bab ii tinjauan pustaka 2.1 pengertian ergonomieprints.umm.ac.id/43553/3/bab ii.pdf · penyelidikan...

24
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ergonomi Menurut Nurmianto (1996) ergonomi adalah sebagai studi tentang aspek- aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan perancangan, sehingga sistem tersebut dapat bekerja dengan baik. Berdasarkan dari pengertian di atas maka dapat mulai dibayangkan, mengapa ergonomi sangat penting. Ergonomi tidak terbatas hanya pada rancangan kursi yang baik atau meja yang ergonomis saja, melainkan jauh lebih luas, yakni merancang metode, alat dan sistem kerja sesuai dengan manusianya (pekerja) atau dikenal dengan istilah Human Centered Design. Hal yang paling unik dari ergonomi itu sendiri adalah perhatian yang sangat besar yang diberikan untuk manusia. Ergonomi juga disebut suatu cabang ilmu yang sistematis dan memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan dengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana, 1979). Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penerapan ilmu ergonomi. Tujuan-tujuan dari penerapan ergonomi adalah sebagai berikut: 1 Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja. 2 Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif. 3 Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan antropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

Upload: others

Post on 19-Sep-2019

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ergonomieprints.umm.ac.id/43553/3/BAB II.pdf · Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ergonomi

Menurut Nurmianto (1996) ergonomi adalah sebagai studi tentang aspek-

aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,

psikologi, engineering, manajemen dan perancangan, sehingga sistem tersebut

dapat bekerja dengan baik. Berdasarkan dari pengertian di atas maka dapat mulai

dibayangkan, mengapa ergonomi sangat penting. Ergonomi tidak terbatas hanya

pada rancangan kursi yang baik atau meja yang ergonomis saja, melainkan jauh

lebih luas, yakni merancang metode, alat dan sistem kerja sesuai dengan

manusianya (pekerja) atau dikenal dengan istilah Human Centered Design. Hal

yang paling unik dari ergonomi itu sendiri adalah perhatian yang sangat besar

yang diberikan untuk manusia.

Ergonomi juga disebut suatu cabang ilmu yang sistematis dan

memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan

manusia untuk merancang sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja

pada sistem itu dengan baik yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui

pekerjaan dengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana, 1979).

Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penerapan ilmu ergonomi.

Tujuan-tujuan dari penerapan ergonomi adalah sebagai berikut:

1 Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan

cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan

mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

2 Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak

sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan

sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak

produktif.

3 Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan

antropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta

kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ergonomieprints.umm.ac.id/43553/3/BAB II.pdf · Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan

5

Menurut Nurmianto (2008) masalah-masalah ergonomi dapat dikategorikan

ke dalam bermacam-macam grup yang berbeda, bergantung kepada wilayah

spesifik dari efek tubuh seperti :

1. Anthtropometric

Antropometri berhubungan dengan konflik dimensional antara ruang

geometri fungsional dengan tubuh manusia. Antropometri ini merupakan

pengukuran dari dimensi tubuh secara linear, termasuk berat dan volume.

Jarak jangkauan, tinggi mata saat duduk, dan lainnya. Masalah-masalah

antropometri merupakan manifestasi dari kekurang cocokannya antara

dimensi ini dan desain dari ruang kerja. Pemecahannya adalah memodifikasi

desain dan menyesuaikan kenyamanan.

2. Cognitive

Masalah kognitif muncul ketika informasi beban kerja yang

berlebihan dan infomasi beban kerja di bawah kebutuhan proses. Keduanya

dalam jangka waktu yang panjang maupun dalam jangka waktu pendek

dapat menyebabkan ketegangan. Pada sisi lain, fungsi ini tidak sepenuhnya

berguna untuk pemeliharaan tingkat optimum. Pemecahannya adalah untuk

melengkapkan fungsi manusia dengan fungsi mesin untuk meningkatkan

performansi sebaik pengembangan pekerjaan.

3. Musculoskeletal

Ketegangan otot dan sistem kerangka termasuk dalam kategori ini.

Hal tersebut dapat menyebabkan insiden kecil atau trauma efek kumulatif.

Pemecahan masalah ini terletak pada penyediaan bantuan performansi kerja

atau mendesain kembali pekerjaan untuk menjaga agar kebutuhannya sesuai

dengan batas kemampuan manusia.

4. Cardiovaskular

Masalah ini terletak pada ketegangan pada sistem sirkulasi, termasuk

jantung. Akibatnya adalah jantung memompakan lebih banyak darah ke otot

untuk memenuhi tingginya permintaan oksigen. Pemecahannya yaitu

mendesain kembali pekerjaan untuk melindungi pekerja dan melakukan

rotasi pekerjaan.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ergonomieprints.umm.ac.id/43553/3/BAB II.pdf · Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan

6

5. Psychomotor

Masalah ini terletak pada ketegangan pada sistem psychomotor yang

menegaskan kebutuhan pekerjaan untuk disesuaikan dengan kemampuan

manusia dan menyediakan bantuan performansi pekerjaan.

Sedangkan pendekatan dalam ergonomi adalah dengan aplikasi secara

sistematiss dari informasi-informasi tentang kemampuan manusia, keterbatasan-

keterbatasan, karakteristik, tingkah laku dan motivasi pada desain peralatan dan

prosedur kerja yang digunakan serta lingkungan dimana mereka berfungsi.

