bab ii tinjauan umum tentang pengawasan higiene sanitasi 2 ... ii.pdf · 18 bab ii tinjauan umum...
TRANSCRIPT
18
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PENGAWASAN HIGIENE SANITASI
MAKANAN DAN MINUMAN DAN PENGERTIAN RESTORAN HOTEL
2.1 Pengawasan
2.2.1 Pengertian Pengawasan
Pengawasan secara umum merupakan serangkaian kegiatan yang diawali
pengamatan kasat mata, pengujian, penelitian dan survey terhadap barang atau jasa
yang beredar di pasar, guna memastikan kesesuaian barang dan atau jasa dalam
memenuhi standar mutu produksi barang dan atau jasa, pencantuman label, klausula
baku, cara menjual, pengiklanan, serta pelayanan purna jual barang dan atau jasa.
Pengawasan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pengawasan berkala dan pengawasan
khusus. Pengawasan berkala adalah pengawasan barang dan/atau jasa yang
diberlakukan dalam waktu tertentu dan dilaksanakan secara terprogram. Sementara
itu pengawasan khusus adalah pengawasan yang dilakukan sewaktu-waktu
berdasarkan pada laporan pengaduan konsumen dan/atau Lembaga Perlindungan
Konsumen Swadya Masyarakat (LPKSM). Pengawasan khusus merupakan tindak
lanjut dari hasil pengawasan berkala yang memerlukan penanganan secara cepat atau
adanya indikasi tindak pidana di bidang perlindungan konsumen.14
Pada dasarnya pengawasan merupakan suatu upaya untuk menghindari
adanya penyimpangan atas tujuan dari sesuatu yang sudah direncanakan. Dengan
14
ibid, h.74
19
adanya pengawasan dapat membantu melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah
ditetapkan untuk mecapai tujuan yang sudah direncanakan. Pengawasan di dalam
pemerintahan memiliki beberapa bentuk, yaitu :
a. Pengawasan Preventif dan Represif
Pengawasan Preventif berkaitan dengan pengesahan Peraturan Daerah atau
Keputusan Kepala Daerah tertentu. Semua Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala
Daerah memerlukan pengesahan. Selama pengesahan belum diperoleh, Peraturan
Daerah atau Keputusan Kepala Daerah yang bersangkutan belum berlaku dan
pengawasan ini dilakukan melalui sebelum pekerjaan dimulai. Contohnya
pengawasan terhadap rencana kerja dan rencana anggaran. Sedangkan pengawasan
represif dapat berbentuk penangguhan berlaku atau pembatalan. Suatu Peraturan
Daerah atau Keputusan Kepala Daerah yang sudah berlaku dan mempunyai kekuatan
mengikat dapat ditangguhkan atau dibatalkan, karena bertentangan dengan
kepentingan umum atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatnya.
Pengawasan ini dilakukan melalui pemeriksaan terhadap pelaksanaan ditempat dan
meminta laporan pelaksanaan.
b. Pengawasan Intern dan Pengawasan Ekstern
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dalam suatu
organisasi itu sendiri. Pada dasarnya pengawasan harus dilakukan oleh pimpinan dari
suatu organisasi tersebut. Sedangkan pengawasan ekstern adalah pengawasan yang
20
dilakukan oleh aparat dari luar organisasi. Misalnya pengawasan oleh BPK (Badan
Pemeriksa Keuangan).
c. Pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung
Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan secara pribadi oleh
pengawas dengan mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek sendiri langsung di
tempat yang akan diawasi. Sedangkan pengawasan tidak langsung adalah
pengawasan yang hanya mempelajari hasil dari laporan-laporan yang diterima dari
pelaksanaan pengawasan baik secara lisan maupun secara tertulis.
