bab ii tinjauan pustaka a. pendidikan kesehatan 1. pengertianrepository.ump.ac.id/2619/3/aris wahyu...

44
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kesehatan 1. Pengertian Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003). Dari batasan diatas tersirat unsur-unsur pendidikan yakni input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan), proses adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain dan output adalah melakukan apa yang diharapkan (Notoatmodjo, 2003). Menurut Maulana (2009), pendidikan kesehatan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang dilakukan pada anak untuk menuju dewasa. Ciri orang dewasa ditunjukkan oleh kemampuan secara fisik, mental, moral, sosial dan emosional. Pendidikan kesehatan adalah istilah yang diterapkan pada penggunaan proses pendidikan secara terencana untuk mencapai tujuan kesehatan yang meliputi beberapa kombinasi dan kesepakatan belajar atau aplikasi pendidikan didalam bidang kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

Upload: phamkhanh

Post on 24-May-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok

atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan

oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003). Dari batasan diatas

tersirat unsur-unsur pendidikan yakni input adalah sasaran pendidikan

(individu, kelompok, masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan),

proses adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang

lain dan output adalah melakukan apa yang diharapkan (Notoatmodjo,

2003).

Menurut Maulana (2009), pendidikan kesehatan adalah setiap

usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang dilakukan pada anak

untuk menuju dewasa. Ciri orang dewasa ditunjukkan oleh

kemampuan secara fisik, mental, moral, sosial dan emosional.

Pendidikan kesehatan adalah istilah yang diterapkan pada penggunaan

proses pendidikan secara terencana untuk mencapai tujuan kesehatan

yang meliputi beberapa kombinasi dan kesepakatan belajar atau

aplikasi pendidikan didalam bidang kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

Sedangkan menurut Suliha dkk (2002) Pendidikan kesehatan adalah

proses perubahan perilaku secara terencana pada diri individu,

kelompok atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai

tujuan hidup sehat.

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan secara umum yaitu untuk

mengubah perilaku individu atau masyarakat dalam bidang kesehatan.

Selain hal tersebut, tujuan pendidikan kesehatan ialah:

a. Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat.

b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

c. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana

pelayanan kesehatan yang ada.

d. Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih

besar pada kesehatan (dirinya).

e. Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah

terjadinya sakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi parah

dan mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitas cacat

yang disebabkan oleh penyakit.

f. Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi

perubahan–perubahan sistem, cara memanfaatkannya dengan

efisien dan efektif.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

g. Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan

bagaimana caranya tanpa selalu meminta pertolongan kepada

sistem pelayanan kesehatan yang formal.

(Notoatmodjo, 2003)

3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan yaitu:

a. Dimensi Sasaran

1) Pendididkan kesehatan individual dengan sasaran individu.

2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.

3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat.

b. Dimensi Tempat Pelaksanaannya

1) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan

sasaran murid yang pelaksanaannya diintegrasikan dengan

Upaya Kesehatan Sekolah (UKS).

2) Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di

Pusat Kesehatan Masyarakat, Balai Kesehatan, Rumah Sakit

Umum maupun khusus dengan sasaran pasien dan keluarga

pasien.

3) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran

buruh atau karyawan.

c. Tingkat Pelayanan Pendidikan Kesehatan

1) Promosi kesehatan (Health Promotion).

2) Perlindungan khusus (Specific Protection).

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

3) Diagnosa dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and

Prompt Treatment).

4) Pembatasan cacat (Disability Limitation).

5) Rehabilitasi (Rehabilitation).

(Mubarak, 2009).

4. Metode Pembelajaran dalam pendidikan Kesehatan

a. Metode ceramah

Ceramah ialah cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara

lisan atau penjelasan langsung pada sekelompok peserta didik.

b. Metode diskusi kelompok

Diskusi kelompok ialah percakapan yang direncanakan atau

dipersiapkan diantara tiga orang atau lebih tentang topik tertentu

dengan seorang pemimpin, untuk memecahkan suatu permasalahan

serta membuat suatu keputusan.

c. Metode panel

Panel adalah pembicara yang sudah direncanakan di depan

pengunjung tentang sebuah topik dan diperlukan tiga panelis atau

lebih serta diperlukan seorang pemimpin. Dalam diskusi panel

audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan sebagai

peninjau para panelis yang sedang berdiskusi.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

d. Metode forum panel

Forum panel adalah panel yang didalamnya pengunjung

berpartisipasi dalam diskusi, misalnya audiens disuruh untuk

merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.

e. Metode permainan peran

Bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari

simulasi yang diarahkan untuk mengkreasikan peristiwa sejarah,

mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang

mungkin muncul pada masa mendatang.

f. Metode simposium

Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu

persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan

keahlian. Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang

masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan

pembacaan kesimpulan.

g. Metode demonstrasi

Metode Demonstrasi adalah metode penyajian pembelajaran

dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik

tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya

atau hanya sekadar tiruan.

(Suliha dkk, 2003)

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

5. Media atau Alat Bantu Pembelajaran dalam Pendidikan

Kesehatan

Alat bantu pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan oleh

pendidik dalam menyampaikan bahan pengajaran dan biasanya dengan

menggunakan alat peraga pengajaran. Alat peraga pada dasarnya dapat

membantu sasaran pendidik untuk menerima pelajaran dengan

menggunakan panca inderanya. Semakin banyak indera yang

digunakan dalam menerima pelajaran semakin baik penerimaan

pelajaran (Suliha dkk, 2003).

