bab ii tinjauan pustaka 2.1 penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/51111/3/bab ii.pdf · diperoleh...

16
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Jonny (2012) Analisis Kelayakan Investasi Perluasan Pabrik Dengan Metode Cost-Volume-Profit dan Incremental pada PT XYZ, Jakarta. Tujuan analisis tersebut adalah untuk menganalisis kelayakan investasi atas tawaran yang diterima oleh suatu perusahaan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Cost-Volume-Profit dan Incremental melalui NPV. Hasil yang diperoleh dalam analisis ini adalah diketahui harga yang ditawarkan oleh klien sebesar Rp14.000 tidak dapat diterima karena margin yang diberikan hanya sebesar 20.64%, jauh dibawah profit yang diinginkan oleh perusahaan sebesar 27%. Berdasarkan CVP, harga yang perlu diajukan adalah sebesar Rp16.000 dan nilai ini dapat diterima oleh klien setelah melalui proses negosiasi. Dengan harga yang baru sebesar Rp16.000, tawaran ini dapat disarankan untuk diterima perusahaan mengingat nilai weighted NPV sebesar Rp306 juta kepada perusahaan. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilaksanakan adalah peneliti akan membahas mengenai analisis biaya, volume, dan laba pada suatu usaha tape singkong di Desa Banjarsari guna membantu pengusaha tape menganalisis biaya serta perencanaan laba yang ingin diperoleh agar pengusaha tape singkong tidak mengalami kerugian dalam setiap penjualannya.

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/51111/3/BAB II.pdf · diperoleh agar pengusaha tape singkong tidak mengalami kerugian dalam setiap penjualannya

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Jonny (2012) Analisis Kelayakan Investasi Perluasan Pabrik Dengan

Metode Cost-Volume-Profit dan Incremental pada PT XYZ, Jakarta. Tujuan

analisis tersebut adalah untuk menganalisis kelayakan investasi atas tawaran yang

diterima oleh suatu perusahaan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan metode Cost-Volume-Profit dan Incremental melalui

NPV. Hasil yang diperoleh dalam analisis ini adalah diketahui harga yang

ditawarkan oleh klien sebesar Rp14.000 tidak dapat diterima karena margin yang

diberikan hanya sebesar 20.64%, jauh dibawah profit yang diinginkan oleh

perusahaan sebesar 27%. Berdasarkan CVP, harga yang perlu diajukan adalah

sebesar Rp16.000 dan nilai ini dapat diterima oleh klien setelah melalui proses

negosiasi. Dengan harga yang baru sebesar Rp16.000, tawaran ini dapat

disarankan untuk diterima perusahaan mengingat nilai weighted NPV sebesar

Rp306 juta kepada perusahaan. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian

yang dilaksanakan adalah peneliti akan membahas mengenai analisis biaya,

volume, dan laba pada suatu usaha tape singkong di Desa Banjarsari guna

membantu pengusaha tape menganalisis biaya serta perencanaan laba yang ingin

diperoleh agar pengusaha tape singkong tidak mengalami kerugian dalam setiap

penjualannya.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/51111/3/BAB II.pdf · diperoleh agar pengusaha tape singkong tidak mengalami kerugian dalam setiap penjualannya

9

Deviarti dan Ayu (2011) Analisis Cost Volume Profit sebagai Alat Bantu

Manajemen dalam Rangka Perencanaan Laba dengan Penerapan Teori Kendala

pada PT Skylite Surya Internusa. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Membantu

perusahaan menggolongkan biaya dilihat dari perilaku biaya. 2) Menentukan

perhitungan multiproduk break even point, perencanaan profit, dan mengatasi

permasalahan yang terjadi. Variabel dalam penelitian ini adalah titik impas atau

break event point multiproduk, perencanaan laba serta metode yang digunakan

adalah metode deskriptif analitis. Hasil dari analisis cost volume profit dengan

menggunakan break event point multi produk, perusahaan mengalami kenaikkan

BEP dalam unit untuk produk rumah-rumah lampu dan produk box panel.