Karena manusia sebagai salah satu komponen dari sistem kerja dengan

segala aspek dan tingkah lakunya merupakan makhluk yang kompleks maka

untuk mengembangkan ergonomic diperlukan dukungan dari berbagai disiplin

ilmu seperti (Nurmianto, 1966):

1. Anatomi dan fisiologi : mempelajari struktur serta fungsi atau tat kerja

dari tubuh dalam keadaan normal.

2. Psikologi trepan : mempelajari tentang pengaruh kondisi kerja terhadap

tingkah laku manusia.

Akhirnya dapat disimpulkan beberapa pokok persoalan dari disiplin ilmu

ergonomi :

1. Mempelajari performance, seperti menambah kecepatan kerja,

keselamatan kerja dan mengurangi kelelahan.

2. Mengurangi waktu dan biaya pelatihan.

3. Memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia dengan mengurangi

tingkat ketrampilan yang diperlukan.

4. Mengurangi kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia.

5. Memperbaiki kenyamanan manusia dalam bekerja.

Berkaitan dengan bidang penyelidikan yang dilakukan, ergonomi memiliki

peran yang cukup besar dalam menentukan keberhasilan sutu sistem kerja.

Ergonomi dikelompokkan atas empat bidang penyelidikan, yaitu (Sutalaksana,

1979):

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ergonomieprints.umm.ac.id/43553/3/BAB II.pdf · Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan

7

1. Penyelidikan tentang Display. Display adalah suatu perangkat antara

(interface) yang menyajikan informasi tentang keadaan lingkungan dan

mengkomunikasikannya kepada manusia dalam bentuk angka-angka, tanda-

tanda, lambang dan sebagainya. Informasi ini dapat disajikan dalam bentuk

statis, misalnya peta suatu kota dan dapat pula dalam bentuk dinamis yang

menggambarkan perubahan variabel menurut waktu, misalnya speedometer.

2. Penyelidikan tentang Kekuatan Fisik Manusia. Dalam hal ini penyelidikan

dilakukan terhadap aktivitas-aktivitas manusia pada saat bekerja dan

kemudian dipelajari cara mengukur aktivitas-aktivitas tersebut. Penyelidikan

ini juga mempelajari perancangan obyek serta peralatan yang disesuaikan

dengan kemampuan fisik manusia pada saat melakukan aktivitasnya.

3. Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan

untuk mendapatkan rancangan tempat kerja yang sesuai dengan dimensi

tubuh manusia agar diperoleh tempat kerja yang baik sesuai dengan

kemampuan dan keterbatasan manusia.

4. Penyelidikan tentang Lingkungan Kerja. Penyelidikan ini meliputi kondisi

lingkungan fisik tempat kerja dan fasilitas, seperti pengaturan cahaya,

kebisingan suara, temperatur, getaran dan lain-lain yang dianggap

mempengaruhi tingkah laku manusia.

Berkenaan dengan bidang-bidang penyelidikan itu, maka terlibat sejumlah

disilplin dalam ergonomi, yaitu :

1. Anatomi dan fisiologi, struktur dan fungsi pada manusia.

2. Antropometri, ukuran-ukuran tubuh manusia.

3. Fisiologi psikologi, sistem syaraf dan otak.

4. Psikologi eksperimen, prilaku manusia.

Ergonomi bisa diklasifikasikan ke dalam disiplin-disiplin ilmu yang lebih

spesifik. Permasalahannya, pengklasifikasian ergonomi berbeda-beda antara satu

sumber dengan sumber lainnya sehingga sering membingungkan. Ada yang

mengklasifikasikannya berdasarkan objek kajian yang dipelajari (ergonomi fisik,

ergonomi kognitif), ada yang berdasarkan tempat pengaplikasiannya (ergonomi

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ergonomieprints.umm.ac.id/43553/3/BAB II.pdf · Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan

8

industri, ergonomi perkantoran), ada yang berdasarkan luas lingkupnya (ergonomi

makro, ergonomi mikro), ada yang berdasarkan latar belakang pendidikan

(keselamatan dan kesehatan kerja, antropometri). Menurut Nurmianto (2008)

pengelompokkan bidang kajian ergonomi dibagi menjadi lima yaitu :

1. Faal Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti energi manusia yang

dikeluarkan dalam suatu pekerjaan. Tujuan dan bidang kajian ini adalah

untuk perancangan sistem kerja yang dapat meminimasi konsumsi energi

yang dikeluarkan saat bekerja.

2. Antropometri, yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan

pengukuran dimensi tubuh manusia untuk digunakan dalam perancangan

peralatan dan fasilitas sehingga sesuai dengan pemakainya.

3. Biomekanika yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan

mekanisme tubuh dalam melakukan suatu pekerjaan, misalnya keterlibatan

otot manusia dalam bekerja dan sebagainya

4. Penginderaan, yaitu bidang kajian ergonomi yang erat kaitannya dengan

masalah penginderaan manusia, baik indera penglihatan, penciuman, perasa

dan sebagainya.

