uji F) untuk mengetahui

apakah variabel bebas (X1,X2,…,X6) secara bersama-sama berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel terikat (Y). Dengan tingkat signifikansi yang

digunakan sebesar 0,05. Apabila nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel maka hipotesis

diterima, yang menyatakan bahwa semua variabel bebas secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Berdasarkan data yang didapat,

hasil uji F dapat dilihat dari output SPSS tabel Anova, dan disajikan pada tabel 21

berikut.

50

Tabel 21. Hasil Uji F

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 294005623370,934 6 49000937228,489 24,589 0,000b

Residual 45833751609,066 23 1992771809,090

Total 339839374980,000 29

Sumber : Pengolahan Data Primer 2013

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai Fhitung sebesar 24,589 dengan nilai

probabilitas (sig) sebesar 0,001. Nilai df1 sebesar 6 dan df2 sebesar 23 maka

diperoleh Ftabel adalah 2,53. Nilai Fhitung (24,589) > Ftabel (2,53), dan nilai

signifikansi lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,000 < 0,005; maka

hipotesis diterima, artinya dapat dinyatakan bahwa model berarti atau terdapat

variabel (umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pengeluaran, jarak dari

lokasi dan curahan waktu kerja) yang memberikan pengaruh terhadap pendapatan.

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara

parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Dengan tingkat

signifikansi yang digunakan 0,05. Apabila nilai signifikan lebih kecil dari tingkat

signifikansi maka kita menerima hipotesis, yang menyatakan bahwa suatu

variabel bebas (X) secara parsial mempengaruhi variabel terikat (Y). Berdasarkan

data yang didapat, hasil uji t dapat dilihat dari output SPSS tabel Coefficient, dan

disajikan pada tabel 22 berikut.

Tabel 22. Uji t

Variabel Penduga Std Error T Sig VIP

Konstan 168017 142377 1,18 0,25

Umur (X1) 375 1532 0,24 0,809 1,8

Pendidikan (X2) 7726 5809 1,33 0,197 2,2

Jumlah anggota keluarga (X3) -40724 15097 -2,68 0,013* 2,2

Pengeluaran (X4) 1,161 0,355 3,27 0,003* 3,2

Jarak dari lokasi (X5) -635,16 281 -2,26 0,034* 1,9

Curahan waktu kerja (X6) 265,3 194,21 1,37 0,184 1,3

R2 = 86,5%

Ftabel = 2,53 α = 0,05

Sumber : Pengolahan Data Primer 2013

51

Tabel distribusi t dicari pada a = 5% dengan derajat kebebasan (df) N-2 =

30-2 = 28. Dengan pengujian signifikansi 0,05 hasil diperoleh untuk Ttabel sebesar

2,048. Berdasarkan tabel di atas diperoleh dapat dilihat dari nilai signifikansi yang

bernilai kurang dari 0,05 maka hipotesis diterima. Dari beberapa variabel diatas

dapat dinyatakan bahwa variabel yang memberikan pengaruh terhadap pendapatan

adalah jumlah anggota keluarga, pengeluaran dan jarak dari lokasi karena nilai

signifikansi yang dihasilkan kurang dari 0,05 (p-value < α).

4.4.1 Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Masyarakat Pesisir

Kegiatan Pemerintah dalam melaksanakan sebuah program pembangunan

dalam suatu daerah yaitu untuk meningkatkan taraf hidup serta mewujudkan

kesejahteraan ke arah yang lebih baik dan merata. Kesejahteraan keluarga

dipengaruhi oleh faktor internal, faktor eksternal dan unsur manajemen keluarga.

Faktor internal keluarga meliputi: pendapatan, pendidikan, pekerjaan, jumlah

anggota keluarga dan umur. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi

kesejahteraan adalah kemudahan akses finansial pada lembaga keuangan, akses

bantuan pemerintah, kemudahan akses dalam kredit barang/peralatan dan lokasi

tempat tinggal. Sementara itu, unsur manajemen sumber daya keluarga yang

mempengaruhi kesejahteraan adalah perencanaan, pembagian tugas dan

pengontrolan kegiatan.

Masyarakat pesisir di sekitar kawasan Pantai Patra Sambolo

memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang ada untuk meningkatkan

kesejahteraannya. Karena mempunyai potensi kepariwisataan, maka masyarakat

sekitar memanfaatkannya dengan berjualan souvenir, berjualan makanan dan

minuman, penyewaan lesehan, membuka restoran kecil dan lain sebagainya untuk

meningkatkan pendapatannya.

Mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir di sekitar Pantai Patra

Sambolo, inidikator yang digunakan berdasarkan Badan Pusat Statistik (2005).

Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan ada delapan indikator yaitu pendapatan,

konsumsi atau pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat

tinggal, kesehatan keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan,

52

kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan dan kemudahan

mendapatkan fasilitas transportasi.

Tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir yang berada di sekitar kawasan

Pantai Patra Sambolo berdasarkan penjumlahan skor dari indikator kesejahteraan

yang telah diuraikan, distribusinya dapat dilihat pada tabel 23.

Tabel 23. Distibusi Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga

Tingkat Kesejahteraan Jumlah %

Tinggi 3 10

Sedang 23 76,67

Rendah 4 13,33

Total 30 100

Sumber:Pengolahan Data Primer 2013

Berdasarkan data yang didapat, terlihat bahwa 10% rumah tangga

tergolong ke dalam tingkat kesejahteraan tinggi. Sedangkan 76,67% rumah tangga

tergolong ke dalam tingkat kesejahteraan sedang, serta 13,33% rumah tangga

tergolong ke dalam tingkat kesejateraan rendah. Secara keseluruhan masyarakat

pesisir yang tinggal di sekitar kawasan Pantai Patra Sambolo yang menjadi

responden dalam penelitian ini sebagian besar termasuk ke dalam golongan

tingkat kesejahteraan sedang. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh atau

konstribusi dari sektor pariwisata dan adanya perputaran uang atau transaksi

ekonomi yang berdampak pada perekonomian warga sekitar.

