bab ii konsep dasar -...

27
6 BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. ( Smeltzer, Suzanne C. 2001 ) Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. ( Mansjoer, Arif. 2000 ) Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. ( Reeves, Charlene J. 2001 ) Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000) Klasifikasi Fraktur 1. Menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar: a. Fraktur tertutup (Closed) Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan antara frakmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:

Upload: lamtruc

Post on 06-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

6

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai

jenis dan luasnya. ( Smeltzer, Suzanne C. 2001 )

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

disebabkan oleh rudapaksa. ( Mansjoer, Arif. 2000 )

Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. ( Reeves,

Charlene J. 2001 )

Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan

sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi

jika tulang dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya.

(Brunner & Suddart, 2000)

Klasifikasi Fraktur

1. Menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar:

a. Fraktur tertutup (Closed)

Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan antara

frakmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena

kulit masih utuh) tanpa komplikasi.

Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan

keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:

Page 2: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

7

1) Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan

lunak sekitarnya.

2) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan

jaringan subkutan.

3) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak

bagian dalam dan pembengkakan.

4) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang

nyata dan ancaman sindroma kompartement.

b. Fraktur terbuka (Open/Compound fraktur)

Dikatakan terbuka bila tulang yang patah menembus otot dan

kulit yang memungkinkan/potensial untuk terjadi infeksi dimana

kuman dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang

patah.

Derajat patah tulang terbuka :

1) Derajat I

Laserasi < 2 cm, fraktur sederhana, dislokal fragmen minimal.

2) Derajat II

Laserasi > 2 cm, kontusio otot dan sekitarnya, dislokasi fragmen

jelas.

3) Derajat III

Luka lebar, rusak hebat, atau hilangnya jaringan sekitar.

Page 3: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

8

2. Menurut derajat kerusakan tulang :

a. Patah tulang lengkap (Complete fraktur)

Dikatakan lengkap bila patahan tulang terpisah satu dengan lainnya,

atau garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang

dan fragmen tulang biasanya berubah tempat.

b. Patah tulang tidak lengkap (Incomplete fraktur)

Bila antara patahan tulang masih terjadi hubungan sebagian. Salah satu

sisi patah yang lainnya biasanya hanya bengkok yang sering disebut

green stick.

3. Menurut bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma.

a. Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan

merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.

b. Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut

terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasi juga.

c. Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang

disebabkan trauma rotasi.

d. Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang

mendorong tulang ke arah permukaan lain.

e. Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau

traksi otot pada insersinya pada tulang.

4. Menurut jumlah garis patahan.

Page 4: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

9

a. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling

berhubungan.

b. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak

berhubungan.

c. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak

pada tulang yang sama. ( Smeltzer, Suzanne C. 2001 )

B. Anatomi dan Fisiologi

1. Struktur Tulang

Tulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran, tapi

mereka masih mempunyai struktur yang sama. Lapisan yang paling luar

disebut periosteum dimana terdapat pembuluh darah dan saraf. Lapisan

dibawah periosteum mengikat tulang dengan benang kolagen disebut

benang sharpey, yang masuk ke tulang disebut korteks. Karena itu korteks

sifatnya keras dan tebal sehingga disebut tulang kompak. Korteks tersusun

solid dan sangat kuat yang disusun dalam unit struktural yang disebut

Sistem Haversian. Tiap sistem terdiri atas kanal utama yang disebut Kanal

Haversian. Lapisan melingkar dari matriks tulang disebut lamellae,

ruangan sempit antara lamellae disebut lakunae (didalamnya terdapat

Page 5: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

10

osteosit) dan kanalikuli. Tiap sistem kelihatan seperti lingkaran yang

menyatu. Kanal Haversian terdapat sepanjang tulang panjang dan di

dalamnya terdapat pembuluh darah dan saraf yang masuk ke tulang

melalui Kanal Volkman. Pembuluh darah inilah yang mengangkut nutrisi

untuk tulang dan membuang sisa metabolisme keluar tulang. Lapisan

tengah tulang merupakan akhir dari sistem Haversian, yang didalamnya

terdapat Trabekulae (batang) dari tulang. Trabekulae ini terlihat seperti

spon tapi kuat sehingga disebut Tulang Spon yang didalamnya terdapat

bone marrow yang membentuk sel-sel darah merah. Bone Marrow ini

terdiri atas dua macam yaitu bone marrow merah yang memproduksi sel

darah merah melalui proses hematopoiesis dan bone marrow kuning yang

terdiri atas sel-sel lemak dimana jika dalam proses fraktur bisa

menyebabkan Fat Embolism Syndrom (FES).

2. Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast.

Osteoblast merupakan sel pembentuk tulang yang berada di bawah tulang

baru. Osteosit adalah osteoblast yang ada pada matriks. Sedangkan

osteoklast adalah sel penghancur tulang dengan menyerap kembali sel

tulang yang rusak maupun yang tua. Sel tulang ini diikat oleh elemen-

elemen ekstra seluler yang disebut matriks. Matriks ini dibentuk oleh

benang kolagen, protein, karbohidrat, mineral, dan substansi dasar

(gelatin) yang berfungsi sebagai media dalam difusi nutrisi, oksigen, dan

sampah metabolisme antara tulang daengan pembuluh darah. Selain itu,

didalamnya terkandung garam kalsium organik (kalsium dan fosfat) yang

Page 6: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

11

menyebabkan tulang keras, sedangkan aliran darah dalam tulang antara

200 – 400 ml/ menit melalui proses vaskularisasi tulang. (Black,J.M,et al.

1993)

3. Tulang Panjang

Adalah tulang yang panjang berbentuk silinder dimana ujungnya bundar

dan sering menahan beban berat. (Ignatavicius, Donna. D. 1995)

Tulang panjang terdiriatas epifisis, tulang rawan, diafisis, periosteum, dan

medula tulang. Epifisis (ujung tulang) merupakan tempat menempelnya

tendon dan mempengaruhi kestabilan sendi. Tulang rawan menutupi

seluruh sisi dari ujung tulang dan mempermudah pergerakan, karena

tulang rawan sisinya halus dan licin. Diafisis adalah bagian utama dari

tulang panjang yang memberikan struktural tulang. Metafisis merupakan

bagian yang melebar dari tulang panjang antara epifisis dan diafisis.

Metafisis ini merupakan daerah pertumbuhan tulang selama masa

pertumbuhan. Periosteum merupakan penutup tulang sedang rongga

medula (marrow) adalah pusat dari diafisis. (Black, J.M, et al. 1993)

4. Tulang Humerus

Tulang humerus terbagi menjadi tiga bagian yaitu kaput (ujung atas),

korpus, dan ujung bawah.

a. Kaput

Sepertiga dari ujung atas humerus terdiri atas sebuah kepala, yang

membuat sendi dengan rongga glenoid dari skapula dan merupakan

bagian dari bangunan sendi bahu. Dibawahnya terdapat bagian yang

Page 7: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

12

lebih ramping disebut leher anatomik. Disebelah luar ujung atas

dibawah leher anatomik terdapat sebuah benjolan, yaitu tuberositas

mayor dan disebelah depan terdapat sebuah benjolan lebih kecil yaitu

tuberositas minor. Diantara tuberositas terdapat celah bisipital (sulkus

intertuberkularis) yang membuat tendon dari otot bisep. Dibawah

tuberositas terdapat leher chirurgis yang mudah terjadi fraktur.

b. Korpus

Sebelah atas berbentuk silinder tapi semakin kebawah semakin pipih.

Disebelah lateral batang, tepat diatas pertengahan disebut tuberositas

deltoideus (karena menerima insersi otot deltoid). Sebuah celah

benjolan oblik melintasi sebelah belakang, batang, dari sebelah medial

ke sebelah lateral dan memberi jalan kepada saraf radialis atau saraf

muskulo-spiralis sehingga disebut celah spiralis atau radialis.

c. Ujung Bawah

Berbentuk lebar dan agak pipih dimana permukaan bawah sendi

dibentuk bersama tulang lengan bawah. Trokhlea yang terletak tidak di

sisi sebelah dalam berbentuk gelendong benang tempat persendian

dengan ulna dan disebelah luar terdapat kapitulum yang bersendi

dengan radius. Pada kedua sisi persendian ujung bawah humerus

terdapat epikondil yaitu epikondil lateral dan medial. (Pearce, Evelyn

C. 1997)

5. Fungsi Tulang

Page 8: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

13

a. Memberi kekuatan pada kerangka tubuh.

b. Tempat melekatnya otot.

c. Melindungi organ penting (jantung, paru, otak dll)

d. Tempat pembuatan sel darah.

e. Tempat penyimpanan garam mineral.

