bab iv hasil dan pembahasan 4.1 gambaran umum lokasi...

17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pulau Menjangan Kecil terletak di sebelah selatan Pulau Karimunjawa, yang memiliki luas 56,0 ha dengan 0,79% daratan. Pulau Menjangan Kecil merupakan salah satu tujuan wisata laut yang memiliki keanekaragaman terumbu karang dan ikan yang tinggi. Pemilihan stasiun pengamatan ditentukan dengan memilih lokasi yang terdapat aktivitas transplantasi karang dan lokasi yang memiliki terumbu karang alami. Lokasi transplantasi karang adalah lokasi yang didalamnya terdapat rak-rak pembibitan karang, kemudian lokasi terumbu karang alami adalah lokasi terumbu karang yang belum tersentuh program rehabilitasi transplantasi karang. Kedua stasiun ini dipilih dengan kondisi yang relatif homogen atau memiliki kesamaan, baik kedalaman dan kualitas airnya. Karakteristik stasiun pengamatan adalah sebagai berikut: a. Stasiun 1 (stasiun terumbu karang alami), terletak di sebelah timur Pulau Menjangan Kecil yaitu 110 0 24’51,102’’ Lintang Selatan, dan 5 0 51’49,2624’’ Bujur Timur. Stasiun ini terletak pada kedalaman 5 meter. Kondisi arus pada stasiun ini relatif sedang yaitu 6 sampai 8 meter per menit. Stasiun ini memiliki karakteristik komunitas bentik yang di dominasi oleh karang keras dan sedikit daerah berpasir serta patahan-patahan karang mati dan mempunyai kondisi tutupan karang sebesar 64,7%. Kondisi terumbu karang pada stasiun ini dapat dilihat pada Gambar 4. b. Stasiun 2 (stasiun terumbu karang transplantasi), terletak di sebelah timur Pulau Menjangan Kecil yaitu 110 0 24’ 50,832” Lintang Selatan dan 5 0 51’ 54,9612” Bujur Timur. Stasiun ini terletak pada kedalaman 5 meter. Stasiun ini merupakan daerah yang memiliki arus sedang yaitu 7 sampai 8 meter per menit. Pada stasiun ini terdapat terumbu karang buatan yang dibuat pada tahun 2000 dari struktur beton dengan bahan zeloit yang membentuk struktur

Upload: lamthuy

Post on 07-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pulau Menjangan Kecil terletak di sebelah selatan Pulau Karimunjawa,

yang memiliki luas 56,0 ha dengan 0,79% daratan. Pulau Menjangan Kecil

merupakan salah satu tujuan wisata laut yang memiliki keanekaragaman terumbu

karang dan ikan yang tinggi.

Pemilihan stasiun pengamatan ditentukan dengan memilih lokasi yang

terdapat aktivitas transplantasi karang dan lokasi yang memiliki terumbu karang

alami. Lokasi transplantasi karang adalah lokasi yang didalamnya terdapat rak-rak

pembibitan karang, kemudian lokasi terumbu karang alami adalah lokasi terumbu

karang yang belum tersentuh program rehabilitasi transplantasi karang. Kedua

stasiun ini dipilih dengan kondisi yang relatif homogen atau memiliki kesamaan,

baik kedalaman dan kualitas airnya.

Karakteristik stasiun pengamatan adalah sebagai berikut:

a. Stasiun 1 (stasiun terumbu karang alami), terletak di sebelah timur Pulau

Menjangan Kecil yaitu 110024’51,102’’ Lintang Selatan, dan 5051’49,2624’’

Bujur Timur. Stasiun ini terletak pada kedalaman 5 meter. Kondisi arus pada

stasiun ini relatif sedang yaitu 6 sampai 8 meter per menit. Stasiun ini memiliki

karakteristik komunitas bentik yang di dominasi oleh karang keras dan sedikit

daerah berpasir serta patahan-patahan karang mati dan mempunyai kondisi

tutupan karang sebesar 64,7%. Kondisi terumbu karang pada stasiun ini dapat

dilihat pada Gambar 4.

b. Stasiun 2 (stasiun terumbu karang transplantasi), terletak di sebelah timur

Pulau Menjangan Kecil yaitu 1100 24’ 50,832” Lintang Selatan dan 50 51’

54,9612” Bujur Timur. Stasiun ini terletak pada kedalaman 5 meter. Stasiun ini

merupakan daerah yang memiliki arus sedang yaitu 7 sampai 8 meter per

menit. Pada stasiun ini terdapat terumbu karang buatan yang dibuat pada tahun

2000 dari struktur beton dengan bahan zeloit yang membentuk struktur

bangunan sebanyak 6 buah yang dipasang sejajar dengan garis pantai. Kondisi

terumbu karang tranplantasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 4. Terumbu Karang Alami Gambar 5. Terumbu Karang Transplantasi

4.2 Parameter Kualitas Perairan

Terumbu karang saat ini menghadapi serangkaian ancaman kombinasi dari

ekploitasi yang berlebihan, polusi, dan khususnya perubahan iklim dunia.

