bab ii tinjauan pustaka a. sediaan farmasi

27
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika (UU No. 36/2009, I:1: (4)). Berdasarkan bentuk sediaannya, sediaan farmasi dibagi menjadi empat yaitu sediaan padat (solid), sediaan setengah padat (semi solid), sediaan cair (liquid) dan bentuk gas (Putra, 2012: 309). 1. Kosmetik Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2010). 2. Sediaan setengah padat (semi solid) Ada beberapa sediaan setengah padat, yaitu unguenta (salep), krim, pasta, dan gel (jelly) (Putra, 2012: 309). a. Salep Salep merupakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok (Depkes RI, 1979: 33). b. Krim Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Syamsuni, 2006: 74). c. Pasta Pasta adalah sediaan semi padat (massa lembek) yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal. Pata ini serupa dengan salep hanya berbeda dalam konsistensinya, yaitu bahan padatnya leih dari 50% (Syamsuni, 2006: 73).

Upload: others

Post on 22-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sediaan farmasi

Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika

(UU No. 36/2009, I:1: (4)). Berdasarkan bentuk sediaannya, sediaan farmasi

dibagi menjadi empat yaitu sediaan padat (solid), sediaan setengah padat

(semi solid), sediaan cair (liquid) dan bentuk gas (Putra, 2012: 309).

1. Kosmetik

Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan

pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ

genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk

membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki

bau badan atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2010).

2. Sediaan setengah padat (semi solid)

Ada beberapa sediaan setengah padat, yaitu unguenta (salep), krim, pasta,

dan gel (jelly) (Putra, 2012: 309).

a. Salep

Salep merupakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan

digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi

homogen dalam dasar salep yang cocok (Depkes RI, 1979: 33).

b. Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang

mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan

dasar yang sesuai (Syamsuni, 2006: 74).

c. Pasta

Pasta adalah sediaan semi padat (massa lembek) yang mengandung satu

atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal. Pata ini serupa

dengan salep hanya berbeda dalam konsistensinya, yaitu bahan padatnya leih

dari 50% (Syamsuni, 2006: 73).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

8

d. Gel

Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari

partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi

oleh suatu cairan (Syamsuni, 2006: 77).

B. Krim

Menurut Farmakope Indonesia edisi III krim adalah sediaan setengah

padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60%. Pada Farmakope

Indonesia edisi IV juga dijelaskan bahwa krim adalah bentuk sediaan

setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau

terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Ada dua tipe krim yaitu krim tipe

M/A (minyak dalam air) dan krim tipe A/M (air dalam minyak). Krim yang

dapat dicuci dengan air (M/A) ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan

estetika (Syamsuni,2006: 74).

1. Kelebihan sediaan krim

Keuntungan dari sediaan krim adalah penampilan dan konsistensi yang

menyenangkan saat penggunaannya karena setelah pemakaian tidak

menimbulkan bekas, memberikan efek dingin pada kulit,tidak berminyak

serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik (Lavi, 2012: 7).

Menurut Widodo (2013: 170) beberapa keuntungan dari sediaan krim

diantaranya adalah:

a. Mudah menyebar rata.

b. Praktis.

c. Mudah dibersihkan atau dicuci.

d. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat.

e. Tidak lengket terutama tipe m/a (minyak dalam air).

f. Memberikan rasa dingin (misalnya cold cream), terutama tipe a/m (air

dalam minyak).

g. Digunakan sebagai kosmetik.

h. Bahan untuk pemakaian topikal, jumlah yang diabsorbsi tidak cukup

beracun.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

9

2. Basis krim

Beberapa bahan dasar (basis) yang sering digunakan dalan pembuatan

krim diantaranya adalah:

a. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak dan bersifat asam.

Contohnya: asam stearat, adeps lanae, paraffin liquidum, paraffin solidum,

minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, dan sebagainya.

b. Fase air, yaitu bahna obat yang larut dalam air dan bersifat basa. Contohnya:

Na tetraborax, Trietanolalamin, NaOH, KOH, Na2CO3, Gliserin,

Polietilenglikol, Propilenglikol, dan Surfaktan.

c. Pengemulsi. Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim

disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat atau dikehendaki.

Misalnya, emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil

alkohol, trietanolalamin stearat, polisorbat, atau PEG.

d. Pengawet, yaitu bahan yang digunakan untuk meningkatkan stabilitas

sediaan. Bahan pengawet yang sering digunakan umumnya metil paraben

(nipagin) 0,12-0,18% dan propil paraben (nipasol).

e. Pendapar, yaitu bahan yang digunakan untuk mempertahankan pH sediaan.

f. Antioksidan, yaitu bahan yang digunakan untuk mencegah ketengikan akibat

oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh.

g. Zat berkhasiat.

(Widodo, 2013: 171).

3. Penggolongan krim

a. Tipe a/m

Tipe a/m yaitu air terdispersi dalam minyak. Contohnya adalah cold

cream. Cold cream adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk

memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih,

berwarna putih, dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil

dalam jumlah besar (Widodo, 2013: 169).

b. Tipe m/a

Tipe m/a yaitu minyak terdispersi dalam air. Contohnya vanishing

cream. Vanishing cream adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk

membersihkan, melembabkan, dan sebagai alas bedak. Vanishing cream

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

10

sebagai pelembab akan meninggalkan lapisan berminyak film pada kulit

(Widodo, 2013: 169).

4. Formula basis krim

a. Unguentum Liniens (Cold cream) (Depkes RI. 1968: 100).

Paraf.liq. 51

Cetacei 6,5

Acid stearic 6,4

Cerae alba 2,5

Triethanolalamin 0,8

Natr. Biborat 0,8

Glycerin 1

Parfum q.s.

Aq. ad 100

b. Unguentum Liniens Rosatum (Cold cream) (Depkes RI. 1968: 100).

Cerae flava 2,5

Cetacei 5

Ad. Lanae 5

Ol. Sesami 25

Aq. Rosae 12,5

c. Vanishing cream (Depkes RI. 1968: 100).