C. Etiologi/Predisposisi

1. Trauma direk (langsung)

Trauma langsung menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya

kekerasan/trauma itu, misalnya : trauma akibat kecelakaan.

2. Trauma indirek (tidak langsung)

Menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh dari tempat terjadinya

kekerasan, yang patah biasanya bagian yang paling lemah dalam jalur

hantaran vektor kekerasan.

3. Patologis

Disebabkan oleh adanya proses patologis misalnya tumor, infeksi atau

osteoporosis tulang karena disebabkan oleh kekuatan tulang yang

berkurang dan disebut patah tulang patologis.

4. Kelelahan/stress

Misalnya pada olahragawan mereka yang baru saja meningkatkan kegiatan

fisik, misalnya pada calon tentara. Dimana ini diakibatkan oleh beban lama

atau trauma ringan yang terus menerus yang disebut fraktur kelelahan.

( Price Sylvia A. 1995)

Page 9: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

14

D. Patofisiologi

Fraktur paling sering disebabkan oleh trauma. Hantaman yang keras

akibat kecelakaan yang mengenai tulang akan mengakibatkan tulang menjadi

patah dan fragmen tulang tidak beraturan atau terjadi discontinuitas di tulang

tersebut.

Fraktur dapat berupa fraktur terbuka dimana ujung tulang yang patah

menembus keluar dari kulit sehingga berhubungan dengan dunia luar atau

dapat berupa fraktur tertutup dimana ujung tulang yang patah masih berada

didalam kulit. Ujung tulang yang patah sangat tajam dan berbahaya bagi

jaringan disekitarnya, karena saraf dan pembuluh darah berada didekat tulang

sehingga sering kali terkena jika terjadi fraktur. Lesi neurovaskuler ini dapat

terjadi karena laserasi oleh ujung atau karena peningkatan tekanan akibat

pembengkakan atau hematoma.

Fraktur tertutup dapat sama berbahayanya dengan fraktur terbuka

karena jaringan lunak yang cidera sering kali mengeluarkan darah cukup

banyak. Perlu diingat bahwa setiap ada kerusakan kulit didekat daerah fraktur

dapat dianggap sebagai jalan masuk bagi kontaminasi.

Fraktur terbuka memiliki resiko terjadinya kontaminasi disamping

hilangnya darah. Jika fragmen tulang yang keluar atau menembus kulit

dimasukan lagi, maka ujung tulang yang telah terkontaminasi bakteri akan

menyebabkan bakteri ikut masuk kedalam jaringan sehingga dapat

menyebabkan infeksi. Infeksi ini akan menyebabkan sulitnya penyembuhan

Page 10: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

15

tulang dan dapat menyebabkan komplikasi sepsis. ( Diklat Ambulan Gawat

Darurat 118. 2007)

E. Manifestasi Klinik

1. Nyeri terus menerus dan bertambah berat

2. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah

3. Pemendekan tulang terjadi karena kontraksi otot yang melekat di atas dan

bawah tempat fraktur.

4. Krepitasi akibat gesekan fragmen satu dengan lainnya

5. Pembengkakan /edema

6. Kurang/hilang sensasi

7. Pergerakan abnormal. (Smeltzer, Suzanne C. 2001)

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan rontgen: Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur

2. Scan tulang, tomogram, CT-scan / MRI: Memperlihatkan fraktur dan

mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak

3. Pemeriksaan darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi)

atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada

trauma multipel). Peningkatan sel darah putih adalah respon stres normal

setelah trauma.

