laporan 2, disentri

35
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI INFEKSI DAN TUMOR “SALURAN PENCERNAAN” “DISENTRI” DISUSUN OLEH KELOMPOK C-I FKK 2 Eko Sarwono 17113215A Nining Anugrah WS 18123421A Aina Kurnia JS 18123431A Yeni Andani 18123437A Ridha Nurul Qumaryah 18123438A Retno Ning Aty 18123439A DOSEN PENGAMPU Inaratul RH., M.Sc., Apt Hari, tanggal praktikum : Rabu, 7 Oktober 2015 FAKULTAS FARMASI

Upload: rini-pramuati

Post on 10-Apr-2016

203 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

laporan praktikum farmakoterapi infeksi dan tumor// penyelesaian kasus disentri

TRANSCRIPT

Page 1: laporan 2, disentri

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI INFEKSI DAN TUMOR

“SALURAN PENCERNAAN”

“DISENTRI”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK C-I FKK 2

Eko Sarwono 17113215A

Nining Anugrah WS 18123421A

Aina Kurnia JS 18123431A

Yeni Andani 18123437A

Ridha Nurul Qumaryah 18123438A

Retno Ning Aty 18123439A

DOSEN PENGAMPU

Inaratul RH., M.Sc., Apt

Hari, tanggal praktikum : Rabu, 7 Oktober 2015

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2015

Page 2: laporan 2, disentri

I. PENDAHULUAN

A. Definisi

Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron(usus), yang

berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan gejala buang air besar dengan

tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air besar dengan tinja bercampur

lender (mucus) dan nyeri saat buang air besar (tenesmus). Disentri merupakan peradangan

pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus

menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah.

Disentri adalah penyakit pencernaan berupa infeksi usus atau radang usus yang

disebabkan oleh bakteri, yang menyebabkan diare yang cukup parah.

B. Epidemiologi

Di Amerika serikat, insiden disentri amoeba mencapai 1-5 % sedangkan disentri

basiler dilaporkan kurang dari 500.000kasus tiap tahunnya. Sedangkan kejadian disentri

amoeba di Indonesia sampai saat ini masih belum ada, akan tetapi untuk disentri basiler

dilaporkan 5% dari 3848 orang penderita diare berat menderita disentri basiler.

Di dunia sekurangnya 200 juta kasus dan 650.000 kematian terjadi akibat disentri basiler

pada anak-anak dibawah usia 5 tahun. Kebanyakan kuman penyebab disentri basiler

ditemukan di Negara berkembang dengan kesehatan lingkungan yang masih kurang. Disentri

amoeba hampir menyebar di seluruh dunia terutama di Negara yang berkembang yang berada

didaerah tropis. Hal ini dikarenakan faktor kepadatan penduduk, hygiene individu, sanitasi

lingkungan dan keadaan sosial ekonomi serta cultural yang menunjang. Penyakit ini biasa

menyerang anak dengan usia lebih dari 5 tahun. Spesies Entamoeba menyerang 10% populasi

di dunia. Prevalensi yang tinggi mencapai 50% di Asia, Afrika, dan Amerika selatan.

Sedangkan pada Shigella di Amerika serikat menyerang 150.000 kasus dan di Negara-negara

yang berkembang Shigella flexeneri dan S. dysentriae menyebabkan 600.000 kematian per

tahun. Infeksi amuba (amubiasis) menempati urutan ke 3 penyebab kematian karena infeksi

parasit di dunia setelah malaria dan schistosomiasis. Amubiasis terjadi pada sekitar 12%

penduduk dunia atau 50% penduduk di daerah tropis dan subtropis. Diperkirakan angka

kematian 40.000-100.000 terjadi pada 40-50 juta pasien amubiasis tiap tahun. Kejadian itu

seperti fenomena gunung es karena hanya I0-20% pasien amubiasis memberikan gejala

klinis. Insidens amubiasis tinggi di negara berkembang antara lain Meksiko, Afrika Selatan

dan Barat, Amerika Selatan dan Tengah, Bangladesh, Thailand,India serta Vietnam.

Page 3: laporan 2, disentri

C. Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya disentri dapat dibedakan menjadi dua :

Disentri amoeba (amoebiasis), penyebabnya adalah bakteri Entamoeba histolytica,

mengakibatkan diare yang cukup parah. Karena rusaknya dinding usus besar,

sehingga mengakibatkan ulserasi (luka pada lapisan mukosa yang membentuk

lubang ).

Disentri basiler, penyebabnya adalah bakteri Shigella, Escherichia coli

enteroinvasif (EIEC), Salmonella, Campylobacter jejuni ( terutama pada bayi ).

Untuk bakteri shigella perlu diwaspadai karena ± 60% kasusnya termasuk berat

dan dapat dirujuk ke rumah sakit serta mengancam jiwa.

D. Faktor Resiko

Disentri basiler ini umumnya terjadi ditempat-tempat dimana sanitasi lingkungan dan

kebersihan perorangan rendah seperti di penjara, tempat penitipan anak, panti asuhan, rumah

sakit jiwa dan pada tempat pengungsi yang padat. Shigellosis endemis pada daerah iklim

tropis maupun iklim sedang, kasus-kasus yang dilaporkan hanyalah sebagian kecil saja dari

kasus, yang sebenarnya terjadi.