Acid stearic 142

Glycerin 100

Natrium biborat 2,5

Trietanolalamin 10

Aq. dest. 750

Nipagin q.s.

d. Cleansing cream (Depkes RI. 1968: 101).

Acid stearin 145

Triethanolamin 15

Adepslanae 30

Paraffin liquid 250

Aquadest 550

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

11

Nipagin q.s.

Penelitian ini akan dibuat empat macam formula sediaan krim tabir surya

dalam basis vanishing cream. Formula vanishing cream dalam Formularium

Medicamentorum Selectum (Depkes RI. 1968: 100).

Pemerian dari masing-masing bahan penyusun krim adalah:

a. Acid stearic / Asam stearat (Depkes RI, 1979: 57)

Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur,

atau kuning pucat mirip lemak lilin.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian

etanol (95%)P, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3

bagian eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Fungsi : Emulgator (Wade and Weller ,1994 :494)

b. Glycerin (Depkes RI, 2014: 498)

Pemerian : Cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

rasa manis, hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau

tidak enak), higroskopik, netral terhadap lakmus.

Kelarutan : Dapat campur dengan air dan etanol; tidak larut dalam

kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam

minyak menguap.

Penyimpanan : Dalam wadah kedap udara di tempat sejuk dan kering

Fungsi : Sebagai humektan dan emolien

(Wade and Weller , 1994: 204).

Acid stearic 142

Glycerin 100

Natrium biborat 2,5

Trietanolalamin 10

Aq. dest. 750

Nipagin q.s.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

12

c. Natrium Tetraborat (Depkes RI, 2014: 913)

Pemerian : Hablur transparan tidak berwarna atau serbuk hablur

putih; tidak berbau; larutan bersifat basa terhadap

fenolftalein. Pada waktu mekar di udara kering dan

hangat, hablur sering dilapisi serbuk warna putih.

Kelarutan : Larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih dan

dalam gliserin; tidak larut dalam etanol.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Fungsi : Zat pengawet

d. Trietanolamine (Depkes RI, 1979: 612)

Pemerian : Cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau

lemah mirip amoniak, higroskopik

Kelarutan : Mudah larut dalama air dan dalam etanol (95%)P, larut

dalam kloroform

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya

Fungsi : Emulgator (Wade and Weller, 1994: 538).

e. Aqua destilata (Depkes RI, 1979: 96)

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Fungsi : Pelarut

f. Nipagin/Metil paraben (Depkes RI, 2014: 845)

Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih,

tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit

rasa terbakar.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon

tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan dalam eter.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Fungsi : Preservatif atau pengawet.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

13

C. Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m² dengan

berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan

vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat

kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur,

seks, ras dan lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 1997: 3).

Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan

memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan

rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme

biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus

(keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan

suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin

untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba

dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar. Selain itu,

kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang besar. (Tranggono dan Latifah,

2007: 11)

Kulit disebut juga integumen atau kutis yang tumbuh dari dua macam

jaringan yaitu jaringan epitel yang menumbuhkan lapisan epidermis dan

jaringan pengikat (penunjang) yang menumbuhkan lapisan dermis (kulit

dalam). Kulit mempunyai susunan serabut saraf yang teranyam secara halus

berguna untuk merasakan sentuhan atau sebagai alat rabadan merupakan

indikator untuk memperoleh kesan umum dengan melihatperubahan pada

kulit (Gibson,J. 2002: 393).

Kulit mempunyai sistem perlindungan alami yaitu lapisan melanin.

Semakin cokelat warna kulit maka semakin tebal lapisan melanin pada kulit,

sehingga memberi perlindungan lebih banyak bagi kulit. Oleh karena itu,

semakin putih kulit seseorang, semakin rentan terhadap radiasi ultraviolet

(UV). Mengingat bahaya dari radiasi ultraviolet (UV) matahari, maka kulit

perlu dilindungi meski tubuh telah menyediakan sistem perlindungan alami.

Berikut ini beberapa cara untuk melindungi kulit dari bahaya sinar matahari

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

14

serta mengurangi risiko terkena kanker kulit, (Perempuan, 2008 di dalam

Isfardiyana, 2014: 128).

1. Batasi waktu terkena sinar matahari secara langsung

2. Sebelum melakukan aktivitas di luar ruangan, gunakan tabir surya atau

sunblock

3. Kenakan pakaian yang melindungi kulit seperti topi dengan bibir topi yang

lebar, kaca mata hitam dengan lensa pelindung anti UV, celana panjang,

pakaian lengan panjang, ataupun jaket.

1. Struktur Kulit

Sumber: Mescher AL, 2010 dalam Kalangi, 2013

Gambar 2.1 Struktur kulit

Kulit terdiri atas 2 lapisan utama yaitu epidermis dan dermis. Epidermis

merupa-kan jaringan epitel yang berasal dari ektoderm, sedangkan dermis berupa

jaringan ikat agak padat yang berasal dari mesoderm. Di bawah dermis terdapat

selapis jaringan ikat longgar yaitu hipo-dermis, yang pada beberapa tempat

terutama terdiri dari jaringan lemak.

e. Epidermis

Epidermis merupakan lapisan paling luar kulit dan terdiri atas epitel

berlapis gepeng dengan lapisan tanduk. Epidermis hanya terdiri dari jaringan

epitel, tidak mempunyai pembuluh darah maupun limfa oleh karenaitu semua

nutrien dan oksigen diperoleh dari kapiler pada lapisan dermis. Epitel berlapis

gepeng pada epidermis ini tersusun oleh banyak lapis sel yang disebut

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

15

keratinosit. Sel-sel ini secara tetap diperbarui melalui mitosis sel-sel dalam

lapis basal yang secara berangsur digeser ke permukaan epitel. Selama

perjalanannya, sel-sel ini berdiferensiasi, membesar, dan mengumpulkan

filamen keratin dalam sitoplasmanya. Mendekati permukaan, sel-sel ini mati

dan secara tetap dilepaskan (terkelupas). Waktu yang dibutuhkan untuk

mencapai permukaan adalah 20 sampai 30 hari. Modifikasi struktur selama

perjalanan ini disebut sitomorfosis dari sel-sel epidermis. Bentuknya yang

berubah pada tingkat berbeda dalam epitel memungkinkan pembagian dalam

potongan histologik tegak lurus terhadap permukaan kulit. Epidermis terdiri

atas 5 lapisan yaitu, dari dalam ke luar, stratum basal, stratum spinosum,

stratum granulosum, stratum lusidum, dan stratum korneum.

