bab ii tinjauan umum tentang akhlak dan materi...

30
13 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI DAKWAH A. Pengertian dan Ruang Lingkup Akhlak Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan). 1 Secara etimologis, akhlaq (Bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata Khaliq (Pencipta), makhluq (yang diciptakan) dan khalq (penciptaan). 2 Kesamaan akar kata di atas mengisyaratkan bahwa dalam akhlaq tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak Khaliq (Tuhan) dengan perilaku makhluq (manusia). Atau dengan kata lain, tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya baru mengandung nilai akhlaq yang hakiki manakala tindakan. atau perilaku tersebut didasarkan kepada kehendak Khaliq (Tuhan). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlaq diartikan sebagai ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, 1 Abuddin Nata, 2002, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, hlm. 1 2 Yunahar Ilyas, 2004, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: LPPI, hlm. 1.

Upload: dangdung

Post on 06-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

13

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK

DAN MATERI DAKWAH

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Akhlak

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan

akhlak, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan), dan pendekatan

terminologik (peristilahan).1 Secara etimologis, akhlaq (Bahasa Arab) adalah

bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku

atau tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar

dengan kata Khaliq (Pencipta), makhluq (yang diciptakan) dan khalq

(penciptaan).2

Kesamaan akar kata di atas mengisyaratkan bahwa dalam akhlaq

tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak Khaliq (Tuhan)

dengan perilaku makhluq (manusia). Atau dengan kata lain, tata perilaku

seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya baru mengandung nilai

akhlaq yang hakiki manakala tindakan. atau perilaku tersebut didasarkan

kepada kehendak Khaliq (Tuhan).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlaq diartikan sebagai

ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,

1Abuddin Nata, 2002, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, hlm. 1 2Yunahar Ilyas, 2004, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: LPPI, hlm. 1.

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

kewajiban dan sebagainya.3 Istilah lain dari akhlaq, orang kadangkala

menyebut dengan istilah moral dan etika. Akhlak (akhlaq) ini merupakan

bentuk jamak dari kata khulq dalam bahasa Arab. la mempunyai akar kata

yang sama degan kata-kata Khaliq (Pencipta, yakni Tuhan) dan makhluq (yang

diciptakan, yakni segala sesuatu selain Tuhan), dari kata khalaqa

(menciptakan). Dengan demikian, kata khulq dan akhlaq selain mengacu

kepada konsep "penciptaan" atau "kejadian" manusia, juga mengacu kepada

konsep penciptaan "alam semesta" sebagai makhluq.4

Dari pengertian etimologis seperti ini, akhlak bukan saja merupakan

tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama

manusia, melainkan juga norma yang mengatur hubungan antara manusia

dengan Tuhan dan, bahkan, dengan alam semesta sekalipun. Karena itu, dalam

akhlak sudah tercakup etika lingkungan hidup sebagaimana yang tengah

digalakkan pertumbuhannya, guna menjaga keharmonisan sistem lingkungan

akibat proses pembangunan.5

Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan

antara kehendak Khalik dengan perilaku makhluk, manusia. Dengan kata lain,

dalam pengertian ini, tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan

lingkungannya baru mengandung nilai akhlak yang hakiki, manakala suatu

tindakan atau perilaku tersebut didasarkan kepada kehendak Khalik, Tuhan,

3Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Jakarta: Depdikbud, Balai Pustaka, hlm. 754 4Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, 1992, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta:

Djambatan, hlm. 98 5Ibid, hlm. 98

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

Dengan demikian, sesungguhnya akhlak telah mengatasi hukum

syariat yang lebih mengacu kepada norma perilaku lahiriah. Apa yang baik

menurut syariat belum tentu baik menurut akhlak. Sebaliknya, apa yang baik

menurut akhlak sering tidak terlihat oleh syariat. Misalnya, seseorang yang

secara lahiriah telah melakukan ibadat salat, tidak berarti ia sudah pasti orang

baik menurut akhlak. Dengan kata lain, akhlak lebih melihat motivasi suatu

tindakan, sedangkan syariat lebih melihat bentuk praktisnya. Karena

itu,menurut akhlak segala motivasi tindakan harus diacukan kepada Tuhan

(ikhlas).6

Wilayah akhlak Islam memiliki cakupan luas, sama luasnya dengan

perilaku dan sikap manusia. Nabi Muhammad saw. bahkan menempatkan

akhlak sebagai pokok kerasulannya. Melalui akal dan kalbunya, manusia

mampu memainkan perannya dalam menentukan baik dan buruknya tindakan

dan sikap yang ditampilkannya. Ajaran Islam secara keseluruhan mengandung

nilai akhlak yang luhur, mencakup akhlak terhadap Tuhan, diri sendiri, sesama

manusia, dan alam sekitar. Praktek pelaksanaan akhlak adalah berpedoman

kepada nash al-Qur'an dan al-hadis, perbuatan yang dianggap benar adalah

perbuatan-perbuatan yang berpijak pada kebenaran yang telah digariskan oleh

nash agama yang bersumber kepada wahyu.7

Dari pengertian etimologis seperti ini, akhlaq bukan saja merupakan

tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama

6Ibid 7Zuhairini, 2004, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, hlm. 52.

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan

Tuhan dan bahkan dengan alam semesta sekalipun.8

Secara terminologis (ishthilahan) ada beberapa definisi tentang akhlaq.

di antaranya;

1. Abdul Karim Zaidan, akhlaq adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang

tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang

dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memilih

melakukan atau meninggalkannya.9

2. Imam al-Ghazali: Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang

menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa

memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 10

3. Barmawi Umari, ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara

baik dan buruk, terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan

manusia lahir dan batin.11

4. Ahmad Amin, akhlak adalah kebiasaan kehendak. Berarti bahwa

kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut

akhlak.12

5. Asmaran, AS, akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir

yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir

8Ibid 9Abdul Karim Zaidan, 1984, Dasar-Dasar Ilmu Da'wah, alih bahasa, Asywadie

Syukur, Jakarta: Media Da'wah, hlm. 150 10Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, 1989, Ihya Ulum ad-Din, Beirut: Dar al-Fikr,

hlm. 58. 11Barmawie Umary, 1996, Materia Akhlak, Solo: Ramadhani, hlm. 1. 12Ahmad Amin, 1975, Etika (Ilmu Akhlak), Jakarta: Bulan Bintang, hlm. 62.

