bab ii tinjauan pustaka 2.1. makananrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26122/4/chapter...

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Makanan diperlukan untuk kehidupan karena makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Makanan berfungsi untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan atau perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak, memperoleh energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari, mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan air, mineral, dan cairan tubuh yang lain, juga berperan di dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit (Notoatmodjo, 2003). Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan dimanapun ia berada serta memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Tanpa adanya makanan dan minuman, manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Adapun pengertian makanan menurut WHO (World Health Organization) yaitu semua substansi yang diperlukan tubuh, kecuali air dan obat-obatan dan substansi- substansi yang dipergunakan untuk pengobatan (Putraprabu, 2008). Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya : 1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki 2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya. 3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari pengaruh enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan. 4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang dihantarkan oleh makanan (food borne illness).

Upload: vuonghanh

Post on 06-Feb-2018

230 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makananrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26122/4/Chapter II.pdf · Tahu bakso atau tahu isi ... 2.3. Proses Pembuatan Bumbu Siomay (Bumbu Kacang)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Makanan

Makanan diperlukan untuk kehidupan karena makanan merupakan salah satu

kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Makanan berfungsi untuk memelihara proses

tubuh dalam pertumbuhan atau perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang

rusak, memperoleh energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari, mengatur metabolisme

dan berbagai keseimbangan air, mineral, dan cairan tubuh yang lain, juga berperan di

dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit (Notoatmodjo, 2003).

Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan

dimanapun ia berada serta memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat

bagi tubuh. Tanpa adanya makanan dan minuman, manusia tidak dapat melangsungkan

hidupnya. Adapun pengertian makanan menurut WHO (World Health Organization)

yaitu semua substansi yang diperlukan tubuh, kecuali air dan obat-obatan dan substansi-

substansi yang dipergunakan untuk pengobatan (Putraprabu, 2008).

Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan

tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya :

1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki

2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya.

3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari

pengaruh enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.

4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang

dihantarkan oleh makanan (food borne illness).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makananrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26122/4/Chapter II.pdf · Tahu bakso atau tahu isi ... 2.3. Proses Pembuatan Bumbu Siomay (Bumbu Kacang)

2.2. Siomay sebagai Makanan Jajanan

Makanan jajanan merupakan makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin

makanan di tempat penjualannya dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk

dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan atau restoran, dan hotel

(Depkes RI, 2003).

Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau dalam bahasa Inggris

disebut street food menurut Food and Agriculture Organization (FAO) didefisinikan

sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan/atau dijual oleh pedagang kaki

lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau

dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Jajanan kaki lima dapat

mejawab tantangan masyarakat terhadap makanan yang murah, mudah, menarik dan

bervariasi. Karena pengolahannya yang praktis dan hemat waktu maka makanan jajanan

sangat digemari (Februhartanty dan Iswarawanti, 2004).

Seperti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jajanan berarti jenis

makanan selingan yang biasanya dijajakan pedagang keliling atau warung. Makanan

jajanan atau disingkat jajanan saja, sejak dulu telah menghias dunia kuliner Indonesia.

Baik sebagai panganan selingan saat menyantap menu utama maupun sebagai panganan

jajan semata. Jumlah dan ragamnya banyak sekali. Mulai dari kerak telor, siomay,

batagor, bakso, beragam jenis es, kembang tahu, toge goreng, martabak, hingga jenis kue

baik kering atau basah. Karena bervariasi itulah maka makanan jajanan sangat digemari.

Siomai atau siomay adalah salah satu jenis dim sum. Dalam bahasa Mandarin,

makanan ini disebut shaomai, sementara dalam bahasa Kanton disebut siu maai.

Makanan ini konon berasal dari Mongolia Dalam.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makananrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26122/4/Chapter II.pdf · Tahu bakso atau tahu isi ... 2.3. Proses Pembuatan Bumbu Siomay (Bumbu Kacang)

Dalam masakan Indonesia terdapat berbagai jenis variasi siomay berdasarkan

daging untuk isi, mulai dari siomay ikan tenggiri, ayam, udang, kepiting, atau campuran

daging ayam dan udang. Bahan untuk isi dicampur dengan sagu atau tapioka. Siomai juga

tidak lagi dibungkus dengan kulit dari tepung terigu namun disajikan dalam bentuk yang

lebih sederhana.