Macam-macam media atau alat bantu tersebut adalah sebagai berikut:

a. Media audio, yaitu media yang hanya dapat didengar saja atau

media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman

suara.

b. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak

mengandung unsur suara, seperti film slide, foto, transparansi,

lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti

media grafis.

c. Media audio visual, yaitu jenis media yang selain mengandung

unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat,

misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara.

Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

d. Media atau alat bantu berdasarkan pembuatannya

1) Alat bantu elektronik yang rumit, contohnya: film, film slide,

transparansi. Jenis media ini memerlukan alat proyeksi khusus

seperti film projector, slide projector, operhead projector

(OHP).

2) Alat bantu sederhana, contohnya: leaflet, model buku

bergambar, benda-benda nyata (sayuran, buah-buahan), papan

tulis, film chart, poster, boneka, phanthom, spanduk. Ciri-ciri

alat bantu sederhana adalah mudah dibuat, mudah memperoleh

bahan-bahan, ditulis atau digambar dengan sederhana,

memenuhi kebutuhan pengajar, mudah dimengerti serta tidak

menimbulkan salah persepsi.

(Suliha dkk, 2003).

B. Pengetahuan

1. Pengertian

Menurut Notoadmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil

“tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi

melalui paca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba itu sendiri. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang

didasarioleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku

baru (berperilaku baru) didalam diri seseorang terjadi proses yang

berurutan yaitu:

a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek

tersebut.Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu

sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus.

e. Adaption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus. Apabila

penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melaluiproses

seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dansikap

yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long

lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh

pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama jadi,

pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar

dalammerubah perilaku sehingga perilaku itu langgeng

(Notoatmodjo, 2003).

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

2. Tingkat pengetahuan

Hal lain juga diungkapkan oleh Notoatmodjo (2003) tentang

tingkat pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif yang

mempunyai 6 tingkat,yaitu:

a. Tahu (Know)

Bila seseorang hanya mampu menjelaskan secara garis besar apa

yang telah dipelajarinya, misalnya istilah-istilah.

b. Memahami (Comprehention)

Seseorang berada pada tingkat pengetahuan dasar ide dapat

menerangkan kembali secara mendasar ilmu pengetahuan yang

telah dipelajarinya.

c. Aplikasi (Application)

Telah ada kemampuan untuk menggunakan apa yang telah

dipelajarinya dari situasi lainnya.

d. Analisis (Analysis)

Kemampuan meningkatkan dimana seseorang telah mampu

menerangkan bagian-bagian yang menyusun suatu bentuk

pengetahuan tertentu dan menganalisi satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Mampu menyusun kembali kebentuk semula ataupun kebentuk

lain.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasiatau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini

dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau norma–norma yang berlaku di masyarakat.

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, yaitu:

a. Pengalaman

Pengalaman adalah hal yang pernah dialami oleh seseorang

ataupun orang lain oleh sebab itu pengalaman dapat bersumber dari

disendiri dan orang lain.

b. Pendidikan

Pendidikan adalah sesuatu yang dapat membawa seseorang untuk

memiliki ataupun meraih pengetahuan dan wawasan yang seluas-

luasnya.

c. Keyakinan

Keyakinan diperoleh secara turun-temurun dan biasanya tidak

memiliki pembuktian yang kuat terlebih dahulu. Keyakinan yang

dimiliki seseorang akan sangat mempengaruhi pengetahuan.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

d. Fasilitas

Fasilktas dapat diartikan sebagai sumber informasi yang dapat

digunakan seseorang untuk mendapatkan informasi untuk

memperluas pengetahuan.

e. Latar belakang finansial

Latar belakang finansial seseorang akan berpengaruh pada

kemampuan seseorang untuk melengkapi hidupnya dengan

sumber-sumber informasi yang memadai.

f. Sosial budaya

Kebudayaan, adat istiadat dan kebiasaan yang dianut seseorang

ataupun masyarakat yang ada disekitarnya akan sangat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan perilaku seseorang

terhadap suatu hal.

4. Cara memperoleh pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu:

a. Cara memperoleh kebenaran non ilmiah.

Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain

meliputi:

1) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa

kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan

yang lain. Apabila kemugkinan kedua ini gagal pula, maka di

coba lagi dengan kemungkinan ketiga dan apabila

kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan

seterusnya, sampai masalah tersebut dapat terpecahkan.

2) Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak

sengaja oleh orang yang bersangkutan.

3) Kekuasaan atau otoritas

Kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi

ke generasi berikutnya. Kebiasaan seperti ini bukan hanya

terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga

terjadipada masyarakat modern. Sumber pengetahuan tersebut

dapatberupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal

maupun informal, para pemuka agama, pemegang

pemerintahan dan sebagainya.

4) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah.

Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman

itumerupakan sumber pengetahuan atau merupakan cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

5) Akal sehat (common sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapa

tmenemukan teori atau kebenaran. Misal dengan menghukum

anak sampai sekarang berkembang menjadi teori atau

kebenaran, bahwa hukuman merupakan metode bagi

pendidikan anak. Pemberian hadiah dan hukuman masih dianut

oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks

pendidikan.

