laporan kasus aris 2

Upload: bgazt-jrs

Post on 17-Jul-2015

628 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan teknik pemeriksaan radiodiagnostik telah memainkan peranan semakin besar dalam evaluasi suatu kelainan atau cedera, pada kasus- kasus terentu pesawat Xray konfensional biasa kurang bisa memberikan informasi lebih banyak, oleh katena itu dibutuhkan pesawat CT Scan. CT Scan mulai dipergunakan sejak tahun 1970 yaitu alat bantu dalam proses diagnosa dan gambaran CT Scan adalah hasil rekonstruksi komputer terhadap gambar X-Ray. Gambaran dari berbagai lapisan secara multiple dilakukan dengan cara mengukur densitas dari substansi yang dilalui oleh sinar X.( Seidentriker H:19) Kepala adalah organ yang sering dilakukan pemeriksaan CT Scan, selama dalam waktu satu minggu pertanggal 3-9 januari 2012 telah tercatat 12 pasien dengan permintaan CT Scan. Pada PKL III ini penulis mendapat lahan pratek di instalasi radiologi RSU Dr Saiful Anwar Malang dan mendapat kesempatan untuk belajar CT Scan 1.2 Rumusan Masalah Rumusan Masalah dalam Laporan Kasus ini adalah1.2.1 Bagaimana teknik pemeriksaan CTScan CKR yang dilakukan di instalasi radiologi

RSU Dr. Saiful Anwar Malang1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan kasus ini adalah : 1.3.1 Mengetahui tatalaksana pemeriksaan Radiografi CT Scan pada kasus fraktur linear nasal 1.4 Manfaat Penulian Manfaat yang dapat diambil dari penulisan Laporan Kasus ini adalah : 1.4.1 Bagi penulis Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang teknik pemeriksaan Tatalaksana Pemeriksaan CT Scan Intalasi Radiologi RSU Dr.Saiful Anwar Malang.1

kepala

Pada Kasus CKR di

1.4.2 Bagi Akademik

Hasil penelitian ini dapat menambah kepustakaan dan pertimbangan referensi tentang Tatalaksana Pemeriksaan CT Scan pada kasus CKR 1.4.3 Bagi pembaca Memberikan gambaran yang jelas tentang Tatalaksana pemeriksaan CT Scan kepala pada kasus CKR di instalasi radiologi RSU Dr.Saiful Anwar 1.5 Batasan Pembatasan bahasan hanya pada pranata Radiografi Pada Kasus CKR yang dilakukan di RSU Dr.Saiful Anwar Malang non kontras

1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang penulis gunakan dalam penulisan Laporan Kasus ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Sistematika Penulisan. BAB II DASAR TEORI Berisi tentang landasan teori yang menguraikan anatomi dan fisiologi, Patologi, Prosedur Pemeriksaan BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN Berisi tentang Profil Kasus, Prosedur Pemeriksaan, Pembahasan. BAB IV KESIMPULAN Berisi Kesimpulan