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia, perbuatan buruk,

disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.13

Kelima definisi yang dikutip di atas sepakat menyatakan bahwa akhlaq

atau khuluq itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia

akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan

pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan

dari luar.

Adapun yang dimaksud dengan sumber akhlaq adalah yang menjadi

ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan

ajaran Islam, sumber akhlaq adalah Al-Qur'an dan Sunnah, bukan akal pikiran

atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral. Dan

bukan pula karena baik atau buruk dengan sendirinya sebagaimana pandangan

Mu'tazilah.14

Dalam konsep akhlaq, segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk, terpuji

atau tercela, semata-mata karena Syara' (Al-Qur'an dan Sunnah) menilainya

demikian. Kenapa sifat sabar, syukur, pemaaf, pemurah dan jujur misalnya

dinilai baik? Tidak lain karena Syara' menilai semua sifat-sifat itu baik. Begitu

Juga sebaliknya, kenapa pemarah, tidak bersyukur, dendam, kikir dan dusta

misalnya dinilai buruk? Tidak lain karena Syara' menilainya demikian.

13Asmaran, AS, tt, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, hlm.

1. 14Menurut Mu'tazilah, baik dan buruk dalam amal perbuatan itu adalah dua zat

(dzatiyani), artinya baik dan buruk dengan sendirinya, bukan disebabkan oleh faktor di luar dirinya. Misalnya jujur itu dinilai baik karena memang baik dengan sendirinya. Begitu sebaliknya, dusta itu dinilai buruk karena memang buruk dengan sendirinya. Syara' hanya berfungsi melegalisir atau menguatkan. Lihat Yunahar Ilyas, op. cit, hlm. 4.

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

Apakah Islam menafikan peran hati nurani, akal dan pandangan

masyarakat dalam menentukan baik dan buruk? Atau dengan ungkapan lain

dapatkah ketiga hal tersebut dijadikan ukuran baik dan buruk? Hati nurani atau

fitrah dalam bahasa Al-Qur'an memang dapat menjadi ukuran baik dan buruk

karena manusia diciptakan oleh Allah SWT memiliki fitrah bertauhid,

mengakui ke-Esaan-Nya (QS. Ar-Rum 30; 30). Karena fitrah itulah manusia

cinta kepada kesucian dan selalu cenderung kepada kebenaran. Hati nuraninya

selalu mendambakan dan merindukan kebenaran, ingin mengikuti ajaran-

ajaran Tuhan, karena kebenaran itu tidak akan didapat kecuali dengan Allah

sebagai sumber kebenaran mutlak.15 Namun fitrah manusia tidak selalu

terjamin dapat berfungsi dengan baik karena pengaruh dari luar, misalnya

pengaruh pendidikan dan lingkungan. Fitrah hanyalah merupakan potensi

dasar yang perlu dipelihara dan dikembangkan. Betapa banyak manusia yang

fitrahnya tertutup sehingga hati nuraninya tidak dapat lagi melihat kebenaran.

Oleh sebab itu ukuran baik dan buruk tidak dapat diserahkan sepenuhnya

hanya kepada hati nurani atau fitrah manusia semata.

Ukuran baik dan buruk harus dikembalikan kepada penilaian Syara'.

Syara' tidak akan bertentangan dengan hati nurani manusia, karena syara dan

hati nurani berasal dari sumber yang sama yaitu Allah SWT. Demikian juga

halnya dengan akal pikiran. la hanyalah salah satu kekuatan yang dimiliki

manusia untuk mencari kebaikan atau keburukan. Dan keputusannya bermula

dari pengalaman empiris kemudian diolah menurut kemampuan

15Asmaran AS, op. cit, hlm, hlm. 40.

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

pengetahuannya. Oleh karena itu keputusan yang diberikan akal hanya bersifat

spekulatif dan subyektif.16

Demikianlah tentang hati nurani dan akal pikiran. Bagaimana dengan

pandangan masyarakat? Pandangan masyarakat juga bisa dijadikan salah satu

ukuran baik dan buruk, tetapi sangat relatif, tergantung sejauh mana kesucian

hati nurani masyarakat dan kebersihan pikiran mereka dapat terjaga.

Masyarakat yang hati nuraninya sudah tertutup dan akal pikiran mereka sudah

dikotori oleh sikap dan prilaku yang tidak terpuji tentu tidak bisa dijadikan

ukuran. Hanya kebiasaan masyarakat yang baiklah yang bisa dijadikan ukuran.

Dari uraian di atas jelaslah bagi kita bahwa ukuran yang pasti (tidak

spekulatif), obyektif, komprehensif dan universal untuk me- nentukan baik

dan buruk hanyalah Al-Qur'an dan Sunnah, bukan yang lain-lainnya.

Muhammad 'Abdullah Diraz dalam bukunya Dustur al-Akhlaq fi al-

Islam membagi ruang lingkup akhlaq kepada lima bagian:

1. Akhlaq Pribadi {al-akhlaq al-fardiyah}. Terdiri dari: (a) yang

diperintahkan (al-awamir), (b) yang dilarang (an-na-wahi), (c) yang

dibolehkan (al-mubahat) dan (d) akhlaq dalam keadaan darurat (al-

mukhalafah bial-idhthirar).

2. Akhlaq Berkeluarga (al-akhlaq al-usariyah}. Terdiri dari: (a) kewajiban

timbal balik orang tua dan anak (wajibat nahwa. al-ushul -wa al-furu’),

(b) kewajiban suami isteri (wajibat baina al-azwaj) dan (c) kewajiban

terhadap karib kerabat {wajibat naha al-aqaribh).

16Ibid, hlm 35.

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

3. Akhlaq Bermasyarakat (al-akhlaq al-ijtima'iyyah). Terdiri dari: (a) yang

dilarang {al-mabzhurat), (b) yang diperintahkan (al-awamir} dan (c)

kaedah-kaedah adab (qa'wa'idal-adab).