Kesemua ancaman tersebut saat ini meningkat jumlahnya, dan kegiatan-kegiatan

manusia menyebabkan percepatan perubahan iklim dunia yang dapat

menyebabkan terumbu karang sulit beradaptasi. Perubahan iklim dunia

mempunyai 5 dampak utama bagi terumbu karang, yaitu: naiknya permukaan laut,

kenaikan suhu, berkurangnya tingkat pengapuran, perubahan pola sirkulasi lautan,

pertambahan frekuensi kejadian cuaca yang merusak (Anonymous dalam Guntur

2011).

Faktor lingkungan merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan terumbu

karang. Menurut Nontji (1987); Nybakken (1988); Sukarsono (1993); dan

Suharsono (1998) faktor-faktor pembatas bagi kehidupan, distribusi, dan stabilitas

ekosistem terumbu karang adalah cahaya matahari, suhu perairan, salinitas,

kecerahan/kejernihan air, keadaan arus, endapan dan substrat dasar perairan.

Parameter kualitas perairan yang diukur selama penelitian di perairan Pulau

Menjangan Kecil, Karimunjawa meliputi kecerahan, suhu, salinitas, derajat

keasaman (pH), serta arus.

Tabel 2. Parameter Perairan Pulau Menjangan Kecil selama PenelitianStasiun Kecerahan

(m)Suhu (0C)

Salinitas (o/00)

pH Arus(m/menit)

Koordinat lokasi

1 5 28 30,83 8,10 7,16110024’51,102’’LS, 5051’49,2624’’ BT.

2 4,87 28,3 30,83 8,03 7,501100 24’ 50,832”LS 50 51’ 54,9612” BT

Kecerahan air merupakan bagian dari faktor penting bagi pertumbuhan

terumbu karang. Terumbu karang membutuhkan perairan dengan kecerahan tinggi

dan intensitas cahaya yang memadai, yang biasanya berada pada daerah paparan

yang dangkal (Sunarto 2006). Cahaya yang cukup harus tersedia agar fotosintesis

oleh zooxanthellae simbiotik dalam jaringan dapat terlaksana. Tanpa cahaya yang

cukup, laju fotosintesis akan berkurang dan bersama dengan itu kemampuan

karang untuk menghasilkan kalsium karbonat dan membentuk terumbu akan

berkurang pula. Franzisket (1969) menyatakan bahwa jika karang tidak diberi

makan tetapi tetap terkena cahaya, mereka akan bertambah beratnya.

Berdasarkan hasil pengamatan pada kedua stasiun, didapatkan kecerahan

sebesar 5 meter pada stasiun 1 (terumbu karang alami) dan 4,87 meter pada

stasiun 2 (terumbu karang tranplantasi). Hal ini jelas sangat baik untuk

pertumbuhan terumbu karang, karena menurut Nybakken (1992) terumbu karang

tidak dapat berkembang di perairan yang lebih dalam dari 50-70 meter.

Suhu perairan pada stasiun 1 sebesar 280C dan 28,3 0C pada staiun 2.

Suhu perairan tersebut mendukung pertumbuhan dan kehidupan terumbu karang.

Nybakken (1992) menyatakan bahwa karang tumbuh baik pada suhu 25-290C dan

masih memiliki toleransi sampai suhu 400C. Sebagai catatan, tidak terdapat

terumbu di daerah yang luas di pantai barat Amerika Selatan dan Amerika Tengah

dan juga di pantai selatan Afrika, kedua daerah ini termasuk dalam zona trofik.

Hal ini dapat terjadi karena di daerah-daerah tersebut yaitu pantai barat dari benua

itu merupakan tempat terjadinya upwelling air dingin, yang menurunkan suhu

perairan pantai yang dangkal sampai dibawah suhu yang diperlukan untuk

perkembangan terumbu. Kedua pantai tersebut juga mempunyai arus dingin kuat

yang mengalir ke utara sehingga membuat suhu tetap rendah, yaitu arus Humboldt

di pantai Amerika Selatan dan arus Benguela di lepas pantai Afrika Barat

(Nybakken 1992). Brown. B E. et al. (1999) menyatakan bahwa kenaikan suhu

laut 1-20C diperkirakan terjadi tahun 2100. Di banyak daerah tropis bahkan terjadi

kenaikan 0,50C selama dekade terakhir. Tampaknya, mungkin hanya perubahan

kecil, tetapi ini dapat diartikan bahwa selama periode yang lebih hangat dan

fluktuasi musim yang normal, suhu akan melebihi batas torelansi dari hampir

semua jenis karang. Naiknya suhu permukaan air laut mempengaruhi kepekaan

zooxanthellae, contohnya sinar yang diperlukan untuk fotosintesis malah merusak

sel-selnya (Hoegh-Guldberg 1999).