4. Kreatinin: Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.

( Doenges, M.1999)

Page 11: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

16

G. Penatalaksanaan

Empat konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu

menangani fraktur yaitu:

1. Rekognisi (Pengenalan)

Riwayat kecelakaan, derajat keparahannya, harus jelas untuk mentukan

diagnosa dan tindakan selanjutnya. Contoh, pada tempat fraktur tungkai

akan terasa nyeri sekali dan bengkak. Kelainan bentuk yang nyata dapat

menentukan diskontinuitas integritas rangka.

2. Reduksi (Manipulasi / Reposisi)

Reduksi adalah usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen-fragmen

tulang yang patah sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya. Upaya

untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti semula

secara optimun. Reduksi fraktur dapat dilakukan dengan reduksi tertutup,

traksi, atau reduksi terbuka. Reduksi fraktur dilakukan sesegera mungkin

untuk mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi

karena edema dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur

menjadi semakin sulit bila cedera sudah mulai mengalami penyembuhan.

3. Retensi (Immobilisasi)

Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali

seperti semula secara optimum. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang

harus diimobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi kesejajaran yang

benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi

Page 12: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

17

eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips,

bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan

logam dapat digunakan untuk fiksasi interna yang berperan sebagai bidai

interna untuk mengimobilisasi fraktur.

4. Rehabilitasi

Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin untuk

menghindari atropi dan kontraktur. Bila keadaan memungkinkan, harus

segera dimulai melakukan latihan-latihan untuk mempertahankan kekuatan

anggota tubuh dan mobilisasi. ( Price Sylvia A. 1995 )

H. Proses Penyembuhan Tulang

1. Fase Hematoma

Proses terjadinya hematoma dalam 24 jam. Apabila terjadi fraktur

pada tulang panunjang, maka pembuluh darah kecil yang melewati

kanalikuli dalam sistem haversian mengalami robekan pada daerah luka

dan akan membentuk hematoma diantar kedua sisi fraktur.

2. Fase Proliferasi/ Fibrosa

Terjadi dalam waktu sekitar 5 hari. Pada saat ini terjadi reaksi

jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi penyembuhan, karena

adanya sel-sel osteogenik yang berpoliferasi dari periosteum untuk

membentuk kalus eksternal serta pada daerah endosteum membentuk kalus

internal sebagai aktifitas seluler dalam kanalis medularis.

3. Fase Pembentukkan Kalus

Page 13: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

18

Waktu pembentukan kalus 3-4 minggu. Setelah pembentukan

jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang berasal

dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas membentuk tulang rawan.

4. Fase Osifikasi

Pembentukan halus mulai mengalami perulangan dalam 2-3

minggu, patah tulang melalui proses penulangan endokondrol, mineral

terus-menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan

keras.

5. Fase Remodeling

Waktu pembentukan 4-6 bulan. Pada fase ini perlahan-lahan terjadi

reabsorbsi secara eosteoklastik dan tetap terjadi proses osteoblastik pada

tulang dan kalus eksternal secara perlahan-lahan menghilang. ( Smeltzer,

Suzanne C. 2001 )

I. Komplikasi

1. Komplikasi Awal

a. Shock

Shock hipovolemik atau traumatic, akibat perdarahan ( banyak

kehilangan darah eksternal maupun yang tidak kelihatan yang bisa

menyebabkan menurunnya oksigenasi ) dan kehilangan cairan ekstrasel

ke jaringan yang rusak, dapat terjadi pada fraktur ekstermitas, toraks,

pelvis dan vertebra.

b. Sindrom Emboli Lemak

Page 14: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

19

Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam

pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari

tekanan kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi

stres pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan

terjadinya globula lemak dalam aliran darah.

c. Sindrom Kompartemen

Merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam

otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa

disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia

yang membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gips atau balutan

yang menjerat ataupun peningkatan isi kompartemen otot karena edema

atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (misal : iskemi,

cidera remuk).

d. Kerusakan Arteri

Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak

adanya nadi, CRT menurun, syanosis bagian distal, hematoma yang

lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan

emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan

reduksi, dan pembedahan.

e. Infeksi

System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.

Pada trauma orthopedik infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan

Page 15: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

20

masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi

bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin

dan plat.

f. Avaskuler Nekrosis

Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang

rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan

diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia. ( Smeltzer, Suzanne C.

