bab ii sekilas tentang pembimbing dan materi dalam...
TRANSCRIPT
21
BAB II
SEKILAS TENTANG PEMBIMBING DAN MATERI DALAM
BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
2.1. Pembimbing
2.1.1. Pengertian Pembimbing
Pembimbing atau konselor adalah seseorang yang karena
keahliannya memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami
kesulitan-kesulitan atau masalah-masalah yang mana orang tersebut
tidak bisa mengatasinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Menurut
Sayuti, (1988: 12) Pembimbing adalah orang yang mempunyai
kompetensi (kewenangan) untuk melakukan bimbingan dan konseling
Islami.
Sedangkan dalam buku “Bimbingan dan Konseling Islami”
pembimbing adalah orang yang menguasai bimbingan dan konseling
sosial Islami (Faqih, 2001: 47).
Pembimbing sama halnya da’i yang memberikan petuah-
petuah dengan nada ucapan dan gaya yang menyejukkan hati, maka
orang yang mendengarnya seperti tersiram dengan air sejuk. Dalam
pandangan Islam, seorang imam atau ulama’ secara built-in, juga
dipandang oleh para pengikutnya, kecuali sebagai guru dan pendidik
juga sebagai penyuluh atau counselor agama yang tugasnya menjadi
“juru penerang”, pemberi petunjuk kearah jalan kebenaran, juga
sebagai “juru pengingat” (muzakkir) sebagai “juru penghibur”
22
(mubassyir) hati duka serta “mubaligh” (penyampai pesan-pesan
agama), yang perilaku sehari-harinya mencerminkan “uswatun
hasanah” (contoh tauladan yang baik) ditengah umatnya (Arifin, 1996:
30).
Jadi dari penjelasan di atas yang disebut dengan pembimbing
adalah orang yang mempunyai keahlian untuk memberikan bimbingan
terhadap seseorang atau orang-orang yang bermasalah terhadap pribadi
dan lingkungan untuk mengambil sikap yang terbaik.
Begitu juga, untuk menjadi pembimbing tidaklah mudah,
sebab untuk menjadi profesi yang bergerak di bidang bimbingan dan
penyuluhan seorang konselor atau pembimbing dituntut memiliki
persyaratan khusus.
2.1.2. Syarat-Syarat Pembimbing
Adapun syarat-syarat untuk menjadi konselor atau
pembimbing yaitu:
a. Memiliki tiga sikap pokok antara lain:
1). Sikap menerima berarti bahwa konselor menerima siswa sebagai
adanya dan tidak segera “mengadili” siswa tentang kebenaran
dari pendapat/perasaan/perbuatannya.
2). Sikap ingin memahami menuntut dari pembimbing agar dia
berusaha sekuat tenaga untuk menangkap dengan jelas dan
lenkap hal-hal yang sedang dikemukakan oleh siswa, baik
dengan kata-kata maupun dengan isyarat yang lain. Maka
23
pembimbing atau konselor harus berusaha ikut merasakan
(empaty) apa yang diungkapkan dan apa yang dialami oleh
siswa.
3). Sikap bertindak dan berbicara secara jujur berarti bahwa konselor
tidak boleh berpura-pura, sehingga dalam pandangan siswa
pembimbing atau konselor kelihatan “spontan”.
b. Kepekaan terhadap apa yang terdapat “dibelakang” kata-kata
kelayan.
c. Kemampuan dalam cara berkomunikasi yang tepat (rapport).
d. Meskipun seorang pembimbing atau konselor di panti juga berfungsi
sebagai pendidik, tetapi janganlah pembimbing itu
bertindak/berlagak “dominan”.
e. Memiliki kesehatan jasmani dan mental yang layak.
f. Menaati kode etika jabatan, yang meliputi seperti sikap, ketrampilan,
syarat pendidikan, penggunaan informasi yang diperoleh dari
konseli, penggunaan testing, hak dan kewajiban anggota profesi
konselor (Winkel, 1991: 87-88).
Sedangkan syarat-syarat menjadi pembimbing atau konselor
Islami sebagai berikut:
1) Memiliki pribadi yang menarik, serta rasa berdedikasi yang tinggi
dalam tugasnya.
24
2) Menyakini tentang mungkinnya anak bimbing mempunyai
kemampuan untuk berkembang sebaik-baiknya bila disediakan
kondisi dan kesempatan yang fovurable untuk itu.
3) Memiliki rasa commited dengan nilai-nilai kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan untuk mengadakan komunikasi baik dengan
anak bimbing maupun lainnya.
5) Bersikap terbuka artinya tidak memiliki watak yang suka
menyembunyikan sesuatu maksud yang tidak baik.
6) Memiliki keuletan dalam lingkungan tugasnya termasuk pula
lingkungan sekitarnya.
7) Memiliki rasa cinta terhadap orang lain
8) Memiliki perasaan sensitif terhadap kepentingan anak bimbing
9) Memiliki kecekatan berfikir, cerdas sehingga mampu memahami
yang dikehendaki kelayan
10) Memiliki personality yang sehat dan bulat, tidak terpecah-pecah
jiwa (frustasi)
11) Memiliki ketenangan jiwa (kedewasaan) dalam segala perbuatan
lahiriyah dan batiniyah
12) Memiliki sikap mental suka belajar dalam ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan tugasnya
13) Bilamana pembimbinng tersebut bertugas di bidang agama,
berakhlak mulia, serta aktif menjalankan ajaran agamanya dan
sebagainya (Arifin, 1949: 50-51).
25
Syarat lain pembimbing atau konselor Islami dikelompokkan
sebagai berikut:
a) Kemampuan keahlian (professional)
Pembimbing dam bimbingan konseling Islami tentu
haruslah merupakan orang yang memiliki kemampuan keahlian
atau professional di bidang tersebut. Dengan istilah lain dikatakan
yang bersangkutan merupakan seorang “alim” di bidangnya.
Keahlian (kealiman) dalam hal ini merupakan syarat mutlak, sebab
apabila yang bersangkutan tidak menguasai bidangnya, maka
bimbingan konseling tidak akan mencapai sasarannya, tidak akan
berhasil. Hadits Nabi sebagai berikut:
)البخارىه وار(د األمر إلى غير أهله فانتظر الساعة وسا إذ
Artinya: “Apabila sesuatu perkara diserahkan (penanganannya) kepada orang yang bukan ahlinya, tunggu sajalah saat (ketidak berhasilan atau kehancurannya)" (H.R.Bukhari).
b) Sifat kepribadian yang baik (akhlakul-karimah)
1. Siddiq (mencintai dan membenarkan kebenaran)
Pembimbing harus memiliki sifat siddiq, yakni cinta pada
kebenaran dan mengatakan sesuatu yang memang benar, sesuai
dengan firman Allah SWT:
م بين الناس بما أراك الله وال كحت إليك الكتاب بالحق لان أنزلانإ
)105:ءسالنا(تكن للخائنين خصيما Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab
kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah
26
Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penentang (orang yang tidak bersalah) karena (membela) orang-orang yang khianat” (Q.S. An-Nisa: 105).