4. Akhlaq Bernegara (akhlaq ad-daulah}. Terdiri dari: (a) hubungan antara

pemimpin dan rakyat (al-'alaqah baina ar-rais wa as-sya'b), dan (b)

hubungan luarnegeri (al-'alaqatal-kharijiyyah).

5. Akhlaq Beragama (al-akhlaq ad-diniyyah). 17

6. Yaitu kewajiban terhadap Allah SWT (wajibat nahwa Allah)

Dari sistematika yang dibuat oleh 'Abdullah Daraz di atas tampaklah

bagi kita bahwa ruang lingkup akhlaq itu sangat luas, mencakup seluruh aspek

kehidupan, baik secara vertikal dengan Allah SWT maupun secara horizontal

sesama makhluk-Nya.

B. Pengertian dan Ruang Lingkup Materi Dakwah

Maddah dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang

disampaikan da'i pada mad'u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi

maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Oleh karena itu, membahas

yang menjadi maddah dakwah adalah membahas ajaran Islam itu sendiri,

sebab semua ajaran Islam yang sangat luas itu bisa dijadikan maddah dakwah

Islam. Akan tetapi, ajaran Islam yang dijadikan maddah dakwah itu pada garis

besarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Akidah, yang meliputi:

a. Iman kepada Allah

17Yunahar Ilyas, op. cit, hlm. 5-6.

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

b. Iman kepada Malaikat-Nya

c. Iman kepada Kitab-kitab-Nya

d. Iman kepada Rasul-rasul-Nya

e. Iman kepada hari akhir

f. Iman kepada qadha-qadhar

2. Syari'ah

a. Ibadah (dalam arti khas):

- Thaharah

- Sholat

- Zakat

- Shaum

- Haji

b. Muamallah (dalam arti luas) meliputi:

1. Al-Qununul Khas (hukum Perdata);

- Muamalah (hukum niaga)

- Munakahat (hukum nikah)

- Waratsah (hukum waris)

- Dan lain sebagainya.

2. Al-Qanunul 'am (hukum publik);

- Hinayah (hukum pidana)

- Khilafah (hukum negara)

- Jihad (hukum perang dan damai)

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

- Dan lain-lain

3. Akhlaq, yaitu meliputi:

a. Akhlak terhadap khaliq

b. Akhlak terhadap makhluk yang meliputi:

− Akhliq terhadap manusia

a) Diri sendiri

b). Tetangga

c). Masyarakat lainnya

− Akhlaq terhadap bukan manusia

a). Flora

b). Fauna

c). Dan lain sebagainya18

a. Masalah Keimanan (akidah)

Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah

Islamiah. Karena akidah mengikat kalbu manusia dan menguasai batinnya.

Dari akidah inilah yang akan membentuk moral (akhlaq) manusia. Oleh

karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah

akidah atau keimanan. Dengan iman yang kukuh akan lahir keteguhan dan

pengorbanan yang selalu menyertai setiap langkah dakwah.19 Akidah yang

menjadi materi utama dakwah ini mempunyai ciri-ciri yang membedakan

kepercayaan dengan agama lain, yaitu:

18 Endang Saifuddin Anshari, 1996, Wawasan Islam, Jakarta: Rajawali, hlm. 71 19Ali Yafie, 1992, Dakwah dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah, (makalah seminar),

Jakarta:

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

1. Keterbukaan melalui persaksian (syahadat). Dengan demikian seorang

Muslim selalu jelas identitasnya dan bersedia mengakui identitas

keagamaan orang lain.

2. Cakrawala pandangan yang luas dengan memperkenalkan bahwa

Allah adalah Tuhan seluruh alam, bukan Tuhan kelompok atau bangsa

tertentu. Dan soal kemanusiaan juga diperkenalkan kesatuan asal-usul

manusia. Hal ini dapat kita lihat dalam (QS. An-Nisa' ayat 1 dan QS.

al-Hujarat: 13).

3. Kejelasan dan kesederhanaan diartikan bahwa seluruh ajaran akidah

baik soal ketuhanan, kerasulan, ataupun alam gaib sangat mudah

untuk dipahami.

4. Ketahanan antara iman dan Islam atau antara iman dan amal

perbuatan. Dalam ibadah-ibadah pokok yang merupakan manifestasi

dari iman dipadukan dengan segi-segi pengembangan diri dan

kepribadian seseorang dengan kemaslahatan masyarakat yang menuju

pada kesejahteraannya. Karena akidah memiliki keterlibatan dengan

soal-soal kemasyarakatan.

Aspek ajaran Islam tentang ketuhanan dan kepercayaan (akidah)

pada intinya mengandung keyakinan terhadap ke-Maha Esa-an Allah swt.

(tauhid) dan hari akhirat sebagai hari pembalasan. Dalam dakwah materi

akan keyakinan tersebut harus diimbangi dengan pemahaman dan

penghayatan yang mendalam serta ikrar yang tulus terhadap Dzat yang

mutlak berdasarkan pemberitaan al-Qur'an, yang kemudian ditopang

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

dengan argumen-argumen rasional, sehingga mewujudkan pandangan

dunia (weltannschauung, way of life) yang kokoh.

Keyakinan demikian yang oleh al-Qur'an disebut dengan Iman.

Iman merupakan esensi dalam ajaran Islam. Dan iman juga erat kaitannya

antara akal dan wahyu. Dalam al-Qur'an istilah iman muncul dalam

berbagai variasinya, muncul sekitar 244 kali. Yang paling sering adalah

lewat ungkapan, "Wahai orang-orang yang beriman," yaitu sebanyak 55

kali. Meski istilah ini pada dasarnya pada para pengikut Nabi Muhammad,

11 di antaranya merujuk pada para pengikut Nabi Musa dan pengikutnya,

dan 22 kali kepada para nabi lain dan para pengikut mereka.

Dalam (QS. 2:177) pada ayat tersebut dijelaskan bahwa iman itu

merupakan sebuah pengetahuan yang diperoleh oleh akal melalui

argumen-argumen yang kuat yang membawa seseorang untuk tunduk dan

menyerah. Orang yang memiliki iman haqiqy itu akan cenderung untuk

berbuat baik, karena ia tahu bahwa perbuatannya itu adalah baik dan

menjauhi perbuatan jahat, karena dia tahu perbuatan jahat itu akan

konklusi pada hal-hal yang buruk. Dan iman haqiqy itu sendiri terdiri atas

amal sholeh, karena mendorong untuk melakukan perbuatan yang riil.