Kenaikan BEP dalam rupiah untuk produk rumah-rumah lampu dan mengalami

penurunan untuk produk box panel. Laba operasi perusahaan mengalami

penurunan yang disebabkan oleh krisis ekonomi dan tingkat pengembalian barang

yang tinggi. PT. Skylite Surya Internusa belum membuat perencanaan laba

dengan membuat anggaran secara lengkap setiap tahun, dan PT. Skylite Surya

Internusa memiliki beberapa kendala yang membuat biaya produksi meningkat

yang menyebabkan penurunan profitabiltas. Perbedaan dengan penelitian yang

dilaksanakan adalah penelitian terbaru bertujuan agar para produsen tape yang

digunakan sebagai responden mengetahui tentang struktur biaya agar para

produsen lebih mudah dalam menjalankan usahanya dan mengetahui dengan pasti

berapa jumlah volume produksi yang baik untuk mencapai titik impas baik unit

maupun harga agar tidak mengalami kerugian serta dapat mengetahui besarnya

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/51111/3/BAB II.pdf · diperoleh agar pengusaha tape singkong tidak mengalami kerugian dalam setiap penjualannya

10

laba yang diperoleh dan dapat mengaplikasikan hasil penelitian untuk

meningkatkan usahanya.

Gani (2013) Analisis Biaya-Volume-Laba untuk Perencanaan Laba Operasi

di PT. SD Textile bertujuan untuk menganalisis biaya-volume-laba perusahaan.

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah peningkatan dan penurunan

penjualan, harga pokok penjulan, dan beban operasi. Metode penelitian adalah

metode kualitatif dan pengamatan menggunakan laporan keuangan yang ada.

Hasil analisis biaya-volume-laba dengan perhitungan titik impas multiproduk

menunjukkan bahwa tingkat volume penjualan dan unit produk PT. SD Textile

sudah mencapai batas titik impas. Margin kontribusi dan rasio margin kontribusi

yang diperoleh dapat menutup biaya tetap dan menghasilkan laba maksimum.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilaksanakan adalah

menganalisis struktur biaya, volume produksi agar mencapai titik impas baik unit

maupun harga agar responden yang diteliti dapat mengaplikasikan hasil penelitian

untuk meningkatkan usahanya.

Kembi, Sondakh, dan Tirayoh (2014) Perencanaan Laba Berdasarkan

Analisis Biaya, Volume, Laba pada PT. Multi Food Manado. Analisis ini

bertujuan untuk mengetahui volume penjualan, break even point, margin of

safety, contribustion margin dan operating leverage di PT. Multi Food Manado.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif.

Data yang digunakan berupa data penjualan, data biaya tetap, dan biaya variabel

tahun 2010-2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa break even point,

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/51111/3/BAB II.pdf · diperoleh agar pengusaha tape singkong tidak mengalami kerugian dalam setiap penjualannya

11

margin of safety, margin contribution, & operating leverage diatas rata-rata atau

bersifat positif dan cenderung mendapatkan laba yang optimal. Perbedaan dengan

penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian terbaru bertujuan agar para

produsen tape singkong yang digunakan sebagai responden mengetahui tentang

struktur biaya agar para produsen lebih mudah dalam menjalankan usahanya dan

mengetahui dengan pasti berapa jumlah volume produksi yang baik untuk

mencapai titik impas baik unit maupun harga agar tidak mengalami kerugian serta

dapat mengetahui besarnya laba.

2.2 Kajian Teori

Pembahasan dalam penelitian ini akan mencakup beberapa aspek

diantaranya yaitu analisis biaya, volume, dan laba. Beberapa aspek tersebut

berguna untuk membahas dan membantu pemilik usaha untuk mengetahui

bagaimana struktur biaya pada produksi tape, volume produksi agar berada pada

titikimpas, serta laba yang diperoleh agar dapat meningkatkan produksi.

2.2.1 Klasifikasi Singkong

Singkong (Manihot esculenta crantz) merupakan pohon tahunan tropika dan

subtropika dari keluarga Euphorbiaceae yang juga dikenal sebagai ketela pohon

atau ubi kayu. Singkong merupakan salah satu bahan baku berbagai jenis industri

seperti makanan, tekstil, dan lain-lain. Umbi singkong dikenal luas sebagai

makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran yang

mempunyai kadar protein cukup tinggi. Potensi pengembangan tanaman singkong

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/51111/3/BAB II.pdf · diperoleh agar pengusaha tape singkong tidak mengalami kerugian dalam setiap penjualannya

12

di Indonesia sangat luas mengingat lahan yang tersedia untuk budidaya singkong

atau ubi kayu cukup luas terutama dalam bentuk lahan di dataran rendah serta

lahan-lahan di dataran tinggi dekat kawasan hutan serta tidak memerlukan

perawatan khusus. Saat ini di Indonesia umbi singkong selain digunakan sebagai

bahan baku pembuatan tepung tapioka, singkong juga dapat diolah menjadi

berbagai macam makanan tradisional dan modern, serta dikembangkan sebagai

bahan baku pembuatan bioetanol (Hartati & Kurniasari, 2008).

