bab i pendahuluan -...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah
satu masalah gizi utama di Indonesia dan diketahui mempunyai kaitan erat
dengan gangguan perkembangan fisik, mental, dan kecerdasan. Pada dewasa
ini diperkirakan terdapat sekitar 42 juta penduduk tinggal di daerah defisiensi
yodium, dimana lebih dari 750.000 menderita kretin endemik, 10 juta
menderita gondok dan 3,5 juta menderita GAKY lainnya (Depkes R.I, 2001).
Mengingat dampak negatif dari GAKY berpengaruh langsung
terhadap kualitas sumber daya manusia, khususnya kecerdasan dan
produktivitas kerja, maka pemerintah menempuh dua macam upaya
penanggulangan yaitu melalui upaya jangka pendek dan jangka panjang.
Upaya jangka pendek dilakukan dengan pemberian kapsul minyak beryodium
yang diprioritaskan pada semua penduduk pria usia 0 – 20 tahun dan wanita
usia 0 – 35 tahun, termasuk wanita hamil dan menyusui yang tinggal di daerah
endemik berat dan sedang, baik menderita maupun tidak menderita gondok
endemik. Sedangkan upaya jangka panjang dilakukan dengan penggunaan
garam konsumsi beryodium bagi masyarakat dan iodisasi air minum (Depkes
R.I, 1999).
Program pemerintah tersebut memberikan dampak positif terhadap
kejadian gondok endemik. Hasil penelitian di Jawa Tengah tahun 1980
menunjukkan terjadinya penurunan angka prevalensi gondok endemik, yaitu
2
dari 37,3 % menjadi 8,1 % (Suhardjo, 2005). Namun demikian, disisi lain
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya garam beryodium ternyata masih
rendah. Hasil survey di Jawa Tengah tahun 1996 diperoleh gambaran bahwa
pengetahuan Ibu tentang garam beryodium sebesar 43,7 %, dimana termasuk
kategori pengetahuan yang kurang (Kanwil Depkes Jateng, 1996).
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat garam beryodium berdampak pada
perilaku masyarakat. Data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Boyolali pada
tahun 2007 menunjukkan bahwa hanya sebesar 60 % keluarga yang
menggunakan garam beryodium untuk memasak makanan (Dinkes Kabupaten
Boyolali, 2007).
Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan upaya– upaya untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya konsumsi garam
beryodium, salah satunya melalui kegiatan pendidikan kesehatan. Wood,
(1962), sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (2003) memaknai pendidikan
kesehatan sebagai sejumlah pangalaman yang berpengaruh secara
menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap, dan pengetahuan seseorang akan
masalah tertentu. Lebih lanjut oleh Notoatmodjo (2003) dinyatakan bahwa
pendidikan kesehatan dilakukan sebagai upaya mempermudah diterimanya
secara sukarela perilaku kesehatan.
Berdasarkan survey pendahuluan di Desa Blagung Kecamatan Simo
Kabupaten Boyolali yang dilakukan tanggal 20 Desember 2007 diketahui
bahwa selama kurun waktu lima tahun terakhir ini tidak pernah dilakukan
3
upaya– upaya yang terkait dengan pendidikan kesehatan tentang garam
beryodium di Desa Blagung Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali yang
dilakukan oleh pemerintah. Bahkan dirasa masih sangat kurang informasi yang
diberikan kepada masyarakat tentang garam yodium oleh media massa. Selain
itu diketahui dari hasil wawancara dengan masyarakat di Desa Blagung
Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali masih banyak masyarakat yang
mengkonsumsi garam krosok yang dibeli di pasar sebagai bumbu masakannya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan masalah
penelitiannya adakah pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan tentang garam beryodium pada keluarga di Desa Blagung
Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan tentang garam beryodium pada keluarga di Desa Blagung
Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan keluarga (ibu) yang diberikan
pendidikan kesehatan tentang garam beryodium.
b. Mengetahui tingkat pengetahuan keluarga (ibu) yang tidak diberi
pendidikan kesehatan tentang garam beryodium.
4
c. Menganalisis pengaruh pengetahuan tentang garam beryodium antara
keluarga yang diberi pendidikan kesehatan dengan yang tidak diberi
pendidikan kesehatan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Keluarga
Untuk meningkatkan pengetahuan tentang garam beryodium sehingga
diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan keluarga.
2. Bagi Instansi Kesehatan
Sebagai masukan bagi jajaran kesehatan khususnya Dinas
Kesehatan Simo, Boyolali dalam upaya perencanaan program gizi
khususnya pemantauan garam beryodium.
3. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman bagi teman
sejawat yang mendalami perkembangan ilmu keperawatan terutama
kajian tentang pengetahuan garam beryodium.
E. Bidang Ilmu
Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu keperawatan komunitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang menjembatani
kesenjangan antara informasi dan tingkah laku kesehatan. Pendidikan
kesehatan memotifasi seseorang untuk menerima informasi kesehatan dan
berbuat sesuai dengan informasi tersebut agar mereka menjadi lebih tahu
dan lebih sehat (Budioro,1998).
Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar, dalam hal ini
berarti terjadi proses perkembangan atau perubahan kearah yang lebih tahu
dan lebih baik pada diri individu. Pada kelompok masyarakat dari tidak
tahu tentang nilai- nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu
mengatasi sendiri masalah- masalah kesehatan menjadi mampu (Purwanto,
1999).
Berdasarkan pengertiaan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan kesehatan adalah usaha atau kegiatan untuk membantu
individu, keluarga atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan
untuk mencapai kesehatan secara optimal.
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Menurut WHO (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),
tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan
dan mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan
6
yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit,
serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan.
Secara umum tujuan dari pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku
individu atau masyarakat dibidang kesehatan. Tujuan ini dapat diperinci
lebih lanjut antara lain, menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang
bernilai dimasyarakat, menolong indiviu agar mampu secara mandiri atau
kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat,
mendorong pengembangan dan menggunaan secara tepat sarana pelayanan
kesehatan yang ada (Herawani, 2001).
Sedangkan menurut Machfoed (2005), pendidikan kesehatan
merupakan proses perubahan, yang bertujuan untuk mengubah individu,
kelompok dan masyarakat menuju hal- hal yang positif secara terencana
melalui proses belajar. Perubahan tersebut mencangkup antara lain
pengetahuan, sikap dan keterampilan melalui proses pendidikan kesehatan.
Pada hakikatnya dapat berupa emosi, pengetahuan, pikiran keinginan,
tindakan nyata dari individu, kelompok dan masyarakat. Pendidikan
kesehatan merupakan aspek penting dalam meningkatkan pengetahuan
keluarga tentang garam beryodium dengan melakukan pendidikan
kesehatan berarti petugas kesehatan membantu keluarga dalam
mengkonsumsi garam yang beryodium untuk meningkatkan derajat
kesehatan.
7
3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo (2000)
bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor
predisposisi, faktor pendukung, dan faktor penguat.
Faktor predisposisi meliputi pendidikan, ekonomi (pendapatan),
hubungan sosial (lingkungan, sosial, budaya) dan pengalaman. Pendidikan
seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang
datang dari luar. Orang dengan pendidikan tinggi akan memberi respon
yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir
sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari
pendidikan kesehatan. Pada status ekonomi dalam keluarga mempengaruhi
daya beli keluarga dalam memenuhi kebutuhan, semakin tinggi
pendapatan keluarga akan lebih mudah tercukupi konsumsi garam
beryodium dibanding dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan pada keluarga. Selanjutnya pada
hubungan sosial (lingkungan, sosial, budaya), manusia adalah makhluk
sosial dimana kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain.
Keluarga yang berinteraksi secara langsung akan lebih besar terpapar
informasi. Sehingga lingkungan sekitar mempengaruhi untuk
mengkonsumsi garam beryodium. Sedangkan pada pengalaman keluarga
tentang garam beryodium diperoleh dari tingkat kehidupan keluarga dalam
mengkonsumsi garam beryodium (Notoatmodjo, 2000).
Faktor kedua yang dapat mempengaruhi perilaku adalah faktor
pendukung, mencakup ketersediaan sumber- sumber dan fasilitas yang
8
memadai. Sumber- sumber dan fasilitas tersebut harus digali dan
dikembangkan dari keluarga itu sendiri. Faktor pendukung ada dua
macam yaitu fasilitas fisik dan fasilitas umum. Fasilitas fisik yaitu
fasilitas atau sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat- obatan.
Sedangkan fasilitas umum yaitu media massa meliputi TV, radio,
majalah, ataupun flamlet (Notoatmodjo, 2000).
Faktor penguat sebagai faktor ketiga yang mempengaruhi
perilaku kesehatan meliputi sikap dan perilaku petugas. Semua petugas
kesehatan baik dilihat dari jenis dan tingkatannya pada dasarnya adalah
pendidik kesehatan. Karenanya, petugas kesehatan harus memiliki
sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai- nilai kesehatan. Selain itu
perilaku tokoh masyarakat juga dapat merupakan panutan orang lain
untuk berperilaku sehat (Notoatmodjo, 2000).
Selain faktor- faktor tersebut, menurut Purwanto (1999) faktor
keturunan dan lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan
pembawaan atau perilaku seseorang.
4. Proses Pendidikan Kesehatan
Dalam proses pendidikan kesehatan terdapat tiga persoalan pokok
yaitu masukan (input), proses dan keluaran (output). Masukan (input)
dalam pendidikan kesehatan menyangkut sasaran belajar yaitu individu,
kelompok dan masyarakat dengan berbagai latar belakangnya. Proses
adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan dan
perilaku pada diri subjek belajar. Dalam proses pendidikan kesehatan
terjadi timbal balik berbagai faktor antara lain adalah pengajar, tehnik
9
belajar dan materi atau bahan pelajaran. Sedangkan keluaran merupakan
kemampuan sebagai hasil perubahan yaitu perilaku sehat dari sasaran didik
melalui pendidikan kesehatan (Notoatmodjo,2003).