2. Amanah (bisa dipercaya)
Pembimbing harus dapat dipercaya, dalam arti yang
bersangkutan mau dan mampu menjaga rahasia orang yang
menjadi yang dibimbing. Sesuai dengan sabda Rasulullah
SAW,
)طبرانى عن ابن عمرالوار(ن لمن الأمانة له ماإيال
Artinya: “Tidak beriman orang yang tidak menunaikan amanat”(H.R.Thabrani dari Ibnu Umar).
3. Tabliqh (mau menyampaikan apa yang layak disampaikan).
Pembimbing harus bersedia menyampaikan apa yang layak
disampaikan. Kalau ia mempunyai ilmu, ia bersedia
menyampaikan ilmunya tersebut kepada yang dibimbingnya.
Kalau dimintai nasihat, bersedia memberikan nasihat sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya. Hal itu sesuai dengan
hadits Rasul SAW;
ه وار( القيمة بلجام من النار وم اهللا يجم عن علم فكتمه الئل سمن
)أبو دواود والترمذى والحاكمArtinya : “Barangsiapa diminta (petunjuk, ilmu) tentang
sesuatu tetapi menyembunyikan (tidak mau memberitahukannya), maka Allah akan mengurungnya dalam kerangkeng apai neraka pada hari kiamat”. (HR. Abu Dawud, Turmudzi dan Hakim).
27
4. Fatonah (intelejen, cerdas, berpengetahuan).
Pembimbing harus memiliki kemampuan dan kecerdasan yang
memadai, termasuk sifat inovatif, kreatif, cepat tanggap, cepat
mengambil keputusan dan sebagainya. Pengetahuan dan
ketrampilan yang luas diperlukan untuk bisa membimbing
dengan efektif.
5. Mukhlis (ikhlas dalam menjalankan tugas).
Pembimbing harus ikhlas dalam menjalankan tugasnya karena
mengharapkan ridha Allah (lillahi ta’ala). Dengan bahasa
Jawanya “sepi ing pamrih rame ing gawe”. Ini sejalan dengan
firman Allah SWT;
وا ميو نفاءح ينالد له خلصينم وا اللهدبعوا إلا ليوا يقأمرم
)5:ةينلبا(الصالة ويؤتوا الزكاة وذلك دين القيمة
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadanya (muklis) dalam menjalankan agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan apa demikian itulah agama yang lurus”(QS. al-Bayyinah: 5)
6. Sabar
Pembimbing harus memiliki sifat sabar, dalam arti ulet, tabah,
ramah, tidak mudah putus asa, tidak pernah marah, mau
mendengarkan keluh kesah yang dibimbing dengan penuh
28
perhatian dan sebagainya. Pembimbing perlu memiliki sifat
sabar karena yang menjadi bimbingannya kerapkali bukan
merupakan orang yang “sehat” psikologisnya. Sesuai dengan
firman Allah SWT;
وباص مهرجاهو قولونا يلى مع رهميالج10:لزملما (را ج(
Artinya: “Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik (Q.S. al-Muzammil 10)
7. Tawaduk (rendah hati)
Pembimbing harus memiliki sifat rendah hati, tidak sombong,
tidak merasa paling tinggi kedudukan maupun ilmunya dan
sebagainya. Sebagaimana disebutkan dalam al-Quran;
للنا تالو كخد رعصتالس و ال شم الله حا إنرض مفي الأر
حبختال فخور ي18:انقمل (كل م( Artinya: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari
manusia (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (Q.S. Luqman: 18).
8. Saleh (mencintai, melakukan, membina, menyokong kebaikan).
Pembimbing harus bersifat saleh, karena kesalehnnya itu akan
memudahkannya melakukan tugasnya dengan baik.
Sebagaimana firman Allah SWT;
وعنوا مدآم الذين اتكن اللهالحملوا الصعو في لم متخلفنهسي
لهمقب من تخلف الذينا اسض كم55:ورلنا (الأر(
29
Artinya : “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia akan sungguh-sungguh menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa” (QS. an-Nur: 55)
9. Adil
Pembimbing dalam berlaku harus adil, dalam arti mampu
mendudukkan permasalahan dan klien sesuai dengan situasi
dan kondisinya secara porposional. Sesuai dengan firman Allah
SWT;
ال أا يط وبالقس اءدلله شه اميننوا كونوا قوآم ا الذينهي
يجرمنكم شنآن قوم على ألا تعدلوا اعدلوا هو أقرب للتقوى
الله إن اتقوا اللهخولونما تعبم 8:دةائلما (بير(
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, hendaknya kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, dan menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. al-Maidah: 8)
10. Mampu mengendalikan diri.
Pembimbing harus memiliki kemampuan kuat untuk
mengendalikan diri, menjaga kehormatan diri dan kehormatan
yang dibimbing. Sejalan dengan firman Allah SWT;
لك أزكى ذ لمؤمنين يغضوا من أبصارهم ويحفظوا فروجهم للق
خبير الله إن مبله وننعصا ي30:ورلنا (م(
30
Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat” (QS. an-Nur: 30).
c) Kemampuan kemasyarakatan (Hubungan sosial)
Pembimbing harus memiliki kemampuan melakukan
hubungan kemanusiaan atau hubungan sosial, ukhuwah Islamiyah
yang tinggi. Hubungan tersebut meliputi :
- klien, orang yang dibimbing
- teman sejawat
- orang lain selain yang tersebut di atas. Hal itu sejalan dengan
firman Allah SWT:
رضب ل منبحالله و ل منبا ثقفوا إلا بحم نالذلة أي همليت ع
)112:رانعمل آ ....(الناس
Artinya : “Mereka diliputi kehinaan di mana pun mereka berada kecuali jika mereka berpegang teguh kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian hubungan) dengan manusia”. (QS. Ali Imran: 112)
d) Ketakwaan kepada Allah (Faqih, 2001: 46-52).