Posisi iman di sinilah yang berkaitan dengan dakwah Islam di mana amr

ma'ruf nahi munkar dikembangkan. Yang kemudian menjadi tujuan utama

dari suatu proses dakwah.

Tauhid sebagai bagian yang mendasar dari iman, dalam kehidupan

nyata, akan mengimplementasikan pembebasan manusia dari bentuk

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

perbudakan dan penyembahan terhadap selain Allah swt. Sementara itu,

keyakinan terhadap hari akhirat akan berdampak perwujudan dari

tanggungjawab manusia atas segala tindakannya selama hidup di dunia,

sehingga setiap insani akan senantiasa menjalani hidup dengan rasa

tanggung jawab, bahwa segala yang diperbuatnya pastikan mendapat

balasan dari Allah swt. Hasil yang didapat dari materi tersebut adalah

diharapkan dakwah mampu memberikan manusia sebuah kebebasan

hidup, akan tetapi bukan kebebasan mutlak. Sebab kebebasan mutlak

justru akan membawa manusia kepada kehancuran. Kebebasan manusia

adalah kebebasan terbatas yang diikat oleh peraturan sebagai rambu-

rambu yang membatasinya dari perbenturan kepentingan antara satu

individu dan individu lainnya. Materi tentang akidah Islam terkait pula

dengan ajaran tentang adanya malaikat, kitab suci, para rasul, dan kadar

baik dan buruk. Dengan demikian ajaran pokok dalam akidah mencakup

enam elemen, yang biasa disebut dengan rukun iman, Inti dari materi

akidah ini adalah keyakinan tentang keesaan Allah swt. dan hari akhir,

sedangkan selebihnya merupakan elemen-elemen yang mengukuhkan

kedua inti akidah itu.

b. Masalah Syar'iah

Syariat Allah yang ditujukan untuk umat manusia itu pada

dasarnya satu, dan risalah yang ditujukan untuk para nabi bersifat kekal

dan abadi. Pangkalnya dimulai sejak Nabi Adam sedangkan cabang-

cabangnya berakhir sampai manusia terakhir, yaitu hingga terjadinya hari

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

kiamat. Nabi Muhammad sebagai Khatam al-Ambiya wa al-Mursalin

(penutup para nabi dan rasul), sesungguhnya risalahnya tetap terkait

hingga sekarang ini dan sampai hari kiamat. Dan karenanya Allah telah

memberi syariat kepada manusia berupa agama itu yang esensinya satu,

yaitu "Islam" dan tidak akan berubah dengan bergantinya nabi, serta tidak

akan berubah dengan berubahnya masa. Prinsip dasar utamanya adalah

menebarkan nilai keadilan di antara manusia, membuat sistem hubungan

yang baik antara kepentingan individual dan sosial, mendidik hati agar

mau menerima sebuah undang-undang untuk menjadi hukum yang

ditaati.20

Secara umum agar tujuan tersebut dapat tercapai adalah ada syarat-

syarat tertentu yang harus dipenuhi dalam syariat. Pertama, isi ketentuan

Tuhan harus diketahui, atau setidaknya dapat diketahui. Kedua, manusia

harus mampu bertindak, mengaktualisasikan ketentuan Tuhan dalam

ruang waktu, alam atau ciptaan, harus dapat dibentuk, yaitu dapat diubah

melalui perbuatan manusia menjadi seperti yang dikehendaki. Ketiga,

harus ada penilaian, sehingga tindakan tidak sia-sia, namun membawa

konsekuensi yang penting. Keempat, perhitungan pelaksanaan ketentuan

Allah oleh manusia harus dilakukan berdasarkan neraca keadilan.21

Hukum atau syariat sering disebut sebagai cermin peradaban

dalam pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna,

peradaban mencerminkan dirinya dalam hukum-hukumnya. Pelaksanaan

20Muhammad Alwi Al-Maliki, 2003, Syariat Islam Pergumulan Teks dan Realitas, Jogyakarta: eLSQ Press, hlm. 123-124.

21Ibid., hlm.295

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

syariat merupakan sumber yang melahirkan peradaban Islam, yang

melestarikan dan melindunginya dalam sejarah. Dan syariat inilah yang

akan selalu menjadi kekuatan peradapan di kalangan kaum Muslim.22

Materi dakwah yang bersifat syari'ah ini sangat luas dan mengikat

seluruh umat Islam. la merupakan jantung yang tak terpisahkan dari

kehidupan umat Islam di berbagai penjuru dunia, sekaligus merupakan hal

yang patut dibanggakan. Kelebihan dari materi syariat Islam antara lain

adalah bahwa ia tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain. Dan syariat ini

bersifat sangatlah universal, yang menjelaskan hak-hak umat Muslim dan

non-Muslim, bahkan hak seluruh umat manusia. Dengan adanya materi

syariat ini maka tatanan sistem dunia akan teratur dan sempurna. Di

samping syariat ini mengandung dan mencakup kemaslahatan sosial dan

moral.

Dan materi dakwah dalam bidang syari'ah ini dimaksudkan untuk

memberikan gambaran yang benar, pandangan yang jernih, kejadian

secara cermat terhadap hujjah atau dalil-dalil dalam melihat setiap

persoalan pembaruan, sehingga umat tidak terperosok ke dalam kejelekan,

sementara yang diinginkan dalam dakwah adalah kebaikan. Karena

kesalahan dalam meletakkan posisi yang benar dan seimbang di antara

beban syariat sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Islam akan

22Ismail. R. Al-Faruqi, ibid, h. 305. Disebutkan pula bahwa hukum yang membentuk

syariat itu dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: ibadah dan peribadatan, status pribadi, kontrak, kesalahan atau kerugian, hukum pidana, hukum konstitusional, perpajakan dan keuangan publik, hukum administrasi, hukum tanah, hukum perdagangan, hukum internasional, etika dan perilaku pribadi.

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

menimbulkan satu hal yang sangat membahayakan terhadap agama dan

kehidupan.