2001 )

2. Komplikasi dalam waktu lama

a. Malunion

Malunion adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah

sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya. Malunion merupakan

penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan

dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan

pembedahan dan reimobilisasi yang baik.

b. Delayed Union

Delayed Union adalah proses penyembuhan yang terus

berjalan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan

normal. Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi

sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini

disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang.

c. Nonunion

Page 16: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

21

Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan

memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9

bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada

sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga

disebabkan karena aliran darah yang kurang. ( Price Sylvia A. 1995 )

J. Pengkajian Fokus

1. Aktifitas/Istirahat

Keterbatasan/ kehilangan pada fungsi pada bagian yang terkena (mungkin

segera, fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan

jaringan, nyeri).

2. Sirkulasi

a. Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri atau

ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah)

b. Takikardia (respon stress, hipovolemia)

c. Penurunan/ tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera; pengisian

kapiler lambat, pusat pada bagian yang terkena.

d. Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera.

3. Neurosensori

a. Hilang gerakan/ sensasi, spasme otot

b. Kebas/ kesemutan (parestesia)

c. Deformitas lokal: angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi

(bunyi berderit ) Spasme otot, terlihat kelemahan/ hilang fungsi.

Page 17: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

22

d. Agitasi (mungkin badan nyeri/ ansietas atau trauma lain)

4. Nyeri/ kenyamanan

a. Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area

jaringan / kerusakan tulang pada imobilisasi), tak ada nyeri akibat

kerusakan saraf

b. Spasme/ kram otot

5. Keamanan

a. Laserasi kulit, avulsi jaringan, pendarahan, perubahan warna

b. Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).

( Doenges, M.1999 )

K. Pathways Keperawatan

Trauma (langsung atau tidak langsung), Patologi, Kelelahan

Page 18: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

23

L. Fokus Intervensi dan Rasional

Fraktur Tertutup

Kehilangan Volume

Cairan

Syok

HipovolemikSindroma kompartemen

keterbatasan aktifitas

Perubahan fragmen tulang

kerusakan pada jaringan dan

pembuluh darah

Perdarahan

Hematoma pada daerah

fraktur

Aliran darah ke daerah distal

berkurang atau terhambat

(warna jaringan pucat, nadi

lemah, cianosis, kesemutan)

Resiko Disfungsi

Neurovaskuler

Gangguan

Mobilitas Fisik

Ujung tulang menembus otot,

kulit dan pembuluh darah

LukaGangguan

Intergritas Kulit

Kuman mudah masuk

Resiko Tinggi

Infeksi

Fraktur

Fraktur Terbuka

Diskontinuitas tulang

Defisit

Perawatan diri

Pergeseran Frarmen TulangNyeri

Gangguan Fungsi

Page 19: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

24

1. Diagnosa I : Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang,

edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi

Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman nyeri terpenuhi.

Kriteria hasil: Mengatakan nyeri berkurang atau menghilang, pasien dapat

mengekspresikan rasa nyeri yang minimal, ekspresi wajah pasien rileks,

mampu melakukan tehnik relaksasi dan distraksi.

Intervensi :

a. Pertahankan imobilisasi pada bagian yang patah dengan tirah baring,

gips, spalek, traksi

Rasional: Mengurangi nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang dan

perluasan luka pada jaringan.

b. Tinggikan posisi ektermitas yang terkena

Rasional: Meningkatkan aliran darah, mengurangi edema dan

mengurangi rasa nyeri

c. Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif

Rasional: Mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirkulasi

vaskuler

d. Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan napas dalam,

imajinasi visual, aktivitas dipersional)

Rasional: Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, meningkatkan kontrol

terhadap nyeri yang mungkin berlangsung lama

e. Evaluasi keluhan nyeri ( catat lokasi nyeri, karakteristik, sifat,

intensitas, skala dan tanda-tanda nyeri non verbal ).