5. Metode Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2003), metode pembelajaran dalam
pendidikan kesehatan dipilih berdasarkan tujuan pendidikan kesehatan,
kemampuan perawat sebagai tenaga pengajar, kemampuan individu,
kelompok, masyarakat, besarnya kelompok, waktu pelaksanaan
pendidikan kesehatan, dan ketersediaan fasilitas pendukung. Metode
pendidikan kesehatan dapat bersifat pendidikan individual, pendidikan
kelompok dan pendidikan massa. Metode yang sering digunakan dalam
pendidikan kesehatan yaitu bimbingan dan penyuluhan, wawancara,
ceramah, seminar, simposium, diskusi kelompok, buzz group, curah gagas,
forum panel, demonstrasi, simulasi, dan permainan peran.
6. Sasaran Pendidikan Kesehatan
Sasaran pendidikan kesehatan adalah masyarakat atau individu
baik yang sehat maupun sakit. Sasaran pendidikan kesehatan tergantung
pada tingkat, dan tujuan penyuluhan yang diberikan. Lingkungan
pendidikan kesehatan di masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai
lembaga dan organisasi masyarakat (Notoatmodjo, 2003).
B. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan tejadi
10
melalui panca indra yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan Kam (2005), pengetahuan adalah
sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran.
Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan adalah hasil dari tahu setelah melakukan proses pembelajaran
dengan menggunakan panca indera.
2. Tingkatan Pengetahuan
Tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif menurut
Notoatmodjo (2003) meliputi tahu (know), memahami (comprehension),
aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (syntesis), dan evaluasi
(evaluation).
Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
diajarkan melalui pendidikan kesehatan. Termasuk kedalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari dalam pendidikan kesehatan. Oleh karena itu “tahu”
merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan. Salah satu contohnya adalah
mendefinisikan apa yang dimaksud dengan garam beryodium. Tingkatan
pengetahuan selanjutnya adalah memahami (comprehension), artinya
kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar
tentang obyek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang
sesuatu harus dapat menjelaskan, memberi contoh, dan menyimpulkan.
11
Misalnya keluarga paham apa itu manfaat garam beryodium
(Notoatmodjo, 2003).
Aplikasi (application) sebagai tingkat pengetahuan yang ketiga
merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum- hukum,
rumus, metode dalam situasi nyata. Misalnya keluarga dapat
mengkonsumsi garam beryodium dengan baik dalam memasak makanan.
Sementara analisis (analysis) sebagai tingkat pengetahuan yang keempat
diartikan sebagai kemampuan untuk menguraikan ke dalam bagian- bagian
lebih kecil, tetap masih di dalam suatu struktur objek tersebut dan masih
terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan menganalisis ditunjukkan
dengan dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan. Salah satu contohnya adalah keluarga
mampu membedakan antara garam beryodium dengan garam bukan
beryodium (Notoatmodjo, 2003).
Sintesis (syntesis) sebagai tingkat pengetahuan yang kelima adalah
suatu kemampuan untuk menggabungkan bagian- bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi- formulasi yang ada. Ukuran kemampuan mensintesis
diperlihatkan dengan dapat menyusun, meringkas, merencanakan, dan
menyesuikan suatu teori yang telah ada. Misalnya keluarga dapat
merencanakan apa yang dilakukan dalam mengkonsumsi garam
beryodium. Tingkat pengetahuan terakhir adalah evaluasi (evaluation)
yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu obyek.
12
Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun sendiri.
Misalnya dapat mengetahui manfaat garam beryodium (Notoatmodjo,
2003).
3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Nasution
(1999) dalam Notoatmodjo (2000) adalah tingkat pendidikan, informasi,
budaya, pengalaman, dan sosial ekonomi.
Semakin tinggi tingkat pendidikan (pengetahuan) seseorang maka
ia akan mudah menerima informasi tentang manfaat garam beryodium
sehingga akan lebih mudah pula untuk mengkonsumsi garam beyodium.
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan selanjutnya adalah informasi.
Keluarga yang mempunyai sumber informasi melalui pendidikan
kesehatan tentang garam beryodium lebih banyak akan memberikan
pengetahuan yang lebih jelas mengenai konsumsi garam beryodium.
Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah budaya
karena budaya yang diperoleh belum sesuai dengan budaya yang ada
sekarang sehingga mempengaruhi informasi yang ada (Notoatmodjo,
2000).
Pengalaman sebagai faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang
keempat, berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, maksudnya
semakin bertambahnya umur dan pendidikan yang tinggi, pengalaman
akan lebih luas tentang garam beryodium. Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan yang terakhir adalah sosial ekonomi, hal ini berarti bahwa
tingkat keluarga untuk memenuhi kebutuhan garam beryodium
13
disesuaikan dengan penghasilan yang ada. Sehingga menuntut
pengetahuan yang dimiliki dipergunakan semaksimal mungkin, begitupun
dalam membeli garam beryodium, mereka sesuaikan dengan pendapatan
keluarga (Notoatmodjo, 2000).
4. Pengukuran Tingkat Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
langsung atau dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari responden atau subjek penelitian. Kedalaman
pengetahuan responden yang ingin diketahui atau diukur, dapat disesuikan
dengan tingkat pengetahuan.
Hasil pengukuran pengetahuan dengan menggunakan angket atau
koesioner pada umumnya berupa prosentase yang menggambarkan tingkat
pengetahuan baik, cukup atau pengetahuan kurang. Menurut Waridjan
(1999), pengetahuan seseorang tentang sesuatu hal dikatakan baik bila
nilai jawaban benar berkisar pada rentang 80 – 100 %, dikatakan cukup
bila menjawab benar sebesar 65 – 79 %, dan pengetahuan dikatakan
kurang bila prosentase nilai benar kurang dari 65 %.
C. Garam Beryodium
1. Pengertian
Garam beryodium adalah garam yang diperkaya dengan yodium
yang dibutuhkan oleh tubuh untuk membuat hormon yang mengatur
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan (Depkes R.I, 2002). Adapun
fungsi yodium sebagai bagian dari tiroksin dan senyawa lain yang
disintesis oleh kelenjar tiroid. Tubuh mengandung sekitar 25 mg yodium,
14
dimana pertiganya terdapat dalam semua jaringan tubuh. Pada ovari, otot,
dan darah mengandung yodium yang relatif tinggi setelah tiroid (Suhardjo,
2005).
Kekurangan yodium dapat menimbulkan penyakit gondok (goiter),
yang dapat menyebabkan pertumbuhan anak tidak normal yang disebut
dengan kretin atau kerdil. Pada ibu hamil dapat menggaggu pertumbuhan
dan perkembangan janin, yang dapat disebabkan oleh rendahnya konsumsi
yodium dari makanan, atau kurangnya kebutuhan konsumsi garam
beryodium yang dianjurkan (Supariasa, 2001).
Kebutuhan konsumsi garam beryodium yang dianjurkan setiap
orang adalah sebanyak 6 gram atau satu sendok teh setiap hari. Dalam
kondisi tertentu dimana keringat keluar berlebihan dianjurkan untuk
mengkonsumsi garam beryodium 2 sendok teh setiap hari. Bagi seorang
penderita hipertensi (darah tinggi) atau yang harus mengurangi konsumsi
garam, tetap mengkonsumsi garam beryodium tetapi dengan jumlah yang
sedikit dan tetap dianjurkan mengkonsumsi makanan dari laut yang kaya
akan yodium seperti ikan, udang, kerang dan ganggang laut (Depkes R.I,
1999).
Kebutuhan yodium pada bayi atau balita berbeda dengan
kebutuhan yodium pada orang tua. Menurut Widya Karya Pangan dan Gizi
(1998) yang dikutip Almatsier (2001) kebutuhan yodium yang dianjurkan
setiap harinya pada bayi adalah 50 – 70 mg, balita dan anak sekolah
sebanyak 70 – 120 mg, remaja dan dewasa sebanyak 150 mg, ibu hamil
sebanyak 175 mg, sedangkan pada ibu menyusui sebanyak 200 mg.
15
2. Sumber Yodium
Laut merupakan sumber utama yodium, oleh karena itu makanan
laut berupa ikan, udang dan kerang serta ganggang laut merupakan sumber
yodium yang baik. Bahwa daerah pantai air dan tanah juga mengandung
yodium (Almatsier, 2001). Sementara itu kandungan yodium dalam
produk pertanian tergantung pada jumlah yodium di dalam tanah pada
wilayah dimana makanan tersebut dihasilkan. Kandungan yodium pada
berbagai tanah sangat bervariasi sebagian diantaranya hanya mengandung
sedikit yodium ( Beck, 1995 ).
Salah satu makanan yang dipromosikan dan memang mengandung
zat yodium yang sangat tinggi adalah rumput laut. Selama ini konsumsi
rumput laut sangat terbatas dalam masyarakat Indonesia terutama di
daerah pegunungan. Selain rumput laut juga diperkenalkan pisang dimana
kandungan yodium pada pisang sangat sedikit namun bisa dibuat banyak
cara didaur ulang (Beck, 1995). Penelitian yang telah dilakukan oleh
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti (2002), menyarankan untuk
menambah kadar yodium dalam pisang dengan memberikan pupuk kadar
yodium pada pisang tersebut. Caranya setelah rumput laut disortir, jenis
rumput laut yang kurang baik untuk dikonsumsi manusia diberikan pada
hewan ternak, kemudian kotoran tersebut digunakan sebagai pupuk untuk
pohon pisang. Cara tersebut ternyata bisa menambah kadar yodium dalam
buah pisang yang dihasilkan.
Sumber yodium yang lain adalah kapsul minyak beryodium.
