pembinaan mental beragama prajurit batalyon...

79
PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON ARHANUDSE-15 KODAM IV/DIPONEGORO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Ilmu Ushuluddin Oleh; NUR ENDAH SETYOWATI 4103001 FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2008

Upload: vuongbao

Post on 22-Mar-2019

242 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON ARHANUDSE-15 KODAM IV/DIPONEGORO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Ilmu Ushuluddin

Oleh; NUR ENDAH SETYOWATI

4103001

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2008

Page 2: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang

wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan dari fakultas Ushuluddin

IAIN Walisongo Semarang.

Shalawat dan slam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi

Muhammad SAW yang telah membawa risalah islam yang penuh dengan ilmu

pengetahuan khususnya ilmu –ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal

hidup kita, baik di dunia dan di akhirat kelak.

Ucapan terimakasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua

pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dengan moral dan bantuan

apapun yang sangat besar artinya bagi penulis. Ucapan terima kasih terutama

penulis sampaikan kepada:

1. Drs. Nasihun Amin, M.Ag., selaku pembantu I Dekan Fakultas

Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang

2. DR. Ahmad Suriadi, M.A., selaku pembimbing; penulis mengucapkan

terimakasih atas semua saran, arahan dan bimbingan serta keikhlasan dan

kebijaksanaannya meluangkan waktu dalam membimbing penulis untuk

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Segenap Bapak dan Ibu Dosen beserta karyawan di lingkungan fakultas

Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan berbagai

pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi

ini.

4. May caj Drs. Abu Haris Mutohar, selaku Kabintaldam IV/Diponegoro

5. May caj Drs. Isa Anshari, M.Ag, selaku PASIROHIS Kodam

IV/Diponegoro

6. Kapten Inf. Suyatno, selaku KA TUUD KODAM IV / Diponegoro

7. Lettu. M. Ircham Hanafi, selaku Pasipers Batalyon Arhanudse-15

8. Sertu. H. Mursidi, Selaku Babintal Batalyon Arhanudse-15

Page 3: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

9. Ayahanda dan Ibunda tercinta beserta seluruh keluarga yang telah

memberikan dukungan, baik moril maupun materiil yang tulus dan ikhlas

berdoa demi terselesaikannya skripsi ini.

10. berbagai pihak yang secara langsing maupun tidak langsung telah

membantu dan memberi dorongan moril dalam penyusunan skripsi ini.

Semua teman-teman seperjuangan dan sepenanggungan Fakultas

Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang.

Semoga yang telah diberikan merupakan amal kebaikan yang dapat

memberikan manfaat bagi semua. Penulis hanya dapat berdoa jazakumullah

ahsanal jaza. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amiin………

Semarang,

Penulis

Page 4: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

i

ii

iii

iv

v

vi

viii

ix

1

5

6

6

6

8

12

14

14

16

20

22

23

26

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………..……...

PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………..….…………

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………….……………

HALAMAN MOTTO …………………………………………………………

PERSEMBAHAN …………………………………………………………….

KATA PENGANTAR …………………………………………………………

ABSTRAKSI …………………………………………………………………..

DAFTAR ISI …………………………………………………………………..

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang……………………………………………………..

B. Rumusan Masalah …………………………………………………

C. Tujuan Penelitian …………………………….. …………………..

D. Manfaat Penelitan ………………………………………………….

E. Kajian Pustaka ………………………………………………….….

F. Metode Penelitian ………………………………………………….

G. Sistematika Penulisan Skripsi ……………………………………..

BAB II : PERAN AGAMA SEBAGAI MOTIVATOR DI KALANGAN

MILITER

A. Kajian Tentang Agama ……………………………………….……

1. Pengertian Agama ……………………………………………....

2. Peranan Agama Dalam Kehidupan ……………………………...

3. Tujuan Orang Beragama ………………………………………..

B. Tinjauan Tentang Motivasi

1. Pengertian Motivasi ……………………………………………

2. Macam-Macam Motivasi………………………………………..

3. Peranan Motivasi ………………………………………….......

Page 5: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

28

29

33

34

39

41

44

56

59

64

67

67

68

C. Tinjauan Tentang Militer

1. Pengertian Tentang Militer ……………………………………….

2. Peranan dan Tujuan Militer ………………………………………

BAB III : GAMBARAN UMUM BATALYON ARHANUDSE-15, KODAM IV/

DIPONEGORO DAN KEAGAMAAN DI KALANGAN MILITER

A. Sejarah Berdirinya Batalyon Arhanudse-15 ……………………….

B. Sejarah Berdirinya KODAM IV/Diponegoro ………………….….

C. Motto Arti Makna Lambang KODAM IV/Diponegoro ………..….

D. Struktur Organisasi …………………………………………………

E. Kualitas Keberagamaan di Kalangan Militer ………………………

BAB IV : ANALISIS PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN PRAJURIT

BATALYON ARHANUDSE-15 KODAM IV / DIPONEGORO

A. Kehidupan Beragama di Kalangan Prajurit Militer Batalyon

Arhanudse – 15 ……………………………………………………….

B. Peran Agama dalam Pembinaan Mental di Kalangan Prajurit Militer

Batalyon Arhanudse–15 ………………………………………………

C. Faktor–Faktor Penunjang dan Penghambat Pembinaan Mental

Keagamaan di Kalangan Militer …………………………………

BAB V: Penutup

A. Kesimpulan ……………………………………………………….

B. Saran – Saran ………………………………………………………

C. Penutup ……………………………………………………………

Page 6: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Nur Endah Setyowati

NIM : 4103001

Fakultas/ Jurusan : Ushuluddin / Aqidah Filsafat

Tempat/Tanggal

lahir

: Grobogan, 5 Agustus 1985

Alamat : Jl. Pangeran Puger No. 18

Rt. 04 Rw. 05

Purwodadi Grobogan

Pendidikan : 1. SD Negeri I Grobogan Lulus tahun 1997

2. SMP Negeri I Grobogan Lulus tahun 2000

3. MAN Purwodadi Grobogan Lulus tahun 2003

4. Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang

Angkatan 2003

Page 7: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

PERSEMBAHAN

Sebuah karya sederhana dalam menggapai cita-cita, tiada berarti tanpa kehadiran mereka, penulis persembahkan karya tulis ini kepada:

Ayahanda dan ibunda terkasih yang dengan tulus mencurahkan kasih sayang dan

selalu berdoa untuk penulis

Adikku tersayang (Enggar Sayekti, Suryo Prayogo) yang senantiasa memberikan keceriaan, canda tawa disaat aku pulang melepas lelah dan kejenuhan, jangan pernah

ragu edan lelah untuk maju menuju masa depan

Teman-temanku senasib seperjuangan (Avi, Adib, Atif, Dian, Ida, Indah, Tutuk, Ella) kepadamu aku berbagi suka dan duka sehingga beban tak terasa dalam menggapai cita

dan harapan

Berbagai pihak yang secara tidak langsung telah membantu baik moral maupun materiil dalam proses penyusunan skripsi ini (Mas Dwi, Mas Wiwit, Bang Herman

(Penerbad), Mas Ucok, Mas Iwan (Arhanudse-15), Mas Agung (410-Alugoro)

Page 8: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

MOTTO

…..يغان اهللا اليتم حابقومىريغا يور فسهمابانم …..

Artinya:

“….. sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang terdapat pada (keadaan) satu kaum (masyarakat), sehingga mereka mengubah apa yang

terdapat dalam diri (sikap mental) mereka …” (QS. Arra’du: 11)1

1 Yayasan Penyelenggara Penterjemah / Pentafsiran al-Qur’an, Al-Qur’an dan

Terjemahnya, Departemen Agama RI, 1993, hlm.370

Page 9: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Suatu kebanggaan bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia bukan hasil

dari pemberian atau hadiah bangsa lain, melainkan merupakan hasil

perjuangan dengan segala pengorbanan oleh seluruh rakyat dan bangsa

Indonesia dengan cara merebutnya dari tangan penjajah. Tugas militer yang

begitu berat dan kompleks dan untuk mewujudkan keberhasilan tugasnya, TN!

dituntut berpegang teguh pada jati diri yang telah dimilikinya. Jati diri tersebut

merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman sikap

serta perilaku bagi setiap anggota TNI yang harus dijunjung tinggi dan

dilaksanakan bagi setiap prajurit TNI baik dalam kegiatan pribadi maupun

organisasi. Jadi untuk menghadapi tantangan globalisasi arus reformasi dan

tugas-tugasnya yang semakin berat, maka selain meningkatkan profesionalitas

dengan kode etik yang dimilikinya, setiap prajurit TNI harus dibekali dengan

iman dan taqwa dengan nilai-nilai moral yang baik serta akhlak yang mulia.

Akan tetapi pada umumnya masyarakat menganggap militer yang di

lengkapi dengan akal dan senjata cenderung bertindak represif dan opresif

dalam memaksakan kehendaknya kepada golongan lain, sehingga perlu

ditaburkan dari kehidupan politik.1 Isu lain yang masih terkait adalah watak

brutal dan beberapa aspek kehidupan militer. Banyak laporan yang

mengungkapkan cara-cara dimana unit-unit militer “melatih” calon tentaranya

dengan tujuan untuk menjadikannya instrumen yang patuh. Meskipun salah

satu fungsi dari penggemblengan awal ini adalah untuk menjadikan mereka

mampu melakukan agresi yang terkontrol dalam pertempuran, terdapat banyak

bukti akan terus berlangsungnya brutalitas dari kehidupan militer pada

umumnya. Organisasi militer biasanya sangat otoriter personil yang

berpangkat lebih rendah mempunyai resiko mendapatkan perlakuan

1 Lance Cast1e, ABRI dan Kekerasan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999, hlm.7.

Page 10: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

2

sewenang-wenang oleh atau mendapat sanksi dan perwira yang lebih tinggi

pangkatnya.2

Islam sebagai agama yang bersifat Universal (rahmatan lil alamin)

secara tegas melarang pemakaian kekerasan demi untuk mencapai tujuan-

tujuannya. Secara etika dan moral tidak ada alasan yang bisa dibenarkan untuk

melakukan tindakan kekerasan atau teror. Kalau ada tindakan-tindakan teror

yang dilakukan oleh kelompok muslim tertentu maka yang menjadi akar

persoalannya bukan karena ajaran etika-moral Islam, melainkan bersumber

pada prilaku muslim yang tidak Islami.3

Menurut ajaran Islam akhlak yang mulia akan membawa kejayaan suatu

bangsa. Namun sebaliknya, jika akhlak suatu bangsa itu rusak, maka bangsa

itu akan hancur. Jadi kejayaan atau kehancuran suatu bangsa akan sangat

tergantung pada baik dan buruknya akhlak bangsa tersebut. Seperti halnya

seorang penyair Arab, Syauqi Beq yang dikutip oleh Hamzah mengenai peran

moral ini melalui ungkapan abadinya:

تقيا بم القاالخ ما االممانو وان هموا ذهبت اخالقهم ذهبوا

Artinya: “Suatu bangsa dikenal karena akhlaknya (budi pekertin1a) jika budi pekertinya telah runtuh, maka runtuh pula bangsa itu”4

Agama mempunyai suatu peran yang sangat penting dalam menunjang

tugas militer dan agama merupakan alat yang urgensi dalam menciptakan

pembinaan mental di kalangan militer. Akan tetapi, Agama bisa berperan dan

tidaknya sangat tergantung pada masing-masing pribadi, bergantung pada

peranan yang dilakukannya untuk agama dan bergantung bagaimana ia

memandang agama itu sendiri. Inti kehidupan spiritualitas adalah pemahaman

subyektif manusia. Pengalaman apapun namanya, terutama pengalaman

2 Martin Shaw, Bebas dari Militer (Analisis Sosiologis Atas Kecenderungan Masyarakat Modern), PT. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hlm.251 3 Imam Yahya, M.Ag., Tradisi Militer Dalam Islam, Logung Pustaka, Yogyakarta, 2004, hlm.63 4 H. Hamzah Ya’qub, Etika Islam Pembinaan Akhlakul Karimah, CV. Diponegoro, Bandung, 1993, hlm.30

Page 11: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

3

beragama benar-benar bersifat individual dan subyektif. Meskipun

pengalaman itu disana-sini dapat dibentuk oleh lingkungan orang yang

mempunyai temperamen yang berbeda akan mempunyai kemampuan

mengaktualisasikan dimensi spiritualnya berbeda pula.5

Sedangkan dalam ajaran agama khususnya dalam ajaran Islam tidak

hanya dipahami secara formal, sempit dan sebatas ritual saja, tetapi agama

merupakan pedoman hidup perilaku sehari-hari. Peran agama juga dapat

dianggap sebagai salah satu sumber nilai etis yang mempunyai kekuatan

efektif di dalam masyarakat. sebagai sumber nilai etis peran agama

dimaksudkan menjadi pangkal hidup baik dan buruk yang dipergunakan

sebagai landasan untuk melakukan aktivitas termasuk dalam bidang

kemiliteran.

Agama sebagai suatu bentuk kepercayaan, diyakini manusia sebagai

sistem nilai yang harus diejawantahkan kedalam prilaku sosial tertentu. Ia

berkaitan dengan pengalaman historis manusia, baik sebagai individu maupun

kelompok, oleh karenanya pelembagaan perilaku sosial keagamaan dalam

bentuk institusi atau tradisi adalah suatu yang urgen. Urgensi pelembagaan ini

terletak pada aktualisasi nilai agama yang bersifat subyektif, agar dapat

obyektif dalam berbagai paradigma, visi dan konsep struktur atau institusi

tertentu yang mudah dipahami.6 Menjadi tentara atau militer dalam Islam

dituntut memiliki moral yang tinggi sesuai dengan keluhuran profesi yang

dimilikinya itu. Yang dimaksud, moral yang tinggi disini, mengacu kepada

keikhlasan, kejujuran dan ketaqwaan. Keikhlasan dan kejujuran disini ialah,

kesadaran atau motivasi yang terdapat di dalam hatinya, bahwa ia

melaksanakan semua tugas yang berkaitan dengan kemiliteran terutama

perang, semata-mata untuk menegakkan hukum Allah dimuka bumi.7

5 M. Amin Abdullah, Studi Agama; Normativitas atau Historitas, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996, hIm. 167 6 H. M. Ridwan Lubis, Cetak Biru Peran Agama (Merajut Kerukunan, Kesetaraan Gender dan Demokratisasi dalam Masyarakat Multikultural), PT. Puslitbang kehidupan beragama, Jakarta, 2005, hlm.vii 7 Debby M Nasution, Kedudukan Militer Dalam Islam Dan Peranannya Pada Masa Rasulullah SAW, PT. Tiara Wacana, Yogyakarta, 2002, hlm.5 1

Page 12: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

4

TNI haruslah mempunyai sikap teguh dan tanggung jawab kepada

perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang mana

sikap teguh dan tanggung jawab keberadaan TNI sebagai bayangkara Negara,

yang sekaligus menjadikan dirinya sebagai benteng atau perisai Negara dan

masyarakat bangsa Indonesia. Hal ini bisa terwujud manakala TNI mampu

menjunjung tinggi kepercayaan yang dilimpahkan rakyat dan bangsa

Indonesia untuk menampilkan diri sebagai pengaman dan pengayom rakyat

dan bangsa Indonesia yang diandalkan terhadap setiap bentuk propaganda,

agitasi, infiltrasi, intrik, intervensi dan provokasi yang merugikan kepentingan

rakyat dan bangsanya. Di samping itu, TNI harus memiliki semangat yang

tinggi yaitu kesiapan diri untuk ikhlas berkorban, tidak mengenal menyerah,

tahan menderita dan senantiasa mengutamakan kepentingan rakyat bangsa dan

negaranya disamping kewaspadaan dan disiplin yang ketat, serta adanya

kemauan, kemampuan dan kesanggupan diri setiap prajurit TNI untuk

meningkatkan profesionalisme.8

Jendral besar Soedirman merupakan salah satu tokoh yang memiliki

militansi yang tinggi, yaitu semangat tinggi, penuh gairah dan tangguh dalam

berjuang tanpa mengenal menyerah sekaligus beliau juga seorang yang

agamis. Dalam hal religiositas, pengaruh jendral besar Soedirman dapat dilihat

dalam dua hal; Pertama, pengaruhnya secara institusional yaitu pengaruh

pemikiran dan prinsip keberagamaannya dalam rumusan etika keprajuritan

(sumpah prajurit, sapta marga, delapan wajib TNI, sebelas asas kepemimpinan

TNI) dan pembentukan institusi pembinaan mental di lingkungan TNI. Kedua,

pengaruhnya secara personal. Artinya sikap keberagaman jendral besar

Soedirman menjadi suri tauladan bagi seluruh anggota TNI khususnya dan

masyarakat pada umumnya.

Munculnya lembaga pembinaan mental TNI tampaknya di awali dari

prinsip jendral besar Soedirman yang ingin menerapkan nilai-nilai agama

dalam kehidupan TNI. Dalam pembinaan rohani misalnya berusaha

8 H. Asren Nasution, Religiositas TNI (Refleksi Pemikiran dan Kepribadian Jendral Besar Soedirman), PT. Prenada Media, Jakarta, 2003, hIm. 100

Page 13: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

5

menanamkan dan, memelihara keyakinan pada setiap anggota TNI agar sadar

sebagai insan hamba, Tuhan bahwa sebagai manusia ia selalu harus dapat

menunjukkan pengabdian, secara baik dalam hubungan manusia dengan

Tuhan, maupun dalam hubungan manusia dengan manusia. Tujuan lainnya

yaitu berusaha untuk menumbuhkan kesadaran agar setiap anggota TNI

memiliki perilaku, sikap mental dan budi pekerti yang bersendikan pancasila

sesuai dengan ajaran agama Islam.

