bab ii tinjauan teori -...

27
8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Anemia 1. Pengertian Anemia dalam bahasa Yunani berarti tanpa darah, adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar hemoglobin (HB) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal (Soebroto, 2009, p.19). Wanita hamil atau dalam masa nifas dinyatakan menderita anemia bila kadar hemoglobin kurang dari 10 gr %. Anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan kadar hemoglobin kurang dari 11 gr % selama masa kehamilan pada trimester I dan ke 3 dan kurang dari 10 gr % selama masa postpartum dan trimester 2. Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang membahayakan bagi ibu dan janin. Anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan perdarahan postpartum. Bila anemia terjadi sejak awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya persalinan prematur (Proverawati, 2009, p.76). 2. Penyebab anemia Anemia pada kehamilan yang disebabkan kekurangan zat besi mencapai kurang lebih 95%. Terjadinya peningkatan volume darah 8

Upload: trinhminh

Post on 30-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anemia

1. Pengertian

Anemia dalam bahasa Yunani berarti tanpa darah, adalah penyakit

kurang darah yang ditandai dengan kadar hemoglobin (HB) dan sel

darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal (Soebroto,

2009, p.19).

Wanita hamil atau dalam masa nifas dinyatakan menderita anemia

bila kadar hemoglobin kurang dari 10 gr %. Anemia dalam kehamilan

didefinisikan sebagai penurunan kadar hemoglobin kurang dari 11 gr

% selama masa kehamilan pada trimester I dan ke 3 dan kurang dari 10

gr % selama masa postpartum dan trimester 2. Anemia dalam

kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang membahayakan bagi

ibu dan janin. Anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko

terjadinya perdarahan perdarahan postpartum. Bila anemia terjadi sejak

awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya persalinan prematur

(Proverawati, 2009, p.76).

2. Penyebab anemia

Anemia pada kehamilan yang disebabkan kekurangan zat besi

mencapai kurang lebih 95%. Terjadinya peningkatan volume darah

8

9

mengakibatkan hemodilusi atau pengenceran darah sehingga kadar Hb

mengalami penurunan dan terjadi anemia (Varney, H., 2007, p.623) .

Menurut Soebroto (2009, p.56-57) saat hamil, jumlah darah yang

terpakai untuk kebutuhan ibu dan janin, maka otomatis volume darah

jadi berkurang. Akibatnya, pasokan oksigen ke otak berkurang. Di

awal kehamilan sampai pertengahan trimester dua, pembuluh darah ibu

hamil cenderung melebar. Sering kali volume darah yang tersedia tidak

cukup untuk mengisi ruang-ruang kosong di pembuluh darah yang

melebar. Akibatnya, terjadi tekanan darah rendah.

Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi

zat besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling

berinteraksi. Kebutuhan ibu selama kehamilan adalah 800 mg zat besi,

diantaranya 300 mg untuk janin plasenta dan 500 mg untuk

pertambahan eritrosit ibu. Dengan demikian ibu membutuhkan

tambahan sekitar 2-3mg zat besi/ hari (Saifudin, 2009, p.281) .

Menurut Varney (2007, p.127) terdapat sejumlah faktor yang

menjadi penyebab anemia seperti status ekonomi mempunyai efek,

status ekonomi yang lebih rendah menimbulkan angka nutrisi buruk

yang lebih tinggi dan sehingga mengakibatkan angka anemia defisiensi

zat besi lebih tinggi. Ras juga memainkan peranan sebagai contoh rata-

rata orang kulit hitam kadar hemoglobinnya lebih rendah daripada

orang kulit putih tanpa memperhatikan tingkat sosio-ekonomi.

10

Menurut Arisman (2004, p.150-152) wanita hamil yang berusia

<20 tahun atau >35 tahun, paritas tinggi dan berpendidikan rendah

umumnya tidak pernah mengenal tablet besi selama hamil. Dipandang

dari segi sosio-ekonomi wanita hamil yang tidak pernah memeriksakan

kehamilan atau memeriksakan diri ke dukun (diasumsikan sebagai

miskin), 90% diantara mereka tidak pernah menelan tablet zat besi,

sementara mereka yang mampu ANC (Antenatal Care) di dokter

swasta justru memperoleh lebih dari 90 butir tablet zat besi. Faktor

pendidikan juga berpengaruh saat pemberian tablet zat besi. Efek

samping dari tablet besi yang dapat mengganggu seperti mual muntah

sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan. Penolakan

tersebut sebenarnya berpangkal dari ketidaktahuan mereka bahwa

selama kehamilan mereka memerlukan tambahan zat besi. Agar

mengerti, wanita hamil harus diberikan pendidikan yang tepat

misalnya bahaya yang mungkin terjadi akibat anemia dan salah satu

penyebab anemia adalah defisiensi zat besi.