Kapsul minyak beryodium adalah larutan yodium dalam minyak berbentuk
16
kapsul lunak, mengandung 200 mg yodium (Depkes R.I, 1999). Dosis
pemberian kapsul minyak beryodium bervariasi menurut umur dan jenis
kelamin. Dosis pemberian kapsul minyak beryodium menurut golongan
umur seperti sebagaimana disarankan oleh Depkes R.I. (1999) adalah
tertera dalam Tabel.2.1
Tabel 2.1. Dosis pemberian kapsul minyak beryodium
Dosis Kelompok
Umur (Tahun)
Pemberian minyak beryodium /
hari Kapsul
Bayi < 1 100 mg ½(6tetes)
Anak Balita 1-5 200 mg 1
Wanita 6 - 35 400 mg 2
Wanita hamil - 200 mg 1
Wanita - 200 mg 1
Pria 6 – 20 400 mg 2
Beberapa makanan ternyata mengandung zat– zat yang dapat
mempengaruhi penggunaan yodium dalam tubuh. Zat– zat tersebut
dikenal dengan nama goitrogen. Bahan makanan yang mengandung
goitrogen adalah lobak dan kobis. Ada bukti yang menunjukkan bahwa air
juga dapat memiliki sifat- sifat goitrogenik, kalau tercemar tinja beberapa
air mineral juga bersifat goitrogenik (Beck, 1995).
3. Cara Menyimpan Garam Beryodium yang Baik
Agar garam beryodium yang disimpan tidak mengalami kerusakan
atau kadar yodium yang dikandungnya tidak berkurang yaitu dengan cara
disimpan dalam wadah yang ditutup dan kering, ditempatkan dalam
tempat yang sejuk, jauh dari panas api atau terkena api secara langsung,
17
dalam mengambil garam menggunakan sendok yang kering, dan ditutup
kembali wadahnya setelah selesai mengambil garam (Depkes R.I, 1999).
Untuk menyelamatkan program yang sudah dilaksanakan dan
mengurangi kesia- siaan dari yodiasi garam, maka dikeluarkan anjuran
untuk membubuhkan garam setelah hidangan masak atau matang
(Sumarno, 2002).
4. Macam- Macam Garam
Adapun macam- macam garam yang beredar dalam masyarakat
diantaranya, garam halus yaitu garam yang kristalnya sangat halus
menyerupai gula pasir, umumnya kalangan masyarakat menyebutnya
dengan garam yang dikemas dalam wadah plastik yang berlabel lengkap.
Garam curai atau krasak yaitu garam yang kristalnya kasar biasanya
dibungkus dalam karung dan dijual dalam kiloan, dan garam briket yaitu
garam yang berbentuk bata (Depkes R.I, 2001).
Untuk membedakan garam beryodium dengan yang tidak
beryodium menggunakan dapat dilakukan dengan test kit atau Iodina test
yang dapat dibeli di apotik atau toko obat. Cara menggunakan test kit
tersebut adalah dengan menetesi garam dapur dengan cairan iodina,
sehingga diketahui garam yang mengandung yodium akan menunjukkan
warna ungu tua. Jadi semakin tua warnanya mutu garam beryodium
semakin baik (Depkes R.I, 1999).
Bila tidak tersedia tes kit atau iodina dengan menggunakan sinkong
yang masih segar dengan cara singkong yang masih segar dikupas
kemudian diparut, lalu diambil satu sendok diperas tanpa ditambah air
18
dituang kedalam tempat yang bersih. Kemudian ditambah 4 – 6 sendok
garam yang akan diperiksa dan ditambahkan 2 sendok cuka sampai rata
dan dibiarkan beberapa menit. Bila timbul warna ungu, berarti garam
tersebut mengandung yodium (Depkes R.I, 1999).
D. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku
Menurut WHO (1954), sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (2003),
bahwa pemberian pendidikan kesehatan adalah suatu upaya untuk
menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya
pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat mengetahui atau menyadari
bagaimana memelihara kesehatan mereka. Lebih dari itu pendidikan kesehatan
pada akhirnya bukan hanya meningkatkan pengetahuan pada masyarakat,
namun yang lebih penting adalah mencapai perilaku kesehatan (healthy
behavior). Berarti tujuan akhir dari pendidikan kesehatan adalah agar
masyarakat dapat mempraktekkan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi
masyarakat dapat berperilaku hidup sehat.
Menurut Sudibyo Supardi (1998), bahwa penyuluhan kesehatan
dapat meningkatkan pengetahuan seseorang dibandingkan dengan yang tidak
diberi penyuluhan. Pendidikan kesehatan dan peningkatan pengetahuan dapat
meningkatkan perilaku kesehatan. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan
oleh Winarsih Nur Ambarwati dan Retno Sintowati (2006), menunjukkan
bahwa pengetahuan dan perilaku ibu- ibu meningkat setelah diberikan
pendidikan kesehatan.
19
E. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
(Sumber : Notoatmodjo, 2003 yang dimodifikasi).
Faktor predisposisi : 1. Pendidikan 2. Ekonomi
(pendapatan) 3. Hubungan sosial 4. Pengalaman 5. Pengetahuan 6. Sikap 7. Nilai 8. Umur
Faktor pendukung : 1. Fasilitas fisik :
Fasilitas kesehatan misal Puskesmas, obat – obatan
2. Fasilitas umum : Media informasi misal TV, Koran, majalah, flamlet
Faktor penguat : 1. Sikap petugas
kesehatan 2. Perilaku petugas
kesehatan
Perilaku konsumsi garam beryodium pada keluarga.
Pendidikan kesehatan
20
F. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
G. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen (bebas)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan tentang
garam beryodium.
2. Variabel Dependen (terikat)
Variabel terikat dalam penelitian adalah pengetahuan keluarga tentang
garam beryodium.
H. Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang
garam beryodium pada keluarga di Desa Blagung Kecamatan Simo
Kabupaten Boyolali.
Pendidikan kesehatan tentang garam beryodium
Pengetahuan keluarga tentang garam
beryodium
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experiment (eksperimen
semu) dengan rancangan postest only control group design yaitu penelitian
menentukan dari suatu perlakuan (intervensi) pada kelompok eksperimen
dengan cara membandingkan dengan kelompok kontrol (Notoatmotjo, 2000).
Bentuk rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut :
Perlakuan Postest
Kelompok eksperimen
Kelompok kontrol
X O2
O2
Dalam desain ini sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Untuk kelompok perlakuan
yaitu ibu yang mendapatkan pendidikan kesehatan tentang garam
beryodium, sedangkan untuk kelompok kontrol yaitu ibu yang tidak
mendapatkan pendidikan kesehatan tentang garam beryodium. Setelah itu
semua sampel diberikan test pengetahuan tentang garam beryodium
berupa kuesioner.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan seluruh objek dengan karakteristik tertentu
yang akan diteliti (Hadi, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah
31
keluarga yang tinggal di Kelurahan Blagung Kecamatan Simo Kabupaten
Boyolali. Berdasarkan data monografi desa bulan Maret 2008 jumlah
keluarga adalah 1715 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki sebagai
wakil dari populasi (Hadi, 2002). Menurut Notoatmodjo (1993) untuk
populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000 maka untuk menetapkan jumlah
sampel dapat menggunakan rumus yang sederhana yaitu :
N n = ⎯⎯⎯⎯⎯ 1 + N ( d ² )
Dimana :
n : besar sampel
N : besar populasi sebanyak 1715 keluarga
d² : tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan 1 %
maka
N n = ⎯⎯⎯⎯⎯ 1 + N ( d ² )
1715 n = ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯ 1 + 1715 ( 0,01)
1715 n = ⎯⎯⎯⎯⎯ 1 + 17,15
1715 n = ⎯⎯⎯⎯ 18,5
32
n = 94,49
Dari perhitungan dengan rumus diatas maka diperoleh besar sampel
sebanyak 94 keluarga.
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
proportionate random sampling yaitu digunakan untuk memperoleh
sampel yang representatif, pengambilan subyek dari setiap strata atau
setiap wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya
subyek dalam masing– masing wilayah yaitu keluarga yang tinggal di
Kelurahan Blagung yang terdiri dari 8 RW dan 44 RT. Untuk pemerataan
dalam melakukan penelitian, maka dilakukan perimbangan antara jumlah
orang dan jumlah keluarga di Kelurahan Blagung dengan hasil RW I 16
orang, RW II 12 orang, RW III 12 orang, RW IV 13 orang l, RW V 12
orang, RW VI 9 orang, RW VII 10 orang, RW VIII 10 orang.
Setiap RW yang diambil sampelnya masing- masing dibagi dua
yaitu sebagai kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang dilakukan
secara acak. Dimana nomor urut ganjil diberi pendidikan kesehatan dan
nomor urut genap tidak diberikan pendidikan kesehatan.
C. Definisi Operasional, Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Pendidikan
Kesehatan
Pemberian paket
pendidikan kesehatan
tentang garam
beryodium yang terdiri
atas pengertian,
Kuesioner - Mendapatkan pendidikan kesehatan
- Tidak mendapatkan pendidikan
Nominal
33
manfaat, kebutuhan
garam beryodium,
sumber yodium, cara
menyimpan dan
membedakan garam
beryodium dengan
yang tidak beryodium.
kesehatan
Pengetahuan
keluarga
tentang
garam
beryodium
Tingkat pemahaman
sampel penelitian
tentang garam
beryodium yang
mencakup pengertian,
manfaat, kebutuhan
garam beryodium,
sumber yodium, cara
menyimpan dan
membedakan garam
beryodium dengan
yang tidak beryodium.
Kuesioner Tingkat
pengetahuan
berdasarkan
Waridjan
(1999) yaitu :
Baik, bila
prosentase
benar antara 80-
100 %
Cukup, bila
prosentase 65-
79 %
Kurang, bila
prosentase < 65
%
Nominal
D. Metode Pengumpulan Data
1. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
kepada sampel penelitian (data primer). Data sekunder didapatkan dengan
cara mencatat data yang ada di monografi desa. Setelah mendapat ijin dari
pihak kelurahan yang terlebik dahulu mengajukan ijin penelitian.
34
Cara pengumpulan data yang dilakukan melalui tahap sebagai
berikut :
a. Peneliti mengurus surat menyurat yang berkaitan dengan persyaratan
penelitian dan perijinan kepada kepala Desa Blagung Kecamatan Simo
Kabupaten Boyolali.
b. Peneliti meminta persetujuan responden untuk mengadakan wawancara
dan pengisian kuisioner.
c. Peneliti mengunjungi sampel penelitian sesuai dengan kontrak waktu
yang ditetapkan.
d. Peneliti memberikan panjelasan tentang tujuan penelitian dan sifat
keikutsertaan dalam penelitian.
e. Peneliti membagikan kuesioner kepada sampel penelitian (kelompok
perlakuan dan kontrol) untuk mengukur tingkat pengetahuan.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang
terdiri atas kuesioner A digunakan untuk mengetahui data atau
karakteristik sampel penelitian (umur, tingkat pendidikan, sosial ekonomi),
dan kuesioner B digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan sampel
penelitian tentang garam beryodium.