BAB II2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi fisiologi 2.1.1 Tengorak Tengkotak adalah tulang kerangka dari kepala yang tersususn dari dua bagian, cranium (adakalanya disebut kalvaria)terdiri dari delapan tulang, dan dan kerangka waja terdir dari empat belas tulang (Evelyn C Pearce:44) Tulang dari cranial tersusun dari lempengan jaringan padat yang dipisahkan oleh jarina spon yang disebut diploe, lempengan luar lebih tebal dari lempengan dalam dan ketebalan dari lapisan jaringan spon ini sangat berfariasi, adanya lekukan-lekukan sempit yang bercabang dengan saluran yang relative besar (disebut sulci) dimana terdapat pembulu darah dengan beberapa variasi ukuran (Brunner & Suddarth) Permukaan bawah dari rongga dikenal sebagai dasar tengkorak atau basis kranii. Ia ditembusi oleh banyak lubang supaya dapat dilalui serabut saraf dan pebuluh darah, 2.1.1.1 Tulang Kranium Tulang cranium terdiri dari : satu tulang frontal, dua tulang parietal, satu tulang oksipital, dua tulang temporal, satu tulang etmoid dan satu tulang sphenoid. a. Tulang frontal Tulang frontal membentuk dahi dan bagian atas dari rongga mata. Tepi supraorbita ditandai dengan takik ditengah sebelah dalam. Melalui takik ini pembulu supraorbital dan saraf supraorbita lewat. Pernukaan sebelah dalam tulang frontal ditandai dengan lekuk-lekuk yang ditimbulkan oleh lekukanlekukan permukaan otak (Evelyn C Pearce:46). Tulang frontal terdiri dari dua bagian (1) posisi vertikal yang disebut squama yang membentuk bagian kepala depan dan bagian anterior tempurung kepala (2) posisi horizontal membentuk orbito (atab dari orbita), bagian dari nasal cavity (rongga hidung) dan bagian dari fossa anterior. Pada squama bagian superior dikelilingi oleh tonjolan yang dinamakan frontal eminence (tubeositas frontal) b. Tulang oksipital Tulang oksipital terletak dibagian belakang dan bawa rongga kraium. Ia ditembusi oleh foramen magnum atau lubang kepala belakang yang dilalui oleh medulla oblongata untk bertemu dengan medulla spinalis. Sisi foramen magnum berupa massa tulang yang mebentuk kondilus tengkorak untuk di jadikan permukaan persendian untuk tulang atlas c. Tulang parietal3

Kedua tulang parietal membentuk bersama atap dan sisi tengkorak, permukaan luarnya halus tetapi permukaan dalam di tandai oleh kerutan-kerutan yang memuat arteri - arteri cranium, sebuah kerutan yang sangat besar kira-kira terletak disebelah tengah tulang ini memuat arteri meningealis medialis. (Evelyn C Pearce:46) Tulang parietal membentuk tonjolan, yang dinamakan parietal emenance (toberositas)dekat bagian tengah permukaan luarnya. Dalam radiografi kepala diukur dari titik ini titik terlebar dari tulang d. Tulang temporal Tulang temporal bentuknya tidak beraturan dan letaknya berada pada sisi basis cranium antara greater wing dan tulang oksipital, tulang temporalmembentuk bagian yang luas pada pertengahan dan posterior fossa cranium. Masing-masig tulang temporal dari squamous, zigomatic dan petromastoid (bagian petrous dan mastoid) yang berisi organ auditory dan organ keseimbangan . Keduan tulang temporal membentuk bagian bawah dari sisi kanan dan kiri tengkorak . bagian squama atau bagian pipi menjulang keatas dan Tulang dari cranium dan dua tulang wajah menghubungkan persendian sinartosis yang disebut sutura, sutura yang biasa dikenal yaitu koronal, sagital, squamosal dan lamboid. 2.1.2 Otak Otak Anda mengendalikan semua fungsi tubuh Anda. Otak merupakan pusat dari keseluruhan tubuh Anda.

Gambar 1 : Pembagian cerebrum, cerebellum, limbic system

Otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu: 1. Cerebrum (Otak Besar) 2. Cerebellum (Otak Kecil) 3. Brainstem (Batang Otak)4

4. Limbic System (Sistem Limbik) 2.1.2.1. Cerebrum (Otak Besar) Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual, kecerdasan intelektual atau IQ Anda juga ditentukan oleh kualitas bagian ini. Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.

Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.

Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit. Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara. Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.

Gambar 2 : Letak sistem persarafan pada otak

5

Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Kedua belahan itu terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum, belahan otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh. 2.1.2.2. Cerebellum (Otak Kecil) Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya. 2.1.2.3. Brainstem (Batang Otak) Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya. Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh karena itu, batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil mengatur perasaan teritorial sebagai insting primitif. Contohnya anda akan merasa tidak nyaman atau terancam ketika orang yang tidak Anda kenal terlalu dekat dengan anda. Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:

Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.

Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol fungsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.

6

Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.