Oleh karenanya nilai-nilai agama yang dipahami jendral besar

Soedirman sangat banyak menjadi acuan dalam pembentukan lembaga

pembinaan mental yang berdasarkan sikap kasad Nomor: SkepI69 1/VII/1986

tanggal 30 Nopember 1986 ditetapkan hari jadinya jatuh pada tanggal 25 mei

1946, dengan tugas pokok mempertinggi moral dan moril tentara melalui,

antara lain: mengadakan pidato-pidato keagamaan, memberi keterangan-

keterangan keagamaan yang semuanya diperuntukkan dan ditujukan kepada

segenap anggota angkatan perang.9 Hal ini perlu dilaksanakan mengingat

kondisi keimanan atau keberagamaan seseorang bisa menebal dan menipis,

tergantung dan pembinaannya.10

Dari latar belakang permasalahan diatas maka penulis akan melakukan

dan mengkaji secara mendalam dalam skripsi dengan judul: “ Pembinaan

Mental Prajurit Batalyon Arhanudse-15 KODAM IV Diponegoro

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan, maka dapat diambil

pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana kehidupan beragama dikalangan prajurit Batalyon

Arhanudse-l5?

b. Apa peran agama dalam pembinaan mental di kalangan prajurit Batalyon

Arhanudse-15?

9 Ibid, hlm.130 10 Iman Munawir, Memahami Prinsip-prinsip Dasar Al-Islam, PT. Bina Ilmu, Surabaya,

1987, hlm.83

Page 14: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

6

c. Apakah faktor penunjang dan penghambat dari pembinaan mental

keagamaan, di kalangan prajurit Batalyon Arhanudse-15?

C. TUJUAN PENELITIAN

a. Untuk mengetahui keberagamaan di kalangan prajurit Batalyon

Arhanudse-15.

b. Untuk mengetahui apa peran agama dalam pembinaan mental di kalangan

prajurit Batalyon Arhanudse-15.

c. Untuk mengetahui faktor penunjang dan penghambat dari pembinaan

mental keagamaan di kalangan prajurit Batalyon Arhanudse-15.

D. MANFAAT PENELITIAN

a. Secara praktis, diharapkan dapat dijadikan informasi dan acuan bagi

peminat atau peneliti bahwa agama mempunyai peranan yang sangat

penting sebagai motivasi di kalangan militer Batalyon Arhanudse-15

KODAM IV Diponegoro

b. Secara Teoritis, sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu,

khususnya ilmu dibidang Akidah filsafat. Sehingga diharapkan dengan

penelitian ini dapat menjadi acuan bagi masyarakat secara umum dan

mahasiswa pada khususnya.

E. KAJIAN PUSTAKA

Untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil penelitian yang

membahas permasalahan yang sama dan seseorang baik dalam bentuk buku,

kitab dan dalam bentuk tulisan yang lainnya, maka penulis akan memaparkan

buku atau skripsi yang sudah ada sebagai bandingan dalam mengupas

permasalahan tersebut sehingga diharapkan akan muncul penemuan baru.

Kajian mengenai pembinaan mental keagamaan di kalangan Prajurit

masih belum banyak ditemukan. Dalam buku ataupun artikel-artikel masih

belum banyak ditemukan karya-karya yang secara spesifik membahas tentang

pembinaan mental keagamaan prajurit Batalyon Arhanudse-15 Kodam

IV/Diponegoro.

Page 15: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

7

Untuk lebih memperjelas gambaran tentang penelitian ini, berikut ini

merupakan ilustrasi dan beberapa literatur yang ada hubungannya dengan

tema penelitian yang dikaji dalam skripsi ini yaitu:

1. Imam Yahya, dalam bukunya “Tradisi Militer dalam Islam” yang

didalamnya mencoba melakukan kajian analisis tentang militer dalam

Islam. Yang mana perbincangan sekitar Islam dan militer seakan-akan

sangat dipaksakan karena Islam adalah sebuah institusi keagamaan yang

sarat dengan persoalan-persoalan profan. Sementara militer adalah sebuah

institusi profesional yang terstruktur dalam setiap Negara.

2. Debbi M Nasution, dalam bukunya “Kedudukan Militer dalam Islam dan

Peranannya dalam Masa Rasulullah SAW” yang didalamya menerangkan

fungsi dan kedudukan militer dalam pandangan Islam, yang mana ajaran

Islam memberikan inspirasi manusiawi dalam menangani masalah perang

dan damai, dalam memelihara keamanan dan pertahanan serta integritas

masyarakat (Negara) guna menciptakan kesejahteraan hidup warga

masyarakat (Warga Negara)

Beberapa peneliti yang sudah meneliti tentang peranan agama antara

lain: Subhan (4193055) dalam karya ilmiahnya “skripsi yang berjudul Peran

Agama Dalam Masyarakat menurut Jalaluddin Rahkmad” dalam skripsinya

dijelaskan tentang peran agama: Pengertian dan pemahaman agama, Peranan

agama dalam kehidupan, Tujuan orang dalam beragama. Azizah (4193055)

dengan judul “Peranan Akidah Bagi Wanita Karier Dalam Pembinaan

Keluarga Sakinah di Desa Pegirikan Kec. Talang Kab. Tegal” peneliti

tersebut menitik beratkan pada peranan agama dalam pembinaan keluarga

sakinah.

Dari beberapa penelitian diatas menunjukkan bahwa penelitian yang

peneliti lakukan sekarang ini, adalah benar-benar penelitian yang belum

pemah diteliti oleh peneliti lainnya yang berkaitan dengan judul, tema.

Page 16: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

8

F. METODE PENELITIAN

Metode penelitian skripsi tidak hanya dikemukakan teknik penelitian ini,

tetapi juga mengenai dasar teori yang melandasi penelitian tersebut. Adapun

jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang

berdasarkan pada pengamatan dan menganalisa secara langsung fakta yang

ada di lapangan. Penelitian ini sama sekali tidak berpengaruh pada jumlah

angka-angka yang diperoleh dan lapangan, tetapi lebih melihat pada realitas

yang terjadi yang sedang diamati. Ada beberapa hal yang penulis uraikan di

bawah ini:

1. Populasi, sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila

seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah

penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi

atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus.11

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah kalangan militer

yaitu prajurit Batalyon Arhanudse-15 yang berjumlah 666 prajurit

terdiri dan bermacam-macam pemeluk agama. Penulis mengambil 639

prajurit yang beragama Islam.12 Untuk itu penulis menggunakan

penelitian sampel.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang diteliti. Dinamakan.

sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil

penelitian sampel.13

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari anggota

prajurit militer Batalyon Arhanudse-15 yang terdiri atas 130

orang prajurit atau I Kompi.

11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, him. 108 12 Transkip Rekapituiasi Data Agama Kotama/Balakpus triwulan 11 2007 13 Ibid, him. 109

Page 17: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

9

c. Teknik Pengambilan Sampel

Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan pada

penelitian ini adalah mengenai penelitian yang dilakukan berkaitan

dengan banyak sedikitnya subyek yang diteliti, Suharsimi Arikunto

menyatakan bahwa untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila

subyeknya kurang dan 100 lebih baik semua sehingga penelitiannya

adalah penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar

dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.14

Karena subyek dalam penelitian ini lebih dan 100, maka peneliti

mengambil 20%. Peneliti mengambil sekitar I kompi yaitu 130 orang

anggota prajurit militer Batalyon Arhanudse- 15.

2. Metode pengumpulan data

Adapun untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan metode

sebagai berikut:

a. Observasi

Dalam penelitian ini penulis berupa mengamati secara terbuka

yaitu model pengamatan dimana subyek yang diamati mengetahui dan

memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa

yang sedang diamati.

Dalam pelaksanaannya, pengamat melakukan pengamatan dan

pencatatan secara sistematis fenomena yang diteliti atau diselidiki.

Metode ini digunakan untuk mengetahui kondisi keagamaan di

kalangan militer Batalyon Arhanudse-15 KODAM IV Diponegoro.

b. Interview

Interview adalah teknik dalam upaya menghimpun data-data

yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah

tertentu yang sesuai dengan data.15

14 Ibid. him. 112 15 Wardi Bachtiar, Metode Penelilian Ilmu Dakwah, PT. Logos, Jakarta, 1997, hIm. 72

Page 18: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

10

Metode ini digunakan atau ditempuh dengan mengadakan

wawancara langsung dengan para TNI di Batalyon Arhanudse-15

Kodam IV Diponegoro khususnya di bagian Bintal dan Prajurit

untuk mencari bagaimana kondisi keberagamaan di kalangan militer

dan pemahaman agama dan upaya pembinaannya.

c. Dokumentasi

Metode ini merupakan teknik pengumpulan data dengan melihat

dan mencatat dokumen-dokumen yang tertulis maupun tidak tertulis

serta sumber data arsip lainnya.16 Artinya mencari data mengenai hal-

hal atau variable berupa transkip, buku, dan lain sebagainya. Metode

ini digunakan untuk menggali data-data langsung dan obyek penelitian

(khususnya data yang diperoleh dari pihak yang terkait, dalam hal ini

pihak Batalyon Arhanudse-15 KODAM 1V Diponegoro.

Dokumen yang diterapkan dalam penelitian ini adalah dokumen

yang berupa kegiatan-kegiatan di kalangan militer Batalyon

Arhanudse-15 KODAM IV Diponegoro, tentang keberadaan / kondisi

anggota militer Batalyon Arhanudse-15 KODAM IV Diponegoro yang

meliputi sejarah berdirinya, tujuan berdirinya, visi dan misi, struktur

organisasi.

d. Angket

Angket adalah teknik pengumpulan data dalam bentuk

pertanyaan-pertanyaan. Diharapkan dengan menyebarkan daftar

pertanyaan kepada setiap responden, peneliti dapat menghimpun data

yang relevan dengan tujuan penelitian dan memiliki tingkat reliabilitas

serta validitasnya yang tinggi.17

Bentuk angket dalam penelitian ini adalah terbuka, artinya

subyek diberi kebebasan untuk mengungkap respon yang

dikehendakinya dengan bahasanya sendiri.

16 Kunjoroningrat, Metode-metode Penelitan Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1983, hIm. 179

17 Ibid. him. 75

Page 19: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

11

Pengambilan data ini berkaitan dengan peranan atas pemahaman

keimanan di kalangan militer Batalyon Arhanudse-15 KODAM 1V

Diponegoro. Adapun untuk memperoleh data tersebut penulis

menggunakan cara dengan menyebarkan draft-draft pertanyaan yang

bersifat pilihan ganda, atau isian yang telah ada dalam angket.

3. Metode analisis data

Data yang sudah terkumpul kemudian penulis analisa dengan

menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu upaya untuk mendapatkan

gambaran yang jelas dan kesimpulan yang (mendekati) tepat. Penulis

menggunakan metode analisis data kualitatif non statistik dengan jalan

induktif yaitu pengambilan kesimpulan yang didasarkan pada hal-hal

yang khusus kemudian dikenakan pada kasus yang lebih umum karena

adanya gejala yang sama.18 Istilah lain yaitu proses logika yang berangkat

dan data empirik lewat observasi kepada suatu teori (kesimpulan).

Adapun pengambilan kesimpulan, penulis menggunakan alur

berfikir deskriptif, yaitu analisis yang didasarkan pada hasil-hasil

penggalian data yang diperoleh dan lapangan, artinya analisis pemaparan

dan uraian tentang fakta-fakta yang terjadi kemudian diberi komentar

seperlunya dan deskriptif tersebut, baru kemudian disimpulkan dan hasil

deskripsi yang diperoleh. Artinya sebagai bentuk analisis, penulis

menggunakan pemaparan dan penjelasan sifatnya kualitatif yang

berdasarkan hasil angket dan pengamatan di lapangan, bukan merupakan

angka-angka statistik. Sehingga sebagai pisau analisis, penulis

menggunakan metode deduktif yaitu penarikan kesimpulan yang

didasarkan pada kasus individual (khusus) karena adanya persamaan

gejala.19

Dengan kata lain metode ini digunakan untuk menggeneralisir dan

pendapat atau pandangan dan responden tentang peran agama sebagai

18 Ibid, hlm, 49 19 Ibid, hlm. 43

Page 20: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

12

motivasi di kalangan militer, sehingga kalau ternyata keimanan tersebut

berpengaruh terhadap etos kerja, maka di situlah fungsi metode deduktif.

G. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI

Untuk mempermudah dan memperoleh gambaran tentang penulisan

skripsi dan sesuai dengan aturan yang berlaku dalam pembuatan skripsi, maka

skripsi ini tersusun dalam lima bab, masing-masing bab mempunyai

keterkaitan yang tidak dapat terpisahkan. Kelima bab tersebut terangkum

sebagai berikut:

BAB I

Merupakan pendahuluan. Dalam bab ini terdiri dan latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

kajian pustaka, metode penelitan, sistematika penulisan skripsi.

BAB II

Dalam bab ini penulis sajikan uraian sebagai landasan teori yakni , tentang

peran agama sebagai motivator di kalangan militer yang meliputi: pertama,

kajian tentang agama meliputi, pengertian agama, peranan agama dalam

kehidupan, tujuan orang beragama; kedua, tinjauan tentang motivasi

meliputi, pengertian motivasi, macam-macam motivasi, peranan motivasi;

ketiga, tinjauan tentang militer, meliputi, pengertian tentang militer, peranan

dan tujuan militer.

BAB III

Dalam bab ini penulis uraikan gambaran umum tentang Batalyon

Arhanudse-15, KODAM IV Diponegoro, meliputi sejarah berdirinya

batalyon Arhanudse-15, sejarah berdirinya KODAM IV Diponegoro, moto

arti makna lambang, struktur organisasi, kualitas keberagamaan di kalangan

militer

Page 21: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

13

BAB IV

Bab ini merupakan analisa penulis terhadap pembinaan mental keagamaan

prajurit batalyon Arhanudse-15 KODAM IV Diponegoro yang meliputi

kehidupan keberagamaan di kalangan militer, peran agama dalam

pembinaan mental dan faktor-faktor penunjang dan penghambat pembinaan

mental keagamaan di kalangan militer.

BAB V

Bab ini merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan dan semua

pembahasan, sekaligus jawaban dari permasalahan yang dikaji. Bab ini

meliputi kesimpulan, saran dan penutup.

Page 22: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

14

BAB II

PERAN AGAMA SEBAGAI MOTIVATOR DI KALANGAN MILITER

A. KAJIAN TENTANG AGAMA

1. Pengertian Agama

“Agama” adalah satu kata yang sangat mudah diucapkan dan

mudah juga untuk menjelaskan maksudnya (khususnya bagi orang awam),

tetapi sangat sulit memberikan batasan (definisi) yang tepat lebih-lebih

bagi para pakar. Hal ini disebabkan antara lain, dalam menjelaskan sesuatu

secara ilmiah (dalam arti mendefinisikannya) mengharuskan adanya

rumusan yang mampu menghimpun semua unsur yang didefinisikan dan

sekaligus mengeluarkan segala yang tidak termasuk unsurnya, kemudahan

yang dialami oleh orang awam di sebabkan oleh cara mereka dalam

merasakan agama dan perasaan itulah yang mereka lukiskan.1

Tidak mudah mendefinisikan agama, apabila di dunia ini kita

menemukan kenyataan bahwa agama amat beragam. Pandangan seseorang

terhadap agama, ditentukan oleh pemahamannya terhadap ajaran agama itu

sendiri.2 Pada umumnya di Indonesia digunakan istilah ‘agama’ yang sama

artinya dengan istilah asing ‘religie’ atau ‘godsdienst’ (belanda) atau

‘religion’ (inggris). Istilah ‘agama’ berasal dari bahasa sansekerta yang

pengertiannya menunjukkan adanya kepercayaan manusia berdasarkan

wahyu dari tuhan. Dalam arti linguistic kata beragama berasal dari suku

kata A-GAM-A, kata ‘A’ merupakan kata sifat yang menguatkan yang

kekal, jadi istilah ‘Agama’ atau ‘Agama’ berarti ‘tidak pergi’ atau ‘tidak

1 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan

Masyarakat, (Bandung, PT. Mizan, 1994), hlm. 209. 2 Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an; Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Umat,

(Bandung, PT. Mizan, 1996), hlm. 375.

Page 23: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

15

berjalan’ alias tetap (kekal, eternal) sehingga pada umumnya kata A-GAM

atau AGAMA mengandung arti pedoman hidup yang kekal.3

Para ahli agama sulit menyepakati apa yang menjadi unsur esensial

agama. Namun hampir semua agama diketahui mengandung empat unsur

penting berikut:

1) Pengakuan bahwa ada kekuatan gaib yang menguasai atau

mempengaruhi kehidupan manusia.

2) Keyakinan bahwa keselamatan hidup manusia tergantung pada adanya

hubungan baik antara manusia dengan kekuatan gaib itu.

3) Sikap emosional pada hati manusia terhadap kekuatan gaib itu, seperti

sikap takut, hormat, cinta, penuh harap, pasrah dan lain-lain.

4) Tingkah laku tertentu yang dapat diamati, seperti shalat (sembahyang),

doa, puasa, suka menolong, tidak korupsi dan lain-lain, sebagai buah

dari tiga unsur pertama.

Tiga unsur pertama itu merupakan jiwa agama, sedangkan unsur

keempat merupakan bentuk lahiriyah.4

Bagi umat Islam pengertian istilah ‘Agama’ cara atau jalan,

berhubungan dengan Tuhan-Nya di gunakan istilah ‘syari’at’, tharikat,

shiratul mustaqim (jalan yang lurus). Jadi apabila di gunakan penafsiran

menurut Islam, maka yang diartikan agama apa yang disyari’atkan Allah

dengan perantara para Nabi-Nya, yang berupa perintah-perintah dan

larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan hidup manusia

di dunia dan di akhirat.

Dengan demikian ciri-ciri agama adalah terdiri dari:

a. Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Mengadakan hubungan dengan Tuhan dan melakukan upacara (ritus)

pemujaan dan permohonan.