Instrumen penelitian dibuat sendiri oleh peneliti berupa koesioner
terdiri dari 15 pertanyaan, maka perlu dilakukan uji coba melalui kegiatan
pilot study pada keluarga di Desa Blagung Kecamatan Simo Kabupaten
35
Boyolali berjumlah 10 orang yang diambil dengan cara acak, kegiatan uji
coba ini untuk menentukan validitas dan rehabilitas koesioner.
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan alat tingkat–
tingkat kesahihan suatu alat ukur (Arikunto, 2002). Tehnik korelasi
yang akan digunakan adalah korelasi person product moment. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui korelasi antar skor tiap butir pertanyaan.
Hasil pengujian validitas kuesioner tentang garam beryodium
dikatakan valid jika r hitung untuk semua item pertanyaan lebih besar
dari r tabel atau memiliki nilai p ≤ 0,05. Maka butir pertanyaan
dinyatakan valid untuk mengukur tingkat pengetahuan keluarga
tentang garam beryodium. Berdasarkan hasil uji kuesioner dari
variabel tingkat pengetahuan keluarga tentang garam beryodium
diperoleh hasil uji validitas dalam rentang 0,722 – 0,939 artinya
kuesioner tingkat pengetahuan keluarga tentang garam beryodium
tersebut valid karena nilai tersebut lebih besar daripada 0,632.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2002).
Menurut Hastono (2001), pengukuran reliabilitas dapat dilakukan
dengan cara One Shot atau diukur sekali saja. Pengujian reliabilitas
dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu. Jadi jika sebuah
36
pertanyaan tidak valid, maka pertanyaan tersebut tidak dilanjutkan
untuk diuji validitas. Pertanyaan– pertanyaan yang sudah valid
kemudian baru secara bersama diukur reliabilitasnya.
Menurut Sugiyono (2003), pengujian reliabilitas digunakan
dengan rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dengan bantuan
perhitungan SPSS. Untuk mengetahui reliabilitas caranya adalah
dengan membandingkan nilai r tabel dengan nilai alpha. Dengan
ketentuan bila r alpha > 0,60, maka alat peneliti reliabel (Sugiyono,
2005). Dengan demikian 15 butir pertanyaan pada penelitian ini
reliabel. Berdasarkan uji kuesioner tingkat pengetahuan keluarga
tentang garam beryodium diperoleh r alpha = 0,966 artinya kuesioner
tingkat kemandirian anak tersebut reliabel karena nilai tersebut lebih
besar daripada 0,60.
E. Metode Pengolahan dan Analisa Data
1. Cara Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini dilaksanakan dengan tahap – tahap
sebagai berikut (Hastono, 2005) :
a. Editing
Editing berfungsi untuk meneliti kembali apakah isian dalam
lembar kuesioner sudah lengkap. Editing dilakukan di tempat
pengumpulan data. Sehingga jika ada kekurangan data dapat
dilengkapi.
b. Coding atau Scoring
37
Pemberian kode berupa angka untuk mempermudah
pengelompokan data dan menghindari kerancuan dalam
mengklasifikasi data. Untuk sesi pertama, data demografi (kuesioner
A), untuk status perkawinan : kawin kode 1, cerai kode 2, tingkat
pendidikan : SD kode 1, SMP kode 2, SMA kode 3, Akademi atau
Perguruan tinggi kode 4. Sesi kedua, tingkat pengetahuan (kuesioner
B), untuk jawaban benar nilai 1, salah nilai 0.
c. Processing
Setelah kuesioner terisi penuh dan juga sudah melewati
pengkodingan, maka langkah selanjutnya memproses data dengan cara
mengentry data dalam kuesioner ke paket program komputer.
d. Cleaning
Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali
data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak saat
memasukkan data ke komputer.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk menggambarkan variabel–
variabel penelitian termasuk karakteristik sampel penelitian dengan
tabel distribusi frekuensi.
b. Analisa Bivariat
Untuk menguji pengaruh antara pemberian pendidikan
kesehatan dengan tingkat pengetahuan keluarga tentang garam
38
beryodium. Tehnik analisa yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan uji T (t-test) dilakukan pengujian normalitas data dengan
one sample kolmogorov smirnov test menunjukkan data berdistribusikan
normal. Namun, bila ternyata data berdistribusi tidak normal, alat
analisis yang digunakan adalah uji statistik nonparametrik wilcoxon.
Berdasarkan uji tersebut dapat diputuskan pada pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap tingkat pengetahuan keluarga tentang garam
beryodium.
F. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat ijin dari Kepala Desa
Blagung Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali. Setelah mendapat persetujuan
barulah melakukan penelitian dengan menekankan etika meliputi :
1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden (informed consent)
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan
dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah
pengumpulan data. Jika calon responden bersedia diteliti, maka mereka
diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent)
tersebut. Tapi jika calon responden menolak untuk diteliti, maka peneliti
tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak– haknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak
mencantumkan namanya dalam lembar pengumpulan data, cukup diberi
kode pada masing– masing lembar tersebut.
39
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya
kelompok tertentu saja yang akan dijadikan atau dilaporkan sebagai hasil
penelitian.
G. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian terlampir.
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian ini dilakukan di Desa Blagung Kecamatan Simo Kabupaten
Boyolali dengan sampel sebanyak 94 keluarga (ibu), terdiri dari 47 keluarga
(ibu) tidak mendapatkan pendidikan kesehatan sebagai kelompok kontrol dan
47 keluarga (ibu) yang mendapatkan pendidikan kesehatan sebagai kelompok
perlakuan.
1. Karakteristik Responden
a. Pendidikan Terakhir
Tabel 4.1 Distribusi Ibu Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Desa Blagung Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali, 2008
Pendidikan Terakhir Diberi Pendidikan Tidak Diberi Pendidikan Jumlah Persentase Jumlah Persentase SD 34 72,3 34 72,3 SLTP 5 10,6 8 17 SLTA 7 14,9 3 6,4 Akademi/PT 1 2,1 2 4,3 Jumlah 47 100 47 100
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa ibu yang diberi
pendidikan kesehatan berlatar belakang pendidikan SD yaitu sebesar
72,3 %, sedangkan sisanya sebesar 10,6 % tamat SMP, 14,9 % tamat
SMA, dan 2,1 % tamat Akademi / Perguruan Tinggi. Sedangkan ibu
yang tidak diberi pendidikan kesehatan berlatar belakang pendidikan
SD yaitu sebesar 72,3 %, sedangkan sisanya sebesar 17 % tamat SLTP,
6,4 % tamat SLTA, dan 4,3 % tamat Akademi / Perguruan Tinggi.
41
b. Status Pekerjaan
Tabel 4.2 Distribusi Ibu Berdasarkan Status Pekerjaan di Desa Blagung Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali, 2008
Status Pekerjaan Diberi Pendidikan Tidak Diberi Pendidikan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Buruh 9 19,1 8 17 Ibu Rumah Tangga 35 74,5 32 68,1 Petani 2 4,3 5 10,6 PNS 1 2,1 2 4,3 Jumlah 47 100 47 100
Berdasarkan Tabel 4.2 dilihat dari segi pekerjaan, ibu yang
diberi pendidikan sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai ibu
rumah tangga sebesar 74,5 %, sedangkan sisanya sebesar 19,1 %
sebagai Buruh, 4,3 % sebagai Petani dan 2,1 % sebagai PNS.
Sedangkan ibu yang tidak diberi pendidikan sebagian besar memiliki
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebesar 68,1 %, sedangkan sisanya
sebesar 17 % sebagai Buruh, 10,6 % sebagai Petani dan 4,3 % sebagai
PNS.
2. Gambaran Setiap Variabel
a. Tingkat Pengetahuan Ibu
Tabel 4.3 Distribusi Ibu Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di Desa Blagung Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali, 2008
Diberi Pendidikan Tidak Diberi Pendidikan Tingkat Pengetahuan
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Baik 35 74,5 4 8,5 Cukup 7 14,9 6 12,8 Kurang 5 10,6 37 78,7 Jumlah 47 100 47 100
42
Dari Tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar ibu yang diberi
pendidikan kesehatan memiliki tingkat pengetahuan baik tentang
garam beryodium yaitu sebesar 74,5 %, sedangkan sisanya sebesar
14,9 % berpengetahuan cukup dan 10,6 % berpengetahuan kurang.
Sedangkan ibu yang tidak diberi pendidikan kesehatan memiliki
tingkat pengetahuan kurang tentang garam beryodium yaitu sebesar
78,7 %, sedangkan sisanya sebesar 12,8 % berpengetahuan cukup dan
8,5 % berpengetahuan baik.
3. Hasil Uji Chi Square Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Tentang Garam Beryodium.
Tabel 4.4 Hasil Uji Chi Square Pendidikan Kesehatan Terhadap
Pengetahuan Tentang Garam Beryodium
Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total X2 p Pendidikan
Kesehatan Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Diberi 35 74,5 7 14,9 5 10,6 47 100 Tidak Diberi 4 8,5 6 12,8 37 78,7 47 100
49,099 0,000
Total 39 41,5 13 13,8 42 44,7 94 100
Dari hasil perhitungan tabulasi silang terlihat bahwa ibu yang
diberi pendidikan kesehatan memiliki tingkat pengetahuan baik sebesar
74,5 %, tingkat pengetahuan cukup sebesar 14,9 % dan tingkat
pengetahuan kurang sebesar 10,6 %. Sedangkan ibu yang tidak diberi
pendidikan kesehatan memiliki tingkat pengetahuan baik sebesar 8,5 %,
tingkat pengetahuan cukup sebesar 12,8 % dan tingkat pengetahuan
kurang sebesar 78,7 %.