Entamoeba histolytica tersebar sangat luas di dunia. Penularan umumnya terjadi

karena makanan atau minuman yang tercemar oleh kista ameba. Penularan tidak terjadi

melalui bentuk trofozoit, sebab bentuk ini akan rusak oleh asam lambung. Kista Entamoeba

histolytica mampu bertahan di tanah yang lembab selama 8-12 hari, di air 9-30 hari, dan di air

dingin (4ºC) dapat bertahan hingga 3 bulan. Kista akan cepat rusak oleh pengeringan dan

pemanasan 50ºC.

II. PATOFISIOLOGI

Transmisi : fecal-oral, melalui : makanan / air yang terkontaminasi, kontak dari orang

ke orang.

Disentri basiler

Shigella dan EIEC

MO --> kolonisasi di ileum terminalis/kolon, terutama kolon distal invasi ke sel epitel

mukosa usus --> multiplikasi --> penyebaran intrasel dan intersel --> produksi enterotoksin --

> ↑ cAMP --> hipersekresi usus (diare cair, diare sekresi).--> produksi eksotoksin (Shiga

toxin) --> sitotoksik --> infiltrasi sel radang --> nekrosis sel epitel mukosa --> ulkus-ulkus

Page 4: laporan 2, disentri

kecil --> eritrosit dan plasma keluar ke lumen usus --> tinja bercampur darah.--> invasi ke

lamina propia  --> bakteremia (terutama pada infeksi S.dysenteriae serotype 1)

Salmonella

MO --> kolonisasi di jejunum/ileum/kolon --> invasi ke sel epitel mukosa usus -->

invasi ke lamina propia --> infiltrasi sel-sel radang --> sintesis Prostaglandin --> produksi

heat-labile cholera-like enterotoksin --> invasi ke Plak Peyeri --> penyebaran ke KGB

mesenterium -->hipertrofi --> penurunan aliran darah ke mukosa --> nekrosis mukosa -->

ulkus menggaung --> eritrosit dan plasma keluar ke lumen --> tinja bercampur darah.

Campylobacter jejuni

MO --> kolonisasi di jejunum/ileum/kolon --> invasi ke sel epitel mukosa usus -->

invasi ke lamina propia --> infiltrasi sel-sel radang --> Prostaglandin --> produksi heat-stabile

cholera-like enterotoksin --> produksi sitotoksin --> nekrosis mukosa --> ulkus --> eritrosit

dan plasma keluar ke lumen --> tinja bercampur darah --> masuk ke sirkulasi (bakteremia).

Disentri amoeba

Bentuk histolitika (trofozoit) --> invasi ke sel epitel mukosa usus --> produksi enzim

histolisin nekrosis jaringan mukosa usus --> invasi ke jaringan submukosa --> ulkus

amoeba --> ulkus melebar dan saling berhubungan membentuk sinus-sinus submukosa -->

kerusakan permukaan absorpsi malabsorpsi --> ↑ massa intraluminal --> tekanan osmotik

intraluminal --> diare osmotik.

A. Patogenesis

Bakteri dapat tersebar dan menular melalui makanan dan air yang sudah terkontaminasi

kotoran dan bakteri yang dibawa oleh lalat. Lalat merupakan serangga yang hidup di tempat

yang kotor dan bau, sehingga bakteri dengan mudah menempel di tubuhnya dan menyebar di

setiap tempat yang dihinggapi. Bakteri masuk ke dalam organ pencernaan mengakibatkan

pembengkakan hingga menimbulkan luka dan peradangan pada dinding usus besar. Inilah

yang menyebabkan kotoran penderita sering kali tercampur nanah dan darah. Gejala yang

akan dialami penderita disentri biasanya berupa mencret dan perut mulas, bahkan sering kali

penderita merasakan perih di anus akibat terlalu sering buang air.

B. Etiologi.

1. Bakteri (Disentri basiler)

Page 5: laporan 2, disentri

o Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering (± 60% kasus

disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat dan

mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella.

o Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)

o Salmonella

o Campylobacter jejuni, terutama pada bayi

2. Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica, lebih sering pada anak

usia > 5 tahun.

C. Gejala

Gejala-gejala disentri antara lain adalah:

Buang air besar dengan tinja berdarah

Diare encer dengan volume sedikit

Buang air besar dengan tinja bercampur lender(mucus)

Nyeri saat buang air besar (tenesmus)

D. Manifestasi Klinik

Disentri basiler

Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri shigellosis,

pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama,

dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam

tinja.

Panas tinggi (39,5 - 40,0 C), kelihatan toksik.

Muntah-muntah.

Anoreksia.

Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.

Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit

kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).

Disentri amoeba

Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.

Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler (≤10x/hari)

Sakit perut hebat (kolik)

Page 6: laporan 2, disentri

Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya ditemukan pada 1/3 kasus).