Salinitas di kedua lokasi pengamatan sebesar 30,830/00. Nilai tersebut

masih berada dalam kisaran optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan

binatang karang hidup dan terumbu karang. Terumbu karang dapat tumbuh dan

berkembang pada kisaran salinitas antara 30-36 0/00 (Nybakken 1992). Pengaruh

salinitas terhadap binatang karang hidup sangat bervariasi bergantung pada

kondisi perairan sekitar yang dipengaruhi oleh hujan ataupun badai, sehingga

toleransi kisaran salinitas dapat mencapai 17,5 - 52,5 0/00 (Supriharyono 2000

dalam Putra 2011). Hal ini dikarenakan perubahan salinitas yang tinggi akan

menimbulkan daya tahan zooxanthela menurun sehingga karang menjadi

bleaching kemudian mati. Di wilayah Teluk Persia, terumbu karang berkembang

pada salinitas 420/00. Oleh karena itu, untuk daerah-daerah perairan yang secara

terus menerus menerima masukan air tawar dari aliran sungai tidak terdapat

terumbu karang dan apabila ada, pertumbuhan karang akan terhenti dan menjadi

mati. Kondisi terumbu karang seperti ini banyak terjadi pada wilayah pantai timur

Sumatera, pantai selatan Kalimantan dan pantai selatan Irian Jaya yang terdapat

banyak sungai-sungai besar (Guntur 2011).

Menurut Barus (2004) dalam Riksan (2013) bahwa nilai pH yang ideal

bagi kehidupan organisme air pada umumnya adalah antara 7 – 8,5. Derajat

keasaman yang tercatat pada kedua lokasi sebesar 8,03-8,10 (Tabel 3). Kisaran pH

pada lokasi penelitian tergolong cukup baik, hal ini dilihat dari kondisi terumbu

karang di perairan pulau Menjangan Kecil yang masih bisa hidup dengan baik.

Kecepatan arus pada saat penelitian di lokasi pengamatan sebesar 7,16

m/menit dan 7,50 m/menit. Besarnya kecepatan arus mempengaruhi pertumbuhan

terumbu karang, karena pada umumnya terumbu karang lebih berkembang pada

daerah-daerah yang mengalami gelombang besar. Koloni karang dengan

kerangka-kerangka yang padat dan masif dari kalsiun karbonat tidak akan rusak

oleh gelombang yang kuat. Pada saat yang sama, gelombang-gelombang itu

memberikan sumber air yang segar, memberikan oksigen dari air laut,

menghalangi pengendapan pada koloni karang dan memberikan makanan untuk

koloni karang. Gelombang-gelombang itu juga memberi plankton yang baru untuk

makanan koloni karang (Nybakken 1992).

4.3 Struktur Komunitas Ikan Karang di Perairan Pulau Menjangan Kecil

4.3.1 Komposisi Ikan Karang Berdasarkan Famili

Selama penelitian diperoleh 32 spesies ikan karang yang tergolong dalam

14 famili. Dari famili tersebut, ditemukan sebanyak 13 famili di stasiun 1

(terumbu karang alami) dan 14 famili di stasiun 2 (terumbu karang transplantasi).

Pada stasiun 1 tidak ditemukan ikan dari famili Lutjanidae spesies Lutjanus

biguttatus (Lampiran 2). Hal ini diduga karena arus di stasiun 2 lebih besar

dibandingkan dengan stasiun 1, karena spesies ikan Lutjanus biguttatus ini

biasanya hidup pada daerah berarus kencang (BTNKJ 2012). Ikan Lutjanus

biguttatus merupakan ikan karnivora pemakan ikan–ikan kecil. Jumlah ikan

karnivora pada kedua stasiun masih dalam jumlah yang wajar. Ikan karnivora

yang berada di rantai makanan tingkat atas memiliki peranan penting dalam

ekosistem terumbu karang yaitu dalam mengendalikan jumlah populasi ikan

herbivora (Fusianto 2010). Pada stasiun 1, persentase ikan tersebesar adalah ikan

dari famili Pomacentridae. Baru kemudian diikuti oleh Apogonidae,

Pomacanthidae dan Chaetodontidae (Gambar 6).