Tanaman singkong dapat tumbuh diberbagai wilayah di Indonesia. Salah

satu wilayah penghasil singkong adalah Kabupaten Malang. Berikut data Luas

Panen, Produktivitas dan Produksi singkong menurut Kecamatan di Kabupaten

Malang tahun 2016-2017:

Tabel 2.1 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi singkong menurut Kecamatan

di Kabupaten Malang tahun 2016-2017

Kecamatan Luas panen (Ha) Produktivitas (Kw/Ha) Produksi (Ton)

2016 2017 2016 2017 2016 2017

Donomulyo 1 770 2 910 258,68 258,31 51 527 75 168

Kalipare 1 520 2 050 258,84 258,21 44 360 52 933

Pagak 300 61 261,78 253,14 7 854 1 556

Bantur 685 412 258,67 256,95 20 254 10 586

Gedangan 504 473 258,95 258,45 14 592 12 225

Sumbermanjing 437 375 258,76 516,29 12 750 19 361

Dampit 255 45 258,87 258,51 7 423 1 163

Tirtoyudo 786 679 258,97 267,96 22 488 18 194

Ampelgading 541 450 264,95 257,97 14 317 11 609

Poncokusumo 281 420 258,95 258,39 7 261 10 849

Wajak 81 26 251,84 258,73 2 034 666

Turen 140 130 258,73 260,32 3 772 3 381

Bululawang 28 63 258,79 258,87 811 1 631

Gondanglegi 3 - 253,97 - 73 -

Pagelaran 7 6 289,96 259,02 202 155

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/51111/3/BAB II.pdf · diperoleh agar pengusaha tape singkong tidak mengalami kerugian dalam setiap penjualannya

13

Tabel 2.1 Lanjutan

Kecamatan Luas panen (Ha) Produktivitas (Kw/Ha) Produksi (Ton)

2016 2017 2016 2016 2017 2016

Kepanjen 1 3 239,97 258,65 23 75

Sumberpucung 25 17 255,00 257,45 627 431

Kromengan 40 66 268,84 258,66 1 062 1 717

Ngajum 63 89 264,87 258,43 1 670 2 305

Wonosari 39 4 268,90 258,40 1 049 103

Wagir 154 37 259,95 258,46 3 996 949

Pakisaji 25 47 239,70 518,17 599 2 435

Tajinan 35 44 281,96 258,49 987 1 135

Tumpang 58 83 253,91 258,75 1 468 2 148

Pakis 51 87 253,97 258,65 1 290 2 263

Jabung 704 574 258,96 258,64 19 132 14 839

Lawang 690 805 258,67 258,63 18 637 20 820

Singosari 325 241 255,89 258,42 8 298 6 228

Karangploso - - 253,92 - - -

Dau 5 4 258,96 258,60 129 103

Pujon - - 258,96 - - -

Ngantang 115 85 259,97 259,02 2 987 2 202

Kasembon 15 - 235,99 - 354 -

Kabupaten

Malang 9 682 10 286 258,67 258,78 250 453 266 181

Sumber : Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten

Malang (2019)

Berdasarkan data luas panen, produktivitas dan produksi singkong menurut

Kecamatan di Kabupaten Malang diatas dapat diketahui bahwa produksi singkong

mengalami kenaikan yaitu pada tahun 2016 sebanyak 250.453 ton dan pada 2017

naik menjadi 266.181 ton.

Banyaknya tanaman singkong yang ada di Kabupaten Malang ini

menjadikan potensi di Desa banjarsari Kecamatan Ngajum. Desa ini dikenal

dengan sentra tape sejak lama. Proses pembuatan tape singkong tidak sulit dan

tidak terlalu membutuhkan banyak waktu dan tenaga kerja. Bahan yang

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/51111/3/BAB II.pdf · diperoleh agar pengusaha tape singkong tidak mengalami kerugian dalam setiap penjualannya

14

digunakan diantaranya adalah singkong, ragi tape, dan gula putih sebagai

pemanis. Proses pembuatan tape dilakukan mulai dari mengupas, mencuci,

merebus, hingga proses fermentasi. Harga beli singkong sebelum dioalah adalah

Rp. 3.000 per kilogram. Setelah diolah menjadi tape harga jualnya menjadi Rp.

