bab ii tinjauan pustakaeprints.umm.ac.id/64852/2/bab ii.pdfmemperkiran bahwa prevalensi carpal...

21
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi Fisiologi Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan yang dibatasi oleh dinding kaku yang di bentuk oleh tulang dan sendi karpal serta ligamentum carpal tranversum (flexor retinaculum) yang tebal. Terowongan karpal dibatasi oleh tulang distal radius, lunatum dan capitatum di sisi dorsal; tulang skaphoid, jaringan fibrous untuk terowongan flexor carpi radialis di sisi radial; tulang triquetrum dan ligamentum pisohamatum di sisi ulnar; ligamentum carpal transversum yang tebal membentang dari tulang pisiform ke skaphoid-trapezoid di sisi volar. Carpal tunnel berisi ligamentum flexor digitorum superficialis (FDS) dan flexor digitorum profundus (FDP), flexor pollicis longus (FPL), dan nervus medianus yang lebih ke radial (Megerian et al., 2007). 1. Persarafan Serabut-serabut saraf yang membentuk nervus medianus berasal dari nervus spinalis C5, C6, C7, C8 dan T1 yang membentuk pleksus brakhialis. Nervus medianus merupakan saraf campuran yang berfungsi motorik maupun sensorik dan mempersarafi otot-otot pada sisi anterior dari lengan bawah, terkecuali muskulus fleksor carpi ulnaris dan separuh sisi ulnar dari muskulus fleksor digitorum profundus. Nervus medianus meninggalkan fossa cubiti dengan melewati batas antara kepala dari pronator teres dan bercabang di sana. Selanjutnya, nervus medianus lewat ke dalam menuju flexor digitorum superficialis (FDS) dan

Upload: others

Post on 19-Jan-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/64852/2/BAB II.pdfmemperkiran bahwa prevalensi carpal tunnel syndrome yang pada populasi dewasa adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). Kejadian CTS

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi

Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan

tangan yang dibatasi oleh dinding kaku yang di bentuk oleh tulang dan sendi

karpal serta ligamentum carpal tranversum (flexor retinaculum) yang tebal.

Terowongan karpal dibatasi oleh tulang distal radius, lunatum dan

capitatum di sisi dorsal; tulang skaphoid, jaringan fibrous untuk terowongan

flexor carpi radialis di sisi radial; tulang triquetrum dan ligamentum

pisohamatum di sisi ulnar; ligamentum carpal transversum yang tebal

membentang dari tulang pisiform ke skaphoid-trapezoid di sisi volar. Carpal

tunnel berisi ligamentum flexor digitorum superficialis (FDS) dan flexor

digitorum profundus (FDP), flexor pollicis longus (FPL), dan nervus

medianus yang lebih ke radial (Megerian et al., 2007).

1. Persarafan

Serabut-serabut saraf yang membentuk nervus medianus berasal dari

nervus spinalis C5, C6, C7, C8 dan T1 yang membentuk pleksus

brakhialis. Nervus medianus merupakan saraf campuran yang berfungsi

motorik maupun sensorik dan mempersarafi otot-otot pada sisi anterior

dari lengan bawah, terkecuali muskulus fleksor carpi ulnaris dan separuh

sisi ulnar dari muskulus fleksor digitorum profundus. Nervus medianus

meninggalkan fossa cubiti dengan melewati batas antara kepala dari

pronator teres dan bercabang di sana. Selanjutnya, nervus medianus

lewat ke dalam menuju flexor digitorum superficialis (FDS) dan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/64852/2/BAB II.pdfmemperkiran bahwa prevalensi carpal tunnel syndrome yang pada populasi dewasa adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). Kejadian CTS

12

berlanjut ke distal sepanjang lengan bawah antara flexor digitorum superficialis

(FDS) dan flexor digitorum profundus (FDP). Dekat pergelangan, nervus medianus

muncul ke superficial lewat di antara tendon flexor digitorum profundus dan flexor

carpi radialis, di dalam tendon palmaris longus.

