disentri amoeba.pdf

29
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. Definisi Diare adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan keenceran buang air besar. Kekerapan yang dianggap masih normal adalah sekitar 1 – 3 kali dan banyaknya 200 – 250 gr sehari. Beberapa penderita mengalami peningkatan kekerapan dan keenceran buang air besar walaupun jumlahnya < 250 gr dalam kurun waktu sehari. (Soeparman Sarwono Waspadji,1990). 2. Jenis Diare a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari ( umumnya kurang dari 7 hari ). Gejala dan tanda sudah berlangsung < 2 minggu sebelum datang berobat. Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare. b. Diare kronik, yaitu diare yang gejala dan tanda sudah berlangsung > 2 minggu sebelum dating berobat atau sifatnya berulang. c. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat dari disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadi komplikasi pada mukosa.

Upload: regina-gaezani

Post on 11-Aug-2015

732 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: disentri amoeba.pdf

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DIARE

1. Definisi

Diare adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan

keenceran buang air besar. Kekerapan yang dianggap masih normal adalah

sekitar 1 – 3 kali dan banyaknya 200 – 250 gr sehari. Beberapa penderita

mengalami peningkatan kekerapan dan keenceran buang air besar

walaupun jumlahnya < 250 gr dalam kurun waktu sehari. (Soeparman

Sarwono Waspadji,1990).

2. Jenis Diare

a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (

umumnya kurang dari 7 hari ). Gejala dan tanda sudah berlangsung < 2

minggu sebelum datang berobat. Akibat diare akut adalah dehidrasi,

sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi

penderita diare.

b. Diare kronik, yaitu diare yang gejala dan tanda sudah berlangsung > 2

minggu sebelum dating berobat atau sifatnya berulang.

c. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat dari

disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat,

kemungkinan terjadi komplikasi pada mukosa.

Page 2: disentri amoeba.pdf

7

d. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara

terus menerus. Akibat dari diare persisten adalah penurunan berat badan

dan gangguan metabolisme.

3. Penyebab diare

a. Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa factor yaitu :

1). Faktor infeksi

a). Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang

merupakan penyebab utama diare pada anak :

a. Infeksi bakteri : Vibrio, Escherechia Coli, Salmonella,

Shigella, Yersina,

b. Infeksi Virus : Enterovirus,

c. Infeksi parasit : cacing ( Ascaris, Tricuris, Oxyuris,

Strongiloides),

d. Infeksi protozoa : Entamoeba histolytica, Giardia lambia,

Thricomonas hominis,

e. Infeksi jamur : Candida albicans.

b). Infeksi Parenterial yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat

pencernaan seperti tonsilofaringitis.

Keadaan ini terutama terdapat pada bayi atau anak

dibawah tiga tahun. Makanan dan miniman yang

terkontaminasi melalui tangan yang kotor, lalat, dan alat-alat

makan yang terkontaminasi juga dapat menyebabkan seseorang

tertular penyakit diare tersebut (Azrul Azwar, 1989). Adapun

Page 3: disentri amoeba.pdf

8

sumber-sumber penularan penyakit dapat terjadi melalui : air,

makanan, minuman, tanah, tangan dan alat yang digunakan

secara pribadi.

Bila seseorang penderita disentri amoeba sembuh dari

penyakitnya, maka amoeba akan bertukar bentuk menjadi

bentuk kista. Kista ini akan keluar bersama faeces dan dapat

hidup terus karena tahan terhadap segala pengaruh dari luar.

Buang air besar sembarangan akan menjadikan sarang lalat,

apabila lalat tersebut hinggap pada makanan, maka akan terjadi

kontaminasi (Depkes RI, 1991).

2). Faktor Malabsorbsi

Faktor malabsorbsi ini meliputi :

a) malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intolerans laktosa,

maltosa, sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa,

fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang

terserang ialah intoleransi laktosa,

b) Malabsorbsi lemak,

c) Malabsorbsi protein,

3). Factor makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan,

4). Factor psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang

tetapi menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih

besar.

Page 4: disentri amoeba.pdf

9

4. Patofisiologi diare

Terjadinya diare bisa disebabkan oleh salah satu mekanisme di bawah ini :

1). Diare osmotik:

Substansi hipertonik nonabsorbsi menyebabkan peningkatan tekanan

osmotikintralumen usus sehingga cairan masuk ke dalam lumen.

Diare osmotik terjadi karena:

a) Pasien memakan substansi non absorbsi antara lain laksan

magnesium sulfat atau antasida mengandung magnesium.

b) Pasien mengalami malabsorbsi generalisata sehingga cairan tinggi

konsentrasi seperti glukosa tetap berada di lumen usus.

c) Pasien dengan defek absorbtif, misalnya defisiensi disakaride atau

malasorbsi glukosa-galaktosa.