3 H. Hilman Hadikusuma, Antropologi Agama bagian I (Pendekatan Budaya terhadap

Aliran Kepercayaan, Agama Hindu, Budha, Kong Hu Cu, di Indonesia), (Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 1993), hlm. 16.

4 Prof. Dr. Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta, PT. Djambatan, 1992), hlm. 63.

Page 24: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

16

c. Adanya ajaran tentang ketuhanan.

d. Adanya sikap hidup yang di tumbuhkan oleh ketiga unsur tersebut,

kepercayaan adanya hubungan dengan Tuhan dan ajarannya.5

Seseorang sosiologi Agama bernama Elizabeth K Nottingham

berpendapat, bahwa agama bukan sesuatu yang dapat di pahami melalui

definisi, melainkan melalui deskripsi (penggambaran). Tak ada satupun

definisi tentang agama yang benar-benar memuaskan, tulis Elizabeth

menurut gambaran Elizabeth K Nottingham, agama adalah gejala yang

begitu sering “terdapat dimana-mana” dan agama berkaitan dengan usaha-

usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaan diri

sendiri dan keberadaan alam semesta selain itu agama dapat

membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna, dan perasaan

takut dan ngeri. Meskipun perhatian, tertuju kepada adanya suatu dunia

yang tak dapat dilihat (akhirat), namun agama melibatkan dirinya dalam

masalah-masalah kehidupan sehari-hari di dunia (Elizabeth K Nottingham,

1985 : 3-4).6

Agama sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang

bersifat Adikodrati (supernatural) ternyata seakan menyertai manusia

dalam ruang lingkup kehidupan yang luas. Agama memiliki nilai-nilai

bagi kehidupan manusia sebagai orang perorang maupun dalam

hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat, selain itu agama juga

memberi dampak bagi kehidupan sehari-hari, ini berarti manusia tidak

dapat melepaskan diri dari agama. Tuhan menciptakan demikian, karena

agama merupakan kebutuhan hidupnya.

2. Peranan Agama dalam Kehidupan

Adapun yang dimaksud dengan fungsi agama adalah peran agama,

dalam mengatasi persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang

tidak dapat di pecahkan secara empiris karena adanya keterbatasan

kemampuan dan ketidakpastian, oleh karena itu diharapkan agama

5 Ibid, hlm. 19. 6 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta, PT. Raya Grafindo Persada, 1996), hlm. 225.

Page 25: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

17

menjalankan fungsinya sehingga masyarakat merasa sejahtera, aman,

stabil dan sebagainya. Thomas F.O ‘Dea menuliskan enam fungsi agama

yaitu (1) Sebagai pendukung, pelipur lara dan perekonsiliasi, (2) Sarana

hubungan trasendental melalui pemujaan dan upacara ibadat, (3) Penguat

norma-norma dan nilai-nilai yang sudah ada, (4) Pengkoreksi fungsi yang

sudah ada, (5) Pemberi identitas diri, dan (6) Pendewasaan agama.

Sedangkan fungsi agama yang dijelaskan Hendropuspito lebih ringkas

lagi, tetapi intinya hampir sama. Menurutnya, fungsi agama itu adalah

edukatif, penyelamatan, pengawasan sosial, memupuk persaudaraan dan

transformative.7

Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem,

nilai yang memuat norma-norma tertentu, secara umum norma-norma

tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar

sejalan dengan keyakinan agama yang di anutnya. Sebagai sistem nilai

agama memiliki arti yang khusus dalam kehidupan individu serta

dipertahankan sebagai bentuk ciri khas, dilihat dari fungsi dan peran

agama dalam memberi pengaruhnya terhadap individu, baik dalam bentuk

sistem nilai, motivasi maupun pedoman hidup, maka pengaruh yang paling

penting adalah sebagai pembentuk kata hati (conscience), maka pengaruh

agama dalam kehidupan individu adalah memberi kemantapan batin, rasa

bahagia, rasa terlindung, rasa sukses dan rasa puas. Perasaan positif ini

lebih lanjut akan menjadi pendorong untuk berbuat. Agama dalam

kehidupan individu selain menjadi motivator dan nilai etik juga

merupakan harapan.8 Fungsi agama dalam masyarakat antara lain:

a. Berfungsi edukatif

Para penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang

mereka anut memberikan ajaran-ajaran yang harus di patuhi. Ajaran

agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang, kedua unsur

suruhan dan larangan ini mempunyai latar belakang mengarahkan

7 H. Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm 130.

8 Ibid, hlm.226.

Page 26: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

18

bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan

yang baik menurut ajaran agama masing-masing

Berfungsi penyelamat

Dimanapun manusia berada dia selalu menginginkan dirinya selamat.

b. Berfungsi sebagai pendamaian

Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat

mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan

rasa bersalah akan segera menjadi hilang dari batinnya apabila

seseorang pelanggar telah menebus dosanya melalui: tobat, pensucian

atau penebusan dosa.

c. Berfungsi sebagai social control

Ajaran agama oleh penganutnya di anggap sebagai norma,

sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai pengawasan

sosial secara individu maupun kelompok.

d. Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas

Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa

memiliki, kesamaan dalam satu kesatuan: iman dan kepercayaan rasa

kesatuan ini akan membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun

perorangan, bahkan kadang-kadang dapat membina rasa persaudaraan

yang kokoh.

e. Berfungsi transformative

Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian

seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan

ajaran agama yang di anutnya, kehidupan baru yang diterimanya

berdasarkan ajaran agama yang dipeluknya itu kadangkala mampu

mengubah kesetiaannya kepada adat atau norma kehidupan yang di

anutnya sebelum itu.

Page 27: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

19

f. Berfungsi kreatif

Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya

untuk bekerja produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri,

tetapi juga untuk kepentingan orang lain. Penganut agama bukan saja

disuruh bekerja secara rutin dalam pola hidup yang sama, tetapi juga

dituntut untuk melakukan inovasi dan penemuan baru.

g. Berfungsi sublimatif

Ajaran agama mengkuduskan segala usaha manusia, bukan

saja yang bersifat agama ukhrawi, melainkan juga yang bersifat

duniawi segala usaha manusia selama tidak bertentangan dengan

norma-norma agama, bila di lakukan atas niat yang tulus, karena dan

untuk Allah merupakan Ibadah.9

Sedangkan Prof. Dr. Mukti Ali mengemukakan bahwa peranan

agama dalam pembangunan adalah sebagai berikut;

a. Sebagai Ethos Pembangunan

Maksudnya adalah bahwa agama yang menjadi anutan

seseorang atau masyarakat jika diyakini dan dihayati secara mendalam

mampu memberikan suatu tatanan, nilai, moral dan sikap.

b. Sebagai Motivator

Ajaran agama yang sudah menjadi keyakinan mendalam akan

mendorong seseorang atau kelompok untuk mengejar tingkat

kehidupan yang lebih baik. Pengalaman ajaran agama tercermin dari

pribadi yang berpartisipasi dalam peningkatan mutu kehidupan tanpa

mengharapkan imbalan yang berlebihan. Keyakinan akan balasan

Tuhan terhadap perbuatan baik telah mampu memberikan ganjaran

batin yang akan mempengaruhi seseorang untuk berbuat tanpa

imbalan material, balasan dari Tuhan berupa pahala bagi kehidupan

hari akhirat lebih didambakan oleh penganut agama yang taat.

9 Ibid, hlm. 233.

Page 28: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

20

Melalui motivasi keagamaan seseorang terdorong untuk

berkorban baik dalam bentuk materi maupun tenaga atau pemikiran.10

3. Tujuan Orang Beragama

Tujuan manusia beragama pada esensinya oleh Allah adalah orang

yang bermasyarakat dan berbudaya dengan aspek moralnya sebagai ciri

utama. Penataan kehidupan yang demikian akan bisa menjamin suatu

kualitas kehidupan yang dapat mewujudkan martabat kemanusiaan (al-

Karomah al-Insaniah) yang diisyaratkan oleh Al-Qur’an surat Al-Isra’,

17:70, sebagai berikut:

ولقد كرمنا بني آدم وحملناهم في البر والبحر ورزقناهم من الطيبات

نلى كثري ممع ماهلنفضفضيلاوا تلقن٧٠:سرأ اإل (خ(

Artinya: “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak adam, kami angkut mereka di lautan dan daratan kami beri rizki dari yang baik-baik, dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang tlah kami ciptakan” (QS. Al-Isra’ : 70).11

Jauh sebelum datangnya Islam manusia telah mengenal berbagai

kepercayaan dan Agama, mulai dari animisme, dinamisme sampai pada

monotheism. Kepercayaan-kepercayaan Agama tersebut membentuk

wawasan dan pandangan hidup serta melahirkan norma-norma pergaulan

umumnya dari wawasan tersebut sangat merendahkan martabat manusia

karena harus menghambakan diri serta tunduk kepada berhala-berhala dan

tirani. Islam datang dengan wawasan baru yang memperkenalkan dengan

nilai-nilai sebelumnya hampir-hampir tidak dikenal masyarakat Jahiliyah

(pra Islam).

Al-Qur’an disamping berbicara tentang agama-agama yang sudah

dikenal juga berdialog dengan segala macam agama. Sepanjang dialognya,

10 Ibid, hlm. 236. 11 Yayasan Penyelenggara Terjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya,

Departemen Agama RI, (Bandung, cv. Diponegoro, 2005), hlm. 231.

Page 29: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

21

diungkapkan disoroti dari segala segi masalah ketuhanan yang tergambar

dalam alam pikiran manusia supaya dapat menghindari kesesatan-

kesesatan dan menemukan kebenaran dalam pengenalannya terhadap

Tuhan. Ada dua hal yang sangat ditekankan oleh al-Qur’an dalam masalah

ketuhanan. Pertama, adanya garis perintah eksistensi Tuhan yang mencipta

dan eksistensi makhluk atau yang tercipta. Wujud Tuhan adalah wujud

yang mutlak, sedangkan wujud alam adalah wujud yang terbatas dan nisbi.

Kedua, sebagai konsekuensi logis yang pertama adalah tidak adanya

manusia Tuhan.12 Dalam hubungan ini berulang kali Nabi SAW

diperintahkan mempertegas eksistensi dirinya. Sebagaimana Q.S. Al-

Kahfi, 18 : 110

قل إنما أنا بشر مثلكم يوحى إلي أنما إلهكم إله واحد فمن كان

يرجوا لقاء ربه فليعمل عملا صالحا ولا يشرك بعبادة ربه أحدا

)١١٠: الكهف (

Artinya : “Katakan lah, sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu yang di wahyukan kepadaku, “bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Maha Esa”, barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi : 110).13

Mengingat hal tersebut maka tujuan manusia beragama adalah

manusia yang bebas dari belenggu keberhalaan dan syirik, baik terhadap

manusia maupun alam sekitarnya. Islam menempatkan manusia agar dapat

menjadi kunci di alam raya, manusia adalah puncak ciptaan Allah dan

mengemban amanat. Berkaitan dengan ajaran itu, manusia disebut sebagai

Khalifah dalam pengertian penguasaan. Penguasaan disini dalam arti

12 K.H. Ali Yafi, Menggagas Fiqh Sosial, (Bandung, PT. Mizan, 1995), hlm. 23. 13 Yayasan Penyelenggara Terjemah Al-Qur’an, op. cit., hlm. 243.

Page 30: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

22

mandataris, manusia terkait dengan berbagai hal, kewajiban serta tanggung

jawab yang kesemuanya merupakan amanat yang diembannya.14

Manusia apabila telah mengetahui tujuan Agama dan tujuan

beragama, maka dalam kehidupan sosial, ekonomi dan kemasyarakatannya

berusaha untuk selalu berhubungan secara kontinyu dengan Allah, serius,

bahkan meneladani sifat-sifat Allah. Usaha tersebutlah yang dinamai

beragama.

B. TINJAUAN TENTANG MOTIVASI

1. Pengertian Motivasi

Sebelum kita mengenal apa yang dinamakan motivasi terlebih

dahulu kita mengenal apa itu motif atau dalam bahasa Inggrisnya

“motive”, berasal dari kata “motion”, yang berarti gerakan atau sesuatu

yang bergerak. Dalam hal ini gerakan yang dilakukan oleh manusia atau

disebut juga perbuatan atau tingkah laku. Motif adalah psikologi berarti

rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu

tingkah laku. Disamping istilah “motif” dikenal pula dalam psikologi

istilah motivasi, motivasi merupakan istilah yang lebih umum, yang

menunjuk kepada seluruh proses gerakan itu, termasuk situasi yang

mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang

ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan

atau perbuatan.15 Ada beberapa pendapat mengenai apa sebenarnya

motivasi itu diantaranya:

a. Menurut Dr. Nico Syukur Dister

Bahwa yang dinamakan motivasi (motif) adalah penyebab

psikologi yang merupakan sumber, serta tujuan dari tindakan dan

perbuatan seseorang.16

14 K.H. Ali Yafi, Teologi Sosial; Telaah Kritis Persoalan Agama dan Kemanusiaan,

(Yogyakarta, LKPSM, 1997), hlm. 161. 15 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta, PT. Bulan Bintang,

1982), hlm. 64. 16 Nico Syukur Dister, Pengalaman dan Motivasi Beragama, (Jakarta, Leppenas, 1982),

hlm. 77.

Page 31: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

23

b. Menurut Drs. Bimo Walgito

Bahwa motif atau motivasi artinya suatu kekuatan yang

terdapat dalam diri organisme yang menyebabkan organisme itu

bertindak atau berbuat dan mengarahkan pada suatu tujuan tertentu.17

c. Menurut H.M. Arifin M.Ed.

Bahwa motivasi adalah tenaga kejiwaan yang membangkitkan

manusia dalam perjuangan hidupnya dan oleh karenanya menjadi

tenaga penggerak yang sangat vital, untuk menghindarkan seseorang

dari frustasi (kekecewaan karena gagal dalam berusaha).18

Motif itu merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua

penggerak alasan-alasan atau dorongan dalam diri manusia yang

menyebabkan ia berbuat sesuatu, semua tingkah laku manusia pada

hakekatnya mempunyai motif juga tingkah laku yang disebut tingkah laku

secara refleks dan berlangsung secara otomatis, mempunyai maksud

tertentu walaupun maksud itu tidak senantiasa sadar bagi manusia. Motif

manusia merupakan dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga penggerak

lainnya yang berasal dari dalam diri manusia, untuk melakukan sesuatu

motif-motif itu memberi tujuan kearah tingkah laku kita juga kegiatan-

kegiatan yang bisa kita lakukan sehari-hari. Misalnya, kita memasang

radio pada gelombang RRI tepat pada jam 07.00 pagi dengan motif untuk

mendengarkan warta berita, dengan demikian dari beberapa pendapat

tentang motivasi, dapat penulis simpulkan bahwa motivasi adalah suatu

dorongan kejiwaan atau kemauan seseorang untuk melakukan perbuatan

demi tercapainya apa yang diinginkan sehingga puas yang dirasa dalam

dirinya.19

2. Macam-macam motivasi

17 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta, PT. Andi, 1981), hlm. 220. 18 H.M. Arifin, Psikologi Dakwah (Suatu Pengantar Studi), (Jakarta, PT. Bulan Bintang,

1977), hlm. 63. 19 W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung, Eresco, 1986), hlm. 140.

Page 32: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

24

Para ahli psikologi individu maupun sosial atau kelompok telah

melakukan studi secara luas tentang seberapa banyak dorongan-dorongan

kejiwaan yang mempengaruhi tingkah laku manusia. Dengan nama-nama

yang berbeda-beda bagi adanya dorongan-dorongan tersebut mereka

menguraikan macam-macam motive antara lain:

a. Motive yang mendorong aktivitas pribadi yang disebut oleh Goldstein

“Self-actualization” yang di dalamnya mengandung dorongan

keinginan yang bersifat organis (jasmaniah) dan psikologis (rohaniah),

motive ini menuntut kepada pemuasan hidup jasmaniah seperti makan

dan minum, serta pemuasan rohaniah seperti harga diri, status dan rasa

aman serta kebebasan dari segala tekanan dan sebagainya.

b. Motive kepada keamanan atau disebut “security motive”. Motive ini

dipandang oleh ahli psikologi sebagai yang paling asasi, motive ini

mengandung keinginan-keinginan yang didasarkan atas kebutuhan

seseorang untuk melindungi dirinya dari segala bentuk ancaman

terhadap integritas dan stabilitas hidupnya manifestasi nya adalah

bentuk penghindar dari bahaya dan resiko, juga dalam sikap hati-hati

atau waspada serta konservatif dan sebagainya.

Termasuk ke dalam klasifikasi motive tersebut adalah

Motive fisiologis yaitu desakan keinginan yang mendorong

manusia untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah. Dengan telah

dipuaskannya kebutuhan ini maka seseorang menjadi tenang, yang

tergolong motive ini adalah rasa lapar, haus, nafsu, berkelamin dan

sebagainya dapat dianggap sebagai motive yang timbul secara

periodik yang bukan bersifat kronis (tidak henti-hentinya),

dorongan ini banyak dipengaruhi oleh faktor kebudayaan dan

harapan sosial, misalnya, etika dan norma susila dan agama serta

kebiasaan atau tradisi masyarakat. Dengan demikian tidaklah mesti

setiap orang yang mengalami dorongan keinginan tersebut lalu

bebas memenuhinya tanpa adanya peraturan dan aturannya. Dalam

masyarakat primitif-pun tatacara dan peraturan serta aturan bagi

Page 33: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

25

pemenuhan kebutuhan demikian telah ada, apalagi di lingkungan

masyarakat beradab.

Motive kepada kepercayaan dan konformitas dipandang oleh

banyak ahli psikologi sebagai suatu kekuatan yang cukup

memberikan dorongan kepada manusia ke arah hidup tenteram.