Namun demikian syariat Islam itu sangatlah luas dan luwes

(fleksibel). Akan tetapi tidak berarti Islam lalu menerima setiap

pembaruan yang ada, tanpa ada filter sebelumnya. Dan inilah yang akan

dijadikan materi dakwah sebagaimana da'i mampu mengemas masalah

syari'ah ini ke dalam permasalahan umat era sekarang yang bisa menjawab

atau memberikan solusi terhadapnya. Dan terpenting materi syariat ini

tidak bertentangan dengan sumber utamanya yaitu al-Qur'an dan Hadits.

Karena Islam mengembangkan hukum lengkap (komprehensif)

yang meliputi segenap kehidupan manusia. Kelengkapan mi mengalir dari

konsepsi Islam tentang kehidupan manusia yang diciptakan untuk

memenuhi ketentuan yang membentuk kehendak Ilahi. Dan materi

dakwah yang menyajikan unsur syari'at harus dapat menggambarkan atau

memberikan informasi yang jelas dalam bidang hukum yang bisa wajib,

mubbah (dibolehkan), dianjurkan (mandub), makruh (dianjurkan supaya

tidak dilakukan), dan haram (dilarang).

c. Masalah Muamalah

Islam ternyata agama yang menekankan urusan muamalah lebih

besar daripada urusan ibadah. Islam lebih banyak memperhatikan aspek

kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual. Dan Islam adalah

agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid, tempat mengabdi kepada

Allah. Ibadah dalam muamalah di sini diartikan sebagai ibadah yang

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

mencakup hubungan dengan Allah dalam rangka mengabdi kepada Allah

swt. Dan muamalah jauh lebih luas daripada ibadah. Hal demikian dengan

alasan:23

a. Dalam al-Qur'an atau kitab-kitab hadits, proporsi terbesar sumber

hukum itu berkenaan dengan urusan muamalah.

b. Adanya sebuah realita bahwa jika urusan ibadah bersamaan waktunya

dengan urusan muamalah yang penting maka ibadah boleh

diperpendek atau ditangguhkan (bukan ditinggalkan).

c. Ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih

besar daripada ibadah yang bersifat perorangan. Karena itu sholat

jamaah lebih tinggi nilainya daripada shalat munfarid (sendirian) dua

puluh tujuh derajat.

d. Bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena

melanggar pantangan tertentu, maka kifarat-nya (tebusannya) ialah

melakukan sesuatu yang berhubungan dengan muamalah. Sebaliknya,

bila orang tidak baik dalam urusan muamalah, maka urusan ibadah

tidak dapat menutupinya.

e. Melakukan amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapatkan

ganjaran lebih besar daripada ibadah sunnah.

23Jalaludin Rachmat, 1998, Islam Alternatif; Ceramah-ceramah di Kampus, Bandung:

Mizan, hlm. 46.

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

d. Masalah Akhlak

Ajaran tentang nilai etis dalam Islam disebut akhlak. Wilayah

akhlak Islam memiliki cakupan luas, sama luasnya dengan perilaku dan

sikap manusia. Nabi Muhammad saw. bahkan menempatkan akhlak

sebagai pokok kerasulannya. Melalui akal dan kalbunya, manusia mampu

memainkan perannya dalam menentukan baik dan buruknya tindakan dan

sikap yang ditampilkannya. Ajaran Islam secara keseluruhan mengandung

nilai akhlak yang luhur, mencakup akhlak terhadap Tuhan, diri sendiri,

sesama manusia, dan alam sekitar.

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan

akhlak, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan), dan pendekatan

terminologik (peristilahan).24 Secara etimologis, akhlaq (Bahasa Arab)

adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai,

tingkah laku atau tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang berarti

menciptakan. Seakar dengan kata Khaliq (Pencipta), makhluq (yang

diciptakan) dan khalq (penciptaan).25

Kesamaan akar kata di atas mengisyaratkan bahwa dalam akhlaq

tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak Khaliq

(Tuhan) dengan perilaku makhluq (manusia). Atau dengan kata lain, tata

perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya baru

mengandung nilai akhlaq yang hakiki manakala tindakan. atau perilaku

tersebut didasarkan kepada kehendak Khaliq (Tuhan).

24Abuddin Nata, 2002, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, hlm. 1 25Yunahar Ilyas, 2004, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: LPPI, hlm. 1.

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

Dari pengertian etimologis seperti ini, akhlaq bukan saja

merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar

sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara

manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta sekalipun.26

Secara terminologis (ishthilahan) ada beberapa definisi tentang

akhlaq. Penulis pilihkan tiga di antaranya;

1. Imam al-Ghazali:

ة عنها تصدر اال فعال اسخ قاخللق عبارة عن هيئة ىف النفس ر من غري حاجة اىل فكرورؤية سرهولة وي سب

"Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan." 27

2. Barmawi Umari, ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas

antara baik dan buruk, terpuji dan tercela, tentang perkataan atau

perbuatan manusia lahir dan batin.28

3. Ahmad Amin, akhlak adalah kebiasaan kehendak. Berarti bahwa

kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut

akhlak.29

4. Asmaran, AS, akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak

lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu

dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia,

26Ibid 27Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, 1989, Ihya Ulum ad-Din, Beirut: Dar al-Fikr,

jilid III, hlm. 58. 28Barmawie Umary, 1966, Materia Akhlak, Solo: Ramadhani, hlm. 1. 29Ahmad Amin, 1975, Etika (Ilmu Akhlak), Jakarta: Bulan Bintang, , hlm. 62.

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan

pembinaannya.30

Keempat definisi yang dikutip di atas sepakat menyatakan bahwa

akhlaq atau khuluq itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia,

sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa

memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak

memerlukan dorongan dari luar.

Dalam Ihyâ' 'Ulûm ad-Dîn dinyatakan tashduru al-afâl bi suhûllah

'wa yusr, min ghairi hâjah ilâ fikr ma ru'yah (yang menimbulkan

perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan

pemikiran dan pertimbangan). Sifat spontanitas dari prilaku tersebut dapat

diilustrasikan dalam contoh berikut ini. Bila seseorang menyumbang

dalam jumlah besar untuk pembangunan mesjid setelah mendapat

dorongan dari seorang da'i (yang mengemukakan ayat-ayat dan hadits-

hadits tentang keutamaan membangun mesjid di dunia), maka orang tadi

belum bisa dikatakan mempunyai sifat pemurah, karena kepemurahannya

waktu itu lahir setelah mendapat dorongan dari luar, dan belum tentu

muncul lagi pada kesempatan yang lain.