E. Diagnosis

Diagnosis klinis dapat ditegakkan semata-mata dengan menemukan tinja bercampur

darah. Diagnosis etiologi biasanya sukar ditegakkan. Penegakan diagnosis etiologi melalui

gambaran klinis semata sukar, sedangkan pemeriksaan biakan tinja untuk mengetahui agen

penyebab seringkali tidak perlu dilakukan karena memakan waktu lama (minimal 2 hari) dan

umumnya gejala membaik dengan terapi antibiotika empiris.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan :

Pemeriksaan tinja

Makroskopis : suatu disentri amoeba dapat ditegakkan bila ditemukan bentuk

trofozoit dalam tinja.

Benzidin test.

Mikroskopis : leukosit fecal (petanda adanya kolitis), darah fecal.

Biakan tinja :

Media : agar MacConkey, xylose-lysine deoxycholate (XLD), agar SS.

Pemeriksaan darah rutin : leukositosis (5.000 – 15.000 sel/mm3), kadang-kadang dapat

ditemukan leukopenia.

III. SASARAN TERAPI

Dehidrasi dan kehilangan cairan elektrolit

Gejala yang menyertai disentri

Faktor penyebab disentri

IV. TUJUAN TERAPI

Menyembuhkan gejala klinis dan mengurangi frekuensi diare

Mencegah bertambah parahnya disentri

V. STRATEGI TERAPI

A.Tata Laksana Terapi

Guideline terapi disentri amoeba (amoebiasis)

Page 7: laporan 2, disentri

Penilaian derajat terapi dehidrasi

Page 8: laporan 2, disentri

Rencana terapi A (diare tanpa dehidrasi)

Rencana terapi B (dehidrasi ringan/sedang)

Rencana terapi C (dehidrasi berat)

Page 9: laporan 2, disentri

TERAPI NON FARMAKOLOGI

Page 10: laporan 2, disentri

1. Perbanyak minum air putih

Air putih dalam tubuh sangat berguna untuk mendetoks atau mengeluarkan racun, bakteri

ataupun kuman, sehingga air putih sangat efektif untuk mengatasi penyakit disentri, oleh

sebab itu jika Anda mengalami penyakit disentri, maka konsumsilah air putih sebanyak

mungkin, semakin banyak Anda mengonsumsi air putih akan semakin baik.

2. Hindari makanan manis dan pedas

Makanan yang memiliki gula tinggi seperti yang terdapat pada makanan manis sangat

tidak baik bagi kesehatan usus besar, terutama jika bagian organ tersebut sedang

mengalami peradangan seperti pada penderita penyakit disentri. Selain makanan manis,

hindari pula makanan yang memiliki rasa pedas, makanan yang memiliki rasa pedas akan

membuat usus besar menjadi terluka dan bahkan bisa mengakibatkan pendarahan akut

atau kronis.

3. Konsumsi makanan berserat

Sudah tidak asing lagi makanan berserat sangat efektif untuk merawat dan menjaga

kesehatan pencernaan, seperti yang terdapat pada usus besar. maka dari itu jika Anda

mengalami peradangan usus atau penyakit disentri, akan sangat penting untuk

mengonsumsi makanan yang kaya akan kandungan serat, misalkan buah, sayur dan

masih banyak lagi.

4. Hindari alkohol

Alkohol merupakan musuh terbesar terhadap penyakit disentri, karena alkohol mampu

membuat komplikasi menjadi muncul pada peradangan usus, dan bahkan alkohol juga

dapat membuat kanker usus. Oleh sebab itu jika Anda mengalami penyakit disentri, lebih

baik hindari alkohol sejak sedini mungkin saat pertama kali tubuh Anda merasakan

gejala penyakit disentri, selain alkohol hindari pula kopi, coklat, capuccino dan rokok.

Karena pada dasarnya konsumsi hal semacam itu sangat tidak baik untuk sistem

pencernaan tubuh.

PENCEGAHAN

Page 11: laporan 2, disentri

Menjaga kebersihan perorangan (personal hygiene) dan kebersihan lingkungan

(environmental hygiene)

Kebersihan perorangan antara lain adalah mencuci tangan dengan bersih sesudah mencuci

anus dan sebelum makan.

Kebersihan lingkungan meliputi : memasak air minum, mencuci sayuran sampai bersih

atau memasaknya sebelum dimakan, buang air besar dijamban, tidak menggunakan tinja

manusia untuk pupuk, menutup dengan baik makanan yang dihidangkan untuk

menghindari kontaminasi oleh lalat dan lipas, membuang sampah ditempat sampah yang

ditutup untuk menghindari lalat.

Untuk menurunkan angka sakit, maka perlu diadakan usaha jangka panjang berupa

pendidikan kesehatan dan perbaikan sanitasi lingkungan dan usaha jangka pendek berupa

penyuluhan kesehatan dan pembersihan kampung halaman secara serentak (gotong

royong) dan juga dengan pengobatan massal ataupun invidivual.

Karena media air sangat penting peranannya dalam penularan, maka perlu diperhatikan

kebersihan suplai air minum. Hal ini akan berhubungan dengan jarak jamban dari sumur.