Telur ayam dan sayuran seperti kentang, peria, dan kubis dengan isi atau tanpa isi

juga dihidangkan di dalam satu piring bersama-sama siomay. Tahu bakso atau tahu isi

juga termasuk ke dalam jenis siomay. Siomay (siomay bandung) dihidangkan setelah

disiram saus kacang yang dibuat dari kacang tanah yang dihaluskan dan diencerkan

dengan air. Bumbu untuk saus kacang antara lain cabai, gula pasir, bawang merah,

bawang putih, dan garam dapur. Sewaktu disajikan, siomay bisa diberi tambahan kecap

manis, sambal botol, atau saus tomat. Rahasia dari bumbu kacang yang lezat adalah

jangan dibuat terlalu kental ataupun terlalul cair.

2.3. Proses Pembuatan Bumbu Siomay (Bumbu Kacang)

Bahan :

a. Kacang tanah 250 gram

b. Merica 1 sendok teh

c. Bawang putih 3 siung

d. Bawang merah 3 siung

e. Mentega 1 sendok makan

f. Merica

g. Cabe merah 2 – 3 gram

h. Gula merah secukupnya

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makananrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26122/4/Chapter II.pdf · Tahu bakso atau tahu isi ... 2.3. Proses Pembuatan Bumbu Siomay (Bumbu Kacang)

i. Penyedap rasa secukupnya

j. Garam secukupnya

Cara membuat :

a. Kacang tanah digoreng kemudian di haluskan.

b. Cabe merah, bawang putih, bawang merah dihaluskan kemudian ditumis.

c. Masukkan kacang yang sudah dihaluskan, tambahkan air gula merah, merica,

penyedap dan garam secukupnya.

2.4. HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point)

HACCP merupakan akronim yang digunakan untuk mewakili suatu sistem

analysis hazard dan titik kendali kritis. Konsep HACCP merupakan suatu metode

manajemen keamanan makanan yang sistematis dan didasarkan pada prinsip-prinsip yang

sudah dikenal, yang ditujukan untuk mengidentifikasi hazard (bahaya) yang

kemungkinan dapat terjadi pada setiap tahapan dalam rantai persediaan makanan, dan

tindakan pengendalian ditempatkan untuk mencegah munculnya hazard tersebut.

Ada 7 (tujuh) prinsip yang diterbitkan oleh Codex Alimentarius (1997b) dan

NACMCF (USA) (1997) yang dikutip oleh Cassianos (2005), yaitu :

Prinsip 1 : Lakukan analisis hazard

Prinsip 2 : Tentukan titik kendali kritis (critical control point, CCP)

Prinsip 3 : Tetapkan batasan kritis

Prinsip 4 : Bentuk sistem untuk memantau pengendalian CCP

Prinsip 5 : Tetapkan tindakan perbaikan yang akan dilakukan saat hasil pemantauan

menunjukkan bahwa CCP tertentu berada di luar kendali.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makananrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26122/4/Chapter II.pdf · Tahu bakso atau tahu isi ... 2.3. Proses Pembuatan Bumbu Siomay (Bumbu Kacang)

Prinsip 6 : Bentuk prosedur verifikasi untuk memastikan bahwa sistem HACCP bekerja

dengan efektif

Prinsip 7 : Dokumentasikan semua prosedur dan catatan yang berkaitan dengan prinsip

tersebut dan penerapannya.

Analisis bahaya pada siomay yaitu terdiri dari :

1. Bahaya biologis yang dapat dihilangkan dengan proses pemanasan seperti

Escherichia coli, Salmonella spp., dan bakteri lainnya.

2. Bahaya kimia yang berasal dari gangguan pestisida, desinfektan, bahan tambahan

makanan (BTM) yang berlebihan. Bahan kimia tidak mudah dihilangkan dan

kadarnya harus di bawah batas yang sudah ditentukan.

3. Bahaya fisik yang tidak boleh ada dalam makanan seperti rambut, potongan kuku

penjamah makanan, debu.

Bagan Keputusan/Penentuan Titik Pengendalian Kritis (CCP) dikutip dari

Thaheer (2005) yaitu :

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terhadap bahan baku/bahan mentah

Pertanyaan 1 : Apakah mungkin bahan baku berupa kacang tanah, kentang, telur, bakso,

tahu, dan sayuran mengandung bahaya pada tingkat yang tidak dapat

diterima?

Ya

Pertanyaan 2 : Apakah pengolahan makanan termasuk cara penggunaan oleh konsumen

dapat menghilangkan atau mengurangi bahaya sampai pada tingkat yang

dapat diterima?

Tidak bukan titik pengendalian kritis

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makananrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26122/4/Chapter II.pdf · Tahu bakso atau tahu isi ... 2.3. Proses Pembuatan Bumbu Siomay (Bumbu Kacang)

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk setiap tahap pengolahan bumbu siomay

Pertanyaan 3 : Apakah formulasi/komposisi atau struktur produk jadi penting untuk

mencegah meningkatnya bahaya sampai pada tingkat yang tidak dapat

diterima?