Boleh jadi, tanpa dorongan seperti itu, dia tidak akan

menyumbang, atau kalaupun menyumbang hanya dalam jumlah sedikit.

Tapi manakala tidak ada doronganpun dia tetap menyumbang, kapan dan

di mana saja, barulah bisa dikatakan dia mempunyai sifat pemurah.

30Asmaran, AS, 2002, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,

hlm. 1.

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

Contoh lain, dalam menerima tamu. Bila seseorang membeda-bedakan

tamu yang satu dengan yang lain, atau kadangkala ramah dan kadangkala

tidak, maka orang tadi belum bisa dikatakan mempunyai sifat memuliakan

tamu. Sebab seseorang yang mempunyai akhlak memuliakan tamu, tentu

akan selalu memuliakan tamunya.

Dari keterangan di atas jelaslah bahwa akhlaq itu haruslah bersifat

konstan, spontan, tidak temporer dan tidak memerlukan pemikiran dan

pertimbangan serta dorongan dari luar. Sekalipun dari beberapa definisi di

atas kata akhlaq bersifat netral, belum menunjuk kepada baik dan buruk,

tapi pada umumnya apabila disebut sendirian, tidak dirangkai dengan sifat

tertentu, maka yang dimaksud adalah akhlaq yang mulia. Misalnya bila

seseorang berlaku tidak sopan lalu dikatakan padanya, "kamu tidak

berakhlaq". Padahal tidak sopan itu adalah akhlaqnya. Tentu yang kita

maksud adalah kamu tidak memiliki akhlaq yang mulia, dalam hal ini

sopan. Di samping istilah akhlaq, juga dikenal istilah etika dan moral.

Ketiga istilah itu sama-sama menentukan nilai baik dan buruk

sikap dan perbuatan manusia. Perbedaannya terletak pada standar masing-

masing. Bagi akhlaq standarnya adalah Al-Qur'an dan Sunnah; bagi etika

standarnya pertimbangan akal pikiran; dan bagi moral standarnya adat

kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.31 Sekalipun dalam

pengertiannya antara ketiga istilah di atas (akhlaq, etika dan moral) dapat

dibedakan, namun dalam pembicaraan sehari-hari, bahkan dalam beberapa

31Ibid, hlm. 9.

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

literatur keislaman, penggunaannya sering tumpang tindih. Misalnya judul

buku Ahmad Amin, al-Akhlaq, diterjemahkan oleh Farid Ma'ruf dengan

Etika (Ilmu Akhlaq). Dalam Kamus Inggris-Indonesia karya John M.

Echols dan Hassan Shadily, moral juga diartikan akhlaq.32

Adapun yang dimaksud dengan sumber akhlaq adalah yang

menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela. Sebagaimana

keseluruhan ajaran Islam, sumber akhlaq adalah Al-Qur'an dan Sunnah,

bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep

etika dan moral. Dan bukan pula karena baik atau buruk dengan

sendirinya sebagaimana pandangan Mu'tazilah.33

Dalam konsep akhlaq, segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk,

terpuji atau tercela, semata-mata karena Syara' (Al-Qur'an dan Sunnah)

menilainya demikian. Kenapa sifat sabar, syukur, pemaaf, pemurah dan

jujur misalnya dinilai baik? Tidak lain karena Syara' menilai semua sifat-

sifat itu baik. Begitu Juga sebaliknya, kenapa pemarah, tidak bersyukur,

dendam, kikir dan dusta misalnya dinilai buruk? Tidak lain karena Syara'

menilainya demikian.

Apakah Islam menafikan peran hati nurani, akal dan pandangan

masyarakat dalam menentukan baik dan buruk? Atau dengan ungkapan

lain dapatkah ketiga hal tersebut dijadikan ukuran baik dan buruk? Hati

32John M. Echols dan Hassan Shadily, 1988, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta:

Gramedia, hlm. 385. 33Menurut Mu'tazilah, baik dan buruk dalam amal perbuatan itu adalah dua zat

(dzatiyani), artinya baik dan buruk dengan sendirinya, bukan disebabkan oleh faktor di luar dirinya. Misalnya jujur itu dinilai baik karena memang baik dengan sendirinya. Begitu sebaliknya, dusta itu dinilai buruk karena memang buruk dengan sendirinya. Syara' hanya berfungsi melegalisir atau menguatkan. Lihat Yunahar Ilyas, op. cit, hlm. 4.

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

nurani atau fitrah dalam bahasa Al-Qur'an memang dapat menjadi ukuran

baik dan buruk karena manusia diciptakan oleh Allah SWT memiliki

fitrah bertauhid, mengakui ke-Esaan-Nya (QS. Ar-Rum 30; 30). Karena

fitrah itulah manusia cinta kepada kesucian dan selalu cenderung kepada

kebenaran. Hati nuraninya selalu mendambakan dan merindukan

kebenaran, ingin mengikuti ajaran-ajaran Tuhan, karena kebenaran itu

tidak akan didapat kecuali dengan Allah sebagai sumber kebenaran

mutlak.34

Namun fitrah manusia tidak selalu terjamin dapat berfungsi dengan

baik karena pengaruh dari luar, misalnya pengaruh pendidikan dan

lingkungan. Fitrah hanyalah merupakan potensi dasar yang perlu

dipelihara dan dikembangkan. Betapa banyak manusia yang fitrahnya

tertutup sehingga hati nuraninya tidak dapat lagi melihat kebenaran. Oleh

sebab itu ukuran baik dan buruk tidak dapat diserahkan sepenuhnya hanya

kepada hati nurani atau fitrah manusia semata.

Harus dikembalikan kepada penilaian Syara'. Semua keputusan

Syara' tidak akan bertentangan dengan hati nurani manusia, karena kedua

duanya berasal dari sumber yang sama yaitu Allah SWT. Demikian juga

halnya dengan akal pikiran. la hanyalah salah satu kekuatan yang dimiliki

manusia untuk mencari kebaikan atau keburukan. Dan keputusannya

bermula dari pengalaman empiris kemudian diolah menurut kemampuan

34Asmaran AS, op. cit, hlm, hlm. 40.