6) Kebenaran melalui wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang

diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran iniharus

diterima oleh pengikut-pengikutnya, terlepas dari apakah

kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini

diterima oleh para Nabi sebagai wahyu dan bukan karena hasil

usaha penalaran atau penyelidikan.

7) Kebenaran secara intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali

melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses

penalaran atau berpikir.

8) Melalui jalan pikiran

Sejarah dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,

caraberpikir manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia

telah mampu mengunakan penalarannya dalam memperoleh

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh

kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan

pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

9) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dinilai dari

pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat

umum. Hal ini dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan

tersebut berdasarkan pengalaman empiris yang ditangkap oleh

indera. Kemudian disimpulkan kedalam suatu konsep yang

memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala.

10) Deduksi

Deduksi adalah pembatan kesimpulan dari pernyataan –

pernyataan umum ke khusus Aristoteles (384-322 SM)

mengembangkan cara berpikir deduksi ini kedalam suatu

carayang disebut “silogisme”. Silogisme ini merupakan suatu

bentuk deduksi yang memungkinkan seseorang untuk dapat

mencapai kesimpulan yang lebih baik.

b. Cara ilmiah memperoleh pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada

dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut

metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi

penelitian (research methodology). Pencatatan ini mencakup tiga

hal pokok, yaitu:

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

1) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul

pada saat dilakukan pengamatan.

2) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak

muncul pada saat dilakukan pengamatan

3) Gejala-gejala yang muncul bervariasi, yaitu gejala-gejala yang

berubah-ubah pada kondisi tertentu.

(Notoatmodjo, 2010)

5. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari

subyek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat tersebut

diatas (Notoatmodjo, 2010). Cara mengukur tingkat pengetahuan

dengan memberikan pertanyaan- pertanyaan, kemudahan dilakukan

penilaian nilai 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban salah.

Kemudian digolongkan menjadi 4 katagori yaitu:

a. Baik, bila subyek menjawab dengan benar >75% - 100%

b. Cukup baik, bila subyek mampu menjawab dengan benar >55% -

75% dari seluruh pertanyaan.

c. Kurang baik, bila subyek mampu menjawab dengan benar >40% -

55% dari seluruh pertanyaan.

d. Tidak baik, jika presentase jawaban <40% (Arikunto, 2006).

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

C. Sikap

1. Pengertian

Sikap evalusi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya

sendiri, orang lain, subyek, atau issue. Sikap adalah suatu bentuk

evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek

adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun

perasaan tidak mendukung atau memihak (unfavourible) pada obyek

tersebut (Azwar, 2003).

Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang

yang akan kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek

tertentu dalam lingkungannya (Mubarak, 2009). Sikap adalah suatu

pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk

menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana. Sikap

merupakan respon terhadap stimulasi sosial yang telah terkondisikan

(Maulana, 2009).

2. Komponen Sikap

Terdapat 3 komponen yang membentuk sikap menurut Baron

dan Byrnes juga Myres dan Gerengun yang dikutip dari Wawan &

Dewi (2010):

a. Komponen kognitif (komponen perceptual), adalah komponen

yang berikatan dengan pengetahuan, pandangan dan keyakinan.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

b. Komponen afektif (komponen emosional), adalah komponen yang

berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap suatu

objek

c. Komponen konatif (komponen prilaku, atau action component),

adalah komponen yang berhubungan dengan kecenderungan

bertindak.

3. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2003) terdapat 4 tingkatan sikap, yaitu:

a. Menerima (receiving), diartikan bahwa seseorang (subjek) mau

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding), seperti memberikan jawaban bila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu

indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab

pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas

pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima

ide tersebut.

c. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan

atau mendiskusikan terhadap sesuatu masalah.

d. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab terhadap

segala sesuatu yang dipilihnya merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak

langsung. Secara langsung dapt ditanyakan bagaimana pendapat/

pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian

dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor-faktir yang mempengaruhi sikap menurut Azwar (2003) antara

lain:

a. Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman

pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap

akan mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi

dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk

berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang

yang dianggap penting.

c. Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh

sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai

sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang

memberi corak pengalaman individu masyarakat asuhannya.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

d. Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainnya, berita yan seharusnya faktual disampaikan

seara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya,

akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan agama

sangat menentukan system kepercayaan, tidaklah mengherankan

jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

f. Faktor emosional

Kadang kala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran

frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

5. Pengukuran Sikap

Salah satu aspek yang paling penting guna memahami sikap

dan perilaku adalah masalah pengungkapan (assessment) atau

pengukuran (measuresment) sikap. Azwar (2003) menyebutkan

beberapa karakteristik sikap, yaitu:

a. Sikap mempunyai arah, sikap terpilah menjadi dua arah kesetujuan

yaitu setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak

mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu

atau seseorang sebagai subyek. Orang yang setuju, mendukung dan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

memihak terhadap suatu obyek sikap berarti memiliki sikap yang

arahnya positif dan sebaliknya.

b. Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap

terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin

tidak berbeda.

c. Sikap memiliki keluasan, kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap

suatu obyek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan

sangat spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali

aspek yang ada pada obyek sikap.

d. Sikap memiliki konsistensi, maksudnya kesesuaian anatara

pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responnya terhadap

obyek sikap termaksud. Konsistensi sikap diperlihatkan oleh

kesesuaian sikap antar waktu.