Ya

Pertanyaan 4 : Apakah pada tahap penggorengan dan penggilingan kacang tanah dan

penumisan bahan-bahan pangan lainnya (cabe, bawang merah dan

bawang putih yang sudah digiling halus), bahaya dapat muncul atau

bertambah sampai tingkat yang tidak dapat diterima?

Ya

Pertanyaan 5 : Apakah pengolahan selanjutnya yaitu pencampuran kacang tanah, cabe,

bawang merah, bawang putih, air gula merah, merica, penyedap dan

garam dapat menjamin hilangnya atau kurangnya bahaya sampai tingkat

yang dapat diterima?

Tidak

Pertanyaan 6 : Apakah pengolahan akhir yaitu pemasakan bertujuan untuk

menghilangkan bahaya sampai tingkat yang dapat diterima?

Ya CCP 1 = titik pengendalian kritis

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makananrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26122/4/Chapter II.pdf · Tahu bakso atau tahu isi ... 2.3. Proses Pembuatan Bumbu Siomay (Bumbu Kacang)

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk setiap tahap pengolahan bahan-bahan pangan

lainnya (kentang, telur, tahu, bakso, dan sayuran)

Pertanyaan 7 : Apakah formulasi/komposisi atau struktur produk jadi penting untuk

mencegah meningkatnya bahaya sampai pada tingkat yang tidak dapat

diterima?

Ya

Pertanyaan 8 : Apakah pengolahan makanan yaitu perebusan bertujuan untuk

menghilangkan bahaya sampai tingkat yang dapat diterima?

Ya CCP 1 = titik pengendalian kritis

2.5. Hygiene dan Sanitasi Makanan

2.5.1. Pengertian Hygiene dan Sanitasi Makanan

Istilah hygiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena

sangat erat kaitannya. Tetapi bila kita kaji lebih mendalam pengertian hygiene dan

sanitasi ini mempunyai perbedaan, yaitu hygiene lebih mengarah pada kebersihan

individu, sedangkan sanitasi lebih mengarah pada kebersihan faktor-faktor

lingkungannya (Azwar, 1990).

Ditinjau dari ilmu kesehatan lingkungan istilah hygiene dan sanitasi mempunyai

perbedaan. Yang dimaksud dengan hygiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang

mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia sehingga timbul

upaya mencegah timbulnya penyakit akibat pengaruh lingkungan kesehatan yang buruk

dan membuat kondisi lingkungan yang baik agar terjamin pemeliharaan kesehatannya.

Sedangkan Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang difokuskan terhadap

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makananrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26122/4/Chapter II.pdf · Tahu bakso atau tahu isi ... 2.3. Proses Pembuatan Bumbu Siomay (Bumbu Kacang)

pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan

manusia (Azwar, 1990).

Pengertian hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan

melindungi kebersihan individu. Misalnya mencuci tangan untuk melindungi

kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang

bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara

keseluruhan. Sedangkan sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang

menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan

minuman dari segala bahaya yang dapat menganggu atau merusak kesehatan, mulai dari

sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan,

pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk

dikonsumsi masyarakat atau konsumen.

Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian

makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan

merugikan pembeli, mengurangi kerusakan ataupun pemborosan makanan. Misalnya

menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci, menyediakan tempat sampah

untuk mewadahi sampah agar sampah tidak dibuang sembarangan dan berceceran di

tempatnya berjualan (DepKes RI, 2004).

Hygiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang,

tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau

gangguan kesehatan (Depkes RI, 2003).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makananrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26122/4/Chapter II.pdf · Tahu bakso atau tahu isi ... 2.3. Proses Pembuatan Bumbu Siomay (Bumbu Kacang)

2.5.2. Pentingnya Hygiene dan Sanitasi Makanan

Makanan merupakan salah satu kebutuhan dari manusia untuk menunjang

kehidupannya. Jika ditinjau dari segi kesehatan, makanan selain berfungsi sebagai

sumber energi zat pembangun dan zat pengatur juga mempunyai peran dalam penyabaran

penyakit. Oleh karena itu prinsip dasar hygiene sanitasi tempat pengelolaan makanan

diperlukan agar konsumen dapat dilindungi kesehatannya dari bahaya kontaminasi

makanan dan organisme penyakit menular.

Makanan yang aman dari mikroorganisme tidak terlepas dari pemeliharaan

hygiene sanitasi makanan yang baik, karena hygiene sanitasi merupakan salah satu

pemecahan untuk melindungi makanan dari kontaminasi (Djajadiningrat, 1989).