1) Stratum basal (lapis basal)

Lapisan ini terletak paling dalam dan terdiri atas satu lapis sel yang

tersusun berderet-deret di atas membran basal dan melekat pada dermis di

bawahnya. Sel-selnya kuboid atau silindris. Intinya besar, jika dibanding

ukuran selnya, dan sitoplasmanya basofilik. Pada lapisan ini biasanya terlihat

gambaran mitotik sel, proliferasi selnya berfungsi untuk regenerasi epitel.

Sel-sel pada lapisan ini bermigrasi ke arah permukaan untuk memasok sel-sel

pada lapisan yang lebih superfisial. Pergerakan ini dipercepat oleh adalah

luka, dan regenerasinya dalam keadaan normal cepat.

2) Stratum spinosum (lapis taju)

Lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang besar-besar berbentuk

poligonal dengan inti lonjong. Sitoplasmanya kebiruan. Bila dilakukan

pengamatan dengan pembesaran obyektif 45x, maka pada dinding sel yang

berbatasan dengan sel di sebelahnya akan terlihat taju-taju yang seolah-olah

menghubungkan sel yang satu dengan yang lainnya. Pada taju inilah terletak

desmosom yang melekatkan sel-sel satu sama lain pada lapisan ini. Semakin

ke atas bentuk sel semakin gepeng.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

16

3) Stratum granulosum (lapis berbutir)

Lapisan ini terdiri atas 2-4 lapis sel gepeng yang mengandung banyak

granula basofilik yang disebut granula kerato-hialin, yang dengan mikroskop

elektron ternyata merupakan partikel amorf tanpa membran tetapi dikelilingi

ribosom. Mikro-filamen melekat pada permukaan granula.

4) Stratum lusidum (lapis bening)

Lapisan ini dibentuk oleh 2-3 lapisan sel gepeng yang tembus cahaya,

dan agak eosinofilik. Tak ada inti maupun organel pada sel-sel lapisan ini.

Walaupun ada sedikit desmosom, tetapi pada lapisan ini adhesi kurang

sehingga pada sajian seringkali tampak garis celah yang memisahkan stratum

korneum dari lapisan lain di bawahnya.

5) Stratum korneum (lapis tanduk)

Lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel-sel mati, pipih dan tidak berinti

serta sitoplasmanya digantikan oleh keratin. Sel-sel yang paling permukaan

merupa-kan sisik zat tanduk yang terdehidrasi yang selalu terkelupas.

f. Dermis

Dermis terdiri atas stratum papilaris dan stratum retikularis, batas antara

kedua lapisan tidak tegas, serat antaranya saling menjalin.

1) Stratum papilaris

Lapisan ini tersusun lebih longgar, ditandai oleh adanya papila dermis

yang jumlahnya bervariasi antara 50 – 250/mm2. Jumlahnya terbanyak dan

lebih dalam pada daerah di mana tekanan paling besar, seperti pada telapak

kaki. Sebagian besar papila mengandung pembuluh-pembuluh kapiler yang

memberi nutrisi pada epitel di atasnya. Papila lainnya mengandung badan

akhir saraf sensoris yaitu badan Meissner. Tepat di bawah epidermis serat-

serat kolagen tersusun rapat.

2) Stratum retikularis

Lapisan ini lebih tebal dan dalam. Berkas-berkas kolagen kasar dan

sejumlah kecil serat elastin membentuk jalinan yang padat ireguler. Pada

bagian lebih dalam, jalinan lebih terbuka, rongga-rongga di antaranya terisi

jaringan lemak, kelenjar keringat dan sebasea, serta folikel rambut. Serat otot

polos juga ditemukan pada tempat-tempat tertentu, seperti folikel rambut,

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

17

skrotum, preputium, dan puting payudara. Pada kulit wajah dan leher, serat

otot skelet menyusupi jaringan ikat pada dermis. Otot-otot ini berperan untuk

ekspresi wajah. Lapisan retikular menyatu dengan hipodermis/fasia

superfisialis di bawahnya yaitu jaringan ikat longgar yang banyak

mengandung sel lemak.

3) Hipodermis

Sebuah lapisan subkutan di bawah retikularis dermis disebut hipodermis.

Ia berupa jaringan ikat lebih longgar dengan serat kolagen halus terorientasi

terutama sejajar terhadap permukaan kulit, dengan beberapa di antaranya

menyatu dengan yang dari dermis. Pada daerah tertentu, seperti punggung

tangan, lapis ini meungkinkan gerakan kulit di atas struktur di bawahnya. Di

daerah lain, serat-serat yang masuk ke dermis lebih banyak dan kulit relatif

sukar digerakkan. Sel-sel lemak lebih banyak daripada dalam dermis.

Jumlahnya tergantung jenis kelamin dan keadaan gizinya. Lemak subkutan

cenderung mengumpul di daerah tertentu. Tidak ada atau sedikit lemak

ditemukan dalam jaringan subkutan kelopak mata atau penis, namun di

abdomen, paha, dan bokong, dapat mencapai ketebalan 3 cm atau lebih.

Lapisan lemak ini disebut pannikulus adiposus.

(Kalangi, Sonny J.R. 2013: S12-16).

