carpal tunnel syndrome
DESCRIPTION
Carpal Tunnel SyndromeTRANSCRIPT
CARPAL TUNNEL SYNDROME
I. Pendahuluan
A. Definisi
Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan neuropati tekanan/kompresi terhadap
nervus medianus di dalam terowongan carpal pada pergelangan tangan, tepatnya di
bawah flexor retinaculum. CTS merupakan kumpulan gejala dan tanda terjepitnya
nervus medianus sehingga menimbulkan rasa nyeri, parestesia, mati rasa, dan gejala
lain dalam distribusi saraf median karena kompresi di pergelangan tangan dalam
terowongan karpal. Mekanisme tidak sepenuhnya dipahami, tetapi dapat dianggap
kompresi saraf median perjalanan melalui terowongan karpal kelemahan otot tangan.
Tempat penekanan nervus medianus lainnya adalah didaerah siku. Hal ini
menimbulkan sindrom pronator, yaitu pada gerak pronasi lengan bawah secara
maksimal akan menimbulkan rasa nyeri.1,2
CTS lebih umum dijumpai pada wanita, puncaknya pada usia 42 tahun (40-60).
Resiko untuk menderita CTS sekitar 10% pada populasi dewasa. Sindroma ini juga
disebut dengan nama acropasresthesia median thenar neuritis atau partial thenar
atrophy.1,2
B. Anatomi Nervus Medianus
Wrist Joint disusun oleh 3 tulang : tulang radius, tulang ulna dan tulang carpal,
dimana terowongan carpal terletak di pergelangan tangan yang kerangkanya di bentuk
oleh 8 tulang carpal yang tersusun atas 2 deretan. Deretan proximal terdiri dari (lateral
dan medial: naviculare, lunatum, triquertum, dan pisiformis). Deretan distal
(trapezium, trapezoideum, capitatum dan hamatum). Tulang-tulang carpal tangan
susunannya membusur dengan bagian konkaf menghadap ke arah telapak tangan.
Ruangan ini tertutup oleh ligamentum karpi transversum sehingga terbentuk suatu
terusan yang sempit yang disebut terowongan carpal.2
1
Terowongan carpal ini mengandung banyak struktur, yaitu :
1. Empat tendo dari m. flexor digitorum superfisialis
2. Empat dari m. flexor digitorum profundus
3. Tendo dari m. flexor pollicis longus
4. N. medianus (De Wolf, 1994)
Nervus medianus, terbentuk dari fasikulus lateralis asal radiks C5, C6, C7 dan
fasikulus medialis C8 dan T1. Saraf medianus
Gambar 1. Anatomi Nervus Medianus.1,2
C. Epidemiologi
CTS merupakan penyakit neuropati yang paling sering dijumpai. Nervus
medianus mengalami tekanan pada saat berjalan melalui terowongan carpal
dipergelangan tangan menuju ke tangan.
Penyakit ini biasanya timbul pada usia pertengahan. Wanita lebih banyak
menderita penyakit ini dari pada pria. Umumnya pada keadaan awal bisa bersifat
unilateral tetapi bisa kemudian bilateral. Biasanya lebih berat pada tangan yang
dominan.1
2
D. Etiologi
Sebagian besar kasus CTS (>50%) bersifat idiopatik, tetapi berbagai kondisi
dapat berkontribusi sebagai penyebab, yaitu :
1. Kondisi kesehatan lain seperti artritis reumatoid, kelainan hormonal tertentu
seperti diabetes, kelainan tiroid, menopause, retensi cairan pada kehamilan.
2. Proses penuaan normal dengan peningkatan massa di tenosinovium.
3. Tekanan langsung atau lesi desak ruang di dalam carpal tunnel dapat
meningkatkan tekanan pada nervus medianus dan menyebabkan CTS.
4. Tenosinovitis yaitu peradangan membran musin tipis yang menyelimuti tendon.
5. Sindrome double-crush, kompresi atau iritasi nervus medianus di atas
pergelangan tangan
6. Aktifitas yang membutuhkan penggunaan tangan dengan kombinasi gerakan
berulang pergelangan tangan atau jari, dan pekerjaan yang menggunakan alat
yang menimbulkan getaran.
7. Faktor herediter : neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy,
misalnya HMSN (Hereditary Motor and Sensory Neuropathies) tipe III.