Penyebabnya antara lain makanan yang kurang bergizi, gangguan

pencernaan dan mal absorpsi, kurangnya zat besi dalam makanan

(kurang zat besi dalam diit), kebutuhan zat besi yang meningkat,

kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid, penyakit

kronik seperti TBC paru, cacing usus dan malaria (Proverawati, 2009,

p.76).

11

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil,

antara lain :

a. Faktor dasar

1) Sosial ekonomi

Menurut Istiarti (2000, p.24) menyatakan bahwa perilaku

seseorang dibidang kesehatan dipengaruhi oleh latar belakang

sosial ekonomi. Sekitar 2/3 wanita hamil di negara maju yaitu

hanya 14%.

2) Pengetahuan

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman

yang berasal dari berbagai sumber misalnya media masa,

media elektronik, buku petunjuk kesehatan, media poster,

kerabat dekat dan sebagainya (Istiarti, 2000, p.24).

3) Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan perilaku menuju

kedewasaan dan penyempurnaan hidup. Biasanya seorang ibu

khususnya ibu hamil yang berpendidikan tinggi dapat

menyeimbangkan pola konsumsi dan asupan zat gizi yang

dibutuhkan. Agar mengerti wanita hamil harus diberi

pendidikan yang tepat misalnya bayi yang mungkin terjadi

akibat anemia, dan harus pula diyakinkan bahwa salah satu

12

penyebab anemia adalah defisiensi zat besi (Arisman, 2004,

p.152).

4) Budaya

Faktor sosial budaya setempat juga berpengaruh pada

terjadinya anemia. Pendistribusian makanan dalam keluarga

yang tidak berdasarkan kebutuhan untuk pertumbuhan dan

perkembangan anggota keluarga, serta pantangan-pantangan

yang harus diikuti oleh kelompok khusus misalnya ibu hamil,

bayi, ibu nifas merupakan kebiasaan-kebiasaan adat-istiadat

dan perilaku masyarakat yang menghambat terciptanya pola

hidup sehat di masyarakat.

b. Faktor tidak langsung

1) Kunjungan Antenatal Care (ANC)

Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan

terutama pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

rahim. Kasus anemia umumnya selalu diserti dengan mal

nutrisi infestasi parasit, semua ini berpangkal pada

keengganan ibu untuk menjalani pengawasan antenatal.

Dengan ANC keadaan anemia ibu akan lebih dini terdeteksi,

sebab pada tahap awal anemia pada ibu hamil jarang sekali

menimbulkan keluhan bermakna. Keluhan timbul setelah

anemia sudah ke tahap yang lanjut (Arisman, 2004, p.150).

13

2) Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin

mampu hidup diluar rahim. Paritas >3 merupakan faktor

terjadinya anemia. Hal ini disebabkan karena terlalu sering

hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh ibu (Arisman,

2004, p.150).

3) Umur

Ibu hamil pada usia terlalu muda (<20 tahun) tidak atau

belum siap untuk memperhatikan lingkungan yang diperlukan

untuk pertumbuhan janin. Disamping itu akan terjadi

kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang

masih dalam pertumbuhan dan adanya pertumbuhan

hormonal yang terjadi selama kehamilan. Sedangkan ibu

hamil diatas 35 tahun lebih cenderung mengalami anemia, hal

ini disebabakan karena pengaruh turunnya cadangan zat besi

dalam tubuh akibat masa fertilisasi (Arisman, 2004, p.150).

4) Dukungan suami

Dukungan suami adalah bentuk nyata dari kepedulian dan

tanggung jawab suami dalam kehamilan istri. Semakin tinggi

dukungan yang diberikan oleh suami untuk melakukan

pemenuhan nutrisi maupun pemeriksaan ANC maka semakin

tinggi pula keinginan ibu untuk memenuhi nutrisi dan

melakukan pemeriksaan ANC.

