oleh: dr. daud aris taiiudirjo, ma

4
MELESTARIKAN WARIsAN BUDAYA DUNIA KOMPLEKS CANDI BOROBUPUR: PERSPEKTIF BARU Pengantar Sejak ditemukan kembali pada tahun 1814, Candi Borobudur yang terletak di wilayah Kabupaten Magelang telah menarik perhatian para peminat sejarah, budaya dan ilmuwan pada umumnya. Kekaguman dunia akan kebesaran nilai-nilai budaya yang terkandung di dalam candi berlatar keagamaan Budha dan pemujaan leluhur ini terungkap dalam berbagai bentuk. Tokoh-tokoh dunia yang berkunjung ke Indonesia hampir selalu menyempatkan diri singgah di candi ini. Melalui badan dunia UNESCO, berbagai negara ikut serta menyelamatkan candi ini dari keruntuhan melalui restorasi yang memakan waktu ti dak kurang dari satu dasawarsa (1973-1983). Bahkan, dunia pun mengakui bahwa Kompleks Candi Borobudur, termasuk Candi Pawon dan Candi Mendut, memiliki nilai-nilai universal istimewa (outstanding universal value), sehingga layak diberi predikat warisan budaya dunia. Pengakuan ini dinyatakan secara resmi pada tahun 1991 dengan dimasukkannya Kompleks Candi Borobudur dalam Daftar Warisan Budaya Dunia nomor C- 592. Namun, dalam perjalanan waktu terbukti bahwa pengelolaan Kompleks Candi Borobudur tidak selalu berjalan mulus. Malahan, dapat dikatakan, selalu dirundung masalah. Purna pugar bangunan Candi Borobudur pada tahun 1983 bukan akhir kerja pelestarian, sebaliknya menjadi awal dari suatu kerja berkesinambungan untuk mempertahankan warisan budaya Oleh: Dr. Daud Aris Taiiudirjo, MA Jurusan Arkeologi, FaJajl'^s Ilmu Budaya Universitas Gadjah Yogyakarta tanudirjo.da et^hoo.com dunia ini. Berbagai upaya untuk meningkatkan pengelolaan Kompleks Candi Borobudur ternyata menghad^pi berbagai tantangan. Konflik kepentingan di antara para pemangku kepentingan (stakeholders) tentu makin melemahkan upaya pelestarian Candi Borobudur beserta lingkungan sosial maupun lingkungan alamnya- Semua pihak berusaha untuk jtiengedepankan kepentingannya ruasing-masing, sehingga ketentuari'ketentuan yang semula telah disepakati ternyata tidak dapat dijaUnkan bersama secara konsisten. Sementara itu, kondisi Kompleks Candi Borobudur semakin rentan terhadap tekanan pembangunan, kunjungan wisata dan perubahan alam yang ti dak mcng^^^^^Skan bagi kelestariannya. Keadaan ini sudah barang tentu memrihatinkan banyak pihak. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah yang muncul. Namun, semakin disadari bahwa berbagai masalah yang ada ti dak akan teratasi dengan baik apabila pembenahan upaya pelestarian hanya terbatas di ranah tata laksana yang bersifat teknis organisatoris. Sebaliknya, dalam era yang penuh perubahan seperti saat ini, diperlukan suatu cara pandang yang baru dalam menata kembali upaya pelestarian Kompleks Candi Borobudur. Oleh karena im, perencanaan l^gfnbali upaya pelestarian dan pemanfaatan Kompleks Candi Borobudur harus dilandasi dengan perspektif baru yang lebih sesuai dengan kondisi saat ini. Tulisan ini mencoba menawarkan perspektif baru yang mestinya dapat dipakai sebagai kerangka pikir upaya pelestarian dan pemanfaatan warisan budaya dunia ini. Back to Basic Pelestarian Kompleks Candi Borobudur sudah semestinya dilandaskan pada kerangka pikir yang melihat proses pelestarian sebagai bentuk revitalisasi nilai-nilai penting warisan budaya agar dapat dirasakan manfaatnya oleh generasi masa kini maupun mendatang. Revitalisasi nilai-nilai penting berarti mencoba menggali kembali nilai- nilai penting di masa lampau, menemukan kesesuaiannya (relevansi) agar dapat berguna di masa kini, serta menjaganya agar tetap dapat dirasakan manfaamya oleh generasi mendatang. Dengan kerangka pikir itu, upaya pelestarian merupakan upaya untuk mengembalikan Kompleks Candi Borobudur pada hakekat fiingsinya semula {back to basi^. Berbagai kajian yang telah dilakukan di Kompleks Candi Borobudur hampir selalu mengarah pada tafsiran bahwa nilai terpenting kompleks candi ini beserta lingkungan saujana budayanya di masa lampau adalah sebagai tempat pembelajaran umat manusia agar dapat menjadi mahluk yang lebih baik dan mencapai pencerahan. Hal itu setidaknya tercermin dari susunan tiga serangkai Candi Mendut—Candi Pawon-Candi Borobudur yang melambangkan proses perjalanan pencarian manusia akan hakekat kehidupan yang baik. Demikian pula, rangkaian relief yang dipahatkan pada kaki A

