simulasi kasus aris (disentri basiler)

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Shigellosis atau yang sering disebut dengan disentri basiler adalah suatu infeksi akut radang usus besar yang disebabkan oleh kuman dari genus Shigella. Shigellosis menunjukkan infeksi bakteri akut pada traktus intestinalis yang ditimbulkan oleh satu dari empat spesies Shigella. Spektrum penyakit berkisar dari diare ringan sampai dengan disentri parah yang ditandai oleh nyeri abdomen , tenesmus, demam dan tanda toksisitas sistemik (1,2) . 1.2. Epidemiologi Sekurangnya 140 juta kasus dan hanya 600.000 kematian terjadi akibat seluruh disentri basiler pada anak-anak dibawah umur 5 tahun. Kuman penyakit disentri basiler didapatkan di seluruh dunia, tetapi kebanyakan 1

Upload: erwin-christianto

Post on 18-Feb-2015

93 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kongkow

TRANSCRIPT

Page 1: Simulasi Kasus Aris (Disentri Basiler)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Definisi

Shigellosis atau yang sering disebut dengan disentri basiler adalah suatu

infeksi akut radang usus besar yang disebabkan oleh kuman dari genus Shigella.

Shigellosis menunjukkan infeksi bakteri akut pada traktus intestinalis yang

ditimbulkan oleh satu dari empat spesies Shigella. Spektrum penyakit berkisar dari

diare ringan sampai dengan disentri parah yang ditandai oleh nyeri abdomen ,

tenesmus, demam dan tanda toksisitas sistemik (1,2).

1.2. Epidemiologi

Sekurangnya 140 juta kasus dan hanya 600.000 kematian terjadi akibat

seluruh disentri basiler pada anak-anak dibawah umur 5 tahun. Kuman penyakit

disentri basiler didapatkan di seluruh dunia, tetapi kebanyakan ditemukan di negara-

negara berkembang, yang tingkat kesehatan lingkungannya masih kurang (1).

Di Amerika Serikat insiden penyakit ini rendah. Setiap tahunnya kurang dari

150.000 kasus yang dilaporkan. Di bagian penyakit dalam RSUP Palembang selama

3 tahun (1990-1992) tercatat menurut catatan medis, dari 748 kasus yang dirawat

karena diare ada 16 kasus disebabkan disentri basiler (1).

WHO (1998) mengemukakan bahwa di negara-negara maju dengan tingkat

higiene yang cukup tinggi, infeksi Shigella yang paling umum adalah Shigella sonnei

(S. sonnei), sedangkan infeksi Shigella flexneri (S. flexneri) jarang dijumpai.

Sebaliknya di negara yang sedang berkembang infeksi S. flexneri lebih sering terjadi

1

Page 2: Simulasi Kasus Aris (Disentri Basiler)

daripada infeksi S. sonnei. Ditemukannya populasi S. flexneri yang jauh lebih tinggi

daripada S. sonnei di Jakarta merupakan indikator tingkat higien di Jakarta dan

Indonesia pada umumnya masih rendah (3).

1.3. Etiologi

Penyebab dari Shigellosis adalah kuman genus Shigella yang terdiri dari 4

spesies yaitu Shigella dysentriae (S. dysentriae), S. flexneri, Shigella bondii

(S.bondii) dan S. sonnei. Kuman ini berbentuk batang, dengan ukuran 0,5-0,7 um x

2-3 um. Pada pewarnaan gram bersifat gram negatif, tidak berflagel. Tahan dalam es

selama 2 bulan dan kuman ini akan mati pada suhu 55oC (1,3).

Spesies Shigella mempunyai endotoksin lipopolisakarida yang secara kimia

dan biologi mirip dengan endotoksin enterobactericeae. S. dysentriae tipe I (Basilus

shiga) juga menghasilkan eksotoksin (2).