Gambar 6. Presentase Famili ikan Karang di Stasiun 1.

Gambar 7. Presentase Famili ikan Karang di Stasiun 2

Pada stasiun 2 ikan karang yang persentasenya lebih tinggi yaitu

Apogonidae. Hal ini diduga karena ketersedian terumbu karang Acropora sp. yang

melimpah pada stasiun tersebut. (BTNKJ 2012) menyatakan bahwa ikan dari

spesies Apogon bandanensis umumnya sering bergerombol disekitar karang

28%

2%

2%6%

1%2%

2%1%

0%1%

19%

30%

3% 3% Apogonide

Acanthuridae

Balistidae

Chaetodonti

Carangidae

Ephiphidae

Gobiidae

Labridae

Lutjanidae

Mullidae

Pomacanthidae

Pomacentridae

Scaridae

Serranidae

33%

3%

2%8%

2%0,4%

6%3%

3%0%

9%

29%

1%1% Apogonide

Acanthuridae

Balistidae

Chaetodonti

Carangidae

Ephiphidae

Gobiidae

Labridae

Lutjanidae

Mullidae

Pomacanthidae

Pomacentridae

Scaridae

Serranidae

Acropora sp. sedangkan ikan Apogon sealei lebih sering bergerombol di sekitar

bulu babi (Lampiran 2).

Ikan dari famili Pomacentridae dan Pomacanthidae merupakan ikan yang

sering ditemui pada kedua stasiun setelah Apogonidae. Kedua famili yang juga

dikenal sebagai angel fish ini memiliki ukuran rata-rata kurang dari 40 cm,

menjadikan anggota famili ini mudah bersembunyi dan menjadi penghuni utama

ekosistem terumbu karang. Famili Pomacentridae yang ditemui sebanyak 6

spesies, dengan jumlah kehadiran pada stasiun 1 sebanyak 178 ekor dan 142 ekor

pada stasiun 2. Sebagian besar, ikan Pomacentridae adalah herbivora walaupun

ada juga beberapa spesies Pomacentridae yang memakan invetrebata atau

plankton. Umumnya ikan Pomacentridae memakan alga berfilament atau

melakukan grazing (Allen 1998). Ikan Pomacentridae juga banyak ditemukan di

daerah berpasir dan berbatu karang.

Famili Chaetodintidae yang tergolong kedalam kelompok ikan indikator

yang ditemukan pada kedua stasiun adalah Chelmon rostratus, Chaetodon

trifascialis, Chaetodon speculum (Lampiran 2). Kelompok ikan kepe-kepe ini

merupakan ikan yang berasosiasi paling kuat dengan jenis-jenis karang. Allen

(2001) menyatakan bahwa ikan kepe-kepe hidup di daerah karang yang

pertumbuhannya subur, ini disebabkan karena ikan kepe-kepe umumnya

memakan polip karang walaupun jenis lain ada yang memakan kombinasi dengan

invertebrata kecil yang hidup di dasar perairan dan alga.

Famili Scaridae atau Parrotfish merupakan jenis ikan yang memakan

karang yang mati. Ikan ini termasuk ikan ekonomis penting. Pada 2 lokasi

pengamatan ditemukan 2 jenis spesies ikan famili Scaridae ini, yaitu Scarus quoyi

dan Scarus niger (Lampiran 2). Parrotfish adalah hewan herbivora, biasanya

mendapatkan alga dari substrat karang yang mati. Mengunyah batu karang beserta

alga serta membentuk pasir karang, hal ini membuat parrotfish menjadi salah satu

produsen pasir penting dalam ekosistem terumbu karang (Motoda 1940).

Penelitian yang dilakukan oleh Riksan (2013) menyatakan bahwa luas tutupan

makroalga mempengaruhi kelimpahan ikan kakatua ini. Semakin tinggi luas

tutupan makroalga maka, kelimpahan ikan kakatua akan tinggi pula.

4.3.2 Komposisi Ikan Karang Berdasarkan Peranannya dalam Ekosistem

Ikan karang yang beasosiasi dengan terumbu karang memiliki peranan.

Peranan ikan karang dalam komunitas adalah sebagai ikan target atau ikan

konsumsi, ikan indikator dan ikan mayor. Ikan indikator dapat mengindikasikan

kondisi ekosistem terumbu karang dalam keadaan baik atau keadaan rusak dari

kehadirannya di ekosistem tersebut. Umumnya ikan indikator dapat

mengindikasikan kondisi terumbu karang karena berkaitan dengan perilaku atau

pola hidup ikan tersebut yang memakan polip karang dan juga biasa dikatakan

sebagai penyimbang kondisi terumbu karang pada habitat tersebut (Sale 1991).