D. Sinar matahari

Indonesia merupakan negara tropis yang penuh dengan limpahan sinar

matahari sepanjang tahunnya. Sinar matahari sendiri merupakan sumber

energi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Matahari dapat

memancarkan berbagai macam sinar baik yang dapat dilihat (visibel) maupun

yang tidak dapat dilihat. Sinar matahari yang dapat dilihat adalah sinar yang

dipancarkan dalam gelombang lebih dari 400nm, sedangkan sinar matahari

dengan panjang gelombang 10nm-400nm yang disebut dengan sinar

ultraviolet tidak dapat dilihat dengan mata (Isfardiyana dan Safitri, 2014 :

127).

Dalam beberapa hal sinar ultraviolet bermanfaat untuk manusia yaitu

diantaranya untuk mensintesis Vitamin D dan juga berfungsi untuk

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

18

membunuh bakteri. Namun disamping manfaat tersebut di atas sinar

ultraviolet dapat merugikan manusia apabila terpapar pada kulit manusia

terlalu lama. Sinar ultra violet (UV) dapat digolongkan menjadi UV A dengan

panjang gelombang antara 320nm-400nm, UV B dengan panjang gelombang

290nm-320nm dan UV C dengan panjang gelombang 10nm-290nm. Semua

sinar UV A di emisikan ke bumi, sedangkan sinar UV B sebagian di emisikan

ke bumi (terutama yang panjang gelombangnya mendekati UV A). Sinar UV

B yang panjang gelombangnya lebih pendek dan sinar UV C tidak dapat di

emisikan ke bumi karena diserap lapisan ozon yang ada di atmosfir bumi.

Dengan demikian apabila lapisan ozon yang ada di atmosfir rusak, sinar UV

B yang masuk ke bumi akan semakin banyak (BPOM, 2009 : 5).

Sumber: Isfardiyana dan Safitri, 2014: 127

Gambar 2.2 Proses penyerapan sinar matahari oleh kulit

Dari ketiga jenis sinar ultraviolet yang sudah dibahas, masing – masing

memiliki ciri-ciri dan tingkat keparahan efek radiasi yang berbeda- beda.

Namun pada umumnya, sinar ultraviolet yang terpapar masuk ke bumi, baik

itu sinar UV A, UV B, maupun UV C, dapat memberikan dampak sebagai

berikut (Ana, 2014 di dalam Isfardiyana, 2014: 12).

1. Kemerahan pada kulit

Bahaya sinar ultraviolet yang pertama adalah memberikan efek

kemerahan pada kulit. Secara umum, sinar ultraviolet, terutama sinar UV B

dapat menimbulkan gejala kemerahan pada kulit. Hal ini merupakan suatu

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

19

bentuk iritasi kulit yang terpapar sinar ultraviolet. Biasanya gejala ini juga

disertai rasa gatal pada bagian kulit yang memerah.

2. Kulit terasa seperti terbakar

Sinar ultraviolet juga dapat membuat kulit memilikii gejala seperti

terbakar. Hal ini biasanya disebabkan oleh paparan sinar UV– B.

3. Dapat menimbulkan eritema

Eritema merupakan kondisi dimana kulit kaki mengalami kemerahan dan

bengkak. Hal ini disebabkan oleh paparan sinar UV – B.

4. Menimbulkan penyakit katarak

Katarak merupakan kondisi mata yang tertutupi atau terhalang selaput-

selaput tertentu sehingga membuat penglihatan menjadi berkabut dan cukup

jelas. Selain factor usia, paparan sinar UV juga menjadi salah satu pemicu

timbulnya katarak.

5. Dapat memicu pertumbuhan sel kanker

Paparan sinar UV dapat menimbulkan terjadinya kerusakan fotokimia

pada DNA dari sel-sel yang berada di dalam tubuh. Hal ini akan memicu

terbentuknya kanker, terutama kanker kulit pada manusia.

6. Radiasi sinar UV A yang menembus dermis dapat merusak sel kulit.

7. Kulit dapat kehilangan elastisitas

Paparan sinar UV A yang dapat menembus bagian demis kulit dapat

merusak sel-sel yang berada pada dermis. Hal ini membuat elastisitas kulit

menjadi berkurang.

8. Kerut pada bagian kulit

Kerutan pada kulit merupakan salah satu efek samping dari hilangnya

dan berkurangnya elastisitas kulit.

9. Kanker kulit

Beberapa jenis kanker kulit disebabkan oleh sinar UV. Sinar matahari di

siang dan sore hari sangat riskan untuk merusak kulit. Sel-sel kulit dapat

memburuk akibat terkena sinar matahari.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

20

E. Tabir surya

Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk

maksud membaurkan atau menyerap secara efektif cahaya matahari, terutama

daerah emisi gelombang ultraviolet dan inframerah, sehingga dapat mencegah

terjadinya gangguan kulit karena cahaya matahari (SNI 16-4399-1996: 1).

Kaur dan Saraf (2009) mengemukakan bahwa dalam jumlah kecil, radiasi

UV-B bermanfaat untuk sintesis vitamin D dalam tubuh, tetapi paparan

berlebihan sinar ini dapat menyebabkan kulit kemerahan/terbakar dan efek

berbahaya sintesis radikal bebas yang memicu eritema dan katarak. Sinar UV-

B juga dapat menyebabkan kerusakan fotokimia pada DNA sel sehingga

memicu pertumbuhan kanker kulit.

Sumber : Setyowati, 2018 .https://m.trubus.id/baca/23304/sama-sama-tabir-

surya-apa-bedanya-sunblok-dengan-sunscreen

Gambar 2.3 Mekanisme tabir surya dalam melindungi kulit.

Berdasarkan mekanismenya dalam melindungi kulit, tabir surya

dibedakan menjadi dua macam yaitu tabir surya physical blocker (pemblok

fisik) yang disebut juga sunblock dan tabir surya chemical absorber

(penyerap kimia) yang disebut juga sunscreen. Mekanisme kerja tabir surya

chemical absorber yaitu mengabsorpsi radiasi sinar UV dan mengubahnya

menjadi energi panas. Mekanisme tabir surya physical blocker yaitu

memantulkan atau menghamburkan sinar UV karena didalamnya

mengandung senyawa anorganik (Rai dan Srinivas, 2007 di dalam Setyowati,

2018 : 13 ).