Kepercayaan kepada yang maha ghaib adalah suatu tenaga

motivasi yang paling kuat dalam masyarakat, karena hal itu pada

umumnya merupakan sumber kedamaian yang tahan lama; suatu

dorongan keinginan untuk mempercayai nya adalah kekuatan

pendorong yang potensial dalam kehidupan manusia.

c. Motive untuk mengadakan response. Motive ini berbeda dengan

motive untuk hidup aman dan tenteram, karena motive ini timbul

bilamana ada dorongan ingin mendapatkan pengalaman baru dalam

hidup sekitar, baik dalam bentuk hubungan personal maupun

impersonal. Dorongan keinginan mengadakan response adalah

dorongan untuk mengadakan hubungan yang intim dan bersahabat

dengan orang lain (bersifat personal) yang di dalamnya mengandung

keinginan untuk dicintai, untuk dihargai, untuk dipuji. Dengan telah

terpenuhinya dorongan tersebut, seseorang baru merasa puas.

Manifestasi dari motive ini nampak berkembang dalam bentuk

kerjasama, saling tolong menolong, rasa keterkaitan kelompok dimana

ikatan rasa kasih sayang diantara satu sama lain merupakan tali

pengikatnya.

d. Motive-motive lainnya yang bersifat individual adalah motive untuk

mendapatkan pengakuan di dalam kelompok atau masyarakat dimana

ia hidup, motive recognition ini dimanifestasikan dalam berbagai

bentuk perilaku misalnya sikap berani, memamerkan diri dalam

berpakaian, dalam berpendapat dan sebagainya. Tergolong dalam

motive ini adalah self-esteem, yaitu motive yang mendorong untuk

mendapatkan penghargaan dari orang lain terhadap dirinya, atau

Page 34: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

26

disebut harga diri, impact yang diperoleh dari pemuasan motive ini

timbulnya kepercayaan terhadap diri sendiri.

e. Motive yang mendorong mencari pengalaman baru adalah merupakan

daya kekuatan psikologis yang membawa manusia kepada usaha

pembaharuan dan perubahan, manifestasi nya dalam bentuk perilaku

pada masa kanak-kanak ialah adanya dorongan untuk menambah luas

daerah pengalaman seperti sejak periode “merebut dunia” (menurut

istilah Prof. Cassimir) atau periode mengenal dunia sekitar. Usia anak

pada masa ini adalah 1 tahun yakni masa kemampuan berjalan

perhatiannya sangat besar kepada kenyataan yang ada di sekitarnya

dan ia berusaha memperoleh pengetahuan baru tentang dunia sekitar

tersebut, dorongan ini kemudian berkembang menjadi kebutuhan

untuk memperoleh kelezatan atau kesenangan hidup, dorongan

memperoleh pengetahuan, dorongan untuk mencapai cita-cita dan

sebagainya.20

3. Peranan motivasi

Setiap tindakan mesti didasari atas keinginan untuk memuaskan

kebutuhannya agar ia tetap hidup tetapi sulit dipastikan, kebutuhan apa

yang mempengaruhinya untuk mengambil tindakan tertentu dalam situasi

yang tertentu pula, disinilah keunikan manusia sulit diterka apa yang

dilakukannya. Alasan secara umum adalah karena kegiatan orang seorang

(individu) terus-menerus mengalami perubahan selama hidupnya melalui

proses belajar sejak lahir sampai mati.21

Salah satu cara yang dapat digunakan memahami kompleksitas

manusia adalah dengan analisis kebutuhannya yang beraneka ragam sudah

barang tentu banyak cara yang dapat dipakai untuk membuat berbagai

kategori kebutuhan manusia. Kategorisasi yang paling sederhana adalah

dengan mengatakan bahwa kebutuhan manusia itu terdiri dari kebutuhan

20 Ibid, hlm. 74-79. 21 Andi Baso Mappatoto, Siaran Pers Suatu Kiat Penulisan, (Jakarta, PT. Gramedia

Pustaka Utama, 1993), hlm. 1.

Page 35: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

27

primer dan sekunder. Yang tergolong pada kebutuhan primer pada

dasarnya adalah semua kebutuhan yang bersifat kebendaan, sedangkan

yang tergolong kepada kebutuhan yang bersifat sekunder adalah semua

kebutuhan yang tidak bersifat kebendaan. Kategorisasi demikian tidak

salah. Kelemahannya, terletak pada cara yang terlalu simplistic, artinya

pendekatan yang terlalu sederhana itu tidak memberikan gambaran yang

akurat tentang berbagai jenis kebutuhan manusia yang sesungguhnya

sangat kompleks itu yang jelas ialah bahwa Kategorisasi kebutuhan

manusia dan berbagai cara dan teknik pemuasan nya.22

Pada umumnya peranan motivasi dalam segala tingkah laku

manusia besar sekali, motivasi (dorongan diri) adalah kekuatan yang

mampu memunculkan aktivitas dalam diri manusia. Hal ini di mulai dari

adanya perilaku yang diarahkan pada tujuan tertentu yang menjadikan

aktivitas tersebut adalah satu tugas yang harus dilaksanakan, motivasi

inilah yang mendorong manusia dalam melaksanakan banyak kegiatan

penting yang bermanfaat yang sesuai dengan keinginannya. Manusia

mempunyai banyak kebutuhan diantaranya, kebutuhan dasar yang harus

dipenuhinya, karena dengan adanya pemenuhan akan kebutuhan dasar

inilah, ia dapat bertahan hidup dan melestarikan jenisnya di muka bumi.

Selain itu, ia mempunyai kebutuhan yang penting dan urgen dalam

mewujudkan keamanan dan kebahagiaan dirinya, kebutuhan inilah yang

mendorong manusia dalam melakukan banyak kegiatan dan aktivitas

hingga ia mampu memenuhi semua kebutuhan tersebut. Motivasi dibagi

menjadi dua bagian penting, yaitu:

a. Motivasi Utama atau Motivasi Psikologi

Ia adalah motivasi yang fitrah dan sudah menjadi tabiat dan

bawaan manusia sejak dilahirkan, motivasi ini berhubungan erat

dengan kebutuhan tubuh dan juga segala sesuatu yang berkaitan

dengan bentuk fisik seperti halnya adanya kekurangan atau

22 Sondang P. Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya, (Jakarta, PT. Bina Aksara, 1989),

hlm. 75.

Page 36: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

28

ketidakpuasan akan bentuk fisik yang ada. Motivasi inilah yang akan

mengarahkan perilaku seseorang pada tujuan tertentu dalam

pemenuhan kebutuhan fisik nya secara psikologi atau dalam usaha

menutupi kekurangan yang ada dan dirasa.

b. Motivasi Kejiwaan dan Spiritual

1. Motivasi Kejiwaan

Ia sering juga disebut dengan motivasi kejiwaan dan sosial,

karena ia memenuhi kebutuhan kejiwaan setiap individu dari satu

sisi, yang tampak pada perkembangan individu masyarakat, hasil

dari optimismenya dan interaksinya dengan sesamanya, disisi

lainnya ia merupakan motivasi fitrah manusia, seperti halnya

kebutuhan untuk berkembang.

2. Motivasi Spiritual

Adalah motivasi yang berkaitan erat dalam aspek

spiritualitas pada diri manusia, seperti halnya motivasi untuk tetap

konsisten dalam melaksanakan ajaran agama; motivasi untuk

bertakwa kepada Allah; mencintai kebaikan, kebenaran dan

keadilan, serta membenci kejahatan, kebatilan dan kezaliman.23

C. TINJAUAN TENTANG MILITER

1. Pengertian Militer

Militer atau tentara adalah salah satu kelompok profesional yang

harus dimiliki oleh suatu negara, militer terdiri dari kelompok orang-orang

yang terorganisasi yang disiplin untuk melakukan pertempuran yang

tentunya berbeda dengan kelompok orang-orang sipil, sementara

kelompok militer atau organisasi militer, menurut Amos Perlmutter adalah

sebuah ikatan persaudaraan dan persekutuan sekaligus alat kekuasaan dan

23 Dr. Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi, (Jakarta, PT. Gema Insani, 2005),

hlm. 96.

Page 37: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

29

birokrasi. Dalam pengertian SE Finer, kelompok militer ini dipersiapkan

untuk bertempur dan memenangkan peperangan guna mempertahankan

eksistensi sebuah negara. Dengan demikian maka tugas militer adalah

melatih diri dan mengadakan perlengkapan untuk menghadapi musuh dari

luar, dari pengertian diatas dapat diambil pengertian bahwa fungsi militer

adalah melakukan tugas dalam bidang pertahanan di sebuah negara yang

secara umum disebut “fungsi militer”.24

Dalam Islam tentara dibagi menjadi dua kelompok, militer

murtaziqah dan militer mutathawwi’ah.

a. Militer Murtaziqah adalah militer yang secara resmi diberikan gaji

tetap oleh negara, mereka dipersiapkan secara khusus untuk

mempertahankan negara dengan menghalau musuh-musuh yang dari

luar dan akan menduduki negara, mereka secara resmi digaji oleh

negara dari pos pertahanan dan keamanan, sebagai konsekuensinya

mereka harus siap setiap saat untuk berperang apabila negara dalam

keadaan bahaya. Gaji setiap tentara adalah sah, karena jasa yang telah

diberikan kepada negara.

b. Militer Mutathawwi’ah adalah militer semesta atau militer suka rela

yang dijadikan sebagai cadangan kalau negara dalam keadaan bahaya,

kelompok ini tidak saja terdiri dari laki-laki, tetapi juga perempuan

dan anak-anak, mereka memasuki kelompok tentara ini atas dasar

kesadaran dan kemauan dalam rangka ikut serta mempertahankan

negara dari pasukan asing.

Kalau militer murtaziqah dianggarkan dari negara, bentuk militer

yang kedua ini tidak ada anggaran rutin, budget yang disediakan

diambilkan dari dana Baitul Maal yang menjadi hak fisabilillah, yakni

orang-orang yang berjuang di jalan Allah SWT.25

2. Peranan dan Tujuan Militer

24 Imam Yahya, Tradisi Militer dalam Islam, (Yogyakarta, Logung Pustaka, 2004), hlm. 1.

25 Ibid, hlm. 48.

Page 38: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

30

Pertahanan dan keamanan merupakan kebutuhan asasi (dharuriyah)

setiap manusia, masyarakat dan negara, kapan dan dimana saja, sebab

dengan adanya pertahanan dan keamanan manusia, masyarakat dan negara

akan mampu mengaktualisasikan segala potensi yang dimilikinya. Al-

Qur’an merangkum kedua kebutuhan asasi itu dalam term al-amn, atau

keamanan. Keamanan berasal dari bahasa arab, yaitu al-amn, yang berarti

aman tentram, keamanan terkait dengan keimanan, karena iman sebagai

suatu keteguhan dalam hati akan menciptakan rasa aman, orang yang

beriman adalah orang yang aman, yaitu aman dari segala gangguan dan

kegundahan, baik di dunia apalagi di akhirat nanti, tanpa diliputi rasa

takut.

Tugas utama dari pasukan militer adalah menjaga keamanan

negara dari ancaman eksternal, tetapi sejak munculnya tentara dalam

jumlah yang besar, para sarjana dan politisi mulai memperdebatkan

apakah angkatan bersenjata seharusnya juga digunakan untuk misi

perdamaian yang bermanfaat bagi komunitas yang lebih besar atau tidak.26

Oleh karena itu, menjadi tugas dan tanggung jawab semua komponen

bangsa untuk mewujudkan pertahanan dan menciptakan (al-amn) atas

nama negara sedemikian pentingnya kolektivisme dalam mewujudkan

pertahanan dan keamanan itu, secara kelembagaan rakyat dan negara

Republik Indonesia telah melimpahkan amanah (menciptakan al-amn)

pada Tentara Nasional Indonesia (TNI). Amanah tersebut telah diemban

selama setengah abad lebih dan semoga akan berlanjut untuk seterusnya.

Komponen ini telah mempersembahkan aktivitas dan sebagian besar

hidupnya untuk amanah ini. Sebab, disadari atau tidak, amanah itu selain

berkonotasi horizontal (berasal dari harapan rakyat Indonesia) juga

berkonotasi vertikal (kepercayaan dari Tuhan).

Akan tetapi sesuai sifatnya sebagai amanah kolektif, pertahanan

dan keamanan tidak hanya menjadi tanggung jawab TNI, melainkan juga

26 Larry Diamond dan Marc F. Plattner (ed)., Hubungan Sipil – Militer dan Konsolidasi

Demokrasi, (Jakarta, PT. Raya Grasindo Persada, 2000), hlm. 44.

Page 39: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

31

segenap komponen bangsa. Namun pada masa tertentu karena gempuran

globalisasi atau berbagai persoalan masyarakat lokal, kolektivisme ini

mengalami erosi, sebagian TNI dan masyarakat beranggapan bahwa

keamanan hanya ada atau terwujud melalui TNI. Tanpa TNI, dengan

demikian, kondisi masyarakat dan negara akan berada dalam suasana

chaos dan kacau. Didasarkan pada kesan inilah maka sebagian anggota

TNI melakukan apa saja dalam upaya menciptakan keamanan.27

Dimana letak dan bagaimana peran TNI dalam Indonesia baru

tidak mudah dijawab tanpa memahami karakter warga dan bangsa ini.

Persoalan yang tak kalah penting dipahami ialah pola dan arah perubahan

kehidupan warga dan bangsa itu sendiri. Berbagai tuntutan, terutama

hujatan pada TNI mungkin merupakan reaksi kebijakan politik orde baru.

Namun, bisa pula hal itu berakar watak dasar masyarakat warga dan

bangsa yang selama ini tidak dipahami secara jernih. Penjernihan berbagai

persoalan itu dan penyelesaiannya merupakan prasyarat memahami dan

perumusan kembali posisi, fungsi dan peran TNI. Di sinilah perlunya TNI

merumuskan atau menemukan kembali jati dirinya melalui proses kajian

mendalam, jernih dan ikhlas selama lebih setengah abad kemerdekaan,

konsep diri bangsa nampak belum benar-benar berhasil dirumuskan

dengan baik dan disadari seluruh warga, akibatnya, bangsa ini nampak

rentan ketika menghadapi perubahan besar seperti munculnya berbagai

krisis mengiringi gerak reformasi, dari kemampuan manajerial sumber

daya manusia terdidik, jenjang karir dan pendidikan sistematis, dan etika

kolektifnya, TNI bisa melakukan peran penting dalam penjernihan dan

penyelesaian banyak masalah ini. Peran itu sangat berarti bagi rekonsepsi

diri bangsa, penumbuhan etika bela negara, pertahanan, sosial-politik dan

ekonomi dalam sistem rasional – manusiawi.28

27 Syahrin Harahap dkk, Reformis untuk Amanah Mewujudkan Kedekatan Relasi Rakyat –

TNI Atas Nama Negara, (Yogyakarta, PT. Tiara Wacana, 2000), hlm. Viii. 28 Abdul Munir Mulkhan, Kiai Presiden, Islam dan TNI di Tahun-tahun Penentuan,

(Yogyakarta, UII Press (Anggota IKAPI), 2001), hlm. 109.

Page 40: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

32

Sebaliknya, sesuai dengan kebutuhan zaman, peran dan fungsi TNI

pun harus senantiasa diperbaruhi, bila untuk menjadi sebuah kekuatan

profesional baik secara ideologis dan ekonomis masih belum

memungkinkan, yang terbaik bagi TNI adalah menyesuaikan dengan

perkembangan lingkungan. Dimasa TNI dianggap sebagai tentara revolusi,

kemudian di zaman pemerintahan Soeharto, TNI dipandang sebagai alat

“Stability and Growth”, sekarang, tentu harus berubah menjadi kekuatan

reformasi yang menjunjung tinggi penegakan hukum kesetaraan antara

warga serta proses demokratisasi dan perluasan partisipasi politik secara

otonom.29

Dengan demikian jelaslah bahwa sekalipun ada perumusan-

perumusan yang agak berlainan namun pada hakekatnya terdapat

konsensus yang luas mengenai tujuan yang dicapai dengan peranan militer

yang penting dan luas sekarang ini. Tujuan yang hendak dicapai itu ialah

masyarakat Indonesia yang lebih maju dari pada masyarakat sekarang ini,

lebih modern, lebih sesuai dengan cita-cita perjuangan kita, lebih

demokratis, lebih terbuka dan dengan sendirinya pancasila tetap

merupakan dasar dan pedoman bagi masyarakat yang kita hendak bangun

itu. Secara implisif itu juga berarti bahwa semakin tercapai kemajuan-

kemajuan dalam perjalanan kita kearah cita-cita dan tujuan tadi, maka

peranan militer semakin tidak perlu begitu luas dan penting lagi seperti

sekarang ini, sekalipun kita semua termasuk militer, tetapi turut

bertanggung jawab mengenai keseluruhan hidup Nasional kita. Tujuan

yang hendak kita capai dengan memanfaatkan peranan militer yang luas

dan penting tadi bukanlah tujuan militer yang hendak kita capai ialah

tujuan Nasional yang sejak Proklamasi Kemerdekaan telah menjadi

pedoman kita.30

29 DR. Indria Samego, TNI di Era Perubahan, (Jakarta, PT. Erlangga, 2000), hlm. 54. 30 H. Bakri Syahid, Pertahanan Keamanan Nasional, (Yogyakarta, PT. Bagus Arafah,

1976), hlm. 214.