Kegiatan pengawasan makanan dan minuman yang dilaksanakan di Kabupaten
Badung berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Badung
No. 42 tahun 2014 tanggal 20 Januari 2014 tentang pembentukan Tim Pengawas dan
Pengendalian Makanan dan Kesehatan Makanan Hasil Produksi Rumah Tangga (RT)
di Kabupaten Badung adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan Inventerisasi, Pembinaan, Pengawasan, dan Penyuluhan terhadap
tempat Pengelolaan Makanan dan Minuman (TPM) seperti : restoran/rumah
makan, pedagang keliling, pedagang kaki lima, warung makan, jasaboga dan
sejenisnya guna mewujudkan TPM yang memenuhi syarat kesehatan.
2. Melaksanakan pemeriksaan sehat Hotel, restoran dan penilaian tingkat
mutu/intensifikasi (Graiding) terhadap restoran/rumah makan sesuai dengan
KEPMENKES tentang persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran
21
3. Melaksanakan kegiatan lintas program dalam pembinaan Industri Rumah
Tangga.15
2.2 Fungsi Pengawasan
Di Pemerintahan fungsi pengawasan seharusnya memberikan suatu tujuan
tercapainya pemerintahan yang baik dan berjalan sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai. Pemerintah yang dimaksud adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Badung
didalam mengawasi makanan dan minuman di restoran hotel. Mekanisme pengaturan
fungsi secara intern dilakukan oleh pemerintah daerah yang diatur didalam pasal 218
ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang
berbunyi :
(1) Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh
pemerintah yang meliputi :
a. Pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah
b. Pengawasan terhadap Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh
aparat pengawas intern pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan.
Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan dan untuk mencapai tujuan dari
pemerintah yang telah direncanakan maka perlu ada pengawasan, karena dengan
pengawasan tersebut, maka tujuan yang akan dicapai dapat dilihat dengan
15
Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Badung, 2014, Laporan Hasil
Kegiatan Program Penyehatan Lingkungan, Badung, h.5
22
berpedoman pada rencana yang telah ditetapkan terlebih dahulu oleh pemerintah.
Dengan demikian pengawasan itu sangat penting dalam melaksanakan pekerjaan dan
tugas pemerintahan. Pengawasan diadakan dengan maksud :16
a. Mengawasi berjalannya suatu kegiatan;
b. Memperbaiki kesalahan-kesalahan dan mengadakan pencegahan agar tidak
terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan yang
baru;
c. Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program seperti yang telah
ditentukan.
Pokok tujuan pengawasan dapat dikatakan untuk membandingkan antara
pelaksanaan dan rencana serta instruksi yang telah dibuat untuk mengetahui ada
tidaknya kesulitan, kelemahan, atau kegagalan serta efisiensi dan efektivitas kerja dan
untuk mencari jalan keluar apabila ada kesulitan, kelemahan dan kegagalan atau
dengan kata lain disebut tindakan korektif.
Dinas Kesehatan Kabupaten Badung dalam mengawasi Makanan dan
Minuman memiliki maksud dan tujuan agar :
1. Mengetahui tingkat pencapaian pelaksanaan program baik secara kuantitas
maupun kualitas;
16 M. Hamam, “Sistem Pengawasan Terhadap Penyelenggaraan Pemerintah Daerah”, URL
: www.sistem-pengawasan-terhadap.html, diakses tanggal 21 September 2015
23
2. Mengidentifikasi permasalahan dan kendala dalam pelaksanaan program
kesehatan lingkungan;
3. Mengidentifikasi potensi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang akan
dihadapi pada masa-masa mendatang dalam pelaksanaan program;
4. Mengidentifikasi strategi pemecahan masalah berdasarkan potensi yang ada di
lingkungan Dinas Kesehatan maupun dengan memanfaatkan potensi lintasi
sektor.17
2.2. Higiene Sanitasi makanan dan minuman
2.2.1. Pengertian Higiene Sanitasi makanan dan minuman
Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang tidak dapat ditinggalkan
dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa makan dan minum yang cukup jumlah dan
mutunya, manusia tidak akan produktif dalam melakukan aktivitasnya. Masalah
pangan menyangkut pula keamanan, keselamatan, dan kesehatan baik jasmani
maupun rohani.18
Keamanan pangan merupakan salah satu faktor penting yang harus
diperhatikan dalam konsumsi sehari-hari. Dengan demikian, sesungguhnya pangan
selain harus tersedia dalam jumlah yang cukup, harga yang terjangkau, juga harus
memenuhi persyaratan lain, yaitu sehat, aman, dan halal. Jadi, sebelum pangan
tersebut didistribusikan harus memenuhi persyaratan kualitas, penampilan dan cita
rasa. Pangan tersebut harus benar-benar aman untuk dikonsumsi, artinya pangan tidak
17
Seksi penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Badung, op.cit, h.1 18
Celina Tri Siwi Kristiyanti, op.cit, h.169
24
boleh mengandung bahan berbahaya seperti cemaran pestisida, logam berat, mikroba
pantogen ataupun tercemar oleh bahan-bahan yang dapat mengganggu kepercayaan
ataupun keyakinan masyarakat misalnya tercemar bahan berbahaya.