Page 20: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

25

Rasional: Mempengaruhi penilaian intervensi, tingkat kegelisahan

mungkin akibat dari presepsi/reaksi terhadap nyeri

f. Kolaborasi dalam pemberian analgetik

Rasional: Diberikan obat analgetik untuk mengurangi rasa nyeri yang

hebat

2. Diagnosa II : Risiko disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan

penurunan aliran darah (cedera vaskuler, edema, pembentukan trombus)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan tidak terjadi disfungsi

neurovaskuler perifer

Kreteria hasil : Mempertahankan perfusi jaringan dibuktikan oleh

terabanya nadi, kulit hangat/kering, sensasi normal, tanda vital stabil dan

ahluaran urine adekuat

Intervensi :

a. Dorong klien untuk secara rutin melakukan latihan menggerakkan

jari/sendi distal cedera.

Rasional: Meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah kekakuan sendi

b. Hindarkan restriksi sirkulasi akibat tekanan bebat/spalk yang terlalu

ketat.

Rasional: Mencegah stasis vena dan sebagai petunjuk perlunya

penyesuaian keketatan bebat/spalk

c. Pertahankan letak tinggi ekstremitas yang cedera kecuali ada

kontraindikasi adanya sindroma kompartemen.

Page 21: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

26

Rasional: Meningkatkan drainase vena dan menurunkan edema kecuali

pada adanya keadaan hambatan aliran arteri yang menyebabkan

penurunan perfusi

d. Berikan obat antikoagulan (warfarin) bila diperlukan.

Rasional: Mungkin diberikan sebagai upaya profilaktik untuk

menurunkan trombus vena.

e. Pantau kualitas nadi perifer, aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan

kulit distal cedera, bandingkan dengan sisi yang normal.

Rasional: Mengevaluasi perkembangan masalah klien dan perlunya

intervensi sesuai keadaan klien

3. Diagnosa III : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

rangka/tulang neuromuskuler.

Tujuan : Ekstremitas yang rusak dapat digerakkan.

Kreteria hasil : Pasien mampu melakukan aktivitas secara mandiri

Intervensi :

a. Kaji tingkat mobilitas yang bisa dilakukan pasien

Rasional: Mengetahui kemandirian pasien dalam mobilisasi

b. Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit

maupun yang sehat sesuai keadaan klien

Rasional: Meningkatkan sirkulasi darah muskuloskeletal,

mempertahankan tonus otot, mempertahakan gerak sendi serta

memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan

c. Pertahankan penggunaan spalek dan elastis verban

Page 22: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

27

Rasional: Mempertahankan imobilisasi pada tulang yang patah.

d. Bantu dan dorong perawatan diri (kebersihan/eliminasi) sesuai keadaan

klien.

Rasional: Meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan diri sesuai

kondisi keterbatasan klien

e. Ubah posisi secara periodik sesuai keadaan klien.

Rasional: Menurunkan insiden komplikasi kulit dan pernapasan

(dekubitus, atelektasis, penumonia)

f. Dorong/pertahankan asupan cairan 2000-3000 ml/hari.

Rasional: Mempertahankan hidrasi tubuh, men-cegah komplikasi

urinarius dan konstipasi

g. Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi

Rasional: Kerjasama dengan fisioterapis perlu untuk menyusun

program aktivitas fisik secara individual

h. Kolaborasi pemberian diet TKTP

Rasional: Kalori dan protein yang cukup diperlukan untuk proses

penyembuhan dan mempertahankan fungsi fisiologis tubuh

i. Evaluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi

Rasional: Menilai perkembangan masalah klien.

4. Diagnosa IV : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

aliran darah, emboli, perubahan membran alveolar/kapiler (interstisial,

edema paru, kongesti)

Page 23: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

28

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien bisa

bernapas secara normal

Kreteria hasil : Mempertahankan fungsi pernapasan adekuat, tidak terjadi

Dispneu/sianosis, frekuensi pernapasan 16-24 x/mnt

Intervensi :

a. Instruksikan/bantu latihan napas dalam dan latihan batuk efektif.

Rasional: Meningkatkan ventilasi alveolar dan perfusi

b. Lakukan dan ajarkan perubahan posisi yang aman sesuai keadaan klien.

Rasional: Reposisi meningkatkan drainase sekret dan menurunkan

kongesti paru

c. Kolaborasi pemberian obat antikoagulan (warvarin, heparin) dan

kortikosteroid sesuai indikasi.