Page 41: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

33

BAB III

GAMBARAN UMUM BATALYON ARHANUDSE-15,

KODAM IV / DIPONEGORO,

DAN KEAGAMAAN DI KALANGAN MILITER

A. Sejarah Berdirinya Batalyon Arhanudse – 15

Yonarhanudse 57 mm s-60 (tanpa AKT) adalah satuan bantuan

tempur yang mempunyai kemampuan untuk menghadapi serangan udara

musuh, yang dilakukan sampai pada arah rendah (300M). batalyon Arhanudse

57 MM S-60 yang beralamat di jalan Kesatrian Jatingaleh Semarang bertugas

melaksanakan fungsi dan peranan Arhanudse 57 MM S-60 di daerah Kodam

IV diponegoro. Yonarhanudse15 dibentuk dalam rangka proyek pertahanan

udara angkatan darat berdasarkan surat keputusan Men / Pangad Nomor: Kep

738/4/1964, tanggal 4 April 1964. terhitung mulai tanggal 7 Juli 1965 mulai

dilaksanakan penyusunan personel sesuai surat keputusan Man / Pangad

Nomor: Kep. 458-a/05/1965 tanggal 14 Mei 1965 sebagai pelaksanaan

penyusunan satuan baru proyek SIS Hanudad.

Pada tanggal 27 Juli 1966 bertempat di lapangan Maospati, Madiun

telah dilaksanakan upacara berdirinya Yonarhanudse-15 bersama

Yonarhanudse-14, starad 076 dan 077 berdasarkan surat keputusan

Men/Pangad Nomor: Kep 714/7/1966 tanggal 15 JULI 1966 dan berlaku surut

Tmt 1 April 1966. maka tanggal 1 April 1966 merupakan kelahiran

Yonarhanudse-15 Dam IV Diponegoro.

1. Tugas dan Peranan

a. Tugas Pokok

1) Melindungi satu atau lebih obyek rawan terhadap ancaman, udara

dengan jalan mengganggu, menggagalkan, mengurangi efektifitas

dan meniadakan serangan udara lawan sebelum mencapai garis

lempar bom.

2) Tugas pokok dilaksanakan dengan cara:

Page 42: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

34

- Melaksanakan penembakan sista meriam 57 mm terhadap

pesawat udara lawan pada ketinggian rendah sampai sedang,

dan kecepatan sampai 259 m/dtk, dengan tujuan menembak

jatuh sasaran dan mengganggu menurunkan moril

penerbangannya.

- Mengkoordinasikan penyelenggaraan pertahanan udara secara

pasif sekitar obyek rawan setempat guna mengurangi efektifitas

serangan udara musuh.

3) Peranan

Sebagai unsur pertahanan udara, melindungi obyek rawan dalam

pertahanan udara terpadu di wilayah belakang guna menambah

kepadatan tembakan dalam rangka pertahanan udara nasional.

b. Kemampuan

1) Dapat menembak sasaran udara sampai jarak 5000 m pada

ketinggian 300 m dengan efektif secara visual atau barrage.

2) Mampu menembak sasaran darat atau sasaran laut dengan

tembakan langsung, secara tunggal maupun berkelompok.

3) Menyelenggarakan pertahanan udara secara berdiri sendiri maupun

bersama untuk Hanud lainnya dalam melindungi obyek rawan.

4) Menyelenggarakan intelijen Hanud secara terbatas.

5) Menyelenggarakan sistem peringatan terbatas dan mengendalikan

operasi pertahanan udara bagi satuan-satuan tembak bawahannya

maupun daerah pertahanan udara yang dibentuk.1

B. Sejarah berdirinya Kodam IV/Diponegoro

1. Kelahiran dan Perkembangan

Kelahiran Kodam IV/ Diponegoro tidak dapat dipisahkan dari jiwa

dan semangat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17

Agustus 1945, karena proklamasi merupakan puncak perjuangan bangsa

indonesia dalam rangkaian sejarah perjuangan nasional. Setelah berdirinya

1 Hasil wawancara dengan Bapak M. Ilham Hanafi selaku Pasipers di Batalyon Arhanudse-15 pada tanggal 10 Juli 2007

Page 43: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

35

pemerintahan Republik Indonesia, maka untuk mempertahankan negara

yang baru berdiri tersebut dibentuklah suatu badan yang bernama Badan

Keamanan Rakyat (BKR). Sehubungan dengan hal itu bentuk organisasi

pejuang kemerdekaan republik Indonesia di jawa tengah paling awal dan

merupakan embrio dari Kodam IV Diponegoro ada empat devisi yaitu:

a. TKR devisi empat

Dibawah pimpinan Jendral Mayor GPH Jatikusumo

b. TKR devisi lima

Dibawah pimpinan Jendral Mayor Sudirman

c. TKR devisi sembilan

Dibawah pimpinan Jendral Mayor Soedarsono

d. TKR devisi sepuluh

Dibawah pimpinan kolonel Soetarto

Organisasi terus mengalami perkembangan, maka TKR diubah

menjadi Tentara Keselamatan Rakyat, kemudian disempurnakan lagi

menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Akhirnya pada tanggal 3 Juni

1947 Tri diubah menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dengan

diresmikannya TNI mak laskar perjuangan dilebur dan masuk ke dalam

TNI. Pada bulan Mei organisasi TRI jawa tengah disusun sebagai berikut:

b. Devisi Dua/ Sunan Gunung Jati

c. Devisi Tiga / Diponegoro

d. Devisi Empat / Panembahan Senopati

e. Devisi Lima / Ronggolawe

Bertepatan dengan HUT ke–1 angkatan perang republik Indonesia

ada tanggal 5 oktober 1946 di alum alun utara yogyakarta diadakan parade

untuk memperingati HUT tersebut. Dalam upacara itu presiden Republik

Indonesia memberi nama dan menyerahkan panji-panji kepada devisi-

devisi di Jawa. Devisi III diberi nama ‘Diponegoro’, maka sekarang

dikenal dengan sebutan devisi Diponegoro. Setelah berakhirnya perang

kemerdekaan, TNI memasuki masa konsolidasi. Dalam masa konsolidasi

terjadi perubahan organisasi karena wilayah Republik Indonesia disusun

Page 44: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

36

menjadi Tentara Territorium (TT). Untuk daerah jawa tengah termasuk

daerah istimewa Yogyakarta, disusun menjadi satu Tentara Territorium

(TT) dengan Panglima Gatot Subroto.

2. Hari jadi kodam IV/Diponegoro

Semula tanggal 5 Oktober 1950 hari jadi Devisi Diponegoro, hal ini sesuai

dengan pemberian panji-panji Diponegoro oleh presiden Republik

Indonesia pada upacara parade di alun-alun utara yogyakarta. Dengan

terjadinya peristiwa G 30 SPKI pada tahun 1965 yang melibatkan

beberapa oknum prajurit Diponegoro, panglima kodam IV/Diponegoro

pada waktu itu menganggap perlu mengadakan konsolidasi.. Panglima

kodam IV/ Diponegoro selaku pembina Ikatan Rumpun Diponegoro, oleh

karena itu HUT Kodam IV/Diponegoro tidak lagi tanggal 5 Oktober, tetapi

diubah menjadi tanggal 1 Maret.

3. Pengabdian kodam IV/ Diponegoro

Sepanjang sejarahnya, kodam IV/ Diponegoro telah berhasil,

melaksanakan tugas pokoknya dalam rangka mempertahankan dan

menegakkan negara Republik Indonesia antara lain:

a. Mengusir penjajah Belanda yang melancarkan agresi militer I dan II

b. Menyelamatkan Pancasila dari tarikan ke kanan oleh pemberontak

DI/TII dan separatis PRRI/Persemesta

c. Menyelamatkan Pancasila dari tarikan ke kiri oleh pemberontakan

PKI, Madiun tahun 1948, G 30 S/PKI pada tahun 1965.

d. Dalam era pembangunan untuk mengisi kemerdekaan, prajurit

Diponegoro melaksanakan Bhakti TNI masuk desa (TMD) hingga

sekarang elah terlaksana sampai dengan manunggal ke 77.

Disamping itu prajurit-prajurit Kodam IV/Diponegoro ikut serta dalam

tugas memelihara perdamaian dunia, tergantung dalam kontingen Garuda

ke Kongo, Mesir, Vietnam Selatan dan Timur Tengah.

4. Panglima Kodam IV/ Diponegoro

Dalam usia yang ke-57, kodam IV / Diponegoro saat ini telah 29 panglima

yang menjabat di kodam IV/Diponegoro sebagai berikut:

Page 45: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

37

Ke-1 kolonel Gatot Soebroto

Ke-2 kolonel Moch. Bachrun

Ke-3 kolonel Soeharto

Ke-4 kolonel Pranoto Reksosamudra

Ke-5 Brigjen TNI Sarbini

Ke-6 Brigjen TNI Soeryosoempeno

Ke-7 Brigjen TNI Soerono

Ke-8 Mayjen TNI Widodo

Ke-9 Mayjen TNI Yasir Hadibroto

Ke-10 Mayjen TNI Soemitro

Ke-11 Mayjen TNI Soekotjo

Ke-12 Mayjen TNI Ismail

Ke-13 Mayjen TNI Soegiarto

Ke-14 Mayjen TNI Harsudiyono Hartas

Ke-15 Mayjen TNI Setijana

Ke-16 Mayjen TNI Wismoyo Arismunandar

Ke-17 Mayjen TNI Hariyoto PS

Ke-18 Mayjen TNI Soeryadi

Ke-19 Mayjen TNI Soeyono

Ke-20 Mayjen TNI M. Yusuf Kartanegara

Ke-21 Mayjen TNI Soebagyo Hadisiswoyo

Ke-22 Mayjen TNI Mardijanto

Ke-23 Mayjen TNI Tyasno Sudarto

Ke-24 Mayjen TNI Bibit Waluyo

Ke-25 Mayjen TNI Sumarsono

Ke-26 Mayjen TNI Cornel Simbolon, M.M

Ke-27 Mayjen TNI Amirul Isnaini

Ke-28 Mayjen TNI Sunarso

Ke-29 Mayjen TNI Agus Suyitno

Page 46: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

38

5. Kepala staf Kodam IV / Diponegoro

Ke-1 Letkol Inf R. Suprapto

Ke-2 Letkol Inf M. Bachrun

Ke-3 Letkol Inf A.Y. Mokoginta

Ke-4 Letkol Inf B. Saragih

Ke-5 Letkol Inf Soeharto

Ke-6 Letkol Inf Pranoto Reksosamudro

Ke-7 Letkol Inf Sardjono

Ke-8 Letkol Inf Panuju

Ke-9 Letkol Inf Soejono

Ke-10 Letkol Inf R. Widodo

Ke-11 Brigjen TNI Drs. Hr. ISkandar Ranuwiharjo

Ke-12 Brigjen TNI Soeprapto

Ke-13 Brigjen TNI Soekotjo

Ke-14 Letkol Inf Ery Soepardjan

Ke-15 Brigjen TNI Mardheo

Ke-16 Brigjen TNI Sawarno

Ke-17 Brigjen TNI Sarwono

Ke-18 Brigjen TNI Siswandi

Ke-19 Brigjen TNI T.B. Silalahi

Ke-20 Brigjen TNI Suryadi Sudirja

Ke-21 Brigjen TNI Saryono

Ke-22 Brigjen TNI Mulyadi

Ke-23 Brigjen TNI Moch. Ma’ruf

Ke-24 Brigjen TNI Budi Sujana

Ke-25 Brigjen TNI Abdul Muis Lubis

Ke-26 Brigjen TNI Djoko Subroto

Ke-27 Brigjen TNI Bibit Waluyo

Ke-28 Brigjen TNI Songko Purnomo

Ke-29 Brigjen TNI Djoko Santoso

Ke-30 Brigjen TNI M. Ali Fathan

Page 47: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

39

Ke-31 Brigjen TNI Salim Mengga

Ke-32 Brigjen TNI M. Sochib, S.E, MBA

Ke-33 Brigjen TNI Rasyid Qurnuen, A. Msc

Ke-34 Brigjen TNI M. Noor Mu’is, Msc

Ke-35 Brigjen TNI Haryadi Soetanto

C. Motto, arti makna lambang kodam IV/ Diponegoro

1. Moto kodam IV/ Diponegoro

Pada pita yang melingkar di bawah standar panji kesatuan Divisi

Diponegoro tertulis sesanti “SIRNANING YEKSA KATON

GAPURANING RATU” yang arti kata-katanya adalah “kebahagiaan akan

dapat tercapai dengan jalan menghilangsirnakan segala perintang,

penghalang kemajuan nusa dan bangsa.” Tulisan sesanti diatas bila

direnungkan, niscaya kita akan larut dalam kekaguman betapa agung dan

dalamnya kandungan nilai-nilai luhur yang diemban prajurit Diponegoro

khususnya dalam rangka upaya menentang kezaliman dan penindasan,

mengatasi segala bentuk ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan

baik dari dalam maupun dari luar negeri untuk mencapai kejayaan bangsa

dan negara pancasila.

2. Arti dan makna lambang Kodam IV/Diponegoro

Lambang kodam IV/Diponegoro adalah miniatur perpaduan dan lukisan

tata warna, tulisan, dan gambar yang padat dan gambar yang padat akan

arti dan makna sebagai berikut:

a. Tata warna putih – kuning – merah dan hitam, memiliki arti yaitu;

warna putih berarti suci, warna kuning berati cahaya yang

melambangkan kemahiran, keterampilan dan ketangkasan warna

merah berarti berani dan warna hitam berarti ketenangan.

Keseluruhan arti perpaduan tata warna diatas mengandung makan

yaitu bahwa sifat, karakter dan kepribadian segenap prajurit

Diponegoro dalam pelaksanaan tugasnya wajib bersih dan jujur, mahir,

gagah berani dan selalu tenang.

Page 48: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

40

b. Tulisan kata “DIPONEGORO” diambil dari nama pangeran

Diponegoro seorang pahlawan Nasional dari jawa Tengah dengan

perjuangannya yang sarat dengan nilai-nilai luhur dan semangat

melekat dalam jiwa, semangat dan kepribadian bangsa Indonesia pada

umumnya, masyarakat jawa tengah dan Yogyakarta pada khususnya.

Di sisi lain, melestarikan kata Diponegoro menjadi nama Kodam

IV/Diponegoro mengandung makna luhur yaitu membentuk setiap

prajurit Diponegoro selalu mengikuti, menghayati dan mengamalkan

jiwa, semangat dan kepribadian pangeran Diponegoro untuk tetap

siapa siaga menentang siapapun dan memberantas kegiatan apapun

yang merongrong kemerdekaan bangsa dan negara kesatuan Republik

Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

c. Bintang warna kuning bersudut lima yang berati bahwa warna kuning

adalah cita-cita bercahaya sedangkan bintang bersudut lima

melambangkan Pancasila.

Bintang berwarna kuning bersudut lima mengandung makna bahwa

prajurit Diponegoro senantiasa mengejar hasil yang gilang-gemilang

sebagai wujud aktualisasi dan pengamalan Pancasila.

d. Keris bertangkai putih, bebilah hitam dan berpamor putih merupakan

perpaduan dan keris adalah senjata pusaka yang melambangkan

kesaktian. Bilah hitam artinya tajam dan tenang, melambangkan jiwa

yang tajam dan tenang bijaksana. Tangkai putih artinya pegangan suci

yang melambangkan dasar kesucian. Dan pamor putih artinya inti yang

bersih, melambangkan prinsip bahwa kebersihan rohani menimbulkan

daya upaya yang suci, bijaksana dan waspada.2

2 Sumber: Buku Profesionalisme dan Penegakan Ham di Jajaran Kodam IV/ Diponegoro

Page 49: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

41

D. Struktur organisasi

1. Struktur organisasi Kodam IV/Diponegoro

Keterangan:

PANGDAM : Panglima Daerah Militer

ITDAM IV DIPONEGORO : Insperktorat Daerah Militer

SPRI : Asisten Pribadi

SINTEL : Staf Intel

SOPS : Staf Operasi

SPERS : Staf Personil

SLOG : Staf Logistik

PANGDAM

ITDAM SPRI

STAF SINTEL SLOG SPERS SOPS STER

SRENDAM SSUSDAM LIAISON

SETUMDAM SANDIDAM PANGDAM INFOLAHTADAM

PENDAM BITALDAM JASDAM BABINMIN VETCAD

AJENDAM

HUB DAM

PAL DAM

ZI DAM

TOP DAM

POM DAM

HUB DAM

HUB DAM

BEKANG DAM

KES DAM

BS RIN DAM

BS

INTEL

X III II II II II II II II

Page 50: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

42

STER : Staf Teritorial

SRENDAM : Staf Perencanaan Daerah Militer

SSUSDAM : Staf Khusus Daerah Militer

LIAISON : Perwira Penghubung

SETUMDAM : Sekretaris Umum Daerah Militer

SANDIDAM : Staf Sandi Daerah Militer

INFOLAHTADAM : Informasi Pengolahan Data Daerah Militer

DENMADAM : Detasemen Markas Daerah Militer

PENDAM : Penerangan Daerah Militer

BINTALDAM : Bimbingan Daerah Militer

JASDAM : Jasmani Daerah Militer

BABINMIN VETCAD : Badan Pembinaan dan Administrasi Veteran Corps

Angkatan Darat

AJENDAM : Ajudan Jendral Daerah Militer

KESDAM : Kesehatan Daerah Militer

BEKANGDAM : Perbekalan dan Angkutan Daerah Militer

KUDAM : Keuangan Daerah Militer

KUMDAM : Hukum Daerah Militer

HUBDAM : Hubungan Daerah Militer

PALDAM : Peralatan Daerah Militer

ZIDAM : Zeni Daerah Militer

TOPDAM : Tophografi Daerah Militer

POMDAM : Polisi Militer Daerah Militer

RINDAM : Resimen Daerah Militer

Page 51: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

43

2. Struktur Organisasi Bintal

KABINTALDAM : May caj Drs. Abu Haris Mutohar

KABINTAL ROH : May caj Drs. Inyoman Wedu

KASIBINTAL IFJUANG : May caj Drs. Udi Wiyanto

KASIBINDOK LISTAKA : May caj (k) Siti Utari

KASIBINMUS MONTRA : May caj Drs. Ahmad Luwih

PASIROHIS : May caj Drs. Isa Anshari, M.Ag

PASIROH HINBUD : May caj Drs. AAK. Darmaja

PASIROH PROT : May caj Toto Widodo SPAK

PASIROH KAT : May caj S. Priyo Winarto

KA TUUD : Kapten Inf Suyatno

MUSMON : Kapten caj Ananta

KABINTALDAM

KASIBINTAL INJUANG

KASIBINTAL ROH

KASIBINMUS MONTRA

KASIBINDOK LISTAKA

KA TUUD

MUSMON

PASIROHIS

PASIROH PROT

PASIROH KAT

PASIROH HINBUD

Page 52: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

44

E. Kualitas Keberagamaan di Kalangan Militer

Keberagaman seseorang yang dimaksud adalah seberapa jauh

seseorang tersebut taat kepada ajaran agama dengan cara menghayati dan

mengamalkan ajaran agama tersebut dan tercermin dalam berfikir, bersikap

serta berperilaku.