Selain ikan target dan ikan indikator, beberapa famili ikan karang juga

dikatagorikan sebagai ikan mayor. Ikan mayor adalah ikan yang digolongkan

kedalam katagori ikan yang disebut ikan hias, karena warna dan bentuknya yang

indah. Ikan mayor merupakan ikan yang biasa dijumpai di ekosistem terumbu

karang, namun tidak termasuk kedalam jenis ikan yang dimanfaatkan sebagai ikan

target maupun ikan indikator. Pada stasiun 1 sebagian besar jenis ikan yang

ditemukan adalah kelompok ikan mayor yang di dominasi oleh famili

Pomacentridae dan Pomacanthidae. Pengelompokan spesies ikan karang

berdasarkan peranannya dalam ekosistem terumbu karang alami (stasiun 1) dan

terumbu karang transplantasi (stasiun 2) dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengelompokkan Ikan Karang berdasarkan Peranannya dalam Ekosistem

No

(Stasiun 1) Terumbu Karang Alami

no(Stasiun 2)

Terumbu Karang TransplantasiIkan Indikator Ikan Indikator

1Chaetodontidae

Chelmon rostratus 1Chaetodontidae

Chelmon rostratus2 Chaetodon trifascialis 2 Chaetodon trifascialis

3 Chaetodon speculum 3 Chaetodon speculum

Ikan Target Ikan Target4 Acanthuridae Chenochae tustratus 4 Acanthuridae Chenochaetus tratus5 Carangidae Caranx heberi 5 Carangidae Caranx heberi6 Labridae Cheilinus rhodochrous 6 Labridae Cheilinus rhodochrous7

MullidaeUpeneus tragula 7

MullidaeUpeneus tragula

8 Parupeneus barberinus 8 Parupeneus barberinus9

Serranidae

Cephalopholis cyonastigma

9 Serranidae Cephalopholis sonnerati

10 Cephalopholis sonnerati 10 Lutjanidae Lutjanus biguttatus

11 Epinephelus fasciatus

12 Epinephelus merra

Ikan Mayor Ikan Mayor13

ApogonidaeApogon bandanensis 11

ApogonidaeApogon bandanensis

14 Apogon sealei 12 Apogon sealei15 Balistidae Balistoides viridescens 13 Balistidae Balistoides viridescens16

EphiphidaePlatax teira 14 Ephiphidae Platax teira

17 Platax pinnatus 15 GobiidaeAmblygobisu

stethaphthalamus18

Gobiidae

Amblygobisu stethaphthalamus

16

Pomacanthidae

Chaetodontoplus mesolecus

19 Cryptocentrus caeruleumaculatus

17 Pomacanthus anularis

20

Pomacanthidae

Chaetodontoplus mesolecus

18 Pomacanthus sextriatus

21 Pomacanthus anularis 19 Pomacanthus semicirculatus

22 Pomacanthus sextriatus 20 Pygoplises diacantus23 Pomacanthus

semicirculatus21

Pomacentridae

Abudefduf vaigiensis

24 Pygoplises diacantus 22 Chromis viridis25

Pomacentridae

Abudefduf vaigiensis 23 Dischostodus propotaenia26 Chromis viridis 24 Plectroglyphidodon

lacrymatus27 Dischostodus propotaenia 2528 Plectroglyphidodon

lacrymatus26 Pomacentrus coelestis

29 Pomacentrus philippinus 27Scaridae

Scarus quoyi30 Pomacenthrus coelestis 28 Scarus niger31

ScaridaeScarus quoyi

32 Scarus niger

Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa sebagian besar dari jenis ikan

tersebut termasuk kedalam kelompok ikan mayor yang di dominasi oleh famili

Pomacanthidae dan famili Pomacentridae. Ikan Pomacentridae adalah ikan

teritorial yang baik secara selektif maupun tidak selektif memakan alga yang

membentuk hamparan alga di dalam wilayah mereka, tetapi mencegah ikan-ikan

lain masuk kesitu (Nybakken 1992). Menurut Lobel (1980), akibat adanya

territorial foraging karang dan alga koralin tersingkir dari daerah yang ditumbuhi

oleh alga secara berlebihan, dan wilayah itu berperan sebagai tempat berlindung

invertebrata muda juga plankton. Keberadaan ikan mayor mendominasi pada

kedua stasiun, namun yang membedakan adalah keberadaan ikan karang yang

berperan sebagai ikan target. Pada stasiun 1 ditemukan 4 spesies ikan yang

termasuk dalam famili Serranidae sedangkan pada stasiun 2 hanya ditemukan 1

spesies ikan yang termasuk dalam famili Serranidae tersebut.