2.2 Cedera Kepala Cedera kepala meliputi trauma kulit kepala, tengkorak, dan otak cidera kepala paling sering dan penyakit neorologik yang serius di antara penyakit neorlogik, dan merupakan proporsi epidemik sebagai hasil kecelakaan jalan raya. Diperkirakan 100,000 orang meninggal setiap tahun akibat cedera kepala.( brunner & suddarth,2002) Resiko utama pasien yang mengalami cedera kepala adalah kerusakan otak akibat pendaraan atau pembengkakan otak sebagai respons terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan tekanan intracranial (TIK). Dampak lain yang bisa ditimbulkan akibat CKR (cedera kepela ringan) adalah hemoragik (perdarahan), infeksi, edema dan herniasi. 2.2.1 Cedera Kepala Ringan (CKR). Penyebab dari cedera kepala ringan adalah kecelakaan bermotor atau bersepeda dan mobil, jatuh, kecelakaan pada saat olahraga dan cedera akibat kekerasan. Cedera kepala ringan adalah hilangnya fungsi neurology atau menurunnya kesadaran tanpa menyebabkan kerusakan lainnya Cedera kepala ringan adalah trauma kepala dengan GCS: 15 (sadar penuh) tidak ada kehilangan kesadaran, mengeluh pusing dan nyeri kepala, hematoma, laserasi dan abrasi (Mansjoer, 2000:4). Cedera Kepala Ringan GCS 13 15, dapat terjadi kehilangan kesadaran ( pingsan ) kurang dari 30 menit atau mengalami amnesia retrograde. Tidak ada fraktur tengkorak, tidak ada kontusio cerebral maupun hematoma Konkusi Ringan. Konkusi (cerebral concussion) ringan : kesadaran tidak terganggu, terdapat suatu tingkat disfungsi neurologis temporer. Sering terjadi dan karena ringan, sering tidak dibawa kepusat medik. Bentuk paling ringan, berakibat konfusi dan disorientasi tanpa amnesia. Pulih sempurna tanpa disertai sekuele major. Yang sedikit lebih berat menyebabkan konfusi dengan amnesia retrograd maupun post traumatika. Konkusi Serebral Klasik. Konkusi serebral klasik : hilangnya kesadaran. Selalu disertai amnesia retrograd dan post traumatika, dan lamanya amnesia post traumatika adalah pengukur atas beratnya cedera. Hilangnya kesadaran sementara, sadar sempurna dalam enam jam, walau biasanya sangat awal. Tidak mempunyai sekuele kecuali amnesia atas kejadian terkait cedera,7

namun beberapa mempunyai defisit neurologis yang berjalan lama, walau kadang-kadang sangat ringan (brunner&suddarth,2002) 2.3 Prosedur pemeriksaan 2.3.1. Indikasi Pemeriksaan (Bontrager, 2001) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Tumor,massa dan lesi Metastase otak Perdarahan intra cranial Aneurisma Abses Atrophy otak Kelainan post trauma (epidural dan subdural hematom) Kelainan congenital

2.3.2. Persiapan pemeriksaan a. Persiapan pasien Tidak ada persiapan khusus bagi penderita, hanya saja instruksui-instruksi yang menyangkut posisi penderita dan prosedur pemeriksaan harus diketahui dengan jelas terutama jika pemeriksaan dengan menggunakan media kontras. Benda aksesoris seperti gigi palsu, rambut palsu, anting-anting, penjempit rambut, dan alat bantu pendengaran harus dilepas terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan karena akan menyebabkan artefak.Untuk kenyamanan pasien mengingat pemeriksaan dilakukan pada ruangan ber-AC sebaiknya tubuh pasien diberi selimut (Seidestiker) b. Persiapan alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan kepala dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Peralatan steril :