Page 24: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

pengetahuannya. Oleh karena itu keputusan yang diberikan akal hanya

bersifat spekulatif dan subyektif.35

Demikianlah tentang hati nurani dan akal pikiran. Bagaimana

dengan pandangan masyarakat? Pandangan masyarakat juga bisa

dijadikan salah satu ukuran baik dan buruk, tetapi sangat relatif,

tergantung sejauh mana kesucian hati nurani masyarakat dan kebersihan

pikiran mereka dapat terjaga. Masyarakat yang hati nuraninya sudah

tertutup dan akal pikiran mereka sudah dikotori oleh sikap dan prilaku

yang tidak terpuji tentu tidak bisa dijadikan ukuran. Hanya kebiasaan

masyarakat yang baiklah yang bisa dijadikan ukuran. Dari uraian di

atas jelaslah bagi kita bahwa ukuran yang pasti (tidak spekulatif),

obyektif, komprehensif dan universal untuk menentukan baik dan buruk

hanyalah Al-Qur'an dan Sunnah, bukan yang lain-lainnya.

Muhammad 'Abdullah Diraz dalam bukunya Dustur al-Akhlaq fi

al-Islam membagi ruang lingkup akhlaq kepada lima bagian:

1. Akhlaq Pribadi {al-akhlâq al-fardiyah}. Terdiri dari: (a) yang

diperintahkan (al-awâmir), (b) yang dilarang (an-na-wâhi), (c) yang

dibolehkan (al-mubâhat) dan (d) akhlaq dalam keadaan darurat (al-

mukhâlafah bi al-idhthirâr).

2. Akhlaq Berkeluarga (al-akhlâq al-usariyah}. Terdiri dari: (a) kewajiban

timbal balik orang tua dan anak (wâjibât nahwa. al-ushûl -wa al-

35Ibid, hlm 35.

Page 25: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

furû’), (b) kewajiban suami isteri (wajibât baina al-azwâj) dan (c)

kewajiban terhadap karib kerabat {wâjibat nahwa al-aqârib).

3. Akhlaq Bermasyarakat (al-akhlaq al-ijtimâ'iyyah). Terdiri dari: (a)

yang dilarang {al-mahzhûrât), (b) yang diperintahkan (al-awâmir}

dan (c) kaedah-kaedah adab {qa'wâ'idal-adab}.

4. Akhlaq Bernegara (akhlâq ad-daulah}. Terdiri dari: (a) hubungan

antara pemimpin dan rakyat (al-'alâqah baina ar-raîs wa as-sya'b),

dan (b) hubungan luar negeri (al-'alâqât al-khârijiyyah).

5. Akhlaq Beragama (al-akhlâq ad-dîniyyah),36 yaitu kewajiban terhadap

Allah SWT (wâjibât nahwa Allah)

Dari sistematika yang dibuat oleh 'Abdullah Daraz di atas

tampaklah bagi kita bahwa ruang lingkup akhlaq itu sangat luas,

mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan Allah

SWT maupun secara horizontal sesama makhluk-Nya.

C. Akhlak Sebagai Salah Satu Materi Dakwah

Da'wah dapat diartikan "ishlah" yaitu usaha-usaha perbaikan dan

pembangunan masyarakat, memperbaiki kerusakan-kerusakan, melenyapkan

kebathilan, kema'siyatan dan ketidak wajaran dalam masyarakat. Dengan

demikian, da'wah berarti memperjuangkan yang ma'ruf atas yang mungkar,

memenangkan yang haq atas yang bathil.37 Dakwah merupakan bagian

36Yunahar Ilyas,2004, Kuliah Akhlaq, Yogyakarta, LPPI UMY, hlm. 5-6. 37Shalahuddin Sanusi, 1964, Pembahasan Sekitar Prinsip-prinsip Da'wah Islam,

Semarang: Ramadhani, hlm. 11.

Page 26: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

integral dari ajaran Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim.38

Dakwah adalah terma yang terambil dari al-Qur'an. Ada banyak ayat yang di

antara kata-kata yang digunakannya adalah dakwah, atau bentuk lain yang

akar katanya sama dengan akar kata dakwah, yaitu dal, ain, wawu.39

Islam adalah agama dakwah. Yaitu agama yang menugaskan umatnya

untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat manusia.

Sebagai rahmat bagi seluruh alam, Islam dapat menjamin terwujudnya

kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia, bilamana ajaran Islam yang

mencakup segenap aspek kehidupan itu dijadikan sebagai pedoman hidup dan

dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh umat manusia.40

Da'wah Islamiyah artinya menyampaikan seruan Islam, mengajak dan

memanggil umat manusia, agar menerima dan mempercayai keyakinan dan

pandangan hidup Islam.41

Pada hakikatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi iman (teologis)

yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman dalam

bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi

cara merasa, berpikir, bersikap dan bertindak manusia pada dataran kenyataan

38Awaludin Pimay, 2005, Paradigma Dakwah Humanis Strategi dan Metode

Dakwah Prof. KH. Saifuddin Zuhri, Semarang: RaSAIL, hlm. 1 39Muhammad Sulthon, 2003, Menjawab Tantangan Zaman Desain Ilmu Dakwah

Kajian Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bekerja sama Walisongo Press Semarang, hlm. 4

40A.Rosyad Shaleh, 1976, Management Da'wah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, hlm. 11

41Isa Anshari, 1979, Mujahid Da'wah Pembimbing Muballigh Islam, Bandung: Diponegoro, hlm. 17

Page 27: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

individual dan sosok kultural dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran

Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu.42

Berda'wah dan bertabligh bukan hanya dengan lisan dan tulisan, tidak

hanya dengan lidah dan pena. Tapi dengan teladan: lisanul 'amal, lisanul

akhlak.43

Dalam konteksnya dengan akhlak, bahwa materi akhlak dalam tulisan

ini ialah pengertiannya yang paling mendasar dalam percakapan sehari-hari,

tidak dimaksudkan sebagai suatu yang hanya mengisyaratkan masalah

kesopanan semata, melainkan sebagai konsep dan ajaran yang serba meliputi

(komprehensif), yang menjadi pangkal pandangan hidup tentang baik dan

buruk, benar dan salah. Dengan demikian, ajaran dan pesan moral dalam

makna yang seluas-luasnya, menurut Nurcholish Madjid,"44 mencakup

keseluruhan pandangan dunia (Weltanschauung, world outlook) dan

pandangan hidup (liehenanschauung, way of life'). Pembicaraan tentang etika

atau moral dengan sendirinya tidak lepas dari pembicaraan tentang etika

secara keseluruhan. Dalam kajian ini, pengertian etika, sebagaimana dikatakan

Karl Barth, sebanding dengan pengertian moral, yang secara umum diberi

pengertian sebagai filsafat, ilmu, atau disiplin tentang model-model tingkah

laku manusia atau konstansi-konstansi tindakan manusia.