14

c. Faktor langsung

1) Pola konsumsi tablet besi (Fe)

Penyebab anemia gizi besi dikarenakan kurang masuknya

unsur zat besi dalam makanan, karena gangguan reabsorbsi,

gangguan-gangguan atau terlampau banyaknya zat besi

keluar dari badan misalnya pendarahan. Sementara itu

kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat untuk pembentukan

plasenta dan sel darah merah sebesar 200-300%. Perkiraan

besaran zat besi yang perlu ditimbun selama hamil ialah 1040

mg. Dari jumlah ini 200mg Fe tertahan oleh tubuh ketika

melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg zat

besi ditransfer ke janin, dengan rincian 50-75 mg untuk

pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah sel darah

merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan. Jumlah

sebanyak ini tidak mungkin tercukupi hanya dengan melalui

diet. Karena itu, suplementasi zat besi perlu sekali

diberlakukan, bahkan pada wanita yang bergizi baik

(Arisman, 2004, p.150).

2) Penyakit infeksi

Penyakit infeksi seperti TBC, cacing usus dan malaria juga

penyebab terjadinya anemia karena menyebabkan terjadinya

peningkatan penghancuran sel darah merah dan terganggunya

eritrosit.

15

3) Perdarahan

Penyebab anemia juga dikarenakan terlampau banyaknaya zat

besi keluar dari badan misalnya pendarahan (Wiknjosastro,

2007, p.451).

4. Klasifikasi anemia kehamilan

Secara umum menurut Proverawati (2009, p.77-78) anemia dalam

kehamilan diklasifikasikan menjadi:

a. Anemia defisiensi besi sebanyak 62,3%

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat

kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya adalah

pemberian tablet besi yaitu keperluan zat besi untuk wanita

hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan. Untuk

menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dilakukan

dengan anamnese. Hasil anamnese didapatkan keluhan cepat

lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual

muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb

dapat dilakukan dengan menggunakan metode sahli, dilakukan

minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.

b. Anemia Megaloblastik sebanyak 29%

Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat

(pteryglutamic acid) dan defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin)

walaupun jarang.

16

c. Anemia hipoplastik dan aplastik sebanyak 8%

Anemia disebabkan karena sumsum tulang belakang kurang

mampu membuat sel-sel darah baru.

d. Anemia hemolitik sebanyak 0,7%

Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah

berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya.

Menurut penelitian, ibu hamil dengan anemia paling banyak

disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan

viamin B12. Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan

anemia pada dasarnya ialah memberikan makanan yang banyak

mengandung protein, zat besi (Fe), asam folat dan vitamin B12.

5. Kadar hemoglobin

Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk

menetapkan prevalensi anemia. Menurut Garby et al, dikutip dalam

Supariasa (2002, p. 145) menyatakan bahwa penentuan status anemia

yang hanya menggunakan kadar Hb ternyata kurang lengkap, sehingga

perlu ditambah dengan pemeriksaan yang lain. Hb merupakan senyawa

pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur

secara kimia dan jumlah Hb/ 100 ml darah dapat digunakan sebagai

indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan

hemoglobin yang rendah dengan demikian mengindikasikan anemia.

17

Bergantung pada metode yang digunakan, nilai hemoglobin menjadi

akurat sampai 2-3% (Supariasa, et al., 2002, p.145).

Di antara metode yang paling sering digunakan di laboratorium

dan paling sederhana adalah metode Sahli, dan yang lebih canggih

adalah metode cyanmethemoglobin. Pada metode Sahli, hemoglobin

dihidrolisis dengan HCl menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh

oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang segera

bereaksi dengan ion CI membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut

hematin atau hemin yang berwarna coklat. Warna yang terbentuk ini

dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang).

Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang

diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin

dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya

sama dengan warna standar. Disamping faktor mata, faktor lain

misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi

hasil pembacaan (Supariasa et al., 2002, p.145).

Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah yang belum

mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode

Sahli ini masih memadai dan bila pemeriksanya telah terlatih hasilnya

dapat diandalkan. Metode yang lebih canggih adalah metode

sianmethemoglobin. Pada metode ini hemoglobin dioksidasi oleh 11

kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi

dengan ion sianida (CN2) membentuk sianmethemoglobin yang

18

berwarna merah. Intensitas warna dibaca dengan fotometer dan

dibandingkan dengan standar. Karena yang membandingkan alat

elektronik, maka hasilnya lebih objektif. Namun fotometer saat ini

masih cukup mahal, sehingga masih belum semua laboratorium

memilikinya (Supariasa et al., 2002, p.145-146).