Menghindari penggunaan pupuk tinja untuk tanaman.

TERAPI FARMAKOLOGI

A. Rehidrasi

Bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi, penatalaksanaan yang agresif

seperti cairan intravena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonik mengandung elektrolit dan

gula atau strach harus diberikan. Terapi rehidrasi oral murah, efektif, dan lebih praktis

daripada cairan intravena. Cairan oral antara lain; pedialit, oralit, cairan infus (ringer laktat).

Cairan diberikan 50 – 200 ml/kgBB/24 jam tergantung kebutuhan dan status hidrasi.

Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g

Natrium bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g glukosa per liter air. Cairan seperti itu

tersedia secara komersial dalam paket-paket yang mudah disiapkan dengan mencampurkan

dengan air.

Jika sediaan secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat

dengan menambahkan ½ sendok teh garam, ½ sendok teh baking soda, dan 2 – 4 sendok

makan gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti

Page 12: laporan 2, disentri

kalium. Pasien harus minum cairan tersebut sebanyak mungkin sejak mereka merasa haus

pertama kalinya.

B. Pengobatan amoebiasis

Emetin/dehidroemetin

Dehidroemetin mempunyai toksisitas lebih rendah dibanding emetin, namun potensi

dan half timenya juga lebih rendah, maka diperlukan dosis lebih tinggi untuk mencapai efek

terapeutik yang diharapkan Emetin membunuh E. histolytica secara langsung dan lebih

efektif terhadap bentuk trofozoid daripada kista. Kadarnya tertinggi di jaringan hati, hal yang

sangat berarti bagi pengobatan amebiasis hati/ Pemberian obat ini hanya pada penderita

amebiasis ekstraintestinal yang tidak responsif terhadap metronidazol mengingat efek

sampingnya yang cukup mengkhawatirkan. Dosis emetin 1 mg/kgbb./hari (maksimal 60

mg/hari) selama 3-5 hari. Tidak boleh lebih dari 5 hari (300 mg dalam satu kali pengobatan)

mengingat sifat kumulatifnya di tubuh. Pemberiannya dapat dibagi dalam 2 porsi. Terapi

ulangan baru boleh diberikan 6-8 minggu setelah terapi pertama.Dosis dehidroemetin untuk

dewasa 1,5 mg/kgbb./hari selama 5 hari. Dosis total sehari tidak boleh lebih 90 mg, dan

pengobatan boleh diulang 2 minggu setelah pengobatan pertama dihentikan. Efek samping

yang sering terjadi adalah mual, muntah, diare (gastrointestinal) aritmia, nekrosis

miokardium, chest pain, kongesti jantung (kardiovaskuler) otot-otot lemah, nyeri tekan, kaku

dan tremor (neuromuskuler) dan urtikaria.

Obat ini berkhasiat terhadap bentuk histolitika. Pemberian emetin ini hanya efektif

bila diberikan secara parenteral karena pada pemberian secara oral absorpsinya tidak

sempurna. Toksisitasnya relatif tinggi, terutama terhadap otot jantung. Dosis maksimum

untuk orang dewasa adalah 65 mg sehari. Lama pengobatan 4 sampai 6 hari. Pada orang tua

dan orang yang sakit berat, dosis harus dikurangi. Pemberian emetin tidak dianjurkan pada

wanita hamil, pada penderita dengan gangguan jantung dan ginjal. Dehidroemetin relatif

kurang toksik dibandingkan dengan emetin dan dapat diberikan secaraoral. Dosis maksimum

adalah 0,1 gram sehari, diberkan selama 4 – 6 hari. Emetin dan dehidroemetin efektif untuk

pengobatan abses hati (amoebiasis hati).

Klorokuin

Page 13: laporan 2, disentri

Absorbsi klorokuin di usus halus sangat baik dan lengkap (kadar di hati 200-700 kali

di plasma), sehingga kadar dalam kolon sangat rendah. Oleh karena itu perlu ditambah

amebisid luminal untuk menghindari relaps.

Pada penelitian ditemukan bahwa kadar klorokuin setelah diabsorbsi tertinggi di

dalam jaringan hati; maka sangat baik untuk terapi abses hati amebiasis. Dosis klorokuin

untuk dewasa dengan amebiasis ekstra intestinal 4x250 mg (garam klorokuin), atau 150 mg

basa klorokuin sehari selama 2 hari pertama kemudian dilanjutkan dengan 2x250 mg/hari

selama 2-3 minggu

Obat ini merupakan amoebisid jaringan, berkhasiat terhadap bentuk histolytica. Efek

samping dan efek toksiknya bersifat ringan antara lain, mual, muntah, diare, sakit kepala.

Dosis untuk orang dewasa adalah 1 gram sehari selama 2 hari, kemudian 500 mg sehari

selama 2 sampai 3 minggu.

Derivat 8-hidroksikuinolin

Beberapa derivat ini yang berperan dalam pengobatan amebiasis adalah diyodohidroksikuin

(iodokuinol), yodoklorhidroksikuin (kliokuinol), broksikuinolin, klorkuinadol dan kiniofon.