5. Psikologi kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang berkaitan dengan efek

psikologis dan suatu pekerjaan terhadap pekerjanya, misalnya terjadinya

stres dan lain sebagainya.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ergonomieprints.umm.ac.id/43553/3/BAB II.pdf · Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan

9

2.2 Prosedur Perancangan

Menurut Kromer (1994) tahap pokok yang dilalui dalam melakukan

engineering design adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan, adanya kebutuhan yaang dinyatakan secara jelas yang

didasarkan atas permasalahan pokok merupakan tahap awal prosedur

perancangan.

2. Ide/alternatif, dari kebutuhan yang dinyatakan dengan jelas, dapat

dikembangkan sejumlah ide maupun alternatif pemecahan masalah.

Sebagaimana telah dikemukakan, tentunya alternatif maupun ide-ide

haruslah berorientasi pada pemenuhan kebutuhan tersebut.

3. Keputusan, setelah semua dikembangkan maka melalui proses analisis

yang cermat haruslah dipilih satu alternatif pemecahan masalah yang lebih

baik.

4. Tindakan, alternatif pemecahan masalah yang telah diputuskan

sebelumnya kemudian diubah menjadi kenyataan melalui suatu proses

produksi tertentu. Dalam hal ini, tindakan merupakan tahapan akhir dari

prosedur perancangan. Urutan prosedur perancangan yang telah

dikembangkan adalah sebagai berikut :

1. Pernyataan kebutuhan

2. Mendefinisikan kebutuhan.

3. Analisi tujuan.

4. Konsep pemecahan masalah.

5. Evaluasi pemecahan masalah.

6. Modifikasi pemecahan masalah.

7. Pemanggilan masalah.

8. Spesifikasi bagi pembuat.

9. Organisasi masalah.

Bagi produk-produk yang ditunjukkan pada konsumen, maka diharapkan

produk-produk tersebut mampu memberi kepuasan atas kebutuhan. Disamping itu

produk harus memiliki efisien yang cukup besar. Untuk itu setiap perancangan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ergonomieprints.umm.ac.id/43553/3/BAB II.pdf · Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan

10

produk yag memiliki tingkat kepuasan kebutuhan setingi-tingginya, konsisten

dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan serta dengan biaya yang serendah-

rendahnya.

2.3 Alat bantu kerja di ergonomi

Dengan adanya alat bantu yang bisa membuat nyaman bagi pekerja untuk

bisa melakukan pekerjaannya secara efisien dan efektif sangat perlu diperhatikan

bagaimana alat bantu itu dirancang. Sehingga dengan adanya sebuah alat bantu

kerja yang sudah memenuhi aspek ergonomi yang ditimbulkan dari alat tersebut,

maka secara langsung akan membuat pekerja itu tidak merasa terbebani akibat

dari pekerjaan itu, yang dulunya pekerja merasa banyak keluhan yang diderita

ketika pekerja menggunakan alat yang kurang memenuhi aspek ergonomi,

kemudian dengan diterapkannya ilmu ergonomi itu segala kendala yang dirasakan

pekerja akan menjadi hilang.

Kerugian yang dialami oleh perusahaan salah satunya diakibatkan jika

terjadi kecelakaan pada pekerja yang akhirnya akan mempengaruhi produktivitas

kerjanya. Oleh karena itu dengan menerapkan disiplin ilmu ergonomi tersebut

maka cidera yang dialami pekerja akan diminimasi dengan adanya sebuah

perancangan alat yang sesuai dengan standard ergonomi.

2.4 Kerja dengan tidak menggunakan prinsip ergonomi

Beberapa keluhan yang terjadi di tempat kerja dan biasa dialami oleh

pekerja adalah dikarenakan kelelahan fisik, yang biasa diakibatkan kerja yang

berlebihan dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya

seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat

dan tidur yang cukup.

Karena intensitas kerja yang dilakukan dengan tidak dikungnya faktor

ergonomi baik dari alat kerja atau dari pengetahuan akan ergonomi, sehingga

dengan posisi yang salah maka akan menimbulkan kecelakaan kerja yang dialami

oleh pekerja.

Sikap kerja yang sering dilakukan oleh manusia dalam melakukan

pekerjaan antara lain berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan, dan lain-

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ergonomieprints.umm.ac.id/43553/3/BAB II.pdf · Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan

11

lain. Sikap kerja tersebut dilakukan tergantung dari kondisi dari sistem kerja yang

ada. Jika kondisi sistem kerjanya yang tidak sehat akan menyebabkan kecelakaan

kerja, karena pekerja melakukan pekerjaan yang tidak aman. Sikap kerja yang

salah, canggung, dan di luar kebiasaan akan menambah resiko cidera pada bagian

sistem muskuloskeletal (Bridger, 1995).

1. Sikap Kerja Berdiri

Sikap kerja berdiri merupakan salah satu sikap kerja yang sering

dilakukan ketika melakukan sesuatu pekerjaan. Berat tubuh manusia akan

ditopang oleh satu ataupun kedua kaki ketika melakukan posisi berdiri. Aliran

beban berat tubuh mengalir pada kedua kaki menuju tanah. Hal ini disebabkan

oleh faktor gaya gravitasi bumi.

