dominasi asing di pasar modal dalam perekonomian indonesia

24
Dominasi Asing di Pasar Modal Dalam Perekonomian Indonesia Review Jurnal Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pasar Modal Disusun oleh : 1. Dimas Kuncoro Hadi (091581) 2. Fadlilah Faqih (091586) 3. Sinta Ayu Andhini (091620) 4. Iis Saphatul Awaliyah (100026) JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

Upload: sinta-ayu-andhini-mudjijanto

Post on 04-Jan-2016

286 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pasar modal

TRANSCRIPT

Page 1: Dominasi Asing Di Pasar Modal Dalam Perekonomian Indonesia

Dominasi Asing di Pasar Modal Dalam Perekonomian Indonesia

Review Jurnal

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pasar Modal

Disusun oleh :

1. Dimas Kuncoro Hadi (091581)

2. Fadlilah Faqih (091586)

3. Sinta Ayu Andhini (091620)

4. Iis Saphatul Awaliyah (100026)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG

2012

1. Latar belakang judul

Page 2: Dominasi Asing Di Pasar Modal Dalam Perekonomian Indonesia

Meningkatnya peran asing dalam pasar modal Indonesia semakin signifikan yang

diindikasikan dengan transaksi pemodal asing terbilang cukup aktif di Bursa Efek Indonesia

(BEI). Hal ini ditandai dengan volume transaksi pemodal asing yang mencapai lebih dari

30% dalam setiap transaksi harian. Sampai dengan Januari 2010, komposisi kepemilikan

asing bahkan telah mencapai lebih dari 61% dari nilai kapitalisasi pasar di BEI (Statistik

Pasar Modal Januari, 2010). Di satu sisi, masuknya aliran modal asing dapat meningkatkan

likuiditas dan mengurangi cost of capital. Namun di sisi lain mobilitas modal asing juga

menyebabkan extreme volatility bagi negara-negara berkembang. Derasnya modal asing yang

masuk ke Indonesia sebagai hot money yang sangat rentan akan sentimen dan gejolak di

pasar modal asing menimbulkan kekhawatiran akan penarikan dana secara besar-besaran dan

mendadak, yang akan memberikan goncangan hebat bagi pasar modal domestik. Sebagai

negara kecil yang terbuka, kebijakan moneter Indonesia, dalam hal ini suku bunga yang

relatif tinggi dibandingkan negara maju dianggap menjanjikan imbal hasil (return) yang lebih

besar bagi investor. Ini menyebabkan Indonesia memiliki ketergantungan yang cukup besar

pada negara-negara maju sebagai negara investor utama. Volatilitas merupakan indikator dari

resiko harga relatif saham, dimana semakin besar volatilitas maka semakin besar pula

resikonya. Pada umumnya, harga saham akan meningkat sejalan dengan meningkatnya

volatilitas. Hal ini yang disebabkan pergerakan tajam pada harga akan memberikan manfaat

return yang lebih besar bagi investor. Kecenderungan investor untuk mengandalkan

pergerakan harga saham atau volatilitas sebagai dasar dari pengambilan keputusan

mencerminkan aliran dana jangka pendek yang hanya berorientasi pada keuntungan dari

margin perdagangan harga saham. Hal inilah yang umumnya terjadi di pasar bursa, sehingga

menfaat pada perekonomian selalu dipertanyakan. Jika investor asing yang mendominasi

pasar modal Indonesia lebih mengarah pada praktek semacam ini dibandingkan pertimbangan

fundamental, maka hal ini jelas perlu diwaspadai agar kinerja pasar modal domestik dapat

dipertahankan dan stabil.

2. Tujuan penulis

Page 3: Dominasi Asing Di Pasar Modal Dalam Perekonomian Indonesia

Perdebatan mengenai pengaruh transaksi asing bagi tingkat resiko di BEI menjadi fokus pada

makalah ini. Pada dasarnya makalah ini mencoba untuk menyajikan model teoritis dan

analisis empiris dari dominasi asing di pasar modal dalam perekonomian indonesia,

kemudian melihat bagaimana pengaruh kepemilikan asing terrhadap volatilitas harga saham

gabungan di Indonesia. Akan tetapi sebelumnya, makalah ini juga mencoba menganalisis

sejauh mana integrasi pasar modal di Asia dan Amerika. Hal ini dianggap penting sebagai

dasar dalam menganalisis dependensi pasar modal domestik pada negara lain,yang kemudian

menjelaskan bagaimana pengaruh investasi asing pada volatilitas harga di pasar modal.

