internalisasi nilai-nilai akhlak pada santri di...
TRANSCRIPT
INTERNALISASI NILAI-NILAI AKHLAK PADA SANTRIDI PONDOK PESANTREN PUTRI AL-HIKMAH 2
BENDA SIRAMPOG BREBES
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi SyaratGuna Memperoleh Gelar Sarjana
Dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh :
MASRIFAH NIM: 3103168073111489
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
KEMENTERIAN AGAMAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS TARBIYAHJl. Prof. Dr. Hamka KM 1 Ngaliyan Telp. (024)7601291 Semarang 50185
PENGESAHAN
N a m a : MASRIFAHN I M : 3103168
Fakultas/Jurusan : Tarbiyah / PAIJudul Skripsi : INTERNALISASI NILAI-NILAI AKHLAK PADA
SANTRI DI PONDOK PESANTREN PUTRI AL-HIKMAH 2 BENDA SIRAMPOG BREBES
Telah Dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut AgamaIslam Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal:
30 Juni 2010Dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikanstudi Program Sarjana Strata I (S.1) tahun akademik 2010/2011 guna memperolehgelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.
Semarang, Juli 2010
Dewan Penguji
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Drs. Karnadi, M.Pd. Amin Farih, M.Ag.NIP. 19680317 199403 1 003 NIP. 19710614 200003 1 002
Penguji I, Penguji II,
Dr. Mustofa, M.Ag. Alis Asikin, M.A.NIP. 19710403 199603 1 002 NIP. 19690724 199903 1 002
KEMENTERIAN AGAMAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS TARBIYAHJl. Prof. Dr. Hamka KM 1 Ngaliyan Telp. (024)7601291 Semarang 50185
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Semarang, Juni 2010Lamp : 4 (empat) eksHal : Naskah Skripsi Kepada Yth.
An. Sdri. Masrifah Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Setelah kami mengadakan koreksi perbaikan seperlunya maka
bersama ini saya kirimkan naskan skripsi saudara:
N a m a : MASRIFAH
N I M : 3103168Fakultas/Jurusan : Tarbiyah / PAI
Judul Skripsi : INTERNALISASI NILAI-NILAI AKHLAKPADA SANTRI DI PONDOK PESANTRENPUTRI AL-HIKMAH 2 BENDA SIRAMPOGBREBES
Dengan ini kami mohon agar skripsi saudara tersebut di atas dapat
segera dimunaqasahkan.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Pembimbing
Dra. Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd.NIP. 19520208 197612 2001
MOTTO
...3ö@è%ö@yd“Èq tG ó¡ o„tûï Ï%©!$#tbq çHs> ôètƒtûï Ï% ©!$#urŸwtbqßJ n=ôètƒ3$yJ ¯RÎ)ã• ©. x‹tG tƒ
(#q ä9'ré&É=» t7 ø9F{ $#ÇÒÈ) :(
“...Katakanlah: adakah sama orang-orang yang berilmupengetahuan dengan orang-orang yang tidak berilmu pengetahuan?Sesungguhnya orang yang berakalah yang dapat menerimapelajaran.” (Q.S. Az-Zumar: 9)*
* Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm.712.
PERSEMBAHAN
Dengan rendah hati, karya sederhana ini didedikasikan kepada:
1. Ibunda tercinta Fathonah dan ayahanda
2. Suami tercinta
3. Ananda tercinta Maulana Kafabihi Achmad
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan
bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah di tulis oleh orang
lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi pikiran-
pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi
yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, Juni 2010
MASRIFAHNIM. 3103168 073111489
ABSTRAK
MASRIFAH (NIM: 3103168), Internalisasi Nilai-nilai Akhlak Pada Santri diPondok Pesantren Putri Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes. Skripsi. Semarang:Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2010.
Dalam penelitian ini rumusan permasalahan yang diangkat adalah, (1)Bagaimana akhlak santri di Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah 2 Benda SirampogBrebes. (2) Bagaimana internalisasi nilai-nilai akhlak pada santri di PondokPesantren Putri Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes. Dari rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan dan menganalisa akhlaksantri di Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes. (2)mendeskripsikan dan menganalisa internalisasi nilai-nilai akhlak pada santri diPondok Pesantren Putri Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, di mana penelitian inimempunyai ciri khas yang terletak pada tujuannya, yakni mendeskripsikantentang segala sesuatu yang berkaitan dengan keseluruhan kegiatan padainternalisasi nilai-nilai akhlak terhadap santri agar tercapai tujuan yangdiinginkan. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi, wawancara, dandokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa akhlak santri pondok pesantren putriAl-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes dapat dikategorikan baik. Indikasinya dapatdilihat dari kebiasaan atau tradisi yang dilakukan oleh para santri dalamkehidupan sehari-hari. Ada beberapa kebiasaan atau tradisi yang dilakukan olehsantri dalam pembentukan akhlak karimah diantaranya: akhlak terhadap AllahSWT dengan cara menjalankan ibadah sesuai dengan syari’ah, akhlak terhadapNabi Muhammad SAW. dengan cara banyak membaca shalawat dan meneladaniakhlak Rasulullah, akhlak terhadap diri sendiri dilakukan dengan caramenanamkan kesopanan dalam kehidupan sehari-hari, akhlak terhadap sesamasantri dilakukan dengan membangun interaksi yang baik dan didasarkan padasikap hormat menghormati, akhlak terhadap alam semesta dilakukan dengan caramenjaga kebersihan lingkungan.
Proses internalisasi nilai-nilai akhlak pada santri di Pondok Pesantren PutriAl-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes dilakukan dengan dua cara yaitu melaluimateri-materi akhlak dan metode-metode pembentukan akhlak santri. Kebiasaanyang berorientasi pada pembentukan akhlak karimah santri merupakanimplementasi dari materi-materi akhlak yang diajarkan di pondok pesantren putriAl-Hikmah 2. Secara garis besar materi akhlak santri tersebut berkaitan denganbeberapa hal yaitu: akhlak yang berhubungan dengan Allah SWT., akhlakhubungannya dengan diri sendiri, akhlak hubungannya dengan ilmu, dan akhlakkaitannya dengan manusia lainnya. Dan metode-metode yang digunakan dalampembentukan akhlak santri di antaranya metode kedisiplinan, metode latihan danpembiasaan, metode targhib dan tahdzib, metode keteladanan dan Metode ibrah.
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan akan menjadi bahan informasidan masukan bagi semua pihak di Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah 2 BendaSirampog Brebes terutama bagi para Ustadz/Ustadzah, para pengurus pondok,pengasuh dan para santri.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang
wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW. Yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal
hidup kita, baik di dunia dan di akhirat kelak.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terselesaikan jika tanpa
uluran tangan, bimbingan dan bantuan dari semua pihak baik bersifat materiil
maupun spiritual. Dengan teriring rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan
pelayanan dengan baik selama masa penelitian.
2. Dra. Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
3. Segenap civitas akademika IAIN Walisongo Semarang yang telah
memberikan bimbingan dan pemahaman penulis untuk meningkatkan ilmu.
4. Ayahanda Hasan Himaji, Ibunda Fathonah, Suamiku Ahmad Rifa’i, yang
selalu memberikan dukungan moril dan spirituil dengan tulus ikhlas dan
penuh kasih. Buah hatiku dan permata terindahku ananda Maulana Kafabihi
Achmad, kakak-kakakku Teh Opi, Teh Ani, Teh Imas, dan adikku Kamal
Hasan. Bapak Muhammad Thoha dan Ibu Muridah (alm), Kak Miftah.
Sahabat-sahabatku yang begitu baik hati: Mas Ipunk, Taufiq, Wildan, Hiday,
Nada, Mas Syukron yang telah banyak memotivasi dan mensuport penulis
demi terselesaikannya skripsi ini.
5. Kyai Amnan Muqaddam dan Ibu Nyai Rofiqotul Makiyah al-Hafidhah yang
telah membimbing penulis selama di pondok pesantren Al-Hikmah 2 Tugurejo
Semarang.
6. K.H. Masruri Abdul Mughni selalu pengasuh pondok pesantren Al-Hikmah 2
yang telah memberikan izin untuk penelitian di pondok pesantren tersebut.
7. Para Ustadz-Ustadzah serta seluruh jajaran pengurus putri pondok pesantren
Al-Hikmah 2, terima kasih atas kepercayaan dan kesempatan untuk penelitian
ini.
8. Sahabat-sahabatku senasib seperjuangan, Milkha, Ina, Isti, Kharisman, Hanief
dan masih banyak lagi yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, serta
semua pihak yang telah mendukung penyusunan skripsi ini.
Kepada semua, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal mereka
diterima di sisi Allah SWT. dan mendapat balasan pahala yang lebih baik serta
mendapatkan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Penulis dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang konstruktif
dari para pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
bagi para pembaca pada umumnya. Amin.
Semarang, Juni 2010
Penulis,
MASRIFAHNIM. 3103168 073111489
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. ii
PENGESAHAN ........................................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................... iv
DEKLARASI .............................................................................................. v
MOTTO ....................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ....................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah ............................................................ 1
B. Penegasan istilah ..................................................................... 5
C. Rumusan masalah .................................................................... 6
D. Tujuan dan manfaat penelitian .................................................. 6
E. Kajian pustaka ......................................................................... 7
F. Metode penelitian .................................................................... 9
BAB II INTERNALISASI NILAI-NILAI AKHLAK PADA SANTRI
A. Pengertian Akhlak ................................................................... 13
B. Tujuan dan Manfaat Pendidikan Akhlak ................................... 15
C. Metode Internalisasi akhlak di Pesantren .................................. 18
D. Materi Pendidikan Akhlak di Pesantren ................................... 23
E. Santri Pondok Pesantren .......................................................... 26
F. Faktor yang Mempengaruhi Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak .... 28
G. Internalisasi Nilai Akhlak Pada Santri Pondok Pesantren .......... 29
BAB III INTERNALISASI NILAI-NILAI AKHLAK PADA SANTRI
DI PONDOK PESANTREN PUTRI AL-HIKMAH 2 BENDA
SIRAMPOG BREBES
A. Kondisi Umum Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah 2 Benda
Sirampog Brebes ...................................................................... 35
1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Putri
Al-Hikmah2........................................................................ 35
2. Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren Al Hikmah 2 ....... 38
3. Letak Geografis Pondok Pesantren Al Hikmah 2 ................ 38
4. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Al Hikmah 2 ........ 39
5. Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 ........ 40
6. Santri Pondok Pesantren Al Hikmah 2 ............................... 42
B. Materi Pendidikan Akhlak di Pondok Pesantren Putri
AlHikmah 2 Benda Sirampog Brebes ....................................... 43
C. Kegiatan dan Aktivitas di Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah 2
Benda Sirampog Brebes ........................................................... 50
D. Internalisasi Nilai-nilai Akhlak pada Santri Pondok Pesantren
Al Hikmah 2 ............................................................................ 54
BAB IV ANALISIS INTERNALISASI NILAI-NILAI AKHLAK PADA
SANTRI DI PONDOK PESANTREN PUTRI AL-HIKMAH 2
BENDA SIRAMPOG BREBES
A. Analisis Akhlak Santri di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 ........ 58
B. Analisis Proses Internalisasi Nilai-nilai Akhlak yang
Diterapkan pada Santri Putri di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 73
B. Saran ....................................................................................... 75
C. Penutup .................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia mempunyai tempat yang
penting baik sebagai individu maupun segi masyarakat dan bangsa. Sebab
jatuh bangunnya, sejahtera, rusaknya suatu bangsa dan masyarakat tergantung
bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik akan sejahtera lahir batinnya,
akan tetapi apabila akhlaknya buruk rusaklah lahirnya atau batinnya.2 Oleh
karena itu, program utama dan perjuangan pokok dari segala usaha ialah
pembinaan akhlak mulia. la harus ditanamkan kepada seluruh lapisan dan
tingkat masyarakat mulai dari tingkat atas sampai ke lapisan bawah. Akhlak
dari suatu bangsa itulah yang menentukan sikap hidup dan tingkah laku
perbuatannya. Selama bangsa itu masih memegang norma-norma akhlak
kesusilaan dengan teguh dan baik, maka selama itu pula bangsa tersebut jaya
dan bahagia. Seorang pujangga Islam yang bernama Syauqy Biq yang dikutip
oleh Asmaran AS, mengatakan bahwa:
#
“Sesungguhnya kejayaan suatu umat atau bangsa terdapat padaseseorang selagi mereka berakhlak atau berbudi perangai utama, jikapada mereka hilang akhlaknya maka jatuhlah umat itu”. 3
Di Indonesia, jauh sebelum masa kemerdekaan, pesantren telah
menjadi sistem pendidikan Nusantara.4 Pesantren merupakan lembaga
pendidikan dan pengajaran Islam yang menyediakan asrama atau pondok
(pemondokan) sebagai tempat tinggal bersama sekaligus tempat belajar para
santri di bawah bimbingan kyai.5 Pada dasarnya fungsi utama pesantren adalah
sebagai lembaga yang bertujuan mencetak muslim agar memiliki dan
2 Rahmat Djatmika, Sistem Ethika Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996), hlm. 11.3 Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 54.4 Depag RI, Pola Pembelajaran di Pesantren, (Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama
Islam, 2003), hlm. 3.5 Ibid., hlm. 8.
menguasai ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi al-diin) secara mendalam serta
menghayati dan mengamalkannya dengan ikhlas semata-mata ditujukan untuk
pengabdiannya kepada Allah SWT. di dalam hidup dan kehidupannya.
Dengan kata lain tujuan pesantren adalah mencetak ulama (ahli agama) yang
mengamalkan ilmunya serta menyebarkan dan mengajarkan ilmu-ilmunya itu
kepada orang lain.
Guna mencapai tujuan ini pesantren mengajarkan banyak materi, di
antaranya materi akhlak/tasawuf.6 Pesantren umumnya memandang akhlak
dan kehidupan yang bersahaja itu amat perlu, bahkan melihatnya sebagai
implementasi dari tingkat keimanan seseorang. Karenanya, materi ini dijumpai
dihampir setiap pesantren.
Lebih menarik lagi ialah bahwa pendidikan akhlak/tasawuf di
pesantren amat intensif, sehingga dapat dijumpai dalam tiga pola sekaligus.
Pertama, materi ini diajarkan secara hidden atau tersembunyi yang dijumpai
pada hampir seluruh materi yang ada. Kedua, materi ini diajarkan secara
khusus melalui kitab-kitab yang tersedia. Ketiga, materi ini diaplikasikan
dalam kehidupan praktis di pesantren.7
Dari pendidikan yang telah ditanamkan dan diterapkan oleh pondok
pesantren dengan tiga pola tersebut di atas, namun masih terdapat
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh santri, dari pelanggaran-
pelanggaran yang ringan antara lain berupa: tidak mengikuti shalat berjamaah
dan pengajian, terlambat sampai di pondok, pulang tanpa izin dan kembali
tidak tepat waktu, keluar dari pondok tanpa izin serta pelanggaran-
pelanggaran ringan lainnya, hingga pelanggaran-pelanggaran yang berat
antara lain berupa: keluar pondok pesantren malam hari, pacaran dan
pencurian serta pelanggaran berat lainnya.
Di pondok pesantren puteri Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes,
meskipun telah tertera dengan jelas tata tertib dan sanksi-sanksi, bahkan segala
peraturan diberlakukan dengan sedemikian ketatnya oleh para pengurus
6 Ibid., hlm. 20.7 Ibid., hlm. 43-44 .
pondok, karena para pengurus merupakan kepanjangan tangan atau tangan
kanan pengasuh pondok pesantren, namun masih ada beberapa santri yang
melakukan pelanggaran berat meskipun hal ini tidak kerap dijumpai, seperti
kasus pacaran dan pencurian.
Dalam syariat Islam tidak dikenal konsep pacaran, yaitu hubungan
yang dijalin oleh dua sejoli yang sedang di mabuk asmara. Oleh karena itu,
pacaran merupakan perbuatan yang dilarang oleh komunitas pesantren.
Walaupun demikian, oleh karena perkembangan zaman dan sebagian santri
juga menempuh pendidikan di sekolah umum (formal), maka kasus pacaran
merupakan perilaku yang juga dilakukan oleh beberapa santri, meskipun
dengan cara sembunyi-sembunyi. Ketika kejadian itu diketahui oleh pengurus
pondok, ustadz atau pengasuh, maka hal itu akan menjadi persoalan di pondok
pesantren karena termasuk dalam kategori pelanggaran berat atas tata tertib
pondok pesantren. Para pelaku pelanggaran ini akan dikenai sanksi dari yang
paling ringan berupa peringatan atau teguran sampai yang paling berat berupa
tindakan pengeluaran.
Di antara beberapa modus berpacaran yang dilakukan santri Al-
Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes antara lain dengan cara santri mencari
kelengahan pengurus untuk bolos sekolah lalu berkencan. Peluang ini akan
semakin terbuka apabila mereka yang sedang dimabuk asmara menuntut ilmu
di sekolah umum yang sama, misalnya SMP atau SMA. Hal ini karena pondok
pesantren Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes menetapkan pembelajaran di
SMP dan SMA dengan menyatukan santri putra dan santri putri dalam satu
kelas. Modus lainnya adalah biasanya santri-santri di SMP dan SMA dijadikan
perantara bagi santri di Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah untuk
mengirimkan surat kepada santri putra atau sebaliknya. Ada pula beberapa
santri yang memanfaatkan media Organisasi Daerah (ORDA), di mana setiap
setahun sekali mengadakan kegiatan bakti sosial tersebut diikuti oleh santri
putra dan santri putri. Kegiatan seperti ini sering disalahgunakan oleh
beberapa santri menjadi ajang perkenalan, pendekatan bahkan banyak yang
mengakhirinya menjadi sebuah jalinan yang terlarang.
Jika diamati, adanya kasus santri yang berpacaran tersebut, menjadi
maklum. Hal ini dapat dipahami karena para santri yang belajar di pondok
pesantren putri Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes mayoritas adalah santri
remaja (SMP, SMA dan sederajatnya) yang dalam masa-masa saling tertarik
pada lawan jenis (masa-masa pubertas). Pelanggaran yang disebabkan oleh
hubungan cinta antar santri ini jumlahnya tidak banyak, karena beban sanksi
sosial (rasa malu) yang lebih berat dibandingkan dengan sanksi fisik.
Sedangkan mengenai kasus pencurian, ini bisa disebabkan oleh
beberapa faktor internal dari santri itu sendiri, seperti adanya faktor keluarga
yang berlatar belakang kurang mampu dari segi ekonomi, sehingga bekal
materi yang ia bawa tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hari-harinya
atau juga disebabkan oleh perasaan iri hati yang timbul karena jumlah santri
yang relatif banyak yang membuat para santri mempunyai pola hidup yang
beraneka ragam dalam kesehariannya. Seperti iri karena melihat temannya
yang berpakaian bagus-bagus dan mahal, iri karena melihat temannya selalu
membeli makanan serba enak dan mahal atau iri mengetahui uang jatah
kiriman salah seorang teman yang terlalu banyak.
Dari problem-problem tersebut, para pengurus pondok serta pengasuh
mempunyai cara-cara tersendiri untuk berusaha menanggulangi dan
mengatasinya, dari yang ringan berupa peringatan, jika terpaksa terulang
kembali, maka si pelaku pelanggaran diberi ancaman berupa santri tersebut
membuat pernyataan tertulis yang menyatakan dirinya tidak akan mengulangi
kembali dan surat pernyataan tersebut ia bacakan dihadapan seluruh santri,
baik putra maupun putri beserta sanksi-sanksi fisik pula. Jika pelanggaran
tersebut masih diulangi, maka dengan terpaksa diambil tindakan akhir berupa
pengeluaran atau memulangkan santri pada orang tuanya.
Sebagaimana pendapat Raharjo yang dikutip Khozin mengemukakan
bahwa mereka yang menerima pendidikan pesantren dan sanggup
mengamalkannya. Sudah pasti mereka yang tidak akan menyekutukan Allah
(musyrik), berusaha untuk mengatur tingkah lakunya untuk tidak mencuri,
berzina, berjudi, dan sebagainya yang bersifat deduktif, serta akan berusaha
untuk berbuat yang baik-baik dan berpengaruh positif terhadap orang lain.
Pendek kata, berbagai nilai yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat
menjadi standar kualitas para santrinya.8
Dari beberapa fenomena yang ada, meskipun lulusan pesantren pada
akhirnya tidak seideal sebagaimana harapan-harapan yang ada. Namun
pesantren telah membuktikan dirinya mampu membentuk dan
mengembangkan kepribadian santri menjadi manusia-manusia yang mandiri,
dan bertindak sebagai pelopor perubahan pada masyarakatnya.
Berdasarkan uraian di atas, membuat penulis merasa termotivasi untuk
mengkaji akhlak santri dan internalisasi nilai-nilai akhlak di Pondok Pesantren
Putri Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes.