Kestabilan tubuh ketika posisi berdiri dipengaruhi posisi kedua kaki.

Kaki yang sejajar lurus dengan jarak sesuai dengan tulang pinggul akan menjaga

tubuh dari tergelincir. Selain itu perlu menjaga kelurusan antara anggota bagian

atas dengan anggota bagian bawah.

Sikap kerja berdiri memiliki beberapa permasalahan sitem muskuloskeletal.

Nyeri punggung bagian bawah (low back pain) menjadi salah satu

permasalahan posisi sikap kerja berdiri dengan sikap punggung condong ke

depan. Posisi berdiri yang terlalu lama akan menyebabkan penggumpalan

pembuluh darah vena, karena aliran darah berlawanan dengan gaya gravitasi.

Kejadian ini bila terjadi padapergelangan kaki dapat menyebabkan

pembengkakkan.

2. Sikap Kerja Duduk

Penelitian yang dilakukan Brigger (1995) pada Eastman Kodak Company

di New York menunjukkan bahwa 35% dari beberapa pekerja yang

mengunjungi klinik mengeluhkan rasa sakit pada punggung bagian bawah.

Ketika sikap kerja duduk dilakukan, otot bagian paha semakin tertarik dan

bertentangan dengan bagian pinggul. Akibatnya tulang pelvis akan miring ke

belakang dan tulang belakang bagian lumbar L3/L4 akan mengendor.

Mengendornya bagian lumbar menjadikan sisi depan invertebratal disk tertekan

dan sekililingnya melebar atau merenggang. Kondisi ini akan membuat rasa

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ergonomieprints.umm.ac.id/43553/3/BAB II.pdf · Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan

12

nyeri pada bagian punggung bagian bawah dan menyebar pada kaki.

Gambar 2.1. Kondisi invertebratal disk bagian lumbar pada saat duduk

Ketegangan saat melakukan sikap kerja duduk seharusnya dapat

dihindari dengan melakukan perancangan tempat duduk. Hasil penelitian

mengindikasikan bahwa posisi duduk tanpa memakai sandaran menaikan tekanan

pada invertebratal disk sebanyak 1/3 hingga ½ lebih banyak daripada posisi

berdiri (Kroemer Dkk 2000:409). Sikap kerja duduk pada kursi memerlukan

sandaran punggung untuk menopang punggung. Sandaran yang baik adalah

sandaran punggung yang bergerak maju-mundur untuk melindungi bagian

lumbar. Sandaran tersebut juga memiliki tonjolan ke depan untuk menjaga ruang

lumbar yang sedikit menekuk. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi tekanan

pada bagian invertebratal disk.

3. Sikap Kereja Membungkuk

Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman untuk diterapkan dalam

pekerjaan adalah membungkuk. Posisi ini tidak menjaga kestabilan tubuh ketika

bekerja. Pekerja mengalami keluhan nyeri pada bagian punggung bagian bawah

(low back pain) bila dilakukan secara berulang dan periode yang cukup lama.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ergonomieprints.umm.ac.id/43553/3/BAB II.pdf · Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan

13

Gambar 2.2. Mekanisme rasa nyeri pada posisi membungkuk

(Sumber : Introduction to Ergonomics, 1995)

Pada saat membungkuk tulang punggung bergerak ke sisi depan tubuh.

Otot bagian perut dan sisi depan invertebratal disk pada bagian lumbar

mengalami penekanan. Pada bagian ligamen sisi belakang dari invertebratal disk

justru mengalami peregangan atau pelenturan. Kondisi ini akan menyebabkan rasa

nyeri pada punggung bagian bawah.

Sikap kerja membungkuk dapat menyebabkan “slipped disks”, bila

dibarengi dengan pengangkatan beban berlebih. Prosesnya sama dengan sikap

kerja membungkuk, tetapi akibat tekanan yang berlebih menyebabkan ligamen

pada sisi belakang Lumbar rusak dan penekanan pembuluh syaraf . Kerusakan ini

disebabkan oleh keluarnya material pada invertebratal discs akibat desakan tulang

belakang bagian lumbar.

4. Pengangkatan Beban

Kegiatan ini menjadi penyumbang terbesar terjadinya kecelakaan kerja

pada bagian punggung. Pengangkatan beban yang melebihi kadar dari kekuatan

manusia menyebabkan penggunaan tenaga yang lebih besar pula atau over

exertion. Dari penelitian Kansal (1998) menunjukkan bahwa over exertion

menjadi penyebab cidera bagian punggung paling dominan. Persentasenya

bekisar antara 64% - 74%

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ergonomieprints.umm.ac.id/43553/3/BAB II.pdf · Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan

14

Gambar 2.3. Pengaruh Sikap Kerja yang Salah

Adapun pengangkatan beban akan berpengaruh pada tulang belakang

bagian lumbar. Pada wilayah ini terjadi penekanan pada bagian L5/SI (lempeng

antara lumbar ke-5 dan sacral ke –1). Penekanan pada daerah ini mempunyai

batas tertentu untuk menahan tekanan. Invertebratal disc pada bagian L5/S1 lebih

banyak menahan tekanan daripada tulang belakang. Bila pengangkatan yang

dilakukan melebihi kemampuan tubuh manusia, maka akan terjadi disc herniation

akibat lapisan pembungkus pada invertebratal disc pada bagian L5/S1 pecah

5. Membawa Beban

Terdapat perbedaan dalam menentukan beban normal yang dibawa oleh

manusia. Hal ini dipengaruhi oleh frekuensi dari pekerjaan yang dilakukan. Faktor

yang paling berpengaruh dari kegiatan membawa beban adalah jarak. Jarak yang

ditempuh semakin jauh akan menurunkan batasan beban yang dibawa.