3. Latar Belakang Pemilihan Judul/Tema

Di era globalisasi seperti sekarang ini, arus informasi dari segala arah dapat dijangkau oleh semua orang kapanpun dan dimanapun, selain itu semua pihak pun saling bergantung satu sama lain. Seperti halnya dalam dunia bisnis, antar Negara pun melakukan perjanjian bisnis seperti ekspor, impor, penanaman modal asing serta jual beli saham. Tujuan utama seseorang dalam melakukan kegiatan investasi adalah untuk meningkatkan utilitinya dalam bentuk kesejahteraan keuangan (Hartono, 2008) baik dari dividen yang diterima maupun dari kenaikan harga saham. Oleh karena itu, sebelum melakukan investasi, investor perlu memastikan bahwa investasi tersebut mampu memberikan tingkat pengembalian yang diharapkan. Jual beli saham antar perusahaan sudah lama dilakukan di Indonesia, seiring berkembangnya zaman, pihak asing pun dapat membeli saham perusahaan di Indonesia. Pada awalnya, porsi kepemilikan asing pada perusahaan domestik kurang dari 60%. Namun berdasarkan data Statistik Pasar Modal, sampai dengan bulan Januari 2010 porsi kepemilikan asing telah mencapai lebih dari 61%. Hal tersebut menjadi perdebatan antar para ahli, apakah hal tersebut menjadi kerugian atau keuntungan bagi perekonomian domestic. Derasnya aliran modal asing yang masuk ke Negara-negara berkembang termasuk Indonesia telah menjadi fenomena umum sejak dua decade terakhir. Infrastruktur yang kurang baik, tak mampu menutupi kemilau perekonomian Indonesia. Hal ini tercermin dari naiknya peringkat Indonesia di mata pelaku bisnisinternasional yang tergabung di Transnational Corporation (TNC). Berdasarkan Acting Chief United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) mengatakan, Indonesia memiliki kemajuan dalam daftar Negara yang memiliki prospek ekonomi cerah untuk tahun 2012-2014. Survey Top Prospective Host Economies digagas oleh United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD). Organisasi dibawah Persatuam Bangsa-Bangsa (PBB) di bidang perdagangan dan pembangunan tersebut, melakukan survey di 174 perusahaan internasional guna mengetahui Negara mana yang paling prospektif untuk investasi, dan Indonesia berada di peringkat 4. Faktor utama yang membuat Indonesia menarik di mata investor asing adalah karena stabilitas ekonomi makro dan politik serta demografi, karena Indonesia memiliki penduduk lebih dari 240 juta jiwa. Ekonomi Indonesia yang kuat ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Tumbuh 6,5 persen pada 2011 dan 6,4 persen pada kuaertal II 2012. Ini menjadikan Indonesia sebagai Negara anggota G20 dengan pertumbuhan ekonomi

Page 4: Dominasi Asing Di Pasar Modal Dalam Perekonomian Indonesia

tertinggi kedua. Dan alasan-alasan tersebut lah yang menjadi latar belakang penulis untuk membuat makalah ini.

4. Permasalahan yang Diangkat

I. Peran Pemodal Asing Dalam Pasar Modal Suatu Negara

Budi Frensidy, dalam presentasinya di Bapepam-LK, pada tanggal 9 Juni 2008,6

mengatakan bahwa pemodal asing berperan dalam meningkatkan likuiditas dan memfasilitasi

efisiensi pasar. Peran tersebut dapat diharapkan terutama karena kekuatan yang dimiliki oleh

pemodal asing, yang berupa (1) modal yang lebih besar, (2) akses luas ke pasar modal dunia

serta lebih berpengalaman, (3) analisis fundamental yang lebih baik, (4) memiliki informasi

yang lebih banyak dan lebih baik, (5) memiliki kemampuan yang lebih baik dalam

menginterpretasikan informasi. Walaupun demikian, menurutnya pemodal asing juga

memiliki beberapa kendala seperti (1) risiko nilai tukar, (2) home bias, (3) batasan

kepemilikan maksimum, (4) tidak fokus ke hanya satu negara.

Sementara itu, DR Lana Soelistianingsih dalam presentasinya di Bapepam LK, pada kamis

tanggal 14 agustus tahun 2008 menegaskan kembali bahwa secara teroris pemodal dapat

berperan positif maupun negative terhadap perkembangan pasar modal pada suatu pemodal

asing negara. Peran positif pemodal asing adalah (1) menutup gap antara tabungan dan

investasi (2) mendorong likuiditas pasar (3) mendorong kepercayaan pemodal (4)

memperkuat nilai tukar domistik (5) mendorong mekanisme pasar (6) mengurangi

asymmetric imformation sehingga pasar lebih transparan dan efisien.

Sementara itu peran negative yang dapat di timbulkan oleh pemodal asing adalah (1 )pasar

menjadi di “dikte” oleh pemodal asing sehingga tingkat independen kebijakan menjadi

terganggu, (2) menjadi kebijakan moneter trade-offantara kepentingan domistik dan asing, (3)

meningkat volalititas\ ketidak stabilan return\yield, (4) sangat rentan terhadap resiko global,

(5) proses kepemilikan membuat country\ risk meningkat dan nilai tukar domistik akan

terganggu, (6) mendorong tekanantak terduga, (7) mengurangi nasionalisme.

Secara umum, peran asing dapat di bedakan dilihat dari dua aspak yaitu aktivitas

perdagangan (trading) dan kepemilikan efek (ownership). Pengaruh terhadap aktifitas

perdagangan asing dan kepemilikan asing terutama terhadap tingkat volalititas menjadi topic

beberapa penelitian DR Janxin dari Universitas New South Wales (UNSW), Australis. Wang

(2007a) menyimpulkan bahwa aktivitas perdagangan dan kepemilikan saham oleh pemodal

Page 5: Dominasi Asing Di Pasar Modal Dalam Perekonomian Indonesia

asing mempunyai dampak yang berbeda terhadap tingkat volalititas pasar saham indonesia.