Rasional: Mencegah terjadinya pembekuan darah pada keadaan

tromboemboli. Kortikosteroid telah menunjukkan keberhasilan untuk

mencegah/mengatasi emboli lemak

d. Analisa pemeriksaan gas darah, Hb, kalsium, LED, lemak dan

trombosit

Rasional: Penurunan PaO2 dan peningkatan PCO2 menunjukkan

gangguan pertukaran gas; anemia, hipokalsemia, peningkatan LED dan

kadar lipase, lemak darah dan penurunan trombosit sering berhubungan

dengan emboli lemak

Page 24: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

29

e. Evaluasi frekuensi pernapasan dan upaya bernapas, perhatikan adanya

stridor, penggunaan otot aksesori pernapasan, retraksi sela iga dan

sianosis sentral

Rasional: Adanya takipnea, dispnea dan perubahan mental merupakan

tanda dini insufisiensi pernapasan, mungkin menunjukkan terjadinya

emboli paru tahap awal

5. Diagnosa V : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan

pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma jaringan lunak, prosedur

invasif/traksi tulang)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi

adanya infeksi

Kreteria hasil : Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi seperti : rubor,

tumor, dolor, kolor. luka bersih, kering dan tidak berbau.

Intervensi :

a. Kaji tanda-tanda vital dan tanda-tanda peradangan lokal pada luka.

Rasional: Mengetahui keadaan umum pasien dan dugaan adanya infeksi

b. Ganti balutan luka secara septik aseptik setiap hari

Rasional: Meminimalkan infeksi sekunder dari alat yang digunakan.

c. Lakukan perawatan pen steril dan perawatan luka sesuai protocol

Rasional: Mencegah infeksi sekunder dan mempercepat penyembuhan

luka.

d. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan dan mempertahankan

sterilitas insersi pen

Page 25: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

30

Rasional: Untuk mencegah kontaminasi adanya infeksi.

e. Kolaborasi pemberian antibiotika dan toksoid tetanus sesuai indikasi.

Rasional: Antibiotika spektrum luas atau spesifik dapat digunakan

secara profilaksis, mencegah atau mengatasi infeksi. Toksoid tetanus

untuk mencegah infeksi tetanus.

f. Analisa hasil pemeriksaan laboratorium (Hitung darah lengkap, LED,

Kultur dan sensitivitas luka/serum/tulang)

Rasional: Leukositosis biasanya terjadi pada proses infeksi, anemia dan

peningkatan LED dapat terjadi pada osteomielitis.

6. Diagnosa VI : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan fraktur

terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi

gangguan integritas kulit

Kreteria hasil : Pasien tidak merasakan gatal, nyeri, dan lebih merasa

nyaman, pertumbuhan luka sesuai dengan waktunya.

Intervensi :

a. Pertahankan tempat tidur yang nyaman dan aman (kering, bersih, alat

tenun kencang, bantalan bawah siku, tumit).

Rasional: Menurunkan risiko kerusakan/abrasi kulit yang lebih luas

b. Masase kulit terutama daerah penonjolan tulang dan area distal

bebat/gips.

Rasional: Meningkatkan sirkulasi perifer dan meningkatkan kelemasan

kulit dan otot terhadap tekanan yang relatif konstan pada imobilisasi

Page 26: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

31

c. Lindungi kulit dan gips pada daerah perianal

Rasional: Mencegah gangguan integritas kulit dan jaringan akibat

kontaminasi fekal.

d. Observasi keadaan kulit, penekanan gips/bebat terhadap kulit, insersi

pen/traksi.

Rasional: Menilai perkembangan masalah klien. ( Doenges, M.1999 )

Daftar Pustaka

Page 27: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-slametriya... · Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

32

Price, Sylvia Anderson. ( 1995 ). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – ProsesPenyakit. Jakarta; EGC.

Smeltzer, Suzanne C. ( 2001 ). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunnerdan Suddarth. Jakarta; EGC.

Doenges, Marilynn E. ( 1999 ). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untukPerencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta; EGC.

Diklat Ambulan Gawat Darurat 118. ( 2007 ). BTCLS ( Basic Trauma andCardiac Life Support ). Jakarta; Ambulan Gawat Darurat 118

Reeves, Charlene J. ( 2001 ). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta; SalembaMedika