8. Trauma : dislokasi, fractur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan tangan
dan tangan. Sprain pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap pergelangan
tangan. Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergerakan tangan
yang berulang-ulang.
9. Neoplasma : kista ganglion, lipoma, mieloma.
E. Tanda Dan Gejala Klinis
Umumnya keluhan timbul berangsur-angsur dan yang spesifik adalah :
a. Rasa nyeri di tangan yang biasanya timbul di malam atau pagi hari dan penderita
sering terbangun karena nyeri ini. Penderita sering berusaha sendiri mengatasi
keluhannya dengan meninggikan letak tangannya, dengan menggerak-gerakkan
tangan atau mengurut, ternyata rasa nyeri dapat dikurangi. Keluhan juga
berkurang bila tangan/pergelangan lebih banyak istirahat dan sebaliknya.
3
b. Rasa kebas, semutan, kurang berasa, tingling (seperti kena strom) biasanya jari 1,
2, 3 dan ½ jari ke 4 tapi tak pernah keluhan pada jari 5.
Gambar 2. Dermatom Nervus Medianus
c. Kadang-kadang rasa nyeri dapat terasa sampai lengan atas dan leher, tapi rasa
kebas, semutan hanya terbatas distal pergelangan tangan saja.
d. Jari-jari, tangan dan pergelangan bengkak dan kaku terutama pagi hari dan
menghilang setelah mengerjakan sesuatu.
e. Gerakan jari kurang terampil seperti menyulam/memungut benda kecil.
f. Ada juga penderita yang datang dengan keluhan otot telapak tangannya mengecil
dan makin lama makin ciut.
Gambar 3. Atrofi Otot Pada CTS
4
F. Patofisiologi
Pergelangan tangan mempunyai struktur anatomi yang rumit dan aktif. Carpal
tunnel yang mirip terowongan berada di pergelangan tangan, dibentuk delapan tulang
karpal dan fleksor retinaculum atau ligamentum carpal transversalis. Didalam tunnel
(terowongan) ini lewat atau tersususn secara rapat fleksor digitorum profunda dan
superfisialis, feksor digitorum dan nervus medianus.
Terjadinya sindrom ini bertumpu pada pertumbuhan patologis yang diakibatkan
oleh adanya iritasi secara terus menerus pada nervus medianus di daerah pergelangan
tangan. Banyak faktor yang dapat mengawali timbulnya sindrom ini. Namun khusus
pada pemakai komputer, faktor iritasi lokal terhadap nervus medianus inilah yang
tampaknya perlu mendapat perhatian lebih banyak.
Bila kedudukan antara telapak tangan terhadap lengan bawah bertahan secara
tidak fisiologis untuk waktu yang cukup lama, maka gerakan-gerakan tangan akan
menyebabkan tepi ligamentum transversum bersentuhan dengan saraf medianus
secara berlebihan. Hal ini yang dapat terjadi. Ada bagian persendian tangan yang
mengalami tekanan atau regangan yang berlebih dan sebagai mekanisme kompensasi,
tubuh berusaha memperkuat bagian yang mendapat beban tidakk fisiologis ini antara
lain dengan mempertebal ligamentum karpi transversum. Penebalan ini akan
mempersempit terowongan tempat lewatnya saraf dan urat, dan lebih berat lagi akan
menjepit syaraf.
Pada operasi tak jarang dijumpai perubahan struktur pada nervus medianus di
daerah proksimal dari tepi atas ligamentum karpi transversum, tanpa diikuti oleh
penebalan ligamentumnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua
penyebab diatas dapat berjalan terpisah ataupun bersamaan.
Nervus medianus sendiri mulai dari daerah pergelangan tangan, 94% merupakan
serabut perasa/sensoris, sedangkan 6% merupakan serabut motoris yang kearah ibu
jari. Dengan demikian pada awalnya gejala lebih banyak ditandai dengan kejadian
parestesia seperti kesemutan, rasa terbakar. Sampai ke hipoanestesia (sampai
hilangnya rasa raba). Bila sudah ada gerak motorik (otot pangkal ibu jari tangan mulai
mengecil, kekuatan berkurang) maka iritasi kemungkinan sudah berlangsung sejak
lama.
5
G. Patogenesa
Ada beberapa hipotesa mengenai patogenesa CTS. Sebagian besar penulis
berpendapat bahwa faktor mekanik dan vascular memegang peranan penting dalam
terjadinya CTS. Umumnya CTS terjadi kronis dimana terjadi penebalan fleksor
retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang
berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan intravasikuler.