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dan keluasan arti pada judul
penelitian; "Internalisasi Nilai-nilai Akhlak Pada Santri di Pondok Pesantren
Putri Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes" maka diperlukan adanya
penegasan istilah sesuai dengan kalimat judul tersebut, yaitu sebagai berikut :
1. Internalisasi Nilai
Internalisasi diartikan sebagai “penghayatan”.9 Bisa juga diartikan
sebagai “pendalaman; pengasingan”.10 Sedangkan nilai mempunyai arti
"sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan".11
Yang dimaksud Internalisasi nilai adalah pendalaman atau penghayatan
nilai-nilai akhlak yang dilakukan selama santri menimba ilmu di pondok
pesantren. Dengan internalisasi nilai ini diharapkan santri terbiasa dengan
segala aktifitas positif yang di berikan di pondok pesantren.
8 Khozin, Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia, (Malang: UMM Press, 2006), hlm.105.
9 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm. 384.10 Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer., (Surabaya: Arkola,
1994), hlm. 267.11 Harimurti Kridalaksana, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1995), Edisi II, cet. IX, hlm. 690.
Jadi yang dimaksud dengan judul "Internalisasi Nilai-nilai Akhlak
Pada Santri di Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes”
adalah penghayatan atau pendalaman nilai-nilai akhlak yang diterapkan pada
santri supaya tercapai tujuan utama dari pendidikan Islam, khususnya di
Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana akhlak santri di Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah 2 Benda
Sirampog Brebes?
2. Bagaimana internalisasi nilai-nilai akhlak pada santri di Pondok Pesantren
Putri Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara umum, studi ini bertujuan untuk mencari data dan informasi
yang kemudian dianalisis dan ditata secara sistematis dalam rangka
menyajikan gambaran yang semaksimal mungkin tentang internalisasi nilai-
nilai akhlak pada santri di Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah 2 Benda
Sirampog Brebes.
Tujuan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa akhlak santri di Pondok
Pesantren Putri Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes.
2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa internalisasi nilai-nilai akhlak
pada santri di Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah 2 Benda Sirampog
Brebes.
Sedangkan manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi pesantren yang menjadi fokus penelitian, hasil studi ini diharapkan
bermanfaat sebagai bahan dokumentasi historis dan bahan pertimbangan
untuk mengambil langkah-langkah guna meningkatkan kualitas akhlak
pada santri.
2. Bagi akademis, khususnya yang berkecimpung dalam dunia pendidikan
Islam, hasil studi ini diharapkan bermanfaat paling tidak sebagai tambahan
informasi untuk memperluas wawasan (insight) guna sama-sama
memikirkan masa depan pendidikan Islam pada umumnya.
3. Bagi penulis sendiri, dapat memberikan kontribusi pada khasanah
pendidikan Islam.
E. Telaah Pustaka
Sepengetahuan penulis, penelitian tentang nilai-nilai akhlak bukan
yang pertam kalinya. Namun ada penelitian lain yang membahas tentang nilai-
nilai akhlak. Dari sini nantinya akan penulis gunakan sebagai sandaran teoritis
dan sebagai komparasi dalam mengupas berbagai masalah dalam penelitian
ini, di antaranya sebagai berikut:
Skripsi Saudara Aman (1997) dalam penelitiannya yang berjudul
”Pembinaan Akhlak dalam Membentuk Kepribadian Santri Pondok Pesantren
al-Ishlah Mangkang Tugu Kota Semarang”. Dalam penelitiannya yang lebih
difokuskan adalah mengenai hubungan antara pembinaan akhlak dalam
membentuk kepribadian santri. Karena dilihat dari kenyataan yang ada
pembinaan akhlak di pondok pesantren lebih memungkinkan berhasil
dikarenakan ada keterpaduan dalam pembinaan yang dilakukan oleh lembaga,
lingkungan serta orang tua.12
Sedangkan penelitian mengenai pembentukan akhlak yang pernah
dilakukan oleh Saudari Nurul Ustadziroh (1998) dalam penelitiannya yang
berjudul ”Pemikiran Ibn Maskawaih tentang Pendidikan Akhlak Anak dan
Relevansinya terhadap Pembentukan Akhlak Anak" dalam penelitiannya yang
lebih difokuskan adalah mengenai pemikiran Ibn Maskawaih tentang
pendidikan akhlak bagi anak. Pemikiran pendidikan akhlak Ibn Maskawaih
bertolak dari konsep jiwa manusia yang menurutnya bahwa jiwa manusia itu
terdiri dari tiga tingkatan yaitu al-nafs bahimiyah, al-nafs sabuiyah dan al-nafs
12 Aman, "Pembinaan Akhlak dalam Membentuk Kepribadian Santri Pondok Pesantrenal-Ishlah Mangkang Tugu Kota Semarang", Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,(Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 1997).
nathiqah. Sedangkan watak manusia itu bisa berubah dapat beralih pada
kebajikan dan kejahatan karena pendidikan atau pengajaran dan pengaruh
lingkungan. Ibn Maskawaih memaparkan bahwa akhlak itu bisa dibentuk
melalui pendidikan dan pembinaan. Begitu juga konsep umum tentang
pembentukan akhlak itu bisa dipengaruhi dari dua faktor yaitu faktor dalam
dan faktor luar. Adapun faktor luar yaitu melalui pendidikan. Jadi pemikiran
Ibn Maskawaih itu dapat dijadikan titik tolak dalam pendidikan akhlak anak
dalam membentuk akhlak anak.13
Penelitian mengenai proses pembentukan akhlak juga pernah
dilakukan oleh Saudari Nurainiyah (2000) pada penelitiannya yang berjudul
”Pembinaan Akhlak (Studi Kasus di SMP ”Antasena” Magelang)”. Dalam
penelitiannya bahwa Akhlak dalam jiwa seseorang tidak datang dengan
sendirinya melainkan ada suatu usaha yaitu pembinaan, dan asumsi tersebut
dapat disimpulkan bahwa pembentukan akhlak dalam jiwa seseorang
dibutuhkan adanya usaha pembinaan secara continue, baik pembinaan akhlak
bagi anak kecil oleh keluarganya atau melalui pendidikan dan pembinaan yang
terprogram oleh lembaga-lembaga pendidikan.14
Skripsi Saudari Umi Munadziroh (2004) dalam penelitiannya yang
berjudul "Prinsip-prinsip Pendidikan Akhlak dan Aktualisasinya dalam
Pembentukan Kepribadian Muslim (Kajian terhadap Surat al-Hujurat ayat 1-
13)". Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepribadian merupakan
ciri khas seseorang, dan kepribadian muslim adalah kepribadian yang
mencakup seluruh aspek-aspeknya, yakni baik tingkah laku, kegiatan jiwa,
filsafat hidup maupun kepercayaan hidupnya menunjukkan pengabdian dan
penyerahan diri kepada Tuhan. Sedangkan prinsip-prinsip akhlak Qur'ani
meliputi moralitas, perdamaian, ukhuwah, kemasyarakatan dan persamaan
keseimbangan. Aktualisasi dari prinsip-prinsip pendidikan akhlak tersebut
13 Nurul Ustadziroh, "Pemikiran Ibn Maskawaih tentang Pendidikan Akhlak Anak danRelevansinya terhadap Pembentukan Akhlak Anak", Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN WalisongoSemarang, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 1998).
14 Nurainiyah, "Pembinaan Akhlak (Studi Kasus di SMP "Antasena" Magelang)", SkripsiFakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAINWalisongo Semarang, 2000).
surat al-Hujurat ayat 1-13 dalam pembentukan kepribadian muslim adalah
membentuk pribadi yang taat (takwa) kepada Allah SWT., membentuk pribadi
yang taat kepada Rasul, membentuk pribadi yang cinta damai dan
menumbuhkan ukhuwah, serta membentuk pribadi yang berakhlak mulia.15
Dari beberapa karya atau penelitian tersebut, belum ditemukan kajian
yang membahas tentang internalisasi nilai-nilai akhlak pada santri di Pondok
Pesantren Putri Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes. Atas dasar inilah, maka
permasalahan tersebut ini layak untuk diteliti.
F. Metode Penelitian
Ketepatan menggunakan metode dalam penelitian adalah syarat utama
dalam menggunakan data. Apabila seseorang mengadakan penelitian kurang
tepat menggunakan metode penelitiannya, maka orang tersebut akan
mengalami kesulitan bahkan kemungkinan besar hasil dari penelitian tersebut
tidak sesuai dengan harapan. Oleh karena itu, untuk memenuhi harapan
mengingat penelitian merupakan suatu proses pengumpulan sistematis dan
analisis logis terhadap data atau informasi untuk mencapai tujuan, maka
pendekatan, proses pengumpulan data dan analisis data yang dibutuhkan
merupakan aktivitas utama dalam pelaksanaan penelitian.
1. Pendekatan
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini
adalah pendekatan kualitatif di mana penelitian ini mempunyai ciri khas
yang terletak pada tujuannya, yakni mendeskripsikan tentang segala
sesuatu yang berkaitan dengan keseluruhan kegiatan pada internalisasi
nilai-nilai akhlak terhadap santri agar tercapai tujuan yang diinginkan.
Jadi, pendekatan ini sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
15 Umi Munadziroh, "Prinsip-Prinsip Pendidikan Akhlak dan Aktualisasinya dalamPembentukan Kepribadian Muslim (Kajian terhadap surat al-Hujurat ayat 1-13)", Skripsi FakultasTarbiyah IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAINWalisongo Semarang, 2004).
perilaku yang dapat diamati dan diarahkan pada latar dan individu tersebut
secara holistik (menyeluruh).16
2. Sumber Data
Data-data yang dijadikan acuan dalam penelitian ini diambil dari
berbagai sumber di antaranya:
a. Data kepustakaan
Data ini diperoleh dari kajian perpustakaan dari buku-buku dan
karya ilmiah yang berkaitan dengan nilai-nilai akhlak sebagai acuan
dasar teoritis.
b. Data lapangan
Data lapangan diperoleh dari tempat penelitian, yaitu meliputi
gejala sesuatu yang berkaitan tentang proses internalisasi nilai-nilai
akhlak pada santri di Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah 2 Benda
Sirampog Brebes. Data di lapangan ini diperoleh melalui wawancara,
observasi dan dokumentasi.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dapat dipergunakan untuk memperoleh
data yang diperlukan, baik yang berhubungan dengan studi literatur
maupun data yang dihasilkan dari data empirik.
Mengenai sumber empiris, penulis menggunakan beberapa teknik
penelitian sebagai cara yang ditempuh untuk mengumpulkan data, yaitu:
a. Metode Observasi (Pengamatan)
Observasi sebagai metode ilmiah dilakukan dengan
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap fenomena-
fenomena atau kejadian-kejadian yang diselidiki. Lebih lanjut James P.
Chapli yang dikutip Kartini Kartono mendefinisikan bahwa observasi
adalah "Pengujian secara internasional atau bertujuan sesuatu hal,
16 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2002), Cet. 17, hlm. 3.
khususnya untuk maksud pengumpulan data". Metode ini merupakan
suatu verbalisasi mengenai hal-hal yang diteliti.17
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang akhlak
santri dan internalisasi nilai-nilai akhlaknya secara umum dan situasi
pondok pesantren Putri Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes yang
meliputi : letak geografis, sarana dan prasarana, metode pembelajaran,
aktivitas santri dan akhlak santri.
b. Metode Interview (Wawancara)
Metode interview adalah "teknik pengumpulan data yang
menggunakan pedoman berupa pertanyaan yang diajukan langsung
kepada objek untuk mendapat respon secara langsung".18 Di mana
interaksi yang terjadi antara pewawancara dan objek penelitian ini
menggunakan interview bentuk terbuka sehingga dapat diperoleh data
yang lebih luas dan mendalam.19
Wawancara sebagai alat pengumpul data digunakan untuk
memperoleh informasi yang berkenaan dengan akhlak santri dan
internalisasi nilai-nilai akhlaknya. Wawancara ini dilakukan dengan
para pengurus pondok dan beberapa santri.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata "dokumen" yang berarti
"barang-barang tertulis".20 Metode dokumentasi yaitu cara
pengumpulan data-data melalui benda-benda peninggalan tertulis,
terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat-pendapat, teori-teori, dalil–dalil atau hukum-hukum dan lain-
lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.21
17 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju, t.th.),hlm. 157.
18 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1998),hlm. 104.
19 Lexy J. Moleong, op.cit, hlm. 137.20 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1998), hlm. 149.21 Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: UGM Press,
1987), hlm. 129.
Metode ini digunakan untuk mencari data mengenai hal atau
variabel yang dapat dijadikan sebagai informasi untuk melengkapi
data-data penulis, baik data primer maupun sekunder sebagai sumber
data yang dapat dimanfaatkan untuk menguji dan menafsirkan.
4. Teknik Analisis Data
Berdasarkan pada tujuan penelitian yang akan dicapai, maka
dimulai dengan menelaah seluruh data yang sudah tersedia dari berbagai
sumber yaitu pengamatan, wawancara dan dokumentasi dengan
mengadakan reduksi data, yaitu data-data yang diperoleh di lapangan
dirangkum dengan memilih hal-hal yang pokok serta disusun lebih
sistematis, sehingga mudah dikendalikan.
Dalam hal ini, penulis menggunakan analisa data kualitatif, di
mana data yang diperoleh dianalisa dengan metode deskriptif analitik,
yaitu interpretasi terhadap data-data penelitian dibuat dan disusun secara
sistemik atau menyeluruh serta sistematis. Data yang diperoleh melalui
kegiatan wawancara, observasi dan dokumentasi tidak dituangkan dalam
bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan dalam bentuk kualitatif
yang memiliki arti lebih dalam.22
22 Lihat S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),hlm. 37 dan 39.
BAB II
INTERNALISASI NILAI-NILAI AKHLAK PADA SANTRI
A. Pengertian Akhlak
Perkataan akhlak dalam bahasa Arab disebut “akhlak” jamak dari kata
“khuluk” yang menurut lughat diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat (internal creation) atau kejadian batin atau dapat juga berarti ciri-
ciri watak seseorang yang dalam bahasa asingnya the traits of men s moral
character”. Menurut pandangan agama berarti; ”suatu daya positif dan aktif
dalam bentuk tingkah laku/perbuatan.23
Adapun secara terminologi yang dikemukakan oleh ulama akhlak
antara lain sebagai berikut:
1. Ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk,
antara yang terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia
lahir dan batin.
2. Ilmu akhlak adalah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian
tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan
menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan
mereka.24
Sedangkan pengertian akhlak menurut para ahli adalah :
1. Menurut Imam Al-Ghazali
25.
Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yangdari sifat itu timbul perbuatan yang mudah tanpa memerlukanpertimbangan pikiran terlebih dahulu.
23 Moh. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al-Qur an, (Surabaya: PT. BinaIlmu, Cet. I, 1991), hlm. 92.
24 Hamzah Ya’qub, Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu Pengantar),(Bandung: CV. Diponegoro, 1993), hlm. 12.
25 Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Juz III, (Beirut,Dar Al-Fikr, t.th) hlm.58
2. Menurut Ahmad Amin
“Akhlak ialah kehendak yang dibiasakan, artinya bahwa kehendakitu membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak.Kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelahbimbang. Sedangkan kebiasaan ialah perbuatan yang diulang-ulangsehingga mudah melaksanakannya. Masing-masing dari kehendakdan kebiasaan itu mempunyai kekuatan dan gabungan dari duakekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar bernamaakhlak.”26
3. Al-Qurthuby Mengatakan
,. 27
Sesuatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab kesopanannyadisebut akhlak, karena perbuatan itu termasuk bagian darikejadiannya.
4. Menurut Elizabeth B. Hurlock
“Behaviour which may be called true morality does not onlyconform to social standards but also is carried out voluntarily, itcomes with the transition from external to internal authority andconsists of conduct regulated from within”.28
Tingkah laku bisa dikatakan sebagai moralitas yang sebenarnya itubukan hanya sesuai dengan standar masyarakat tetapi jugadilaksanakan dengan suka rela. Tingkah laku itu terjadi melaluitransisi dari kekuatan yang ada di luar (diri) ke dalam (diri) dan adaketetapan hati dalam melakukan (bertindak) yang diatur dari dalam(diri).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa akhlak adalah
tabiat atau sifat seseorang yakni keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga
dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan
diangan-angan lagi. Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan akhlak
adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan yang
26 Anwar Masy’ari, Akhlak Al-Qur'an, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), hlm. 15.27 Al-Qurthuby, Tafsir Al-Qurthuby, Juz VIII, (Cairo: Daarusy Sya’by, 1913 M), hlm.
670628 Elizabeth B. Hurlock, Child Development, Edisi VI, (Kuglehisa, MC. Grow Hill, 1987,
hlm.386
berlangsung seumur hidup, baik di dalam dan di luar sekolah dengan menitik
beratkan pada perbuatan manusia yang bersumber dari dorongan jiwanya
dengan menitik beratkan pada nilai-nilai yang telah ditentukan di dalam
agama Islam secara terpadu, terencana dan berkelanjutan.
B. Tujuan dan Manfaat Pendidikan Akhlak
Sebagai salah satu ciri khas ilmu adalah bersifat pragmatis.
Keberadaan suatu ilmu harus mempunyai fungsi atau faedah bagi manusia.
Dengan ditemukan suatu teori-teori pada ilmu, akan lebih menambah
wawasan dalam bertindak atau berproses. Kegunaan ilmu semata-mata untuk
dapat mengetahui rahasia-rahasia di samping juga dapat diperhitungkan baik
dan buruknya suatu langkah yang dijalani.
Menurut Hamzah Ya’kub seperti dikutip Mustofa, hasil atau hikmah
dan faedah dari pendidikan akhlak adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan Derajat Manusia
Tujuan ilmu pengetahuan ialah meningkatkan kemajuan manusia
di bidang rohaniah atau bidang mental spiritual. Antara orang yang
berilmu pengetahuan tidaklah sama derajatnya dengan orang yang tidak
berilmu pengetahuan. Orang yang berilmu secara praktis memiliki
keutamaan dengan derajat yang lebih tinggi.29 Hal ini diterangkan dalam
Al-Qur’an:
...3ö@è%ö@yd“Èq tG ó¡ o„tûï Ï%©!$#tbq çHs> ôètƒtûï Ï% ©!$#urŸwtbq ßJ n=ôètƒ3$yJ ¯RÎ)ã• ©. x‹tG tƒ(#q ä9'ré&
É=» t7 ø9F{ $#ÇÒÈ) :(
“...Katakanlah: adakah sama orang-orang yang berilmupengetahuan dengan orang-orang yang tidak berilmu pengetahuan?Sesungguhnya orang yang berakalah yang dapat menerimapelajaran.” (Q.S. Az-Zumar: 9)30
29 A. Mustafa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm. 31.30 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra, 1989),
hlm. 747.
Dengan demikian orang-orang yang mempunyai pengetahuan
dalam ilmu akhlak lebih utama daripada orang yang tidak memiliki ilmu
akhlak. Dengan ilmu akhlak orang akan selalu berusaha memelihara diri
supaya senantiasa berada pada garis akhlak yang mulia, yang diridai Allah
Swt., dan menjauhi segala bentuk akhlak yang tercela, yang dimurkai
Allah Swt.
2. Menuntun Kepada Kebaikan
Ilmu akhlak bukan sekedar memberitahukan mana yang baik dan
mana yang buruk, melainkan juga mempengaruhi dan mendorong kita
supaya membentuk hidup yang suci dengan memproduksi kebaikan dan
kebajikan yang mendatangkan manfaat bagi manusia. Tujuan pendidikan
akhlak adalah mewujudkan manusia yang berakhlak mulia, sesuai inti
ajaran kerasulan Nabi Muhammad saw., yaitu perbaikan akhlak.
Sebagaimana sabdanya:
: :) .(31
“Dari Abu Hurairah ra.: Nabi bersabda: Sesungguhnya aku (NabiMuhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang sholeh”.(HR. Ahmad)
Memang benar tidaklah semua manusia dapat dipengaruhi oleh
ilmu itu serempak dan seketika menjadi baik. Akan tetapi kehadiran ilmu
akhlak mutlak diperlukan laksana kehadiran dokter yang berusaha
menyembuhkan penyakit. Dengan service yang diberikan dokter, dapatlah
orang sakit menyadari cara-cara yang perlu ditempuh untuk memulihkan
kesehatannya.32
Sebagai contoh Rasulullah saw. Justru karena beliau mengetahui
akhlak, maka jadilah beliau sebagai manusia yang paling mulia akhlaknya,
sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an:
31 Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad ibn Hanbal, Juz II, (Beirut: Darul Kutubal-Ilmiah, t.th), hlm. 504.
32 A. Mustafa, op.cit, hlm. 33.
y7̄RÎ) ur4’n? yès9@, è=äz5OŠÏà tãÇÍÈ) :(
"Sesungguhnya engkau (Muhammad) berbudi pekerti yang luhur”.(Q.S. Al-Qalam: 4)33
Dengan demikian jelaslah bahwa pengetahuan akhlak, adalah ilmu
yang mengundang kepada kebaikan serta memberikan tuntunan
kepadanya.
3. Manifestasi Kesempurnaan Iman
Iman yang sempurna akan melahirkan kesempurnaan akhlak.
Dengan perkataan lain bahwa keindahan akhlak adalah manifestasi
daripada kesempurnaan iman. Sebaliknya tidaklah dipandang orang itu
beriman dengan sungguh-sungguh jika akhlaknya buruk. Dengan demikian
untuk menyempurnakan iman, haruslah menyempurnakan akhlak dengan
mempelajari ilmunya.