Alat-alat suntik Spuit. Kassa dan kapas Alkohol

2. Peralatan non-steril

Pesawat CT-Scan Media kontras Tabung oksigen

c. Persiapan Media kontras dan obat-obatan Dalam pemeriksaan CT-scan kepala pediatrik di butuhkan media kontras nonionik karena untuk menekan reaksi terhadap media kontras seperti pusing, mual dan muntah serta obat8

anastesi jika diperlukan. Media kontras digunakan agar struktur-struktur anatomi tubuh seperti pembuluh darah dan orga-organ tubuh lainnya dapat dibedakan dengan jelas. Selain itu dengan penggunaan media kontras maka dapat menampakan adanya kelainan-kelainan dalam tubuh seperti adanya tumor.Teknik injeksi secara Intra Vena ( Merrils, 2001 ) 1. Jenis media kontras : omnipaque, visipaque 2. Volume pemakaian : 2 3 ml/kg, maksimal 150 ml 3. Injeksi rate : 1 3 mm/sec 2.3.3. Teknik Pemeriksaan

Posisi pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala dekat dengan gantry. Posisi Objek : Kepala hiperfleksi dan diletkkan pada head holder. Kepala diposisikan sehingga mid sagital plane tubuh sejajar dengan lampu indikator longitudinal dan interpupilary line sejajar dengan lampu indikator horizontal. Lengan pasien diletakkan diatas perut atau disamping tubuh. Untuk mengurangi pergerakan dahi dan tubuh pasien sebaiknya difikasasi dengan sabuk khusus pada head holder dan meja pemeriksaan. Lutut diberi pengganjal untuk kenyamanan pasien.

Gambar 3 : Posisi pasien pada pemeriksaan CT Scan kepala (Bontrager, 2001)

Scan Parameter 1. Scanogram : kepala lateral 2. Range : range I dari basis cranii sampai pars petrosum dan range II dari pars petrosum sampai verteks. 3. Slice Thickness : 2-5 mm ( range I ) dan 5-10 mm ( range II ) 4. FOV : 24 cm 5. Gantry tilt : sudut gantry tergantung besar kecilnya sudut yang terbentuk oleh orbito meatal line dengan garis vertical. 6. kV : 120 7. mA : 250 8. Reconstruksion Algorithma : soft tissue 9. Window width : 0-90 HU ( otak supratentorial ); 110-160 HU ( otak pada fossa posterior ); 2000-3000 HU ( tulang ) 10. Window Level : 40-45 HU ( otak supratentorial ); 30-40 HU ( otak pada fossa posterior ); 200-400 HU ( tulang )

Foto sebelum dan sesudah pemasukkan media kontras9

Secara umum pemeriksaan CT-scan kepala membutuhkan 6-10 irisan axial. Namun ukuran tersebut dapat bervariasi tergantung keperluan diagnosa. Untuk kasus seperti tumor maka jumlah irisan akan mencapai dua kalinya karena harus dibuat foto sebelum dan sesudah pemasukan media kontras. Tujuan dibuat foto sebelum dan sesudah pemasukan media kontras adalah agar dapat membedakan dengan jelas apakah organ tersebut mengalami kelainan atau tidak. Gambar yang dihasilkan dalam pemeriksaan CT-scan kepala pada umumnya: o Potongan Axial 1 Merupakan bagian paling superior dari otak yang disebut hemisphere. Kriteria gambarnya adalah tampak :o

Gambar 4 :posisi irisan otak (Bontrager :2001)

a. Bagian anterior sinus superior sagital b. Centrum semi ovale (yang berisi materi cerebrum) c. Fissura longitudinal (bagian dari falks cerebri) d. Sulcus e. Gyrus f. Bagian posterior sinus superior sagitalGambar 5:irisan CT Scan dan jaringan otak o

Potongan Axial 4 Merupakan irisan axial yang ke empat yang disebut tingkat medial ventrikel. Criteria gambarnya tampak :

Gambar 6 : Posisi irisan otak axial 4(Bontrager,2001)