Menurut Huldani (2013) nervus medianus adalah saraf yang paling

sering mengalami cedera oleh trauma langsung, yang diakibatkan oleh luka pada

pergelangan tangan. Nervus medianus yang mengalami tekanan menyebabkan rasa

kesemutan dan rasa nyeri. Menurut Ilyas (2015) penakanan pada nervus medianus

dapat disebabkan oleh penyempitan yang terjadi pada terowongan karpal,

membesarnya atau membengkaknya ukuran jaringan yang masuk di dalamnya

(pembengkakan terjadi pada jaringan lubrikasi pada tendon-tendon fleksor) gerakan

fleksi pada pergelangan tangan dengan sudut kemiringan 90 derajat dapat berisiko

mengecilkan ukuran terowogan karpal. Berikut ini merupakan gambar struktur

anatomi nervus medianus

Gambar 2.1 Struktur Anatomi Nervus Medianus

(Sumber : Lukluaningsih, 2014)

2. Tendon

Tendon adalah struktur yang menghubungkan antara otot dengan tulang.

Ketika otot mulai berkontraksi maka tendon yang akan menarik tulang dan akan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/64852/2/BAB II.pdfmemperkiran bahwa prevalensi carpal tunnel syndrome yang pada populasi dewasa adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). Kejadian CTS

13

menjadikan sebuah gerakan. Pada bagian tubuh terdapat sebuah otot rangka yang

akan menggerakkan tulang sehingga dapat melakukan kegiatan berjalan,

mengangkat, bergerak dan melompat (Hadi, 2015). Berikut ini merupakan

gambar tendon wrist

Gambar 2.2 Tendon Wrist

(Sumber : Spalteholz, 2014)

Berikut ini merupakan gambar tendon phalange

Gambar 2.3 Tendon Phalange

(Sumber : Spalteholz, 2014)

3. Tulang

Beberapa tulang yang membentuk pergelangan tangan dan sekitarnya, antara

lain :

1) Tulang radius

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/64852/2/BAB II.pdfmemperkiran bahwa prevalensi carpal tunnel syndrome yang pada populasi dewasa adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). Kejadian CTS

14

Tulang yang terletak di lateral dan merupakan tulang yang lebih pendek dari

dua tulang lengan bawah. Ujung proksimal meliputi collum, caput pendek dan

tuberositas yang menghadap ke medial. Processus styloideus radii lebih besar

daripada processus styloideus ulnae dan memanjang jauh ke distal (Hartanto,

2013).

2) Tulang Ulnar

Tulang stabilisator pada lengan bawah yang terletak di medial dan

merupakan tulang yang lebih panjang dari dua tulang lengan bawah. Ujung

proksimal ulna besar dan disebut dengan olecranon, struktur ini yang

membentuk tonjolan di siku (Hartanto, 2013).

3) Tulang Carpalia

Tulang karpal terdiri dari delapan tulang yang dibagi ke dalam dua daretan

yaitu deretan proksimal dan deretan distal. Pada deretan proksimal terdapat os.

Navikulare, os. Lunatum, os. Triquetrum dan os. Pisiforme. Sedangkan pada

deretan distal terdapat os. Trapezium, os. Trapezoideum, os. Capitatum dan os.

Hamatum (Putz et al., 2007). Berikut ini merupakan gambar tulang carpal.

Gambar 2.4 Anatomi Tulang Carpal

(Sumber : Putz et al., 2007)

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/64852/2/BAB II.pdfmemperkiran bahwa prevalensi carpal tunnel syndrome yang pada populasi dewasa adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). Kejadian CTS

15

4. Otot

Otot pergelangan tangan dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu, otot flexor

dan extensor yang terbagi ke dalam dua bagian superfisialis dan profunda. Otot-

otot flexor superficialis yaitu : m. flexor carpi ulnaris, m. flexor carpi radialis, m.

flexor digitorum dan m. palmaris longus. Pada pergelangan tangan terdapat

gerakan fleksi yang dibantu oleh m.flexor carpi ulnaris dan m.flexor carpi

radialis. Otot-otot extensor carpi radialis longus brevis dan m.extensor carpi

ulnaris yang berfungsi untuk pergerakan extensi pergelangan tangan. Gerakan

ulnar deviasi dilakukan oleh m.extensor carpi ulnaris dan flexor carpi ulnaris.