4.3.3 Distribusi Jenis Ikan Karang di Perairan Pulau Menjangan Kecil

Berdasarkan Waktu Pengamatan

Ikan karang yang teramati pada penelitian di dua stasiun rata-rata memiliki

perbedaan keberadaan. Jumlah spesies ikan terbanyak terdapat di stasiun 1

(terumbu karang alami) pada waktu sore hari yaitu sebanyak 32 spesies, dan

jumlah spesies ikan terendah terdapat pada stasiun 2 (terumbu karang

transplantasi) pada waktu sore hari yaitu sebanyak 24 spesies. Satu penemuan

yang menarik adalah perbedaan ikan-ikan antara siang dan malam. Banyak orang

yang melihat karang pada siang hari ketika sebagian besar spesies ikan ikan dapat

dilihat. Akan tetapi, pada malam hari ikan-ikan diurnal ini berlindung didalam

terumbu dan digantikan oleh sejumlah kecil spesies nokturnal yang tidak terihat

pada siang hari.

Jumlah spesies terbanyak yang jumlahnya lebih dari 70% terdapat pada

stasiun 1 pada waktu pagi hari yang terdiri dari Apogon bandanensis, Apogon

sealei, Pomacentrus anularis, Abudefduf vaigiensis, Chromis viridis, dan

Pomacentrus coelestis. Nybakken (1992) menyatakan bahwa salah satu penyebab

tingginya keragaman spesies di terumbu adalah karena variasi habitat terdapat di

terumbu. Terumbu karang tidak hanya terdiri dari karang saja, tetapi juga daerah

berpasir, berbagai teluk dan celah, daerah alga dan juga perairan yang dangkal dan

dalam serta zona-zona yang berbeda melintasi karang

beranekaragam ini dapat menerangkan peningkatan jumlah ikan

tersebut.

Gambar 8. Jumlah Ikan Karang yang Tercatat di Kedua Stasiun

Ikan spesies Apogon bandanensis

ini diduga karena ketersediaan plankton yang melimpah pada kedua stasiun

tersebut, karena ikan Apogon bandanensis

plankton (Tabel 6). Ikan dari genus Pomacentrus pun sering dijumpai pada kedua

stasiun. Menurut Lowe (1917)

Pomacentrus disebabkan karena sifat mereka yang mempertahankan daerah

kekuasaan. Selain itu Pomacentridae sangat dipengaruhi oleh karakteristik

morfologi dari substrat, bahkan beberapa spesies diantaranya cenderung

menggunakan karang sebagai habitat daripada sumber makana

0100200300400500600700800900

1000

indi

vidu

/450

terumbu. Terumbu karang tidak hanya terdiri dari karang saja, tetapi juga daerah

berpasir, berbagai teluk dan celah, daerah alga dan juga perairan yang dangkal dan

zona yang berbeda melintasi karang. Habitat yang

beranekaragam ini dapat menerangkan peningkatan jumlah ikan-ikan karang

. Jumlah Ikan Karang yang Tercatat di Kedua Stasiun

Apogon bandanensis sering dijumpai pada kedua stasiun, hal

ketersediaan plankton yang melimpah pada kedua stasiun

Apogon bandanensis ini merupakan ikan yang memakan

plankton (Tabel 6). Ikan dari genus Pomacentrus pun sering dijumpai pada kedua

stasiun. Menurut Lowe (1917) dalam McConnell (1987) dominasi spesies dari

Pomacentrus disebabkan karena sifat mereka yang mempertahankan daerah

kekuasaan. Selain itu Pomacentridae sangat dipengaruhi oleh karakteristik

morfologi dari substrat, bahkan beberapa spesies diantaranya cenderung

ng sebagai habitat daripada sumber makanan.

Stasiun 1 Stasiun 2

925

501

terumbu. Terumbu karang tidak hanya terdiri dari karang saja, tetapi juga daerah

berpasir, berbagai teluk dan celah, daerah alga dan juga perairan yang dangkal dan

. Habitat yang

ikan karang

. Jumlah Ikan Karang yang Tercatat di Kedua Stasiun

sering dijumpai pada kedua stasiun, hal

ketersediaan plankton yang melimpah pada kedua stasiun

ini merupakan ikan yang memakan

plankton (Tabel 6). Ikan dari genus Pomacentrus pun sering dijumpai pada kedua

7) dominasi spesies dari

Pomacentrus disebabkan karena sifat mereka yang mempertahankan daerah

kekuasaan. Selain itu Pomacentridae sangat dipengaruhi oleh karakteristik

morfologi dari substrat, bahkan beberapa spesies diantaranya cenderung

Tabel 4. Distribusi Ikan Karang

KeteranganTerumbu Karang Alami Terumbu Karang Transplantasi

Pagi Sore Pagi SoreJumlah Spesies

29 32 25 24

Jumlah Famili

13 13 14 14

Jumlah individu

486 439 265 236

Spesies terbanyak (>70%)