Akibatnya aliran darah vena vesikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan
mengganggu nutrisi intra vasikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak
endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga
terjadi edema epineural. Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan
sebab yang timbul terutama pada malam atau pagi hari akan berkurang setelah tangan
yang terlibat digerak-gerakkan (mungkin akibat terjadi perbaikan sementara pada
aliran darah). Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang
merusak serabut saraf. Lama kelamaan saraf menjadi atrofi dan digantikan oleh
jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus terganggu secara
menyeluruh.2,3
Pada CTS akut biasanya terjadi penekanan yang melebihi tekanan perfusi kapiler
sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf. Keadaan iskemik
ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan intravasikular yang menyebabkan
berlanjutnya gangguan aliran darah. Selanjutnya terjadi vasodilatasi yang
menyebabkan edema sehingga sawar darah-saraf terganggu. Akibatnya terjadi
kerusakan pada saraf tersebut.
H. Diagnosis
a. Anamnesa
Pasien biasanya mengeluh kesemutan yang hilang timbul di daerah yang
dipersarafi nervus medianus. Gejala pertama CTS dapat timbul saat pasien sedang
tidur. Seiring dengan memburuknya gejala, orang merasa kesemutan sepanjang
hari. Salah satu diagnosisnya adalah nervus medianus tidak mempersarafi
kelingking. Lainnya adalah gejala muncul pada saat menggenggam telepon,
membaca koran, memegang setir atau saat terbangun tengah malam. Gejala
6
biasanya timbul bilateral, perlahan-lahan dan makin progresif. CTS lebih sering
mengenai tangan yang dominan.3,4
b. Pemeriksaan Fisik
1. Tes provokatif
Manuver Phallen’s. Siku pasien diletakkan diatas meja, lengan bawah tegak
lurus terhadap meja dan pergelangan tangan difleksikan. Posisi ini ditahan
selama 60 detik. Tes dikatakan positif bila rasa baal atau kesemutan muncul
pada jari-jari sisi radial.
Gambar 4. Phalen’s Test
Tanda Tinel. Dilakukan dengan cara perkusi ringan dipergelangan tangan
bagian volar diatas nervus medianus untuk membangkitkan sensasi
kesemutan.
Tanda Flick, yaitu menggoyang atau menjentikkan tangan untuk meredakan
gejala yang timbul
Thenar Wasting. Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi
otot-otot thenar.
Wrist Extension Test. Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal,
sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat
7
dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes
ini menyokong diagnosa CTS.
2. Pemeriksaan Sensorik
Sensibilitas getar, garpu tala 256Hz digetarkan, lalu diujung jari pasien. Tes
dianggap positif bila sensasi getar berkurang.
Diskriminasi 2 titik (two point discrimination). Gagal mengidentifikasi
adanya 2 benda yang menyentuh kulit dengan jarak lebih dari 6 mm.
3. Pemeriksaan Penunjang
i. Elektrofisiologi Diagnostik
Electromyography (EMG). Dapat ditemukan gelombang tajam, potensial
fibrilasi, dan aktivitas insersional yang meningkat.
Kecepatan hantar saraf. Sinyal akan tertangkap lebih lambat dan lemah.
ii. Pencitraan
Roentgen. Dilakukan foto polos pergelangan tangan (osteofit, deposit
kalsium)
MRI
USG. Terdapat peningkatan area cross-sectional dari nervus medianus di
carpal tunnel dibandingkan dengan kontrol.
iii.Laboratorium
Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda
tanpa adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan seperti gula darah puasa, fungsi ginjal, kadar hormon tiroid
ataupun darah lengkap.
8
I. Diagnosa Banding
1. Cervical radiculopathy
2. Inoracic Outlet Syndrome
3. Pronator teres syndrome
J. Penatalaksanaan
Non operasi
1. Bidai pergelangan tangan. Biasanya digunakan pada pasien dengan gejala yang
ringan sampai sedang yang berlangsung kurang dari satu tahun. Bidai digunakan
pada malam hari untuk mereposisi tangan, mencegah fleksi atau ekstensi tangan
saat tidur yang bisa meningkatkan tekanan.
2. Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID). NSAID bisa membantu mengilangkan
nyeri ringan sampai sedang. Ibuprofen biasanya adalah obat pilihan untuk terapi
awal. Obat pilihan lain meliputi ketoprofen dan naproxen.1
3. Kortikosteroid. Metilpednisolon atau hidrokortison bisa disuntikkan langsung ke
carpal tunnel untuk menghilangan nyeri. Kortikosteroid akan mengurangi
peradangan, sehingga mengurangi tekanan pada nervus edianus. Kortikosteroid
oral (sistemik) tidak seefektif kortikosteroid injeksi dalam mengatasi CTS.
4. Fisioterapi. Prosedur ini harus diarahkan secara spesifik terhadap pola nyeri/gejala
dan disfungsi yang ditemukan.1
Operasi
Umumnya terapi nonoperasi efektif untuk kasus ringan. Jika gejala CTS
menetap, direkomendasikan terapi operasi Carpal tunnel. Penelitian menunjukkan
bahwa prosedur operasi lebih baik dari pada injeksi steroid.
Tujuan operasi carpal tunnel adalah membelah lapisan transkutaneus
(TCL/Transcutaneus Layer). Ketika TCL dipoton, tekanan nervus dibawahnya akan
berkurang.
9
K. Pencegahan
1. Relaksasi dan kurangi kekuatan pegangan
2. Istirahatlah lebih sering
3. Perhatikan posisi tangan
4. Perbaikan postur tubuh
5. Jaga agar tangan cepat hangat
6. Kurangi berat badan jika terdapat obesitas
7. Terapi penyakit yang bisa menyebabkan CTS
L. Prognosis
Prognosis biasanya baik. Beberapa faktor bisa menyebabkan prognosis menjadi
lebih buruk, seperti status mental dan penggunaan alkohol. Penelitian menunjukkan
bahwa 34% pasien CTS idiopatik mengalami resolusi sempurna (remisi) dalam 6
bulan. Tingkat remisi lebih tinggi pada kelompok usia muda, wanita dan selam
kehamilan. Indikator prognosis yang positif adalah durasi gejala yang singkat dan usia
muda. Sedangkan, gejala bilateral dan manuver Phalen yang positif merupakan
indikator prognosis yang buruk.
10
II. Ilustrasi Kasus
Status pasien
I. Data Dasar
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Nomor MR : 096220
Umur : 71 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Alamat : Solok
Tanggal masuk : 25 November 2014
b. Anamnesa
Keluhan utama :
Rasa baal dan kesemutan pada kedua telapak tangan sejak 3 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Rasa baal atau kebas pada tangan, dan di sertai dengan kesemuatan pada
tangan sejak 3 bulan yang lalu, kesemutan dirasakan saat setelah aktivitas berat,
kesemutan dirasakan selama ± setengah jam dan kesemutan menjalar ke bahu.
Nyeri meluas dari pergelangan tangan dan turun ke telapak tangan. Nyeri pada
jari – jari tangan seperti di tusuk dan di sayat, biasanya dirasakan saat malam hari,
terutama pada ke 3 jari, jari tengah, telunjuk dan jari manis, nyeri hilang bila
menggoyangkan atau menjentikkan tangannya. Pasien mengeluhkan susah untuk
menggenggam barang, tetapi belum pernah menjatuhkan barang yang di pegang.
Riwayat Penyakit Dahulu :
11
Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada riwayat penyaki
Ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini. Orang tua pasien
dan saudaranya.
Riwayat Pribadi dan Sosial :
Pasien seorang ibu rumah tangga dan petani.
c. Pemeriksaan Fisik
- Umum
o Keadaan umum : Sakit sedang
o Kesadaran : Compos mentis kooperatif
o Tekanan darah : 130/80 mmHg
o Nadi : 78 x/menit
o Pernafasan : 21 x/menit
o Suhu : 36,8OC
o Tinggi badan : 156 cm
o Berat badan : 63 kg
Mata : Tidak ikterik
Paru : Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi : Fremitus sama di kedua lapang paru
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, tidak ada whezzing dan
ronki.