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MELESTARIKAN WARIsAN BUDAYA DUNIAKOMPLEKS CANDI BOROBUPUR: PERSPEKTIF BARU

Pengantar

Sejak ditemukan kembalipada tahun 1814, Candi Borobuduryang terletak di wilayah KabupatenMagelang telah menarik perhatianpara peminat sejarah, budaya danilmuwan pada umumnya.Kekaguman dunia akan kebesarannilai-nilai budaya yang terkandungdi dalam candi berlatar keagamaanBudha dan pemujaan leluhur initerungkap dalam berbagai bentuk.Tokoh-tokoh dunia yangberkunjung ke Indonesia hampirselalu menyempatkan diri singgah dicandi ini. Melalui badan duniaUNESCO, berbagai negara ikutserta menyelamatkan candi ini dari

keruntuhan melalui restorasi yangmemakan waktu tidak kurang darisatu dasawarsa (1973-1983).Bahkan, dunia pun mengakui bahwaKompleks Candi Borobudur,termasuk Candi Pawon dan Candi

Mendut, memiliki nilai-nilaiuniversal istimewa (outstandinguniversal value), sehingga layakdiberi predikat warisan budayadunia. Pengakuan ini dinyatakansecara resmi pada tahun 1991dengan dimasukkannya KompleksCandi Borobudur dalam Daftar

Warisan Budaya Dunia nomor C-592.

Namun, dalam perjalananwaktu terbukti bahwa pengelolaanKompleks Candi Borobudur tidakselalu berjalan mulus. Malahan,dapat dikatakan, selalu dirundungmasalah. Purna pugar bangunanCandi Borobudur pada tahun 1983bukan akhir kerja pelestarian,sebaliknya menjadi awal dari suatukerja berkesinambungan untukmempertahankan warisan budaya

Oleh:Dr. Daud Aris Taiiudirjo, MA

Jurusan Arkeologi, FaJajl'^s Ilmu BudayaUniversitas Gadjah Yogyakarta

tanudirjo.da et^hoo.com

dunia ini. Berbagai upaya untukmeningkatkan pengelolaanKompleks Candi Borobudurternyata menghad^pi berbagaitantangan. Konflik kepentingan diantara para pemangku kepentingan(stakeholders) tentu makinmelemahkan upaya pelestarianCandi Borobudur besertalingkungan sosial maupunlingkungan alamnya- Semua pihakberusaha untuk jtiengedepankankepentingannya ruasing-masing,sehingga ketentuari'ketentuan yangsemula telah disepakati ternyatatidak dapat dijaUnkan bersamasecara konsisten. Sementara itu,kondisi Kompleks CandiBorobudur semakin rentan

terhadap tekanan pembangunan,kunjungan wisata dan perubahanalam yang tidak mcng^^^^^Skanbagi kelestariannya.

Keadaan ini sudah barangtentu memrihatinkan banyak pihak.Berbagai upaya telah dilakukanuntuk mengatasi berbagai masalahyang muncul. Namun, semakindisadari bahwa berbagai masalahyang ada tidak akan teratasi denganbaik apabila pembenahan upayapelestarian hanya terbatas di ranahtata laksana yang bersifat teknisorganisatoris. Sebaliknya, dalam erayang penuh perubahan seperti saatini, diperlukan suatu cara pandangyang baru dalam menata kembaliupaya pelestarian Kompleks CandiBorobudur.