Hasil pengambilan angket terhadap anggota prajurit militer, Batalyon

Arhanudse-15, maka penulis dapat mengetahui kualitas keberagaman ini dapat

dilihat dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dan berhubungan dengan

nilai-nilai keberagaman yang dihayati.

Agama mempunyai suatu peran yang sangat penting dalam

menunjang tugas militer dan agama merupakan alat yang urgen dalam

menciptakan pembinaan mental di kalangan militer khususnya di Batalyon

Arhanudse-15. Meningkatkan keberagaman di Batalyon Arhanudse-15,

selama mengikuti kegiatan dan aktivitas yang sudah diprogramkan oleh Bintal

tersebut. Peningkatan keberagaman anggota prajurit militer Batalyon

Arhanudse-15 yang terdiri dari ibadah, sosial keagamaan, motivasi dan akhlak

dapat diuraikan lebih lanjut berikut:

1. Ibadah

Ajaran yang berhubungan dengan peraturan antara hubungan

manusia dengan Tuhan. Menjelaskan arti hidup dan untuk apa hidup dan

selanjutnya berusaha menegakkan ibadah sesuai yang dibutuhkan oleh

Rasulullah Saw. Hal ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari, hari

misalnya shalat 5 waktu, shalat sunnah, mengaji, puasa, haji.

Di sisi lain, kegiatan ibadah itu merupakan lambang tidak adanya

perbedaan manusia baik dilihat dari kedudukan pada kasta, pangkat, ras,

dan sebagainya. Sedangkan untuk pelaksanaan ibadah-ibadah sunnah

seperti shalat sunnah, mengaji merupakan sebagai ibadah tambahan yang

kelak akan mendapatkan ganjaran dari Allah Swt dan sekaligus

membentengi diri, anak dari perbuatan yang tercela.

Page 53: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

45

Peningkatan ibadah, di sini penulis berikan data peningkatan

ibadah yang dilakukan oleh anggota prajurit militer Batalyon Arhanudse-

15 sebagai berikut:

Tabel

Peningkatan Ibadah Anggota Prajurit

Ya Tidak Sering Kadang-2 No Aktivitas

F % F % F % F %

1

2

3

4

5

6

7

8

Shalat fardhu

Shalat Berjamaah

Shalat Tarawih

Shalat dalam 1 hari

Puasa wajib

Mengaji

Yasin – Tahlil

Haji

128

60

128

116

110

8

122

125

98,47

46,15

98,47

89,23

84,62

6,15

93,84

96,15

-

-

-

3

2

68

5

5

-

-

-

2,31

1,53

52,31

3,85

3,85

-

50

-

7

15

25

3

-

-

38,46

-

5,38

11,54

19,23

2,31

-

2

20

2

4

3

29

-

-

1,53

15,39

1,53

3,08

2,31

22,31

-

-

Sumber: Berdasarkan hasil atau data angket anggota prajurit militer Batalyon Arhanudse-15 tanggal 11 September 2007

Data tersebut diperoleh dari hasil angket yang terdiri dari 11 item

pertanyaan kaitannya dengan peningkatan ibadah anggota prajurit. Adapun

deskripsi dari hasil angket tersebut adalah sebagai berikut; dalam hal shalat

wajib, yang menjawab ya 98,47% (128 orang), tidak 0% (tidak ada), sering

0% (tidak ada), sering 0% (tidak ada), kadang-kadang 1,53% (2 orang).

Shalat dalam 1 hari, yang menjawab 5 kali 89,23% (116 orang), 3-4 kali

2,31% (3 orang), 1-2 kali 5,38% (7 orang) belum mengerjakannya 3,08%

(4 orang). Dalam menjalankan shalat yang menjawab tepat waktu 61,54%

(80 orang), menunda waktu 11,54% (15 orang), lupa waktu 26,15% (34

orang), belum bisa shalat 0,77% (1 orang). Menjalankan shalat, yang

menjawab shalat berjamaah 46,15% (60 orang), berjamaah dengan teman

15,39% (20 orang), sendirian 38,46% (50 orang), tidak pernah shalat 0%

(tidak ada). Membaca Qur'an dalam 1 minggu, yang menjawab setia hari

Page 54: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

46

6,15% (8 orang), 2-3 kali 19,23% (25 orang), 1 kali 22,31% (29 orang),

tidak pernah 52,31% (68 orang), tidak menjalankan ibadah puasa dalam 1

bulan, yang menjawab 1-2 kali 84,62% (110 orang), 2-3 kali 11,54% (15

orang), 4-5 kali 2,31% (3 orang), tidak berpuasa 1,53% (2 orang). Shalat

tarawih, yang menjawab ya 98,47% (128 orang), tidak 0% (tidak ada),

sering 0% (tidak ada), kadang-kadang 1,53% (2 orang). Tidak

melaksanakan shalat tarawih, semuanya menjawab 1-2 kali 100% (130

orang). Berlatih secara keras pada saat menjalankan ibadah puasa, yang

menjawab tetap berpuasa 86,92% (113 orang), tidak berpuasa 2,31% (3

orang), berpuasa kalau ada kesempatan membatalkan puasa 4,62% (6

orang), kadang-kadang 6,15% (8 orang). Yasin – tahlil, yang menjawab ya

93,84% (122 orang), tidak 3,85% (5 orang), sering 2,31% (3 orang),

kadang-kadang 0% (tidak ada). Haji, yang menjawab ya 96,15% (125

orang), tidak 3,85% (5 orang), sering 0% (tidak ada), kadang-kadang 0%

(tidak ada).

Hal ini menunjukkan bahwa ada segi positif kegiatan

keberagaman di Batalyon Arhanudse-15 dalam keberagaman para anggota

prajurit militer.

Gambaran aktivitas-aktivitas ibadah bagi para anggota prajurit

militer di Batalyon Arhanudse-15 yang meningkat antara lain ibadah

shalat, meliputi shalat fardhu, shalat berjamaah, shalat tarawih, shalat

dalam 1 hari 1 malam yang dikerjakan, puasa wajib, yasin-tahlil, keinginan

menunaikan ibadah haji. Prajurit yang menjawab ya dan sering (ada

peningkatan) dikarenakan kebutuhan spiritual yang dibutuhkan dalam

menjalankan tugas-tugas prajurit yang semakin berat yang mana agama

dijadikan dasar landasan ataupun pedoman hidup untuk melangkah faktor

lainnya yaitu dikarenakan dorongan di instansi atau bintal khususnya di

bidang kerohanian dalam mendidik prajuritnya dengan ilmu agama. Serta

adanya kesepahaman prajurit akan manfaat dalam melaksanakan aktivitas-

aktivitas ibadah tersebut.

Page 55: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

47

Sedangkan bagi anggota prajurit yang menjawab kadang-kadang

dan tidak pernah dalam aktivitas ibadah karena dapat diperkirakan bahwa

mengingat pengalaman apapun namanya, terutama pengalaman beragama

benar-benar bersifat individual dan subyektif. Meskipun pengalaman itu di

sana-sini dapat dibentuk oleh lingkungan, orang yang mempunyai

temperamen yang berbeda akan mempunyai kemampuan

mengaktualisasikan dimensi spiritualnya berbeda pula penyebab lainnya

yaitu bahwa prajurit kurang memahami dan mengerti ajaran-ajaran agama

islam sehingga dapat diketahui keimanan prajurit masih sangat lemah.

Faktor yang menyebabkan prajurit kurang faham terhadap ajaran-ajaran

agama antara lain karena prajurit sebelumnya kurang mendapat didikan

dari orang tuanya dari kecil dan didikan itu tidak diperolehnya secara

intensif.

Mungkin juga emosional yang dimiliki di mana sebagian besar

prajurit berusia muda (remaja) seseorang yang dalam usia remaja

mempunyai emosi yang fungsi, sehingga prajurit bertindak kurang baik

yang mungkin diwujudkan dalam sikap "cuek" tidak peduli dan biasa-

biasa saja dalam kehidupan sehari-hari.

2. Akhlak

Ajaran yang berhubungan dengan pembentukan sikap moral

kepribadian muslim menanamkan arti hidup di dunia ini dengan amal

shaleh untuk tegaknya nilai-nilai islam dengan berpedoman kepada ajaran-

ajaran al-Qur'an dan sunnah Nabi Saw.

Manifestasinya ditunjukkan dalam sikap sehari-hari dan

berperilaku kehidupan dalam berinteraksi dengan orang lain. Akhlak

anggota prajurit militer di Batalyon Arhanudse-15 dapat dipahami melalui

berperilaku dan sikap sopan santun prajurit ketika berhadapan dengan

setiap orang dalam kehidupan sehari-hari, dan sikap ini tidak hanya

prajurit tunjukkan di lingkungan ksatrian saja, seperti yang dikatakan oleh

seorang prajurit di Batalyon Arhanudse-15 bernama Iwan, bahwa sikap

Page 56: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

48

menghormati antar sesama itu adalah wajib, kapan dan di manapun kita

berada kalau tidak kita akan menerima akibatnya.

Peningkatan akhlak di sini penulis berikan data peningkatan

akhlak yang dilakukan anggota prajurit di Batalyon Arhanudse-15, sebagai

berikut:

Tabel

Peningkatan Akhlak Anggota Prajurit

Ya Tidak Sering Kadang-2 No Aktivitas

F % F % F % F %

1 Sikap terhadap

teman menyambut

kepulangan tugas

7 5,38 120 92,31 3 2,31 - -

2 Sikap terhadap

teman dan senior

124 95,38 3 2,31 - - 3 2,31

3 Kondisi atau

keberagaman

126 96,92 - - - - 4 3,08

4 Sikap

menumbuhkan

kesadaran

121 93,08 6 4,62 2 1,53 1 0,77

5 Sikap keikhlasan,

kejujuran dan

ketaqwaan dalam

menjalankan tugas

128 98,47 2 1,53 - - - -

6 Suatu bangsa

dikenal karena

akhlaknya jika budi

pekerjti runtuh,

runtuh pula bangsa

itu

123 94,62 7 5,38 - - - -

7 Sikap menanamkan 125 96,15 4 3,08 1 0,77 - -

Page 57: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

49

Ya Tidak Sering Kadang-2 No Aktivitas

F % F % F % F %

dan memelihara

keyakinan sebagai

hamba tuhan

Sumber: Berdasarkan hasil atau data angket anggota prajurit militer Batalyon Arhanudse-15 tanggal 11 September 2007

Data tersebut diperoleh dari hasil angket yang diperoleh dari 7

item pertanyaan kaitannya dengan peningkatan akidah anggota prajurit.

Adapun deskripsi dari hasil angket tersebut adalah sebagai berikut;

menyambut kepulangan teman dan senior yang sedang bertugas dengan

meminum-minuman keras, yang menjawab menolaknya dengan satu

alasan 92,31% (120 orang), langsung mengiyakan karena juga menyukai

5,38% (7 orang), mengiyakan, rasa tidak enak dengan senior 2,31% (3

orang), mengiyakan, tapi tidak meminumnya 0 % (tidak ada). Sikap

terhadap teman dan senior melihat pelanggaran, yang menjawab masa

bodoh pura-pura tidak mengetahuinya 2,31% (3 orang), menegurnya

95,38% (124 orang), ikut serta 0% (tidak ada), melapor pada atasan 2,31%

(3 orang). Kondisi atau keberagaman ketika dihadapkan pada masalah,

yang menjawab mendekatkan diri kepada Allah 96,92% (126 orang),

menyendiri di suatu tempat 0% (tidak ada), minum-minuman keras 0%

(tidak ada), ke tempat hiburan malam 3,08% (4 orang). Sikap

menumbuhkan kesadaran yang menjawab sudah 93,08% (121 orang),

belum 4,62% (6 orang), akan 1,53% (2 orang), tidak tahu 0,77% (1 orang).

Sikap keikhlasan, kejujuran dan ketaqwaan dalam menjalankan tugas,

yang menjawab ya 98,47% (128 orang), tidak 1,53% (2 orang), akan 0%

(tidak tahu), tidak tahu 0% (tidak ada). Suatu bangsa dikenal karena

akhlaknya jika budi pekerti runtuh, runtuh pula bangsa itu, yang menjawab

setuju 94,62% (123 orang), tidak setuju 5,38% orang(7 orang), ragu-ragu

0% (tidak ada), tidak tahu 0% (tidak tahu). Sikap menanamkan dan

Page 58: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

50

memelihara keyakinan sebagai hamba Tuhan, yang menjawab sudah

96,15% (125 orang), belum 3,08% (4 orang), akan 0,77% (1 orang).

Prajurit yang menjawab sangat meningkat, karena pada diri

prajurit ada perasaan atau anggapan bahwa manusia yang lahir ke dunia

adalah untuk mengabdi. Sebagai manusia yang lahir dan hidup di tengah

masyarakat maka punya kewajiban mengabdi. Salah satu pengabdian diri

kepada masyarakat (akhlak kepada masyarakat) yakni dengan menjaga diri

dari perbuatan-perbuatan yang dianggap tercela di hadapan masyarakat

dan mengatur sikap mereka dengan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat.

Prajurit yang menjawab meningkat, karena punya alasan suatu

keinginan untuk mewujudkan adat persaudaraan dalam bentuk tingkah

laku, dalam rangka mewujudkan persaudaraan yang kekal dan abadi di

antara prajurit serta masyarakat untuk tercapainya manusia yang

berperikemanusiaan dan berbudi luhur.

Prajurit yang menjawab kadang-kadang dan tidak meningkat,

pada umumnya mereka adalah pemuda-pemuda yang agak nakal dalam

artian mereka jarang mendapatkan didikan atau ajaran agama yang baik

dari orang tua, atau pendidikan non formal (TPQ) sehingga kehidupan

prajurit di dalam hidup bermasyarakat bersikap semuanya sendiri,

walaupun akhirnya mereka punya keinginan untuk belajar dan mengikuti

kegiatan yang dilaksanakan di bintal.

Motivasi di atas, pada umumnya prajurit mampu

mengaktualisasikan akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari, kehidupan di

masyarakat dengan sikap moral yang sesuai dengan ajaran-ajaran islam.

3. Sosial Keagamaan

Sosial keagamaan untuk menumbuhkembangkan kesadaran

bermasyarakat bahwa ada kesadaran dalam diri prajurit di Batalyon

Arhanudse-15 dalam mengikuti kegiatan-kegiatan sosial keagamaan yang

dilaksanakan di Batalyon Arhanudse-15 maupun di luar Ksatrian.

Page 59: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

51

Peningkatan sosial keagamaan di sini penulis berikan data sosial

keagamaan yang dilakukan oleh prajurit di Batalyon Arhanudse-15,

sebagai berikut:

Tabel

Peningkatan Sosial Keagamaan Anggota Prajurit

Ya Tidak Sering Kadang-2 No Aktivitas

F % F % F % F %

1 Gotong royong 130 100 - - - - - -

2 Kegiatan

keagamaan

111 85,38 19 14,62 - - - -

3 Melakukan ta'ziyah 124 95,38 3 2,31 - - 3 2,31

4 Menyisihkan

sedikit rizki untuk

infaq

130 100 - - - - - -

5 Menciptakan

kerukunan hidup

beragama

90 69,23 23 17,69 4 3,08 13 10

6 Membantu

pembangunan

sarana ibadah

130 100 - - - - - -

7 Teman kesusahan

selalu membantu

65 50 - - 47 36,15 18 13,85

8 Meminta bantuan

apabila ada

kesusahan

115 88,46 1 0,77 13 10 1 0,77

9 Tolong-menolong 100 76,92 - - 25 19,23 5 3,85

Sumber: Berdasarkan hasil atau data angket anggota prajurit militer Batalyon Arhanudse-15 tanggal 11 September 2007

Page 60: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

52

Data tersebut diperoleh dari hasil angket yang terdiri dari 10 item

pertanyaan kaitannya dengan peningkatan sosial keagamaan anggota

prajurit militer. Adapun deskripsi dari hasil angket tersebut adalah sebagai

berikut, kegiatan keagamaan, yang menjawab ya 85,38% (111 orang),

tidak 14,62% (19 orang), sering 0% (tidak ada), kadang-kadang 0% (tidak

ada). Gotong royong, yang menjawab ya 100% (130 orang), tidak 0%

(tidak ada), sering 0% (tidak ada), sering 0% (tidak ada), kadang-kadang

0% (tidak ada). Menyisihkan rizki untuk infaq dan shadaqah, yang

menjawab ya 100% (130 orang), tidak 0% (tidak ada), sering 0% (tidak

ada), kadang-kadang 0% (tidak ada). Selalu takziah bila ada yang

meninggal, yang menjawab ya 95,38% (124 orang), tidak 2,31% (3 orang),

sering 0% (tidak ada), kadang-kadang 2,31% (3 orang). Peningkatan sosial

keagamaan setelah mengikuti bintal, yang menjawab ada 90,77% (118

orang), tidak 0% (tidak ada), sedikit 6,92% (9 orang), sangat meningkat

2,31% (3 orang). Menciptakan kerukunan hidup beragama, yang

menjawab ya 69,23% (90 orang), tidak 17,69% (23 orang), sering 3,08%

(14 orang), kadang-kadang 10% (13 orang). Membantu pembangunan

sarana ibadah, yang menjawab ya 100% (130 orang), tidak 0% (tidak ada),

sering 0% (tidak ada), kadang-kadang 0% (tidak ada). Teman kesusahan

selalu membantu, yang menjawab ya 50% (65 orang), tidak 0% (tidak

ada), sering 36,15% (47 orang), kadang-kadang 13,85% (18 orang).