Jantung : Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di LMCS sinistra, dibawah
lipatan mammae
Perkusi : Perkusi redup, batas jantung normal
12
Auskultasi : Irama teratur, bising tidak ada
Abdomen : Inspeksi : Perut tidak membuncit.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri lepas
abdomen
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik usus normal
- Status Neurologis
o GCS : E4 M6 V5
o Tanda rangsangan meningeal
Kaku kuduk (-)
Brudzinsky I (-)
Brudzinsky II (-)
Tanda Kernig (-)
o Tanda peningkatan tekanan intrakranial
Muntah proyektil (-)
Sakit kepala progresif (-)
o Pemeriksaan Nn. Kranialis
N.I : Baik
N.II : Visus 3/60, lapangan pandang baik, reflek
cahaya +/+
N.III, IV, VI : Pupil bulat, diameter 3 mm, gerakan bola mata
bebas ke segala arah. Refleks kornea (+) bisa
membuka mulut, menggerakkan rahang ke kiri
dan kanan.
N. VII : Bisa menutup mata, mengangkat alis simetris,
plikanasolabialis simetris.
N. VIII : Fungsi pendengaran baik
N. IX, X : Arcus faring simetris, uvula di tengah, refleks
muntah (+)
N. XI : Baik
13
N. XII : Lidah simetris
o Pemeriksaan Koordinasi
Cara berjalan : Pasien susah berjalan, karena pasien mengeluh
sakit pinggang
Disatria : -
o Pemeriksaan Fungsi Motorik
Berdiri dan berjalan : Pasien tidak kuat berdiri lama dan sakit
berjalan
Gerakan :
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Aktif aktif Kurang aktif Aktif
Kekuatan 444 555 555 555
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus
o Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas nyeri : Pemeriksaan nyeri tidak terasa pada metakarpal
bilateral.
Sensibilitas rabaan : Pemeriksaan rabaan tidak terasa pada kedua
metekarpal
o Sistem Refleks
Fisiologis Kanan Kiri
Kornea Ada Ada
Masseter Ada Ada
Biseps Normal Normal
Triseps Normal Normal
APR Normal Normal
KPR Normal Normal
Patologis
Babinsky Tidak Ada Tidak Ada
14
Chaddock Tidak Ada Tidak Ada
o Fungsi Otonom
Miksi : Ada
Defekasi : Ada
o Pemeriksaan Khusus CTS :
Tes provokatif
Manuver phallen
Positif : rasa baal atau kesemutan muncul pada sisi radial.
Tanda Tinel
Positif : pasien merasa nyeri pada jari – jari.
Tanda Flick
Positif : pasien merasa nyeri atau kesemutan hilang bila
menggoyangkan tangannya.
Pemeriksaan sensorik
Sensibilitas getar
Tes positif : sensasi getar berkurang.
Diskriminasi 2 titik
Gagal mengindentifikasi adanya 2 benda yang menyentuh kulit
dengan dengan jarak lebih dari 6 mm.
d. Pemeriksaan penunjang
Tidak ada dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya.
15
II. Diagnosa
# Diagnosa Klinis : Rasa baal pada kedua telapak tangan, dan kesemutan
pada kedua tangan.
# Diagnosa Topik : Nervus medianus
# Diagnosa Etiologis : Trauma mekanik
# Diagnosa Sekunder : Obesitas
III. Differensial Diagnosa
# Radikulopati servical
# Inoracic Outlet Syndrome
# Pronator teres syndrome
IV. Prognosa
# Vitam : Baik
# Sonam : Dubia
# Fungtion Lesa : Dubia malam
V. Pemecahan Masalah
# Umum/Suportif
Bidai pergelangan tangan. Biasanya digunakan pada pasien dengan gejala
yang ringan, sampai dengan yang berlangsung kurang 1 tahun. Bidai di gunakan
pada malam hari untuk mereposisi tangan, mencegah flexi, atau extensi gtangan
saat tidur yang bisa meningkatkan tekanan.
# Khusus
16
- Obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID), bisa membantu menghilangkan nyeri
jika terdapat peradangan. Ibuprofen biasanya adalah obat pilihan untuk terapi
awal. Obat pilihan lain meliputi ketoprofen, dan naproxen.
- Kortikosteroid. Metilprednisolon atau hidrokortison bisa di suntikan langsung ke
carpal tunnel untuk menghilangkan nyeri. Kortikosteroid akan mengurangi
peradangan, sehingga megurangi tekanan pada nervus medianus
- Fisioterapi.
- Operasi. Jika gejala CTS menetap direkomendasikan terapi operasi carpal tunnel.