4. Kebutuhan Pokok dalam Keluarga
Sebagaimana halnya makanan, minuman, pakaian dan perumahan
merupakan kebutuhan material yang primer dalam suatu keluarga, maka
akhlak adalah kebutuhan primer dari segi moral. Akhlak merupakan faktor
mutlak dalam menegakkan keluarga sejahtera.
Keluarga yang tidak dibina dengan tonggak akhlak yang baik, tidak
akan dapat berbahagia, sekalipun kekayaan materinya melimpah ruah.
Sebaliknya terkadang suatu keluarga serba kekurangan dalam ekonomi
rumah tangganya namun dapat berbahagia karena faktor akhlak tetap
dipertahankan seperti apa yang tercermin dalam rumah tangga Rasulullah.
Dengan demikian akhlak yang luhurlah yang mengharmoniskan
rumah tangga, menjalin cinta dan kasih sayang semua pihak. Segala
tantangan dan badai rumah tangga yang sewaktu-waktu datang melanda,
dapat dihadapi dengan rumus-rumus akhlak.
33 Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 960.
5. Untuk Mensukseskan Pembangunan Bangsa dan Negara
Akhlak adalah faktor mutlak dalam nation dan character building.
Suatu bangsa atau negara akan jaya, apabila warga negaranya terdiri dari
orang-orang atau masyarakat yang berakhlak mulia. Sebaliknya negara
akan hancur apabila warganya terdiri dari orang-orang yang bejat
akhlaknya.34
C. Metode Internalisasi akhlak di Pesantren
Internalisasi dapat dimaknai sebagai penghayatan,35 atau bisa juga
diartikan sebagai pendalaman.36 Namun yang dimaksud internalisasi disini
adalah pendalaman atau penghayatan nilai-nilai akhlak yang dilakukan selama
santri menimba ilmu di pondok pesantren. Dengan internalisasi ini diharapkan
santri terbiasa dengan segala aktifitas positif yang diberikan di pondok
pesantren.
Dalam upaya menumbuhkembangkan potensi akhlak santri, ada
beberapa metode yang dapat dilakukan ustadz. Metode internalisasi akhlak
yang berlaku di pesantren diberikan kepada santri bertujuan agar santri
mempunyai pribadi yang mantap serta memiliki akhlak yang mulia (akhlak al
karimah). Adapun beberapa metode yang diterapkan dalam internalisasi di
pesantren, adalah:
1. Metode keteladanan
Keteladanan merupakan sikap yang ada dalam pendidikan Islam
dan telah dipraktekkan sejak zaman Rasulullah saw. Keteladanan ini
memiliki nilai yang penting dalam pendidikan Islam, karena
memperkenalkan perilaku yang baik melalui keteladanan, sama halnya
memahamkan sistem nilai dalam bentuk nyata.37
34 A. Mustafa, op.cit., hlm. 3835 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm. 384.36 Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer., (Surabaya: Arkola,
1994), hlm. 267.37 Syafi’i Ma’arif, Pemikiran Tentang Pembaharuan Islam di Indonesia, (Yogyakarta :
Tiara Wacana, 1991), hlm. 59.
Internalisasi dengan keteladanan adalah internalisasi dengan cara
memberi contoh-contoh kongkrit pada para santri. Dalam pendidikan
pesantren, pemberian contoh-contoh ini sangat ditekankan.38 Tingkah laku
seorang ustadz mendapatkan pengamatan khusus dari para santrinya.
Seperti perumpamaan yang mengatakan “ustadz makan berjalan, santri
makan berlari , disini dapat diartikan bahwa setiap perilaku yang di
tunjukkan oleh ustadz selalu mendapat sorotan dan ditiru oleh anak
didiknya. Oleh karena itu kyai atau ustadz harus senantiasa memberi
contoh yang baik bagi para santrinya, khususnya dalam ibadah-ibadah
ritual, dan kehidupan sehari-hari.
2. Metode latihan dan pembiasaan
Ahmad Amin seperti dikutip Humaidi Tatapangarsa
mengemukakan bahwa kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang
sehingga menjadi mudah untuk dikerjakan.39 Mendidik dengan latihan dan
pembiasaan adalah mendidik dengan cara memberikan latihan-latihan dan
membiasakan untuk dilakukan setiap hari. 40 Misalnya membiasakan
salam jika bertemu sesama santri atau ustadz. Apabila hal ini sudah
menjadi kebiasaan, maka santri akan tetap melaksanakannya walaupun ia
sudah tidak lagi ada dalam sebuah pesantren. Dari sini terlihat
bahwasanya kebiasaan yang baik yang ada di pesantren, akan membawa
dampak yang baik pula pada diri anak didiknya
3. Metode mengambil pelajaran
Mengambil pelajaran yang dimaksud disini adalah mengambil
pelajaran bisa dilakukan dari beberapa kisah-kisah teladan, fenomena,
peristiwa-peristiwa yang terjadi, baik masa lampau maupun sekarang. Dari
sini diharapkan santri dapat mengambil hikmah yang terjadi dalam suatu
peristiwa, baik yang berupa musibah atau pengalaman. Pelaksanaan
38 Tamyiz Burhanudin, Akhlak Pesantren Solusi bagi Kerusakan Akhlak, (Yogyakarta:ITTAQA Press, 2001), hlm. 55.
39 Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990),hlm.67.
40 Tamyiz Burhanudin, op.cit., hlm. 56.
metode ini biasanya disertai dengan pemberian nasehat. Sang ustadz tidak
cukup mengantarkan santri pada pemahaman inti suatu peristiwa,
melainkan juga menasehati dan mengarahkan santrinya ke arah yang
dimaksud.
Abd Al-Rahman Al-Nahlawi, mendefinisikan ibrah (mengambil
Pelajaran) dengan kondisi psikis yang menyampaikan manusia untuk
mengetahui intisari suatu perkara yang disaksikan, diperhatikan,
diinduksikan, ditimbang-timbang, diukur dan diputuskan secara nalar,
sehingga kesimpulannya dapat mempengaruhi hati menjadi tunduk
kepadanya, lalu mendorongnya kepada perilaku berfikir sosial yang
sesuai.41
Tujuan pedagogis dari pengambilan nasehat adalah mengantarkan
manusia pada kepuasan pikir tentang perkara agama yang bisa
menggerakkan, mendidik atau menambah perasaan keagamaan.42
4. Metode pemberian nasehat
Rasyid Ridha seperti dikutip Burhanudin mengartikan nasehat
(mauidzah) sebagai peringatan atas kebaikan dan kebenaran, dengan jalan
apa saja yang dapat menyentuh hati dan membangkitkannya untuk
mengamalkan”.43
Metode mauidzah harus mengandung tiga unsur, yakni 1) uraian
tentang kebaikan dan kebenaran yang harus dilakukan oleh seseorang,
misalnya: tentang sopan santun, 2) motivasi untuk melakukan kebaikan, 3)
peringatan tentang dosa yang muncul dari adanya larangan, bagi dirinya
dan orang lain.44
5. Metode pemberian janji dan ancaman (targhib wa tarhib)
Targhib adalah janji yang disertai dengan bujukan dan membuat
senang terhadap sesuatu maslahat, kenikmatan, atau kesenangan akhirat
41 Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Pent. Dahlan& Sulaiman, (Bandung: CV.Diponegoro, 1992), hlm.390.
42 Tamyiz Burhanudin, op. cit., hlm.5743 Ibid.44 Ibid., hlm. 58.
yang pasti dan baik, serta bersih dari segala kotoran yang kemudian
diteruskan dengan melakukan amal shaleh dan menjauhi kenikmatan
selintas yang mengandung bahaya atau perbuatan yang buruk. Hal itu
dilakukan semata-mata demi mencapai keridlaan Allah, dan hal itu adalah
rahmat dari Allah bagi hamba-hamba-Nya.
Sedangkan tarhib adalah ancaman dengan siksaan sebagai akibat
melakukan dosa atau kesalahan yang dilarang oleh Allah, atau akibat
lengah dalam menjalankan kewajiban yang diperintahkan Allah, dengan
kata lain tarhib adalah ancaman dari Allah yang dimaksudkan untuk
menumbuhkan rasa takut pada para hamba-Nya dan memperlihatkan sifat-
sifat kebesaran dan keagungan Ilahiyah, agar mereka selalu berhati-hati
dalam bertindak serta melakukan kesalahan dan kedurhakaan.45 Hal seperti
itu tersurat dalam firman Allah SWT:
ö@ è%……..¨bÎ)z̀ ƒÎŽÅ£» sƒø:$#tûïÏ%©!$#(#ÿr çŽÅ£ yzöN åk|¦àÿRr&öN ÍkŽÎ=÷dr&urtPöq tƒÏp yJ» uŠÉ)ø9$#3Ÿwr&y7 Ï9º sŒ
uq èdãb#uŽô£ ã‚ ø9$#ßûüÎ7ßJø9$#.Mçl m;Ï̀iBöN ÎgÏ% öq sù×@ n=àßz̀ ÏiBÍ‘$ ¨Z9$#Ï̀BuröN ÍkÉJ øtrB×@n=àß4y7 Ï9º sŒ
ß$ Èhq sƒä†ª!$#¾Ïm Î/¼çnyŠ$ t7Ïã4ÏŠ$ t7Ïè» tƒÈbq à)̈?$$ sù.) :-(…….Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialahorang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganyapada hari kiamat". ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yangnyata. Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan dibawah merekapun lapisan-lapisan (dari api). Demikianlah Allahmempertakuti hamba-hamba-Nya dengan azab itu. Makabertakwalah kepada-Ku Hai hamba-hamba-Ku. (QS. Az-Zumar: 15-16).46
Keistimewaan metode janji-janji dan ancaman antara lain:
a. Dapat menumbuhkan sifat amanah dan hati-hati terhadap ajaran
agama, karena yakin akan adanya janji dan ancaman Tuhan.
b. Motivasi berbuat baik dan menghindari yang buruk tanpa harus
diawasi oleh ustadz atau dibujuk dengan hadiah dan ancaman.
c. Membangkitkan dan mendidik perasaan rabbaniyah.
45 Abdurrahman an-Nahlawi, op.cit., hlm. 41246 Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 747-748
6. Metode kedisiplinan
Pendidikan dengan kedisiplinan memerlukan ketegasan dan
kebijaksanaan. Ketegasan maksudnya seorang ustadz harus memberikan
sangsi pada setiap pelanggaran yang dilakukan, sedangkan kebijaksanaan
mengharuskan seorang ustadz memberikan sangsi sesuai dengan jenis
pelanggaran tanpa dihinggapi emosi atau dorongan-dorongan lain.
Hal-hal yang perlu diberikan pada saat akan memberikan sangsi
kepada para pelanggar, yaitu:
a. Adanya bukti yang kuat tentang pelanggaran tersebut.
b. Hukuman harus bersifat mendidik, bukan sekedar untuk kepuasan atau
balas dendam dari si pendidik.
c. Mempertimbangkan latar belakang dan kondisi santri yang melanggar,
misalnya, jenis pelanggaran, jenis kelamin pelanggar dan pelanggaran
tersebut disengaja atau tidak.47
Hukuman di lingkungan pesantren dikenal dengan istilah takzir.48
Takzir adalah hukuman yang dijatuhkan pada santri yang melanggar.
Hukuman terberat yang diberikan adalah dikeluarkan dari pesantren.
Hukuman ini diberikan pada santri yang telah berulangkali melakukan
pelanggaran tanpa mengindahkan peringatan yang diberikan.
Tamyiz Burhanudin mengemukakan bahwa dalam melaksanakan
takzir tersebut, yang perlu diperhatikan adalah:
a. Peringatan bagi santri yang baru pertama kali melakukan
pelanggaran.
b. Hukuman sesuai dengan aturan yang ada bagi santri yang sudah
pernah melakukan pelanggaran.
c. Dikeluarkan dari pesantren bagi santri yang telah berulangkali
melakukan pelanggaran dan tidak mengindahkan peringatan yang
diberikan.49
47 Ibid.48 Ta zir berasal dari kata azzara, yu azziru, ta zir berarti menghukum atau melatih
disiplin. Lihat Warson Munawir, Kamus Al-Muanawir, hlm.994.49 Tamyiz Burhanudin, op. cit., hlm. 59.
Dalam lingkungan pesantren, aturan-aturan yang sudah menjadi
tata tertib harus ditaati oleh para santri dan pengurusnya. Sedangkan
pelaksanaan takzir biasanya dilakukan oleh pengurus itu sendiri. Semua itu
demi menjaga kedisiplinan untuk kelancaran proses belajar mengajar di
pesantren itu sendiri.
D. Materi Pendidikan Akhlak di Pesantren
Salah satu ciri khusus yang membedakan pesantren dengan lembaga-
lembaga pendidikan yang lain adalah adanya pengajaran kitab-kitab agama
klasik yang berbahasa Arab, atau yang lebih tren disebut dengan “kitab
kuning”.
Meskipun kini, dengan adanya berbagai pembaharuan yang dilakukan
di pesantren dengan memasukkan pengajaran pengetahuan umum sebagai
suatu bagian penting dalam pendidikan pesantren, namun pengajaran kitab-
kitab Islam klasik terutama karangan-karangan ulama yang menganut faham
syafi’iyah tetap diberikan di pesantren sebagai usaha untuk meneruskan tujuan
utama pesantren, yaitu mendidik calon-calon ulama, yang setia kepada faham
Islam tradisional.
Sebagian besar pesantren di pulau Jawa dalam pembinaan akhlak santri
terutama akhlak selama dalam menuntut ilmu menggunakan literatur kitab
seperti Ta lim al-Muta allim dan Adab Alim wa al-Muta alim. Dalam kitab
tersebut berisi dogma-dogma dan doktrin tentang perilaku seorang yang
menuntut ilmu, baik yang berhubungan dengan pelajaran terhadap dirinya
sendiri, hubungan dengan ustadz, dan sikap-sikap yang berkaitan dengan
proses belajar mengajar, bahkan juga dijelaskan bagaimana akhlak yang harus
dimiliki oleh seorang ustadz, baik terhadap dirinya dan santrinya.
Isi materi dari pendidikan akhlak di pesantren berdasarkan literatur-
litaratur yang ada di pesantren adalah:
1. Akhlak santri terhadap dirinya
Setiap umat Islam harus menyadari sepenuhnya bimbingan Allah
melalui Sunnah Rasulullah SAW. Agar selalu membersihkan dan
mensucikan dirinya, dan sadar sepenuhnya bahwa ukuran dasar Islam
tentang akhlak.
Seorang muslim berkewajiban memperbaiki dirinya sebelum
bertindak keluar, ia harus beradab, berakhlak terhadap dirinya sendiri,
karena ia dikenakan tanggung jawab terhadap keselamatan dan
kemaslahatan dirinya dan lingkungan masyarakatnya. Setiap orang harus
berakhlak dan bersikap:
a. Hindarkan minum racun.
b. Hindarkan perbuatan yang tidak baik.
c. Pelihara kesucian jiwa.
d. Pemaaf dan pemohon maaf.
e. Sikap sederhana dan jujur.
f. Hindarkan perbuatan tercela.50
Ada beberapa akhlak yang harus dimiliki santri dalam ia mencari
ilmu, kaitannya dengan dirinya, antara lain adalah:
a. Dalam mencari ilmu harus berniat ikhlas untuk mencapai ridho Allah,
menghilangkan kebodohan, berjuang demi menegakkan Agama
Islam.51
b. Santri harus menjauhkan diri dari sifat-sifat buruk(tercela)seperti
takabbur,sombong,dan lain sebagainya.
c. Dalam mencari ilmu harus berusaha semaksimal mungkin dan
bersungguh-sungguh, agar cepat tercapai cita-citanya, hal itu harus
didukung dengan sikap wira’i, tidak banyak tidur dan tidak banyak
makan,.52 Dan masih banyak akhlak yang harus dimiliki santri
berkaitan dengan dirinya sendiri.
50 Abdullah Salim, Akhlak Islam Membina Rumah Tangga dan Masyarakat, (Jakarta: SeriMedia Dakwah, 1994), hlm. 66-70.
51 Aliy As’ad, Terjemah Ta lim Muta alim: Bimbingan Bagi Penuntut IlmuPengetahuan, (Kudus: Menara Kudus, t.th), hlm.11
52Ibid., hlm.30- 34.
2. Akhlak Santri kepada Pimpinan Pondok dan Ustadz
Pimpinan Pondok (kyai) dan Ustadz (ustadz) adalah orang tua
kedua yang ikut bertanggung jawab dan memperhatikan keberhasilan
pendidikan anak, dengan semangat berjuang memberikan bimbingan,
pengajaran, pengawasan serta senantiasa memantau anak didiknya demi
tercapainya pendidikan mereka sehingga perlu kyai dan ustadz membina
perkembangan anak didiknya tiada berbeda dengan anak kandungnya
sendiri. Sehingga seorang santri harus menghormati dan memuliakan
ustadznya bila menginginkan kesuksesan dalam memperoleh ilmu yang
bermanfaat untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
Adapun perilaku yang perlu dijalankan oleh santri untuk
menghormati dan memuliakan pimpinan pondok/ustadz mereka,
setidaknya adalah:
a. Mematuhi tata tertib dengan ikhlas dan setulus hati.
b. Mengikuti pelajaran dengan sopan dan tertib.
c. Berkata sopan dan ramah setiap berbicara dan menyapa orang lain.
d. Mengerjakan tugas yang diberikan ustadz dengan baik dan jujur.
e. Mencintai pelajaran (bersungguh-sungguh) dan bersemangat
mengamalkan ilmunya.
f. Bertingkah laku yang baik.
3. Akhlak Santri terhadap Pelajaran.
Di antara bentuk akhlak seorang santri terhadap pelajaran di
antaranya adalah :
a. Hendaknya santri mengawali belajar dengan ilmu-ilmu yang penting
yakni ilmu yang bersifat fardlu ain, dengan urutan ilmu dzat
ketuhanan, ilmu sifat ketuhanan-Nya, fiqh dan ilmu hal, yang
berhubungan dengan hati.53
53 Ibid., hlm.3
b. Mengiringinya dengan mempelajari al-Qur'an dan berbagai cabang
keilmuwannya, serta menghindarkan diri dari jebakan mempelajari
perbedaan pendapat pada saat awal belajarnya.
c. Mengujikan kebenaran keilmuwan dan hafalannya kepada ustadz atau
orang yang dianggap mampu, sebelum memantapkan sebagai ilmu
bagi dirinya.
Dan masih banyak lagi sikap-sikap akhlak yang harus dimiliki santri
terhadap pelaksanaannya.
E. Santri Pondok Pesantren
Santri adalah orang-orang yang belajar mendalami ilmu-ilmu agama
Islam di pesantren.54 Santri ini merupakan salah satu unsur pokok dari
pesantren, biasanya terdiri dari dua kelompok, yaitu :
1. Santri mukim ialah santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap
dalam pondok pesantren.
2. Santri kalong yaitu santri-santri yang berasal dari daerah-daerah sekitar
pesantren dan biasanya mereka tidak menetap dalam pesantren. Mereka
pulang ke rumah masing-masing setiap selesai mengikuti suatu pelajaran
di pesantren 55
Menurut Hasyim Asy'ari dalam proses menuntut ilmu di pondok
pesantren, ada kiat-kiat yang harus dilakukan oleh santri supaya memperoleh
hasil maksimal dalam belajar, diantaranya yaitu:
1. Mensucikan hati dari segala sesuatu yang mempunyai unsur menipu,kekotoran hati rasa dendam, dengki, keyakinan yang tidak baik dan budipekerti yang tidak baik. Hal tersebut dilakukan agar bisa mempermudahdalam proses penerimaan ilmu, penghafalan ilmu dan juga pemahamanmakna-makna yang sulit dan yang tersirat.
2. Memperbaiki niat belajar di pesantren, yaitu untuk mencari ridho AllahSWT serta akan mengamalkan dan akan menghidupkan syariat agamaIslam.
3. Menjauhi pergaulan umum yang memberikan efek negatif, misalnya
54 Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Kyai, (Jakarta:LP3ES, 1982), hlm. 44
55 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,1999), hlm. 143
bergaul dengan lawan jenis.56
Dengan melakukan ikhtiar seperti di atas, maka santri akan memiliki
pengetahuan agama yang maksimal. Kiat-kiat di atas merupakan usaha santri
dalam mempersiapkan diri menerima pelajaran di pondok pesantren. Ilmu-
ilmu agama dengan berbagai dimensinya baik ibadah, sosial, budaya dan lain
sebagainya dapat menjadi bekal santri dalam menjalani kehidupan di
masyarakat dan menjadi pribadi muslim yang kaffah.