Salah satu persyaratan pengolahan makanan yang baik dan benar adalah
mengelola makanan berdasarkan kaidah-kaidah dari prinsip higiene dan sanitasi
makanan. Prinsip prinsip higiene sanitasi makanan dan minuman adalah teori praktis
tentang pengetahuan, sikap dan perilaku manusia dalam mentaati asas kesehatan, asas
kebersihan, dan asas keamanan dalam menangani makanan. Proses pengolahan
makanan berjalan melalui beberapa tahapan pengolahan mulai dari penerimaan bahan
mentah, pencucian, peracikan, pemasakan, sampai menjadi makanan yang siap
santap. Dengan pengolahan makanan yang baik dan benar akan menghasilkan
makanan yang bersih, sehat, aman, bermanfaat serta tahan lama.19
Higiene adalah
upaya kesehatan dengan cara seperti memelihara dan melindungi kebersihan tangan,
mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan
yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan. Sanitasi adalah
upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari
subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci tangan,
menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar tidak dibuang
sembarangan. Higiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain
karena erat kaitannya. Misalnya higiene sudah baik karena mau mencuci tangan,
19
Direktorat penyehatan lingkungan, 2012, Kumpulan Modul Kursus Higiene Sanitasi
Makanan dan Minuman, Jakarta, h.99
25
tetapi sanitasinya tidak mendukung karena tidak cukup tersedia air bersih, maka
mencuci tangan tidak sempurna. Jadi higiene sanitasi makanan adalah upaya untuk
mengendalikan faktor tempat, peralatan, orang dan makanan yang dapat atau
mungkin dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau keracunan makanan. Untuk
mengetahui apakah faktor tersebut dapat atau mungkin dapat menimbulkan gangguan
kesehatan perlu diakukan analisis.
Adapun aspek pokok dari higiene sanitasi makanan dan minuman yang
mempengaruhi terhadap keamanan Makanan dan Minuman yaitu :
1. Kontaminasi
Kontaminasi atau pencemaran adalah masuknya zat asing ke dalam makanan
yang tidak dikehendaki atau diinginkan.
2. Keracunan
Keracunan makanan adalah timbulnya gejala klinis suatu penyakit atau gangguan
kesehatan lainnya akibat mengkonsumsi makanan yang tidak higienis. Makanan
yang menjadi penyebab keracunan umumnya telah tercemar oleh unsur-unsur
fisika, mikroba, atau kimia dalam dosis yang membahayakan. Kondisi tersebut
dikarenakan pengelolaan makanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan
dan atau tidak memperhatikan kaidah-kaidah higiene dan sanitasi makanan.
3. Pembusukan
Pembusukan adalah proses perubahan komposisi (dekomposisi) makanan baik
sebagaian atau seluruhnya pada makanan, dari keadaan yang normal menjadi
keadaan yang tidak normal yang tidak dikehendaki sebagai akibat pematangan
26
alam (maturasi), pencemaran (kontaminasi), sengaja dipelihara (fermentation)
atau sebab lain.