1.4.Patogenesis

Cara infeksi secara oral melalui air, makanan, lalat yang tercemar oleh tinja

ekskreta penderita. Shigellosis atau disentri basiler adalah infeksi usus akut yang

dapat sembuh sendiri yang disebabkan oleh Shigella. Shigellosis dapat menyebabkan

3 bentuk diare yaitu:

1. Disentri klasik dengan tinja konsistensi lembek disertai darah, mukus dan

pus.

2. Water diarrhea

3. Kombinasi keduanya

2

Page 3: Simulasi Kasus Aris (Disentri Basiler)

Masa inkubasi adalah 2-4 hari, atau bisa lebih lama sampai 1 minggu. Oleh

seorang yang sehat diperlukan 200 kuman untuk menyebabkan sakit. Kuman masuk

dan berada di usus halus, menuju terminal ileum dan kolon, melekat pada permukaan

mukosa dan menembus lapisan epitel kemudian berkembang biak dalam lapisan

mukosa. Berikutnya adalah terjadinya reaksi peradangan yang hebat yang

menyebabkan terlepasnya sel-sel dan timbulnya tukak pada permukaan mukosa usus.

Jarang terjadi organisme menembus dinding usus dan menyebar ke bagian tubuh

yang lain. Reaksi peradangan yang hebat tersebut mungkin membatasi penyakit ini

hanya pada usus, selain juga menyebabkan timbulnya gejala klinik seperti demam,

nyeri abdomen dan tenesmus ani (1,3).

Basil ini membentuk endotoksin dan eksotoksin, menyebabkan infeksi lokal pada

dinding usus terutama daerah kolon dan adanya tanda-tanda peradangan yang khas.

Berbeda dengan disentri amuba yang tidak disertai dengan tanda-tanda peradangan

yang khas (5).

1.5. Manifestasi Klinis

Gejala yang timbul bervariasi, defekasi sedikit-sedikit dan terus menerus,

sakit perut dengan rasa kolik dan mejan, muntah-muntah, sakit kepala. Tinja semula

normal kemudian berangsur-angsur berubah menjadi berlendir dan berdarah, bersifat

basa. Secara mikroskopis didapatkan sel nanah, sel darah putih/merah. Suhu badan

bervariasi dari rendah-tinggi, nadi cepat.(1)

Bentuk klinis dapat bermacam-macam. Bentuk yang berat biasanya

disebabkan oleh S. dysentriae. Gejala berlangsung cepat (berak-berak), muntah-

3

Page 4: Simulasi Kasus Aris (Disentri Basiler)

muntah, suhu badan abnormal, cepat terjadi dehidrasi bahkan sering dikacaukan

dengan kolera.(1)

Sakit perut terutama di daerah kiri, di daerah anus kadang-kadang dijumpai

anus luka dan nyeri. Suhu badan tidak khas biasanya lebih tinggi dari 39oC.

Perkembangan selanjutnya berupa keluhan-keluhan yang bertambah berat, keadaan

umum memburuk, inkontinensia urin dan alvi serta gelisah. Kematian biasanya

terjadi karena terjadinya gangguan sirkulasi perifer, anuria dan koma uremik. Angka

kematian tergantung pada keadaan dan tindakan pengobatan. Penyakit ini akan

bertambah buruk pada mereka yang mempunyai status gizi buruk, bahkan pernah

dilaporkan terjadinya septikemia pada penderita dengan status gizi buruk (1,4).

1.6. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan atas gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium.

Shigellosis harus dipertimbangkan dalam setiap penyakit demam yang disertai

dengan diare. Biasanya tinja seperti air dan mengandung mukus, darah atau pus

dalam jumlah bervariasi. Tak ada perubahan yang tetap dalam hitung jumlah lekosit

perifer selama shigellosis. Peningkatan sel darah putih dalam bentuk batang sering

ditemukan. Anemia jarang terjadi. Kelainan elektrolit serum biasanya akibat muntah

dan diare (2).