Ketakwaan mereka syarat dari segala syarat yang harus
dimiliki seorang pembimbing, sebab ketakwaan merupakan sifat
paling baik. Sebagaimana firman Allah:
31
ا يآبواري سواسا يلب كمليلنا عأنز قد مكتني آد اسلبريشا وو م
ونذكري ملهات الله لعآي من ذلك رخي ى ذلك26:فراعأل (التقو(
Artinya: “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat”(QS. al-‘Araf: 27)
Adapun syarat-syarat untuk menjadi konselor seperti
dijelaskan oleh Winkel, di bagi tiga syarat yaitu :
a. Syarat pendidikan formal
Idealnya berijazah sarjana yang menguasai ilmu pendidikan
psikologi umum, psikologi perkembangan, psikologi kepribadian,
pengukuran dan penilaian, statistik, organisasi program bimbingan,
teori dan praktek konseling kesehatan mental, psikopathology dan
metode-metode mengajar (karena kebanyakan petugas bimbingan
dan penyuluhan seorang guru).
b. Syarat sikap dan sifat
Diantaranya: supel, ramah, fleksibel, sehingga mudah
menyesuaikan diri dan mudah dipercayai serta mempunyai taraf
kebijaksanaan yang tinggi dan yang paling penting adalah
menghargai setinggi-tingginya tuntutan-tuntutan etis jabatannya,
misalnya menjaga kerahasiaan orang lain tanpa pandang bulu.
c. Syarat stabilitas psikis
32
Mempunyai kemantapan kepribadian dengan tingkah laku penuh
kedewasaan, sehat jasmani rohani dan tidak terkena gangguan jiwa
(Rahayu, 1991: 33).
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang
pembimbing adalah sebagai berikut:
1. Memiliki pengetahuan keagamaan dan ilmu psikologi yang cukup,
untuk memahami pribadi siswa dalam memberikan bimbingan.
2. Memiliki kepribadian yang menarik dan perilaku yang dapat
dipakai sebagai suri tauladan.
3. Memiliki kepekaan dan cara berkomunikasi yang baik dengan anak
bimbingannya.
Mampu melaksanakan bimbingan dan mempunyai
pengalaman dalam memberikan bimbingan terhadap siswa yang
mempunyai masalah.
2.1.3 Tujuan dan Tugas Pembimbing
Bahwa seorang pembimbing mempunyai tujuan memberikan
bantuan kepada anak bimbingannya agar mampu mengembangkan
kemampuan penyelesaian diri dengan lingkungan sekitar di mana ia
hidup dan berkembang (Arifin, 1996: 27).
Adapun tugas seorang pembimbing menyelenggarakan
bimbingan terhadap anak-anak baik yang bersifat preventif, preservatif
maupun yang bersifat korektif atau kuratif.
33
a. Yang bersifat preventif yaitu dengan tujuan menjaga jangan sampai
anak-anak mengalami kesulitan-kesulitan, menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan.
b. Yang bersifat preservatif yaitu usaha untuk menjaga keadaan yang
telah baik agar tetap baik, jangan sampai keadaan yang telah baik
jadi keadaan yang tidak baik.
c. Yang bersifat kuratif atau korektif yaitu mengadakan konseling
kepada anak-anak yang mengalami kesulitan-kesulitan, yang tidak
dapat dipecahkan sendiri, yang membutuhkan pertolongan dari
pihak lain (Walgito, 1989: 29-30).
Namun dalam pelaksanaan bimbingan, seyogyanya terdiri dari :
1) Ahli bimbingan konseling
2) Ahli psikologi
3) Ahli pendidikan
4) Ahli agama
5) Pekerja sosial (Farid, 1988: 12)
Sedangkan untuk menjadi seorang konselor atau pembimbing
tidaklah mudah, sebab untuk menjadi profesi yang bergerak di bidang
bimbingan dan penyuluhan seorang konselor atau pembimbing dituntut
memiliki persyaratan khusus.
2.2. Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Para ahli dalam memberikan pengertian bimbingan Islam, berbeda
antara yang satu dengan yang lain disebabkan mereka mempunyai titik
34
tekan yang berbeda. Bimbingan dan penyuluhan adalah terjemahan dari
istilah bahasa Inggris guidance and counseling, istilah ini terbentuk dari
dua kata yang telah menjadi satu, di mana antara yang satu dan yang
lainnya mengandung pengertian yang berbeda.
Namun sebagian ahli mengatakan bahwa penyuluhan merupakan
tehnik bimbingan. Sebelum mengemukakan pengertian bimbingan dan
penyuluhan agama terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian
bimbingan dan penyuluhan secara umum dari pendapat para ahli.
2.2.1 Pengertian Bimbingan
Menurut Walgito (1995: 4), bahwa bimbingan adalah :
Bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupan, agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.
“Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah”, Sukardi, (1983:
65-66), menjabarkan bimbingan yaitu :
Suatu proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya mengenai diri sendiri, mengenai persoalan sendiri sehingga mereka dapat mengatasi dan menentukan sendiri jalan hidupnya secara tanggung jawab tanpa bantuan orang lain.
Pendapat Failor yang dikutip dalam bukunya “Pokok-
Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama”
bahwa bimbingan adalah :
Bantuan kepada seseorang dalam proses pemahaman dan penerimaan terhadap kenyataan dirinya sendiri serta terhitung (penilaian) terhadap lingkungan sosial ekonominya, masa sekarang dan kemungkinan masa mendatang dan sebagaimana mengintegrasikan dua hal tersebut melalui pilihan-pilihan serta
35
penyesuaian diri yang membantu kepada kepuasan hidup pribadi dan pendayagunaan sosial-ekonominya itu (Arifin, 1982: 20)
Dengan melihat definisi yang dikemukakan para ahli,
penulis dapat mengambil pengertian bahwa bimbingan diartikan
sebagai bantuan, akan tetapi bantuan yang dimaksudkan adalah
bantuan yang bersifat psikis dan kejiwaan, bukan pertolongan
finansial, medis dan sebagainya.
Jadi bimbingan yaitu suatu proses bantuan kepada individu
atau sekelompok individu agar dapat mengatasi kesulitan-kesulitan
yang dihadapi, membuat pilihan yang bijaksana dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
2.2.2. Pengertian Penyuluhan.
Dalam buku “Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah-
Sekolah”, mendefinisikan :
Counseling dalam arti luas adalah segala interaksi pengaruh psikologis yang dapat diadakan sesama manusia. Kemudian counseling dalam arti yang sesungguhnya adalah merupakan sesuatu hubungan yang sengaja diadakan dengan manusia lain, dengan maksud agar memakai berbagai cara psikologis, kita dapat mempengaruhi beberapa fase kepribadiannya, sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh suatu effect tertentu (Partowisastro, 1982: 15).
Menurut Djumhur dan Surya, (1975: 29), memberikan
penjelasan penyuluhan adalah :
Salah satu tehnik pelayanan dalam bimbingan secara keseluruhan, yaitu dengan memberikan bantuan secara individu untuk memahami dan menggarap individu yang mengalami kesukaran dan gangguan psikis yang serius.