10

Gambar 7 : Irisan otak dan jaringan otak axial 4 (bontrager 2001)

a. Anterior corpus collosum b. Anterior horn dari ventrikel lateral kiri c. Nucleus caudate d. Thalamus e. Ventrikel tiga f. Kelenjar pineal (agak sedikit mengalami kalsifikasi) g. Posterior horn dari ventrikel lateral kirio

Potongan Axial 5 Menggambarkan jaringan otak dalam ventrikel medial tiga. Kriteria gambar yang tampak :

a. Anterior corpus collosum b. Anterior horn ventrikel lateral kiri c. Ventrikel tiga d. Kelenjar pineal e. Protuberantia occipital interna

Gambar 8 : posisi irisan otak, irisan CT Scan dan jaringan otak axial 5(Bontrager, 2001) o

Potongan Axial 7 Irisan ke tujuh merupakan penggambaran jaringan dari bidang orbita. Struktur dalam irisan ini sulit untuk ditampakkan dengan baik dalam CT-scan. Modifikasi-modifikasi sudut posisi kepala dilakukan untuk mendapatkan gambarannya adalah tampak :

11

Gambar 9 : posisi irisan otak, irisan CT Scan dan jaringan otak axial7(Bontrager,2001)

a. Bola mata / occular bulb b. Nervus optic kanan c. Optic chiasma d. Lobus temporal e. Otak tengah f. Cerebellum g. Lobus oksipitalis h. Air cell mastoid i. Sinus ethmoid dan atau sinus sphenoid

BAB III PAPARAN KASUS DAN PEMBAHASAN 3.1 Metodologi 3.1.1 Lokasi Paparan kasus di ambil dari RSU Dr.Saiful Anwar Malang 3.1.2 Waktu pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan pada saat penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan III mulai dari tanggal 5 sampai 9 januari 2012 3.1.3 Metode pengumpulan data

12

Penulis menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data pada penyusunan Laporan Kasus ini, sebagai berikut : 3.1.3.1 Observasi Pengamatan dilaksanakan secara langsung pada saat pelaksanaan pemeriksaan CT Scan Kepala yang dilakukan di Instalasi radiologi RSU Dr.Saiful Anwar Malang. Selain pengamatan secara langsung terhadap jalannya pemeriksaan, penulis juga turut serta membantu Radiografer dalam melakukan pemeriksaan. 3.1.3.2 Dokumentasi Dokumentasi berupa transkip observasi yang berkaitan dengan pemeriksaan, radiograf foto beserta hasil pembacaannya 3.1.3.3 Studi pustaka Kajian literatur sebagai sumber sekunder sangat Laporan Kasus ini. 3.1.3.4 Wawancara Wawancara dilakukan dengan keluarga pasien dan radiografer 3.1.4 Metode analisis data Berawal dari ketertarikan penulis tehadap pemeriksaan yang dilakukan terhadap pasien yang berkaitan dengan pemeriksaan eisler pada kasus post extraksi molar 3 dan mengapa menggunakan teknik peneriksaan eisler bukan dengan dental x-ray, penulis mengadakan pengamatan langsung terhadap jalannya pemeriksaan. Setelah itu, penulis berusaha mencari data yang sesuai dengan tinjauan teori. Untuk melengkapi data yang akan digunakan pada Laporan Kasus ini penulis mengumpulkan beberapa dokumentasi berupa salinan (foto) bacaan radiograf CT Scan kepala. Selanjutnya, dari data yang sudah terkumpul, dianalisis bagaimana pemeriksaan CT Scan kapal yang di lakukan di RSU Dr Saiful Anwar malang 3.2 Ilustrasi Kasus 3.2.1 Identitas pasen13

diperlukan dalam penyusunan

Nama Jenis Kelamin Umur Alamat

: Tn Eko Hadi : laki-laki : 41 tahun : JL Raya Bokor Rt 07/10

Tanggal Pemeriksaan : 5 Januari 2012 Nomor Foto Pemeriksaan Klinis 3.2.2 Riwayat Pasien Pasien datang di UGD dengan ambulan, karena terjadi kecelakaan lalu lintas di daerah Buring Malang : 619 : Ct Scan kepala : CKR 456