6. Gejala anemia pada ibu hamil

Menurut Proverawati (2009, p.78) bahwa tanda dan gejala ibu

hamil dengan anemia adalah keluhan lemah, pucat, mudah pingsan,

sementara tensi masih dalam batas normal (perlu dicurigai anemia

defisiensi), mengalami malnutrisi, cepat lelah, sering pusing, mata

berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun

(anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan

keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

Tanda dan gejala anemia pada kehamilan menurut Varney,H

(2007, p.623) adalah :

a. Letih, sering mengantuk, malaise

b. Pusing, lemah

c. Nyeri kepala

d. Luka pada lidah

e. Kulit pucat

f. Membran mukosa pucat (misalnya konjungtiva)

g. Bantalan kuku pucat

19

h. Tidak ada nafsu makan, mual, dan muntah

7. Diagnosis anemia pada kehamilan

Pemeriksaan hemoglobin secara rutin selama kehamilan merupakan

kegiatan yang umumnya dilakukan untuk mendeteksi anemia.

a. Diagnosis anemia menurut WHO

1) Normal : 11 gr %

2) Anemia ringan : 9-10 gr %

3) Anemia sedang : 7-8 gr%

4) Anemia berat : < 7 gr%

b. Diagnosis anemia menurut Manuaba (1998, p.30)

1) Tidak anemia : Hb 11 gr %

2) Anemia ringan : Hb 9-10 gr %

3) Anemia sedang : Hb 7-8 gr %

4) Anemia berat : Hb < 7 gr %

Sedangkan tingkatan anemia menurut Soebroto (2009, p.59-60)

tingkatan anemia adalah sebagai berikut:

a. Stadium 1

Kehilangan zat besi melebihi asupannya, sehingga menghabiskan

cadangan dalam tubuh, terutama di sumsum tulang. Kadar ferritin

(protein yang menampung zat besi) dalam darah berkurang secara

progresif.

20

b. Stadium 2

Cadangan zat besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi

kebutuhan untuk pembentukan sel darah merah, sehingga sel darah

merah yang dihasilkan jumlahnya lebih sedikit.

c. Stadium 3

Mulai terjadi anemia. Pada awal stadium ini, sel darah merah

tampak normal, tetapi jumlahnya lebih sedikit. Kadar hemoglobin

dan hematokrit menurun.

d. Stadium 4

Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi

dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah

merah dengan ukuran yang sangat kecil (mikrositik), yang khas

untuk anemia karena kekurangan zat besi.

e. Stadium 5

Dengan semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia,

maka akan timbul gejala-gejala karena kekurangan zat besi dan

gejala-gejala karena anemia semakin memburuk.

8. Akibat anemia pada kehamilan

Menurut Proverawati (2009, p.78) akibat yang akan terjadi pada

anemia kehamilan adalah :

21

a. Hamil muda (trimester pertama)

abortus, missed abortion dan kelainan kongenital

b. Trimester kedua

persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan

pertumbuhan janin dalam rahim, asphyxia intrauterine sampai

kematian, berat badan lahir rendah (BBLR), gestosis dan mudah

terkena infeksi, IQ rendah, dekompensatio kordis kematian ibu.

c. Saat inpartu

gangguan his primer dan sekunder, janin lahir dengan anemia,

persalinan dengan tindakan tinggi, ibu cepat lelah, gangguan

perjalanan persalinan perlu tindakan operatif.

d. Pasca partus

Ormon uteri menyebabkan perdarahan, retensio ormone (plasenta

adhesiva, plasenta akreta, plasenta inkrea, plasenta perkreta),

perlukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris, peurperalis,

gangguan involusi uteri, kematian ibu tinggi (perdarahan, infeksi

peurperalis, gestosis).

Menurut Purwitasari (2009, p.81-82) pengaruh anemia dalam

kehamilan :

22

a. Pengaruh pada ibu hamil baik dalam masa kehamilan, persalinan

dan pasca persalinan : abortus, partus premature, partus lama,

perdarahan post partus, infeksi, dll.

b. Pengaruh terhadap janin : kematian janin, kematian perinatal,

prematur, cacat bawaan, cadangan Fe bayi kurang.