2.6. Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan

Pengertian dari prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah

pengendalian terhadap empat faktor yaitu tempat atau bangunan, peralatan, orang dan

bahan makanan. Keempat faktor tersebut dikendalikan melalui 6 (enam) prinsip hygiene

sanitasi makanan dan minuman yaitu (Depkes RI, 2004) :

1. Pemilihan Bahan Makanan

2. Penyimpanan Bahan Makanan

3. Pengolahan Makanan

4. Penyimpanan Makanan Masak

5. Pengangkutan Makanan

6. Penyajian Makanan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makananrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26122/4/Chapter II.pdf · Tahu bakso atau tahu isi ... 2.3. Proses Pembuatan Bumbu Siomay (Bumbu Kacang)

2.6.1. Pemilihan Bahan Makanan

Baham makanan yang baik kadang kala tidak mudah kita temui, karena jaringan

perjalanan makanan yang begitu panjang dan melalui jaringan perdagangan yang begitu

luas. Salah satu upaya mendapatkan bahan makanan yang baik adalah menghindari

penggunaan bahan makanan yang berasal dari sumber tidak jelas (liar) karena kurang

dapat dipertanggung jawabkan secara kualitasnya.

Sumber bahan makanan yang baik adalah (Depkes RI, 2004) :

a. Pusat penjualan bahan makanan dengan sistem pengaturan suhu yang dikendalikan

dengan baik misalnya berupa swalayan.

b. Tempat-tempat penjualan bahan makanan yang diawasi oleh pemerintah daerah

dengan baik.

Kualitas bahan makanan yang baik dapat dilihat melalui ciri-ciri fisik dan

mutunya yaitu dari bentuk, warna, kesegaran, bau, dan lainnya. Bahan makanan yang

baik terbebas dari kerusakan dan pencemaran termasuk pencemaran oleh bahan kimia

seperti pestisida (Kusmayadi, 2008).

2.6.2. Penyimpanan Bahan Makanan

Kerusakan bahan makanan dapat terjadi karena :

a. Tercemar bakteri karena alam atau perlakuan manusia

b. Kerusakan mekanis seperti gesekan, tekanan benturan dan lain-lain.

Tujuan penyimpanan bahan makanan adalah agar bahan makanan tidak mudah

rusak dan kehilangan nilai gizinya. Semua bahan makanan dibersihkan terlebih dahulu

sebelum disimpan agar terbebas dari bakteri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makananrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26122/4/Chapter II.pdf · Tahu bakso atau tahu isi ... 2.3. Proses Pembuatan Bumbu Siomay (Bumbu Kacang)

mencuci. Setelah dikeringkan kemudian dibungkus dengan pembungkus yang bersih dan

disimpan dalam ruangan yang bersuhu rendah (Kusmayadi, 2008).

Dalam penyimpanan bahan makanan, hal-hal yang harus diperhatikan adalah

sebagai berikut :

a. Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus yang bersih dan memenuhi

syarat.

b. Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik sehingga :

1) Mudah untuk mengambilnya.

2) Tidak menjadi tempat bersarang atau bersembunyi serangga dan tikus.

3) Tidak mudah membusuk dan rusak, untuk bahan-bahan yang mudah membusuk

harus disediakan tempat penyimpanan dingin.

4) Setiap bahan makanan mempunyai kartu catatan agar dapat digunakan untuk

riwayat keluar masuk barang dengan sistem FIFO (First In First Out).

Ada empat cara penyimpanan makanan yang sesuai dengan suhunya yaitu

(Depkes RI, 2004) :

1. Penyimpanan sejuk (cooling), yaitu suhu penyimpanan 10 ºC – 15 ºC untuk jenis

minuman buah, es krim dan sayur.

2. Penyimpanan dingin (chilling), yaitu suhu penyimpanan 4 ºC – 10 ºC untuk bahan

makanan yang berprotein yang akan segera diolah kembali.

3. Penyimpanan dingin sekali (freezing), yaitu suhu penyimpanan 0 ºC – 4 ºC untuk

bahan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai 24 jam.

4. Penyimpanan beku (frozen), yaitu suhu penyimpanan < 0 ºC untuk bahan makanan

protein yang mudah rusak untuk jangka waktu > 24 jam.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makananrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26122/4/Chapter II.pdf · Tahu bakso atau tahu isi ... 2.3. Proses Pembuatan Bumbu Siomay (Bumbu Kacang)

2.6.3. Pengolahan Makanan

Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah

menjadi makanan yang siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah yang

mengikuti prinsip-prinsip hygiene sanitasi. Dalam hal ini persyaratan untuk tenaga

pengolah makanan dan peralatan pada proses pengolahannya harus diperhatikan (Depkes

RI, 2004).