3.3.Prosedur Pemeriksaan 3.3.1 Persiapan pasien Tidak ada persiapan kusus pada pasien, pasien di intruksikan untuk tetap dian selama pemeriksaan berlangsung 3.3.2 Persiapan alat Pesawat CT Scan unit GE 3.3.3 Teknik Pemeriksaan Posisi pasien : pasien supine diatas meja pemeriksaan dan di fiksasi menggunakan bodi clamp dengan kapala dekat gantry (head first) Posisi Obyek : Kepala hiperektensi dan ditempatkan paa head horder, kapala diposisikan hingga mid sagital plane obyek sejajar lampu indicator longitudinal dan inter pupila line sejajar dengan lampu indikator horizontal dan meatus acustik external (MAE) pada pertengahan garis lampu indikator longtudinal dan horisontal14

3.3.4 Scan parameter Scanogram Range Slide thickness Gantry tilt KV mA window width window level : Kepala Lateral : Range 2 di mulai dari OML sampai vertec : 10.00 mm : Disesuaikan dengan sudut yang di bentuk oleh Orbito Meatal Line (OML) dengan garis vertikal : 120 : 125 : 85 ( brain window) 2000 ( bone window) : 40 (brain window) 350 (bone window)

hasil radiograf

15

Gambar 10 : Irisan CT Scan brain window

Gambar 11 : Irisan CT Scan bone window

16

Gambar 12 : Radiograf CT Scan

17

3.3.5 Hasil Bacaan No Foto Nama Jenis /Umur Poli/Ruang : 619/ ct scan : Tn Eko Hadi : Lk/41 th : IRD

Organ yang diperiksa : Kepala Dokter yang meminta : dr Albert Dengan Klinis Kepada Yth TS : Telah di lakukan CT Scan kepala sejajar OM line, potongan axial dengan ketebalan irisan 10 mm. brain dan bone window tanpa kontras dengan hasil ebagai berikut: Tak tampak hipo hiperdence patologis intra parenchyma otak Sulcii, fisura syluii gyri normal Diferensiasi white dan gray mater tegas Sisten ventrikel dan sintem sisterna normal Tidak tampak pergeseran garis tengah Infra tentorial, pons, CPA, cerebellum dan menesepalon baik Sinus paranasal yang terfisualisai normal Orbito dan mastoid normal Tampak diskontinuitas Os nasal Tampak soft tissue swellinf di region frontal kanan kiri : CKR 456

Kesimpulan: Fraktur linera Os nasal Subgaleal hematoma di region frontal bilateral Saat ini tidak tampak perdaraan intra cranial

18

BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Otak adalah organ yang sangant vital bagi manusia yang mempunyai peran pengatur seluruh aktifitas organ dan Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual. Cedera kepala meliputi trauma kulit kepala, tengkorak, dan otak cidera kepala paling sering dan penyakit neorologik yang serius di antara penyakit neorlogik. Konkusi Ringan. Konkusi (cerebral concussion) ringan : kesadaran tidak terganggu, terdapat suatu tingkat disfungsi neurologis temporer. Sering terjadi dan karena ringan, sering tidak dibawa kepusat medik. Bentuk paling ringan, berakibat konfusi dan disorientasi tanpa amnesia. Pulih sempurna tanpa disertai sekuele major. Yang sedikit lebih berat menyebabkan konfusi dengan amnesia retrograd maupun post traumatika. CT Scan (computed tomografi scaning) adalah teknik scaning memanfaatkan x-ray yang menggunakan komputer untuk menciptakan gambaran cross-sectional tubuh. Pada pemeriksaan CT Scan kepala pada kasus cidera kepala ringan dilakukan di RSU Dr.Saiful Anwar Malang irisan sejajar orbito meatal line (OML) dengan menggunakan range 2 dari basis cranii sampai vertec dengan tebal irisan 10,00 mm, walaupun dicurigai apanya fraktur Os nasal tidak menggunakan 2 range.

19