Menurut Tranggono dan Latifah (2007: 83) syarat-syarat bagi preparat

kosmetik tabir surya diantaranya adalah:

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

21

1. Enak dan mudah dipakai

2. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan

3. Bahan aktif dan bahan dasar mudah tercampur

4. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban

kulit

Sedangkan syarat-syarat bahan aktif untuk preparat tabir surya adalah

1. Efektif menyerap radiasi UV B tanpa perubahan kimiawi, karena jika tidak

demikian akan mengurangi efisiensi, bahkan menjadi toksik atau

menimbulkan iritasi.

2. Meneruskan UV A untuk mendapatkan tanning (di kulit Kaukasia/Eropa).

3. Stabil, yaitu tahan keringat dan tidak menguap

4. Mempunyai daya larut yang cukup untuk mempermudah formulasinya.

5. Tidak berbau atau boleh berbau ringan.

6. Tidak toksik, tidak mengiritasi, dan tidak menyebabkan sensitisasi

Bentuk-bentuk preparat sunscreen dapat berupa :

a. Preparat anhydrous

b. Emulsi (non-greasy O/W, semi greasy dual emulsion, dan Fatty W/O)

c. Preparat tanpa lemak, dibandingkan tabir surya yang terbuat dari lemak,

preparat tanpa minyak ini memiliki keuntungan, yaitu tidak berlemak dan

tidak lengket, sehingga lebih menyenangkan untuk dipakai. Bahan-bahan

pengental seperti sorbitol dan gliserol, sering ditambahkan pada produk yang

kadar alkoholnya tidak begitu tinggi untuk menambah ketebalan lapisan yang

menempel pada kulit (Tranggono dan Latifah, 2007: 83).

Krim tabir surya yang beredar dipasaran menggunakan komponen-

komponen kimia. Keuntungan penggunaan krim tabir surya dengan bahan-

bahan kimia adalah mudah didapat, banyak pilihan, bisa dipilih sesuai dengan

kebutuhan masing-masing pengguna karena orang berkulit hitam kebutuhan

akan krim tabir surya akan berbeda dengan orang berkulit putih. Sedangkan

kerugiaannya adalah dapat menyebabkan iritasi dengan rasa terbakar, rasa

menyengat, dan dapat menyebabkan alergikontak berupa reaksi foto kontak

alergi. Jadi, penggunaan krim tabir surya dengan bahan alami akan sangat

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

22

menguntungkan apalagi jika mempunyai nilai SPF yang tinggi

(Purwaningsih, Salamah, Adnin, 2015 : 2).

F. Tumbuhan jagung

Sumber: Dokumen Pribadi. Sumber: Dokumen Pribadi.

Gambar 2.4 Tumbuhan jagung. Gambar 2.5 Tongkol Jagung.

Jagung (Zea mays L.) berasal dari Amerika Tengah atau Meksiko bagian

Selatan. Budidaya jagung telah dilakukan Indonesia kurang lebih selama

10.000 tahun yang lalu, kemudian teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan

sekitar 7.000 tahun yang lalu. Jagung dari hasil budidaya merupakan

keturunan langsung dari jenis jagung teosinte (Zea mays sp. Parviglumis)

(Rukmana, 1997 di dalam Setyowati, 2018: 19). Jagung tergolong dalam jenis

tanaman pangan yang banyak mengandung serat kasar. Serat kasar tersebut

terdiri dari lignin, selulosa, hemiselulosa dan lignoselulosa. Masing-masing

senyawa tersebut merupakan senyawa potensial yang dapat dikonversikan

untuk menjadi senyawa lain secara biologik (Soeprijanto, 2008 di dalam

Setyowati, 2018 : 20).

1. Sistematika tumbuhan jagung (Litbang Deptan, 2010:14).

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Class : Monocotyledoneae

Ordo : Poales

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

23

Familia : Poaceae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L.

2. Morfologi

Tanaman jagung termasuk famili rumput-rumputan (graminae) dari

subfamili myadeae. Dua famili yang berdekatan dengan jagung adalah

teosinte dan tripsacum yang diduga merupakan asal dari tanaman jagung.

Teosinte berasal dari Meksico dan Guatemala sebagai tumbuhan liar di

daerah pertanaman jagung. Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak

bercabang, berbentuk silindrris, dan terdiri atassejumlah ruas dan buku ruas.

Daunnya mempunyai bentuk ujung yang berbeda, yaitu runcing, runcing agak

bulat, bulat, dan tumpul. Pada helai daun bisa lurus atau bengkok (Litbang

Deptan, 2010:18).

3. Tongkol jagung

Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.

Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak

pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding

yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji

yang jumlahnya selalu genap (Litbang Deptan, 2010: 22).

Tongkol jagung yang digunakan adalah limbah tongkol jagung hibrida

yang dibudidayakan oleh petani jagung di daerah Way kanan. Jagung hibrida

merupakan hasil pemuliaan dari flint corn (Zea mays var. Indurata). Jagung

ini merupakan komoditas jagung yang paling banyak dibididayakan didunia

saat ini. Selain paling cepat petumbuhannya produktivitas jagung ini juga

paling tinggi. Limbah tongkol jagung ini biasanya hanya digunakan sebagai

pakan ternak ruminansia (Rahardi, F: 2012).

4. Kandungan dan manfaat tongkol jagung

Tongkol jagung merupakan simpanan makanan untuk pertumbuhan biji

jagung selama melekat pada tongkol, oleh sebab itu tongkol jagung diduga

memiliki senyawa-senyawa aktif yang berpotensi sebagai bahan aktif tabir

surya. Telah diteliti sebelumnya tentang jagung, oleh Hossain et al. (2006)

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

24

dengan mengidentifikasi senyawa antioksidan flavonol glikosida dan

kuersetin dari biji jagung.