Beberapa metode pengungkapan sikap yang secara historik telah

dilakukan:

a. Observasi perilaku

Untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu dapat

dengan mempehatikan perilakunya, sebab perilaku merupakan

salah satu indikator sikap individu. Perilaku yang kita amati dapat

menjadi indikator sikap dalam konteks situasional tertentu akan

tetapi interpretasi sikap harus sangat hati-hati apabila hanya

didasarkan dari pengamatan terhadap perilaku yang ditampakan

oleh sesorang.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

b. Penanyaan Langsung

Sikap seseorang dapat diketahui dengan menanyakan

langsung (direct questioning) pada yang bersangkutan. Asumsi

yang mendasari metode penanyaan langsung guna pengungkapan

sikap pertama adalah asumsi bahwa individu orang yang paling

tahu mengenai dirinya sendiri dan yang kedua adalah asumsi

keterusterangan bahwa manusia akan mengemukakan secara

terbuaka apa yang dia rasakan.

Cara pengukuran ini mempunyai keterbatasan dan

kelemahan yang mendasar. Metode ini akan menghasilkan ukuran

yang valid hanya apabila apabila situasi dan kondisinya

memungkinkan kebebasan berpendapat tanpa tekanan psikologis

maupun fisik.

c. Pengungkapan Langsung

Suatu versi pengungkapan langsung (direct assessement)

secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan aitem

tunggal dan menggunakan aitem ganda.

Prosedur pengungkapan langsung dengan item tunggal

sangat sederhana. Responden diminta menjawab langsung

pertanyaan sikap tertulis dengan memberi tanda setuju atau tidak

setuju. Penyajian dan pemberian responnya yang dilakukan lebih

jujur bila dia tidak menuliskan nama dan identitasnya. Variasi

bentuk pengungkapan dengan aitem tunggal adalah menggunakan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

kata sikap ekstrim pada suatu kontinum sepuluh titik suka sampai

benci.

Problem utama dalam aitem tunggal adalah masalah

reliabilitas hasilnya. Aitem tunggal terlalu terbuka terhadap sumber

error pengukuran. Error yang terjadi dapat berkaitan dengan

masalah kalimat atau redaksional pertanyaannya yang mungkin

kurang jelas, mungkin dipahami secara salah, mungkin

menggunakan istilah teknis yang mempunyai arti khusus dan

mungkin pula mengandung istilah yang sensitive sehingga jawaban

yang diinginkan oleh individu tidak menggambarkan jawaban yang

seharusnya.

Salah satu pengungkapan langsung dengan menggunakan

aitem ganda adalah teknik deferensi semantik. Teknik defernsi

semantik dirancang untuk mengungkapkan efek atau perasaan yang

berkaitan dengan suatu obyek tertentu.

d. Skala sikap

Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang

hingga kini dapat diandalkan adalah dengan menggunakan daftar

pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh individu yang

disebut dengan skala sikap.

Skala sikap berupa kumpulan pertanyaan-pertanyaan

mengenai suatu obyek sikap. Dari respon subyek pada setiap

pertanyaan ini kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

intensitas sikap seseorang. Pada beberapa bentuk skala dapat pula

diungkap mengenai keluasan serta konsistensi sikap. Salah satu

sifat skala sikap adalah isi pertanyaan dapat berupa pertanyaan

langsung yang jelas tujuan ukurannya tetapi dapat pula berupa

pertanyaan tidak langsung yang tampak kurang jelas tujuan

ukurannya bagi responden.

Proses pengungkapan sikap merupakan proses yang rentan

terhadap berbagai kemungkinan error dikarenakan sikap itu sendiri

merupakan suatu kontrak hipotetik atau konsep psikologis yang

tidak mudah dirumuskan secara operasional. Oleh karena itu, untuk

mengurangi kemungkinan error pengukuran, skala sikap harus

dirancang secara hati-hati dengan sungguh-sungguh dan ditulis

dengan mengikuti kaidah-kaidah penyusunan skala yang berlaku.

e. Pengukuran terselubung

Metode pengukuran terselabung sebenarnya berorientasi

kembali ke metode observasi perilaku yang sudah dikemukakan

diatas, akan tetapi sebagai obyek pengamatan bukan lagi perilaku

yang tampak yang disadari atau sengaja dilakukan oleh seseorang

melainkan reaksi-reakasi fisiologis yang terjadi di luar kendali

orang yang bersangkutan.

(Azwar, 2003)

Cara mengukur sikap, maka digunakan:

1) Pernyataan positif (favorable)

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

a) Sangat setuju

b) Setuju

c) Tidak setuju

2) Pernyataan negative (unfavorable)

a) Sangat setuju

b) Setuju

c) Tidak setuju

(Hidayat, 2007).

D. Keterampilan

1. Pengertian

Keterampilan adalah keahlian, kemampuan berlatih, fasilitas

dalam melakukan sesuatu, ketangkasan dan kebikaksanaan.

Keterampilan mencangkup pengalaman dan praktek dan memperoleh

keterampilan mengarah ke tindakan sadar dan otomatis keterampilan

merupakan praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik

sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (Notoatmodjo,

2003).