1.7. Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang sangat menentukan ialah ditemukannya basil

dalam pemeriksaan tinja atau diketahui dari biakan tinja .Bahan pemeriksaan adalah

4

Page 5: Simulasi Kasus Aris (Disentri Basiler)

tinja segar,dalam hal ini harus diingat bahwa Shigella tidak tahan asam, sehingga

harus secepatnya diperiksa (5).

Gambaran endoskopi memperlihatkan mukosa yang hemoragik dengan

mukosa yang terlepas dan ulserasi. Kadang-kadang tertutup dengan eksudat,

sebagian besar lesi terdapat pada distal kolon dan secara progresif berkurang pada

daerah proksimal kolon (1).

1.8. Diagnosa Banding

Diagnosa banding disentri basiler adalah radang kolon yang disebabkan oleh

kuman enterohemoragik dan enteroinvasif seperti Eschericia coli, Compilobacter

jejuni, Salmonellla enteridis, Yersinia enterocolica dan protozoa Entamoeba

histolytica (1).

1.9. Komplikasi.

Beberapa komplikasi ekstraintestinal terjadi pada pasien yang berada di

daerah berkembang. Komplikasi yang sering terjadi adalah artritis, peritonitis, otitis

media, ensefalitis (1,5)..

1.10. Pengobatan

Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah istirahat, mencegah

atau memperbaiki dehidrasi, dan pada kasus yang berat diberikan antibiotik.

Cairan dan elektrolit

Koreksi kehilangan cairan dan elektrolit merupakan terapi utama dan dapat

dicapai dengan larutan glukosa-elektrolit oral dan cairan semaunya jika pasien

dehidrasi ringan sampai sedang. Penyebab utama kematian adalah dehidrasi.

5

Page 6: Simulasi Kasus Aris (Disentri Basiler)

Pemberian cairan dan elektrolit intravena sangat penting sesuai dengan

penatalaksanaan gastroenteritis. Jumlah cairan diberikan berdasarkan beratnya

dehidrasi yag dinilai dari kedaan umum pasien, sistem skor Daldiyono, dan

menentukan Berat Jenis Plasma (1,2)

Diet

Diberikan makanan lunak sampai berak-berak kurang dari 5 kali/hari.

Kemudian diberikan makanan ringan bila ada kemajuan (1).

Pengobatan Spesifik

Penggunaan antibiotik untuk mengurangi beratnya penyakit maupun angka

kematian , walaupun banyak penderita yang merasa tidak perlu untuk pergi ke dokter

karena penyakit ini dapat sembuh spontan. Walaupun biasanya shigellosis

merupakan penyakit yang sembuh sendiri, namun kemoterapi akan efektif

mengurangi lama demam dan memperpendek masa pembawa kuman Shigella (2,3).

Antibiotik ampisilin, tetrasiklin, trimetoprim-sulfametoksazol

(kotrimoksazole) banyak digunakan dalam pengobatan disentri basiler, tetapi dengan

semakin banyaknya strain Shigella yang resisten, maka sebaiknya dilakukan tes

kepekaan kuman terhadap antibiotik sebelum melakukan pengobatan. Gambaran

resistensi kuman terhadap obat yang dapat berubah dari tahun-ketahun dapat

digunakan memilih antibakteri yang tepat. Di Amerika Serikat, 90% isolat Shigella

resisten terhadap sulfonamid dan sekarang banyak yang resisten ampisilin (1,2,4).

Antibakteri pilihan dalam pengobatan disentri basiler bila kerentanan tidak

diketahui atau bila strain resisten terhadap tetrasiklin dan ampisilin adalah

kotrimoksazole dengan dosis 2 X 960 mg selama 5 hari. Ampisilin, 50 mg/kg perhari

6

Page 7: Simulasi Kasus Aris (Disentri Basiler)

dianggap terapi terpilih untuk strain yang sensitif atau dapat diberikan siprofloksasin

dengan dosis 2 x 750 mg. Du Pont dalam penelitian tentang disentri basiler

mendapatkan angka penyembuhan 72 jam sebesar 100% apabila dengan

menggunakan kotrimoksazole, dan angka penyembuhan sebesar 89%. Pemberian

siprofloksasin merupakan suatu kontraindikasi terhadap-anak-anak dan wanita hamil.