8.000 hingga Rp. 12.000 per kilogram. Pemasaran produk tape ini dilakukan di

wilayah Malang Raya dan sebagian dijual keluar kota yaitu Blitar dan Ponorogo.

2.2.2 Struktur Biaya

Biaya merupakan pengeluaran yang dilakkukan oleh suatu perusahaan atau

perorangan yang bertujuan untuk memperoleh manfaat lebih dari aktivitas yang

dilakukan tersebut. Menurut (Widiawati, 2013) biaya mempunyai beberapa unsur

pokok, diantaranya adalah biaya merupakan sumber ekonomi, biaya dapat diukur

dalam satuan uang, dan berguna untuk tujuan tertentu. Biaya dalam arti luas

merupakan pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang

telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan

tertentu. Umumnya pola perilaku biaya diartikan sebagai hubungan antara total

biaya dengan perubahan volume kegiatan.

Begitupun juga dalam proses pembuatan tape singkong yang ada di Desa

Banjarsari. Beberapa biaya dikeluarkan untuk menunjang proses pembuatan tape

dimulai dari biaya pembelian singkong, biaya tenaga kerja, transportasi, dan lain

sebagainya. Proses pembuatan tape tidak memerlukan banyak peralatan serta tidak

memakan banyak waktu. Tape singkong akan matang dengan sempurna setelah 2

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/51111/3/BAB II.pdf · diperoleh agar pengusaha tape singkong tidak mengalami kerugian dalam setiap penjualannya

15

hari difermentasi. Adapun langkah-langkah pembuatan tape singkong adalah

sebagai berikut :

Bagan 2. 1 Cara Pembuatan Tape Singkong

Berdasarkan bagan di atas dapat diketahui bahwa proses pertama pembuatan

tape adalah proses pengupasan singkong. Proses pengupasan singkong yang ada

di Desa Banjarsari ini biasanya dilakukan sendiri pada usaha yang berskala lebih

kecil dan dikakuan oleh buruh kupas singkong dengan upah sebesar Rp. 8.000 per

kwintal. Tahap selanjutnya adalah proses pencucian singkong yang telah dikupas

serta dilakukan pemotongan dengan panjang kurang lebih 10 cm. Proses

selanjutnya adalah proses pemasakan atau pengukusan, pendinginan, dan

pemberian ragi. Proses ini biasanya dilakukan oleh ibu rumah tangga dan pada

usaha yang berskala lebih besar dilakukan oleh buruh yang bersedia merebuskan

singkong yang akan dijadikan tape hingga pada proses peragian dengan upah

sebesar Rp. 25.000 hingga Rp. 30.000 per kwintal singkong yang masih mentah.

Produsen tape yang mempunyai tenaga kerja kupas atau memasak biasanya

menerima jadi singkong yang sudah direbus dan diberi ragi sehingga produsen

tape tinggal menunggu tape singkong matang dan menjualnya sendiri. Satu

Pengupasan Pencucian Pengukusan

Pendinginan Pemberian ragi Fermentasi

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/51111/3/BAB II.pdf · diperoleh agar pengusaha tape singkong tidak mengalami kerugian dalam setiap penjualannya

16

kilogram singkong mentah nantinya akan menjadi 0,7 kg atau 700 gram tape

singkong yang sudah matang. Harga jual tape singkong adalah sebesar Rp. 8.000

pada tengkulak dan dijual seharga Rp. 10.000 hingga Rp. 12.000 kepada

pengecer.

Biaya perlu diklasifikasikan untuk menentukan metode yang tepat dalam

menghimpun dan mengalokasian biaya. Struktur biaya yang akan diteliti dalam

penelitian ini diantaranya adalah biaya tetap, biaya variabel, total biaya, dan

penerimaan. Adaun pengertian dari biaya-biaya tersebut menurut (Machfoedz,

1994) adalah :

1. Biaya tetap atau fixed cost (FC) adalah biaya yang jumlah totalnya tidak

berubah walaupun kapasitas atau volume produksi berubah. Besar kecilnya

biaya tetap tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi. Biaya tetap yang

dihitung berupa biaya penyusutan peralatan produksi, biaya sewa gedung

dan lahan, dan sebagainya.