36
Dalam buku “Teori-Teori Kesehatan Mental”, yang
memberikan arti :
Konseling adalah proses yang bertujuan menolong seseorang yang mengindap kegoncangan emosi-sosial yang belum sampai kepada tingkat kegoncangan psikologis atau kegoncangan akal agar ia dapat menghindari diri dari padanya. Oleh sebab itu ia katakan bahwa seorang konselor berusaha menyelesaikan masalah-masalah orang normal (Langgulung, 1986: 452).
Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan,
bahwa penyuluhan adalah hubungan timbal balik antara dua individu di
mana seorang penyuluh berusaha membantu klien untuk mencapai
pengertian tentang dirinya sendiri dihadapi pada saat ini dan pada waktu
yang akan datang.
2.2.3 Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Pengertian bimbingan dan penyuluhan Islam pada dasarnya
sama dengan pengertian bimbingan dan penyuluhan pada umumnya,
hanya saja dalam pelaksanaannya didasarkan atas nilai-nilai
keagamaan.
Agar didapatkan pengertian yang jelas mengenai bimbingan
dan penyuluhan agama, maka di sini dikutipkan pendapat para ahli,
diantaranya;
Menurut Arifin, (1982: 2) mengemukakan bahwa
bimbingan dan penyuluhan agama adalah
Usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan baik lahiriyah dan batiniyah yang menyangkut kehidupannya di masa kini dan masa mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang mental spiritual, agar orang yang
37
bersangkutan mampu mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri melalui dorongan dari kekuatan iman dan taqwanya kepada Tuhan.
Di dalam bukunya yang lain “Pokok-Pokok Pikiran
Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama”, memberikan definisi
sebagai berikut:
Bimbingan dan penyuluhan agama adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniyah dan lingkungan hidupnya timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan kebahagiaan hidup saat sekarang dan masa mendatang (Arifin, 1977: 24).
Sedangkan menurut Farid, (1998: 10) merumuskan
bimbingan dan penyuluhan agama sebagai berikut :
Suatu proses pemberian bantuan kepada individu atau kelompok masyarakat dengan tujuan memfungsikan seoptimal mungkin nilai-nilai keagamaan dalam kebulatan pribadi atau tatanan masyarakat sehingga dapat memberikan manfaat bagi dirinya dan masyarakat.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan tersebut maka
dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian bimbingan dan penyuluhan
agama adalah suatu usaha yang berproses dalam memberikan bantuan
kepada orang lain, agar seseorang tersebut dapat memfungsikan seoptimal
mungkin nilai-nilai ajaran agamanya sehubungan dengan masalah yang
dihadapi, sehingga orang tersebut dapat terlepas dari masalah yang
dihadapi dan dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
2.2.3.1 Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Dasar utama bimbingan dan penyuluhan Islam adalah al-
Qur’an dan Sunnah Rasul, sebab keduanya adalah sumber dari
38
segala sumber pedoman kehidupan umat Islam. (Musnawar,
1992: 5). Al-Qur’an dan Sunnah Rasul adalah landasan ideal dan
konseptual bimbingan dan penyuluhan Islam. Dari al-Qur’an dan
Sunnah Rasul itulah gagasan, tujuan dan konsep-konsep
bimbingan dan penyuluhan Islam bersumber.
a. Dasar Bimbingan Islam
Dasar yang memberikan isyarat kepada manusia
untuk memberikan petunjuk (bimbingan) kepada orang lain
dapat dilihat dalam surat al-An’am ayat 154, yang berbunyi :
ماما على الذي أحسن وتفصيال لكل شيء ت ابتكل اوسىم آتينا مث
ؤمنوني همببلقاء ر ملهة لعمحرو دىه154:امنعألا(و(
Artinya : “Kemudian kami telah memberikan al-Kitab (Taurat) kepada Musa untuk menyempurnakan (nikmat kami) kepada orang yang berbuat kebaikan, dan untuk menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat agar mereka beriman (bahwa) mereka akan menemui Tuhan mereka (QS. al-An’am : 154) (Depag RI, 1996: 118)
b. Dasar Penyuluhan Islam
Dasar yang memberi isyarat kepada manusia untuk
memberikan nasehat (konseling) kepada orang lain, dapat
kita lihat dalam surat al-‘Ashr, yaitu :
ر وص1(الع (الأنإن سلفي ان ر خس)إ )2ملوا لا الذينعنوا وآم
الحالصاصتواات ور باوبا بالصواصتوق و3:صرلعا(لح(
39
Artinya : “Demi masa (1). Sesungguhnya manusia itu benar-
benar dalam kerugian (2). Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat-menasehati supaya mencapai kesabaran. (QS.al-Ashr : 3) (Depag RI, 1996: 482)
c. Dasar Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Setiap usaha yang dilakukan manusia tentu memiliki
landasan dasar. Dengan demikian, dasar bimbingan dan
penyuluhan Islam merupakan landasan yang diperlukan
untuk melangkah ke suatu tujuan dan merupakan titik untuk
berpijak. Firman Allah surat Ali-Imran ayat 104, yaitu :
منكو لتكنإلى الخي ونعدة يأم رمأ ويرمعبالم ن ونع نونهيوف ور
ونفلحالم مه أولئكنكر و104:رانعمل آ(الم( Artinya : “Hendaklah ada satu golongan di antara kamu
yang menyeru kapada cita-cita mulia, yang menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat, mereka itu, adalah umat yang jaya.(QS.Ali-Imran : 104) (Depag, 1996: 50)
Bahwa bimbingan dan penyuluhan Islam perlu
dilakukan terhadap orang lain dan juga dilakukan terhadap
orang lain dan juga dilakukan pada diri sendiri. Tugas yang
demikian dipandang sebagai salah satu ciri dari yang
beriman. Adapun dasar dari pelaksanaan bimbingan dan
penyuluhan Islam baik dari al-Qur’an dan al-Hadits yaitu:
)يربخالا: هروا( ةبلغوا عنى ولواي: رسول اهللا لاق رمع نبإ نع
40
Artinya : Dari Ibnu Umar berkata:“Sampaikanlah segala sesuatu dari padaku meskipun hanya satu ayat” (HR. Bukhari) (Nadjih Ahjad, 1990: 319).
لوجعزن نصب فى طاعة اهللا عزوجا من الى اهللانيؤملم احب اان
ه فابصر وعمل به ايام حياته فس نصحون هلعمل عق وهادونصح لعب
ح جوان فلحاف
Artinya : “Sesungguhnya orang mukmin yang paling dicintai Allah ialah orang-orang yang senantiasa teguh taat kepada-Nya, dan memberi nasehat kepada hamba-Nya, menyempurnakan pikirannya, serta menasehati pula akan dirinya sendiri, menaruh perhatian serta mengamalkan ajarannya selama hartanya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan dia (al-Ghazali, 1939: 89).