2). Diare sekretorik:

Peningkatan sekresi cairan elektrolit dari usus secara aktif dan

penurunan absorbsi / diare dengan volume tinja sangat banyak.

a) Malasorbsi asam empedu dan asam lemak:

b) Pada diare ini terjadi pembentukan micelle empedu.

c) Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit:

d) Terjadi penghentian mekanisme transport ion aktif pada Na K

ATP-ase di enterosit dan gangguan absorbsi Na dan air.

e) Gangguan motilitas dan waktu transit usus:

f) Hipermotilitas usus tidak sempat di absorbsi diare.

g) Gangguan permeabilitas usus:

Page 5: disentri amoeba.pdf

10

h) Terjadi kelainan morfologi usus pada membran epitel spesifik

gangguan permeabilitas usus.

3). Diare inflamatorik:

a) Kerusakan sel mukosa usus eksudasi cairan, elektrolit dan mukus

yang berlebihan diare dengan darah dalam tinja.

4). Diare pada infeksi:

a) Virus

b) Bakteri

- Penempelan di mukosa.

- Toxin yang menyebabkan sekresi.

- Invasi mukosa.

c) Protozoa

- Penempelan mukosa (Giardia lamblia dan Cryptosporidium)

Menempel pada epitel usus halus dan menyebabkan

pemendekan phili yang kemungkinan menyebabkan diare.

5. Akibat Diare

a. Kehilangan air ( dehidrasi )

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air lebih banyak dari pemasukan

air

b. Gangguan keseimbangan asam basa

Terjadi karena kehilangan natrium bicarbonat bersama tinja,

metabolisme lemak tidak sempurna sehingga kotoran tertimbun dalam

tubuh, terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia

Page 6: disentri amoeba.pdf

11

jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena

dapat dikeluarkan oleh ginjal dan terjadinya pemindahan ion natrium

dari cairan ekstraselular ke dalam cairan intracelular.

c. Gangguan sirkulasi

Dapat terjadi shock hipovolemik akibat persuasi jaringan berkurang

dan erjadi Hipoksia Asidosis yang bertambah berat dapat

mengakibatkan perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan jika

tidak segera diatasi dapat menyebabkan kematian.

6. Gejala penyakit diare

a. Badan letih atau lemah

b. Muntah

c. Panas

d. Tidak nafsu makan

e. Darah dan lendir dalam faeces

7. Pencegahan penyakit diare

a. Menggunakan air yang bersih

b. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan

c. Menggunakan jamban untuk buang air besar

d. Terapi untuk penyakit diare, dan mencegah timbulnya kekurangan

cairan bila terjadi dehidrasi ( www. medicastore.com )

Page 7: disentri amoeba.pdf

12

B. PROTOZOA

1. Pengertian Protozoa

Secara umum dapat dijelaskan bahwa protozoa berasal dari bahasa

Yunani, yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi,

Protozoa adalah hewan pertama. Tubuh protozoa amat sederhana, yaitu

terdiri dari satu sel tunggal (unisel). Namun demikian, Protozoa

merupakan system yang serba bisa. Semua tugas tubuh dapat dilakukan

oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang tindih. Ukuran tubuhnya

antaran 3-1000 mikron.Bentuk tubuh macam-macam ada yang seperti

bola, bulat memanjang, atau seperti sandal bahkan ada yang bentuknya

tidak menentu. Juga ada memiliki flagel atau bersilia. Protozoa hidup di air

atau tempat yang basah. Protozoa hidup secara soliter atau bentuk koloni.

Didalam ekosistem air protozoa merupakan zooplankton. Permukaan

tubuh Protozoa dibayangi oleh membran sel yang tipis, elastis, permeable,

yang tersusun dari bahan lipoprotein, sehingga bentuknya mudah

berubah-ubah. Beberapa jenis protozoa memiliki rangka luar ( cangkok)

dari zat kersik dan kapur. Apabila kondisi lingkungan tempat tinggal tiba-

tiba menjadi jelek, Protozoa membentuk kista dan menjadi aktif lagi.

Organel yang terdapat didalam sel antara lain nucleus, badan golgi,

mikrokondria, plastida, dan vakuola. Nutrisi protozoa bermacam-macam.

Ada yang holozoik (heterotrof), yaitu makanannya berupa organisme

lainnya. Ada pula yang holofilik (autotrof), yaitu dapat mensintesis

makanannya sendiri dari zat organic dengan bantuan klorofil dan cahaya.