Secara konseptual pribadi muslim meliputi aspek-aspek kepribadian
ideal yang merupakan kesatuan integral unsur-unsur esensial dari potensi-
potensi yang ada dalam diri manusia, yang terdiri dari:
1. Manusia sebagai makhluk pribadi (individual being)2. Manusia sebagai makhluk sosial (sosial being)3. Manusia sebagai makhluk susila (moral being)4. Manusia sebagai makhluk bertuhan (religius being).57
Perkembangan atau aktualitas dari potensi-potensi esensial manusia
secara integral inilah yang akan menentukan kualitas kepribadian seorang
santri yang di dalam dirinya terkandung sifat-sifat sebagaimana disebutkan di
bawah ini, diantaranya yaitu:
1. Sidiq, lurus di dalam perkataan dan perbuatan2. Amanah, jujur, boleh dipercaya tentang apa saja3. Sabar, takkan menanggung barang atau perkara yang menyusahkan, atau
tahan uji4. Ittihad, bersatu di dalam mengerjakan kebaikan dan keperluan.5. Ihsan, berbuat baik kepada orang tua, keluarga dan siapapun.6. Riayatul Jiwar, menjaga kehormatan tetangga7. Rifqi, berhati belas kasihan sehingga kepada hewan sekalipun.58
Untuk membentuk sifat-sifat luhur di atas diperlukan usaha dalam
menjalankan ajaran-ajaran agama Islam sehingga sifat-sifat tersebut menghiasi
secara sempurna, seluruh hidup pribadi muslim. Pribadi yang demikian adalah
pribadi yang menggambarkan terwujudnya keseluruhan essensi manusia
56 Hasyim Asy'ari, Menjadi Orang Pintar dan Benar, (Yogyakarta: Qartas, 2003), hlm.27-32
57 Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, (Surabaya:Usaha Nasional, 1987), hlm. 15
58 Abdul Malik Bakri, Filsafat Pendidikan Islam, (Tulungagung: Biro Ilmiah FT IAINSunan Ampel Tulungagung, 1992), hlm. 64.
secara kodrati, yaitu sebagai makhluk bertuhan, yang dapat menemukan jati
dirinya secara utuh dan juga sebagai makhluk individu maupun sosial dengan
perangkat moralitas yang selaras dan seimbang dengan ajaran Islam.
F. Faktor yang Mempengaruhi Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak
Dalam proses internalisasi nilai-nilai akhlak pada anak didik ada
faktor-faktor yang mempengaruhinya secara baik atau buruk. Telah disebutkan
di atas, bahwa proses internalisasi akhlak adalah masalah perubahan sikap dan
tingkah laku ke arah yang lebih tinggi yang diusahakan oleh individu.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi internalisasi akhlak pada
garis besarnya yaitu:
1. Faktor intern
Faktor intern yang dimaksud adalah semua faktor yang ada pada
diri pribadi anak, baik yang berhubungan dengan jasmani maupun
rohaninya atau lebih dikenal dengan sebutan fisik dan psikis. Aspek psikis
antara lain adalah IQ, pembawaan, keadaan emosi, kemauan, daya fantasi
logika. Sedangkan aspek fisik antara lain; keadaan alat indera, keadaan
kesehatan jasmani dan anggota tubuh.
Demikianlah faktor intern yang mempengaruhi proses internalisasi
akhlak pada santri di pondok pesantren dengan berbagai aspeknya. Hal ini
perlu mendapatkan banyak perhatian bagi setiap ustadz/ustadzah maupun
orang tua agar faktor yang satu dengan faktor yang lain dapat saling
mempengaruhi.
2. Faktor ekstern
Di samping faktor intern sebagaimana yang telah dikemukakan di
atas, faktor yang lain yang mempengaruhi proses internalisasi akhlak
adalah faktor ekstern. Faktor ini berupa keadaan atau kondisi dan situasi
yang terdapat di luar pribadi anak didik.
Adapun faktor ini terdiri dari faktor lingkungan tempat belajar
(pondok pesantren) dan keadaan lingkungan masyarakat di sekitar pondok
pesantren. Keberhasilan santri dalam proses internalisasi akhlak juga
banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tempat belajar itu sendiri,
seperti kultur pondok dan sistem pembelajarannya. Begitu juga dengan
keadaan lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat yang
berpengetahuan cukup baik, akan berpengaruh terhadap dirinya dalam
proses perkembangan pengetahuannya. Sedangkan corak pendidikan yang
dialami oleh seorang santri dalam masyarakat berpengaruh sekali dalam
segala bidang, baik pembentukan pengertian maupun proses internalisasi
akhlak itu sendiri.59
G. Internalisasi Nilai Akhlak Pada Santri Pondok Pesantren
Sebagai lembaga pendidikan Islam tertua, pesantren memiliki peran
signifikan dalam membentuk karakter dan akhlak santri. Proses internalisasi
nilai-nilai akhlak di pondok pesantren dilakukan secara reguler melalui
aktifitas sehari-hari yang akhirnya membentuk tradisi santri di pondok
pesantren. Melalui tradisi-traidsi pondok pesantren yang berorientasi pada
penanaman dan pembiasaan nilai-nilai akhlak dalam diri santri melalui
aktifitas sehari-hari.
Tradisi santri yang sekaligus sebagai proses internalisasi nilai-nilai
akhlak di pondok pesantren di antaranya adalah:
1. Tradisi Ta’dzim
Membahas tentang tradisi dan pola pergaulan di pesantren, berarti
membicarakan unsur-unsur dan komponen yang ada dalam pesantren, dan
hubungan antara komponen-komponen itu sendiri. Dalam dunia pesantren
terdapat lima unsur pokok yang antara satu dan lainnya saling terkait dan
yang menjadi titik tolak adalah santri yang kemudian membentuk sebuah
tradisi yang unik yang berbeda dengan tatanan yang ada di masyarakat
pada umumnya.
Keberadaan kyai dalam lingkungan pesantren merupakan elemen
yang cukup esensial. Laksana jantung bagi kehidupan manusia begitu
59 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma'arif,1974), hlm. 68
urgen dan pentingnya kedudukan kyai, karena dialah yang merintis,
mendirikan, mengelola, mengasuh, memimpin dan terkadang pula sebagai
pemilik tunggal dari sebuah pesantren.
Di lingkungan pesantren, seorang kyai adalah hirarki kekuasaan
satu-satunya yang ditegakkan di atas kewibawaan moral sebagai
penyelamat para santri dari kemungkinan melangkah ke arah kesesatan.
Kekuasaan ini memiliki perwatakan absolut sehingga santri senantiasa
terikat dengan kyainya seumur hidupnya, minimal sebagai sumber
inspirasi dan sebagai penunjang moral dalam kehidupan pribadinya.60
Sehingga bagi santri selalu berharap dan berfikir bahwa kyai yang
dianutnya merupakan orang yang percaya penuh kepada dirinya sendiri,
baik dalam soal pengetahuan agama, maupun dalam bidang kekuasaan dan
manajemen pesantren. Dengan adanya pandangan santri yang demikian
akan menimbulkan ketaatan dan rasa patuh santri. Bahkan sampai
penyerahkan diri kepada kyai yang pada ujungnya akan dapat membentuk
jalinan geneologi intelektual bahkan kekerabatan.61
Adapun mengenai etika santri terhadap ustadz, menurut Sa’id bin
Muhammad Da’ib Hawwa itu adalah sebagai berikut:
a. Mendahulukan kesucian jiwa dari pada kejelekan akhlak dan
keburukan sifat, karena ilmu adalah ibadahnya hati, shalatnya jiwa,
dan peribadatannya batin kepada Allah.
b. Mengurangi keterikatannya dengan kesibukan dunia, karena ikatan-
ikatan itu menyibukkan dan memalingkan kepada Allah. Jika pikiran
terpecah maka tidak bisa mengetahui berbagai hakekat. Oleh karena
itu, ilmu tidak akan diberikan kepada seseorang sebelum seseorang
tersebut menyerahkan seluruh jiwanya.
c. Tidak bersikap sombong kepada orang yang berilmu dan tidak
bertindak sewenang-wenang terhadap ustadz, bahkan ia harus
menyerahkan seluruh urusannya dan mematuhi nasehatnya. Oleh
60 Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi Esai-esai Pesantren, Yogyakarta : Lkis,2001, hlm. 6-7
61 Zamaksyari Dhofir, op.cit., hlm. 61-96
karena itu, penuntut ilmu tidak boleh bersikap sombong terhadap
ustadz. Di antara bentuk kesombongannya terhadap ustadz adalah
sikap tidak mau mengambil manfaat (ilmu) kecuali dari orang-orang
besar yang terkenal.
d. Hendaknya seorang santri menjaga diri dari mendengarkan
perselisihan diantara mereka, baik yang ditekuni itu termasuk ilmu
dunia ataupun akhirat. Karena itu akan membingungkan akal dan
pikirannya, dan membuatnya putus asa dari melakukan pengkajian dan
telaah mendalam.
e. Seorang penuntut ilmu tidak boleh meninggalkan suatu cabang ilmu
yang terpuji, atau salah satu jenis ilmu, kecuali ia harus
mempertimbangkan matang-matang dan memperhatikan tujuan dan
maksudnya.
f. Hendaknya seorang tidak menekuni semua bidang ilmu secara
sekaligus melainkan memulai dengan yang lebih mudah.
g. Hendaklah seorang santri tidak memasuki suatu cabang ilmu sebelum
menguasai cabang ilmu yang sebelumnya.
h. Hendaklah mengetahui faktor penyebab adanya ilmu yang mulia.
Yang dimaksud adalah kemuliaan hasil, kekokohan dan kekuatan dalil.
i. Hendaklah tujuan santri di dunia adalah semata-mata untuk menghias
dan mempercantik hatinya dengan keutamaan, dan akhirat adalah
untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan diri untuk
bisa berdekatan dengan makhluk tertinggi dari kalangan malaikat dan
orang orang yang didekatkan (muqorrobin). 62
Pola hubungan yang semacam ini, akan dapat mempererat
hubungan antara kyai dan santri, biasanya alumni dari pondok pesantren
tertentu yang telah berhasil menjadi tokoh di daerah asalnya akan berperan
sebagai perantara aktif antara masyarakat yang dipimpinnya dengan
pesantren tempat dahulu ia belajar ini akan menjadi pendukung yang
62 Sa’id bin Muhammad Daib Hawwa, “Al-Mustakhlash fi Tazkiyatul Anfus”, Penj.Annur Rafiq Shaleh Tamhid, Mensucikan Jiwa; Konsep Tazkiyatun Nafs Terpadu, (Jakarta:Robbani Press, 2000), hlm. 20-24.
tangguh bagi kelanjutan hidup pesantren tersebut, sebagai contoh adalah
bila santri bersilaturahmi kepada kyai yang mendewasakan ilmunya
seringkali alumni santri tersebut membawa serta calon santri yang baru
atau mungkin memberikan sumbangan untuk pesantrennya.
Dalam hubungan keseharian santri selalu memandang kyai atau
ustadznya dalam pengajian adalah sebagai orang yang mutlak harus
dihormati, bahkan dianggap memiliki kekuatan ghaib yang bisa membawa
keberuntungan (berkah) dan celaka (malati, mendatangkan madharat).
Yang paling ditakuti santri adalah kecelakaan bila ilmunya tidak manfaat.
Sehingga mewujudkan sebuah tradisi untuk senantiasa menghindarkan
perbuatan-perbuatan yang dapat mengundang kebencian kyai. Dan juga
mewujudkan sebuah kebiasaan bila santri menghadap kyai, sering kali
mendoakan kepada santrinya agar diberikan ilmu yang bermanfaat.63 Dan
juga membuat santri senantiasa berusaha untuk senantiasa hormat dan
tunduk kepada kyai dengan memanifestasikan dengan tindakan-tindakan
seperti, tidak berani berjalan di depannya, mencium tangan, dan lain
sebagainya.
2. Tradisi Gotong Royong
Demikian pula hubungan santri dengan santri, pesantren adalah
tempat tinggal para santri, maka santri tidak akan terlepas dari interaksi
dengan sesamanya, dengan kehidupan yang senantiasa bersama dalam satu
komplek, akan menuntut santri untuk memiliki sikap kebersamaan, dan
merasa senasib seperjuagan. Sehingga akan menumbuhkan sikap saling
tolong menolong, saling hormat menghormati, yang terefleksikan dalam
perilaku sehari-hari, seperti memasak bersama, belajar dan diskusi bersama
dan lain sebagainya.
Ada pula bentuk lain dalam tradisi pesantren, biasanya santri yang
sudah dewasa dan telah lama tinggal di pesantren akan ikut membantu
dalam proses belajar mengajar, dengan menjadi ustadz, mengajarkan kitab-
63 Lihat Nurkholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren Sebuah Praktek Perjalanan, (Jakarta:Paramadina, 1997), hlm. 19-20., hlm. 23-24
kitab yang ia kuasai dan mampu untuk diajarkan kepada yang lain. Hal ini
juga akan semakin menguatkan hubungan dan sikap saling hormat
menghormati antar sesama santri, sehingga menyebabkan adanya suatu
tradisi dalam pesantren adalah penggunaan panggilan “kang” atau “mbah”
bagi santri yang telah lama menjadi santri di pesantren, sebagai
penghormatan kedewasaanya dan juga karena tingkat pengetahuannya.
Kondisi pesantren yang sederhana, lingkungan yang terkesan
kurang tertata dan biasanya terletak di pedesaan menjadikan santri juga
hidup dalam kesederhanaan dengan penuh memegang dan menjaga hal-hal
yang sudah menjadi ciri khasnya, seperti berpakaian sarung, kopiah dan
juga menjalani kehidupannya secara mandiri seperti memasak, memenuhi
bahkan kadang ada yang mencari kehidupan sendiri, dengan mencari
pekerjaan di masyarakat sekitarnya, keadaan inilah yang menjadikan
mereka slalu saling membantu diantara sesama santri karena senasib
sepenanggungan.
Pada dasarnya akhlak terhadap sesama diajarkan oleh syariat Islam
secara garis besarnya menurut K.H. Abdullah Salim sebagai berikut:
a. Menghubungkan tali persaudaraanb. Saling tolong-menolongc. Membina persatuand. Waspada dan menjaga keselamatan bersamae. Berlomba mencapai kebaikanf. Bersikap adilg. Tidak boleh mencela dan menghinah. Tidak boleh menuduh dengan tuduhan fasiq atau kafiri. Tidak boleh bermarahanj. Memenuhi janjik. Saling memberi salaml. Menjawab bersinm. Melayat mereka yang sakitn. Menyelenggarakan pemakaman jenazaho. Membebaskan diri dari suatu sumpahp. Tidak bersikap iri dan dengkiq. Melindungi keselamatan jiwa dan hartar. Tidak boleh bersikap sombongs. Bersifat pemaaf. 64
64 Abdullah Salim, Akhlak Islam Membina Rumah Tangga dan Masyarakat, (Jakarta:Media Dakwah, 1994), hlm. 123-153.
Sifat-sifat dan akhlak yang harus dipelihara dan yang harus
disingkirkan di atas dimaksudkan untuk membina persaudaraan dan
persahabatan juga untuk memelihara persatuan ukhuwah Islamiah.
3. Bertutur Kata Sopan
Pengetahuan agama yang dimiliki dan ditekuninya akan
menjadikannya hidup dalam ke-religius-an disiplin dalam menjalankan
ibadah dan semua perilakunya dilandaskan pada ke-ikhlas-an untuk
mendapat ridho Allah SWT, hal ini terefleksi dalam tradisi dalam perilaku
kesehariannya seperti bertutur kata yang sopan diantara santri.
Tradisi menghormati sanior merupakan salah satu tradisi yang
dilakukan dengan panggilan yang sopan dan bertutur kata sopan dalam
kegiatan sehari hari.
Setiap muslim menjaga lidahnya, tidak berbicara kecuali yang baik
(bermanfaat) kalau suatu ketika ia harus berkata kasar maka, hendaklah hal
itu tetap dicegahnya sehingga ia harus diam, karena lebih selamat dari pada
berbicara yang tidak baik.65
65 Husaini A. Majid Hasim, Riyadhus Sholihin (Syarah), (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1993),hlm. 506
BAB III
INTERNALISASI NILAI-NILAI AKHLAK PADA SANTRI
DI PONDOK PESANTREN PUTRI AL-HIKMAH 2 BENDA
SIRAMPOG BREBES
A. Kondisi Umum Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes
1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Al-Hikmah 2
Pondok pesantren Al-Hikmah berdiri pada masa
penjajahan Belanda. Para pengasuh Pondok pesantren Al-
Hikmah dianggap oleh Belanda sebagai pengobar semangat
perjuangan. Akibatnya pada masa revolusi kemerdekaan
1945, sembilan asrama santri dihancurkan dan dibakar
tentara Belanda.
Cikal bakal berdirinya Pondok pesantren Al-Hikmah
tak lepas dari upaya KH. Cholil bin Mahali. Tahun 1991
beliau menghimpun para santri yang datang dari berbagai
desa untuk menimba ilmu kepadanya. Para santri yang
datang saat itu ditampung di kamar belakang masjid dan
rumah beliau. Sehingga proses belajar mengajar menjadi
lebih efektif. Pengajian yang diberikan saat itu adalah
pengajian kitab tauhid, fiqih, dan Qur'an Mujawwad bin
Nadhar.
Di samping membina para santri, kyai lulusan
pesantren Mangkang Semarang itu mengadakan pengajian
dari pintu ke pintu rumah penduduk desa. Pola ini
dilakukannya selama 10 tahun. Pendekatan yang dipakai
saat itu adalah bil hikmah wal mau'idatil hasanah
(kebijaksanaan, nasehat baik dan keikhlasan berdakwah).
Tahun 1922 KH. Suhaimi bin Abdul Ghoni, anak dari
kakak KH. Cholil pulang dari Makkah. Dengan usaha yang
keras mereka berdua mengembangkan bangunan pesantren
yang ada sejak tahun 1911, maka pata tahun 1926
terwujudlah pondok khusus takhfiz al Qur'an dan setelah
itu berturut-turut, mereka berhasil mendirikan sembilan
buah ruangan untuk asrama para santri.
Sejak itu arah dan sistem pendidikan pun segera
ditancapkan. Ada dua program yang dikembangkan.
Pertama, menyelenggarakan pengajian kitab kuning yang
diasuh oleh KH. Cholil. Kedua, pelajaran tahfidzul Qur'an
yang diasuh KH. Suhaemi, maka pada tahun 192966
didirikanlah Madrasah Ibtidaiyah Diniyyah, dan mendapat
izin operasional dari pemerintah Belanda pada tahun 1931.
Tidak sia-sia pembinaan yang dilakukan selama
bertahun-tahun oleh kedua kyai tersebut, hal ini terbukti
pada tahun 1932 dari sejumlah santri yang menghafal al-
Qur'an sudah ada lulusan santri yang khatam bil ghoib.
Dengan adanya santri yang sudah khatam tersebut, maka
pesantren Al-Hikmah mulai dikenal namanya di berbagai
daerah. Seiring dengan perkembangan tersebut, maka
kegiatan pesantren ini menjadi lebih komplek dan semarak.
Kegiatan yang ada tidak hanya sebatas menghafal al-
66 Sumber Data: Profil Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes tahun2010.
Qur'an tetapi sudah dibarengi dengan pendalaman dan
pengajian kitab kuning oleh tenaga-tenaga muda alumnus
dari berbagai pesantren yang antara lain ustadz Fauzan
Zain dari Rembang Jawa Tengah.
Penyelenggaraan pendidikan Al-Hikmah hingga
tahun 1947 dapat dikatakan berkembang pesat. Bahkan
selama periode itu pihak pesantren ini juga sempat
mengembangkan program secara lebih ragam yaitu bidang
Qiroatul Kutub, Qiroatul Qur'an, Binnadhar, Bil ghoib,
Bitaghoni (membaca al Qur'an dengan dilagukan), sistem
madrasi (klasikal), majlis taklim untuk umum dan dakwah
keliling ke beberapa daerah.
Namun perkembangan lembaga pendidikan
pesantren itu sempat terhenti, terutama setelah peristiwa
pembakaran pondok dan pembunuhan sejumlah ustadz dan
santri oleh penjajah Belanda pada tahun 1947-1948. di
antara para ustadz yang gugur adalah KH. Ghozali, H.
Miftah, H. Masyhudi Amin bin H. Animah, Sukri, Da'ad,
Wahyu, Siroj, dll. Selama tujuh tahun berikutnya laju
perkembangan terhenti. Tindakan ini terpaksa dilakukan
untuk menghindari penangkapan yang dilancarkan oleh
Belanda. Selama tujuh tahun itu pula Kyai Suhemi
mengungsi ke tempat yang lebih aman, sedangkan KH.
Cholil bersama menantunya KH. Ali Asy'ari dan kawan-
kawan lain yang masih hidup melestarikan secara diam-
diam lembaga pendidikan yang ada.
Setelah keadaan aman, dibangunlah kembali bagian-
bagian yang hancur, sebagian dibangun untuk untuk
menetap para santri, sedangkan sebagian yang lain
digunakan untuk mendirikan madrasah Ibtidaiyah.
Kini, sepeninggal KH. Cholil dan KH. Suhaemi,
pondok pesantren Al-Hikmah telah tumbuh maju dengan
pesat. Seiring dengan perkembangan yang pesat tersebut,
maka untuk memudahkan pengelolaan manajerial
pesantren dibuatlah dua pengelolaan. Pengelolaan yang
pertama Pondok Pesantren Al-Hikmah 1, pengelolaan yang
kedua Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 yang diasuh oleh
KH. Masruri Abdul Mughni (cucu Almarhum KH. Cholil
1955).