2. Biaya variabel atau variable cost (VC) merupakan biaya yang nilai besar

kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan dan dihitung

dalam satuan rupiah tiap kali produksi. Apabila kuantitas yang diproduksi

naik maka biaya ini akan naik atau bertambah sebesar kuantitas dikalikan

biaya variabel per satuan dan sebaliknya apabila turun. Contoh dari biaya

variabel diantaranya adalah biaya pembelian bahan baku, biaya bahan bakar,

biaya kemasan atau pembungkus hasil produksi, serta biaya-biaya tambahan

lainnya.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/51111/3/BAB II.pdf · diperoleh agar pengusaha tape singkong tidak mengalami kerugian dalam setiap penjualannya

17

3. Total biaya atau yang sering disebut dengan total cost (TC) adalah

keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan dihitung

dalam satuan rupiah tiap kali produksi. Total biaya merupakan hasil

penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Total biaya dapat dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut :

TC = FC + VC

Keterangan : TC = Total Cost atau total biaya

FC = Fixed Cost atau biaya tetap

VC = Variable Cost atau biaya variabel

2.2.3 Penerimaan

Penerimaan adalah jumlah uang yang diterima oleh suatu perusahaan dari

suatu aktivitas yang dilakukannya, yaitu penjualan produk atau penjualan jasa

kepada konsumen. Volume produksi mempengaruhi jumlah pendapatan yang

akan diperoleh. Semakin banyak produk yang dapat dijual maka semakin banyak

pendapatan yang akan diterima. Begitupun sebaliknya, jika penjualan mengalami

penurunan maka pendapatan juga akan mengalami penurunan.

Penerimaan atau total revenue (TR) merupakan nilai keseluruhan dari hasil

penjualan produksi. Penerimaan atau TR dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

TR = P x Q

Dimana: P = harga/unit

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/51111/3/BAB II.pdf · diperoleh agar pengusaha tape singkong tidak mengalami kerugian dalam setiap penjualannya

18

Q = jumlah produksi

2.2.4 Volume Produksi

Volume produksi merupakan banyaknya kuantitas atau jumlah barang yang

diproduksi dalam satu kali produksi. Volume produksi mempengaruhi jumlah

pendapatan dan juga besarnya laba yang akan diperoleh. Semakin besar volume

produksi maka semakin besar penerimaan yang diperoleh begitupun sebaliknya.

Sebelum menentukan harga jual produk seorang produsen harus mengetahui

berapa jumlah produksi minimal yang harus diproduksi agar produsen berada

pada keadaan dimana tidak akan memperoleh keuntungan serta tidak akan

mengalami kerugian. Selain penentuan jumlah produksi minimal produsen juga

perlu menenetapkan harga minimal pada produk yang akan dijual. Kondisi ini

disebut dengan BEP unit dan BEP harga.

Break even point adalah suatu cara atau alat atau teknik yang digunakan

untuk mengetahui volume kegiatan produksi (usaha) dimana dari volume produksi

tersebut perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita rugi.

Manajer suatu perusahaan dapat mengindikasikan tingkat penjualan yang

disyaratkan agar terhindar dari kerugian dengan mengetahui titik impasnya (Break

Even Point). Beberapa hal penting agar titik impas dapat ditentukan dengan tepat,

yaitu tingkat keuntungan (laba) yang ingin dicapai dalam suatu periode, besarnya

kapasitas produksi yang tersedia atau yang mungkin dapat ditingkatkan, dan

jumlah biaya yang harus dikeluarkan, baik biaya tetap, maupun biaya variabel.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/51111/3/BAB II.pdf · diperoleh agar pengusaha tape singkong tidak mengalami kerugian dalam setiap penjualannya

19

Menurut (Widiawati, 2013) analisis titik impas atau Break Even Point

mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah mendesain spesifikasi produk,

menentukan harga jual per unit agar para pengusaha tidak mengalami kerugian

serta dapat menjual produknya dengan harga yang pas, menentukan jumlah

produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian, memaksimalkan

jumlah produksi, serta dapat digunakan untuk merencanakan laba yang diiginkan.

Analisis break even point dapat digunakan sebagai analisis perencanaan laba

dan menentukan titik dimana penjualan dapat menutup biaya-biaya yang

dikeluarkan supaya perusahaan tidak menderita kerugian dan dasar pengambilan

keputusan jumlah penjualan minimal yang harus dicapai agar perusahaan tidak

mengalami kerugian serta mengetahui efek perubahan harga jual, biaya, dan

volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh. Tujuan analisis impas

adalah untuk menentukan volume penjualan dan bauran produk untuk mencapai

tingkat laba yang ditargetkan atau laba sebesar nol. Titik impas (break even

point), membuat manajer suatu perusahaan dapat mengindikasikan tingkat

penjualan yang disyaratkan agar terhindar dari kerugian, dan diharapkan dapat

mengambil langkah-langkah yang tepat untuk masa yang akan datang. Terdapat

dua macam biaya dalam analisa BEP yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya

tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak dapat berubah secara

aktivitas meningkat atau menurun. Biaya Variabel adalah sebagai biaya yang

secara total meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas

dan menurun secara proposional terhadap penurunan dalam aktivitas (Ponomban,

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/51111/3/BAB II.pdf · diperoleh agar pengusaha tape singkong tidak mengalami kerugian dalam setiap penjualannya