Menurut Waryana (2010, p.58) bila ibu hamil mengalami

anemia maka akibat yang akan ditimbulkan berupa keguguran,

bayi lahir mati, kematian neonatal,cacat bawaan, anemia pada

bayi dan bayi lahir dengan BBLR (Bayi Baru Lahir Rendah).

Hasil penelitian Jumirah, dkk. (1999) menunjukkan bahwa

ada hubungan antara kadar Hb ibu hamil dengan berat bayi lahir,

di mana semakin tinggi kadar Hb ibu semakin tinggi berat badan

bayi yang dilahirkan. Sedangkan penelitian Edwi Saraswati, dkk.

(1998) menemukan bahwa anemia pada batas 11 gr/dl bukan

merupakan risiko untuk melahirkan BBLR. Hal ini mungkin

karena belum berpengaruh terhadap fungsi hormon maupun

fisiologis ibu. (Waryana, 2010, p.57-58).

9. Pencegahan anemia

Menurut Waryana (2010, p.56) pencegahan anemia adalah sebagai

berikut:

a. Selalu menjaga kebersihan dan mengenakan alas kaki setiap hari

b. Istirahat yang cukup

23

c. Makan-makanan yang bergizi dan banyak mengandung Fe,

misalnya daun pepaya, kangkung, daging sapi, hati ayam dan susu.

d. Pada ibu hamil dengan rutin memeriksakan kehamilannya minimal

4 kali selama hamil untuk mendapatkan tablet zat besi (Fe) dan

vitamin yang lainnya pada petugas kesehatan, serta makan-

makanan yang bergizi 3x1 hari, dengan porsi 2 kali lipat lebih

banyak.

Menurut manuaba (1998, p.29-30) tablet besi adalah tablet

tambah darah untuk menanggulangi anemia gizi besi yang

diberikan kepada ibu hamil. Di samping itu kehamilan memerlukan

tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan

membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering

seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin

banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis.

Sebagai gambaran berapa banyak kebutuhan zat besi pada setiap

kehamilan yaitu sebagai berikut:

1) Meningkatkan sel darah ibu 500 mgr Fe

2) Terdapat dalam plasenta 300 mgr Fe

3) Untuk darah janin 100 mgr Fe

Jumlah 900 mgr Fe

Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan

akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan

anemia pada kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relatif terjadi

24

anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodilusi

(pengenceran) dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang

puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah

peningkatan sel darah 18% sampai 30% dan hemoglobin sekitar

19%. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11 gr% maka

dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil

fisiologis, dan Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai 10 gr%.

Menurut Sulistyoningsih (2011, p.130-131) beberapa hal yang

harus diperhatikan dalam mengkonsumsi tablet besi yaitu:

a. Minum tablet besi dengan air putih, jangan minum dengan teh,

susu, kopi karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam

tubuh sehingga manfaatnya menjadi berkurang.

b. Kadang-kadang dapat terjadi gejala ringan yang tidak

membahayakan seperti perut terasa tidak enak, mual-mual, susah

buang air besar dan tinja berwarna hitam.

c. Untuk mengurangi gejala sampingan, minum tablet besi setelah

makan malam, menjelang tidur. Akan lebih baik bila setelah

minum tablet besi disertai makan buah-buahan seperti pisang,

pepaya, jeruk, dll.

d. Simpanlah tablet besi di tempat yang kering, terhindar dari sinar

matahari langsung, jauhkan dari jangkauan anak dan setelah dibuka

harus ditutup kembali dengan rapat. Tablet besi yang telah berubah

warna sebaiknya tidak diminum (warna asli merah darah).

25

e. Tablet besi tidak menyebabkan tekanan darah tinggi atau

kebanyakan darah.

f. Tablet besi adalah obat bebas terbatas sehingga dapat dibeli di

Apotek, toko obat, warung, Bidan Praktik, Pos Obat Desa.

g. Dianjurkan menggunakan tablet besi generik yang disediakan

pemerintah dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat, namun

dapat pula dipergunakan tablet besi dengan merk dagang lain yang

memenuhi kandungan seperti tablet besi generik.

B. Kehamilan

1. Pengertian kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lama hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari )

dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifudin, 2009, p.89 ).

2. Diagnosa kehamilan

Seorang wanita baru dapat dipastikan hamil jika pemeriksaan telah

melihat tanda pasti hamil, yaitu mendengar suara detak jantung, dapat

melihat (dengan Ultrasonografi/ USG) dan meraba bentuk janin

(Arisman, 2010, p.4).