KH. Masruri Abdul Mughni dikenal luas di
masyarakat desa Benda dan masyarakat Kabupaten
Brebes. Sebagai pendidik yang memiliki sifat sabar dan
wira'i, sehari-hari lebih suka mengajar santri, dan
masyarakat daripada hanya mengatur santri. Sebelum
terjun mengelola Pondok Pesantren Al-Hikmah 2, KH.
Masruri Abdul Mughni menimba ilmu di Pesantren
Rembang Kediri, terus melanjutkan ke Pesantren
Tebuireng dn terakhir di Pesantren Bahrul Ulum
Tambakberas Jombang. Di samping sibuk mengelola
pesantren, kyai yang murah senyum ini ditunjuk oleh umat
Nahdliyin Jawa Tengah untuk menjadi Rois Syuriah
Wilayah Jawa Tengah. Pesantren ini menempati areal
seluas sepuluh hektar. Pada areal tanah seluas itu berdiri
sebuah masjid berukuran 30m x 30m, GOR (Gelora
Olahraga) 30 m x 30 m, asrama santri putra 75 kamar,
asrama santri putri 93 kamar. Asrama santri khusus
takhfidz al- Qur'an sebanyak 51 kamar, para santri yang
menginap di pesantren ini tidur secara masal 10 hingga 20
orang.
2. Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren Al-Hikmah 2
a. Visi
Pondok pesantren Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes
mempunyai Visi mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas
tinggi dalam keimanan dan ketakwaan dengan penguasaan dan
pemahaman terhadap ajaran agama, Ilmu pengetahuan, teknologi,
sehingga mampu beraktualisasi diri di Era Globalisasi, dan menjadikan
pesantren yang memberi manfaat (inspirasi/landasan) dalam
pengembangan sistem pendidikan, pengajaran dan dakwah.
b. Misi
1) Menyiapkan sumber daya manusia Islami yang memahami ilmu
agama (faqih fiddin), kokoh beragama ( mutamassik bidinihi ) dan
luhur dalam berperilaku ( uswatun khasanah / akhlaqul karimah )
2) Membina kehidupan masyarakat yang sehat, Islami, serta
mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai keislaman.
3) Mendukung proses pembangunan nasional melalui penyediaan
sumber daya insani yang memiliki jiwa pengorbanan, semangat
beragama, serta luwes dalam bersikap.
c. Tujuan
1) Menghasilkan santri yang faqih fiddin, mutadayyin, dan
muta’addib.
2) Mewujudkna masyarakat yang melestarikan nilai-nilai keislaman.
3) Mewujudkan semangat membangun yang berlandaskan pada
pengembangan ilmu pengetahuan, dan sikap beragama yang.
Handal.67
3. Letak Geografis Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah 2
Pondok pesantren ini terletak di tengah-tengah perkampungan,
tepatnya di desa Benda kecamatan Sirampog kabupaten Brebes Jawa
Tengah. Tepatnya 7 km dari kota Bumiayu. Pondok Pesantren Al-Hikmah
2 menempati areal seluas 10 Ha, berada di ketinggian 200 meter dari
permukaan laut. Sedangkan untuk batas-batas wilayah Pondok Pesantren
Putri Al-Hikmah 2 sebagai berikut;
a. Sebelah Barat dibatasi oleh Wartel Bapak Drs. H.Sulkhi Aziz
b. Sebelah Utara dibatasi oleh gerbang menuju rumah penduduk.
c. Sebelah Selatan dibatasi oleh gedung MA Al-Hikmah 2
d. Sebelah Timur dibatasi oleh gerbang SMA Al-Hikmah 2.68
4. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Al-Hikmah 2
Sejak berdirinya Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 sampai sekarang,
memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut :
a. Masjid Annur berlantai 2 dengan ukuran 30x30 m
b. GOR dengan ukuran 30x 30 m
c. Perpustakaan
d. Mushalla
e. Wisma
f. Asrama santri putra 75 kamar dan putri 93 kamar,asrama PTQ 51
kamar
g. Ruang belajar komplek putra 61
h. Ruang belajar komplek putri 80
67 Sumber Data: Profil Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes tahun2010.
68 Sumber Data: Profil Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes tahun2010.
i. Lab komputer 6 ruang @ 10 m x 10 m
j. Lab Bahasa 3 ruang @ 15 m x 40 m
k. Taman anggrek (budidaya angrek) 15 m x 40 m
l. Area perternakan dan perikanan
m. Area pertanian.69
5. Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2
Pondok pesantren Al-Hikmah 2 menggunakan perpaduan sistem
pendidikan yaitu sistem pendidikan tradisional dan sistem pendidikan
modern yang dikembangkan dengan cara pengasuhnya.
Adapun penyelenggaraan pendidikan pondok pesantren Al-
Hikmah 2 yang menampung santri dari Jawa dan luar Jawa itu
menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pengajaran sebagai berikut:
a. Pendidikan Keagamaan/Pengajian
1) Pengajian kitab klasik (kitab kuning) yang diikuti semua santri dan
pendudukan sekitar.
2) Pengajian umum baik berkala maupun mingguan
3) Pesantren kilat atau pesantren liburan untuk menampung siswa
maupun mahasiswa luar yang sedang libur
4) Tahfidhul Qur'an untuk santri putra dan putri
5) Pengiriman mubaligh atau mubalighoh ke daerah-daerah yang
dibutuhkan.
b. Pendidikan sekolah
1) TK Roudotul Atfal
2) MI atau madrasah ibtidaiyah terakreditasi B
3) MTS terakreditasi A
4) SMP terakreditasi A
5) SMA terakreditasi A
6) MA(madrasah aliyah)2 Terpadu terakreditasi A
69 Sumber Data: Profil Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes tahun2010.
7) Madrasah Muallimin-Muallimat
8) Ma’had ’Aly
9) AKPER
c. Pendidikan Luar sekolah
Pendidikan wajar diknas, kejar paket B dan paket C.
Pondok pesantren AI-Hikmah 2 yang dipimpin oleh seorang
pengasuh utama yang dalam pelaksanaan kegiatan pesantren (dibantu oleh
dewan divisi (putra-putri pengasuh), pembina dan pengurus. Kolektifitas
kerja pengurus dimenej dengan sistem organisasi lembaga pendidikan
yang hasil kerjanya dievaluasi pada tiap dua tahun yaitu pada kongres
pondok pesantren. Pada ajang kongres ini terasa sekali pembangunan
demokratisasi untuk para santri.
Kolektifitas kerja dewan pengurus ini dibagi menjadi beberapa
divisi yang meliputi:
a. Bidang pendidikan
b. Bidang keamanan
c. bidang litbang
d. Bidang rumah tangga
e. Bidang penerangan
f. Bidang usaha dan perekonomian.70
Yang masing-masing bidang memiliki program tersendiri,
sebagaimana yang telah dirumuskan pada forum kongres pondok
pesantren Al Hikmah 2 yang dilaksanakan dua tahun sekali.
a. Bentuk program pendidikan pondok pesantren Al-Hikmah 2
Kemudian yang terkait dengan program pendidikan pondok
pesantren Al Hikmah 2, bertujuan sebagai berikut:
1) Mendidik para santri agar menjadi orang yang salimul Aqidah,
sokhikhul ibadah, dan matinul khuluk.
70 Sumber Data: Profil Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes tahun2010.
2) Menetapkan ilmu-ilmu dasar keislaman yang dapat membentuk jati
diri santri
3) Mendidik para santri agar menjadi santri yang peka dan peduli
pada lingkungan dan masyarakat.
Bentuk-bentuk program:
1) Mempelajari, mengkaji dan mendiskusikan kilab-kitab ahlusunnah
waljama'ah dengan mengutamakan kitab-kitab tauhid, fiqih dan
akhlak.
2) Mengadakan bimbingan praktek ibadah dan Akhlak
3) Memantau dan mengawasi perilaku keseharian santri
4) Melestarikan tradisi ulama
5) Mempelajari dan mendiskusikan pemikiran-pemikiran keislaman
yang berbeda dengan mengadakan halaqoh-halaqoh.
6) Mengefektifkan sholat jama'ah
7) Meningkatkan kualitas santri dalam menggunakan bahasa Arab
dengan mengadakan pengajian ilmu alat
8) Melatih santri dalam berorganisasi dengan mengadakan BSK dan
sejenisnya
9) Mengadakan forum diskusi
10) Melaporkan hasil evaluasi pembelajaran dan pendidikan santri
kepada wali santri
b. Jadwal Kegiatan Pengajian Harian
Waktu Jenis Kegiatan(kitab yang dikaji) Peserta
05.00 – 06.00 - Pengajian al-Qur’an Semua santri06.00 – 06.45 - Pengajian wetonan fiqih
- Ta’lim al-Muta’allim Kelas I MMA, I MTs,I SMP,SP
- Bidayatul Hidayah Kelas II MMA dan II MTs- Irsyadul Ibad Kelas III MMA dan III SMA- Tafsir Jalalain Kelas II-III MAU,IV-VI
MMA,II-III MAK07.00 – 08.00 - Fathul Wahab Mahasiswa Ma;had ’Aly17.00 – 18.00 - Tafsir al-Munir Mahasiswa Ma’had ’Aly
- Riyadh al-Shalihin18.30 – 19.30 - Hidayat As-Sibyan dan
Yanbu’aKelas I MTs dan I MAU,MAK,SP MMA
- Aj-Jurumiyah Kelas II MTs dan II MAU- Al-Imriti Kelas III MTs dan III
MAU,II MAK,II MMA
6. Santri Pondok Pesantren Al-Hikmah 2
Hampir setiap tahunnya santri putri Al-Hikmah 2 selalu bertambah.
Dan ada beberapa macam/ kriteria santri, antara lain :
a. Santri kalong (yang tidak bermukim di pondok) santri kalong ini
adalah warga asli dari desa Benda dan sekitarnya yang datang ke
pondok hanya untuk mengikuti pengajian.
b. Santri mukim adalah santri yang menetap dipondok dan wajib
bersekolah di lingkungan pesantren.
Sedangkan jika dikelompokkan sesuai dengan tata tertib yang ada
dipesantren Al-Hikmah 2, maka terdapat 2 kriteria keanggotaan,yaitu:
1. Anggota biasa adalah santri yang resmi mendaftarkan diri menjadi
santri Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 dan atau sedang menjadi
pengurus.
2. Anggota luar biasa adalah santri yang bertempat di “ndalem”dan atau
yang membantu catering Pondok Pesantren Al-Hikmah 2.
Adapun jumlah santri Al Hikmah 2 seluruhnya ada 4.926 santri,
dengan perincian : 2.314 santri putra, dan 2.612 santri putri.
Santri putri Al Hikmah 2 ini antara lain berasal dari Jawa Tengah
seperti Brebes,Tegal, Cilacap, Pemalang, Pekalongan, hingga Jakarta. Ada
pula dari Jawa Barat seperti Cirebon, Indramayu, Bogor bahkan ada yang
berasal dari luar Jawa seperti Lampung, Sumatra, Riau.
B. Materi Pendidikan Akhlak di Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah 2
Benda Sirampog Brebes
Mengenai materi yang sudah lazim diajarkan di pondok pesantren,
mengambil kitab-kitab karangan para ulama klasik. Dan untuk dapat
memahami kitab-kitab tersebut para santriwati yang duduk pada kategori kelas
kelas awaliyah dibekali dengan materi penguasaan nahwu (tata bahasa), sorof
(etimologi), misalnya kitab al-Jurumiah, al-Imriti, dan alfiyyah serta
Amtsilatul Tasrifiyah (sebuah kitab kecil yang membahas dari segi etimologi).
Setelah itu santriwati dituntut untuk menerapkannya dalam pemahaman pada
teks-teks kitab klasik yang meliputi fikih, ushul fikih, hadits, tafsir, tasawuf,
tauhid serta tarikh.71
Sistem pengajaran yang digunakan di pesantren ini adalah sistem
bandongan atau dikenal juga dengan sistem weton. Dalam sistem ini
sekelompok santri dalam jumlah besar mendengarkan seorang guru yang
membaca, menterjemahkan, menerangkan, dan seringkali mengulas buku-buku
Islam dalam bahasa Arab. Setiap santriwati memperhatikan kitabnya sendiri
dan membuat catatan-catatan baik arti maupun keterangan tentang kata-kata
atau buah pikiran yang sulit.
Sistem lain yang diterapkan dalam pembelajaran di Pondok Pesantren
Putri Al-Hikmah 2 adalah sistem sorogan. Sistem ini menekankan kepada
bimbingan secara individual. Sistem sorogan ini merupakan sistem yang
sangat sulit, karena dituntut adanya kedisiplinan, kesabaran, kerajinan,
ketaatan yang intens dari setiap santriwati yang mengikutinya. Di samping itu
banyak yang tidak menyadari bahwa mereka seharusnya mematangkan diri
pada tingkat selanjutnya di pesantren, sebab pada dasarnya hanya santriwati-
santriwati yang telah menguasai bahan pelajaran pada sistem sorogan inilah
yang dapat memetik keberhasilan pada sistem bandongan di pondok pesantren.
Sistem sorogan dinilai lebih efektif sebagai sistem pendidikan pada taraf
permulaan santriwati mengikuti pendidikan di pondok pesantren.
Selain metode (Bandongan dan sorogan) yang menjadi ciri khas
pesantren di atas, Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah 2 juga menggunakan
71 Wawancara dengan Minhatul Maula, selaku pengurus Pondok Pesantren Putri al-Hikmah 2 pada tanggal 4 Januari 2010
beberapa metode lain yang dianggap relevan dan dapat menunjang
keberhasilan pembelajaran. Seperti metode musyawarah (diskusi), takror
(pengulangan pelajaran oleh siswa dilakukan secara bersama dalam satu
kelas), muhafadzoh (menghafalkan) dan tadribat.
Metode diskusi disajikan dengan cara para santri membahas masalah-
masalah-masalah tertentu secara kelompok biasanya harus menyampaikan
hasil musyawarah kelompoknya, kemudian dibahas bersama dengan hasil
kelompok lain. Metode ini biasanya digunakan bila materi pelajaran terdapat
banyak kesulitan dan perlu dibicarakan bersama.
Metode takror adalah metode dengan cara mengulang-ulang pelajaran
yang telah disampaikan pada siang hari kemudian kegiatan takror dilakukan
pada malam hari. Materi yang dibahas sama persis dengan materi yang
disampaikan guru pada siang hari. Metode ini dipakai untuk setiap materi
pelajaran. Jadi tidak ada satupun materi pelajaran yang tidak dibahas kembali
pada metode ini.
Metode muhafadzoh adalah metode mengajar yang ditempuh dengan
cara santriwati disuruh menghafalkan materi pelajaran yang diberikan guru.
Materi yang dihafalkan biasanya berupa syair-syair yang disertai dengan
terjemahannya. Pada metode ini siswa diharuskan mampu menghafal materi
pelajaran dalam batas waktu tertentu. Biasanya siswa disuruh ke depan kelas
untuk menghafalkan materi pelajaran tertentu dan guru mencatat setiap
kemajuan yang dicapai oleh siswa (santriwati).72
Sedangkan metode tadribat adalah metode yang ditempuh dengan cara
guru memberikan soal-soal latihan kepada siswa (santriwati) pada setiap
materi pelajaran. Biasanya metode ini diberikan jika satu pokok bahasan
selesai, baik di dalam kelas secara langsung maupun berupa pekerjaan rumah.
Beberapa metode pengajaran yang disampaikan sebagaimana
dijelaskan di atas, mempunyai ciri khas baik dalam tujuan dan fungsinya
maupun cara penggunaannya. Jika metode-metode yang diterapkan dalam
pesantren tersebut dikaitkan dengan metode mengajar secara umum (dalam
72 Observasi di Pondok Pesantren Putri al-Hikmah 2 tanggal 4 Januari 2010
pendidikan umum), maka akan ditemukan beberapa kesesuaian meskipun tidak
berarti sama.
Metode bandongan sebagai ciri khas metode pengajaran di pesantren
yang teknik penyampaiannya dengan cara guru membacakan kitab dan
santriwati hanya mendengarkan, menyimak dan mencatat hal-hal penting
meskipun kadang-kadang kurang tahu betul yang diterangkan oleh guru, ada
kemiripan dengan metode ceramah yang dipakai dalam pendidikan
persekolahan pada umumnya.
Perbedaannya adalah, kalau metode ceramah biasanya santri diberikan
kesempatan oleh ustadz untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami,
tetapi metode bandongan ustadz sama sekali tidak memberi kesempatan untuk
bertanya, sehingga bisa saja terjadi setelah usai pelajaran ada siswa yang tidak
paham sama sekali tentang pelajaran yang diberikan ustadz.
Yang merupakan metode khas pesantren lagi adalah metode sorogan.
Metode ini memang agak kurang relevan jika diterapkan dalam pengajaran di
sekolah umum. Walaupun metode ini cukup efektif dalam mentransferkan
setiap materi pelajaran dan melatih setiap santri untuk disiplin dan tanggung
jawab secara pribadi namun sangat membutuhkan banyak waktu, karena setiap
santri harus ditangani satu persatu. Dan itu akan mambutuhkan banyak
waktu,disamping muatan kurikulum juga memungkinkan untuk tidak
terselesaikan dengan tuntas.
Adapun metode-metode yang lain, seperti musyawarah, takror,
muhafadzoh, dan tadribat, karena sedikit banyak merupakan metode yang
mengacu pada metode pangajaran pada umumnya, maka sudah barang tentu
banyak kesamaan-kesamaan meskipun tidak semuanya relevan jika diterapkan
pada sistem pengajaran pada sekolah umum. Misalnya adalah metode takror
dan muhafadzoh, metode mengulang-ulang pelajaran secara mendetail seperti
diatas jarang diterapkan di sekolah formal pada umumnya, karena terlalu
banyak memakan waktu di mana hal ini akan menghambat tercapainya target
kurikulum.
Yang jelas, masing-masing metode mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Agar metode tersebut betul-betul dapat digunakan sebagai media
yang efektif maka cara penggunaannya harus tepat, sehingga justru tidak
menjadi penghambat.
Di Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah 2 yang mencirikan salafiyahnya
ada beberapa kitab yang secara langsung maupun tidak langsung berisi tentang
materi-materi akhlak yang dijadikan materi pembelajaran pendidikan akhlak
santriwati. Kitab yang banyak mengandung materi tentang akhlak yang
diajarkan di pondok Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah 2 adalah kitab Ta lim
al-Mutta allim karangan Imam al-Zarnuji yang berisi tentang etika-etika dalam
mencari ilmu. Di antaranya adalah materi tentang :
1. Kedudukan ilmu dan orang yang berilmu serta keutamaan-keutamaannya.
2. Keikhlasan karena Allah dalam mencari ilmu
3. Etika penghormatan terhadap ilmu dan ahli ilmu (guru) yang merupakan
syarat untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat.
a. Penghormatan terhadap guru harus direalisasikan dalam bentuk-bentuk
prilaku antara lain :
1) Tidak berjalan di depannya.
2) Tidak duduk di tempat duduknya
3) Tidak mengawali pembicaraan kecuali atas ijinnya
4) Tidak banyak bicara sekiranya dapat membuat guru menjadi bosan
5) Tidak menggesa-gesa untuk beralih ke pembahasan lain.
6) Mencari ridhonya dan menjauhi kemarahannya
7) Menjalankan segala perintahnya kecuali maksiat kepada Allah
8) Menghormati keluarganya
9) Membantu keperluan-keperluannya.
b. Penghormatan terhadap ilmu yang direalisasikan dalam bentuk
penghormatan terhadap kitab yang dipelajari, antara lain dengan :
1) Tidak memegangnya kecuali dalam keadaan suci
2) Menempatkan pada tempat yang lebih tinggi
3) Menulis didalamnya dengan bagus dan jelas
4) Tidak menulis padanya dengan tinta merah
5) Dan lain-lain.
4. Kesungguhan dan mempunyai cita-cita yang tinggi dengan cara :
a. Mempelajari suatu pelajaran sampai betul-betul dikuasai.
b. Tidak bermalas-malasan
c. Tidak banyak tidur dan memanfaatkan waktu malam untuk belajar
d. Tidak banyak makan sampai kekenyangan
e. Berusaha dengan sabar.
f. Dan lain-lain.
5. Rasa syukur kepada Allah, menghilangkan sifat kikir, sombong, tamak.
6. Tawakkal dengan senantiasa menumbuhkan pada dirinya untuk berbuat
baik dan menjaga dari perbuatan buruk (hawa nafsu).
7. Sifat kasih sayang dan saling menasehati
8. Sifat wira’i menjaga diri dari yang diharamkan.
9. Hal-hal yang dapat menyebabkan memudahkan hafalan
a. Bersungguh-sungguh dan telaten
b. Tidak banyak sarapan
c. Sholat malam
d. Memperbanyak membaca al-Qur'an
e. Menjauhkan diri dari perbuatan maksiat
10. Hal-hal yang dapat mendatangkan (memudahkan) dalam mencari rizki.
a. Banyak sedekah
b. Bangun pagi
c. Kebersihan
d. Berbicara baik
e. Sholat khusyu’
f. Sholat dhuha
g. Memperbanyak membaca al-Qur'an terutama surat al-Waqi’ah, al-Mulk,
al-Muzzamil, al-Lail, al-Insyiroh dll.
h. Memperbanyak dzikir kepada Allah.