2.6.3.1 Persyaratan untuk tenaga pengolah makanan

Syarat untuk tenaga pengolah makanan adalah :

a. Kondisi badan sehat dengan surat keterangan dokter.

b. Bebas dari penyakit menular (TBC, Typhus, kolera, carrier penyakit).

c. Harus punya buku pemeriksaan kesehatan.

d. Tidak merokok selama mengolah makanan.

e. Tidak makan atau mengunyah.

f. Tidak memakai perhiasan kecuali cincin kawin tidak berhias.

g. Tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang bukan untuk keperluannya.

h. Selalu mencuci tangan sebelum mulai bekerja.

i. Selalu memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung dengan benar.

j. Selalu memakai pakaian kerja yang bersih dan tidak dipakai diluar jam kerja.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makananrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26122/4/Chapter II.pdf · Tahu bakso atau tahu isi ... 2.3. Proses Pembuatan Bumbu Siomay (Bumbu Kacang)

2.6.3.2 Persyaratan peralatan dalam proses pengolahan makanan

Adapun persyaratan peralatan dalam proses pengolahan makanan yaitu :

a. Permukaan alat harus utuh tidak cacat dan mudah dibersihkan.

b. Lapisan permukaan alat tidak mudah larut dalam asam/basa atau garam yang

lazim dipakai dalam proses makanan.

c. Apabila alat tersebut kontak dengan makanan, maka alat tersebut tidak akan

mengeluarkan logam berat beracun berbahaya, seperti timah hitam (Pb),

Arsenikum (As), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd), Antimon (Stibium).

2.6.4. Penyimpanan Makanan Masak

Hal-hal yang perlu dilakukan dalam penyimpanan makanan jadi adalah :

a. Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lainnya.

b. Makanan yang cepat busuk disimpan dalam suhu 65,5 ºC atau lebih atau disimpan

dalam suhu dingin sekitar 4 ºC atau kurang.

c. Makanan cepat busuk untuk digunakan dalam waktu lama (lebih dari 6 jam) harus

disimpan dalam suhu 5 ºC sampai 1 ºC.

d. Tidak menempel pada lantai, dinding, atau langit-langit dengan ketentuan :

1) Jarak makanan dengan lantai 15 cm.

2) Jarak makanan dengan dinding 5 cm.

3) Jarak makanan dengan langit-langit 60 cm.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makananrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26122/4/Chapter II.pdf · Tahu bakso atau tahu isi ... 2.3. Proses Pembuatan Bumbu Siomay (Bumbu Kacang)

2.6.5. Pengangkutan Makanan

Dalam prinsip pengangkutan siap santap perlu diperhatikan sebagai berikut

(Depkes RI, 2004) :

1. Setiap makanan mempunyai wadah masing-masing.

2. Wadah yang digunakan harus utuh, kuat dan ukurannya memadai dengan makanan

yang ditempatkan dan terbuat dari bahan anti karat atau anti bocor.

3. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya agar tetap panas 60 ºC

dan tetap dingin 4 ºC.

4. Wadah selama dalam perjalanan tidak boleh selalu dibuka dan tetap dalam keadaan

tertutup sampai di tempat penyajian.

5. Kendaraan pengangkutan disediakan khusus dan tidak digunakan untuk hal lainnya.

2.6.6. Penyajian Makanan

Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir dari perjalanan makanan.

Makanan yang disajikan harus memenuhi persyaratan sanitasi, yaitu bebas dari

kontaminasi, bersih dan tertutup, serta dapat memenuhi selera makan pembeli.

2.7. Bakteri Indikator Polusi

Bakteri indikator polusi adalah bakteri yang dapat digunakan sebagai petunjuk

adanya polusi feses atau kotoran manusia atau hewan. Mikroorganisme yang digunakan

sebagai indicator polusi adalah bakteri yang tergolong Escherichia coli, Streptokokus

fekal, dan Clostridium perferingens.

Beberapa alasan pemilihan bakteri-bakteri tersebut adalah sebagai berikut :

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makananrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26122/4/Chapter II.pdf · Tahu bakso atau tahu isi ... 2.3. Proses Pembuatan Bumbu Siomay (Bumbu Kacang)

1. Bakteri-bakteri tersebut dapat digunakan sebagai indikator kontaminasi kotoran

karena terdapat dalam jumlah besar dalam kotoran manusia dan hewan, dimana

bakteri tersebut merupakan bakteri komensal di dalam saluran pencernaan manusia

dan hewan.