Page 8: disentri amoeba.pdf

13

Selain itu ada yang bersifat saprofitik, yaitu menggunakan sisa bahan

organic dari organisme yang telah mati adapula yang bersifat parasitik.

Apabila protozoa dibandingkan dengan tumbuhan unisel, terdapat banyak

perbedaan tetapi ada persamaannya. Hal ini mungkin protozoa merupakan

bentuk peralihan dari bentuk sel tumbuhan ke bentuk sel hewan dalam

perjalanan evolusinya. Perkembangbiakan amoeba dan bakteri yang biasa

dilakukan adalah dengan membela diri. Dalam kondisi yang sesuai mereka

mengadakan pembelahan secara setiap 15 menit. Peristiwa ini dimulai

dengan pembelahan inti sel atau bahan inti menjadi dua. Kemudian diikuti

dengan pembelahan sitoplasmanya, menjadi dua yang masing-masing

menyelubungi inti selnya. Selanjutnya bagian tengah sitoplasma

menggenting diikuti dengan pemisahan sitoplasma. Akhirnya setelah

sitoplasma telah benar-benar terpisah, maka terbentuknya dua sel baru

yang masing-masing mempunyai inti baru dan sitoplasma yang baru pula.

Pada amoeba bila keadan kurang baik, misalnya udara terlalu dingin atau

panas atau kurang makan, maka amoeba akan membentuk kista. Didalam

kista amoeba dapt membelah menjadi amoeba-amoeba baru yang lebih

kecil. Bila keadaan lingkungan telah baik kembali, maka dinding kista

akan pecah dan amoeba-amoeba baru tadi dapat keluar. Selanjutnya

amoeba ini akan tumbuh setelah sampai pada ukuran tertentu dia akan

membelah diri seperti semula. Selain penyakit ini masih endemis di

hampir semua daerah, juga sering muncul sebagai kejadian luar biasa .

( Andrean SE , Chrsiye SF , Dhedy, 2001 ).

Page 9: disentri amoeba.pdf

14

Protozoa merupakan makhluk hidup bersel satu yang sering

menjadi penyebab penyakit diare, manusia yang terinfeksi oleh protozoa

biasanya dapat diindikasikan dari konsistensi faeces yang cair. Namun

demikian adanya faeces yang encer / cair belum tentu disebabkan oleh

amoebiasis. Salah satu spesies patogen dari amoeba ini adalah Entamoeba

histolytica. Spesies lainnya lebih sering berperan sebagai flora normal

pada manusia sehingga tidak akan berdampak negatif.

2. Ciri – ciri Protozoa

a. Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)

b. Organisme uniseluler ( bersel tunggal )

c. Eukariotik ( memiliki membran nukleus )

d. Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri ( heterotrof )

e. Hidup bebas, saprofita atau parasit

f. Dapat membentuk kista untuk bertahan hidup

g. Alat gerak berupa pseudopodia, silia, atau flagela.

3. Klasifikasi Protozoa

Kelas yang dibedakan berdasarkan alat geraknya

a) Rhizopoda

Bergerak dengan kaki semu (pseudopodia) yang merupakan

penjuluran protoplasma sel. Hidup di air tawar, air laut, tempat-tempat

basah, dan sebagian ada yang hidup dalam tubuh hewan atau manusia.

Jenis yang paling mudah diamati adalah amoeba

Page 10: disentri amoeba.pdf

15

b) Flagellata ( Mastigophora )

Bergerak dengan falgel ( bulu cambuk ) yang digunakan juga

sebagai alat indera dan alat bantú intuk menangkap makanan.

Dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

1). Fitoflagellata

Flagellata autotrofik ( berkloroplas ), dapat berfotosintesis.

Contohnya : Noctiluca milliaris, Volvox globator, Zooflagellata,

Euglena viridis

2). Flagellata heterotrofik ( tidak berkloroplas ). Contohnya :

Trypanosoma gambiens, Leishmania.

c) Ciliata ( Ciliophora )

Anggota Ciliata ditandai dengan adanya silia (bulu getar) pada

suatu fase hidupnya, yang digunakan sebagai alat gerak dan mencari

makanan. Ukuran silia pendek dari flagel. Memiliki 2 inti sel

(nukleus), yaitu makronukleus ( inti besar ) yang mengendalikan funsi

hidup sehari-hari dengan cara mensintesis RNA, juga penting untuk

reproduksi aseksual, dan mikronukleus ( inti kecil ) yang dipertukarkan

pada saat konjugasi untuk proses reproduksi seksual. Ditemukan

vakuola kontraktil yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan air

dalam tubuhnya. Banyak ditemukan hidup di laut maupun air tawar.

Contoh Stentor, Paraemecium caudatiun, Didinium, Vorticella,

Balantidium coli.