Meminta bantuan apabila ada kesusahan, yang menjawab ya 88,46% (115

orang), tidak 0,77% (1 orang), sering 10% (13 orang), kadang-kadang

0,77% (1 orang). Tolong-menolong, yang menjawab ya 76,92% (100

orang), tidak 0% (tidak ada), sering 19,23% (25 orang), kadang-kadang

3,85% (5 orang).

Prajurit yang menjawab ya dan selalu sebab adanya faktor dari

dorongan kebutuhan atau peran serta bintal dalam mendidik para prajurit,

serta adanya kesadaran dalam diri prajurit yang sama-sama digembleng

selama pendidikan, tugas perang di dalam militer dalam melaksanakan

ajaran-ajaran agama-agama kebutuhan mereka akan manfaat bersosialisasi.

Page 61: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

53

Sedangkan bagi prajurit yang menjawab kadang-kadang dan tidak

pernah dalam sosial keagamaan dikarenakan rata-rata mereka masih

remaja yang mana emosi dan pemikiran masih labil, sehingga mereka

bertindak kurang baik yang mungkin diwujudkan dalam sikap cuek, tak

peduli, masa bodoh dalam kehidupan sehari-hari.

Motivasi peningkatan keberagaman para anggota prajurit di

Batalyon Arhanudse-15 yang menyangkut sosial keagamaan, karena untuk

mengajak para prajurit untuk memiliki rasa tanggung jawab dalam diri

prajurit yaitu dengan cara melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial di dalam

lingkungan Ksatrian maupun di luar Ksatrian.

4. Motivasi

Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar

atau tidak dasar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

Usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang

tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang

dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya oleh karena

itu dalam hal ini agama mempunyai peran yang sangat penting, yaitu

sebagai motivasi prajurit dalam menjalankan tugas-tugasnya.

Peningkatan motivasi di sini penulis berikan data motivasi

keberagaman anggota prajurit di Batalyon Arhanudse-15, sebagai berikut:

Tabel

Peningkatan Motivasi Keberagamaan Anggota Prajurit

Ya Tidak Sering Kadang-2 No Aktivitas

F % F % F % F %

1 Peranan agama 125 96,15 1 0,77 4 3,08 - -

2 Pembimbing yang

memberikan

dukungan/motivasi

prajurit dalam

menjalankan tugas

130 100 - - - - - -

Page 62: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

54

Ya Tidak Sering Kadang-2 No Aktivitas

F % F % F % F %

3 Dalam penugasan

dihadapkan dalam

keadaan yang sulit

di mana prajurit

juga harus

menjalankan

kewajiban sebagai

seorang muslim

54 41,54 - - 2 1,53 7 56,93

4 Manfaat adanya

bintal (pembinaan

mental)

95 73,08 - - 26 20 9 6,92

Sumber: Berdasarkan hasil atau data angket anggota prajurit militer Batalyon Arhanudse-15 tanggal 11 September 2007

Data tersebut diperoleh dari hasil angket yang terdiri dari 6 item

pertanyaan kaitannya dengan peningkatan motivasi keberagaman anggota

prajurit. Adapun deskripsi dari hasil angket tersebut adalah sebagai

berikut; peran agama sangat penting di kalangan militer, yang menjawab

ya 96,15% (125 orang), tidak 0,77% (1 orang), sering 3,08% (4 orang),

kadang-kadang 0% (tidak ada). Pembimbing yang memberikan

dukungan/motivasi prajurit dalam menjalankan tugas, yang menjawab ya

100% (130 orang), tidak 0% (tidak ada), sering 0% (tidak ada), kadang-

kadang 0% (tidak ada). Dalam setahun menjalankan tugas mendapatkan

pembimbingan rohani, yang menjawab 2 kali 12,31% (6 orang), lebih dari

3 kali 7,69% (10 orang), 4-5 kali atau lebih 73,85% (96 orang), tidak

pernah 6,15% (8 orang). Dalam penugasan dihadapkan dalam keadaan

yang sulit di mana prajurit juga harus menjalankan kewajiban sebagai

seorang muslim yang menjawab tetap menjalankan tugas negara 41,54%

(54 orang), menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim,

meninggalkan tugas 1,53% (2 orang), meninggalkan kewajiban seorang

Page 63: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

55

muslim, karena nyawa lebih berharga 0% (tidak ada), menjalankan

kewajiban sebagai seorang muslim meskipun nyawa taruhannya 56,93%

(74 orang). Manfaat adanya pembinaan mental kerohanian, yang

menjawab dasar atau landasan untuk melangkah 73,08% (95 orang),

pedoman hidup 6,92% (9 orang), alat kontrol 20% (26 orang), tidak ada

manfaat 0% (tidak ada). Ketika pelaksanaan kegiatan bintal dilaksanakan

sikap yang dilakukan, yang menjawab diam mendengarkan 63,85% (83

orang), aktif bertanya 1,53% (2 orang), meresapi 34,62% (45 orang).

Pengambilan angket di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi

dalam keberagamaan para anggota prajurit di Batalyon Arhanudse-15

sangat tinggi yang mana dapat dilihat dari pembinaan yang diberikan yang

menekankan prajuritnya meliputi cara berfikir, bersikap maupun bertindak

serta berperilaku baik dalam kehidupan pribadi dan kehidupan sosial

masyarakat yang dilandasi ajaran agama islam (hablum minallah dan

hablum minannas) yang diukur melalui dimensi keberagaman yaitu

keyakinan.

Page 64: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

56

BAB IV

ANALISIS PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN PRAJURIT

BATALYON ARHANUDSE-15 KODAM IV DIPONEGORO

A. Kehidupan Keberagamaan di Kalangan Prajurit Batalyon Arhanudse-15

Bahwa bagi seorang prajurit TNI seperti halnya bagi setiap warga

negara Indonesia yang beragama yang mempunyai wawasan keagamaan dan

wawasan kebangsaan bukanlah sesuatu yang saling bertentangan, tapi

keduanya dapat dipadukan secara harmonis dalam suatu kesadaran keagamaan

dan kebangsaan sekaligus. Pembinaan mental spiritual adalah pembinaan

prajurit TNI dalam rangka membentuk, memelihara dan meningkatkan

ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama yang dianut

oleh masing-masing prajurit untuk memelihara dan mempertinggi etika, moral

dan budi pekerti sehingga mampu melaksanakan tugas sesuai dengan

ketentuan aturan yang berlaku, maupun sapta marga sebagai pedoman hidup

prajurit TNI sejati.

Dalam masalah kehidupan beragama di kalangan prajurit Batalyon

Arhanudse-15 mendapat tempat dan perhatian yang cukup besar dan ditangani

secara khusus, karena kehidupan para prajurit di Batalyon Arhanudse-15

memiliki karakteristik yang berbeda dari kehidupan umum di masyarakat,

seperti sangat keras, otoriter dan hirarki yang ketat dituntut mampu

melaksanakan tugas dengan efektif, maka sebagai penyelaras adalah mental

agama.

Di dalam kehidupan beragama di kalangan prajurit militer di

Batalyon Arhanudse-15 terlihat sikap dan kedisiplinan sehari-hari dalam

menjalankan ibadah, hal ini diterapkan dan ditunjukkan melalui adanya

kegiatan-kegiatan keagamaan yang wajib diikuti oleh semua anggota prajurit

di Batalyon Arhanudse-15. meskipun pada umumnya masyarakat menganggap

bahwa militer yang dilengkapi dengan akal dan senjata cenderung bertindak

represif dan opresif dalam memaksakan kehendaknya kepada golongan lain

dan juga sangat otoriter. Akan tetapi dalam menjalankan ibadah mereka selalu

Page 65: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

57

tepat waktu, hal ini dapat dilihat ketika datangnya waktu shalat segera

kegiatan yang dilakukan dihentikan dan seluruh anggota prajurit di Batalyon

Arhanudse-15 yang beragama Islam diwajibkan untuk melaksanakan shalat

berjamaah, adanya sanksi bagi prajurit yang tidak mengikuti shalat berjamaah.

Sikap beragama yang ditunjukkan selain shalat berjamaah yaitu adanya sikap

gotong royong dalam membantu pembangunan sarana ibadah di dalam

Ksatrian hal itu meliputi fisik, yaitu membangun bersama sedangkan non fisik

yaitu dana yang diperoleh dari pembangunan masjid diperoleh dari

pendapatan/gaji dari para anggota prajurit yang dipotong setiap bulannya.1

Meskipun di lingkungan Batalyon Arhanudse-15 sendiri diciptakan

lingkungan yang bernafaskan keislaman, akan tetapi tidak semua prajurit

memiliki moral yang baik dan akhlak yang mulia. Akan tetapi, ada juga

prajurit yang melakukan pelanggaran-pelanggaran yang mana jumlahnya lebih

sedikit dan itu merupakan oknum bukan suatu organisasi militernya. Di sinilah

peran agama sangat dibutuhkan dalam menjalankan tugas-tugas TNI yang

semakin berat dalam menghadapi tantangan globalisasi.

Secara organisasi pembinaan mental khususnya kerohaniahan yang

diberikan Kodam IV Diponegoro maupun dari Bintal Batalyon Arhanudse-15

di dalamnya menyangkut masalah-masalah etika atau akhlak. Dengan

demikian pembinaan mental sangat relevan dengan perbaikan-perbaikan sikap

dan perilaku prajurit yang ditimbulkan oleh berbagai macam persoalan hidup,

di samping berusaha untuk mendapatkan kebersihan jiwa. Dalam artian tidak

terganggu ketakutan dan konflik batin. Maka dari itu pembinaan mental

berupaya sekuat tenaga agar mendapatkan keseimbangan jiwa, mampu

memecahkan segala kesulitan hidup dengan kepercayaan diri dan keberanian.

Sebab dapat dengan mudah memulihkan macam-macam ketegangan dan

konflik-konflik batin secara spontan dan otomatis.

Inti kehidupan spiritualitas adalah pemahaman subyektif manusia.

Pengalaman apapun namanya, terutama pengalaman beragama benar-benar

1 Hasil wawancara dengan Bapak H. Mursidi selaku Babintal di Batalyon Arhanudse-15

pada tanggal 10 Juli 2007

Page 66: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

58

bersifat individual dan subyektif, meskipun pengalaman itu di sana-sini dapat

dibentuk oleh lingkungan orang yang mempunyai temperamen yang berbeda,

akan mempunyai kemampuan mengaktualisasikan dimensi spiritualnya

berbeda pula. Dalam lingkungan kehidupan keberagamaan di Batalyon

Arhanudse-15 sendiri sangat kental dengan prajurit-prajuritnya. Hal ini

dibuktikan dengan adanya kegiatan-kegiatan keagamaan yang diselenggarakan

dari Kodam IV Diponegoro maupun dari Batalyon, yang mana dari Bintal

Kodam IV setiap tiga bulan sekali setiap hari Selasa, adapun pola yang

dilaksanakan dalam pembinaan mental prajurit TNI adalah;

1. Kunjungan para Pabintal/Paroh ke kesatuan-kesatuan markas komando

TNI/Ksatrian TNI sesuai jadwal yang telah diprogramkan untuk

memberikan penyuluhan, bimbingan kepada para prajurit dan

keluarganya.

2. Mengadakan penataran-penataran atau kursus-kursus seperti bidang

rohani, penataran imam shalat dan khatib, penataran bimbingan manasik

haji dan penataran pembantu rohaniawan.

3. Memanfaatkan peringatan-peringatan hari-hari besar keagamaan dan hari-

hari besar nasional serta jam-jam komandan pada saat apel satuan

lapangan. Dengan mengisi berbagai kegiatan keagamaan seperti

mengadakan musabaqah tilawatil Qur'an tingkat kodam, angkatan sampai

tingkat Mabes TNI.

4. Mengadakan bimbingan dan pembekalan kepada para prajurit TNI yang

akan melangsungkan perkawinan agar di dalam kehidupan berumah

tangga memahami arti sebuah rumah tangga yang harmonis, rukun dan

damai sejahtera lahir dan batin. Demikian pula dengan perceraian.

5. Mengadakan pelayanan do'a kepada prajurit TNI baik perorangan maupun

satuan yang membutuhkan atau pada acara-acara di luar keagamaan

seperti doa AMD/TMD dan hari ulang tahun.

6. Mengadakan pelayanan pemakaman jenasah baik di daerah damai atau

perang mulai mengkafankan, memandikan, menshalatkan sampai

menguburkannya. Hal ini dilakukan oleh masing-masing Paroh agama.

Page 67: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

59

7. Kunjungan ke rumah-rumah sakit tentara untuk meninggikan moril

prajurit TNI yang sakit sambil berdo'a agar cepat sembuh dari sakit yang

dideritanya.

8. melayani dan menjadi juru sumpah pada acara-acara pelantikan prajurit

TNI yang baru selesai mengikuti pendidikan militer dasar di pusat-pusat

pendidikan satuan TNI, dilakukan oleh para paroh masing-masing agama

dan menjadi juru sumpah pada acara-acara persidangan prajurit TNI yang

melanggar disiplin keprajuritan di Mahkamah militer atau Oditur Militer.

B. Peran Agama Dalam Pembinaan Mental di Kalangan Prajurit Batalyon

Arhanudse-15

Peran agama dalam pembinaan mental di kalangan prajurit Batalyon

Arhanudse-15 sangatlah penting, hal ini mengingat tugas-tugasnya yang

semakin berat. Pembinaan mental TNI sendiri adalah segala usaha, tindakan

dan kegiatan untuk membentuk, memelihara, serta meningkatkan dan

memantapkan kondisi jiwa anggota TNI berdasarkan pancasila, sapta marga,

sumpah prajurit, doktrin perjuangan TNI “catur darma eka karma 1988”,

melalui pembinaan mental rohani, pembinaan mental ideologi dan pembinaan

mental kejuangan.2

1. Pembinaan Mental Rohani

Pembinaan mental rohani adalah pembinaan prajurit TNI dalam

rangka membentuk, memelihara dan meningkatkan keimanan dan

ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama yang

dianut oleh masing-masing prajurit untuk memelihara dan mempertinggi

etika, moral dan budi pekerti sehingga mampu melaksanakan tugas dan

tanggung jawab sesuai dengan ketentuan yang berlaku, baik agama

maupun sapta marga sebagai pedoman hidup prajurit TNI sejati.

Pembinaan mental rohani dapat dilaksanakan terus menerus, secara

2 Hasil Wawancara dengan Bapak Isa Anshari selaku Parois di Kodam IV/ Diponegoro

pada tanggal 5 Juni 2007

Page 68: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

60

bertahap, berlanjut dan berkesinambungan oleh Perwira Rohani (paroh)

atau perwira bintal.

Adapun materi pembinaan mental rohani harus mencerminkan

serangkaian kaidah dan nilai-nilai yang berintikan keimanan dan

ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berikut aneka implikasinya

dalam kehidupan sosial maupun kehidupan prajurit itu sendiri. Pembinaan

mental rohani tersebut bersumber dari pokok-pokok materi sebagai

berikut:

a. Ajaran agama (Islam, Kristen Protestan, Katholik, Hindu dan Budha).

b. Peranan agama dalam kehidupan keprajuritan.

c. Tri kerukunan umat beragama.

2. Pembinaan Mental Ideologi

Pembinaan mental ideologi adalah peningkatan kesadaran prajurit

sebagai warga negara Indonesia yang membela, mengamankan dan

mengamalkan pancasila sebagai ideologi negara yang dalam sapta marga

sebagai pedoman hidup prajurit. Adapun materi pokok pembinaan mental

ideologi harus mencerminkan serangkaian kaidah dan nilai-nilai yang

berintikan cara pandang bangsa Indonesia dalam hidup bernegara, berikut

aneka implikasinya dalam kehidupan sosial maupun dalam kehidupan

keprajuritan TNI. Pembinaan mental ideologi tersebut bersumber antara

lain dari proyek-proyek materi sebagai berikut:

a. Pancasila

b. Undang Undang Dasar 1945

c. Garis Garis Besar Haluan Negara

d. Pegangan normatif kehidupan berbangsa dan bernegara.

e. Wawasan nusantara dan ketahanan nasional

Page 69: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

61

3. Pembinaan Mental Kejuangan

Pembinaan mental kejuangan adalah peningkatan motivasi juang

prajurit dapat diupayakan melalui penanaman tradisi kejuangan dalam

kehidupan agar prajurit berjiwa patriotik, ksatria sebagai bhayangkari

negara dan bangsa. Materi pokok pembinaan mental kejuangan

mencerminkan serangkaian kaidah dan nilai-nilai yang berintikan

konsekuensi dari konsekuensi dari komitmen kesejarahan dalam

memperjuangkan terwujudnya cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia

melalui jalur pengabdian prajurit, sapta marga. Pembinaan mental

kejuangan tersebut bersumber antara lain dari;

a. Nilai-nilai sejarah perjuangan bangsa.

b. Nilai-nilai sejarah perjuangan TNI

c. Sapta Marga, sumpah prajurit dan delapan wajib TNI.

d. Doktrin perjuangan TNI “Catur Dharma Eka Karma”

Dengan adanya pembinaan mental tersebut diharapkan pada

tantangan ke depan yang semakin berat dan kompleks, maka sasaran yang

diharapkan dari pembinaan mental prajurit TNI adalah;

a. Memiliki tingkat pemahaman yang mantap, sikap percaya pada diri

sendiri keyakinan akan keluhuran tugasnya, serta perilaku pengamalan

nilai-nilai keprajuritan, sehingga mampu bertindak sebagai

pengawalan dan penyelamatan bangsa dan negara.

b. Memiliki tingkat keimanan, ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

semakin mantap, teraplikasikan ke dalam sikap dan perilaku serta

kesungguhan dalam menyelesaikan tugas dan kewajiban yang menjadi

tanggung jawab prajurit TNI.

c. Memiliki tingkat disiplin dan loyalitas yang tinggi terhadap norma,

aturan dan hukum yang berlaku.

d. Memiliki tingkat kedisiplinan terhadap tugas dan menempatkannya

lebih tinggi di banding kepentingan pribadinya serta tanggung jawab

dapat diandalkan (tepat waktu dan tepat sasaran).