Tujuan operasi carpal tunnel adalah membelah lapisan transkutaneus. Ketika TCL
dipotong, tekanan nervus dibawahnya akan berkurang.
17
III. Pembahasan
Seorang pasien perempuan umur 71 tahun, pekerjaan petani, datang ke Poli Saraf
dengan kebas dan kesemutan kedua tangan sejak 3 bulan yang lalu. Mula – mula pasien
mengalami sering kesemutan pada kedua tangan, kelumpuhan pada anggota gerak kanan
4 tahun yang lalu secara tiba – tiba, kemudian pasca kelemahan anggota gerak kanan
pasien merasakan gemetar pada tangan kiri. Namun 1 tahun terakhir gemetar yang
dirasakan pasien bertambah. Gemetar bertambah ketika pasien istirahat dan berkurang
ketika pasien aktivitas. Pasien mengeluhkan langkah kaki ketika berjalan menjadi kecil
dan sulit mengenakkan alas kaki pada kaki kanan. Pada saat berdiri pasien cendrung akan
terjatuh.
Gangguan tidur tidak ada, BAB dan BAK tidak ada kelainan. Tidak ada gangguan
daya ingat, riwayat trauma/kecelakaan/jatuh terduduk umumnya tidak ada, dan pasien
belum pernah merasakan sakit seperti ini sebelumnya dan anggota tidak ada mengalami
sakit seperti ini.
18
IV. Kesimpulan
Sindroma Terowongan Karpal (STK) adalah neuropati jebakan yang sering
ditemukan, lebih banyak mengenai wanita dan sering ditemukan pada usia pertengahan,
Tetapi istilah STK baru digunakan pertama kali oleh Moersch pada tahun 1938.
Sindroma ini bisa unilateral maupun bilateral.
Sebagian kasus STK tidak diketahui penyebabnya sedangkan pada kasus yang
diketahui, penyebabnya sangat bervariasi. Kebanyakan penulis berpendapat bahwa STK
mempunyai hubungan yang erat dengan penggunaan tangan secara repetitif dan
berlebihan.
Gejala awal STK umumnya hanya berupa gangguan sensorik seperti rasa nyeri,
parestesia, rasa tebal dan tingling pada daerah yang diinnervasi nervusmus. Gejala-gejala
ini umumnya bertambah berat pada malam hari dan berkurang bila pergelangan tangan
digerak-gerakkan atau dipijat. Gejala motorik hanya dijumpai pada penderita STK yang
sudah berlangsung lama, demikian pula adanya atrofi otot-otot thenar.
Penegakan diagnosa STK didasarkan atas gejala klinis dan pemeriksaan fisik yang
meliputi berbagai macam tes. Pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan
radiologis, laboratoris dan terutama pemeriksaan neurofisiologi dapat membantu usaha
menegakkan diagnosa.
Penatalaksanaan STK dikelompokkan atas 2 dengan sasaran yang berbeda. Terapi
yang langsung ditujukan terhadap STK harus selalu disertai terapi terhadap keadaan atau
penyakit yang mendasari terjadinya STK. Terapi terhadap STK dikelompokkan lagi atas
terapi konservatif dan terapi operatif (operasi terbuka atau endoskopik). Sekalipun
prognosanya baik, kemungkinan kambuh masih tetap ada.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Moeliono F. Etiologi Diagnosis dan Terapi Sindrom Terowongan Karpal ( S.T.K.)
atau (Carpal Tunnel Syndrome /CTS).Neurona. 1993; 10 : 16-27.
2. McCartan, B; Ashby, E; Taylor, EJ; Haddad, FS (Apr 2012). "Carpal tunnel
syndrome.". British journal of hospital medicine (London, England : 2005) 73 (4):
199–202. PMID 22585195.
3. George dewanto, dkk. Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf.EGC. 2009. Hal
120 – 123.
4. Suryamiharja. Andradi. Penuntun Penatalaksanaan Nyeri Neuropatik. Bagian/SMF
Ilmu Penyakit Saraf Dan FK UI.2007
5. Latov, Norman. Peripheral Neuropaty. New York: Demos Medical Publishing.2007.
6. Mardjono. Mahar, Sidharta P . Neurologis Klinis Dasar. Jakarta; Dian Rakyat .2008.
hal
7. Bachrodin,Moch. Carpal Tunnel Syndrome, Malang: fk UMM. 2011.vol. 7 no. 14.
20
21