2. Tingkatan Praktik

Tingkatan praktik atau tindakan menurut Notoatmodjo (2007) terdiri

dari:

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

a. Persepsi (perception)

Praktik tingkat pertama yaitu persepsi yaitu mengenal dan memilih

berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

b. Respon terpimpin (Guided response)

Indikator praktik tingkat kedua adalah respon terpimpin yaitu

seorang dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar

sesuai dengan contoh.

c. Mekanisme (mechanism)

Peserta didik dapat melakaukan sesuatu dengan benar secara

otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

d. Adaptasi (adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Tindakan atau keterampilan itu sudah

dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan

tersebut.

Setelah pemberian pendidikan kesehatan diharapkan adanya

perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan pada remaja dalam

melakukan tindakan bantuan hidup dasar. Keterampilan yang harus

dimiliki remaja sebagai orang awam adalah melakukan survey primer

bantuan hidup dasar.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

E. Remaja

1. Pengertian

Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian

karena sifat-sifat khas dan peranannya yang menentukan dalam

kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa. Masa usia

sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja.

Menurut Stanlley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja

berada pada rentang 12 -23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang

di berikan para ahli, bisa di lihat bahwa mulainya masa remaja relatif

sama tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi.

2. Klasifikasi Remaja

Masa remaja dapat dikelompokkan menjadi :

a. Masa Praremaja (Remaja awal)

Dikatakan remaja awal adalah 12-15 tahun. Masa ini berlangsung

hanya dalam waktu singkat. Masa ini ditandai oleh sifat-sifat

negatif pada si remaja sehingga sering kali disebut dengan

gejalanya seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, pesimistik, dan

sebagainya.

b. Masa Remaja (Remaja Madya)

Dikatakan remaja madya adalah 16-18 tahun. Pada masa ini mulai

tumbuh dalam arti remaja dorongan untuk hidup kebutuhan akan

adanya teman yang dapat memahami, dan menolongnya, teman

yang turut merasakan suka dukanya. Pada masa ini, sebagai masa

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

ini, sebagai masa mencari sesuatu yang dipandang dapat bernilai,

pantas dijunjung dan dipuja-puja sehingga masa ini masa merindu

dan ini merupakan gejala remaja.

c. Masa Remaja Akhir

Dikatakan remaja akhir adalah 19-22 tahun, Masa ini merupakan

masa menemukan pendirian hidup dan selanjutnya masuk kedalam

masa dewasa.

(Yusuf, 2007).

3. Tugas perkembangan remaja

Menurut Robert Havigurst tugas perkembangan remaja yaitu :

a. Menerima kondisi fisiknya dan memanfaatkan tubuhnya secara

efektif.

b. Menerima hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dari

jenis kelamin manapun.

c. Menerima peran jenis kelamin masing-masing (laki-laki atau

perempuan).

d. Berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap

orang tua dan dewasa lainnya.

e. Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga.

f. Merencanakan tingkah laku sosial yang bertanggungjawab.

(Sarwono, 2011).

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

4. Transisi masa remaja

Dalam masa ini seseorang menghadapi beberapa transisi antara lain:

a. Transisi dalam emosional

Ciri utama remaja adalah peningkatan kehidupan emosinya, dalam

arti remaja sangat peka, mudah tersinggung perasaannya. Remaja

dikatakan berhasil melalui masa transisi emosi apabila berhasil

mengendalikan diri dan mengekspresikan emosi sesuai dengan

kelaziman pada lingkungan sosialnya tanpa mengabaikan

keperluan dirinya.

b. Transisi dalam sosialisasi

Pada masa remaja hal yang terpenting dalam proses sosialisasinya

adalah hubungan dengan teman sebaya, baik sejenis maupun lawan

jenis. Dalam hubungan dengan teman sebaya ini sering terjadi

pengelompokan antara lain sahabat karib yang mempunyai minat

dan kemampuan berimbang.

c. Transisi dalam agama

Sering kita lihat remaja kurang rajin melaksanakan ibadah, tidak

seperti halnya pada waktu remaja masih kanak-kanak.

d. Transisi dalam hubungan keluarga

Bila dalam suatu keluarga terdapat anak remaja, biasanya sulit

ditemukan adanya hubungan harmonis dalam keluarga tersebut

karena remaja biasanya banyak menentang orangtua.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

e. Transisi dalam moralitas

Pada masa remaja terjadi peralihan moralitas dari moralitas anak.

Moralitas remaja yang meliputi perubahan sikap dan nilai-nilai

yang mendasari pembentukan konsep moralnya, sehingga sesuai

dengan moralitas dewasa serta mampu mengendalikan tingkah

lakunya sendiri. (Moersintowati, 2002).

F. Bantuan hidup dasar (BHD)

1. Pengertian

Kondisi kegawatdaruratan adalah suatu keadaan yang dapat

mengancam nyawa seseorang dan membutuhkan pertolongan segera.

Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan

dapat menimpa siapa saja. Bantuan hidup dasar (BHD) merupakan

usaha yang pertama kali dilakukan untuk mempertahankan kehidupan

saat penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa (Guyton &

Hall, 2008). Menurut Frame (2003) bahwa bantuan hidup dasar dapat

diartikan sebagai usaha sederhana untuk mengatasi keadaan yang

mengancam nyawa seseorang sehingga dapat mempertahankan

hidupnya untuk sementara sampai bantuan atau pertolongan lanjutan

datang.