Golongan amebisid ini memperlihatkan efeknya langsung terhadap E.histolytica dalam lumen

usus dan tidak efektif untuk amebiasis jaringan. Namun efektif untuk trofozoid maupun

kista. Jadi baik sekali untuk pengobatan carrier/cyst passer. Di antara golongan ini,

diyodohidroksikuin yang masih digunakan secara luas. Amebisid ini dikontraindikasikan

kepada penderita dengan gangguan visus, anak-anak, gangguan fungsi hati serta intoleransi

yodium (penderita penyakit gondok). Sehingga, pemakaian amebisid ini secara rutin tidak

dianjurkan jika masih tersedia amebisid lain yang lebih aman. Dosis yodokuinol yang

rasional 3x600-650mg sehari selama 20 hari (maksimum 2g/hari), dan yodoklorohidroksikuin

3x250 mg/hari selama 10 hari .

Golongan nitroimidazol

Yang mempunyai efek amebisid adalah metronidazol, tinidazol dan ornidazol. Dua

obat terakhir mempunyai efek samping yang lebih ringan dibanding metronidazol selain half

timenya yang cukup panjang (14 jam dan 12-13 jam). Golongan ini merupakan obat pilihan

untuk amebiasis intra dan ekstra intestinal. Amebisid ini efektif untuk amebiasis hati, namun

jika absesnya besar, tetap memerlukan aspirasi untuk mengeluarkan pus. Keuntungan lain,

adalah mampu membunuh kuman-kuman anaerob yang sering terdapat pada kasus-kasus

abses. Efek samping yang sering dijumpai ialah mual, muntah, nyeri ulu hati, pusing, glositis,

Page 14: laporan 2, disentri

stomatitis, penurunan nafsu makan, dan gangguan darah terutama jika diberikan pada orang

muda dan penderita yang rendah daya tahannya serta lama pemberian lebih dari 7 hari.

Kontraindikasi pada penderita dengan riwayat penyakit darah, ibu hamil trimester pertama.

Dosis pemberian metronidazol 35-50 mg./kgbb./hari atau 3 x 500-750 mg/hari selama 10

hari, tinidazol 2 g/hari selama 2-3 hari atau 50 mg/kgbb./hari dan ornidazol 50-60 mg/kg

bb./hari atau 2 g/hari selama 3 hari.

Metronidazol merupakan obat pilihan, karena efektif terhadap bentuk histolytica dan

bentuk kista. Efek samping ringan, antara lain, mual, muntah dan pusing. Dosis untuk orang

dewasa adalah 2 gram sehari selama 3 hari berturut-turut dan diberikan secara terbagi.

Diklosanit furoat

Saat ini merupakan amebiasid luminal terbaik, karena efektif membunuh trofozoid dan kista

di lumen usus (80%- 85%), dengan efek samping yang relatif kecil. Bahkan pada carrier,

amebisid ini digunakan secara tunggal untuk kasus-kasus amebiasis ekstra intestinal

dikombinasi dengan amebisid jaringan. Dosis pemberian 3x500 mg/hari selama 10 hari atau

20 mg/kgbb./hari dalam dosis terbagi .

Tetrasiklin

Tetrasiklin mempunyai efek terapi yang kurang kuat terhadap E. histolytica, namun efeknya

terhadap kuman-kuman usus besar cukup berguna untuk mengobati amebiasis intestinal

ringan sampai sedang. Dosis yang dianjurkan 4x250mg/hari selama 5 hari, dilanjutkan

dengan 4x500 mg selama 5 hari. Sebaiknya tidak diberikan pada ibu hamil serta anak kurang

dari 8 tahun.

Paromomisin.

Merupakan golongan aminoglikosida yang berasal dari Streptomyces rimosus yang

absorbsinya di usus, sehingga konsentrasi di lumen usus cukup tinggi untuk membunuh

E.histolytica. Karena merupakan antibiotika, maka memiliki juga efek antibakterial di dalam

kolon. Efek sampingnya antara lain: mual, muntah, ototoksik, dan nefrotoksik; sehingga

dikontraindikasikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan pendengaran. Dosis

pemberian 25-35 mg/kg berat badan./hari atau 3 x 500 mg/hari selama 5-10 hari

VI. PENYELESAIAN KASUS

Page 15: laporan 2, disentri

KASUS

Bapak A, berumur 40 tahun, mengalami diare 10x per hari. Dengan konsistensi cair, berlendir

dan berdarah, perut terasa sangat melilit. Kemudian membeli obat di apotik yaitu diapet, dan

kaolin pectin syrup 1 sendok teh setiap BAB. Pada hari kedua beliau menjadi demam, lalu

pergi ke dokter. Hasil pemeriksaan feses menunjukkan bapak A mengalami Entamoeba

disentri.

PENGEMBANGAN KASUS

Pasien merasa haus dan ingin minum banyak, mulut terasa kering, mata cekung dan gelisah.