Pada, gerakan radial deviasi dilakukan oleh m.extensor carpi radialis, m.flexor

carpi radialis, m.extensor pollicis brevis dan m.abduktor pollicis longus

(Spalteholz, 2014). Berikut ini merupakan gambar otot wrist

Gambar 2.5 Otot Wrist

(Sumber : Spalteholz, 2014)

Keterangan Gambar :

a. Bagian anterior

b. Bagian posterior

5. Sendi

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/64852/2/BAB II.pdfmemperkiran bahwa prevalensi carpal tunnel syndrome yang pada populasi dewasa adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). Kejadian CTS

16

Sendi merupakan struktur khusus pada tubuh sebagai penghubung antar tulang

sehingga tulang dapat digerakkan. Berikut adalah gambar sendi-sendi yang terdapat

pada tangan :

Gambar 2.6 Anatomi Sendi

(Sumber : Sobota, 2002)

Keterangan Gambar :

1. Distal radio ulnar

2. Articulatio radio carpalis 3. Articulatio medial carpalis 4. Carpo metacarpal (CMC) 5. Meta carpo phalangeal (MCP) 6. Proximal interphalang 7. Distal interphalang

6. Biomekanik Wrist

Menurut Pearce (2008) dari morfologinya termasuk articulasio ellipsoidea,

tetapi fungsinya sebagai erticulation gluboidea. Gerakan pada persendian yaitu

fleksi dengan lingkup gerak sendi 80%, ekstensi 70%, ulnar deviasi 30%, dan radial

deviasi 20%. Derajat pada gerakan fleksi dan ulnar deviasi lebih besar dibandingkan

dengan gerakan ekstensi dan radial deviasi. Hal ini disebabkan karena bentuk pada

permukaan sendi radius dari ligament pada bagian dorsal lebih fleksibel daripada

bagian palmar.

B. Lingkup Gerak Sendi

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/64852/2/BAB II.pdfmemperkiran bahwa prevalensi carpal tunnel syndrome yang pada populasi dewasa adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). Kejadian CTS

17

1. Definisi

Lingkup Gerak Sendi (LGS) adalah gerak dengan derajat tertentu diantara awal

hingga akhir gerakan dalam sebuah bidang yang spesifik. Posisi untuk memulai

untuk mengukur LGS adalah posisi netral atau posisi anatomi. Posisi anatomi

adalah postur awal dengan ekstremitas atas pada bagian telapak tangan ekstensi

menghadap ke depan, sedangkan untuk ekstremitas bawah kedua tungkai

menghadap kedepan. (Norkin et al., 2016). Terdapar tiga sistem penulisan untuk

mendapatkan LGS yang biasa disebut the neutral zero method, yang banyak

digunakan diseluruh dunia. Sistem 0- sampai 180-derajat, sistem 180- sampai 0-

derajat dan sistem 360- derajat. Normalnya LGS dimulai pada 0 derajat dan

bergerak sampai 180 derajat.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi LGS

Menurut Pristianto (2018) faktor-faktor yang mempengaruhi LGS dibagi

menjadi dua yaitu :

a. Faktor Intrinsik

1) Struktur Sendi

Beberapa jenis sendi dalam tubuh manusia secara anatomis memiliki

lingkup gerak sendi yang berbeda-beda, ada beberapa sendi yang memiliki

struktur lebih besar sehingga ukuran lingkup gerak sendi lebih besar dari

sendi yang lain.

2) Umur dan Jenis Kelamin

LGS dan fleksibilitas akan menurun seiring dengan bertambahnya usia

manusia. Hal ini disebabkan karena sebagian jaringan ikat fibrosa yang

mengalami fibrosis. Sesuai dengan bentuk anatomis dan aktivitasnya wanita

cenderung lebih fleksibilitas daripada laki-laki.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/64852/2/BAB II.pdfmemperkiran bahwa prevalensi carpal tunnel syndrome yang pada populasi dewasa adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). Kejadian CTS

18

3) Struktur Jaringan Ikat

Jaringan ikat seperti fascia dan tendon mampu membatasi pergerakan

lingkup gerak sendi. Terkait dengan karakteristik jaringan ikat yang terdiri

dari elastisitas dan platisitas. Ligamen tidak dapat bertambah elastisitasnya,

namun plastisitasnya dapat bertambah yang dipengaruhi oleh umur dan

kejadian cedera.

4) Cedera yang Dialami Sebelumnya

Penyakit sistemik yang menyebabkan terjadi degenerasi pada otot (DM,

hipertensi, dan jantung), kelainan pada sendi, kelainan neurologis, ataupun

otot, akibat pengaruh cedera atau pembedahan serta inaktivitas atau

imobilisasi dapat menyebabkan penebalan fibrosis pada daerah yang terkena.