Jika tingkat aktivitas perdagangan mempunyai hubungan yang positif dengan tingkat

volalititas harga saham, maka tingkat kepemilikan asing justru mempunyai hubungan negatif

dengan tingkat volalititas di maksud. Hubungan negatif tersebut dinamakan oleh yang

bersangkutan sebagai dampak yang menenangkan (calming effect) terhadap volalititas harga

saham yang akan dating.

Wang (2007b) sebelumnya menentukan bahwa aktivitas perdagangan pemodal asing

mempunyai dampak yang cukup besar terhadap tinggkat volalititas walaupun promosi

perdagangan pemodal asingtersebut relatif lebih rendah dibandingkan pemodal lokal. Lebih

dalam lagi ditemukan aktivitas perdagangan yang secara signifikan meningkat tingkat

volalititas adalah penjualan asing ( net selling). Beberapa alasan kenapa kepemilikan asing

dapat mempengaruhi penurunan tingkat volalititas diringkas oleh Wang (2007a) sebagai

berikut.

1 Pemodal asing memperluas basis pemodal yang pada akhirnya akan meningkatkan

penyebaran risiko dan imbal hasil yang diperoleh;

2. Pemodal asing diasumsikan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mencerminkan

pengelolaan perusahaan dibandingkan pemodal lokal, dan analis asing biasanya juga

dianggap lebih mampu dalam menerbitkan hasil analisis yang tepat waktu dan akurat

dibandingkan analis lokal. Hal ini akan membantu dalam mengurangi tingkat

ketidakseimbangan informasi (information asymmetry) untuk suatu saham tertentu sehingga

akan memberikan sinyal yang positif (positif signalling) secara keseluruhan.

3. Adanya fakta bahwa saham yang dimiliki asing biasanya mempunyai imbal hasil yang

lebih baik (foreign ownership premium) dapat membantu meningkatkan kepercayaan

pemodal atas suatu saham yang pada akhirnya akan mengurangi tingkat volatilitas saham

tersebut;

4. Keterlibatan pemodal asing dapat membantu peningkatan penerapan tata kelola perusahaan

yang baik, tingkat keuntungan perusahaan dan menolong perusahaan yang dalam kondisi

sulit. Hal ini disebabkan karena pemodal asing dianggap mampu dan berani menyuarakan

kepentingan antar manajen pemodal.

Dalam studi selanjutnya, wang (2007c) mengatakan saham saham yang kepentingan

asingnya cukup tinggi memiliki tingkat prestasi volalititas yang cukup tinggi dan mendahului

saham lainnya dalam penyesuian perubahan tingkat volalititasnya. Hal ini berindikasi bahwa

transaksi asing menjadi penggerak transaksidi bursa dan diikuti oleh pemodal lokal presentasi

volalititas yang dimaksud adalah kondisi dimana tingkat volalititas yang tinggi (rendah) pada

Page 6: Dominasi Asing Di Pasar Modal Dalam Perekonomian Indonesia

suatu hari cenderung diikuti oleh volalititas yang tinggi(rendah) pula pada hari berikutnya.

Presentasi dapat menggambarkan penggorombolan informasi yang datang, presentasi

ketidakpastian dan berhubungan dengan aktivitas perdagangan tertentu. Selain itu walaupun

berbagai literature menyempulkan bahwa pemodal asing berbentuk perusahaan keuangan

dapat meningkat likuiditas pasar melalui keburukan informasi yang lebih baik dan aktivitas

perdagangan yang aktif. Wang (2008c) menemukan fakta bahwa untuk kasus Indonesia

meningkat likuiditas pasar, dimana kenaikan kepemilikan asing atas suatu saham, akan

menurunkan tingkat likuiditas (yang di ukur berdasrkan spread depth dan price sensitivity)

saham tersebut pada masa yang akan datang.

Berkenaan dengan integritas pasar modal Indonesia, hasil riset Abimanyu et al

(2008) mendukung fakta bahwa tingkat integritas pasar modal Indonesia dengan pasar modal

regional dan dunia sudah cukup tinggi. Dengan menggunakan data indeks harga saham harian

periode Januari 2005-Desember 2007, mereka menemukan bahwa pasar modal Indonesia

terintegrasi dengan pasar modal Malaysia, Singapura dan Thailand. Selain itu, juga terdapat

hubungan ekulibrium jangka panjang antara pasar modal Indonesia, Hongkong, Korea

Selatan, China dan Taiwan dengan pasar modal Amerika Serikat dan Jepang. Pasar modal

Indonesia khususnya juga mempunyai hubungan ekuilibrium jangka panjang dengan pasar

modal Inggris, Perancis, Jerman

Untuk meminirmasikan dampak negatif pemodal asing Dr Lana Soelistianingsih,

mengatakan bahwa pemerintah dapat melakukan melalui dua jenis kebijakan, yaitu (1) soft

regulations melalui monitoring dan edukasi dan (2) hard regualition melalui segmentasi dan

diversigasi produk. Yang bersangkutan juga menunjukan bahwa di beberapa negara

penerapan kebijakan berbeda beda Kebijakan segmentasi pasar dilakukan di negara china,

findlandia, dan meksiko. Di china misalnya, terdapat dua jenis saham yaitu, saham A

diperdagangkan untuk warga china dan saham B untuk warga asing, dimana harga saham A

mempunyai harga saham mahal dibandingkan saham B, harga transaksi saham B lebih murah

di bandingkan harga saham A, dan imbal hasil saham A lebih rendah dibandingkan saham B.