43
Hasil uji statistik dengan Chi-Square tentang pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap pengetahuan tentang garam beryodium pada keluarga
di Desa Blagung Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali didapat X2 hitung
sebesar 49,099 > X2 tabel (5,992) dengan nilai p sebesar 0,000. Dengan
demikian dapat disimpulkan ada pengaruh secara signifikan (bermakna)
antara pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang garam
beryodium pada keluarga di Desa Blagung Kecamatan Simo Kabupaten
Boyolali.
B. Pembahasan
1. Pengetahuan Ibu yang Diberi Pendidikan Kesehatan
Dari hasil penelitian didapatkan ibu yang diberi pendidikan
memiliki pengetahuan baik sebesar 74,5 %, cukup sebesar 14,9 % dan
pengetahuan kurang sebesar 10,6 %. Hasil penelitian ini dimungkinkan
karena pengetahuan ibu didapatkan karena ibu mengikuti pendidikan
kesehatan. Keluarga (ibu) yang mendapatkan pendidikan kesehatan
tentang manfaat penggunaan garam beryodium maka akan mempengaruhi
pengetahuan ibu tentang manfaat penggunaan garam beryodium (Depkes
RI, 1995). Secara umum tingkat pengetahuan tentang manfaat penggunaan
garam beryodium dipengaruhi oleh seberapa banyak informasi tentang
manfaat garam beryodium yang dimiliki ibu. Usaha yang paling efektif
dalam mengubah pengetahuan, dari pengetahuan yang merugikan
kesehatan ke arah pengetahuan yang menguntungkan kesehatan adalah
44
melalui pendidikan kesehatan. Telah dikemukakan diatas bahwa salah satu
faktor untuk mendapatkan pengetahuan yang menguntungkan kesehatan
adalah melalui pendidikan kesehatan (Khadijah, 2004).
Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Nasution
(1999) dalam Notoatmodjo (2000) adalah tingkat pendidikan, informasi,
budaya, pengalaman, dan sosial ekonomi.
Pendidikan kesehatan adalah kesempatan untuk belajar tentang
kesehatan, meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan dan melakukan
perubahan-perubahan secara suka rela dalam tingkah lakunya, melalui
berbagai bentuk komunikasi yang direncanakan. Pendidikan bila dipahami
sebagai proses komunikasi dapat dipahami karena stimuli yang berwujud
pesan kemudian menjadi sensasi dan dipersepsikan oleh penerima pesan
untuk disimpan dimemori sebagai modal untuk berfikir dalam berperilaku.
Inti dari pendidikan pada dasarnya adalah penyebaran tata nilai. Tata nilai
yang disebarkan tersebut menjadi pengetahuan bagi peserta didik dan
kemudian menjadi alat untuk memandang, menafsirkan dan menghayati
dunianya dengan mengembangkan dan memelihara akal budinya (Ghazali,
2000).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Winarsih Nur Ambarwati dan Retno Sintowati (2006) dengan hasil bahwa
pengetahuan dan perilaku ibu-ibu meningkat setelah diberikan pendidikan
kesehatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Gallen dalam Soebroto (1997)
45
yang menyatakan bahwa pendidikan kesehatan dengan melibatkan peserta
secara aktif dapat meningkatkan pengetahuan.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa ibu yang diberi pendidikan
kesehatan sebagian besar adalah tamat SD dengan status pekerjaan sebagai
ibu rumah tangga. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor yang
penting terhadap pengetahuan tentang garam beryodium. Karena dengan
pendidikan sangat menentukan pola pikir seseorang dalam mengambil
keputusan. Tingkat pendidikan ibu yang rendah mempengaruhi
penerimaan informasi, sehingga pengetahuan ibu akan terbatas (Suharjo,
2005). Ibu yang tidak memiliki pekerjaan secara secara otomatis tidak
memiliki pendapatan sendiri. Ibu hanya mengandalkan pendapatan
suaminya sehingga harus pandai-pandai menggunakan uang dengan baik.
Pendapatan keluarga yang pas-pasan menyebabkan ibu lebih
mengutamakan kebutuhan pokok. Selanjutnya hal inilah yang
menyebabkan mereka enggan menggunakan garam beryodium karena
harga garam beryodium lebih mahal dibanding garam krosok.
Dengan mengikuti pendidikan kesehatan maka pengetahuan ibu
akan bertambah dan ibu mendapatkan informasi yang lengkap mengenai
manfaat menggunakan garam beryodium dengan begitu pemahaman
mereka akan pentingnya manfaat garam beryodiun menjadi baik hal ini
mendorong mereka menggunakan garam beryodium meskipun pendidikan
serta pendapatan mereka rendah.
46
2. Pengetahuan Ibu yang Tidak Diberi Pendidikan Kesehatan
Dari hasil penelitian didapatkan ibu yang tidak diberi pendidikan
kesehatan memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang garam beryodium
yaitu sebesar 78,7 %, sedangkan sisanya berpengetahuan cukup sebesar
12,8 % dan berpengetahuan baik 8,5 %. Hasil ini dimungkinkan karena
sebagian besar ibu memiliki pendidikan yang rendah sehingga
pengetahuan yang mereka miliki menjadi kurang. Ibu yang kurang
mendapatkan pendidikan kesehatan menyebabkan pengetahuan ibu tentang
manfaat penggunaan garam beryodium menjadi berkurang atau rendah.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Andriansyah (2005) yang menemukan bahwa rendahnya tingkat
pemahaman responden tentang KB, disamping sebagai akibat keterbatasan
media informasi, juga tampaknya disebabkan kurang berhasilnya
penyuluhan yang dilakukan oleh petugas KB. Hal ini didukung juga oleh
penelitian Iswarti (2006) yang didapatkan hasil ada perbedaan antara
tingkat pengetahuan ibu hamil sebelum dan sesudah diberikan pendidikan.
Hasil survey di Jawa Tengah tahun 1996 diperoleh gambaran bahwa
pengetahuan Ibu tentang garam beryodium sebesar 43,7 %, dimana
termasuk kategori pengetahuan yang kurang (Kanwil Depkes Jateng,
1996). Pengetahunan yang kurang tentang manfaat garam beryodium
berdampak pada perilaku masyarakat. Di Desa Blagung Kecamatan Simo
47
Kabupaten Boyolali masih banyak masyarakat yang mengkonsumsi garam
krosok yang dibeli di pasar sebagai bumbu masakannya. Hal ini
disebabkan ketidaktahuan mereka tentang dampak buruk yang ditimbulkan
dari konsumsi garam krosok. Selama kurun waktu lima tahun terakhir ini
tidak pernah dilakukan upaya–upaya yang terkait dengan pendidikan
kesehatan tentang garam beryodium di Desa Blagung Kecamatan Simo
Kabupaten Boyolali yang dilakukan oleh pemerintah. Bahkan dirasa masih
sangat kurang informasi yang diberikan kepada masyarakat tentang garam
yodium oleh media massa.
Pendidikan kesehatan tentang garam beryodium bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan para ibu dan bertujuan mengubah perbuatan-
perbuatan yang keliru, yang mengakibatkan bahaya bagi diri mereka
sendiri, misalnya dengan mengkonsumsi garam tanpa mengandung
yodium. Perbuatan orang atau ibu-ibu yang kurang benar sering
didasarkan atas keyakinannya yang keliru atas sesuatu hal, yang seakan-
akan tidak dapat diubah dengan pendidikan.
Ibu-ibu yang tidak mendapat pendidikan kesehatan sebagian besar
hanya tamatan SD dan ibu rumah tangga sehingga pengetahuan mereka
sangat terbatas hal ini disebabkan tidak adanya informasi yang mereka
dapatkan. Dengan pendapatan yang rendah ibu enggan mengkonsumsi
garam beryodium karena bagi mereka harga garam beryodium lebih mahal
dibanding garam krosok. Dari pengalaman selama ini penggunaan garam
48
krosok tidak menimbulkan bahaya sehingga ibu lebih suka mengkonsumsi
garam krosok.
3. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang garam beryodium pada keluarga (Ibu).
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi-square
didapatkan nilai p < 0,05. Hasil ini berarti ada pengaruh secara signifikan
(bermakna) antara pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang
garam beryodium pada keluarga di Desa Blagung Kecamatan Simo
Kabupaten Boyolali. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan
dapat meningkatkan pengetahuan ibu (keluarga) tentang garam beryodium.
Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan kesehatan, yaitu meningkatkan
pengetahuan masyarakat dibidang kesehatan (Depkes, 1993), dalam hal ini
berupa peningkatan pengetahuan ibu (keluarga) tentang garam beryodium.
Hal tersebut senada pendapat Suliha ( 2002) yang menyatakan bahwa
tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku individu,
kelompok, dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana
melalui proses belajar. Pendidikan kesehatan dalam waktu yang pendek
(immediate impact) hanya menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan masyarakat. Peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan
intervensi faktor pengetahuan dan perilaku sehingga perilaku individu,
kelompok atau masyarakat sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Dengan
perkataan lain pendidikan kesehatan adalah suatu usaha untuk
49
menyediakan kondisi psikologis dari sasaran agar pengetahuan mereka
sesuai dengan tuntutan nilai-nilai kesehatan (Klinikikm, 2006).
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nurul Hidayati (2003) dengan rancangan penelitian Quasi Eksperimen
dengan jumlah sampel sebanyak 100 ibu (keluarga) dengan jumlah
masing-masing 50 keluarga sebagai kelompok perlakuan dan 50 ibu
(keluarga) sebagai kelompok kontrol di RS Kasih Ibu Surakarta tentang
ASI pada ibu post partum dengan hasil bahwa ibu (keluarga) yang diberi
pendidikan kesehatan pengetahuannya lebih baik dibanding dengan
keluarga yang tidak diberi pendidikan kesehatan. Hasil penelitian ini
mendukung pendapat Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa
pendidikan kesehatan menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan dan berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.
Peningkatan pengetahuan ibu (keluarga) tentang garam beryodium
yang terjadi dalam penelitian ini tidak terlepas dari upaya pendidikan
kesehatan yang dilakukan yaitu dengan metode diskusi dan penyuluhan.