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa limbah

tongkol jagung mengandung senyawa-senyawa fenolik, flavonoid dan tanin

yang mempunyai potensi sebagai antioksidan atau penangkal radikal bebas.

Lumempouw, Suryanto, Paendong (2012) dan Saleh, Suryanto, Yudistira

(2012) melaporkan bahwa ekstrak etanol tongkol jagung dapat berperan

sebagai antioksidan dan tabir surya. Selain itu, penelitian Wungkana,

Suryanto, Momuat (2013) menyatakan bahwa fraksi fenolik dari tongkol

jagung dapat berperan sebagai penangkal radikal bebas dan sekaligus tabir

surya.

5. Penelitian yang sudah dilakukan

Sebelumnya telah dilakukan beberapa penelitian mengenai tongkol

jagung. Pada tahun 2012 telah dilakukan penelitian mengenai aktivitas anti

UV-B ekstrak fenolik dari tongkol jagung (Zea mays L.) oleh Lumempouw,

Suryanto, Paendong. Didapatkan hasil bahwa ekstrak tongkol jagung dengan

memiliki kandungan fenolik, dimana kandungan fenolik ini mampu

meningkatkan nilai SPF.

Lalu pada tahun 2013 dilakukan penelitian mengenai aktivitas

antioksidan dan tabir surya fraksi fenolik dari limbah tongkol jagung (Zea

mays L.) oleh Wungkana, Suryanto, Momuat.Pada penelitian ini disimpulkan

bahwa ekstrak tongkol jagung memiliki kemampuan sebagai bahan aktif tabir

surya yang memiliki nilai SPF cukup tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian oleh Rahmawati; dkk pada tahun 2018

tentang pengaruh konsentrasi ekstrak tongkol jagung (Zea mays L.) terhadap

nilai sun protection faktor (SPF) di dapatkan hasil bahwa ekstrak etanol

tongkol jagung memiliki kemampuan sebagai tabir surya pada konsentrasi 4

ppm dengan nilai SPF 8,3 tergolong dalam proteksi maksimal, konsentrasi 8

ppm dengan nilai SPF 12,1 tergolong dalam proteksi maksimal, konsentrasi

12 ppm dengan nilai SPF 18,5 tergolong dalam proteksi ultrat, dan 16 ppm

dengan nilai SPF 20,8 tergolong dalam proteksi ultrat.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

25

G. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang

telah ditetapkan (Depkes RI, 1995: 7).

Menurut Anief, (1997: 168) ekstrak adalah sediaan yang dapat berupa

kering, kental dan cair, dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani

menurut cara yang sesuai, yaitu maserasi, perkolasi, atau penyeduhan dengan

air mendidih. Sebagai cairan penyari digunakan air, eter atau campuran etanol

dan air. Penyarian dilakukan diluar pengaruh cahaya matahari langsung.

Penyarian dengan campuran etanol dan air dilakukan dengan cara maserasi

atau perkolasi. Penyarian dengan eter dilakukan dengan cara perkolasi.

Sedangkan yang dimaksud dengan ekstraksi adalah suatu proses

penyarian zat aktif dari bagian tanaman obat yang bertujuan untuk menarik

komponen kimia yang terdapat dalam bagian tanaman obat tersebut (Marjoni,

2012 : 15).

Pembuatan sediaan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat yang

terdapat di simplisia terdapat dalam bentuk yang mempunyai kadar yang

tinggi dan hal ini memudahkan zat berkhasiat daoat diatur dosisnya. Dalam

sediaan ekstrak dapat distandarisasikan kadar zat berkhasiat sedangkan kadar

zat berkhasiatdalam simplisia sukar didapat yang sama (Anief, 1997: 169).

Menurut Mukhriani, (2014: 362) semua senyawa metabolit sekunder yang

dihasilkan oleh suatu sumber tetapi tidak dihasilkan oleh sumber lain dengan

kontrol yang berbeda, misalnya dua jenis dalam marga yang sama atau jenis

yang sama tetapi berada dalam kondisi yang berbeda. Identifikasi seluruh

metabolit sekunder yang ada pada suatu organisme untuk studi sidik jari

kimiawi dan studi metabolomik.

Proses ekstraksi khususnya untuk bahan yang berasal dari tumbuhan

adalah sebagai berikut :

1. Pengelompokan bagian tumbuhan (daun, bunga, dll), pengeringan dan

penggilingan bagian tumbuhan.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

26

2. Pemilihan pelarut

3. Pelarut polar: air, etanol, metanol, dan sebagainya.

4. Pelarut semipolar: etil asetat, diklorometan, dan sebagainya.

5. Pelarut nonpolar: n-heksan, petrole-um eter, kloroform, dan sebagainya.

Proses ekstraksi pada dasarnya adalah proses perpindahan massa dari

komponen zat padat yang terdapat pada simplisia kedalam pelarut organik

yang digunakan. Pelarut organik akan menembus dinding sel danselanjutnya

akan masuk kedalam rongga sel tumbuhan yang mengandung zat aktif. Zat

aktif akan terlarut dalam pelarut organik pada bagian luar sel untuk

selanjutnya berdifusi masuk ke dalam pelarut. Proses ini teris berulang

sampai terjadi keseimbangan konsentrasi zat aktif antara di dalam sel dengan

konsentrasi zat aktif di luar sel.

Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai metode dan cara yang sesuai

dengan sifat dan tujuan ekstraksi itu sendiri. Sampel yang akan di ekstraksi

dapat berbentuk sampel segar ataupunsampel yang telah dikeringkan. Sampel

yang umum digunakan adalah sampel segar karena penetrasi pelarut akan

berlangsung lebih cepat. Selain itu penggunaan sampel segar dapat

mengurangi kemungkinan terbentuknya polimer resin atau artefak lain yang

dapat terbentuk selama proses pengeringan. Penggunaan sampel kering juga

memiliki kelebihan yaitu dapat mengurangi kadar air yang terdapat di dalam

sampel, sehingga dapat mencegah kemungkinan rusaknya senyawa akibat anti

mikroba (Marjoni,2016:16).