Jaringan fibrosis bersifat kurang elastis dan dapat menyebabkan kontraktur

pada ekstremitas dan mengurangi LGS.

b. Faktor Ekstrinsik

1) Postur Tangan

Posisi kerja statis dan postur tangan yang tidak ergonomis pada bahu,

lengan dan pergelangan tangan dalam jangka waktu yang lama akan

menyebabkan peradangan pada jaringan otot dan saraf yang dapat

menyebabkan pembengkakan. Sehingga pembengkakan dapat menekan saraf

medianus sehingga menimbulkan resiko terjadinya CTS (Gingsberg, 2008).

2) Gerakan Repetitif

Merupakan gerakan yang memiliki sedikit variasi gerakan dan dilakukan

secara terus-menerus dengan durasi waktu yang cukup lama, sehingga

mengakibatkan kelelahan dan ketengan pada otot dan tendon. Menyebabkan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/64852/2/BAB II.pdfmemperkiran bahwa prevalensi carpal tunnel syndrome yang pada populasi dewasa adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). Kejadian CTS

19

risiko terjadinya kerusakan pada jaringan dan masalah muskuloskeletal

lainnya (Kuniawan et al., 2008).

3) Durasi Kerja

Aktifitas kerja yang dilakukan dengan waktu yang lama dan gerakan

statis selama lebih dari 4 jam per hari dapat meningkatkan resiko gejala

musculoskeletal pada pergelangan tangan sehingga menyebabkan terjadinya

nyeri pada saat digerakkan, penderita merasa takut dan berhati-hati untuk

menggerakkan tangan terutama ekstensi dan fleksi. Apabila dibiarkan akan

mengakibatkan penurunan stabilitas dari jaringan sekitar pergelangan tangan

dan dapat menghambat pergerakan sendi (Fitriani, 2012).

3. Lingkup Gerak Sendi Phalanges

Metode International Standard Orthopedic Measurement (ISOM) (Djohan et

al., 2016)

Tabel 2.1 Lingkup Gerak Sendi Phalanges

Gerakan Letak Goniometer Rom Normal

Metacarpophalanges

Ekstensi/Fleksi thumb Bagian dorsum MCP S: - -

Ekstensi/Fleksi jari 2-3 Bagian dorsum MCP S: - -

Abduksi/Adduksi thumb Bagian dorsum MCP F: - -

Proximal

Interphalanges

Ekstensi/Fleksi thumb Bagian dorsum IP S: - -

Ekstensi/Fleksi jari 2-3 Bagian dorsum IP F: - -

Distal Interphalanges

Ekstensi/Fleksi jari 2-3 Bagian dorsum IP S: - -

4. Alat Ukur

Pada pengukuran lingkup gerak sendi menggunakan alat ukur goniometer.

Istilah goniometer berasal dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu gonia artinya

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/64852/2/BAB II.pdfmemperkiran bahwa prevalensi carpal tunnel syndrome yang pada populasi dewasa adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). Kejadian CTS

20

sudut dan meter yang artinya ukur (Fitriani, 2012). Goniometri digunakan untuk

mengukur dan mendata kemampuan gerakan suatu sendi yang aktif dan pasif.

Goniometri merupakan bagian penting dari keseluruhan evaluasi sendi. Tujuan

dilakukannya pengukuran adalah untuk mengetahui besarnya LGS suatu sendi,

membantu menegakkan diagnosis fisioterapi, membantu menentukan tindakan

fisioterapi, dan mengevaluasi keberhasilan program terapi. Berikut ini merupakan

gambar goniometer phalanges

Gambar 2.7 Goniometer Phalanges

(Sumber : Fitriani, 2012)

Pada pemeriksaan LGS pasif struktur pada tiap sendi dapat terasa. Beberapa

sendi LGS nya dibatasi oleh kapsul sendi, ligamen. Ketegangan otot, benturan

permukaan sendi dan jaringan lunak. Rasa yang dapat dirasakan oleh seseorang

yang melakukan pemeriksaan pada akhir ROM pasif disebut dengan end feel.

Menentukan end feel harus dilakukan secara perlahan untuk merasakan akhir

gerakan sendi dan membedakan antara fisiologi end feel dan patologi end feel.