Frame (2003) mengatakan bahwa bantuan hidup dasar dapat

diajarkan kepada sispa saja. Setiap orang dewasa seharusnya memiliki

pengetahuan BHD, bahkan anak-anak juga dapat diajarkan sesuai

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

dengan kapasitasnya (Pediatric advance life support, 2005). Semua

lapisan masyarakat seharusnya diajarkan tentang bantuan hidup dasar

terlebih bagi para pekerja yang berkaitan dengan pemberian

pertolongan keselamatan (Resusication council, 2010).

Tindakan bantuan hidup dasar secara garis besar dikondisikan

untuk keadaan di luar Rumah Sakit sebelum mendapatkan perawatan

lebih lanjut, sehingga tindakan bantuan hidup dasar dapat dilakukan

oleh orang awam di luar Rumah Sakit tanpa menggunakan peralatan

medis (AHA, 2010).

Apabila bantuan hidup dasar dilakukan cukup cepat, kematian

mungkin dapat dihindari seperti nampak pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.1 kemungkinan kematian dapat dihindari

Keterlambatan Kemungkinan keberhasilan

1 menit 98 dari 100

4 menit 50 dari 100

10 menit 1 dari 100

Catatan:

Bila sudah ada tanda kematian pasti seperti kaku mayat atau lembam

mayat, sudah sia-sia untuk melakukan BHD.

2. Karakteristik korban yang memerlukan BHD

a. Henti jantung

Bruner & Suddart (1996) menyatakan bahwa henti jantung

terjadi bila jantung tiba-tiba berhenti berdenyut yang akan

menyebabkan berhentinya sirkulasi efektif tubuh. Henti jantung

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

dapat berupa penghentian pompa jantung total atau tidak

seiramanya detak jantung (fibrilasi ventrikel). Henti sirkulasi akan

langsung terjadi ketika henti jantung juga terjadi. Henti sirkulasi

akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan

oksigen. Tanda-tanda yang dapat dilihat ketika terjadi henti jantung

adalah kehilangan kesadaran mendadak, tidak terdengar bunyi

jantung, pupil mata mulai berdilatasi dalam 45 detik dan kadang

terjadi kejang. Tanda yang paling akurat dalam memastikan

seseorang mengalami henti jantung adalah tidak terabanya nadi

karotis.

b. Henti nafas

Henti nafas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan

aliran udara pernafasan. Oksigen masih dapat masuk kedalam

darah untuk beberapa menit dan jantung masih dapat

mensirkulasikan darah ke otak dan organ vital lainnya pada awal

terjadinya henti napas. Memberikan bantuan nafas pada keadaan

ini akan sangat bermanfaat agar korban dapat tetap hidup dan

mencegah henti jantung (Frame, 2003).

Pemberian bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi

dari korban yang mengalami henti jantung atau henti nafas dilakukan

melalui resusitasi jantung paru (RJP). Resusitasi jantung paru terdiri

dari dua tahap, yaitu: survei primer (primary survey) yang dapat

dilakukan oleh semua orang dan survei sekunder (secondary survey)

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis dan paramedik terlatih

dan merupakan lanjutan dari survei primer (Frame, 2003). Survei

primer bantuan hidup dasar merupakan dasar tindakan penyelamatan

jiwa setelah terjadi keadaan henti jantung. Survei primer bantuan hidup

dasar dilakukan baik untuk penderita yang mengalami henti jantung

mendadak atau tidak sadarkan diri yang kita saksikan.

3. Langkah-langkah pemberian BHD

a. Melakukan tiga aman

Sebelum melakukan pertolongan harus diingat bahwa tidak jarang

anda memasuki keadaan yang berbahaya. Selain resiko dari infeksi

anda juga dapat menjadi korban jika tidak memperhatikan kondisi

sekitar pada saat melakukan pertolongan. Maka ada beberapa hal

yang harus dilakukan penolong kepada korban, yaitu:

1) Memastikan keamanan anda

Nampaknya egois, namun kenyataannya adalah bahwa

keamanan diri sendiri merupakan prioritas utama. Mengapa?

Karena bagaimana kita akan dapat melakukan petolongan jika

kondisi kita sendiri berada dalam bahaya. Akan merupakan hal

yang ironis seandainya kita bermaksud menolong tetapi karena

tidak memperhatikan situasi kita sendiri yang terjerumus dalam

bahaya.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

2) Memastikan keamanan lingkungan

Ingat rumus do no futher harm karena ini meliputi juga

lingkungan sekitar penderita yang belum terkena sedera.

Sebagai contoh adalah saat mendekati mobil yang sudah

mengalami kecelakaan dan keluar asap. Ingatkan dengan segera

para penonton untuk cepat-cepat menyingkir karena ada bahaya

ledakan/api.

3) Memastikan keamanan penderita

Betapapun ironisnya, tetapi prioritas terakhir adalah penderita

sendiri, karena penderita ini sudah mengalami cedera dari awal.

b. Memastikan kesadaran korban (Check responsiveness).

Setelah lokasi kejadian aman maka anda akan mendekati penderita.