Page 11: disentri amoeba.pdf

16

d) Sporozoa

Tidak memiliki alat gerak khusus, mengahasilkan spora

(sporozoid) sebagai cara perkembangbiakannya. Sporozoid memiliki

organel – organel kompleks pada salah satu ujung selnya yang

dikhususkan untuk menembus sel dan jaringan inang. Hospes parasit

pada manusia dan hewan.

Contoh : Plasmodium sp.

1. Protozoa yang sering menjadi penyebab diare

a. Entamoeba histolytica

b. Cryptosporium

c. Giardia lamblia

C. AMOEBA

Amoeba termasuk dalam kelas Rhizopoda pada filum Protozoa.

Manusia merupakan hospes enam spesies amoeba yang hidup dalam rongga

usus besar, yaitu :

a. Entamoeba histolytica menyebabkan amoebiasis ( diare amoeba )

b. Entamoeba coli yang sifatnya tidak pathogen pada manusia

c. Endolimax nana yang sifatnya tidak pathogen pada manusia

d. Iodomoeba butshii yang sifatnya tidak pathogen pada manusia

e. Dientamoeba fragilis yamg sifatnya tidak pathogen pada manusia

f. Entamoeba hartmani yang sifatnya tidak pathogen pada manusia

Page 12: disentri amoeba.pdf

Parasit kelas Rhizopoda tersebut diatas berkembang biak dengan

aseksual atau belah pasang dan juga hidup didalam tubuh manusia (Srisari

Gandahusada, 1998 ).

a. Morfologi

Morfologi spesies

1). Entamoeba histolytica

Gambar a. Stadium perkembangan

Keterangan gambar a :

1. Tropozoit

- Bentuk tidak tetap dan merupakan bentuk yang tumbuh,

Berkembangbiak dan aktif mencari makan, bergerak dengan

menggunakan pseudopodia. Ukuran berkisar antara 15

Micron. Mudah mati diluar tubuh manusia.

Parasit kelas Rhizopoda tersebut diatas berkembang biak dengan

aseksual atau belah pasang dan juga hidup didalam tubuh manusia (Srisari

Gandahusada, 1998 ).

Morfologi spesies amoeba masing-masing stadium

Entamoeba histolytica

Gambar a. Stadium perkembangan Entamoeba histolytica

Keterangan gambar a :

Tropozoit

Bentuk tidak tetap dan merupakan bentuk yang tumbuh,

Berkembangbiak dan aktif mencari makan, bergerak dengan

menggunakan pseudopodia. Ukuran berkisar antara 15

Micron. Mudah mati diluar tubuh manusia.

17

Parasit kelas Rhizopoda tersebut diatas berkembang biak dengan

aseksual atau belah pasang dan juga hidup didalam tubuh manusia (Srisari

Entamoeba histolytica

Bentuk tidak tetap dan merupakan bentuk yang tumbuh,

Berkembangbiak dan aktif mencari makan, bergerak dengan

menggunakan pseudopodia. Ukuran berkisar antara 15 – 60

Page 13: disentri amoeba.pdf

18

2. Kista

- Bentuk bulat, dinding kista dari hialin, inti 1 – 4 (sukar

dilihat), berukuran antara 10 – 15 mikron.

2). Entamoeba coli

Keterangan gambar b :

1. Tropozoit

Ukuran 15 – 50 mikron, gerakan lambat, ekstoplasma sedikit,

pseudopodia tumpul sebagian, batang kromidial jarang terlihat

2. Bentuk Kista

Bentuk bulat, ukuran antara 15 – 20 mikron, dinding jelas refraktil

berlapis dua, inti 1 – 8

Page 14: disentri amoeba.pdf

19

3). Endolimax nana

Gambar d, stadium perkembangan Endolimax nana

Keterangan gambar d :

Page 15: disentri amoeba.pdf

20

1. Bentuk tropozoit

Mempunyai ukuran 8 – 10 mikron, gerakannya lamban, inti

Umumnya tidak tampak, ekstoplasma sedikit, pseudopodia

tumpul.

2. Bentuk kista

Berdinding oval, dinding kista tipis. Jumlah inti 4 buah ( pada

Salah satu kutup ), ukurannya 5 – 14 mikron.

4). Iodamoeba bustchii

Gambar e, stadium perkembangan Iodamoeba butschii

Keterangan gambar e :

1. Bentuk tropozoit

Berukuran rata – rata 10 mikron, gerak aktif, ekstoplasma sedikit,

pseudopodia tumpul, inti umumnya tidak tampak.

2. Bentuk kista

Page 16: disentri amoeba.pdf

21

Berukuran 5 – 18 mikron jumlah inti hanya 1, dinding tipis,

vakuola berbatas jelas.