C. Carpal Tunnel Syndrome

1. Definisi

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/64852/2/BAB II.pdfmemperkiran bahwa prevalensi carpal tunnel syndrome yang pada populasi dewasa adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). Kejadian CTS

21

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah salah satu penyakit yang mengenai

nervus medianus dikarenakan adanya tekanan pada neuropati (entrapment

neuropathy). Penyebabnya edema fascia pada terowongan karpal maupun kelainan

pada tulang-tulang tangan yang dapat menimbulkan penekanan pada nervus

medianus di pergelangan tangan. CTS merupakan kelemahan yang terjadi pada

pergelangan tangan yang disertai adanya nyeri, paraestesia jari-jari yang mendapat

inervasi dari saraf medianus, kelamahan dan atrofi otot tenar. (Bahrudin, 2013).

Gejala yang ditimbulkan umumnya dimulai dengan gejala sensorik walaupun

pada akhirnya dapat pula menimbulkan gejala motorik. Pada awalnya gejala yang

sering dijumpai adalah adanya rasa nyeri, tebal (numbness), dan rasa seperti

kesetrum/aliran listrik (tingling) pada daerah yang diinervasi oleh nervus

medianus. Seringkali gejala ini timbul di malam hari yang menyebabkan penderita

terbangun dari tidurnya. Jika, dibiarkan terus-menerus penyakit ini dapat

berlangsung terus secara progresif dan semakin memburuk (Wiqcek, 2007).

Berikut ini merupakan gambar carpal tunnel syndrome

Gambar 2.8 Carpal Tunnel Syndrome

(Sumber : Harvey, 2012)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/64852/2/BAB II.pdfmemperkiran bahwa prevalensi carpal tunnel syndrome yang pada populasi dewasa adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). Kejadian CTS

22

2. Epidemiologi

Menurut Bahrudin (2011) National Health Interview Study (NIHS)

memperkiran bahwa prevalensi carpal tunnel syndrome yang pada populasi dewasa

adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). Kejadian CTS pada populasi diperkirakan 3% pada

wanita dan 2% pada laki-laki dengan prevalensi CTS dialami sekitar umur 40-60

tahun dan tertinggi pada wanita dengan usia >55 tahun.

3. Patofisiologi

Gerakan yang dilakukan secara berulang-ulang dan statis menyebabkan

kontraksi otot secara terus-menerus yang akan menimbulkan spasme dan sirkulasi

darah tidak lancar. Hal ini menyebabkan penumpukan asam laktat dan zat-zat kimia

seperti bradikinesia dan histamine. Penumpukan zat-zat tersebut merangsang ujung-

ujung saraf nyeri dan akan diteruskan ke medulla spinalis. Kemudian akan

dilanjutkan oleh saraf acendent disampaikan ke otak lalu timbullah rasa nyeri.

Adanya rasa nyeri menyebabkan penderita mengalami keterbatasan gerak. Jika hal

ini terus dibiarkan maka akan menimbulkan kelemahan otot dan menyebabkan

gangguan pada fungsi dan gerak yang berhubungan dengan fungsi pada pergelangan

tangan (Abdullah, 2013).

4. Etiologi

Penyebab dari CTS masih belum diketahui atau idiopatik secara pasti, namun

ada beberapa kelainan anatomis dan struktural yang menyebabkan terjadinya

penyakit ini, disebut dengan secondary CTS (Chammas et al., 2013).

a. Idiopathic Carpal Tunnel Syndrome

Idiophatic CTS sebagian besar dialami oleh wanita (65%-80%) dan antara

usia 40-60 tahun. 50- 60% terjadi pada kasus bilateral. Berhubungan dengan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/64852/2/BAB II.pdfmemperkiran bahwa prevalensi carpal tunnel syndrome yang pada populasi dewasa adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). Kejadian CTS

23

hipertrofi membran synovial dan tendon fleksor yang dipicu oleh degenerasi

jaringan ikat, sclerosis pembuluh darah, edema dan fragmentasi kolagen. Data

medis meta-analisis didapatkan bahwa jenis kelamin, umur, genetik, dan

antropometri adalah fakor dari predisposisi yang penting. Gerakan yang

berulang, paparan terhadap getaran, suhu dingin, obesitas, dan merokok juga

menjadi faktor terjadinya CTS.

b. Secondary Carpal Tunnel Syndrome

Kategori Secondary CTS lebih ditekankan pada abnormalitas dari struktur

disekitar terowongan karpal yang menyebabkan tertekannya saraf medianus.