4. Pemalsuan
Pemalsuan adalah upaya perubahan tampilan makanan dengan cara menambah
atau mengganti bahan makanan yang disengaja dengan tujuan meningkatkan
tampilan makanan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya yang
akibatnya akan berdampak kepada konsumen.20
2.2.2. Persyaratan Higiene Sanitasi makanan dan minuman
Berdasarkan KEPMENKES tentang Persyaratan Higiene Sanitasi, tempat
pengelolaan makanan (TPM) haruslah memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Lokasi
Lokasi TPM harus jauh dan terhindar dari pencemaran yang diakibatkan antara
lain oleh bahan pencemar banjir, udara (debu, asap, serbuk, bau) bahan padat
(sampah, serangga, tikus).
2. Kontruksi
Secara umum kontruksi dan rancangan bangunan harus aman dan memenuhi
peraturan perundang-undangan tentang Keselamatan dan Keamanan yang
berlaku, seperti memenuhi undang-undang dan sesuai dengan peruntukan
wilayahnya.
3. Halaman
20
ibid, h.100
27
Halaman TPM diberi papan nama perusahaan yang mencantumkan nomor
pendaftaran/laik higiene sanitasi makanan di tempat yang mudah dilihat.
4. Tata ruang
Pembagian ruang untuk jasaboga, restoran dan rumah makan minimal terdiri dari
dapur, gudang, ruang makan, toilet, ruang karyawan, dan ruang administrasi.
Setiap ruangan mempunyai batas dinding untuk memisahkan ruangan yang satu
dengan lainnya dan dihubungkan dengan pintu.
5. Lantai
Lantai dibuat sedemikian rupa sehingga selalu bersih, kering, tidak mudah rusak,
tidak mudah lembab, tidak ada retakan atau celah tidak licin dan tahan terhadap
pembersihan yang berulang-ulang. Dibuat miring kea rah tertentu dengan
kelandaian yang cukup (1-2%) sehingga tidak terjadi genangan air, serta mudah
untuk dibersihkan. Untuk itu bahannya harus kuat, rata, kedap air ada dipasang
dengan rapi.
6. Dinding
Permukaan dinding harus rata dan halus, bewarna terang dan tidak lembab dan
mudah dibersihkan. Untuk itu dibuat dari bahan yang kuat, kering, tidak
menyerap air, dipasang rata tanpa celah/retak.
7. Atap dan Langit-langit
Atap dan langit-langit berfungsi sebagai penahan jatuhnya debu dan kotoran lain,
sehingga tidak mengotori makanan yang sedang diolah. Atap tidak boleh bocor,
cukup landai dan tidak menjadi sarang serangga dan tikus.
28
8. Pintu dan Jendela
Pintu di ruangan memasak harus dapat ditutup sendiri dan membuka ke arah luar.
Jendela, pintu dan lubang ventilasi dimana makanan diolah harus dilengkapi
dengan kawat yang dapat dibuka dan dipasang.
9. Pencahayaan
Intensitas pencahayaan disetiap ruang kerja harus cukup terang untuk melakukan
pekerjaan.
10. Ventilasi/Penghawaan
Bangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus dilengkapi dengan
ventilasi yang dapat menjaga keadaan nyaman. Suhu nyaman berkisar antara
28oC-32
oC. sejauh mungkin ventilasi harus cukup untuk mencegah udara ruangan
tidak terlalu panas, mencegah terjadinya kondensasi (perubahan uap air atau
benda gas menjadi benda cair pada suhu udara di bawah titik embun) uap air atau
lemak pada lantai, dinding atau langit-langit, dan membuang bau, asap dan
pencemaran lain dari ruangan.