5). Dientamoeba fragilis

Gambar e, Bentuk tropozoit Dientamoeba fragilis

Keterangan gambar e :

Mempunyai ukuran rata – rata 12 mikron, gerak sangat aktif,

ekstoplasma banyak, pseudopodi berbentuk segitiga, seperti daun atau

segi empat dan jernih.

6). Entamoeba hartmani

Mempunyai 2 stadium yaitu :

a. Bentuk tropozoit

Berukuran 4 – 12 mikron, bergerak kurang cepat.

Page 17: disentri amoeba.pdf

22

b. Bentuk kista

Berukuran 5 – 10 mikron.

Entamoeba hartmani cara penularannya sama dengan protozoa

yang lain yaitu berhubungan dengan air atau makanan yang

terkontaminasi dengan kista (Garcia, 1996).

b. Daur hidup

Infeksi terjadi bila menelan kista matang dari parasit. Bila

tropozoit tertelan, maka ia dihancurkan dalam lambung tanpa

menyebabkan infeksi. Ekskistasi terjadi di usus bagian kecil bawah dan

metakista dengan cepat membelah menjadi 8 amoeba yang kecil. Amoeba

– amoeba ini masuk usus dan : ( 1 ) dapat menginfeksi jaringan hospes, ( 2

) hidup di lumen usus besar tanpa invasi, atau ( 3 ) menjadi kista.

Hanya kista bertahan di lingkungan luar dalam jangka waktu yang

lama. Dalam tinja ditemukan kista yang tidak matang ( yang berinti satu

atau dua ) atau kista yang matang ( 4 inti ). Kista yang tidak matang dapat

Page 18: disentri amoeba.pdf

23

menjadi matang di lingkungan luar dan infektif. Tropozoit tidak bisa

membentuk kista di luar tubuh dan tidak lagi efektif.

Invasi pada jaringan menyebabkan perdarahan yang mana sel –sel

darah merah akan dimakan oleh tropozoit. Tropozoit ini memasuki

jaringan usus dan merusak epitel dari usus besar dengan memproduksi

enzim proteolitik . Luka – luka akibat destruksi epitel dapat dangkal

karena hanya mukosa atau dapat juga dalam jika ia mengenai submukosa.

Pada submukosa tropozoit memperbanyak diri dan secara cepat luka

menjalar ke lateral dan menyebabkan ulkus yang mengganggu. Selain itu

tropozoit dapat menimbulkan mikroabses di submukosa, yang akhirnya

pecah melalui epitel, yang juga akan menimbulkan ulkus – ulkus

berbentuk botol.

Tropozoit dari jaringan usus dapat dibawa ke organ ekstraintestinal

vena porta. Amoebiasis adalah suatu keadaan terdapatnya Entamoeba

histolytica dengan atau tanpa manifestasi klinik, dan disebut sebagai

penyakit bawaan makanan ( Food Borneo Disease ). Penyebabnya antara

lain Entamoeba histolytica.

Disentri amoeba adalah penyakit infeksi usus yang ditimbulkan

oleh Entamoeba histolytica, suatu mikroorganisme anaerob bersel tunggal

(protozoon). Penyakit ini tersebar diseluruh dunia dan banyak terdapat di

negara (sub) tropis dengan tingkat social ekonomi rendah dan hygiene

yang kurang. Penyebarannya melalui makanan yang terinfeksi serta kontak

Page 19: disentri amoeba.pdf

24

seksual. Bila tidak diobati dengan tepat dapat menjadi sistemis dan

menjalar ke organ-organ lain, khususnya hati .

Insiden tertinggi disentri amoeba ditemukan pada anak-anak usia

1-5 tahun . Sebagai sumber penularan adalah tinja yang mengandung kista

amoeba . Kista ini memegang peranan dalam penularan penyakit lebih

lanjut bila terbawa ke bahan makanan atau air minum oleh lalat atau

tangan manusia yang tidak bersih. Di negara beriklim tropis banyak

didapatkan strain patogen dibanding di negara maju yang beriklim sedang.

Kemungkinan faktor diet rendah protein disamping perbedaan strain

amoeba memegang peranan. Di negara yang sudah maju misalnya

Amerika Serikat prevalensi amoebiasis berkisar antara 1-5 %. Di

Indonesia diperkirakan insidensinya cukup tinggi. Penyakit ini cenderung

endemik, jarang menimbulkan epidemi. Epidemi sering terjadi lewat air

minum yang tercemar .

Prognosis disentri amoeba ditentukan oleh berat ringannya

penyakit, diagnosis dan pengobatan dini yang tepat serta kepekaan amoeba

terhadap obat yang diberikan. Pada umumnya prognosis disentri amoeba

adalah baik terutama yang tanpa komplikasi.