Amoksisilin tidak dianjurkan dalam pengobatan disentri basiler karena kegagalan

klinik telah terlihat (1,2).

Berdasarkan hasil penelitian di Jakarta dengan menggunakan 61 isolat

Shigella yang diambil dari penderita yang dirawat di Rumah Sakit di Jakarta,

ditemukan bahwa sebagian besar Shigella telah memiliki tingkat resistensi yang

tinggi terhadap empat jenis antibiotik yaitu terhadap tetrasiklin 62,3%, streptomisin

52,2%, ampisilin 39,3%, dan kloramfenikol 31,2%. Dua jenis antibiotik yang cukup

efektif untuk Shigella dalam penelitian tersebut adalah kanamisin dan kotrimoksazol;

tingkat resistensi Shigella adalah 3,2% terhadap kanamisin dan 0,0% terhadap

kotrimoksazol. Dari 4 spesies Shigella yang ditemukan S. flexneri merupakan jenis

yang paling tinggi tingkat resistensinya, sedangkan S. sonnei masih sensitif terhadap

keenam macam antibiotik tersebut. Di Indonesia populasi spesies Shigella yang

paling tinggi adalah S. flexneri sebesar 60,8%,S. dysentery dan S. bondii 14,7%, S.

sonnei 9,8% (3).

Oldfield dan Wallace (2001) menyebutkan bahwa terapi cairan diiringi

dengan antibiotik sangat diperlukan guna mencegah terjadinya komplikasi yang lebih

berlanjut, seperti perforasi, ensefalopati dan kejang. Pengobatan antibiotik untuk

penderita shigellosis telah dilakukan sejak tahun 1960. Akibat tingginya tingkat

7

Page 8: Simulasi Kasus Aris (Disentri Basiler)

resistensi bakteri terhadap antibiotik, pada tahun dekade 90-an banyak ahli beralih

menggunakan antibiotik jenis kuinolon untuk pengobatan infeksi Shigella. Dari hasil

percobaan secara invitro ditemukan hasil yang sangat memuaskan, dan memiliki

tingkat efektivitas yang tinggi ketika diterapkan. Jenis kuinolon yang sering

digunakan adalah siprofloksasin, levofloksasin dan norfloksasin. Sebuah studi

menyebutkan bahwa tingkat efektifitas terapi kuinolon diiringi dengan pemberian

antimotilitas seperti loperamid memberikan hasil yang cukup memuaskan dan aman

untuk digunakan. Terapi dengan menggunakan kuinolon dikontraindikasikan untuk

anak-anak dan wanita hamil, meskipun pernah dilaporkan bahwa pemakaian

kuinolon pada anak-anak dengan shigellosis berhasil. Regimen antibiotik yang

dilaporkan aman untuk anak-anak dan mempunyai efektivitas yang sama dengan

siprofloksasin adalah azitromisin, golongan makrolida yang mempunyai tingkat

penetrasi ke dalam bakteri Shigella yang cukup tinggi. Azitromisin dengan dosis 500

mg pada hari pertama dan 250 mg pada hari ke 2 sampai ke 5 mempunyai tingkat

efektivitas yang sama dengan dengan pemberian 2 x 500 mg siprofloksasin selama 5

hari. Kuinolon merupakan drug of choice untuk shigellosis dewasa, azitromisin

untuk anak-anak. Bisa juga digunakan terapi antibiotik yang lebih murah seperti

ampisilin dan asam nalidiksik (6)

1.11. Prognosis

Pada bentuk yang berat angka kematian tinggi kecuali bila mendapatkan

penanganan yang dini. Sedangkan untuk disentri yang ringan sampai sedang

prognosanya baik (1).