6. Kegiatan Mendorong Beban

Hal yang penting menyangkut kegiatan mendorong beban adalah tinggi

tangan pendorong. Tinggi pegangan antara siku dan bahu selama mendorong

beban dianjurkan dalam kegiatan ini. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan

tenaga maksimal untuk mendorong beban berat dan menghindari kecelakaan kerja

bagian tangan dan bahu.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ergonomieprints.umm.ac.id/43553/3/BAB II.pdf · Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan

15

7. Menarik Beban

Kegiatan ini biasanya tidak dianjurkan sebagai metode pemindahan

beban, karena beban sulit untuk dikendalikan dengan anggota tubuh. Beban

dengan mudah akan tergelincir keluar dan melukai pekerjanya. Kesulitan yang

lain adalah pengawasan beban yang dipindahkan serta perbedaan jalur yang

dilintasi. Menarik beban hanya dilakukan pada jarak yang pendek dan bila jarak

yang ditempuh lebih jauh biasanya beban didorong ke depan.

2.5 Resiko Kecelakaan Kerja Pada Manual Material Handling

Kegiatan MMH yang meliputi pengangkatan, penurunan, mendorong,

menarik memiliki potensi untuk menimbulkan kecelakaan kerja. Kegiatan tersebut

melibatkan koordinasi sistem kendali tubuh seperti tangan, kaki, otak, otot, dan

tulang belakang. Bila koordinasi tubuh tidak terjalin dengan baik akan

menimbulkan resiko kecelakaan kerja pada bidang MMH. Membagi faktor

yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja MMH menjadi dua faktor :

1. Faktor Fisik (Physical Faktor)

Faktor ini bila dijabarkan terdiri dari suhu; kebisingan; bahan kimia;

radiasi; gangguan penglihatan; postur kerja; gangguan sendi (gerakan

dan perpindahan berulang); getaran mesin dan alat; alat angkut; permukaan

lantai.

2. Faktor Psikososial (Psychosocial Faktor)

Faktor ini terdiri dari karakteristik waktu kerja seperti shift kerja; peraturan

kerja; gaji yang tidak adil; rangkap kerja; stress kerja; konsekuensi

kesalahan kerja; istirahat yang pendek; dan terganggu saat kerja.

Kedua faktor diatas berpengaruh pada kecelakaan kerja pada bagian

muskuloskeletal. Untuk faktor Fisik (Physical Faktor) yang menjadi faktor

beresiko terhadap gangguan muskuloskeletal adalah postur/sikap kerja dan

gangguan sendi akibat pekerjaan yang berulang. Sedangkan diantara faktor

Psikososial yang menjadi penyebab utama adalah rendahnya pengawasan dalam

aktivitas produksi dan terbatasnya keleluasan para pekerja. Hal seperti dalam

proses produksi, pengoperasian mesin, dan peraturan perusahaan masih longgar

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ergonomieprints.umm.ac.id/43553/3/BAB II.pdf · Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan

16

untuk dilanggar para pekerja, terutama menyangkut keselamatan kerja. Hak

pekerja dalam memperoleh istirahat sebentar untuk mengendorkan saraf dan otot

masih kurang.

2.6 Penanganan Resiko Kerja Manual Material Handling

Usaha terbaik dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja terutama pada

bagian muskuloskeletal adalah mengurangi dan menghilangkan pekerjaan yang

beresiko terhadap keselamatan kerja. Ini adalah prisip dasar dalam usaha

peningkatan keselamatan dan keamanan kerja. Dibawah ini beberapa hal tindakan

untuk mengurangi resiko gangguan muskuloskeletal pada pekerjaan MMH :

1. Perancangan ulang pekerjaan

Mekanisasi. Penggunaan sistem mekanis untuk menghilangkan

pekerjaan yang berulang. Jadi dengan penggunaan peralatan mekanis

mampu menampung pekerjaan yang banyak menjadi sedikit pekerjaan.

Rotasi pekerjaan. Pekerja tidak hanya melakukan satu pekerjaan, namun

beberapa pekerjaan dapat dilakukan oleh pekerja tersebut. Tujuan dari

langkah ini adalah pemulihan ketegangan otot melalui beban kerja yang

berbeda-beda.

Perbanyakan dan pengayaan kerja. Sebuah pekerjaan sebisa mungkin

tidak dilakukan dengan monoton, melainkan dilakukan dengan

beberapa variasi. Tujuan dari langkah ini adalah menghindari beban

berlebih pada satu bagian otot dan tulang pada anggota tubuh.

Kelompok kerja. Pekerjaan yang dilakukan beberapa orang mampu

membagi beban kerja pada otot secara merata. Hal ini disebabkan

anggota kelompok bebas melakukan pekerjaan yang dilakukan.