Disentri didefinisikan sebagai diare yang disertai darah dalam tinja.

Penyebab yang terpenting dan tersering adalah Shigella, khususnya

Shigella flexneri dan Shigella dysenteriae tipe 1. Entamoeba histolytica

menyebabkan disentri pada anak yang lebih besar, tetapi jarang pada

balita.

Page 20: disentri amoeba.pdf

25

D. AMOEBIASIS

Amoebiasis adalah penyebab yang umum dari diare kronik maupun

diare akut. Pengertian dari diare akut sendiri yaitu diare yang menetap lebih

dari 3-5 hari yang disertai oleh nyeri perut, kram perut, demam tidak begitu

tinggi, nyeri pada buang air besar, dan faeses berupa darah disertai lendir.

Sedangkan diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu,

penanganan diare kronik bersifat lebih kompleks dan menyeluruh

dibandingkan diare akut dan mengharuskan rujukan kepada dokter ahli,

penderita juga dapat mengalami kesukaran buang air besar (konstipasi) (

T.Declan Wash, 1997 )

Sifat-sifat yang khas pada disentri amoeba adalah :

1. Volume tinja pada setiap kali buang air besar pada disentri amoeba lebih

banyak

2. Bau tinja yang menyengat

3. Warna tinja umumnya merah tua dengan darah dan lendir tampak

bercampur dengan tinja ( Soedarto, 1990 )

a. Entamoeba histolytica

Diuraikan pertama kali oleh Losch, di Rusia ( 1875 ), dari tinja

seseorang yang terkena disentri. Organisme ini ditemukan di ulkus usus besar

manusia. Namun Losch tidak bisa membuktikan adanya hubungan kausal

antara parasit ini dengan kelainan ulkus usus tersebut (Garcia, Lynne S, 2002)

Entamoeba histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai

komensal (apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengijinkan

Page 21: disentri amoeba.pdf

26

dapat berubah menjadi patogen (membentuk koloni di dinding usus,

menembus dinding usus menimbulkan ulserasi) dan menyebabkan disentri

amoeba.

Insiden tertinggi disentri amoeba ditemukan pada anak-anak usia 1-5

tahun. Disentri amoeba ditularkan lewat fekal oral, baik secara langsung

melalui tangan, maupun tidak langusng melalui air minum atau makanan

yang tercemar. Sebagai sumber penularan adalah tinja yang mengandung

kista amoeba. Laju infeksi yang tinggi didapat di tempat-tempat

penampungan anak cacat atau pengungsi dan di negara sedang berkembang

dengan sanitasi lingkungan hidup yang jelek. Di negara beriklim tropis

banyak didapatkan strain patogen dibanding di negara maju yang beriklim

sedang. Kemungkinan faktor diet rendah protein disamping perbedaan strain

amoeba memegang peranan. Di Indonesia diperkirakan insidennya cukup

tinggi. Penularan dapat terjadi lewat beberapa cara, misalnya : pencemaran air

minum, pupuk kotoran manusia, vektor lalat dan kecoa, dan kontak langsung,

seksual kontak oral-anal pada homoseksual. Penyakit ini cenderung endemik,

jarang menimbulkan epidemi. Epidemi sering terjadi lewat air minum yang

tercemar.

a). Distribusi Geografik

Amoebiasis terdapat di seluruh dunia, lebih sering di daerah tropis

ataupun subtropis. Namun di frekuensi dingin dengan keadaan sanitasi

buruk, frekuensi penyakitnya setara dengan di daerah tropis (

www.pubmed.gov )

Page 22: disentri amoeba.pdf

27

b). Morfologi dan Siklus Hidup

Siklus hidup E. histolytica ini sangat sederhana, dimana parasit ini

di dalam usus besar akan memperbanyak diri. Dari sebuah kista akan

terbentuk 8 trofozoit yang apabila tinja dalam usus besarnya padat, maka

trofozoit akan langsung menjadi kista dan dikeluarkan bersama tinja.

Sementara apabila cair, pembentukan kista akan terjadi di luar tubuh.

Dalam siklus hidupnya, Entamoeba histolytica mempunyai 3

stadium, yaitu:

a. Bentuk histolitika

b. Bentuk minuta

c. Bentuk kista

Bentuk histolitika dan minuta merupakan bentuk trofozoit.

Perbedaan dari kedua bentuk trofozoit tersebut yaitu bentuk histolitika

bersifat patogen dan berukuran lebih besar dari minuta. Bentuk histolitika

berukuran 20-40 mikron, mempunyai inti entamoeba yang terdapat di

dalam endoplasma. Pergerakan bentuk histolitika dengan pseudopodium

yang dibentuk dari ektoplasma. Bentuk histolitika ini dapat hidup di

jaringan usus besar, hati, paru, otak, kulit, dan vagina.