Oleh karena im, perencanaan

l^gfnbali upaya pelestarian danpemanfaatan Kompleks CandiBorobudur harus dilandasi denganperspektif baru yang lebih sesuaidengan kondisi saat ini. Tulisan inimencoba menawarkan perspektif

baru yang mestinya dapat dipakaisebagai kerangka pikir upayapelestarian dan pemanfaatanwarisan budaya dunia ini.

Back to Basic

Pelestarian KompleksCandi Borobudur sudah semestinyadilandaskan pada kerangka pikiryang melihat proses pelestariansebagai bentuk revitalisasi nilai-nilaipenting warisan budaya agar dapatdirasakan manfaatnya oleh generasimasa kini maupun mendatang.Revitalisasi nilai-nilai penting berartimencoba menggali kembali nilai-nilai penting di masa lampau,menemukan kesesuaiannya(relevansi) agar dapat berguna dimasa kini, serta menjaganya agartetap dapat dirasakan manfaamyaoleh generasi mendatang. Dengankerangka pikir itu, upaya pelestarianmerupakan upaya untukmengembalikan Kompleks CandiBorobudur pada hakekat fiingsinyasemula {back to basi^.

Berbagai kajian yang telahdilakukan di Kompleks CandiBorobudur hampir selalu mengarahpada tafsiran bahwa nilai terpentingkompleks candi ini besertalingkungan saujana budayanya dimasa lampau adalah sebagai tempatpembelajaran umat manusia agardapat menjadi mahluk yang lebihbaik dan mencapai pencerahan. Halitu setidaknya tercermin darisusunan tiga serangkai CandiMendut—Candi Pawon-Candi

Borobudur yang melambangkanproses perjalanan pencarianmanusia akan hakekat kehidupanyang baik. Demikian pula, rangkaianrelief yang dipahatkan pada kaki

A

Candi Borobudur

(Karmawibangga) hingga ke terasRupadhatu pun (Avadana) secarajelas dapat menuntun pengunjungyang mau mempelajarinya untukmendapatkan pencerahan danmenuju pada kehidupan yang lebihsempurna. Pencerahan dan hidupyang sempurna tidak saja menjaditujuan agama Budha yangmelatarbelakangi kompleks candiini, tetapi juga banyak mjuan ajaranagama lainnya. Karena itu, nilaipenting Kompleks CandiBorobudur sebagai tempat belajaratau pendidikan merupakan nilaiuniversal yang diakui oleh banyakbangsa, di berbagai lingkunganbudaya maupun agama. Nilai-nilaidasar ini tentu masih amat relevan

bagi kehidupan manusia, sehinggasudah selayaknya harus terus dijaga,disajikan, dilestarikan dandiwariskan untuk kepentinganseluruh umat manusia baik di masa

kini maupun mendatang. Karenaitu, Kompleks Candi Borobudursudah seharusnya dilestarikansebagai pusat pendidikan danpembelajaran umat manusia.

harmonis antar sesama manusia.

Masyarakat setempat dengan

Pengembangan danpemanfaatan Kompleks CandiBorobudur dan kawasan sekitarnyaharus dikembalikan pada nilai-nilaipentingnya semula, yaitu sebagaitempat pendidikan agar manusiamenjadi semakin sempurna. Dalamkonteks masa kini, KawasanBorobudur dapat menjadi pusatpembelajaran sosial, alam maupunteknologi. Untuk mewujudkan halItu tentu dibutuhkan upaya-upsysyang tepat dan dilakukan secarabersama-sama oleh semuapengampu kepentingan kawasan ini.