11. Hal-hal yang dapat menyulitkan dalam mencari rizki.
a. Berbuat dosa
b. Berbohong
c. Tidur di waktu shubuh.
d. Banyak tidur
e. Tidur dengan telanjang
f. Dan lain-lain
Selain kitab Ta lim al-Muta allim, juga diajarkan beberapa kitab yang
berkaitan dengan nilai-nilai akhlak, antara lain adalah:
1. Nasoikhul Ibad kitab ini berisi tentang etika beribadah
2. Bidayatul Hidayah di dalamnya berisi tentang etika anak dalam
berhubungan dengan Tuhan, manusia dan alam sekitar, kitab ini juga
menjelaskan etika terhadap orang tua
3. Irsyadul Ibad, dalam kitab ini berisi tentang hormat-menghormati antar
sesama.
4. Hadits Arbain Nawawi, yang berisi Hadits tentang :
a. Keikhlasan niat
b. Keutamaan belajar dan mengajarkan al-Qur'an
c. Iman terkait dengan menolong tetangga
d. Tentang mengucapkan salam
e. Persatuan
f. Iman terkait dengan berbuat baik
g. Zuhud
h. Menghormati ulama dan lain-lain
5. Hadits Riyadh al-Shalihin yang berisi hadits tentang:
a. Hukum-hukum fiqih, termasuk muamalah.
b. Sifat-sifat terpuji seperti sabar, jujur, muroqobah, istiqomah, saling
tolong-menolong, ikhlas, dan lain-lain.
c. Keutamaan-keutamaan perilaku-perilaku baik
d. Adab dan tatakrama
e. Pakaian
f. Salam
g. Dzikir
h. Larangan-larangan bagi muslim
i. Dan lain-lain
6. Selain materi wajib yang diajarkan di Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah
2, santri putri juga banyak yang mempelajari kitab-kitab yang
mengandung unsur materi akhlak seperti, nurul yakin, nurudz dzalam,
hidayatus syibyan. dan lain sebagainya.73
Dari uraian diatas dapat peneliti simpulkan bahwa materi pendidikan
akhlak yang dilakukan di Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah 2 dilakukan
dengan mengajarkan kajian kitab-kitab klasik yang mengedepankan akhlakul
karimah seperti Ta lim al-Muta allim, Hadits Riyadh al-Shalihin, Hadits
Arbain Nawawi dan sebagaimana karena kitab-kitab klasik tersebut sudah
teruji kemampuannya dalam membentuk perilaku santriwati yang shaleh yang
selama ini berkembang di pondok pesantren di Indonesia.
C. Kegiatan dan Aktivitas di Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah 2 Benda
Sirampog Brebes
Secara kronologis kegiatan atau aktivitas santriwati Pondok Pesantren
Putri Al-Hikmah 2 selama 24 jam dapat di lihat pada tabel berikut ini:74
Tabel IKegiatan Harian
Jam/Waktu Jenis Kegiatan04.0004.3005.0006.0007.1508.0013.0014.0018.0018.30
Bangun pagiJamaah shalat subuhPengajian Al-Qur'anPengajian wetonan/bandonganSekolah (bagi yang masuk pagi)Kegiatan ekstra bagi yang masuk soreSekolah (bagi yang masuk sore)Kegiatan esktra bagi yang masuk pagiJamaah shalat maghribPengajian sorogan (ilmu alat) Madrasah Diniyah (siswaSMP dan SMA)
73 Dokumentasi Pondok Pesantren Putri al-Hikmah 2 tahun 2010 dan observasi padatanggal 4 Januari 2010
74 Dokumentasi Pondok Pesantren Putri al-Hikmah 2 Tahun 2010
19.3020.0021.0022.00
Jamaah shalat Isya’Pengajian sentral (bandongan) untuk umumTakroruddurusIstirahat
Dari data di atas maka dapat diketahui bahwa kegiatan yang paling
pokok adalah belajar dikelas sesuai dengan jenjangnya. Disamping kegiatan
harian juga ada kegiatan yang sifatnya mingguan, bulanan, bahkan tahunan.
Jadwal kegiatan tersebut tertera dalam tabel dibawah ini:75
Tabel IIKegiatan Mingguan
Jam/Waktu Jenis KegiatanAhad (16.00 – 17 00)Senin (20.00 – 21.30)Kamis (20.00 – 21.30)Jum’at (05.00 – 06.15) (06.15 – 07.30) (07.30 – 08.15) (16.00 – 17.00)
Senin baca al-Qur’anPengajian bahasa Arab dan latihan khitobahBarzanji/Diba’i dan latihan khitobahPengajian sentralKulih subuhRoan umum/komplekDibai untuk santri baru dan tilawah al-Qur’anuntuk santri lama
Tabel IIIKegiatan Bulanan
Waktu Jenis Kegiatan1. Kamis
(20.00 – 21.30)- Legi- Pahing- Pon- Wage- Kliwon
2. Jum’at(05.00 – 07.30)- Legi- Pahing- Pon- Wage- Kliwon
Barzanji/Diba’i dan latihan khitobah
Organisasi Daerah (ORDA)Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)KomplekKubro/sentralShalat tasbih kubra dan tilawah al-Qur’an 30 juzKuliah subuh
Kitab Nurudz Dzholam dan Al Fajru AshodiqKitab Alminahul Fikriyah dan BurdahKitab Nurudz Dzholam dan Nashoihul ’IbadKitab Tazkiyatun Nufus dan Mukhtarul Al HaditsKitab Tazkiyatun Nufus dan Adduru’ul Mani’ah
Tabel IVKegiatan Tahunan
75 Dokumentasi Pondok Pesantren Putri al-Hikmah 2 Tahun 2010
NO Jenis Kegiatan1234
Haflah al-KubroHaflah Khatmil Qur’anHaflatul TaudiPeringatan Hari Besar Islam
Jika kita amati maka para santriwati disamping mendapatkan
pendidikan formal juga diberikan pelajaran tambahan seperti pendidikan
keterampilan, dan berpidato. Semua itu dimaksudkan untuk mendidik para
santriwati agar terampil dalam berbagai bidang. Lebih dari itu yang seniorpun
tetap mendapat bimbingan dan pengarahan dari pengasuh untuk meningkatkan
kemampuannya dalam membimbing adik-adiknya.
Selain bentuk tradisi dan kebiasaan tersebut di atas, Pondok Pesantren
Putri Al-Hikmah 2 terutama dalam kegiatan sehari-hari juga diterapkan tata
tertib dan peraturan yang mengikat kepada semua santriwati, yaitu:
1. Semua santri dilarang bertempat tinggal di dua tempat.2. Semua santri dilarang mengganggu ketenangan orang lain.3. Semua santri dilarang memiliki alat-alat elektronik semacam Radio,
Televisi,Tape Recorder, Game Watch, Walkmen dan Hand Phone,MP4/3,dan lain-lain.
4. Semua santri dilarang keluar kecuali hari Jum'at dan Selasa serta sudahmendapat izin dari pengasuh atau pengurus.
5. Semua santri dilarang menonton pertunjukan (Kecuali yangdiselenggarakan oleh pondok).
6. Semua santri dilarang mengikuti kegiatan diluar wilayah pondok pesantrenAlhikmah 2 (kecuali ada izin tertulis dari pengasuh).
7. Semua santri dilarang Sekolah diluar Pondok Pesantren Alhikmah 2.8. Semua santri dilarang berpacaran atau hubungan lawan jenis baik langsung
maupun tidak langsung.9. Semua santri dilarang bergaul dengan anak desa yang berdampak negatif10. Semua santri dilarang bermain judi atau sejenis judi, minum-minuman
keras, mengkonsumsi obat-obat terlarang, merokok, dan melakukanhomosex atau lesbian.
11. Semua santri dilarang merusak atau mengambil hak milik orang lain baikdidalam maupun diluar pondok pesantren tanpa seizin pemiliknya.
12. Semua santri dilarang melakukan pengancaman, perkelahian ataupenganiayaan dengan menggunakan alat-alat tajam atau tidak, baikdidalam maupun diluar pondok pesantren.
13. Semua santri dilarang mencemarkan nama baik Pondok Pesantren AlHikmah 2.
14. Semua santri dilarang memakai pakaian tidak syar'i.
15. Semua santri dilarang membeli kebutuhan apa saja diluar pondokpesantren Al Hikmah 2, kecuali pesantren tidak menyediakan.
16. Semua santri dilarang memiliki pakaian lebih dari ketentuanSantri Putra Santri Putri
a. Jumlah pakaian yang dimiliki:- 3 stel seragam sekolah- 3 stel pakaian bebas- 1 stel baju olah raga- 1 jaket/jas- 3 stel pakaian sholat
b. Model Pakaian Sholat setiap santriadalah busana muslim yang tidakketat, tidak bergambar (polos), danbukan berupa kaos.
c. Model pakaian sholat setiap santriharus menutup aurat dan sopan
a. Jumlah pakaian yang dimiliki:- 3 stel seragam sekolah- 4 stel pakaian bebas- 1 stel pakaian olah raga- 2 stel pakaian tidur yang Islami- 1 jaket/jas- 1 stel pakaian khusus shalat
b. Model Pakaian Sholat setiapsantri adalah busana muslim yangtidak ketat, tidak bergambar danbukan berupa kaos
c. Maksi atau bawahan tidak adabelahannya
17. Semua santri putra dilarang memasuki wilayah komplek atau kamar putridan sebaliknya tanpa seizin pengurus
18. Semua santri putri dilarang membiarkan wali santri laki-laki atau santriputra masuk ke wilayah komplek atau kamar putri.
19. Semua santri dilarang tidak memakai almamater ketika pulang atau hendakkembali ke pondok.
20. Semua santri dilarang merusak atau mengotori fasilitas yang ada dipondok.
21. Semua santri dilarang memiliki atau menyimpan buku-buku, gambar-gambar atau foto-foto terlarang.
22. Semua santri dilarang membohongi atau melecehkan pengasuh, pembinadan pengurus.
23. Semua santri dilarang memiliki, menyimpan atau menggunakan senjatatajam atau berbahaya.
24. Semua santri dilarang terlambat masuk atau kembali ke pondok25. Semua santri dilarang metanggar kebijakan yang telah ditentukan oleh
pengasuh, pembina dan pengurus.
Demikian berbagai aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang
berlaku di Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah 276
Karena keadaan santriwati sangat majemuk, dalam arti berasal dari
berbagai penjuru tanah air, untuk menghindari timbulnya rasa kedaerahan atau
provinsialisme yang tidak sehat di kalangan para santriwati Pondok Pesantren
76 Sumber Data: Tata Tertib Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebestahun 2010.
Putri Al-Hikmah 2, maka mereka di dalam asrama dicampur atau dibaurkan
dengan santriwati dari daerah lain. Untuk mengontrol kedisiplinan santriwati
dalam mematuhi tata tertib pondok pesantren, pengurus mengadakan absensi
setiap hari.
Mengenai perizinan keluar wilayah pondok, para santri hanya
diperbolehkan izin pada hari selasa dan jum’at,bagi santri yang hendak izin
pulang harus melalui pengasuh langsung.sedangkan jika hendak izin ke
wilayah desa Benda dan sekitar wilayah Pesantren Al-Hikmah 2,maka alur
perizinan melalui pengurus bagian keamanan.77
Dengan adanya berbagai tata cara atau peraturan yang berlaku di dalam
pondok pesantren tersebut, menuntut para santri putri agar memiliki akhlak
yang mulia, dapat hidup teratur, bersih, disiplin, punya rasa tanggung jawab,
suka kebersamaan dan menjauhkan dari sifat individualisme. Kesemuanya itu
adalah merupakan salah satu usaha mendidik, membimbing, merealisasikan
apa yang telah di peroleh santri putri Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah 2
dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam membentuk akhlakul karimah.
D. Internalisasi Nilai-nilai Akhlak pada Santri Pondok Pesantren
Al-Hikmah 2
Esensinya nilai-nilai akhlak yang diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari oleh santri merupakan refleksi dari diri seorang santri. Seorang
santri yang membiasakan untuk berlaku sopan, maka akan membentuk pribadi
yang santun dan taat pada norma-norma agama. Namun sebaliknya, seorang
santri yang membiarkan dirinya melakukan hal-hal yang dilarang agama, maka
akan membentuk karakter-karakter pemberontak yang menafikan ajaran
agama.
Proses internalisasi nilai-nilai akhlak pada santri Pondok Pesantren Al
Hikmah 2 pada dasar dilaksanakan sesuai dengan tujuan dari pondok pesantren
itu sendiri, yaitu membina insan yang berkualitas baik iman, ilmu dan amalnya
77 Wawancara dengan Minhatul Maula pengurus Pondok Pesantren Putri al-Hikmah danobservasi pada tanggal 4 Januari 2010
sehingga kelak mampu menjadi pemimpin umat dalam segala lapisan. Ranah
akhlak merupakan ranah aplikatif, dalam artian orientasi dari internalisasi
nilai-nilai akhlak adalah membentuk pribadi santri yang berakhlakul karimah.
Dalam rangka membentuk pribadi santri yang berakhlakul karimah tersebut,
Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 menekankan aspek akhlak ini dalam setiap
aktifitas di pesantren, di antaranya adalah:
1. Melalui pemberian materi-materi akhlak
Seperti telah di atas materi-materi akhlak yang diberikan dalam
pembelajaran di pesantren ini sebagian besar berorientasi pada pemberian
bekal akhlak pada santri. Materi akhlak ini diambilkan dari kitab-kitab
klasik Ta’lim Muta’alim. Melalui materi-materi akhlak ini, santri memiliki
bekal minimal secara teoritis yang kemudian bisa diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Intensitas pengkajian kitab-kitab akhlak ini akan
memberikan dampak positif bagi pembentukan akhlak santri. 78
Materi-materi akhlak yang diberikan di pondok pesantren
merupakan basic awal bagi santri untuk membiasakan berperilaku, bertutur
kata dan bersikap sesuai dengan anjuran agama. Sehingga harapannya,
setelah proses pembelajaran selesai, santri dapat mengaplikasikan materi
akhlak tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
2. Melalui aktifitas sehari-hari
Tolok ukur keberhasilan pembelajaran akhlak adalah dari
sejauhmana santri mampu mengaplikasikan nilai-nilai akhlak dalam
kehidupan sehari-hari. Santri dinilai sudah memiliki akhlak yang bagus
jika dalam kehidupannya dia selalu berperilaku dengan didasari oleh nilai-
nilai agama. Begitu juga dalam kehidupan santri di Pondok Pesantren
Al-Hikmah 2, santri dibiasakan untuk menjalankan aktifitas berdasarkan
rambu-rambu agama dan atas dasar amar ma ruf nahi munkar.
Untuk dapat menyelami esensi dari nilai-nilai akhlaku itu sendiri,
santri harus mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Santri tidak
78 Wawancara dengan Minhatul Maula pengurus Pondok Pesantren Putri al-Hikmah danobservasi pada tanggal 4 Januari 2010
hanya tahu tentang konsep kesopanan, tapi juga mampu menerapkannya
dalam kehidupan bermasyarakat. Tradisi pesantren memberikan porsi yang
besar bagi santri untuk membentuk pribadi yang berakhlakul karimah.
Dalam interaksi sosialnya di lingkungan pesantren santri diharuskan
berlaku sopan dan bersikap sesuai dengan aturan-aturan agama yang
dibakukan dalam peraturan pondok pesantren. Misalnya aturan untuk
berpakaian yang sopan, larangan bergaul dengan lain jenis, larangan
mencuri dan lain sebagainya. Disamping itu juga ada aturan-aturan yang
sifatnya non formal dan sudah menjadi tradisi pondok yang juga ikut
berperan dalam membentuk akhlak santri, seperti membiasakan salam,
memanggil dengan sebutan yang sopan, dan lain sebagainya.79
Melalui kebiasaan positif seperti di atas, maka akan terbentuk
pribadi muslim yang mampu mengembangkan potensi dirinya baik sebagai
makhluk pribadi, makhluk sosial, makhluk yang bersusila dan makhluk
yang bertuhan. Sehingga kedepannya akan terbentuk manusia-manusia
yang berkualitas, khususnya dari segi pengetahuan agamanya.
3. Melalui metode penanaman nilai-nilai akhlak
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal khususnya dalam
membentuk akhlak santri, maka diperlukan metode yang sesuai dengan
lingkungan pesantren. Di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2, santri
dibiasakan berakhlak yang baik melalui berbagai metode, di antaranya:
metode kedisiplinan, metode latihan dan pembiasaan, metode targhib dan
tahdzib, metode keteladanan, dan metode ibrah.
Dalam aplikasinya metode-metode tersebut dilakukan dengan
memfungsikan komponen pondok pesantren secara maksimal. Misalnya
metode keteladanan dilakukan dengan menempatkan santri-santri senior
sebagai contoh yang baik. Kehidupan pondok pesantren memungkinkan
santri untuk saling berinteraksi satu dengan yang lain. Oleh karena itu,
melalui sistem senioritas ini, santri-santri baru dapat mengambil contoh
79 Wawancara dengan Minhatul Maula pengurus Pondok Pesantren Putri al-Hikmah danobservasi pada tanggal 4 Januari 2010
dari aktifitas yang dilakukan oleh seniornya, seperti cara berpakaian,
bertutur kata, bersikap kepada orang yang lebih tua dan aspek-aspek
lainnya yang menekankan nilai-nilai kesopanan.80
Setelah santri mampu meneladani akhlak seniornya yang baik,
maka langkah selanjutnya diharapkan santri dapat membiasakan diri
dengan akhlak-akhlak tersebut. Ibarat sebuah tanaman, akan tumbuh baik
jika dipupuk dan disiram setiap hari. Tanaman merupakan santri itu
sendiri, sedangkan pupuk dan air adalah nilai-nilai akhlak yang
diaplikasikan santri dalam kehidupannya sehari-hari.
Langkah lain untuk membentuk akhlak santri adalam melalui
kedisiplinan. Metode kedisiplinan ini merupakan salah satu langkah
preventif dari hal-hal negatif yang mungkin dilakukan santri. Metode
kedisiplinan ini diterapkan melalui peraturan-peraturan pondok pesantren.
Secara tertulis Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 memiliki peraturan-
peraturan yang harus dipatuhi oleh setiap santri tanpa terkecuali.
Peraturan-peratruan ini berorientasi pada pembentukan akhlak santri yang
baik.
Di atas telah dijabarkan beberapa larangan yang harus dijauhi oleh
oleh santri Pondok Pesantren Al-Hikmah 2. Peraturan ini bertujuan untuk
mendisiplinkan akhlak santri jika santri melakukan hal-hal yang dilarang
oleh pondok pesantren. Pada esensinya peraturan ini didasarkan pada
norma-norma agama yang diyakini kebenarannya. Oleh karena itu, bagi
setiap santri yang melanggar peraturan pondok pesantren akan
mendapatkan sanksi, mulai dari sanksi ringan seperti sanksi administratif
sampai pada sanksi berat seperti dikeluarkan dari pondok pesantren.
Melalui metode kedisiplinan ini, santri diarahkan untuk melakukan hal-hal
yang baik dan menjauhi hal-hal yang buruk, dalam hal ini membiasakan
amar ma ruf nahi mungkar di lingkungan pondok pesantren. 81
80 Wawancara dengan Minhatul Maula pengurus Pondok Pesantren Putri al-Hikmah danobservasi pada tanggal 4 Januari 2010
81 Wawancara dengan Minhatul Maula pengurus Pondok Pesantren Putri al-Hikmah danobservasi pada tanggal 4 Januari 2010
BAB IV
ANALISIS INTERNALISASI NILAI-NILAI AKHLAK PADA SANTRI DI
PONDOK PESANTREN PUTRI AL-HIKMAH 2 BENDA SIRAMPOG
BREBES
A. Analisis Akhlak Santri di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2
Pondok pesantren sebagai suatu wadah pendidikan agama di Indonesia
merupakan suatu komunitas dan masyarakat yang salah satu fungsinya
membentuk akhlak yang mulia. Kehidupan di lingkungan pondok pesantren
layaknya kehidupan dalam suatu keluarga besar, yang seluruh anggotanya atau
individu-individu yang ada di dalamnya harus berperan serta untuk
menciptakan akhlak santri. Santri putri yang belajar di Pondok Pesantren Al-
Hikmah 2 berasal dari berbagai daerah, tingkat sosial ekonomi, budaya serta
terdiri dari berbagai usia. Dengan demikian masing-masing individu
diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan dan aktivitas pondok
pesantren tempat mereka menimba ilmu agama, sehingga terbentuk generasi
yang berakhlak mulia.
Pada dasarnya proses internalisasi nilai-nilai akhlak terbentuk dari
kebiasaan atau tradisi yang dilakukan oleh para santri di pondok pesantren.
Yang dimaksud tradisi di sini adalah seperangkat perilaku yang sudah menjadi
kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan dan senantiasa dilakukan, diamalkan,
dipelihara dan dilestarikan di Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah 2.