Beberapa kondisi yang menyebabkan terjadinya kelainan struktur:

1) Abnormalitas dari bentuk atau posisi dari tulang karpal: dislokasi atau

subluksasi pada tulang karpal,

2) Abnormalitas dari bentuk distal tulang radius: fraktur dengan translasi lebih

dari 35% atau skewedconsolidation dari tulang distal radius, osteosynthesis

materialon anterior tulang radius,

3) Kelainan persendian: arthosis pada pergelangan tangan, arthritis inflamasi,

arthritis infeksius, rhizarthrosis dan villonodular synovitis.

5. Faktor Yang Mempengaruhi CTS

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) termasuk Cummulative Trauma Disorder yang

memiliki beberapa faktor sebagai berikut: (Chammas et al., 2013)

a. Gerakan repetitive,

b. Gerakan dengan tekanan: menekan, mendorong, mengangkat barang, dan

menarik,

c. Posisi tubuh yang statis: posisi tubuh menahan beban tanpa bergerak,

d. Gerakan cepat,

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/64852/2/BAB II.pdfmemperkiran bahwa prevalensi carpal tunnel syndrome yang pada populasi dewasa adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). Kejadian CTS

24

e. Kurangnya istirahat,

f. Masa kerja: pekerja dengan lama bekerja ≥20 tahun lebih beresiko mengalami

CTS,

g. Durasi kerja,

h. Usia

6. Gejala Klinis

Beberapa gejala yang umum pada CTS adalah nyeri pada pergelangan tangan,

rasa kesemutan, rasa nyeri, atau kebas pada bagian distal (jempol, telunjuk, jari

tengah dan sebagian jari manis), kemampuan menggenggam akan berkurang

sehingga akan mempengaruhi gerak fungsional (Ibrahim et al., 2012). Menurut

Ibrahim (2012) tanda dan gejala CTS dapat diklasifikasikan menjadi tiga tahap :

a. Tahap pertama : pasien mengalami gangguan tidur pada malam hari, adanya

rasa kebas dan bengkak pada tangan. Beberapa merasakan adanya nyeri berat

yang terasa dari pergelangan tangan sampai bahu seperti tertusuk yang

menyebabkan rasa tidak nyaman dari pergelangan tangan hingga jari-jari.

b. Tahap kedua : gejala mulai muncul disepanjang hari terutama saat melakukan

aktivitas statis dalam waktu yang lama dan pekerjaan yang berulang-ulang pada

pergelangan tangan. Terdapat gangguan motor deficit.

c. Tahap akhir : atropi pada otot thenar dan respon saraf medianus menjadi lambat

akibat kompresi pada carpal tunnel. Fase ini sensorik mulai berkurang,

kelemahan dan atropi pada m.abductor pollicis, terasa nyeri pada otot thenar dan

kompresi semakin berat.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/64852/2/BAB II.pdfmemperkiran bahwa prevalensi carpal tunnel syndrome yang pada populasi dewasa adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). Kejadian CTS

25

7. Pemeriksaan Spesifik

Menurut Park (2019) terdapat beberapa tes yang dapat dilakukan untuk

menegakkan diagnosa CTS, antara lain :

a. Test Tinel

Dilakukan untuk mendukung diagnosa bila timbul parastesia atau nyeri pada

distribusi nerve medianus. Dilakukan dengan cara melakukan perkusi pada

daerah terowongan karpal dengan posisi lengan tangan sedikit dorso flexi. Hasil

tes dinyakatakan positif jika timbul rasa kesemutan atau nyeri. Berikut ini

merupakan gambar test tinel

Gambar 2.9 Tinel test

(Sumber: Huldani, 2013)

b. Test Phalen

Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal dengan

punggung tangan. Tahan hingga 60 detik, bila timbul rasa kebas,

kesemutan,nyeri menjalar pada pergelangan tangan hingga jari-jari maka

hasilnya postif CTS. Tes ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa CTS

(Huldani, 2013). Berikut ini merupakan gambar test phalen

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/64852/2/BAB II.pdfmemperkiran bahwa prevalensi carpal tunnel syndrome yang pada populasi dewasa adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). Kejadian CTS

26

Gambar 2.10 Phalen Test

(Sumber : Huldani, 2013)

c. Wrist Compression Test

Kompresi di atas nervus medianus poximal wrist dengan ibu jari selama

30 detik. Positif jika nyeri (Badrunnesa et al., 2018). Berikut ini merupakan

gambar struktur anatomi writ compression test

Gambar 2.11 Wrist Compression Test

(Sumber: Park et al., 2019)