Proses pembelajaran sosialdi Kawasan Borobudur dapatdiwujudkan ketika pengunjung danmasyarakat setempat dapat salingberinteraksi dan belajar berbagaiaspck sosial dalam pergaulan yang

kearifannya sesungguhnyamerupakan sumber day apembelajaran yang sangat potensialdikembangkan. Karena itu,masyarakat setempat harus terlibatdan juga dipersiapkan untukmenjadi masyarakat pelestarilingkungan yang sekaligusberwawasan multikultural, tanpaharus kehilangan jatidirinya. Apabiladi Kawasan Borobudur dapatterwujud masyarakat seperti itu,maka pengunjung yang datang kekawasan ini akan merasa lebih

nyaman, betah tinggal danterdorong untuk belajar. Merekatidak lagi sekedar pergi berkunjungke candi-candi yang ada, tetapi jugaingin bergaul lebih lama denganmasyarakat. Suasana ini akanmemicu lama tinggal parapengunjung, karena ada banyak halyang dapat mereka nikmati danpelajari tidak hanya dari bangunandan relief candi, tetapi juga darimasyarakat. Untuk itu semua, upayapaling strategis yang harusdilakukan adalah peningkatankualitas masyarakat melaluipendidikan, baik formal maupuninfomal. Meningkatnya kualitaspendidikan masyarakat setempatakan memungkinkan mereka lebihbanyak ikut berpartisipasi dalamberbagai kegiatan pelestarian danpengelolaan Kompleks CandiBorobudur dan kawasan disekitarnya. Keterlibatan merekatentunya akan mengangkat harkatkehidupan dan kesejahteraanmereka. Keseluruhan proses inidiharapkan menjadi lingkaranmampu membawa akibat berganda{multipliereffecf) yang positif baik bagimasyarakat maupun pelestarianKompleks Candi Borobudur dankawasan sekitarnya.

Sebagai pusat keunggulanpendidikan, kawasan Borobudurdapat dijadikan laboratorium alam

tempat pengunjung belajar tentangfenomena alam yang ada diBorobudur (termasuk geologi,geomorfologi, astronomi). Potensiuntuk dikembangkan sudah ada,tinggal dikelola. Di beberapa ;tempat, misalnya, terdapat bukti-bukti nyata keberadaan danau purbadi sekitar Kompleks CandiBorobudur serta beragam proses ,geomorfologi dan vulkanisme yangterkait dengan pembentukankawasan Cekungan Kedu. Bahkan,di lokasi tertentu terdapat pulabukti-bukti geologis terbentuknyaPulau Jawa. Demikian pula,Kompleks Candi Borobudur beradapada posisi yang sangat baik untukpengamatan astronomi. Semuapotensi itu dapat dilestarikan,dikelola dan dikemas menjadi wisataminat khusus, yaitu wisata ilmupengetahuan.

Pembelajaran sain dan

teknologi dapat dikembangkan dilokasi-lokasi industri kecil yangtersebar di kawasan sekitarKompleks Candi Borobudur. Ditempat-tempat itu dapat didirikanmuseum atau laboratorium terbukayang terkait dengan teknologiindustri yang ada. Museum danlaboratorium sekaligus berfungsisebagai data tarik wisata ilmupengetahuan. Dengan tersebarnyapusat kunjungan, maka keuntungansebagai dampak kunjunganwisatawan juga akan tersebar, tidakhanya dinikmati terbatas di sekitarCandi Borobudur.

Konsep back to basic yangdikemukakan di atas sesungguhnyatidak akan mengurangi profit yangdapat ditangguk dari pelestarian danpemanfaatan Kompleks CandiBorobudur, apabila semuanyadikelola dengan baik. Sebaliknya,konsep back to basic justrumenawarkan keuntungan-

keuntungan baru yang selama initampaknya tidak dipikirkan.

A

Keuntungan itu antara lain adalahpotensi peningkatan kesejahteraanmasyarakat setempat secaralangsung. Peningkatan iniselanjutnya akan meningkatkankemampuan masyarakat untukmelestarikan sumber daya mereka,termasuk sumber daya budaya,sosial dan lingkungan alam.

Revitalisasi Konsep Mandala .

Perspektdf baru lain yangbarangkali dapat meningkatkanupaya pelestarian dan pemanfaatanKompleks Candi Borobudur adalahrevitalisasi konsep mandala.Berdasarkan asal katanya,"mandala" (Sansekrta) berartilingkaran. Namun, dalam konteksagama Hindu atau Budha, mandalaberarti gambaran alam semesta(kosmos) yang dipakai sebagaisarana untuk meditasi. Mandala

memberikan gambaran akan dunia-dunia di alam raya dengan masing-masing kekuatannya yang salingterkait dan saling mendukung.Gambaran ini seakan menjadi petayang dibayangkan oleh pelakumeditasi untuk memasuki alam

semesta menuju pusatkesempurnaan.