Menurut Saifudin (2009, p.89) kehamilan dibagi dalam 3 triwulan

yaitu:

a. Triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan

b. Triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan

26

c. Triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan

3. Fisiologi kehamilan

Kehamilan adalah suatu keadaan yang istimewa bagi seorang

calon ibu, karena pada masa kehamilan akan terjadi perubahan fisik

yang mempengaruhi kehidupannya. Adanya kehamilan maka akan

terjadi penambahan berat badan yaitu sekitar 12,5 kg. Berdasarkan

Huliana (dalam buku Kristiyanasari, 2010, p.44-45) peningkatan

tersebut adalah sebanyak 15% dari sebelumnya. Proporsi

pertambahan berat badan tersebut dapat dilihat dibawah ini:

a. Janin 25-27%

b. Plasenta 5%

c. Cairan amnion 6%

d. Ekspansi volume darah 10%

e. Peningkatan lemak tubuh 25-27%

f. Peningkatan cairan ekstra seluler 13%

g. Pertumbuhan uterus dan payudara 11%

4. Periode kehamilan

Periode kehamilan dibedakan menjadi 3 trimester yaitu masa

kehamilan trimester I: 0-12 minggu, masa kehamilan trimester II: 13-

27 minggu, masa kehamilan trimester III: 28-40 minggu.

a. Trimester I : Pada awal kehamilan (trimester I) mual muntah

sering dialami wanita atau disebut morning sickness. Mual dan

muntah pada awal kehamilan berhubungan dengan perubahan

27

kadar hormonal pada tubuh wanita hamil. Pada saat hamil terjadi

kenaikan kadar hormon chorionic gonadotropin (HCG) yang

berasal dari plasenta. Pada kehamilan memasuki bulan keempat

rasa mual sudah mulai berkurang. Pada kehamilan trimester I

biasanya terjadi peningkatan berat badan yang tidak berarti yaitu

sekitar 1-2 kg. WHO menganjurkan penambahan energi 10 kkal

untuk trimester I.

b. Trimester II dan III: Terjadi penambahan berat badan yang ideal

selama kehamilan trimester II dan III. Ibu hamil harus memiliki

berat badan yang normal karena akan berpengaruh terhadap anak

yang akan dilahirkannya (Kristiyanasari, 2010, p.45-46).

c. Trimester ketiga kehamilan, terjadi beberapa perubahan sebagai

berikut :

1) Uterus menjadi sangat besar dan keras.

2) Uterus terasa berkontraksi dan terkadang mengencang.

3) Otot-otot menjadi semakin rileks sebagai persiapan

melahirkan. Kondisi ini menyebabkan frekuensi buang air

kecil semakin meningkat sekitar 5 menit sekali, bahkan

terkadang sampai merembes keluar.

4) Sesak nafas karena paru-paru harus memasok udara untuk

ibu dan janin.

5) Gerakan menjadi kaku dan cenderung kurang terkoordinasi

karena berat dan ukuran badan yang bertambah.

28

6) Nyeri punggung dan sakit kaki menjadi lebih parah.

7) Sulit tidur dan menemukan posisi berbaring yang nyaman.

Kegelisahan sebagai calon ibu juga dapat menyebabkan sulit

tidur. Kurang tidur dapat menyebabkan kelelahan.

8) Pada bulan terakhir, akan merasa agak lega. Uterus telah

tumbuh meninggi kearah paru-paru sehingga tersedia ruang

yang cukup besar bagi janin. Tetapi, pada minggu ke-36,

uterus semakin membesar sebagai persiapan proses

melahirkan. Ruang untuk janin semakin luas dan kepalanya

sedikit menunduk, sehingga lebih mudah bernafas.

9) Sekitar minggu ke-40, tubuh sudah siap menghadapi proses

persalinan (Arief, 2008, p.53).

5. Kunjungan antenatal

a. Kunjungan trimester 1 ( sebelum minggu ke 14 )

Kunjungan ini dilakukan untuk :

1) membangun hubungan saling percaya antara petugas

kesehatan dan ibu hamil.

2) Mendeteksi masalah dan menanganinya.

3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum,

anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional

yang merugikan.

4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan menghadapi

komplikasi.