Dari hasil observasi yang penulis lakukan di pondok Al-Hikmah 2
diketahui ada beberapa tradisi pondok pesantren yang orientasinya membentuk
akhlak santri yaitu :
1. Dalam bentuk ibadah
a. Shalat jamaah
b. Shalat malam (tahajjud), shalat dhuha
c. Membaca al-Qur'an
d. Bentuk-bentuk Riyadhoh, seperti puasa Dalaail al-Khairot, puasa dalail
al-Qur'an, puasa sunah, puasa ijazah dan lain-lain.
2. Kebiasaan sehari-hari
a. Mencuci perkakas dan pakaian sendiri
b. Senantiasa memakai pakaian syar’i.
c. Membaca surat Al-Mulk bersama-sama setelah sholat isya dan
membaca hizib sakron (agar terhindar dari gangguan jin).
d. Membaca shalawat sebelum dimulai shalat jama’ah dan sebelum
dimulai suatu pengajian.
3. Hubungan dengan orang lain
a. Bersalaman dan mencium tangan Bu Nyai ketika bertemu sebagai
penghormatan.
b. Panggilan “Ning" kepada putri kyai dan ”Gus” kepada putra kyai.
c. Panggilan untuk santriwati senior dan sesama teman adalah ”mbak”.
d. Mengucapkan salam setiap berpapasan dengan ustadz/ustadzah
ataupun sesma teman.
e. Dan lain-lain
4. Tradisi mingguan, bulanan, tahunan
a. Membaca shalawat al-Barjanji /diba’i setiap malam jum’at..
b. Istighotsah setiap jumat awal bulan.
c. Khaul setiap tahun.
5. Hubungan dengan alam sekitar
a. Menjaga kebersihan lingkungan
b. Menjaga kelestarian lingkungan dengan melakukan penghijauan
c. Dan lain-lain
Dari beberapa tradisi yang ada di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2
Benda Sirampog Brebes dapat dipahami sebagai wujud realisasi akhlak bila
dikaitkan dengan status dan kedudukan manusia. Dalam hal ini dapat
dikelompokkan menjadi beberapa hal yaitu :
1. Akhlak terhadap Allah SWT. dan Rasul-Nya
Dengan status dan kedudukan manusia yang diwajibkan mengabdi
kepada pencipta alam semesta yaitu Allah SWT, maka dengan itu Pondok
Pesantren Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes memiliki tradisi yang
berbentuk ibadah kepada Allah sebagai sarana pendekatan diri kepada-
Nya. Bentuknya adalah seperti shalat wajib dengan berjamaah, shalat
malam, shalat dhuha, istighotsah dan bentuk-bentuk riyadhoh seperti puasa
dalail yang berisi tentang wirid-wirid zikir merupakan wujud akhlak yang
menunjukkan keperibadian yang memiliki sifat relegiusitas dan kedekatan
dengan Allah SWT.
Sedangkan realisasi dan wujud akhlak kepada Nabi Muhammad
SAW sebagai nabi dan rasul di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda
Sirampog Brebes memiliki tradisi seperti rutinan bacaan Shalawat Al-
Barjanji serta riyadhah Dalaail Khoirat yang berisi zikir-zikir shalawat.
Hal ini akan membentuk pribadi yang memiliki akhlak kepada Rasulullah
SAW yang akan berdampak kepada pelaksanaan ajaran-ajaran yang
dibawa olehnya.
2. Akhlak terhadap diri sendiri.
Di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes, ada
beberapa tradisi yang menunjukkan tanggung jawab terhadap dirinya
sendiri, bentuknya adalah seperti mencuci pakaian dan perkakas makan
sendiri, dan juga berpakaian dengan menutup aurat baik di dalam maupun
di luar pondok. Tradisi yang semacam ini akan membentuk suatu pribadi
yang memiliki sifat kemandirian, kesederhanaan dan kesopanan.
3. Akhlak terhadap sesama manusia.
Bentuk-bentuk tradisi yang terkait dengan komunikasi dan
interaksi antar sesama manusia, di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda
Sirampog Brebes di antaranya:
a. Akhlak Kepada Pengasuh (Kyai dan Nyai)
Merupakan suatu keharusan jika seorang santri itu hormat
kepada Kyainya. Di pondok pesantren ini para santri putri harus
menghormati Kyai dan Nyai sebagai pengasuh pondok pesantren.
Tradisi yang mencerminkan akhlak santri terhadap pengasuh dan
Ustadz/Ustadzah adalah bersalaman disertai mencium tangan Nyai
atau Ustadzah, sedangkan untuk terhadap Kyai atau Ustadz santriwati
dilarang untuk berjabat tangan.
Disamping itu santri putri dapat melakukan komunikasi atau
konsultasi dengan Kyai dengan suatu syarat yaitu komunikasi harus
dilakukan di tempat terbuka dan membawa teman agar terhindar dari
fitnah. Sebenarnya para santri putri sudah mempunyai hubungan yang
baik dengan keluarga Kyai karena para santri putri yang belajar tanpa
bekal secara sukarela dan atas kemauan sendiri setiap hari membantu
Bu Nyai dalam mengurus rumah tangganya seperti memasak, mencuci
pakaian, membersihkan rumah, mengasuh anak dan sebagainya.
Bantuan yang diberikan para santri putri kepada keluarga Kyai ini
merupakan suatu kebanggaan bagi para santri putri, karena mereka
telah mengabdi dan pengabdian ini merupakan bentuk dari rasa hormat
mereka kepada Kyai dan keluarganya. Sebenarnya Kyai sangat terbuka
dalam berkomunikasi, tetapi para santri putri masih banyak yang
enggan melakukan konsultasi pada Kyai secara langsung. Hanya para
pengurus yang seringkali berhubungan dan berkomunikasi dengan
Kyai. Hal ini merupakan wujud dan realisasi sikap hormat-
menghormati dalam kehidupan lingkungan pondok pesantren.
b. Akhlak terhadap ustadz/ustadzah
Secara umum ustadz dan Ustadzah di pondok pesantren ini
berasal dari lingkungan pondok pesantren dan dari luar pondok
pesantren. Hubungan antara santri putri dengan ustadz/ustadzah dari
dalam dan dari luar pondok pesantren agak berbeda. Hubungan antara
santri putri dengan ustadz dari dalam lingkungan pondok pesantren
walaupun hanya sebatas lingkungan madrasah/kelas dan hanya untuk
tujuan membahas mata pelajaran dan hal-hal penting saja, tetapi
sangat luwes dan akrab, karena beberapa ustadz juga ada yang masih
berstatus santri. Hal ini berbeda dengan hubungan santri putri dengan
ustadz yang berasal dari luar lingkungan pondok pesantren yang
terlihat sangat lugas dan berjarak.
Untuk pondok pesantren yang menerapkan pola hubungan
sosial secara terbuka serta pondok pesantren yang menerapkan pola
hubungan sosial secara tertutup, hubungan sosial dan komunikasi
antara santri putri dan ustadz pada dasarnya hampir sama yaitu
hubungan yang terbatas pada masalah pembelajaran dan kegiatan
yang terkait dengan pondok pesantren.
Ustadz mempunyai wewenang untuk mengajar santri putra
maupun santri putri. Hal ini berbeda dengan Ustadzah yang tidak
diperkenankan mengajar santri putra.
Hubungan antara santri putri dengan ustadz/ustadzah harus
baik dan menjaga tata kesopanan untuk menjaga citra diri mereka
dihadapan para santri yang lain. Mereka berusaha untuk tidak
menjalin hubungan khusus dengan para santrinya.
c. Hubungan dengan santri putra
Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda Sirampog,
menerapkan pembelajaran di SMP dan SMU dengan menyatukan
santri putra dan santri putri dalam satu kelas. Pondok Pesantren Putri
Al-Hikmah 2 menerapkan peraturan yang lebih longgar dibandingkan
dengan pondok pesantren Salafiyah yang lain. Di Pondok Pesantren
Al-Hikmah 2 santri putri bisa lebih sering bertemu dengan santri
putra, baik dalam kegiatan shalat jama'ah maupun dalam kegiatan-
kegiatan lain. Hal ini didasarkan pada pemikiran kalau santri putri
dikekang dan dibatasi ruang pergaulannya dengan peraturan-peraturan
yang ketat, maka akan membuat santri putri semakin nakal, susah
diatur dan akan mencari-cari kesempatan untuk bertemu dengan santri
putra. Walaupun santri putri dapat bertemu dengan santri putra,
mereka tetap diawasi oleh pengurus dan hanya boleh bertemu di
tempat-tempat umum / terbuka untuk menghindarkan dari perbuatan
tercela.
d. Hubungan sesama santriwati
Santri putri di pondok pesantren sangat beragam, lingkungan
keluarga, status sosial serta usianya. Dengan demikian diperlukan
tenggang rasa yang tinggi agar terjadi keharmonisan di dalam
lingkungan pondok pesantren.
Kaitannya dengan interaksi antara sesama santriwati di
pondok pesantren ini, sikap saling menghormati ditunjukkan dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya memanggil dengan sebutan yang baik
seperti “mbak” untuk menyebut santri putri yang lebih senior atau
sesama santriwati, “ning” untuk memanggil putri Kyai, dan “Gus”
untuk memanggil putra Kyai.
Santri putri senior biasanya bertindak sebagai pembimbing
bagi santri-santri putri yang lebih muda. Selain itu karena pondok
pesantren merupakan suatu keluarga besar, maka santri putri yang
senior menempatkan diri sebagai kakak bagi santri-santri putri lain
yang usianya lebih muda.
Kebiasaan bergaul dengan santri-santri senior menimbulkan
dampak positif pada santri yunior, yaitu bahwa mereka terbiasa
mengemukakan pendapat dengan sistematis, tegas, berani, dan mereka
mempunyai pemikiran-pemikiran yang matang dibandingkan usia
mereka yang masih belasan tahun.
Pada Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda Sirampog
Brebes, pembagian dan penempatan santri putri di asrama diacak dan
tidak berdasarkan asal daerah mereka. Hal ini bertujuan agar para
sanri putri cepat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan teman--
temannya yang berasal dari berbagai daerah, berbagai lingkungan
budaya dan berbagai latar belakang sosial ekonomi. Hal ini terbukti
dengan terciptanya keakraban di antara para santri putri, tanpa melihat
perbedaan budaya, tingkat sosial, dan tingkat pendidikan yang sedang
ditempuh.
e. Hubungan dengan masyarakat luar
Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes tidak
mengijinkan para santri putrinya melakukan hubungan dan
komunikasi dengan masyarakat sekitar pondok pesantren yang bisa
menimbulkan dampak negatif. Larangan bergaul dengan masyarakat
sekitar tersebut bukan berarti membatasi gerak santriwati secara
penuh. Mereka masih tetap bersikap ramah terhadap masyarakat
sekitar.
4. Akhlak terhadap alam semesta.
Disamping akhlak terhadap Allah SWT., akhlak terhadap diri
sendiri dan sesama manusia, santri juga harus memiliki akhlak yang bagus
terhadap alam semesta. Akhlak ini tercermin dari sikap santriwati dalam
kehidupan sehari-hari, khususnya yang berkaitan dengan lingkungan
hidup. Adanya jadwal piket kebersihan dalam tradisi Pondok Pesantren
Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes akan dapat membentuk pribadi
yang memiliki kepedulian terhadap keadaan lingkungan alam sekitarnya
sekaligus sebagai wujud dari akhlak terhadap lingkungan.
B. Analisis Proses Internalisasi Nilai-nilai Akhlak yang Diterapkan pada
Santri Putri di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2
Proses internalisasi nilai-nilai akhlak yang diterapkan pada santri Putri
di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2, pada dasarnya dilakukan dengan melalui
dua cara yaitu dengan cara memberikan materi-materi akhlak yang relevan
dengan kehidupan santri dan penggunaan matode-metode yang dapat
membantu pembentukan akhlakul karimah.
1. Materi Akhlak
Dalam proses pendidikan dan pengajaran dalam suatu lembaga
pendidikan tidak akan terlepas dari adanya materi pendidikan yang
dipergunakan sebagai salah satu sarana pencapaian tujuan pendidikan.
Materi pendidikan tersebut mencakup keseluruhan bahan pelajaran yang
terdiri dari berbagai cabang keilmuan.
Salah satu ciri khusus yang membedakan pesantren dengan
lembaga-lembaga pendidikan yang lain adalah adanya pengajaran kitab-
kitab agama klasik yang berbahasa Arab, atau yang lebih tren disebut
dengan ”kitab kuning”.
Meskipun kini, dengan adanya berbagai pembaharuan yang
dilakukan di pesantren dengan memasukkan pengajaran pengetahuan
umum sebagai suatu bagian penting dalam pendidikan pesantren, namun
pengajaran kitab-kitab Islam klasik terutama karangan-karangan ulama
yang menganut faham syafi’iyah tetap diberikan di pesantren sebagai
usaha untuk meneruskan tujuan utama pesantren, yaitu mendidik calon-
calon ulama, yang setia kepada faham Islam tradisional.
Dalam pendidikan pesantren materi pendidikan adalah mencakup
cabang-cabang ilmu keagamaan yang antara lain tentang materi akhlak
yang didasarkan dari berbagai sumber literatur kitab-kitab Islam klasik.
Sebagian besar pesantren di pulau Jawa dalam pembinaan akhlak
santri terutama akhlak selama dalam menuntut ilmu menggunakan literatur
kitab seperti Ta lim al-Mutta allim dan Bidayatul Hidayah. Dalam kitab
tersebut berisi dogma-dogma dan doktrin tentang perilaku seorang yang
menuntut ilmu, baik yang berhubungan dengan pelajaran, terhadap dirinya
sendiri, guru atau ustadz, dan sikap-sikap yang berkaitan dengan proses
belajar mengajar dan lain sebagainya, bahkan juga dijelaskan bagaimana
akhlak yang harus dimiliki oleh seorang guru, baik terhadap dirinya dan
santrinya. Di dalam kitab tersebut juga terkandung nilai-nilai akhlak
khususnya yang berkaitan dengan Tuhan, sesama manusia dan alam
sekitar.
Di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes
sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa materi pendidikan
akhlak di pondok pesantren Al-Hikmah 2 didasarkan pada sumber kitab-
kitab Islam klasik, seperti kitab Ta lim al-Muta allim, Tafsir Jalalain,
Hadits Riyadh al-Sholihin dan kitab-kitab lain.
Dengan memperhatikan sumber-sumber materi pendidikan akhlak,
materi akhlak di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes
dapat dikelompokkan menjadi dua :
a. Materi akhlak yang terhimpun dalam satu kitab, seperti kitab Ta lim
Al-Muta allim.
b. Materi akhlak yang tercecer bersama materi lain dalam suatu kitab
seperti kitab Tafsir Jalalain, Kitab Hadits Riyadh al-Sholihin dan lain
sebagainya.
Materi-materi tersebut sangat relevan dalam pembentukan akhlak
santri. Oleh karena itu, akhlak santri di pondok pesantren Al-Hikmah 2
Benda Sirampog Brebes dapat diklasifikasikan menjadi beberapa hal yaitu:
a. Materi tentang akhlak terhadap Allah SWT.
Adanya materi tentang keikhlasan niat, syukur, meninggalkan
maksiat, dzikir, membaca Al-Qur’an, shalat dhuha, dan materi
sejenisnya merupakan materi yang dapat mengarahkan kepada
pembentukan pribadi yang memiliki pengabdian yang mantap terhadap
Allah SWT, selain tahu akan kewajiban pertamanya sebagai hamba
Allah, juga merelakan dan mengikhlaskan segala perbuatannya sebagai
landasan diterima tidaknya amal perbuatan yang dilakukan.
Sebagaimana firman Allah SWT:
!$tBur(#ÿrâ•ÉDé&žwÎ)(#r߉ç6 ÷èu‹ Ï9©!$#tûü ÅÁ Î=øƒèCã& s!tûï Ïe$!$#uä !$xÿuZãm(#q ßJ‹ É)ムurno 4q n=¢Á9$#
(#q è?÷s ムurno 4q x. ¨“9$#4y7Ï9ºsŒurß`ƒ ÏŠÏp yJ ÍhŠs)ø9$#ÇÎÈ):(Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allahdengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankanibadah dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat danmenunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus.(QS. Al-Bayyinah : 5 )82
Dengan landasan keikhlasan dan ketulusan niat dalam
menjalankan segalah perbuatan akan dapat menjauhkan diri dari sifat-
82 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra, 1989),hlm. 1084.
sifat jelek seperti iri, dengki, dendam, riya’, sum’ah dan lain
sebagainya.
Materi akhlak di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda
Sirampog Brebes dapat kita pahami bahwa materi pendidikan akhlak
lebih menekankan pada hubungan antara santri dan guru, karena
memang referensi pokok yang digunakan dalam pendidikan akhlak
adalah kitab Ta lim Al-Muta allim yang berisi tentang akhlak dalam
mencari ilmu.
Penghormatan kepada guru dan keluargannya yang
direfleksikan dalam bentuk-bentuk sikap seperti tidak berjalan di
depan guru, tidak duduk di tempat duduknya, tidak mengawali
pembicaraan kecuali atas seijinnya, mematuhi perintah-perintahnya,
berusaha mencari ridhonya, membantu keperluan-keperluannya dan
sebagainya merupakan bentuk penghargaan dan penghormatan
terhadap derajat orang yang berilmu. Sebagaimana firman Allah
SWT.:
$pkš‰ r' ¯» tƒtûï Ï% ©!$#(#þq ãZtB#uä#sŒÎ)Ÿ@ŠÏ%öN ä3 s9(#q ßs¡¡ xÿs?† ÎûħÎ=» yfyJ ø9$#(#q ßs|¡ øù$$sù
Ëx|¡ øÿtƒª!$#öN ä3 s9(#sŒÎ) urŸ@ŠÏ%(#râ“ à±S$#(#râ“ à±S$$sùÆìsùö• tƒª!$#tûï Ï% ©!$#(#q ãZtB#uäöN ä3ZÏB
tûï Ï% ©!$#ur(#q è?ré&zO ù=Ïèø9$#;M» y_u‘yŠ4ª!$#ur$yJ Î/tbq è=yJ ÷ès?׎•Î7 yzÇÊÊÈ) :(
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscayaAllah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akanmeninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan AllahMaha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadalah :11 )83
Hal ini, juga dapat dikaitkan dengan proses belajar mengajar,
dengan adanya penghormatan anak didik kepada pendidik akan
83 Ibid, hlm. 910-911.
terwujud pelaksanaan proses belajar mengajar yang harmonis dan
efektif. Sebaliknya tanpa adanya sikap penghormatan dan penghargaan
terhadap peran guru, maka pelaksanaan proses belajar mengajar akan
terhambat dan tidak akan mencapai tujuan pendidikan secara
maksimal.
Di samping akhlak terhadap guru, materi akhlak di Pondok
Pesantren Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes juga mencakup
beberapa materi tentang kasih sayang, saling nasehat-menasihati,
persatuan, tolong menolong, sedekah dan lain sebagainya. hal ini akan
dapat membentuk pribadi yang memiliki sikap interaksi yang baik
dengan lingkungannya serta kepekaan yang tinggi terhadap
permasalahan-permasalahan sosial kemasyarakatan.
b. Materi tentang akhlak terhadap diri sendiri.
Dengan adannya materi tentang wira’i, sifat-sifat terpuji,
kebersihan, tawakkal, larangan tidur dengan telanjang dan sejenisnya,
akan menumbuhkan kesadaran akan tanggung jawab terhadap dirinya
sendiri untuk melaksanakan hal-hal yang dapat membawa kemanfaatan
dan juga menjauhkan dari hal-hal yang dapat merugikan atau bahkan
membawanya kepada kehinaan dan kesengsaraan. Sebagaimana firman
Allah SWT :
$pkš‰ r' ¯» tƒtûï Ï%©!$#(#q ãZtB#uä(#þq è%ö/ ä3 |¡ àÿRr&ö/ ä3‹ Î=÷d r&ur#Y‘$tR..). :(
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dankeluargamu dari api neraka...” (Q.S. Al-Tahrim : 6 ).84
c. Materi tentang Akhlak terhadap ilmu
Untuk menjadikan manusia yang siap akan masa depan dan
tangguh terhadap tantangan perkambangan zaman dibutuhkan orang-
orang yang memiliki pengetahuan yang tinggi. Untuk mewujudkan itu
tentunya diawali dengan pandangan bahwa ilmu itu adalah suatu hal
84 Ibid, hlm. 951.
yang penting dan utama dalam kehidupan dan memiliki sikap dalam
memandang ilmu dan memanfaatkannya.
Materi tentang akhlak terhadap ilmu yang terdapat dalam
materi pendidikan akhlak di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda
Sirampog Brebes, satu sisi merupakan suatu hal yang positif agar anak
didik memiliki sikap yang menghargai terhadap ilmu, namun bila hal
itu dilakukan secara berlebihan akan sedikit menimbulkan
kekhawatiran dari penulis. Dengan sikap yang demikian, akan
membawa dan berdampak kepada anggapan bahwa semua ilmu yang
dipelajari merupakan kebenaran mutlak. Bila hal ini terjadi akan dapat
membentuk pribadi yang memiliki sikap-sikap pembenaran yang kaku.
Dalam kehidupan manusia harus memiliki keinginan dan cita-
cita yang tinggi, dan untuk mewujudkannya diperlukan adanya
keuletan, kesabaran, memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya,
usaha dengan maksimal, tidak malas dan juga menjauhkan diri dari
hal-hal yang dapat menyebabkan malas seperti banyak tidur, makan
kekenyangan dan sejenisnya.