Bentuk minuta adalah bentuk pokok. Tanpa bentuk minuta daur

hidup tidak dapat berlangsung. Bentuk minuta berukuran 10-20 mikron.

Inti entamoeba terdapat di endoplasma yang berbutir-butir.

Bentuk kista dibentuk dirongga usus besar. Bentuk kista berukuran

10-20 mikron, berbentuk bulat atau lonjong, mempunyai dinding kista dan

Page 23: disentri amoeba.pdf

28

ada inti entamoeba. Bentuk kista ini tidak patogen, tetapi dapat merupakan

bentuk infektif. Jadi, Entamoeba histolytica tidak selalu menyebabkan

penyakit (Gracia,Lynne S. 2002).

c). Infeksi

Bila kista matang tertelan, kista tersebut sampai di lambung dengan

keadaan utuh karena dinding kista tahan terhadap asam lambung. Namun

pada pH netral atau alkali, organisme dalam kista akan aktif, untuk

kemudian berkembang menjadi 4 stadium trofozoit metakistik. Stadium ini

kemudian berkembang lebih lanjut menjadi trofozoit di dalam usus besar.

Di rongga usus halus dinding kista dihancurkan, terjadi eksistasi dan

keluarlah bentuk-bentuk minuta yang masuk ke rongga usus besar. Bentuk

minuta dapat berubah menjadi bentuk histolitika yang patogen dan hidup

di mukosa usus besar dan dapat menimbulkan gejala. Dengan aliran darah,

bentuk histolitika dapat tersebar ke hati, paru dan otak ( L.A,Juni Prianto,

2004 ).

d). Patologi dan Gejala Klinis

Cara kerjanya yaitu sebagai berikut : Bentuk histolitika memasuki

mukosa usus besar yang utuh dan mengeluarkan enzim yang dapat

menghancurkan jaringan. Enzim ini yaitu cystein proteinase yang disebut

histolisin. Lalu bentuk histolitika masuk ke submukosa dengan menembus

lapisan muskularis mukosae. Di submukosa ini, bentuk histolitika akan

membuat kerusakan yang lebih besar daripada di mukosa usus. Akibatnya

terjadi luka yang disebut ulkus amoeba. Bila terdapat infeksi sekunder,

Page 24: disentri amoeba.pdf

29

maka terjadi peradangan. Proses ini dapat meluas di submukosa bahkan

sampai sepanjang sumbu usus. Bentuk histolitika banyak ditemukan di

dasar dan dinding ulkus. Dengan peristaltis usus, bentuk ini dikeluarkan

bersama isi ulkus rongga usus kemudian menyerang lagi mukosa usus

yang sehat atau dikeluarkan bersama tinja. Tinja ini disebut disentri, yaitu

tinja yang bercampur lendir dan darah.

Tempat yang sering dihinggapi (predileksi) adalah sekum, rektum,

sigmoid. Seluruh kolon dan rektum akan dihinggapi apabila infeksi sudah

berat.

Disentri amoeba merupakan bentuk dari amoebiasis. Gejala yaitu :

buang air besar berisi darah atau lendir, sakit perut, hilangnya selera

makan, turun berat badan, demam, dan rasa dingin. Yang adakalanya,

infeksi / peradangan dapat menyebar sampai ke bagian lain badan dan

menyebabkan suatu bisul seperti amoba. Salah satu dari organ/bagian

badan yang paling sering terpengaruh adalah hati. Ini dikenal sebagai

hepatic amoebiasis ( Gandahusada S, 2000 )

Bentuk amoebiasis klinis yang biasa dikenal yaitu :

a. Amoebiasis Intestinalis

Sering dijumpai tanpa gejala atau adanya perasaan tidak enak

diperut yang samara-samar. Infeksi menahun dapat menimbulkan kolon

yang “irritable”. Amoebiasis yang akut mempunyai masa tunas 1-14

minggu. Penyakit menahun yang melemahkan ini mengakibatkan

menurunnya berat badan.

Page 25: disentri amoeba.pdf

30

b. Amoebiasis Ekstra- Intestinalis

Gejalanya tergantung pada lokasi absesnya. Yang paling sering

dijumpai adalah amoebiasis hati disebabkan metastasis dari mukosa

usus melalui aliran system portal. Gejala amoebiasis hati berupa demam

berulang, disertai menggigil, sering ada rasa sakit pada bahu kanan.