Apogon bandanensis,

Apogon sealei, Pomacentrus

anularis, Abudefduf vaigiensis,

Chromis viridis, Pomacentrus

coelestis

Apogon bandanensis,

Apogon sealei, Pomacentrus

anularis, Chromis viridis,

Pomacentrus coelestis

Apogon sealei,

Chromis viridis

Apogon bandanensis,

Apogon sealei,

Chromis viridis

.

Hubungan-hubungan dalam cara makan dari ikan-ikan terumbu merupakan

suatu hal yang menarik perhatian. Tipe pemangsaan yang paling banyak di

terumbu adalah karnivora, sekitar 50-70 persen dari spesies ikan. Goldman dan

Talbot (1976) menyatakan banyak dari karnivora-karnivora ini tidak

mengkhususkan makanannya pada suatu sumber makanan tertentu, tetapi

sebaliknya oportunistik, mengambil apa saja yang berguna bagi mereka. Ikan

herbivora dan pemakan karang merupakan kelompok besar kedua, sekitar 15%

dari spesies ikan, yang paling penting dalam spesies ini adalah Scaridae dan

Acanthuridae. Sisanya diklasifikasikan sebagai omnivora dan termasuk wakil-

wakil dari seluruh famili ikan yang sebenarnya terdapat di terumbu

(Pomacentridae, Chaetodontidae, Pomacanthidae, Monocanthidae, Ostactiontidae,

Tetraodontidae). Hanya ada beberapa ikan yang merupakan pemakan

zooplankton, dan mereka umumnya kecil dan berbentuk schooling (Nybakken

1992). Komposisi ekosistem pada kedua stasiun di dominasi oleh ikan omnivora

dan herbivora, serta jumlah karnivora yang lebih sedikit (Tabel 4). Hal tersebut

menunjukkan bahwa ekosistem masih dalam kondisi yang seimbang.

4.3.4 Kelimpahan Ikan Karang di Perairan Pulau Menjangan Kecil

Nilai kelimpahan ikan karang di Pulau Menjangan Kecil pada stasiun 1

(terumbu karang alami) pada waktu pengamatan pagi hari sebesar 2,22

individu/450 m2, dan pada waktu pengamatan sore hari 2,91 individu/450 m2.

Sedangkan nilai kelimpahan ikan karang pada stasiun 2 (terumbu karang

transplantasi) pada waktu pengamatan pagi hari sebesar 1,77 individu/450 m2 dan

pada waktu pengamatan sore hari sebesar 1,58 individu/450 m2. Nilai kelimpahan

rata-rata terbesar yaitu pada stasiun 1 waktu pengamatan sore hari sebesar 0,97

individu/150 m2, sedangkan nilai kelimpahan terendah yaitu pada stasiun 2 waktu

pengamatan sore hari sebesar 0,52 individu/150 m2 (Tabel 5). Menurut Bell dan

Galzin (1984), faktor yang mempengaruhi kehadiran ikan (struktur komunitas dan

kelimpahan ikan) di suatu terumbu karang, antara lain tinggi rendahnya presentase

tutupan karang hidup dan perbedaan zona habitat (inner reef flat, outer reef flat,

crest, reef base, sand flat). Dengan baiknya kondisi terumbu karang pada stasiun

1, dapat menarik ikan ikan untuk melakukan aktifitasnya pada area tersebut. Dan

keberadaan terumbu karang transplantasi pada stasiun 2 pun dapat menarik ikan

ikan untuk hidup pada daerah tersebut karena keberadaan terumbu karang

transplantasi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai rumah ikan, sehingga cukup

banyak keberadaan ikan karang pada daerah transplantasi

Tabel 5. Nilai Kelimpahan Kedua StasiunStasiun 1

(Terumbu Karang Alami)Stasiun 2

Terumbu Karang Transplantasi

Kelimpahan rata-rata pagi

0,91 individu/150 meter2 0,59 individu/150 meter2

Kelimpahan rata-rata sore

0,97 individu/150 meter2 0,52 individu/150 meter2

Tabel 6. Kebiasaan Makanan (Food Habits) Ikan Karang Yang Tersensus Pada Kedua Stasiun