Salah satu metode ekstraksi yaitu ekstraksi maserasi, maserasi

merupakan cara ekstraksi yang sangat sederhana hanya dilakukan dengan cara

merendam serbuk simplisia dengan pelarut yang cocok dan tanpa pemanasan.

Prinsip kerja dari maserasi adalah proses melarutnya zat aktif berdasarkan

sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like) (Marjoni, 2016:

40).

Bahan baku utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

tongkol jagung (Zea mays L.). Pembuatan ekstrak tongkol jagung dilakukan

dengan cara menimbang serbuk tongkol jagung sebanyak 100 gram, lalu

dimasukkan ke dalam wadah dan ditambahkan 1 liter pelarut etanol 50%

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

27

hingga serbuk terendam. Selanjutnya diekstraksi menggunakan metode

maserasi selama 1 hari pada suhu ruang. Setelah perendaman selesai

dilakukan penyaringan, cairan yang didapat disimpan pada wadah lain.

Kemudian ampas dari hasil maserasi pertama ditambahkan 1 liter pelarut

etanol 50% dan dilakukan maserasi kedua selama 1 hari, setelah perendaman

selesai dilakukan penyaringan, cairan yang didapat dicampurkan dengan hasil

maserasi pertama. Untuk mendapatkan ekstrak kental tongkol jagung

dilakukan pemanasan terlebih dahulu. (Rahmawati; dkk, 2018: 18).

Pada penelitian ini metode ekstraksi yang digunakan mengikuti prosedur

yang dilakukan Rahmawati; dkk (2018) dengan sedikit modifikasi. Dimana

pelarut yang digunakan adalah etanol 70%. Karena pada penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya diketahui bahwa tongkol jagung (Zea mays L.)

mengandung senyawa-senyawa fenolik seperti flavonoid. Flavonoid

merupakan senyawa yang larut dalam air, mereka dapat diekstraksi dengan

etanol 70% (Harborne, J.B. , 1987: 70).

H. Evaluasi sediaan

Evaluasi akhir untuk mengetahui mutu fisik sediaan dilakukan setelah

pembuatan krim selesai. Kriteria yang dapat diamati adalah uji organoleptik,

uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, tipe emulsi serta uji kesukaan.

1. Organoleptik

Uji organoleptik dilakukan menggunakan pancaindera. Komponen yang

dievaluasi meliputi bau warna, tekstur sediaan, dan konsistensi. Adapun

pelaksanaannya menggunakan subjek responden (dengan kriteria tertentu)

dengan menetapkan kriteria pengujiannya (macam dan item), menghitung

presentase masing-masing kriteria yang diperoleh, serta mengambil

keputusan dengan analisis statistik (Widodo, 2013 : 173).

2. Uji kesukaan (hedonik)

Uji kesukaan atau uji hedonik adalah salah satu jenis uji penerimaan.

Dalam uji ini panelis diminta untuk mengungkapkan tanggapan pribadinya

tentang kesukaan atau sebaliknya tentang ketidaksukaan. Disamping itu juga

mereka mengungkapkan tingkat kesukaan/ketidaksukaan. Tingkat-tingkat

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

28

kesukaan ini disebut sebagai skala hedonik, misalnya tidak suka, suka, dan

sangat suka. Panelis yang digunakan adalah panelis agak terlatih yaitu panelis

yang dipilih dari kalangan terbatas berdasarkan pengujian terhadap tingkat

kepekaannya. Jumlah panelis yang dibutuhkan yaitu 15 orang (Afrianto; dkk,

2008 : 310).

3. Homogenitas

Sejumlah krim yang akan diamati dioleskan pada kaca objek yang bersih

dan kering sehingga membentuk suatu lapisan yang tipis. Krim dinyatakan

homogen apabila tidak ada partikel kasar pada krim ketika diamati secara

visual (Depkes RI, 1979 : 33).

4. pH

Uji pH ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian nilai pH sediaan

dengan nilai pH kulit. Krim yang digunakan untuk kulit harus sesuai dengan

kriteria derajat keasaman (pH) kulit agar nyaman dan tidak menimbulkan

efek yang tidak diinginkan pada kulit. Sediaan krim tabir surya rentang pH

nya 4,5 – 8,0 (SNI 16-4399-1996). Pengujian pH dilakukan menggunakan pH

meter yang telah dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan larutan dapar

standar, diencerkan 1 bagian krim dalam 10 bagian aquadest. Setelah diaduk

rata dan didiamkan sebentar diukur menggunakan pH meter, dicatat nilai pH

yang tertera pada pH meter (Sukma, 2018: 50).

5. Daya sebar

Pengujian daya sebar bertujuan untuk mengetahui daya penyebaran krim

pada kulit. Sebanyak 1 gram sediaan krim diletakkan dengan hati-hati di atas

kaca berukuran 20 x 20 cm. Selanjutnya ditutup dengan kaca yang sama

berukuran 20 x 20 cm dan diberi pemberat diatasnya hingga bobot 125 gram,

kemudian diukur diameter yang terbentuk setelah 1 menit. Daya sebar krim

yang baik yaitu 5 sampai 7 cm (Garg et al. 2002 : 90).

6. Uji tipe emulsi

Pemeriksaan tipe emulsi bertujuan untuk mengetahui tipe emulsi yang

terbenntuk. Pemeriksaan tipe emulsi dapat dilakukan dengan cara

pengenceran fase. Dengan prinsip tersebut, emulsi tipe o/w dapat diencerkan

dengan air dan tipe w/o dapat diencerkan dengan minyak (Syamsuni, 2006:

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

29

133). Jika sediaan merupakan tipe minyak dalam air maka sediaan akan

terlarut ketika dilarutkan dengan air, sedangkan jika sediaan merupakan tipe

air dalam minyak maka sediaan tidak dapat dilarutkan dengan air.