2.2.3.2 Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Penyuluhan Islam
a. Tujuan Bimbingan dan Penyuluha Agama
Berdasarkan pada pengertian yang mendasarkan
bahwa nilai-nilai suatu keagamaan yang terdapat pada jiwa
seseorang itu tidak selamanya stabil, yaitu bisa meningkatkan
keimanan yang terdapat pada diri seseorang tersebut agar
dapat berfungsi di dalam mengatasi kesulitan-kesulitan atau
problem-problem yang dihadapinya maka dalam hal ini perlu
adanya bimbingan dan penyuluhan agama.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arifin, (1977:
47) menyatakan bahwa tujuan dari bimbingan dan
penyuluhan agama adalah:
Bimbingan dan penyuluhan keagamaan (religius counseling) bertujuan untuk membantu pemecahan problem perseorangan
41
dengan melalui keimanan menurut agamanya. Dengan menggunakan pendekatan keagamaan dalam konseling tersebut, klien dapat diberi insight (kesadaran akan adanya hubungan sebab akibat dalam rangakainan problem-problem yang dihadapinya) dalam pribadinya yang berhubungan dengan nilai-nilai keimanan yang mungkin pada saat itu telah lenyap dari jiwa klien.
Sedangkan menurut I. Djumhur dalam bukunya
“Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah”, menyatakan bahwa
tujuan bimbingan sebagai berikut :
1) Membantu klien untuk mengembangkan diri sesuai
dengan kecakapan, minat, pribadi dan kesempatan yang
ada.
2) Membantu proses sosialisasi dan sensivitas kepada
kebutuhan orang lain.
3) Memberikan dorongan di dalam pengarahan diri,
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
4) Mengembangkan nilai dan sikap secara menyeluruh, serta
perasaan sesuai dengan penerimaan diri (self acceptance).
Dari kedua pendapat tersebut di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa tujuan bimbingan dan penyuluhan agama adalah
sebagai berikut :
a. Untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi klien.
b. Agar klien memiliki pegangan keagamaan dalam memecahkan
masalah serta bertawakkal kepaada Allah.
c. Membangkitkan kembali tentang keimanan yang dimiliki oleh klien
yang selama ini telah hilang dari jiwanya.
d. Pemecahan masalah tersebut didasarkan pada potensi keimanan
menurut agama yang dianutnya.
42
e. Membantu mengembangkan pemahaman akan dirinya.
Jelaslah bahwa bimbingan dan penyuluhan agama dimaksudkan
untuk membantu klien, agar klien memiliki pegangan dalam memecahkan
masalahnya, disamping itu bertujuan agar klien dapat menjalankan ajaran
agama Islam dengan baik, penuh dengan kesadaran dan ketaqwaan pada
Allah. Serta mampu memfungsikan ajaran agama Islam dalam
kehidupannya sehingga memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
b. Fungsi Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Menurut Imam Sayuti Farid dalam bukunya
“Pokok-pokok Bahasan tentang Bimbingan dan Penyuluhan
Agama sebagai Tehnik Dakwah”, mengemukakan fungsi
bimbingan dan penyuluhan Agama adalah :
1) Fungsi Mayor
Untuk membuktikan bahwa bimbingan dan
penyuluhan agama dikatakan sebagai tehnik dakwah,
didasarkan pada firman surat Ali Imran: 159
لو كنت فظا غليظ القلب لانفضوا من و ن الله لنت لهمم ما رحمةبف
ف عفاع لكوحنه متاوفغسل رت همزر فإذا عفي الأم مهشاورو م
لى الله إنكل علل افتوهح يلا بتمكو 159:رانعمل آ(لين(
Artinya :“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
43
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, memohon ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya” (Depag RI,1996: 103).
Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan fungsi mayor adalah suatu fungsi yang
ditujukan kepada konselor.
Seorang konselor hendaknya memberikan
bimbingan dengan bersikap lunak dan tidak boleh
bertindak kasar agar dapat diterima oleh klien
2) Fungsi minor
a) Fungsi Pencegahan
Maksud dari fungsi pencegahan di sini
adalah untuk menghindari sesuatu yang tidak baik
atau menjauhi diri dari larangan Allah. Hal ini sesuai
dengan surat Yusuf ayat 87;
ياذه نيببي وا منسسووا فتحفسهيخأ وتال و وا مأيح اسور هللن
إنه ونالكافر مح الله إلا القوور من أسي87:فوسي(ال ي(
Artinya :“Hai anak-anakku pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir”.(Depag RI, 1996: 196)
44
b) Fungsi Pengembangan
Di dalam pengembangan ini diharapkan
orang yang dibimbing dapat meningkatkan prestasi
dan bakat serta potensi yang dimiliki, sesuai firman
Allah surat al-Mujadalah:11
… يفع اللهنو رآم كنما الذينميذال و وا العأوتنات وجرد الللم ه
ما تعبم خبير 11:دلةجالما(لون(
Artinya :“….Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Depag RI,1996: 434)
c) Fungsi Penyaluran
Fungsi penyaluran di sini dimaksudkan
untuk membantu klien mendapatkan kesempatan
menyalurkan arah berfikir, cita-cita, minat (keinginan)
sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki,
sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Isrâ: 84.
اكلته فربكم أعلم بمن هو أهدى سبيالعلى ش لمعل ي كلق )84:اءسرالا(
Artinya :“Katakanlah, Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing, Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya”. (Depag RI,1995: 437).
45
d) Fungsi Perbaikan
Dalam perbaikam ini dimaksudkan untuk
mengatasi perbuatan yang sudah terlanjur terjerumus
ke jalan yang salah (ke dalam kemaksiatan) dan usaha
untuk memperbaiki inipun harus dihubungkan dengan
jalan diadakan penyuluhan, hal ini sesuai dengan
firman Allah surat Hûd ayat 144:
)114:وده(رين يذهبن السيئات ذلك ذكرى للذاكتن الحسناإ
Artinya: “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapus (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk, itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”. (Depag RI,1996:187)
Dari uraian di atas dapat diketahui, bahwa fungsi
bimbingan penyuluhan agama itu dapat dilaksanakan dalam
mengatasi suatu problem yang dihadapi oleh seluruh lapisan
masyarakat. (Farid, 1988: 55)
Sedangkan menurut Arifin (1982: 14-15), menjelaskan
bahwa fungsi bimbingan dan penyuluhan agama yaitu :
1) Fungsi umum bimbingan dan penyuluhan.