Untuk kasus miksiko terdapat beberapa kelas saham yaitu: (1) national versus foreign, (2)

national versus institutional (3) general versus financial frims. Saham yang tidak direstriksi

mempunyai harga yang lebih tinggi terutama karna perbedaan elistisitas permintaan antar

kelompok kepemilikan.

Untuk aplikasi di Indonesia, Dr Lana Soelistianingsih, mengajukan beberapa

hipotensis yaitu, (1) segmentasi di lakukan dengan pembatasan kepemilikan saham (2) tidak

ada perbedaan dalam transaksi atau tidak ada “pasar” yang berbeda (3) swasembada modal

Page 7: Dominasi Asing Di Pasar Modal Dalam Perekonomian Indonesia

melalui pemodal saham domistik masih sulit di lakukan karna jumlah pemodal lokal yang

relatif kecil (4) edukasi mengenai pasar modal masih terbatas terutama mengenai berbagai

resiko investasi (5) investasi non deposito masih dianggap ’substitusi’ belum merupakan

’pelengkap’ dari investasi portofolio, dan (6) investasi asing menjadi ’tuan rumah’ di pasar

modal Indonesia. Menurutnya, setidaknya ada empat jenis tantangan yang harus dihadapi

Pemerintah Indonesia. Pertama, tingginya volatilitas yang ditandai dengan meningkatkan

peran hedge funds dan meningkatkan risiko dalam pasar keuangan yang semakin terintegrasi

secara global. Hal yang harus menjadi fokus perhatian adalah diperlukan monitoring yang

terintegrasi dengan otoritas perbankan atas financial exposures dari intermediari. Kedua,

masalah distribusi produk, terutama untuk me-ritel-kan produk-produk keuangan yang rumit.

Fokus perhatian dapat diarahkan dalam hal edukasi pemodal ritel atas berbagai risiko

investasi dan memastikan best selling practices yang dilakukan intermediari. Ketiga, tata

kelola perusahaan dari perusahan terbuka untuk menjamin perlindungan pemegang saham

minoritas dan keterbukaan yang memadai dan relevan. Fokus perhatian ditujukan kepada

peningkatan disiplin pasar dan kualitas keterbukaan, dan peningkatan standarisasi dari

penjamin emisi IPO dan analis saham. Keempat, struktur peraturan dimana saat ini

perusahaan keuangan konglomerasi beroperasi dengan berbagai macam kebijakan dan

transaksi serta kegiatan operasional antar negara. Yang menjadi fokus perhatian dalam hal ini

adalah meningkatkan MoU untuk berbagi informasi antar pengambil kebijakan dan aktif

dalam menetapkan standar Internasiona.

II Peraturan Kepemilikan Asing Di Pasar Modal Indonesia

Keputusan Mentri Keuangan Nomor 1055\KMK.013\1989 tentang Pembelian Saham oleh

Pemodal Asing Melalui Pasar Modal, tertanggal 16 september 1989 menandai awal di

perbolehkannya pemodal asing untuk berpartisipasi di pasar modal Indonesia melalui

kepemilikan saham emiten Indonesia pemodal asing didefinisikan dalam peraturan ini

sebagai perorangan Warga Negara Asing, Badan Hukum Asing dan Pemerintah Asing serta

bagian bagiannya. Dalam KMK tersebut dikatakan bahwa pemodal asing dapat membeli

saham maksimal 49% ( Empat Puluh Sembilan perseratua) maupun 49% (empat puluh

Sembilan perseratus) saham yang tercatat di bursa efek dan bursa paralel, kecuali untuk

saham yang diemisikan oleh bank swasta.

Selain itu, batasan kepemilikan saham oleh pemodal asing tersebut diatas juga

dilakukan melalui perorangan dan badan hokum Indonesia yang bertindak untuk kepentingan

pemodal asing dalam pembelian saham melebihi 49% dari saham yang diemisi, maupun

Page 8: Dominasi Asing Di Pasar Modal Dalam Perekonomian Indonesia

yang tercatat, di pasar perdana, bursa efek maupun bursa paralel. Perantara pedagang efek

dan pedagang efek yang terdaftar sebagai anggota bursa juga dilarang bertindak sebagai

kuasa bagi pemodal asing dalam melakukan pembelian saham yang melanggar ketentuan

batasan kepemilikan asing tersebut.