Dalam keadaan ini ingat bahwa yang kemudian harus dilakukan

adalah memastikan kesadaran. Penolong dapat mengetahuinya

dengan cara menyentuh atau menggoyangkan bahu korban dengan

lembut dan mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan

sambil memanggil korban.

c. Meminta pertolongan (Call for Help)

Jika ternyata korban tidak memberikan respon terhadap panggilan

segera meminta bantuan dan menghubungi rumah sakit untuk

mendapat bantuan dengan peralatan medis yang lebih lengkap.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

d. Memperbaiki posisi korban

Tindakan BHD yang efektif dilakukan dengan memposisikan

korban dalam posisi terlentang dan berada pada permukaan yang

rata dan keras. Jika korban ditemukan dalam posisi miring atau

tengkurap, penolong harus mengubah posisi korban ke posisi

terlentang. Penolong harus membalikan posisi korban sebagai satu

kesatuan antara kepala, leher dan bahu digerakan secara bersama-

sama dan kedua tangan diletakan disamping tubuh.

e. Pengaturan posisi penolong

Posisi korban harus dipastikan telah dalam keadaan yang aman

ketika penolong segera memposisikan dirinya berlutut sejajar

dengan bahu korban ketika akan memberikan bantuan nafas dan

sirkulasi.

f. Melakukan bantuan sirkulasi (Circulation)

Terdiri atas dua tahap yaitu:

1) Memastikan ada tidaknya denyut nadi korban dengan meraba

arteri karotis. Yaitu dengan cara meletakan dua jari diatas

laring (jakun), geserkan jari anda kesamping, hentikan jari

disela-sela antara laring dan otot leher. Rasakan nadi, tekan

selama 5-10 detik, hindari penekanan yang terlalu keras. Jika

nadi teraba walaupun lemah, jangan memulai penekanan dada.

Jika nadi tidak teraba anggap penderita tersebut henti jantung

dan mulai segera RJP.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

Catatan: Penderita masih bernafas, tetapi denyut nadi karotis

tidak ada? Ini sesuatu yang tidak mungkin, apabila jantung

berhenti nafas juga akan berhenti.

2) Melakukan bantuan sirkulasi, yaitu dengan sesegera mungkin

melakukan penekanan dada dengan siklus 30 penekanan dan 2

nafas buatan. Kompresi yang dilakukan harus memungkinkan

terjadinya complete chest recoil (pengembangan dada seperti

semula setelah kompresi sebelum memulai kompresi kembali).

Untuk mencegah penurunan kualitas kompresi sebaiknya

beralih orang yang melakukan kompresi dada setiap dua menit

(setelah 5 siklus kompresi dan ventilasi, 30:2). Interupsi

dilakukan untuk meraba nadi tidak lebih dari 10 detik.

Teknik melakukan kompresi:

a) Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri

tulang iga kanan atau kiri sehingga bertemu dengan tulang

dada (sternum).

b) Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang

lebih 2 atau 3 jari ke atas. Daerah tersebut merupakan

tempat untuk meletakkan tangan penolong dalam

memberikan bantuan sirkulasi.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

Gambar 2.1 Posisi tangan pada kompresi dada

c) Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara

menumpuk satu telapak tangan diatas telapak tangan yang

lainnya, hindari jari–jari tangan menyentuh dinding dada

korban, jari–jari tangan dapat diluruskan atau menyilang.

d) Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan

dinding dada korban dengan tenaga dari berat badannya

secara teratur sebanyak 30 kali dengan kedalaman

penekanan berkisar antara 2 inchi (5 cm).

Gambar 2.2 Posisi badan pada kompresi dada

e) Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhannya dan

dada dibiarkan mengembang kembali ke posisi semula

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

setiap kali melakukan kompresi dada. Selang waktu yang

dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus sama

dengan pada saat melakukan kompresi.

Gambar 2.3 Tekanan kompresi dada

f) Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau

merubah posisi tangan pada saat melepaskan kompresi.

Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 30 : 2

dilakukan baik oleh 1 atau 2 penolong dan kecepatan kompresi

adalah 100 kali permenit (dilakukan 4 siklus permenit), untuk

kemudian dinilai apakah perlu dilakukan siklus berikutnya atau

tidak.

Dari tindakan kompresi yang benar hanya akan mencapai

tekanan sistolik 60–80 mmHg, dan diastolik yang sangat rendah,

sedangkan curah jantung (cardiac output) hanya 25% dari curah

jantung normal. Selang waktu mulai dari menemukan korban

sampai dilakukannya tindakan bantuan sirkulasi (kompresi dada)

tidak boleh melebihi 30 detik.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

g. Penilaian jalan nafas (airway)

Penolong memastikan jalan nafas bersih dan terbuka sehingga

memungkinkan pasien dapat diberi bantuan nafas. Langkah ini

terdiri dari dua tahap yaitu:

1) Membersihkan jalan nafas

Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

sumbatan jalan napas oleh benda asing. Jika terdapat sumbatan

harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa cairan dapat

dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang dilapisi

dengan sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras

dapat dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang

dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan tehnik Cross

Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari

telunjuk pada mulut korban.

Gambar 2.4 Bersihkan jalan nafas

2) Membuka jalan nafas

Pedoman AHA (2010) merekomendasikan untuk

menggunakan Head tilt – chin lift (kepala tengadah-angkat

dagu) untuk membuka jalan nafas para korban yang dicurigai

mengalami trauma kepala dan leher. Sementara untuk korban

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

yang dicurigai mengalami cedera cervical dapat menggunakan

jaw thrust (mendorong rahang tanpa ekstensi kepala). Teknik

membuka jalan napas yang direkomendasikan untuk orang

awam adalah tengadah kepala-angkat dagu.