8

Page 9: Simulasi Kasus Aris (Disentri Basiler)

BAB II

SIMULASI KASUS

2.1 Kasus

Seorang ibu hamil 5 bulan Ny.Wati 935 tahun) mengeluh berak-berak sudah

sehari ini sebanyak 3 kali, perut terasa sangat mulas, tidak disertai dengan darah dan

buih. Pada kultur tinja ditemukan adanya shigella spp

Diagnosa

Shigellosis

2.2.Tujuan Terapi

Pengobatan Kausatif : Untuk membunuh bakteri penyebab infeksi

Pengobatan Simptomatik : Mencegah dan mengatasi gangguan elektrolit dan cairan

(dehidrasi)

2.3.Kelompok dan Golongan obat

Golongan Obat Nama Obat

Antibiotik 1. Kotrimoxazole2. Ampisilin

Perbandingan kelompok obat menurut khasait, kemanan dan kecocokan

No

Jenis Obat Khasiat Keamanan (efek samping obat)

Kontraindikasi Ket

1 Kotrimoksazole

Antibiotik Spektrum luas

Ruam kulit, leukopenia, neutropenia dan trombositopeni. Mual dan muntah.

Penderita dengan kerusakan hati yang jelas.Penderita dengan gagal ginjal.

9

Page 10: Simulasi Kasus Aris (Disentri Basiler)

Diskrasia darahSensistif terhadap kotrimoksazole

3 Ampisilin Antibiotik Spektrum luias

Lebih sering menyebabkan gangguan gangguan lambung, usus, juga dapat menyebabkan terjadinya reaksi alergi

Hipersensitifitas terhadap penisilin

Absorbsi dihambat oleh makanan sehingga pemberian dilakukan sebelum makan.

2.5 Pilihan Obat dan Alternatif Obat yang digunakan sebagai Antibiotik

Uraian Obat Pilihan Obat Alternatif

Nama Obat Kotrimoksazole AmpisilinBSO Generik : Kotrimoksazole

BSO dan Kekuatan: Tablet Kotrimoksazole 480 mg, Tablet Kotrimoksazole 960 mg; suspensi Kotrimoksazole 240 mg per 5 mlPaten:BactoprimBSO dan Kekuatan: tablet 960 mg; tablet 480 mg; suspensi, tiap 5 ml mengandung 240 mg kotrimoksazole.

Generik: AmpisilinBSO dan Kekuatan: tablet atau kaplet ampisilin trihidat dan anhidrat 125 mg, 250 mg, 500 mg dan 1000 mg;injeksi 0,1; 0,25; 0,5 dan 1 g per vial;Paten: KalpicillinBSO dan Kekuatan: Tablet 125 mg, 250 mg,500 mg. Tiap sendok teh (5 ml) 125 mg/5ml sirup. Tiap vial : 250 mg, 500 mg dan 1000 mg.

BSO yang diberikan Tablet KapletDosis Referensi Kotrimoksazole 960 mg

sebanyak 2 kali sehari 250-500 mg tiap 6 jam

Dosis untuk kasus dan alasannya

Kotrimoksazole 960 mg. Sesuai dengan dosis referensi.

500 mg tiap 6 jam. Tidak ada faktor yang menghambat absorbsi, sesuai dengan dosis referensi.

Frekuensi pemberian dan alasannya

2 kali sehari. Sesuai dengan waktu paruh obat.

4 kali sehari, sesuai dengan waktu paruh obat.

Cara pemberian dan Oral. Tidak ada faktor yang Oral. Tidak ada gangguan

10

Page 11: Simulasi Kasus Aris (Disentri Basiler)

alasanya menghambat absorbsi. menelan.Saat pemberian dan alasannya

Sesudah makan, absorbsi tidak dipengaruhi makanan.

Sebelum makan, Absorbsi dipengaruhi makanan.