2. Bakteri-bakteri tersebut pada umumnya tidak tumbuh di dalam saluran pencernaan

organisme lainnya kecuali manusia dan hewan berdarah panas.

3. Bakteri indikator harus selalu terdapat didalam contoh dimana ditemukan

mikroorganisme pathogen enterik.

4. Bakteri indikator harus dapat hidup lebih lama dibandingkan dengan bakteri pathogen

enteric yang berbahaya.

5. Prosedur untuk uji bakteri indikator harus sangat spesifik yang berarti tidak

memberikan hasil positif yang salah, dan sangat sensitif yang berarti dapat

mendeteksi adanya bakteri indikator dalam jumlah yang sangat kecil.

6. Prosedur untuk uji bakteri indikator harus relatif mudah dikerjakan.

7. Prosedur untuk uji bakteri indikator harus aman yang berarti tidak boleh

membahayakan bagi kesehatan orang yang melakukannya.

8. Jumlah bakteri indikator harus dapat menunjukkan tingkat polusi, yang berarti kira-

kira jumlahnya sebanding dengan jumlah mikroorganisme patogen yang terdapat

didalam air.

Syarat-syarat bakteri indikator tersebut mungkin tidak selalu dapat dipenuhi

karena bakteri indikator mungkin berbeda dalam hal toleransi terhadap suhu, tingkat

klorinasi, dan terhadap konsentrasi garam. Sifat masing-masing bakteri indikator perlu

diketahui untuk dapat melakukan uji yang tepat (Fardiaz, 2006).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makananrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26122/4/Chapter II.pdf · Tahu bakso atau tahu isi ... 2.3. Proses Pembuatan Bumbu Siomay (Bumbu Kacang)

2.8. Penyakit yang Ditimbulkan Oleh Bakteri Melalui Perantara Makanan

Makanan merupakan unsur lingkungan yang penting dalam meningkatkan derajat

kesehatan. Selain dapat memenuhi kebutuhan hidup, dapat pula menjadi sumber penurana

penyakit apabila makanan tersebut tidak tidak dikelola secara higienis.

Penyakit yang bersumber dari makanan dapat digolongkan dalam:

a. Food Infection (bacteria and viruses) atau makanan yang terinfeksi, seperti

salmonellosis, shigellosis, cholera, tularemia, tuberculosis, brucellosis, hepatitis dan

sebagainya.

b. Food intoxication (bakteri) atau keracunan makanan karena bakteri seperti

staphylococcal food poisoning, clostridium perfringens food poisoning, botulism food

poisoning, bacillus cereus food poisoning.

c. Chemical food borne illness atau keracunan makanan karena bahan kimia seperti

cadmium, antimony, zink, insect dan bahan kimia lainnya.

d. Poisoning plants and animals atau keracunan makanan karena hewan dan tumbuhan

beracun seperti jengkol, jamur, kentang (solanin), ikan buntal.

e. Parasites atau penyakit parasit seperti cacing taenasis, cysticerosis, trichinosis,

ascariasis (Depkes RI, 1992).

Uraian tersebut menerangkan bahwa penyakit melalui perantara pangan ada lima

penyebab dan menurut Kusumaningsih (2008) bahwa penyakit timbul disebabkan dua

hal, yaitu pertama makanan atau minuman tersebut mengandung mikroba/bakteri dalam

jumlah yang cukup untuk menimbulkan gejala sakit, kedua makanan atau minuman

tersebut mungkin mengandung komponen beracun. Berdasarkan kedua hal tersebut,

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makananrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26122/4/Chapter II.pdf · Tahu bakso atau tahu isi ... 2.3. Proses Pembuatan Bumbu Siomay (Bumbu Kacang)

penyakit yang ditimbulkan oleh makanan atau minuman dapat digolongkan dalam dua

kelompok besar, yaitu:

1. Infeksi makanan (food infection) yaitu penyakit yang disebabkan karena

mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung mikroba patogen,

kemudian mikroba tersebut dapat menembus sistem pertahanan tubuh dan hidup serta

berkembang biak di dalam tubuh. Mikroba yang dapat menginfeksi dan menimbulkan

penyakit adalah mikroba yang mempunyai data patogenitas tinggi dan daya virulensi

kuat, sehingga dapat berkembang biak dan menyebar ke dalam tubuh induk semang

yang peka. Masa inkubasi, yaitu waktu yang dibutuhkan dari mulai masuknya bibit

penyakit ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala sakit, karena infeksi makanan

biasanya lebih lama dari intoksikasi makanan. Mikroba-mikroba potensial penyebab

infeksi makanan antara lain Salmonella, Bacillus antracis, Campylobacter, Shigella,

Vibrio, Yersinia, Escherichia coli, dan lainnya.