Pada tanggal 4 September 1997, KMK Nomor 1055/KMK.013/1989 tersebut

akhirnya dicabut dengan dikeluarkannya KMK Nomor 455/KMK.01/1997 tentang Pembelian

Saham oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal. Hal ini menandai era baru liberalisasi total

(dalam arti tidak adanya batasan) pembelian saham oleh pemodal asing melalui pasar modal

dan bursa efek. Pertimbangan yang digunakan ketentuan pencabutan tersebut adalah

berlakunya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan petunjuk

Presiden RI dalam Sidang Kabinet Terbatas bidang Ekonomi, Keuangan, Pengawasan

Pembangunan dan Produksi serta Distribusi (Ekku wasbang dan prodisi ) tanggal 3 september

1997

Berkaitan dengan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 tentang

Penanaman Modal, dalam peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 111 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun

2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan

Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, merinci lebih lanjut tentang batasan kepemilikan

modal asing untuk lembaga keuangan bukan bank tersebut bagian C tentang kepemilikan

Modal dalam Daftar Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan Khususnya untuk

bidang jasa sewa Guna Usaha (Leasing), pembiayaan Non-Leasing (Pembiayaan Anjak

Piutang, Pembiayaan Konsumen, Pembiayaan Kartu Kredit,dan Pembiayaan Non Leasing

Lainnya) Modal Pentura Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan Asuransi Jiwa,

Perusahaan Reasuransi, Perusahaan Pialang Reasuransi, Perusahaan Nilai Kerugian Asuransi,

Perusahaan Konsultan Aktuaria dan Perusahaan Area Asuransi.

Hubungan antara Keputusan Mentri Nomor 455\KMK.01\1997 tentang pembelian

saham oleh Pemodal Asing melalui Pasar Modal dengan Undang undang Nomor 29 tahun

2007 tentang penanaman modal, khususnya peraturan pelaksanaannya yaitu peraturan

Presiden Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Yang Terbuka

Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, saat ini saat masih dalam pengkajian

pihak pihak terkait antara lain, Bapepam-LK, Badan Koordinasi Penanamam Modal dan

Departemen teknis terkait. Hal ini terlihat dari kasus Qatar Telecom (Qtel) yang sedang

dikaji apakah boleh menguasai saham PT Indosat Tbk lebih dari 49% (untuk

penyelenggaraan telecomtetap) atau 65% (untuk pemegang lisensi seluler) sebagaimana

Page 9: Dominasi Asing Di Pasar Modal Dalam Perekonomian Indonesia

ketentuan Bagian C tentang kepemilikan Modal dalam Daftar Bidang Bidang Usaha yang

Terbuka Dengan Persyaratan khususnya tentang Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi

dalam Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 dimaksud memperhatikan bahwa

ketentuan di pasar modal membolehkan pihak asing membeli 100% saham perusahaan.

III Peraturan Pencatatan dan Keterbukaan Kepemilikan Efek Pasar Modal

Indonesia.

Potret kepemilikan efek, terutama saham,di pasar modal Indonesia merupakan hal penting

sangat untuk diketahui oleh semua pihak terutama oleh otoritas pasar modal.dokumen

terutama yang dapat dijadikan dasar indentifikasi kepemilikan saham adalah Daftar

Pemegang Saham (DPS) dan Daftar Khusus (DK) sesuai dengan pasal 50 Undang undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan mengadakan dan penyimpanan DPS yang memuat

keterangan mengenai pemegang saham dan DK yang memuat keterangan mengenai saham

dan DK yang memuat keterangan mengenai kepemilikan saham anggota Direksai dan

Komisaris berserta keluarganya

Dalam peraturan perundang undangan dipasar modal. Dokumen DPS dan DK tersebut

dan termasuk yang wajib diadministrasikan. disimpan dan dipelihara oleh BAE dan emiten

yang menyelenggarakan administrasi efek sendiri sebagaimana dinyatakan dalam peraturan

Bapepam-LK Nomor X.H.2 tentang pemeliharan Dokumen oleh Biro Administrasi Efek dan

Emiten Yang menyelenggarakan Administrasi Efek Sendiri.Namun demikian, rincian nama

pemegang saham dalam DPS dan DK tidak termasuk dalam laporan yang wajib disampaikan

BAE dan Emiten yang menyelenggarakan Administrasi Efek Sendiri.

Laporan pencatatan dan keterbukaan kepemilikan efek di pasar modal Indonesia yang wajib

di sampaikan sesuai peraturan Bapepam-LK Nomor X,H.1 tersebut adalah :

1. Registrasi kepemilikan 5% ( lima perserutus) atau lebih saham dan setiap perubahan

kepemilikan saham emiten dan perusahaan publik. dimana kepemilikan dan

perubahannya tersebut dikatagorikan sebagai peristiwa penting yang wajib dilaporkan

kepada Bapepam – LK paling lambat dalam jangka waktu 10 hari kerja setelah

registrasi. Laporan ini disusun berdasarkan Formulir Nomor X.H.1-2 yang memuat

antara lain tentang nama, alamat, negate, status kewarganegaraan serta jumlah

kepemilikan;

2. Daftar komposisi pemilik surat efek dimana mana daftar tersebut disusun dengan

menggunakan Formulir Nomor X.H.1-3 yang meringkas daftar kompisisi pemilik efek

Page 10: Dominasi Asing Di Pasar Modal Dalam Perekonomian Indonesia

berdasarkan status pemilik memisahkan kepemilikan dalam standar satuan

perdagangandan yang bukan satuan perdagangan;

3. Laporan bulanan kepemilikan saham atau perusahaan publik dan rekapitulasi yang

telah dilaporkan yang disusun berdasarkan pemegang saham dan presentase

kepemilikan sahamdan kepemilikan di bawah 5% (lima per seratus) dari keseluruhan

saham yang disetor.