8. Diagnosa Banding

Menurut Rambe (2014) diagnosa banding carpal tunnel syndrome antara lain :

a. Cervical radiculopathy. Gejalanya berupa nyeri leher yang menyebar ke bahu,

lengan atas dan bawah, parasthesia dan kelemahan atau spasme otot. Keluhan

berukurang saat leher diistirahatkan. Distribusi gangguan sensorik sesuai

dermatom.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/64852/2/BAB II.pdfmemperkiran bahwa prevalensi carpal tunnel syndrome yang pada populasi dewasa adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). Kejadian CTS

27

b. Thoracic outlet syndrome. Gejala berupa atrofi pada otot-otot tangan lainnya

selain otot thenar. Gangguan sensorik dijumpai dari tangan dan lengan bawah

pada sisi ulnaris

c. Pronator teres syndrome. Keluhan lebih menonjol pada rasa nyeri di telapak

tangan daripada CTS karena percabangan nervus medianus ke kulit telapak

tangan tidak melalui terowongan karpal

d. De Quervain’s syndrome. Gejalanya rasa nyeri dan nyeri tekan pada

pergelangan tangan di dekat ibu jari. Tenosivitis dari tendon muskulus abductor

pollicis dan ekstensor pollicis brevis.

D. Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation

1. Definisi

TENS adalah alat yang menghasilkan arus listrik dan bekerja dengan cara

merangsang saraf untuk mengurangi rasa sakit. Alat ini dilengkapi elektroda yang

berfungsi untuk menyalurkan arus listrik yang dapat merangsang saraf pada daerah

yang mengalami nyeri. Arus listrik yang dihantarkan melalui elektroda akan terasa

dibawah kulit dan otot (Pranata, 2017). Sinyal dari tens berfungsi untuk

mengganggu sinyal nyeri mempengaruhi saraf-saraf dan memutus sinyal nyeri

sehingga penderita merasakan nyerinya berkurang. Dapat membantu tubuh untuk

memproduksi endorfin yang dapat menghalangi persepsi nyeri. TENS akan

mengaktifkan serat raba berdiameter besar (Aβ) tanpa mengaktifkan serat

nociceptive berdiameter yang lebih kecil (Aδ dan C), yang akan menghasilkan

substansi analgetik segmental yang di keluarkan otak secara cepat dan terlokalisir

pada dermatom yang bekerja pada sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer untuk

mengurangi nyeri. Penggunaan metode TENS akan memberikan efek vasodilatasi

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/64852/2/BAB II.pdfmemperkiran bahwa prevalensi carpal tunnel syndrome yang pada populasi dewasa adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). Kejadian CTS

28

sehingga secara otomatis otot akan terulur dan menambah lingkup gerak sendi

(Klaus, 2013).

2. Indikasi

Penggunaan TENS tidak menimbulkan ketagihan, tidak menyebabkan mual

muntah atau ngantuk dan dapat dilakukan kapan saja sesuai kebutuhan (Josimari et

al., 2008). Indikasinya antara lain nyeri akut, pada penggunaan nyeri akut jenis

TENS yang digunakan konvensional. Efektif untuk pengobatan nyeri tulang

belakang akut, strain, sprain tulang belakang. Pada beberapa kondisi kronis TENS

juga bisa diberikan seperti nyeri punggung bawah, rematoid arthritis, sendi

degeneratif, neuropati perifer, migran dan cedera saraf perifer.

3. Kontraindikasi

Adanya fraktur baru (menghindari gerakan yang tidak diinginkan), perdarahan

aktif, phlebitis, dan kerusakan pada sistem pacemaker jantung (Ganong, 2003).

4. Manfaat

TENS konvensial menghasilkan efek analgesia yang menginhibisi neuron

nosiseptif di kornu posterior medulla spinalis, hal ini dapat mengacu pada teori gate

control. TENS yang bersifat nosiseptif yang akan memacu algogenic chemical pain

(zat P: histamine, prostaglandin, dan bradikinin) yang berperan meneruskan

stimulus nosiseptif dengan merangsang reseptor enkepalin. Rangsangan pada

resepotor enkepalin merupakan stimulus prodomik yang akan diikuti dengan

pembebasan endorphin sehingga nyeri akan berkurang dan sendi mudah untuk

digerakkan (Haryanto & Kuntono, 2016).