11. Ruangan Pengolahan Makanan
Luas ruangan dapur pengolahan makanan harus cukup untuk orang bekerja
dengan mudah dan efisien, mencegah kemungkinan kontaminasi makanan dan
memudahkan pembersihan. Ruang pengolahan makanan tidak boleh berhubungan
langsung dengan jamban, tempat buang air kecil dan kamar mandi harus dibatasi
dengan dinding atau ruangan antara.
29
12. Fasilitas Pencucian dan Peralatan Bahan Makanan
Terbuat dari bahan yang kuat, tidak berkarat dan mudah dibersihkan. Pencucian
peralatan harus menggunakan bahan pembersih/deterjen. Bak pencucian peralatan
sedikitnya terdiri dari 2 (dua) bak pencuci yaitu untuk merendam, dan membilas
13. Tempat Cuci Tangan
Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dengan tempat cuci peralatan maupun
antara bahan makanan yang dilengkapi dengan air kran, saluran pembuangan
tertutup, bak penampungan, sabun dan pengering.
14. Air Bersih
Air bersih harus tersedia dengan cukup untuk seluruh kegiatan pengelolaan
makanan. Kualitas air bersih harus memenuhi syarat Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor : 416/Menkes/Per/IX/1990. Air bersih secara fisik adalah jernih, tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan bebas kuman penyakit. Untuk air
biasanya harus direbus terlebih dahulu.
15. Jamban dan Peturasan
TPM harus mempunyai jamban dan peturasan yang memenuhi syarat kesehatan
serta memenuhi pedoman plumbing Indonesia. Plumbing adalah teknologi
pemipaan dan peralatan yang menyediakan penyediaan air bersih dan membuang
air bekas (kotor).
30
2.3 Pengertian Restoran Hotel
Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap makanan yang
disediakan di luar rumah, maka produk-produk makanan yang disediakan oleh
perusahaan atau perorangan yang bergerak dalam usaha penyediaan makanan untuk
kepentingan umum haruslah terjamin kesehatan dan keselamatannya. Hal ini hanya
dapat terwujud apabila ditunjang dengan keadaan higiene dan sanitasi Tempat
Pengelolaan Makanan (TPM) yang baik dipelihara secara bersama oleh pengusaha
dan masyarakat. TPM yang dimaksud meliputi rumah makan dan restoran. Sebagai
salah satu jenis tempat pelayanan umum yang mengolah dan menyediakan makanan
bagi masyarakat banyak, maka TPM memiliki potensi yang cukup besar untuk
menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit bahkan keracunan akibat dari
makanan yang dihasilkannya. Adapun faktor yang mempengaruhi kualitas Higiene
Sanitasi Makanan dan Minuman tersebut adalah faktor lokasi dan bagunan TPM.
Lokasi dan bangunan yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan memudahkan
terjadinya kontaminasi makanan oleh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus
dan parasite serta bahan-bahan yang dapat menimbulkan resiko terhadap kesehatan.
Berdasarkan KEPMENKES tentang persyaratan Higiene Sanitas Rumah
Makan dan Restoran, restoran hotel adalah salah satu jenis usaha pangan yang
bertempat di sebagian bangunan hotel yang dilengkapi dengan peralatan dan
perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan penjualan
makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya. Didalam ketentuan pasal 2
ayat (1) KEPMENKES tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan dan
31
Restoran, disebutkan bahwa setiap rumah makan dan restoran harus memiliki izin
usaha dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Selanjutnya dalam ketentuan KEPMENKES tentang persyaratan
Higiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran pasal 2 ayat (2) disebutkan bahwa
untuk memiliki izin usaha sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) rumah makan dan
restoran harus memiliki sertifikat laik higiene sanitasi rumah makan dan restoran
yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Adapun tata cara untuk
memperoleh sertifikat laik higiene sanitasi rumah makan dan restoran, diatur didalam
KEPMENKES tentang persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran
tertanggal 31 Juli 2003. Untuk memperoleh sertifikat laik higiene sanitasi rumah
makan dan restoran, pengusaha harus mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.