Lama pemberian dan alasannya

5 hari, Mencegah terjadinya resistensi

5 hari, Mencegah terjadinya resistensi

2.8. Farmakokinetik dan Farmakodinamik Obat

a. Kotrimoksazole

Kotrimoksazole menghambat reaksi enzimatik obligat pada dua tahap yang

berurutan pada mikroba, sehingga kombinasi kedua obat ini memiliki efek sinergi.

Spektrum antibakteri trimetoprim sama dengan sulfametoksazol meskipun daya anti

bakteri trimetoprim 20-100 kali lebih kuat daripada sulfametoksazol (7).

Aktivitas kerjanya adalah dengan menghambat dua tahap reaksi enzimatik

untuk membentuk asam tetrahidrofolat. Tetrahidofolat penting untuk reaksi

pemindahan gugus atom C, seperti pembentukan basa purin dan asam amino. Untuk

mendapatkan efek sinergi diperlukan perbandingan kadar yang optimal dari kedua

obat, kebanyakan rasio optimal adalah 20:1 (7).

Rasio kadar sulfametoksazol dan trimetoprim yang ingin dicapai dalam

darah adalah 20:1. Karena sifatnya yang lipofilik, trimetoprim mempunyai volume

distribusi yang lebih besar daripada sulfametoksazol. Dengan memberikan

sulfametoksazol 800 mg dan trimetoprim 160 mg per oral (rasio

sulfametoksazol :trimetoprim = 5:1) dapat diperoleh rasio kadar obat tersebut dalam

darah kurang lebih 20:1 (7).

Trimetoprim cepat didistribusi dalam jaringan dan kira-kira 40% terikat pada

protein plasma dengan adanya sulfametoksazol. Volume distribusi trimetoprim

11

Page 12: Simulasi Kasus Aris (Disentri Basiler)

hampir 9 kali lebih besar daripada sulfametoksazol. Obat ini masuk ke CSS dan

saliva. Kira-kira 65% sulfametoksazol terikat dengan plasma sampai 60%

trimetoprim dan 25-50% sulfametoksazol diekskresi melalui urin dalam 24 jam

setelah pemberian (7)

Kotrimoksazole apabila diberikan bersama antikoagulan maka efek obat akan

meningkat. Apabila diberikan bersama obat hipoglikemik maka dapat mempengaruhi

dosis obat hipoglikemik tersebut. Pemberian kotrimoksazole bersama dengan

pirimetamin dapat menyebabkan terjadinya anemia megaloblastik (8).

b. Ampisilin

Ampisilin merupakan prototip golongan aminopenisilin berspektrum luas,

tetapi aktivitas terhadap kokus gram positif kurang daripada penislin G. Semua

penisilin golongan ini dirusak oleh beta laktamase yang diproduksi oleh bakteri gram

positif. Golongan penisilin bekerja dengan menghambat pembentukan mukopeptida

yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Terhadap mikroba yang sensitif,

penisilin akan menghasilkan efek bakterisid (9).

Jumlah ampisilin dan senyawa sejenisnya yang diabsorbsi pada pemberian

oral dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya makanan dalam saluran cerna.

Dengan dosis yang lebih kecil persentase yang diabsorbsi relatif lebih besar.

Perbedaan absorbsi ampisilin trihidrat dengan bentuk anhidrat tidak memberikan

perbedaan yang bermakna dalam penggunaan di klinik. Sering absorbsi ampisilin

oral tidak memuaskan sehingga perlu meningkatkan dosis (9).

Ampisilin didistribusi luas dalam tubuh dan pengikatannya oleh protein

plasma hanya 20%. Ampisilin masuk dalam empedu mengalami siklus enterohepatik,

12

Page 13: Simulasi Kasus Aris (Disentri Basiler)

tetapi yang diekskresi bersama tinja jumlahnya cukup tinggi. Biotranformasi

golongan penisilin umumnya dilakukan oleh mikroba. Kadar ampisilin dalam darah

dapat meningkat apabila pemberian ampisilin bersama dengan probenesid (8,9).