5. Teknik Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation & Dosis

Pengaplikasian TENS pada kasus carpal tunnel syndrome yaitu dengan

menggunakan dua elektroda, yaitu dengan satu elektroda ditempatkan pada

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/64852/2/BAB II.pdfmemperkiran bahwa prevalensi carpal tunnel syndrome yang pada populasi dewasa adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). Kejadian CTS

29

ligamentum carpal, dan satu elektroda lainnya ditempatkan pada 10 cm diatasnya.

Waktu pemberian 20 menit dan dilakukan tiga kali dalam seminggu. Dengan

frekuensi 80-100Hz, dengan intensitas sesuai kemampuan pasien (Koca et al.,

2014). Berikut ini merupakan gambar penempatan elektroda TENS pada carpal

tunnel syndrome.

Gambar 2.12 Location of The TENS Electrodes

(Sumber : Tabatabai et al., 2016)

E. Neurodynamic Mobilization

1. Definisi

Neurodynamic Mobilization adalah teknik manipulatif dimana jaringan saraf

digerakkan dan diulurkan baik gerakan yang relatif terhadap sekitarnya (mechanical

interface) atau dengan pengembangan ketegangan (Nurfitriyah, 2013). Mechanical

Interface adalah sebagian besar jaringan yang secara anatomis berdekatan dengan

jaringan saraf yang dapat digerakkan secara bebas dari sistem saraf. NDM

menggunakan teknik tensioners dan sliding. Teknik sliding merupakan teknik

neurodynamic yang menggunakan pergerakan tubuh untuk menggerakkan saraf

dalam arah yang sama. Sedangkan untuk teknik tensioner merupakan teknik yang

menggerakkan struktur saraf kearah yang berlawanan. Teknik ini efektif diberikan

untuk permasalahan yang berfokus pada flexibilitas saraf dan nyeri kronis (Nugraha,

2019). Pada pemberian Neurodynamic mobilization secara perlahan akan

memberikan efek mekanik dengan adanya gerakan pada sendi-sendi, otot, dan saraf

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/64852/2/BAB II.pdfmemperkiran bahwa prevalensi carpal tunnel syndrome yang pada populasi dewasa adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). Kejadian CTS

30

yang akan ter-strech, sehingga nyeri akan berkurang dan lingkup gerak sendi

meningkat (Huldani, 2013).

2. Indikasi

Pemberian bisa dilakukan pada kelainan saraf tepi yang kondisinya masih baik

tetapi sensitifitasnya terganggu seperti parestesia, kesemutan dan kondisi nyeri

seperti nyeri tajam dan menjalar (Shacklock, 2005).

3. Kontraindikasi

Pada kondisi tertentu teknik ini tidak dianjurkan untuk dilakukan, seperti adanya

iritable, peradangan yang masih baru, tumor dan gejala lesi medulla spinalis

(Shacklock, 2005).

4. Manfaat

Menurut Brown, et al (2011) NDM memiliki manfaat berupa: melepaskan iritasi

saraf karena adnya penjempitan saraf, meningkatkan kelenturan pada saraf,

mobilisasi pada jaringan lunak, dan normalisasi sirkulasi darah pada jaringan saraf.

5. Teknik Neurodynamic Mobilization & Dosis

Pada teknik tension menggerakkan tangan dan leher secara berlawanan, yaitu

dengan posisi tangan abduksi shoulder dengan wrist dalam keadaan dorso flexi,

sedangkan leher dalam keadaan lateral flexi. Gerakan ini dilakukan secara

perlahan. Pada teknik sliding berkebalikan dari teknik sebelumnya, yaitu dengan

posisi tangan abduksi shoulder, elbow dalam posisi flexi dan wrist posisi palmar

flexi. Sedangkan posisi kepala lateral flexi kearah tangan tersebut. Gerakan

tersebut dilakukan dengan kepala akan bergerak dalam waktu yang sama secara

ipsilateral (Santana et al., 2019). Dilakukan sebanyak 20 kali (gerakan pertama 10

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/64852/2/BAB II.pdfmemperkiran bahwa prevalensi carpal tunnel syndrome yang pada populasi dewasa adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). Kejadian CTS

31

gerakan dan gerakan kedua 10 gerakan) dilakukan sebanyak tiga kali dengan

interval waktu istirahat 15 detik. Berikut ini merupakan gambar gerakan

neurodynamic mobilization

Gambar 2.13 Neurodynamic Mobilization

(Sumber : Henrique et al., 2009)