Jenis Ikan Food Habits*)ApogonidaeApogon bandanensis PlanktonApogon sealei PlanktonAcanthuridaeChenochaetus tratus FitoplanktonBalistidaeBalistoides viridescens Alga, detritus, moluska, crustaseaChaetodontidaeChelmon rostratus ZoobenthosChaetodon trifascialis Polip karangChaetodon speculum Polip karangCarangidaeCaranx heberi Zoobenthos, nektonEphippidaePlantax teira Nekton, crustaseaPlantax pinnatus Zoobenthos, zooplankton, bentik algaGobiidaeAmblygobius stethaphalmus Alga Cryptocentrus caeruleumaculatus Alga LabridaeCheilinus rhodochrous Invertebrata bentik, ikan kecilLutjanidaeLutjanus biguttatus Nekton, Ikan kecil, krustaseaMullidaeUpeneus tragula ZoobenthosParupeneus barberinus Zoobenthos, krustaseaPomacanthidaeChaetodontoplus mesolecus Alga, zoobenthosPomacanthus anularis Alga, zoobenthosPomacanthus sextriatus Alga, zoobenthosPomacanthus semicirculatus Zoobenthos, Alga bentikPygoplises diacantus Alga, zoobenthosPomacentridaeAbudefduf vaigiensis Alga, krustasea, gastropoda, copepodaChromis viridis Fitoplankton, krustaseaDischostodus propotaenia Zooplankton, detritus, alga Plectroglyphidodon lacrymatus Alga, fitoplankton, zoobenthosPomacentrus coelestis Alga, zoobenthos, zooplanktonPomacentrus philippinus Alga, zooplanktonScaridaeScarus quoyi AlgaScarus niger AlgaSerranidaeCephalopholis sonnerati Zoobenthos, krustasea, nektonEpinephelus fasciatus Moluska, crustasea, echinodermataEpinephelus merra Nekton, zoobenthosCephalopholis cyonastigma Zoobenthos, krustasea, nekton

Keterangan: *) Sumber http//www.fishbase.org/summary (2013)

4.3.5 Indeks Ekologi Komunitas Ikan di Perairan Pulau Menjangan Kecil

Pada dasarnya, keanekaragaman ikan karang di terumbu karang sangat

berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem tersebut. Berdasarkan hasil

pengamatan dan perhitungan data-data penelitian, diperoleh nilai indeks

keanekaragaman (H) pada stasiun 1 (terumbu karang alami) sebesar 2,59 dan

stasiun 2 (terumbu karang transplantasi) sebesar 2,50. Hal ini menunjukkan bahwa

keanekaragaman ikan pada stasiun 1 dan 2 berada pada kisaran kriteria H’ 2,30-

6,90 yang berarti keanekaragaman spesies ikan karang yang ditemukan pada

stasiun ini termasuk dalam katagori sedang.

Kondisi terumbu karang pada stasiun 1 memiliki topografi lereng dan gua-

gua yang dapat menjadikan keanekaragaman ikan pada stasiun ini menjadi lebih

tinggi. Menurut Nybakken (1992) kondisi habitat ikan karang pada daerah

terumbu karang tidak hanya terdiri dari karang, tetapi juga daerah berpasir,

berbatu, daerah algae, lereng, tebing, dan daerah perairan dangkal.

Gambar 9. Diagram Indeks Ekologi Komunitas Ikan Pada Kedua Stasiun

Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui mengenai jenis ikan yang

mendominasi pada suatu komunitas dalam setiap habitat. Indeks dominasi pada

stasiun 1 sebesar 0,115 (Gambar 9). Dari angka tersebut, maka stasiun 1 dapat

2,59

0,115

2,5

0,118

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

Indeks Keanekaragaman

Indeks Dominasi Indeks Keanekaragaman

Indeks Dominasi

Stasiun 1 Stasiun 2

dikatagorikan dalam kriteria indeks dominasi < 0,30 yang berarti bahwa tidak ada

spesies ikan yang mendominasi pada perairan tersebut. Pada stasiun 2, nilai angka

indeks dominasi berada pada kriteria yang sama yaitu < 0,30 yang juga berarti

tidak ada spesies ikan yang mendominasi pada perairan tersebut. Hal ini didukung

dengan katagori indeks keanekaragaman yang rata-rata masuk kedalam katagori

sedang. Purwanti (2004) menyatakan, ketersediaan makanan bagi ikan karang di

habitatnya sangat berpengaruh terhadap tingkat persaingan antara sesama ikan

sejenis dan juga ikan berlainan jenis. Rendahnya nilai indeks dominasi disebabkan

oleh faktor kesediaan makanan yang melimpah bagi ikan karang, sehingga semua

spesies ikan karang dapat tumbuh dan hidup dengan baik sehingga tidak ada

spesies ikan karang yang mendominasi.