20

2013). Penentuan jumlah dan harga minimal tersebut dapat diketahui dengan

rumus sebagai berikut:

1. BEP Unit =

2. BEP Harga =

Dimana : TC = Total Cost (Total biaya)

P = Price (Harga)

Q = Quantity (Jumlah penjualan)

Apabila jumlah produksi dan harga > jumlah produksi dan harga minimal, maka

suatu usaha dikatakan untung.

Apabila jumlah produksi dan harga = jumlah produksi dan harga minimal, maka

suatu usaha dikatakan impas atau tidak memperoleh keuntungan dan tidak

mengalami kerugian.

Apabila jumlah produksi dan harga < jumlah produksi dan harga minimal, maka

suatu usaha dikatakan rugi.

2.2.5 Laba

Produksi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan

barang atau jasa. Suatu produksi dilakukan untuk memperoleh laba atau

keuntungan. Laba merupakan pendapatan bersih dari hasil suatu usaha setelah

dikurangi dengan biaya yang telah dikeluarkan. Besarnya laba dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut:

= TR – TC

Dimana: = laba

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/51111/3/BAB II.pdf · diperoleh agar pengusaha tape singkong tidak mengalami kerugian dalam setiap penjualannya

21

TR (totol revenue) = total penerimaan

TC (totol cost) = total biaya

Margin Of Safety merupakan suatu informasi tentang sampai tingkat berapa

perusahaan boleh mengalami penurunan penjulan namun perusahaan tidak akan

mengalami kerugian. Semakin besar nilai Margin Of Safety maka akan semakin

baik untuk perusahaan karena perusahaan dapat memperoleh laba, sebaliknya

semakin kecil nilai Margin Of Safety maka semakin kecil perusahaan memperoleh

laba yang maksimal (Razak, Suhadak, & Dwiatmanto, 2015). Menurut (Fariz,

2013) perusahaan yang mempunyai margin of safety yang besar dikatakan lebih

baik karena rentang penurunan penjualan yang dapat ditolerir adalah lebih besar

sehingga kemungkinan menderita kerugian rendah. Namun sebaliknya jika

margin of safety rendah, kemungkinan perusahaan untuk menderita kerugian

besar. Margin of safety dapat dicari menggunkan rumus sebagai berikut :

Margin Of Safety = total penjualan – titik impas

2.3 Kerangka Pemikiran

Perencanaan dalam suatu usaha sangat diperlukan agar perusahaan dapat

merencanakan perolehan laba serta dapat menentukan jumlah barang yang

diproduksi serta harga minimal yang harus ditetapkan agar perusahaan tidak

mengalami perusahaan. Analisis biaya sangat diperlukan sebelum melakukan

proes produksi agar produsen mengetahui dengan pasti berapa jumlah biaya yang

dikeluarkan saat berproduksi. Adanya analisis biaya yang tepat dapat digunakan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/51111/3/BAB II.pdf · diperoleh agar pengusaha tape singkong tidak mengalami kerugian dalam setiap penjualannya

22

untuk menetukan berapa volume produksi minimal dan harga jual minimal yang

seharusnya ditetapkan agar berada pada titik impas sehingga produsen tidak

memperoleh keuntungan dan tidak akan mengalami kerugian. Kondisi seperti ini

menunjukkan bahwa produsen telah mengalami balik modal sehingga produsen

dapat mengetahui besarnya laba yang diperoleh. Berdasarkan uraian diatas maka

bentuk kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/51111/3/BAB II.pdf · diperoleh agar pengusaha tape singkong tidak mengalami kerugian dalam setiap penjualannya

23

Bagan 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian

BEP Harga =

BEP Unit =

Peningkatan Keuntungan

Penjualan Tape Singkong

Laba

𝜋 = TR – TC

BEP

Biaya

TC = FC + VC

Penerimaan

TR = P x Q

Singkong

1. Pengupasan

2. Pencucian

3. Pengukusan

4. Pendinginan

5. Peragian

6. Fermentasi

Proses produksi

Produsen tape