Menurut Purwanto (1999) bahwa salah satu faktor yang mempunyai
potensi berpengaruh terhadap proses belajar adalah minat dari ibu
(keluarga) terhadap materi yang disampaikan.
Menurut Sudibyo Supardi (1998), bahwa pendidikan kesehatan
dapat meningkatkan pengetahuan seseorang dibandingkan dengan yang
tidak diberi pendidikan. Disini dapat kita lihat bahwa pengetahuan antara
keluarga yang mendapatkan pendidikan kesehatan dan yang tidak
50
mendapatkan kesehatan tentu saja memiliki pengetahuan yang berbeda.
Tingkat pengetahuan ibu yang tidak diberi pendidikan kesehatan sebagian
besar memiliki pengetahuan yang rendah hal ini dimungkinkan karena
mereka kurang bisa menyerap informasi yang ada bahkan mereka tidak
mengetahui sama sekali tentang manfaat garam beryodium.
Dari hasil observasi dilapangan ibu (keluarga) yang mengkonsumsi
garam krosok atau garam yang tidak beryodium disebabkan karena ketidak
tahuan mereka tentang bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan garam
yang tidak beryodium misalnya penyakit gondok dan karena kebiasaan ibu
(keluarga) itu sendiri yang tidak mau mengkonsumsi garam beryodium
dengan alasan biaya atau harga garam beryodium lebih mahal dan
anggapan bahwa meskipun mereka tidak mengkonsumsi garam beryodium
mereka tetap sehat.
Setelah mendapat pendidikan kesehatan maka ada kecenderungan
tingkat pengetahuannya mengenai garam beryodium semakin meningkat.
Hal ini bisa terjadi karena informasi yang diterima oleh ibu lebih banyak
dibandingkan dengan informasi yang diterima oleh kelompok ibu yang
tidak diberi pendidikan kesehatan. Dengan pendidikan kesehatan tentunya
akan menambah informasi dan pengalaman mereka, sehingga mereka lebih
paham dan mengerti khususnya mengenain manfaat mengkonsumsi garam
beryodium (Snehandu, 1984).
51
C. Keterbatasan Penelitian
1. Ruang lingkup penelitian hanya terbatas pada Desa Blagung Kecamatan
Simo Kabupaten Boyolali sedangkan di Kecamatan Simo Kabupaten
Boyolali ada 18 Desa sehingga belum mewakili seluruh wilayah tersebut.
i
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Tingkat pengetahuan ibu yang diberi pendidikan sebagian besar memiliki tingkat
pengetahuan baik tentang garam beryodium yaitu sebesar 74,5 %.
2. Tingkat pengetahuan ibu yang tidak diberi pendidikan kesehatan sebagian besar
memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang garam beryodium yaitu sebesar 78,7
%.
3. Ada pengaruh secara signifikan (bermakna) antara pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan tentang garam beryodium (p = 0,000)
B. Saran
1. Diharapkan ibu ( keluarga ) untuk lebih meningkatkan pengetahuannya tentang
garam beryodium dengan mengikuti penyuluhan dan mencari informasi melalui
media cetak maupun elektronik sehingga dapat lebih meningkatkan pengetahuannya
tentang garam beryodium.
2. Dengan melihat adanya pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan ibu tentang garam beryodium diharapkan petugas kesehatan
mengadakan kegiatan penyuluhan tentang pentingnya garam beryodium secara rutin
dan berkelanjutan dengan menggunakan dan memodifikasi berbagai metode yang
sesuai dengan tingkat pendidikan serta media lain seperti pamflet, poster, spanduk
ii
ii
dll. Sehingga ibu lebih dapat mengerti dan memahami pentingnya penggunaan
garam beryodium.
3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang sejauhmana ibu mengkonsumsi garam
beryodium dengan memperbaiki metode dan variabel penelitian yang lebih lengkap
supaya didapatkan hasil yang lebih baik misalnya dengan metode penelitian
kualitatif.
iii
iii
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2002). Yodium. Diambil pada tanggal 27 januari 2008 dari http: // www. Pu. Go.
Id / Publik / Keluar / Kesehatan / htm.. Jakarta Alimul, A. (2000). Riset keperawatan dan tehnik penulisan ilmiah. Jakarta : Salemba
Medika Almatsier, S. (2001). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Arikunto, S. (2003). Prosedur penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta Beck, M. (1995). Ilmu gizi dan diet (Nutrion and Diet), diterjemahkan oleh Soedarmo, P.
Jakarta : Yayasan Essentia Medica Budioro. (1998). Pengantar pendidikan kesehatan masyarakat. Semarang : Fakultas
Kesehatan Masyarakat UNDIP Kanwil Depkes Jateng & FK UNDIP (1996). Pemetaan GAKY di Jawa Tengah. Semarang :
FK UNDIP Depkes RI. (1999). Petunjuk pelaksanaan pemberian kapsul minyak beryodium. Jakarta :
Depkes RI Depkes RI. (2001). Pedoman penyuluhan bagi petugas puskesmas. Jakarta : Depkes RI Depkes RI. (2002). Penataan setatus gizi. Jakarta : EGC Hadi, S. (2002). Metodologi research. Yogyakarta : Andi Offset Herawani. (2001). Promosi kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta Kam. (2005). Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Hastono, P.S. (2001). Modul analisa data. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat UI Machfoed, I. (2005). Pendidikan kesehatan bagian dari promosi kesehatan. Jakarta : PT.
Rineka Cipta Nasir, M. (1999). Metode penelitian. Jakarta : Graha Indonesia Notoatmodjo, S. (2000). Pendidikan promosi dan perilaku kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
iv
iv
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Purwanto, H. (1999). Pengantar perilaku manusia untuk keperawatan. Jakarta : EGC Suhardjo. (2003). Berbagai cara pendidikan gizi. Jakarta : Bumi Aksara Sumarno. (2002). Yodium tidak rusak atau hilang dalam pemasakan. Diambil pada tanggal
27 Februari 2008 dari http: // www. Kompas / Kompas-Cetak / 0208 / 23 / Iptek / Yodium 37. htm. . Jakarta
Sugiyono. (2005). Statistika untuk penelitian. Jawa Barat : IKAPI. Supardi, S. (1998). Pengaruh penyuluhan terhadap perubahan perilaku. Diambil pada
tanggal 24 maret 2008 dari http: // www. Litbang. Depkes. go. id. Bandung Supariasa. (2001). Penilaian status gizi. Jakarta : EGC Waridjan. (1999). Tes hasil belajar gaya objektif. Semarang : IKIP Semarang Press Winarsih,N.A dan Retno.S. (2006). Pendidikan kesehatan mengatasi keluhan ibu hamil pada
ibu- ibu hamil. Diambil pada tanggal 24 maret 2008 dari http: // www. Eprints. UMS. Ac. Id.. Surakarta
v
v
Lampiran 1
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth, Calon Responden Penelitian Di Desa Blagung, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Aprilia Ikasari
NIM : G2A004012
Alamat : Desa Blagung, RT 10 RW 02 Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali
Adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang, sedang melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Tentang Garam Beryodium Pada Keluarga di Desa Blagung Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali”. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi ibu yang telah menjadi responden. Kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Jika ibu tidak bersedia menjadi responden, maka tidak ada ancaman bagi ibu. Serta jika ibu telah menjadi responden, maka ibu diperbolehkan mengundurkan diri sebagai responden dalam penelitian ini. Apabila ibu menyetujui, maka peneliti mohon kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden dan menjawab semua pertanyaan sesuai petunjuk yang peneliti buat. Atas perhatian dan kesediaan ibu untuk menjadi responden peneliti ucapkan terima kasih.
Boyolali, April 2008 Peneliti
Aprilia Ikasari
Lampiran 2
vi
vi
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth, Saudara Peneliti Aprilia Ikasari Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk menjadi
responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang yang bernama Aprilia Ikasari dengan judul
penelitian “ Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Tentang Garam
Beryodium Pada Keluarga di Desa Blagung Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali “.
Saya memahami bahwa yang dihasilkan merupakan rahasia dan hanya dipergunakan untuk
keperluan pengembangan Ilmu Keperawatan dan tidak merugikan bagi saya, oleh karena itu
saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dan akan memberikan pernyataan dan
informasi yang sebenar– benarnya tanpa tekanan dari manapun.
Boyolali, April 2008 Responden
( )
vii
vii
Lampiran 3
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
Pokok Bahasan : Garam Beryodium
Sasaran : Keluarga (Ibu) di Desa Blagung Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali
Waktu : 30 menit
Tempat : Balai Desa Blagung Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali
Pengajar : Aprilia Ikasari
I. Tahap Identifikasi
A. Analisa Kebutuhan
Peserta diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup tentang garam beryodium.
B. Karakteristik Peserta
1. Ibu rumah tangga.
2. Latar belakang pendidikan : SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi.
3. Keluarga (Ibu) bersedia menjadi responden dan bersedia mengikuti penelitian.
II. Tahap Pengembangan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan, keluarga (Ibu) mampu memahami
tentang garam beryodium.
viii
viii
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan proses pendidikan kesehatan, keluarga (Ibu) diharapkan
dapat :
1. Menjelaskan pengertian dan manfaat garam beryodium.
2. Menjelaskan kebutuhan garam beryodium pada keluarga.
3. Menjelaskan sumber yodium.
4. Mengetahui cara penyimpanan dan membedakan garam beryodium dan yang
tidak beryodium.
C. Materi Pengajaran
1. Pengertian dan manfaat garam beryodium.
2. Kebutuhan garam beryodium pada keluarga.
3. Sumber yodium.
4. Cara penyimpanan dan membedakan garam beryodium dan yang tidak
beryodium.