2. Perancangan tempat kerja

Prinsip yang dilaksanakan adalah perancangan kerja

memperhatikan kemampuan dan keterbatasan pekerja. Tempat kerja

menyesuaikan dengan bentuk dan ukuran pekerja agar aktivitas MMH

dilakukan dengan leluasa. Kondisi lingkukangan seperti cahaya, suara, lantai,

dan lain-lain juga perlu perhatian untuk menciptakan kondisi kerja yang nyaman.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ergonomieprints.umm.ac.id/43553/3/BAB II.pdf · Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan

17

3. Perancangan peralatan dan perlengkapan

Perancangan peralatan dan perlengkapan yang layak mampu

mengurangi penggunaan tenaga yang berlebihan dalam menyelesaikan

pekerjan. Menyediakan pekerja dengan alat bantu dapat mengurangi sikap

kerja yang salah, sehingga menurunkan ketegangan otot.

4. Pelatihan Kerja

Program ini perlu dilakukan terhadap pekerjaan, karena pekerja

melakukan pekerjaan sebagai kebiasaan. Pekerja harus mengetahui mengenai

pekerjaan yang berbahaya dan perlu mengetahui bagaimana melakukan

pekerjaan yang aman. Untuk melakukan kegiatan manual material handling

(MMH) dengan aman, maka dalam melaksanakan pelatihan kerja MMH

perlu memahami pedomannya. Alexander (1986) mengungkapkan empat (4)

prinsip yang dipegang selama melakukan MMH, yaitu:

Berusaha untuk menjaga beban pengangkatan selalu dekat dengan

tubuh (mencegah momen pada tulang belakang).

Berusaha untuk menjaga posisi pinggul dan bahu selalu dalam posisi

segaris (mencegah gerakan berputar pada tulang belakang).

Menjaga keseimbangan tubuh agar tidak mudah jatuh.

Berpikir dan merencanakan metode dalam aktivitas MMH yang sulit

dan berbahaya.

2.7 Nordic Body Map

Nordic Body Map adalah sistem pengukuran keluhan sakit pada tubuh yang

dikenal dengan musculoskeletal. Sebuah sistem muskuloskeletal (sistem gerak)

adalah sistem organ yang memberikan hewan (dan manusia) kemampuan untuk

bergerak menggunakan sistem otot dan rangka. Sistem muskuloskeletal

menyediakan bentuk, dukungan, stabilitas, dan gerakan tubuh.

Kuesioner Nordic Body Map merupakan salah satu bentuk kuesioner

checklist ergonomi. Bentuk lain dari checklist ergonomi adalah checlist

International Labour Organizatin (ILO).

Namun kuesioner Nordic Body Map adalah kuesioner yang paling sering

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ergonomieprints.umm.ac.id/43553/3/BAB II.pdf · Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan

18

digunakan untuk mengetahui ketidaknyamanan pada para pekerja, dan

kuesioner ini paling sering digunakan karena sudah terstandarisasi dan

tersusun rapi (Kroemer, 1994).

Pengisian kuesioner Nordic Body Map ini bertujuan untuk mengetahui

bagian tubuh dari pekerja yang terasa sakit sebelum dan sesudah melakukan

pekerjaan pada stasiun kerja.

Kuesioner ini menggunakan gambar tubuh manusia yang sudah dibagi menjadi 9

bagian utama, yaitu :

a) Leher

b) Bahu

c) Punggung bagian atas

d) Siku

e) Punggung bagian bawah

f) Pergelangan tangan/tangan

g) Pinggang/pantat

h) Lutut

i) Tumit/kaki

Kuisioner ini juga mampu menggambarkan persepsi pekerja apakah keluhan yang

dirasakan berhubungan dengan pekerjaan atau tidak. Pada pengisian kuisioner ini

sebaiknya dilengkapi dengan pertanyaan umum melingkupi usia, jenis kelamin,

tinggi tubuh bobot badan, tangan yang dominan, lama menangani pekerjaan dan

lama jam kerja perminggu. Kelengkapan pertanyaan tersebut akan bermanfaat

mengetahi kelompok kelompok keluhan yang dirasakan oleh pertanyaan tersebut.

Berikut gambar dan keluhan untuk kuisioner nordic body map:

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ergonomieprints.umm.ac.id/43553/3/BAB II.pdf · Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan

19

Gambar 2.4 Gambar keluhan untuk Kuisioner nordic body map

Pejelasannya adalah sebagai berikut:

0. Sakit Kaku pada bagian Leher atas

1. Sakit Kaku pada bagian Leher bawah

2. Sakit dibahu kiri

3. Sakit dibahu kanan

4. Sakit lengan atas kiri

5. Sakit dipunggung

6. Sakit lengan atas kanan

7. Sakit pada pinggang

8. Sakit pada bokong

9. Sakit pada pantat

10. Sakit siku kiri

11. Sakit siku kanan

12. Sakit lengan bawah kiri

13. Sakit lengan bawah kanan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ergonomieprints.umm.ac.id/43553/3/BAB II.pdf · Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan

20

14. Sakit pada pergelangan tangan kiri

15. Sakit pada pergelangan tangan kanan

16. Sakit pada tangan kiri

17. Sakit pada tangan kanan

18. Sakit pada paha kiri

19. Sakit pada paha kanan

20. Sakit pada lutut kiri

21. Sakit pada lutut kanan

22. Sakit pada betis kiri

23. Sakit pada betis kanan

24. Sakit pada pergelangan kaki kiri

25. Sakit pada pergelangan kaki kanan

26. Sakit pada kaki kiri

27. Sakit pada kaki kanan

2.8 Ovako Work Posture Analysis System (OWAS)

OWAS merupakan metode analisis sikap kerja yang mendefinisikan

pergerakan bagian tubuh punggung, lengan, kaki, dan beban berat yang diangkat.