2) Mengusahakan agar klien dapat terhindar dari segala gangguan
dan hambatan yang mengancam kelancaran proses,
perkembangan dan pertumbuhan. Gangguan dan hambatan
berupa mental dan spiritual seperti konflik batin, keragu-raguan
terhadap kebenaran agama, tidak ada minat dan perhatian
46
terhadap sesuatu, perasaan terganggu, jiwa tertekan (mental
depresi) dan sebagainya. Jika hambatan berupa jasmaniah (fisik)
seperti kekurangan gizi, gangguan kesehatan jasmani, cacat
tubuh yang menimbulkan perasaan rendah diri dan sebagainya.
a) Memberikan informasi atau keterangan tentang segala hal
yang diperlukan oleh klien dalam bidang kekayaan, atau
jabatan maupun dalam bidang yang lain.
b) Menunjang dan menjadi proses penggiring dari seluruh
proses.
3) Fungsi khusus bimbingan dan penyuluhan
a) Fungsi menyalurkan
b) Fungsi penyesuaian diri
c) Fungsi mengadaptasi.
Dari penjelasan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa fungsi bimbingan penyuluhan agama adalah membantu
individu dalam mengatasi problem yang dihadapi klien guna
memperoleh kepercayaan pada diri pribadinya baik masa sekarang
maupun masa mendatang.
2.2.3.3 Bentuk-Bentuk Bimbingan dan Penyuluhan Agama
Dalam Proses pemberian bantuan kepada klien ada
beberapa bentuk yang dapat digunakan, menurut I Djumhur dan
47
Moh. Surya dalam bukunya “Bimbingan dan Penyuluhan di
Sekolah”, membagi dua bentuk pendekatan sebagai berikut :
a. Bimbingan kelompok
Bimbingan ini digunakan dalam membantu klien
untuk memecahkan masalah-masalah dengan melalui
kegiatan kelompok. Masalah yang dihadapi mungkin bersifat
kelompok, yaitu yang dirasakan bersama oleh kelompok atau
bersifat individu sebagai anggota kelompok mungkin
dimaksudkan untuk membantu individu yang menghadapi
masalah dengan menempatkannya dalam suatu kehidupan
kelompok.
Dalam buku Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Menengah”, membagi bimbingan kelompok menjadi tiga
bentuk, yaitu:
1) Bimbingan bersama (group guidance): ada kontak antara
ahli bimbingan dengan kelompok anak bimbing yang
melalui pemberian ceramah, mengadakan diskusi atau
mengatur kesimpulan tanya jawab.
2) Penghayatan dari interaksi dalam suatu kelompok. Tujuan
utama adalah mengembangkan kelompok sebagai satuan
yang berfungsi secara efisien dan efektif. Model ini
dikembangkan melalui latihan intensif dalam diskusi
kelompok.
48
3) Wawancara konseling dalam kegiatan kelompok (group
counseling). Kontak dengan konselor berlangsung dalam
situasi kelompok di mana terjadi interaksi antara
konseling dengan beberapa konseler yang satu dengan
yang lain, yang tujuannya masing-masing anggota dalam
menyelesaikan masalah (Winkel, 1985: 111-112).
2.2.3.4 Materi Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Dalam kamus umum bahasa Indonesia bahwa yang
dimaksud materi adalah sesuatu yang jadi bahan ( berpikir,
berunding, mengarang) (Poerwodarminta, 1999: 638).
Sedangkan materi bimbingan dan penyuluhan adalah
semua bahan atau sumber yang dipergunakan atau yang akan
disampaikan oleh pembimbing atau penyuluh kepada yang
dibimbing dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan untuk
menuju kepada tercapainya tujuan dilaksanakan bimbingan dan
penyuluhan. Karena bimbingan merupakan aktifitas lanjutan
daripada tugas pembimbing maka materi yang akan disampaikan
dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan Islam adalah semua
ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW yang datangnya dari
Allah SWT untuk seluruh manusia. Ajaran yang dibawa Rasul itu
49
tidak lain adalah al-Islam sebagai suatu agama, hal ini sesuai
dengan firman Allah:
وداعيا إلى الله بإذنه *ك شاهدا ومبشرا ونذيرالناس أرناأيها النبي إيا
) 46-45:حزاباأل (وسراجا منيرا
Artinya : “Hai Nabi Kami mengutus engkau sebagai saksi atas umat dan memberi kabar gembira dan kabar takut. Dan untuk menyeru manusia kepada Agama Allah dengan izin-Nya, serta menjadi pelita yang menerangi” (QS. Al-Ahzab: 45-46)
Sedangkan yang menjelaskan tentang agama Allah itu
adalah agama Islam adalah sebagaimana bunyi ayat 19 surat Ali
Imran:
الله الأإن عند ينال الدس19:نعمراآل (م (
Artinya : “Sesungguhnya Agama (yang diridlai) di sisi Allah hanyalah Islam” (QS. Ali Imran: 19)
Dengan demikian jelaslah bahwa, yang harus
disampaikan dalam bimbingan dan penyuluhan Islam oleh
pembimbing dan penyuluh kepada yang dibimbing adalah ajaran
Islam sebagai materinya. Ajaran Islam ini harus dilestarikan
dengan upaya yang maksimal agar semua manusia mau
menerima dan mempertahankan ajaran tersebut. al-Isalm sebagai
ajaran yang dibawakan Rasulullah hendaknya harus dipegang
teguh, sebaliknya yang bertentangan dengan ajaran Islam harus
50
dihindarkan. Dalam kaitan hubungan dengan ajaran Rasul ini
Allah memberikan bimbingan dan petunjuk sebagai berikut:
مواوفانته نهع اكما نهمو ول فخذوهسالر 7:شرالح (ا آتاكم(
Artinya : “Apa-apa yang dibawa oleh Rasul kepadamu, hendaknya kamu pegang, dan apa yang dilarangnya hendaknya kamu hentikan/ jauhkan” (QS. al-Hasyr: 7)
Materi bimbingan dan penyuluhan Islam sebagai pesan
agama merupakan isi ajakan, anjuran dan ide gerakan dalam
rangka mencapai tujuan bimbingan dan penyuluhan. Sebagai isi
ajakan dan ide gerakan dimaksudkan agar manusia mau
menerima dan memahami serta mengikuti ajaran tersebut
sehingga ajaran Islam ini benar-benar diketahui, dipahami,
dihayati dan selanjutnya diamalkan sebagai pedoman hidup dan
kehidupannya. Semua ajaran Islam termuat di dalam wahyu yang
disampaikan kepada Rasulullah yang perwujudannya terkandung
di dalam al-Quran dan Sunnah Nabi (al-Hadits).
Adapun ajaran Islam sebagai materi bimbingan dan
penyuluhan secara garis besar terdiri dari bidang aqidah, syariah,
dan akhlak
1. Bidang Aqidah
Aqidah Islam sebagai sistem kepercayaan yang
berpokok pangkal atas kepercayaan dan keyakinan yang
sungguh-sungguh akan ke-Esaan Allah SWT adalah materi
51
terpenting dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan.