2. Intoksikasi makanan (food intoxication) yaitu penyakit yang disebabkan karena

mengkonsumsi makanan yang mengandung racun yang diproduksi oleh mikroba yang

tumbuh dalam makanan. Umumnya masa inkubasi intoksikasi terjadi lebh cepat

setelah mengkonsumsi makanan tercemar dibandingkan dengan infeksi makanan.

Mikroba-mikroba potensial penyebab intoksikasi makanan antara lain Clostridium

botulinum, C. Perfringens, Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, dan lainnya.

2.9. Escherichia coli

Escherichia coli yaitu bakteri facultatively anaerobic gram-negative berbentuk

batang yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae,sesungguhnya merupakan

penghuni normal usus, selain berkembang biak di lingkungan sekitar manusia. Pertama

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makananrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26122/4/Chapter II.pdf · Tahu bakso atau tahu isi ... 2.3. Proses Pembuatan Bumbu Siomay (Bumbu Kacang)

dijumpai pada tahun 1885, bakteri ini kemudian dikenali bersifat komensal maupun

berpotensi pathogen. Bila Escherichia coli, oleh berbagai sebab, tersangkut diorgan lain

(misalnya saluran kemih), penyakit akan timbul.

Bakteri Coliform adalah bakteri yang digunakan sebagai indikator sanitasi atau

adanya pencemaran. Adanya bakteri koliform pada makanan atau minuman dapat

digunakan untuk menduga kemungkinan adanya bakteri enteropatogenik atau

enterotoksik-kogenik yang berbahaya bagi kesehatan. (Hardiansyah dan Rimbawan,

2001)

2.9.1. Klasifikasi Escherichia coli

Sejauh ini, ada 4 kelas Escherichia coli yang bersifat enterovirulen. Keempat

kelas tersebut adalah Escherichia coli enteropatogenik (EPEC), Escherichia coli

enterotoksigenik (ETEC), Escherichia coli enteroinvasif (EIEC), dan Escherichia coli

enterohemoragik (EHEC). EPEC menyebabkan diare yang parah pada bayi, meskipun

mekanismenya belum dapat dijelaskan.

ETEC menghasilkan dua jenis toksin yang bersifat stabil dan agak labil terhadap

panas dan menyebabkan diare pada anak serta bayi, yaitu penyakit yang mirip dengan

kolera dan diare petualang (ditularkan lewat air dan makanan). EIEC menginvasi dan

berproliferasi di dalam sel epitel mukosa usus sehingga menyebabkan terjadinya watery

diarrhea, disentri, demam, muntah, kram, dan nyeri perut hebat, serta tenesmus. Tinja

kerap mengandung darah. EHEC mampu mengeluarkan Shigalike toxins, yang

menyebabkan dua macam sindrom, yaitu hemorrhagic colitis, dan HUS. Toksin ini yang

bertanggung jawab terhadap gejala sisa sistemik (systemic sequelae) akibat penyakit ini.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makananrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26122/4/Chapter II.pdf · Tahu bakso atau tahu isi ... 2.3. Proses Pembuatan Bumbu Siomay (Bumbu Kacang)

2.9.2. Sifat - Sifat Escherichia coli

Escherichia coli merupakan bakteri mempunyai ukuran panjang 2,0-6,0 µm,

tersusun tunggal, berpasangan dengan peritikus (Supardi, 2001). Escherichia coli tumbuh

pada suhu antara 10ºC-40ºC, dengan suhu optimum 37ºC dan mati pada suhu 60ºC

selama 30 menit, tidak bisa bertahan pada tempat yang kering dan kena pembasmi hama.

Escherichia coli relative peka terhadap panas, segera hancur oleh suhu pasteurisasi dan

pemanasan. Sedangkan proses pembekuan tidak akan membinasakan bakteri, sehingga

dapat hidup dalam suhu yang rendah dalam jangka waktu relative panjang (Volk dan

Wheleer, 1984)

2.10. Penyakit – Penyakit yang Disebabkan Oleh Escherichia coli

Bakteri ini dapat menyebabkan terjadinya epidemik penyakit-penyakit saluran

pencernaan makanan seperti kolera, tifus, disentri, diare dan penyakit cacing. Bibit

penyakit ini berasal dari feses manusia yang menderita penyakit-penyakit tersebut.

Indikator yang menunjukkan bahwa air rumah tangga sudah dikotori feses adalah dengan

adanya Escherichia coli dalam air tersebut karena dalam feses manusia baik dalam

keadaan sakit maupun sehat terdapat bakteri ini dalam tubuhnya.