Masing-masing anggota tubuh tersebut diklasifikasikan menjadi sikap kerja.

Menurut Karhu (1981) berikut ini adalah klasifikasi sikap bagian tubuh

yang diamati untuk dianalisa dan dievaluasi :

A. Sikap punggung

1. Lurus

2. Membungkuk

3. Memutar atau miring kesamping

4. Membungkuk dan memutar atau membungkuk ke depan dan menyamping.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ergonomieprints.umm.ac.id/43553/3/BAB II.pdf · Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan

21

Gambar 2.5. Klasifikasi sikap kerja bagian punggung.

B. Sikap lengan

1. Kedua lengan berada di bawah bahu.

2. Satu lengan berada pada atau diatas bahu.

3. Kedua lengan pada atau diatas bahu.

Gambar 2.6 Klasifikasi sikap kerja bagian lengan

C. Sikap kaki

1. Duduk

2. Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus

3. Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus

4. Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan lutut ditekuk

5. Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk.

6. Berlutut pada satu atau kedua lutut

7. Berjalan.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ergonomieprints.umm.ac.id/43553/3/BAB II.pdf · Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan

22

Gambar 2.7. Klasifikasi sikap kerja bagian kaki.

D. Berat beban

1. Berat beban adalah kurang dari 10 Kg (W 10 Kg )

2. Berat beban adalah 10 Kg – 20 Kg (10 Kg W 20 Kg )

3. Berat beban adalah lebih besar dari 20 Kg (W 20 Kg )

Tabel 2.1 Penilaian analisa postur kerja menggunakan metode OWAS

BACK ARMS

1 2 3 4 5 6 7 LEGS

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

USE

OF

FORCE

1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1

3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1

2

1 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3

2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 2 3 4

3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4

3

1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 4 4 4 1 1 1 1 1 1

2 2 2 3 1 1 1 1 1 2 4 4 4 4 4 4 3 3 3 1 1 1

3 2 2 3 1 1 1 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1

4

1 2 3 3 2 2 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4

2 3 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4

3 4 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ergonomieprints.umm.ac.id/43553/3/BAB II.pdf · Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan

23

Sikap kerja yang diamati dikelompokkan dalam empat kategori sebagai

berikut:

KATEGORI 1 : Pada sikap ini tidak masalah pada musculoskeletal, tidak

perlu perbaikan

KATEGORI 2 : Pada sikap ini berbahaya pada system musculoskeletal

(sikap kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang

signifikan), perlu perbaikan dimasa yang akan dating.

KATEGORI 3 : Pada sikap ini berbahaya bagi system muskuloskletal (sikap

kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat

signifikan), perlu perbaikan segera mungkin.

KATEGORI 4 : Pada sikap ini berbahaya bagi system muskuloskletal (sikap

kerja mengakibatkan resiko yang jelas), perlu perbaikan secara

langsung atau saat ini.

2.9 Rapid Upper Limb Assessment (RULA)

Rapid Upper Limb Assessment (RULA) adalah suatu metode

yang dikembangkan dalam bidang ergonomi yang menginvestigasi dan

menilai postur kerja yang dilakukan oleh tubuh bagian atas. Metode

penilaian postur kerja ini tidak memerlukan alat-alat khusus dalam

melakukan pengukuran postur leher, punggung, dan tubuh bagian atas

(McAtamney, 1993).

Teknologi ergonomi ini mengevaluasi postur, kekuatan, dan

aktivitas otot yang menimbulkan cidera akibat aktivitas berulang

(repetitive strain injuries). RULA memberikan hasil evaluasi yang

berupa skor risiko antara satu sampai tujuh. Skor tertinggi menandakan

level yang mengakibatkan risiko yang besar atau berbahaya untuk

dilakukan dalam bekerja. Sedangkan skor terendah juga tidak berarti

menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic Hazards

(Lueder, 1996).