Materi seperti di atas, sangat penting dalam kehidupan
sekarang ini, diharapkan dengan materi ini akan dapat membentuk
pribadi-pribadi yang mempunyai etos kerja yang tinggi, tak kenal
menyerah, tak patah semangat dan senantiasa optimis dalam menjalani
kehidupan yang penuh dengan tantangan dan rintangan.
Materi akhlak di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda
Sirampog Brebes bila dipahami dari aspek penilaian baik buruknya
suatu akhlak dan kaitannya dengan pelaksanaannya akhlak itu sendiri
dapat dikelompokkan menjadi dua :
1) Akhlak yang hendaknya dikerjakan, seperti tawakkal, ikhlas,
wira’i, zuhud, menghormati guru, sikap kasih sayang, menjaga
lingkungan hidup dan sebagainya.
2) Akhlak yang hendaknya dihindari dan tidak dikerjakan, seperti
malas, sombong, kikir, riya’, tama’, merusak alam dan lain
sebagainya.
Dengan demikian, secara umum dapat disimpulkan bahwa
materi pendidikan akhlak di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda
Sirampog Brebes mencakup materi yang sangat kompleks dan
komprehensip dalam membentuk dan mewujudkan generasi yang
memiliki pribadi yang tidak hanya berakhlak karimah, mengerti akan
tanggung jawabnya sebagai hamba Allah, dapat berinteraksi baik
dengan sesamanya dan memiliki pengetahuan yang tinggi, namun juga
menjadi orang yang sukses karena memiliki cita-cita, etos kerja yang
tinggi.
2. Metode Pendidikan Akhlak
Proses internalisasi nilai-nilai akhlak juga dilakukan dengan
menerapkan metode-metode yang relevan dengan tradisi pondok
pesantren. Metode pendidikan akhlak dapat dipahami sebagai bentuk
usaha yang dilakukan pondok pesantren untuk membentuk tradisi agar
menjadi suatu perilaku yang secara lambat laun akan melekat dalam
pribadi santri dan akhirnya akan membentuk akhlak santri.
Dari tradisi-tradisi yang ada di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2
Benda Sirampog Brebes jika dikaitkan dengan metode pendidikan akhlak
dapat dipahami ada beberapa metode yang digunakan untuk membentuk
akhlak santri. Metode-metode tersebut, antara lain adalah:
a. Metode kedisiplinan.
Metode kedisiplinan ini dapat dipahami dengan adanya tradisi
yang berwujud peraturan-peraturan dan tata tertib yang sebagian besar
menunjukkan adanya unsur pembentukan kedisiplinan seperti
peraturan harus bangun pagi, shalat berjama’ah, dan sejenisnya. Di
Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 santri dituntut untuk selalu disiplin
menjalankan peraturan pondok, jika ada yang melanggar maka
konsekuensinya adalah menerima takzir. Misalnya dilarang
berpacaran, mencuri, mengkonsumsi obat-obatan, berpakaian sesuai
syariat dan lain sebagainya.
b. Metode latihan dan pembiasaan.
Dengan adanya tata tertib dan aturan yang menuntut adanya
pelaksanaan secara rutin, ini menunjukkan adanya metode pembiasaan
dan latihan sebagai sarana untuk mewujudkan pribadi yang terbiasa
dengan kegiatan-kegiatan rutin tersebut. Latihan dan pembiasaan santri
kaitannya dengan pembentukan akhlakul karimah misalnya
membiasakan menutup aurat baik di dalam maupun di luar pondok,
membiasakan mengucapkan salam jika bertemu dengan orang lain dan
mencium tangan Ustadzah. Dengan adanya latihan dan pembiasaan ini,
akan terbentuk santri-santri yang memiliki akhlak yang baik.
c. Metode targhib dan tarhib
Metode ini merupakan metode dan aturan yang sangat tampak
dalam tradisi Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes
dengan adanya unsur ta’zir dan aturan denda yang sangat mengikat
untuk seluruh santri yang melanggar suatu aturan dan tata tertib.
Sehingga dapat dijadikan sebagai metode untuk membentuk pribadi
yang takut untuk berbuat yang tidak sesuai dengan norma dan tata nilai
yang berlaku di lingkungannya. Misalnya larangan untuk pacaran, bagi
santriwati yang melanggar larangan ini maka akan dikeluarkan dari
pondok. Dengan adanya sanksi seperti ini, maka santri akan berhati-
hati dalam berperilaku khususnya dalam menjalin hubungan dengan
lawan jenis.
d. Metode keteladanan.
Metode keteladanan ini dapat dipahami dengan adanya bentuk
tradisi yang diharapkan menjadi contoh keteladanan bagi santri baru.
Sehingga untuk mengikuti apa yang sudah menjadi kebiasaan yang
berlaku diharuskan untuk meniru tradisi-tradisi yang telah dilakukan
oleh santri lama. Dan lambat laun peniruan itu akan menjadi suatu
kebiasaan bagi dirinya sendiri dan akhirnya membentuk suatu akhlak.
Di pondok pesantren ini, santri senior wajib memberikan contoh yang
baik bagi santri-santri junior, baik dalam berpakaian, bersikap, bertutur
kata maupun dalam aktifitas lainnya. Dengan adanya keteladanan ini,
santri-santri dapat mengambil pelajaran, khususnya yang berkaitan
dengan pembentukan akhlakul karimah.
e. Metode ibrah.
Dengan adanya tradisi ziarah, khaul, rutinan bacaan Al-Barjanji
di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes ini. dapat
dimanfaatkan sebagai metode untuk mengambil suatu pelajaran dari
berbagai peristiwa dan kisah-kisah yang pernah dilakukan oleh Rasul
dan orang-orang terdahulu lainnya. Ini juga bisa dimanfaatkan sebagai
bentuk metode keteladanan dan mencontoh untuk membentuk pribadi
yang memiliki akhlak karimah. Misalnya dalam mengkaji kitab-kitab
hadits pengasuh sering memberikan gambaran bagaimana perilaku
Rasulullah dan para sahabatnya dalam kehidupan sehari-hari. Hal
dimaksudkan supaya akhlak beliau(Rasul dan para sahabat) dapat
ditiru oleh para santri, sehingga akhirnya terbentuk santri-santri yang
berakhlak karimah.
Proses internalisasi akhlak santri putri dilakukan dengan menerapkan
peraturan-peraturan yang ada di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda
Sirampog Brebes seperti peraturan untuk membiasakan sikap ta’dzim,
menutup aurat, memanggil santri lain dengan sebutan yang sopan serta
peraturan lainnya. Selain itu budaya Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda
Sirampog Brebes yang mementingkan sopan santun dalam pergaulan hidup
sehari-hari menjadi keseriusan Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 dalam
meningkatkan akhlak para santri. Hal ini menunjukkan bahwa pembiasaan
baik melalui peraturan atau keteladanan menjadi hal yang pokok dalam
membentuk akhlak santri di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda Sirampog
Brebes.
BAB V
PENUTUP
A. SimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan serta analisisnya,
dapatlah disimpulkan sebagai berikut:
Akhlak santri pondok pesantren putri al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes dapat
dikategorikan baik. Indikasinya dapat dilihat dari kebiasaan atau tradisi yang dilakukan oleh
para santri dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa kebiasaan atau tradisi yang dilakukan
oleh santri dalam pembentukan akhlak karimah diantaranya: akhlak terhadap Allah SWT
dengan cara menjalankan ibadah sesuai dengan syari’ah, akhlak terhadap Nabi Muhammad
SAW. dengan cara banyak membaca shalawat dan meneladani akhlak Rasulullah, akhlak
terhadap diri sendiri dilakukan dengan cara menanamkan kesopanan dalam kehidupan sehari-
hari, akhlak terhadap sesama santri dilakukan dengan membangun interaksi yang baik dan
didasarkan pada sikap hormat menghormati, akhlak terhadap alam semesta dilakukan dengan
cara menjaga kebersihan lingkungan.
Sedangkan proses internalisasi nilai-nilai akhlak pada santri di Pondok Pesantren
Putri al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes dilakukan dengan dua cara yaitu melalui materi-
materi akhlak dan metode-metode pembentukan akhlak santri. Kebiasaan yang berorientasi
pada pembentukan akhlak karimah santri merupakan implementasi dari materi-materi akhlak
yang diajarkan di Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah 2. Kebiasaan-kebiasaan bisa terbentuk
melalui tradisi yang dilakukan oleh para santri di Pondok Pesantren. Yang dimaksud tradisi
disini adalah seperangkat prilaku yang sudah menjadi kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan
dan senantiasa dilakukan, diamalkan, dipelihara dan dilestarikan di Pondok Pesantren Putri
Al-Hikmah 2. Kebiasaan atau tradisi yang diterapkan di Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah 2,
selain yang terlihat pada tabel 1, 2, 3 dan 4 yang merupakan jadwal kegiatan harian,
mingguan, bulanan, dan tahunan. Juga dapat terlihat pada rutinitas sehari-hari yang tidak
tercantum dalam jadwal. Secara garis besar materi akhlak santri tersebut berkaitan dengan
beberapa hal yaitu: akhlak yang berhubungan dengan Allah SWT., akhlak hubungannya
dengan diri sendiri, akhlak hubungannya dengan ilmu, dan akhlak kaitannya dengan manusia
lainnya.
Karakteristik Pondok Pesantren Al-Hikmah 2, diantaranya, disamping para santri
belajar formal di sekolah, juga ada kegiatan ekstra yang lain dimana para santri wajib
mengikutinya dengan memilih salah satu dari kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut meliputi:
komputer, kitab kuning, bahasa arab, bahasa Inggris, marching band, tata busana, perikanan,
pengelasan, budidaya anggrek dan pertanian. Sedangkan bagi santri putri yang belajar di
muallimat (salaf), kegiatan yang wajib mereka ikuti adalah mengkaji kitab (bahtsul kutub)
dengan metode sorogan.
Kitab yang mengandung materi akhlak yang diajarkan di pondok Pondok Pesantren
Putri al-Hikmah 2 di antaranya kitab Ta lim al-Mutta allim karangan Imam al-Zarnuji yang
berisi tentang etika-etika dalam mencari ilmu, selain itu juga diajarkan Tafsir al-Qur'an al-
Jalalain, Hadits Arbain Nawawi, Hadits Riyadh al-Shalihin karangan Imam Abu Zakaria
Yahya bin Syarf an-Nawawi, Washaya, Ayyuh al-Walad, Irsyadu al-Ibad, Nashaih al-Ibad,
risalah al-Muawanah sampai kitab Tanwir al-Qulub yang tentunya mengandung unsur materi
akhlak. Sedangkan metode-metode yang digunakan dalam pembentukan akhlak santri di
antaranya metode kedisiplinan, metode latihan dan pembiasaan, metode targhib dan tahdzib,
metode keteladanan dan Metode ibrah.
Sedangkan kekurangan yang ada di Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah yaitu
banyaknya jumlah santri, sehingga proses komunikasi antara pengasuh dan santri cenderung
kurang akrab, kecuali bagi pengurus bisa sering berkomunikasi dengan kyai dan keluarga
kyai. Berbeda dengan pondok-pondok pesantren lain, Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah 2
menerapkan pembelajaran di SMP dan SMU dengan menyatukan santri putra dan santri putri
dalam satu kelas. Perbedaan dengan pondok salafiyah lain juga diantaranya pondok pesantren
putri Al-Hikmah 2 tidak memperbolehkan santrinya memasak sendiri, melainkan dengan
menggunakan kos makan/kartu makan.
B. Saran-saranTanpa mengurangi rasa hormat pada pihak manapun dan dengan segala kerendahan hati,
peneliti juga mengajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi ustadz atau ustadzah di pondok pesantren diharapkan selalu
meningkatkan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari hari, karena
mereka akan selalu menjadi suri tauladan dan panutan bagi santri-
santrinya.
2. Seorang santri hendaknya selalu mengembangkan akhlakul karimah agar
nantinya dapat hidup dengan baik di tengah-tengah masyarakat. Selain itu
perlu ditingkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT sebagai
perwujudan akhlak kepada Sang Khalik (Abdi dan Khalifah).
3. Bagi sekolah-sekolah yang notabennya memakai kurikulum agama
maupun sekolah-sekolah umum dapat mengadopsi sistem pondok
pesantren ini, khususnya dalam upaya meningkatkan akhlak peserta didik.
Sistem pendidikan pondok pesantren terbukti ampuh dalam membentuk
akhlakul karimah santri dalam kehidupan sehari-hari.
C. Penutup
Puji syukur peneliti panjatkan Kehadirat Allah Swt, karena limpahan
rahmat dan petunjuk-Nya serta pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi. Peneliti menyadari atas segala kekurangan dan kelemahan yang ada
dalam skripsi ini. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan yang
penulis miliki, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya memperbaiki sangat
penulis harapkan.
Akhirnya penulis berdo’a Kehadirat Allah SWT, semoga skripsi ini
berguna dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya
serta pada dunia pendidikan. Amin Ya Robbal Alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazali, Imam, Ihya Ulumuddin, Juz III, Libanon : Dar al-Kutub al-Ilmiyah,Beirut. t.th.
Al-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Pent. Dahlan &Sulaiman, Bandung: CV.Diponegoro, 1993.
Aman, "Pembinaan Akhlak dalam Membentuk Kepribadian Santri PondokPesantren al-Ishlah Mangkang Tugu Kota Semarang", Skripsi FakultasTarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Semarang: Perpustakaan FakultasTarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 1997.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:Rineka Cipta, 1998.
Asmaran, AS, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994.
Al-Qurthuby, Tafsir Al-Qurthuby, Juz VIII, Cairo: Daarusy Sya’by, 1913 M.
Az-Zarnuji, Ta lim Al-Muta allim, Semarang: Toha Putra, t.th.
Burhanudin, Tamyiz, Akhlak Pesantren Solusi bagi Kerusakan Akhlak,Yogyakarta: ITTAQA Press, 2001.
Charisma, Moh. Chadziq, Tiga Aspek Kemukjizatan Al-Qur an, Surabaya: PT.Bina Ilmu, Cet. I, 1991.
Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya, Semarang: Toha Putra,1989.
_______, Pola Pembelajaran di Pesantren, Jakarta: Ditjen Kelembagaan AgamaIslam, 2003.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991, 384.
Djatmika, Rahmat, Sistem Ethika Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996.
Hanbal, Al-Imam Ahmad, Musnad Ahmad ibn Hanbal, Juz II, Beirut: DarulKutub al-Ilmiah, t.th.
Hurlock, Elizabeth B., Child Development, Edisi VI, Kuglehisa, MC. Grow Hill,1987.
Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: Mandar Maju,t.th.
Khozin, Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia, Malang: UMM Press, 2006.
Kridalaksana, Harimurti, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: BalaiPustaka, 1995, Edisi II, cet. IX.
Ma’arif, Syafi’i, Pemikiran Tentang Pembaharuan Islam di Indonesia,Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991.
Madjid, Nurcholis, Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta:Paramadina, 1997.
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma'arif,1974.
Masy’ari, Anwar, Akhlak Al-Qur'an, Surabaya: Bina Ilmu, 1990.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: RemajaRosdakarya, 2001, Cet. 17.
Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin,1998.
Munadziroh, Umi, "Prinsip-Prinsip Pendidikan Akhlak dan Aktualisasinya dalamPembentukan Kepribadian Muslim Kajian terhadap surat al-Hujurat ayat1-13", Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Semarang:Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2004.
Mustafa, A., Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 1999.
Nawawi, Hadari, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: UGM Press,1987.
Nawawi, Hadari, Pendidikan dalam Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1993.
Nurainiyah, "Pembinaan Akhlak Studi Kasus di SMP "Antasena" Magelang",Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Semarang:Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2000.
Partanto, Pius A. dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer., Surabaya:Arkola, 1994.
Ridla, Rasyid, Tafsir Al-Manar, II, Makkah: Maktabah al-Qahirah, t.th.
Ridwan, Kafrawi, eds., Ensiklopedia Islam, Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi, 2002.
Salam, Burhanudin, Filsafat Manusia; Antropologi Metafisika, Jakarta: BinaAksara, 1988.
Salim, Abdullah, Akhlak Islam Membina Rumah Tangga Dan Masyarakat,Jakarta: Seri Media Dakwah, 1994.
Sodiq, M., Kamus Istilah Agama, Jakarta: Bonafida Pratama, 1991.
Tatapangarsa, Humaidi, Pengantar Kuliah Akhlak, Surabaya: PT. Bina Ilmu, t.th.
Tim Dosen IAIN Malang, Dasar-Dasar Kependidikan Islam Suatu PengantarIlmu Pendidikan Islam, Surabaya : Karya Abditama, 1996.
Ustadziroh, Nurul, "Pemikiran Ibn Maskawaih tentang Pendidikan Akhlak Anakdan Relevansinya terhadap Pembentukan Akhlak Anak", Skripsi FakultasTarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Semarang: Perpustakaan FakultasTarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 1998.
Wingkel, W.S, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta: Gramedia,1983.
Ya’qub, Hamzah, Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah Suatu Pengantar,Bandung: CV. Diponegoro, 1991.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Masrifah
Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 25 Nopember 1985
Alamat : Dk. Lamaran RT 02 RW 08 Sitanggal Larangan
Brebes 52262
Riwayat Pendidikan :
1. TK Masyithoh Sitanggal Brebes Lulus Tahun 1991
2. MI Wihdatussubban II Lamaran Brebes Lulus Tahun 1997
3. MTs Al-Hikmah 2 Benda Brebes Lulus Tahun 2000
4. MA Al-Hikmah 2 Benda Brebes Lulus Tahun 2003
5. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Angkatan 2003
Demikian daftar riwayat ini dibuat dengan sebenarnya dan semoga dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, Juni 2010
Penulis
MASRIFAHNIM. 3103168073111489
STRUKTUR ORGANISASIPONDOK PESANTREN AL-HIKMAH 2
Keterangan:
= Garis Koordinasi
= Garis Konsultasi
= Garis Instruksi
Pengasuh : KH. Masruri Abdul Mughni
Pembina : KH. Izzudin Masruri
KH. Sholahuddin Masruri
Nidzomuddin Masruri
Nasyar Alamuddin
KH. Mukhlas Hasyim, MA.
DR. H. Najib Afandi, MA.
H. Muhaminin Sanusi
Hj. Zakiyatul Fitriyah
Hj. Zulfan Ni’mah
Hj. Zubdatun Niswah
Hj. Eri Arofah, S.Pd.I
Hj. Muzdalifah, S.Pd.I
Mu’minah, S.Pd.I
PENGASUH
SANTRI / SISWA
DEWAN PEMBINA
DEWAN PENGURUS DEWAN MADRASAH
Ketua Umum : Umi Fadilah
Ketua I : Nenti Rahmawati
Ketua II : Trisujani, A.Md.
Sekretaris Umum : Siti Ulfiatul Khasanah
Sekretaris I : Maemunah
Sekretaris II : Uswatun Hasanah, A.Md.
Bendahara Umum : Arina Rufaida
Bendahara I : Meily Fitriani
Bendahara II : Siti Hakimah
DEPARTEMEN-DEPARTEMEN
• Dep. Pendidikan : Minhatul Maula
Kasubid. Pengajian Al-Qur'an : St. Nur Hidayatul Laela
Inayah
Kasubid. Pengajian Ilmu Alat : Weni Wulandari L.
Kasubid. Pengajian Fiqih : St. Mufrikha
Kasubid. Takror : St. Julaeha, A.Md.
Kasubid. Bahasa : Ita Hidayatul Baeti
Kasubid. Jama’ah : Nok Toripah
Siti Rohani
Kasubid. Madin : Tsuwaibah al Aslamiyah
Lindwati Ulfa
• Dep. Kamtib : Siti Alfiah
Kasubid. Peradilan : iin Inayah
Kasubid. Perizinan dan Piket : Nur Riesta Faendilani
Kasubid. Pengerak Kegiatan : Nofi Anisatul Khoeriyah
Kasubid. Pos Surat : Nita Felani
Kasubid. Penta’ziran : Laelam Musfiroh
Anies Setianingsih
BPS : St. Rosyidah
• Dep. Litbang : Iis Sulbiyati Noor
Kasubid. Diktram : Arina Ikromah
Kasubid. JQH : Nisaul Khoeri
Kasubid. Orseni : Tiara Nur Amin
Kasubid. Tabligh dan Diskusi : Umi Fadhilah
• Dep. Rumah Tangga : Imro’atul Mutiah
Kasubid. Humas dan Informasi : Umarah Muhadorah
Kasubid. Perlengkapan : Mei Indriyanti
Kasubid. Kesehatan : Umdatul Faqidah, A.Md.
Mu’minatul Jannah
Kasudib. Kebersihan : Kiki Rukiyah
• Dep. Penerangan : Arinal Hidayati
Kasubid. Mading : Evi Yoantriyana
Majalah : Lilip Kholipah
• Dep. Usaha dan Perekonomian : Izah Nur Shofa
Kasubid. Catering : Siti Maghfiroh
Kasubid. Aqua : Ismatul Maula
Kasubid. Koperasi : Tulis Na’imatus Salamiah