D. Metode
1. Ceramah.
2. Diskusi.
E. Media dan Alat
Leaflet,lembar balik.
ix
ix
F. Kegiatan
No Tahapan & waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
1. Pembukaan ( 5 menit ) 1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
pembelajaran
1. Menjawab salam
2. Mendengarkan
3. Memperhatikan
2. Kegiatan ( 15 menit ) 1. Menjelaskan pengertian dan
manfaat garam beryodium
2. Mejelaskan kebutuhan garam
beryodium pada keluarga
3. Menjelaskan sumber yodium
4. Mengetahui cara penyimpanan
dan membedakan garam
beryodium dan yang tidak
beryodium
1. Mendengarkan
2. Memperhatikan
3. Memperhatikan
4. Mendengarkan
3. Penutup (10 menit ) 1. Mengajukan 3 pertanyaan
tentang materi
2. Merangkum hasil
3. Salam penutup
1. Menjawab
2. Memperhatikan
3. Menjawab salam
x
x
G. Evaluasi Belajar
1. Apakah pengertian garam beryodium?
2. Sebutkan manfaat garam beryodium!
3. Jelaskan cara menyimpan garam beryodium yang baik!
xi
xi
Lampiran 4
MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN
TENTANG GARAM BERYODIUM
A. Pengertian dan Manfaat Garam Beryodium
1. Pengertian Garam Beryodium
Garam beryodium yaitu garam yang diperkaya dengan yodium yang dibutuhkan
oleh tubuh untuk membuat hormon yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan
kecerdasan.
2. Manfaat Garam Beryodium
Dapat mencegah terjadinya penyakit gondok. Bila kekurangan yodium akan
menyebabkan pertumbuhan anak tidak normal yang disebut dengan kretin atau kredil.
Pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin.
B. Kebutuhan Garam Beryodium pada Keluarga
Kebutuhan yodium pada bayi atau balita berbeda dengan kebutuhan yodium pada
orang tua. Kebutuhan yodium yang dianjurkan setiap harinya pada bayi adalah 50 – 70 mg,
balita dan anak sekolah sebanyak 70 – 120 mg, remaja dan dewasa sebanyak 150 mg, ibu
hamil sebanyak 175 mg, sedangkan ibu menyusui sebanyak 200 mg.
C. Sumber Yodium
Sumber yodium yang utama adalah laut, oleh karena itu makanan laut berupa ikan,
udang, kerang serta ganggang laut merupakan sumber yodium yang baik. Sumber yodium
yang lain adalah kapsul minyak beryodium. Kapsul minyak beryodium adalah larutan
yodium dalam minyak berbentuk kapsul lunak, mengandung 200 mg yodium.
D. Cara Menyimpan Garam Beryodium yang Baik dan Membedakan Garam Beryodium
dengan Tidak Beryodium
xii
xii
Agar garam beryodium yang disimpan tidak mengalami kerusakan atau kadar
yodium yang dikandungnya tidak berkurang yaitu dengan cara disimpan dalam wadah yang
ditutup dan kering, ditempatkan dalam tempat yang sejuk, jauh dari panas api atau terkena
api secara langsung, dalam mengambil garam beryodium menggunakan sendok yang
kering, dan ditutup kembali wadahnya setelah selesai mengambil garam.
Membedakan garam beryodium dengan tidak beryodium caranya yaitu dengan
mengguankan test kit atau iodina test yang dapat dibeli di apotik atau toko obat. Cara
menggunakan test kit tersebut adalah dengan menetesi garam dapur dengan cairan iodina,
maka akan terlihat perubahan warna garam putih menjadi biru keunguan pada garam
beryodium. Semakin tua warnanya, semakin baik mutu garam beryodium.
xiii
xiii
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2001). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Beck, M. (1995). Ilmu gizi dan diet ( Nutrion and Diet ), diterjemahkan oleh Soedarmo, P.
Jakarta : Yayasan Essentia Medika
Depkes R.I. (1999). Petunjuk pelaksanaan pemberian kapsul minyak beryodium. Jakarta : Depkes RI
Depkes R.I. (2002). Pemantauan status gizi. Edisi 3. Jakarta : EGC Supariasa. (2001). Penilaian status gizi. Jakarta : EGC
xiv
xiv
KUESIONER
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN
TENTANG GARAM BERYODIUM PADA KELUARGA DI DESA BLAGUNG
KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI
Kuesioner A (Data Demografi Sampel Penelitian)
Petunjuk pengisian
Isilah pertanyaan dibawah ini dengan mengisi titik-titik atau mengisi kotak yang tersedia
dengan tanda (√) pada pilihan jawaban yang telah tersedia
Tanggal Pengisian :
Nomor Responden :
Umur :
Alamat Responden :
1. Pendidikan terakhir
a. SD
b. SLTP
c. SLTA
d. Akademi / PT
2. Status pekerjaan
a. Buruh
b. Ibu rumah tangga
c. Petani
d. PNS
e. Lainnya sebutkan .......
xv
xv
KUESIONER
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN
TENTANG GARAM BERYODIUM PADA KELUARGA DI DESA BLAGUNG
KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI
Kuesioner B (Pengetahuan Sampel Penelitian)
Petunjuk Pengisian
Mohon diisi atau dijawab semua pertanyaan di bawah ini dengan memberikan jawaban yang
paling sesuai dengan pendapat Anda dengan memberikan tanda ( √ ) pada pilihan benar atau
salah.
Jawaban No Pertanyaan
Benar Salah
1 Garam beryodium adalah garam yang diperkaya dengan yodium
yang dibutuhkan oleh tubuh untuk membuat hormon yang
mengatur pertumbuhan dan kecerdasan.
2 Garam beryodium dapat menghambat pertumbuhan.
3 Garam beryodium dapat mencegah penyakit gondok.
4 Kekurangan garam beryodium menyebabkan pertumbuhan tetap
anak normal.
5 Mengkonsumsi garam beryodium pada ibu hamil dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin.
6 Kebutuhan yodium pada bayi sama dengan kebutuhan yodium
pada orang tua.
7 Garam boryodium tidak boleh digunakan pada ibu menyusui.
8 Sumber yodium yang utama adalah laut.
9 Ikan, udang, kerang dan ganggang laut bukan sumber yodium
10 Kekurangan yodium pada anak – anak menyebabkan
xvi
xvi
Jawaban No Pertanyaan
Benar Salah
kemampuan belajar yang rendah.
11 Agar garam beryodium tidak mengalami kerusakan disimpan
dalam wadah yang terbuka.
12 Garam beryodium kadar yodiumnya tidak hilang jika
ditempatkan pada tempat yang jauh dari panas.
13 Pada saat melakukan iodina test (tes yodium) menunjukkan
warna biru, berarti garam beryodium.
14 Kelebihan garam beryodium menyebabkan kegemukan.
15 Garam beryodium menyebabkan kretin (pertumbuhan kurang
atau cebol).
i
Karakteristik Responden Pengetahuan
No.
Pendidikan
Terakhir
Status
Pekerjaan
Pendidikan
Kesehatan No.1 No.2 No.3 No.4 No.5 No.6 No.7 No.8 No.9 No.10 No.11 No.12 No.13 No.14 No.15 Total K
1 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 B
2 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 K
3 SLTA Petani Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14 B
4 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 K
5 SLTA Buruh Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14 B
6 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6 K
7 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 10 C
8 SLTA Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 K
9 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 B
10 Akademi / PT PNS Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 K
11 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 K
12 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 B
13 SD Petani Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7 K
14 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 13 B
15 SLTA Ibu Rumah Tangga Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 12 B
16 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 K
17 SD Buruh Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 K
18 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 B
19 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 K
20 SLTA Buruh Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14 B
21 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 13 B
22 SD Petani Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 K
23 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 4 K
24 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 B
ii
ii
25 SLTP Buruh Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 K
26 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7 K
27 SLTA Ibu Rumah Tangga Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 B
28 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7 K
29 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14 B
30 Akademi / PT PNS Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 13 B
31 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 K
32 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 C
33 SD Petani Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 14 B
34 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 K
35 SLTP Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 K
36 SD Buruh Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 B
37 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 K
38 SLTA Ibu Rumah Tangga Diberi 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 C
39 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 4 K
40 SLTP Buruh Tidak Diberi 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 C
41 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14 B
42 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 13 B
43 SD Buruh Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 5 K
44 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6 K
45 SLTP Ibu Rumah Tangga Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 12 B
46 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7 K
47 SD Buruh Tidak Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 B
48 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14 B
49 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 K
50 SLTP Petani Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 K
51 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 13 B
52 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 K
iii
iii
53 SD Buruh Diberi 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 C
54 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 12 B
55 SLTP Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 K
56 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 B
57 SD Buruh Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14 B
58 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 4 K
59 Akademi / PT PNS Tidak Diberi 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 C
60 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 5 K
61 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6 K
62 SLTA Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7 K
63 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 13 B
64 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 K
65 SLTP Buruh Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2 B
66 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 K
67 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 12 B
68 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 C
69 SD Buruh Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 B
70 SLTP Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 K
71 SD Petani Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 C
72 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14 B
73 SD Buruh Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 K
74 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 C
75 SLTP Ibu Rumah Tangga Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 13 B
76 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 K
77 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 C
78 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 12 B
79 SD Buruh Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 K
80 SLTP Ibu Rumah Tangga Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 B
iv
iv
81 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14 B
82 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 K
83 SLTA Buruh Diberi 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 C
84 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 13 B
85 SLTP Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 12 B
86 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 C
87 SD Buruh Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 B
88 SLTA Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 K
89 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 C
90 SLTP Ibu Rumah Tangga Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 K
91 SD Petani Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 K
92 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 K
93 SD Ibu Rumah Tangga Diberi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14 B
94 SLTP Buruh Tidak Diberi 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 C
v
v
Pengetahuan No. No.1 No.2 No.3 No.4 No.5 No.6 No.7 No.8 No.9 No.10 No.11 No.12 No.13 No.14 No.15 Skor 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 14 3 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 4 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 6 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12 7 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
10 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 2
6
6
Correlations
Correlations