Tabel 2.1 Syarat Mutu Sediaan Tabir Surya

No. Kriteria Uji Satuan Mutu

1 Penampakan - Homogen

2 Ph - 4,5 – 8,0

3 Bobot Jenis, 20˚ - 0,95 -1,05

4 Viskositas, 25˚ Cps 2.000 – 5.000

5 Faktor

Pelindung Surya

- Min. 4

6 Bahan Aktif Sesuai Permenkes No.

376/Menkes/Per/VIII/1990

Sesuai Permenkes No.

376/Menkes/Per/VIII/1990

7 Pengawet Sesuai Permenkes No.

376/Menkes/Per/VIII/1990

Sesuai Permenkes No.

376/Menkes/Per/VIII/1990

8 Cemaran

Mikroba

8.1 Angka lempeng

total

Koloni/g Maks. 102

8.2 Jamur Koloni/g Negatif

8.3 Coliform APM/g < 3

8.4 Staphilococcus

aureus

Koloni/g Negatif

8.5 Psaudomonas

aeruginosa

Koloni/g Negatif

Sumber : SNI 16-4399-1996 : 1

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

30

I. Kerangka Teori

Gambar 2.6 Kerangka teori

Gas

Sediaan farmasi

Solid Semi solid Liquid

Salep Krim Gel Pasta

Tabir surya

Bahan sintetis Bahan alam

Sediaan krim ekstrak tongkol jagung

(Zea mays L.) dengan konsentrsi 0%,

0,5%, 1%, dan 1,5%

Sinar matahari Kulit

Formula vanishing

Cream (FMS : 100)

Acid stearic 142

Glycerin 100

Natrium biborat 2,5

Trietanolalamin 10

Aq. dest. 750

Nipagin q.s

Evaluasi mutu sediaan krim

1. Uji organoleptik

2. Kesukaan

3. pH

4. Bobot jenis

5. Viskositas

6. Faktor pelindung cahaya

7. Bahan aktif

8. Pengawet

9. Cemaran mikroba

10. Homogenitas

11. Daya sebar

12. Tipe emulsi

(SNI 16-4399-1996, Widodo 2013,

Depkes RI 1979, Sukma 2018,

Syamsuni 2006, Garg et al. 2002,

Afrianto 2008)

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

31

J. Kerangka Konsep

Gambar 2.7 Kerangka konsep

Sediaan krim tabir surya ekstrak

tongkol jagung (Zea mays L.)

konsentrasi 0%, 0,5%, 1%, dan

1,5%

Evaluasi mutu sediaan krim

1. Uji organoleptik

2. Uji kesukaan

3. Homogenitas

4. pH

5. Daya sebar

6. Tipe emulsi

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

32

K. Definisi Operasional

Tabel 2.2 Definisi Operasional

No

Variabel

Penelitian

Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Konsentrasi

ekstrak

tongkol

jagung (Zea

mays L.)

dalam sediaan

krim sebagai

tabir surya

(sunscreen)

Formulasi

ekstrak

tongkol

jagung (Zea

mays L.) yang

didapat

dengan cara

maserasi, lalu

dijadikan

sediaan krim

dengan

variasi

konsentrasi

0%, 0,5%,

1% dan 1,5%.

Menimbang

ekstrak

tongkol

jagung

dengan

neraca

analitik dan

memformulas

ikan ke dalam

basis krim

dengan

variasi

konsentrasi

ekstrak 0%,

0,5%, 1% dan

1,5%.

Neraca

analitik

Formulasi

sediaan

krim ekstrak

tongkol

jagung

dengan

variasi

konsentrasi

ekstrak 0%,

0,5%, 1%

dan 1,5%

Rasio

2. Kesukaan

(Hedonik)

Penilaian

kesukaan

panelis

terhadap

sediaan krim

secara

keseluruhan

dengan panca

indera yang

meliputi

aroma,warna,

dan

konsistensi.

Observasi

dengan

pancaindera

yang

dilakukan

oleh 15 orang

panelis

Checklist 1=Tidak

suka

2=Suka

3=Sangat

suka

Ordinal

3 Organoleptik Penilaian sifat

organoleptik

dengan

menggunakan

panca indera.

Penilaian

meliputi bau,

warna, dam

konsistensi.

Observasi

dengan panca

indera yang

dilakukan

oleh 15 orang

panelis

Checklist 1.Warna

2.Bau

3.Konsisten

si

Nominal

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan farmasi

33

Variabel

Penelitian

Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Warna Warna dari

sediaan krim

yang dibuat

Observasi

dengan

pancaindera

penglihatan

dengan

melihat warna

yang

dihasilkan.

Checklist 1.Putih

2.Putih

kekuningan

3.Kuning

kecoklatan

4.Coklat

Nominal

Bau Aroma yang

dihasilkan

dari sediaan

krim

Observasi

dengan

panca indra

penciuman

dengan

mencium bau

yang

dihasilkan.

Checklist 1.Bau khas

2.Tidak

Berbau

Nominal

Konsistensi Konsistensi

yang

dihasilkan

dari sediaan

krim

Observasi

dengan

pancaindera

peraba .

Checklist 1.Setengah

padat

cenderung

cair

2.Setengah

padat.

Nominal

3 Homogenitas Merata

tidaknta

bahan-bahan

yang

tercampur

dalam krim.

Penilaian

dengan

melakukan

observasi

menggunakan

kaca objek

Checklist 1.Homogen

2.Tidak

homogen

Ordinal

4 pH Besarnya

nilai

keasaman

formulasi

sediaan krim.

Penilaian

dengan

melihat nilai

pH sediaan

krim dengan

alat pH meter

pH meter Nilai pH Rasio

5 Daya sebar Diameter area

krim akibat

pemberian

beban.

Penilaian

dengan

melihat

diameter krim

setelah diberi

beban

Penggaris

Cm Rasio

6 Tipe emulsi Emulsi yang

terbentuk

oleh sediaan

krim

Penilaian

dengan

pengenceran

fase

Beaker

gelas

Pipet tetes

1.Tipe M/A

2.Tipe A/M

Nominal

No