RULA dikembangkan untuk memenuhi tujuan sebagai berikut :

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ergonomieprints.umm.ac.id/43553/3/BAB II.pdf · Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan

24

a. Memberikan suatu metode pemeriksaan populasi pekerja secara

cepat, terutama pemeriksaan paparan terhadap risiko gangguan

bagian tubuh atas yang disebabkan karena bekerja.

b. Menentukan penilaian gerakan-gerakan otot yang dikaitkan dengan

postur kerja, mengeluarkan tenaga, dan melakukan kerja statis dan

repetitive yang mengakibatkan kelelahan otot.

c. Memberikan hasil yang dapat digunakan pada pemeriksaan atau

pengukuran ergonomi yang mencakup faktor-faktor fisik,

epidemiologis, mental, lingkungan dan faktor organisional dan

khususnya mencegah terjadinya

gangguan pada tubuh bagian atas akibat kerja

RULA membagi bagian tubuh menjadi dua bagian untuk

menghasilkan suatu metode yang cepat digunakan, yaitu grup A dan

B. Grup A meliputi lengan atas dan lengan bawah serta pergelangan

tangan. Sementara grup B meliputi leher, badan dan kaki. Hal ini

memastikan bahwa seluruh postur tubuh dicatat sehingga postur kaki,

badan dan leher yang terbatas yang mungkin mempengaruhi postur

tubuh bagian atas dapat masuk dalam pemeriksaan. Kisaran gerakan

untuk setiap bagian tubuh dibagi menjadi bagian-bagian menurut

kriteria yang berasal dari interpretasi literatur yang relevan. Bagian-

bagian ini diberi angka sehingga angka 1 berada pada kisaran gerakan

atau postur bekerja dimana risiko faktor merupakan terkecil atau

minimal. Sementara angka-angka yang lebih tinggi diberikan pada

bagian-bagian kisaran gerakan dengan postur yang lebih ekstrim yang

menunjukkan adanya faktor risiko yang meningkat yang menghasilkan

beban pada struktur bagian tubuh. Pemeriksaan atau pengukuran

dimulai dengan mengamati operator selama beberapa siklus kerja

untuk menentukan tugas dan postur pengukuran. Pemilihan mungkin

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ergonomieprints.umm.ac.id/43553/3/BAB II.pdf · Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan

25

dilakukan pada postur dengan siklus kerja terlama dimana beban

terbesar terjadi.

Skor penggunaan otot dan skor tenaga pada kelompok tubuh

bagian A dan B diukur dan dicatat dalam kotak-kotak yang tersedia

kemudian ditambahkan dengan skor yang berasal dari tabel A dan B,

yaitu sebagai berikut :

Skor A+ skor penggunaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok

A = Skor C Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga (beban)

untuk kelompok B = Skor C

Metode RULA merupakan suatu metode yang memaparkan

analisis postur kerja bagian tubuh atas pekerja. Metode ini digunakan

untuk mengambil nilai postur kerja dengan cara mangambil sampel

postur dari satu siklus kerja yang dianggap mempunyai risiko

berbahaya bagi kesehatan si pekerja, lalu diadakan penilaian/scoring.

Setelah didapat hasil dari penilaian tersebut, kita dapat mengetahui

postur pekerja tersebut telah sesuai dengan prinsip ergonomi atau

belum, jika belum maka perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan.

Metode ini menggunakan diagram body postures dan tiga tabel

penilaian (tabel A, B, dan C) yang disediakan untuk mengevaluasi

postur kerja yang berbahaya dalam siklus pekerjaan tersebut. Melalui

metode ini akan didapatkan nilai batasan maksimum dan berbagai

postur pekerja, nilai batasan tersebut berkisar antara nilai 1 – 7.

Setelah diperoleh grand skor, yang bernilai 1 hingga 7

menunjukkan level tindakan (action level) sebagai berikut :

Action level 1

Suatu skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur ini bisa diterima jika

tidak dipertahankan atau tidak berulang dalam periode yang lama.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ergonomieprints.umm.ac.id/43553/3/BAB II.pdf · Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan

26

Action level 2

Skor 3 atau 4 yang menunjukkan bahwa diperlukan pemeriksaan

lanjutan dan juga diperlukan perubahan-perubahan.

Action level 3

Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa pemeriksaan dan perubahan perlu

segera dilakukan

Action level 4

Skor 7 menunjukkan bahwa kondisi ini berbahaya maka pemeriksaan

dan perubahan diperlukan dengan sangat segera (saat itu juga).

Tujuan dari metode RULA adalah:

a. Menyediakan perlindungan yang cepat dalam pekerjaan.

b. Mengidentifikasi usaha yang dibutuhkan otot yang berhubungan

dengan postur tubuh saat kerja.

c. Memberikan hasil yang dapat dimasukkan dalam penilaian

ergonomi yang luas.

d. Mendokumentasikan postur tubuh saat kerja, dengan ketentuan :

e. Tubuh dibagi menjadi dua grup yaitu A (lengan atas dan bawah

dan pergelangan tangan) dan B (leher, tulang belakang, dan kaki).

f. Jarak pergerakan dari setiap bagian tubuh diberi nomor.

g. Scoring dilakukan terhadap kedua sisi tubuh, kanan dan kiri.

Langkah-langkah dalam melaksanakan analisa postur kerja

menggunakan metode RULA:

a. Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan

video atau foto

b. Observasi dan pilih postur yang akan dianalisis

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ergonomieprints.umm.ac.id/43553/3/BAB II.pdf · Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan

27

c. Scoring and recording the posture

d. Action level

f. Analisa postur

g. Saran perbaikan

Sistem penilaian untuk postur dari bagian tubuh yang dianalisis

atau ThRula Scoring Sheet dapat dilihat pada gambar 2.1

(Sumber: McAtamney dan Corlett, 1993)

Gambar 2.8 RULA Employe Assesment