Page 70: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

62

e. Memiliki tingkat kesetiakawanan (jiwa korsa) terpelihara secara

harmonis dan positif.

Dalam tubuh TNI pembinaan mental sangat urgen, di mana

semua prajurit TNI diberikan pembinaan yang bersifat non fisik secara

terus menerus dan sistematis hal untuk menjadikan tentara memiliki moral

yang tinggi di sini mengacu pada keikhlasan, kejujuran, ketaqwaan, di sini

ialah kesadaran atau motivasi yang terdapat di dalam hatinya, bahwa ia

melaksanakan semua tugas yang berkaitan dengan kemiliteran. Tujuan lain

dari pembinaan keagamaan yang diberikan bintal dalam peranannya yaitu,

untuk;

a. Meningkatkan Keimanan Prajurit

Dilihat dari segi keimanan prajurit Batalyon Arhanudse-15

pada awalnya adalah masih sangat minim, hal ini disebabkan karena

keterbatasan waktu yang mana waktu banyak digunakan untuk

kegiatan berlatih faktor lainnya yaitu faktor orang tua yang menjadi

penghambat dan penyebab pendidikan agama yang prajurit Batalyon

Arhanudse-15 terima baik secara formal maupun informal masih

sangat minim.

Pendidikan agama dan moral merupakan hal terpenting dalam

kehidupan prajurit, karena moral dan pendidikan agama akan

menjadikan prajurit memiliki perilaku, sikap mental dan budi pekerti

yang bersendikan pancasila sesuai dengan ajaran agama Islam.

b. Meningkatkan Ketekunan Beribadah

Realitas keimanan seseorang adalah ibadah. Tingkat

ketekunan ibadah seseorang erat kaitannya dengan tingkat

keimanannya. Semakin tinggi keimanan, maka semakin tekun pula ia

beribadah.

Setelah dari sisi keimanan menjadi lebih baik, maka tingkat

ketekunannya dalam beribadah pun meningkat. Ketekunan dalam

beribadah pada prajurit di Batalyon Arhanudse-15 menjadi lebih baik

setelah adanya upaya-upaya pembinaan yang dilakukan oleh bintal.

Page 71: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

63

Para anggota prajurit Batalyon Arhanudse-15 yang

mendapatkan pembinaan, baik melalui bimbingan ibadah membuat

prajurit mengerti arti pentingnya ibadah dalam kehidupan beragama

pada manusia mulai dari hal yang sederhana sampai pada yang rumit.

Bintal membimbing mereka dalam cara-cara beribadah yang benar

menurut ajaran agama serta meningkatkan ibadah menjadi lebih baik.

Fasilitas yang tersedia dan kemampuan parois dalam

melakukan bimbingan mendukung lancarnya upaya peningkatan

keberagamaan.

c. Membentuk Akhlak Mulia

Pembentukan pribadi yang islami harus atas dasar kesadaran

menyerahkan diri kepada allah. Hal ini menyangkut aqidah dengan

cara beriman pada ke-esa-an allah, dan menyangkut akhlak yang

berarti seseorang harus berakhlak seperti yang diperintahkan Allah.

sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Qalam ayat 4 yang

berbunyi:

﴾4وإنك لعلى خلق عظيم ﴿Artinya:

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S. Al-Qalam: 4)

pendidikan moral yang kuat penuh rasa cinta dan yang

bahagia akan terbentuknya seorang manusia yang sehat tubuh, akal dan

jiwanya. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa agama mempunyai peranan

yang sangat penting di Batalyon Arhanudse-15 yaitu sebagai dasar,

landasan, pedoman hidup dan alat kontrol bagi prajuritnya dalam

menjalankan tugas-tugasnya yang semakin berat, apalagi ketika

prajurit ditugaskan di daerah konflik yang mana jauh dari orang tua,

anak-istri, keluarga. Tanpa mempunyai dasar agama mereka akan

bertindak brutal dan labil.

Page 72: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

64

C. Faktor-faktor Penunjang dan Penghambat Pembinaan Mental

Keagamaan di Kalangan Militer

Dalam rangka pembinaan mental rohani TNI dilaksanakan secara

terus menerus secara bertahap, berlanjut dan berkesinambungan oleh para

perwira pembinaan mental yang juga bekerja sama dengan instansi lain.

Adapun faktor-faktor penunjang dan penghambat dalam pelaksanaan

pembinaan mental keagamaan di kalangan militer itu sendiri adalah sebagai

berikut:

1. Faktor Penunjang

a. Adanya Parois (Perwira Rohani Islam)

Yang mana bertugas memberi pembinaan mental rohani para prajurit

Batalyon Arhanudse-15 dalam rangka membentuk, memelihara dan

meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha

Esa, diantaranya yaitu:

1) Bagi satuan yang akan melaksanakan tugas (pra tugas)

Kegiatan ini ditujukan sebagai suatu usaha untuk

memantapkan motivasi prajurit juga merupakan penyiapan dan

peningkatan kondisi mental, berupa ceramah, penyuluhan

bimbingan, Pemberi petunjuk dan analisa daerah penugasan, agar

dihadapkan kepada daerah/medan yang sebenarnya, mental

spiritual (iman) prajurit semakin mantap sehingga hasil yang ingin

dicapai dapat terwujud.

2) Satuan yang Sedang Melaksanakan Tugas (di Medan Tugas)

Kegiatan pembinaan mental spiritual selama tugas adalah

merupakan usaha dan kegiatan untuk memelihara kondisi mental

prajurit yang sedang melaksanakan tugas agar etika, moral dan

moril dan disiplin tetap dalam keadaan mantap.

Pembinaan mental spiritual selama tugas menjadi

tanggung jawab komandan satuan dibantu oleh perwira rohani

(pabintal), kegiatan-kegiatannya berupa bimbingan dan perawatan

rohani berupa ceramah dan khotbah dan lain-lain, agar kondisi

Page 73: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

65

mental spiritual (iman) prajurit tetap mantap sehingga pelaksanaan

tugas dapat berjalan dengan lancer dan berhasil.

3) Satuan Setelah Melaksanakan Tugas (Purna Tugas)

Setelah melaksanakan penugasan dapat diketahui factor-

faktor positif maupun negatifnya, terutama factor lingkungan tugas

dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama tugas, tidak mustahil

akan membawa akibat dan merubah kondisi mental prajurit,

sehingga akan menimbulkan hal-hal yang tidak diharapkan di garis

belakang (daerah asal).

Untuk itu perlu adanya usaha pengembalian sikap mental

tugas operasi misalnya ke sikap mental damai dengan kegiatan-

kegiatan;

- Bimbingan penyuluhan dan rawatan mental spiritual untuk

tetap terpeliharanya iman dan ketaqwaannya kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

- Pengajian-pengajian baik yang terpusat maupun dari rumah ke

rumah.

- Kunjungan ke tempat-tempat yang bernuansa agamis.

4) Pembinaan Mental Spiritual Keluarga yang Ditinggalkan Tugas

Pada dasarnya keluarga adalah pendorong dan sumber

semangat prajurit TNI, sehingga kepada mereka perlu dilakukan

usaha-usaha dan kegiatan pembinaan mental spiritual secara terus-

menerus dan berencana selama ditinggalkan.

Bimbingan mental spiritual ini dimaksud untuk

memelihara dan memantapkan iman dan taqwa kepada Tuhan yang

Maha Esa, sehingga tercipta adanya rasa tanggung jawab dan

ketabahan, serta dapat memelihara etika, moral dan moril keluarga

sebagai pendorong berhasilnya prajurit TNI dari kegiatan tersebut

dapat diwujudkan.

Page 74: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

66

5) Pembinaan Mental Spiritual di Daerah Aman (Pangkalan)

Pembinaan mental spiritual prajurit merupakan bagian

yang sangat penting, oleh karena itu dalam kondisi apapun mental

prajurit TNI tetap harus dibina. Karena prajurit setiap saat harus

siap untuk melaksanakan tugas.

b. Adanya tempat ibadah masjid “Baitul Iman”

Yang digunakan untuk melaksanakan sholat berjamaah, yasin tahlil

para prajurit batalyon Arahanudse-15

c. Aula

Digunakan untuk melaksanakan kegiatan bintal

d. Adanya peraturan yang mewajibkan mengikuti kegiatan bintal yang

harus ditaati oleh semua prajurit yang apabila dilanggar prajurit akan

mendapatkan sanksi.

2. Faktor Penghambat

Faktor penghambat pembinaan mental rohani di kalangan militer

di antaranya adalah masalah waktu di mana para prajurit dihadapkan pada

keadaan atau situasi sedang melaksanakan tugas (di medan perang) yang

mana pada saat pada saat itu pabintal/paroh berusaha untuk memberikan

motivasi agar kondisi mental prajurit yang sedang melaksanakan tugas

agar etika, moral dan moril dan disiplin tetap dalam keadaan mantap.

Sehingga dapat melaksanakan tugas berjalan dengan lancer dan berhasil.

Factor penghambat lainnya yaitu ketika prajurit bertugas di medan perang

atau latihan dihadapkan pada keadaan yang sulit, yaitu situasi di mana para

prajurit harus menghadapi musuh sedangkan di waktu bersamaan harus

menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim.

Page 75: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

67

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang penulis lakukan

terhadap penulisan skripsi yang berjudul “Peran Agama Sebagai Motivasi Di

Kalangan Militer Kodam IV Diponegoro (Studi Kasus; Batalyon Arhanudse-

15)”, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1. Kehidupan beragama dikalangan prajurit militer Batalyon Arhanudse-15

terlihat sikap dan kedisiplinan sehari-hari dalam menjalankan Ibadah hal

ini diterapkan dan ditunjukkan melalui adanya kegiatan-kegiatan

keagamaan yang wajib diikuti oleh semua anggota prajurit di Batalyon

Arhanudse-15

2. agama mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang tugas

prajurit Batalyon Arhanudse-15 yaitu membentuk, memelihara dan

meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa,

sesuai dengan agama yang dianut oleh masing-masing prajurit untuk

memelihara dan mempertinggi etika, moral dan budi pekerti sehingga

mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan pedoman

hidup prajurit TNI sejati.

3. Faktor penunjang pembinaan mental di Batalyon Arhanudse-15 yaitu

adanya Parois (perwira rohani Islam), adanya tempat Ibadah masjid

“Baitul Iman”, aula, adanya peraturan yang mewajibkan seluruh prajurit

yang mengikuti kegiatan BINTAL. Sedangkan faktor penghambatnya

yaitu masalah waktu dimana prajurit diharuskan untuk berlatih dan

penugasan-penugasan yang dilakukan.

B. SARAN-SARAN

1. Menjadi tentara atau militer dalam Islam hendaknya memiliki moral yang

tinggi sesuai dengan keluhuran profesi yang dimilikinya. Yang dimaksud

moral yang tinggi disini mengacu pada keikhlasan, kejujuran, ketaqwaan,

Page 76: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

68

keikhlasan dan kejujuran disini ialah kesadaran atau motivasi yang

terdapat di dalam hatinya, bahwa ia melaksanakan semua tugas yang

berkaitan dengan kemiliteran terutama perang, semata-mata untuk

menegakkan hukum Allah di muka bumi.

2. Hendaknya sebagai prajurit TNI untuk menghadapi tantangan globalisasi

arus reformasi dan tugas-tugas yang semakin berat, selain meningkatkan

profesi analitis dengan kode etik yang dimilikinya, setiap prajurit TNI

harus dibekali dengan iman dan budi pekerti yang bersendikan pancasila

sesuai dengan ajaran Islam.

3. kesempurnaan skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penelitian

lebih lanjut sangat dibutuhkan, maka dari itu sangat dibutuhkan kritik dari

para pembaca yang sifatnya membangun.

C. PENUTUP

Segala puji bagi Allah yang Maha Rahman dan Rahim. Alhamdulillahi

Rabbil Alamin, penulis ucapkan karena atas karunia dan rahmat Allah-lah

skripsi ini dapat terselesaikan.

Pembahasan tentang “Peran Agama sebagai Motivasi di Kalangan

Militer Kodam IV Diponegoro (Studi Kasus; Batalyon Arhanudse-15)”,

semoga dapat memberi manfaat untuk melahirkan ide-ide dan pemikiran baru

yang dapat merumuskan tentang Peranan Agama di segala bidang tidak hanya

dalam kalangan militer.

Penulis mohon maaf apabila ada pihak-pihak yang merasa tersinggung,

tanpa sengaja demi penjelasan tulisan ini dan penulis berterimakasih kepada

pihak-pihak yang secara tidak langsung membantu terselesaikannya skripsi

ini.

Page 77: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Amin, M., Studi Agama; Normalitas atau Historis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996

Arifin, H.M, Psikologi Dakwah (Suatu Pengantar Studi) PT. Bulan Bintang, Jakarta, 1977

Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1996

Az-Zahrani, Dr. Musfir, bin Said, Konseling Terapi, PT. Gema Insani, Jakarta, 2005

Bactiar, Wardi, Metodologi Penelitan Ilmu Dakwah, Logos, Jakarta, 1997

Castles, Lance, ABRI dan Kekerasan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999

Diamond, Larry, dan Plattner, F. Marc. (ed), Hubungan Sipil – Militer dan Konsolidasi Demokrasi, PT. Raya Grasindo Persada, Jakarta, 2002

Dister, Mico Syukur, Pengalaman Dan Motivasi Beragama, LEPPENAS, jakarta 1982

Gerungan, W.A, Psikologi Sosial, Eresco, Bandung, 1986

Hadi, Kusuma, H. Hilman, Antropologi Agama Bagian I (Pendekatan Budaya Terhadap Aliran Kepercayaan Agama Hindu, Budha, Khong Hu Cu Di Indonesia), bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 1993

Harahap, Syahrin, dkk., Reformis Untuk Amanah Mewujudkan Kedekatan Relasi Rakyat – TNI Atas Nama Negara), PT. Tiara Wacana, Yogyakarta, 2000

Jalaluddin, Psikologi Agama, PT. Raya Grafindo Persada, 1996

Koentjoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1983

Lubis, H.M. Ridwan, Cetak Biru Peran Agama (Merajut Kerukunan Kesetaraan Gender Dan Demokratisasi Dalam Masyarakat Multi Kultural) PT. Puslitbang Kehidupan Beragama, Jakarta, 2005

Mappatoto, Andi Baso, Siaran Pers Suatu Kilat Penulisan, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993

Page 78: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

Moloeng, Lexy, Metode Penelitan Kualitatif, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2002

Mulkan, Abdul Munir, Kiai Presiden, Islam dan TNI di Tahun-Tahun Penentuan, UII Press (Anggota IKAPI) Jakarta, 2001

Munawir, Imam, Memahami Prinsip-Prinsip Dasar Al-Islam, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1987.

Nasution, H. Asren, Religiositas TNI, (Refleksi Pemikiran Dan Kepribadian Jendral Besar Sudirman) PT. Prenada Media, Jakarta, 2003

Nasution, Harun, Ensiklopedi Islam Indonesia, PT. Djambatan, jakarta 1999

Nasution, M. Debby, Kedudukan Militer Dalam Islam Dan Peranannya Pada Masa Rasulullah Saw, PT. tiara wacana, Yogyakarta, 2002

Rahmad, H. Dadang, Sosiolog Agama, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2002

Samego, Indria, TNI di Era Perubahan, PT. Erlangga, Jakarta, 2000

Sarwono, sarlito wirawan, Pengantar Umum Psikologi, PT. Bulan bintang, jakarta, 1982

Shaw, Martin, Bebas Dari Militer (Analisis Sosiologi Atas Kecenderungan Masyarakat Modern), PT. Pustaka Pelajar, yogyakarta, 2001

Siagian, P. Sondang, Teori Motivasi Dan Aplikasinya, PT. Bina aksara, Jakarta, 1989

Sihab, Quraish, Membumikan al-Quran; fungsi dan peranan wahyu dalam kehidupan masyarakat, PT. Mizan, bandung, 1994

_______________, Wawasan al-Quran; Tafsir Maudhui atas Berbagai Persoalan Umat, PT. Mizan, Bandung, 1996

Syahid, Bakri, Pertahanan Keamanan Nasional, PT. Bagus Arafah, Yogyakarta, 1976

Transkip Rekapitulasi Data Agama Kotama, BALAKPUS triwulan II 2007.

Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, PT. Andi, Yogyakarta, 1981

Ya’qub, H. Hamzah, Etika Islam Pembinaan Akhlakul Karimah, CV. Diponegoro, Bandung, 1993

Yafi, KH. Ali, Menggagas Fiqh Sosial, PT. Mizan Bandung, 1995

Page 79: PEMBINAAN MENTAL BERAGAMA PRAJURIT BATALYON …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/76/jtptiain-gdl... · merupakan kode etik (pedoman hidup) atau akhlak bagi TN!. Pedoman

______________, Teologi sosial, Telaah Kritis Persoalan Agama dan Kemanusiaan, LKPSM, Yogyakarta, 1997

Yahya, Imam, Tradisi Militer Dalam Islam, Logung Pustaka, Yogyakarta, 1999

Yayasan Penyelenggara Terjemah al-Quran, al-Quran dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, CV. Diponegoro, Bandung, 2005