Bakteri Escherichia coli dapat juga menimbulkan pneumonia, endokarditis,

infeksi pada luka dan abses pada organ. Bakteri ini juga merupakan penyebab utama

meningitis pada bayi yang baru lahir dan penyebab infeksi tractor urinarius

(pyelonephritis cysticis) pada manusia yang dirawat di rumah sakit (infeksi nosokomial).

Pencegahannya dilakukan melalui perawatan yang sebaik-baiknya di rumah sakit yaitu

berupa pemberian antibiotic dan tindakan antiseptic dengan benar.

Beberapa penyakit yang sering timbul akibat bakteri Escherichia coli adalah :

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makananrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26122/4/Chapter II.pdf · Tahu bakso atau tahu isi ... 2.3. Proses Pembuatan Bumbu Siomay (Bumbu Kacang)

1. Penyakit diare

Bakteri Escherichia coli yang menyebabkan diare sangat sering ditemukan diseluruh

dunia. Bakteri ini diklasifikasikan oleh ciri khas sifat-sifat virulensinya dan setiap

grup menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda seperti yang sudah

diutarakan. Gejalanya yaitu diare yang merupakan buang air besar yang encer dengan

frekuensi 4x atau lebih dalam sehari, kadang disertai muntah, badan lesu atau lemah,

panas, tidak nafsu makan, bahkan darah dan lender dalam kotoran. Diare bisa

menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit sehingga bayi menjadi rewel atau

terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak.

2. Infeksi saluran kemih

Penyebab yang paling sering dari infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab

infeksi saluran kemih pertama pada kira-kira 90% wanita muda. Gejalanya yaitu

sering kencing, disuria, hermaturia, dan piura. Kebanyakan infeksi ini disebabkan

oleh Escherichia coli dengan sejumlah tipe antigen O.

3. Sepsis

Bila pertahanan tubuh ibu tidak kebal, Escherichia coli dapat memasuki aliran darah

dan menyebabkan sepsis. Bayi yang baru lahir dapat sangat rentan terhadap sepsis

Escherichia coli karena tidak memiliki antibody IgM. Sepsis dapat terjadi akibat

infeksi saluran kemih.

4. Meningitis

Escherichia coli merupakan salah satu penyebab utama meningitis pada bayi. Bakteri

Escherichia coli dari kasus meningitis ini mempunyai antigen KI. Mekanisme

virulensi yang berhubungan dengan antigen KI tidak diketahui (Tambunan, 2010)

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makananrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26122/4/Chapter II.pdf · Tahu bakso atau tahu isi ... 2.3. Proses Pembuatan Bumbu Siomay (Bumbu Kacang)

2.11. Diagram HACCP pembuatan siomay

Diagram 2.1. Diagram HACCP pembuatan siomay

Bumbu Siomay (Bumbu Kacang)

Kentang, telur, tahu, bakso, sayuran

Kacang tanah

Cabe, bawang merah, bawang

putih

Digiling Digoreng Dipotong-potong dengan pisau

Dimasak (100⁰C) berupa tindakan pengendalian bahaya Escherichia coli ( CCP 1 )

Ditumis Digiling

Dicampur dan ditambahkan dengan air gula merah atau santan, merica,

penyedap dan garam

Dimasak (100⁰C) berupa tindakan pengendalian bahaya Escherichia coli ( CCP 1 )

Penyajian

Makanan Siomay

Dilakukan di rumah penjual

Dilakukan di tempat penjualan

Titik Kritis

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makananrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26122/4/Chapter II.pdf · Tahu bakso atau tahu isi ... 2.3. Proses Pembuatan Bumbu Siomay (Bumbu Kacang)

Tabel 2.1. Tabel ABTPK ( Analisis Bahaya dan Titik Pengendalian Kritis )

Titik

Pengendalian Bahaya

Cara

Pengendalian

Parameter Titik

Pengendalian Kritis

Batas

Kritis

Nilai

Target Pemantauan

Tindakan

Koreksi

Bumbu

Siomay

E. coli Pemasakan

hingga

mendidih

Tidak ada

E. coli

E. coli =

0/gram

Tidak

ada nilai

target

Pemasakan

benar-benar

mendidih

Pemasakan

ulang

2.12. Kerangka Konsep Penelitian

Hygiene sanitasi pengelolaan bumbu siomay berdasarkan Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003

Pemeriksaan bumbu siomay di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU berdasarkan Kepmenkes RI No. 715/Menkes/SK/V/2003

Memenuhi Syarat

Tidak Memenuhi Syarat

Keberadaan E. coli dan Jumlah Coliform