Teknik Head tilt – chin lift:

a) Membaringkan korban pada permukaan yang datar dan

keras

b) Meletakan telapak tangan pada dahi korban

c) Menekan dahi sedikit mengarah ke depan dengan telapak

tangan

d) Meletakan ujung jari telunjuk dan jari tengah dari tangan

lainnya dibawah bagian ujung tulang rahang korban.

e) Menengadahkan kepala dan menahan atau menekan dahi

korban secara bersamaan sampai kepala korban pada posisi

ekstensi.

Gambar 2.5 Teknik Head tilt – chin lift

h. Breathing (Penyelamatan pernafasan)

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

Terdiri dari 2 tahap:

1) Memastikan korban tidak bernapas.

Dengan cara melihat pergerakan naik turunnya dada,

mendengar bunyi napas dan merasakan hembusan napas

korban. Untuk itu penolong harus mendekatkan telinga di atas

mulut dan hidung korban, sambil tetap mempertahankan jalan

napas tetap terbuka. Prosedur ini dilakukan tidak boleh

melebihi 10 detik.

2) Memberikan bantuan napas.

Pemberian napas bantuan dilakukan setelah jalan napas

terlihat aman. Tujuan Primer pemberian napas bantuan adalah

untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat dengan tujuan

sekunder untuk membuang CO2. Sesuai dengan revisi panduan

yang dikeluarkan American Hearth Association (AHA)

mengenai bantuan hidup dasar, penolong tidak perlu

melakukan observasi napas spontan dengan Look, Listen, Feel,

karena langkah pelaksanaan tidak konsisten dan menghabiskan

banyak waktu.

Jika korban tidak bernapas, bantuan napas dapat

dilakukan dengan cara memberikan hembusan napas sebanyak

2 kali hembusan, waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali

hembusan adalah 1,5–2 detik dan volume udara yang

dihembuskan untuk korban dewasa adalah 400-500 ml (10

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

ml/kg) atau sampai dada korban terlihat mengembang.

Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan

menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup.

Cara memberikan bantuan pernapasan:

a) Mulut ke mulut

Bantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini

merupakan cara yang cepat dan efektif untuk memberikan

udara ke paru–paru korban. Pada saat dilakukan hembusan

napas dari mulut ke mulut, penolong harus mengambil

napas dalam terlebih dahulu dan mulut penolong harus

dapat menutup seluruhnya mulut korban dengan baik agar

tidak terjadi kebocoran saat menghembuskan napas dan

juga penolong harus menutup lubang hidung korban dengan

ibu jari dan jari telunjuk untuk mencegah udara keluar

kembali dari hidung. Volume udara yang diberikan pada

kebanyakan orang dewasa adalah 400 - 500 ml (10 ml/kg).

Volume udara yang berlebihan dan laju inspirasi yang

terlalu cepat dapat menyebabkan udara memasuki lambung,

sehingga terjadi distensi lambung.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

Gambar 2.6 Bantuan nafas mulut ke mulut

b) Mulut ke hidung

Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut

korban tidak memungkinkan, misalnya pada Trismus atau

dimana mulut korban mengalami luka yang berat, dan

sebaliknya jika melalui mulut ke hidung, penolong harus

menutup mulut korban.

Gambar 2.7 Bantuan nafas mulut ke hidung

Lakukan siklus kompresi dan ventilasi 30:2 selama 5 siklus,

periksa nadi setelah 5 siklus, jika nadi tidak teraba dan bantuan medis

belum datang, maka lanjutkan siklus 30:2 dimulai dengan kompresi

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

dada. Jika penderita bernafas spontan dan pernafasannya adekuat

posisikan korban dengan posisi pemulihan. Posisi pemulihan dilakukan

dengan cara memposisikan dalam posisi lateral atau yang biasa disebut

posisi miring (Frame, 2003).

G. Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian merupakan kumpulan teori yang

mendasaritopik penelitian, yang disusun berdasar pada teori yang sudah

ada dalam tinjauan teori dan mengikuti kaedah input, proses dan output

(Saryono, 2011).

Gambar 2.8 Kerangka teori menurut Frame (2003), AHA (2010),

Notoatmodjo (2003), Azwar (2003)

Bantuan hidup dasar (BHD):

• Circulation • Airway • Breathing

Pengetahuan remaja terkait definisi, karakteristik, langkah-langkah BHD

Pendidikan kesehatan

Keterampilan praktik BHD

Sikap remaja terhadap tindakan

BHD

Ada pengaruh Tidak ada pengaruh

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015

H. Kerangka Konsep

Pre Intervensi Post

Gambar 2.9 Kerangka konsep

I. Hipotesis

Saryono (2011) mengatakan hipotesis penelitian sebagai

terjemahan dari tujuan penelitian ke dalam dugaan yang jelas. Hipotesis

merupakan prediksi hasil penelitian yaitu hubungan yang diharapkan antar

variabel. Berdasarkan kerangka teori dan konsep diatas, maka dapat

ditetapkan hipotesa penelitian:

Ha: ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan

sikap dan keterampilan remaja tentang bantuan hidup dasar (BHD).

Pretest pengetahuan sikap dan keterampilan bantuan hidup dasar: definisi, karakteristik, langkah-langkah BHD.

Pendidikan kesehatan

Posttest pengetahuan sikap dan keterampilan bantuan hidup dasar: definisi, karakteristik, langkah-langkah BHD.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Aris Wahyu Hidayat, S1 Keperawatan UMP, 2015