2.9. Pengendalian Obat

Penggunaan obat-obatan pada waktu hamil, harus benar-benar sesuai dengan

keperluan, dan perlu dipertimbangkan antara rasio keuntungan dan kerugian yang

kan diderita oleh pasien. Pada kasus ini terjadi shigellosis pada wanita hamil dengan

usia kehamilan 5 bulan. Pemilihan obat dilakukan dengan mempertimbangkan

keuntungan dan resiko yang akan diterima oleh ibu maupun janin. Hampir semua

obat dapat melalui plasenta, beberapa hal yang dipertimbangkan dalam memilih obat

adalah (10):

1. Tidak ada obat yang 100% aman untuk janin

2. Obat sebaiknya diresepkan selama kehamilan hanya jika keuntungan

lebih besar daripada resiko dan hindarkan peresepan selama trimester

pertama.

3. Efek obat pada janin bisa tidak sama dengan farmakologi obat pada

ibu.

4. Metabolisme obat pada saat kehamilan lebih lambat dibandingkan

pada saat tidak hamil.

5. Pengalaman penggunaan obat pada saat kehamilan sangat terbatas

Pada kasus ini terdapat beberapa jenis antibiotik yang bias digunakan dalam

pengobatan shigellosis yaitu, kotrimoksazole, siprofloksasin, ampisilin, tetrasiklin,

dan kanamisin, dari kelima obat tersebut tiga jenis obat (siprofloksasin, tetrasiklin,

13

Page 14: Simulasi Kasus Aris (Disentri Basiler)

kanamisin) dinyatakan tidak aman untuk digunakan pada saat kehamilan karena efek

samping yang ditimbulkannya. Beberapa efek samping yang dapat ditimbulkan oleh

ketiga obat tersebut adalah (10):

1. Kerusakan nervus VIII (ototoksik) dan nefrotoksik (aminoglikosid,

kanamisin)

2. Terjadi arthropati pada animal yang belum matang (siprofloksasin)

3. Hepatotolsik pada ibu, gangguan pertumbuhan tulang, gangguan dan

pewarnaan gigi. (tetrasiklin)

Dari beberapa pilihan diatas maka dua antibiotik yang masih bisa digunakan

adalah kotrimoksazole dan ampisilin. Pada beberapa kepustakaan trimetoprim

dikontraindikasikan untuk diberikan pada pasien hamil trimester I. Untuk pasien ini

dapat dikatakan aman, karena usia kehamilan memasuki trimester ke-2. Sedangkan

untuk ampisilin dinyatakan aman untuk pemberian pada wanita hamil, tetapi karena

tingkat resistensi bakteri Shigella terhadap ampisilin sangat tinggi, maka

dikhawatirkan efektivitas terapi akan sangat rendah, sehingga kita lebih cenderung

untuk memilih kotrimoksazole sebagai drug of choice pada kasus ini. Disamping

pemberian antibiotik, rehidrasi cairan dan elektrolit merupakan terapi yang paling

utama untuk mencegah morbiditas dan mortalitas.

Pemakaian kotrimoksazole sebagai obat pilihan untuk terapi disentri basiler telah

populer sejak 1986. Kotrimoksazole biasanya digunakan untuk shigellosis

simptomatik, yang resisten terhadap ampisilin dan kloramfenikol. Dosis 2 x 960 mg

setiap 12 jam mungkin efektif untuk beberapa jenis infeksi Shigella dan Salmonella,

terutama jika mereka resisten terhadap ampisilin dan kloramfenikol (11).