Sebagimana diketahui bahwa rukun Iman ada enam dimana
rukun yang pertama adalah iman kepada Allah SWT yang
merupakan pokok dari rukum Iman yang lain, sedangkan
rukun iman secara keseluruhan menjadi azas dari ajaran
Islam secara keseluruhan pula. Dalam kaitan ini al-Maududi
mengatakan:
“Bahwa dalam ajaran Muhammad SAW percaya kepada Allah itu sangat penting dan prinsipal. Itulah yang menjadi pusat urat nadi Islam dan sumber kekuatan di atas dasar ini, dan semua mempunyai kekuatan dari sumber ini” (Maududi, 1988: 24).
Dalam hubungannya dengan iman ini disebutkan
bahwa iman itu adalah keyakinan ucapan dan perbuatan
yang bisa bertambah dan berkurang. Oleh karena itu
penanaman dan pembinaan keimanan bagi yang dibimbing
secara terus-menerus dilakukan baik yang masih lemah
imannya maupun yang sudah kuat imannya. Selain
penanaman dan pendidikan aqidah.
Selain daripada itu materi bimbingan dan
penyuluhan Islam dalam bidang aqidah ini juga berisi
anjuran dan cara menjaga aqidah dari segi penyelewengan
atau rusaknya aqidah serta jalan yang dapat menyebabkan
rusaknya aqidah Islam. Materi bimbingan dan penyuluhan
Islam yang berkaitan dengan aqidah ini meliputi aspek
52
aqidah kepercayaan, antara lain kepercayaan kepada Allah,
kepercayaan kepada Rasul Allah, kepercayaan kepada kitab-
kitab Allah, kepercayaan kepada hari akhir, kepercayaan
kepada yang ghaib termasuk percaya kepada malaikat, surga,
neraka dan lain-lain.
2. Bidang Syariah
Materi bimbingan dan penyuluhan di bidang syariah
ini akan meliputi berbagai aspek. Aspek-aspek tersebut :
a. Ibadah
Ibadah merupakan amal perbuatan yang
dilaksanakan menurut pedoman Illahi, dan mengatur
hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya. Materi
ini mencakup segala amal perbuatan yang mendekatkan
hamba kepada Tuhannya, dan juga memberi kesan
membersihkan jiwa seorang hamba dari persoalan
keduniaan, dan mendorong jiwanya untuk meningkatkan
kearah kesempurnaan menurut tuntutan Allah.
Ibadah ini menjaga keseimbangan naluri, antara
kebutuhan-kebutuhan rohaniah dan jasmaniah manusia.
Ibadah meliputi rukun Islam yang lima sebagai unsur
pokok, yaitu; syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji.
b. Al-Ahwalus Syahsyiyah
53
Materi bimbingan dan penyuluhan ini
menyangkut masalah hukum waris, pernikahan, nasab dan
semua persoalan yang melingkupi bidang-bidang tersebut.
c. Hukum yang mengenai Ekonomi
Materi bimbingan dan penyuluhan ini meliputi
masalah jual beli, perburuhan, gadai, pertanian dan
masalah lain yang termasuk ruang lingkup perekonomian.
d. Hukum Pidana
Materi bimbingan dan penyuluhan ini meliputi
masalah-masalah qishas, ta’jir dan masalah-masalah yang
berhubungan dengan bidang tersebut.
e. Hukum ketatanegaraan
Dalam materi ini meliputi masalah-masalah
ghazimah, perang, perjanjian dengan negara lain dan
masalah lainnya.
3. Bidang Budi Pekerti (Akhlakul Karimah)
Adalah suatu sikap/sifat/keadaan yang mendorong
untuk melakukan sesuatu perbuatan baik atau buruk yang
dilakukan dengan mudah. Perbuatan ini dilihat dari
pangkalnya yaitu motif atau niat. Akhlak menurut Islam
sangat dijunjung tinggi demi kebahagiaan manusia. Yang
54
termasuk akhlak di sini adalah seperti perbuatan berbakti
kepada orang tua, saling hormat menghormati, tolong
menolong dan sebagainya.
Materi ajaran Islam itu mempunyai tujuan agar
tercipta manusia seutuhnya yang bahagia, sejahtera lahir
batin, di dunia dan akhirat dalam mengabdi kepada Allah
dan mengelola alam semesta. Sehingga sifat pengabdian itu
meliputi:
a. Masalah-masalah yang berhubungan dengan pengabdian
kepada Allah, yang mempunyai sifat sakral, dogmatis
dan vertikal.
b. Masalah-masalah yang berhubungan dengan pengelolaan
alam dan hubungannya dengan sesama manusia dan
makhluk, yang mempunyai sifat dinamis rasional dan
horizontal.
Ketiga bidang tersebut berbeda bentuknya satu
dengan yang lain, akan tetapi keduanya tidak dapat
dipisahkan, sebab semua perbuatan manusia itu pada
hakikatnya merupakan pengabdian kepada Allah SWT, baik
yang bentuknya pengabdian murni ataupun berhubungan
dengan pengelolaan alam semesta.
55
Penjabaran terperinci dari materi bimbingan dan
penyuluhan Islam dapat diakses dari kitab-kitab tauhid,
fiqih, tasawuf/akhlak dan lain-lainnya.
a) Budi Pekerti (Akhlakul Karimah)
Adalah suatu sikap/sifat/keadaan yang
mendorong untuk melakukan sesuatu perbuatan baik atau
buruk yang dilakukan dengan mudah. Perbuatan ini
dilihat dari pangkalnya yaitu motif atau niat. Akhlak
menurut Islam sangat dijunjung tinggi demi kebahagiaan
manusia. Yang termasuk akhlak di sini adalah seperti
perbuatan berbakti kepada orang tua, saling hormat
menghormati, tolong menolong dan sebagainya.
2.2.3.5 Metode Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai
suatu tujuan, karena itu metode berasal dari meta yang artinya
melalui dan hodos berarti jalan. Namun secara definitif, metode
adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk alat peraga, alat
administrasi dan pergedungan di mana proses kegiatan
bimbingan berlangsung.