Abses ini dapat meluas ke paru-paru disertai batuk dan nyeri tekan

intercostals, dengan demam dan menggigil. Amoebiasis ekstra

intestinalis ini dapat juga dijumpai di penis, vulva, kulit, atau tempat

lain dengan tanda-tanda mudah berdarah ( Gandahusada Srisasi, 2000 ).

e). Diagnosa

1). Amoebiasis Kolon Akut

Pada amoebiasis kolon akut biasanya diagnosisklinis ditetapkan

bila terdapat sindrom disentri disertai sakit perut (mules). Biasanya

gejala diare berlangsung tidak lebih dari 10 kali sehari. Diagnosis

laboratorium ditegakkan dengan manamukan Entamoeba histolytica

bentuk histolitika dalam tinja.

2). Amoebiasis Kolon Menahun

Amoebiasis kolon menahun biasanya terdapat gejala diare yang

ringan diselingi dengan obstipasi. Diagnosis laboratorium ditegakkan

dengan menemukan Entamoeba histolytica bentuk histolitika dalam

tinja. Bila amoeba tidak ditemukan, pemeriksaan tinja perlu diulang 3

hari berturut-turut. Reaksi serologi perlu dilakukan untuk menunjang

diagnosis.

Page 26: disentri amoeba.pdf

31

3). Amoebiasis Hati

Diagnosis klinis amoebiasis hati yaitu berat badan menurun,

badan terasa lemah, demam, tidak nafsu makan disertai pembesaran

hati. Pada pemeriksaan radiology biasanya didapatkan peninggian

diafragma. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan

Entamoeba histolytika. Bila amoeba tidak ditemukan, perlu dilakukan

pemeriksaan ulang ( Gandahusada Srisasi, 2000 )

f) Pengobatan

Pengobatan amoebiasis umumnya menggunakan antibiotic :

Mertonidazole

Obat ini efektif terhadap bentuk histolitika dan bentuk kista.

Efek sampingnya ringan, antara lain mual, muntah dan pusing. Dosis

untuk orang dewasa adalah 2 gr sehari selama 3 hari berturut-turut.

Emetin hidroklorida

Obat ini berkhasiat terhadap bentuk histolitika. Toksisitasnya

relative tinggi, terutama pada otot jantung. Dosis untuk orang dewasa

adalah 65 mg sehari, untuk anak-anak di bawah 8 th 10 mg sehari.

Lama pengobatan 4-6 hari berturut-turut. Pada orang tua dan orang

yang ounya sakit berat, pemberian harus dikurangi. Tidak dianjurkan

pada wanita hamil, penderita gangguan ginjal dan jantung.

Klorokuin

Obat ini merupakan amebisid jaringan, berkhasiat terhadap

bentuk histolitika. Efek samping dan efek toksiknya bersifat ringan,

Page 27: disentri amoeba.pdf

32

antara lain mual, muntah, diare, dan sakit kepala. Dosis untuk orang

dewasa adalah 1 gr sehari selama 2 hari, kemudian 500 mg sehari

selama 2-3 minggu. Obat ini juga efektif terhadap amoebiasis hati

(Gandahusada Srisasi, 2000).

g) Pencegahan

Kebersihan perorangan antara lain mencuci tangan dengan bersih

secara menyeluruh menggunakan sabun dan air panas setelah mencuci

anus dan sebelum maka. Menghindari berbagai handuk atau kain wajah.

Kebersihan lingkungan antara lain memasak air minum sampai

mendidih sebelum diminum, mencuci sayuran atau memasaknya sebelum

dimakan, buang air besar di jamban, tidak menggunakan tinja manusia

untuk pupuk, menutup dengan baik makanan yang dihidangkan,

membuang sampah di tempat sampah yang ditutup untuk menghindari

lalat ( Gandahusada Srisasi, 2000 ).

B. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1). Pemeriksaan tinja makroskopis dan mikroskopis. Diagnosis pasti dapat

ditegakkan bila ditemukan trofozoid motil yang mengandung eritrosit

dari sampel tinja segar yang diperiksa 30 menit sejak keluar

2). Pemeriksaan kadar ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

3). Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan

fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).

Page 28: disentri amoeba.pdf

33

4). Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau

parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan dilakukan

pada penderita diare kronik.

5). Proktosigmoidoskopi: pemeriksaan ini berguna untuk mendiagnosis

adanya inflamasi mukosa atau keganasan.

6). Pemeriksaan kadar lemak tinja kuantitatif: tinja dikumpulkan (biasanya

72 jam) diperiksa kadar lemak tinja jika dicurigai malasorbsi lemak.

7). Pemeriksaan volume tinja 24 jam: volume lebih dari 500ml/hari jarang

ditemukan pada sindrom usus iritabel.

Page 29: disentri amoeba.pdf

34