Candi Borobudur sendiri

dianggap oleh beberapa ahli sebagaimandala yang diwujudkan dalambentuk bangunan. Hingga kini,belum ada bangunan sebesar candiBorobudur yang pernah ditafsirkansebagai mandala. Namun, tafsiranitu tentu sangat beralasan mengingatbentuk candi ini, terutamadenahnya, amat menyerupai bentukmandala yang sering dipakai sebagaialat bantu meditasi. Bahkan,

rupanya mandala Borobudur tidakterbatas pada bangunannya sendiri,tetapi juga meliputi kawasan yanglebih luas lagi hingga CekunganKedu, yang dikelilingi olehrangkaian gunung-gunung Merapi,Merbabu, Andong, Telomoyo,

Tidar, Sindoro, Sumbing danMenoreh. Apabila ketika CandiBorobudur didirikan, danau yangada di sekitarnya, maka akanterbayangkan Kompleks CandiBorobudur yang dikelilingi air dandaratan. Konfigurasi inimencerminkan gambarankosmologi yang diyakini saat itu.Candi Borobudur adalah pusatdunia yang dikelilingi cincin lautandan daratan secara berselang seling.

Konsep mandalaBorobudur ini sesungguhnya dapatmenjadi inspirasi dalam upayapelestarian dan pengelolaanKompleks Candi Borobudur dankawasan sekitar-nya. Dalam konteksmasa kini, mandala dapatdimengerti sebagai lingkaran yangditempati oleh sejumlah konsentrasikekuatan yang tersebar di berbagaipenjuru mata angin. Setiapkonsentrasi kekuatan ini terkaitsecara sinergis dengan konsentrasikekuatan di sekitarnya dan jugadengan kekuatan utama yangberpusat di Candi Borobudur.Kekuatan utama di CandiBorobudur memancar ke segalapenjuru untuk menguatkankonsentrasi kekuatan di penjuru,sedangkan konsentrasi kekuatan dipenjuru melindungi danmenguatkan kekuatan utama.Proses seperti ini seharusnya dapatdipakai sebagai mekanisme dasarpengembangan Kompleks CandiBorobudur dan kawasan sekitarnya.

Implementasi konsepmandala ini dapat diwujudkan baikdalam pelestarian, organisasipengelola, maupun pengembanganpariwisata. Dengan landasankonsep mandala, upaya pelestanantidak lagi terfokus pada ban^nanatau monumen yang ada, tetapi jugameluas hingga ke seluruh kawasanyang termasuk dalam lanskap(saujana) budaya Borobudur, yaituCekungan Kedu yang dilingkungi

oleh tujuh gunung. Dalam konsepsaujana, tentu saja pelestarian tidakhanya terbatas tinggalan arkeologistetapi juga keseluruhan ekosistem,baik itu berupa unsur lingkunganfisik, flora dan fauna, maupunmasyarakat yang tinggal didalamnya. Dengan konsep ini,pelestarian tidak lagi bersifat parsial,tetapi holistik. Namun, karenakawasan saujana Borobudur amatluas, tentu harus ada sistem zonasidengan ketentuan pengelolaanmasing-masing. Zonasi yangdiusulkan terdiri atas tiga zonabesar, yaitu Kawasan StrategisNasional yang meliputi tiga desaberada langsung di sekitarKompleks Candi Borobudur,Kawasan Borobudur yang terdiridari 30 desa di sekeHling KawasanStrategis Nasional sebagai kawasanpenyangga {buffer ̂ ne) dan KawasanSaujana Borobudur, yang meliputiCekungan Kedu dengan lingkungantujuh gunung.

Dalam upaya pelestarian,harus disadari bahwa pada dasarnyakelestarian Kompleks CandiBorobudur dan kawasannya tidakakan berhasil apabila hanya .ditangani oleh satu pihak saja.Semua pengampu kepentingan,terutama masyarakat, harusdilibatkan. Namun, masyarakattentu sulit diharapkan untukmendukung setiap upaya pelestarianapabila mereka tidak merasakanmanfaat keberadaan KompleksCandi Borobudur di wilayahnya.Karena itu, pengelolaan KompleksCandi Borobudur harus dapatmeningkatkan harkat hidup dankesejahteraan masyarakat.Mekanisme ini memungkinkankekuatan di pusat akan memancar kepenjuru (masyarakat) danmemberdayakan mereka sebagaiagen pelestari di posisinya masing-masing.