29

5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan, kebersihan,

istirahat ,dll).

b. Trimester II (sebelum minggu ke 28)

kunjungan ini dilakukan sama seperti pada kunjungan trimester 1

ditambah dengan kewaspadaan khusus mengenai preeklamsia

(tanya ibu tentang gejala – gejala preeklamsia, pantau tekanan

darah,evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria).

c. Trimester III (antara minggu 28 – 36)

Kunjungan ini sama seperti pada kunjungan trimester 1 dn

trimester II ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui

apakah ada kehamilan ganda.

d. Trimester III (setelah 36 minggu)

Kunjungan ini dilakukan sama seperti pada kunjungan

sebelumnyadan ditambah untuk mendeteksi letak bayi yang tidak

normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di Rumah

Sakit (Saifudin, 2002, p.N-2).

C. Paritas

1. Pengertian

Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari

500gram yang pernah dilahirkan, hidup maupun mati, bila berat

badan tidak diketahui, maka dipakai umur kehamilan lebih dari 24

minggu (Sumarah, 2008, p.1-2).

30

2. Penggolongan paritas

Menurut Soebroto (2010, p.60-61) bahwa ibu yang mengalami

kehamilan lebih dari 4 kali juga dapat meningkatkan resiko

mengalami anemia.

Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut

kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3)

mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi

paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat

ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada

paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga

berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak

direncanakan (Saifudin, 2007, p.23).

Menurut Arisman (2004, p.150) bahwa jumlah paritas lebih dari

3 merupakan faktor terjadinya anemia yang berhubungan dengan

jarak kehamilan yang terlalu dekat yaitu < 2 tahun yang disebabkan

karena terlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh

ibu.

Menurut Mochtar (1998, p.92) dalam paritas terdapat istilah

gravida dan para diantaranya :

a. Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil.

b. Primigravida adalah seorang wanita yang hamil pertama kali.

31

c. Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang

dapat hidup (viable).

d. Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan

bayi hidup.

e. Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi

hidup untuk pertama kali.

f. Multipara atau pleuripara adala wanita yang pernah melahirkan

bayi hidup beberapa kali (sampai 5 kali).

g. Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6

kali atau lebih hidup atau mati.

D. Umur

1. Pengertian

Menurut Wawan (2010, p.17) Umur adalah usia individu yang

terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.Umur

mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap

dan pola pikirnya. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola

pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih

berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih

banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri

32

menuju usia tua. Selain itu orang usia madya akan lebih banyak

menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual,

pemecahan masalah dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak

ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya

perkembangan selama hidup :

a. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang

dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga

menambah pengetahuannya.

b. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang

sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun

mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan

dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan

yang lain misalnya kosakata dan pengetahuan umum. Beberapa

teori berpendapat ternyata IQ akan menurun cukup cepat sejalan

dengan bertambahnya usia (Wawan, 2010, p.16).

2. Klasifikasi umur

Menurut Manuaba (1998, p.39) umur ibu diklasifikaskan antara

lain sebagai berikut :

a. Reproduksi sehat (antara 20 sampai 35 tahun)

b. Reproduksi tidak sehat ( < 20 tahun dan > 35 tahun).

33

E. Kerangka teori

Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka, disusun suatu kerangka

teori terjadinya anemia pada ibu hamil yang pada dasarnya merupakan

ringkasan dari berbagai hal yang telah diuraikan dalam tinjauan pustaka.

Secara ringkas kerangka teori disajikan dalam bagan dibawah ini.

Sumber : Modifikasi Manuaba, 1998; Varney, 2007; Arisman,

2004 dan Istiarti, 2000.

Bagan 2.1 : Skema Kerangka Teori

Faktor dasar :

1. Sosial ekonomi

2. Pengetahuan

3. Pendidikan

4. Budaya

Faktor tidak langsung :

1. Kunjungan ANC

2. Paritas

3. Umur

4. Dukungan suami

Faktor langsung :

1. Pola konsumsi

tablet Fe

2. Penyakit infeksi

3. Perdarahan

Anemia pada ibu hamil

trimester III

34

F. Kerangka konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Bagan 2.2 : Skema Kerangka Konsep

G. Hipotesis

1. Ada hubungan antara paritas ibu dengan anemia pada ibu hamil

trimester III.

2. Ada hubungan antara umur ibu dengan anemia pada ibu hamil

trimester III.

Paritas

Anemia

Umur