1 .802** .816** .802** .816** .816** .612* .802** .816** .802** .612* .612* .583* .802** .816** .935**.003 .002 .003 .002 .002 .030 .003 .002 .003 .030 .030 .038 .003 .002 .000
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10.802** 1 .655* .524 .655* .655* .764** 1.000** .655* 1.000** .764** .764** .802** 1.000** .655* .939**.003 .020 .060 .020 .020 .005 .000 .020 .000 .005 .005 .003 .000 .020 .000
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10.816** .655* 1 .655* .600* 1.000** .500 .655* .600* .655* .500 .500 .408 .655* 1.000** .833**.002 .020 .020 .033 .000 .071 .020 .033 .020 .071 .071 .121 .020 .000 .001
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10.802** .524 .655* 1 .655* .655* .218 .524 .655* .524 .218 .764** .356 .524 .655* .712*.003 .060 .020 .020 .020 .272 .060 .020 .060 .272 .005 .156 .060 .020 .011
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10.816** .655* .600* .655* 1 .600* .500 .655* .600* .655* .500 .500 .408 .655* .600* .763**.002 .020 .033 .020 .033 .071 .020 .033 .020 .071 .071 .121 .020 .033 .005
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10.816** .655* 1.000** .655* .600* 1 .500 .655* .600* .655* .500 .500 .408 .655* 1.000** .833**.002 .020 .000 .020 .033 .071 .020 .033 .020 .071 .071 .121 .020 .000 .001
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10.612* .764** .500 .218 .500 .500 1 .764** .500 .764** 1.000** .375 .612* .764** .500 .746**.030 .005 .071 .272 .071 .071 .005 .071 .005 .000 .143 .030 .005 .071 .007
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10.802** 1.000** .655* .524 .655* .655* .764** 1 .655* 1.000** .764** .764** .802** 1.000** .655* .939**.003 .000 .020 .060 .020 .020 .005 .020 .000 .005 .005 .003 .000 .020 .000
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10.816** .655* .600* .655* .600* .600* .500 .655* 1 .655* .500 .500 .408 .655* .600* .763**.002 .020 .033 .020 .033 .033 .071 .020 .020 .071 .071 .121 .020 .033 .005
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10.802** 1.000** .655* .524 .655* .655* .764** 1.000** .655* 1 .764** .764** .802** 1.000** .655* .939**.003 .000 .020 .060 .020 .020 .005 .000 .020 .005 .005 .003 .000 .020 .000
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10.612* .764** .500 .218 .500 .500 1.000** .764** .500 .764** 1 .375 .612* .764** .500 .746**.030 .005 .071 .272 .071 .071 .000 .005 .071 .005 .143 .030 .005 .071 .007
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10.612* .764** .500 .764** .500 .500 .375 .764** .500 .764** .375 1 .612* .764** .500 .746**.030 .005 .071 .005 .071 .071 .143 .005 .071 .005 .143 .030 .005 .071 .007
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10.583* .802** .408 .356 .408 .408 .612* .802** .408 .802** .612* .612* 1 .802** .408 .722**.038 .003 .121 .156 .121 .121 .030 .003 .121 .003 .030 .030 .003 .121 .009
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10.802** 1.000** .655* .524 .655* .655* .764** 1.000** .655* 1.000** .764** .764** .802** 1 .655* .939**.003 .000 .020 .060 .020 .020 .005 .000 .020 .000 .005 .005 .003 .020 .000
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10.816** .655* 1.000** .655* .600* 1.000** .500 .655* .600* .655* .500 .500 .408 .655* 1 .833**.002 .020 .000 .020 .033 .000 .071 .020 .033 .020 .071 .071 .121 .020 .001
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10.935** .939** .833** .712* .763** .833** .746** .939** .763** .939** .746** .746** .722** .939** .833** 1.000 .000 .001 .011 .005 .001 .007 .000 .005 .000 .007 .007 .009 .000 .001
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Pearson CorrelationSig. (1-tailed)NPearson CorrelationSig. (1-tailed)NPearson CorrelationSig. (1-tailed)NPearson CorrelationSig. (1-tailed)NPearson CorrelationSig. (1-tailed)NPearson CorrelationSig. (1-tailed)NPearson CorrelationSig. (1-tailed)NPearson CorrelationSig. (1-tailed)NPearson CorrelationSig. (1-tailed)NPearson CorrelationSig. (1-tailed)NPearson CorrelationSig. (1-tailed)NPearson CorrelationSig. (1-tailed)NPearson CorrelationSig. (1-tailed)NPearson CorrelationSig. (1-tailed)NPearson CorrelationSig. (1-tailed)NPearson CorrelationSig. (1-tailed)N
No.1
No.2
No.3
No.4
No.5
No.6
No.7
No.8
No.9
No.10
No.11
No.12
No.13
No.14
No.15
Pengetahuan
No.1 No.2 No.3 No.4 No.5 No.6 No.7 No.8 No.9 No.10 No.11 No.12 No.13 No.14 No.15 Pengetahuan
Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).**.
Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).*.
7
7
Reliability
Case Processing Summary
10 100.00 .0
10 100.0
ValidExcludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on allvariables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
.966 15
Cronbach'sAlpha N of Items
Item Statistics
.60 .516 10
.70 .483 10
.50 .527 10
.70 .483 10
.50 .527 10
.50 .527 10
.80 .422 10
.70 .483 10
.50 .527 10
.70 .483 10
.80 .422 10
.80 .422 10
.60 .516 10
.70 .483 10
.50 .527 10
No.1No.2No.3No.4No.5No.6No.7No.8No.9No.10No.11No.12No.13No.14No.15
Mean Std. Deviation N
8
8
Item-Total Statistics
9.00 31.333 .923 .9628.90 31.656 .928 .9629.10 31.878 .803 .9648.90 32.989 .669 .9669.10 32.322 .723 .9659.10 31.878 .803 .9648.80 33.289 .713 .9658.90 31.656 .928 .9629.10 32.322 .723 .9658.90 31.656 .928 .9628.80 33.289 .713 .9658.80 33.289 .713 .9659.00 32.667 .678 .9668.90 31.656 .928 .9629.10 31.878 .803 .964
No.1No.2No.3No.4No.5No.6No.7No.8No.9No.10No.11No.12No.13No.14No.15
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
Scale Statistics
9.60 36.933 6.077 15Mean Variance Std. Deviation N of Items
9
9
Frequencies Ibu Yang Diberi Pendidikan Kesehatan
Statistics
Pengetahuan47
0ValidMissing
N
Pengetahuan
34 72.3 72.3 72.38 17.0 17.0 89.45 10.6 10.6 100.0
47 100.0 100.0
BaikCukupKurangTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Frequencies Ibu Yang Tidak Diberi Pendidikan Kesehatan
Statistics
Pengetahuan47
0ValidMissing
N
Pengetahuan
4 8.5 8.5 8.56 12.8 12.8 21.3
37 78.7 78.7 100.047 100.0 100.0
BaikCukupKurangTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
10
10
Crosstabs
Case Processing Summary
94 100.0% 0 .0% 94 100.0%Pendidikan Kesehatan* Pengetahuan
N Percent N Percent N PercentValid Missing Total
Cases
Pendidikan Kesehatan * Pengetahuan Crosstabulation
34 8 5 4719.0 7.0 21.0 47.0
72.3% 17.0% 10.6% 100.0%
4 6 37 4719.0 7.0 21.0 47.0
8.5% 12.8% 78.7% 100.0%
38 14 42 9438.0 14.0 42.0 94.0
40.4% 14.9% 44.7% 100.0%
CountExpected Count% within PendidikanKesehatanCountExpected Count% within PendidikanKesehatanCountExpected Count% within PendidikanKesehatan
Diberi Pendidikan
Tidak Diberi Pendidikan
PendidikanKesehatan
Total
Baik Cukup KurangPengetahuan
Total
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
948.82
4.923.137.137
-.1351.326
.060
.054
.000
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. (2-tailed)Point Probability
Pengetahuan
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
11
11
T-Test
Group Statistics
47 11.91 3.658 .53447 5.72 4.004 .584
Pendidikan KesehatanDiberi PendidikanTidak Diberi Pendidikan
PengetahuanN Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean
Independent Samples Test
2.969 .088 7.826 92 .000 6.191 .791 4.620 7.763
7.826 91.261 .000 6.191 .791 4.620 7.763
Equal variancesassumedEqual variancesnot assumed
PengetahuanF Sig.
Levene's Test forEquality of Variances
t df Sig. (2-tailed)Mean
DifferenceStd. ErrorDifference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
t-test for Equality of Means
12
12
Pengetahuan No. Pendidikan Terakhir Status Pekerjaan Pendidikan Kesehatan
No.1 No.2 No.3 No.4 No.5 No.6 No.7 No.8 No.9 No.10 No.11 N1 SD Buruh Tidak Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 SLTA Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1
5 Akademi / PT PNS Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1
6 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1
7 SD Petani Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
8 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1
9 SD Buruh Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 SD Petani Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 SLTP Buruh Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1
14 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
15 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
16 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1
17 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1
18 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 SLTP Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13
13
20 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 SLTP Buruh Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 22 SD Buruh Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
23 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
24 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
25 SD Buruh Tidak Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
26 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1
27 SLTP Petani Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 SLTP Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 Akademi / PT PNS Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
32 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
33 SLTA Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
34 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
36 SLTP Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
37 SD Petani Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 38 SD Buruh Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
39 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
40 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14
14
41 SD Buruh Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
42 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
43 SLTP Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
44 SLTA Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
45 SD Petani Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
46 SD Ibu Rumah Tangga Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
47 SLTP Buruh Tidak Diberi Pendidikan 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
15
15
Pengetahuan No. Pendidikan
Terakhir Status Pekerjaan Pendidikan Kesehatan No.1 No.2 No.3 No.4 No.5 No.6 No.7 No.8 No.9 No.10 No.11 No.12 N
1 SLTA Petani Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 SLTA Buruh Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
4 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1
5 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
8 SLTA Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
9 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 SLTA Buruh Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
12 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 SLTA Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 Akademi / PT PNS Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 16 SD Petani Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 SD Buruh Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18 SLTA Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1
19 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
16
16
20 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
21 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
22 SLTP Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
23 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
24 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
25 SD Buruh Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
26 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
27 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
28 SD Buruh Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
29 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
30 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1
31 SLTP Buruh Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
34 SD Buruh Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
35 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
36 SLTP Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
37 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
38 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
39 SLTP Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
17
17
40 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
41 SLTA Buruh Diberi Pendidikan 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1
42 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
43 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
44 SD Buruh Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
45 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1
46 SLTP Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
47 SD Ibu Rumah Tangga Diberi Pendidikan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18
18
aa