VI Peraturan Pencatatan dan Keterbukaan Kepemilikan Efek Di Negara Lain

Simons dan Simons, sebuah kantor hukum internasional, bersama sama

dengan Internasional Investor Relation Federation, melakukan hasil survey tentang

ketentuan ketentuan keterbukaan kepemilikan saham di beberapa negara pada tahun

2004 dan mempublikasikan hasilnya dalam laporan yang berjudul “Disclosure Of

Share Ownership in listed Companeis : an international legal survey”. Negara

Negara yang disurvey adalah Austalia, Austria, Belgia, Brazil, Bulgaria, Kanada,

Denmark, Finlandia, Prancis. Jerman, Yunani. Italia, Jepang, Korea, Belanda,

SElandia Baru, Norwegia Baru, Singapura, Spanyol, Swedia, Swiss, Inggris dan

Amerika Serikat.

Hal hal yang menjadi topik survey dan berikutnya hasilnya adalah sebagai berikut:

1. Keterbukaan atas kepemilikan mayoritas

Hampir di sebuah negara, kecuali di rusia, terdapat kewajiban formal bagi setiap

pemegang saham mayoritas untuk melaporkan kepemilikan ke perusahaan itu sendiri,

bursaefek tempat perusahaan mencatatan sahamdan otoritas pasar modal. Batasan

kepemilikan mayoritas berbeda beda untuk tiap negara, namun umumnya menetapkan

batasan 5%. Kewajiban pelaporan juga berlaku bagi setiap perubahaan kepemilikan

mayoritasnya tersebut.

2. Batasan kepemilikan saham yang mempunyai hak suara

sehubungan dengan banyaknya saham yang dicatat atas nama nominee atau nama

orang lain namun tidak berwenang dalam menggunakan hak suara dalam RUPS, maka

pihak otoritas pasar modal perlu menentukan batasan pemilik saham ‘sesungguhnya’

yang mempunyai kendali atas hak suara yang melekat atas kepemilikan saham

tersebut. Aturan dasar yang berlaku adalah hanya menghitung saham yang memiliki

Page 11: Dominasi Asing Di Pasar Modal Dalam Perekonomian Indonesia

hak suara yang tidak hanya mengidentifikasi pemilik legal ( yang tercatat dalam DPS)

namum juga pemegang kendali atas hak suara tersebut.

3. Prosedur pelaporan

Prosedur pemberitahuan dan batasan waktu pemberitahuan atas kepemilikan saham

berbada beda di tiap negara. Di beberapa Negara ada yang mempunyai formulir

khusus yang harus di isi dan di laporkan oleh pemegang saham mayoritas, namun ada

juga Negara yang masyarakat pemegang saham tersebut untuk mengumumkan

kepemilikan disurat kabar.

4. Penyidikan dan penegakan hukum

Dinegara negara persemakmuran, setiap perusahaan mempunyai wewenang untuk

meminta informasi serta melakukan penyidikan tentang siapa sebenarnya pemegang

kendali atas hak suara dalam kepemilikan saham perusahaannya. sementara itu, di

Negara Negara eropa, wewenang tersebut sudah di limpahkan kepada otoritas pasr

modal di masing masing Negara.

5. Infastruktur pencatatan kepemilikan

Di kebanyakan Negara kepemilikan saham dicatat dalam DPS perusahaan. Namum

demikian, di filandia, Norwegia, dan Swedia pencatatan kepemilikan saham dilakukan

oleh suatu badan khusus (central depositories). Di Filandia khususnya, pemodal lokal

harus memberikan informasi detail tentang kepemilikan akhir atas sahamnya,

sedangkan bagi pemodal asing dapat menggunakan nama kustodian nominee. Hal ini

dapat membuat informasi tentang kepemilikan asing menjadi lebih dekat di

bandingkan dengan kepemilikan lokal.

5. Analisis Pembahasan

INTEGRASI PASAR MODAL INDONESIA DENGAN GLOBAL

Integrasi pasar modal Indonesia dengan global semakin nyata. Krisis Asia yang

melanda pada pertengahan 1997 yang di dahului oleh kejatuhan nilai tukar dan pasar modal,

menunjukan bahwa pasar modal ASEAN saling tergantungan. Secara empiris hal ini

menunjukan adanya hubungan dinamika jangka pendek dan panjang dengan Amerika,

Jepang, dan sepuluh Negara Asia. Pasar modal Amerika dan Jepang memberikan pengaruh

yang dominan terhadap Asia. Hal ini di perkuat oleh Majid et al.(2008) yang menyatakan

bahwa integrasi negara-negara ASEAN semakin kuat dengan Amerika dan Jepang pasca

krisis. Integrasi pasar modal Asia pasca krisis semakin terlihat nyata. Majid et al. (2007)

dengan metode cointegration test menunjukan bahwa pasar modal 5 negara ASEAN setelah

Page 12: Dominasi Asing Di Pasar Modal Dalam Perekonomian Indonesia

krisis semakin terintegrasi dalam jangka panjang. Namun tidak dapat di pungkiri bahwa pasar

modal ASEAN masih cukup tersegmentasi atau belum semuanya terintegrasi.