4.5 Legalitas Pengelola Pantai Patra Sambolo

Pantai ini merupakan perluasan wilayah dari perusahaan Patra Jasa. Objek

wisata ini dibuka untuk umum sejak tahun 1998. Pihak pengelola objek wisata

pada saat itu adalah Bapak Warsito. Beliau mengelola sampai tahun 1999. Setelah

itu dilanjutkan oleh Bapak Danu dari tahun 2000 sampai 2001. Perusahaan ini

memberikan kepercayaan kepada CV. Putra Bandulu yang dipimpin oleh Pak

Jumintra untuk mengelola objek wisata ini dari tahun 2001 sampai saat ini. Sistem

yang digunakan adalah sistem sewa. Artinya setiap tahunnya CV. Putra Bandulu

53

ini memberikan sejumlah dana kepada pihak perusahaan sesuai dengan pejanjian.

Proporsi pembagian pendapatan dari harga tiket yaitu: 1) pihak perusahaan 50%,

2) upah petugas 20%, 3) aparat pemerintahan desa setiap minggu 10% dan 4)

pengelola 10%. CV. Putra Bandulu mulai berdiri pada tanggal 29 Oktober 2008

dan didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya. Pengurus dan

penanggung jawab CV. Putra Bandulu ini adalah Bapak Jumintra yang

bertanggung jawab dan berhak untuk menandatangani segala surat dan akta-akta

atas nama perseroan yang mengikat perseroan, mewakili perseroan di dalam dan

di luar pengadilan serta menjalankan segala hak dan kekuasaan mengenai

perseroan miliknya maupun mengenai pengurusan. CV. Putra Bandulu sendiri

selain bergerak dalam pengelolaan Pantai Patra Sambolo juga bergerak dalam

bidang usaha perdagangan umum dan jasa. Jenis kegiatan usaha pengadaan

barang dan jasa seperti pembuatan dan pemeliharaan bangunan, jalan, jembatan,

irigasi, konstruksi baja, engineering, pertamanan, instalasi listrik, telepon, diesel,

air, telekomunikasi, komputer, cleaning service, peternakan, perkebunan,

perikanan, alat listrik, percetakan, repair, docking, spare kapal.

Aspek legalitas CV. Putra Bandulu sudah memiliki Surat Izin Usaha

Perdagangan (SIUP) Kecil yang tercantum dalam Pemerintah Kabupaten Serang

bagian Badan Perijinan Terpadu dan Penanaman Modal yang bernomor

00740/30-01/PK/IV/2013 (Lampiran 8), tertera dalam Surat Ijin Tempat Usaha

nomor 503.39/282/BPTPM/2013 (Lampiran 10) dan dalam Surat Keterangan

Domisili Usaha Kecamatan Anyer nomor 410/26/Ds/III/2013 (Lampiran 13).

Dampak positif bagi pemerintah daerah Kabupaten Serang adalah untuk

menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, sekaligus dapat berperan dalam

menciptakan peluang lapangan dan kesempatan kerja. Hal ini karena

pembangunan kepariwisataan merupakan salah satu sektor andalan pembangunan

daerah Kabupaten Serang. Pembangunan sektor kepariwisataan diharapkan dapat

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan meningkatkan kesejahteraan

hidup masyarakat. Peranan kepariwisataan dalam suatu daerah sangat strategis

karena mampu menstimulan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Pariwisata di

54

banyak daerah dan negara menjadi penyumbang sumber pendapatan terbesar

dibandingkan dengan bidang lainnya.

Kabupaten Serang memiliki banyak objek wisata yang berpotensi untuk

dikembangkan, mulai dari cagar alam Rawa Danau, Curug Cigumawang, Situs

Tasikardi, Gua Cilayang, Pulau Sanghyang, Batu Kuwung, Pantai Anyer, Pantai

Salira dan masih banyak lainnya. Dalam UU Nomor 10 tahun 2009 tentang

kepariwisataan disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah, dunia usaha

pariwisata dan masyarakat berkewajiban untuk dapat menjamin agar berwisata

sebagai hak setiap orang dapat ditegakkan sehingga mendukung tercapainnya

peningkatan harkat dan martabat manusia, peningkatan kesejahteraan, serta

persahabatan antar bangsa dalam rangka mewujudkan perdamian dunia. UU

Nomor 10 tahun 2009 memiliki 17 BAB.

Nomor 10 tahun 2009 BAB II mengenai tujuan kepariwisataan disebutkan

bahwa kepariwisataan dimaksudkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi

pengangguran, melestarikan alam lingkungan dan sumber daya, memajukan

kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa cinta tanah air,

memperkukuh jati diri dan kesatuan bangasa, dan mempererat persahabatan

antarbangsa.

Nomor 10 tahun 2009 BAB III, prinsip kepariwisataan harus menjujung

tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengetahuan dari konsep hidup

dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa,

hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan

lingkungan, menjujung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan

kearifan lokal, memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat keadilan, kesetaraan,

dan proporsionalitas, memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup

memberdayakan masyarakat setempat menjamin keterpaduan antar sektor, antar

daerah, antar pusat dan daerah yang merupakan satu kesatuan sistemik dalam

kerangka otonomi daerah serta keterpaduan antar pemangku kepentingan

mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam

bidang pariwisata memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.