Pemeriksaan tanda vital : BP 116/72 mmHg, HR 80/menit, RR 18/menit, T : 390C

Hasil yang bersangkutan Test laboratorium:

Na :132 mmol/L

K : 2,7 mmol/L

Cl : 100 mmol/L

ANALISIS KASUS :

      Penyelesaian kasus  dengan menggunakan metode SOAP (Subjective,  Objective,

Assesment, dan Plan) pada kasus ini adalah sebagai berikut :

SUBYEKTIF

Nama : Bapak A

umur : 40 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Keluhan : Mengalami diare 10x per hari, dengan konsistensi cair, berlendir dan

berdarah, perut terasa sangat melilit, pasien juga merasa haus, mulut terasa kering dan

gelisah. Pada hari kedua beliau menjadi demam, lalu pergi ke dokter. Hasil pemeriksaan feses

menunjukkan bapak A mengalami Entamoeba disentri.

OBYEKTIF

Data tanda vital

Page 16: laporan 2, disentri

Data laboratorium :

ASSESMENT

Berdasarkan keluhan dan pemeriksaan laboratorium pasien mengalami disentri

amoeba (amoebiasis) diakibatkan karena bakteri Entamoeba, dengan gejala diare 10x per

hari, dengan konsistensi cair, berlendir dan berdarah, perut terasa sangat melilit, dan juga

demam. Pasien juga mengalami demam dan dehidrasi sedang ditandai dari hasil pemeriksaan

lab kadar elektrolit pasien menurun (dibawah normal) dan keluhan dari pasien yaitu haus,

mulut terasa kering, mata cekung dan gelisah.

PLAN

Pasien mengalami disentri amoeba dengan pemeriksaan feses menunjukkan adanya

Entamoeba disentri sehingga diberi pengobatan antibiotik metronidazol. Demam pada pasien

diberi parasetamol. Dehidrasi pasien diatasi dengan pemberian rehidrasi oral (oralit).

Pemakaian diapet dan kaolin pektin dihentikan.

TERAPI NON FARMAKOLOGI

1. Perbanyak minum air putih

Pemeriksaan

Data pasien Nilai normal Keterangan

Tekanan Darah

116/72 mmHg 90 -140 mmHg (systolic)60-90 mmHg (diastolic)

Normal

RR 18 x per menit 16-20 x per menit NormalHR 100 x per menit 60-80 x per menit NormalSuhu 39°C 36-37°C Febris

Pemeriksaan Data pasien Nilai normal KeteranganFeses (+) Entamoeba disentriNatrium 100 mmol/L 135-153 mmol/L Dibawah normal

Klorida 50 mmol/L 95 – 105 mmol/L Dibawah normalKalium 2,7 mmol/L 3,5 – 5,1 mmol/L Dibawah normal

Page 17: laporan 2, disentri

Air putih dalam tubuh sangat berguna untuk mendetoks atau mengeluarkan racun, bakteri

ataupun kuman, sehingga air putih sangat efektif untuk mengatasi penyakit disentri, oleh

sebab itu jika Anda mengalami penyakit disentri, maka konsumsilah air putih sebanyak

mungkin, semakin banyak Anda mengonsumsi air putih akan semakin baik.

2. Hindari makanan manis dan pedas

Makanan yang memiliki gula tinggi seperti yang terdapat pada makanan manis sangat

tidak baik bagi kesehatan usus besar, terutama jika bagian organ tersebut sedang

mengalami peradangan seperti pada penderita penyakit disentri. Selain makanan manis,

hindari pula makanan yang memiliki rasa pedas, makanan yang memiliki rasa pedas akan

membuat usus besar menjadi terluka dan bahkan bisa mengakibatkan pendarahan akut

atau kronis.

3. Konsumsi makanan berserat

Sudah tidak asing lagi makanan berserat sangat efektif untuk merawat dan menjaga

kesehatan pencernaan, seperti yang terdapat pada usus besar. maka dari itu jika Anda

mengalami peradangan usus atau penyakit disentri, akan sangat penting untuk

mengonsumsi makanan yang kaya akan kandungan serat, misalkan buah, sayur dan

masih banyak lagi.

4. Hindari alkohol

Alkohol merupakan musuh terbesar terhadap penyakit disentri, karena alkohol mampu

membuat komplikasi menjadi muncul pada peradangan usus, dan bahkan alkohol juga

dapat membuat kanker usus. Oleh sebab itu jika Anda mengalami penyakit disentri, lebih

baik hindari alkohol sejak sedini mungkin saat pertama kali tubuh Anda merasakan

gejala penyakit disentri, selain alkohol hindari pula kopi, coklat, capuccino dan rokok.

Karena pada dasarnya konsumsi hal semacam itu sangat tidak baik untuk sistem

pencernaan tubuh.

TERAPI FARMAKOLOGI

Penggunaan obat rasional

Page 18: laporan 2, disentri

Analisis rasionalitas terapi dilakukan dengan melakukan analisis obat-obat yang digunakan.