Persamaan antara akhlak, dan moral, yaitu menentukan hukum/nilai

perbuatan manusia dengan keputusan baik atau buruk. Perbedaan terletak pada

42Amrullah Ahmad (Editor), 1985, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial,

Yogyakarta: PLP2M, hlm. 2 43Isa Anshari, op.cit., hlm. 233 44Nurcholish Madjid, 1992, Islam, Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Paramadina,

hlm. 466

Page 28: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

tolok ukurnya masing-masing, di mana akhlak dalam menilai perbuatan

manusia dengan tolok ukur ajaran al-Qur'an dan Sunnah, dan moral dengan

adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.45

Pada dasarnya, akhlak atau moral merupakan dimensi ketiga dari

ajaran Islam sebagai materi dakwah setelah akidah dan syari'ah. Kalau akidah

menyangkut permasalahan yang harus diimani dan diyakini oleh manusia

sebagai sesuatu yang hakiki, syariah menyangkut berbagai ketentuan berbuat

dalam menata hubungan baik dengan Allah dan sesama makhluk.

Sementara itu, akhlak menyangkut berbagai masalah kehidupan yang

berkaitan dengan ketentuan dan ukuran baik dan buruk atau benar salahnya

suatu perbuatan. Perbuatan itu dapat berupa perbuatan lahir dan dapat juga

berupa perbuatan batin.

Akhlak berkenaan dengan cara seseorang bertindak sehingga ia dapat

mengukur dan diukur moralitasnya. Norma-norma keislaman ditentukan oleh

pola-pola perilaku yang disebut akhlak. Norma-norma kehidupan yang

ditetapkan oleh Islam, karena datang dari Allah, bersifat sakral, absolut,

imperatif, akurat, dan universal.

Dikatakan sakral karena norma-norma Islam memiliki keterhubungan

dengan Allah sehingga keterikatan padanya merupakan ibadah yang

berdampak pahala dan dosa. Dikatakan absolut dalam pengertian memiliki

kemutlakan sebagai standar baik dan buruk, benar dan salah secara baku dan

45Asmaran As, 2002, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Edisi Revisi, Raja Grafindo

Persada, hlm. 7

Page 29: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

tidak berubah, baik karena perbedaan budaya masyarakat maupun karena

perkembangan waktu.

Adapun dikatakan bersifat imperarif karena mengikat setiap orang.

Akurat, dalam pengertian sangat pas dan tepat sebagai alat untuk

mengendalikan perilaku manusia sehingga selaras dengan kepentingan

penataan kehidupan yang damai dan harmonis serta universal dalam

pengertian berlaku di mana pun dan kapan pun. Sangat jelas dinyatakan

bahwa perbaikan akhlak merupakan tujuan inti dari setiap diutusnya rasul,

sebagai penyampai risalah kerahmatan di tengah-tengah manusia.46

Masalah akhlak dalam aktivitas dakwah (sebagai materi dakwah)

merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keislaman

seseorang. Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti

masalah akhlak kurang penting dibandingkan dengan masalah keimanan dan

keislaman, akan tetapi akhlak adalah sebagai penyempurna keimanan dan

keislaman.47

Akhlak juru dakwah harus sesuai dengan akhlak Islam seperti yang

diterangkan Allah di dalam Al-Qur'an dan dijelaskan oleh Rasulullah saw

dalam sunnahnya, serta dipraktekkan oleh para sahabat dalam amal perbuatan

mereka. Akhlak yang demikian harus dilaksanakan oleh setiap muslim lebih-

lebih lagi oleh juru dakwah, sehingga tidak ada suatu alasan untuk tidak

melaksanakannya atau tidak bersedia melaksanakannya. Sebagian dari akhlak

46Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga, 2004, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta:

PT.Raja Grafindo Persada, hlm. 55 47Asmuni Syukir, tt, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, al-Ikhlas, Surabaya, hlm.

62

Page 30: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DAN MATERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1...akibat proses pembangunan.5 Selain itu, dalam akhlak tercakup pengertian

yang telah dikemukakan dalam pembahasan mengenai akhlak, sesungguhnya

hanya merupakan sebagian saja yang dianggap penting, yang mempunyai

hubungan langsung dengan dakwah dan tugas juru dakwah, sehingga dengan

demikian dakwahnya mendapat hasil yang lebih baik.48

Sistem akhlak yang berdasarkan Islam bertitik tolak dari kepercayaan

(aqidah) yang diwahyukan Allah kepada para Rasul untuk disampaikan

kepada umatnya. Ajaran Islam berdasarkan praktek yang dilakukan oleh

Rasulullah saw menunjukkan bahwa pendidikan akhlakul karimah (akhlak

yang mulia) merupakan faktor yang penting dalam membina umat atau suatu

bangsa. Pendidikan akhlak mulia ini harus ditanyakan kepada seluruh lapisan

dan tingkatan masyarakat. Akhlak suatu bangsa sangat menentukan tingkah

laku perbuatannya untuk menjadi suatu bangsa yang terhormat atau sebaliknya

hancur.49

48Abdul Karim Zaidan, 1984, Dasar-dasar Ilmu Da'wah, Jakarta: Media Da'wah,

hlm. 64 49Aminuddin Sanwar, 1987, Ilmu Da'wah Suatu Pengantar Studi, Semarang:

Penerbit Fakultas Da'wah IAIN Walisongo, hlm. 92