14

Page 15: Simulasi Kasus Aris (Disentri Basiler)

Penulisan Resep Pilihan

15

Dr. Aris Budianto Sp.PDSIP : 012376890

Banjarmasin, 29 April 2005

Kotrimoksazole Tablet 960 mg No X

b.d.d Tablet.I p.c

Pro : Ny. WatiUmur : 35 tahunAlamat : Jl.Veteran 26 Banjarmasin

Praktek : senin-jumat 17.00-20.00Apotik Kimia FarmaJl.S.Parman no 26 Banjarmasin Telp.2677934

Rumah: Jl.Gatot Subroto VII Komplek Pondok Karya No 26Banjarmasin Telp: 262211

Page 16: Simulasi Kasus Aris (Disentri Basiler)

Penulisan Resep Alternatif

16

Dr. Aris Budianto Sp.PDSIP : 012376890

Banjarmasin, 29 April 2005

Ampisilin Tablet 500 mg No XX

q.d.d Tablet.I a.c

Pro : Ny. WatiUmur : 35 tahunAlamat : Jl.Veteran 26 Banjarmasin

Praktek : senin-jumat 17.00-20.00Apotik Kimia FarmaJl.S.Parman no 26 Banjarmasin Telp.2677934

Rumah: Jl.Gatot Subroto VII Komplek Pondok Karya No 26Banjarmasin Telp: 262211

Page 17: Simulasi Kasus Aris (Disentri Basiler)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hoesadha, Y. Sya’roni, A 1996. Disentri Basiler dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi ke 3. Balai Penerbit FK UI, Jakarta; 458-62.

2. Pearson, R.D. Guerrant, R.L 1991. Sigellosis dalam Buku Ajar Penyakit Dalam HARRISON Kelainan Karena Agen Biologik dan Lingkungan Edisi 11. EGC, Jakarta; 257-60.

3. Triatmojo, P 1994, Pola Resistensi Shigella Sp.yang diisolasi dari penderita Gastroenteritis di Jakarta terhadap Beberapa Jenis Antibiotik.CDK 97. Jakarta, 1994; 36-9.

4. Karsinah et al 1993. Batang Negatif Gram dalam Buku Ajar Mikrobiologi

Kedokteran edisi revisi. Binarupa Aksara, Jakarta; 165-8

5. Hassan,R (ed). 1997 . Disentri Basil dalam Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Infomedika, Jakarta; 556-8

6. Oldfiel E .C, Wallace M.R. 2001. The Role of Antibiotics in The Treatment of Infectios Diarrhea.. http://www. mdconsult.com /Gastroenterolgy Clinics.htm diakses 28 April 2005.

7. Mariana,Y. Setiabudy, R. 1995 . Sulfonamid, Kotrimoksazol dan Antiseptik Saluran Kemih dalam Ganiswarna S. (ed). Farmakologi dan Terapi edisi 4. Penerbit FK UI, Jakarta ;590-3.

8. Hardjasaputra, P.S.I. 2002. Data Obat di Indonesia (DOI) edisi 10. Grafidian Medipress, Jakarta; 312-3,338-9

9. Istiantoro, Y.H. Gan, V.H.S. 1995 . Penisilin, Sefalosporin, dan Antibiotik Betalaktam lainnya dalam Ganiswarna S. (ed). Farmakologi dan Terapi edisi 4. Penerbit FK UI, Jakarta ;625-36.

10. Mansjoer,Arief (ed). 1999. Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-3 Jilid I.Media Aesculapius FK UI, Jakarta;13-21.

11. Jawetz, E. 1995. Sulfonamid & Trimetoprim dalam Katzung B.G. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 3. EGC. Jakarta; 659-61.

17

Page 18: Simulasi Kasus Aris (Disentri Basiler)

18

Page 19: Simulasi Kasus Aris (Disentri Basiler)

Simulasi Kasus

SHIGELLOSIS

PADA WANITA HAMIL

Disusun Guna Memenuhi Sebagian SyaratMengikuti Ujian Ilmu Farmasi Kedokteran

Oleh:

Aris Budianto

I1A000077

Pembimbing :

Dr.H.M Bakhriansyah M.Kes

Universitas Lambung Mangkurat

Fakultas Kedokteran

Laboratorium Farmasi

Banjarbaru

2005

19

Page 20: Simulasi Kasus Aris (Disentri Basiler)

20