Berikut ini adalah uraian analisis rasionalitas obat yang digunakan :

Diapet & kaolin,pektin

Diapet & kaolin,pektin (adsorben) berfungsi untuk mengurangi frekuensi BAB,

sedangkan dalam kasus disentri/diare tubuh akan memberikan respon berupa

peningkatan motilitas atau reaksi pergerakan usus untuk mengeluarkan kotoran atau

racun berupa bakteri entamoeba. Perut akan terasa banyak gerakan dan berbunyi, anti

diare akan menghambat gerakan itu sehingga kotoran yang seharusnya dikeluarkan,

justru dihambat keluar. Selain itu anti diare dapat menyebabkan komplikasi yang disebut

prolapsus pada usus (terlipat/terjepit).

Antibiotik golongan Imidazol

Antibiotik golongan ini diantaranya adalah metronidazol dan tinidazol. Keduanya

merupakan obat pilihan untuk mengobati disentri amoeba (amoebiasis).

Rehidrasi oral

Terapi rehidrasi oral yang digunakan adalah oralit dimana oralit merupakan terapi

pertama pada pengobatan diare akut. Karena pengobatan dehidrasi pasien disentri amuba

mengikuti diare akut. Tujuannya adalah mencegah atau mengatasi pengeluaran cairan

secara berlebih dan oralit tidak menghentikan diare tetapi mengganti cairan tubuh yang

hilang bersama tinja. Dengan menggantikan cairan tubuh tersebut, terjadinya dehidrasi

dapat dihindari. Tersedia dalam bentuk serbuk, dilarutkan dalam 200 ml atau 1 gelas air

matang hangat dan dalam bentuk larutan. Komposisi oralit 200: Glukosa anhidrat 4 g,

Natrium klorida 0,7 g, Natrium dihidrat 0,58 g, Kalium klorida 0,3 g.

Antipiretik

Obat-obat antipiretik contohnya seperti aspirin, ibuprofen, parasetamol. Parasetamol

tidak memiliki sifat antiinflamasi seperti aspirin dan ibuprofen. Jadi parasetamol tidak

tergolong dalam obat jenis AINS. Dimana obat-obatan jenis AINS mempunyai efek

samping mengiritasi lambung.

Antispasmodik

Page 19: laporan 2, disentri

Untuk mengobati gejala seperti perut terasa sangat melilit, dapat diberikan obat

antispasmodik yaitu hyoscyamin yang digunakan bila perlu.

Evaluasi obat terpilih

1. Metronidazole

Indikasi : amoebiasis, giardasis, abses hepar, trikomoniasis

Dosis : dewasa 800 mg 3xsehari selama 5 hari

Efek samping : mual, muntah, pusing, urin berwarna gelap

Interaksi obat : tidak ada interaksi dengan obat lain yang digunakan

Alasan pemilihan : Merupakan antimikroba dengan aktivitas sangat baik terhadap

bakteri anaerob dan protozoa (sangat efektif terhadap bentuk vegetatif Entamoeba

histolytica) dan merupakan antibiotik lini pertama untuk pengobatan disentri amoeba

(amoebiasis).

Harga : Dos 10x10 tablet 500 mg Rp. 17.425

2. Parasetamol

Indikasi : meredakan nyeri dan demam

Dosis : Dewasa 500 mg maksimal, 3xsehari bila perlu

Efek samping : reaksi kulit, alergi, penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan

kerusakan hati.

Interaksi obat : tidak ada interaksi dengan obat lain yang digunakan

Alasan pemilihan : Parasetamol digunakan untuk mengatasi demam pasien dengan

menghambat produksi prostaglandin yang memacu peningkatan suhu lewat

hipotalamus sehingga dapat menurunkan demam, digunakan bila perlu

Harga : Dos 10x10 tablet 500 mg Rp. 7.000

3. Oralit

Indikasi : untuk mengatasi dehidrasi

Dosis : 2800 ml/hari atau 14 gelas/hari diberikan setiap selesai BAB 3 jam pertama

diberikan 12 gelas oralit. Selanjutnya 2 gelas setiap kali selesai berak/mencret

Efek samping : Hiperkalemi dan hipernatremia

Page 20: laporan 2, disentri

Interaksi obat : tidak ada interaksi dengan obat lain yang digunakan

Alasan pemilihan : kadar natrium dan kalium pasien menurun, sehingga diberi oralit

untuk menyeimbangkan cairan elektrolit dalam tubuh

Harga : 1 bungkus @200 mg Rp.1000

4. Buscopan

Indikasi : Kejang perut, Kejang saluran pencernaan, kejang dan dyskinesia dari sistem

bilier, saluran Genitourinary kejang.

Dosis : 4 kali sehari 1-2 tablet 10 mg, bila perlu

Efek samping : Jarang terjadi reaksi hipersensitivitas, reaksi kulit

Interaksi obat : tidak ada interaksi dengan obat lain yang digunakan

Alasan pemilihan : Untuk mengobati gejala seperti perut terasa sangat melilit, dapat

diberikan obat antispasmodik yaitu hyoscyamin.