Untuk mewujudkan kondisi

A

tersebut, diperlukan perubahandalam organisasi pengelolaanKompleks Candi Borobudur dankawasan sekitarnya. Jika mengingatkompleks candi ini berstatuswarisan budaya dunia, sudahselayaknya pengelolanya memiiikikewenangan yang bertaraf nasional.Namun, tidak berarti pengelolaharus selalu berorientasi ke

pemerintahan pusat (nasional).Sebaliknya, pengelola harus jugamemperhatikan daerah-daerah yangmengelilinginya sebagaimana suatumandala. Karena itu, idealnyapengelola memiiiki kewenanganpusat (nasional) tetapi kiblatpengembangan ke daerah. Strukturorganisasi pengelola sedapatmungkin menampung perwakilanpara pemangku kepentingan,sehingga akan tercipta sinergi yangharmonis antara berbagai pihak,antara unsur pusat dan daerah,sebagaimana tercermin dalamkonsep mandala.

Konsep mandala juga dapatditerapkan dalam pengembanganpariwisata, khususnya untukmenyebarkan pengunjung. Hinggakini, cara menikmati KompleksCandi Borobudur masih sangatterbatas dengan langsung naik keatas bangunan candinya. Upayauntuk menyebarkan pengunjung disekitar taman ternyata belum efektifdilakukan. Pada musim liburan,kunjungan ke Candi Borobudurmeningkat dan daya tampungnyasudah tidak memenuhi lagi.Akibatnya, kelestarian candi ini punterancam oleh ulah pengunjungyang naik ke dinding dan stupacandi. Belum lagi, gesekan alas kakidan batu candi pun berdampak padakeausan batu candi yang asliDengan konsep mandala,kunjungan dapat disebarkan disekitar candi. Konsep ini dapatdiwujudkan dengan pariwisata

sebenarriy ^idak kalah menariknya.Tempat-t^^pat tertentu di sekitarKawas^^ Borobudur dapatdikembg^^^jian menjadi saranamenikm^^ Candi Borobudur darijauh. ^ta seperti ini akanmemberi^ ̂ nilai tambah baik bagiwisataw^ maupun masyarakatsetempat^ ;^agi wisatawan, merekatidak akan menikmati Candi

Borobuci^^ tetapi juga menikmatipemanda^^^af^ pedesaanyang dan segar. Wisatawanakan banyak dapat bergauldengan t^^^yarakat dan tentu akanmendapa.j.j^an pengalaman yanglebih b^j^ag^rn dan menarik.Sementat^ itu, masyarakat sekitarkawasan ^orobudur juga dapatberinterab^i dengan pengunjungdan

menikmati Kompleks CandiBorobudur dari jauh yang

j^anfaatkan interaksitersebut ^^jituk membuka peluangmeningka^j^an harkat hidup dankesejaht(5^a^^ mereka. Dengandemikian^ tarik kunjungan kepusat Q^^di Borobudur danditebarkat^ ke berbagai penjurukawasan untuk meningkatkankelestatj^n bangunan candisekalig^s meningkatkankesejahtet^^n masyarakat dilingkungg^j^ candi.

Catatan aJddr

P^j;'Spektif baru yang telah

dipaparkan tadi sesungguhnyahanyalah beberapa di antara banyakalternatif yang dapat ditawarkanuntuk merancang kembaK upayapelestarian dan pemanfaatanKompleks Candi Borobudur dankawasannva di masa mendatang.Tentu, ada berbagai perspektif lainyang sebenarnya layak juga untukdipertimbangkan. Namun,setidaknya dua perspektif baru yangtelah dikemukakan dapatmemberikan gambaran bahwasesungguhnya berbagai masalahyang muncul selama ini terkait

pengelolaan dan pemanfaatanwarisan budaya dunia ini akan dapat

diselesaikan dengan baik daisemuanya memperoleh keuntungai(win-win solution). Perspektif banini diharapkan akan dapamewujudkan cita-cita "warisaibudaya untuk semua".