Sejalan dengan tujuan yang akan dicapai, seorang
pembimbing atau penyuluhan akan memerlukan beberapa
metode yang dapat menghantarkan menuju sasaran tugasnya,
antara lain :
56
a. Metode Wawancara (Interview)
Adalah salah satu cara memperoleh fakta-fakta
kejiwaan yang dapat dijadikan pemetaan klien pada saat
tertentu yang memerlukan bantuan.
b. Metode Kelompok (group guidance)
Dengan menggunakan kelompok, pembimbing atau
penyuluh akan dapat mengembangkan sikap sosial, sikap
memahami peranan anak bimbing dalam lingkungannya
menurut penglihatan orang lain dalam kelompok itu, karena
ingin mendapatkan pandangan baru tentang dirinya dari orang
lain. Dengan Metode ini dapat timbul kemungkinan diberinya
group therapy yang fokusnya berbeda dengan individu
konseling.
c. Metode yang dipusatkan pada keadaan klien (clien-contered
metod)
Metode ini sering disebut non directive (tidak
mengarahkan), dalam Metode ini terdapat dasar pandangan
bahwa klien sebagai makhluk yang bulat yang memiliki
kemampuan berkembang sendiri. Metode ini lebih cocok
dipergunakan oleh konselor agama karena akan lebih
memahami keadaan klien yang biasanya bersumber dari
perasaan dosa yang banyak menimbulkan perasaan cemas,
konflik kejiwaan dan gangguan jiwa lainnya.
57
d. Directive Counseling
Merupakan bentuk psikoterapi yang paling sederhana,
karena konselor secara langsung memberikan jawaban-jawaban
terhadap problem yang oleh klien disadari sebagai sumber
kecemasannya, Metode ini tidak hanya digunakan oleh para
konselor saja, melainkan juga dalam rangka usaha mencari
informasi tentang keadaan diri klien.
e. Metode Educative
Metode ini hampir sama dengan metode clien contered,
hanya perbedaannya terletak pada lebih menekankan usaha
mengorek sumber perasaan yang dirasa menjadi beban tekanan
batin klien serta mengaktifkan kekuatan atau tenaga kejiwaan
clien (potensi dinamis) dengan melalui pengertian tentang
realitas situasi yang dialami olehnya.
f. Metode Psikoanalistis
Metode ini terkenal mula-mula diciptakan oleh
Sigmund Freud. Metode ini berpangkal pada pandangan
bahwa semua manusia itu bilamana pikiran dan perasaannya
tertekan oleh kesadaran dan rasa atau motif-motif tertekan
tersebut tetap masih aktif mempengaruhi segala tingkah
lakunya meskipun mengendap di dalam alam ketidaksadaran
(Arifin, 1977: 44-45).
58
Sedangkan metode yang ditawarkan oleh Islam
diantaranya:
a). Dzikir yaitu mengingat kepada Allah. Dengan dzikir ini hati
seseorang akan tentram, sebagaimana dikatakan dalam Al-
Qur’an surat ar-Ra’du ayat 28, berbunyi :
له تطمئن القلوب لاله أال بذكر ر الكذبم وتطمئن قلوبهالذين آمنوا )28:عدلرا(
Artinya : “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan berhati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.(QS.ar-Ra’du : 28).
b). Tadarus Al-Qur’an yaitu membaca dan memahami Al-
Qur’an karena orang yang tidak mau membaca Al-Qur’an
dan mendalaminya hatinya akan terkunci sebagaimana
dituliskan dalam al-Qur’an surat Muhammad : 24;
)24:دحمم(فالها أقوبلى قون القرآن أم علربدت يالفأ
Artinya : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (Q.S: Muhammad: 24).
c). Berlaku Sabar, orang yang berlaku sabar dalam menghadapi
masalah atau cobaan akan mendapatkan petunjuk dan
rahmat dari Allah. Firman Allah surat Al-Baqarah: 155-
157.
نكولوءلنببشي مم الجف والخو نقص منالأنفس وع وال ووالأم ن
ابرينشر الصبات ورالثمإذا ا )155(و صيألذينم متهابصاولاق ةب
59
م صلوات من ربهم هولئك عليأ )156(نا إليه راجعون وإهللا نإ
روة ومحتأولئكهالم مه ون157:ةقرلبا(د( Artinya : “Dan sungguh akan kami berikan cobaan
kepadamu dengan sedikit kekuatan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berilah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar (155). Yaitu orang-orang yang jika ditimpa musibah mengucapkan Innalillahi wainna ilaihi riji’un (sesungguhnya kita ini milik Allah dan kepada-Nyalah kita akan kembali) (156). Mereka itulah yang mendapat berkat yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.S. al-Baqarah: 157).
d). Shalat adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Shalat akan mencegah perbuatan keji dan mungkar.
Hal ini sesuai dengan firman Allah surat al-Ankabut: 45
الة إن الصالة تنهى عن اب وأقم الصليك من الكت إوحيتل ما أا
لمعي اللهو رالله أكب لذكرنكر والمشاء والفحتام نصوعن )45:بوتكالعن(
Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-kitab (al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. al-Ankabut: 45).
2.2. Sekilas Tentang Tanggapan
2.2.1. Pengertian Tanggapan
Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok dapat
diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan, dalam mana
60
obyek telah diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu
pengamatan (Ahmadi, 1998: 64).
Sedangkan menurut Kartono (1990: 57-58), bahwa
tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsang sudah
tidak ada, misalnya, kesan pemandangan yang baru saja dilihat.
Dalam hubungan dengan hal ini, maka dapat dikemukakan adanya
macam-macam tanggapan yaitu, tanggapan masa lampau/tanggapan
ingatan, tanggapan masa datang, tanggapan mengantisipasikan,
tanggapan masa kini/tanggapan representatif (tanggapan
mengimajinasikan) (Suryabrata, 1989: 36).
Adapun tanggapan penulis yang maksudkan adalah
tanggapan indera yang mengamati, khususnya tanggapan
pembimbing dan materi bimbingan penyuluhan Islam.
2.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Tanggapan
Tanggapan tersebut tidak lepas dari pengamatan tentang
pembimbing dan materi bimbingan penyuluhan Islam, yang
diperoleh setelah melihat, mendengar dan menyimpulkan berbagai
macam kandungan serta menafsirkan dan pembimbing dan materi
bimbingan penyuluhan Islam yang ada atau disebut dengan istilah
persepsi.
61
Persepsi tersebut ditentukan oleh beberapa faktor: faktor
fungsional, faktor struktural, dan faktor perhatian. Faktor fungsional
berasal dari kebutuhan, pengalaman, masalah-masalah dan lain-lain,
yang termasuk kepada apa yang disebut faktor personal yang
menunjukkan persepsi akan jenis atau simulasi karateristik orang
yang memberi respon pada stimulan. Faktor perhatian akan terjadi
apabila mengkondisikan diri pada alat indera kita, dengan
mengesampingkan alat indera yang lain, sedangkan faktor
lingkungan juga dapat mempengaruhi tanggapan siswa terhadap apa
yang dilihat dalam hal mengamati pembimbing dan materi
bimbingan penyuluhan.