Harga : dos 10x10 10 mg Rp. 270.000

KOMUNIKASI INFORMASI EDUKASI

Perbanyak minum air putih

Hindari makanan manis dan pedas

Konsumsi makanan berserat

Hindari alkohol

Istirahat yang cukup

Page 21: laporan 2, disentri

Cara membuat oralit kemasan :a. Siapkan segelas air (200 ml) yang telah dimasak

b. Masukkan oralit kemasan ke dalam gelas yang berisi air

c. Aduk perlahan sampai larut

Cara membuat larutan oralit sendiri :

Jika tidak punya oralit kemasan, bisa membuat larutan oralit sendiri. Bahan-bahan yang

dibutuhkan adalah :

a. 1 sendok teh gula

b. Seperempat (1/4) sendok teh garam

c. 1 gelas air putih (200 ml)

Cara membuatnya adalah dengan melarutkan bahan-bahan di atas yaitu 1 sendok teh gula

dan seperempat sendok teh garam ke dalam 1 gelas air putih. Kemduian aduk perlahan

hingga semuanya larut lalu bisa diminum.

Memberikan informasi kepada pasien tentang obat yang dikonsumsi Menyarankan kepada pasien untuk mematuhi terapi farmakologi

terutama penggunaan antibiotik harus dihabiskan guna menghindari terjadinya resistensi

Jangan lupa minum obat secara teratur sesuai dengan aturan dan dosisnya

Disarankan untuk memakan makanan yang bersifat relatif lembek untuk mengurangi

kerja usus

MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring pemeriksaan fisik :Suhu tubuh hingga mencapai target normal yaitu 36-37°C

Monitoring pemeriksaan elektrolit :

Page 22: laporan 2, disentri

Kadar natrium hingga mencapai target normal yaitu 135-153 mmol/dL

Kadar klorida hingga mencapai target normal yaitu 95-105 mmol/dL

Kadar kalium hingga mencapai target normal yaitu 3,5-5,1 mmol/dL

Berkurangnya feses cair yang berlendir, dan berdarah

Monitoring frekuensi diare

Monitoring kepatuhan pasien

Monitoring efek samping obat yang mungkin terjadi seperti sembelit atau konstipasi,

gangguan keseimbangan elektrolit

Monitoring kemungkinan terjadinya dehidrasi

VII. PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Fitri Handayani (18123445A)

Pertanyaan :

Pasien mengalami BAB 10x sehari, kenapa tidak diobati BABnya ?

Page 23: laporan 2, disentri

Jawaban :

Karena pada kasus ini pasien mengalami disentri yang disebabkan oleh amoeba

sehingga BAB tidak perlu dihentikan agar amoeba dapat keluar melalui feses dan

pengobatan yang diberikan fokus pada amoebanya.

2. Dewi Laraswati (18123463A)

Pertanyaan :

Metronidazol diberikan berapa lama ?

Jawaban :

Sesuai dengan guideline, pemberian metronidazole baik diberikan selama 5 hari

untuk memusnahkan amuba yang ada di usus.

3. Rini Pramuati (18123464A)

Pertanyaan :

Dalam kasus termasuk dalam dehidrasi apa ? apakah oralit yang diberikan efektif

sebanyak itu (14 gelas/hari) ?

Jawaban :

Termasuk dalam dehidrasi sedang. Oralit yang diberikan efektif sebanyak 14

gelas/hari karena pasien tergolong dewasa sehingga mampu untuk meminum oralit

sesuai takaran yang diberikan.

4. Ratih Ayu Aminah (18123450A)

Pertanyaan :

Kenapa dalam terapi non farmakologi dianjurkan untuk makan makanan berserat ?

Jawaban :

Makanan berserat sangat efektif untuk merawat dan menjaga kesehatan pencernaan,

seperti yang terdapat pada usus besar, maka dari itu jika mengalami peradangan usus

atau penyakit disentri, akan sangat penting untuk mengonsumsi makanan yang kaya

akan kandungan serat, misalkan buah, sayur.

VIII. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari pemaparan di atas mengenai kasus yang diperoleh yaitu :

Pada kasus ini pasien didiagnosis disentri amuba (amoebiasis), yang pengobatannya

diberikan metronidazol dan rehidrasi oral.

Page 24: laporan 2, disentri

 Metronidazol adalah terapi pilihan untuk disentri amuba inventif akut, karena obat ini

efektif terhadap bentuk vegetatif Entamoeba histolytica.

Demam pasien diberikan parasetamol.

Oralit sebagai rehidrasi oral digunakan untuk mengatasi terjadinya dehidrasi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 25: laporan 2, disentri

Abdullah, Murdani M. Adi Firmansyah. 2013. Clinical Approach and Management of

Chronic Diarrhea, Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine University of

Indonesia-Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, Indonesia. Vol. 45, Number 2.

Anonim. 2008. ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan.

Setiawan B. 2006. Diare akut karena infeksi, Dalam: Sudoyo A, Setyohadi B, Alwi I dkk .

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3. Edisi IV. Jakarta. Departemen IPD FK UI.

Sukandar, E.Y., et al. 2008. ISO Farmakoterapi Buku I. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan.

Wells, Barbara G. dkk. 2009. Pharmacotherapy Handbook. 7th edition. The McGraw Hill

Companies