Artikel ini mencoba untuk memperluas kajian integrasi pasar Indonesia pasca krisis

subrime dengan pendekatan voltility spilover effects. Integrasi pasar modal dengan pasar

modal negara lain da[at di lihat dari spillover effect yang ketika ada shocks yang melanda

satu pasar dan berdampak pada pasar lainnya. Untuk mengukur integrasi pasar modal

Indonesia dengan negra utama lainnya, studi ini menggunakan model EGARH(1,1) dari

(Nelson 1991 ; Engle and Ng 1993). Model ini adalah eksistenis dari model GARCH(1,1)

oleh Bollerslev (1986) yang memiliki kelemahan dalam menghitung perbedaan dampak

negative dan positive atau negative news terhadap conditional volatility atau resiko. Positive

news terjadi ketika return saham positive atau meningkat dan sebaliknya bagi negative news.

Untuk melihat sejauh mana integrasi pasar modal Indonesia dengan pasar modal

global dan regional, digunakan model EGARCH (1,1). Model tersebut bertujuan untuk

mengukur sejauh mana shocks di beberapa negara mitra utama mempengaruhi pergerakan

indeks pasar modal domestik. Oleh karena itu, negara yang di asumsikan mempengaruhi

pasar modal domesyik adalah Singapura, Cina, Jepang, dan Amerika Serikat. Hasil tersebut

menunjukan bahwa pengaruh dari bursa di negara Jepang, Singapura, dan China secara

signifikan mempengaruhi pergerakan return di IHSG (JKSE). Sebaliknya, indeks S&P tidak

signifikan mempengaruhi JKSE. Hal ini mengindikasikan bahwa integritas pasar modal

Indonesia lebih besar pada negara-negara di Asia dibandingkan dengan Amerika.hasil ini

sejalan dengan studi yang ada yang menunjukan bahwa pasar modal di Asia saling terikat

sehingga integritas pasar semakin signifikan dan itens.

Return IHSG secara signifikan di pengaruhi oleh return dari pasar modal Jepang,

China, dan Singapura dibandingkan dengan return dari pergerakan indeks S&P. Pergerakan

pasar modal di Asia direspon dengan arah bersamaan oleh pasar modal Indonesia seperti

yang ditunjukan oleh koefisien prameter yang positive. Pergerakan return di pasar modal

Singapura memberikan dampak yang paling besar bagi Indonesia, dimana

kenaikan/penurunan return di Singapura akan mengakibatkan kenaikan/penurunan sebesar

0,4 unit. Berikutnya pergerakan return yang paling besar di respon oleh IHSG adalah Jepang

dan China masing-masing 0,16 dan 0,05 unit. Koefisien a menunjukan tingkat signifikan 5%

dan negatif, menujukan bahwa terdapat asymmetric riskantara positive and negative news,

dimana news negative membawa dampak 0,125 point lebih besar dibandingkan positive news

pada magnitude yang sama. Lebih lanjut, hal ini juga mengindikasikan terjadinya volatility

clustering, yaitu terdapat kecendrungan pengelompokan resiko dimana ketika return

Page 13: Dominasi Asing Di Pasar Modal Dalam Perekonomian Indonesia

mengalami penurunan akan diikuti oleh penurunan berikutnya sampai periode tertentu dan

sebaliknya ketika terjadi peningkatan return.

DAMPAK PEMILIKAN MODAL ASING TERHADAP PERGERAKAN SAHAM

Studi ini mencoba untuk melihat pengaruh pemilikan modal asing dalam pergerakan

harga saham di pasar modal Indonesia, menggunakan model OLS>

Secara umum, pergerakan harga saham di pengaruhi oleh faktor fundamental, yaitu

perekonomian makro dan efek industri. Faktor fundamental makro seperti tingkat

pertumbuhan ekonomi, suku bangsa, dan pergerakan nilai tukar. Variable-variable tersebut

mempengaruhi ekspektansi pasar terhadap return. Pasar secara umum akan mendevinisikan

investasinya untuk mendapatkan return yang optimal.faktor fundamental lainnya adalah efek

pasar yang dicerminkan oleh kondisi industri dan perusahaan tersebut. Misalnya kondisi psar

modal domestik terutama history return, kinerja emiten, atau keputusan kebijakan perusahaan

emiten. Faktor eksternal lainnya adalah sentimen pasar yang dalam perakteknya banyak

mempengaruhi keputusan investor.

Selain faktor diatas, sejalan dengan bartment et al. (2008) faktor kepemilikan

dianggap menjadi faktor yang juga penting selain fundamental yang dianggap mempengaruhi

pergerakan indeks harga saham. Studi ini mengfokuskan pada pergerakan volatilitas sebagai

faktor yang menerangkan kinerja pasar modal. Variable ini di gunakan karena lebih

menunjukan tingkat resiko yang terdapat pada pasar modal Indonesia dari pada pergerakan

harga saham semata, Model yang di gunakan ini adalah model: dimana LVPi , t adalah

Volatilitas dari indeks harga saham gabungan, sedangkan RET i ,t adalah return dari indeks

harga saham gabungan. Variable FOi ,t menunjukan volume transaksi asding di BEI, LERi ,t

adalah nilai tukar, LIR i ,t adalah tingkat suku bunga, dan LIN i , t adalah tingkat inflasi. Ketiga

variable tersebut di konveksikan ke dalam logaritma. Hasil estimasi dapat dilihat sebagai

berikut:

LVP = 25,028 + 1,986 RET ¿∗¿¿ - 0,012 FO¿∗¿¿ - 3,9 LER¿∗¿ ¿ - 2,5 LIR¿∗¿¿ + 0,012 LIN¿∗¿¿

Dari hasil estimasi terlihat bahwa seluruh variable secara parsial signifikan

mempengaruhi volatilitas indeks harga saham pada tingkat kepercayaan 5%. Seluruh variable

secara simulat mempengaruhi volatilitas indeks ISHG sebesar 88% (R2=0,885). Selain itu,

seluruh variable secara simulat juga signifikan mempengaruhi gejolak di pasar modal, seperti

yang di tunjukan dari signifikan F-test sebesar 75,429 atau pada tingkatan signifikan 1%.

Page 14: Dominasi Asing Di Pasar Modal Dalam Perekonomian Indonesia

Tingkat suku bunga memberikan pengaruh negative bagi volatilitas harga saham.

Kenaikan suku bunga sebesar satu point akan menurunkan volatilitas sebesar 2,55 poin. Hal

ini terjadi karena sejalan dengan meningkatnya suku bunga, maka return yang dibutuhkan

semakin besar mengakibatkan permintaan akan saham menurun dan menurunkan harga serta

resiko di pasar modal. Selain itu, mengingat bahwa perbankan dan pasar modal merupakan

subtitusi sumber pembiayaan, maka kenaikan suku bunga akan mendorong investor

mengalihkan investasinya ke perbankan dengan mengharapkan return yang lebih tinggi

sehingga mengakibatkan harga saham menurun.

Kepemilikan asing yang di representasikan dalam variable volume transaksi asing

bulanan (FO) menunjukan bahwa sejalan dengan meningkatnya transaksi asing justru

menurunkan volatilitas harga di BEI. Artinya, transaksi asing justru bersifat menurunkan

resiko di pasar modal. Sejalan meningkatnya transaksi asing satu point, maka tingkat resiko

menurun sebesar 0,012 poin. Hasil ini sejalan dengan studi Wang (2007) yang menunjukan

adanya dampak yang menenangkan dari transaksi asing pada volatilitas pasar modal. Hal ini

menunjukan bahwa terdapat mekanisme ekonomi yang berada di Indonesia yang mungkin di

sebabkan oleh miningkatnya risk sharing dengan return yang lebih tinggi, proses signaling

yang positive, meningkatnya kepercayaan investor yang disertai dengan dampak positive dari

penerapan good govermence, keterbukaan informasi, dan tingkat laba oprasional (Wang,

2007). Meskipun berdampak positive bagi volatilitas pasar modal, namun derasnya aliran

asing yang masuk tetap perlu diwaspadai karena sebagian besar diinvestasikan pada pasar

ekuitas jangka pendek yng sangat rentang terhadap gejolak baik domestik maupun global.

Artinya, sangat mudah bagi pemodal asing untuk menarik dana pemodal asing secara tiba-

tiba sehingga membahayakan likuiditas dalam negeri. Upaya untuk menstabilkan pasar modal

dapat dilakukan dengan meningkatkan pengawasan dan pengawalan capital inflow oleh

pemerintah agar investasi lebih diarahkan pada investasi sektor riil dan jangka panjang

dengan ditunjukan oleh kebijakan moneter yang kondusif.

6. KESIMPULAN

Studi ini diharapkan dapat memperkaya khasanah literature yang menjawab tentang

perdebatan dampak dominasi asing di pasar modal yang ditunjukan oleh semakin

meningkatnya porsi kepemilikan asing. Meningkatnya dominasi asing ini di khawatirkan

akan berdampak negative karna di tengarai sebagai hot money. Sejalan dengan meningkatnya

integrasi pasar modal domestic dengan global, maka tingkat ketergantungan pun juga akan

semakin tinggi sehingga gejolak tertentu akan mempengaruhi keputusan investor dan

Page 15: Dominasi Asing Di Pasar Modal Dalam Perekonomian Indonesia

mengakibatkan capital outflow dengan cepat. Hal ini akan membahayakan perekonomian

karena mempengaruhi likuiditas domestic.

Studi ini menunjukan bahwa ketergantunggan pasar modal Indonesia lebih besar ke

pasar modal regional Asia. Ketergantunggan ini semakin meningakat pasca krisis Asia

bahkan hingga krisis financial terakhir. Implikasinya adalah semakin miningkatnya

keterbukanaan terhadap investasi asing untuk mengoptimalkan investasi portofolio ke

Negara-negara yang dianggap memberikan hasil yang tinggi termasuk Indonesia. Analisis

lanjutan menunjukkan bahwa sejalan dengan meningkatnya kepemilikan asing, yang di

proksikan dari meningkatnya transaksi asing di pasar bursa Indonesia (BEI), volatilitas pasar

relative menurun sehingga tinggkat resiko dapat di tekan. Akan tetapi, hal ini perlu tetap

diawasi mengingat investasi pasal modal di dominasi oleh hot money yang sangat mudah

untuk di tarik secara mendadak.hal ini dapat di kawal dengan regulasi atau peraturan yang

mendukungnya.